ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation Dan Snowball Throwing Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran TIK Siswa Kelas X SMA Laboratorium Undiksha Putu Yuni Prema Santi1, Ketut Agustini2, Dewa Gede Hendra Divayana3 Jurusan Pendidikan Teknik Informatika Universitas Pendidikan Ganesha Email :
[email protected],
[email protected] 2,
[email protected] 3 Abstrak− Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui (1) perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation (GI), Snowball Throwing (ST) dan Konvensional, (2) motivasi siswa terhadap model pembelajaran Group Investigation (GI), Snowball Throwing (ST), dan Konvensional (3) respon siswa terhadap model pembelajaran Group Investigation (GI) dan Snowball Throwing (ST). Rancangan penelitian ini adalah Post Test Only With Nonequivalent Control Group Design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja yang berjumlah 204 siswa. Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah kelas X4 dengan jumlah 28 siswa, X5 dengan jumlah 28 siswa, dan X7 dengan jumlah 29 siswa. Kelas X5 digunakan sebagai eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran GI, kelas X7 digunakan sebagai eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran ST, dan kelas X4 digunakan sebagai kelas kontrol, menggunakan model pembelajaran konvensional. Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu (1) variabel bebas adalah model pembelajaran GI, ST, dan Konvensional (2) variabel terikat adalah hasil belajar siswa. Data hasil belajar siswa dianalisis melalui uji prasyarat dengan hasil ketiga kelompok berdistribusi normal dan homogen. Nilai rata-rata hasil belajar kelompok GI adalah 41.25, nilai ratarata kelompok ST adalah 37.44, dan nilai rata-rata kelompok konvensional adalah 33.00. Berdasarkan hasil analisis tersebut, ada perbedaan yang signifikan, rata-rata hasil belajar siswa antara penggunaan model pembelajaran GI, Model Pembelajaran ST, dan model pembelajaran konvensional, serta rata-rata hasil belajar TIK siswa antara pembelajaran GI lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran ST dan siswa yang menggunakan model pembelajaran Konvensional. Rata-rata motivasi siswa terhadap penggunaan model pembelajaran GI, ST dan Konvensional dapat dikatakan bernilai tinggi. Rata-rata respon siswa terhadap model pembelajaran GI dan ST dapat dikatakan bernilai positif.
Kata kunci : Studi Komparatif, model pembelajaran Group Investigation (GI), model pembelajaran Snowball Throwing (ST) , Motivasi dan Hasil Belajar Siswa. Abstract— The purpose of this study was to (1) difference of the student learning result use Group Investigation (GI) learning model, Snowball Throwing (ST) learning model and Konvensional learning model, (2) the student’s motivation to Group Investigation (GI) learning model, Snowball Throwing (ST) learning model and Konvensional learning model (3) the student’s responses to Group Investigation (GI) learning model and Snowball Throwing (ST) learning model . The study design was a "Post Test Only With Non-Equivalent Control Group Design". The population of this research is all students of class X SMA Laboratorium Undiksha total 204. The samples of this study were class X4 with the total of 28 students, class X5 with the total of 28 students and class X7 with the total of 29 students. Class X5 was the class experiment 1 using GI learning model , Class X7 was the class experiment 2 by using ST learning model and class X4 was the class experiment 3 by using conventionals learning model. There are 2 variables, such as (1) variable independen are GI learning model, ST learning model, and Konvensional learning model, (2)Variable dependen is student’s learning result. The students’ learning achievement were analyzed by the prerequisite test with the results of the three groups at normal distribution and homogenous. The average value of learning achievement GI group is 41.25, the average value of the results of group learning ST is 37.44 and the average value was 33.00 Conventional group. Based on the results of the analysis, there were significant differences significant average student learnin achievement between the use of learning model GI, Learning Model Problem ST and conventional learning models and the average results of ICT learning students between learning using learning model GI more better than students who use learning model ST and students who use conventional learning models. The average motivation of students to use learning model GI and ST can be
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Juni 2016 said to be of high value. The average response of students to use learning model Treffinger and Problem Based Learning (PBL) can be said to be positive. Keywords: Comparative Study, Group Investigation (GI) learning model, Snowball Throwing learning model, Motivation and student’s learning result.
I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia. Dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pembelajaran, dimana pembelajaran merupakan proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam kelas. Dalam proses pembelajaran peran guru sangat diperlukan, karena guru merupakan komponen yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap proses belajar dan keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran [1]. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP), TIK merupakan kelompok matapelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang menjadi salah satu matapelajaran wajib bagi siswa SMA atau sederajat. Namun tidak semua proses pembelajaran TIK dapat berhasil sesuai harapan, salah satu contohnya terjadi di SMA Laboratorium Undiksha. Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan saat melaksanakan program PPL Real dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi pada kelas X di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja, peneliti menemukan suatu permasalahan yaitu banyak siswa yang masih mengalami permasalahan dalam mempelajari mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Dimana masih banyak siswa kelas X nilainya belum tuntas atau dibawah rata-rata. Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja, kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran TIK masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang hanya berpusat kepada guru, banyak siswa yang mengantuk saat mendengarkan penjelasan dari guru, dan siswa lebih senang untuk memecahkan suatu permasalahan dan bertanya kepada temannya. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran konvensional tidak begitu efektif terlihat dari hasil belajar siswa yang masih rendah, hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya sehingga kemampuan berpikir kritis siswa kurang dapat berkembang dengan baik. Melihat permasalahan di atas, diperlukan satu alternatif untuk memecahkan permasalahan pada proses pembelajaran TIK tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang memiliki karakteristik sesuai dengan keinginan siswa. Model pembelajaran yang dipilih harus bisa mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran
Group Investigation dan Snowball Throwing. Model pembelajaran Group Investigation dan Snowball Throwing dipilih karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan keinginan siswa, yaitu siswa lebih suka belajar secara berkelompok dan siswa lebih suka berdiskusi daripada hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Menurut [2] pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif pada kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dan juga dapat memberikan motivasi siswa dalam belajar. Model pembelajaran Group Investigation adalah “salah satu bagian dari pembelajaran kooperatif yang dalam pelaksanaannya berpusat pada siswa (student centered learning) dimana siswa lebih banyak diberikan kebebasan untuk mendapatkan informasi dan mengelola kelompoknya sendiri sehingga mereka dapat melakukan investigasi terhadap persoalan yang diajukan” [3]. Model pembelajaran Snowball Throwing adalah jenis pembelajaaran kooperatif yang didesain seperti permainan melempar bola. untuk mengarahkan potensi peserta didik terhadap materi kelompok melalui suatu permainan yang memanfaatkan selembar kertas yang dibentuk seperti bola lalu dilemparkan ke siswa dengan cara membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Model pembelajaran Group Investigation dan Snowball Throwing memiliki beberapa persamaan yaitu (1) kedua model ini sama-sama diberikan tanggung jawab dalam kelompok, (2) sama-sama dituntut untuk lebih bisa tanggap dalam menerima dan menyampaika pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan kepada orang lain, (3) dan sama-sama berperan aktif dalam proses pembelajaran. Selain memiliki persamaan kedua model pembelajaran ini juga memiliki perbedaan yaitu terletak pada saat penyampaian materi, pada model pembelajaran Snowball Throwing topik disampaikan oleh guru hanya kepada ketua kelompok, dan ketua kelompok bertugas untuk menyampaikan kembali kepada temannya, sedangkan model pembelajaran Group Investigation guru menyampaikan langsung topik pembelajaran kepada seluruh siswa yang ada di dalam kelas. Persamaan dan perbedaan karakteristik model pembelajaran Group Investigation dan Snowball Throwing memungkinkan terjadi perbedaan motivasi belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa. Peneliti tertarik untuk membandingkan kedua model tersebut melalui studi komparatif atau studi perbandingan melalui penelitian yang berjudul “Studi Komparatif Penggunaan Model Pembelajaran Group Investigation dan Snowball Throwing Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran TIK Siswa Kelas X SMA Laboratorium Undiksha”.
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Juni 2016 II. KAJIAN TEORI A. Teori Belajar Pada penelitian ini menggunakan teori belajar konstruktivisme, karena kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Teori ini lebih menekankan pada sejauh mana keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, karena anak bukan lagi sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai subjek dalam pembelajaran. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat suatu keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mencari pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengaplikasikannya dalam semua situasi. Selain itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif dalam pembelajaran, mereka akan ingat lebih lama semua yang telah dipelajari. B. Model Pembelajaran Menurut Sudrajat (dalam [4]) model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal samapi akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Setiap model pembelajaran, selain ada tujuan dan asumsi juga harus memiliki lima unsur karakteristik model, yaitu sintakmatik, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring. Kelima unsur tersebut dijelaskan seperti berikut. 1. Sintakmatik, merupakan tahapan kegiatan dari suatu model pembelajaran. 2. Sistem Sosial, situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam masyarakat pebelajar. 3. Prinsip Reaksi, pola kegiatan yang mengGambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para pelajar, 4. Sitem Pendukung, segala sarana, bahan, dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan model. 5. Dampak Intsruksional, hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan dan Pengiring, hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses pembelajaran tanpa pengaruh langsung oleh guru. C. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Jurnal yang ditulis [5] Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran kooperatif siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk saling memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang maksimal. Dimana anggota kelompok kecil ini memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas
kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran, siswa dalam tim memberikan hasil pekerjaan masing-masing, siswa dalam tim mempelajari apa yang ditugaskan oleh guru sebagai hasil kerja mereka. D. Model Pembelajaran Group Investigation Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok tiga sampai lima orang siswa secara heterogen (Slavin, 2008: 218). Model pembelajaran ini menekankan ciri pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masing-masing siswa bekerja bersama-sama dalam kelompok dan bertanggung jawab terhadap teman kelompoknya dalam tim dan juga terhadap dirinya sendiri. Kelompok dapat dibentuk dengan pertimbangan keakraban persahabatan atau minat yang sama dalam topik tertentu. Model pembelajaran ini, diskusi kelompok merupakan komponen kegiatan yang paling penting karena sangat berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang terbaik dan bimbingan diberikan antar kelompok, sehingga seluruh anggota sebagai satu kesatuan dapat mencapai hasil terbaik, serta proses pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa dan guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator dan mediator. Adapun unsur-unsur pembelajaran dari model pembelajaran Group Investigation yaitu (1) langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation, (2) sistem sosial, (3) prinsip reaksi, (4) sistem pendukung, (5) dampak instruksional. Dan tahapan atau langkah-langkah model pembelajaran dari Group Investigation adalah (1) pembentukan kelompok, (2) merencanakan pembelajaran dan menjelaskan materi, (3) pemberian tugas, (4) Pembahasan materi, (5) menyampaiakn hasil pembahasan, (6) penyampaian tanggapan, (7) klarifikasi, dan (8) evaluasi dan penutup. E. Model Pembelajaran Snowball Throwing Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang mengandung unsur pembelajaran kooperatif untuk mengarahkan potensi peserta didik terhadap materi kelompok melalui suatu permainan yang memanfaatkan selembar kertas yang dibentuk seperti bola lalu dilemparkan ke siswa dengan cara membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Model pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Pembelajaran dengan model Snowball Throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan pertanyaannya dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola salju yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Model pembelajaran ini dikemas dalam sebuah
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Juni 2016 permainan yang bisa dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajari. Unsur-unsur pembelajaran dari model pembelajaran Snowball Throwing yaitu (1) langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing, (2) sistem sosial, (3) prinsip reaksi, (4) sistem pendukung, (5) dampak instruksional. Dan tahapan atau langkah-langkah model pembelajaran dari Snowball Throwing adalah (1) menyampaiakan tujuan pembelajaran dan materi, (2) pembentukan kelompok dan penjelasan materi, (3) penyampaian materi, (4) pemberian satu lembar kertas kerja, (5) membentuk bola, (6) menjawab pertanyaan, (7) evaluasi, (8) penutup. F. Motivasi Belajar Motivasi merupakan dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia, termasuk prilaku belajar. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan dan cita-cita [6]. Siswa pada dasarnya termotivasi untuk melakukan suatu aktivitas untuk dirinya sendiri karena ingin mendapatkan kesenangan dari pelajaran, atau merasa kebutuhannya terpenuhi. Ada juga siswa yang termotivasi melakukan belajar dalam rangka memperoleh penghargaan atau menghindari hukuman dari luar dirinya sendiri, seperti nilai, tanda penghargaan atau pujian dari guru. G. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan prilaku peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran selama kurun waktu tertentu yang relative menetap. Hasil belajar yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah keberhasilan dan ketercapaiannya pemahaman peserta didik terhadap materi yang diberikan pada saat pembelajaran di dalam kelas [7]. Hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh proses-proses seperti proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan serta pemanggilan untuk membangkitkan pesan dan pengalaman. Bila proses tersebut tidak baik, maka siswa akan memperoleh hasil belajar yang rendah. Selain itu faktor internal yang bersumber dari individu masing-masing siswa itu sendiri, dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan juga dapat mempengaruhi proses belajar yang dialami oleh siswa. III. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan metode angket. Metode test ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK. Dalam penelitian ini dilakukan test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang disebut dengan post-test. Metode angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuisioner yang digunakan untuk menghimpun data-data dengan menggunakan daftar pertanyaan dan pilihan
yang sudah disediakan oleh peneliti. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif akan dianalisis dengan analisis statistik inferensial untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan untuk pupolasi dimana sampel diambil. Kemudian data kualitatif dianalisis dengan memberi makna terhadap deskripsi data. uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas, serta uji hipotesis. Uji normalitas menggunakan analisis Chi-Square, Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F, sedangkan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan diterima atau ditolak. Pengujian hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini menggunakan uji Anova satu jalur dan uji pasangan menggunakan t-Scheffe. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Data nilai kelas Kelompok Group Investigation diperoleh dari data nilai posttes setelah diberi perlakuan model pembelajaran Group Investigation pada kelas X5 diperoleh data nilai tertinggi = 48 dan nilai terendah = 33. Data nilai kelas Kelompok Snowball Throwing diperoleh dari data nilai posttes setelah diberi perlakuan model pembelajaran Snowball Throwing pada kelas X7 diperoleh data nilai tertinggi = 47 dan nilai terendah = 32. Data nilai kelas Kelompok Konvensional diperoleh dari data nilai posttes setelah diberi perlakuan model pembelajaran Konvensional pada kelas X4 diperoleh data nilai tertinggi = 41 dan nilai terendah = 26. Pengujian normalitas data untuk hasil belajar siswa kelompok Group Investigation, kelompok Snowball Throwing dan kelompok Konvensional dilakukan untuk menguji apakah sebuah memiliki persebaran yang merata. Data yang digunakan dalam pengujian adalah nilai rata-rata siswa selama lima kali pertemuan pembelajaran, dimana hasil perhitungan pada kelas kelompok Group Investigation memperoleh 7.333, kelas kelompok Snowball Throwing memperoleh 5.366 sedangkan pada kelas kontrol memperoleh 6.293 dengan Xtabel sebesar 7,815. Karena Xhitung dari kedua kelas lebih kecil dari Xtabel maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data dari ketiga kelas tersebut normal. Uji homogenitas yang telah dilakukan diperoleh bahwa varians antara kelas kelompok Group Investigation dan kelompok Kontrol homogen, dimana diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,76 dengan Ftabel sebesar 1,93, karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa varians kelas homogen. Setelah diketahui bahwa sebaran data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan pengujian hipotesis menggunakan rumus Anova Satu Jalur dan uji pasangan tScheffe, dimana dari perhitungan tersebut memperoleh Fhitung sebesar 38.59 dengan Ftabel 3,11 dan 4.88, adapun rangkuman
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Juni 2016 dari Anova satu jalur dapat dilihat pada Tabel 1, dan hasil analisis ANOVA di SPSS 16.0 dilihat pada Tabel 2. Tabel 1 Rangkuman uji Hipotesis Menggunakan Rumus ANOVA satu jalur
Dalam Total
1014.422 1969.294
82 84
Fhitung
Signifi-kansi
38.593
.000
12.371
Karena Fhitung lebih besar dari Ftabel (38.59 > 3,11) , maka dapat diketahui bahwa Fhitung signifikan, maka Ha diterima dan H0 ditolak, ini artinya terdapat perbedaan yang signifikan penggunaan model pembelajaran Group Investigation dan model pembelajaran Snowball Throwing serta model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa. Karena Fhitung signifikan, maka harus dilanjutkan dengan uji pasangan dengan t-Scheffe. Hasil perhitungan dilakukan 3 kali uji t-Scheffe dengan uji pasangan 1 yaitu model Group Investigation dan Snowball Throwing dengan Fhitung sebesar 4,07 dengan Ftabel sebesar 4,02 maka hipotesis alternatif yang diajukan dapat diterima artinya terdapat perbedaan hasil belajar penggunaan model Group Investigation dan Snowball Throwing. Uji pasangan 2 yaitu model Group Investigation dan Konvensional dengan Fhitung sebesar 8,77 dengan Ftabel sebesar 4,02 maka hipotesis alternatif yang diajukan dapat diterima artinya terdapat perbedaan hasil belajar penggunaan model Treffinger dan Konvensional. Uji pasangan 3 yaitu model Snowball Throwing dan Konvensional dengan Fhitung sebesar 4.77 dengan Ftabel sebesar 4,02 maka hipotesis alternatif yang diajukan dapat diterima artinya terdapat perbedaan hasil belajar penggunaan model Snowball Throwing dan Konvensional, adapun rangkumanya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Rangkumana Analisis Menggunanakan Rumus t-Schffe f hit
f tabel
t 2-3
f tabel
4.7734217
4.02
Kesimpulan Signifikan
Selanjutnya untuk menentukan model pembelajaran yang lebih tinggi dilihat dari rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Uji Mean t-Scheffe Menggunakan SPSS 16.0 Taraf Kesukaran = 0.05% Model N 1 2 3 Konvensional 28 33.0000 Snowball 29 37.4483 Throwing
Tabel 2 Analisis ANOVA satu jalur di SPSS 16.0 ANOVA Derajat Rerata Sumber Jumlah Kebebas Jumlah Variasi Kuadrat -an Kuadrat Antara 954.872 2 477.436
f hit
Kesimpulan
t 1-2
4.0796104
4.02
Signifikan
t1-3
8.7763811
4.02
Signifikan
Group Investigation Sig
28
41.2500 1.000
1.000
1.000
Berdasarkan tabel rata-rata diatas, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen dengan model pembelajaran GI sebesar 41.25, kelas eksperimen dengan model pembelajaran ST sebesar 37.44, dan kelas kontrol dengan model pembelajaran Konvensional sebesar 33.00. dengan demikian dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar TIK pada kelompok GI lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ST dan Konvensional. Hasil analisis motivasi siswa terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran Group Investigation yang digunakan dikumpulkan melalui angket motivasi siswa, banyak siswa yang merespon tinggi. Kategori motivasi siswa kelompok eksperimen Group Investigation dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 1. Tabel 5 Kategori data motivasi Siswa Kelompok Eksperimen Group Investigation Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor Sangat X ≥ 84 Tinggi 0 0 84 > X ≥ Tinggi 68 16 57 68 > X ≥ Sedang 52 12 43 52 > X ≥ Rendah 36 0 0 Sangat X < 36 Rendah 0 0 Jumlah 28 100
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Juni 2016 yang merespon tinggi. Kategori motivasi siswa kelompok eksperimen Konvensional dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 3. Tabel
7
Interval Skor
Gambar 1 Histogram Motivasi siswa Group Investigation Hasil analisis motivasi siswa terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran Snowball Throwing yang digunakan dikumpulkan melalui angket motivasi siswa, banyak siswa yang merespon tinggi. Kategori motivasi siswa kelompok eksperimen Snowball Throwing dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 2.
X ≥ 84 84 > X ≥ 68 68 > X ≥ 52 52 > X ≥ 36
Kategori Data Konvensional
Motivasi
Kategori
Frekuensi
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat X < 36 Rendah Jumlah
Siswa
Kelompok
Persentase
0
0
16
57
12
43
0
0
0
0
28
100
Tabel 6 Kategori Motivasi Siswa Kelompok Eksperimen Snowball Throwing Interval Skor
84 > X ≥ 68
Kategori Sangat Tinggi Tinggi
68 > X ≥ 52
Sedang
12
41
52 > X ≥ 36
Rendah Sangat Rendah
0
0
0
0
29
100
X ≥ 84
X < 36 Jumlah
Frekuensi
Persentase
0
0
17
59
Gambar
3
Histogram Motivasi Konvensional
siswa
menggunakan
Sedangkan hasil analisis respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigationr dikumpulkan melalui angket respon, dan hasil yang telah didapatkan menyatakan bahwa banyak siswa yang merespon positif. Kategori respon siswa kelompok eksperimen Group Investigation dapat dilihat pada Tabel 8 dan Gambar 4.
Gambar 2 Histogram Motivasi siswa Snowball throwing Hasil analisis motivasi siswa terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran Konvensional yang digunakan dikumpulkan melalui angket motivasi siswa, banyak siswa
Tabel 8 Data Respon Siswa Kelompok Group Investigation Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor Sangat X ≥ 84 Positif 3 11 84 > X Positif ≥ 68 22 79 68 > X Cukup ≥ 52 Positif 3 11
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Juni 2016 Interval Skor 52 > X ≥ 36
Kategori
Kurang Positif Sangat Kurang X < 36 Positif Jumlah
Frekuensi
Persentase
0
0
0
0
28
100
Gambar 5 Histogram respon Siswa Kelompok Snowball Throwing V.
Gambar 4 Histogram Siswa Kelompok Group Investigation Hasil analisis respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing dikumpulkan melalui angket respon yang mana respon siswa termasuk dalam kategori sangat positif. Kategori respon siswa kelompok eksperimen Snowball Throwing dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 5. Tabel 9 Kategori respon data Siswa Snowball Throwing Interval Kategori Frekuensi Persentase Skor X ≥ 84 Sangat Positif 2 7 84 > X Positif ≥ 68 20 69 68 > X Cukup Positif ≥ 52 6 21 52 > X Kurang ≥ 36 Positif 1 3 Sangat X < 36 Kurang 0 0 Positif Jumlah 29 100
PEMBAHASAN
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor ektern yang berupa peran metode ataupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Group Investigation, Snowball Throwing, dan Konvensional, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar TIK siswa kelas X SMA Laboratorium Undiksha Singaraja. Anggota populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Laboratorium Undiksha. Pemilihan sampel sejumlah tujuh kelas yang akan digunakan untuk dilakukan uji kesetaraan, setelah ketujuh kelas tersebut dinyatakan setara, kemudian dipilih 3 kelas dengan nilai rata-rata kelas paling rendah yang akan dijadikan kelas penelitian, kemudian terpilih kelas X4, X5, dan X7. Maka selanjutnya akan dilakukan teknik simple random sampling untuk menentukan kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen I, kelas eksperimen II, maupun kelas kontrol. Hasil pengundian tersebut didapatkan kelas X5 sebagai kelas eksperimen I dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation, kelas X7 sebagai kelas eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing, dan kelas X4 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. .Setelah diberikan perlakuan terhadap tiga kelas dengan model pembelajaran yang berbeda, didapatkan data hasil belajar siswa antara kelompok Group Investigation, Snowball Throwing dan Konvensional. Data hasil belajar siswa selanjutnya dihitung untuk mencari normalitas data, homogenitas varians, uji hipotesis menggunakan Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16.0, yang mana hasil yang didapat dari kedua cara perhitungan ini tidak jauh berbeda. Ketiga data ini
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Juni 2016 baik kelompok eksperimen dan kontrol memiliki data yang normal dan homogen. Perhitungan uji hipotesis dengan ANOVA satu jalur menggunakan Microsoft Excell 2007, dengan taraf 5% diperoleh Fhitung = 38.593134 dan Ftabel untuk 5% = 3.11 dan 1% = 4.88. Karena Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sedangkan analisis ANOVA satu jalur dengan SPSS mendapatkan hasil 38.593 dengan probabilitas (sig.) = 0.000, karena probabilitas (sig.) = 0.000 < 0.05 maka diputuskan H0 ditolak dan Ha diterima, yang dimana terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation dengan model pembelajaran Snowball Throwing dan Konvensional, setelah melaukuan ANOVA satu jalur, dilanjutkan dengan uji pasangan t-Scheffe dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dengan taraf signifikan 5% diperoleh Fhitung > Ftabel = 4.02, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Analisis uji t-Scheffe untuk semua pasangan kelompok sampel penelitian hasilnya menunjukkan signifikan. Selanjutnya di ketahui nilai rata-rata dari masing-masing kelompok adalah rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen Group Investigation adalah 41.25, rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen Snowball Throwing adalah 37.44, dan rata-rata hasil belajar kelompok kontrol adalah 33. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen Group Investigation lebih besar dari kelompok eksperimen Snowball Throwing dan kelompok kontrol, serta pada uji t-scheffe semua pasangan kelompok sampel hasilnya signifikan, maka dapat diputuskan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya hasil belajar siswa kelompok eksperimen Group Investigation lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Snowball Throwing. Tahap-tahap yang dilalui siswa dalam proses pembelajaran menggunakan kedua model pembelajaran tersebut, dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Group Investigation yang diterapkan pada kelas eksperimen 1 diawali dengan pembentukan kelompok yang dibentuk oleh guru, dimana kelompok tersebut dibagi menjadi kelompok yang heterogen, kemudian guru merencanakan pembelajaran dan menjelaskan materi, kemudian siswa bersama kelompoknya diberikan tugas atau permasalahan untuk dikerjakan secara bersama, kemudian siswa bersama kelompoknya membuat tugas atau permasalahn, setelah salah satu anggota kelompok sebagai perwakilan maju kedepan kelas untuk menyampaiakan hasil pembahasan yang telah dibuat, jika ada kelompok lain ingin menanggapi, maka guru akan memberikan kesempatan, kemudian guru akan mengklarifikasi jika ada kesalahan. Sedangkan pada kelompok Snowball Throwing guru membentuk kelompok, kemudian guru akan memanggil masing-masing ketua kelompok maju kedepan untuk mendengarkan penjelasan dari guru, setelah itu, ketua kelompok kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan materi yang telah dijelaskan oleh guru kepada
teman kelompoknya, guru akan memberikan selembar kertas kepada siswa yang ingin bertanya, siswa menuliskan pertanyaan pada kertas yang diberikan, kemudian kertas tersebut dibentuk seperti bola, dan dilemparkan kepada siswa yang ingin ditanya, siswa yang mendapat bola tersebut akan menjawab pertanyaan. Setiap akhir pertemuan guru memberikan tugas rumah yang harus dikerjakan sebagai evaluasi yang harus dikumpulkan pada pertemuan berikutnya dan siswa menyimpulkan pembelajaran. Berdasarkan analisis angket motivasi dari hasil penelitian diperoleh bahwa motivasi siswa kelompok eksperimen I dengan model pembelajaran Group Investigation mencapai kategori tinggi dalam mengikuti pembelajaran dikelas dengan persentase sebanyak 89%, kategori sedang dengan persentase 11%, siswa kelas eksperimen I angket yang memberikan motivasi menjadi tinggi adalah memahami materi pelajaran tentu sangat penting bagi saya, karena dengan angket tersebut, memberikan motivasi kepada siswa didalam mengikuti pelajaran, selain itu, siswa juga akan menjadi lebih serius dalam mendengarkan penjelasan dan mengerjakan permasalahn yang diberikan. Pada kelas eksperimen II dengan model pembelajaran Snowball Throwing mencapai kategori tinggi dalam mengikuti pembelajaran dikelas dengan persentase sebanyak 59%, kategori sedang dengan persentase 41%, siswa kelas eksperimen II angket yang memberikan motivasi tinggi adalah saya memikirkan konsekuensi gagal ketika mengerjakan tes, karena dengan angket tersebut siswa memiliki semangat didalam mengerjakan permasalahan yang diberikan. Pada kelas kontrol dengan model pembelajaran Konvensional mencapai kategori tinggi dengan persentase 57%, kategori sedang dengan persentase 43%, pada kelas kontrol ini, angket yang memberikan motivasi tinggi adalah jika saya belajar dengan cara yang tepat, maka saya akan dapat memahami materi pelajaran, karena dengan angket motivasi tersebut, siswa serius didalam mengikuti proses pembelajaran didalam kelas, dan mereka tidak akan belajar hanya isaat ada ulangan saja. Hasil analisis respon siswa kelompok eksperimen I menunjukkan hasil respon yang sangat positif terhadap model pembelajaran Group Investigation dengan persentase sebanyak 3 siswa (11%), sebanyak 22 siswa (79%) merespon positif, sebanyak 3 siswa (11%) merespon cukup positif. Sedangkan pada eksperimen II dengan model pembelajaran Snowball Throwing yang menunjukkan hasil sangat positif sebanyak 2 siswa (7%), sebanyak 20 siswa (69%) merespon positif, sebanyak 6 siswa (21%) merespon cukup positif, dan sebanyak 1 siswa (3%) merespon kurang positif. Secara keseluruhan penemuan yang diperoleh baik dari analisis deskriptif maupun hasil uji hipotesis dapat diambil kesimpulan bahwa kelompok eksperimen Group Investigation lebih baik digunakan daripada model pembelajaran eksperimen
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Juni 2016 Snowball Throwing dan kelompok kontrol, hal ini dikarenakan beberapa faktor yaitu (1) saat mendengarkan penjelasan materi dari ketua kelompok, tidak semua anggota kelompok mendengarkan dengan baik pada kelompok Snowball Throwing, (2) saat guru menjelaskan materi kepada ketua kelompok, anggota siswa lain banyak yang sibuk dengan urusannya sendiri, (3) saat guru memberikan tugas, kelompok Group Investigation lebih antusias untuk mengumpulkan tugas dibandingkan dengan kelompok Snowball Throwing. Sehingga dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation yang diterapkan selama proses pembelajaran memberikan pengaruh yang positif dalam hasil belajar, hal ini sejalan dengan teori Bruner mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran Group Investigation, peserta didik harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya, serta memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual peserta didik, merangsang keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh [8] menyatakan bahwa model pembelajaran Group Investigation memang lebih baik, dilihat dari hasil belajar siswa yang dilakukan dalam penelitian ini, hal ini sejalan dengan pendapat Eggen dan Kauchak (dalam Harisantoso, 2005:3) [9], siswa dengan model pembelajaran Group Investigation lebih aktif melakukan investigasi terhadap suatu permasalahan, sebab Group Investigation memfokuskan pada investigasi terhadap suatu permasalahan. Group Investigation menyediakan kesempatan kepada siswa untuk membentuk atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan bermakna bersama kelompok. Group Investigation efektif dalam membentuk siswa untuk bekerjasama dalam kelompok dengan latar belakang berbeda (misalnya kemampuan, gender, dan etnis). Persamaan dan perbedaan karakteristik yang dimiliki model Group Investigation dan Snowball Throwing tidak memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap hasil belajar yang dicapai siswa setelah penerapan kedua model. Karena pada intinya, baik model pembelajaran Group Investigation dan Snowball Throwing keduanya telah mengubah konsep pembelajaran dari teacher centered learning menjadi student centered learning. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi melainkan guru berperan sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing bagi siswa. Peran siswa dalam proses pembelajaran adalah berusaha aktif untuk mengembangkan dirinya dibawah bimbingan guru. VI. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran
Group Investigation, Snowball Throwing dan Konvensional. Penerapan model pembelajaran Group Investigation pada kelas ekperimen 1 memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Snowball Throwing dan Konvensional. 2. Hasil analisis motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen Group Investigation memiliki sebaran skor yaitu kategori Tinggi 84 > X ≥ 68 sebanyak 25 orang, Sedang 68 > X ≥ 52 sebanyak 3 orang dan secara keseluruhan skor motivasi siswa diperoleh rata-rata sebesar 73.750 dan termasuk kategori Tinggi. Hasil analisis motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen Snowball Throwing memiliki sebaran skor yaitu kategori Tinggi 84 > X ≥ 68 sebanyak 17 orang, Sedang 68 > X ≥ 52 sebanyak 12 orang dan secara keseluruhan skor motivasi siswa diperoleh rata-rata sebesar 70.034 dan termasuk kategori Tinggi. Hasil analisis motivasi belajar siswa pada kelas kontrol memiliki sebaran skor yaitu kategori Tinggi 84 > X ≥ 68 sebanyak 16 orang, Sedang 68 > X ≥ 52 sebanyak 12 orang dan secara keseluruhan skor motivasi siswa diperoleh rata-rata sebesar 77,571 dan termasuk kategori Tinggi. 3. Hasil analisis respon siswa pada kelas eksperimen Group Investigation memiliki sebaran skor yaitu kategori Sangat Positif X ≥ 84 sebanyak 3 orang, Positif 84 > X ≥ 68 sebanyak 22 orang, Cukup Positif 68 > X ≥ 52 sebanyak 3 orang dan secara keseluruhan skor respon siswa diperoleh rata-rata sebesar 73.500 dan termasuk kategori Positif. Sedangkan hasil analisis respon siswa pada kelas eksperimen Snowball Throwing memiliki sebaran skor yaitu kategori Sangat Positif X ≥ 84 sebanyak 2 orang, Positif 84 > X ≥ 68 sebanyak 20 orang, Cukup Positif 68 > X ≥ 52 sebanyak 6 orang, Kurang Positif 52 > X ≥ 36 sebanyak 1 dan secara keseluruhan skor respon siswa diperoleh rata-rata sebesar 72.379 dan termasuk kategori Positif. Saran 1. Dengan melihat hasil penelitian ini, diharapkan kepada peneliti yang bergerak dibidang pendidikan khususnya para guru dalam menerapkan model pembelajaran kepada siswa agar memperhatikan kondisi siswa di kelas. Tidak semua model pembelajaran yang ada mampu meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih baik daripada model pembelajaran Snowball Throwing. 2. Penelitian ini hanya membandingkan 2 model pembelajaran kooperatif dengan pembanding motivasi dan hasil belajar. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk mencoba membandingkan model-model pembelajaran lainnya ataupun membandingkan model pembelajaran kooperatif dengan tipe yang berbeda dan menggunakan pembanding yang bervariasi selain hasil belajar siswa.
ISSN 2252-9063 Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 5, Nomor 2, Juni 2016 3. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada pokok bahasan Microsoft Word 2007, sehingga dapat dikatakan bahwa hasil-hasil penelitian hanya terbatas pada materi tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan hasil yang berbeda pada pokok bahasan lainnya. Peneliti menyerahkan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahsan yang lebih beragam. REFERENCES [1] Suyanto. (2009). Menjadi guru Profesional Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Erlangga [2]
Ristu Haiban Hirzi. (2015). Penerapan Model Pembelajan Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Pembelajaran Segiempat Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa SMPN 1 Lingsar Kelas VII-1 Tahun Pelajaran 2012/2013. J.Pijar MIPA, Vol. X No. 1 , 44.
[3]
Lina Budi C. (2013). Pengaruh Metode Pembelajaran Group Investigation Dan Minat Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Struktur Atom Dan SIstem Periodik Kelas XI SMAN 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 , 15.
[4]
Widyawati. (2010). Makalah Stategi Pembelajaran. PADANG: UNPADANG.
[5]
Manurung, I. W. (2013). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Head Together (NHT) dan Leraning Together (LT) dengan Melihat kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi tata nama senyawa kimia kelas X SMA Ni 2 Karanganyar th 2012/2013. Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 4 , 2526.
[6] Damyanti dan Moedjiono. (2002). Belajar dan pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. [7]
Sudjana N., Ibrahim. (2005). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
[8]
Sani, N. I. (2015). EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
TIPE GROUP. Jurnal Pendidikan Fisika , 41, 47. [9]
Harisantoso, John. 2005. Pendekatan kooperatif model group investigation suatu analisis pengantar. Edusaintek. Vol 1, No 1, P 1-8.
.