ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 53 ………………………………………………………………………………………………………… UNSUR-UNSUR BIAYA YANG MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI DODOL USAHA RUMAHAN IBU IZAH (NAMA SAMARAN) DI KELURAHAN KARANG BARU KOTA MATARAM, LOMBOK.
Oleh: I Wayan Nuada Dosen PNS dpk pada STIE 45 Mataram Abstrak: Kecermatan dalam merperhitungkan unsur-unsur biaya untuk menentukan harga pokok produksi dalam memproduksi dodol yang merupakan salah satu kelompok usaha rumahan yang banyak diminati oleh ibu-ibu rumah tangga di Lombok sangat penting. Betapa pentingnya hal tersebut mengingat manfaat penetapan harga pokok produksi bagi manajemen adalah untuk menetukan harga jual produk yang tepat, memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba atau rugi periodik. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi tentu mengakibatkan kekeliruan dalam penentuan harga jual dodol tersebut yaitu mungkin harga jual menjadi terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah. Kedua kemungkinan tersebut dapat mengakibatkan keadaan yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Harga jual yang terlalu mahal sesungguhnya merupakan citra buruk bagi perusahaan. Sebaliknya jika harga jual terlalu rendah akan mangakibatkan laba yang diperoleh perusahaan rendah pula, bahkan mungkin mengalami kerugian. Dalam tulisan ini akan diuraikan cara perhitungan unsur-unsur biaya produksi dalam menentukan harga pokok produksi pembuatan dodol yang tepat. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui unsure baiaya yang seharusnya diperhitungkan dalam produksi dodol serta menentukan harga pokok produksi dodol per kg per hari yang diproduksi oleh usaha rumahan Ibu Izah (nama samaran). Dengan demikian manfaat yang diharapkan adalah adalah memberikan informasi kepada para prosusen dodol dalam memperhitungkan unsur – unsur biaya dalam menetapkan harga pokok produksi dodol yang tepat. Hasilnya menunjukkan bahwa harga pokok produksi terdiri dari 3 (tiga) unsur biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Harga Pokok Produksi Dodol = Biaya Bahan baku + Biaya Tenaga kerja langsung + Biaya Overhead Pabrik. Harga Pokok Produksi Dodol Ibu Izah (nama samaran) per hari per kg dodol adalah Rp 26,161.00. Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Biaya Overhead Pabrik, dan Dodol. PENDAHULUAN Usaha rumahan saat ini mulai banyak di jadikan sumber penghasilan bagi banyak keluarga, beberapa di antaranya malah bisa berkembang menjadi Usaha Kecil Menengah dengan omzet yang cukup mencengangkan. Awal usaha rumahan tentunya memanfaatkan rumah anda sendiri dalam menambah penghasilan keluarga. Kebanyakan usaha rumahan awalnya berdiri sebagai usaha sampingan untuk menambah penghasilan keluarga, pengerjaannyapun banyak di lakukan oleh suami dan istri di mana istri yang membuat produknya sedangkan suami membantu pemasaran. Usaha rumahan dewasa ini banyak diminati oleh masyarakat kita dalam rangka meningkatkan penghasilan untuk kesejahteraan keluarganya. Usaha ini dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa kecuali baik yang masih aktif bekerja sebagai pegawai negeri, swasta, TNI/POLRI, petani, termasuk pensiunan maupun yang mencurahkan seluruh waktunya untuk usaha rumahan. Selain tidak membutuhkan modal yang besar, juga tidak memerlukan kantor atau tempat usaha khusus
tinggal memanfaatkan sebagian rumah untuk menjalakan usaha ini. Berkembangnya jenis usaha ini tentunya tidak bisa lepas dari berkembangnya virus entrepreneur/ kewirausahaan sehingga membuka mindset sebagian masyarakat untuk memandang rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal namun lebih luas lagi yaitu sebagai tempat mencari penghasilan. Keunggulan dari menbuat usaha di rumah sendiri yang paling utama adalah bebas biaya tranportasi rutin dan bebas kemacetan lalu lintas ke tempat usaha. Tubuh lebih fit saat menjalankan usaha karena tidak banyak terpapar polusi udara di jalan, mental juga lebih fresh lantaran tidak stress akibat terjebak kemacetan lalu lintas. Selain itu mereka bisa tetap dekat dekat keluarga, jadi masih bisa cari duit sambil sesekali berinteraksi dengan keluarga. Usaha rumahan yang banyak diminati oleh masyarakat dewasa ini memang patut mendapat perhatian kita bersama agar mampu tumbuh menjadi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) yang dari segi jumlah memang merupakan kelompok
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012
54 Media Bina Ilmiah usaha paling banyak sebagai penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. UMKM tentu bukan kata yang asing ditelinga kita. UMKM merupakan salah satu barometer perekonomian nasional. Pengusaha kecil, wiraswastawan, wirausahawan serta pedagangpedagang kecil masuk dalam kelompok ini. Ketika krisis ekonomi meluluh-lantakan ekonomi Indonesia pada tahun 1997 -1998, banyak pengusaha besar -tak terkecuali para konglomerat– yang gulung tikar. Sebagian pengusaha menengah juga kolaps. Bahkan sektor perbankan yang menjadi penopang bagi pertumbuhan ekonomi nasional turut ‘ambruk’, khususnya bank-bank swasta nasional kecil yang berelaborasi dengan group usahanya. UMKM, khususnya Usaha Kecil dan Mikro tetap bertahan hidup. Bahkan diantarnya mampu menembus pasar yang selama ini ‘dikuasai’ kalangan atas. Tahun 2009 - 2010, saat dunia dihebohkan oleh resesi ekonomi yang bermula dari ‘krisis mortgage’ di Amerika, Indonesia terkena imbasnya. Krisis keuangan yang bermula dari ‘batuknya’ pasar saham di Negeri Uncle Sam, dalam waktu cepat menggoyang ekonomi dunia. Bursa saham rontok. Bursa Efek Indonesia, BEI-pun melakukan suspend perdagangan setelah menyaksikan terjungkalnya harga saham hingga menurunkan point Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 10%. Sektor Perbankan lagi-lagi menjadi korban. Sektor yang menjadi penyalur, perantara serta receiver dana pembangunan ini ikut terpuruk bersama sektor lainnya seperti pertanian, pertambangan, perindustrian dan telekomunikasi. Sektor ini, khususnya Mikro dan usaha Kecil kembali mendemonstrasikan eksistensinya. Usaha Kecil dan Mikro mampu bertahan hidup dan nyaris tak terpengaruh oleh dampak krisis ekonomi dunia. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan terbukti menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam masa krisis, serta menjadi dinamisator pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi. Selain menjadi sektor usaha yang paling b e s a r kontribusinya terhadap pembangunan nasional, UMKM juga menciptakan peluang kerjayang cukup besar bagi tenaga kerja dalam negeri, sehingga sangat membantu upaya mengurangi pengangguran. Peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam perekonomian negara sangatpenting dan strategis, karena telah terbukti menjadi penyelamat perekonomian pascakrisis dan menjadi penyedia lapangan kerja terbesar. Tersedianya lapangan kerja danmeningkatnya pendapatan diharapkan akan membantu mewujudkan masyarakatIndonesia yang aman dan damai; adil
ISSN No. 1978-3787 dan demokratis; serta sejahtera. Sehingga sektor UMKM perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional masa mendatang. Usaha rumahan yang merupakan bagian dari UMKM tentunya memberikan banyak manfaat bagi para pelakunya. Setidak-tidaknya ada 5 (lima) manfaat yang diperoleh dari menjalankan bisnis rumahan seperti berikut ini: 1. Penghasilan. Rata-rata penghasilan seseorang dari menjalankan bisnis rumahan di Amerika adalah $ 80000/tahun atau sekitar Rp800 juta setahun. Jumlah uang yang mereka dapatkan untuk usaha ini ternyata sungguh mencengangkan. 2. Kepuasan pribadi. Pemilik bisnis rumahan akan sangat merasa kepuasannya terpenuhi, mungkin ini adalah salah satu motivasi orang-orang untuk memulai bisnis rumahan. Disamping hal tersebut, tentunya ada manfaat yang besar dari kepemilikan bisnis rumahan. Sebuah prestasi jika telah mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan dapat memuaskan konsumennya. Dengan hal tersebut, secara tidak langsung telah memberikan kebaikan kepada banyak orang dan membuka lapangan kerja baru. 3. Tidak ada yang mengatur. Menjadi pemilik bisnis rumahan tidak akan ada yang mengatur, tidak perlu dipusingkan dengan telat datang ke kantor, suasana kerja, jam kerja, waktu kerja. 4. Bos. Pemilik usaha rumahan berarti bos bagi dirinya sendiri. Sebagai seorang bos, semua keputusan dialah yang membuat; menentukan jam kerja, memberikan penghargaan, membuat peraturan, tentang usaha rumahan yang dikelolanya. 5. Keamanan terhadap hidup. Pada iklim ketidak pastian perekonomian paling aman untuk dilakukan adalah bisnis rumahan. Hal ini disebabkan bila mendapatkan kesulitan dalam usaha rumahan, pemilik masih dapat bekerja keras mengupayakan penjualan dan yang paling memungkinkan untuk dapat mempertahankan nya. Namun, jika sebuah perusahaan mengalami situasi seperti tidak mampu lagi membayar gaji para karyawannya, seberapa keras usaha yang dilakukan tentunya akan sangat sulit tercapai dalam waktu yang singkat. Pastinya, bisnis berbasis rumah akan lebih aman, karena kekuasaan ada pada pemilik usaha mau dilanjutkan atau tidak. Betapa manfaat dari usaha/bisnis rumahan seperti diuraikan di atas, namun bukan berarti dalam perjalanannya tanpa masalah. Salah satu masalah klasik yang dialami oleh usaha rumahan adalah masalah menetapkan harga jual yang tepat. Sudah menjadi rahasia umum dan merupakan salah satu kata kunci dalam pemasaran, bahwa harga murah memang merupakan daya tarik terbesar atas
_____________________________________ Volume 6, No. 4, Juni 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 55 ………………………………………………………………………………………………………… terserapnya suatu produk. Ini adalah kebiasaan pasar yang merupakan fakta yang tidak terbantahkan. Harga jual mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam merebut pangsa pasar. Bila harga yang terlalu tinggi bersiap-siaplah untuk ditinggal oleh para pelanggan, demikian sebaliknya bila harga terlalu rendah dalam jangka waktu panjang tentu harapan untuk memperoleh laba tinggal mimpi. Karena itu mestilah bijak dalam menentukan harga dari suatu komoditas. Jangan sampai harga tersebut melampaui harga eceran tertinggi (HET) di suatu daerah. Hal tersebut dapat mengakibatkan perusahaan kesulitan dalam menjual produk dan tentunya tidak mudah untuk memperoleh pelanggan. Salah satu usaha rumahan yang sedang dikembangkan oleh Ibu Izah(nama samara) bersama putra dan saudara-saudara tercintanya di Kelurahan Karang Baru Kota Mataram, Lombok adalah Usaha Dodol. Dalam menentukan harga pokok produksinya Ibu Izah(nama samara) hanya memperhitungkan naik turunnya harga bahan baku yang dibeli di pasaran. Ini memang merupakan masalah umum yang kebanyakan dihalami oleh usaha rumahan yaitu kurang memahami unsur-unsur biaya yang semestinya diperhitungkan dalam menentukan harga pokok produksi yang tepat. Padahal harga pokok produksi merupakan dasar dalam menentukan harga jual . Harga jual yang tepat sangat menentukan apakah pasar mau meyerap pruduk tersebut atau tidak. Harga yang terlau tinggi sesungguhnya merupakan indikasi bahwa perusahaan telah beroperasi tidak efisien alias tidak sehat. Kondisi ini secara perlahan namun pasti akan akan mengakibatkan produk akan ditinggal pelanggan. Demikian pula sebaliknya bila harga jual terlalu rendah, tentu perusahaan akan gagal menciptakan laba sesuai target yang telah ditetapkan. Tentunya kedua kondisi ini sangat merugikan perusahaan yang bila dibiarkan berlangsung lama merupakan ancaman bagi keberlangsungan hidup (survival) perusahaan. Laba yang layaklah merupakan mesin penggerak (roh/jiwa) bagi kelangsungan hidup/survival suatu usaha. Mencermati uraian di atas betapa pentingnya menentukan harga pokok produksi. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam tulisan ini akan dicoba menyingkap Penentuan Unsur-Unsur Biaya yang Menentukan Harga Pokok Produksi Dodol yang merupakan usaha rumahan Ibu Izah (nama samara) Kelurahan Karang Baru, Kota Mataram, Lombok. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur – unsur biaya yang membetuk harga pokok produksi dodol, serta untuk mengetahui harga pokok produksi dodol per kg yang dihasilkan oleh usaha rumahan Ibu Izah (nama samaran). Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini
adalah memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para pelaku usaha/bisnis rumahan yang memproduksi dodol dalam menetukan harga pokok produksi dodol yang tepat secara normatif. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan data kuantitatif (data yang berbetuk angka atau data yang diangkakan). Penelitian Kuantitatif yang digunakan dalam penulisan ini adalah Descriptive case studies . Descriptive case studies merupakan studi kasus yang menjelaskan sistem akuntansi, teknik dan prosedur yang umumnya dipergunakan dalam praktek bisnis (Suharman, 2009. hal:3). Dalam penelitian ini diungkap unsur-unsur biaya produksi maupun biaya non produksi dalam menetapkan harga jual tepat dodol nangka Ibu Izah dengan menggunakan sistem, teknik dan prosedur akuntansi yang berlaku umum dalam praktek bisnis. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode observasi dan wawancara dengan menugaskan dua mahasiswa (Eka Sushana dan Ahmad Imamul Gazali) yang mengikuti mata kuliah Akuntansi Biaya di STIE 45 Mataram tempat penulis mengajar. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa biaya – biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi dodol sampai dodol diterima pasar. Untuk mendukung pembahaasan yang digunakan data kualitatif berupa resep baku pembuatan dodol, tehnik pemasaran dodol serta keterangan lainnya yang dibutuhkan dalam melengkapi pembahaasan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara kuantitatif normative yaitu dihitung sesuai norma-norma akuntansi khususnya akuntansi biaya yang berlaku secara umum. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Sekilas Tentang Dodol Nangka Nangka merupakan buah hasil pertanian yang tidak tahan lama atau cepat rusak bila disimpan dalam keadaan segar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengolahan guna meningkat nilai tambah salah satu dengan mengolahnya menjadi dodol. Dodol merupakan makanan ringan yang berasal dari buah-buahan yang diolah dengan menambah gula sebagai pemanisnya dan mempunyai konsistensi, serta rasa yang khas tergantung dari jenis buah-bauahan yang digunakan. Jenis buah yang dapat diolah menjadi dodol sebaiknya buah yang mengandung serat tinggi seperti apel, nenas, jambu biji dan nangka (Enie dan Lestari dalam Yadi. 2004: hal 7). Dodol nangka
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012
56 Media Bina Ilmiah Lombok tidak sulit untuk memperolehnya karena tersedia di pasar tradisional, maupun setiap pertokoan atau swalayan di kota Mataram. Pemasaran dodol nangka Lombok sudah mampu menembus pasar selain hotel berbintang khusus di Lombok Selatan, kini bahkan sudah mampu merambah ke luar daerah yaitu Nusa Dua Bali, Jakarta, dan Bandung. b. Biaya Produksi Untuk memperoleh gambaran mengenai biaya produksi akan diawali dengan pengertian biaya. Biaya (cost) ialah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh manfaat atau keuntungan di masa mendatang (Prawironegoro, 2005:15). Biaya (Expense) adalah penurunan dalam modal ( hak kekayaan) pemilik, biasanya melalui pengeluaran uang, aktiva yang terjadi untuk menghasilkan pendapatan (Alamsyah dan Padji : 2002 : 1999). Menurut Horngren/Goerge Foster biaya dalam Umum adalah sebagai sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai suatu sasaran/tujuan tertentu. Sedangkan menurut Mursyidi (2008:13) biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi baik yang berwujud amupun tidak berwujud yang dapat diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya produksi (output cost) adalah biaya untuk memproduksi yang terdiri dari bahan langsung upah langsung dan biaya tidak langsung. Biaya produksi barang (cost of goods manufactured) merupakan biaya yang dikeluarkan atau yang dibebankan untuk membuat barang atau produksi meliputi bahan baku, upah, dan biaya tidak langsung (Ismaya,2006:345). Biaya produksi yang sering disebut biaya pabrikase atau biaya pabrik (factory cost) adalah jumlah dari tiga unsur biaya yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik (Usry: 1989: 24). Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, yang menurut objek pengeluarannya secara garis besar dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik ( factory overhead cost) (Mulyadi, 2005: 14). Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses (Mulyadi, 2009:16). Menurut Mursyidi (2008: 35) Biaya produksi diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu biaya bahan dan biaya konversi. Artinya biaya tenaga kerja langsung digabung dengan biaya overhead pabrik. Kondisi ini dimungkinkan jika biaya tenaga
ISSN No. 1978-3787 kerja dan biaya overhead relatif kecil bila dibandingkan dengan biaya bahan. Ada juga perusahaan yang mengklasifikasikan biaya produksi menjadi biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja dan biaya pabrik tidak langsung. Kondisi ini jika perusahaan menganggap biaya bahan penolong relatif besar sehingga perlu untuk dilakukan pengendalian melalui pencatatan terpisah dengan biaya pabrik tidak langsung. Secara konvensional dalam pembahasan akuntansi biaya, proses produksi akan menelan biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya. Untuk ini dilakukan klasifikasi biaya produksi menjadi biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan penolong bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung dimasukkjan dalam biaya overhead pabrik). Mencermati pendapat Mursyidi tersebut dapat dikatan bahwa sesungguhnya secara konvensional Harga Pokok Produksi terdiri dari unsur biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk mengolah bahan baku dan bahan penolong sampai menjadi produk jadi yang siap dijual atau siap dikonsumsi. Dengan demikian harga pokok produksi adalah keseluruhan biaya produksi yang terakumulasi ke dalam setiap unit produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang terdiri dari tiga elemen yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja (upah), dan biaya overhead pabrik (biaya tidak langsung). c. Biaya Bahan Baku Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian integral atau secara menyeluruh dari produk jadi. Biaya bahan baku/bahan langsung merupakan biaya bagi bahan-bahan yang secara langsung digunakan dalam proses produksi untuk mewujudkan suatu macam produk jadi yang siap dipasarkan, atau siap diserahkan kepada pemesan (Bambang & Kartasapoetra 1992: 5). Biaya bahan dasar (material) dalam arti luas elemen yang digunakan sebagai dasar pembuatan barang jadi, tetapi ada kemungkinan barang jadi dari produk suatu perusahaan merupakan material dari perusahaan lain. Untuk tujuan akuntansi bahan dasar dipisahkan ke dalam dua kategori yaitu: a. Bahan dasar langsung, yaitu bahan yang menjadi bagian menyeluruh dari produk jadi. b. Bahan dasar tak langsung, yaitu merupakan bahan dasar (material) yang digunakan untuk membuat produk, tetapi jumlahnya sangat kecil, dan bukan merupakan bagian menyeluruh dari produk jadi. Menurut Usry (1989: 24-26) bahan baku disebut bahan langsung (direct materials) adalah semua bahan yang membentuk bagian integral barang jadi dan dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi
_____________________________________ Volume 6, No. 4, Juni 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 57 ………………………………………………………………………………………………………… biaya produk, contoh kayu untuk membuat peralatan mebel dan minyak mentah untuk membuat bensin. Sedangkan bahan tidak langsung (indirect material) adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya sedemikian kecil atau sedemikian rumit sehingga tidak dapat dianggap sebagai bahan langsung seperti minyak pelumas, minyak gemuk, lap pembersih, dan sikat termasuk dalam perbekalan pabrik (factory suplies). Bahan baku merupakan bahan yang membentuk secara menyeluruh dari barang jadi yang mempunyai nilai relatif tinggi dibanding dengan bahan yang lain. Bahan yang nilainya relatif kecil tidak dikelompokan menjadi bahan penolong. Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan meskipun menjadi produk tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut (Mulyadi, 2005: 194). d. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja (direct labor) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan bahan dasar sampai menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang langsung menangani pembuatan (proses) dari bahan dasar sampai menjadi barang jadi. Sebaliknya tenaga kerja tak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang menyumbangkan jasanya untuk pembuatan bahan dasar menjadi barang jadi tetapi tidak langsung menangani pembuatannya misalnya gaji pengawas yang mengawasi para pekerja yang menangani langsung pembuatan kursi tersebut ( Sudayat, Upah langsung adalah semua upah yang secara langsung digunakan, dapat secara mudah ditelusuri, dan merupakan biaya upah yang utama untuk memproduksi suatu produk (Widjajatunggal, 1993: 80). Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut (Mulyadi, 2005: 319). Dengan demikian biaya tenaga kerja langsung merupakan seluruh biaya yang terjadi karena pemakaian tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi atau dikerahkan dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau produk siap jual.
e. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik (BOP) Biaya overhead pabrik (Factory overhead). Dalam artian ini, biaya overhead pabrik termasuk biaya bahan dasar tak langsung dan biaya tenaga
kerja tak tak langsung. Pemisahan langsung dan tak langsung biaya dalam konteks yang merupakan pemisahan biaya umum tetapi dalam konteks yang lain berbeda, selain itu pemisahan langsun dan tak langsungnya biaya juga dipengaruhi oleh metoda pengumpulan. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Menurut Mulyadi ( 2005: 194) biaya overhead pabrik dikelompokkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut ini : Biaya Bahan Penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya bahan baku habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva lain yang digunakan untuk keperluan pabrik. Biaya Tenaga Kerja Tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langusng terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung meliputi: 1. Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang. 2. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, mandor. 3. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biayabiaya depresiasi, emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan peralatan, perkakas laboratorium, alat kerja, dan aktiva lain yang digunakan di pabrik 4. Biaya yang timbul sebagai akibat barlalunya waktu. Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi gedung, emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen,, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run. 5. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai. Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012
58 Media Bina Ilmiah f. Manfaat Harga Pokok Produksi Dalam perusahaan yang berproduksi massa seperti usaha rumahan produksi dodol, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk; menetukan harga jual produk, memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba atau rugi periodik, dan menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca (Mulyadi, 2005 : 65).Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu. Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca. Pada saatnya manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan rugi –laba. g. Unsur-Unsur Biaya yang Membentuk Harga Pokok Produksi Dodol Adapun unsur-unsur biaya yang membentuk harga pokok produksi dodol usaha rumahan Ibu Izah (nama samaran) adalah sebagai berikut : 1. Biaya Bahan Baku Usaha dodol Ibu Izah (nama samaran) bersama putra dan saudara-saudaranya rata-rata setiap harinya mampu memproduksi 10 kg dodol. Usaha ini memang dijadikan menopang ekonomi keluarganya dan saudara-saudaranya. Adapun biaya bahan baku yang digunakan untuk memproduksi 10 kg produksi dodol per hari adalah seperti disajikan pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1 Biaya Bahan Baku/Bahan Langsung Produksi Dodol Harga No Keterangan (Rp) 1 Tepung Ketan 14,000.00 2 Gula Pasir 13,000.00 3 Kelapa 3,000.00 4 Asam Sitrat 5,000.00 5 Vanili 1,000.00 6 Garam 2,000.00 7 Asam Askorbat 5,000.00 8 Buah (Nangka,Sirsak) 25,000.00 9 Transportasi Pembelian 5,000.00 Total Biaya Bahan Baku 73,000.00 Sumber Data: Primer diolah
ISSN No. 1978-3787 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Dalam mengolah bahan baku untuk menjadi produk jadi Ibu Izah (nama samaran) mengerjakannya bersama putra dan saudarasaudaranya. Jumlah seluruh tenaga kerjanya termasuk Ibu Izah(nama samara) adalah 5 orang. Anaknya kuliah seperti biasa, saudara-saudaranya mengerjakan pekerjaannya seperti ke pasar memasak dan pekerjaan di rumah lainnya juga seperti baiasanya. Separuh waktunya digunakan untuk memproduksi dodol. Perhitungan biaya tenaga kerjanya seperti tabel berikut: Tabel 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Produksi Dodol
No 1 2
Uraian 4 Orang(Ibu & Saudarnya 1 Orang (Putranya) Jumlah
Upah/per hari (Rp)
Total (Rp)
25,000.00
100,000.00
15,000.00
10,000.00 110,000,00
Sumber data: Primer diolah 3. Peralatan Serta Biaya Peralatan Peralatan serta biaya peralatan yang digunakan dalam memproduksi dodol oleh usaha rumahan Ibu Izah (nama samaran) adalah seperti digambarkan pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 3. Peralatan dan Biaya Peralatan Produksi Dodol
4. Perlengkapan dan Biaya Perlengkapan Perlengkapan merupakan sesuatu yang kalau dipakai akan habis atau berkurang jumlahnya. Adapun perlengkapan yang dipakai dalam memproduksi dodol Ibu Izah seperti diuraikan pada table 4 di berikut ini:
_____________________________________ Volume 6, No. 4, Juni 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 59 ………………………………………………………………………………………………………… Tabel 4. Perlengkapan dan Biaya Perlengkapan Produksi Dodol
Dengan memperhatikan tabel 6 di atas dapatlah dihitung harga pokok produksi dodol per kg adalah seperti peritungan berikut: Harga Pokok Produksi per Kg Harga pokok produksi 10 Kg Dodol = 10 Rp 261,607.00
5. Biaya Lainnya Dalam memproduksi dodol juga diperlukan biaya lainnya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Adapun biaya yang dimaksud seperti tampak dalam tabel 5 berikut :
= 10
Tabel 5. Biaya Lainnya yang Dikeluarkan Produksi Dodol Keterangan
Per Bulan(Rp)
1
Biaya Listrik
70,000.00
2,333.00
2
Biaya Air Minyak Tanah (4lt/pr hari)
50,000.00
1,667.00
-
32,000.00
No
Per Hari (Rp)
=
Rp 26,160.70
=
Rp 26,161.00 (dibulatkan)
Dengan demikian harga pokok per Kg produksi dodol Ibu Izah (nama samaran) adalah Rp 26,161.00 PENUTUP
3
Jumlah
36,000.00
Sumber data: Primer diolah PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DODOL Berdasarkan uraian masing-masing unsur biaya produksi di atas dapatlah dihitung harga pokok produksi per hari produksi dodol Ibu Izah (nama samaran) seperti tampak pada tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Harga Pokok Produksi Untuk Dodol No 1 2 3 a b c
Unsur Harga Pokok Produksi Biaya Bahan Baku/Bahan langsung Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik (BOP) Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Perlengkapan Biaya Lainnya
10 Kg
Jumlah (Rp) 73,000.00 110,000.00
1,607.00 41,000.00 36,000.00
Total 261,607.00 Sumer data : Tabel 1,2,3,4 dan 5 di atas
a. Simpulan Berdasarkan hasil pembahaasan di atas maka, dapat disimpulkan bahwa: 1. Unsur biaya yang menentukan harga pokok produksi dodol Ibu Izah (nama samaran) adalah a). Biaya bahan baku/bahan langsung yang terdiri dari : biaya tepung ketan, gula pasir, kelapa, asam sitrat, vanili, garan, asam askorbat, buah ( nangka,sirsak), tranportasi pembelian bahan baku tersebut. b). Biaya tenaga kerja langsung yang berjumlah 5 orang tenaga kerja. c). Biaya overhead pabrik yang terdiri dari unsur 1). Biaya Penyusutan Peralatan yang digunakan dalam memproduksi dodol. 2). Biaya perlengkapan yang terdiri dari plastik pembungkus, mika, dan isi steples. 3). Biaya lainnya yang terdiri dari biaya listrik, air, dan minyak tanah. 2 Perhitungan harga pokok produksi terdiri dari penjumlahan 3 ( tiga) unsur/elemen biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 3 Harga pokok produksi dodol usaha rumahan Ibu Izah (nama samaran) per Kg adalah sebesar Rp 26,161.00 b. Saran •
Untuk melakukan perhitungan harga pokok produksi yang cermat dalam rangka penetapan harga pokok produksi dodol yang cermat sangat perlu memperhatikan dan
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012
60 Media Bina Ilmiah
•
menetapkan resep baku, karena resep baku akan menentukan perhitungan biaya bahan baku. Biaya tenaga yang mengolah bahan baku menjadi produk/barang jadi seyogianya diperhitungakan sebagai biaya tenaga kerja sekalipun dikerjakan oleh pemilik bersama anak dan saudarasuadaranya. Karena bila tidak meproduksi dodol sesungguhnya yang bersangkutan bisa bekrja di bidang lain yang tentunya juga akan memperoleh upah. Demikian juga dalam menentukan biaya overhead pabrik perlu ketelitian serta kejelian serta logika pikir yang jeli dengan memperhatikan secara cermat peralatan yang dipergunakan demikian bahan pembantu atau penolong serta biaya lainnya seperti air, listrik bahan bakar yang dikonsumsi untuk memproduksi dodol. Bila perusahaan ingin tetap mampu bersaing maka perlu dilakukan efisiensi dalam pembuatan dodol misalnya berusaha mendapatkan harga bahan baku dari penyalur dengan harga yang tepat, berkreasi dalam resep baku mungkin ada bahan yang bisa disubstitusi dengan harga yang lebih menguntungkan tentunya tanpa mengurangi kualitas dan cita rasa.
DAFTAR PUSTAKA Aliminsyah & Padji, 2005., Kamus Istilah Akuntansi Inggris-Indonesia IndonesiaInggris, Cetakan II, Bandung: CV Yrama Widya. Anonim., 2012. Usaha Rumahan Yang Menggiurkan : http://kerockan.blogspot.com /2011/02/usaha-rumahan-yangmenggiurkan.html / diakses tanggal 11 Mei 2012, Pukul 10.46 Wita Anonim,
2012., UMKM Primadona Ekonomi Indonesia : http://ekonomi.kompasiana.com/ bisnis/2011/02/08 / umkm- primadonaekonomi-indonesia/ Diakses Tanggal 11 Mei 2012, Pukul 12.05 Wita.
Anonim., 2012. 5 Manfaat Menjalankan Bisnis Rumahan: http://berbisnisrumahan.com/5manfaat-menjalankan-bisnisrumahan.html /diakses Tanggal 11 Mei 2012 Pukul 13.32 Wita
ISSN No. 1978-3787 Anonim,
2012., http://merahitam.com/metodepenelitian-jenis-dan-data.html/ Diakses Tanggal 16 Mei 2012 Pukul 10.06 Wita.
Bambang S. & Kartasapoetra G, 1993., Kalkulasi dan Pengendalian Biaya Produksi, Cetakan Kedua, Jakarta: PT Rineka Cipta. Ismaya Sujana, 2006., Kamus Akuntansi (Inggris – Indonesia, Indonesia – Inggris), Cetakan I, Bandung: CV Pustaka Grafika. Suharman Harry., 2009. Metode Studi Kasus Dalam Penelitian Akuntansi Manajemen, Badung: Center For Accounting Development Department of Accounting, Padjadjaran University. http://ppa.fe.unpad.ac.id/uploads/files/ wp-acc12.pdf/ Diakses tanggal 16 Mei 2012 Pukul 11.21 Wita. Saputrayadi
Adi., 2004. Strategi Pengembangan Industri Kecil Dodol Nangka di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Bogor, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. http://repository.ipb.ac.id/ bitstream/ handle/ 123456789/ 6888/2004asa.pdf? sequence=4 / Dikases Tanggal 16 Mei 2012 Pukul 13.59 Wita.
Mulyadi, 2005., Akuntansi Biaya, Edisi 5, Cetakan Ketujuh, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Mulyadi, 2009., Akuntansi Biaya, Edisi 5, Cetakan Ketujuh, Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Mursyidi, 2008., Akuntansi Biaya (Conventional Costing, Just In Time, dan ActivityBased Costing, Cetakan Pertama, Bandung: PT Refika Aditama. Prawironegoro Darsono, 2005., Akuntansi Manajemen, Cetakan pertama, Jakarta: Diadit Media. Sudayat Iskandar Ridwan, 2009., Akuntansi Biaya Berdasarkan Metode Harga Pokok Pesanan dan Metode Harga Pokok Proses. http://ridwaniskandar.files. wordpress.com/2009/05/32 -
_____________________________________ Volume 6, No. 4, Juni 2012
http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 61 ………………………………………………………………………………………………………… penggolongan-biaya.pdf, diakses tanggal 21Mei 2011, Pukul 11.16 Wita. Sutirman,
2012.,Usaha Rumahan: http://ukmkecil.com/usaha-rumahan /blog/ diakses tanggal 11 Mei 2012, pukul 10.28 Wita.
Sutirman., 2012 , Pemberdayaan Umkmmelalui Pusat Komunikasi Bisnis Berbasis Web (Suatu Gagasan) http:/ /www. scribd. com/doc/18592238/PemberdayaanUMKM-Melalui-Pusat-KomunikasiBerbasis-Web / Diakses Tanggal 11 Mei 2012, Pukul 13.10 Wita
Usry Matz, 1989., Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Jilid 1, Edisi Kedelapan, Jakarta: Penerbit Erlangga. Widjajatunggal Amin, 1993., Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama, Jakarta: PT Rineka Cipta. http://ukmkecil.com/usaha-rumahan/blog/) http://berbisnisrumahan. com/5 -manfaatmenjalankan-bisnis-rumahan.html http://malugada.com/kiat-menentukan-harga-jualsebagai-strategi-pengembanganpemasaran.html.
_____________________________________ http://www.lpsdimataram.com
Volume 6, No. 4, Juni 2012