Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan
Jagung
PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN JAGUNG ISSN : 1907 – 1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 102 halaman Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSc Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc Dr. Ir. Budi Waryanto, M.Si Drh. Akbar, MP Ir. Roch Widaningsih, MSi Naskah : Ir. Mohammad Chafid, MSi Design dan Layout : Tarmat Victor S. B. H. Diterbitkan oleh: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2016
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Outlook Jagung 2016 «
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Publikasi Analisis Outlook Komoditas Jagung Tahun 2016 dapat diselesaikan. Publikasi ini mengulasanalisisdiskriptifperkembangan komoditas Jagung beserta analisis proyeksi penawaran dan permintaan komoditas tersebut untuk beberapa tahun ke depan. Kegiatan ini dapat terlaksana atas kerjasama beberapa instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, serta dukungan dan kerja sama tim teknis lingkup Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kepada semua pihak yang telah membantu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai dengan penyusunan publikasi buku outlook komoditas Jagung ini, kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya. Kami menyadari kekurangan dalam menyusun publikasi ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna memperbaiki dan menyempurnakannya di waktu mendatang.Semoga publikasi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan memberikan manfaat bagi pembaca.
Jakarta, Oktober 2016 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Dr. Ir. Suwandi, MSi NIP. 19670323.199203.1.003
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
v
Outlook Jagung 2016 «
(Halaman ini sengaja di kosongkan)
vi
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
DAFTAR ISI Halaman:
KATA PENGANTAR ......................................................... v DAFTAR ISI ................................................................. vii DAFTAR TABEL .............................................................ix DAFTAR GAMBAR ...........................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... xiii EXECUTIVE SUMMARY .................................................... xv
I.
PENDAHULUAN ....................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................. 1 1.2. Tujuan .......................................................... 3 1.3. Ruang Lingkup ................................................. 3
II.
METODOLOGI ANALISIS .............................................. 5 2.1. Sumber Data dan Informasi .................................. 5 2.2. Metode Analisis ................................................ 6
III.
2.2.1.
Analisis Deskriptif ................................... 6
2.2.2.
Analisis Penawaran ................................. 6
2.2.3.
Analisis Permintaan ................................ 10
2.2.4.
Kelayakan Model .................................. 14
KERAGAAN NASIONAL .............................................. 15 3.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Nasional ........................................................ 15 3.2. Provinsi Sentra Luas Panen, Produktivitas dan Produksi ....................................................... 23
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
vii
Outlook Jagung 2016 «
3.3. Konsumsi Per Kapita dan Nasional .........................26 3.4. Harga Produsen dan Konsumen Jagung ...................31 3.5. Ekspor dan Impor Jagung ...................................33
IV.
KERAGAAN GLOBAL .................................................37 4.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Dunia ...........................................................37 4.2. Negara Sentra Luas Panen dan Produksi Jagung Dunia ...........................................................40 4.3. Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Dunia .........44
V.
ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG ............49 5.1. Produksi Jagung ...............................................49 5.2. Konsumsi Jagung ..............................................55 a. Proyeksi Konsumsi per Kapita Rumah Tangga ........55 b. Proyeksi Konsumsi Nasional Jagung ....................57 5.3. Permintaan dan Penawaran Jagung .......................58
VI.
viii
KESIMPULAN 63
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
DAFTAR TABEL Halaman: Tabel 2.1.
Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data ............. 5
Tabel 2.2.
Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan ................................ 7
Tabel 2.2.
Keterangan Variabel –variabel Dalam Model ......... 13
Tabel 3.1.
Rata-rata dan Pertumbuhan Luas Panen, Produktivitas serta Produksi Jagung di Indonesia, 1999-2015 .................................... 17
Tabel 5.1.
Hasil Uji Anova Model Luas Panen Jagung ............ 49
Tabel 5.2.
Model Luas Panen Jagung ............................... 50
Tabel 5.3.
Anova Model Produktivitas Jagung ..................... 51
Tabel 5.4.
Model Produktivitas Jagung ............................. 52
Tabel 5.5.
Target Produksi Jagung Menurut Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2016 – 2020 ................. 53
Tabel 5.6.
Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung, Tahun 2016 – 2020 Menurut Model Pusdatin. ........................................... 54
Tabel 5.7.
Model Time Series Konsumsi Jagung................... 56
Tabel 5.8.
Proyeksi Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga ..................................................... 57
Tabel 5.9.
Proyeksi Permintaan Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga 2014-2019 ............................... 58
Tabel 5.10. Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 25% .................................... 60 Tabel 5.11. Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 15%. ................................... 61 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ix
Outlook Jagung 2016 «
DAFTAR GAMBAR Halaman: Gambar 1.
Tanaman Jagung ......................................... 2
Gambar 3.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Indonesia, 1969-2015 ...................................16 Gambar 3.2. Perkembangan Pola Panen Jagung, 2013 – 2015 .......................................................19 Gambar 3.3. Perkembangan Produktivitas Jagung di Indonesia, 1980 -2015 ..................................20 Gambar 3.4. Perkembangan Produksi Jagung di Indonesia, 1969-201522 .............................22 Gambar 3.5. Kontribusi Rata-rata Sentra Luas Panen Jagung di Indonesia, Tahun 2011-2015 ..............24 Gambar 3.6. Kontribusi Rata-rata Sentra Produksi Jagung di Indonesia, Tahun 2011-2015........................25 Gambar 3.7. Konsumsi Rumah Tangga Jagung Menurut Susenas. .......................................28 Gambar 3.8. Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia, 2001-2015 menurut Susenas dan Neraca Bahan Makanan (NBM) ..................................29 Gambar 3.9. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, 1983-2015 .........32 Gambar 3.10. Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, 1980-2016 ................................34 Gambar 3.11. Volume Impor Jagung Bulan Januari – September 2015 dan 2016 .............................35
x
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Dunia, 1980-2014 ................................................ 38 Gambar 4.2. Perkembangan Produktivitas Jagung Dunia, 1961-2014 ................................................ 39 Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Jagung Dunia, 19802014 ....................................................... 40 Gambar 4.4. Kontribusi Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung terhadap Luas Panen Dunia (2010 – 2014) ............................................ 41 Gambar 4.5. Rata-rata Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung Dunia, 2010 – 2014 ................ 41 Gambar 4.6. Rata-rata Produksi Negara Produsen Jagung Dunia, 2010- 2014....................................... 43 Gambar 4.7. Kontribusi Produksi Negara Produsen Jagung terhadap Produksi Dunia tahun 2010 – 2014 ........ 43 Gambar 4.8. Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Jagung Dunia .................................... 44 Gambar 4.9. Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Jagung Dunia ............................................ 45 Gambar 4.10. Negara-negara Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, 2009 -2013 ..................................... 46 Gambar 4.11. Negara-negara Importir Jagung Terbesar Dunia, 2009 -2013....................................... 47
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xi
Outlook Jagung 2016 «
DAFTAR LAMPIRAN Halaman: Lampiran 1.
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Indonesia Tahun 1980 – 2015 ..............67
Lampiran 2.
Luas Panen Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1980-2015 ........................................68
Lampiran 3.
Produktivitas Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1980-2015 ........................................69
Lampiran 4.
Produksi Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1980 -2015 .......................................70
Lampiran 5.
Perkembangan Luas Panen Jagung di 10 Provinsi Sentra, 2011 – 2015 ..........................71
Lampiran 6.
Perkembangan Produksi Jagung di 10 Provinsi Sentra, 2011 – 2015 .....................................71
Lampiran 7.
Perkembangan Produktivitas Jagung di 10 Provinsi Sentra, 2011 – 2015 ...........................71
Lampiran 8.
Konsumsi Jagung Perkapita, Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Tahun 1985-2015 ................................................72
Lampiran 9.
Ketersediaan Konsumsi Jagung di Indonesia, Tahun 1990-2014 ........................................73
Lampiran 10. Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, Tahun 19832016 .......................................................74 Lampiran 11. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, Tahun 1980 – 2015 .........................75 Lampiran 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung Dunia, Tahun 1961-2014 ......................76
xii
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 13. Rata-rata Luas Panen Jagung di 10 Negara Terbesar, 2009-2014 ................................... 77 Lampiran 14. Rata-rata Produksi Jagung di 10 Negara Terbesar, 2009-2014 ................................... 77 Lampiran 15. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung Dunia, Tahun 1961-2013 ........................................ 78 Lampiran 16. Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, 2009-2013 ................................................ 79 Lampiran 17. Importir Jagung Terbesar di Dunia, 2009-2013 ..... 79 Lampiran 18. Model Luas Panen jagung .............................. 80 Lampiran 19. Model Produktivitas Jagung ........................... 81 Lampiran 20. Model Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita ......... 82 Lampiran 21. Model Populasi Itik untuk Estimasi Jumlah Pakan ..................................................... 83 Lampiran 22. Model Populasi Ayam Ras Petelur untuk Estimasi Jumlah Pakan ................................. 84 Lampiran 23. Model Populasi Ayam Buras untuk Estimasi Jumlah Pakan ........................................... 85
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xiii
Outlook Jagung 2016 «
RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Angka Ramalan II (Rakor ARAM II Ditjen Tan. Pangan dan BPS), produksi jagung tahun 2016 sebesar 23,19 juta ton, atau naik sebesar 3,58 juta ton dibandingkan tahun 2015. Peningkatan produksi jagung tahun 2016 sebesar 18,23% terjadi karena peningkatan produktivitas sebesar 2,07%, sementara luas panen naik cukup signifikan 15,85% atau naik sebesar 600 ribu hektar. Produktivitas jagung mengalami peningkatan sebesar 1,07 ku/ha, yaitu 51,78 ku/ha pada tahun 2015, naik menjadi 52,85 ku/ha tahun 2016. Peramalan produksi jagung dilakukan menggunakan program SAS, metode yang digunalan adalah persamaan simultan. Data dasar yang digunakan untuk permalan adalah data series tahun 2005 sampai 2015.
Proyeksi produksi jagung pada tahun 2017 diramalkan akan
meningkat menjadi 24,84 juta ton dari 23,19 juta ton pada tahun 2016 atau meningkat sebesar 7,13%. Peningkatan tersebut terjadi karena peningkatan produktivitas sebesar 5,20% atau meningkat sebesar 2,75 ku/ha, demikian
juga
luas panen
diramalkan
akan
mengalami
peningkatan sebesar 1,83% atau meningkat sekitar 80,35 ribu hektar. Kebijakan pengendalian impor jagung yang dibuat Kementerian Pertanian (Permentan no 57 tahun 2015), telah berhasil mengurangi volume impor jagung. Hasil kebijakan ini adalah impor jagung JanuariSeptember 2016 sebesar 1,02 juta ton, untuk untuk periode yang sama tahun 2015 sebesar 2,74 juta ton, atau menurun 62,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sehingga menghemat devisa sekitar 397,92 Ribu US$. Selanjutnya untuk peramalan produksi jagung tahun 2017 diperkirakan kembali akan meningkat menjadi 24,84 juta ton dari 23,19 juta ton pada tahun 2016 atau meningkat sebesar 7,13%. Peningkatan
xiv
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
produksi jagung tahun 2017 ini dikarenakan peningkatan luas panen sebesar 1,83% atau meningkat sekitar 80 ribu hektar dan peningkatan produktivitas sebesar 5,20% atau meningkat sebesar 2,75 ku/ha. Produksi jagung tahun 2018, 2019, dan 2020 juga diramalkan meningkat, masing-masing menjadi 26,21 juta ton, 27,61 juta ton dan 29,05 juta ton. Berdasarkan hasil permodelan besarnya permintaan jagung yang tersedia untuk konsumsi rumah tangga pada tahun 2016 diproyeksikan sebesar 1,64 kg/kapita/tahun atau menurun sebesar 8,20% dibandingkan tahun 2015. Pada tahun 2017 dan 2018 proyeksi permintaan jagung untuk konsumsi rumah tangga masing-masing sebesar 1,58 kg/kapita/tahun dan 1,51 kg/kapita/tahun, sehingga total kebutuhan jagung untuk konsumsi langsung pada tahun 2016, 2017 dan 2018 masing-masing diramalkan sebesar 425 ribu ton, 412 ribu ton dan 400 ribu ton. Meskipun permintaan jagung untuk konsumsi langsung turun, namun permintaan jagung untuk bahan baku pakan ternak diperkirakan akan meningkat sekitar 3,58% per tahun. Pada tahun 2017 dengan proyeksi produksi jagung sebesar 24,84 juta ton, dari jumlah itu yang hilang tercecer diperkirakan 1,24 juta ton atau sekitar 5%,
pengunaan jagung untuk bibit 98,60 ribu ton,
penggunaan untuk pakan peternak mandiri 3,85 juta ton dan penggunaan untuk bahan baku jagung untuk pabrik pakan 8,99 juta ton dan untuk konsumsi langsung rumah tangga diperkirakan sebesar 412 ribu ton dan jagung untuk bahan baku industri makanan sebesar 19,8% atau sebesar 4,92 juta ton, maka pada tahun 2017 masih akan terjadi surplus jagung nasional sebesar 5,32 juta ton. Pada tahun 2018 sampai 2020, diramalkan surplus jagung akan semakin meningkat karena laju kebutuhan jagung untuk pakan lebih rendah dari laju peningkatan produksi. Pada tahun 2018 produksi jagung diperkirakan masih surplus sebesar 5,90 juta ton, tahun 2019 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xv
Outlook Jagung 2016 «
surplus produksi jagung kembali naik menjadi 6,50 juta ton, dan tahun 2020 surplusd kembali naik menjadi 7,10. Jika kadar air produksi jagung pipilan disetarakan dengan jagung untuk bahan baku industri pakan yaitu sebesar 15%, maka tahun 2016 sampai 2020 masih terjadi surplus, dengan kisaran surplus sebesar 2,25 juta ton sampai 4,25 juta ton.
xvi
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xvii
Outlook Jagung 2016 «
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Hampir seluruh masyarakat mengenal jagung. Jagung adalah salah satu tanaman pangan terpenting di dunia setelah padi dan gandum. Berbagai negara di dunia menjadikan jagung sebagai sumber karbohidrat utama seperti di Amerika Tengah dan Selatan. Amerika Serikat juga menjadikan jagung sebagai sumber pangan alternatif. Di Indonesia sendiri, beberapa daerah seperti Madura dan Nusa Tenggara pernah mengkonsumsi jagung sebagai sumber pangan utama. Komoditas jagung saat ini menjadi komoditas nasional yang cukup strategis. Jagung dominan digunakan sebagai bahan baku pakan ternak. Tinggi rendahnya harga pakan ternak, akan sangat berpengaruh terhadap harga harga hasil ternak seperti daging dan telur. Kenaikan harga jagung, akan berdampak pada kenaikan harga pakan ternak, dan berakibat pada pada meningkatnya harga telur dan daging. Saat ini untuk kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dipenuhi dari produksi nasional dan impor jagung. Kebutuhan jagung nasional belum sepenuhnya dipenuhi dari produksi jagung nasional. Karena pola panen jagung mencapai puncaknya hanya pada Bulan Februari, Maret dan April, sedangkan pada bulan bulan lainnya cenderung konstan. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif, dan paruh kedua merupakan tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi, meskipun pada umumnya tinggi tanaman 1 meter sampai 3 meter. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
1
Outlook Jagung 2016 «
Selain merupakan bahan pangan pengganti beras yang dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat, jagung juga merupakan bahan baku pakan ternak yang memiliki komposisi yang cukup dominan, seperti yang diungkapkan oleh Abbas (1996) bahwa komponen jagung mencapai proporsi yang cukup tinggi dalam industri pakan ternak yaitu sebesar 51,4%. Selain itu jagung digunakan sebagai hijaun pakan ternak, baik diambil minyaknya dari bulir, dibuat tepung yang dikenal dengan tepung jagung atau maizena dan bahan baku industri dari tepung bulir maupun tepung tongkolnya. Tepung jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.
Gambar 1. Tanaman Jagung
2
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
1.2.
Tujuan Tujuan penyajian oulook jagung ini adalah untuk melihat sampai
sejauh mana prospek komoditas jagung di Indonesia, berikut dalam tulisan ini disajikan mengenai perkembangan jagung baik di dalam negeri, maupun global serta hasil proyeksi penawaran dan permintaan jagung di Indonesia untuk periode 5 (lima) tahun ke depan. 1.3.
Ruang Lingkup Ruang lingkup dari penyajian outlook ini adalah informasi luas
panen, produktivitas dan produksi jagung secara nasional, serta provinsi sentra produksi jagung. Disamping itu disajikan aspek perdagangan dan konsumsi.
Aspek
perdagangan
meliputi
harga
produsen,
harga
konsumen, ekspor dan impor jagung. Aspek konsumsi meliputi konsumsi per kapita rumah tangga dan konsumsi nasional. Ruang lingkup outlook ini juga menyajikan data global luas panen, produksi dan ekspor impor jagung. Pada bagian akhir disajikan neraca suplai demand untuk tahun berjalan dan peramalan 5 tahun ke depan.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3
Outlook Jagung 2016 «
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)
4
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
II.
METODOLOGI ANALISIS 2.1.
Sumber Data dan Informasi Outlook
Komoditas
Tanaman
Pangan
tahun
2015
disusun
berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari daerah, instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Departemen Pertanian seperti Biro Pusat Statistik (BPS). Untuk keragaan global data diperoleh dari download website Food and Agriculture Organization (FAO). Tabel 2.1. Jenis Variabel, Periode dan Sumber Data No
Variabel
Periode
Sumber Data
1
Luas Panen Jagung di Indonesia
1969 - 2015
BPS
2
Produksi Jagung di Indonesia
1969 - 2015
BPS
3
Produktivitas Jagung di Indonesia
1969 - 2015
BPS
4
Konsumsi Jagung per kapita rumah
1985 -2014
Susenas -BPS
tangga 5
Penggunaan jagung untuk industri
1985 -2014
NBM–BKP Kementan
6
Ketersediaan konsumsi jagung di
1990 - 2014
NBM–BKP Kementan
1983 - 2014
BPS
1973 - 2015
BPS
1973 - 2015
BPS
Indonesia 7
Harga produsen dan konsumen jagung di Indonesia
8
Volume dan Nilai ekspor jagung di Indonesia
9
Volume dan Nilai impor jagung di Indonesia
10
Luas panen jagung dunia
1961 - 2014
FAO
11
Produksi jagung dunia
1961 - 2014
FAO
12
Produktivitas jagung dunia
1961 - 2014
FAO
13
Volume ekspor dan volume impor
1961 - 2013
FAO
jagung dunia
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
5
Outlook Jagung 2016 «
2.2.
Metode Analisis
2.2.1.
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif pada outlook ini biasa digunakan untuk menyajikan keragaan data baik keragaan nasional maupun global. Analisis deskriptif yang banyak digunakan adalah ratarata, data tertinggi, data terendah, proporsi terhadap total, dan angka pertumbuhan.
2.2.2.
Analisis Penawaran Model merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana setiap kegiatan dalam perekonomian pertanian yang akan dianalisis terangkum dalam model tersebut. Model ini disebut model ekonometrika suplai demand tanaman pangan, yang disusun dalam sistem persamaan simultan dan dinamis terbagi dalam dua blok, yaitu terdiri dari Blok Suplai dan Blok Demand. Model yang dibangun dapat dikembangkan untuk masing-masing sub sektor sesuai dengan variabel yang tersedia. Variabel
utama
dalam
produksi. Produksi merupakan
analisis perkalian
penawaran luas
adalah
panen
dan
produktivitas. Sehingga model yang dibangun untuk analisis penawaran adalah model luas panen dan model produktivitas.
6
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Tabel 2.2. Pembagian blok persamaan model Suplai Demand Tanaman Pangan Nama Blok Persamaan
Nomor Persamaan
Blok Suplai 1.
Luas Panen
1-5
2.
Produktivitas
6 - 10
3.
Impor
11 – 14
4.
Produksi
15 – 19
5.
Suplai
20 - 24
Blok Demand 1.
Konsumsi Perkapita (beras, jagung, kedelai,
25 - 29
ubi kayu, kc tanah) 2.
Konsumsi Nasional (beras, jagung, kedelai,
30 - 34
ubi kayu, kc tanah) 3.
Demand beras
35 - 40
4.
Demand jagung
41 – 44
5.
Demand kedelai
45 – 48
6.
Demand ubi kayu
49 – 51
7. 8.
Demand kacang tanah Neraca (beras, jagung, kedelai, ubi kayu, kc
52 – 54 55 – 59
tanah)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
7
Outlook Jagung 2016 «
Blok Suplai Penawaran
Produksi Luas Panen Padi LPP = a0 + a1 LPP(t-1) + a2 HRB(t-1) + a3 HRJ(t-1) + a4 HRK(t-1) + µ1 ................................................................. (1) Parameter estimasi yang diharapkan : a1, a2 > 0; a3, a4 < 0 Luas Panen Jagung LPJ = b0 + b1 LPJ(t-1) + b2 HRJ(t-1) + b3 HRK(t-1) + b4 HRUK(t-1) + b5 HRKC(t-1) + µ2 ...................................................... (2) Parameter estimasi yang diharapkan : b1, b2 > 0; b3, b4, b5 < 0 Luas Panen Kedelai LPK = c0 + c1 LPK(t-1) + c2 HRK(t-1) + c3 HRJ(t-1) + c4 HRUK(t-1) + c5 HRKC(t-1) + µ3 ........................................................... (3) Parameter estimasi yang diharapkan : c1, c2 > 0; c3, c4, c5 < 0 Luas Panen Kacang Tanah LPKC = e0 + e1 LPKC(t-1) + e2 HRKC(t-1) + e3 HRJ(t-1) + e4 HRK(t-1) + e5 HRUK(t-1) + µ5 ............................................................................................. (5) Parameter estimasi yang diharapkan : e1, e2 > 0; e3, e4, e5 > 0
Produktivitas Produktivitas Padi YP = f0 + f1 YP(t-1) + f2 HRUREA(t-1) + f3 TEK + f4 DSLPTT + f5 LIRIGASI + f6 RLPPJ + µ6........................................................................................................................................ (6) Parameter estimasi yang diharapkan : f1, f3, f4 , f5, f6 > 0 f2 < 0 Produktivitas Jagung YJ = g0 + g1 YJ(t-1) + g2 HRUREA(t-1) + g3 TEK + g4 DSLPTT + g5 LIRIGASI + g6 RLPJJ + µ7 ......................................................................................................... (7) Parameter estimasi yang diharapkan : g1, g3, g4 , g5, g6 > 0 g2 < 0
8
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Produktivitas Kedelai YK = h0 + h1 YK(t-1) + h2 HRUREA(t-1) + h3 TEK + h4 DSLPTT + h5 LIRIGASI + h6 RLPKJ + µ8 ................................................................................................(8) Parameter estimasi yang diharapkan : h1, h3, h4 , h5, h6 > 0 h2 < 0 Produktivitas Ubi Kayu YUK = i0 + i1 YUK(t-1) + i2 HRUREA(t-1) + i3 TEK + i4 DSLPTT + i5 LIRIGASI + µ9 ..............................................................................................................................(9) Parameter estimasi yang diharapkan : i1, i3, i4 , i5 > 0 i2 < 0 Produktivitas Kacang Tanah YKC = j0 + j1 YKC(t-1) + j2 HRUREA(t-1) + j3 TEK + j4 DSLPTT + j5 LIRIGASI + µ10 ........................................................................................................................ (10) Parameter estimasi yang diharapkan : j1, j3, j4 , j5, j5 > 0 j2 < 0
Impor Impor Beras IB = ko + k1 PRODP + k2 KONSB + k3 HIB + k4 HRB + µ11 ................................ (11) Parameter estimasi yang diharapkan : k2, k4 > 0 k1, k3 < 0 Impor Jagung IJ = lo + l1 PRODJ + l2 KONSJ + l3 HIJ + l4 HRJ + µ12 ................................................. (12) Parameter estimasi yang diharapkan : l2, l4 > 0 l1, l3 < 0 Impor Kedelai IK = mo + m1 PRODK + m2 KONSK + m3 HIK + m4 HRK + µ13 ......................... (13) Parameter estimasi yang diharapkan : m2, m4 > 0 m1, m3 < 0 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
9
Outlook Jagung 2016 «
Impor Kacang Tanah IKC = no + n1 PRODKC + n2 KONSKC + n3 HIKC + n4 HRKC + µ14 .. (14) Parameter estimasi yang diharapkan : n2, n4 > 0 n1, n3 < 0 Persamaan Identitas Produksi PRODP = LPP * YP ..................................................................................... (15) PRODJ = LPJ * YJ .................................................................................... (16) PRODK= LPK * YK ...................................................................................... (17) PRODUK = LPUK * YUK ............................................................................. (18) PRODKC=LPKC*YKC ..................................................................................(19)
SUPLAI SP = PRODP + (IB*100/62.7) ..................................................................... (20) SJ = PRODJ + IJ ........................................................................................ (21) SK = PRODK + IK .................................................................................... (22) SKC= PRODKC + IKC.................................................................................. (23) SUK = PRODUK + IUK ................................................................................ (24)
2.2.3. Analisis Permintaan Variabel utama analisis permintaan adalah konsumsi perkapita. Hasil kali konsumsi per kapita dengan jumlah penduduk adalah konsumsi nasional. Konsumsi nasional merupakan jumlah yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan nasional.
10
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Blok Demand Konsumsi Konsumsi Per Kapita Beras KONSB = o0 + o1 PDB + o2 IHK + o3 KONSB(t-1) + µ15 ..................................... (25) Parameter estimasi yang diharapkan: o1, o3 > 0 ; o2 < 0 Konsumsi Per Kapita Jagung KONSJ = p0 + p1 PDB + p2 IHK + p3 KONSJ(t-1) + µ16 .............................. (26) Parameter estimasi yang diharapkan: p1, p3 > 0 ; p2 < 0 Konsumsi Per Kapita Kedelai KONSK = q0 + q1 PDB + q2 IHK + q3 KONSK(t-1) + µ17 .............................. (27) Parameter estimasi yang diharapkan: q1, q3 > 0 ; q2 < 0 Konsumsi per Kapita Ubi Kayu KONSUK = r0 + r1 PDB + r2 IHK + r3 KONSUK(t-1) + µ18 ........................... (28) Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0 Konsumsi per kapita Kacang Tanah KONSKC = s0 + s1 PDB + s2 IHK + s3 KONSKC(t-1) + µ19 .................................................... (29) Parameter estimasi yang diharapkan: r3 > 0 ; r1,r2 < 0 Konsumsi Nasional Beras KONNB = POP * KONSB ................................................................................. (30) Konsumsi Nasional Jagung KONNJ = POP * KONSJ .................................................................................. (31) Konsumsi Nasional Kedelai KONNK = POP * KONSK ................................................................................. (32) Konsumsi Nasional Ubi Kayu KONNUK = POP * KONSUK .......................................................................... (33) Konsumsi Nasional Kacang Tanah KONNKC = POP * KONSKC ........................................................................... (34) Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
11
Outlook Jagung 2016 «
DEMAND DEMAND BERAS DB = KONNB + PAKG + PAKB + BB + TCG + TCB .................................... (35) PAKG = (PRODP*0.0044) * 0.627 ............................................................... (36) PAKB = (PRODP*0.627)*0.0017 ................................................................. (37) BB = (PRODP*0.0104)* 0.627 .................................................................... (38) TCG = (PRODP*0.0540) *0.627 ................................................................. (39) TCB = (PRODP*0.627)*0.025 ..................................................................... (40)
DEMAND JAGUNG DJ = KONNJ + PAKJ + BJ + TCJ ............................................................... (41) PAKJ = PRODJ*0.06 ................................................................................. (42) TCJ = PRODJ*0.05 ................................................................................... (44)
DEMAND KEDELAI DK = KONNK + BK + TCK ......................................................................... (45) PAKK = PRODK*0.003 ................................................................................ (46) BK = PRODK*0.015 .................................................................................... (47) TCK = PRODK*0.05 ................................................................................... (48)
DEMAND KACANG TANAH DKC = KONNKC + EKSKC + PAKKC + BKC + TCKC ................................... (52) BKC = PRODKC*0.026 ............................................................................... (53) TCKC = PRODKC*0.05 ............................................................................... (54)
NERACA NRCB =(SP*0.627) – DB ........................................................................... (55) NRCJ =SJ – DJ .......................................................................................... (56) NRCK = SK – DK ....................................................................................... (57) NRCUK = SUK- DUK ................................................................................... (58) NRCKC = SKC – DKC .................................................................................. (59)
12
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Tabel 2.2. Keterangan Variabel –variabel Dalam Model
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
13
Outlook Jagung 2016 «
2.2.4.
Kelayakan Model Kelayakan model untuk persamaan regresi simultan menggunakan Tabel Anova (analysis of variance). Dari tabel anova dicek nilai Probability
dari F hitung. Jika probability F
hitung kurang dari 0,10 berati model layak untuk tingkat kepercayaan 90%, jika nilai probability F hitung kurang dari 0,05 model layak dengan tingkat kepercayaan 95%. Disamping itu yang menjadi ukuran adalah nilai R square, nilai R square makin mendekati 100% model makin baik. Untuk model time series yang menjadi ukuran adalah nilai MAPE, jika ada 2 atau lebih pilihan model, maka yang diambil adalah yang memiliki MAPE kecil.
14
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
III.
KERAGAAN NASIONAL
3.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Nasional Komponen luas panen merupakan salah satu komponen penting dalam penghitungan produksi. Pertumbuhan luas panen jagung untuk periode 2012 – 2016 atau pada lima tahun terakhir meningkat dengan rata-rata penurunan sebesar 2,78% per tahun. Hal ini menunjukkan adanya upaya pemerintah untuk perluasan jagung, terutama dengan memanfaatkan lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan kebun dan lahan hutan. Selama periode tersebut terjadi peningkatan dan penurunan luas panen jagung. Penurunan luas panen terjadi pada tahun 2013 sebesar 3,44%, dan pada tahun 2015 luas panen kembali turun 1,29% dibandingkan tahun sebelumnya. Luas panen jagung pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 2,40% dibandingkan tahun 2011, dan pada tahun 2014 meningkat sebesar 0,41%. Berdasarkan angka tetap tahun 2015, luas panen jagung kembali mengalami penurunan sebesar yaitu 1,29% atau luas panen turun dari 3,84 juta hektar pada tahun 2014, menjadi 3,79 juta hektar. Penurunan luas panen tahun 2015 ini terutama terjadi di Luar Pulau Jawa sebesar 2,54%, sementara di Pulau Jawa hanya sebesar 0,10%. Pada tahun 2016 luas panen jagung meningkat secara signifikan sebesar 15,85%, karena adanya upaya pemerintah untuk menaikan produksi jagung melalui program UPSUS. Program ini terutama dilakukan perluasan areal tanam, baik di lahan sawah, lahan kering, di lahan perkebunan, atau di lahan-lahan pinggir hutan. Rendahnya pertumbuhan luas panen jagung pada tahun 2012 2015 diduga karena jagung harus bersaing dengan tanaman tadah hujan lainnya seperti tanaman pangan padi, kedelai, kacang tanah, maupun
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
15
Outlook Jagung 2016 «
tanaman non pangan seperti tembakau. Disamping itu luas baku sawah diduga mengalami penyusutan karena konversi lahan untuk kepentingan lain seperti infrastruktur, perumahan, dan lain-lain. Faktor lain yang diduga menurunkan luas panen jagung adalah perubahan iklim global, misalnya terjadi musim kemarau basah, maka petani cenderung akan menanam padi kembali, karena air cukup tersedia untuk menanam padi.
Gambar 3.1.
Perkembangan Luas Panen Jagung Indonesia, 1969-2016
Selama periode 1980 – 2016 pertumbuhan luas panen jagung di Pulau Jawa lebih rendah dari Luar Pulau Jawa, masing-masing sebesar 2,21% dan 3,31%. Demikian juga pada rentang periode waktunya 5 tahun terakhir yaitu antara tahun 2012 – 2016 laju peningkatan luas panen jagung di Jawa lebih tinggi dari pada di Luar Jawa, peningkatan luas panen di Jawa 1,49% sedangkan Luar Jawa 4,19%.
Rendahnya
pertumbuhan luas panen jagung di Jawa karena lahan untuk tanaman jagung harus bersaing dengan komoditas lain yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi atau sebagai bahan pangan utama seperti padi sawah, komoditas perkebunan, hortikultura atau komoditas tanaman
16
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
semusim lainnya. Sebaliknya, tingginya pertumbuhan luas panen di Luar Jawa ini antara lain karena daya saing produksi jagung yang relatif lebih baik pada lahan sawah tadah hujan dan lahan kering dibandingkan dengan daya saing komoditas lain (Deptan, 2005). Daya saing komoditas jagung, lebih baik dengan dari pada komoditas ubi kayu, ubi jalar, maupun kedelai. Hal ini juga didorong oleh kebutuhan jagung untuk pakan ternak, karena harga jagung impor yang semakin mahal. Di sisi lain kebutuhan jagung untuk pakan ternak semakin besar. Tabel 3.1. Rata-rata dan Pertumbuhan Luas Panen, Produktivitas serta Produksi Jagung di Indonesia, 1999-2016 Luas Panen Wilayah
Jawa Luar Jawa Indonesia
TAHUN
Luas Panen
Produksi
Pertumbuhan
Ton
(%)
Produktivitas
Pertumbuhan (%)
Pertumbuhan Ku/Ha
(%)
1999-2016
1.949
-0,08
8.244
4,03
41,88
4,06
2012-2016
1.993
1,49
10.655
4,53
53,42
2,93
1999-2016
1.744
2,20
6.588
6,43
36,69
4,03
2012-2016
1.965
4,19
9.287
7,54
47,16
3,26
1999-2016
3.701
0,96
14.832
5,04
39,45
3,96
2012-2016
3.958
2,78
19.941
5,89
50,32
3,01
Kontribusi Terhadap Indonesia periode 2012-2016 (%) Jawa Luar Jawa Sumber
50,35
53,43
49,65
46,57
: Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Sumber : BPS, diolah oleh Pusdatin Keterangan : *) Tahun 2016 Angka Rakor ARAM II
Pada lima tahun terakhir besarnya luas panen jagung antara di wilayah Jawa dan luar Jawa hampir seimbang. Berdasarkan Angka Tetap tahun 2016 luas panen jagung nasional adalah 4,39 juta ha, di mana 2,09 juta ha atau 47,61% berada di wilayah Jawa dan 2,30 juta ha atau sekitar 52,39% berada di wilayah Luar Jawa. Pada tahun 2016 ini ada peningkatan luas panen seluas 600 ribu hektar atau sebesar 15,85% dibandingkan tahun 2015. Peningkatan luas panen di Luar Jawa cukup besar yaitu sekitar 463,49 ribu hektar atau naik sebesar 25,26% dan di Pulau Jawa naik hanya sekitar 136,73 ribu hektar atau naik sebesar
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
17
Outlook Jagung 2016 «
7,0%. Peningkatan luas panen jagung di Luar Jawa karena adanya perubahan pola tanam, dimana sebagian petani yang semula menanam komoditas ubi kayu/ubi jalar, beralih ke komoditas jagung, dengan alasan memiliki nilai ekonomi yang lebih baik. Berdasarkan Tabel 3.1, selama periode 2012 – 2016 peningkatan luas panen jagung rata-rata di Indonesia adalah sebesar 2,78% per tahun. Selama periode tersebut, peningkatan luas panen jagung di Jawa lebih tinggi dari pada di Luar Jawa. Peningkatan luas panen jagung di Pulau Jawa mencapai 1,49%, sedangkan peningkatan luas panen jagung di Luar Jawa sebesar 4,19%. Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan produksi jagung melalui perluasan areal di Luar Jawa masih lebih besar. Pola panen jagung selama 3 tahun terakhir (2014 - 2016) menunjukkan kondisi yang hampir seragam, yaitu puncak panen jagung terjadi pada Subround I yaitu bulan Februari, Maret dan April. Pada Bulan Januari belum banyak panen jagung, Bulan Februari mulai ada peningkatan panen, Bulan Maret merupakan bulan puncak panen jagung, Bulan April luas panen cenderung mulai turun kembali, tetapi masih di ata bulan –bulan lainnya. Pola panen tahun 2014 dan 2015 menunjukkan puncak panen terjadi di Bulan Februari dan Bulan Maret, Bulan April luas panen sudah agak menurun dibandingkan Bulan Maret. Namun pada tahun 2016, puncak panen jagung terjadi pada bulan Maret, Bulan Februari sudah menunjukkan kenaikan luas panen,
Bulan April luas
panen juga masih tinggi, hampir sama dengan Bulan Februari. Pada Bulan Juni, Juli, dan Agustus luas panen kembali sedikit meningkat dibandingkan Bulan Mei, namun Bulan September
sampai
Desember luas panen jagung terus mengalami penurunan. Untuk lebih jelasnya pola panen jagung dapat dilihat pada Gambar 3.2.
18
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Gambar 3.2.
Perkembangan Pola Panen Jagung, 2014 – 2016
Berdasarkan Gambar 3.3, produktivitas jagung terus mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan produktivitas jagung selama kurun waktu 1980 - 2016 adalah sebesar 3,72% per tahun, suatu pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada kurun waktu tersebut, produktivitas jagung nasional
meningkat dari 14,60 Ku/Ha di tahun 1980 menjadi 52,85
Ku/Ha pada tahun 2015. Selama kurun waktu lima tahun terakhir atau tahun 2012 - 2016, pertumbuhan produktivitas jagung lebih rendah yaitu sebesar 3,01%. Hal ini menunjukkan laju peningkatan
produktivitas
semakin turun pada lima tahun terakhir, dikarenakan penggunaan jagung hibrida sudah cukup luas diaplikasikan. Produktivitas jagung ini diharapkan akan terus meningkat, karena beberapa tahun terakhir ini diluncurkan berbagai varietas jagung hibrida seperti Bisi 816, P27, DK 7722, NK 6325, Pertiwi-3, SHS-4 dan lain-lain. Kelompok jagung hibrida ini memiliki produktivitas per hektar lebih tinggi dari pada jagung komposit ataupun jagung lokal.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
19
Outlook Jagung 2016 «
Gambar 3.3.
Perkembangan Produktivitas Jagung Indonesia, 1980 -2016
Secara umum tingkat produktivitas jagung di Pulau Jawa cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di Luar Jawa maupun secara nasional terutama pada kondisi lima tahun terakhir (Tabel 1). Produktivitas jagung di Jawa periode 2012 - 2016 rata-rata sebesar 53,42 Ku/ha, sementara rata-rata produktivitas di Luar Pulau Jawa 47,16 Ku/ha, sedangkan produktivitas jagung nasional adalah sebesar 50,32 Ku/ha. Hal ini menunjukkan kondisi tanah di Pulau Jawa yang lebih subur dari pada Luar Jawa dan kemungkinan lebih banyak petani jagung menggunakan benih hibrida. Peningkatan produktivitas jagung antara lain sebagai dampak dari penerapan paket teknologi dalam penggunaan varietas jagung hibrida secara nasional dan adanya program SLPTT (Sekolah Lapang Pertanian Tanaman Terpadu), PAT (Perluasan Areal Tanam), dan peningkatan IP (Indeks Pertanaman).
20
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Pada tahun 2016 produktivitas jagung nasional sebesar
52,82
ku/ha atau meningkat sebesar 1,07 ku/ha, dibandingkan tahun 2015, atau meningkat sebesar 2,94%. Peningkatan produktivitas ini sebagian besar karena kontribusi peningkatan produktivitas di Jawa sebesar 1,60 ku/ha (atau meningkat 2,94%), sedangkan kontribusi peningkatan produktivitas di Luar Jawa lebih kecil yaitu sebesar 0,98 ku/ha (atau meningkat sebesar 2%).
Peningkatan produktivitas karena adanya
program peningkatan produksi jagung seperti Upsus Jagung dan peningkatan produktivitas jagung hibrida. Pada tahun 2016 berdasarkan angka tetap, produktivitas jagung di Jawa sebesar 55,97 Ku/ha, sedangkan produktivitas jagung di Luar Jawa sebesar 50,01 Ku/ha. Untuk lebih jelasnya terlihat pada Lampiran I. Produksi
adalah
hasil
perkalian
antara
luas
panen
dan
produktivitas, sehingga pola perkembangan produksi dipengaruhi oleh perkembangan luas panen dan produktivitas. Perkembangan produksi jagung
di
Indonesia
pada
periode
tahun
1980-2016
cenderung
berfluktuasi namun secara umum meningkat, mirip dengan pola luas panen, namun peningkatan produksi menunjukkan pola peningkatan yang lebih signifikan. Produksi jagung selama kurun waktu 1980-2016 tertinggi dicapai pada tahun 2016 ini yaitu sebesar 23,19 juta ton. Jika dilihat perkembangan produksi jagung pada 5 (lima) tahun terakhir, produksi jagung mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,89% per tahun. Pada tahun 2012 produksi jagung sebesar 19,39 juta ton, kemudian lima tahun berikutnya (2016) produksi jagung meningkat menjadi 23,19 juta ton. Selama periode tahun 2012 sampai 2016, terjadi 1 kali penurunan produksi jagung, yaitu tahun 2013 produksi jagung turun sebesar 4,51% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 18,51 juta ton. Penurunan produksi jagung tahun 2013 disebabkan oleh penurunan produktivitas dan penurunan luas panen.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
21
Outlook Jagung 2016 «
Penurunan produksi jagung juga bisa disebabkan bergesernya pola tanam, atau beralih ke komoditas lain. Produksi jagung tahun 2016 sebesar 23,19 juta ton atau naik sebesar 18,23% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini merupakan peningkatan tertinggi selama 8 tahun terakhir. Peningkatan produksi jagung tahun 2016 lebih banyak karena peningkatan luas panen, sementara peningkatan produktivitas sebesar 1,07 ku/ha (2,07%). sebaliknya
terjadi peningkatan luas panen yang sangat signifikan
sebesar 600 ribu hektar (15,85%). Selama periode 2012 – 2016, pertumbuhan produksi jagung di Luar Jawa lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di Jawa. Pertumbuhan produksi jagung di Jawa hanya 4,53% per tahun, sementara di Luar Jawa sebesar 7,54% per tahun. Tingginya pertumbuhan produksi jagung di Luar Jawa terutama dikarenakan pertumbuhan luas panen. Pertumbuhan luas panen di Jawa 1,49% per tahun sedangkan pertumbuhan luas panen di Luar Jawa sebesar 4,19% per tahun.
Gambar 3.4.
22
Perkembangan Produksi Jagung di Indonesia, 1980 2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Pola perkembangan produksi jagung di Jawa tampak lebih berfluktuasi dibandingkan dengan pola perkembangan produksi jagung di Luar Jawa. Hal ini terjadi karena persaingan penggunaan lahan di Jawa khususnya antara padi dan palawija dapat menjadi alasan utama terjadinya fluktuasi tingkat produksi jagung di Jawa, sedangkan produksi jagung di Luar Jawa cenderung meningkat secara perlahan.
3.2. Provinsi Sentra Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Pada periode 2012 - 2016, daerah penghasil utama atau sentra luas panen jagung di Indonesia terdistribusi di sepuluh provinsi dengan total kontribusi sebesar 87,52% terhadap total luas panen Indonesia (Gambar 3.5). Kontribusi terbesar luas panen jagung nasional berasal dari Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 30,73%, disusul kemudian oleh Jawa Tengah sebesar 13,97%, sedangkan Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke-7 dan hanya menyumbang 3,85% dari luas panen nasional. Total kontribusi 3 (tiga) provinsi sentra di Jawa ini mencapai 48,54%, tujuh provinsi sentra lainnya merupakan provinsi di Luar Pulau Jawa. Lampung menjadi provinsi urutan ke-3 dengan total kontribusi sebesar 8,49% atau rata-rata luas panen selama periode 2012- 2016 sebesar 336,11 ribu ha, urutan ke-empat dan selanjutnya diikuti masingmasing secara berurutan Sulawesi Selatan (kontribusi 7,79%), Nusa Tenggara Timur (kontribusi 6,61%), Sumatera Utara (kontribusi 5,79%), Jawa Barat (kontribusi 3,85%), Gorontalo (3,72%), Nusa Tenggara Barat (3,54%) dan Sulawesi Utara (3,03%) (Gambar 3.5 dan Lampiran 5). Provinsi lainnya di luar provinsi sentra, kontribusinya terhadap produksi jagung nasional adalah 12,48%.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
23
Outlook Jagung 2016 «
Gambar 3.5. Kontribusi Rata-rata Sentra Luas Panen Jagung di Indonesia, Tahun 2012-2016.
Dilihat dari sisi pertumbuhan luas panen jagung selama periode 5 tahun terakhir (2012 – 2016) beberapa provinsi sentra mengalami peningkatan
pertumbuhan,
namun
ada
juga
yang
menunjukkan
pertumbuhan negatif. Pertumbuhan negatif terjadi di Provinsi Jawa Timur, dimana selama 2012 – 2016 luas panen rata-rata turun sebesar 0,50%/tahun, begitu juga di Lampung luas panen jagung rata-rata turun sebesar 6,47%/tahun, serta Sulawesi Selatan turun 2,73%/tahun. Penurunan luas panen jagung di Provinsi Lampung dan Sulawesi Selatan karena sebagian petani beralih komoditas dari jagung ke komoditas ubi kayu, meskipun demikian pada tahun 2016 kedua provinsi tersebut mengalami peningkatan luas panen. Hal ini dikarenakan sebagian petani menganggap bahwa dalam bertanam ubi kayu biaya untuk usaha tani jauh lebih murah dari pada bertanam jagung. Bertanam ubi kayu tidak memerlukan perawatan khusus. Angka ARAM II tahun 2016 juga menunjukkan penurunan luas panen ubi kayu. Luas panen ubi kayu di Lampung tahun 2015 sebesar 279,34 ribu ha, tahun 2016 turun menjadi 251,08 ribu ha, penurunan luas panen ubi kayu mengakibatkan 24
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
peningkatan luas panen jagung. Sementara pertumbuhan luas panen jagung tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 3,86% per tahun. Sentra produksi jagung di Indonesia selama 2012 - 2016 terdistribusi di sepuluh provinsi dengan total kontribusi sebesar 94,23% terhadap total produksi Indonesia (Gambar 3.6). Kontribusi terbesar produksi jagung nasional berasal dari Provinsi Jawa Timur yaitu 32,06%, disusul kemudian oleh Jawa Tengah sebesar 16,78%, sedangkan Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke-6 dan hanya menyumbang 6,02% dari produksi nasional. Total kontribusi 3 (tiga) provinsi sentra di Jawa ini mencapai 54,86%, tujuh provinsi sentra lainnya merupakan provinsi di Luar Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 39,37%. Lampung menjadi provinsi urutan ke-3 dengan total kontribusi sebesar 8,97% atau ratarata produksi selama periode 2012 - 2016 sebesar 1,69 juta ton. Provinsi lainnya di luar provinsi sentra, kontribusinya terhadap produksi jagung nasional adalah 5,77%.
Gambar 3.6. Kontribusi Rata-rata Sentra Indonesia, Tahun 2012-2016
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Produksi
Jagung
di
25
Outlook Jagung 2016 «
Berdasarkan series data tahun 2012-2016 produksi jagung yang mengalami penurunan di provinsi sentra yaitu Provinsi Lampung sebesar -4,97%/tahun, Provinsi Jawa Timur -0,68%/tahun dan Provinsi Jawa Barat sebesar -2,06%/tahun. Sementara 8 provinsi sentra lainnya mengalami peningkatan produksi selama 2012 – 2016, dengan kisaran pertumbuhan produksi antara 0,25% sampai 14,92% per tahun. Provinsi dengan peningkatan produksi tertinggi tahun 2012-2016 untuk kelompok provinsi sentra adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan peningkatan produksi rata-rata sebesar 14,92%/tahun, diikuti oleh Sumatera Barat meningkat 6,87%/tahun dan Provinsi Sumatera Utara naik sebesar 5,62%/tahun.
3.3. Konsumsi Per Kapita dan Nasional Konsumsi suatu komoditas pertanian secara umum terdiri dari konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung (diolah lebih lanjut menjadi produk konsumsi atau produk lainnya). Permintaan (konsumsi) langsung jagung secara garis besar merupakan perkalian antara konsumsi per kapita dengan jumlah penduduk. Data konsumsi perkapita diperoleh dari data hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional, BPS). Permintaan tidak langsung didekati dari permintaan antara (Tabel Input Ouput –BPS) atau konsumsi bukan makanan (industry) dari data Neraca Bahan Makanan (NBM) yang diterbitkan setiap tahun, dengan asumsi harga dan pertumbuhan konsumsi industri cenderung tetap, sehingga proyeksi
permintaan
industri
merupakan
hasil
perkalian
antara
persentase penggunaan untuk industri dengan produksi tahun terakhir. Disamping itu disajikan juga perkembangan ketersediaan konsumsi jagung
di
Indonesia
dari
pendekatan
Neraca
Bahan
Makanan.
Ketersediaan yang dimaksud pada NBM adalah selisih produksi ditambah
26
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
impor sebagai komponen suplai, dikurangi besarnya ekspor, tercecer, penggunaan pakan, bibit dan penggunaan untuk industri. Konsumsi jagung rumah tangga per kapita dalam kurun waktu 2011 – 2015 cenderung menurun, dengan laju penurunan -0,36% per tahun. Pada tahun 2011 konsumsi jagung rumah tangga menurun cukup signifikan
sebesar
22,6%
dibandingkan
tahun
2010
dari
1,763
kg/kapita/tahun menjadi 1,365 kg/kapita/tahun, pada tahun 2012 konsumsi jagung kembali mengalami peningkatan (22,9%) menjadi 1,677 kg/kapita/tahun.
Tahun 2013 konsumsi jagung per kapita kembali
menurun sebesar 12,43%, tahun 2014 konsumsi jagung kembali turun sebesar 7,10% atau
konsumsi
perkapita
menjadi
sebesar 1,467
kg/kapita/tahun, dan pada tahun 2015 kemsumsi jagung kembali meningkat menjadi 1,790 kg/kap/tahun atau naik 21,99%. Konsumsi jagung yang dimaksud disini konsumsi jagung basah berkulit dan jagung pipilan kering. Konsumsi nasional rumah tangga pada tahun 2015 adalah sebesar 457,24 ribu ton, total konsumsi ini meningkat sebesar 23,58% dari tahun sebelumnya yang mencapai 369,99 ribu ton. Peningkatan ini karena adanya peningkatan konsumsi jagung basah berkulit sebagai substitusi bahan
pangan
pokok,
disamping
itu
juga
karena
peningkatan
penggunaan jagung pipilan kering untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga nasional jagung lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan fluktuatif, tetapi rata-rata meningkat 1,02% per tahun. Selama kurun waktu tersebut terjadi penurunan cukup signifikan pada tahun 2011, 2013, dan 2014 masing-masing sebesar 23,47%, -10,44%, dan -5,85%. Pada tahun 2012 konsumsi rumah tangga jagung nasional kembali meningkat 21,26%, dan tahun 2015 kembali meningkat 23,58%. Penurunan konsumsi ini terjadi karena semakin sedikit orang mengkonsumsi jagung sebagai subtitusi bahan pangan pokok, meskipun tahun 2015 sudah menunjukkan kenaikan, sedangkan permintaan jagung untuk industri terutama industri pakan cenderung Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
27
Outlook Jagung 2016 «
semakin meningkat. Program penganekaragaman pangan pengganti beras sampai saat belum berhasil, sehingga perlu upaya yang lebih keras agar konsumsi beras menurun dan konsumsi sumber karbohidrat lainnya termasuk jagung meningkat (Gambar 3.7).
2,500,000
(Ton)
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
2015
2013
2011
2009
2007
2005
2003
2001
1999
1997
1995
1993
1991
1989
1987
1985
0
Gambar 3.7. Konsumsi Rumah Tangga Jagung Menurut Susenas.
Bila diamati grafik penggunaan jagung untuk konsumsi rumah tangga dan penggunaan jagung untuk pakan menunjukkan pola grafik yang relatif konstan dengan garis yang cenderung terus berhimpitan sejak tahun 2001 sampai 2007, bahkan terbilang cukup stagnan atau tidak ada kenaikan penggunaan yang signifikan. Namun pada mulai tahun 2008 sampai 2015 terlihat bahwa konsumsi jagung untuk rumah tangga cenderung konstan, sebaliknya untuk pakan ternak menunjukkan peningkatan meskipun kecil (Gambar 3.8). Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan jagung pipilan kering, sebagai bahan baku pakan untuk usaha peternakan rumah tangga, semakin besar jumlahnya. Bahkan ada dugaan bahwa jumlah ini jauh lebih besar dari pada yang dihitung
28
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
selama ini pada neraca bahan makanan (Hasil Survei Penggunaan Jagung- Pusdatin, 2014).
8,000,000
( ton )
6,000,000
4,000,000
2,000,000
0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rumahtangga
Gambar 3.8.
Industri Non Makanan
Pakan Langsung
Perkembangan Konsumsi Jagung di Indonesia, 2001-2015 menurut Susenas dan Neraca Bahan Makanan (NBM)
Pada periode 2011 – 2015 total konsumsi rumah tangga berkisar antara 350 – 460 ribu ton, sedangkan penggunaan jagung untuk pakan juga berkisar pada angka yang mendekati kisaran penggunaan di tingkat rumah tangga, namun setelah tahun 2009 kenaikkan jumlah jagung untuk pakan melampaui 1 juta ton lebih. Hal ini berbeda dengan total penggunaan jagung untuk diolah bukan makanan/industri, dimana pada kurun waktu 2011 – 2015 cenderung meningkat perlahan dari 3,67 juta ton pada tahun 2011 menjadi 3,88 juta ton pada tahun 2014. Tingginya penggunaan jagung untuk diolah bukan makanan/industri terjadi karenakebutuhan jagung untuk pakan ternak semakin meningkat, seiring
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
29
Outlook Jagung 2016 «
dengan semakin tingginya populasi ternak karena permintaan daging ungags yang semakin tinggi. Laju pertumbuhan konsumsi jagung untuk industri lebih tinggi dibandingkan permintaan rumah tangga, pada kurun waktu 2011-2014 pertumbuhan total konsumsi rumah tangga rata-rata meningkat sebesar -1,02% per tahun, sementara total konsumsi jagung untuk industri ratarata meningkat lebih tinggi yaitu sebesar 3,33% per tahun.
Hal ini
menunjukkan penggunaan jagung pipilan kering lebih banyak digunakan dalam industri pakan ternak dibandingkan dengan untuk konsumsi rumah tangga,seperti terlihat pada Lampiran 8. Pada kurun waktu 1985 - 2014 peningkatan pertumbuhan konsumsi jagung untuk industri non makanan (pakan) sangat fantastis yaitu rata-rata 17,36% per tahun. Penurunan konsumsi jagung untuk industri terjadi pada saat krisis yaitu tahun 1997 – 1999, pada tahun 1997 konsumsi jagung untuk industri turun sebesar 5,75%, tahun 1998 turun kembali sebesar 16,86%, tahun 1999 juga turun sebesar 9,49%. Untuk jangka waktu yang lebih pendek, pada kurun waktu 2011 – 2014 konsumsi jagung untuk pakan pertumbuhannya lebih kecil, yaitu 3,33%/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan industry pakan ternak sudah mulai jenuh. Permintaan jagung untuk industri non makanan pada tahun 2011 sebesar 3,67 juta ton. Pada tahun 2012 dan tahun 2013 konsumsi industry non makanan mengalami peningkatan berturut-turut menjadi sebesar 4,32 juta ton, dan 4,79 juta ton. Pada tahun 2014 konsumsi industry
makanan
kembali
meningkat
menjadi
4,88
juta
ton.
Peningkatan permintaan jagung dalam negeri untuk industry semakin kecil diduga berkaitan dengan kualitas jagung yang dihasilkan oleh petani. Jika kadar aflatoxin jagung melebihi batas ambang yang ditetapkan, maka industri pakan akan menolaknya. Sebagai gantinya industi pakan mengimpor jagung, untuk bahan baku pakan.
30
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Pertumbuhan ketersediaan konsumsi jagung per kapita menurut Neraca Bahan Makanan (NBM) pada tahun 1990-2014 rata-rata sebesar 5,75%, sedangkan pada periode 2010 – 2014 atau selama lima tahun terakhir pertumbuhan ketersediaan jagung lebih tinggi rendah yaitu sebesar 1,85% per tahun. Pada tahun 2010 sampai 2014 pertumbuhan ketersedian jagung terlihat lebih datar dengan kisaran pertumbuhan -4,64% sampai 11,15% per tahun (Lampiran 7). Terdapat perbedaan yang cukup lebar antara konsumsi rumah tangga per kapita hasil SUSENAS dan ketersediaan per kapita, hal ini diduga karena ada penggunaan untuk olahan makanan pada NBM terlalu rendah. Jadi ada dugaan penggunaan jagung untuk pakan lebih besar dari angka NBM, mengingat banyak industri pakan ternak skala kecil/rumah tangga yang belum tercakup dalam penggunaan pakan oleh industri. Pengolahan jagung untuk pakan (self mix) yang dilakukan oleh rumah tangga usaha peternakan, diduga jumlahnya cukup besar. Disamping itu banyak jagung yang dikonsumsi di luar rumah tangga sebagai makanan jadi seperti untuk snack, jagung bakar, jagung untuk sayuran, atau makanan lain berbahan baku jagung.
3.4. Harga Produsen dan Konsumen Jagung Secara umum perkembangan harga rata-rata jagung pipilan baik di tingkat produsen maupun konsumen menunjukkan kecenderungan meningkat. Perkembangan harga jagung pada lima tahun terakhir periode tahun 2011-2015 memperlihatkan harga jagung di tingkat produsen maupun konsumen meningkat cukup signifikan, sehingga margin yang dihasilkan cukup besar, yaitu sekitar Rp 1.164,- sampai Rp 2.686,- per kilogram. Jika pada tahun 2011 perbedaan harga konsumen dan produsen sebesar Rp 1.778/kg, maka tahun 2012 margin sedikit turun menjadi Rp 1.164/kg, pada tahun 2013 margin sedikit mengalami peningkatan kembali menjadi Rp 2.246/kg, pada tahun 2014 margin Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
31
Outlook Jagung 2016 «
keuntungan kembali meningkat menjadi Rp 2.524/kg, dan akhirnya pada tahun 2015 margin kembali meningkat menjadi Rp 2.686/kg. Harga jual tingkat konsumen yang cukup tinggi ini sebagai dampak meningkatnya biaya transportasi secara signifikan akibat kenaikan bahan bakar, atau sarana jalan yang makin tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga mengganggu sistem distribusi. Sementara harga jual tingkat produsen yang lebih rendah mengindikasikan
tidak
cukupnya
insentif
bagi
petani
untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas atau elastisitas transmisi harga dari
konsumen ke
produsen
kecil
sehingga
petani
yang
harus
menanggung perbedaan harga di tingkat konsumen dan produsen tersebut. Keragaan harga jagung secara rinci disajikan pada Lampiran 10.
8,000.00 7,000.00
( Rp/Kg )
6,000.00 5,000.00 4,000.00 3,000.00
2,000.00 1,000.00
Harga Produsen
2015
2013
2011
2009
2007
2005
2003
2001
1999
1997
1995
1993
1991
1989
1987
1985
1983
0.00
Harga Konsumen
Gambar 3.9. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia, 1983-2015
Harga
Pertumbuhan harga jagung tingkat produsen selama periode 2011 – 2015 rata-rata sebesar 6,21%/tahun, lebih rendah dari pada pertumbuhan harga konsumen yaitu sebesar 9,05%/tahun. Pertumbuhan 32
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
harga jagung yang tinggi baik di tingkat konsumen maupun produsen karena semakin besarnya kebutuhan jagung untuk pakan sementara suplai jagung terbatas. Terbatasnya suplai jagung karena produksi jagung nasional yang diserap oleh pabrik pakan kurang mencukupi dan kualitas jagung yang kurang seragam. Harga rata-rata jagung pipilan kering di tingkat produsen pada tahun 2015 sebesar
Rp 3.778/kg atau naik sebesar Rp 108,-/kg
dibandingkan tahun 2014, atau naik sebesar 2,963%. Harga yang rendah bagi produsen jagung, biasanya terjadi karena pada saat menjual kadar air masih cukup tinggi (sekitar 25% – 35%), sehingga harga rendah, begitu juga dengan kadar aflatoxin yang tinggi akan menurunkan harga jagung. Berbeda dengan harga produsen yang peningkatan cukup rendah, sebaliknya harga jagung di tingkat konsumen tahun 2015 mengalami peningkatan 4,36%, yaitu dari harga Rp 6.194,-/kg pada tahun 2014 menjadi Rp 6.464,- /kg pada tahun 2015, atau naik sebesar Rp. 270,/kg, seperti terlihat pada Gambar 3.9.
3.5. Ekspor dan Impor Jagung Impor jagung diperlukan jika produksi nasional kurang mencukupi untuk kebutuhan pabrik pakan. Pada tahun 2000 – 2004 volume impor jagung selalu di atas 1 juta ton, sementara pada tahun 2005 – 2009 volume impor di bawah 1 juta ton, kecuali tahun 2006 volume impor mencapai 1,77 juta ton, sementara volume impor jagung periode 2011 – 2015 selalu di atas 3 juta ton, kecuali tahun 2012 hanya sebesar 1,81 juta ton. jagung
Tingginya impor jagung pada diperkirakan karena produksi
nasional
belum
mencukupi,
sedangkan
ada
peningkatan
kebutuhan jagung untuk bahan baku industri khususnya industri pakan, menyebabkan permintaan jagung impor cukup besar. Pada tahun 2014 volume impor jagung stabil sekitar 3,17 juta ton, dan volume impor tahun 2015 naik menjadi 3,50 juta ton, volume impor tahun 2016 sampai Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
33
Outlook Jagung 2016 «
dengan Bulan Mei sebesar 880 ribu ton. Rendahnya volume impor tahun 2016, karena adanya pembatasan/pelarangan impor jagung, dengan tujuan produksi jagung dalam negeri dapat terserap oleh industri pakan. Selama hampir empat dekade volume ekspor jagung Indonesia cenderung konstan, selama periode tersebut volume ekspor jagung tidak lebih dari 300 ribu ton. Selama periode 2011-2015 rata – rata volume ekspor adalah 70,48 ribu ton, sebaliknya volume impor jauh lebih tinggi yaitu sebesar 2,97 juta ton. Hal ini mengakibatkan neraca yang selalu negatif, dimana ekspor jauh lebih kecil dibandingkan impor. Pada tahun 2015 volume ekspor cukup tinggi, yaitu sebesar 250,83 ribu ton. Neraca impor jagung dari tahun 2011 sampai 2015 rata-rata defisit 2,90 juta ton. Hal ini menunjukkan ketergantungan akan jagung impor semakin meningkat terutama pada beberapa tahun terakhir, sehingga perlu usaha terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung nasional, sehingga Indonesia bisa swasembada jagung.
4,000,000
( ton )
3,000,000
2,000,000
1,000,000
Ekspor (Ton)
2014
2016*)
2012
2010
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
1984
1982
1980
0
Impor (Ton)
Gambar 3.10. Perkembangan Volume Ekspor-Impor Jagung di Indonesia, 1980-2016
34
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Neraca ekspor-impor jagung baik dilihat dari sisi volume maupun nilainya menunjukkan perkembangan yang cenderung negatif, artinya lebih tinggi impor dari pada ekspornya. Kecenderungan ini disebabkan permintaan jagung yang tinggi seperti industri pakan ternak dan belum sepenuhnya dipenuhi oleh produksi jagung dalam negeri. Pada kondisi lima tahun terakhir 2011-2015 rata-rata neraca ekspor-impor yang negatif, artinya selama periode itu rata-rata terjadi defisit sebesar 2,91 juta ton atau senilai US$ 791 juta. Pada tahun 2016 sampai dengan Bulan Mei besarnya volume impor jagung 880 ribu ton sedangan volume ekspor sebesar 11 ribu ton, jadi terjadi defisit perdagangan sebesar 870 ribu ton, atau defisit sebesar 191 juta US$ (Lampiran 11).
Volume Impor Jagung (Ton) 3,000,000 2,500,000
Ton
2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 -
Volume Impor (Ton)
Jan - Sep 2015
Jan - Sep 2016
2,735,473
1,016,043
Gambar 3.11. Volume Impor Jagung Bulan Januari – September 2015 dan 2016
Kementerian pengendalian
impor
Pertanian jagung.
(Kementan) Kebijakan
menerbitkan ini
kebijakan
dimaksudkan
untuk
mendorong gairah petani jagung sehingga produknya terserap ke pasar dan industri pakan ternak, memprioritaskan produk domestik untuk bahan baku industri pakan, menjaga stabilitas harga jagung dan pakan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
35
Outlook Jagung 2016 «
baik di tingkat petani maupun konsumen. Kebijakan tersebut dituangkan dalam Perrmentan 57 tahun 2015 tentang Pemasukan dan Pengeluaran Bahan Pakan Asal tumbuhan ke dan dari Wilayah Indonesia. Hasil kebijakan ini adalah impor jagung Januari-September 2016 sebesar 1,02 juta ton, untuk untuk periode yang sama tahun 2015 sebesar 2,74 juta ton, atau menurun 62,8% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sehingga menghemat devisa sekitar 397,92 Ribu US$. Pada tahun 2016 program bantuan benih jagung unggul dan sarana lainnya seluas 1,5 juta hektar serta integrasi jagung di perkebunan 750 ribu hektar dan sebagian besar sudah direalisasikan diyakini akan menggenjot produksi 2016, sehingga capaian produksi tahun 2016 (ARAM II) sebesar 23,19 juta ton.
36
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
IV.
KERAGAAN GLOBAL
4.1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Dunia Menurut data FAO, luas panen jagung dunia tahun 2012 sebesar 179,06 juta ha, pada tahun 2013 naik sebesar 3,89% menjadi 186,02 juta ha. Pada tahun 2014 luas panen jagung dunia mengalami penurunan sebesar 1,45% atau luas panen menjadi 183,32 juta hektar. Pertumbuhan luas panen jagung dunia periode 1980-2014 ini relatif lambat dengan rata-rata pertumbuhan 1,17% per tahun (Lampiran 10). Pada periode lima tahun terakhir (2010 – 2014) pertumbuhan luas panen jagung dunia lebih tinggi, yaitu sebesar 2,95%. Hal ini diduga terjadi
karena
peningkatan
jumlah
penduduk
dan
peningkatan
kebutuhan jagung baik untuk bahan baku pakan ternak maupun dikonsumsi manusia sebagai bahan pangan pokok, sehingga sebagian negara di dunia berusaha memperluas tanaman jagung. Pada beberapa tahun terakhir bahkan karena kebutuhan energi alternatif yang menggantikan sumber energi yang berasal dari fosil, jagung merupakan salah satu bahan baku energi alternatif karena bisa diubah menjadi etanol. Bila dimati kondisi lima tahun terakhir, peningkatan luas panen jagung yang cukup signifikan pada tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 4,47% dan 4,48%, hal ini dipicu oleh naiknya harga minyak dunia yang melambung tinggi, sehingga mencari sumber bahan bakar alternatif sebagai pengganti minyak bumi seperti bioetanol yang dibuat dari jagung atau tebu. Pada tahun 2014 harga minyak dunia turun, sehingga produksi jagung juga turun, disamping karena perubahan iklim global. Berbeda dengan perkembangan luas panen yang cenderung terus meningkat pada 5 tahun terakhir, perkembangan produktivitas jagung dunia, menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Pertumbuhan produktivitas jagung selama 2009 – 2014 rata-rata meningkat 2,01% per
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
37
Outlook Jagung 2016 «
tahun. Produktivitas jagung dunia tahun 2013 sebesar 5,47 ton/ha atau naik signifikan dari tahun 2012 sebesar 11,90%. Sebaliknya pada tahun 2014 lalu produktivitas jagung dunia meningkat hanya sebesar 3,52% dibandingkan tahun 2013, atau produktivitas jagung dunia tahun 2014 sebesar 5,66 ton/ha. Peningkatan produktivitas ini diduga karena berhasilnya pengembangan jagung dengan produktivitas tinggi, seperti jagung hibrida. Perkembangan luas panen terlihat pada Gambar 4.1. Perkembangan produktivitas jagung dunia pada periode tahun 1980-2014
juga menunjukkan kecenderungan meningkat rata-rata
sebesar 1,78% per tahun atau lebih tinggi dari pada peningkatan luas panen (1,17% per tahun).
Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun
2014 yang mencapai 5,66 ton/ha (Gambar 4.2).
200,000,000 190,000,000 180,000,000
(Ha)
170,000,000 160,000,000 150,000,000 140,000,000 130,000,000 120,000,000 110,000,000
2014
2012
2010
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
1984
1982
1980
100,000,000
Gambar 4.1. Perkembangan Luas Panen Jagung Dunia, 1980-2014
Laju pertumbuhan produktivitas jagung dunia pada lima tahun terakhir (2010 – 2014) masih mengalami peningkatan meskipun dengan pertumbuhan lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan luas panennya yaitu sebesar 2,01% per tahun, sementara pertumbuhan luas panen jagung pada periode yang sama meningkat sebesar
2,95% per
tahun (Lampiran 12).
38
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
6.00 5.50
(Ton/Ha)
5.00
4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
1.50
Gambar 4.2.
Perkembangan Produktivitas Jagung Dunia, 1961-2014
Perkembangan produksi jagung dunia selama periode tahun 20102014 meskipun berfluktuasi menunjukkan kecenderungan meningkat. Peningkatannya lebih banyak ditentukan oleh pertumbuhan luas panen sebesar 2,95% per tahun dan pertumbuhan produktivitas 2,01% per tahun. Hasil perkalian luas panen dan produktivitas menghasilkan produksi, sehingga pertumbuhan produksi jagung dunia pada periode tersebut mencapai 4,99% per tahun. Menurut FAO, produksi jagung dunia pada tahun 2012 mencapai 875 juta ton, atau turun 1,31% dibandingkan tahun 2011, tetapi tahun 2013 produksi jagung dunia naik sekitar 142 juta ton atau naik 16,25% dibandingkan tahun 2012. Pada tahun 2014 produksi jagung dunia kembali meningkat 20 juta ton, atau naik sebesar 2,02% atau menjadi 1,038 milyar ton.
Secara rinci
perkembangan produksi jagung dunia disajikan pada Gambar 4.3.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
39
Outlook Jagung 2016 «
1,100,000,000 1,000,000,000
(ton)
900,000,000 800,000,000 700,000,000 600,000,000 500,000,000 400,000,000
300,000,000 200,000,000 2014
2012
2010
2008
2006
2004
2002
2000
1998
1996
1994
1992
1990
1988
1986
1984
1982
1980
100,000,000
Gambar 4.3. Perkembangan Produksi Jagung Dunia, 1980-2014
4.2. Negara Sentra Luas Panen dan Produksi Jagung Dunia Pada periode lima tahun terakhir (2010 – 2014), luas panen jagung dunia tertinggi di China dengan rata-rata luas mencapai 34,67 juta hektar atau mencapai 19,62% dari rata-rata total luas panen jagung dunia.
Amerika Serikat berada di tempat ke-2, tergeser dari China,
dengan luas rata-rata selama lima tahun terakhir sebesar 34,29 juta ha atau menyumbang 19,40% total luas panen jagung dunia. Posisi ketiga dan keempat ditempati oleh Brazil dan India dengan luas panen ratarata masing-masing sebesar 14,16 juta hektar dan 8,81 juta hektar. Sementara Indonesia berada di urutan ke-9 setelah Mexico, Nigeria, Argentina, dan Ukraina dengan kontribusi luas sebesar 2,22% atau luas panen rata-rata lima tahun terakhir mencapai 3,92 juta hektar per tahun.
Kontribusi luas panen negara-negara sentra terlihat pada
Gambar 4.4. 40
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
China 19,6%
USA 19,4%
Brazil 8,0%
Lainnya 32,2%
India 5,0%
Tanzania 2,1%
Indonesia 2,2%
Ukraine 2,3%
Argentina 2,3%
Nigeria 3,1%
Mexico 3,9%
56.841
Gambar 4.4. Kontribusi Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung terhadap Luas Panen Dunia (2010 – 2014)
60.000
34.673
34.286 USA
5.394
4.053
4.003
3.922
3.755
Nigeria
Argentina
Ukraine
Indonesia
Tanzania
10.000
6.859
20.000
8.815
30.000
14.162
( 000 Ha )
40.000
China
50.000
Lainnya
Mexico
India
Brazil
-
Gambar 4.5. Rata-rata Luas Panen Negara-negara Produsen Jagung Dunia, 2010 - 2014
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
41
Outlook Jagung 2016 «
Berdasarkan rata-rata produksi jagung yang dihasilkan suatu negara pada tahun 2010 - 2014, maka terdapat 10 negara produsen jagung terbesar di dunia dengan total share sebesar 78,76% terhadap total produksi jagung dunia. Kesepuluh negara tersebut secara berurutan adalah Amerika Serikat, China, Brazil, Argentina, Ukraina, India, Mexico, Indonesia, Perancis dan Afrika Selatan. Amerika Serikat menjadi negara paling dominan dimana negara tersebut menguasai 34,66% produksi jagung dunia dengan rata-rata produksi 2010 - 2014 mencapai 323,74 juta ton, diikuti China
pada urutan ke-2 dengan
produksi rata-rata 202,12 juta ton, mampu menguasai 21,64% produksi jagung dunia, posisi ketiga ditempati Brazil dengan produksi rata-rata 68,45 juta ton selama lima tahun terakhir.
Tiga negara tersebut
merupakan produsen jagung terbesar dunia dengan kontribusi kumulatif sebesar 63,63%, karena negara produsen jagung lainnya memproduksi jagung rata-rata dibawah 30 juta ton per tahun. Hal yang cukup menarik adalah untuk luas panen jagung, China di urutan pertama, sementara produksi jagung China diurutan kedua setelah USA dengan perbedaan angka produksi yang terpaut jauh, sekitar 121,62 juta ton, hal ini menunjukkan produktivitas jagung di USA jauh lebih tinggi dari pada di China. Indonesia termasuk sepuluh negara produsen jagung terbesar di dunia pada urutan ke-8 setelah Argentina, Ukraina, India dan Mexico, dengan tingkat produksi rata-rata tahun 2010 – 2014 menurut data FAO, sebesar 18,57 juta ton per tahun atau berkontribusi sebesar 1,99% terhadap produksi jagung dunia (Gambar 4.6. dan Gambar 4.7.). Produksi jagung tahun 2014, merupakan angka release terbaru dari FAO.
42
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
350.000
323.742
Outlook Jagung 2016 «
200.000
23.040
22.541
21.789
18.576
15.815
12.495
India
Mexico
Indonesia
Perancis
Afrika Selatan
50.000
Ukraine
100.000
27.076
150.000
68.450
( 000 ton )
250.000
198.342
202.120
300.000
Lainnya
Argentina
Brazil
China
USA
-
Gambar 4.6. Rata-rata Produksi Negara Produsen Jagung Dunia, 2010- 2014
USA 34,7%
China 21,6% Lainnya 21,2% Brazil 7,3% Afrika Selatan 1,3% Perancis 1,7% Indonesia 2,0%
Mexico 2,3%
India 2,4%
Ukraine 2,5%
Argentina 2,9%
Gambar 4.7. Kontribusi Produksi Negara Produsen Jagung terhadap Produksi Dunia tahun 2010 - 2014
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
43
Outlook Jagung 2016 «
4.3. Perkembangan Ekspor dan Impor Jagung Dunia Keragaan tentang perdagangan dunia, ekspor dan impor jagung didekati data FAO yang didownload pada tanggal 16 September 2016. Perkembangan volume ekspor dan impor jagung dunia pada periode tahun 1980-2013 berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat cukup signifikan yaitu rata-rata sebesar 1,72% per tahun untuk volume impor dan 1,79% untuk volume ekspor. Peningkatan perdagangan jagung dunia mulai meningkat tajam di akhir tahun 2007-an kemudian berfluktuasi hingga tahun 2013-an.
Perkembangan nilai impor dan ekspor lebih
tinggi dari perkembangan volume, selama periode yang sama nilai impor naik rata-rata 5,42% per tahun, sedangkan nilai ekspor naik rata-rata 5,47% per tahun, seperti terlihat pada Gambar 4.8. dan 4.9.
140.000.000 120.000.000
(Ton )
100.000.000
80.000.000 60.000.000 40.000.000 20.000.000
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
-
Volume Import (ton) Gambar 4.8.
44
Volume Export (ton)
Perkembangan Volume Ekspor dan Volume Impor Jagung Dunia
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
45.000.000 40.000.000 35.000.000
(000 US $ )
30.000.000 25.000.000 20.000.000 15.000.000 10.000.000
5.000.000 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0
Nilai Impor (1000 $)
Gambar 4.9.
Nilai Ekspor (1000 $)
Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor Jagung Dunia
Perkembangan volume impor jagung selama 5 tahun terakhir yaitu pada kurun waktu 2009 – 2013 meningkat rata-rata 3,19% per tahun, sedangkan volume ekspor terjadi pertumbuhan lebih tinggi sebesar 4,09% per tahun. Hal ini menunjukkan dalam perdagangan ketersediaan untuk diekspor barang lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk diimpor. Pada kurun 2009 - 2013 negara eksportir jagung terbesar di dunia adalah Amerika Serikat dengan volume ekspor rata-rata 40,06 juta ton per tahun dan menguasai pangsa 35,54% perdagangan jagung dunia. Sementara Argentina dengan volume ekspor jagung rata-rata sebesar 15,96 juta ton/tahun telah memberikan kontribusi sebesar 14,16% terhadap ekspor jagung di dunia (Lampiran 16). Brazil dengan rata-rata ekspor sebesar 14,90 juta ton/tahun, dan kontribusi sebesar 13,22%, menjadi negara eksportir terbesar ketiga dunia. Negara-negara eksportir jagung terbesar dunia selanjutnya adalah Ukraina, Perancis, Hungaria, India, Rumania,
Paraguay,
dan Afrika Selatan.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kesepuluh negara 45
Outlook Jagung 2016 «
eksportir jagung tersebut memberikan kontribusi lebih dari 89,41% perdagangan jagung dunia (Gambar 4.10). Sementara itu, posisi Indonesia berada di urutan ke-48 negara eksportir jagung dunia dengan rata-rata volume ekspor sebesar 32 ribu ton per tahun atau berkontribusi sebesar 0,03% pangsa ekspor jagung dunia. Indonesia mengimpor jagung untuk kebutuhan bahan baku pakan ternak, sebagian besar berasal dari negara Argentina, Brazil, dan India.
Argentina 14,2%
USA 35,5%
Brazil 13,2%
Ukraine 8,9%
Lainnya 10,6%
Afrika Selatan 1,6%
Paraguay 1,8%
Gambar 4.10.
Perancis 5,7% Hungaria 3,2% Rumania 2,1%
India 3,2%
Negara-negara Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, 2013
2009 -
Jepang adalah negara pengimpor jagung terbesar di dunia. Bersumber data dari FAO yang diunduh tanggal 16 September 2016, selama 5 tahun terakhir (2009 – 2013), besarnya volume impor jagung yang diserap oleh Jepang rata-rata sebesar
15,41juta ton/tahun.
Negara pengimpor jagung terbesar lainnya pada
periode tersebut
adalah Meksiko, Korea Selatan, China, Mesir, Spanyol, Taiwan, Iran, Belanda, dan Kolombia (Gambar 4.11). Kesepuluh negara tersebut
46
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
mengimpor 59,01% dari total impor jagung dunia. China meskipun penghasil jagung terbesar ke-2 di dunia setelah Amerika serikat, tetapi juga termasuk 10 negara pengimpor jagung terbesar di dunia.
Gambar 4.11.
Negara-negara Importir Jagung Terbesar Dunia, 2013
2009 -
Indonesia selain sebagai negara eksportir jagung juga merupakan negara pengimpor jagung di dunia pada urutan ke-16 dengan rata-rata volume impor pada periode 2009- 2013 sekitar 1,99juta ton/tahun atau 1,80% dari total volume impor jagung dunia. Menurut FAO impor jagung Indonesia meningkat pada tahun 2010 menjadi 1,53 juta ton, jauh lebih tinggi dari impor tahun sebelumnya yang hanya 338 ribu ton. Pada tahun 2011 kembali meningkat lebih dari 100%, yaitu sebesar 3,21 juta ton, tahun 2012 kembali turun menjadi 1,69 juta ton, dan tahun 2013 kembali naik menjadi 3,19 juta ton. Tingginya volume impor akibat permintaaan jagung yang tinggi terutama untuk bahan baku industri pakan ternak.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
47
Outlook Jagung 2016 «
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)
48
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
V.
ANALISIS PRODUKSI DAN KONSUMSI JAGUNG
5.1. Produksi Jagung Produksi dihitung dari luas panen dikalikan dengan produktivitas jagung per hektar. Untuk menduga proyeksi penawaran maka dilakukan proyeksi luas panen dan proyeksi produktivitas. Pada analisis ini dilakukan
pemodelan
persamaan
simultan,
dengan
menggunakan
program SAS. Hasil analisis fungsi respon luas panen jagung menunjukkan bahwa luas panen jagung dipengaruhi oleh
luas panen jagung tahun
sebelumnya, harga riil jagung, harga riil kedelai dan harga riil kacang tanah tahun sebelumnya. Harga riil komoditas pesaing dimasukkan dalam model karena harga ini mempengaruhi keputusan petani untuk menanam jagung atau menanaman komoditas palawija pesaing lainnya (Tabel 5.1). Model untuk melakukan peramalan luas panen jagung dengan Anova adalah sebagai berikut : Tabel 5.1. Hasil Uji Anova Model Luas Panen Jagung The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
LPJ LPJ Luas panen jagung
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 7 11
6E11 1.73E11 7.73E11
1.5E11 2.471E10
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
157206.718 3793438.83 4.14417
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
6.07
0.0197
0.77619 0.64830
49
Outlook Jagung 2016 «
Dari hasil Uji Anova menghasilkan nilai F hitung = 6,07, nilai probability F = 0,0197 atau kurang dari 0,05 artinya model layak pada tingkat kepercayaan sebesar 95%. Nilai R – square sebesar 0,78 artinya model luas panen dapat dijelaskan oleh variabel - variabel bebasnya sebesar 78%. Dari hasil Uji Anova ini, disimpulkan bahwa model ini masih cukup layak untuk memprediksi luas panen jagung pada tahun-tahun mendatang. Model untuk memprediksi luas panen jagung adalah adalah seperti terlihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Model Luas Panen Jagung Parameter Estimates Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept LLPJ
1 1
4994874 0.096901
2162945 0.479283
2.31 0.20
0.0542 0.8455
LHRJ
1
295.4319
130.0718
2.27
0.0574
LHRK
1
-258.679
155.0191
-1.67
0.1391
LHRKC
1
-27.9452
86.35262
-0.32
0.7557
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
Variable Label Intercept Luas panen jagung tahun sebelumnya Harga riil jagung tahun sebelumnya Harga riil kedelai tahun sebelumnya Harga riil kacang tanah tahun sebelumnya
2.010416 12 -0.01578
Koefisien variabel bebas luas panen jagung sebelumnya bertanda positif artinya jika luas panen jagung sebelumnya meningkat maka pada tahun berikutnya juga meningkat, atau ada kecenderungan terjadi peningkatan luas panen jagung dari tahun ke tahun. Koefisien harga riil jagung juga menunjukkan nilai positif artinya semakin tinggi harga riil jagung maka luas panen jagung akan semakin meningkat. Koefisien untuk harga riil kedelai dan harga riil kacang tanah menunjukkan nilai negatif, artinya jika harga riil kedelai atau kacang tanah meningkat maka luas panen jagung akan menurun, karena sebagian petani akan beralih menanam kedelai atau kacang tanah. 50
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Untuk menyusun produktivitas jagung variabel bebas yang digunakan dalam model adalah produktivitas tahun sebelumnya, harga riil urea tahun sebelumnya, peubah dummy program GPTT, luas lahan sawah irigasi dan rasio luas panen jagung di Jawa terhadap luas panen nasional. Hasil uji Anova untuk model produktivitas jagung terlihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Anova Model Produktivitas Jagung The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
YJ YJ Produktivitas jagung
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 6 11
461.7961 8.622168 470.4183
92.35922 1.437028
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
1.19876 42.59917 2.81405
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
64.27
<.0001
0.98167 0.96640
Model menghasilkan nilai F value = 64,27 dan nilai Pr>F kurang dari 0,05, sehingga bisa disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% model layak digunakan untuk memprediksi produktivitas jagung nasional. Nilai R-Square untuk model ini adalah sebesar 0,98 artinya model untuk memprediksi produktivitas jagung dapat dijelaskan oleh variable-variabel penjelasnya sebesar 98%.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
51
Outlook Jagung 2016 «
Tabel 5.4. Model Produktivitas Jagung Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept LYJ
1 1
39.47867 0.790574
42.91433 0.213997
0.92 3.69
0.3931 0.0102
LHRUREA
1
0.000734
0.004360
0.17
0.8719
DSLPTT LIRIGASI RLPJJ
1 1 1
2.634488 -3.7E-6 -0.27732
1.841226 2.721E-6 0.667183
1.43 -1.36 -0.42
0.2024 0.2228 0.6921
Variable Label Intercept Produktivitas jagung tahun sebelumnya Harga riil urea tahun sebelumnya Dummy program SLPTT Luas irigasi Rasio luas panen jagung jawa tehadap nasional
Hasil analisis fungsi respon produktivitas jagung menunjukkan bahwa produktivitas jagung dipengaruhi oleh produktivitas jagung sebelumnya dan bertanda positif artinya semakin tinggi produktivitas tahun sebelumnya maka produktivitas hasil peramalan juga semakin besar. Variabel bebas lain yang mempengaruhi produktivitas harga riil urea, koefisien menunjukkan nilai positif artinya meskipun harga urea petani tetap untuk membeli urea, karena meningkatkan pupuk produktivitas produktivitas naik. Peubah bebas yang ketiga adalah dummy SLPTT/GPTT, koefisien bertanda positif artinya jika petani mengikuti program SLPTT/GPTT (nilai dummy =1) maka produktivitas jagung meningkat. Koefisien Luas lahan irigasi nilainya sangat kecil artinya hanya sedikit berpengaruh. Koefisien peubah bebas rasio luas panen Jawa terhadap luas panen nasional menunjukkan nilai negatif artinya semakin besar proporsi luas panen jagung di Jawa maka produktivitas jagung nasional semakin menurun karena pertumbuhan produktivitas jagung lebih tinggi di luar Jawa. Selain
untuk
peningkatan
produksi
jagung
dalam
negeri,
pengembangan jagung juga diarahkan kepada pencapaian swasembada dan ekspor jagung, dimana target swasembada jagung diharapakan
52
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
dicapai tahun 2017. Beberapa upaya untuk mencapai target tersebut adalah : 1) Peningkatan indeks pertanaman (IP), perluasan areal tanam baru,
mekanisasi,
varietas
unggul
dan
sarana;
2)
Penyediaan
pemodalan,penyuluhan dan pendampingan; 3) Penanaman jagung di lahan tumpang sari dengan tanaman kelapa sawit yang masih muda (tanaman belum menghasilkan). Tabel 5.5. Target Produksi Jagung Menurut Ditjen Tanaman Pangan Tahun 2016 – 2020
Tahun
sasaran Produksi Jagung Pertumbuhan (Ton)
2016
24.000.000
2017
25.200.000
5,00
2018
26.500.000
5,16
2019
27.800.000
4,91
2020
28.628.134
2,98
Sumber : Ditjen Tanaman Pangan (Road Map Jagung 2016 – 2045)
Berdasarkan
hasil
analisis
model
persamaan
simultan
menggunakan program SAS (Pusdatin) pada tahun 2017 produksi jagung diramalkan akan meningkat menjadi 24,84 juta ton, naik dari 23,19 juta ton pada tahun 2016 (Rakor ARAM II) atau meningkat sebesar 7,13%. Peningkatan ini terjadi karena peningkatan produktivitas sebesar 5,20% atau meningkat dari 52,85 ku/ha pada tahun 2016 menjadi 55,60 ku/ha pada tahun 2017, sementara luas panen jagung tahun 2017 diramalkan akan mengalami peningkatan dari 4,39 juta ha tahun 2016 menjadi 4,47 juta ha tahun 2017. Hasil peramalan produksi jagung tahun 2017 lebih rendah dibandingkan sasaran produksi jagung tahun 2017 yang ditetapkan oleh Dirjen Tanaman Pangan, yaitu sebesar 25,20 juta ton. Analisis lebih lanjut untuk peramalan pada tahun 2018 produksi jagung akan meningkat menjadi 26,21 juta ton dari tahun 2017 sebesar
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
53
Outlook Jagung 2016 «
24,84 juta ton atau meningkat sebesar 5,50%. Peningkatan ini diramalkan terjadi karena peningkatan luas panen sebesar 2,28% atau meningkat sekitar 102 ribu hektar dibandingkan tahun 2017 dan karena peningkatan produktivitas sebesar 3,15% atau meningkat sebesar 1,75 ku/ha.
Peningkatan
produktivitas
dimungkinkan
karena
terus
dikembangkannya varietas jagung hibrida yang yang memiliki produksi per hektar lebih tinggi dari pada varietas komposit atau lokal. Disamping itu terus diupayakan peningkatan penyebaran varietas hibrida ke seluruh provinsi, sehingga produktivitas nasional akan meningkat. Pada tahun 2019 produksi jagung diperkirakan akan kembali meningkat sebesar 5,35% atau mencapai 27,61 juta ton. Persentase kenaikan produksi tahun 2019, lebih rendah dibandingkan persentase kenaikan tahun 2018 terhadap 2017. Tahun 2020 produksi jagung diramalkan akan kembali meningkat 5,21%, atau produksi sebesar 29,05 juta ton, seperti terlihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Proyeksi Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung, Tahun 2017 – 2020 Menurut Model Pusdatin.
Tahun
Luas Panen (Ha)
Pertum-
Pertum-
Pertum-
buhan
Produktivitas
buhan
Produksi
buhan
(%)
(Ku/Ha)
(%)
(Ton)
(%)
2016
4.387.584
52,85
23.187.616
2017
4.467.933
1,83
55,60
5,20
24.839.831
7,13
2018
4.569.990
2,28
57,35
3,15
26.206.882
5,50
2019
4.672.046
2,23
59,10
3,05
27.609.643
5,35
2020
4.774.103
2,18
60,85
2,96
29.048.125
5,21
Rata-rata Pertumbuhan (%)
2,13
3,59
5,80
Sumber : Badan Pusat Satistik, Diolah Oleh Pusdatin Keterangan : Tahun 2016 : Angka Ramalan II Rakor Ditjen Tan. Pangan dan BPS Tahun 2017 – 2020 : Proyeksi Pusdatin
Proyeksi luas panen, produktivitas dan produksi hingga periode 2017 – 2020 menunjukkan hasil masih dibawah dari target yang ditetapkan Ditjen Tanaman Pangan (Tabel 6). Pada tahun 2016 produksi 54
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
jagung menurut ARAM II sebesar 23,18 juta ton, nilai ini masih lebih rendah dari target yang ditetapkan yaitu sebesar 24 juta ton. Begitu juga hasil peramalan tahun 2017 dan 2018 produksi di bawah target yang ditetapkan masing-masing sebesar 25,2 juta ton dan 26,5 juta ton. Pada tahun 2019 hasil peramalan 27,61 juta ton, sementara target 27,8 juta ton. Pada tahun 2020 hasil peramalan 29,05 juta ton, lebih tinggi dari target Ditjen Tan. Pangan sebesar 28,63 juta ton.
5.2. Konsumsi Jagung a. Proyeksi Konsumsi per Kapita Rumah Tangga Pada analisis ini konsumsi jagung yang dimaksud adalah besarnya konsumsi per kapita jagung rumah tangga (Susenas, BPS). Disamping itu ada
juga
permintaan
jagung
adalah
penggunaan
jagung
untuk
bibit/benih, industri pakan ternak baik untuk pabrik pakan maupun peternak mandiri, dan penggunaan untuk bahan baku industri makanan. Besarnya konsumsi rumah tangga untuk jagung berdasarkan angka tetap tahun 2013 adalah sebesar 1,58 kg/kapita/tahun, sedangkan tahun 2014 turun menjadi 1,47 kg/kapita/tahun, tahun 2015 angka konsumsi per kapita kembali naik menjadi 1,79 kg/kapita/tahun. Konsumsi jagung rumah tangga adalah konsumsi total jagung termasuk jagung pipilan, tepung jagung, minyak jagung dan jagung basah yang telah disetarakan dengan bentuk pipilan kering. Untuk menyusun model permintaan jagung menggunakan model time series, yaitu Model trend. Model ini sebenarnya berlandasan model time series yang telah dipilih untuk mendapatkan model terbaik. Hasil analisis untuk model permintaan jagung adalah seperti pada Tabel 5.7.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
55
Outlook Jagung 2016 «
Tabel 5.7. Model Time Series Konsumsi Jagung
Trend Analysis for Konsumsi Data Length NMissing
Konsumsi 20 0
Fitted Trend Equation Yt = 3,9679 * (0,95889**t) Accuracy Measures MAPE MAD MSD
14,0870 0,3788 0,2810
Forecasts Period Forecast 2016 1,64321 2017 1,57566 2018 1,51088 2019 1,44877 2020 1,38920
Berdasarkan hasil permodelan dengan menggunakan model time series besarnya permintaan jagung untuk konsumsi
pada tahun 2016
diproyeksikan sebesar 1,64 kg/kapita/tahun atau turun sebesar 8,20% dibandingkan tahun 2015, tahun 2017 permintaan jagung diramalkan akan kembali turun menjadi 1,58 kg/kapita/tahun atau turun 4,11%, kemudian tahun 2018 kembali turun menjadi 1,51 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2015 -2020 proyeksi konsumsi perkapita jagung rata-rata sebesar 1,56 kg/kapita/tahun. Permintaan akan jagung untuk konsumsi langsung diperkirakan cenderung menurun, karena kenaikan produksi jagung terserap untuk bahan baku industri pakan, dan penggunaan untuk industri makanan berbahan baku jagung. Rata–rata pertumbuhan konsumsi jagung selama tahun 2015 – 2020 diperkirakan adalah sebesar -4,93% atau rata-rata turun sebesar 4,93% per tahun. Nilai tersebut berbanding terbalik dengan pertumbuhan produksi rata-rata pada kurun waktu yang sama yang mencapai angka sebesar 5,80% per tahun. Dengan demikian peningkatan produksi jagung akan banyak terserap untuk pakan dan 56
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
bahan baku industri termasuk industri pakan ternak dan industri makanan berbahan baku jagung. Poyeksi konsumsi jagung per kapita terlihat pada Tabel 5.8. Tabel 5.8. Proyeksi Jagung untuk Konsumsi Rumah Tangga
Tahun
Proyeksi Konsumsi Rumah Tangga (kg/kap/tahun)
2015
1.79
2016 *)
1.64
-8.20
2017 *)
1.58
-4.11
2018 *)
1.51
-4.11
2019 *)
1.45
-4.11
2020 *)
1.39
-4.11
Rata-rata
1.56
-4.93
Pertumbuhan (%)
Keterangan : Tahun 2015 : Sumber Susenas BPS *)Tahun 2016- 2020 : Berdasarkan Angka Proyeksi Pusdatin
b. Proyeksi Konsumsi Nasional Jagung Dalam menghitung proyeksi permintaan langsung membutuhkan informasi jumlah penduduk Indonesia kurun waktu yang sama yang bersumber dari hasil proyeksi BPS. Untuk melakukan proyeksi konsumsi langsung data yang digunakan berdasarkan angka konsumsi per kapita pada Susenas tahun 1993 - 2015. Hasil proyeksi permintaan untuk komoditas jagung disajikan pada Tabel 5.9. Dalam periode proyeksi (2016 – 2020) permintaan
jagung
rumah tangga diproyeksikan akan turun rata-rata sebesar 3,80% per tahun.
Secara absolut, permintaan total jagung untuk konsumsi
langsung diproyeksikan akan turun dari 457,3 ribu ton pada tahun 2015, menjadi 425,1 ribu ton tahun 2016, kemudian pada tahun 2017 diramalkan akan kembali turun menjadi 412,7 ribu ton karena Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
57
Outlook Jagung 2016 «
penurunan konsumsi per kapita, lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 2018 sampai 2020 sesuai dengan hasil model time series permintaan jagung berturut-turut diramalkan turun masing masing sebesar 400,4 ribu ton, 388,2 ribu ton dan 376,6 ribu ton. Tabel 5.9. Proyeksi Konsumsi Jagung Rumah Tangga 2014-2019
Tahun
Proyeksi Permintaan Rumah Tangga (kg/kap/tahun)
2015
457,276
2016 *)
425,104
-7.04
2017 *)
412,651
-2.93
2018 *)
400,406
-2.97
2019 *)
388,233
-3.04
2020 *)
376,565
-3.01
Rata-rata
410,039
-3.80
Pertumbuhan (%)
Keterangan : Tahun 2015 : Berdasarkan Angka Susenas dikalikan jumlah penduduk(BPS) *) Tahun 2015 - 2020 : Berdasarkan Angka Proyeksi Pusdatin
5.3. Permintaan dan Penawaran Jagung Proyeksi surplus/defisit merupakan selisih antara produksi jagung dan konsumsi jagung. Sedangkan impor dan ekspor tidak dimasukkan dalam penawaran ini karena hendak diuji kemampuan produksi dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan jagung nasional. Suplai/penawaran merupakan produksi jagung dalam bentuk pipilan kering dikurangi dengan susut karena tercecer. Permintaan jagung/demand yang dimaksud disini adalah jumlah dari pengunaan jagung untuk bibit, industri dan konsumsi. 58
pakan,
Bibit adalah jumlah jagung pipilan kering
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
yang digunakan kembali sebagai bibit. Untuk menghitung kebutuhan bibit adalah perkalian antara penggunaan bibit jagung per hektar (20 kg/ha) dan sasaran tanam jagung dengan sumber data dari Ditjen Tanaman Pangan. Penggunaan jagung untuk pakan akan dirinci menjadi jagung untuk bahan baku industri pakan (pabrik pakan) terutama untuk ayam ras pedaging, dan jagung untuk bahan baku pakan untuk peternak mandiri terutama untuk yam buras, itik, dan ayam ras petelur. Jagung untuk industri yang dimaksud adalah jagung untuk bahan baku industri makanan dan makanan. Konsumsi langsung adalah jumlah jagung yang dikonsumsi rumah tangga secara langsung, dan sebagai sumber data adalah Susenas. Selama periode 2016-2020, diproyeksikan akan terjadi surplus dalam neraca produksi jagung (Tabel 5.10). Pada tahun 2016 produksi jagung sebesar 23,19 juta ton (ARAM II), jagung yang hilang karena tercecer sekitar 1,15 juta ton, selanjutnya penggunaan jagung untuk bibit sekitar 96,0 ribu ton, penggunaan jagung untuk bahan baku industri pakan ternak sebesar 8,63 juta ton, penggunaan jagung untuk bahan baku peternak mandiri 3,77 juta ton, untuk bahan baku industri makanan 4,59 juta ton, dan untuk konsumsi langsung sebesar 425,10 ribu ton, sehingga masih ada surplus pada tahun 2016 sekitar 4,52 juta ton. Berdasarkan hasil analisis proyeksi, pada tahun 2017 diperkirakan terjadi surplus yang semakin besar yaitu 5,32 juta ton. Peningkatan surplus ini karena peningkatan produksi jagung diperkirakan lebih tinggi dari peningkatan permintaan terutama untuk pakan baik pakan untuk industri maupun untuk peternak mandiri. Peningkatan produksi jagung rata-rata sekitar 5,80% per tahun, sementara peningkatan permintaan jagung untuk pakan sekitar 3,58% per tahun. Pada tahun 2018, 2019 dan 2020 juga diramalkan surplus jagung semakin meningkat, yaitu masingmasing surplus 5,90 juta ton, 6,49 juta ton, dan 7,10 juta ton. Dengan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
59
Outlook Jagung 2016 «
adanya surplus jagung yang cukup besar, maka impor jagung secara perlahan terus diturunkan, bahkan sampai akhirnya tidak perlu lagi impor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 25% Demand/Kebutuhan
Tahun
Suplai / Ketersediaan (Produksi) *)
Tercecer (5%)
(1)
(2)
(3)
Pakan Bibit (Luas Bahan Baku Tanam x 20 Bahan baku Peternak kg/ha) Industri Mandiri Pakan **) ***) (4) (5) (6) (Ton)
Konsumsi Langsung (Susenas)
Bahan Baku Industri Makanan (19.8%)
(7)
(8)
Surplus / Defisit
(9)
2016
23.187.616
1.159.381
96.000
8.626.817
3.768.196
425.104
4.591.148
4.520.970
2017 *)
24.839.831
1.241.992
98.597
8.995.046
3.847.328
412.651
4.918.287
5.325.931
2018*)
26.206.882
1.310.344
101.650
9.375.429
3.927.798
400.406
5.188.963
5.902.291
2019*)
27.609.643
1.380.482
104.546
9.768.167
4.008.269
388.233
5.466.709
6.493.237
2020*)
29.048.125
1.452.406
106.338
10.173.499
4.088.739
376.565
5.751.529
7.099.049
Keterangan : *) Produksi tahun 2016 (Rakor ARAM II Ditjen TP dan BPS), tahun 2017- 2020 Proyeksi Pusdatin. **) Proyeksi Ditjen Tanaman Pangan (Roadmap Jagung 2016 – 2045). ***) Proyeksi Pusdatin Kebutuhan pakan peternak lokal dihitung berdasarkan kebutuhan pakan ternak yang diberi jagung yaitu ayam ras 52,79 gr/ekor/hr, ayam buras 34,20 gr/ekor/hr, dan itik 20,90 gr/ekor/hr (Survei Pusdatin 2014) dengan jumlah populasi berdasarkan model time series (2017 – 2020)
Angka produksi jagung adalah perkalian antara luas panen dan produktivitas. Angka produktivitas diperleh dari survei ubinan. Kadar air jagung pada survei ubinan diperkirakan berkisar antara 20 – 25%. Produksi jagung pipilan kering diperkirakan memiliki kadar air sekitar 25%, di sisi lain pabrik pakan mensyaratakan kadar air sekitar 15%, jadi untuk menghitung neraca produksi jagung dikonversi ke bentuk pipilan kering dengan kadar air 15%. Untuk mengkonversi jagung dari kadar air 25% ke kadar air 15%, jagung akan kehilangan bobot sekitar 13%. Hasil simulasi neraca produksi jagung dengan produksi kadar air 15%, pada tahun 2016 produksi jagung menyusut menjadi sebesar 20,17 juta ton, setelah dikurangi jagung yang tercecer sebesar 5%, maka 60
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
produksi bersih sebesar 20,90 juta ton. Produksi jagung tersebut masih berkadar air 25%, setelah dikeringkan lebih lanjut sampai kadar air 15%, maka produksi akan susut menjadi sekitar 19,16 juta ton. Permintaan jagung tahun 2016 untuk bibit sekitar 96,0 ribu ton, untuk bahan baku industri pakan 8,63 juta ton, untuk bahan baku pakan peternak mandiri 3,77 juta ton, untuk konsumsi langsung 425,10 ribu ton, dan untuk bahan baku industri makanan sebesar 3,99 juta ton. Setelah produksi dikurangi kebutuhan, maka tahun 2016 masih ada surplus sebesar 2,25 juta ton (Tabel 5.11) Dengan adanya upaya khusus untuk terus meningkatkan produksi jagung melalui kegiatan UPSUS, maka diperkirakan tahun 2017 surplus jagung semakin besar yaitu sebesar 2,89 juta ton. Surplus tersebut akan terus meningkat seiring dengan peningkatan produksi jagung tahun 2018, 2019 dan 2020, diperkirakan akan terjadi surplus masing-masing sebesar 3,34 juta ton, 3,97 juta ton, dan 4,26 juta ton.
Tabel 5.11. Proyeksi Neraca Jagung dengan Produksi Jagung Kadar Air 15%.
Tahun
Suplai / Ketersediaan (Produksi) *)
Tercecer (5%)
(1)
(2)
(3)
Demand/Kebutuhan Pakan Bibit (Luas Bahan Baku Konsumsi Bahan baku Tanam x 20 Langsung Peternak Industri kg/ha) (Susenas) Mandiri Pakan **) ***) (4) (5) (6) (7) (Ton)
Bahan Baku Industri Makanan (19.8%) (8)
Surplus / Defisit
(9)
2016
20.173.226
1.008.661
96.000
8.626.817
3.768.196
425.104
3.994.299
2.254.149
2017 *)
21.610.653
1.080.533
98.597
8.995.046
3.847.328
412.651
4.278.909
2.897.589
2018*)
22.799.987
1.139.999
101.650
9.375.429
3.927.798
400.406
4.514.397
3.340.306
2019*)
24.020.389
1.201.019
104.546
9.768.167
4.008.269
388.233
4.756.037
3.794.118
2020*)
25.271.869
1.263.593
106.338
10.173.499
4.088.739
376.565
5.003.830
4.259.304
Keterangan : *) Produksi tahun 2016 (Rakor ARAM II Ditjen TP dan BPS), tahun 2017- 2020 Proyeksi Pusdatin. **) Proyeksi Ditjen Tanaman Pangan (Roadmap Jagung 2016 – 2045). ***) Proyeksi Pusdatin Kebutuhan pakan peternak lokal dihitung berdasarkan kebutuhan pakan ternak yang diberi jagung yaitu ayam ras 52,79 gr/ekor/hr, ayam buras 34,20 gr/ekor/hr, dan itik 20,90 gr/ekor/hr (Survei Pusdatin 2014) dengan jumlah populasi berdasarkan model time series (2017 – 2020)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
61
Outlook Jagung 2016 «
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)
62
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
VI.
Kesimpulan Persamaan model regresi simultan menggunakan program SAS
dan dapat digunakan untuk melakukan peramalan luas panen, produktivitas dan produksi jagung dengan hasil model yang layak secara
statistik.
Penggunaan
model
time
series
dapat
dimanfaatkan untuk peramalan permintaan/konsumsi jagung. Hasil peramalan dengan model simultan, produksi jagung tahun 2017 meningkat 7,13% dibandingkan tahun 2016 atau produksi sebesar 24,84 juta ton. Tahun 2018 produksi diramalkan meningkat 5,50% atau sebesar 26,21 juta ton. Tahun 2019 dan 2020 juga meningkat masing-masing 5,35% dan 5,21%
atau
menjadi sebesar 27,61 juta ton dan 29,05 juta ton. Konsumsi jagung untuk rumah tangga tahun 2016 diramalkan sebesar
425 ribu ton. Konsumsi jagung tahun 2017 dan 2018
diramalkan masih akan turun menjadi 412 ribu ton dan 400 ribu ton. Tahun 2019 dan tahun 2020 diramalkan akn kembali meningkat menjadi 388 ribu ton dan 376 ribu ton. Neraca jagung dengan asumsi produksi jagung bentuk pipilan kering berkadar air 25%, pada tahun 2016 sampai 2020 masih surplus berkisar antara 4,52 juta ton sampai 7,10 juta ton. Ada kecenderungan
surplus semakin
besar karena
pertumbuhan
produksi lebih tinggi dari pertumbuhan permintaan. Jika asumsi produksi jagung bentuk pipilan kering dihitung dengan kadar air 15%, maka tahun 2016 dan 2017 diramalkan masih ada surplus jagung masing-masing sebesar 2,25 juta ton dan 2,90 juta ton, demikian juga tahun 2018 – 2020 diramalkan akan terjadi surplus jagung dengan kisaran 3,34 – 4,26 juta ton jagung pipilan kering. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
63
Outlook Jagung 2016 «
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)
64
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
LAMPIRAN
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
65
Outlook Jagung 2016 «
(HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN)
66
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 1.
Tahun
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Indonesia Tahun 1980 - 2016 Luas Panen Pertumb. (000 Ha)
(% )
Produksi (000 Ton)
Pertumb. Produktivitas Pertumb. (% )
(Ku/Ha)
(% )
1980
2,735
5.45
3,991
10.69
14.60
5.04
1981
2,955
8.05
4,509
12.99
15.26
4.52
1982
2,061
-30.24
3,235
-28.26
15.69
2.82
1983
3,002
45.65
5,087
57.25
16.94
7.97
1984
3,086
2.80
5,288
3.95
17.13
1.12
1985
2,440
-20.94
4,330
-18.12
17.74
3.56
1986
3,143
28.80
5,920
36.74
18.84
6.20
1987
2,626
-16.44
5,156
-12.92
19.63
4.19
1988
3,406
29.69
6,652
29.02
19.53
-0.51
1989
2,944
-13.55
6,193
-6.91
21.03
7.68
1990
3,158
7.26
6,734
8.74
21.32
1.38
1991
2,909
-7.88
6,256
-7.10
21.50
0.84
1992
3,629
24.76
7,995
27.81
22.03
2.47
1993
2,940
-19.01
6,460
-19.21
21.98
-0.23
1994
3,109
5.78
6,869
6.33
22.09
0.50
1995
3,652
17.45
8,246
20.05
22.58
2.22
1996
3,744
2.51
9,307
12.87
24.86
10.10
1997
3,355
-10.37
8,771
-5.76
26.14
5.15
1998
3,848
14.68
10,169
15.95
26.43
1.11
1999
3,456
-10.17
9,204
-9.49
26.63
0.76
2000
3,500
1.27
9,677
5.14
27.65
3.83
2001
3,286
-6.13
9,347
-3.41
28.45
2.89
2002
3,109
-5.37
9,585
2.55
30.83
8.37
2003
3,359
8.01
10,886
13.57
32.41
5.12
2004
3,357
-0.05
11,225
3.11
33.44
3.18
2005
3,626
8.02
12,524
11.57
34.54
3.29
2006
3,346
-7.72
11,609
-7.31
34.70
0.46
2007
3,630
8.49
13,288
14.46
36.60
5.48
2008
4,002
10.24
16,317
22.80
40.78
11.42
2009
4,161
3.97
17,630
8.04
42.37
3.90
2010
4,132
-0.70
18,328
3.96
4.70
2011
3,865
-6.46
17,643
-3.73
44.36 45.65
2012
3,958
2.40
19,387
9.88
48.99
7.32
2013
3,822
-3.44
18,512
-4.51
48.44
-1.12
2014
3,837
0.41
19,008
2.68
49.54
2.27
2015
3,787 4,388
-1.29
19,612 23,188
3.18
51.78 52.85
4.52
2016 *)
15.85
18.23
2.91
2.07
Rata-rata Pertumbuhan 1980-2016
3,388
2012-2016
3,958
2.48 2.78
10,490
6.35
29.60
3.72
19,941
5.89
50.32
3.01
Sumber : BPS *) Hasil Pembahasan Rakor ARAM Kementan dan BPS
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
67
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 2.
Luas Panen Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1980-2016 Luas Panen (000 Ha)
Tahun
Jawa
Pertumbuhan (% )
Luar Jawa
Pertumbuhan (% )
1980
1,814
1.03
921
1981
2,008
10.69
947
2.85
1982
1,265
-36.98
796
-15.98
1983
2,020
59.63
982
23.41
1984
2,153
6.57
933
-4.96
1985
1,493
-30.63
946
1.40
1986
2,000
33.90
1,143
20.76
1987
1,560
-21.99
1,066
-6.73
1988
2,174
39.36
1,232
15.55
1989
1,830
-15.81
1,114
-9.57
1990
1,946
6.34
1,212
8.78
1991
1,689
-13.23
1,220
0.70
1992
2,328
37.87
1,301
6.62
1993
1,652
-29.03
1,287
-1.07
1994
1,787
8.14
1,322
2.74
1995
2,064
15.52
1,587
20.05
1996
2,083
0.89
1,661
4.62
1997
1,749
-16.05
1,607
-3.26
1998
2,218
26.85
1,630
1.44
1999
1,886
-14.97
1,570
-3.65
2000
1,957
3.78
1,543
-1.74
2001
1,866
-4.65
1,420
-8.00
2002
1,735
-7.02
1,374
-3.20
2003
1,908
9.95
1,451
5.56
2004
1,860
-2.53
1,497
3.22
2005
2,003
7.70
1,623
8.40
2006
1,791
-10.58
1,555
-4.19
2007
1,915
6.92
1,715
10.29
2008
2,072
8.18
1,930
12.54
2009
2,176
5.06
1,984
2.81
2010
2,139
-1.73
1,993
0.44
2011
1,946
-9.03
1,919
-3.71
2012
2,011
3.37
1,946
1.42
2013
1,959
-2.61
1,863
-4.30
2014
1,954
-0.24
1,883
1.09
2015
1,952
-0.10
1,835
-2.54
2,089
7.00
2,299
25.26
2016*)
15.39
Rata-rata Pertumbuhan 1980 - 2016
1,920
2.21
1,468
3.31
2012 - 2016
1,993
1.49
1,965
4.19
Sumber : BPS *) Hasil Pembahasan Rakor ARAM Kementan dan BPS
68
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 3.
Produktivitas Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1980-2016 Produktivitas (Ku/Ha)
Tahun
Jawa
Pertumbuhan (% )
Luar Jawa
Pertumbuhan (% )
1980
15.54
4.79
12.72
7.74
1981
16.50
6.18
12.63
-0.76
1982
17.02
3.11
13.59
7.64
1983
18.10
6.37
14.57
7.18
1984
18.22
0.66
14.63
0.43
1985
19.23
5.56
15.40
5.25
1986
20.38
5.96
16.14
4.86
1987
21.50
5.52
16.90
4.67
1988
20.78
-3.36
17.33
2.54
1989
22.59
8.73
18.47
6.58
1990
23.10
2.26
18.46
-0.03
1991
23.72
2.65
18.44
-0.10
1992
23.71
-0.04
19.03
3.17
1993
23.94
1.00
19.45
2.21
1994
24.06
0.48
19.43
-0.08
1995
24.27
0.89
20.38
4.87
1996
26.93
10.93
22.27
9.30
1997
27.69
2.84
24.45
9.78
1998
27.64
-0.18
24.78
1.33
1999
27.79
0.55
25.23
1.82
2000
29.57
6.37
25.21
-0.08
2001
30.34
2.63
25.95
2.95
2002
33.72
11.14
27.17
4.68
2003
35.54
5.38
28.31
4.19
2004
36.33
2.23
29.85
5.45
2005
37.22
2.46
31.23
4.63
2006
37.35
0.34
31.64
1.31
2007
38.34
2.65
34.66
9.54
2008
41.89
9.26
39.58
14.20
2009
43.44
3.70
41.20
4.09
2010
46.49
7.02
42.07
2.11
2011
48.65
4.65
42.61
1.28
2012
53.26
9.48
44.57
4.60
2013
51.54
-3.23
45.19
1.39
2014
51.98
0.85
47.00
4.01
2015
54.37
4.60
49.03
4.32
2016*)
55.97
2.94
50.01
2.00
Rata-rata Pertumbuhan 1980 - 2016
31.59
3.71
27.02
4.03
2012 - 2016
53.42
2.93
47.16
3.26
Sumber : BPS Keterangan : *) Hasil Rakor ARAM II, Kementan dan BPS
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
69
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 4.
Produksi Jagung di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1980 -2016 Produksi (000 Ton)
Tahun
Jawa
Pertumbuhan (% )
Luar Jawa
Pertumbuhan (% )
1980
2,819
5.87
1,172
1981
3,313
17.53
1,196
24.32 2.07
1982
2,153
-35.02
1,082
-9.56
1983
3,656
69.80
1,431
32.27
1984
3,922
7.28
1,365
-4.56
1985
2,872
-26.77
1,457
6.72
1986
4,075
41.88
1,845
26.63
1987
3,354
-17.69
1,801
-2.38
1988
4,517
34.68
2,134
18.49
1989
4,135
-8.46
2,057
-3.62
1990
4,497
8.74
2,237
8.75
1991
4,005
-10.93
2,250
0.59
1992
5,520
37.81
2,475
10.00
1993
3,957
-28.32
2,503
1.12
1994
4,299
8.66
2,570
2.66
1995
5,011
16.55
3,235
25.90
1996
5,608
11.92
3,699
14.35
1997
4,842
-13.66
3,929
6.21
1998
6,131
26.62
4,039
2.79
1999
5,242
-14.50
3,962
-1.90
2000
5,787
10.40
3,890
-1.82
2001
5,663
-2.15
3,684
-5.28
2002
5,852
3.34
3,733
1.33
2003
6,781
15.87
4,106
9.98
2004
6,756
-0.36
4,469
8.84
2005
7,456
10.35
5,068
13.41
2006
6,689
-10.28
4,920
-2.92
2007
7,343
9.78
5,945
20.83
2008
8,678
18.19
7,639
28.49
2009
9,454
8.94
8,176
7.03
2010
9,944
5.18
8,383
2.54
2011
9,467
-4.80
8,176
-2.47
2012
10,712
13.15
8,675
6.10
2013
10,095
-5.76
8,416
-2.98
2014
10,159
0.63
8,850
5.15
2015
10,614
4.49
8,998
1.68
2016*)
11,692
10.15
11,496
27.76
Rata-rata Pertumbuhan 1980 - 2016
6,137
5.92
4,353
7.53
2012 - 2016
10,655
4.53
9,287
7.54
Sumber : BPS *) Hasil Pembahasan Rakor ARAM Kementan dan BPS
70
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 5. Perkembangan Luas Panen Jagung di 10 Provinsi Sentra, 2012 – 2016 Tahun No.
Provinsi
2012
2013
2014
2015
2016*)
Rata-rata Luas Panen (Ha)
1
Jawa Timur
1,232,523
1,199,544
1,202,300
1,213,654
1,233,090
2
Jawa Tengah
553,372
532,061
538,102
542,804
597,507
3
Lampung
360,264
346,315
338,885
293,521
341,560
4
Sulawesi Selatan
325,329
274,046
289,736
295,115
357,508
5
Nusa Tenggara Timur 245,323
270,394
257,025
273,194
263,112
6
Sumatera Utara
243,098
211,750
200,603
243,770
247,055
7
Jawa Barat
148,601
152,923
142,964
129,131
187,701
8
Gorontalo
135,543
140,423
148,816
126,828
185,379
9
Nusa Tenggara Barat 117,030
110,273
126,577
143,117
203,010
Sulawesi Utara
120,272
122,237
127,475
80,885
149,236
1,216,222 552,769 336,109 308,347 261,810 229,255 152,264 147,398 140,001 120,021
476,240 3,957,595
461,538 3,821,504
464,536 3,837,019
622,426 4,387,584
3,958,214
10
Provinsi Lainnya Indonesia Sumber
445,348 3,787,367
494,018
Share (%)
Kumulatif Pertumb Share (%) uhan (%)
30.73 13.97 8.49 7.79 6.61 5.79 3.85 3.72 3.54 3.03 12.48 100.00
30.73 44.69 53.18 60.97 67.59 73.38 77.23 80.95 84.49 87.52 100.00
-0.50 -0.61 -6.47 -2.73 3.86 1.12 -4.43 -1.73 7.36 -10.21
: BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Keterangan : *) Hasil Rapat Koordinasi ARAM II BPS dan Kementerian Pertanian
Lampiran 6. Perkembangan Produksi Jagung di 10 Provinsi Sentra, 2012 – 2016 Produksi (Ton) No.
Lokasi 2012
2013
2014
2015
2016 *)
Rata-rata Produksi (Ton)
Share (%)
Komulatif Pertumb Share (%) uhan (%)
1
Jawa Timur
6,295,301
5,760,959
5,737,382
6,131,163
6,266,878
6,038,337
32.06
32.06
2
Jawa Tengah
3,041,630
2,930,911
3,051,516
3,212,391
3,560,187
3,159,327
16.78
48.84
1.92
3
Lampung
1,690,167
8.97
57.81
-4.97
4
Sulawesi Selatan
1,515,329
1,250,202
1,490,991
1,528,414
1,950,384
1,547,064
8.21
66.03
1.42
5
Sumatera Utara
1,347,124
1,183,011
1,159,795
1,519,407
1,558,141
1,353,496
7.19
73.22
5.62
6
Jawa Barat
1,028,653
1,101,998
1,047,077
959,933
1,534,612
1,134,455
6.02
79.24
-2.06
7
Nusa Tenggara Barat
642,674
633,773
785,864
854,379
4.54
83.78
14.92
8
Gorontalo
644,754
669,094
719,780
643,512
854,393
706,307
3.75
87.53
0.25
9
Nusa Tenggara Timur
629,386
707,642
647,108
685,081
681,333
670,110
3.56
91.08
3.25
Sumatera Barat
495,497
547,417
605,352
602,549
714,820
593,127
3.15
94.23
6.87
1,986,399
1,966,568
2,044,175
1,867,212
3,109,159
1,085,829
5.77
19,387,022 18,511,853 19,008,426 19,612,435 23,187,616
18,832,597
100.00
10
1,760,275
Provinsi Lainnya Indonesia Sumber
1,760,278
1,719,386
1,502,800
959,973
1,708,097
1,249,612
-0.68
100.00
: BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Keterangan : *) Hasil Rapat Koordinasi ARAM II BPS dan Kementerian Pertanian
Lampiran 7.
Perkembangan Produktivitas Jagung di 10 Provinsi Sentra, 2012 – 2016 Produktivitas (Ku/ha)
No.
Lokasi 2012
2013
2014
2015
2016*)
1
Jawa Barat
69.22
72.06
73.24
75.69
81.76
2
Sumatera Barat
65.49
67.03
65.02
68.61
66.38
3
Nusa Tenggara Barat
54.92
57.47
62.09
67.08
61.55
4
Sumatera Utara
55.41
55.87
57.82
62.33
69.16
5
Jawa Tengah
54.97
55.09
56.71
59.18
59.58
6
Sumatera Selatan
39.46
51.43
60.11
62.40
69.16
7
Kalimantan Selatan
51.59
51.89
56.56
58.61
58.39
8
Sulawesi Selatan
46.58
45.62
60.11
51.79
54.55
9
Jambi
38.82
39.50
54.95
60.94
61.05
10
Lampung
48.86
50.83
50.74
51.20
50.01
48.99
48.44
49.29
51.78
52.85
Indonesia Sumber
Rata-rata Produktivitas (Ku/Ha) 74.39 66.51 60.62 60.12 57.11 56.51 55.41 51.73 51.05 50.33 50.27
: BPS dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Keterangan : *) Hasil Rapat Koordinasi ARAM II BPS dan Kementerian Pertanian
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
71
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 8.
Konsumsi Jagung Perkapita, Rumah Tangga dan Permintaan Industri di Indonesia Tahun 1985-2015
Konsumsi Perkapita *)
Tahun
Konsumsi Pertumbuhan
Rumahtangga
(%) (kg/th)
Permintaan Pertumbuhan
Industri Non
Pertumbuhan
(%)
Makanan **)
(%)
(Ton)
(Ton)
1985
14.19
1986
11.73
-17.31
1,974,961
-15.45
1,030,682
36.74
9.70
-17.31
1,668,520
-15.52
897,556
-12.92
1988
9.13
-5.88
1,603,100
-3.92
1,158,037
29.02
1989
8.59
-5.88
1,539,331
-3.98
1,078,058
-6.91
8.09
-5.88
1,450,796
-5.75
2,353,891
118.35
1991
7.26
-10.28
1,327,442
-8.50
2,186,763
-7.10
1992
6.51
-10.28
1,211,734
-8.72
2,794,827
27.81 -19.21
1987
1990
1993
*)
*)
753,726
5.84
-10.28
1,104,647
-8.84
2,258,012
1994
4.65
-20.41
893,553
-19.11
2,401,031
6.33
1995
3.70
-20.41
720,608
-19.35
5,169,570
115.31 12.87
1996
*)
2,335,783
2.95
-20.41
584,058
-18.95
5,835,065
1997
3.06
3.92
616,228
5.51
5,498,674
-5.76
1998
3.18
3.92
650,042
5.49
4,571,472
-16.86
3.31
3.92
682,539
5.00
4,137,474
-9.49
3.29
-0.31
675,835
-0.98
5,215,360
26.05
1999
*)
*)
2000 2001
3.28
-0.31
682,896
1.04
1,225,000
-76.51
3.336
1.56
702,927
2.93
2,095,000
71.02
2003
2.753
-17.46
587,935
-16.36
2,368,570
13.06
2004
3.084
12.01
667,262
13.49
2,385,000
0.69
2.965
-3.84
650,022
-2.58
2,534,000
6.25
2006
2.964
-0.04
658,231
1.26
7,311,000
188.52
2007
4.116
38.86
925,744
40.64
2,713,000
-62.89
2008
2.834
-31.14
645,637
-30.26
2,713,000
0.00
2009
2.121
-25.17
489,211
-24.23
3,415,000
25.88
2010
1.982
-6.54
472,857
-3.34
4,432,000
29.78
2011
1.495
-24.57
361,887
-23.47
3,670,000
-17.19
2012
1.788
19.56
438,815
21.26
4,319,000
17.68
2013
1.579
-11.67
392,985
-10.44
4,786,000
10.81
2014
1.467
-7.10
369,992
-5.85
4,882,000
2.01
2015
1.790
21.99
457,244
23.58
-
-
2002
2005
*)
*)
Rata-rata Pertumbuhan 1985-2015
4.28
-5.56
840,235
-4.18
3,290,863
17.36
2011-2015
1.62
-0.36
404,185
1.02
4,414,250
3.33
Sumber : BPS *) Data SUSENAS : konsumsi total jagung termasuk jagung pipilan, tepung jagung dan jagung
basah, yang telah disetarakan dengan pipilan kering **) Data Neraca Bahan Makanan
72
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 9.
Ketersediaan Konsumsi Jagung di Indonesia, Tahun 1990-2014 Ketersediaan
Ketersediaan Tahun
Bahan Makanan Pertumbuhan (%) (000 ton)
Konsumsi per Kapita
Pertumbuhan (%)
(Kg/kapita/tahun)
1990
5,287
29.68
1991
5,206
-1.53
28.75
-3.13
1992
6,390
22.74
34.64
20.49
1993
5,412
-15.31
28.85
-16.71
1994
6,321
16.80
33.15
14.90
1995
6,400
1.25
33.08
-0.21
1996
6,901
7.83
35.06
5.99
1997
7,250
5.06
36.28
3.48
1998
8,401
15.88
41.41
14.14
1999
8,554
1.82
42.17
1.84
2000
9,615
12.40
46.71
10.77
2001
7,841
-18.45
37.62
-19.46
2002
7,130
-9.07
33.78
-10.21
2003
8,065
13.11
37.74
11.72
2004
8,114
0.61
37.50
-0.64
2005
8,633
6.40
39.27
4.72
2006
4,493
-47.96
20.17
-48.64
2007
9,603
113.73
22.18
9.97
2008
11,964
24.59
24.87
12.13
2009
12,506
4.53
54.05
117.33
2010
13,337
6.64
55.23
2.18
2011
14,855
11.39
61.39
11.15
2012
14,367
-3.29
58.54
-4.64
2013
14,495
0.89
58.26
-0.48
2014 *)
14,891
2.73
59.05
1.36
1990 - 2014
7.20
5.75
1990 - 2010
8.05
6.53
2011 - 2014
2.93
1.85
*) Angka Sementara Sumber : Neraca Bahan M akanan (BPS dan Badan Ketahanan Pangan Kementan)
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
73
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 10. Tahun
Perkembangan Harga Produsen dan Harga Konsumen Jagung di Indonesia, Tahun 1983-2016 Harga
Pertumbuhan
Harga
Pertumbuhan
Produsen
(%)
Konsumen
(%)
(Rp/kg) (Rp/Kg)
(Rp/kg) (Rp/Kg)
Margin (Rp/Kg)
1983
122.69
1984
129.13
5.25
157.85
-1.74
28.72
1985
132.25
2.41
164.26
4.06
32.01
1986
147.62
11.63
179.77
9.44
32.15
1987
164.32
11.31
224.05
24.63
59.73
1988
189.89
15.56
250.29
11.71
60.40
1989
212.20
11.75
264.63
5.73
52.43
1990
233.17
9.88
289.80
9.51
56.63
1991
257.07
10.25
317.72
9.63
60.65
1992
264.31
2.82
324.49
2.13
60.18
1993
286.04
8.22
350.73
8.09
64.69
1994
325.37
13.75
414.60
18.21
89.23
1995
367.74
13.02
498.46
20.23
130.72
1996
427.86
16.35
528.25
5.98
100.39
1997
459.53
7.40
560.17
6.04
100.64
1998
632.26
37.59
1,089.16
94.43
456.90
1999
1,045.37
65.34
1,381.54
26.84
336.17
2000
1,028.65
-1.60
1,466.00
6.11
437.34
2001
1,138.52
10.68
1,746.58
19.14
608.06
2002
1,212.10
6.46
2,001.95
14.62
789.85
2003
1,255.21
3.56
1,737.63
-13.20
482.42
2004
1,366.81
8.89
1,699.66
-2.19
332.85
2005
1,543.24
12.91
1,895.66
11.53
352.42
2006
1,802.02
16.77
2,163.54
14.13
361.52
2007
2,238.43
24.22
2,630.93
21.60
392.50
2008
2,501.47
11.75
3,572.75
35.80
1,071.28
2009
2,744.74
9.72
3,867.55
8.25
1,122.81
2010
2,933.90
6.89
4,205.31
8.73
1,271.41
2011
3,106.93
5.90
4,885.25
16.17
1,778.32
2012
4,093.42
31.75
5,257.76
7.63
1,164.34
2013
3,485.54
-14.85
5,731.68
9.01
2,246.14
2014
3,670.42
5.30
6,194.43
8.07
2,524.01
2015
3,778.07
2.93
6,464.65
4.36
2,686.58
-
7,134.04
10.35
2016
160.65
-
37.96
-
Rata-rata Pertumbuhan 1983 - 2015
11.99
13.27
2011 - 2015
6.21
9.05
Sumber : BPS
74
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 11. Perkembangan Ekspor-Impor Tahun 1980 - 2015
Jagung
Volume Tahun
di
Indonesia,
Nilai
Ekspor
Pertumb
Impor
Pertumb
Neraca
Ekspor
Pertumb
Impor
Pertumb
Neraca
(Ton)
(%)
(Ton)
(%)
(Ton)
(000US$)
(%)
(000US$)
(%)
(000US$)
1980
14,890
118.01
33,772
-59.62
-18,882
2,079
166.88
7,282
-46.86
1981
4,786
-67.86
2,011
-94.05
2,775
744
-64.21
728
-90.00
-5,203 16
1982
541
-88.70
76,466
3702.4
-75,925
111
-85.08
13,162
1708.0
-13,051
1983
17,936
3215.34
22,246
-70.91
-4,310
2,555
2201.80
5,567
-57.70
-3,012
1984
159,853
791.24
59,251
166.34
100,602
31,808
1144.93
9,660
73.52
22,148
1985
3,542
-97.78
49,863
-15.84
-46,321
611
-98.08
7,181
-25.66
-6,570
1986
4,433
25.16
57,369
15.05
-52,936
733
19.97
6,281
-12.53
-5,548
1987
4,680
5.57
220,998
285.22
-216,318
664
-9.41
24,855
295.72
-24,191
1988
37,454
700.30
63,454
-71.29
-26,000
4,710
609.34
8,227
-66.90
-3,517
1989
232,093
519.67
33,340
-47.46
198,753
27,984
494.14
4,597
-44.12
23,387
1990
136,641
-41.13
515
-98.46
136,126
16,036
-42.70
217
-95.28
15,819
1991
30,742
-77.50
323,176
62652.6
-292,434
3,502
-78.16
45,686
20953.5
-42,184
1992
136,523
344.09
55,498
-82.83
81,025
17,288
393.66
7,687
-83.17
1993
52,088
-61.85
494,446
790.93
-442,358
6,772
-60.83
67,600
779.41
-60,828
1994
34,091
-34.55
1,109,253
124.34
-1,075,162
4,949
-26.92
151,865
124.65
-146,916
1995
74,880
119.65
969,145
-12.63
-894,265
10,428
110.71
152,759
0.59
-142,331
1996
26,830
-64.17
616,942
-36.34
-590,112
5,304
-49.14
132,887
-13.01
-127,583
1997
18,957
-29.34
1,098,354
78.03
-1,079,397
10,885
105.22
171,675
29.19
-160,790
1998
632,515
3236.58
313,463
-71.46
319,052
65,453
501.31
47,838
-72.13
17,615
1999
96,647
-84.72
618,060
97.17
-521,413
11,037
-83.14
80,320
67.90
-69,283
2000
28,066
-70.96
1,264,575
104.60
-1,236,509
4,984
-54.84
157,949
96.65
-152,965
2001
90,474
222.36
1,035,797
-18.09
-945,323
10,500
110.67
125,512
-20.54
-115,012
2002
16,306
-81.98
1,154,063
11.42
-1,137,757
3,334
-68.25
137,982
9.94
-134,648
2003
33,691
106.62
1,345,452
16.58
-1,311,761
5,517
65.48
168,658
22.23
-163,141
2004
32,679
-3.00
1,088,928
-19.07
-1,056,249
9,074
64.47
177,675
5.35
-168,601
2005
54,009
65.27
185,597
-82.96
-131,588
9,048
-0.29
30,850
-82.64
-21,802
2006
28,074
-48.02
1,775,321
856.55
-1,747,247
4,306
-52.41
277,498
799.51
-273,192
2007
101,459
261.40
701,953
-60.46
-600,494
18,463
328.81
151,613
-45.36
-133,150
2008
107,001
5.46
264,665
-62.30
-157,664
28,906
56.57
87,395
-42.36
-58,489
2009
75,283
-29.64
338,798
28.01
-263,515
18,841
-34.82
77,841
-10.93
-59,000
2010
41,954
-44.27
1,527,516
350.86
-1,485,562
11,321
-39.91
369,077
374.14
-357,756
2011
12,472
-70.27
3,207,657
109.99
-3,195,185
9,464
-16.40
1,028,527
178.68
-1,019,063
2012
39,817
219.25
1,805,392
-43.72
-1,765,575
20,586
117.52
537,009
-47.79
-516,423
-71.32
3,194,419
76.94
-3,183,000
11,895
-42.22
921,883
71.67
-909,988
2013
11,418
9,601
2014
37,889
231.83
3,175,362
-0.60
-3,137,473
13,264
11.51
791,038
-14.19
-777,774
2015
250,831
562.01
3,500,104
10.23
-3,249,272
62,151
368.57
795,460
0.56
-733,309
2016 *)
10,817
-95.69
880,911
-74.83
-870,094
3,655
-94.12
194,959
-75.49
-191,304
Rata-rata 1980 - 2015
74,487
268.97
882,867
1,903.59
-808,380
12,925
165.69
188,390
686.66
-175,465
2011 -2015
70,486
174.30
2,976,587
30.57
-2,906,101
23,472
87.80
814,783
37.78
-791,311
Sumber : BPS, Pusdatin *) Data sampai dengan Bulan Mei
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
75
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 12.
Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Luas Panen, Produksi Tahun 1961-2014
dan
Produktivitas
Jagung
Dunia,
Luas Panen Pertumbuhan Produktivitas Pertumbuhan Pertumbuhan Produksi (ton) (Ha) (%) (Ton/Ha) (%) (%) 125,776,355 1.70 3.153 -6.83 396,623,388 -5.26 127,895,030 1.68 3.493 10.78 446,772,517 12.64 124,390,774 -2.74 3.609 3.31 448,932,280 0.48 117,848,186 -5.26 2.945 -18.39 347,082,034 -22.69 127,763,956 8.41 3.526 19.71 450,449,992 29.78 130,512,431 2.15 3.720 5.52 485,527,301 7.79 131,803,709 0.99 3.628 -2.48 478,176,622 -1.51 129,972,051 -1.39 3.486 -3.90 453,115,794 -5.24 130,010,309 0.03 3.100 -11.08 403,050,234 -11.05 131,782,910 1.36 3.619 16.73 476,874,503 18.32 131,037,921 -0.57 3.689 1.94 483,372,615 1.36 133,761,031 2.08 3.697 0.21 494,465,993 2.29 136,771,096 2.25 3.901 5.54 533,586,433 7.91 131,356,805 -3.96 3.630 -6.96 476,770,042 -10.65 137,986,937 5.05 4.124 13.61 569,012,072 19.35 135,801,150 -1.58 3.809 -7.63 517,296,429 -9.09 139,606,606 2.80 4.221 10.81 589,270,744 13.91 141,121,018 1.08 4.149 -1.70 585,513,265 -0.64 138,816,383 -1.63 4.436 6.92 615,803,944 5.17 137,221,472 -1.15 4.425 -0.25 607,177,578 -1.40 137,004,579 -0.16 4.325 -2.27 592,479,375 -2.42 137,528,329 0.38 4.476 3.50 615,533,645 3.89 137,609,113 0.06 4.396 -1.79 604,872,050 -1.73 144,700,863 5.15 4.459 1.43 645,164,993 6.66 147,453,654 1.90 4.944 10.88 728,971,030 12.99 148,035,323 0.39 4.821 -2.48 713,682,311 -2.10 146,740,686 -0.87 4.817 -0.08 706,846,590 -0.96 158,390,008 7.94 4.988 3.56 790,115,394 11.78 162,689,152 2.71 5.106 2.35 830,611,273 5.13 158,743,228 -2.43 5.167 1.20 820,202,618 -1.25 164,046,069 3.34 5.189 0.43 851,273,710 3.79 171,376,657 4.47 5.177 -0.24 887,127,312 4.21 179,056,336 4.48 4.890 -5.54 875,490,653 -1.31 186,020,573 3.89 5.471 11.90 1,017,750,854 16.25 -1.45 183,319,737 5.664 3.52 1,038,281,035 2.02 Rata-rata
1980-2014 2010-2014
142,970,012 176,763,874
1.17 2.95
4.236 5.278
1.78 2.01
616,493,618 933,984,713
3.10 4.99
Sumber : FAO, 14 September 2016 Keterangan : *) Angka Peramalan Pusdatin - Kementan
76
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 13. Rata-rata Luas Panen Jagung di 10 Negara Terbesar, 2009-2014 Tahun No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Negara
2010
China USA Brazil India Mexico Nigeria Argentina Ukraine Indonesia Tanzania Lainnya Dunia
2011
2012
2013
2014
Rata-rata (Ha)
32,517,868 33,559,854 34,965,645 36,339,411 35,981,005 34,672,757 32,960,380 33,989,172 35,359,439 35,478,012 33,644,310 34,286,263 12,678,875 13,218,892 14,198,496 15,279,652 15,431,709 14,161,525 8,553,200 8,780,000 8,710,000 9,430,000 8,600,000 8,814,640 7,148,045 6,069,092 6,923,900 7,095,630 7,060,275 6,859,388 4,149,310 5,456,540 5,751,300 5,762,700 5,849,800 5,393,930 2,904,035 3,747,838 3,747,838 4,863,801 5,000,000 4,052,702 2,647,600 3,543,700 4,371,900 4,826,900 4,626,900 4,003,400 4,131,676 3,864,692 3,957,595 3,821,504 3,837,019 3,922,497 3,050,710 3,287,850 4,118,117 4,120,269 4,200,000 3,755,389 53,304,370 55,859,027 56,952,106 59,002,694 59,088,719 56,841,383 164,046,069 171,376,657 179,056,336 186,020,573 183,319,737 176,763,874
FAOSTAT
Date :
Share (%) 19.62 19.40 8.01 4.99 3.88 3.05 2.29 2.26 2.22 2.12 32.16
Rata-rata Kumulatif Pertumbuhan Share (%) (%) 19.62 2.58 39.01 0.58 47.02 5.07 52.01 0.33 55.89 0.24 58.94 9.65 61.23 15.41 63.50 15.87 65.72 -1.77 67.84 8.75 100.00 2.62 2.85
2016/Sep/16
Sumber : FAO, Diolah oleh Pusdatin
Lampiran 14. Rata-rata Produksi Jagung di 10 Negara Terbesar, 2009-2014
316,164,930 177,540,788 55,364,271 22,663,095 11,953,000 21,725,800 23,301,879 18,327,636 13,974,600 12,815,000
313,934,773 192,904,232 55,660,235 23,799,830 22,837,900 21,760,000 17,635,417 17,643,250 15,913,300 10,360,000
273,820,066 205,719,284 71,072,810 23,799,830 20,961,300 22,260,000 22,069,254 19,387,022 15,614,100 11,830,000
353,699,441 218,621,905 80,273,172 32,119,211 30,949,550 23,290,000 22,663,953 18,511,853 15,031,000 12,486,000
361,091,140 215,812,100 79,877,714 33,000,000 28,496,810 23,670,000 23,273,257 19,008,426 18,541,780 14,982,000
323,742,070 202,119,662 68,449,640 27,076,393 23,039,712 22,541,160 21,788,752 18,575,637 15,814,956 12,494,600
34.66 21.64 7.33 2.90 2.47 2.41 2.33 1.99 1.69 1.34
34.66 56.30 63.63 68.94 71.41 66.05 73.74 77.43 75.44 78.76
Rata-rata Pertumbuhan (%) 4.44 5.07 10.17 10.68 30.64 2.18 1.55 1.08 7.90 5.14
Lainnya
177,442,711
194,678,375
188,956,987
210,104,769
220,527,808
198,342,130
21.24
100.00
5.73
Dunia
851,273,710
887,127,312
875,490,653 1,017,750,854 1,038,281,035
933,984,713
Tahun No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Negara USA China Brazil Argentina Ukraine India Mexico Indonesia Perancis Afrika Selatan
FAOSTAT
2010
Date :
2011
2012
2013
2014
Rata-rata (Ton)
Share (%)
Kumulatif Share (%)
5.29
2016/Sep/16
Sumber : FAO, Diolah Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
77
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 15. Perkembangan Ekspor-Impor Jagung Dunia, Tahun 1961-2013 Tahun 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Volume Impor Pertumbuhan (ton) (%) 79,841,908 6.11 80,794,759 1.19 69,763,372 -13.65 69,506,428 -0.37 67,714,163 -2.58 70,706,323 4.42 58,871,571 -16.74 64,697,695 9.90 66,841,942 3.31 77,115,418 15.37 73,513,382 -4.67 65,831,847 -10.45 72,174,051 9.63 68,743,150 -4.75 63,172,337 -8.10 76,904,520 21.74 70,861,533 -7.86 72,266,527 1.98 72,675,237 0.57 78,334,216 7.79 82,103,533 4.81 81,977,583 -0.15 87,622,474 6.89 89,759,581 2.44 82,695,081 -7.87 88,107,442 6.54 95,987,453 8.94 107,583,788 12.08 103,135,065 -4.14 100,182,787 -2.86 107,735,969 7.54 108,327,894 0.55 117,821,413 8.76 120,128,919 1.96
1980-2013 82,161,746 2009-2013 110,839,396 FAOSTAT Date :
1.72 3.19 2016/Sep/16
Nilai Impor Pertumbuhan Volume Ekspor Pertumbuhan (1000 $) (%) (ton) (%) 13,326,331 24.51 80,303,339 5.54 14,270,210 7.08 78,734,868 -1.95 10,476,457 -26.59 69,630,268 -11.56 10,784,506 2.94 69,121,086 -0.73 11,034,052 2.31 68,709,926 -0.59 10,073,484 -8.71 69,942,671 1.79 7,981,272 -20.77 57,682,378 -17.53 7,561,513 -5.26 64,702,064 12.17 9,404,560 24.37 66,507,955 2.79 11,141,262 18.47 77,437,610 16.43 11,346,508 1.84 72,038,789 -6.97 10,037,118 -11.54 66,160,739 -8.16 11,278,550 12.37 73,841,658 11.61 10,062,784 -10.78 67,820,861 -8.15 9,839,345 -2.22 65,151,266 -3.94 12,525,034 27.30 78,244,966 20.10 14,321,331 14.34 71,780,938 -8.26 11,664,786 -18.55 73,083,357 1.81 10,449,564 -10.42 76,090,896 4.12 9,981,825 -4.48 78,770,592 3.52 10,228,366 2.47 82,354,148 4.55 10,148,587 -0.78 83,815,514 1.77 11,165,508 10.02 87,470,550 4.36 12,673,702 13.51 90,709,456 3.70 14,654,362 15.63 82,683,414 -8.85 13,641,238 -6.91 90,510,098 9.47 15,646,881 14.70 95,459,187 5.47 24,774,907 58.34 110,025,395 15.26 32,026,431 29.27 102,099,404 -7.20 22,971,482 -28.27 100,322,590 -1.74 26,218,789 14.14 108,731,583 8.38 36,340,825 38.61 109,944,207 1.12 38,819,825 6.82 120,450,205 9.56 39,075,004 0.66 124,222,019 3.13 Rata-rata 15,469,012 5.42 82,781,000 1.79 32,685,185 6.39 112,734,121 4.09
Nilai Ekspor Pertumbuhan (1000 $) (%) 12,008,423 23.23 12,082,802 0.62 8,883,313 -26.48 9,828,535 10.64 10,247,029 4.26 8,795,875 -14.16 6,757,256 -23.18 6,765,122 0.12 8,487,600 25.46 10,190,496 20.06 9,800,523 -3.83 8,752,230 -10.70 9,895,619 13.06 8,713,401 -11.95 8,645,891 -0.77 10,880,639 25.85 12,768,238 17.35 10,165,853 -20.38 9,127,358 -10.22 8,751,121 -4.12 8,781,400 0.35 8,871,214 1.02 9,883,376 11.41 11,139,523 12.71 11,690,444 4.95 11,220,084 -4.02 13,258,788 18.17 20,785,041 56.76 26,920,095 29.52 19,871,563 -26.18 22,869,808 15.09 33,786,742 47.74 35,546,542 5.21 34,946,617 -1.69 13,562,311 29,404,254
5.47 8.03
Sumber : FAO
78
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 16. Eksportir Jagung Terbesar di Dunia, 2009-2013 Tahun No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 48
Negara USA Argentina Brazil Ukraine Perancis Hungaria India Rumania Paraguay Afrika Selatan Lainnya Indonesia Dunia FAOSTAT
2009
2010
2011
2012
2013
47,813,400 8,535,937 7,781,900 7,178,625 6,733,147 4,176,160 2,600,821 1,686,406 1,868,903 1,659,660 10,225,056 62,575 100,322,590
50,906,268 17,546,457 10,815,275 2,888,339 6,609,262 3,910,699 2,293,396 2,054,489 1,417,653 1,239,178 9,008,613 41,954 108,731,583
45,888,272 15,805,601 9,486,914 7,806,319 6,246,519 3,643,766 3,952,102 2,310,666 1,576,458 2,563,159 10,651,714 12,717 109,944,207
31,529,900 17,855,374 19,801,939 15,630,889 6,294,289 4,362,074 4,271,696 2,273,741 2,476,996 1,022,824 14,895,584 34,899 120,450,205
24,178,452 20,069,440 26,624,890 16,729,468 6,278,304 2,154,853 4,749,727 3,233,351 2,826,571 2,604,890 14,764,141 7,932 124,222,019
Date :
Rata-rata (Ton) 40,063,258 15,962,562 14,902,184 10,046,728 6,432,304 3,649,510 3,573,548 2,311,731 2,033,316 1,817,942 11,909,022 32,015 ##########
Share (%)
Komulatif Share (%)
35.54 14.16 13.22 8.91 5.71 3.24 3.17 2.05 1.80 1.61 10.56 0.03
35.54 49.70 62.92 71.83 77.53 80.77 83.94 85.99 87.80 89.41 99.97 100.00
Rata-rata Pertumbuhan (%) -14.50 30.25 42.47 54.44 -1.70 -11.02 19.95 18.73 14.57 44.02 11.33 -1.37 5.55
2016/Sep/16
Sumber : FAO
Lampiran 17. Importir Jagung Terbesar di Dunia, 2009-2013 Tahun No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 16
Negara Jepang Meksiko Korea Selatan China Mesir Spanyol Taiwan Iran Belanda Colombia Lainnya Indonesia Dunia FAOSTAT
2009 16,294,334 7,260,619 7,334,319 4,705,263 5,416,326 4,049,125 4,592,454 3,735,005 3,146,329 3,245,040 40,065,175 338,798 100,182,787 Date :
2010
2011
2012
2013
Rata-rata (Ton)
16,192,571 7,848,998 8,540,967 6,612,374 6,170,460 3,955,005 5,007,612 5,790,014 2,911,583 3,613,900 39,564,969 1,527,516
15,284,561 9,476,171 7,758,658 5,930,095 7,047,864 4,824,485 4,148,434 3,644,664 3,482,563 3,224,048 40,298,694 3,207,657
14,895,021 9,515,074 8,220,184 9,587,451 6,061,595 6,094,528 4,362,092 4,676,229 4,030,812 3,450,663 45,234,769 1,692,995
14,400,910 7,153,033 8,722,683 7,340,767 5,771,770 5,523,687 4,062,945 4,005,482 4,263,147 3,635,280 52,058,170 3,191,045
15,413,479 8,250,779 8,115,362 6,835,190 6,093,603 4,889,366 4,434,707 4,370,279 3,566,887 3,433,786 43,444,355 1,991,602
107,735,969
108,327,894
117,821,413
120,128,919
110,839,396
Share (%) 13.91 7.44 7.32 6.17 5.50 4.41 4.00 3.94 3.22 3.10 39.20 1.80 100
Kumulatif Share (%) 13.91 21.35 28.67 34.84 40.34 44.75 48.75 52.69 55.91 59.01 98.20 100.00
Rata-rata Pertumbuhan (%) (3.02) 1.11 4.84 17.11 2.34 9.15 (2.46) 7.98 8.41 3.24 6.98 125.53 4.70
2016/Sep/16
Sumber : FAO
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
79
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 18. Model Luas Panen jagung The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
LPJ LPJ Luas panen jagung
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 7 11
6E11 1.73E11 7.73E11
1.5E11 2.471E10
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
157206.718 3793438.83 4.14417
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
6.07
0.0197
0.77619 0.64830
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept LLPJ
1 1
4994874 0.096901
2162945 0.479283
2.31 0.20
0.0542 0.8455
LHRJ
1
295.4319
130.0718
2.27
0.0574
LHRK
1
-258.679
155.0191
-1.67
0.1391
LHRKC
1
-27.9452
86.35262
-0.32
0.7557
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
80
Variable Label Intercept Luas panen jagung tahun sebelumnya Harga riil jagung tahun sebelumnya Harga riil kedelai tahun sebelumnya Harga riil kacang tanah tahun sebelumnya
2.010416 12 -0.01578
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 19. Model Produktivitas Jagung
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
YJ YJ Produktivitas jagung
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 6 11
461.7961 8.622168 470.4183
92.35922 1.437028
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
1.19876 42.59917 2.81405
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
64.27
<.0001
0.98167 0.96640
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept LYJ
1 1
39.47867 0.790574
42.91433 0.213997
0.92 3.69
0.3931 0.0102
LHRUREA
1
0.000734
0.004360
0.17
0.8719
DSLPTT LIRIGASI RLPJJ
1 1 1
2.634488 -3.7E-6 -0.27732
1.841226 2.721E-6 0.667183
1.43 -1.36 -0.42
0.2024 0.2228 0.6921
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Variable Label Intercept Produktivitas jagung tahun sebelumnya Harga riil urea tahun sebelumnya Dummy program SLPTT Luas irigasi Rasio luas panen jagung jawa tehadap nasional
2.478498 12 -0.30077
81
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 20. Model Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Trend Analysis for Konsumsi Data Length NMissing
Konsumsi 20 0
Fitted Trend Equation Yt = 3,9679 * (0,95889**t) Accuracy Measures MAPE MAD MSD
14,0870 0,3788 0,2810
Forecasts Period 21 22 23 24 25
Forecast 1,64321 1,57566 1,51088 1,44877 1,38920
Trend Analysis Plot for Konsumsi Growth Curve Model Yt = 3,9679 * (0,95889**t)
4,5
Variable A ctual Fits Forecasts
4,0
Konsumsi
3,5
A ccuracy Measures MA PE 14,0870 MA D 0,3788 MSD 0,2810
3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 2
82
4
6
8
10
12 14 Index
16
18
20
22
24
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 21. Model Populasi Itik untuk Estimasi Jumlah Pakan Double Exponential Smoothing for Itik
Data Length
Itik 21
Smoothing Constants Alpha (level) Gamma (trend)
0.594726 0.026710
Accuracy Measures MAPE MAD MSD
8.49057E+00 2.99887E+06 1.83689E+13
Forecasts Period 22 23 24 25
Forecast 48380274 49540818 50701362 51861905
Lower 41033175 40799711 40429896 39976281
Upper 55727373 58281925 60972828 63747530
Double Exponential Smoothing Plot for Itik
Smoothing Plot for Itik Double Exponential Method
65000000
Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI
60000000 55000000
Smoothing Constants Alpha (level) 0.594726 Gamma (trend) 0.026710
Itik
50000000 45000000
Accuracy Measures MAPE 8.49057E+00 MAD 2.99887E+06 MSD 1.83689E+13
40000000 35000000 30000000 25000000 2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 Index
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
83
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 22. Model Populasi Ayam Ras Petelur untuk Estimasi Jumlah Pakan Double Exponential Smoothing for Petelur Data Length
Petelur 21
Smoothing Constants Alpha (level) Gamma (trend)
0.745115 0.063398
Accuracy Measures MAPE MAD MSD
1.50537E+01 1.06828E+07 2.38118E+14
Forecasts Period 22 23 24 25
Forecast 165877431 170561574 175245716 179929859
Lower 139704995 136615085 132891815 128846955
Upper 192049867 204508062 217599617 231012762
Double Exponential Smoothing Plot for Petelur
Smoothing Plot for Petelur Double Exponential Method
250000000
Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI
Petelur
200000000
Smoothing Constants Alpha (level) 0.745115 Gamma (trend) 0.063398
150000000
Accuracy Measures MAPE 1.50537E+01 MAD 1.06828E+07 MSD 2.38118E+14
100000000
50000000 2
84
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 Index
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Jagung 2016 «
Lampiran 23. Model Populasi Ayam Buras untuk Estimasi Jumlah Pakan Double Exponential Smoothing for Buras Data Length
Buras 21
Smoothing Constants Alpha (level) Gamma (trend)
1.71962 0.03068
Accuracy Measures MAPE MAD MSD
3.34363E+00 8.79704E+06 1.20125E+14
Forecasts Period 22 23 24 25
Forecast 303317846 304948194 306578543 308208891
Lower 281765489 251339431 220817721 190278567
Upper 324870203 358556958 392339364 426139215
Double Exponential Smoothing Plot for Buras
Smoothing Plot for Buras Double Exponential Method
450000000
Variable Actual Fits Forecasts 95.0% PI
400000000
Smoothing Constants Alpha (level) 1.71962 Gamma (trend) 0.03068
Buras
350000000
Accuracy Measures MAPE 3.34363E+00 MAD 8.79704E+06 MSD 1.20125E+14
300000000 250000000 200000000 2
4
6
8 10 12 14 16 18 20 22 24 Index
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
85