ISSN : 2301-721X
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia
Vol. 1 No. 1 Mei 2013
ADAPTASI KURIKULUM CAMBRIDGE IGCSE CO-ORDINATED SCIENCES TERHADAP KTSP PADA PEMBELAJARAN POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID DI RSBI Oleh : Dania Puri Oktaviani , Hayat Sholihin 2, Agus Setiabudhi 3 Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA UPI – email : email :
[email protected] 1 Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA UPI – email :
[email protected] 2 Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA – UPI – email :
[email protected] 3 1
N O
T
C
O
PY
Abstrak Penelitian yang berjudul “Adaptasi Kurikulum Cambridge International General Certificate of Secondary Education (IGCSE) Co-ordinated Sciences terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Pembelajaran Pokok Bahasan Sistem Koloid di RSBI” dilakukan dengan menggunakan metode pre-eksperimen dan desain penelitian one group pretest-posttest dengan subyek penelitian sebanyak 25 siswa-siswi kelas XI di SMA RSBI di Kota Bandung. Dari hasil analisis kurikulum diperoleh faktor X yang dapat diadaptasi yaitu mengapresiasi tujuan digunakannya pengemulsi dan mengerti aksi dari pengemulsi. Untuk mengadaptasi faktor X ini digunakan model pembelajaran kontekstual (CTL) terutama diberikan pada tahap elaborasi pada langkah pembelajaran CTL. Dari hasil pembelajaran diperoleh pemahaman konsep siswa setiap indikator pembelajaran pada materi sistem koloid mengalami peningkatan dengan nilai N-gain 0,685 dan berada pada kategori sedang. Peningkatan pemahaman konsep yang berhubungan dengan faktor X mengalami peningkatan pada kategori tinggi dengan nilai N-Gain rata-ratanya 0,752. Peningkatan paling signifikan terlihat pada konsep jenis-jenis koloid, peranan koloid dalam kehidupan dan mengapresiasi tujuan digunakannya pengemulsi yaitu dengan Ngain masing-masing 0,921, 0,797 dan 0,779 yang berada pada kategori tinggi. Sedangkan peningkatan pemahaman paling rendah terlihat pada konsep pembuatan koloid dengan N-gain 0,145. Tanggapan siswa pada umumnya memberikan respon positif pada pembelajaran sistem koloid ini. Kata Kunci : Adaptasi, Kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Science, KTSP, Pembelajaran Sistem Koloid, RSBI
D
O
ADAPTATION OF CAMBRIDGE IGCSE CO-ORDINATED SCIENCES CURRICULUM TOWARD NATIONAL CURRICULUM (KTSP) IN TEACHING OF COLLOID TOPICS AT RSBI SCHOOLS
Abstract: The education research which title is “Adaptation of of Cambridge International General Certificate of Secondary Education (IGCSE) Co-ordinated Sciences Curriculum Toward Indonesian National Curriculum in Teaching of Colloid topic at RSBI” was done by preexperiment methode and one group pretest-posttest design. It took twenty five students of year XI at one of RSBI School in Bandung City as research subjects. From the comparation curriculum analysis was obtained a X factor which could be adapted. It was appretiation of using and acting of emulsifier. Adaption this X factor into teaching and learning process used contextual text learning (CTL) in elaboration phase particularly. The results showed that the students colloid system concepts comprehension increased by N-gain score of 0.685 which was in moderate category. The concept comprehension related into X-factor had increased significantly by N-gain score of 0.752 which was high. The concepts were type of colloid, use of colloid in everyday life and appresiation of
1
ISSN : 2301-721X
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia
Vol. 1 No. 1 Mei 2013
colloid activity by each N-gain of 0,921, 0,797 dan 0,779 respectively which were high category. The lowest comprehension was obtained at preparation of colloid by N-gain 0.145. Most of students gave positive respond into this colloid teaching model. Key words: Adaptation, Cambridge IGCSE Co-ordinated Science Curriculum, KTSP, Colloid teaching model, RSBI
D
O
N O
PY
O
T
pendidikan diperhatikan dengan serius terutama untuk meningkatkan kualitas guru, sarana dan prasarana, peningkatan kualitas kurikulum, manajemen sekolah dan lainnya. Salah satu kebijakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan mendirikan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan (Depdiknas, 2007). Konsep tersebut dapat diformulasikan bahwa SBI = (SNP + X), dimana SNP adalah Standar Nasional Pendidikan yang meliputi delapan standar sebagaimana temuat di dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP, sedangkan X adalah SNP yang diperkaya, dikembangkan, diperluas, diperdalam melalui adaptasi atau adopsi terhadap standar pendidikan yang reputasi
mutunya diakui secara internasional (Suyanto, 2008). Pendirian ini sesuai dengan tujuan umum program SBI yaitu meningkatkan kualitas pendidikan nasional yang sesuai dengan amanat Tujuan Nasional dalam Pembukaan UUD 1945, pasal 31 UUD 1945, UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS, PP No. 19 tahun 2005 tentang SNP (Standar Nasional Pendidikan), dan UU No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah ke-1 tahun 2005-2009 untuk meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan. Selain itu memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas bertaraf nasional dan internasional. Salah satu lembaga tes atau sertifikasi internasional yang merupakan anggota OECD adalah Cambridge International Examination (CIE). Lembaga ini menyediakan beberapa jenis kualifikasi kurikulum, diantaranya kurikulum Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level yang biasa disebut GCE ‘O’ Level, International General Certificate of Secondary Education (IGCSE), Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences dan Cambridge General Certificate of Education Advanced and Advanced Subsidiary Level atau yang biasa disebut GCE A & AS Level. Proses pembelajaran pada sekolah dengan program RSBI diharapkan sesuai dengan Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP). Adapun SKL-SP dikembangkan berdasarkan tujuan setiap satuan pendidikan, yakni untuk pendidikan menengah yaitu SMA/MA bertujuan: Untuk Meningkatkan kecerdasan,
C
PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Hal ini terjadi karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan juga akan menghantarkan masyarakat suatu bangsa pada kesejahteraan dan keunggulan dalam berbagai bidang. Maka sudah sewajarnya pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia selain pangan, sandang, dan papan. Negara-negara yang maju telah sadar bahwa pendidikan sangat penting sehingga bidang
2
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia
O
PY
Berangkat dari permasalahan ini peneliti memandang perlu adanya penelitian mengenai cara membuat dan menerapkan suatu pembelajaran yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences pada materi Sistem Koloid di suatu RSBI, yang mencakup adaptasi dalam segi kurikulum, khususnya silabus, materi ajar, proses pembelajaran, dan evaluasi. Pada penelitian ini, peneliti merancang suatu pembelajaran Sistem Koloid yang materinya telah mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences. Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan utama pada penelitian ini adalah “Bagaimana adaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences terhadap KTSP pada pembelajaran pokok bahasan sistem koloid di RSBI?” Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis perbedaan dan persamaan kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences dan KTSP sehingga diperoleh faktor X yang dapat diadaptasi; (2) Mendapatkan suatu model pembelajaran pada pokok bahasan sistem koloid yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences: (3) Mendeskripsikan pemahaman konsep siswa pada materi Sistem Koloid yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences.
D
O
N O
T
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2006). Untuk mencapai hal ini, pengembangan proses pembelajaran pada program RSBI dapat berpedoman pada lima prinsip pembelajaran yang terdapat dalam PP No. 19 Tahun 2005, yang menyebutkan proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 1 Surakarta menunjukkan masih terdapat kendala-kendala yang terjadi dalam program pelaksanaan RSBI terutama masih lemahnya adopsi dan adaptasi kurikulum (SNP + X), oleh guru mata pelajaran matematika dan sains dengan pembelajaran bahasa inggris dan pemanfaatan media pembelajaran, internet yang belum dimanfaatkan optimal oleh guru. Sarana prasarana (ruang kelas, laboratorium IPA, ICT/Internet, referensi buku bilingual perpustakaan) masih minim belum sesuai dengan rasio kebutuhan. Belum optimalnya partisapasi secara aktif peran orang tua, komite, masyarakat, dan alumni, pemerintah Kota dan dewan pendidikan Kota, dalam pelaksanaan program rintisan SBI di SMAN 1 Surakarta (Ariani, 2009). Selain itu, sebelumnya penelitian tentang adaptasi kurikulum juga telah dilakukan oleh peneliti lain dalam topik Hidrokarbon. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh suatu strategi pembelajaran yang mencakup learning outcomes, materi, proses pembelajaran, dan bentuk soal evaluasi yang mengadaptasi kurikulum Cambridge Ordinary Level (Cambridge ‘O’ Level), lalu untuk peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran tersebut termasuk dalam kategori sedang dengan nilai N-gain rata-rata siswa sebesar 0,575 dan secara umum siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran yang mengadaptasi kurikulum Cambridge ‘O’ Level (Ariani, 2010).
Vol. 1 No. 1 Mei 2013
C
ISSN : 2301-721X
Kurikulum Menurut Dakir (2004) kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Di lain pihak, Beaucham (1968) dalam Sukmadinata (2010) menyatakan bahwa “A curriculum is a written document which may contain many ingridients, but basically it is plan for the education of pupils during their enrollment in 3
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia
Konsepsi dan Karakteristik SBI Konsepsi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan (Depdiknas, 2007:5). Sekolah ini diharapkan harus bisa memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar lebih tinggi dari standar pendidikan nasional sehingga lulusan yang dihasilkan memiliki daya saing di berbagai forum internasional.
D
O
N O
T
Kurikulum Cambridge Kualifikasi CIE Cambridge International Examinations (CIE) yang merupakan bagian dari Universitas Cambridge adalah penyedia kualifikasi internasional terbesar di dunia untuk anak usia 14-19 tahun. Lebih dari 9000 sekolah di lebih dari 160 negara adalah bagian dari komunitas pembelajaran Cambridge. Program dan kualifikasi Cambridge adalah program dan kualifikasi yang progresif, fleksibel, dan membantu sekolah untuk mengembangkan siswa-siswa yang sukses. Terdapat empat kualifikasi umum yang diselenggarakan oleh CIE, yaitu : Cambridge Primary (5-11 tahun); Cambridge Secondary 1 atau Cambridge Lower Secondary (11-14 tahun); Cambridge Secondary 2 (14-16 tahun); dan Cambridge Advanced (16-18 tahun).
PY
Kurikulum KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus (Depdiknas, 2006). Pemberlakuan KTSP membawa implikasi bagi sekolah dalam melaksanakan KBM sejumlah mata pelajaran, dimana hampir semua mata pelajaran sudah memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk masing-masing pelajaran (Depdiknas, 2006).
Sciences (Double Award) atau yang lebih dikenal Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences memiliki beberapa bagian, yaitu: aims, assesment objectives, scheme of assesment, weightings, conventions, curriculum content dan juga learning outcomes yang ingin dicapai. Kurikulum Cambridge IGCSE Coordinated Sciences memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari biologi, kimia, dan fisika dalam silabus yang saling berhubungan secara ilmiah. Materi yang akan diteliti adalah Sistem Koloid yangt termasuk ke dalam Curriculum Content bagian Chemistry.
O
given school”. Beaucham lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum adalah suatu rencana pendidikan dan pengajaran.
Vol. 1 No. 1 Mei 2013
C
ISSN : 2301-721X
Silabus Cambridge IGCSE Co-ordinated
Sciences
Silabus Cambridge IGCSE Co- ordinated
Karakteristik Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) memiliki karateristik keunggulan yang ditunjukkan dengan pengakuan internasional terhadap proses dan hasil atau keluaran pendidikan yang berkualitas dan teruji dalam berbagai aspek. Pengakuan internasional ditandai dengan penggunaan standar pendidikan internasional dan dibuktikan dengan hasil serifikasi berpredikat baik dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
4
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Perbedaan dan Persamaan KTSP dan Kurikulum Cambridge IGCSE Co-
PY
T
ordinated Sciences
Untuk kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences dilakukan pemetaaan dengan KTSP terhadap learning outcomes, materi, dan soal evaluasi. Hasil dan analisisnya adalah sebagai berikut : Untuk mengadaptasi Curriculum content dari silabus kimia Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences dilakukan dengan memetakan isi dari indikator pembelajaran yang diturunkan dari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) KTSP terhadap isi dari kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences. KTSP kimia dijadikan sebagai acuan sedangkan indikator tambahan (x) merupakan hasil adaptasi dari kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences. Hasil pemetaan learning outcomes dan indikator pembelajaran sistem koloid dari silabus Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences dan KTSP dijabarkan pada Tabel 1
O
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Pre-eksperimen yang dilakukan dengan desain penelitian jenis One Group Pretest-Posttest Design. Penelitian ini dilaksanakan di suatu SMA Negeri Kota Bandung pada semester II tahun ajaran 2011/2012. Subjek dalam penelitian ini adalah 25 orang siswa kelas XI. Untuk pengumpulan data digunakan tiga jenis instrumen, yakni soal tes, angket siswa, pedoman observasi dan pedoman wawancara terhadap siswa. Dalam penelitian ini dilakukan dua kali tes, yaitu sebelum eksperimen (pretest) dan sesudah eksperimen (posttest). Perbedaan antara tes awal dan tes akhir diasumsikan sebagai efek dari eksperimen. Dengan melihat nilai Ngain bisa dilihat sejauh mana pemahaman konsep setiap siswa untuk setiap indikator pembelajaran.
Vol. 1 No. 1 Mei 2013
C
ISSN : 2301-721X
N O
Tabel 1 Pemetaan Learning Outcomes Topik Sistem Koloid
D
O
Indikator Pembelajaran dalam KTSP Kimia Menjelaskan perbedaan antara1. larutan, koloid, dan suspensi Mengelompokkan sistem koloid1. berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi. Menjelaskan proses pembuatan koloid melalui percobaan. Mendeskripsikan sifat-sifat koloid1. (effek Tyndall, gerak Brown, dialisis, elektrofo-resis, emulsi, koagulasi) Menjelaskan koloid liofob dan liofil Mendeskripsikan peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari. 4. 5.
Learning outcomes Cambridge IGCSE Coordinated Sciences know that colloidal systems are not transparent (Core) know that a colloid consists of one substance finely dispersed in another, and know the meaning of the words sol, gel and emulsion (Core) -
Hasil Analisis
understand that colloidal systems are not transparent because they scatter light rays (Supplement)
Sesuai
-
Tidak Sesuai
-
Tidak Sesuai
Appreciate the purpose of emulsifiers.(Core) understand, in simple terms, the action of emulsifiers(Supplement)
Sesuai Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai Tidak Sesuai
5
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia
Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences terhadap KTSP Sebelum melakukan pembelajaran, guru menyiapkan terlebih dahulu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah mencakup indikator yang menjadi tujuan pembelajaran dan learning outcomes hasil adaptasi Silabus Kimia Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences. Untuk metode pembelajaran yang digunakan sendiri adalah metode ekspositori dan praktikum. Untuk model pembelajaran yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences ini menggunakan model Contextual Teaching Learning (CTL). Adaptasi faktor X ini terutama diberikan pada tahap elaborasi pada langkah pembelajaran CTL. Untuk faktor X yang diadaptasi dari kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences diletakkan setelah sub materi pokok peranan koloid dalam kehidupan seharihari. Hal ini dilakukan karena learning outcomes yang diadaptasi yaitu appreciate the purpose of emulsifier dan understand, in simple term the action of emulsifier berhubungan erat dengan aplikasi koloid dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan data hasil observasi kegiatan guru di atas, pada pertemuan pertama dan kedua secara umum (85% dan 92%) guru telah melaksanakan tugasnya sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) walaupun ada kegiatan yang belum dilaksanakan diantaranya guru tidak melemparkan pertanyaan yang ditanyakan siswa pada temannya dan tidak membimbing siswa menyimpulkan sendiri materi yang diperoleh.
Pemahaman Konsep Koloid
PY
Kurikulum
Berikut adalah data hasil pengolahan skor pretest dan posttest sesuai dengan indikator pembelajaran untuk mengetahui peningkatan konsep setiap indikator pembelajaran.
D
O
N O
T
Implementasi
Untuk siswa, pada pertemuan pertama dan kedua secara umum (69 % dan 77%) siswa telah berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Mereka mau berpikir dan menjawab pertanyaan yang disampaikan, bertanya berdiskusi, dan memperhatikan media yang disampaikan oleh guru. Untuk bahasa pengantar yang digunakan oleh siswa masih menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini diduga karena siswa belum terbiasa menggunakan bahasa Inggris selama pembelajaran
O
Dari hasil pemetaan pada Tabel 1, diperoleh faktor X yang dapat diadaptasi dalam pembelajaran sistem koloid yaitu Appreciate the purpose of emulsifiers dan understand, in simple terms, the action of emulsifiers.
Vol. 1 No. 1 Mei 2013
C
ISSN : 2301-721X
Gambar 1. Persentase N-Gain pada Setiap Indikator Pembelajaran Keterangan: 1 : Menjelaskan perbedaan antara larutan, koloid, dan suspensi 2 : Mengelompokkan sistem koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi. 3 : Menjelaskan proses pembuatan koloid melalui percobaan 4 : Mendeskripsikan sifat-sifat koloid (efek Tyndall, gerak Brown, dialisis, elektroforesis, emulsi, dan koagulasi) 5 : Menjelaskan koloid liofob dan liofil 6 : Mendeskripsikan peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari. 7 : Appreciate the purpose of emulsifiers 6
ISSN : 2301-721X
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia
8 : understand, in simple terms, the action of emulsifiers Pemahaman konsep siswa untuk setiap indikator terhadap pembelajaran sistem koloid yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences mengalami peningkatan pada kategori sedang dengan nilai N-Gain rata-rata sebesar 0,685. Untuk konsep-konsep yang berkaitan
Vol. 1 No. 1 Mei 2013
dengan faktor X mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan nilai N-gain rata-ratanya sebesar 0,752 yang berada pada kategori tinggi. Peningkatan pemahaman yang paling signifikan terlihat pada konsep jenis-jenis koloid, peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari dan mengapresiasi tujuan digunakannya pengemulsi yaitu
Tabel 2 Pendapat Siswa mengenai Pembelajaran Sistem Koloid dengan Mengadaptasi Kurikulum Cambridge IGCSE Coordinated-sciences
5 6 7
8 9 10 11
13 14 15 16 17 18 19 20
Ratarata
SS
S
TS
STS
0
56
64
0
2,56
0
44
56
0
2,56
4
88
8
0
2,96
0
8
88
4
2,96
4
36
56
4
2,4
8
48
40
4
2,4
4
88
8
0
2,96
0
8
88
4
2,96
0
96
4
0
2,96
0
0
80
20
3,2
8
40
52
0
2,56
4
60
36
0
2,32
0
80
20
0
2,8
0
20
80
0
2,8
24
76
0
0
3,24
0 12 0
40 48 0
44 40 52
16 0 48
2,24 2,28 3,48
0
80
20
0
2,8
0
20
80
0
4,4
68
23
2
O
D
12
C
4
T
3
N O
2
Setelah mempelajari materi sistem koloid saya semakin termotivasi dan bersemangat dalam belajar kimia Materi sistem koloid tidak membuat saya termotivasi dalam belajar kimia Tujuan pembelajaran yang selalu dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari membuat saya semakin tertarik mempelajari materi koloid Tujuan pembelajaran yang selalu dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari tidak membuat saya tertarik dalam mempelajari materi sistem koloid Pembelajaran dengan menggunakan dua bahasa atau bilingual mempermudah saya dalam memahami materi koloid Pembelajaran dengan menggunakan dua bahasa atau bilingual menyulitkan saya dalam memahami materi koloid Materi sistem koloid yang diajarkan membuat saya semakin memahami peran emulsifier dan surfactant dalam produk pembersih Materi sistem koloid yang diajarkan membingungkan saya dalam memahami peran emulsifier dan surfactant dalam produk pembersih Materi koloid yang diajarkan membuat saya semakin paham akan aplikasi kimia dalam kehidupan sehari-hari Materi koloid yang diajarkan tidak bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari Bahan ajar koloid yang disampaikan membuat saya semakin bersemangat untuk mempelajari kimia lebih dalam lagi Bahan ajar yang menggunakan bahasa inggris menyulitkan saya dalam memahami materi koloid Media yang digunakan dalam pembelajaran membuat saya semakin tertarik mempelajari sistem koloid Media yang digunakan dalam pembelajaran membuat saya merasa bosan dalam mempelajari sistem koloid Media yang menampilkan banyak gambar yang relevan dengan materi koloid dalam kehidupan sehari-hari membuat saya menyadari akan pentingnya aplikasi kimia di kehidupan sehari-hari Saya tidak mengalami kesulitan dalam belajar kimia Saya mengalami kesulitan dalam memahami materi kimia Tidak ada kaitan kimia dengan fenomena di sekitar kita Saya dapat meningkatkan kecakapan dalam bahasa inggris melalui pembelajaran seperti ini Kecakapan dalam bahasa inggris saya tidak meningkat melalui pembelajaran seperti ini. Rata-rata (positif)
O
1
Persentase (%)
Pernyataan
PY
No.
2,8 2,76
7
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia
IGCSE Co-ordinated Sciences
materi
Sedangkan hasil analisis angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences adalah : Berdasarkan hasil angket dan wawancara pada siswa, diketahui bahwa pembelajaran yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences memiliki keunggulan diantaranya dengan pengadaptasian faktor-X dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi sistem koloid, meningkatkan kecakapan siswa dalam berbahasa Inggris dan membuat siswa lebih tertarik mempelajari materi tersebut. Selain itu media yang digunakan dalam pembelajaran membuat siswa lebih tertarik untuk belajar. Sedangkan tanggapan siswa terhadap implementasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences adalah siswa merasa pembelajaran yang diberikan guru telah sistematis, siswa merasa materi telah tersampaikan dengan jelas tapi kurang termotivasi. Kemungkinan siswa kurang termotivasi karena materi koloid masih dianggap sebagai materi hapalan dan cukup dibaca saja untuk mengerti. Selain itu siswa merasa materi sistem koloid yang diajarkan membuat mereka lebih paham mengenai peran emulsifier dalam produk pembersih dan aplikasi kimia lainnya. Untuk tanggapan tanggapan siswa mengenai pemahaman konsep siswa diperoleh bahwa penambahan faktor-X membuat siswa lebih memahami materi yang diajarkan. Hasil angket juga dianalisis berdasarkan pernyataan positif dan negatifnya. Pernyataan yang termasuk ke dalam pernyataan positif adalah pernyataan nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 16, dan 19, sedangkan yang termasuk ke dalam pernyataan negatif adalah pernyataan nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 17, 18 dan 20. Interpretasi respon siswa berdasarkan angket yang diberikan ditampilkan pada Gambar 2.
D
O
N O
T
Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences digunakan angket dan wawancara. Pengisian angket dan wawancara diisi oleh seluruh siswa setelah implementasi pembelajaran. Angket yang digunakan merupakan angket terbuka dengan skala Likert. Hasil wawancara tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences adalah: 1. Sebagian besar siswa belum tahu kalau di sekolah mereka mengadaptasi kurikulum Cambridge. 2. Sebagian besar siswa merasa kesulitan dalam pembelajaran kimia karena materinya terasa abstrak. 3. Siswa merasakan pembelajaran sistem koloid yang diberikan dengan penambahan materi emulsifier membuat mereka lebih memahami materi yang diajarkan. 4. Siswa menganggap kalau pembelajaran sistem koloid yang diberikan oleh guru sudah sistematis. 5. Siswa merasa materi telah dijelaskan dengan cukup jelas tapi kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. 6. Siswa setuju dengan pembelajaran sistem koloid yang menekankan pada emulsifier dan cara kerja emulsifier pada pembersih. 7. Sebagian besar siswa merasa untuk materi sistem koloid dengan penerapan kurikulum Cambridge IGCSE Coordinated Sciences membuat mereka
mempelajari
PY
Tanggapan Siswa Kelas XI terhadap Pembelajaran Sistem Koloid yang Mengadaptasi Kurikulum Cambridge
lebih mengerti tersebut.
O
dengan N-gain masing-masing 0,921, 0,797 dan 0,779 yang berada pada kategori tinggi. Sedangkan peningkatan pemahaman paling rendah terlihat pada konsep pembuatan koloid dengan N-gain 0,145.
Vol. 1 No. 1 Mei 2013
C
ISSN : 2301-721X
8
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia
Negatif
Gambar 2. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Berdasarkan data pada Tabel 2 dan Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai respon positif terhadap pembelajaran sistem koloid yang dilakukan, yaitu dengan mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences.
N O
T
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang mengarah kepada rumusan masalah penelitian, maka dapat disimpulkan: (1) Dari hasil analisis perbedaan dan persamaan antara KTSP dengan kurikulum Cambridge IGCSE Coordinated Sciences diperoleh faktor X yang dapat diadaptasi dalam pembelajaran sistem
PY
27,6 %
koloid yaitu memahami tujuan digunakannya pengemulsi dan mengerti cara kerja dari pengemulsi; (2) Proses implementasi adaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences dilakukan menggunakan model CTL yang ditemukan cocok untuk proses implementasi ini. Adaptasi faktor X ini terutama diberikan pada tahap elaborasi pada langkah pembelajaran CTL; (3) Pemahaman konsep siswa untuk setiap indikator terhadap pembelajaran sistem koloid yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Co-ordinated Sciences mengalami peningkatan pada kategori sedang dengan nilai N-Gain rata-rata sebesar 0,685. Untuk konsep konsep yang berkaitan dengan faktor X mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan nilai N-gain rata-ratanya sebesar 0,752 yang berada pada kategori tinggi; (4) Sebagian besar siswa yang mengikuti pembelajaran sistem koloid pada umumnya memberikan respon positif yaitu sebanyak 72,4 % untuk angket dan secara umum siswa juga memberi respon positif terhadap pembelajaran yang mengadaptasi kurikulum Cambridge IGCSE Coordinated Sciences.
O
72,4 %
Vol. 1 No. 1 Mei 2013
C
ISSN : 2301-721X
O
REFERENSI
D
Ariani, A. (2009). Implementasi Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (SBI). Tesis pada Universitas Sebelas Maret Surakarta: tidak diterbitkan. Ariani, W. (2010). Pembelajaran Hidrokarbon di Rintisan Sekolah Berstandar Internasional melalui Adaptasi Kurikulum Cambridge General Certificate of Education Ordinary Level. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. CIE. (2009). Syllabus International General Certificate of Secondary Education Co-ordinated Sciences (Double Award).Tersedia: http://www.cie.org.uk/qualifications/academic/middlesec/igcse/subject? assdef_id=885. [ 20 Desember 2010]. Dakir. (2004). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : PT Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Permendiknas 2006 tentang SI dan SKL. Jakarta : Sinar Grafika. Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Panduan Penyelenggaraan Ristisan SMA Bertaraf Internasional. Jakarta: Depdiknas.
9
ISSN : 2301-721X
Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia
Vol. 1 No. 1 Mei 2013
D
O
N O
T
C
O
PY
Departemen Pendidikan Nasional . (2007). Pedoman Penjamianan Mutu Sekolah/ Madrasah Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Sukmadinata, NS. (2010). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT. Rosdakarya. Suyanto, S. (2008). “Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional melalui Organisasi belajar: Konsep dan Implementasi”. Cakrawala pendidikan. (Online), Jilid 17, No. 3 (http://eprints.uny.ac.id/4178/1/jurnal_lipi.pdf, diakses 1 Juli 2011).
10