Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan
Kedelai
PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN
KEDELAI ISSN : 1907 – 1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 85 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc Dr. Ir. Budi Waryanto, MSi Ir. Roch Widaningsih, MSi Naskah : Ir. Dyah Riniarsi T., MSi. Design dan Layout : Tarmat Victor S. B. H.
Diterbitkan oleh: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2016 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Publikasi Analisis Outlook Komoditas Kedelai Tahun 2016 dapat diselesaikan. Publikasi ini mengulas analisis diskriptif perkembangan komoditas kedelai beserta analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas tersebut untuk beberapa tahun ke depan. Penyusunan Outlook Kedelai dapat terlaksana atas kerjasama beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, serta dukungan dan kerja sama tim teknis lingkup Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan publikasi buku outlook komoditas kedelai ini, kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggitingginya. Kami menyadari kekurangan dalam menyusun publikasi ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakannya di waktu mendatang. Semoga publikasi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca. Jakarta,
Oktober 2016
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP. 19670323.199203.1.003
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
v
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
vi
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...............................................................v DAFTAR ISI ...................................................................... vii DAFTAR TABEL .................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xii RINGKASAN EKSEKUTIV ...................................................... xiv BAB I. PENDAHULUAN ......................................................... 1 1.1. Latar Belakang.......................................................... 1 1.2. Tujuan ................................................................... 2 1.3. Ruang Lingkup .......................................................... 3
BAB II. METODOLOGI ........................................................... 4 2.1. Sumber Data dan Informasi........................................... 4 2.2. Metode Analisis ......................................................... 5 2.2.1. Analisis Deskriptif ............................................. 5 2.2.2. Kelayakan Model .............................................. 6 2.3. Model Analisis Produksi dan Konsumsi ............................. 6
BAB III. KERAGAAN KEDELAI NASIONAL ..................................... 14 3.1. Perkembangan
Luas
Panen,
Produksi,
dan
Produktivitas .......................................................... 14 3.1.1. Luas Panen ................................................... 14 3.1.2. Produksi....................................................... 16 3.1.3. Produktivitas ................................................. 18
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
vii
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « 3.2. Provinsi Sentra Produksi Kedelai................................... 19 3.3. Konsumsi Perkapita/Nasional ...................................... 22 3.4. Harga Produsen dan Konsumen .................................... 25 3.5. Perkembangan
Ekspor dan
Impor
Kedelai
di
Indonesia .............................................................. 27
BAB IV. KERAGAAN KEDELAI DUNIA ......................................... 31 4.1. Perkembangan
Luas
Panen,
Produksi,
dan
Produktivitas Kedelai Dunia ........................................ 31 4.2. Negara
Sentra
Luas
Panen,
Produksi,
dan
Produktivitas Kedelai Dunia ........................................ 32 4.3. Harga Produsen Dunia ............................................... 36 4.4. Ekspor dan Impor Kedelai Dunia ................................... 37
BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI ................................ 45 5.1. Produksi Kedelai 2016-2020 ........................................ 45 5.2. Konsumsi Kedelai 2016-2020 ....................................... 48 5.3. Neraca Kedelai 2016-2020 .......................................... 49
VI.
KESIMPULAN ........................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 53
viii
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis Variabel, Periode, dan Sumber Data ..................... 5 Tabel 2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan ................................................... 7 Tabel 3. Keterangan variabel dalam model .............................. 13 Tabel 4. Luas panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, 1970 - 2016 ................. 18 Tabel 5. Sasaran Komoditas Kedelai Tahun 2015 ....................... 21 Tabel 6. Import
Dependency
Ratio
(IDR)
dan
Self
Sufficiency Ratio (SSR) Kedelai, Tahun 2011 – 2015 ................................................................. 30 Tabel 7. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Indonesia, Tahun 2016 – 2020 ......................... 46 Tabel 8. Proyeksi
Ketersediaan Konsumsi Kedelai Tahun
2016 – 2020 ......................................................... 48 Tabel 9. Proyeksi Neraca Kedelai Tahun 2016 - 2020 .................. 49
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ix
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.
Perkembangan Luas Panen Kedelai Indonesia, 1970 – 2016 ..................................................... 15
Gambar 2.
Perkembangan Produksi Kedelai di Indonesia, 1970 – 2016 ..................................................... 17
Gambar 3.
Perkembangan
Produktivitas
Kedelai
di
Indonesia, 1970 – 2016 ....................................... 19 Gambar 4.
Kontribusi Produksi Provinsi Sentra Kedelai di Indonesia, 2010 – 2016 ....................................... 20
Gambar 5.
Perkembangan Konsumsi Kedelai per Kapita per Tahun, 1993 – 2016 ....................................... 24
Gambar 6.
Perkembangan Harga Kedelai Tingkat Produsen dan Konsumen di Indonesia, 1983-2016.................... 26
Gambar 7.
Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia, 1980 - 2016 .......................... 28
Gambar 8.
Perkembangan
Neraca
Ekspor
dan
Impor
Kedelai di Indonesia, 1987 - 2016 ........................... 30 Gambar 9.
Perkembangan
Luas
Panen
dan
Produksi
Kedelai Dunia, 1961 - 2014 .................................. 31 Gambar 10. Negara Sentra Produksi Kedelai Dunia dan Kontribusinya, 2010 - 2014 .................................. 33 Gambar 11 . Negara Sentra Luas Panen Kedelai Terbesar Dunia dan Kontribusinya, 2010 - 2014 ..................... 33 Gambar 12. Negara dengan Produktivitas Kedelai Tertinggi Dunia, 2010 – 2014 ............................................ 35
x
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Gambar 13. Rata-rata Harga Produsen Kedelai di 10 Negara Tertinggi, Tahun 2008 – 2012 ...................... 37 Gambar 14. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Kedelai Dunia, 1991 – 2013 .......................... 38 Gambar 15. Kontribusi Volume Ekspor Negara Pengekspor Kedelai Dunia dan Indonesia, 2009 – 2013................. 39 Gambar 16. Kontribusi Nilai Ekspor Negara Pengekspor Kedelai Dunia dan Indonesia, 2009 – 2013................. 40 Gambar 17. Kontribusi Volume Impor Negara
Pengimpor
Kedelai Dunia dan Indonesia, 2009 – 2013................. 41 Gambar 18. Kontribusi Nilai Impor Negara
Pengimpor
Kedelai Dunia dan Indonesia, 2009 – 2013................. 42
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xi
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Indonesia, 1970 – 2016 ............... 57 Lampiran 2. Perkembangan Luas Panen Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, 1970 - 2016 ................................. 58 Lampiran 3. Perkembangan Produktivitas Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, 1970 - 2016 ................................. 59 Lampiran 4. Perkembangan Produksi Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, 1970 - 2016 ....................................... 60 Lampiran 5. Provinsi Sentra Produksi Kedelai di Indonesia, 2011 - 2016 ..................................................... 61 Lampiran 6. Perkembangan
Konsumsi
(Susenas)
dan
Ketersediaan (NBM) per Kapita, 1993 - 2016 ............. 61 Lampiran 7. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Kedelai di Indonesia, 1983 - 2016 ............. 62 Lampiran 8. Perkembangan Volume Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai di Indonesia, 1980 - 2016 ..................................................... 63 Lampiran 9. Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai di Indonesia, 1980 – 2016 .......... 64 Lampiran 10. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Dunia, Tahun 1961 – 2014 ........... 65 Lampiran 11. Perkembangan
Produksi
Kedelai
6
(Enam)
Negara Terbesar di Dunia, 2010 – 2014 .................. 66
xii
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Lampiran 12. Perkembangan Luas Panen Kedelai 6 (Enam) Negara Terbesar di Dunina dan Indonesia, 2010 – 2014 ........................................................... 66 Lampiran 13. Perkembangan Produktivitas Kedelai 6 (Enam) Negara Terbesar di Dunia, 2010 – 2014 .................. 67 Lampiran 14. Konsumsi Kedelai 10 (Sepuluh) Negara Terbesar di Dunia, 2008 – 2012 ....................................... 67 Lampiran 15. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Dunia, 1961 – 2013 .................................. 68 Lampiran 16. Negara Pengekspor Kedelai Terbesar Dunia, 2009 – 2013 ................................................... 69 Lampiran 17. Perkembangan Nilai Ekspor Kedelai 5 (Lima) Negara Besar di Dunia, 2009 – 2013 ...................... 69 Lampiran 18. Perkembangan
Volume
Impor
Kedelai
10
(Sepuluh) Negara Besar di Dunia, 2009 – 2013 ......... 70 Lampiran 19. Perkembangan Nilai Impor Kedelai 8 (Delapan) Negara Besar di Dunia, 2009 – 2013 ...................... 70
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xiii
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kedelai merupakan sumber protein nabati paling populer bagi masyarakat Indonesia. Konsumsi utama produk kedelai dalam bentuk tempe dan tahu yang merupakan lauk utama bagi masyarakat Indonesia. Bentuk lain produk kedelai adalah kecap, tauco, dan susu kedelai. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Hasil SUSENAS yang dilaksanakan BPS tahun 2015, menunjukkan konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia sebesar 6,99 kg dan tahu 7,51 kg. Ironisnya pemenuhan kebutuhan akan kedelai yang merupakan bahan baku utama tempe dan tahu, 67,28% atau sebanyak 1,96 juta ton harus diimpor dari luar negeri. Hal ini terjadi karena produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi permintaan produsen tempe dan tahu dalam negeri. Perkembangan luas panen kedelai Indonesia periode 1980-2016 menunjukkan laju peningkatan sebesar 0,69% per tahun. Namun pada tahun 2016 diperkirakan luas panen kedelai
turun 4,27%, menjadi
589,42 ribu hektar dari tahun sebelumnya sebesar 614,10 ribu hektar. Produksi kedelai di Indonesia pada periode 1980-2016 berfluktuasi dan cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,63% per tahun. Produksi kedelai tahun 2016 diperkirakan juga turun 7,06% menjadi 887,54 ribu ton dari tahun 2015 sebesar 963,18 ribu ton. Fluktuasi yang terjadi pada data luas panen dan produksi periode 1980 hingga 2016, ternyata tercermin juga pada peningkatan produktivitas yang naik rata-rata 1,85% per tahun. Produktivitas
xiv
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertania
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
kedelai Indonesia tahun 2016 sebesar 15,60 ku/ha atau turun 2,90% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil proyeksi, diperkirakan neraca produksi dan konsumsi kedelai di Indonesia mengalami peningkatan defisit pada tahun 2016 – 2020 rata-rata sebesar 36,95% per tahun. Kekurangan pasokan kedelai tahun 2016 sampai dengan 2020 masing-masing sebesar 1,60 juta ton, 1,78 juta ton, 1,84 juta ton, 1,92 juta ton, dan 1,91 juta ton.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xv
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kedelai merupakan sumber protein nabati paling populer bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. Konsumsi utamanya dalam bentuk tempe dan tahu yang merupakan lauk pauk utama bagi masyarakat Indonesia. Bentuk lain produk kedelai adalah kecap, tauco, dan susu kedelai. Produk ini dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, rata-rata kebutuhan kedelai per tahun adalah 2,2 juta ton.
Ironisnya pemenuhan kebutuhan kedelai sebanyak
67,99% harus diimpor dari luar negeri. Hal ini terjadi karena produksi dalam negeri tidak mampu mencukupi permintaan produsen tempe dan tahu. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2015 yang dirilis BPS, konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia sebesar 6,99 kg dan tahu 7,51 kg. Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi kedelai putih di Indonesia, merupakan bahan baku tempe dan tahu, bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada Jepang dan Cina. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih.
Pada sisi lain, kedelai
hitam yang tidak bersifat fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
1
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Kedelai dengan nama latin Glycine max (kedelai kuning); Glycinesoja
(kedelai
hitam)
merupakan
tumbuhan
serbaguna.
Akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya dapat digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.
Pemanfaatan
utama kedelai adalah dari bijinya. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi berbagai bentuk seperti tahu (tofu), bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam), tempe, susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel), serta taosi atau tauco. Peningkatan produksi kedelai baik dari kuantitas maupun kualitas terus diupayakan oleh pemerintah, baik ekstensifikasi maupun
intensifikasi.
Pengembangan
komoditas
kedelai
untuk
menjadi komoditas unggulan sub sektor tanaman pangan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang terkait. prospek
pengembangan
komoditas
kedelai
di
Untuk melihat Indonesia
dan
keragaannya di dunia global, berikut ini disajikan perkembangan komoditas kedelai serta hasil proyeksi penawaran dan permintaan kedelai di Indonesia untuk periode beberapa tahun ke depan. I.2. Tujuan Tujuan penyusunan outlook komoditas kedelai adalah -
melakukan
analisis
peramalan
komoditas
kedelai
dengan
menggunakan metode statistik yang mencakup indikator luas
2
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
panen, produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor-impor, dan harga. -
Sebagai penyedia bahan dan informasi bagi penyusunan kebijakan dan
program
pengembangan
komoditas
tanaman
pangan
khususnya komoditas kedelai dimasa yang akan datang.
1.3. Ruang Lingkup
-
Ruang lingkup outlook komoditas kedelai adalah melakukan pemodelan regresi dengan cakupan variabel komponen penawaran dan permintaan, yang meliputi: produksi, luas panen, produktivitas, harga konsumen, harga produsen, impor, konsumsi, ekspor dan impor, baik dalam lingkup nasional maupun global.
-
Prediksi produksi dan konsumsi diprediksi hingga tahun 2020, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabel-variabel yang mempengaruhi maupun komponen-komponen yang menyusun penawaran dan permintaan.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
BAB II. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam peramalan Indikator produksi kedelai adalah sebagai berikut: Analisis keragaan atau perkembangan Kedelai
dilakukan
berdasarkan
ketersediaan
data
series
yang
mencakup indikator luas panen, produksi, konsumsi, ekspor-impor serta harga di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen dengan analisis deskriptif sederhana. 2.1.
Sumber Data dan Informasi Outlook Komoditas Kedelai tahun 2016 disusun berdasarkan
data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian
Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian
seperti Badan Pusat Statistik (BPS), USDA, dan Food and Agriculture Organization (FAO). Daftar tabel data dan sumber data yang digunakan untuk penulisan outlook kedelai adalah sebagai berikut:
4
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Tabel 1. Jenis Variabel, Periode, dan Sumber Data No.
Variabel
Periode
Sumber Data
Keterangan
Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas di Indonesia
1970-2016
BPS
2.
Sasaran Luas Panen dan Produksi
2015
Kementan (Ditjen Tan.Pangan)
3.
Harga Produsen Nasional
1983-2015
Kementan
4.
Ekspor dan Impor Nasional
1980-2015
BPS
5.
Konsumsi
1993-2015
BPS
6.
Ketersediaan Konsumsi
1993-2015
Kementan (BKP)
7.
Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas, Harga, Ekspor, dan Impor Dunia
1961-2015
FAO USDA
1.
2.2.
Ose (biji kering)
&
Metode Analisis 2.2.1. Analisis Deskriptif Adalah metode yang digunakan untuk melakukan analisis
keragaan
atau
perkembangan
komoditas
kedelai
berdasarkan ketersediaan data series yang mencakup indikator luas panen, produktivitas, produksi, konsumsi, ketersediaan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
5
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
konsumsi, ekspor impor, harga di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen, serta jumlah penduduk. 2.2.2. Kelayakan Model Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t, dan koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubah–peubah tak bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan:
R2
SS Regresi SS Total
dimana :SS Regresi adalah jumlah kuadrat regresi SS Total adalah jumlah kuadrat total
2.3.
Model Analisis Produksi dan Konsumsi Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana setiap
kegiatan terangkum
dalam dalam
perekonomian model
pertanian
tersebut.
Model
yang ini
akan
dianalisis
disebut
model
ekonometrika supply demand tanaman pangan, yang disusun dalam sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi dalam dua blok, yaitu terdiri dari Blok supply dan Blok Demand. Model yang dibangun dapat dikembangkan untuk masing-masing sub sektor sesuai dengan variabel yang tersedia.
6
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Tabel 2.
Pembagian blok persamaan model Supply Demand Tanaman Pangan
Nama Blok Persamaan Blok Supply
Nomor Persamaan
1-5
1. Luas Panen
6 - 10
2. Produktivitas
11 – 14
3. Impor
15 – 19
4. Produksi
20 - 24
5. Suplai Blok Demand 1. Konsumsi Perkapita (beras, jagung,
25 - 29
kedelai, ubi kayu, kc tanah) 2. Konsumsi Nasional (beras, jagung,
30 - 34
kedelai, ubi kayu, kc tanah) 3. Demand beras
35 - 40
4. Demand jagung
41 – 44
5. Demand kedelai
45 – 48
6. Demand ubi kayu
49 – 51
7.
52 – 54
Demand kacang tanah
8. Neraca (beras, jagung, kedelai, ubi
55 – 59
kayu, kc tanah)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
7
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Blok Supply Produksi Luas Panen Padi LPP = a0 + a1 LPP(t-1) + a2 HRB(t-1) + a3 LPUP + a4 HRJ(t-1) + a5 HRK(t-1) + µ1 .............................................................................................. (1) Parameter estimasi yang diharapkan : a 1, a2 > 0; a3, a4,a5 > 0 Luas Panen Jagung LPJ = b0 + b1 LPJ(t-1) + b2 HRJ(t-1) + b3 LPUJ + b4 HRK(t1) + b5 HRUK(t-1) + b6 HRKC(t-1) + µ2 ................................... (2) Parameter estimasi yang diharapkan : b1, b2 > 0; b3, b4,b5, b6 > 0 Luas Panen Kedelai LPK = c0 + c1 LPK(t-1) + c2 HRK(t-1) + c3 LPUK + c4 HRJ(t1) + c5 HRUK(t-1) + c6 HRKC(t-1) + µ3 ................................... (3) Parameter estimasi yang diharapkan : c1, c2 > 0; c3, c4,c5, c6 > 0 Luas Panen Ubi Kayu LPUK = d0 + d1 LPUK(t-1) + d2 HRUK(t-1) + d3 LPUUK + d4 HRJ(t-1) + d5 HRK(t-1) + d6 HRKC(t-1) + µ4 ............................. (4) Parameter estimasi yang diharapkan : d1, d2 > 0; d3, d4,d5, d6 > 0 Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e0 + e1 LPKC(t-1) + e2 HRKC(t-1) + e3 LPUKC + e4 HRJ(t-1) + e5 HRK(t-1) + e6 HRUK(t-1) + µ5 ............................. (5) Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4,e5, e6 > 0 Produktivitas Produktivitas Padi YP = f0 + f1 YP(t-1) + f2 HRUREA(t-1) + f3 TEK + f4 DSLPTT + f5 CH + f6 LIRIGASI + f7 RLPPJ + ....................................... (6) Parameter estimasi yang diharapkan : f1, f3, f4 , f5, f6, f7 > 0 f2 < 0 Produktivitas Jagung YJ = g0 + g1 YJ(t-1) + g2 HRUREA(t-1) + g3 TEK + g4 DSLPTT + g5 CH + g6 LIRIGASI + g7 RLPJJ + µ7 .................................. (7)
8
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Parameter estimasi yang diharapkan : g1, g3, g4 , g5, g6, g7> 0 g2 < 0 Produktivitas Kedelai YK = h0 + h1 YK(t-1) + h2 HRUREA(t-1) + h3 TEK + h4 DSLPTT + h5 CH + h6 LIRIGASI + h7 RLPKJ + µ8. ..................... (8) Parameter estimasi yang diharapkan : h1, h3, h4 , h5, h6 ,h7 > 0 h2 < 0 Produktivitas Ubi Kayu YUK = i0 + i1 YUK(t-1) + i2HRUREA(t-1) + i3 TEK + i4 DSLPTT + i5 CH + i6 LIRIGASI + µ9 ............................................... (9) Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4 , i5, i5 > 0 i2 < 0 Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5 CH + j6 LIRIGASI + µ10(10) Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4 , i5, i5 > 0 i2 < 0 Impor Impor Beras IB = ko + k1 PRODP + k2 KONSB + k3 HIB + k4 HRB + µ11 . . . . . . . . .(11) Parameter estimasi yang diharapkan : k2, k4> 0 k1, k3 < 0 Impor Jagung IJ = lo + l1 PRODJ + l2 KONSJ + l3 HIJ + l4 HRJ + µ12 . . . . . . . . .. (12) Parameter estimasi yang diharapkan : l 2, l4> 0 l1, l3 < 0 Impor Kedelai IK = mo + m1 PRODK + m2 KONSK + m3 HIK + m4 HRK + µ13 . . . . . (13) Parameter estimasi yang diharapkan : m2, m4> 0 m1, m3 < 0 Impor Kacang Tanah IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ14. .. . (14) Parameter estimasi yang diharapkan : n2, n4> 0 n1, n3 < 0 Persamaan Identitas
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
9
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Produksi PRODP = LPP * YP. . . . . . . . . PRODJ = LPJ * YJ . . . . . . . . . . PRODK= LPK * YK . . . . . . . . . . PRODUK = LPUK * YUK . . . . . . . PRODKC= LPKC * YKC . . . . . . .
(15) (16) (17) (18) (19)
SUPLAI SP = PRODP + (IB*100/62.7) . . . . . . . . . . . . . . . . SJ = PRODJ + IJ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . SK = PRODK + IK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . SKC= PRODKC + IKC . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . SUK = PRODUK + IUK. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
(20) (21) (22) (23) (24)
Blok Demand Konsumsi Konsumsi Per Kapita Beras KONSB = o0 + o1 PDB + o2 IHK + o3 KONSB(t-1) + µ12 . . . . . . . . . . .(25) Parameter estimasi yang diharapkan: l1, l3 > 0 ; l2 < 0 Konsumsi Per Kapita Jagung KONSJ = p0 + p1 PDB + p2 IHK + p3 KONSJ(t-1) + µ12 . . . . . . . . . . .(26) Parameter estimasi yang diharapkan: p1, p3 > 0 ; p2 < 0 Konsumsi Per Kapita Kedelai KONSK = q0 + q1 PDB + q2 IHK + q3 KONSK(t-1) + µ12 . . . . . . . . . . .(27) Parameter estimasi yang diharapkan: q1, q3 > 0 ; q2 < 0 Konsumsi per Kapita Ubi Kayu KONSUK = r0 + r1 PDB + r2 IHK + r3 KONSUK(t-1) + µ12 . . . . . . . . . . (28) Parameter estimasi yang diharapkan: r3> 0 ; r1,r2< 0 Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + µ12 . . . . . . . . . .(29) Parameter estimasi yang diharapkan: r3> 0 ; r1,r2< 0 Konsumsi Nasional Beras KONNB = POP * KONSB
10
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(30)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Konsumsi Nasional Jagung KONNJ = POP * KONSJ
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(31)
Konsumsi Nasional Kedelai KONNK = POP * KONSK
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(32)
Konsumsi Nasional Ubi Kayu KONNUK = POP * KONSUK
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(33)
Konsumsi Nasional Kacang Tanah KONNKC = POP * KONSKC . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(34)
DEMAND DEMAND BERAS DB = KONNB + EKSB + PAKG + PAKB + BB + TCG + TCB ................ (35) PAKG = (PRODP*0.0044) * 0.627 ........................................... (36) PAKB = (PRODP*0.627)*0.................................................... (37) BB = (PRODP*0.0104)* 0. ................................................... (38) TCG = (PRODP*0.0540) *0.627 ............................................. (39) TCB = (PRODP*0.627)*0.025 ................................................ (40)
DEMAND JAGUNG DJ = KONNJ + EKSJ + PAKJ + BJ + TCJ ................................... (41) PAKJ = PRODJ*0.06 .......................................................... (42) BJ = PRODJ*0.004 ............................................................ (43) TCJ = PRODJ*0.05 ........................................................... (44) DEMAND KEDELAI DK = KONNK + EKSK + BK + TCK ......................................... (45) PAKK = PRODK*0.003 ........................................................ (46) BK = PRODK*0.015 ......................................................... (47) TCK = PRODK*0.05 .......................................................... (48) DEMAND UBI KAYU DUK = KONNUK + EKSUK + PAKUK + TCUK ............................. (49) PAKUK = PRODUK*0.02 ..................................................... (50)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
11
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
TCUK = PRODUK*0.02 ...................................................... (51) DEMAND KACANG TANAH DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC ...................... (52) BKC = PRODKC*0.026 ....................................................... (53) TCKC = PRODKC*0.05 ....................................................... (54) NERACA NRCB =(SP*0.627) – DB .................................................... (55) NRCJ =SJ – DJ ................................................................ (56) NRCK = SK – DK .............................................................. (57) NRCUK = SUK- DUK .......................................................... (58) NRCKC = SKC – DKC ... ...................................................... (59)
12
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Tabel 3.
Keterangan variabel dalam model
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
13
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
BAB III. KERAGAAN KEDELAI NASIONAL 3.1.
Perkembangan Produktivitas
Luas
Panen,
Produksi,
dan
3.1.1. Luas Panen Perkembangan luas panen kedelai Indonesia periode 1980-2016 berfluktuasi dan cenderung meningkat dengan laju peningkatan ratarata sebesar 0,69% per tahun. Pada periode yang sama, luas panen kedelai di Jawa dan luar Jawa juga cenderung meningkat sebesar 3,59% per tahun, sebaliknya di Jawa mengalami penurunan rata-rata 0,88% per tahun. Luas panen kedelai nasional lima tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 0,85%, hal ini sebagai akibat penurunan luas panen di Jawa sebesar 4,09%. Meskipun luas panen di Luar Jawa pada periode tersebut meningkat 3,59%, tetapi peningkatan tersebut belum sebanding dengan penurunan yang terjadi di Jawa. Penurunan luas panen cukup nyata terjadi pada tahun 2011 sampai dengan 2013, masing-masing sebesar 5,84%, 8,78%, dan 2,97%. Penurunan luas panen nasional di tahun-tahun tersebut disebabkan oleh penurunan wilayah Jawa sebesar 8,06%, 5,48%, dan 10,27%, serta Luar Jawa tahun 2012 sebesar 14,90%. Peningkatan luas panen di Jawa kembali terjadi tahun 2014 sebesar 10,56%, namun tahun 2015 dan 2016 turun kembali sebesar 5,52% dan 9,71%. Kenyataan berbeda di Luar Jawa, luas panen terus meningkat empat tahun terakhir, masing-masing sebesar 12,08%, 13,80%, 8,16%, dan 3,95%. Pada tahun 2016, luas panen kedelai
14
nasional turun 4,02% menjadi sebesar 589,42 ribu
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
hektar dari tahun 2015 sebesar 614,10 ribu hektar (Gambar 1, Tabel 1, dan Lampiran 2).
1.800,00
1.600,00
1.400,00
1.200,00
(000 Ha)
1.000,00
800,00
600,00
400,00
200,00
1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
0,00
Jawa
Luar Jawa
Indonesia
Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Kedelai Indonesia, 1970 – 2016
Selama memasuki periode lima dekade (1970-2016), dominasi luas panen kedelai di Jawa terhadap nasional mencapai 64,95% atau rata-rata seluas 554,22 ribu hektar. Kontribusi luas panen Luar Jawa sebesar 35,05% atau rata-rata seluas 299,14 ribu hektar. Namun demikian kondisi lima tahun terakhir mulai menunjukkan adanya pergeseran kontribusi luas panen, kontribusi Jawa mengalami penurunan menjadi 61,50% dan Luar Jawa meningkat menjadi 38,50%. Hal ini dapat dimaklumi karena alih fungsi lahan pertanian menjadi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
15
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
non pertanian di Pulau Jawa dinilai sudah tak terkendali, menyusul pesatnya perkembangan sektor industri dan pemukiman di Indonesia. Setiap tahun diperkirakan 80 ribu hektare areal pertanian hilang, berubah fungsi ke sektor lain atau setara 220 hektar setiap harinya (BPS, 2013). Terkait dengan hal ini maka pemerintah perlu mengupayakan suatu program pengembangan komoditas kedelai yang tepat sehingga kontribusi luas panen di Luar Jawa yang saat ini hanya sekitar 38,50% dapat terus ditingkatkan, mengingat potensi lahan tanam kedelai di Luar Jawa masih terbuka luas. 3.1.2. Produksi
Produksi kedelai Indonesia pada periode 1980–2016 berfluktuasi dan cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,35% per tahun. Pada periode ini, tren produksi kedelai di Jawa dan Luar Jawa juga seirama, namun Luar Jawa lebih tinggi dari pada Jawa. Peningkatan produksi di Jawa rata-rata sebesar 1,36% per tahun dan Luar Jawa sebesar 6,00% per tahun (Lampiran 3). Produksi kedelai nasional lima tahun terakhir meningkat ratarata 0,14% per tahun, merupakan sumbangan peningkatan Luar Jawa rata-rata sebesar 5,57% per tahun, sedangkan Pulau Jawa malahan menurun rata-rata sebesar 2,44% per tahun.
Secara nasional
peningkatan produksi kedelai periode ini baru terealisasi tahun 2014 sebesar 22,44% dan tahun 2015 sebesar 0,86%, sedangkan tiga tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 6,15% (2011), 0,96% (2012), dan 7,49% (2013).
16
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Produksi kedelai di Jawa dan Luar Jawa juga diwarnai penurunan, peningkatan produksi di Pulau Jawa hanya terjadi tahun tahun 2012 dan 2014 masing-masing sebesar 5,14% dan 19,20%. Untuk Luar Jawa peningkatan produksi terjadi tiga tahun berturut-turut dari tahun 2013 hingga 2015, masing-masing sebesar 7,73%, 28,99%, dan 9,16%. Peningkatan produksi kedelai nasional cukup signifikan terjadi tahun 2014 sebesar 22,44% menjadi 955,00 ribu ton, dari produksi tahun 2013 sebesar 779,99 ribu ton. Produksi kedelai tahun 2016 turun 7,85% menjadi 887,54 ribu ton. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan produksi kedelai di Pulau Jawa sebesar 12,55% dan Luar Jawa sebesar 0,10%.
2.005,90
1.805,90
1.605,90
1.405,90
(000 Ton)
1.205,90
1.005,90
805,90
605,90
405,90
205,90
1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
5,90
Jawa
Gambar 2.
Keragaan
Luar Jawa
Indonesia
Perkembangan Produksi Kedelai di Indonesia, 1970 – 2016
kontribusi
produksi
kedelai
tahun
1970-2016
menunjukkan bahwa produksi kedelai di Jawa menyumbang 66,12%
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
17
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
terhadap produksi nasional, sedangkan Luar Jawa sebesar 33,88%. Perkembangan lima tahun terakhir masih menunjukkan kondisi yang sama, kontribusi produksi Pulau Jawa sebesar 65,27% dan Luar Jawa 34,73% (Gambar 2,Tabel 3, dan Lampiran 3).
Tabel 4. Luas panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai di Jawa, Luar Jawa dan Indonesia, 1970-2016 Rata-rata Luas Panen Wilayah
000 Ha
Jawa
Luar Jawa
Indonesia
Rata-rata Produksi
Rata-rata Produktivitas
Tahun Pertumb. (%)
000 Ton
Pertumb. (%)
Ku/Ha
Pertumb. (%)
1970-2016
554,22
-0,56
619,62
1,36
11,45
1,88
1980-2016
547,21
-0,88
663,58
0,95
12,41
1,78
2012-2016
364,89
-4,75
574,38
-2,44
15,66
2,57
1970-2016
299,14
4,17
317,53
6,00
10,36
1,67
1980-2016
344,07
3,59
375,71
5,23
11,10
1,47
2012-2016
228,42
3,61
305,64
5,57
13,25
1,89
1970-2016
853,36
0,62
937,16
2,35
11,06
1,68
1980-2016
891,28
0,40
11,94
1,56
2012-2016
593,31
-1,68
14,82
1,70
1.039,28 880,03
1,99 0,14
Kontribusi terhadap Indonesia (%) : Jawa
64,95
66,12
Luar Jawa
35,05
33,88
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah oleh Pusdatin
3.1.3. Produktivitas Perkembangan produktivitas kedelai nasional tahun 1980 sampai dengan tahun 2015 menunjukan pola fluktuatif dan cenderung meningkat rata-rata 1,56% per tahun. Selama periode tersebut gejolak penurunan produktivitas hampir tidak terlihat, seperti tersaji pada Gambar
3.
Peningkatan
produktivitas
nasional
disumbang
oleh
pertumbuhan di Jawa sebesar 1,78% per tahun dan Luar Jawa sebesar 1,47% per tahun.
18
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
17,90
15,90
(Ku/Ha)
13,90
11,90
9,90
7,90
1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
5,90
Jawa
Gambar 3.
Luar Jawa
Indonesia
Perkembangan Produktivitas Kedelai di Indonesia, 1970 – 2016
Keragaan produktivitas kedelai nasional lima tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan produktivitas yaitu sebesar 1,70% per tahun, Produktivitas di Jawa tumbuh rata-rata 2,57% per tahun dan Luar Jawa sebesar 1,89% per tahun. Produktivitas kedelai Indonesia tahun 2016 sebesar 15,06 ku/ha atau turun 3,95% dibandingkan tahun 2015 sebesar 15,68 ku/ha (Lampiran 4).
3.2. Provinsi Sentra Produksi Kedelai Sentra produksi kedelai Indonesia berada di 7 (tujuh) provinsi, memberikan kontribusi sebesar 86,34% terhadap produksi kedelai nasional selama lima tahun terakhir, dan 27 provinsi lainnya menyumbang 13,66%. Kontribusi terbesar diberikan oleh Provinsi Jawa Timur sebesar 38,16% (rata-rata produksi 338,01 ribu ton), diikuti Jawa Tengah 13,95% (rata-rata produksi 123,54 ribu ton), dan Nusa Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
19
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Tenggara Barat 11,25% (rata-rata produksi 99,67 ribu ton). Empat provinsi sentra lain berkontribusi di bawah 10%, yakni Jawa Barat 9,14% (rata-rata produksi 80,94 ribu ton), Aceh 5,22% (rata-rata produksi 46,25 ribu ton), Sulawesi Selatan 5,84% (rata-rata produksi 51,70 ribu ton), dan DI. Yogyakarta 2,78% (rata-rata produksi 24,63 ribu ton).
Rincian kontribusi dan rata-rata besaran produksi di
provinsi sentra disajikan di Gambar 4 dan Lampiran 5. DI. Yogyakarta Sulawesi 2,78% Selatan 5,84%
Lainnya 13,66% Jawa Timur 38,16%
Aceh 5,22% Jawa Barat 9,14 %
Gambar 4.
Nusa Tenggara Barat 11,25%
Jawa Tengah 13,95%
Kontribusi Produksi Provinsi Sentra Kedelai di Indonesia, 2012 - 2016
Berdasarkan data sasaran dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, produksi kedelai tahun 2015 adalah sebesar 1,5 juta ton, sedangkan capaian produksi dari hasil Angka Tetap tahun 2015 sebesar 963,18 ribu ton. Dengan kata lain sasaran produksi kedelai tahun 2015 tidak tercapai, karena capaian produksi kedelai tahun 2015 sebesar 64,21% dari sasaran yang telah ditetapkan. Capaian produksi tersebut terealisasi berdasarkan capaian luas panen kedelai tahun yang sama seluas 614,10 ribu hektar, atau hanya tercapai 59,77% dari target luas
20
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
panen sebesar 1,03 juta hektar. Sementara dari target produktivitas yang ditetapkan sebesar 14.60 ku/ha, tercapai peningkatan menjadi sebesar 15,68 ku/ha. Sasaran komoditas kedelai yang ditetapkan oleh Ditjen Tanaman Pangan, tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. Sasaran Komoditas Kedelai Tahun 2015 No. 1 2 3
Uraian
Sasaran
Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton)
ATAP 2015
1.027.425 14,60 1.500.000
ATAP thd Sasaran (%)
614.095 15,68 963.183
59,77 107,40 64,21
Beda (%) -40,23 7,40 -35,79
Sumber: Ditjen Tanaman Pangan diolah Pusdatin
Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan pada era Kabinet Kerja ingin mewujudkan “Indonesia Berkedaulatan Pangan Tiga Tahun Mendatang” untuk komoditas padi, jagung, kedelai, daging sapi,
dan
tebu.
Kedaulatan
pangan
berbeda
makna
dengan
swasembada yang lebih cenderung kepada ketahanan pangan tetapi belum otomatis berdaulat terhadap pangan. Swasembada pangan sama saja dengan ketahanan pangan yakni apabila mampu memenuhi kebutuhan bahan pangan. Artinya, bahan pangan tersedia di pasar dan masyarakat konsumen. Dari mana bahan pangan itu diperoleh sehingga
ada
di
pasar
dan
masyarakat
konsumen
tidak
dipermasalahkan. Kedaulatan pangan cakupannya lebih luas dengan mempertimbangkan status negara kita sebagai negara agraris. Kedaulatan pangan bermakna bahwa bahan pangan yang ada harus diproduksi sendiri dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen. Jadi kedaulatan pangan kriterianya diproduksi sendiri atau
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
21
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
dihasilkan dari pertanian sendiri dan menguasai pasar-pasar sendiri tanpa harus diatur oleh bangsa lain atau luar negeri.
3.3.
Konsumsi Perkapita/Nasional Selama ini sumber data konsumsi berasal dari hasil Susenas yang
dilakukan BPS, berupa konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung. Namun mulai tahun 2015, konsumsi langsung kedelai ditiadakan karena
sedikit, sehingga yang tersedia hanya data konsumsi tidak langsung berupa konsumsi tempe dan tahu. Yang dimaksud konsumsi tidak langsung adalah kedelai yang diolah lebih lanjut menjadi produk tertentu untuk konsumsi atau lainnya. dibuat
Olahan biji kedelai dapat
menjadi berbagai bentuk seperti
tempe,
tahu
(tofu),
bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam), susu kedelai (baik dikonsumsi bagi orang yang sensitif laktosa), tepung kedelai, minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel), serta taosi atau tauco. Seperti kita ketahui produk olahan kedelai adalah penyumbang utama kebutuhan protein nabati. Sebagian besar kedelai oleh masyarakat Indonesia dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, seperti tahu, tempe, tauco, oncom, kecap, dan susu kedelai. Mempertimbangkan hal tersebut maka untuk memudahkan penghitungan dan penyajian data konsumsi, semua produk olahan kedelai dikonversi ke dalam bentuk segar. Bentuk olahan tersebut di atas dicakup di Susenas sampai dengan tahun 2014, namun pada tahun 2015 yang dicakup hanya tempe dan tahu.
22
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Sebagai pembanding disajikan pula keragaan ketersediaan kedelai
untuk
konsumsi
dari
Neraca
Bahan
Makanan
(NBM).
Ketersediaan yang dimaksud dalam NBM adalah selisih produksi ditambah impor, dikurangi ekspor, tercecer, penggunaan pakan, bibit dan untuk industri (diolah untuk bukan makanan). Selama periode 2002–2015 konsumsi kedelai cukup fluktuatif dan cenderung menurun, dengan laju penurunan rata-rata 2,15% per tahun. Konsumsi kacang kedelai pada periode ini rata-rata sebesar 7,52
kg/kapita/tahun,
konsumsi
tertinggi
sebesar
8,63
kg/kapita/tahun terjadi pada tahun 2007. Namun satu tahun kemudian mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 11,16% sehingga
konsumsi
menjadi
7,67
kg/kapita/tahun.
Penurunan
konsumsi pada tahun 2007-2008 tidak terlepas dari terjadinya krisis ekonomi global dan adanya diversifikasi olahan kedelai untuk energi alternatif, dampaknya adalah penurunan daya beli masyarakat dunia termasuk
Indonesia
(Ariani.
2010).
Pada
periode
selanjutnya,
konsumsi kedelai utamanya produk kedelai cenderung menurun hingga tahun 2015 menjadi 6,12 kg/kapita/tahun. Hal ini diduga karena terjadi pergeseran konsumsi dari protein nabati ke protein hewani. Merujuk seiring meningkatnya perekonomian global yang berhubungan dengan peningkatan daya beli penduduk Indonesia (Gambar 5 dan Lampiran 6). Lain halnya keragaan ketersediaan kedelai periode 1993–2015, sangat fluktuatif dan menunjukkan tren peningkatan, gejolak fluktuasi sangat
kentara
terutama
pada
periode
1996–2002.
Angka
ketersediaan tertinggi pada tahun 1999 yaitu 12,29 kg/kapita/tahun, sementara
terendah
terjadi
pada
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
tahun
2001
yaitu
5,76
23
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
kg/kap/tahun.
Secara agregat rata-rata ketersediaan kedelai pada
periode 1993–2015 adalah 9,02 kg/kapita/tahun.
Pada periode ini
ketersediaan kedelai tumbuh sekitar 0,82% setiap tahunnya.
Gambar 5. Perkembangan Konsumsi Kedelai per Kapita per Tahun, 1993 – 2015
Ketersediaan kedelai cenderung mengalami penurunan pada periode 2003–2007 (Gambar 5). Pada periode ini angka ketersediaan menurun sebesar rata-rata 3,37% setiap tahunnya.
Pada tahun
berikutnya kembali meningkat hingga tahun 2011 menjadi sebesar 10,91 kg/kapita/tahun atau naik sebesar 11,78% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9,76 kg/kapita/tahun. Penurunan ketersediaan kembali terjadi pada tahun 2012, berlanjut sampai tahun 2014. Permintaan kedelai berdasarkan data ketersediaan per kapita sempat mengalami penurunan hampir 30% pada masa krisis tahun 1998, walaupun kemudian kembali meningkat drastis pada tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa kedelai masih terimbas krisis dibandingkan komoditas pertanian lainnya, karena sekitar 44% (1,03
24
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
juta ton) kebutuhan kedelai pada saat itu berasal dari impor. Oleh karena itu swasembada kedelai sangat diperlukan mengingat masih adanya peluang untuk meningkatkan produksi kedelai domestik pada masa mendatang dalam rangka mengurangi ketergantungan pada pasokan impor. 3.4.
Harga Produsen dan Konsumen Keragaan harga kedelai nasional baik harga produsen maupun
konsumen
menunjukkan
kecenderungan
yang
terus
meningkat
(Gambar 6). Rata-rata pertumbuhan harga produsen dan konsumen pada periode 1983-2015 berturut-turut adalah 10,59% dan 13,61% per tahun. Rata-rata pertumbuhan harga kedelai pada periode sebelum krisis ekonomi tahun 1997 cenderung lebih rendah dibandingkan dengan masa setelah krisis.
Pada periode 1983-1997 rata-rata
pertumbuhan harga produsen dan konsumen berturut-turut adalah 8,56% dan 10,51% setiap tahunnya.
Rata-rata pertumbuhan harga
kedelai ini meningkat pada periode lima tahun terakhir (2011-2015) yaitu menjadi 4,98% untuk harga produsen dan 8,01% untuk harga konsumen (Gambar 6 dan Lampiran 7). Peningkatan harga kedelai, baik harga produsen maupun konsumen paling fantastis terjadi di tahun 1998, harga produsen naik 63,72% atau dari Rp. 1.231,- menjadi Rp. 2.015,- dan harga konsumen naik lebih tinggi yaitu sebesar 132,67% atau dari Rp. 1.463,- menjadi Rp. 3.404,-. Setelah melewati masa krisis harga kedelai kembali mengalami kenaikan tinggi pada tahun 2008. Harga produsen naik sebesar 35,40% dibandingkan tahun sebelumnya atau dari Rp. 4.588,di tahun 2007 menjadi Rp. 6.212,- di tahun 2008. Sedangkan harga
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
25
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
konsumen tahun 2008 naik sebesar 60,68% dibandingkan tahun sebelumnya atau dari Rp. 4.847,- menjadi Rp. 7.789,-. Harga konsumen kedelai sempat mengalami penurunan di tahun 2014 sebesar 8,41%, namun meningkat kembali tahun 2015 sebesar 26,13%.
14.000 13.000 12.000 11.000
(Rp/Kg)
10.000 9.000
8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000
1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
0
Hrg. Produsen
Gambar 6.
Hrg. Konsumen
Perkembangan Harga Kedelai Tingkat Produsen dan Konsumen di Indonesia, 1983 - 2015
Jika dilihat dari disparitas atau margin harga yang terjadi antara harga produsen dan konsumen, terlihat periode setelah krisis ekonomi global selalu memberikan dampak terjadinya lonjakan margin harga kedelai. Krisis ekonomi pertama tahun 1997-1998 terjadi peningkatan sebesar 498,05% dan krisis yang kedua tahun 2008 lebih tinggi yaitu sebesar 508,54%. Margin harga tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar Rp. 4.437,- per kilogram, dimana harga kedelai tingkat produsen sebesar Rp. 8.327,-, sedangkan harga tingkat konsumen mencapai Rp. 12.764,- per kilogram.
26
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
3.5.
Perkembangan Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia Sepanjang tahun 1980-2015 tercatat volume ekspor kedelai
fluktuatif dan tumbuh sangat fantastis, rata-rata sebesar 517,26% per tahun. Selama periode tersebut tercatat angka pertumbuhan di atas 1000% terjadi tiga kali, yaitu tahun 1988 sebesar 5.600% (tahun 1987 sebesar 10 ton menjadi 570 ton), tahun 1997 sebesar 4591,30% (tahun 1996 sebesar 598 ton menjadi 28,05 ribu ton), dan 2011 sebesar 2.236,62% (tahun 2010 sebesar 385 ton menjadi 8.996 ton). Volume ekspor Indonesia paling tinggi terjadi pada tahun 2014, sebesar 41,30 ribu ton. Selain itu juga diwarnai beberapa kali terjadi penurunan volume ekspor, tertinggi terjadi tahun 1998 sebesar 96,59% (Gambar 7 dan Lampiran 8). Selama lima tahun terakhir volume ekspor tumbuh, rata-rata sebesar 530,52%, terjadi peningkatan tahun 2012 dan selanjtnya terjadi penurunan pada tahun 2013 dan 2015, masing-masing sebesar 67,21% dan 65,23%. Volume ekspor kedelai pada tahun 2015 sebesar 14,36 ribu ton. Meskipun dari sisi pertumbuhan volume ekspor cukup tinggi, namun demikian secara kuantitas besaran volumen ekspor relatif kecil dibandingkan dengan realisasi volume impor pada periode yang sama. Pada periode yang sama volume impor kedelai juga cukup fluktuatif dan menunjukkan tren meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan 25,33% per tahun. Peningkatan volume impor sangat signifikan terjadi pada tahun 1983 sebesar 347,72%, dan tahun 1999 sebesar 116%. Di antara tahun-tahun tersebut terjadi penurunan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
27
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
volume impor tetapi secara persentase tidak terlalu signifikan. Volume impor tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 6,42 juta ton.
Gambar 7.
Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia, 1980 - 2015
Keragaan impor kedelai lima tahun terakhir juga cenderung meningkat, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 52,29% per tahun. Impor kedelai mengalami penurunan di tahun 2012 sebesar 41,58%. Volume impor tahun 2015 relatif tinggi, yaitu sebesar 6,42 juta ton. Secara agregat besaran volume ekspor kedelai sangat kecil dibandingkan impornya, dikarenakan produksi kedelai dalam negeri hanya mampu mencukupi kebutuhan domestik tidak lebih dari 25%. Oleh karena itu sebagian besar kebutuhan kedelai dalam negeri atau 86,95% harus dipenuhi dari impor. Faktor utama penyebab tingginya impor kedelai adalah rendahnya produksi kedelai dalam negeri. Seperti telah diuraikan dalam bahasan sebelumnya, lahan penanaman
28
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
kedelai banyak mengalami transformasi alih fungsi dan harus bersaing dengan tanaman pokok lain seperti padi dan jagung. Disamping itu varietas kedelai kuning, bahan baku utama industri
produk olahan seperti tahu dan tempe merupakan varietas yang kurang optimal pertumbuhannya di Indonesia karena iklim yang kurang sesuai. Hal ini juga menjadi penyebab rendahnya produksi kedelai dalam negeri. Neraca ekspor dan impor kedelai Indonesia selama tiga dekade (1987-2015) menunjukkan adanya fluktuasi defisit kebutuhan kedelai dalam negeri cukup tinggi. Rata-rata peningkatan defisit kedelai pada periode ini mencapai 9,20% per tahun, kenyataan ini sangat mencemaskan
karena
ketergantungan
terhadap
produk
impor
meningkat pesat. Apabila tidak ada terobosan-terobosan yang nyata untuk meningkatkan produksi kedelai domestik dikhawatirkan kita akan menjadi negara impor kedelai. Mengingat pula laju pertumbuhan produksi kedelai dalam negeri hanya 2,37% per tahun, sehingga diperkirakan
tidak akan mampu mengimbangi kebutuhan kedelai
domestik seiring bertambahnya jumlah penduduk (Lampiran 8). Berdasarkan keragaan nilai ekspor dan impor kedelai, neraca perdagangan kedelai Indonesia pada periode 1987-2015 mengalami peningkatan defisit yang cenderung terus meningkat.
Pada tahun
2015 tercatat defisit sebesar 2.879,24 juta US$ (Lampiran 9). Berdasarkan nilai Import Dependency Ratio (IDR) kedelai selama 5 tahun
terakhir
sebesar
67,99%,
menunjukkan
bahwa
tingkat
ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor masih cukup tinggi yakni mencapai 67,99%. Nilai IDR tersebut seiring dengan nilai Self Sufficiency Ratio (SSR) sebesar 32,87%, SSR dalam hal ini menjelaskan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
29
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
bahwa negara kita baru mampu mencukupi kebutuhan kedelai dari
2015
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
1989
1988
1987
hasil dalam negeri sebesar 32,87% (Tabel 6).
0
500.000 1.000.000 1.500.000 2.000.000 2.500.000
3.000.000 3.500.000 Neraca (Ton)
Gambar 8. Perkembangan Neraca Ekspor dan Impor Kedelai di Indonesia, 1987 - 2015
Tabel 6. Import Dependency Ratio (IDR) dan Self Sufficiency Ratio (SSR) Kedelai, 2011 - 2015
Tahun
Uraian
Rerata
2011
2012
2013
2014
2015
Produksi (Ton)
851.286,00
843.150,00
779.992,00
954.997,00
963.183,00
878.521,60
Ekspor (Ton)
8.996,00
33.950,00
11.133,00
41.304,00
14.360,42
21.948,68
Impor (Ton)
2.088.616,00
1.220.120,00
1.785.384,51
1.964.080,90
2.256.931,68
1.863.026,62
IDR (%)
71,26
60,12
69,90
68,25
70,40
67,99
SSR (%)
29,05
41,55
30,54
33,19
30,05
32,87
Sumber: BPS diolah Pusdatin
30
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
BAB IV. KERAGAAN KEDELAI DUNIA 4.1.
Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai Dunia Keragaan luas panen dan produksi kedelai dunia periode 1961-
2014 berdasarkan data FAO cenderung terus meningkat dengan pola serupa.
Rata-rata luas panen pada periode ini meningkat sebesar
3,16% per tahun dan produksi tumbuh sebesar 5,11% setiap tahun. Selama lima dekade ini peningkatan luas panen paling tinggi terjadi tahun
1973
dengan
pertumbuhan
sebesar
17,86%,
sedangkan
peningkatan produksi tertinggi terjadi pada tahun 1977 dengan pertumbuhan sebesar 28,67%. Sempat terjadi penurunan luas panen, tertinggi pada tahun 1983 sebesar 6,36%, namun terjadi penurunan produksi tertinggi pada tahun yang sama sebesar 13,74%.
140.000
(000 Ton) 350.000
120.000
300.000
100.000
250.000
80.000
200.000
60.000
150.000
40.000
100.000
20.000
50.000
Luas Panen
Gambar 9.
2013
2011
2009
2007
2005
2003
2001
1999
1997
1995
1993
1991
1989
1987
1985
1983
1981
1979
1977
1975
1973
1971
1969
1967
1965
1963
1961
-
Produksi
Perkembangan Luas Panen dan Produksi Kedelai Dunia, 1961-2014
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
31
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Perkembangan
sepuluh
tahun
terakhir
(2005–2014)
menunjukkan bahwa luas panen dan produksi kedelai cenderung terus meningkat. Pertumbuhan luas panen tertinggi tahun 2008 sebesar 6,99%, sedangkan pertumbuhan tertinggi produksi terjadi tahun 2010 sebesar 18,58%. Pada tahun 2014 luas panen kedelai dunia mencapai 117,72 juta hektar, meningkat 5,45% dari tahun 2013 sebesar 111,63 juta hektar. Pada tahun yang sama produksi kedelai dunia mencapai 308,44 juta ton, atau meningkat 10,91% dari tahun sebelumnya sebesar 278,09 juta ton (Gambar 9 dan Lampiran 10).
4.2.
Negara Sentra Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai Dunia Selama lima tahun terakhir, beberapa negara yang menjadi
sentra produksi kedelai dunia, yakni
Amerika, Brazil, Argentina,
China, India, dan Paraguay memberikan kontribusi sebesar 92,04% terhadap rata-rata produksi kedelai dunia sebesar 271,02 juta ton. Besaran rata-rata produksi dan kontribusi dari masing-masing negara sentra dari yang tertinggi adalah Amerika 91,40 juta ton atau berkontribusi sebesar 33,72%, Brazil 75,58 juta ton (27,89%), Argentina 48,87 juta ton (18,04%), China 13,35 juta ton (4,92%), India 12,42 juta ton (4,58%), dan Paraguay 7,84 juta ton (2,89%). Produksi kedelai Indonesia menempati posisi ke-12 dunia, atau memberikan kontribusi sebesar 0,32% dengan
rata-rata produksi lima tahun
terakhir sebesar 867 ribu ton (Gambar 10 dan Lampiran 11).
32
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Gambar 10. Negara Sentra Produksi Kedelai Dunia dan Kontribusinya, Tahun 2010 -2014
Gambar 11. Negara Sentra Luas Panen Kedelai Dunia dan Kontribusinya, 2010 -2014
Amerika, Brazil, dan Argentina sebagai tiga negara produsen kedelai tertinggi dunia, pertumbuhan produksi lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 4,96% per tahun, 6,77% per tahun, dan 1,52% per tahun. Pada periode ini
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
33
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
fenomena penurunan produksi terjadi di China dan India, yakni sebesar 5,05% per tahun dan 3,61% per tahun. Negara produsen kedelai lain yang menunjukkan pertumbuhan positif karena masih terus mengalami peningkatan produksi adalah Paraguay sebesar 20,64% per tahun. Luas panen kedelai terbesar dunia juga terdistribusi di 6 (enam) negara sentra produsen dengan urutan yang hampir sama. Ada sedikit perbedaan pada luas panen India lebih tinggi dari pada China, meskipun dari sisi produksi China lebih tinggi dari India. Kondisi ini menunjukkan bahwa produktivitas kedelai China lebih tinggi daripada India. Total kontribusi luas panen kedelai enam negara sentra mencapai 90,39%, Amerika memberikan kontribusi terbesar yaitu 29,07% atau 31,23 juta hektar, diikuti Brasil dengan kontribusi sebesar 24,29% (26,09 juta hektar), Argentina 17,34% (18,63 juta hektar), India 10,00% (10,74 juta hektar), China 6,91% (7,42 juta hektar), dan Paraguay 2,79% (3,00 juta hektar). Luas panen Indonesia berada pada urutan 13 dunia dengan kontribusi sebesar 0,56% atau rata-rata luas panen lima tahun terakhir 603 ribu hektar terhadap rata-rata luas panen kedelai dunia yang mencapai 107,42 juta hektar (Gambar 11 dan Lampiran 12). Keragaan produktivitas kedelai dunia menunjukkan fenomena yang menarik, kecuali Amerika, negara-negara produsen utama kedelai di dunia tidak menempati posisi yang sama jika ditinjau dari produktivitasnya. Lima negara dengan produktivitas kedelai tertinggi di dunia ditempati oleh Thailand, Turki, Italia, Yunani, dan Amerika.
34
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Thailand menempati urutan pertama dengan rata-rata produktivitas 45,37 ku/ha diikuti oleh Turki 39,46 ku/ha,
Italia
dengan 34,05
ku/ha, Yunani 31,68 ku/ha, dan Amerika 29,21 ku/ha (Gambar 12 dan Lampiran 13). Selama lima tahun terakhir rata-rata produktivitas kedelai dunia sebesar 25,00 ku/ha. Produktivitas kedelai Indonesia masih jauh di bawah rata-rata dunia yaitu sebesar 14,39 ku/ha, berada di urutan 59 dunia. Setelah membandingkan angka produktivitas kedelai Indonesia dengan negara-negara sentra dan dunia, terlihat bahwa Indonesia masih mempunyai peluang besar untuk meningkatkan produksi
kedelai
melalui
intensifikasi
dengan
peningkatan
produktivitas juga dengan ekstensifikasi melalui perluasan lahan tanam. Tentu saja dengan memanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya yang ada dan selalu melakukan inovasi budidaya kedelai.
Gambar 12. Negara dengan Produktivitas Kedelai Tertinggi Dunia, 2010 - 2014
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
35
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Perkembangan produktivitas kedelai dunia lima tahun terakhir cenderung mengalami stagnasi, dengan rata-rata pertumbuhan tidak sampai 1% hanya 0,65% per tahun. Pada periode ini peningkatan ratarata produktivitas kedelai sangat signifikan terjadi di Thailand sebesar 54,47%
per
tahun.
Negara
lain
yang
mengalami
peningkatan
produktivitas adalah Turki sebesar 4,60%, Itali 5,10%, dan Amerika 2,63%. Produktivitas kedelai Indonesia pada periode yang sama meningkat 3,28% per tahun (Gambar 12 dan Lampiran 13). 4.3.
Harga Produsen Dunia Perkembangan rata-rata harga produsen kedelai tertinggi dunia
periode 2008–2012 di 10 negara, tertinggi di Suriname sebesar 2.328,54 USD/ton, diikuti Jepang dan Laos di urutan kedua dan ketiga, masing-masing sebesar 1.515,28 USD/ton dan 840,04 USD/ton. Indonesia di urutan kelima dengan rata-rata harga kedelai per tahun sebesar 729,12 USD/ton. Tingginya rata-rata harga kedelai Indonesia lima tahun terakhir diduga sangat dipengaruhi oleh tingginya permintaan dalam negeri. Di sisi lain produksi kedelai dalam negeri cenderung stagnan, kalaupun produksi meningkat peningkatannya tidak setinggi peningkatan kebutuhan. Hal ini menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan domestik, yang memberikan efek berantai pada peningkatan volume impor relatif tinggi dan berdampak pada melonjaknya harga kedelai dalam negeri.
36
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Gambar 13.
Rata-rata Harga Produsen Kedelai di 10 Negara Tertinggi, Tahun 2008–2012
Pada periode yang sama peningkatan harga kedelai paling tinggi terjadi di China, rata-rata meningkat sebesar 14,16% per tahun. Berikutnya Suriname mengalami peningkatan harga rata-rata 11,80% per tahun dan Peru meningkat sebesar 9,55% per tahun. Indonesia berada di urutan keempat, dengan peningkatan harga kedelai ratarata 6,05% per tahun (Gambar 13 dan Lampiran 14).
4.4.
Ekspor dan Impor Kedelai Dunia Keragaan kedelai dunia dari sisi volume ekspor dan impor
kedelai pada dua dekade ini (1991–2013) menunjukkan keselarasan. Hal ini dapat dilihat dari seimbangnya angka pertumbuhan keduanya, pada periode tersebut volume ekspor rata-rata meningkat sebesar 6,65% per tahun dan volume impor 6,46% per tahun. Pada tahun 1991 volume ekspor dan impor kedelai dunia masing-masing sebesar 27,191
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
37
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
juta ton dan 26,468 juta ton, sedangkan tahun 2013 volume ekspor meningkat menjadi 106,17 juta ton dan volume impor meningkat menjadi 103,02 juta ton (Gambar 14 dan Lampiran 15).
Gambar 14. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Kedelai Dunia, 1991 – 2013
Negara pengekspor kedelai dunia berdasarkan data FAO didominasi oleh tujuh negara dengan total kontribusi mencapai 97,35%. Rata-rata volume ekspor dunia periode 2009 – 2013 sebesar 94,58 juta ton, terkonsentrasi di dua negara, yaitu Amerika sebesar 40,04 juta ton (berkontribusi 42,33% terhadap total ekspor dunia) dan Brazil sebesar 33,18 juta ton (berkontribusi 35,08%). Selanjutnya adalah Argentina, Paraguay, Kanada, Uruguay, dan Netherlands dengan rata-rata volume ekspor masing-masing 8,53 juta ton (berkontribusi 9,02%), 4,03 juta ton (4,26%), 2,92 juta ton (3,09%), 2,17 juta ton (2,29%), dan 1,21 juta ton (1,28%). Pada periode ini Indonesia berada di urutan 56 dunia dengan kontribusi sangat kecil,
38
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
hanya 0,001% atau rata-rata volume ekspor 946 ribu ton (Gambar 15 dan Lampiran 16).
Gambar 15. Kontribusi Volume Ekspor Negara Pengekspor Kedelai Dunia dan Indonesia, 2009 – 2013
Tren volume ekspor kedelai dunia lima tahun terakhir cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dengan rata-rata peningkatan sebesar 6,42%. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor di tujuh negara pengekspor pada periode yang sama paling tinggi adalah Argentina sebesar 45,01% per tahun, diikuti
Uruguay 38,80% per
tahun, Paraguay 37,75% per tahun, Netherlands 17,09% per tahun, Brazil 11,37% per tahun, dan Canada 11,15% per tahun. Volume ekspor Amerika pada periode tersebut masih meningkat, tetapi relatif kecil hanya 0,68% per tahun. Adapun Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan volume ekspor, rata-rata per tahun meningkat sebesar 74,36%.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
39
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Tidak jauh berbeda dengan volumen ekspor, keragaan nilai ekspor kedelai dunia juga
didominasi oleh 7 (tujuh) negara yang
sama, total kontribusi ke-7 negara mencapai 97,08%. Terkonsentrasi di Amerika dan Brazil berturut-turut menyumbang sebesar 43,02% dan 35,12% dari total nilai ekspor kedelai dunia atau rata-rata sebesar 20,20 milyar US$ dan 16,49 milyar US$ untuk periode 2009 – 2013. Nilai ekspor kedelai Indonesia menduduki posisi ke-54 dunia dengan kontribusi sangat kecil, hanya 0,001% atau rata-rata sebesar 635 ribu US$ (Gambar 16 dan Lampiran 17).
Gambar 16. Kontribusi Nilai Ekspor Negara Pengekspor Kedelai Dunia dan Indonesia, 2009 – 2013
Dalam hal pertumbuhan nilai ekspor selama periode 2009 – 2013, paling tinggi Argentina meningkat rata-rata 48,43% per tahun, Uruguay meningkat 44,03% per tahun, dan Paraguay 43,39% per tahun. Sedangkan Amerika, Brazil, Kanada, dan Netherlands meningkat masing-masing sebesar 8,27%, 20,07%, 21,22%, dan 25,11% per tahun. Pertumbuhan nilai ekspor Indonesia pada periode tersebut rata-rata
40
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
55,13% per tahun. Nilai ekspor dunia pada kurun waktu tersebut mengalami peningkatan rata-rata sebesar 14,98% per tahun. Secara agregat keragaan volume impor dunia tahun 2009 – 2013 rata-rata mencapai 93,65 juta ton, terkonsentrasi di China dengan kontribusi sebesar 60,54% atau
56,70 juta ton terhadap rata-rata
volume impor dunia. Volume impor negara lain relatif kecil, besaran kontribusi di bawah 5%, termasuk Indonesia yang berkontribusi sebesar 1,89% atau rata-rata setiap tahun mengimpor kedelai sebesar 1,77 juta ton. Selama kurun waktu tersebut Indonesia masuk sebagai negara pengimpor terbesar ke-10.
Gambar 17.
ontribusi Volume Impor Negara Pengimpor Kedelai Dunia dan Indonesia, 2009 – 2013
Perkembangan volume impor dunia cenderung meningkat pada periode
2009 - 2013, tidak mengalami gejolak pertumbuhan yang
berarti, rata-rata per tahun meningkat 6,59%. Peningkatan volume impor cukup tinggi terjadi hanya di Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
China, rata-rata per tahun
41
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
meningkat sebesar 10,48%. Volume impor Indonesia rata-rata per tahun meningkat 9,33%. Dua negara justru cenderung mengalami penurunan, yakni Jepang turun rata-rata 4,63% per tahun dan Taiwan rata-rata turun 2,25% per tahun (Gambar 17 dan Lampiran 18). Nilai impor kedelai dunia rata-rata per tahun mencapai 50,23 milyar US$, didominasi oleh China yang memberikan kontribusi sebesar 60,91% atau nilai impor rata-rata per tahun 30,60 milyar US$. Nilai impor negara pengimpor lain terpaut jauh dari China, pada kisaran 1-2 milyar US$, termasuk nilai impor Indonesia sebesar 1,00 milyar US$ atau berkontribusi hanya 2,00% terhadap nilai impor dunia pada periode 2009 - 2013. Thailand 1,96%
Lainnya 15,56%
Indonesia 2,00% Netherlands 3,18% Taiwan 2,49%
Spain 3,29% Germany 3,48%
China 60,91%
Japan 3,62%
Mexico 3,52%
Gambar 18. Kontribusi Nilai Impor Negara Pengimpor Kedelai Dunia dan Indonesia, 2009 – 2013
Keragaan global nilai impor kedelai dunia periode 2009 – 2013 terus meningkat dari waktu ke waktu seiring peningkatan volume ekspor, rata-rata per tahun meningkat sebesar 14,57%. Pertumbuhan
42
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
nilai impor tertinggi terjadi di China sebesar 18,97%, kedua adalah Indonesia sebesar 17,92%, dan ketiga Thailand sebesar 12,32% (Gambar 18 dan Lampiran 19).
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
43
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
44
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
BAB V. ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI 5.1. Produksi Kedelai 2016 - 2020 Analisis produksi kedelai menggunakan angka produksi kedelai. yang merupakan hasil perkalian besaran luas panen kedelai dengan produktivitas per hektar. Untuk menduga proyeksi produksi tersebut maka dilakukan proyeksi terhadap dua indikator luas panen dan produktivitas. Pada analisis ini dilakukan pemodelan berdasarkan data produksi tahunan, sehingga data series yang dibutuhkan adalah data luas panen dan produktivitas kedelai per tahun. Berdasarkan
hasil
proyeksi
yang dilakukan
oleh
Pusdatin
menggunakan persamaan simultan, luas panen kedelai tahun 2016 diperkirakan mengalami
penurunan
sebesar 4,25% dibandingkan
tahun sebelumnya, menjadi 587,98 ribu hektar. Proyeksi luas panen hingga lima tahun ke depan (2016-2020) diperkirakan akan mengalami penurunan, rata-rata turun 2,90% per tahun seperti yang terlihat di Tabel 6. Penurunan
luas panen kedelai tahun 2016 diperkirakan
merupakan dampak dari adanya peningkatan luas panen padi sebesar 6,51% dan jagung sebesar 15,77%. Potensi peningkatan luas panen kedelai sebenarnya dapat diupayakan, seiring direalisasikannya program cetak sawah baru oleh Kementerian Pertanian. Berdasarkan renstra Kementerian Pertanian 2014-2019, akan dilakukan Perluasan Areal Pertanian untuk Lahan Sawah seluas 1 juta hektar.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
45
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Tabel 7. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas, Indonesia, 2016 – 2020 Tahun
dan Produksi Kedelai
Luas Panen
Pertumbuhan
Produktivitas
Pertumbuhan
Produksi
Pertumbuhan
( Ha)
(%)
(Ku/Ha)
(%)
(Ton)
(%)
2015
614.095,00
15,68
963.183,00
2016*)
587.978,00
-4,25
15,06
-3,95
885.575,00
2017*)
589.149,92
0,20
16,10
6,91
943.862,24
6,58
2018*)
544.307,55
-7,61
16,55
2,80
935.191,57
(0,92)
2019*)
507.515,23
-6,76
17,02
2,84
893.414,02
(4,47)
2020*)
527.356,83 Rata-rata
3,91 -2,90
17,52
2,94 2,30
967.291,32
8,27 0,28
-8,06
Keterangan : *) Angka Proyeksi Pusdatin
Pada periode 2016-2020 ini, produktivitas kedelai diperkirakan cukup prospektif, karena akan terus meningkat rata-rata 2,30% per tahun. Tahun 2016 produktivitas akan turun 3,95% menjadi 15,06 ku/ha dari tahun 2015 sebesar 15,68 ku/ha.
Upaya peningkatan
produktivitas merupakan harapan meningkatkan produksi kedelai di tahun-tahun mendatang. Terutama untuk wilayah sentra produksi di Jawa, mengingat ekstensifikasi lahan tidak memungkinkan diterapkan di Pulau Jawa. Meskipun terjadi penurunan luas panen, efek penurunan produktivitas tahun 2016 diperkirakan akan
menyebabkan produksi
kedelai tahun 2016 turun sebesar 8,06% menjadi 885,58 ribu ton. Tahun 2017 diperkirakan produksi meningkat 6,58% menjadi 943,86 ribu ton. Namun tahun 2018 dan 2019 diperkirakan turun sebesar 0,92% dan 4,47%, masing-masing menjadi sebesar 935,19 ribu ton dan 893,41 ribu ton.
Pada tahun
2020 produksi kedelai diperkirakan
mencapai 967,29 ribu ton. Secara rata-rata produksi kedelai lima tahun ke depan meningkat tipis sebesar 0,28% per tahun (Tabel 6). Sasaran produksi kedelai yang dicanangkan oleh Ditjen Tanaman Pangan
46
adalah
peningkatan
produksi
melalui
peningkatan
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
produktivitas, walaupun tetap tidak meninggalkan program-program peningkatan
luas
panen.
Fokus
program
pemerintah
untuk
peningkatan produksi dan produktivitas kedelai tertuang dalam 2 (dua) Langkah Operasional yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2014-2019, yakni: (1) Peningkatan luas penanaman, melalui: - Pemanfaatan dan pencetakan lahan baku sawah baru 1 juta Hektar, -
Optimasi lahan 1 juta hektar,
-
Penambahan lahan kering 1 juta hektar untuk kedelai dan jagung serta untuk produk pertanian lainnya,
-
Peningkatan indeks pertanaman (IP),
-
Pemanfaatan lahan terlantar, dan
-
Penerapan pola tumpangsari.
(2) Peningkatan produktivitas, melalui: -
Penerapan pengelolaan tanaman terpadu padi, jagung, dan kedelai,
-
Penyediaan benih unggul padi dan jagung,
-
Subsidi dan penyediaan pupuk,
-
Bantuan pengolahan pupuk organik sekitar 1500 unit,
-
Pembangunan 1000 desa mandiri benih,
-
Pemberdayaan penangkar benih,
-
Bantuan alat dan mesin pertanian sebanyak 70 ribu unit,
-
Pengembangan jaringan dan optimasi air untuk 4,5 juta hektar,
-
Dukungan peralatan pasca panen sekitar 30 ribu unit,
-
Penerapan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
47
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Upaya tersebut diharapkan akan membawa angin segar tercapainya peningkatan produksi kedelai pada tahun 2016 sampai 2020. 5.2.
Konsumsi Kedelai 2016 - 2020 Proyeksi
permintaan
kedelai
pada
analisis
ini
dihitung
berdasarkan data konsumsi Susenas bersumber dari BPS dalam bentuk tahu dan tempe, kemudian dikonversikan ke dalam bentuk kedelai segar. Selanjutnya dilakukan proyeksi sampai lima tahun ke depan (2016-2020). Total permintaan merupakan hasil perkalian konsumsi per kapita per tahun dikalikan data proyeksi jumlah penduduk tengah tahun yang diterbitkan BPS. Tabel 8. Proyeksi Konsumsi KedelaiTahun 2016 – 2020
Tahun
Konsumsi
Pertumbuhan
( Kg/kap/thn)
(%)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pertumbuhan
Konsumsi
Pertumbuhan
(%)
Nasional (Ton)
(%)
2015
6,12
2016*)
9,61
57,03
258.705.000
1,27
2.486.775,94
59,02
2017*)
10,39
8,07
261.890.900
1,23
2.720.496,48
9,40
2018*)
10,45
0,64
265.015.300
1,19
2.770.496,45
1,84
2019*)
10,50
0,45
267.974.200
1,12
2.813.970,28
1,57
10,60
0,97 13,43
271.066.400
1,15 1,19
2.874.144,15
2,14 14,79
2020*) Rata-rata
255.461.700
1.563.827,04
Keterangan : *) Angka Proyeksi Pusdatin
Hasil proyeksi permintaan kedelai per kapita pada tahun 20162020 diperkirakan
akan terus meningkat, rata-rata per tahun
meningkat 14,79%. Peningkatan konsumsi kedelai sangat signifikan terjadi tahun 2016 sebesar 59,02%, dari tahun 2015 sebesar 1,56 juta ton meningkat menjadi 2,49 juta ton. Pada tahun 2020 konsumsi nasional kedelai diperkirakan akan mendekati 3 juta ton, yakni
48
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
sebesar 2,87 juta ton. Rincian hasil proyeksi disajikan pada Tabel 7 di bawah. 5.3
Neraca Kedelai 2016 - 2020 Pada periode 2016 - 2020 diperkirakan defisit pasokan kedelai
Indonesia akan semakin meningkat, setelah menghitung angka kebutuhan dan mempertimbangkan kemampuan produksi kedelai dalam negeri. Pada tahun 2016 diperkirakan kekurangan pasokan kedelai akan mencapai 1,60 juta ton, naik 166,58% dari tahun 2015. Peningkatan defisit ini diperkirakan akan berlanjut sampai tahun 2020, meskipun pada periode yang sama prediksi produksi meningkat namun laju pertumbuhan produksi lebih rendah dari laju konsumsi nasional. Pada tahun 2020 defisit pasokan kedelai diperkirakan mendekati angka 2 juta ton, yakni sebesar 1,91 juta ton atau turun 0,71% dari tahun 2019 yang mengalami defisit sebesar 1,92 juta ton (Tabel 9). Tabel 9. Proyeksi Neraca Kedelai Tahun 2016 - 2020
Tahun
Konsumsi Nasional Pertumbuhan (Ton)
(%)
Produksi
Pertumbuhan
Surplus/Defisit
Pertumbuhan
(Ton)
(%)
(Ton)
(%)
2015
1.563.827,04
963.183,00
2016*)
2.486.775,94
59,02
885.575,00
-8,06
-1.601.200,94
166,58
2017*)
2.720.496,48
9,40
943.862,24
6,58
-1.776.634,24
10,96
2018*)
2.770.496,45
1,84
935.191,57
-0,92
-1.835.304,88
3,30
2019*)
2.813.970,28
1,57
893.414,02
-4,47
-1.920.556,26
4,65
2020*)
2.874.144,15 Rata-rata
2,14
967.291,32
8,27
-1.906.852,83
-0,71
14,79
-600.644,04
0,28
36,95
Keterangan : *) Angka Proyeksi Pusdatin
Kekurangan pasokan kedelai yang cukup besar dari tahun ke tahun dipenuhi dari impor. Besaran volume impor selalu mengikuti Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
49
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
tingginya defisit kedelai dalam negeri. Diharapkan beberapa tahun ke depan
peningkatan
produksi
tercapai
dan
kedaulatan
pangan
terealisasi sehingga akan meminimalisir ketergantungan pada impor. Seiring bergulirnya program pemerintah untuk mencapai kedaulatan pangan, yang didalamnya terikut program-program/bantuan sarana prasarana peningkatan produksi pertanian. Pencanangan program kedaulatan pangan diharapkan memberikan ekses positif kepada petani sehingga petani bergairah kembali untuk bercocok tanam.
50
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
VI.
KESIMPULAN
1. Perkembangan luas panen kedelai di Indonesia cukup fluktuatif
dan
cenderung
meningkat
dengan
rata-rata
pertumbuhan 0,40% per tahun selama periode 1980-2016. Luas panen
kedelai tahun 2016 mencapai 589,42 ribu
hektar, turun 4,02% dibandingkan tahun 2015. 2. Perkembangan produktivitas kedelai di Indonesia berfluktuasi dengan rata-rata pertumbuhan 1,56% per tahun selama periode 1980-2016. Produktivitas kedelai tahun 2016 sebesar 15,06 ku/ha atau turun 3,95% dibandingkan tahun 2015. 3. Perkembangan produksi kedelai
di Indonesia rata-rata
tumbuh 1,99% per tahun selama periode 1980-2016. Produksi kedelai tahun 2016 sebesar 887,54 ribu ton, turun 7,85% dibandingkan tahun 2015. 4. Produksi kedelai terkonsentrasi di Pulau Jawa, periode 20122016 kontribusi terhadap produksi nasional mencapai 65,27% atau sebesar 574,38 ribu ton. 5. Rata-rata konsumsi per kapita kedelai masyarakat Indonesia tahun 2015 sebesar 6,12 kg/kapita/tahun. 6. Keseimbangan
penawaran
dan
permintaan
kedelai
di
Indonesia periode 2016–2020 mengalami peningkatan defisit rata-rata sebesar 36,95% per tahun.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
51
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
52
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013.Alih Fungsi Lahan Pertanian di Indonesia 80 Ribu Hektar Per Tahun. http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/ Ariani, M. 2010. Analisis Konsumsi Pangan Tingkat Masyarakat Mendukung Pencapaian Diversifikasi Pangan, http://www.journal.persagi.org/go/index.php/Gizi Departemen Pertanian. 2004. Profil Kedelai (Glicine max). Buku 1. Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen Pertanian, Jakarta. Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Pembangunan Tanaman Pangan Tahun 2015-2019. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Jakarta. http://imabio-unja.blogspot.com/2010/07/makalah-tentangkedelai.html http://anggistlicious.blogspot.com/2013/11/makalah-tentangmelambungnya-harga.html http://finance.detik.com/read/2013/09/16/185357/2360418/1036/mentan -suswono-70-kebutuhan-kedelai-di-indonesia-dari-impor Nainggolan, DR. Ir. Kaman. 2008. Melawan Kelaparan dan Kemiskinan Abad ke-21. Kekal Pres. Bogor Kementerian Pertanian. 2015. Rencana Strategis Pertanian Tahun 20116-2020. Jakarta.
Kementerian
Sembiring RK. 2003. Analisis Regresi. Edisi Kedua. Penerbit ITB. Bandung. Statsoft. 2008. Time Series Analysis. [terhubung berkala]. http://www. statsoft.com/ textbook/stct.html [19 September 2009]. Statsoft. 2008. Regression. [terhubung berkala]. http://www. statsoft.com/ textbook/stct.html [19 September 2009].
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
53
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
54
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
LAMPIRAN
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
55
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
56
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
LAMPIRAN I Lampiran 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai di Indonesia, 1970 – 2016 Luas Panen
Produktivitas
Tahun (000 Ha) 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016*)
694,73 679,63 697,50 743,66 753,50 751,69 646,34 646,12 733,14 784,49 732,35 809,98 607,79 639,88 858,85 896,22 1253,77 1100,57 1177,36 1198,10 1334,10 1368,20 1665,71 1470,21 1406,92 1477,43 1279,29 1119,08 1095,07 1151,08 824,48 678,85 544,52 526,80 565,16 621,54 580,53 459,12 590,96 722,79 660,82 622,25 567,62 550,79 615,69 614,10 589,42
Pertumb. (%) -2,17 2,63 6,62 1,32 -0,24 -14,02 -0,03 13,47 7,00 -6,65 10,60 -24,96 5,28 34,22 4,35 39,90 -12,22 6,98 1,76 11,35 2,56 21,74 -11,74 -4,30 5,01 -13,41 -12,52 -2,15 5,11 -28,37 -17,66 -19,79 -3,26 7,28 9,98 -6,60 -20,91 28,72 22,31 -8,57 -5,84 -8,78 -2,96 11,78 11,49 -4,27
(Ku/Ha) 7,17 7,59 7,43 7,28 7,82 7,85 8,07 8,09 8,41 8,67 8,91 8,69 8,58 8,38 8,96 9,70 9,78 10,55 10,79 10,98 11,15 11,37 11,22 11,62 11,12 11,37 11,86 12,13 11,92 12,01 12,34 12,18 12,36 12,75 12,80 13,01 12,88 12,91 13,13 13,48 13,73 13,68 14,85 14,16 15,51 15,68 15,06
Produksi
Pertumb. (%) 5,87 -2,07 -2,08 7,49 0,34 2,88 0,23 3,94 3,04 2,86 -2,51 -1,27 -2,34 6,92 8,33 0,82 7,81 2,29 1,73 1,57 1,97 -1,27 3,53 -4,29 2,24 4,30 2,24 -1,67 0,76 2,74 -1,31 1,47 3,14 0,41 1,59 -0,97 0,23 1,70 2,67 1,85 -0,36 8,55 -4,65 9,53 10,73 -2,90
(000 Ton) 497,88 515,64 518,23 541,04 589,24 589,83 521,78 522,82 616,60 679,83 652,76 703,81 521,39 536,10 769,38 869,72 1226,73 1160,96 1270,42 1315,11 1487,43 1555,45 1869,71 1708,53 1564,85 1680,01 1517,18 1356,89 1305,64 1382,85 1017,63 826,93 673,06 671,60 723,48 808,35 747,61 592,53 775,71 974,51 907,03 851,29 843,15 779,99 955,00 963,18 887,54
Pertumb. (%) 3,57 0,50 4,40 8,91 0,10 -11,54 0,20 17,94 10,25 -3,98 7,82 -25,92 2,82 43,51 13,04 41,05 -5,36 9,43 3,52 13,10 4,57 20,20 -8,62 -8,41 7,36 -9,69 -10,56 -3,78 5,91 -26,41 -18,74 -18,61 -0,22 7,73 11,73 -7,51 -20,74 30,91 25,63 -6,92 -6,15 -0,96 -7,49 22,44 23,49 -7,06
Rata-rata Pertumbuhan (%) 1980-2016
0,69
1,85
2,63
2012-2016
1,45
4,25
6,08
Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Keterangan : *) Angka Ramalan II
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
57
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Lampiran 2.
Perkembangan Luas Panen Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, 1970-2016 Luas Panen (000 Ha)
Tahun
Jawa
Pertumb. (%)
1970 596,72 1971 581,50 1972 582,05 1973 598,44 1974 611,98 1975 601,08 1976 499,10 1977 517,26 1978 594,12 1979 619,56 1980 586,50 1981 652,64 1982 462,33 1983 474,95 1984 617,79 1985 581,76 1986 733,82 1987 613,47 1988 656,41 1989 681,18 1990 725,66 1991 710,67 1992 879,65 1993 767,16 1994 725,73 1995 769,87 1996 742,92 1997 694,07 1998 668,78 1999 705,10 2000 553,14 2001 468,08 2002 396,80 2003 374,35 2004 384,48 2005 423,87 2006 390,57 2007 325,69 2008 389,78 2009 460,48 2010 439,59 2011 404,18 2012 382,04 2013 342,80 2014 378,99 2015 358,07 2016*) 323,28 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1980-2016 2012-2016
Sumber
-2,55 0,10 2,82 2,26 -1,78 -16,97 3,64 14,86 4,28 -5,34 11,28 -29,16 2,73 30,07 -5,83 26,14 -16,40 7,00 3,77 6,53 -2,07 23,78 -12,79 -5,40 6,08 -3,50 -6,58 -3,64 5,43 -21,55 -15,38 -15,23 -5,66 2,71 10,25 -7,86 -16,61 19,68 18,14 -4,54 -8,06 -5,48 -10,27 10,56 -5,52 -9,71
Luar Jawa 98,02 98,13 115,45 145,22 141,52 150,61 147,24 128,87 139,02 164,93 145,85 157,34 145,46 164,93 241,07 314,46 519,95 487,10 520,95 516,92 608,44 657,53 786,06 703,04 681,19 707,57 536,37 425,01 426,29 445,98 271,34 210,77 147,73 152,45 180,68 197,67 189,97 133,43 201,18 262,31 221,23 218,07 185,59 208,00 236,70 256,03 266,14
Pertumb. (%)
0,12 17,65 25,78 -2,55 6,42 -2,24 -12,48 7,88 18,63 -11,57 7,88 -7,55 13,38 46,17 30,44 65,35 -6,32 6,95 -0,77 17,70 8,07 19,55 -10,56 -3,11 3,87 -24,19 -20,76 0,30 4,62 -39,16 -22,33 -29,91 3,20 18,52 9,40 -3,90 -29,76 50,78 30,39 -15,66 -1,43 -14,90 12,08 13,80 8,16 3,95
-0,88 -4,09
3,59 4,62
Indonesia 694,73 679,63 697,50 743,66 753,50 751,69 646,34 646,12 733,14 784,49 732,35 809,98 607,79 639,88 858,85 896,22 1253,77 1100,57 1177,36 1198,10 1334,10 1368,20 1665,71 1470,21 1406,92 1477,43 1279,29 1119,08 1095,07 1151,08 824,48 678,85 544,52 526,80 565,16 621,54 580,53 459,12 590,96 722,79 660,82 622,25 567,62 550,79 615,69 614,10 589,42
Pertumb. (%)
-2,17 2,63 6,62 1,32 -0,24 -14,02 -0,03 13,47 7,00 -6,65 10,60 -24,96 5,28 34,22 4,35 39,90 -12,22 6,98 1,76 11,35 2,56 21,74 -11,74 -4,30 5,01 -13,41 -12,52 -2,15 5,11 -28,37 -17,66 -19,79 -3,26 7,28 9,98 -6,60 -20,91 28,72 22,31 -8,57 -5,84 -8,78 -2,97 11,78 -0,26 -4,02 0,38 -0,85
: Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
Keterangan : *) Angka Ramalan II
58
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « Lampiran 3. Perkembangan Produksi Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, 19702016 Produksi (000 Ton) Tahun
Jawa
1970 429,26 1971 451,73 1972 446,65 1973 439,44 1974 457,17 1975 467,66 1976 406,07 1977 418,46 1978 508,53 1979 545,02 1980 528,64 1981 579,39 1982 402,93 1983 399,13 1984 564,81 1985 593,03 1986 714,92 1987 656,70 1988 743,41 1989 795,43 1990 873,81 1991 869,53 1992 1079,43 1993 954,95 1994 836,53 1995 904,95 1996 917,56 1997 876,14 1998 830,25 1999 886,35 2000 712,45 2001 587,17 2002 502,59 2003 488,15 2004 502,20 2005 563,23 2006 518,43 2007 424,99 2008 519,00 2009 646,84 2010 633,21 2011 574,12 2012 603,64 2013 521,95 2014 622,16 2015 599,84 2016*) 524,57 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1980-2016 2012-2016
Pertumb. (%)
5,24 -1,13 -1,61 4,03 2,30 -13,17 3,05 21,52 7,18 -3,01 9,60 -30,46 -0,94 41,51 5,00 20,55 -8,14 13,20 7,00 9,85 -0,49 24,14 -11,53 -12,40 8,18 1,39 -4,51 -5,24 6,76 -19,62 -17,59 -14,40 -2,87 2,88 12,15 -7,95 -18,02 22,12 24,63 -2,11 -9,33 5,14 -13,53 19,20 -3,59 -12,55
Luar Jawa 68,63 63,91 71,58 101,60 132,07 122,17 115,71 104,36 108,07 134,81 124,12 124,42 118,47 136,98 204,57 276,69 511,81 504,26 527,01 519,69 613,63 685,93 790,28 753,58 728,32 775,06 599,62 480,76 475,39 496,50 305,18 239,77 170,47 183,45 221,28 245,13 229,19 167,55 256,71 327,67 273,82 277,17 239,51 258,04 332,84 363,34 362,97
Pertumb. (%)
-6,87 12,00 41,93 29,99 -7,50 -5,29 -9,81 3,56 24,74 -7,92 0,24 -4,79 15,63 49,35 35,25 84,98 -1,48 4,51 -1,39 18,08 11,78 15,21 -4,64 -3,35 6,42 -22,64 -19,82 -1,12 4,44 -38,53 -21,44 -28,90 7,62 20,62 10,78 -6,50 -26,89 53,22 27,64 -16,44 1,22 -13,59 7,73 28,99 9,16 -0,10
0,95 -1,07
5,23 6,44
Indonesia 497,88 515,64 518,23 541,04 589,24 589,83 521,78 522,82 616,60 679,83 652,76 703,81 521,39 536,10 769,38 869,72 1226,73 1160,96 1270,42 1315,11 1487,43 1555,45 1869,71 1708,53 1564,85 1680,01 1517,18 1356,89 1305,64 1382,85 1017,63 826,93 673,06 671,60 723,48 808,35 747,61 592,53 775,71 974,51 907,03 851,29 843,15 779,99 955,00 963,18 887,54
Pertumb. (%)
3,57 0,50 4,40 8,91 0,10 -11,54 0,20 17,94 10,25 -3,98 7,82 -25,92 2,82 43,51 13,04 41,05 -5,36 9,43 3,52 13,10 4,57 20,20 -8,62 -8,41 7,36 -9,69 -10,56 -3,78 5,91 -26,41 -18,74 -18,61 -0,22 7,73 11,73 -7,51 -20,74 30,91 25,63 -6,92 -6,15 -0,96 -7,49 22,44 0,86 -7,85 1,99 1,40
Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Keterangan : *) Angka Ramalan II
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
59
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Lampiran 4. Perkembangan Produktivitas Kedelai, di Jawa dan Luar Jawa, 1970-2015 Produktivitas (Ku/Ha) Tahun
Jawa
Pertumb. (%)
1970 7,19 1971 7,77 1972 7,67 1973 7,34 1974 7,47 1975 7,78 1976 8,14 1977 8,09 1978 8,56 1979 8,80 1980 9,01 1981 8,88 1982 8,72 1983 8,40 1984 9,14 1985 10,19 1986 9,74 1987 10,70 1988 11,33 1989 11,68 1990 12,04 1991 12,24 1992 12,27 1993 12,45 1994 11,53 1995 11,75 1996 12,35 1997 12,62 1998 12,41 1999 12,57 2000 12,88 2001 12,54 2002 12,67 2003 13,04 2004 13,06 2005 13,29 2006 13,27 2007 13,05 2008 13,32 2009 14,05 2010 14,16 2011 13,55 2012 15,80 2013 15,23 2014 16,42 2015 16,75 2016*) 16,23 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1980-2016 2012-2016
Sumber
7,99 -1,22 -4,31 1,73 4,15 4,57 -0,56 5,80 2,77 2,46 -1,51 -1,83 -3,58 8,79 11,50 -4,43 9,88 5,80 3,11 3,12 1,61 0,29 1,44 -7,40 1,98 5,07 2,21 -1,65 1,26 2,46 -2,61 0,97 2,95 0,17 1,73 -0,13 -1,66 2,07 5,48 0,75 -4,31 16,64 -3,61 7,81 2,01 -3,10
Luar Jawa
Pertumb. (%)
7,00 6,51 6,20 7,00 9,33 8,11 7,86 8,10 7,77 8,17 8,51 7,91 8,14 8,31 8,49 8,80 9,84 10,35 10,12 10,05 10,09 10,43 10,05 10,72 10,69 10,95 11,18 11,31 11,15 11,13 11,25 11,38 11,54 12,03 12,25 12,40 12,06 12,56 12,76 12,49 12,31 12,29 12,91 12,41 14,06 14,19 13,64
1,78 3,95
-6,98 -4,80 12,84 33,39 -13,08 -3,12 3,04 -4,01 5,15 4,12 -7,08 2,98 1,98 2,18 3,68 11,87 5,17 -2,28 -0,62 0,32 3,44 -3,62 6,61 -0,25 2,45 2,06 1,18 -1,41 -0,17 1,03 1,15 1,44 4,28 1,78 1,26 -2,75 4,15 1,59 -2,12 -1,41 -0,15 5,00 -3,87 13,30 0,92 -3,88 1,47 2,30
Indonesia 7,17 7,59 7,43 7,28 7,82 7,85 8,07 8,09 8,41 8,67 8,91 8,69 8,58 8,38 8,96 9,70 9,78 10,55 10,79 10,98 11,15 11,37 11,22 11,62 11,12 11,37 11,86 12,13 11,92 12,01 12,34 12,18 12,36 12,75 12,80 13,01 12,88 12,91 13,13 13,48 13,73 13,68 14,85 14,16 15,51 15,68 15,06
Pertumbuh. (%)
5,87 -2,07 -2,08 7,49 0,34 2,88 0,23 3,94 3,04 2,86 -2,51 -1,27 -2,34 6,92 8,33 0,82 7,81 2,29 1,73 1,57 1,97 -1,27 3,53 -4,29 2,24 4,30 2,24 -1,67 0,76 2,74 -1,31 1,47 3,14 0,41 1,59 -0,97 0,23 1,70 2,67 1,85 -0,36 8,55 -4,65 9,53 1,10 -3,95 1,56 2,12
: Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian
Keterangan : *) Angka Ramalan II
60
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « Lampiran 5.
Provinsi Sentra Produksi Kedelai di Indonesia, 2011-2016 (Ton)
No.
Provinsi
2012
2013
2014
2015
2016*)
Rata2
Share (%)
Kumulatif (%)
Rata-rata Pertumb. (%)
1 Jawa Timur
361.986
329.461
355.464
344.998
298.121
338.006
38,16
38,16
-3,72
2 Jawa Tengah
3,09
152.416
99.318
125.467
129.794
110.691
123.537
13,95
52,11
3 Nusa Tenggara Barat
74.156
91.065
97.172
125.036
110.937
99.673
11,25
63,36
5,57
4 Jawa Barat
47.426
51.172
115.261
98.938
91.908
80.941
9,14
72,50
19,46
5 Aceh
51.439
45.027
63.352
47.910
23.506
46.247
5,22
77,72
-6,36
6 Sulawesi Selatan
29.938
45.693
54.723
67.192
60.934
51.696
5,84
83,55
14,51
7 DI. Yogyakarta
36.033
31.677
19.579
18.822
17.050
24.632
2,78
86,34
-10,66
123.979
130.493
174.392
121.040
13,66
100,00
12,20
885.773
100,00
Lainnya
89.759
86.579
Indonesia
843.153
779.992
954.997
963.183
887.539
Sumber : Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Keterangan : *) Angka Ramalan II
Lampiran 6.
Tahun
Perkembangan Konsumsi (Susenas) (NBM) per Kapita, 1993-2015
Ketersediaan (Kg/Kapita/Tahun)
Pertumb.(%)
dan
Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun)
Ketersediaan
Pertumb.(%)
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
11,76 11,18 11,05 11,09 8,98 6,32 12,29 10,4 5,76 8,68 7,89 7,58 7,75 7,11 7,09 7,56 8,73 9,76 10,91 10,06 8,83 9,94 6,79
-4,93 -1,16 0,36 -19,03 -29,62 94,46 -15,38 -44,62 50,69 -9,10 -3,93 2,24 -8,26 -0,28 6,63 15,48 11,80 11,78 -7,79 -12,23 12,57 -31,69
8,40 7,98 7,22 7,79 8,30 8,63 7,67 7,16 7,01 7,56 7,12 7,15 7,13 6,12
-4,93 -9,61 7,95 6,56 3,94 -11,16 -6,59 -2,12 7,80 -5,78 0,38 -0,27 -14,11
Rata2
9,02
0,82
7,52
-2,15
Sumber
: BPS (Susenas) dan Kementan (NBM-BKP)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
61
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « Lampiran 7.
Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Kedelai di Indonesia, 1983-2015
Harga Pertumb. Produsen (Rp/Kg) (%) 1983 397 1984 467 17,60 1985 480 2,90 1986 569 18,49 1987 584 2,65 1988 669 14,57 1989 685 2,35 1990 767 12,02 1991 843 9,87 1992 848 0,57 1993 917 8,17 1994 1.002 9,27 1995 1.034 3,16 1996 1.134 9,65 1997 1.231 8,57 1998 2.015 63,72 1999 2.521 25,09 2000 2.696 6,96 2001 2.992 10,96 2002 3.084 3,08 2003 3.278 6,30 2004 3.499 6,76 2005 3.876 10,75 2006 4.036 4,13 2007 4.588 13,68 2008 6.212 35,40 2009 6.588 6,06 2010 6.664 1,16 2011 7.254 8,84 2012 7.514 3,59 2013 6.905 -8,10 2014 8.326 20,58 2015 8.327 0,01 Rata-rata Pertumbuhan 1983-1997 8,56 1983-2015 10,59 2011-2015 4,98 Sumber : BPS dan Kemendag Tahun
62
Harga Konsumen (Rp/Kg) 380 528 559 656 761 845 860 1.015 1.117 1.100 1.192 1.285 1.291 1.343 1.463 3.404 4.073 3.479 3.797 4.283 3.766 3.993 4.228 4.472 4.847 7.788 8.525 8.912 9.779 10.316 11.049 10.120 12.764
Pertumb. (%) 39,09 5,82 17,37 15,96 11,07 1,79 17,93 10,07 -1,54 8,36 7,83 0,43 4,09 8,91 132,67 19,65 -14,60 9,15 12,80 -12,06 6,02 5,88 5,78 8,38 60,68 9,46 4,55 9,73 5,49 7,10 -8,41 26,13 10,51 13,61 8,01
Margin (Rp/Kg) -17 62 79 87 177 176 175 247 274 252 275 283 257 210 232 1.389 1.552 782 805 1.199 489 494 352 436 259 1.576 1.937 2.248 2.526 2.802 4.144 1.794 4.437
Pertumb. (%) -463,80 27,94 10,51 102,81 -0,49 -0,33 41,02 10,68 -8,04 9,01 3,02 -9,25 -18,30 10,77 498,05 11,75 -49,60 2,92 48,93 -59,25 1,06 -28,66 23,90 -40,66 508,54 22,86 16,08 12,36 10,96 47,87 -56,72 147,37 -20,32 26,04 32,37
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « Lampiran 8.
Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Perkembangan Volume Ekspor, Impor dan Perdagangan Kedelai di Indonesia, 1980-2015 Ekspor (Ton) 10 570 153 242 283 2.447 995 3.043 630 598 28.054 956 134 521 1.188 235 169 1.300 876 1.732 2.390 1.775 2.131 385 8.996 33.950 11.133 41.304
2015 14.360 Rata-rata pertumbuhan (%) 1980-2015 2011-2015
Pertumbuhan (%) 5.600,00 -73,16 58,17 16,94 764,66 -59,34 205,83 -79,30 -5,08 4.591,30 -96,59 -85,99 288,81 128,02 -80,22 -28,09 669,23 -32,62 97,72 37,99 -25,73 20,06 -81,93 2.236,62 277,39 -67,21 271,01 -65,23
Neraca
Impor Pertumbuhan (Ton) (%) 100.918 170.060 68,51 72.465 -57,39 324.442 347,72 606.755 87,01 498.197 -17,89 672.355 34,96 543.702 -19,13 537.962 -1,06 534.849 -0,58 546.313 2,14 866.105 58,54 864.859 -0,14 1.085.032 25,46 1.299.057 19,73 1.289.282 -0,75 1.691.440 31,19 1.535.745 -9,20 1.030.780 -32,88 2.226.467 116,00 2.574.001 15,61 2.224.712 -13,57 1.365.252 -38,63 1.192.717 -12,64 1.115.793 -6,45 1.086.178 -2,65 1.132.144 4,23 1.420.256 25,45 1.176.863 -17,14 1.320.865 12,24 1.740.505 31,77 2.088.616 20,00 1.220.120 -41,58 1.785.385 46,33 1.964.081 10,01
Neraca Pertumbuhan (Ton) (%) -100.918 -170.060 -72.465 -324.442 -606.755 -498.197 -672.355 -543.692 -537.392 -1,16 -534.696 -0,50 -546.071 2,13 -865.822 58,55 -862.412 -0,39 -1.084.037 25,70 -1.296.014 19,55 -1.288.652 -0,57 -1.690.842 31,21 -1.507.691 -10,83 -1.029.824 -31,70 -2.226.333 116,19 -2.573.480 15,59 -2.223.524 -13,60 -1.365.017 -38,61 -1.192.548 -12,63 -1.114.493 -6,55 -1.085.302 -2,62 -1.130.412 4,16 -1.417.866 25,43 -1.175.088 -17,12 -1.318.734 12,22 -1.740.120 31,95 -2.079.620 19,51 -1.186.170 -42,96 -1.774.252 49,58 -1.922.777 8,37
6.416.821
-6.402.461
517,26 530,52
226,71 25,33 52,29
232,98 16,92 53,50
Sumber: BPS diolah oleh Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
63
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « Lampiran 9.
Tahun
Perkembangan Nilai Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Kedelai di Indonesia, 1980 – 2015 Ekspor (US$)
Pertumbuhan (%)
1980 0 1981 0 1982 0 1983 0 1984 0 1985 0 1986 0 1987 10.000 1988 82.000 1989 387.000 1990 399.000 1991 404.000 1992 3.307.000 1993 1.421.000 1994 4.720.000 1995 1.080.000 1996 955.000 1997 17.239.000 1998 179.000 1999 754.000 2000 117.000 2001 345.000 2002 152.000 2003 6.303.174 2004 6.703.110 2005 6.564.363 2006 8.405.986 2007 8.612.640 2008 8.252.100 2009 8.030.426 2010 9.978.512 2011 11.390.000 2012 15.791.999 2013 185.960.421 2014 205.530.596 2015 18.235.005 Rata-rata pertumbuhan (%) 1980-2015 2011-2015
0 0 0 0 0 0 0 0 720,00 371,95 3,10 1,25 718,56 -57,03 232,16 -77,12 -11,57 1.705,13 -98,96 321,23 -84,48 194,87 -55,94 4.046,83 6,34 -2,07 28,05 2,46 -4,19 -2,69 24,26 14,15 38,65 1.077,56 1.201,49 -90,19 365,14 448,33
Impor (US$) 33.171.000 41.910.000 17.844.000 88.764.000 182.052.000 115.002.000 148.444.000 115.030.000 156.080.000 161.266.000 147.983.000 226.495.000 229.042.000 288.890.000 364.850.000 350.657.000 518.689.000 513.597.000 270.435.000 472.211.000 557.148.000 494.232.000 582.475.032 706.753.132 967.957.301 801.778.855 809.055.654 500.879.242 732.721.934 647.702.910 871.173.000 1.290.078.693 3.224.915.039 7.519.060.969 7.690.126.676 2.897.475.688
Pertumbuhan (%) 0 26,35 -57,42 397,44 105,10 -36,83 29,08 -22,51 35,69 3,32 -8,24 53,05 1,12 26,13 26,29 -3,89 47,92 -0,98 -47,34 74,61 17,99 -11,29 17,85 21,34 36,96 -17,17 0,91 -38,09 46,29 -11,60 34,50 48,09 149,98 133,16 138,46 -61,46
Neraca (000 US$) 0 0 0 0 0 0 0 -115.020 -155.998 -160.879 -147.584 -226.091 -225.735 -287.469 -360.130 -349.577 -517.734 -496.358 -270.256 -471.457 -557.031 -493.887 -582.323 -700.450 -961.254 -795.214 -800.650 -492.267 -724.470 -639.672 -861.194 -1.278.689 -3.209.123 -7.333.101 -7.484.596 -2.879.241
32,08 81,64
Sumber: BPS diolah oleh Pusdatin
64
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « Lampiran 10.
Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Kedelai Dunia, Tahun 1961 – 2014
Luas Panen Pertumbuhan Produksi (000 Ha) (%) (000 Ton) 23.819 26.883 1961 23.822 0,01 27.120 1962 24.399 2,42 28.207 1963 25.681 5,25 29.080 1964 25.820 0,54 31.705 1965 26.534 2,77 36.413 1966 28.112 5,95 37.933 1967 28.874 2,71 41.420 1968 28.897 0,08 41.967 1969 29.526 2,17 43.697 1970 30.034 1,72 45.619 1971 31.724 5,63 47.257 1972 37.391 17,86 59.268 1973 37.390 0,00 52.640 1974 38.765 3,68 64.249 1975 37.168 -4,12 57.399 1976 42.057 13,15 73.855 1977 46.392 10,31 75.450 1978 50.708 9,30 88.698 1979 50.647 -0,12 81.040 1980 50.476 -0,34 88.525 1981 52.384 3,78 92.122 1982 49.050 -6,36 79.467 1983 52.939 7,93 90.753 1984 53.064 0,24 101.157 1985 51.896 -2,20 94.446 1986 52.542 1,24 100.102 1987 54.861 4,41 93.522 1988 58.647 6,90 107.254 1989 57.209 -2,45 108.456 1990 54.987 -3,89 103.323 1991 56.171 2,15 114.467 1992 59.499 5,93 115.148 1993 62.499 5,04 136.449 1994 62.510 0,02 126.950 1995 61.094 -2,27 130.206 1996 66.938 9,57 144.358 1997 70.983 6,04 160.136 1998 72.050 1,50 157.779 1999 74.367 3,22 161.299 2000 76.801 3,27 178.245 2001 78.960 2,81 181.678 2002 83.640 5,93 190.652 2003 91.602 9,52 205.524 2004 92.567 1,05 214.561 2005 95.315 2,97 221.966 2006 90.163 -5,41 219.727 2007 96.468 6,99 231.272 2008 99.338 2,98 223.411 2009 102.793 3,48 264.914 2010 103.818 1,00 261.597 2011 105.366 1,49 241.581 2012 111.630 5,95 278.093 2013 117.719 5,45 308.436 2014 Rata - Rata Pertumbuhan 1961 - 2014 3,16 1984 - 1997 2,33 1998 - 2014 3,43 2005 - 2014 2,59 Tahun
Pertumbuhan Produktivitas Pertumbuhan (%) (Ku/Ha) (%) 11,29 0,88 11,38 0,87 4,01 11,56 1,55 3,09 11,32 -2,06 9,03 12,28 8,44 14,85 13,72 11,76 4,18 13,49 -1,67 9,19 14,35 6,31 1,32 14,52 1,24 4,12 14,80 1,91 4,40 15,19 2,63 3,59 14,90 -1,93 25,42 15,85 6,41 -11,18 14,08 -11,18 22,05 16,57 17,72 -10,66 15,44 -6,82 28,67 17,56 13,71 2,16 16,26 -7,39 17,56 17,49 7,55 -8,63 16,00 -8,52 9,24 17,54 9,61 4,06 17,59 0,27 -13,74 16,20 -7,88 14,20 17,14 5,81 11,46 19,06 11,20 -6,63 18,20 -4,53 5,99 19,05 4,69 -6,57 17,05 -10,52 14,68 18,29 7,28 1,12 18,96 3,66 -4,73 18,79 -0,88 10,79 20,38 8,45 0,59 19,35 -5,03 18,50 21,83 12,81 -6,96 20,31 -6,98 2,56 21,31 4,94 10,87 21,57 1,19 10,93 22,56 4,61 -1,47 21,90 -2,93 2,23 21,69 -0,95 10,51 23,21 7,00 1,93 23,01 -0,86 4,94 22,79 -0,93 7,80 22,44 -1,57 4,40 23,18 3,31 3,45 23,29 0,47 -1,01 24,37 4,65 5,25 23,97 -1,62 -3,40 22,49 -6,19 18,58 25,77 14,59 -1,25 25,20 -2,23 -7,65 22,93 -9,01 15,11 24,91 8,65 10,91 26,20 5,17 5,11 4,70 4,78 4,44
1,83 2,29 1,30 1,78
Sumber: FAO
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
65
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « Lampiran 11. Negara Sentra Produksi Kedelai Dunia dan Indonesia, 2010 - 2014 (000 Ton)
No.
Negara
1 2 3 4 5 6 .... 12
USA Brazil Argentina China India Paraguay .............. Indonesia Lainnya Dunia
2010 90.605 68.756 52.675 15.083 12.736 7.460 .... 907 16.691 264.914
2011 84.192 74.815 48.889 14.485 12.214 8.310 .... 851 17.841 261.597
Tahun 2012 82.791 65.849 40.100 13.011 14.666 4.345 .... 843 19.976 241.581
Rerata 2013 91.389 81.724 49.306 11.951 11.948 9.086 .... 780 21.908 278.093
2014 108.014 86.761 53.398 12.200 10.528 9.975 .... 954 26.607 308.436
91.398 75.581 48.874 13.346 12.418 7.835 .... 867 20.605 270.924
Share Kumulatif Rata-rata (%) (%) Pertban (%) 33,74 33,74 4,96 27,90 61,63 6,77 18,04 79,67 1,52 4,93 84,60 -5,05 4,58 89,18 -3,61 2,89 92,07 20,64 .... .... .... 0,32 92,39 1,93 7,61 100,00
Sumber: FAO
Lampiran 12. Perkembangan Luas Panen Kedelai di Negara Sentra Dunia dan Indonesia, 2010 - 2014 No.
Negara
1 2 3 4 5 6 .... 13
USA Brazil Argentina India China Paraguay ...... Indonesia Lainnya Dunia
2010 31.003 23.327 18.131 9.554 8.516 2.671 ...... 661 5.509 99.372
2011 29.856 23.969 18.765 10.180 7.889 2.805 ...... 622 9.719 103.806
Tahun 2012 30.815 24.975 17.577 10.840 7.171 2.920 ...... 568 10.052 104.918
2013 30.859 27.907 19.419 12.200 6.791 3.080 ...... 551 10.468 111.273
2014 33.614 30.274 19.253 10.908 6.730 3.500 ...... 615 12.825 117.719
Rerata 31.229 26.090 18.629 10.736 7.419 2.995 ...... 603 9.714 107.417
(000 Ha) Share Kumulatif Rata-rata (%) (%) Pertban (%) 29,07 29,07 2,15 24,29 53,36 6,79 17,34 70,70 1,70 10,00 80,70 3,75 6,91 87,61 -5,67 2,79 90,39 7,06 ...... ...... ...... 0,56 90,96 -1,48 9,04 100,00 26,63 4,35
Sumber: FAO
66
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « Lampiran 13. Negara dengan Produktivitas Kedelai Tertinggi Dunia dan Indonesia, 2010 - 2014 No.
Negara
1 2 3 4 5 6 .... 59
Thailand Turki Itali Yunani USA Brazil ...... Indonesia Dunia
2010 19,73 36,87 34,64 28,45 29,22 29,48 ...... 13,73 25,77
2011 19,63 38,70 34,02 31,20 28,20 31,21 ...... 13,68 25,20
Tahun 2012 62,50 36,39 27,59 36,19 26,87 26,37 ...... 14,85 22,93
2013 62,50 41,61 33,91 34,77 29,62 29,29 ...... 14,16 24,91
2014 62,50 43,71 40,07 27,78 32,13 28,66 ...... 15,51 26,20
Rerata 45,37 39,46 34,05 31,68 29,21 29,00 ...... 14,39 25,00
(Ku/Ha) Rata-rata Pertban (%) 54,47 4,60 5,10 0,40 2,63 -0,17 ...... 3,28 0,65
Sumber: FAO
Lampiran 14. Perkembangan Harga Kedelai Terbesar Dunia di 10 (Sepuluh) Negara, 2008 – 2012 (US $/ton) Rata-rata Pertban (%) 2.328,54 11,80
1
Suriname
2008 2.116,60
2009 1.574,50
Tahun 2010 2.605,50
2
Japan
1.539,80
1.651,30
1.493,00
1.603,50
1.288,80
1.515,28
3
Laos
772,40
830,40
958,80
773,60
865,00
840,04
3,87
4
Albania
834,40
737,90
674,40
743,80
693,50
736,80
-4,16
5
Indonesia
640,50
638,10
738,60
827,50
800,90
729,12
6,05
6
China
500,80
582,70
738,60
803,40
841,50
693,40
14,16
7
Cambodia
750,60
572,80
595,10
716,10
710,70
669,06
-0,05
8
Peru
608,70
554,80
631,20
694,50
856,10
669,06
9,55
9
Venezuela
606,20
604,70
689,90
641,00
657,30
639,82
2,32
10
Rwanda
661,90
639,10
588,50
633,90
644,80
633,64
-0,48
No.
Negara
2011 2.554,30
2012 2.791,80
Rerata
-3,64
Sumber:FAO
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
67
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « Lampiran 15. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Dunia, 1961 – 2013 Tahun 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 1961 - 2013 1991 - 2013 2002 - 2013 2009 - 2013
Volume Ekspor (Ton) 4.173.433 4.924.576 5.226.843 6.290.046 6.976.649 7.520.611 8.142.326 8.754.889 9.333.611 12.626.864 12.338.094 13.793.885 15.629.465 17.233.022 16.478.507 19.766.366 20.024.559 24.061.821 25.488.810 26.877.321 26.218.980 28.927.865 26.592.382 25.790.321 26.151.686 27.674.298 29.198.292 26.071.245 23.614.375 25.876.780 27.191.302 29.128.545 28.795.723 30.107.388 31.929.238 34.937.756 39.514.457 37.998.190 40.290.937 47.377.782 56.959.901 54.627.949 65.034.688 57.643.428 65.382.041 67.903.755 74.422.406 79.022.174 81.541.830
97.315.862 90.976.626 96.911.470 106.168.848
Pertumbuhan (%) 18,00 6,14 20,34 10,92 7,80 8,27 7,52 6,61 35,28 -2,29 11,80 13,31 10,26 -4,38 19,95 1,31 20,16 5,93 5,45 -2,45 10,33 -8,07 -3,02 1,40 5,82 5,51 -10,71 -9,42 9,58 5,08 7,12 -1,14 4,56 6,05 9,42 13,10 -3,84 6,03 17,59 20,22 -4,09 19,05 -11,37 13,42 3,86 9,60 6,18 3,19 19,34
Volume Impor (Ton) 4.089.979 4.953.358 5.267.087 6.196.348 6.665.273 7.681.508 8.275.665 8.346.401 9.378.026 12.294.595 12.701.382 13.845.892 14.676.001 17.514.102 16.311.432 19.978.679 19.622.289 23.407.314 26.115.098 27.037.175 26.275.857 28.675.864 26.845.734 25.641.999 25.836.969 27.087.842 29.401.658 26.555.486 23.734.223 26.329.960 26.468.231 29.921.887 28.139.039 29.612.823 33.321.159 32.872.991 39.011.233 38.532.034 41.807.813 48.482.446 57.367.057 56.810.587 65.798.063 58.411.077 66.869.432 66.356.159 74.463.682 79.101.269 80.813.426 96.031.702
-6,51
91.322.883
-4,90
6,52
97.068.299
6,29
9,55
103.016.317
6,13
6,81 6,65 5,38 6,42
Pertumbuhan (%) 21,11 6,33 17,64 7,57 15,25 7,73 0,85 12,36 31,10 3,31 9,01 6,00 19,34 -6,87 22,48 -1,78 19,29 11,57 3,53 -2,82 9,13 -6,38 -4,48 0,76 4,84 8,54 -9,68 -10,62 10,94 0,53 13,05 -5,96 5,24 12,52 -1,34 18,67 -1,23 8,50 15,97 18,33 -0,97 15,82 -11,23 14,48 -0,77 12,22 6,23 2,16 18,83
6,82 6,46 4,94 5,70
Sumber: FAO
68
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Komoditas Kedelai 2016 « Lampiran 16. Negara Pengekspor Kedelai Terbesar Dunia, 2009 – 2013 2009 40.506
2010 42.351
Tahun 2011 34.311
28.563
29.073
32.986
32.468
42.796
Argentina
4.292
13.616
10.820
6.158
7.783
Paraguay
2.129
4.659
5.094
3.162
5.082
Canada
2.279
2.776
2.651
3.605
3.292
6
Uruguay
1.090
1.968
1.701
2.564
3.524
7
Netherlands
1.138
1.262
738
1.614
No.
Negara
1 2 3 4 5
USA Brazil
......
56
......
......
......
Indonesia Lainnya Dunia
......
0
2012 43.859
2013 39.176
......
0
1.294 ......
1
Rerata
Share (%)
Kumulatif (%)
40.040 33.177 8.534 4.025 2.921 2.169 1.209
42,33 35,08 9,02 4,26 3,09 2,29 1,28
42,33 77,41 86,43 90,69 93,78 96,07 97,35
......
2
1
1.546
1.611
2.678
3.481
3.222
81.542
97.316
90.977
96.911
106.169
1 2.508 94.583
(000 Ton) Rata-rata Pertban (%)
0,68 11,37 45,01 37,75 11,15 38,80 17,09
......
......
......
0,001 2,65
97,35 100,00
74,36 23,25 7,23
Sumber : FAO
Lampiran 17.
No. 1 2 3 4 5 6 7 ...... 54
Negara USA Brazil Argentina Paraguay Canada Uruguay Netherlands ...... Indonesia Lainnya Dunia
Perkembangan Nilai Ekspor Kedelai 7 (Tujuh) Negara Terbesar Dunia, 2009 – 2013 2009 16.476 11.424 1.675 787 965 456 528 ...... 342 0 33.107
2010 19.450 13.000 4.986 1.581 1.368 705 567 ...... 343 0 42.480
Tahun 2011 18.856 17.970 5.457 2.286 1.446 806 406 ...... 438 1 48.654
2012 24.742 17.248 3.192 1.577 2.171 1.380 986 ...... 1.593 0 53.259
2013 21.494 22.812 4.089 2.509 1.896 1.875 775 ...... 459 1 57.303
Rerata 20.204 16.491 3.880 1.748 1.569 1.044 652 ...... 635 1 46.961
(Juta US$) Share Kumulatif Rata-rata (%) (%) Pertban (%) 43,02 43,02 8,27 35,12 78,14 20,07 8,26 86,40 48,43 3,72 90,12 43,39 3,34 93,47 21,22 2,22 95,69 44,03 1,39 97,08 25,11 ...... ...... ...... 1,352 98,43 55,13 0,00 98,43 81,41 14,98
Sumber : FAO
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
69
Outlook Komoditas Kedelai 2016 «
Lampiran 18.
No.
Negara
1 2 3 4 5 6 7 8 10
China Belanda Meksiko Jepang Jerman Spanyol Taiwan Thailand Indonesia Lainnya Dunia
Perkembangan Volume Impor Kedelai 10 (Sepuluh) Negara Terbesar Dunia, 2009 - 2013 2009 44.951 3.426 3.165 2.933 3.048 3.390 2.366 1.535 1.315 14.684 80.813
2010 57.380 3.772 3.383 3.127 3.553 3.456 2.548 1.819 1.741 15.253 96.032
Tahun 2011 54.834 3.340 3.190 3.177 3.049 2.831 2.346 1.994 2.089 14.474 91.323
2012 60.765 3.477 3.447 3.313 2.823 2.727 2.349 2.120 1.921 14.124 97.068
2013 65.555 3.613 3.616 3.393 3.310 2.762 2.140 1.679 1.785 15.163 103.016
Rerata 56.697 3.526 3.360 3.189 3.157 3.033 2.350 1.829 1.770 14.740 93.651
(000 Ton) Share Kumulatif Rata-rata (%) (%) Pertban (%) 60,54 60,54 10,48 3,76 64,31 1,66 3,59 67,89 3,53 3,41 71,30 3,73 3,37 74,67 3,05 3,24 77,91 -4,63 2,51 80,42 -2,25 1,95 82,37 3,41 1,89 84,26 9,33 15,74 100,00 0,93 6,59
Sumber : FAO
Lampiran 19. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Negara China Japan Mexico Germany Spain Netherlands Taiwan Thailand Indonesia Lainnya Dunia
Perkembangan Nilai Impor Kedelai 8 (Delapan) Negara Terbesar Dunia, 2009 - 2013 2009 19.843 1.747 1.419 1.454 1.283 1.282 1.033 621 692 6.684 36.058
2010 26.304 1.832 1.592 1.490 1.389 1.564 1.188 840 813 6.852 43.863
Tahun 2011 31.056 1.810 1.762 1.720 1.759 1.626 1.306 1.246 1.126 8.003 51.413
2012 36.455 1.812 1.992 1.986 1.909 1.594 1.454 1.211 1.282 8.306 58.001
2013 39.322 1.885 2.067 2.100 1.919 1.909 1.282 1.102 1.018 9.233 61.837
Rerata 30.596 1.817 1.766 1.750 1.652 1.595 1.253 1.004 986 7.816 50.234
(Juta US$) Share Kumulatif Rata-rata (%) (%) Pertban (%) 60,91 60,91 18,97 3,62 64,52 1,94 3,52 68,04 9,92 3,48 71,52 9,78 3,29 74,81 11,00 3,18 77,99 10,95 2,49 80,48 6,12 2,00 82,48 17,92 1,96 84,44 12,32 15,56 100,00 8,56 14,57
Sumber : FAO
70
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian