JURNAL FORUM KESEHATAN Journal Of Health Forum
ISSN : 2087-9105
Faktor-Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Ester Inung Sylvia, Gad Datak, Santhy K. Samuel ......................................................
1
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Pola Laktasi Pada Bayi POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
Baru Lahir Sampai Umur 6 Bulan Di Telang Siung Kecamatan Paju Epat Kabupaten Barito Timur Berthiana ........................................................................................................................
8
Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Noorhani Machdat, Oktaviani, Riyanti .........................................................................
16
Efektifitas Perubahan Posisi Tidur Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Stroke Iskemik Akut di Ruang H Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Gad Datak, Ester Inung Sylvia, Missesa .......................................................................
21
Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Barto Mansyah, Nita Theresia, Fety Rahmawati .........................................................
27
Faktor Determinan Hipertensi di Kasongan Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah Santhy K. Samuel, Vissia Didin, Aida ........................................................................... Volume II Nomor 3, Pebruari 2011
ISSN : 2087 - 9105
40
Tinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa Kiham Batang, Kabupaten Katingan Vissia Didin, Marselinus Heriteluna, Natalansyah ......................................................
50
ISSN : 2087-9105
Volume II Nomor 3, Pebruari 2011
TIM REDAKSI Penanggung Jawab
: Santhy K. Samuel, S.Pd, M.Kes (Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya) : Pudir I Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Pelindung
Pudir II Poltekkes Kemenkes Palangka Raya Pudir III Poltekkes Kemenkes Palangka Raya Kepala Unit PPM Poltekkes Kemenkes Palangka Raya. Ketua Penyunting
: Iis Wahyuningsih, S.Sos.
Penyunting Ahli
: DR.Djenta Saha, S.Kp, MARS Visia Didin Ardiyani, SKM, MKM Prof. Diana Brown
Penyunting Pelaksana
: Marselinus Heriteluna, S.Kp, MA Erma Nurjanah Widiastuti, SKM
Pelaksana TU
: Arizal, A.Md Daniel, A.Md.Kom
Alamat Redaksi : Unit Perpustakaan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya Jalan George Obos No. 32 Palangka Raya 73111- Kalimantan Tengah Telepon/Fax : 0536 - 3230730 Email
:
[email protected],
Website : forumkesehatanpky.blog.com Terbit 2 (dua) kali setahun.
ISSN : 2087-9105
PENGANTAR REDAKSI Salah satu tugas utama dari lembaga pendidikan tinggi sebagaimana tercantum dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah melaksanakan penelitian. Agar hasil-hasil penelitian dan karya ilmiah lainnya yang telah dilakukan oleh civitas akademika Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya lebih bermanfaat dan dapat dibaca oleh masyarakat, maka diperlukan suatu media publikasi yang resmi dan berkesinambungan. FORUM KESEHATAN merupakan Jurnal Ilmiah sebagai Media Informasi yang menyajikan kajian hasil-hasil penelitian, gagasan dan opini serta komunikasi singkat maupun informasi lainnya dalam bidang ilmu khususnya keperawatan, kebidanan, gizi, dan umumnya bidang ilmu yang berhubungan dengan kesehatan. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya berkat bimbingan dan petunjuk-Nyalah upaya untuk mewujudkan media publikasi ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya yang diberi nama FORUM KESEHATAN volume kedua ini dapat terlaksana. Dengan tekat yang kuat dan kokoh, kami akan terus lebih memacu diri untuk senantiasa meningkatkan kualitas tulisan yang akan muncul pada penerbitan – penerbitan selanjutnya. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya sebagai Penanggung Jawab serta Dewan Pembina yang telah memberikan kepercayaan dan petunjuk kepada redaktur hingga terbitnya FORUM KESEHATAN Volume II Nomor 3 ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Dewan Redaksi yang telah meluangkan waktunya untuk mengkaji kelayakan beberapa naskah hasil penelitian/karya ilmiah yang telah disampaikan kepada redaksi. Kepada para penulis yang telah menyampaikan naskah tulisannya disampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan selalu diharapkan partisipasinya untuk mengirimkan naskah tulisannya secara berkala dan berkesinambungan demi lancarnya penerbitan FORUM KESEHATAN ini selanjutnya. Akhirnya, semoga artikel-artikel yang dimuat dalam FORUM KESEHATAN Volume II Nomor 3 ini dapat menambah wawasan dan memberikan pencerahan bagai lentera yang tak kunjung padam. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan penerbitan selanjutnya. Tim Redaksi
ISSN : 2087-9105
DAFTAR ISI Hal. Faktor-Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Ester Inung Sylvia, Gad Datak, Santhy K. Samuel ............................................................ 1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Pola Laktasi Pada Bayi Baru Lahir Sampai Umur 6 Bulan Di Telang Siung Kecamatan Paju Epat Kabupaten Barito Timur Berthiana .............................................................................................................................. 8 Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Ruang Bersalin Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Noorhani Machdat, Oktaviani, Riyanti ............................................................................... 16 Efektifitas Perubahan Posisi Tidur Terhadap Saturasi Oksigen Pasien Stroke Iskemik Akut Di Ruang H Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Gad Datak, Ester Inung Sylvia, Missesa ............................................................................. 21 Gambaran Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Barto Mansyah, Nita Theresia, Fety Rahmawati ............................................................... 27 Faktor Determinan Hipertensi di Kasongan Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah Santhy K. Samuel, Vissia Didin, Aida ................................................................................. 40 Tinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa Kiham Batang, Kabupaten Katingan Vissia Didin, Marselinus Heriteluna, Natalansyah ............................................................ 50
Volume II Nomor 3, Pebruari 2011
FAKTOR-FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
Ester Inung Sylvia, Gad Datak, Santhy K. Samuel Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya Jalan George No.30 Palangka Raya, Kalimantan Tengah
Abstract : WHO told about prevalence of Diabetes Mellitus will be increasing in the world. The incidence will be increasing in number for about two times in 2030. Based on the pattern of population is predictable that in 2020 incidence of prevalence Diabetes Mellitus to increase about 8,2 million of people (Diabetes Atlas 2000 in Suyono, et al.2007). The number of Diabetes Mellitus patient in Central Kalimantan based on medical record of Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Hospital, in 2007 until 2009 to increase from 375 cases in 2007, 417 cases in 2008 and 514 cases in 2009. 74% until 80% Diabetes Mellitus cases in 2007-2008 is occure at over age 45 years. The increasing of incidence Diabetes Mellitus are depends on from the factors that influence this cases, in risk factors that can modifyed or can’t modifyed. The objective of research: to proof that risk factors that can modifyed or can’t modifyed are risk factors incidence of type 2 Diabetes Mellitus. Method of research: the analytical observation of research with case control or restrospective research. Population of this research is consist of type 2 Diabetes Mellitus and non type 2 Diabetes Mellitus that take care in the ward or outpatient depts in Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Hospital. The number of samples in this research are 76 people, consist of 38 respondents as case and 38 respondents as control. Results of research: the risk factors that can modifyed that proven have an opportunity to occur type 2 Diabetes Mellitus are age (p=0.038, OR=4.753; 95% CI=2.04-14.97), blood pressure (p=0.022, OR=3.297; 95% CI=1.288-8.444), cholesterol (p=0.000, OR=16.43; 95% CI=4.76-56.14), triglycerida (p=0.008, OR=4.429; 95% CI=1.569-12.502), smoking habit p=0.000, OR=25.5; 95% CI=3.581-181.607). Conclusion: The risk factors that proven have an opportunity to occur type 2 Diabetes Mellitus are age, obesity, blood pressure, cholesterol, triglycerida, and smoking habit. Key Words: Type 2 Diabetes Mellitus, Risk Factors.
Pendahuluan
(tidak tergantung insulin)2 (Ignativicius, 1999).
Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok
Kurang
penyakit metabolik yang ditandai dengan
mengalami DM tipe 1 dan selebihnya sekitar
hiperglikemia
90% hingga 95% dari seluruh pasien diabetes
karena
adanya
gangguan
lebih
5%
hingga
10%
pasien
adalah DM tipe 2 3.
metabolismee karbohidrat, lemak, dan protein dari defek sekresi insulin, gangguan kerja
Organisasi
insulin atau keduanya1. Diabetes Melitus
Kesehatan
Dunia
(WHO)
menyatakan bahwa prevalenssi DM di dunia
mempunyai dua tipe utama, yaitu DM tipe 1
semakin
(tergantung insulin), dan DM tipe 2
meningkat.
Awal
tahun
2006
sedikitnya 171 juta orang mengalami diabetes. Insiden akan meningkat dua kali lipat pada 1
tahun 2030. Di Indonesia, pada tahun 2000-an,
dapat diubah atau dihindari agar tidak terjadi
penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah
DM. Namun adapula faktor risiko yang tidak
125 juta jiwa. Jika prevalensi kejadian DM
dapat dirubah seperti usia dan genetik. Faktor-
4.6%, maka jumlah pasien DM 5.6 juta jiwa.
faktor risiko terutama yang dapat dirubah bila
Berdasarkan
tidak diatasi akan berdampak pada komplikasi
pola
pertambahan
penduduk
seperti ini, diperkirakan awal tahun
2020
DM dan menyebabkan gangguan organ tubuh
jumlah penduduk Indonesia yang berusia diatas
yang lain.
20 tahun sekitar 178 juta jiwa dan diasumsikan akan terjadi kenaikan prevalensi kejadian DM
Kasus DM dibandingkan dengan non DM
sekitar 8.2 juta jiwa4,5.
mempunyai kecenderungan 2 kali lebih besar untuk terjadinya thrombosis serebral dan
Jumlah penderita DM di Kalimantan Tengah
jantung koroner, 17 kali lebih besar untuk
belum peneliti dapatkan secara spesifik, namun
terjadinya gagal ginjal dan 50 kali untuk kasus
berdasarkan catatan medik dari
ulkus diabetes.
RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya, tahun 2007 hingga 2009 jumlah pasien DM meningkat
Melihat lebih besarnya kemungkinan gangguan
dari 375 kasus tahun 2007, 417 kasus tahun
organ tubuh makan peneliti iningi melakukan
2008 dan 514 kasus tahun 2009. Tujuh puluh
penelitian
empat persen (74%) hingga 80% kasus DM
terjadinya diabetes mellitus tipe 2.
tentang
faktor-faktor
risiko
tahun 2007-2008 terjadi pada usia diatas 45 tahun sedangkan tahun 2009 sekitar 42% dan
Metode
angka yang cukup tinggi sebanyak 36% terjadi
Penelitian
pada rentang usia 25-44 tahun6.
epidemiologi
ini
merupakan analitik
dimana
penelitian untuk
membuktikan bahwa faktor risiko baik yang Meningkatnya terlepas
kejadian DM tidak
merupakan faktor risiko kejadian DMT2.
mempengaruhi timbulnya kasus ini. Faktor-
Desain yang digunakan pada penelitian ini
faktor risiko tersebut meliputi faktor yang dapat
adalah kasus-kontrol atau disebut dengan
dirubah (dimodifikasi) dan yang tidak dapat
retrospektif.
Berat
faktor-faktor
badan
lebih
yang
dapat diubah maupun tidak dapat diubah
turut
dirubah.
dari
angka
(obesitas),
hipertensi, dislipedia dan trigleserida yang
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
tinggi, aktifitas kurang,dan pola hidup yang
pasien DMT2 dan bukan DMT2 yang dirawat
tidak baik merupakan faktor risiko DM yang
inap maupun rawat jalan di RSUD dr. Doris
2
teknik
Umur ≥ 45 tahun terbukti berpeluang untuk
penarikan sampel yang digunakan adalah
terjadinya DMT2 dengan nilai p= 0.038. Risiko
purposive sampling. Besar sampel didapatkan
untuk terjadinya DM bagi individu yang
dari
dengan
berumur ≥ 45 tahun sebesar 4.75 kali
penelitian
dibandingkan dengan yang berumur < 45
Sylvanus
Palangka
rumus
variabel
Raya
pengambilan
berpasangan7.
dengan
sampel
Sampel
dikelompokkan menjadi:
tahun. Hasil ini sesuai dengan pernyataan
a.
Kasus yaitu pasien penderita DMT2 yang
Goldberg dan Coon (2006) bahwa umur sangat
di rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam
erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan
RSUD Doris Sylvanus Palangka Raya.
kadar
Kontrol yaitu penderita selain DMT2 yang
meningkat usia maka prevalensi diabetes
dirawat inap di ruang H, B, NCC RSUD
semakin tinggi8. Komponen tubuh yang dapat
Doris Sylvanus Palangka Raya.
mengalami perubahan adalah sel beta pankreas
b.
glukosa
darah,
sehingga
semakin
yang menghasilkan hormone insulin, sel-sel Hasil Dan Pembahasan
jaringan target yang menghasilkan glukosa,
Penelitian dilaksanakan dari minggu ke-2 bulan
sistem
Oktober sampai dengan minggu ke-2 bulan
mempengaruhi
Desember 2010.
Jumlah sampel penelitian
menyebutkan bahwa setelah usia 30 tahun,
sebanyak tigapuluh pasien, limabelas pasien
maka kadar glukosa darah akan naik 1-2
sebagai kelompok intervensi dan limabelas
mg/dL/ tahun pada saat puasa dan akan naik
pasien sebagai kelompok intervensi. Hasil dan
5,6-13 mg/dL pada 2 jam setelah makan8.
pembahasan penelitian sebagai berikut :
Hal ini seusuai juga dengan hasil penelitian
saraf,
dan kadar
hormon
lain
glukosa.
yang WHO
dari Cuasay, et al (2000) bahwa umur 45-54 a. Faktor yang Tidak Dapat Dimodifikasi
tahun berpengaruh terhadap kejadian DMT2 di Houston Texas dengan OR= 6,59. Sedangkan
Tabel 1. Analisis Faktor Yang Tidak Dimodifikasi Dengan Kejadian DMT 2
Variabel Umur < 45 tahun ≥ 45 tahun Riwayat Keluarga DM Ya Tidak
Kontrol N=3 % 8
Kasus N=3 % 8
penelitian di Indonesia sendiri umumnya paling
OR (95% CI)
P Value
11 27
78,6 43,5
3 35
21,4 56,5
4.753 (1.206-18.738)
0,038
18 20
41.9 60.6
25 13
58.1 39.4
0.468 (0.186-1.18)
0.165
sering pada usia 40-60 tahun. PERKENI juga merumuskan bahwa individu yang berusia lebih dari 45 tahun berisiko untuk terjadinya DMT2. Sedangkan faktor genetik merupakan faktor penting pada DM. Kelainan yang diturunkan dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali
3
dan menyebarkan rangsang sekretoris insulin.
Obesitas
Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu
mempunyai peluang untuk terjadinya DMT2
tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang
dengan nilai p= 0.001 . Risiko untuk terjadinya
dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta
DMT2 5.52 kali lebih besar pada responden
pankreas10. Siperstein dalam Waspadji (2007)
dengan obesitas daripada yang tidak obesitas.
menyatakan dalam penelitiannya pada pasien
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Ilyas
DM didapatkan 90% memiliki kelainan pada
(2006) bahwa obesitas merupakan faktor utama
membran basal otot dan kelainan serupa
penyebab timbulnya DMT212. Lebih lanjut
didapatkan pada 53% orang non DM yang
Soegondo
kedua orangtuanya mengidap DM. Namun
menyebabkan
tampaknya
tidak
terhadap peningkatan glukosa darah berkurang,
menunjukkan adanya hubungan antara riwayat
selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh
keluarga dengan DMT2 dengan kejadian
tubuh termasuk di otot berkurang jumlah dan
hasil
penelitian
ini
11
DMT2 dimana nilai p= 0, 165 (OR 0.165) .
dalam
(2007)
keaktifannya
penelitian
ini
menyatakan
respons
(kurang
sel
beta
sensitif)
terbukti
obesitas pancreas
sehingga
keberadaan insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan13.
b. Faktor Yang Dapat Dimodifikasi Tabel 2. Analisis Faktor Yang Dimodifikasi Dengan Kejadian DMT 2 Variabel Status Nutrisi Normal Obesitas
Kontrol
Kasus
Tingginya kadar trigleserida pada penelitian ini
OR
P
terbukti berpeluang untuk terjadinya DMT2 dengan nilai p= 0.008. Risiko untuk terjadinya
N=38
%
N=38
%
(95% CI)
Value
24 14
72. 7 32. 6
9 29
27.3 67.4
5.52 (2.0414.97)
0.001
64. 9 35. 9
13 25
62. 0 26. 9
19 19
63. 2 45. 6
7 31
Tekanan Darah < 140/ 90 mmHg 140/90 mm Hg
24 14
Kadar Trigleserida < 165 mg/dL 165 mg/ dL
31 7
35.1 64.1
3.297 (1.288.44)
DMT2 4.429 kali lebih besar pada responden yang mempunyai kadar trigleserida ≥ 165 mg/dL dibandingkan responden dengan kadar
0.022
trigleserida < 165 mg/dL. Hal ini didukung dari beberapa sumber yang mengatakan bahwa pada
Kebiasaan Latihan 3 x/mg, ≥30 mnt < 3x/mg, <30 mnt
12 26
Kebiasaan Merokok < 12 batang 12 batang
N=12 9 3
81. 8 15. 0
N=19 2 17
38.0 73.1
36.8 54.4
18.2 85.0
4.429 (1.5612.50)
individu yang mengarah pada resistensi insulin
0.008
akan mengalami kelainan profil lipid serum
2.044 (0.705.94)
0.289
25.5 (3.58 181.6)
0.000
yang khas, yaitu kadar trigleserida yang tinggi. Pada keadaan resistensi insulin, hormone sensitive lipase di jaringan adipose menjadi aktif sehingga lipolisis trigleserida di jaringan adipose semakin meningkat. Kondisi akan menghasilkan asam lemak yang berlebihan.
4
Asam lemak bebas akan memasuki aliran darah
DMT2
lebih
tinggi
bagi
dan dibawa ke hari untuk pembentukan
dibandingkan
trigleserida kembali.
merokok. Berhenti merokok mengurangi risiko
dengan
perokok
orang
yang
berat tidak
itu, eks perokok menghadapi risiko 23% lebih Kebiasaan
merokok
terbukti
mempunyai
tinggi
dibandingkan
dengan
yang
bukan
peluang untuk kejadian DMT2 dengan nilai p=
perokok, jauh lebih rendah dibandingkan
0.000. Risiko untuk kejadian DMT2 pada
dengan perokok saat ini14.
responden yang merokok ≥ 12 batang/ hari sebesar 25.5 kali dibanding dengan responden
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Zulpen
yang merokok < 12 batang/ hari.
Merokok
tentang hubungan antara merokok dengan
merupakan kebiasaan yang membahayakan
timbulnya diabetes dimana merokok lebih dari
kesehatan bahkan tingkat bahayanya lebih
12 batang perhari memiliki risiko 4 kali lebih
tinggi terjadi pada individu yang mengalami
daripada yang bukan merokok. Penelitian dari
diabetes mellitus. Nikotin yang dikandung
Zhank et all juga menemukan bahwa wanita
rokok diketahui dapat meningkatkan kadar
yang
glukosa
peneliti
mempunyai risiko terkena diabetes lebih tinggi
menemukan dosis nikotin yang kecil bisa
dibandingkan yang tidak merokok dan kejadian
meningkatkan kadar HbA1C sebesar 8,8
lebih tinggi terjadi pada wanita yang terpapar
persen, dan dosis yang tinggi setelah diberikan
asap rokok (perokok pasif)15.
darah.
Studi
dari
para
merokok
2
bungkus
per
harinya
nikotin selama dua hari meningkatkan kadar HbA1C
Beberapa
sebesar
penelitian
34,5
berikut
persen.
Kesimpulan dan Saran Faktor-faktor risiko yang berpeluang atau turut
memperkuat
serta menentukan timbulnya kejadian Diabetes
pernyataan bahwa rokok meningkatkan risiko terjadinya
DMT2.
mengungkapkan
bahwa
Menurut
Willi,
seorang
perokok
mellitus tipe 2 pada penelitian ini adalah factor risiko DMT2 yang tidak dapat diubah seperti umur, sedangkan factor risiko DMT2 yang
menghadapai peningkatan risiko 44% untuk
dapat diubah seperti berat badan (obesitas),
terserang diabetes tipe 2 jika dibandingkan
tekanan darah, kadar trigleserida, kebisaan
dengan orang yang tidak merokok. Dari hasil
merokok. Faktor-faktor risiko yang diketahui
analisis terhadap 25 kajian yang menyelidiki
menentukan kejadian DMT2 namun pada
hubungan antara merokok dan diabetes dengan
penelitian ini tidak menunjukkan peluang untuk
1,2 juta responden yang ditelusuri selama 30 tahun, mereka mendapati risiko 62% terjadinya
5
terjadinya
DMT2
adalah
faktor
5. ________. Patofisiologi diabetes melitus, dalam Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu (hlm. 7-14), Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2007
riwayat
keluarga DMT2 dan aktivitas fisik. Hasil penelitian ini memperkuat keilmuan keperawatan
bahwa
faktor-faktor
risiko
tersebut berpeluang terjadinya DMT2 sehingga berpotensi
bertambahnya
jumlah
6. Dinkes. Profil Kesehatan Kalteng Tahun 2007. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah :2008
angka
kejadian DMT2 di Kalimantan Tegah bila tidak 7. Lemeshow, S., Hosmer, DW., Klar, J., Lwanga, SK. Adequacy of sample size in health studies, Toronto: Published on behalf of the World Health Organization by John Wiley & Sons :1993
dilakukan pengendalian atau penatalaksanaan yang baik terhadap faktor-faktor tersebut. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan daerah
cakupan
penelitian
diperluas
8. Rochmah, W. Diabetes melitus pada usia lanjut, dalam Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam. (3rd Ed.). (hlm 19371939). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen : 2006
se
Kalimantan Tengah dan dapat dilakukan untuk mengetahui faktor risiko kejadian luka kaki diabetik.
9. Cuasay LC, Lee ES, Orlander PP, SteffenBatey L, hanis CL. Prevelence and Determinants of tipe 2 Diabetes Among Filipino-Americans in Houston, Texas Metropolitan Statistical Area, Diabetes care; 24(12), pq. 2054-8 :2001
Daftar Rujukan 1. WHO. Definition, diagnosis, and classification of diabetes melitus and its complications, Archives(online) 1999 (Cited 2010 August 6) Available from:http://www.diabetes.com.au/pdf/who_ report.pdf,.
10. Price, S. & Wilson, L.M. Pathofysiology clinical concepts of disease processes. St. Louis: Mosby Year Book.Inc :2002 11. Waspadji, S. Diabetes melitus : Mekanisme dasar dan pengelolaannya yang rasional, dalam Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu (hlm. 29-42), Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2007
2. Ignatvicius, D.D., Workman, L.M., & Misler, A.M. Medical surgical nursing across the health care continum. 3th Ed, Philadelphia: W.B. Saunders Company : 1999 3. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.Brunner and Suddarth’s texbook of medical-surgical nursing. Lippincott, Philadelphia: 2002
12. Ilyas, E.I. Manfaat latihan jasmani bagi penyandang diabetes, dalam Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu (hlm. 261-269), Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:2007
4. Suyono, S.. Kecenderungan peningkatan jumlah penyandang diabetes, dalam Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu (hlm. 1-4), Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2007
13. Soegondo, S. Prinsip pengobatan diabetes, insulin dan obat hipoglikemik oral, dalam Soegondo, S., et al, Penatalaksanaan 6
diabetes melitus terpadu (hlm. 113-129), Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :2007 14. Willy, Carole, 2010. Archives(online) 2010 (Cited 2010 August 6) Available from http://jama.amaassn.org/content/298/22/2654.short
15. Zhang,L, Curhan G.C, Frank B. Hu,Rimm, and Forman, JP. 2010, Association Between Passive and Active Smoking and Incident Type 2 Diabetes in Women, Diabetes Care, Archives(online) 2010 (Cited 2010 Nopember 12) Available fromhttp://care.diabetesjournals.org/content /early/2011/02/25/dc10-2087,
7
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI DENGAN POLA LAKTASI PADA BAYI BARU LAHIR SAMPAI UMUR 6 BULAN DI TELANG SIUNG KECAMATAN PAJU EPAT KABUPATEN BARITO TIMUR Berthiana Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya Jalan George Obos No. 30 Palangka Raya - Kalimantan Tengah. Abstract. The application of the correct pattern of lactation in the newborn to age 6 months is very important because it gives effect to both biological and psychological health of babies and for mothers. Knowledge about breastfeeding factors contribute to determinea correct application of lactation patterns in newborns up to age 6 months. The purpose of this study was to examine the level of knowledge of mothers about breastfeeding, lactation patterns in newborn infants up to age 6 months, and identify the relationship between the level of knowledge of mothers about breastfeeding and lactationpatterns in newborn infants up to age 6 months. The design of this study was descriptive analytic, data retrieval in Cross Sectional. Total respondents in this study were 80 people who are selected using the technique of Non Probability Sampling by purposive sampling. Independent variables in this study is the knowledge of mothers about breastfeeding and lactation dependent variable is the patternin newborn infants up to age 6 months. The data was collected using a structuredquestionnaire and the results were analyzed with the Spearman Rank test with asignificance level of p ≤ 0.05. The results of this study showed 60.7% of respondents had a good knowledge level, 57.1% of respondents apply the correct pattern of lactation on babies up to age 6 months. Based on the results of Spearman rank test statistics obtained a highly significant relationship between knowledge about breastfeeding mothers with lactation patterns in newborn infants up to age 6 months with a significance level of p = 0.002 with a strength of the relationship is less strong Coeffitient Correlation = 0.157. As the referral advice was the need for researchers to increase knowledge about breastfeeding and the mothers suckle the correct pattern of lactation by increasing the provision of information to mothers suckle. Keywords : Knowledge Relationships mothers about breastfeeding, lactation patterns in newborn infants up to age 6 months.
Pendahuluan
yang terkandung dalam ASI
Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada
melindungi
duanya dalam memberikan makanan yang
itu
ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan
menyusui dengan penjarangan kehamilan
bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh
(KB).1
biologi dan kejiwaan yang unik terhadap
Keunggulan Asi tersebut perlu ditunjang
kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi
dengan cara pemberian ASI yang benar 8
terdapat
bayi
membantu
terhadap penyakit, selain
hubungan
penting
antara
misalnya segera setelah lahir (30 menit
1. Kurangnya
pengetahuan
ibu
terhadap
pertama bayi harus sudah disusui) kemudian
manfaat atau keuntungan ASI
sampai bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif),
anaknya,
selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun
mempengaruhi produksi ASI sehingga
dengan
jumlah ASI yang dihasilkan sedikit
pemberian
makanan
rasa
takut
yang
untuk akan
pendamping yang benar.2 Pada saat sekarang
2. Terjadinya pergeseran pandangan, bahwa
ini memang banyak terdapat ibu-ibu yang
pemberian susu formula akan dikatakan
bekerja yang mempunyai bayi, tetapi oleh
lebih modern
karena tuntutan pekerjaaan sehingga banyak
3. Pengertian yang salah tentang menyusui
dari mereka yang cenderung untuk tidak
akan cepat sekali kelihatan tua dan
menyusui bayinya sampai dengan usia 6
berkurangnya kecantikan
bulan, Ibu lebih tertarik menggantinya dengan
4. Banyaknya wanita yang turut bekerja
susu formula walaupun hal ini salah. Keadaan
untuk mencari nafkah sehingga tidak dapat
ini ditunjang dengan adanya data yang
menyusui secara teratur.
menunjukkan
penurunan
nyata
dalam
Dari alasan tersebut terlihat pentingnya
Data yang
pengetahuan / pengertian ibu tentang ASI
dilaporkan oleh Demographic and health
dalam upaya membantu pertumbuhan dan
survey WHO 1989 mengungkapkan, bahwa
perkembangan bayinya dalam meningkatkan
pemberian ASI secara eksklusif selama 4 – 6
kualitas sumber daya manusia yang akan
bulan hanya 36 % dan laporan SDKI 1991 ibu
datang.
yang memberikan Asi pada bayi 0 – 3 bulan
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti
47 % (di perkotaan) dan 55 % di pedesaan
ingin mempelajari tingkat pengetahuan ibu
kebiasaan menyususi pada Ibu.
(DepKes
RI,1993).3
dapat
tentang ASI dengan Pola laktasi pada bayi
menyebabkan suatu hal yang cukup serius
baru lahir sampai usia 6 bulan dalam upaya
dalam masalah gizi bayi dan lebih jauh lagi
untuk memenuhi keadaan gizi yang lebih
pada kelangsungan hidupnya.
baik, juga untuk memberikan zat kekebalan
Berdasarkan
data
Keadaan
awal
ini
melalui
survey
yang dapat melindungi bayi dari berbagai
pendahuluan yang penulis lakukan di Telang
infeksi.
Siung Kecamatan Paju Epat terhadap 5 responden diperoleh hasil 3 orang ( 60 % )
Metode Penelitian
responden memiliki pengetahuan yang baik
Metode
dan 2 orang ( 40 % ) dengan pengetahuan
Sectional”
tentang ASI yang rendah.
observasi atau pengukuran variabel terdapat
Menurut Soetjiningsih (1997)4 Penurunan pemberian ASI dimungkinkan karena berbagai alasan, alasan itu antara lain :
dua variabel yaitu variabel independen yaitu
penelitian dimana
digunakan penelitian
“Cross
melakukan
pengetahuan ibu tentang ASI dan variabel 9
dependen yaitu pola laktasi terhadap bayinya
disajikan secara tabulasi silang antara variabel
yang berumur < 6 bulan.
independen
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
dilakukan uji Kolmogorov Smirnov.
Ibu meneteki yang berada di Telang Siung
Hasil Dan Pembahasan
Kecamatan Paju Epat Kabupaten Barito
Di dalam hasil penelitian ini akan diuraikan
Timur di bulan Juli 2009. Karena penilitian
tentang karakteristik demografi responden,
dilakukan
dan data tentang hubungan
pada
seluruh
polpulasi
yaitu
dan
dependen,
selanjutnya
antara tingkat
diambil dari seluruh ibu meneteki sampai usia
pengetahuan ibu tentang ASI dengan pola
bayi 6 bulan. Untuk menentukan sample yang
laktasi pada bayi sampai usia 6 bulan yaitu
akan diteliti dipakai tehnik sampling yaitu
sebagai berikut:
Non
cara
Karakteristik
yang
diuraikan
Probability
Purposive
Sampling
Sampling.
dengan
Instrumen
demografi
berdasarkan
responden umur,
akan
pekerjaan,
digunakan dalam pengumpulan data adalah
tingkat pendidikan, dan umur bayi serta
kuesioner, pengertian kuesioner adalah usaha
hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI
untuk
dengan pola laktasi pada bayi sampai usia 6
mengumpulkan
informasi
dengan
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis
bulan.
untuk dijawab oleh responden5 dalam hal ini
11%
17%
33%
ibu meneteki tentang pengetahuan dan pola
39%
laktasi ibu yang berbentuk skala linkert pada bayi yang berumur prosedur
yaitu
Gambar 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur.
≤ 6 bulan, dengan
setelah
terkumpul
Berdasarkan gambar 1 di atas sebagian besar
dilakukan penyuntingan data dan koding.
responden dalam penelitian ini berumur
Tehnik
antara 25-30 tahun sebanyak 31 orang (39%).
pemberian
pengetahuan
skor
menggunakan
data
<25 Th 25-30 Th 30-35 Th 35-40 Th
pada skala
kuesoner ordinal
Sedangkan
yang
paling
dimana responden memilih jawaban ya
responden
yang
berumur
dengan nilai 10 dan tidak dengan nilai 0.
sebanyak 9 orang (11%).
untuk pola laktasi dengan skala linkert dengan
70 60 50 40 30 20 10 0
alternatif jawaban perilaku baik itu dengan skore 75%, dan
75% untuk perlaku
kurang. Lokasi penelitian di Telang Siung Kecamatan Telang Siung Kecamatan Paju
sedikit 35-40
Tidak bekerja
11 6
Gambar 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
sampai dengan bulan Desember 2009, dengan analisa data yaitu data yang telah diedit 10
tahun
63
Epat Kabupaten Barito Timur, lamanya penelitian 5 (lima) bulan dari Bulan Juli
adalah
Swasta/Wiraswa sta PNS
Berdasarkan gambar 2 di atas sebagian besar
Berdasarkan
responden dalam penelitian ini tidak bekerja
pengetahuan responden tentang ASI adalah
di luar rumah sebanyak 63 orang (78,75%),
baik yaitu sekitar 49 orang sedangkan sisanya
sedangkan responden yang bekerja sebagai
sebanyak 31 orang pengetahuannya tentang
PNS merupakan jumlah yang paling sedikit
ASI kurang.
25%
43%
SLTP SLTA PT
32%
gambar
3 di
atas
sebagian
Faktor Pola laktasi
Baik Kurang Total 46 34 80 57,5% 42,5% 100% Mean=1,5750 SE=0,952 SD=0,5040
Gambar 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.
Berdasarkan
di
Tabel 2. Distribusi Penerapan Pola Laktasi Responden Kepada Bayinya (0-6 Bulan)
sebanyak 6 orang (7,5%). 0%
tabel
atas tingkat
Berdasarkan tabel di atas sebagian besar
pendidikan responden sebagian besar SLTA
responden menerapkan pola laktasi yang baik
yaitu sebanyak 34 orang (42%) sedangkan
pada bayinya (0-6 bulan) yaitu sebanyak 46
yang paling sedikit adalah responden yang
responden (57,1%). Responden yang lain
berpendidikan SLTP yaitu sebanyak 20 orang
sebanyak 34 orang (42,9%) menerapkan pola
(25%).
laktasi yang kurang baik pada bayinya (0-6 bulan).
40 30 20 10
37 20
0
14
Tabel 3.Tabulasi Silang Dan Uji Korelasi Spearman Rank Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI Dengan Pola Laktasi Pada Bayi Sampai Usia 6 Bulan Dan Uji
4 Bulan 3 Bulan 2 Bulan 1 Bulan
9
Gambar 4. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Bayi
Faktor Baik
Pengetahuan
responden adalah 2 bulan yaitu sebanyak 37 orang (46,25%) dan yang paling sedikit adalah responden yang bayinya berumur 6 bulan yaitu sebanyak 9 orang (11,25%). Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Responden. Baik 49 Pengetahuan 61,25% Mean=1,6125 SE=9,4
Kurang 31 38,75%
Total
31 100 % Ku 12 37 49 rang 23,5% 76,3% 100 % Total 35 45 80 43,75% 56,25% 100 % Coef. Correlation=0,486 SE=0,167 p=0,009
Berdasarkan gambar 4 sebagian usia bayi
Faktor
Pola Laktasi Baik Kurang 23 8 74,19% 25,81%
Total 80 100% SD=0,4973
Berdasarkan tabel di atas responden yang mempunyai pengetahuan baik sebagian besar menerapkan pola laktasi yang baik pada
11
bayinya sampai usia 6 bulan yaitu sebanyak
pada penelitian ini adalah saat ini sudah
37 orang (75,51%).
banyak tersedia media informasi baik media
Menurut uji Kolmogorov Smirnov terdapat
elektronik maupun media massa yang lain
hubungan yang bermakna antara pengetahuan
yang
ibu tentang laktasi dengan pola laktasi pada
pentingnya pemberian ASI pada bayi sampai
bayi sampai usia 6 bulan dengan tingkat
usia 6 bulan. Hal ini merupakan suatu bentuk
signifikansi
coefficient
edukasi persuasif kepada masyarakat yang
correlation sebesar 0,486 yang berarti H1
secara lambat laun dapat meningkatkan
diterima dengan kekuatan hubungan kurang
pemahaman masyarakat tentang pentingnya
kuat (0,486).
pemberian ASI pada bayi sampai usia 6
Berdasarkan hasil penelitian ini pada tabel 5
bulan. Dengan demikian secara perlahan-
didapatkan tingkat pengetahuan responden
lahan
tentang ASI sebagian besar baik yaitu
masyarakat untuk memberikan pola laktasi
sebanyak 49 orang (61,25%). Pengetahuan
yang benar pada bayi sampai usia 6 bulan.
yang
faktor
Faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi
pendidikan, di mana tingkat pendidikan
tingkat pengetahuan ibu tentang pentingnya
responden sebagian besar adalah SLTA
pemberian ASI pada bayi sampai usia 6
(42,5%) dan relatif lebih baik daripada
bulan. Pada penelitian ini lingkungan sosial
responden yang berpendidikan SD dan SLTP.
responden
Tingkat
berpendidikan
p=0,009
baik
ini
dan
didukung
pendidikan
memungkinkan
oleh
yang
tingkat
tinggi
pengetahuan
dan
menyajikan
hal
itu
akan
adalah
informasi
tentang
merubah
perilaku
lingkungan
sehingga
lebih
yang banyak
informasi yang dapat diterima dari ibu-ibu
pemahaman ibu tentang ASI lebih baik pula.
yang
Tingkat pendidikan yang baik ini juga
pengetahuan ibu lebih meningkat.
mempengaruhi
Berdasarkan hasil penelitian ini pada tabel 2
peningkatan
lain
di
lingkungannya
kesadaran(awareness) ibu tentang pola laktasi
didapatkan
laktasi yang benar pada bayinya. Jenjang
menerapkan pola laktasi yang benar pada
pendidikan
besar
bayinya sampai usia 6 bulan yaitu sebanyak
responden memungkinkan responden lebih
46 orang (57,5%). Penerapan pola laktasi
banyak
tentang
yang benar pada bayi sampai usia 6 bulan
pentingnya pola laktasi yang benar pada bayi
pada penelitian ini dipengaruhi oleh beberapa
sampai
tingkat
faktor antar lain adalah faktor pengetahuan
pendidikan di bawahnya, sehingga dapat
ibu tentang pentingnya pemberian ASI yang
memberikan ASI pada bayinya sampai usia 6
benar pada bayi sampai usia 6 bulan, kondisi
bulan. Faktor lain yang juga mempengaruhi
fisik ibu terutama yang menyangkut anatomi
tingkat pengetahuan sebagian besar responden
dan fisiologi payudara. Faktor hormonal yang
SLTA
pada
mendapat
usia
6
sebagian
informasi
bulan
daripada
12
sebagian
besar
sehingga
responden
memproduksi
dan
ASI
pengetahuan baik. Dengan demikian secara
(prolactin dan oxytocin). Faktor pekerjaan ibu
alamiah pula sebagian besar responden
juga mempengaruhi penerapan pola laktasi
mempunyai pemahaman yang relatif baik
yang benar pada bayi sampai usia 6 bulan.
tentang pola laktasi yang baik dan benar
Pada penelitian ini sebagian besar responden
sehingga pola laktasi yang diterapkan kepada
tidak bekerja (ibu rumah tangga) sehingga
bayinya sampai 6 bulan juga baik. Tingkat
lebih banyak memiliki waktu luang untuk
pendidikan responden sebagian besar (42%)
bayinya. Faktor lain yang juga mempengaruhi
adalah
adalah kesehatan bayi yang diberi ASI. Bayi
sehingga tingkat pemahaman klien relatif
yang dalam keadaan sehat akan dapat
cukup baik. Pemahaman yang baik tentang
menerima ASI dengan baik. Sebaliknya
manfaat
kondisi bayi yang dalam keadaan sakit tidak
menyebabkan individu untuk mengadopsinya
akan dapat menerima ASI yang diberikan
dan kemudian mengaplikasikannya ke dalam
ibunya dengan baik sehingga pola laktasi
kehidupan sehari-hari. Bila seseorang telah
yang
menjadi
mengaplikasikan pola laktasi yang baik yang
terhambat. Penerapan Pola laktasi yang baik
telah dipahami dan diadopsinya maka akan
dan
timbul
diterapkan
benar
mengeluarkan
oleh
pada
bayi
ibunya
usia
0-6
bulan
tingkat
pola
suatu
menengah
laktasi
atas
yang
(SLTA)
baik
habit/kebiasaan
di
akan
dalam
merupakan hal yang sangat penting dan turut
kehidupan sehari-harinya untuk menerapkan
menentukan pertumbuhan dan perkembangan
pola laktasi yang baik dan benar. Habit /
bayi selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian
kebiasaan yang telah dilaksanakan sehari-hari
ini
yang
akan membentuk suatu perilaku bagi individu.
bermakna antara pengetahuan ibu tentang ASI
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
dengan pola laktasi pada bayi sampai usia 0-6
Notoatmodjo
bulan dengan tingkat kemaknaan sebesar
merupakan domain kognitif tingkatan yang
99,1% (p=0,009).
ke-2.6 Setelah
Pada tabel 3 didapatkan sebagian besar dari
individu akan mengaplikasikan
ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik
dipahaminya
menerapkan pola laktasi yang baik pada
mensintesa dan mengevaluasi apa yang telah
bayinya sampai usia 6 bulan yaitu sebesar
diaplikasikannya. Sesuai dengan teori yang
74,19%.
dikemukakan oleh Roger yang dikutip dari
didapatkan
Hal
adanya
tersebut
hubungan
disebabkan
oleh
(1993)
proses
bahwa
memahami
kemudian
apa
maka yang
menganalisis,
beberapa faktor antara lain adalah secara
Notoatmodjo
alamiah pengetahuan responden tentang ASI
penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku
adalah baik. Hal ini dibuktikan pada tampilan
yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran,
tabel 6 dari 80 responden dalam penelitian ini,
dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
46
akan langgeng. Sebaliknya apabila perilaku
responden
termasuk
dalam
kriteria 13
(1993)
memahami
menyatakan
bahwa
itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran
menimbulkan keengganan ibu untuk meneteki
maka tidak akan berlangsung lama.6 Faktor
bayinya.
lain yang mempengaruhi penerapan laktasi
Faktor
yang baik pada penelitian ini adalah pekerjaan
dikonsumsi ibu sangat menentukan juga pola
responden. Di dalam penelitian ini sebagian
laktasi. Makanan yang mengandung zat-zat
besar responden tidak bekerja sehingga lebih
gizi yang berkualitas akan menghasilkan ASI
banyak mempunyai waktu luang dalam
yang berkualitas pula, karena ASI sendiri
merawat bayinya termasuk dalam hal pola
dibuat dari zat-zat makanan yang diambil dari
laktasi baik dalam hal frekwensi meneteki,
darah ibu. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu
cara
lama
juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas
menyusui. Bagi ibu yang bekerja di luar
ASI. Menurut Soetjiningsih (1997) pola
rumah relatif lebih sedikit mempunyai waktu
laktasi dipengaruhi oleh beberapa hal antara
untuk merawat bayinya. Frekwensi meneteki
lain adalah permulaan menyususi bayi, teknik
menjadi berkurang, faktor kelelahan sehabis
menyusui,
bekerja juga mempengaruhi kondisi fisik dan
menyusui, produksi ASI dan pengeluaran
psikologis ibu di dalam menerapkan pola
ASI.4 Umur ibu juga turut mempengaruhi
laktasi yang baik dan benar. Faktor kesehatan
penerapan pola laktasi. Umur ini berkaitan
fisik dan psikologis ibu sangat menentukan
erat dengan kondisi fisik dan psikologis ibu.
pola penerapan laktasi yang benar pada
Pada penelitian ini mayoritas responden
bayinya. Kondisi fisik ibu yang sehat dapat
berumur antara 25-30 tahun. Rentang umur
membantu
dan
tersebut merupakan umur yang cukup matang
kuantitas produksi ASI. Faktor fisik ini juga
bagi ibu baik dari segi fisik maupun segi
berkaitan erat dengan anatomi payudara,
psikologis di dalam tanggung jawab merawat
hormon dan fisiologi
laktasi. Anatomi
seorang bayi. Dalam usia yang cukup matang
payudara
baik
merupakan
dari segi fisik, seorang ibu diharapkan
handicap di dalam proses laktasi. Sedangkan
mempunyai status kesehatan yang optimal
faktor psikologis juga mempengaruhi pola
karena dikaitkan dengan kehamilan maka
laktasi dalam proses Bonding dan Attachment
rentang usia tersebut tidak termasuk dalam
. Jenis hormon yang sangat berkaitan dengan
golongan resiko tinggi ibu hamil sehingga
proses laktasi adalah hormon prolaktin dan
relatif tidak ada komplikasi kehamilan dan
oxytocin. Hormon prolaktin berperan di
persalinan pada ibu yang berkaitan dengan
dalam produksi ASI, sedangkan hormon
proses
oxytocin berperan penting dalam pengeluaran
psikologis
ASI
diharapkan ibu mampu menerima bayinya dan
meneteki
yang
benar,
meningkatkan
yang
saat
tidak
bayi
dan
kualitas
menetek.
Kondisi
psikologis/emosional ibu yang tidak stabil
makanan
14
lama
laktasi
menyadari
dan
obat-obatan
menyusui,
selanjutnya.
usia
bahwa
yang
frekwensi
Dari
sudah
bayinya
yang
segi
matang
merupakan
penerusnya yang harus dirawat dengan baik
pentingnya pemberian ASI pada bayi sampai
dan benar.
umur 6 bulan karena semakin banyak informasi yang diterima maka akan semakin
Kesimpulan Dan Saran
tinggi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pentingnya ASI pada bayi sampai umur 6
dilaksanakan, maka dapat disimpulan bahwa
bulan, senantiasa menjaga kesehatan ibu dan
sebagian besar responden dalam penelitian ini
bayi
mempunyai tingkat pengetahuan yang baik
pengetahuan tentang ASI karena hal ini
(61,25%). hal ini dipengaruhi oleh beberapa
mempengaruhi pola laktasi pada bayi sampai
faktor
umur
antara
lain
tingkat
pendidikan
tingkat
serta
6
pengetahuannya
berusaha
bulan,
tentang
meningkatkan
seyogyanya
ibu
yang
responden yang sebagian besar relatif baik
mempunyai bayi baru lahir sampai umur 6
(42% SLTA), banyak media informasi yang
bulan senantiasa menambah pengetahuannya
menyajikan pentingnya pemberian ASI pada
melalui berbagai media yang telah tersedia
bayi sampai usia
faktor
tentang pola laktasi yang baik dan benar
memungkinkan
untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan
lingkungan responden banyak,
6 bulan,
sosial
yang
mendapatkan sebagian
dan
informasi besar
lebih
sehari-hari di dalam memberikan ASI kepada
responden
bayinya.
menerapkan pola laktasi yang benar pada bayinya sampai usia 6 bulan (57,5%). Faktor
Daftar Pustaka
yang
1.
mendukung
antara
lain
tingkat
pengetahuan responden tentang ASI yang
Jakarta
sebagian besar baik, faktor kesehatan ibu,
2.
hormonal (prolaktin dan oxytocin), pekerjaan
penelitian
ini
didapatkan
Depkes RI ( 1992 ), ASI dan Rawat Gabung, Depkes RI, Jakarta
ibu dan faktor kesehatan bayi dan berdasarkan hasil
Perinasia ( 1994 ), Menyusui, Wito,
3.
adanya
Depkes RI ( 1993 ), Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dalam Konteks Keluarga,
hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI
Depkes RI, Jakarta
dengan pola laktasi pada bayi baru lahir
4.
sampai usia 6 bulan. Faktor-faktor yang
Soetjiningsih, ( 1997 ), ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, EGC,Jakarta
mempengaruhi antara lain adalah tingkat
5.
Sutrisno (1997)
pendidikan responden, pekerjaan, kondisi
6.
Notoatmojo
(1993),
Pengantar
fisik dan psikologis ibu, faktor makanan dan
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
obat-obatan yang dikonsumsi ibu, dan faktor
Kesehatan, Andi Offset,Jogjakarta
umur ibu. Disarankan
hendaknya
selalu
mengikuti
informasi terutama yang berkaitan dengan 15
ANALISIS FAKTOR RISIKO KETUBAN PECAH DINI DI RUANG BERSALIN RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Noorhani Machdat, Oktaviani, Riyanti Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Abstract. Background: About tree hundreds and sever cases of maternal mortality occur each year. Objektcve: This Study was conducted to investigate the effect of to the risk factor of Premature Ruptureof Membranes in Doctor Doris Sylvanus Palangka Raya Hospital, center Kalimantan Province, to investigate in which age is the mother that giver a risk factor on Premature Rupture of Membranes, to investigate the parity of mother, risk factor on Premature Rupture of Membranes, to investigate work of mother risk factor on Premature Rupture of Membranes and investigate pregnancy complication risk factor on Premature Rupture of Membranes. Method: Thris was an observational study with an unmatched case control study design. The subjects were divided into two groups, namely the case group consisting of mothers having delivered with Premature Rupture of Membranes (101 cases) and the control group consisting of mothers having delivered non Premature Rupture of Membranes (101 cases). Chisquare was used for the hypothesis test with p<0.05 and CI 95%. The analyses employed bivariable and multivariable analyses. Result: Work of mother had a statistically significant increase on the risk factor of Premature Rupture of Membranes (OR = 1,5; CI 95% 0,5-4,4).Other factors such as increase on the risk of Premature Rupture of Membrane. Conclusing: Work of modher will increase the risk factor of Premature Rupture of Membrane with OR = 1,5. Other factor affecting complication with OR = 4,2. Keywords: Premature Rupture of Membrane, risk factors Pendahuluan Dari survey demografi kesehatan Indonesia
sebanyak 10 kasus.2 Ketuban
(SDKI) 2002-2003 angka kematian ibu adalah
merupakan
307/100.000
kehamilan yang menempati urutan enam (6)
kelahiran
hidup,
dimana
komplikasi
pecah
kebidanan
Ketuban
pecah
dini pada
penyebab kematian ibu disebabkan oleh
tersering dijumpai.
dini
pendarahan, infeksi eklamsia.1
merupakan penyebab penting morbiditas dan Provinsi
mortalitas perinatal. Neonatal yang dilahirkan
Kalimantan Tengah 2006 jumlah kematian
dari wanita dengan repture membrane preterm
maternal 46 kasus dan tahun 2007 adalah 40
dan
kasus kematian maternal disebabkan
tidak30% meninggal atau mengalami cacat
oleh kehamilan, persalinan dan nifas. Pada
neurologis.
tahun 2007 penyebab utama kematian ibu
Ketuban pecah dini sering kali menimbulkan
yaitu pendarahan sebanyak 21 kasus, infeksi 2
konsekuensi
kasus, eklamsia 7 kasus, penyebab lain
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun
Sedangkan
untuk
wilayah
16
persalinan
yang
yang
terlambat
dapat
paling
menimbulkan
bayi terutama kematian perinatal yang cukup
Metode Penelitian
tinggi ini antara lain disebabkan karena
Penelitian
kematian akibat kurang bulan, dan kejadian
penelitian kuantitatif non-ekperimen dengan
infeksi yang meningkat karena partus tak
pendekatan kohort retrospektif.
maju, partus lama, dan partus buatan yang
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni
sering dijumpai pada pengelolaan kasus
tahun 2009 sampai dengan bulan agustus
ketuban pecah dini terutama pada pengelolaan
2009. Adapun tempat pelaksanaan penelitian
konservatif. Infeksi yang sering dialami
adalah Ruang Bersalin Rumah Sakit Daerah
adalah
ini
Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya, karena
mengakibatkan selaput janin. Pada ketuban
merupakan rumah sakit rujukan sehingga
pecah 6 jam, resiko infeksi meningkat 1 kali.
harapan masyarakat terhadap pelayanan yang
Ketuban pecah 24 jam, resiko infeksi
berkualitas sangat tinggi
meningkat 1 kali. Ketuban pecah dini
Populasi yang digunakan seluruh kasus
merupakan resiko terjadinya infeksi inpartu.
dengan ketuban pecah dini pada periode bulan
Berdasarkan data yang penulis dapatkan di
juli tahun 2008 sampai pada bulan juni tahun
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2009
pada tahun 2006 jumlah pasien 1196 orang
Sylvanus Palangka Raya. Dalam penelitian ini
dan terdapat 65 kasus ketuban pecah dini,
seluruh populasi akan dijadikan sampel
dengan persentase 5,43% sedangkan pada
penelitian atau sampel populasi.4 Populasi
tahun 2007 jumlah pasien 1203 orang terdapat
penelitian berjumlah 101 kasus.
Infeksi
intrafaktum,
Infeksi
ini
diruang
termasuk
bersalin
kedalam
RSUD
jenis
Dr.Doris
kasus ketuban pecah dini sebanyak 70 orang dengan
persentase
5,72%
sehingga
Hasil Dan Pembahasan
menempatkan kasus ketuban pecah dini pada
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
urutan ketiga dalam daftar 13 kasus di ruang
Ruang Bersalin (Ruang C) merupakan
bersalin RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
salah satu Ruang Rawat inap di RSUD
3
Raya.
dr.Doris Sylvanus Palangka Raya yang
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut,
dikhususkan untuk wanita dengan kasus
maka
rumusan
obstetri maupun ginekologi baik yang
masalah sebagai berikut: “faktor apa saja yang
rujukan maupun yang non rujukan.
beresiko pada kejadian Ketuban Pecah Dini di
Tenaga kesehatan yang bekerja diruang
Ruang Bersalin RSUD dr. Doris Sylvanus
bersalin (ruang C) berjumlah 24 orang,
Palangka Raya?”
yang terdiri dari tenaga dokter spesialis 4
penulis
mengemukakan
orang, dokter umum 2 orang, bidan dan 17 orang dan tenaga administrasi 1 orang. Adapun latar belakang tenaga pendidikan 17
tenaga kesehatan tersebut adalah D3
Tabel 1. Karakteristik Ibu menurut Kasus
Kebidanan 15 orang dan D4 Bidan 2
dan Kontrol, di RSUD dr. Doris Sylvanus,
orang.
Palangka Raya, 2008/2009
Ruang bersalin terdiri dari 4 ruang yaitu 2
Variabel
ruang bersalin, ruang jaga, dan ruang Komplikasi Ya Tidak Jumlah
kantor. Ruang bersalin juga dilengkapi oleh fasilitas tempat tidur yang berjumlah 6 buah.
Kerja Ibu rumah tangga Pegawai tidak tetap Pegawai Pemerintahan Jumlah
Tenaga kesehatan yang bekerja diruang bersalin tersebut sudah mendapatkan pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Penanganan ibu bersalin RSUD dr. Doris Sylvanus
mengikuti
standar
Kejadian KPD Kasus Kontrol N % N %
Total
32 69 101
31,7 68,3 100
10 91 101
9,9 90,1 100
42 160 202
74
73,3
36
35,6
110
20
19,8
53
52,5
73
7
6,9
12
11,9
19
101
100
101
100
202
asuhan
Persalinan Normal (APN).
c. Jumlah Kehamilan
B. Analisis
Rata-rata
1. Analisis Univariat
responden
mengalami
kehamilan sebanyak 2 kali baik pada
a. Komplikasi ibu hamil
responden kasus maupun kontrol. Pada
Berdasarkan tabel 1 ibu-ibu hamil
kelompok
dengan riwayat komplikasi lebih
minimal yang dialami ibu yaitu 1 kali dan
banyak mengalami KPD (31,7%)
jumlah kehamilan maksimum yaitu 9
dibanding
kali. Hal tersebut lebih rendah daripada
dengan
yang
tidak
kasus
jumlah
kehamilan
mengalami KPD hanya 9,9%. Pada
kontrol
kelompok ibu-ibu hamil yang tidak
minimum yaitu 1 kali dan maksimum
ada
yaitu 12 kali. Variabel jumlah SD= 1,6
komplikasi
semasa
kehamilannya lebih banyak yang
dengan
jumlah
kehamilan
dan SD=2. (Tabel 2).
tidak mengalami KPD (90,1%)
d. Umur
dibanding dengan yang mengalami
Rata-rata umur responden kasus dalam
KPD (68,3%).
penelitian ini yaitu 28 ± 6,4 tahun lebih
b. Status Pekerjaan Ketuban
Pecah
tinggi Dini
banyak
sedikit
dibandingkan
dengan
kelompok kontrol yaitu 27 ± 5,9 tahun.
ditemukan pada ibu-ibu hamil yang
Umur termuda pada kelompok kasus
tidak bekerja (ibu rumah tangga)
yaitu
sebesar 73%. Sedangkan pegawai
kelompok kontrol yaitu 45 tahun. Pada
tidak tetap lebih banyak yang tidak
kelompok kontrol umur termuda yaitu 16
mengalami KPD (52,5%). 18
18
tahun,
umur
tertua
pada
tahun dan umur tertua yaitu 40 tahun
(Tabel 2).
Tabel 2. Rata-rata (Mean) dan Deviasi Standar (standard deviation) Umur Ibu dan Jumlah Paritas Ibu menurut kasus dan Kontrol, di RSUD dr. Doris Sylvanus , Palangka Raya. 2008-2009 Variabel Jumlah Kehamilan Mean (X) Median (Md) Standard Deviation (SD) Minimum Maksimum 9,5% CI Umur Mean (X) Median (Md) Standard Deviation (SD) Minimum Maksimum 9,5% CI
Kasus n = 101
Kontrol n = 101
2 1 1,6
2 2 2
1 9 1,7 – 2,4
1 12 1,7 – 2,3
28 27 6,4
27 26 5,9
18 45 26,5 – 29,0
16 40 25,6 – 27,9
Tabel 3 Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) menurut faktor resiko ibu, di RSUD dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya, 2008/2009 Variabel
Kejadian KPD Kasus Kontrol N % N %
Total
P.value
OR
95%CI
Ket
Umur <20 tahun 20-35 tahun >35 tahun Jumlah
8 78 5 101
8,8 85,7 5,5 100
10 82 3 101
10,5 86,3 3,2 100
18 160 8 202
0,697 0,729 0,399
1 0,84 0,48
0,32-2,24 0.09-2,65
NS
Paritas >1 anak 1 anak Jumlah
45 56 101
44,6 55,4 100
52 49 101
51,5 48,5 100
97 105 202
0,324
0,76
0,44-1,32
NS
Komplikasi Ya Tidak Jumlah
32 69 101
31,7 68,3 100
10 91 101
9,9 90,1 100
42 160 202
0,0001
4,2
1,94-9,17
S
74
73,3
36
35,6
110
0,0001
1,5
0,5-4,4
S
20
19,8
53
52,5
73
0,3
0,1-0,8
7
6,9
12
11,9
19
0,3
0,1-0,8
101
100
101
100
202
Kerja Ibu rumah tangga Pegawai tidak tetap Pegawai Pemerintahan Jumlah
19
2. Untuk
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
ibu-ibu
hamil
agar
lebih
intensif memeriksakan kehamilannya
Berdasarkan
Penelitian
yang
telah
kepada tenaga kesehatan di sarana
dilakukan di Ruang Kebidanan RSUD dr.
kesehatan terdekat baik di Puskesmas
Doris Sylvanus Palangka Raya, maka
maupun di Rumah Sakit. 3. Bidan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
sebagai pemberi pelayanan
1. Lebih dari separuh (68,3%) ibu yang
terdepan diharapkan agar melakukan
mengalami KPD di RSUD dr.Doris
pengawasan kehamilan, deteksi dini
Sylvanus Palangka Raya tidak disertai
terhadap komplikasi kehamilan serta
penyebab langsung
tidak terlambat dalam mengambil
2. Ibu yang mengalami Ketuban Pecah
keputusan terutama dalam rujukan.
Dini di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya lebih dari separuh
Daftar Pustaka
(73,3%) adalah ibu rumah tangga
1. Depkes, RI. 2006. Profil kesehatan dan
3. Lebih dari separuh (63,4%) ibu yang
Pembangunan Perempuan di Indonesia.
mengalami KPD di RSUD dr.Doris
Jakarta.
Sylvanus Palangka Raya berusia lebih
2. Dinkes Kalteng. 2007. Profil Kesehatan
dari atau sama dengan 29 tahun.
Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2006.
B. Saran
Palangka Raya
Mengingat kasus KPD cukup tinggi dan
3. Ruang bersalin. 2007. Profil Register
merupakan salah satu penyebab kesakitan
Ruang Bersalin RSUD dr. Doris Sylvanus
dan kematian ibu dan bayi, maka penulis
Palangka Raya.Ruang Bersalin RSUD
menyarankan :
dr.Doris Sylvanus Palangka Raya
1.
Untuk
institusi
(Dinas
4. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas,
Penelitian Praktek Suatu Pendekatan
dokter/bidan praktek swasta), untuk
praktek Edisi revisi V. Jakarta : PT. Rineka
lebih meningkatkan sistem pelayanan
Cipta.
informasi
terkait
tentang
kehamilan,
persalinan dan kelainan yang mungkin terjadi,
baik
lewat
media
cetak,
elektronik atau lewat media lain seperti pamplet, spanduk dan lain-lain yang ditetapkan atau dipasang di tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh masyarakat. 20
EFEKTIFITAS PERUBAHAN POSISI TIDUR TERHADAP SATURASI OKSIGEN PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT DI RUANG H RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Gad Datak, Ester Inung Sylvia, Missesa Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya Jalan George No.30 Palangka Raya, Kalimantan Tengah Abstract : The arrange positioning of patient, it’s one of method for increase oxygen supplay to brain.The fact from some research result, arrange positoning for patient with stroke showing statisfy of oxygen saturation. This research aims to know how the effectiveness of arrange positioning to oxygen saturation on patient with stroke acut ischemic in the ward H, RSUD Dr. Doris Sylvanus, Palangka Raya city. The research design is quasi experiment with approach of pre post test control design with control group, intervention group with arrange positioning every 1 hour and control group with arrange positioning every 2 hour, and than measure oxygen saturation after and before arrange positioning.The sampling technique is consecutive sampling, number of sample 30 person (15 persons in intervention group and 15 persons in control group). The researchresult is the arrange positioning every 1 hour effetice increase oxygen saturation on patient with stroke acut ischemic more than the arrangen positioning every 2 hour (p=0,005). The conclusion and implication, the arrange positioning every 1 hour can increase oxygen saturation on patient stroke acut ischemic and must be implementation in nursing Keywords : The arrange positioning of patient, oxygen saturation, stroke acut ischemic
Pendahuluan Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan
memperberat stroke dan perawatan untuk
gejala berupa gangguan fungsi otak secara
mencegah salah satu komplikasi.
fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau kelainan yang menetap lebih dari
Pada fase stroke akut terjadi perubahan aliran
24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan
darah otak yang menimbulkan iskemik dan
vaskular1. Berdasarkan penyebabnya stroke
pada daerah yang terkena iskemik aliran darah
diklasifikasikan menjadi
stroke hemoragik
menurun secara signifikan2. Ketika aliran darah
dan stroke iskemik2. Dari seluruh kejadian
berkurang atau terhambat secara akut, maka
stroke, 83% adalah stroke iskemik dan sisanya
area susunan saraf pusat yang diperdarahi akan
17% stroke hemoragik.
Namun demikian
mengalami infark jika tidak ada perdarahan
pemulihan akibat penyakit stroke ini tergantung
kolateral yang adekuat. Di sekitar zona
dari berbagai faktor antara lain faktor risiko
nekrotik
yang dimiliki pasien, ketepatan dan kecepatan
iskemik”yang tetap viable untuk suatu waktu,
penatalaksanaan, penyakit yang
yang berarti fungsinya dapat pulih jika aliran 21
sentral
terdapat
“penumbra
darah baik kembali3,4. Pengiriman akut oksigen
akut di Ruang H Rumah Sakit Umum Daerah
ke jaringan otak lebih banyak sebagai akibat
(RSUD) Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
glikolisis
anaerob
yang
mengakibatkan
peningkatan produksi asam laktat dan kematian
Metode
sel otak. Desaturasi oksigen arteri dihubungkan
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
dengan mortalitas dan morbiditas pasca stroke5
adalah quasi eksperimen dengan pendekatan pre-post test control design with control group,
Salah
satu
cara
untuk
meningkatkan
dimana desain ini melakukan tindakan pada
pengiriman oksigen ke otak adalah dengan
dua atau lebih kelompok yang akan diobservasi
perubahan posisi tubuh pasien (positioning).
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa perubahan posisi tidur
memuaskan
posisi tidur setiap 1 jam, sedangkan kelompok kontrol dilakukan perubahan posisi setiap 2
. Selain itu, perubahan posisi
jam yang kemudian diukur saturasi oksigen
tidur tubuh pasien dapat mengoptimalkan rasio
sebelum dan sesudah tindakan. Populasi adalah
ventilasi dan perfusi, meningkatkan pemulihan
seluruh pasien stroke yang di rawat di ruang
anggota badan, mencegah kontraktur dan
neurologi RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka
modulasi kekuatan otot10. Perubahan posisi
Raya dengan teknik sampling yang digunakan
tidur tubuh pasien juga telah diterima di dalam pengelolaan perbedaan
masalah di
level
pernapasan oksigen
dalam
dengan
arteri
penelitian
Kriteria
inklusi
riwayat stroke pertama kali, kondisi tanda-
terhadap peningkatan nilai saturasi oksigen dan
tanda vital stabil, tidak mengalami penyakit
dengan mempertimbangan bahwa perubahan
gangguan sistem pernapasan, tidak terpasang
posisi berbaring tubuh merupakan intervensi
oksigen dan pasien atau keluarga bersedia
keperawatan mandiri serta mudah dilakukan, penelitian
terpenuhi13,14.15
responden dalam penelitian adalah pasien
perubahan posisi tidur
dilakukan
consecutive
di masukkan ke penelitan sampai batas
Berdasarkan penjelasan manfaat penelitian
akan
adalah
yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan
waktunya
maka
ini
sampling, dimana semua subjek penelitian
yang
teridentifikasi melalui perubahan posisi 5.
sebelumnya tentang
.
Kelompok intervensi dilakukan perubahan
pada pasien stroke
memperlihatkan nilai saturasi oksigen yang 6,5,7,8,9
11,12
dipasang pulsa oksimetri.
tentang
efektifitas perubahan posisi tidur (positioning) terhadap saturasi oksigen pasien stroke iskemik
22
perdarahan lebih tinggi 20 % dari pada wanita17.
Hasil Dan Pembahasan Penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2010.
Jumlah
2. Umur Responden
sampel penelitian sebanyak tigapuluh pasien, limabelas pasien sebagai kelompok intervensi dan
limabelas
pasien
sebagai
kelompok
intervensi. Hasil dan pembahasan penelitian sebagai berikut : 1. Jenis Kelamin Responden
Diagram 2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pasien Stroke Iskemik Akut Di RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangkaraya Periode Oktober – Desember 2010(n=30) 16 (53,3%)
14 (46,7%)
Pada diagram 2 seperti di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur pasien stroke
Diagram 1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Pasien Stroke Iskemik Akut Di RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangkaraya Periode Oktober – Desember 2010 (n=30)
iskemik akut yang paling banyak pada rentang 45-65 tahun yaitu 20 orang ( 66,7% ), umur lebih dari 66 tahun sebanyak 8 orang (26,7%)
ini
dan paling sedikit di bawah usia 44 tahun
menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki
sebanyak 2 orang (6,7%). Distribusi umur
lebih banyak mengalami stroke iskemik akut
responden tersebut sesuai dengan gambaran
yaitu 16 orang (53,3%) dibandingkan wanita
dan profil stroke di Indonesia yang menyatakan
sebanyak 14 orang (46,7%). Hal ini sejalan
bahwa pasien stroke terbanyak di umur 45-65
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
tahun yaitu berjumlah 54,2% dari kejadian
oleh ASNA di 28 rumah sakit seluruh
stroke16. Selain itu, The National Stroke
Indonesia16, bahwa pasien stroke akut yang di
Association
rawat yaitu laki-laki 238 (57 %) dan perempuan
kejadian
117 ( 43 %). Hasil penelitian ini juga sejalan
meningkat seiring pertambahan umur, hingga
dengan pernyataan
disebutkan bahwa angka kejadian stroke dua
Pada
diagram
1,
hasil
penelitian
Feigin, bahwa Laki-laki
menyebutkan
stroke
dan
risiko
bahwa stroke
angka akan
pertiganya terjadi pada umur diatas 65 tahun18.
memiliki risiko terkena stroke iskemik maupun
23
=0,05),
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
kelompok
pendapat Feigin, bahwa risiko terjadinya stroke
sehingga perubahan posisi tidur setiap 1 jam
meningkat sejak usia 45 tahun, dan setelah
lebih efektif dibandingkan setiap 2 jam untuk
mencapai usia 50 tahun risiko menjadi lebih
meningkatkan nilai saturasi oksigen pada
tinggi17. Setiap pertambahan satu tahun usia di
pasien stroke iskemik akut.
intervensi
(p=0,005,
atas 50 tahun risiko stroke meningkat sebesar 11 - 20 %. Usia di atas 65 tahun merupakan
Analisis lebih lanjut hasil penelitian ini
usia dengan risiko paling tinggi. Disamping hal
menunjukkan bahwa perbandingan rerata nilai
tersebut, faktor risiko stroke lainnya seperti hipertensi,
penyakit
arterosklerosis
jantung,
meningkat
saturasi oksigen pada pasien stroke iskemik
diabetes,
seiring
akut yang dilakukan perubahan posisi tidur
dengan
setiap 1 jam lebih tinggi dibandingkan dengan
pertambahan usia17.
pasien yang dilakukan perubahan posisi tidur setiap 2 jam, seperti pada grafik 1 dibawah ini.
3. Efektifitas perubahan posisi tidur (positioning) terhadap saturasi oksigen pasien stroke iskemik akut Nilai Saturasi Oksigen
97
Tabel 1. Beda Rata-Rata Selisih Nilai Saturasi Oksigen Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Perubahan Posisi Pada Kelompok Kontrol Pasien Stroke Iskemik Di RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangkaraya Periode Oktober – Desember 2010 (n=30) Variabel Nilai Saturasi Oksigen Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
N
Mean
Standar Deviasi
Standar Error
15
0,47
0,43
0,11
15
1, 02
0,54
0,14
97 96
kel kontrol
96
kel intervensi
95 95 1
P Value
2
Grafik 1 Perkembangan Nilai Saturasi Oksigen Pasien Stroke Iskemik Akut Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Di RSUD Dr.Doris Sylvanus Palangka Raya Periode Oktober-Desember 2010 (n=30)
0,005
Berdasarkan tabel 1 di atas memperlihatkan
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
bahwa hasil penelitian ini ada perbedaan yang
yang
bermakna tingkat saturasi oksigen pasien stroke
Chatterton, HJ et al bahwa perubahan posisi
iskemik akut setelah dilakukan perubahan
tidur setiap 1 jam sangat bermakna untuk
posisi
meningkatkan nilai saturasi oksigen yang
antara
kelompok
kontrol
dengan
24
telah
dilakukan
sebelumnya
oleh
direkomendasikan
digunakan
di
dalam
tidak sesuai dengan jadwal perubahan
5
mengelola pasien pasien stroke akut .
posisi tidur yang telah ditetapkan.
Pada fase stroke akut terjadi perubahan aliran
Kesimpulan Dan Saran
darah otak yang menimbulkan iskemik dan
Perubahan posisi tidur setiap 1 jam dapat
pada daerah yang terkena iskemik aliran darah
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
2
menurun secara signifikan . Hipoksemia pada
digunakan oleh institusi pelayanan keperawatan
fase stroke akut akan merusak iskemik
sebagai salah satu standar operasional prosedur
penumbra dan memperburuk clinical outcome
pada pasien stroke iskemik akut sehingga
sehingga penatalaksanan utama pada fase
direkomendasikan
stroke
dikembangkan penelitian yang sama pada
iskemik
meminimalkan disebabkan
akut
bertujuan
kerusakan
untuk
serebral
yang
dan
untuk
hipoksemia
untuk
seluruh pasien stroke
dilanjutkan
dan
akut dengan jumlah
sampel yang lebih besar dan homogen.
meningkatkan pengiriman oksigen ke otak adalah dengan perubahan posisi berbaring
Daftar Rujukan
tubuh pasien (positioning)10,26
1. Mulyatsih,E & Ahmad,A . Stroke :Petunjuk perawatan pasien pasca stroke di rumah. Jakarta :Balai penerbit FKUI:2008
Keterbatasan
yang
ditemukan
selama 2. Miscbah,J. Stroke aspek diagnostik,patofisiologi, managemen :1999
pelaksanaan penelitian yaitu : a. Jumlah sampel yang didapatkan selama penelitian ini masih relatif sedikit sehingga variasinya untuk
kurang
tidak
dan
3. AANN. Guide to the care of the patient with ischemic stroke: AANN references series for clinical practice. Glenview,IL : AANN : 2004
memungkinkan
memperoleh
hasil
yang
menggambarkan keadaan seluruh populasi.
4. Ginsberg,L. Lectures notes neurologi, edisi kedelapan. Jakarta:Erlangga:2005
Selain itu, penelitian ini tidak mengkaji lebih lanjut variabel-variabel lain yang
5. Chatterton,.J.,Pomeroy,V.M.,Connolly,M.J. ,Faragher,E.B.,Clayton,L.,&Tallis,R.C. The effect of body position on arterial oxygen saturation in acute stroke.Archives(online) 2000 (Cited 2008 Nopember 28) Available from: http://proquest.umi.com/pqdweb.
diperkirakan akan berpengaruh terhadap nilai saturasi oksigen. b.
Ada beberapa pasien yang dilakukan tindakan pemeriksaaan diagnostik yang bersamaan
saat
akan
dilaksanakan
6. Elizabeth,J.,Singarayar,J.,Ellul,J.,Barer,D., & Lye.,M. Arterial oxygen saturation and posture in acute stroke. Archives(online)
intervensi pasien sehingga menunda atau
25
1992 (Cited 2008 Nopember 29) Available from:http://ageing.oxfordjournals.org/.
15. Sastroasmoro, S., et.al. Usulan penelitian, dalam Sastroasmoro & Ismael, dasar-dasar metodologi penelitian klinis (hlm.24-47). Jakarta: Sagung Seto :2006
7. Roffe,C.,Sills,S,Wilde,K.,& Crome,P. Effect of hemiparetic stroke on pulse oximetry readings on the affected side. Archives(online) 2001 (Cited 2008 Nopember 29) Available from:http://stroke.ahajournals.org/.
16. Rasyid,A & Soertidewi,L. Unit stroke manajemen stroke secara komprehensif. Jakarta; Balai penerbit FKUI :2007
8. Rowat ,A.M.,Wardlaw,J.M,.Dennis,M.S.,& Warlow,C.P.(2001). Patient positioning influences oxygen saturation in the acute phase of stroke. Archives(online) 2001 (Cited 2008 Nopember 29) Available from http://content.karger.com/ProdukteDB?. 9.
17. Feigin, V. Stroke : Panduan berganbar tentang pencegahan dan pemulihan stroke. Jakarta: PT. Buana ilmu populer :2006 18. Price,S, & Wilson, L.M. Pathophysiology : Clinical concepts of disease process. St.Louis : Mosby year book inc: 2002
Pang, Ja, Yeung VFT, & Zhang YG. (1988), Do postural changes affect gas exchange in acute hemiplegia. Archives(online) 1998 (Cited 2008 Nopember 29) Available from http://proquest.umi.com/pqdweb.
19. Rowat,A.M.,Wardlaw,J.M, & Dennis,M.S.) Hypoxaemia in acute stroke is frequent and worsens. Archives(online) 2006 (Cited 2008 Nopember 29) Available from http://content.karger.com/ProdukteDB?.
10. Tyson., S.F & Nigthingale,P, The effect of position on oxygen saturation in acute stroke : a systemic review. Archives(online) (Cited 2008 Nopember 29) Available from http://proquest.umi.com/pqdweb, d 11. Dempsey, P, A., & Dempsey, A,D. Nursing research text and workbook. USA:Litte, Brown:1996 12. Polit, B & Hungler. Essentials of nursing research, 5 th edition. Philadelphia: Lippincot William & Wilkins:2001 13. Sabri, L., & Hastono, S.P. Statistik kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada : 2006 14. Sastroasmoro, S. Pemilihan subyek penelitian, dalam Sastroasmoro & Ismael, dasar-dasar metodologi penelitian klinis (hlm.67-77). Jakarta: Sagung Seto.:2006
26
GAMBARAN KELENGKAPAN DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT DAERAH UMUM dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA Barto Mansyah, Nita Theresia, Fety Rahmawati Dosen Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya Abstract. Nursing care of element of akunbilitas meaning that nurse can justify given nursing care. Nurse responsibility in giving nursing care seen at documentation nursing care process which have given. Documentation nursing care is important elemen in nursing care because complete documentation and accurate can give solution a problem in clien. If the documentation not accurate can decrease nursing care quality. Complete documentation can influence by education, workshop, work for long time, facilities and time. First study in Dr. Doris Sylvanus Hospital was find that quality of documentation nursing care still low. Lower quality of documentation nursing care can weakness the aunthentic proof which owned by nurse to give nursing care to client. This research target is to know elements that can influence the completed documentation nursing care. Research type is description qualitative with cross sectional, sample of this research is nurse and clien document. The instrument to know elements that influence the completed documentation nursing care is Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan from Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Research result was find elements that influence the completed documentation nursing care. The conclusion of this research is elements that influence the completed documentation nursing care of Dr. Doris Sylvanus hospital Palangkaraya is education, workshop, work for long time, facilities and time. Keyword: Nursing Documentation
Pendahuluan Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan
keperawatan, sehingga suatu yang mutlak
bagian penting dalam proses keperawatan
yang
wahana dan sarana komunikasi dalam tim
keperawatan dan merupakan salah satu bentuk
kesehatan dirumah sakit, hal ini sejalan
upaya
dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta
akuntabilitas perawat.1
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap
MenurutNursalam,2Dokumentasi keperawatan
pelayanan kesehatan. Salah satu upaya dalam
mempunyai makna yang penting bila dilihat
memberikan pelayanan keperawatan yang
dari berbagai aspek, yaitu aspek hukum,
bertanggung jawab dan bertanggung gugat
jaminan
dan
terselenggaranya
pendidikan, dan penelitian. Catatan informasi
kegiatan pencatatan dan pelaporan yang baik
tentang klien merupakan dokumentasi resmi
dan benar. Dokumentasi asuhan keperawatan
dan
memegang peranan penting terhadap segala
keperawatan dapat digunakan sebagai barang
macam tuntutan dalam pelaksanaan proses
bukti dipengadilan. Oleh karena itu data-data
ditempuh
dengan
27
harus
ada
membina
mutu,
bernilai
untuk
dan
perkembangan
mempertahankan
komunikasi,
hukum.
keuangan,
Dokumentasi
harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, dan
Berdasarkan
obyektif. Dokumentasi keperawatan yang
kesehatan dengan norma dan pola fungsi
baik memberi kemudahan bagi perawat dalam
kehidupan. Tahap diagnosa keperawatan;
membantu menyelesaikan masalah klien. Hal
diagnosa keperawatan berdasarkan masalah
ini akan membantu meningkatkan mutu
yang telah dirumuskan, diagnosa keperawatan
pelayanan
mencerminkan
keperawatan.
Dokumentasi
kesenjangan
antara
PE/PES,
status
merumuskan
keperawatan akan menjadi alat komunikasi
diagnosa keperawatan aktual/potensial. Tahap
perawat
rencana keperawatan; berdasarkan diagnosa
dan
petugas
kesehatan
lainnya
sebagai pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan,
keperawatan. Dokumentasi dapat bernilai
prioritas,
keuangan karena semua tindakan keperawatan
komponen
yang belum, sedang dan telah diberikan
kondisi pasien dan atau kriteria, rencana
dicatat
sebagai
tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat
perhitungan dalam perhitungan pembiayaan.
perintah, terinci dan jelas dan atau melibatkan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan,
pasien/keluarga,
karena memuat kronologis dari kegiatan
menggambarkan
asuhan keperawatan yang dapat dijadikan
kesehtanan lain. Tahap tindakan keperawatan;
referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi
tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana
keperawatan. Selain itu data yang terdapat
keperawatan, perawat mengobservasi respon
dalam dokumentasi keperawatan mengandung
pasien terhadap tindakan keperawatan, revisi
informasi yang dapat dijadikan bahan atau
tindakan berdasarkan hasil evaluasi, semua
obyek
tindakan yang telah dilaksanakan dicatat dan
dan
dapat
penelitian
keperawatan.
digunakan
bagi
Menurut
pengembangan
Fisbach,3 perawat
disusun
rumusan subyek,
menurut
tujuan
mengandung
perubahan
rencana kerjasama
urutan
perilaku,
tindakan dengan
tim
hasil evaluasi dicatat.
memerlukan suatu keterampilan untuk dapat
Kegiatan
memenuhi
keperawatan saat ini masih banyak menemui
standar
dokumentasi
yang
pendokumentasian
sesuai.Departemen kesehatan RI memberikan
kesulitan.
parameter mutu dokumentasi keperawatan
banyaknya
pada setiap tahap proses perawatan.Tahap
sehingga staf perawat mengalami kesulitan
pengkajian keperawatan; perawat mencatat
dan proses dokumentasi memerlukan banyak
data yang dikaji sesuai dengan pedoman
waktu yaitu sekitar 35-140 menit. Sedangkan
pengkajian, data dikelompokan (bio-psiko-
menurut Carpenito,5 bahwa masalah umum
sosio-spiritual), data dikaji sejak pasien
dari
masuk
dokumentasi asuhan keperawatan adalah tidak
sampai
pulang,
dan
masalah
dirumuskan.4
staf
Kendala variasi
perawat
ini
asuhan
disebabkan
format
dalam
oleh
dokumentasi
menuliskan
ada waktu yang cukup untuk menulis, dokumentasi asuhan tidak perlu ditulis kecuali 28
untuk akreditasi dan dokumentasi asuhan
banyaknya
tidak digunakan setelah dibuat.
memerlukan banyak waktu yaitu sekitar 35-45
Layanan keperawatan adalah uang berbentuk
menit.
professional.
layanan
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris
professional adalah suatu pelayanan dimana
Sylvanus Palangka Raya, adalah Rumah Sakit
dalam
atas
Daerah dengan tipe B Non Pendidikan,
standar – standar yang telah ditetapkan. Yang
terletak di jalan Tambun Bungai. Distribusi
dimaksud standar adalah pedoman pekerjaan
perawat di Rumah Sakit Umum dareah dr.
agar dapat berhasil dan bermutu, oleh karena
Doris Sylvanus adalah seperti yang terlihat
itu
dalam tabel 1 berikut ini.
Maksud
pelaksanaannya
agar
dapat
dari
berdasarkan
memberikan
asuhan
keperawatan dapat berhasil dan bermutu
variasi
format
dokumentasi
Tabel 1. Distribusi Tenaga Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2010
tinggi perawat harus bekerja sesuai dengan standar – standar yang telah ditetapkan sebagai pedoman kerja. Standar
asuhan
pedoman
keperawatan
kerja
bagi
merupakan
perawat
Ruangan
dalam A B D E F G H Perina ICU ICCU NICC Kls Utama VIP I VIP II VIP III Total
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien,
oleh
karena
itu
penilaian
atau
pengukuran mutu dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat dapat diketahui dari berapa besar standar yang telah dilaksanakan. Untuk menjaga mutu pelayanan agar dapat bermutu tinggi, Kementerian Kesehatan
Republik
mengeluarkan
standar
Indonesia
telah
keperawatan
yang
10 12 10 11 12 10 9 11 13 13 13 9 11 12 9 155
pendidikannya secara keseluruhan ruangan
Diagnosis Keperawatan; 3) Standar III,
adalah SPK 34,19 %, D III 64,52 %, D IV
Perencanaan Keperawatan; 4) Standar IV,
3,23 % dan S1 + Ns 5,16 %.
Implementasi Keperawatan; 5) Standar V,
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan
Evaluasi Keperawatan; 6) Standar VI, Catatan
peneliti pada tanggal 18 Agustus 2010
6
Asuhan Keperawatan.
terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan
pendokumentasian
asuhan
keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah
keperawatan saat ini mesih banyak menemui Kendala
Jumlah Tempat Tidur
Komposisi tenaga keperawatan berdasarkan
I, Pengkajian keperawatan ; 2) Standar II,
kesulitan.
Jumlah Total Perawat
Sumber: Bidang Keperawatan 2010
terdiri dari enam komponen, yaitu : 1) Standar
Kegiatan
Jumlah Tenaga Perawat S1 D D SPK + III IV Ns 3 6 1 4 7 1 2 7 1 4 6 1 6 5 1 3 6 1 1 8 7 3 1 2 10 1 4 8 1 1 11 1 3 6 1 4 7 5 6 1 4 4 1 53 100 5 8
ini
disebabkan
dr. Doris Sylvanus palangka Raya di ruang
oleh
rawat inap yang diambil secara acak dari 3 29
ruangan, dimana pasien yang bersangkutan
pada tabel 2 berikut ini.
telah pulang adalah seperti yang tercantum Tabel 2. Nilai kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di IRNA Rumah Sakit Umum Daerah dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
No 1 2 3 4 5 6
Aspek yang dinilai
Jumlah Kriteria tiap aspek yang dinilai
Jumlah sampel
Total Nilai
%
3
15
18
40
3
15
18
40
5
15
20
26,6
3
15
18
40
2
15
17
56,6
4
15
19
30,6
Pengkajian keperawatan Diagnosa keperawatan Perencanaan keperawatan Implementasi keperawatan Evaluasi keperawatan Catatan asuhan keperawatan
39,13
Rata - rata
Sumber : Data sekunder (Rekam Medis) dari bagian Medical Record RSUD dr. Doris Sylvanus palangka Raya
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa
dikumpulkan secara hampir bersamaan atau
dokumentasi asuhan keperawatan di ruang
simultan.7
rawat
A. Instrumen Penelitian
inap RSUD dr. Doris
Sylvanus
Palangka Raya masih kurang lengkap.
Instrumen penelitian terhadap faktor –
Dari latar belakang diatas, peneliti tertarik
faktor yang mempengaruhi kelengkapan
untuk
pendokumentasian asuhan keperawatan
meneliti
mempengaruhi
tentang
kelengkapan
gambaran dokumentasi
dalam
bentuk
kuesioner
dengan
asuhan keperawatan di ruang rawat inap
menggunakan pertanyaan tertutup, penulis
RSUD dr. Doris Sylvanus palangka Raya.
menggunakan dua kuesioner : 1. Kuesioner
A
berisi
tentang
data
Metode Penelitian
demografi
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriftif
pertanyaan yaitu nama, umur, jenis
kualitatif
yang
kelamin, pendidikan terakhir, pelatihan
digunakan dalam penelitian ini adalah Cross
yang pernah diikuti, ruangan, lama
Sectional, yaitu penelitian survei dimana
kerja dan jabatan
sedangkan
pendekatan
varabel bebas dan terikat yang diteliti
yang terdiri dari 8 item
2. Kuesionr B berisi tentang faktor – faktor 30
yang
mempengaruhi
kelengkapan
dokumentasi
asuahan
d. Tiap variabel dihitung prosentasinya
keperawatan ( pendidikan, pelatihan,
dengan cara:
manajemen sarana waktu dan motivasi)
Prosentase
3. Kuesioner
=
kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan untuk
e. Selanjutnya dibuat rekapitulasi nilai
mengumpulkan data adalah instrument
untuk pencapaian rata-rata dengan
A dalam buku Instrumen Evaluasi
rumus:
Penerapan
Pencapaian
Instrument
yang
digunakan
Standar
Asuhan
( )
Keperawatan Di Rumah Sakit dari Departemen
Kesehatan
Indonesia
tahun
1997.
meliputi
pengkajian,
–
rata
( )
( )
( )
= ( )
Republik Setelah
Evaluasi
didapat
kelengkapan
diagnosa,
nilai
dokumentasi
rata-rata asuhan
keperawatan selanjutnya dimasukkan
perencanaan, tindakan, evaluasi, dan
dalam kategori:
catatan asuhan keperawatan.
1) Baik
: 76 – 100
meliputi pengkajian 4 item, diagnosa 3
2) Cukup
: 51 – 75
item, perencanaan 6 item, pelaksanaan
3) Kurang
: 26 – 51
5 item, evaluasi 2 item dan catatan
4) Tidak baik
: < 26
4. Instrumen A terdiri dari 24 item yang
asuhan keperawatan 4 item. Kelengkapan
rata
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
dokumentasi
asuhan
perawat pelaksana yang bekerja di unit rawat
keperawatan diolah dengan cara sebagai
inap
berikut:
Pengambilan sampel dengan menggunakan
a. Pada setiap kolom diisi dengan
purposive sampel. Penelitian ini adalah
tanda “V” bila aspek yang dinilai
perawat pelaksana yang bekerja di unit rawat
ditemukan dan diberikan skor 1,
inap RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
tanda “O” bila aspek yang dinilai
Raya.
yang
berjumlah
207
perawat.
tidak ditemukan dan diberi skor 0. b. Sub
total
sesuai
dengan
Hasil Dan Pembahasan
hasil
penjumlahan jawaban nilai “V”
Responden dalam penelitian ini sebanyak 97
yang
perawat yang bekerja di ruang di Ruang A,
ditemukan
pada
masing-
B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan VIP.
masing kolom. c. Total diisi dengan penjumlahan sub total. 31
( )
Karakteristik responden menurut lama kerja,
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, jenis kelamin, lama bekerja dan umur serta pelatihan yang pernah diikutidi Ruang A, B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan VIP Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Bulan September 2010
ada 53 responden ( 54,64%) dengan lama kerja kurang dari 5 tahun, 28 responden (28,86 %) dengan lama kerja lebih dari 10 tahun dan 16 responden (16,50 %) dengan lama kerja 5 – 10 tahun.
No 1
2
3
4
Karakteristik
Total
Responden
Karakteristik
Prosentase
responden
menurut
umur,
sebagian besar berumur kurang dari 30 tahun
Jenis Kelamin:
yaitu ada 59 responden (60,82 %) sedangkan
Laki-laki
12
12,37 %
Perempuan
85
87,63 %
yang berumur lebih dari 30 tahun ada 38 Responden (39,18 %).
Lama Kerja:
≤ 5 tahun
53
54,64 %
5 – 10 tahun
16
16,50 %
> 10 tahun
28
28,86 %
Sedangkan karakteristik menurut pelatihan yang pernah diikuti didapatkan hasil yaitu semua responden belum pernah mengikuti pelatihan
Umur:
≤ 30 tahun
59
60,82 %
> 30 tahun
38
39,18 %
yang
pendokumentasian
terkait yaitu
dengan
sebanyak
97
responden (100 %). 1.
Pelatihan yang
Distribusi
Pendidikan,
Pelatihan,
Manajemen, Sarana dan Waktu
pernah diikuti:
Pelatihan tentang
0
0
97
100 %
Tabel 4. Distribusi Pendidikan, Pelatihan, Manajemen, Sarana dan Waktu di Ruang A, B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan VIP Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Bulan September 2010
pendokumentasian asuhan keperawatan
Pelatihan tidak
No 1 2 3
tentang pendokumentasian asuhan keperawatan
Kategori Frekuensi Prosentase Baik 82 84,54 % Sedang 15 15,46 % Kurang 0 Total 97 100 %
Sumber: Data Primer
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui Dari tabel di atas nampak bahwa pada karakteristik
responden
menurut
bahwa sebagian besar faktor-faktor yang
jenis
mempengaruhi
kelamin, jumlah yang terbanyak adalah
pendokumentasian
perempuan yaitu ada 85 responden (87,63 %), sedangakan
laki-laki
ada
12
kelengkapan asuhan
keperawatan
adalah baik yang ditunjukkan ada 82 perawat
responden
(84,54 %) dan ada sekitar 15 perawat (15,46
(87,63%).
%) yang menyatakan fasilitas yang berada di 32
rumah
sakit
untuk
mendukung
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil
pendokumentasian dalam keadaan sedang.
pengkajian yang dilaksanakan ada 135 (35,79
2.
%), diagnosa keperawatan ada 11 (3,78 %),
Distribusi Motivasi
perencanaan keperawatan 582 (100 %),
Tabel 5. Distribusi Motivasi di Ruang di Ruang A, B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan VIP Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Bulan September 2010 No Motivasi Frekuensi 1 Baik 88 2 Sedang 7 3 Kurang 2 Total 97
tindakan keperawatan ada 483 (99,59 %), evaluasi keperawatan ada 194 (100 %) dan catatan keperawatan 485 (100 %).
Prosentase 90,72 % 7,22 % 2,06 % 100 %
4.
Distribusi Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Tabel 7.Distribusi Kelengkapan Dokumentasi Asuhan Keperawatandi Ruang A, B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan VIP Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Bulan September 2010
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar motivasi perawat
Dokumentasi No Asuhan Frekuensi Prosentase Keperawatan 1 Baik 67 69,07 % 2 Cukup 30 30,93 % 3 Kurang 4 Tidak Ada Total 97 100 %
adalah baik yang ditunjukkan ada 88 perawat (90,72 %). Motivasi kategori sedang ada 7 perawat
(7,22
%),
sedangkan
motivasi
kategori kurang ada 2 perawat (2,06 %). 3.
Kelengkapan
Dokumentasi
Asuhan
Keperawatan
Sumber: Data Primer
Tabel 6.Kelengkapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang A, B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan VIP Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Bulan September 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 97 rekam medik klien frekuensi tertinggi adalah kategori baik yaitu 67 rekam medik klien (69,07 %) dan frekuensi
No
1 2 3 4 5 6
Aspek Yang Dinilai
Skor Dilaksa nakan
Pengkajian Keperawatan Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi Keperawatan Catatan Asuhan Keperawatan Rata-rata
135 11
Prosen tase 34,79 % 3,78 %
Skor Tidak Dilaksa nakan 253 280
terendah adalah kategori cukup yaitu 30
Prosen tase
rekam medik klien (30,93 %).
65,21 % 96,22 %
582
100 %
0
0%
483
99,59 %
2
0,41%
194
100 %
0
0%
485
100 %
0
0%
315
73,03 %
88,83
26,97 %
Sumber: Data Primer 33
Tabel 8.Gambaran Kelengkapan Pendokumentasian Menurut Karakteristik Responden di Ruang di Ruang A, B, D, E, F, G, ICU, ICCU dan VIP Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya Bulan September 2010
No 1
2
3
4
5
6
Kelengkapan Pendokumentasian Baik Cukup Kurang
Karakteristik Responden Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan Lama Kerja: ≤ 5 tahun 5 – 10 tahun > 10 tahun Umur: ≤ 30 tahun > 30 tahun Pelatihan yang pernah diikuti: Pelatihan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan Pelatihan tidak tentang pendokumentasian asuhan keperawatan Pendidikan, Pelatihan, Manajemen, Sarana dan Waktu: Baik Sedang Kurang Motivasi: Baik Sedang Kurang
Tidak Ada
Total
Prosentase
5 (5,15 %) 62 (63,92 %)
7 (7,22 %) 23 (23,71 %)
-
-
12 85
12,37 % 87,63 %
40 (41,24 %) 9 (9,28 %) 12 (12,37 %)
13 (13,4 %) 7 (7,22 %) 16 (16,49 %)
-
-
53 16 28
54,64 % 16,50 % 28,86 %
37(38,14 %) 21 (21,65 %)
22 (22,68 %) 17 (17,53 %)
-
-
59 38
60,82 % 39,18 %
0
0
-
-
0
0
18 (18,56 %)
79 (81,44 %)
-
-
97
100 %
31 (31,96 %) 7 (7,22 %) 0
51 (52,58 %) 8 (8,25 %) 0
-
-
82 15 0
84,54 % 15,64 % 0
53 (54,64 %) 1 (1,03 %) 0
33 (34,02 %) 6 (6,19 %) 2 (2,06 %)
-
-
88 7 2
90,72 % 7,22 % 2,06 %
Dari tabel di atas nampak bahwa perawat
Dari tabel di atas nampak bahwa perawat
yang melakukan pendokumentasian asuhan
yang melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan dengan baik adalah berjenis
keperawatan dengan baik adalah berjenis
kelamin perempuan yaitu ada 62 responden
kelamin perempuan yaitu ada 62 responden
(63,92 %) sedangkan yang melaksanakan
(63,92 %) sedangkan yang melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan yang
pendokumentasian asuhan keperawatan yang
cukup berjenis kelamin laki-laki yaitu ada 5
cukup berjenis kelamin laki-laki yaitu ada 5
responden(5,15
responden(5,15
%).
Hasil
tersebut
%).
Hasil
tersebut
dikarenakan perempuan lebih teliti, sabar
dikarenakan perempuan lebih teliti, sabar
dalam
dalam
melengkapi
dokumentasi
asuhan
melengkapi
dokumentasi
asuhan
keperawatan. Ini sesuai dengan penelitian
keperawatan. Ini sesuai dengan penelitian
Utami,8 bahwa pendokumentasian asuhan
Utami,8 bahwa pendokumentasian asuhan
keperawatan
keperawatan
lebih
lengkap
perempuan
daripada laki-laki.
lebih
daripada laki-laki. 34
lengkap
perempuan
Karakteristik responden menurut lama kerja,
keperawatan di RSUD dr. Doris Sylvanus
yang paling banyak mempunyai lama kerja ≤
didapatkan hasil mengenai faktor tersebut.
5 tahun melakukan pendokumentasian yang
Faktor yang mempengaruhi
baik yaitu sekitar 40 (41,24 %). Sedangkan
pendokumentasian berdasarkan lama kerja
paling sedikit perawat yang melaksanakan
terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan
pendokumentasian cukup ada 7 (7,22 %)
keperawatan lebih banyak pengalaman kerja
dengan lama kerja 5 – 10 tahun.
antara kurang dari 5 tahun yang mempunyai
Karakteristik
responden
menurut
umur,
kelengkapan
kelengkapan
dokumentasi
asuhan
sebagian besar berumur kurang dari 30 tahun
keperawatan berkategori baik. Hasil tersebut
dengan
pendokumentasian
tidak sesuai dengan teori Capernito,5 bahwa
asuhan keperawatan baik ada 37 responden
semakin lama kerja perawat semakin baik
(38,14 %) sedangkan yang yang paling sedikit
kelengkapan
berumur
keperawatan.
kelengkapan
lebih
dari
30
tahun
dengan
dokumentasi Hal
dipengaruhi
keinginan
responden (17,53 %).
individu dalam melakukan pendokumentasian
Sedangkan karakteristik menurut pelatihan
asuhan keperawatan.
yang pernah diikuti didapatkan hasil yaitu
Faktor
semua responden belum pernah mengikuti
pendokumentasian
pelatihan
dengan
terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan
kelengkapan
keperawatan dengan kategori baik sebagian
pendokumentasian cukup ada 79 responden
besar berumur kurang dari 30 tahun ini
(81,44
menunjukkan bahwa antara umur muda dan
pendokumentasian
terkait dengan
%)
dan
kelengkapan
motivasi
oleh
kelengkapan pendokumentasian cukup ada 17
yang
atau
ini
asuhan
masing-masing
yang mempengaruhi
kelengkapan
berdasarkan
pendokumentasian baik ada 18 responden
tua
(18,56 %).
dokumentasi
Pada karakteristik motivasi yang paling
muda (kurang dari 30 tahun) termasuk umur
banyak adalah baik yaitu 53 perawat (54,64
yang masih produktif, dimana pada umur
%) dengan kelengkapan pendokumentasian
tersebut motvasi masih tinggi, sedangkan
baik dan yang paling rendah adalah perawat
pada umur tua (lebih dari 30 tahun) motivasi
yang
terhadap pendokumentasian masih belum
memiliki
motivasi
cukup
dengan
perbedaan
dalam
umur
asuhan
kelengkapan
keperawatan.
Umur
kelengkapan pendokumentasian baik yaitu
baik.
ada 1 (1,03 %).
Faktor lain yang mempengaruhi kelengkapan
Dari hasil penelitian deskriptif kualitatif
pendokumentasian adalah pelatihan yang
dengan
pendekatan
crossectional
pernah
faktor
–
yang
kelengkapan
faktor
faktor-
mempengaruhi
pendokumentasian
diikuti.
Hasil
yang
didapat
menunjukkan perawat tidak pernah mengikuti
asuhan
pelatihan 35
yang
menyangkut
pendokumentasian asuhan keperawatan tetapi
berguna
mempunyai kelengkapan pendokumentasian
memberikan intervensi keperawatan.5 Hasil
yang cukup. Hal ini disebabkan karena
penelitian
banyak responden yang masih ingat cara
keperawatan mempunyai kelengkapan dengan
melakukan pendokumentasian dengan benar
rata-rata prosentase 3,78 %, hal ini karena
yang diajarkan waktu sekolah.
dalam menegakkan diagnosa keperawatan
Hasil dari faktor pendidikan, pelatihan,
tidak berdasarkan rumusan masalah tetapi
manajemen, sarana dan waktu menunjukkan
berdasarkan keluhan klien atau kesenjangan
baik. Hal ini sesuai dengan hasil akhir yang
data yang ditemukan. Sedangkan dalam
didapatkan
kelengkapan
penulisan diagnosa keperawatan ada yang
keperawatan
belum
bahwa
pendokumentasian
asuhan
sebagian besar baik.
untuk
mengidentifikasi
tentang
dokumentasi
sesuai
dan
diagnosa
menuliskan
diagnosa
keperawatan yaitu diagnosa aktual disertai
Faktor yang mempengaruhi
kelengkapan
dengan penyebab dan tandanya, diagnosa
pendokumentasian yang lain adalah motivasi
potensial serta penyebabnya.
dari perawat sendiri. Hasil yang didapat
Pendokumentasian perencanaan keperawatan
menunjukkan motivasi yang paling banyak
harus sesuai dengan diagnosa keperawatan
adalah
dan prioritasnya karena intervensi merupakan
baik
dengan
kelengkapan
pendokumentasian yang sebagian besar baik.
rencana
Hal ini sesuai bahwa motivasi yang baik akan
interdependen untuk mengatasi masalah dan
memberikan pengaruh terhadap hasil kegiatan
memenuhi kebutuhan klien.9Hasil penelitian
yang dilakukan seseorang.
tentang
Kelengkapan
dependen
dokumentasi
atau
perencanaan
pengkajian
keperawatan mempunyai kelengkapan dengan
mempunyai kelengkapan dengan rata-rata
rata-rata 100 %. Responden sudah menyusun
Iyer,9
perencanaan dari diagnosa sesuai dengan
prosentase
dokumentasi
tindakan
34,79
%.
Menurut
pengkajian adalah tahap awal dari proses
prioritas,
keperawatan dan merupakan suatu proses
komponen
yang sistematis dalam pengumpulan data
mengacu
sebagai dasar utama dalam memberikan
kesehatan lain serta keluarga.
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
Pelaksanaan
klien, oleh karena itu pengkajian yang akurat,
pelaksanaan tindakan keperawatan untuk
lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran
memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah
data sangat penting dan merumuskan masalah
secara optimal. Dalam pelaksanaan harus
keperawatan.
mengacu pada rencana, semua tindakan yang
Pendokumentasian
diagnosa
keperawatan
telah
rumusan yang pada
tujuan
sesuai,rencana tujuan,
harus
tindakan
melibatkan
keperawatan
dilakukan
mengandung
tim
merupakan
dicatat
dan
mencantumkan keterangan yang jelas.6 Hasil
harus sesuai dengan rumusan masalah karena 36
penelitian tentang dokumentasi keperawatan
akan
mempunyai kelengkapan dengan rata-rata
dokumentasi asuhan keperawatan.
prosentase 99,59 %, hal ini dikarenakan ada
Motivasi diperlukan untuk meningkatkan
rekam medik klien dalam aspek revisi
kegiatan pendokumentasian standar asuhan
tindakan tidak dilakukan tetapi mencatat
keperawatan. Dengan pengawasan yang baik,
tindakan yang dilakukan sama dengan yang
reward dan hukuman harus dilakukan untuk
dilakukan sebelumnya. Selain itu, ada rekam
meningkatkan pendokumentasian yang baik.
medik tidak mencantumkan nama, paraf dan
Faktor
jam, tanggal pelaksanaan atau hanya ditulis
kelengkapan
paraf saja.
keperawatan di RSUD dr. Doris Sylvanus
Dokumentasi
evaluasi
mempengaruhi
–
faktor
dalam
yang
kelengkapan
mempengaruhi
pendokumentasian
asuhan
keperawatan
Palangkaraya adalah motivasi, lama kerja,
mempunyai kelengkapan dengan rata-rata
pendidikan, pelatihan, manajemen, sarana,
prosentase 100 %, responden sudah mengacu
dan waktu. Hasil penelitian ini didukung oleh
pada tujuan dan evaluasi yang dilakukan
hasil penelitian Adityawarman,10 bahwa ada
segera
hubungan yang bermakna antara motivasi dan
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan.2
pengetahuan
Catatan asuhan keperawatan mempunyai
dokumenasi.
perawat
terhadap
mutu
kelengkapan dengan rata-rata prosentase 100 %, hal ini karena perawat sudah mencatat
Kesimpulan Dan Saran
nama, paraf dan jam, tanggal pelaksanaan
A. Kesimpulan
serta paraf dan berkas sudah di simpan sesuai
Dari hasil penelitian dapat ditarik suatu
ketentuan.
kesimpulan sebagai berikut:
Kelengkapan
dokumentasi
asuhan
1. Karakteristik responden menurut jenis
keperawatan yang baik ada 67 rekam edik
kelamin,
klien (69,07 %) dan ada 30 rekam medik klien
adalah
yang kelengkapannya cukup (30,93 %).
responden (87,63 %), sedangkan laki-
Faktor-faktor
laki ada12 responden ( 87,63 %).
dimungkinkan
yang
perempuan
yang yaitu
terbanyak ada
85
pendokumentasian
2. Karakteristik responden menurut lama
membutuhkan waktu yang lama. Menurut
kerja, ada 53 responden ( 54,64%)
hasil
karena
menyebabkan
jumlah
penelitian
Utami,8
waktu
yang
dengan lama kerja kurang dari 5
diperlukan untuk pendokumentasian sekitar
tahun, 28 responden (28,86 %) dengan
15 – 30 menit untuk satu klien, sedangkan
lama kerja lebih dari 10 tahun dan 16
dalam tim setiap perawat bertanggung jawab
responden (16,50 %) dengan lama
terhadap 3 – 4 klien. Faktor lain, adalah
kerja 5 – 10 tahun.
jumlah tenaga perawat yang kurang. Hal ini 37
3. Karakteristik
responden
menurut
pendokumentasian
secara
rutin
umur, sebagian besar berumur kurang
maupun periodik dan pelatihan bagi
dari 30 tahun yaitu ada 59 responden
perawat atas pendokumentasian yang
(60,82 %) sedangkan yang berumur
baik sesuai dengan target rumah sakit.
lebih dari 30 tahun ada 38 Responden
2. Bagi
(39,18 %).
ilmu
keperawatan,
modifikasi
4. Sedangkan
karakteristik
pelatihan
yang
didapatkan
menurut
format-format
pendokumentasian sedemikian rupa
pernah
diikuti
sehingga
yaitu
semua
menghemat
hasil
mempermudah waktu
responden belum pernah mengikuti
pendokumentasian
pelatihan
keperawatan.
yang
terkait
perlu
dengan
pendokumentasian yaitu sebanyak 97
3. Bagi
responden (100 %).
peneliti
dapat
5. Sebagian besar faktor pendidikan,
dalam asuhan
selanjutnya,
mengembangkan
serupa
dan
tentang
supaya
penelitian
pendokumenasian
pelatihan, manajemen, sarana dan
asuhan keperawatan dengan gambaran
waktu adalah baik yang ditunjukkan
kelengkapan
ada 82 perawat (84,54 %).
asuhan keperawatan.
6. Sebagian
besar
motivasi
pendokumentasian
perawat
adalah baik yang ditunjukkan ada 88
Daftar Pustaka
perawat (90,72 %). 7. Kelengkapan keperawatan
dokumentasi dari
1.
asuhan
Keperawatan,
pengkajian,
dan catatan
Studi
Dokumentasi
di
RS.II PT PN VIII. Subang Jawa Barat:
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
Sulistiyani E. Penerapan Standar Asuhan
PSIK FK-UGM; 2003
keperawatan 2.
yaitu berkategori baik ada 67 rekam
Nursalam.
Proses
Keperawatan.
medik klien (69,07 %).
dan
Konsep
Dokumentasi dan
Praktek.
Jakarta: Salemba Medika; 2001 3.
B. Saran
Fisbach
FT.
Documenting
Care.
Dari penelitian yang peneliti lakukan,
Philadelphia : F. A. Davis Company;
untuk pengembangan keperawatan ada
1991 4.
beberapa hal yang dapat peneliti sarankan
Departemen Kesehatan RI. Instrumen
bagi:
Evaluasi
1. Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus
Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: Dirjen Depkes; 1995
khususnya bidang keperawatan agar mengadakan
supervisi
Penerapan
kegiatan 38
Standar
Asuhan
5.
Capernito,
L.
Diagnosis. Practice. 8
J.
(2000).
Application th
Nursing
to
Clinical
ed. Philadelphia: Lippincott;
2000 6.
Arikunto
S.
Manajemen
Penelitian.
Jakarta: PT. Rineke Cipta; 1998 7.
Utami
I.
Faktor-faktor
Mempengaruhi
Yang
Pelaksanaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
ruang
Perawatan
dengan
Nilai
Penerapan SAK Rendah Irna I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta: PSIK FK-UGM; 2002 8.
Iyer PW, Taptich BJ, Berochi-Losey D. Nursing Process and Nursing Diagnosis. Philadelphia : W. B. Saunders Company; 1996
9.
Departemen Kesehatan RI. Instrumen Evaluasi Penerapan Estándar Askep di RS. Jakarta; 1997
10. Adityawarman. Hubungan Motivasi dan Pengetahuan
Perawat
dengan
Mutu
Dokumentasi Keperawatan di RSU PKU Muhammadiyah.
Yogyakarta:
PSIK
UMY; 2002
39
Faktor Determinan Hipertensi di Kasongan, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah Hypertension Determinant in Kasongan, Katingan Distric, Central Kalimantan Santhy K. Samuel, Vissia Didin, Aida
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Palangka Raya
Abstract Hypertension is an important risk factor for cardiovascular and cerebrovascular disease. The prevalence of hypertension in Indonesia tends to increase, so it should be anticipated as early as possible. Based on Riskesdas 2007 survey found that the prevalence of hypertension in Central Kalimantan Province is number 8. The prevalence of hypertension in Central Kalimantan exceed the national average of more than 36%. And Katingan have the highest prevalence of hypertension among the other districts. The unknown factors associated with an increased prevalence of hypertension in Kasongan. There should be a research to know risk factors for hypertension for disease prevention hipertensi. The aim of this study was to determine the factors associated with incident hypertension in Kasongan using cross sectional design. Analysis data of this study using univariate analysis, bivariate, and multivariate. The results of the analysis found seven variables associated with hypertension can be proved that the consumption of salted fish, tempuyak, wadi, obesity, stress and age. Keywords: hypetension, food consumption perubahan gaya hidup dan meningkatnya usia penduduk. Hipertensi meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke2. Penyellidikan epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linier dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler, karena merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke dan penyakit jantung koroner. Data faktor risiko hipertensi dari penelitian epidemiologi di Indonesia jarang dilaporkan, padahal data tersebut sangat penting untuk program pencegahan hipertensi. Disamping itu perlu dilakukan updating terhadap data hipertensi yang ada, karena memakai cut of point tekanan darah ≥160/95 mmHg, sedangkan WHO
Pendahuluan Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia1. Angka prevalensi hipertensi berdasarkan hasil Berdasarkan Survei SKRT 2004 penyakit kardiovaskuler dengan hipertensi di urutan pertama setelah menjadi penyebab kematian utama untuk kelompok usia 35-44 tahun. Sedangkan berdasarkan hasil survei WHO MONICA Jakarta I (1988), II (1993), dan Riskesdas (2007) prevalensi hipertensi cenderung menungkat di Indonesia, masing-masing yaitu 14,9%, 17,0%, dan 31,7%. Prevalensi hipertensi ini diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan terjadinya
40
pada tahun 1999 menetapkan cut off point hipertensi ≥140/≥90 mmHg3. Salah satu upaya pencegahan dini penyakit hipertensi adalah melalui pendekatan faktor risiko utama dari penyakit tersebut, namun laporan kasus hipertensi yang ada saat ini tidak diikuti dengan laporan faktor risikonya. Oleh sebab itu untuk mengetahui faktor risiko utama penyebab terjadinya peningkatan hipertensi di Kasongan, Kabupaten Katingan, perlu dilakukan suatu kajian agar upaya pencegahan lebih efektif dan efisien.
Analisis data yang dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat dilakukan untuk membandingkan distribusi responden berdasarkan berbagai variabel independen. Analisis bivariat digunakan mengidentifikasi variabel perancu dengan menggunakan uji chi square dan keeratan hubungan dinilai dengan ukuran odds ratio (OR). Analisis multivariat digunakan untuk menilai keeratan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen secara simultan dalam populasi. Metoda analisis multivariat yang digunakan yaitu logistic regression.
Metoda Desain penelitian ini yaitu penelitian analitis dengan pendekatan crosssectional. Lokasi penelitian ini adalah di Kereng Pangi, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan. Pelaksanaan penelitian yaitu pada bulan September 2010. Sebagai populasi studi adalah seluruh penduduk yang berumur 25-64 tahun di Kasongan Kabupaten Katingan. Dari hasil perhitungan sampel tersebut didapatkan jumlah sampel minimal sebesar 344 sampel. Dibulatkan menjadi 350 sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara multistage random sampling menggunakan kerangka sampling dari daftar kepala keluarga (KK) yang diperoleh dari masing-masing RW (unit sampling terkecil adalah KK). Diperkirakan terdapat 2 sampai 3 orang yang berumur 25 sampai 65 tahun pada setiap KK. Disetiap RW akan dipilih sejumlah RT secara proporsional, diasumsikan bahwa jumlah penduduk setiap RT sama begitu juga jumlah penduduk usia 25-65 tahun, maka di setiap RT yang terpilih 10-12 KK. Pada KK terpilih diambil seluruh keluarga berusia 25 tahun s.d. 65 tahun sebagai sampel penelitian. Cara pengumpulan data dengan melakukan interview terhadap responden memakai kuesioner. Selain wawancara dilakukan juga pemeriksaan fisik seperti pengukuran tekanan darah, pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta pemeriksaan kadar kolesterol darah.
Hasil Hipertensi yaitu apabila rata-rata hasil pengukuran 2 kali terhadap tekanan darah sistolik sebesar > 140mmHg, dan tekanan darah diastolik sebesar >90 mmHg. Hasil penelitian didapatkan 39,7% responden menderita hipertensi. Tiga ratus lima puluh responden yang menjawab pertanyaan sesuai kuesioner secara lengkap, distribusi frekuensi responden berdasarkan Faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi yang disajikan dalam ukuran proporsi. Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden terdiri dari wanita yaitu sebesar 61.2 %, dan pria sebesar 38.8 %.Berdasarkan kategori umur, umur responden terbanyak yaitu pada kelompok umur 40-54 tahun sebesar 46.5 % yang diikuti kelompok umur 25-39 tahun sebesar 27.5 %, umur 55-59 tahun 16.1 % dan kelompok umur > 60 tahun 9.9 %.Hiperkolesterolemia diukur berdasarkan pengukuran kadar kolesterol pada darah vena. Hiperkolesterolemia bila hasil ukur kolesterol darah diatas 250 mg/dl, kolesterol normal apabila nilai kolesterol dibawah 250 mg/dl. Dari hasil ukur kadar kolesterol darah responden, maka didapatkan 20,1% responden mempunyai kolesterol tinggi dan 79,9 % responden mempunyai kadar kolesterol normal. Diet tinggi lemak diukur berdasarkan jumlah
41
konsumsi daging melebihi 3 kali seminggu dan konsumsi telor melalui 3 kali seminggu. Dari karakteristik responden tersebut didapatkan 45,9% responden mengkonsumsi tinggi lemak dan 54,0 % responden telah melakukan diet rendah lemak. Aktifitas fisik dan olah raga responden diukur dengan melihat kegiatan olah raga yang dilakukan responden dalam satu minggu serta kegiatan fisik sedang sampai berat, rata-rata dilakukan selama 20 menit setiap aktifitas. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa 66.1 % responden telah melakukan aktifitas fisik aktif, sedangkan 33.9 % responden tidak melakukan aktifitas fisik aktif. Obesitas diukur berdasarkan berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m). Berdasarkan hasil ukur yang dilakukan, 32.4 % dari responden menderita obesitas dan 67.6 % dari responden tidak menderita obesitas. Pengukuran stress dilakukan dengan menanyakan 24 pertanyaan kepada responden yang berkaitan dengan stress, apabila >6 pertanyaan dijawab ya, maka responden dikelompokkan sebagai kelompok stress. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan 27.2 % responden mengalami stress, dan 72.8 % responden tidak mengalami stress (Tabel 1). Dari hasil analisis bivariat didapat variabel bebas yang masuk sebagai kovariat adalah: konsumsi garam, konsumsi tempuyak,
konsumsi wadi, hiperkolesteralemia, diet tinggi lemak, olah raga dan aktifitas, obesitas, stress dan umur (Tabel 2). Model akhir multivariat ditemukan bahwa responden yang mengkonsumsi. ikan asin mempunyai hubungan yang bermakna dengan hipertensi dengan p = 0,005, ( CI 95 % 1,588-3,175 ). Konsumsi wadi dan tempuyak juga memiliki hubunguan yang bermakna dengan hipertensi (nilai p <0,005). Variabel hiperkolesterol, pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi dengan nilai p = 0,083 pada 95 % CI 0,975- 1,827. Responden yang tidak berolah raga atau kurang melakukan aktifitas fisik juga tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi p = 4,114 dengan 95 % CI 0,937 - 1,827. Responden yang obesitas mempunyai risik0menderita hipertensi sebesar 2,23 kali dibanding respanden yang tidak obesitas nilai p =0,000 ( 95 % Cl 1,603 - 3,114 ). Responden yang menderita stress mempunyai risiko 1,98 kali untuk menderita hipertensi disbanding responden yang tidak stress p = 0,000 ( 95 % Cl, l, 389 - 2,834). Berdasarkan umur, didapatkan bahwa semakin tua umur seseorang semakin tinggi risiko untuk menderita hipertensi (Tabel 3).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Variabel Hipertensi Hipertensi Tidak hipertensi Jumlah Konsumsi ikan asin Ya Tidak Jumlah Konsumsi tempuyak Ya Tidak Jumlah
42
N = 350
Persentase
139 211 350
60,3 39,7 100
236 114 350
67,4 32,5 100
211 139 350
60,3 39,7 100
Tabel 1. (Lanjutan) Variabel Konsumsi wadi Ya Tidak Jumlah Hiperkolesterolemia Hiperkalesterol Normal Jumlah Diet tinggi lemak Tinggi lemak Rendah lemah Jumlah Olah raga dan aktifitas Tidak berolah raga/tidak aktif Berolah raga/aktif Jumlah Obesitas Obesitas Tidak Jumlah Stress Stress Tidak Jumlah Umur 25 - 39 th. 40 - 54 th. 55 - 59 th, > 60 th Jumlah Jenis kelamin Pria Wanita Jumlah
N = 350
Persentase
197 153 350
56,3 43,7 100
68 282 350
19,4 80,6 100
161 189 350
45,9 54,0 100
119 231 350
33,9 66,1 100
113 237 350
32.4 67.6 100
95 255 350
27.2 72.8 100
96 163 56 35 350
27.5 46.5 16.1 9.9 100
136 214 350
38.8 61.2 100
Tabel 2. Hasil Uji Bivariat Hipertensi dengan Variabel Independen Variabel
Hipertensi n %
Hipertensi (%) Normal n %
Total n %
Nilai p
OR dengan CI 95%
Konsumsi Ikan Asin ≤2 kali >2 kali Jumlah
59 80 139
28,5 55,9 39,7
148 63 211
71,5 44,1 60,3
207 143 350
100 100 100
0,000*
3,2 (2,037-4,982)
Kons. Tempuyak <2 kali ≥2 kali Jumlah
123 16 139
38 61,5 39,7
201 10 211
62 38,5 60,3
324 26 350
100 100 100
0,031*
2,6 (1,150-5,944)
43
Tabel 2. (Lanjutan) Variabel Kons. Wadi ≤2 kali >2 kali Jumlah Hiperkolesterol Hiperkolesterol Normal Jumlah Diet tinggi lemak Tinggi lemak Rendah lernah Jumlah Olah raga dan aktifitas Tidak Aktif Aktif Jumlah Obesitas Obesitas Tidak Jumlah Stress Stress Tidak Jumlah Umur 25 - 39 th. 40 -54 th. 55 - 59 th. > 60 th Jumlah Jenis kelamin Pria Wanita Jumlah
Hipertensi n %
Hipertensi (%) Normal n %
Total N %
Nilai p
OR dengan CI 95%
89 50 139
33,6 58,8 39,7
176 35 211
66,4 41,2 60,3
265 85 350
100 100 100
0,000*
2,8 (1,711-4,665)
25 65 139
36,5 23,2 39,7
43 217 211
63,5 76,8 60,3
68 282 350
100 100 100
0,000*
1,901 (1,331 - 2,715)
208 3 139
62,1 20,0 39,7
127 12 211
37,9 80,0 60,3
335 15 350
100 100 100
0,003*
6,2 (1,124 – 8,571)
46 76 139
38,7 32,7 39,7
73 155 211
61,3 67,3 60,3
119 231 350
100 100 100
0,034*
1,394 (1,025 -1,895 )
55 73 139
48,3 29,2 39,7
58 164 211
51,7 70,8 60,3
113 237 350
100 100 100
0,000*
2,387 (1,757 - 3,243 )
34 69 139
36,1 27,2 39,7
61 186 211
61,9 70,8 60,3
95 255 350
100 100 100
0,006*
1,567(1,137-2,160)
9 43 22 16 139
9,1 26,3 39,9 45,1 39,7
87 120 34 19 211
90,9 73,7 60,1 54,9 60,3
96 163 56 35 350
100 100 100 100 100
0,000* 0,000 0,340
3,358 (2,109 - 5,346) 6,019 (3,550 -10,207) 7,783 (4,342 - 13,949)
54 85 139
39,6 39,7 39,7
82 129 211
60,4 60,3 60,3
136 214 350
100 100 100
0,971
1,006 ( 0,742 -1,363 )
* = Variabel yang akan masuk dalam kandidat model (nilai p < 0,25)
Tabel 3. Hasil Analisis Multivariat Variabel Dependen dan Variabel Independen pada penelitian Analisis Faktor Risiko Hipertensi di Kasongan, Kabupaten Katingan, 2010 Variabel
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Konsumsi grm Konsumsi wadi Konsumsi temp.
0.185 0.185 0.185
0.177 0.177 0.177
1.095 1.095 1.095
1 1 1
0.005 0.035 0.003
2,83 2,4 2,1
44
95.0% C.l.for Exp(B) Lower Upper 1.588 3.175 1.478 6.125 1.389 4.134
Tabel 3. Lanjutan Variabel
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Kel_umur Kel_umur (40-54 thn) Kel_umur (55-59 thn) Kel_umur (>60 thn) Stress Obesitas Hiperkolesterol Diet tinggi lmk Olahraga Constant
1.167
0.256
55.453 20.846
3 1
0.000 0.000
3.211
95.0% C.l.for Exp(B) Lower Upper 1.946 6.298
1.839
0.289
40.514
1
0.000
6.288
3.570
11.075
0.084
0.317
43.198
1
0.000
8.033
4.316
14.953
0.685 0.804 0.341 0.341 0.269 2.851
0.182 0.169 0.196 0.196 0.170 .260
14.175 22.548 3.008 3.008 2.491 119.993
1 1 1 1 1 1
0.000 0.000 0.083 0.000 0.114 0.000
1.984 2.234 1.406 1.5 1.309 0.058
1.389 1.603 0.957 0.957 0.937 -
2.834 3.114 2.066 2.066 1.827 -
kadar keasinan setiap ikan asin tersebut serta pola memasak setiap responden yang kemungkinan akan berbeda, hal ini akan mengakibatkan keasinan setiap ikan asin tersebut akan sangat berbeda pula. Oleh sebab itu pengukuran konsumsi ikan asin yang dilakukan pada penelitian ini kemungkinan tidak valid. Prevalensi Hipertensi Pada ini menemukan sebagian besar dari responden yang menderita hipertensi tergolong kepada hipertensi ringan yakni sebesar 12,8 %. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tatalaksana hipertensi, bahwa terdapat dua macam dalam tatalaksana penderita hipertensi yakni melalui modifikasi gaya hidup dan melalui pemberian obat anti hipertensi Penderita pada fase hipertensi ringan dapat diintervensi melalui modifikasi gaya hidup4. Melihat prevalensi terbesar di Kelurahan Kasongan Lama dan Baru adalah penderita dengan hipertensi ringan, maka prioritas utama intervensi akan lebih tepat apabila ditujukan kepada upaya modifikasi gaya hidup. Konsumsi Ikan Asin, Wadi, dan Tempuyak dan Hubungannya dengan Hipertensi Pada penelitian ini dapat dibuktikan hubungan antara ikan asin, wadi, dan tempuyak dengan kejadian hipertensi. Hal
Pembahasan Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan penulis dalam melakukan analisis, agar didapatkan hasil yang optimal diusahakan untuk meminimalisasi keterbatasan tersebut. Beberapa hal yang berhubungan dengan keterbatasan tersebut meliputi: Rancangan potong lintang (cross sectional) adalah rancangan yang paling lemah dalam melihat hubungan sebab akibat, oleh sebab itu kajian analitik pada penelitian ini lebih cenderung untuk membangun suatu hipatesis. Hipotesis tersebut dapat dibuktikan melalui studi dengan rancangan yang lebih baik dalam menyatakan hubungan sebab dan akibat. Secara teori hipertensi dipengaruhi berbagai faktor (multifactorial), namun karena keterbatasan data yang dimiliki maka variabel yang akan diteliti yang berhubungan dengan hipertensi dibatasi hanya 8 variabel saja, yaitu konsumsi ikan asin, hiperkolesterol, konsumsi lemak, olah raga dan aktifitas fisik, obesitas, stress, umur dan jenis kelamin. Variabel yang berhubungan dengan konsumsi makanan seperti konsumsi ikan asin dan konsumsi lemak hanya didasarkan kepada food frequency, yang berarti tidak diketahui jumlah konsumsi setiap makanan tersebut secara kuantitatif. disamping itu untuk konsumsi ikan asin tidak diketahui 45
ini mungkin saja disebabkan karena kebiasaan makan masyarakat adalah konsumsi ikan asin, wadi, dan tempuyak. Kebiasaan masyarakat di sana yang menyanyangkan makanan untuk dibuang sehingga makanan yang tidak termakan diolah dengan cara diawetkan. Makanan yang diawetkan tersebut yaitu ikan asin, wadi, dan tempuyak. Wadi merupakan makanan yang diolah lagi yang berasal dari ikan dan daging. Sedangkan tempuyak adalah makanan yang berbahan dasar durian yang difermentasi. Pengukuran kebiasaan makan ini adalah dengan cara menanyakan kebiasaan makan responden selama seminggu terakhir. Diet history dan food frequency terutama dipakai untuk pengukuran konsumsi makan seseorang secara kualitatif. Penelitian epidemiologis biasanya memakai secara ini dengan tujuan melihat hubungan konsumsi makanan dalam jangka waktu lama dengan kejadian penyakit. Hal ini didasarkan pada hipotesa bahwa jumlah konsumsi makanan pada masa lalu bila dikaitkan dengan resiko sakit lebih penting dari apa yang dimakan saat ini5 cara ini saat ini jarang dipakai. Pengukuran konsumsi makanan seseorang tidaklah mudah, namun ada 4 metoda yang dapat dipakai dalam menentukan diet perorangan yaitu recall 24 jam, record 3-7 hari dengan penimbangan dan diet history dan food frequency5. Penentuan jumlah konsumsi ikan asin seseorang mungkin dapat dilakukan dengan metode recalls dan records 3-7 hari dengan penimbangan dan pengkatagorian keasinan setiap ikan asin tersebut sehingga dapat memperkirakan kandungan garam ikan asin tersebut secara kuantitatif. Diet Tinggi Lemak dan Hubungannya dengan Hipertensi Bertambahnya kadar lemak tubuh dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit antara lain penyakit jantung dan darah tinggi. Lemak jenuh yang bersumber hewani dapat meningkatkan kolesterol darah6. Disamping itu konsumsi tinggi lemak dapat meningkatkan body weigh
atau obesitas yang merupakan risiko hipertensi. Pada penelitian ini didapatkan bahwa respanden yang mengkonsumsi tinggi lemak lebih besar menderita hipertensi dibanding responden yang mengkonsumsi rendah lemak. Pada responden yang mengkonsumsi tinggi lemak 62,1% diantaranya menderita hipertensi sedangkan responden yang mengkonsumsi rendah lemak hanya 20% menderita hipertensi. Pada hasil penelitian eksperimental yang dilakukan di Findlandia yaitu dengan memberikan makanan yang mengandung lemak jenuh sebesar 9-15 % selama 6 minggu, ternyata dapat meningkatkan tekanan darah sistolak dan diastolik sebesar 2,7 mmHg pada pria dan 3,3 mmHg pada wanita7. Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan terhadap pekerja perkebunan di Itali, Findland dan USA membuktikan bahwa konsumsi lemak berhubungan dengan tekanan darah, dimana pekerja dari Findlandia diberi konsumsi lemak jenuh selama 7 hari, ternyata terdapat peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang cukup signifikan dibanding pekerja dari Itali dan USA7. Obesitas dan Hubungannya dengan Hipertensi Para peneliti sebelumnya membuktikan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kegemukan dengan hipertensi. Menurut ketua federasi para spesialis jantung diseluruh dunia menyatakan bahwa saat ini sekitar 1 miliar penduduk dunia berisiko terkena sakit jantung dan stroke akibat kegemukan dan 17 juta orang setiap tahunnya meninggal8. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian ini yaitu 48,3 % dari responden yang obesitas menderita hipertensi sedangkan responden yang tidak obesitas hanya 29,2 % menderita hipertensi. Setelah variabel ini dikontrol dengan variabel lainnya secara bersama-sama ditemukan bahwa responden yang obesitas mempunyai risiko menderita hipertensi sebesar 2,2 kali dibandingkan dengan responden dengan berat badan normal atau kurang, dengan 46
nilai p = 0,000 dan CI 95% 1,643 - 3,114. Hasil ini sama dengan hasil penelitian terhadap 692 orang karyawan sebuah BUMN di Bandung yaitu responden yang obesitas mempunyai risiko sebesar 2,32 kali dibanding yang tidak obesitas CI 95 % = 1,45 - 3,719. Hasil penelitian ini lebih kecil dari hasil penelitian yang dilakukan di daerah rural yang menemukan bahwa risiko orang yang obesitas untuk terkena hipertensi 6,3 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak obesitas dengan CI 95 % = 2,65-15,2910. Muchtar dan Fenida di Bagian Ginjal RSCM melaporkan penderita yang obesitas mempunyai risiko 1,6 kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari penderita yang tidak obesitas11. Hubungan obesitas dan hipertensi ini memperkuat pula hasil penelitian yang dilakukan terhadap 81 penderita hipertensi, setelah dilakukan diet selama 4 bulan dan berat badannya turun 9 kg, 79 penderita mengalami penurunan tekanan darah sistolik. sebesar 30 mmHg dan 7.OmmHg untuk tekanan darah diastolik11. Dengan bermaknanya hubungan obesitas dengan hipertensi di Kelurahan Kasongan Lama dan Baru ini, maka perlu dilihat variabel lain yang dapat memberikan kontribusi terhadap terjadinya obesitas tersebut, agar intervensi dapat diarahkan secara tepat. Beberapa faktor yang mungkin berhubungan dengan obesitas tersebut antara lain konsumsi tinggi lemak, dimana proporsi responden yang mengkonsumsi tinggi lemak sebesar 55,1 % dan kurang aktifitas fisik dan olah raga sebesar 33,9 %. Stress dan Hubungannya dengan Hipertensi Hubungan stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas syaraf simpatik yang dapat meningkatkan tekanan darah sebagai reaksi fisik bila seseorang mengalami ancaman (respon fight or fight). Hal ini menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan menyempitkan semua arteri kecil yang dapat menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Keadaan ini
dapat dilihat secara jelas pada white coat higeriensi, namun apabila stress menjadi berkepanjangan dapat mengakibatkan hipertensi persisten. Pada penelitian ini ditemukan bahwa 36,1% dari responden yang mengalami stress menderita hipertensi dan 27,2 % hipertensi terjadi pada responden yang tidak mengalami stress. Besar risiko responden yang stress untuk terkena hipertensi 1,9 kali lebih besar dibandingkan responden yang tidak menderita stress, nilai P = 0,000 pada CI 95 % 1,39 - 2,83. Hasil ini lebih rendah dari hasil penelitian yang dilakukan pada orang yang bekerja ditempat yang stress seperti pengontrol lalu lintas udara, dimana insiden hipertensi 4 kali lebih besar dibandingkan orang yang bekerja di tempat yang tidak stress atau tidak sibuk 12 . Umur dan Hubungannya dengan Hipertensi Hampir semua studi yang dilakukan sebelumnya melaporkan bahwa umur mempunyai hubungan yang sangat erat dengan hipertensi. Semakin tua umur seseorang semakin besar risiko terkena hipertensi. Pada suatu negara dimana terjadi perubahan struktur umur penduduknya biasanya akan terjadi pula peningkatan penyakit degeneratif maupun penyakit tidak menular antara lain hipertensi. Hal ini antara lain disebabkan terutama terjadinya kekakuan dan penyempitan pada pembuluh darah, sehingga menyebabkan jantung memompakan darah lebih kuat 12. Pada penelitian ini terlihat bahwa hubungan umur dengan hipertensi sangat kuat, dimana semakin tua usia seseorang semakin besar risiko untuk terkena hipertensi. Responden pada kelompok umur > 60 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi paling besar yaitu 8,9 kali, sedangkan kelompok umur 55-59 th mempunyai risiko sebesar 7,7 kali, hal ini lebih rendah dari kelompok umur > 60 tahun. Kelompok umur yang paling muda yaitu 40-54 tahun ternyata mempunyai risiko yang paling rendah pula yaitu 47
sebesar 3,7 kali dibanding kelompok umur tua. Hasil ini sama dengan hasil yang didapatkan dari hasil penelitian di daerah rural dimana kelompok umur diatas 44 tahun mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan kelompok umur 17-39 tahun, dan sangat mencolok terjadi pada kelompok usia 55-59 tahun yang mempunyai risiko sebesar 21,62 kali dibandingkan kelompok usia lainnya dengan CI 95 % = 4,10 - 113,97 10. Kesimpulan Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang mempunyai penyebab multifaktor, dimana penyakit hipertensi esensial dihubungkan dengan pola gaya hidup seseorang. Untuk efektifitas upaya pencegahan, maka perlu dicari faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan hipertensi sehingga dapat ditetapkan skala prioritas dalam pencegahan. Dari hasil penelitian ini belum semua faktor yang diduga berhubungan dengan hipertensi dapat diteliti karena keterbatasan data yang ada. Hasil penelitian ini didapatkan beberapa faktor yang berhubungan dengan hipertensi yaitu konsumsi ikan asin (OR adjusted=2,8), konsumsi wadi (OR adjusted=2,4), konsumsi tempuyak (OR=2,1), stress (OR ajusted= 1,98), obesitas (OR ajusted= 2,23), dan umur yang dikelompokkan ke dalam 3 katagori yaitu 40 - 54 th (OR ajusted= 3,2), 55 - 59 th (OR ajusted= 6,3 ), dan 60 -6S th (OR ajusted= 8,0). Semakin tua usia seseorang semakin besar risiko menderita hipertensi, namun walaupun faktor usia mempunyai kontribusi cukup besar, tetapi tidak dapat dilakukan modifikasi. Nilai OR ajusted yang terbesar adalah umur, oleh sebab umurdalam penelitian ini faktor yang paling dominan memberikan kontribusi terhadap hipertensi yaitu umur, namun tidak dapat dilakukan modifikasi, sedangkan ikan asin mempunyai nilai OR ajusted (2,8) sedikit lebih besar dari variabel lain. Saran Penelitian epidemiologi tentang hipertensi yang mencakup seluruh variabel yang
berhubungan dengan hipertensi, baik dari aspek lingkungan, perilaku, genetic maupun dari aspek lainnya. Penyempurnaan penelitian untuk pengukuran terhadap jumlah konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi, Penelitian diharapkan dapat menentukan jumlah konsumsi garam secara kuantitatif (cut of point) konsumsi garam yang dianjurkan untuk masyarakat Indonesia. Pengukuran jumlah konsumsi garam seseorang secara kuantitatif sulit diukur, namun pendekatan yang paling mungkin dilakukan saat ini yaitu dengan pengukuran recall 24 hours diet, atau records dengan penimbangan. Disamping itu penelitian tentang sensitifitas seseorang terhadap garam dan hubungannya dengan hipertensi juga menggunakan salah satu yang perlu mendapat perhatian bagi para peneliti dimasa yang akan datang. Penyempurnaan penelitian terhadap pengukuran aktifitas fisik dan olah raga yang dapat dilakukan dengan pengukuran work index, sport index dan leisure time index oleh Baecke et all, 1982. Karena masih rendahnya prosentase masyarakat yang menjalani pengobatan hipertensi secara teratur, maka perlu dilakukan penelitian tentang hal tersebut. Keteraturan berobat akan berdampak dalam menurunkan akibat yang lebih lanjut dari hipertensi seperti kecacatan dan kematian akibat stroke dan jantung koroner Daftar Pustaka 1. Sedyaningsih, Endang 2010, Hipertensi Penyebab Kematian nomor Tiga, disampaikan pada The 4th Scientific Meeting on Hypertension,di Jakarta 13 Februari 2010. 2. CDC 2002, State Spesific Mortality from Stroke and Distribution of Place of Death United States, 1999, MMWR, 51 (20): 429. 3. Darmojo, B. 2000, Mengamati Penelitian Epidemiologi Hipertensi di
48
4. 5.
6. 7.
8.
9. Brotoprawiro 1999, Prevalensi Hipertensi pada Karyawan Salah Satu BUMN yang Menjalani Pemeriksaan Kesehatan, Kelompok Kerja Serbro Vaskular FK Unpad/RSHS, disampaikan pada seminar hipertensi PERKI. 10. Basuki B dan Setianto, B, 2000, Age Body Posture, Dayli Working Load, Past Antihypertensive drugs and Risk of Hypertension: A Rural Indonesia Study. 11. Muchtar dan Fenida 1998, FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Hypertensi Tidak Terkendali pada Penderita Hipertensi Ringan daN Sedang yang Berobat di Poli Ginjal Hipertensi. 12. Kaplan N.M. 2006, Clinical th Hypertension, 9 edition, Lippincott.
Indonesia, disampaikan pada seminar Hipertensi PERKI. Mansjur A. et al. 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta. Jalal, F.Muhilai dan Hardiansyah 1998, Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Dalam: Widyakarya Pangan dan Gizi VI, 1998, Puspitek. Kaplan N.M. 2006, Clinical th Hypertension, 9 edition, Lippincott. Laragh, John H. And Brenner Barry M. 1999, Hypertension, Phatofisology,Prognosis and Management, Volume One, Raven Press. Maranho 2008, Satu Orang Kegemukan terancam Stroke dan Penyakit Jantung, Media Indonesia [online], diunduh dari http://www.obesitas.web.id, diakses tanggal 8 juni 2008.
49
Tinjauan Kasus Penyakit Bakihis di Desa Tumbang Kejamei dan Desa Kiham Batang, Kabupaten Katingan A Case Study on Bakihis Diseases in Tumbang Kejamei Village and Kiham Batang Village, Katingan Distric Vissia Didin, Marselinus Heriteluna, Natalansyah Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Palangka Raya
Abstract Itching (pruritus) is a feeling that automatically demands scratching. Scratching the skin is a sign of a skin disease caused by fungus. The data of skin diseases caused by fungi that have been reported by the education center in Indonesia stated that the incidence of fungal skin disease is the incident number three of all cases of skin disease after infection by bacterial diseases and skin diseases due to allergy. Dermatophytosis is an infection of the skin caused by dermatophytes fungi in tissues that contain keratin (skin, hair, nails). Reported by District Health Katingan that there is itching in the skin disease known by the people in the village Bakihis Tumbang Sanamang Katingan. The cases recorded in the local health center during 2009, namely: Tumbang Sanamang Village there are 16 cases, 2 cases in Kuluksapangi Village, 3 cases in Village Rantau Bahai, 5 cases in Village Dehes Asem, 2 cases in Kuai Tumbang Village, 5 cases in Village Rantau Puka, 1 case in Village Rangan Kawit, 2 cases in Village Kilam Batang, 1 case in Ije Tumbang Village, and 2 cases in Tumbang Labaning Village. The purpose of this study is want to know the diagnosis of diseases suffered by people in the Tumbang Kejamei Village and Kiham Kahayan Village and what factors cause the skin disease. Design used in this research is descriptive research. The analysis data using qualitative analysis by looking for sources of relevant literature. Keywords : Pruritus, Tinea imbrikata, Village Disease pendidikan di Indonesia menyatakan bahwa insiden penyakit jamur kulit merupakan insiden nomor tiga dari seluruh kasus penyakit kulit setelah penyakit infeksi oleh bakteri dan penyakit kulit karena alergi. Di Jakarta golongan penyakit kulit karena infeksi oleh jamur selalu menempati urutan kedua setelah dermatitis. Di daerah lain seperti Padang, Bandung, Semerang, Surabaya, dan Menado, kedaannya kurang lebih sama, yakni menempati urutan ke-2 sampai ke-4 terbanyak dibandingkan golongan penyakit lainnya. Gambaran penyakit kulit karena jamur kulit ini sangat sulit dibedakan dengan penyakit kulit yang disebabkan karena bakteri maupun karena sebab lain1.
Pendahuluan Gatal-gatal (Pruritus) adalah suatu perasaan yang secara otomatis menuntut penggarukan. Penggarukan terus menerus bisa menyebabkan kemerahan dan goresan dalam pada kulit. Penggarukan juga bisa mengiritasi kulit yang selanjutnya akan menyebabkan bertambahnya rasa gatal. Penggarukan dan penggosokan jangka panjang bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan penebalan kulit. Penggarukan pada kulit ini merupakan tanda adanya penyakit kulit yang disebabkan karena jamur. Berbeda dari penyakit lain, penyakit kulit dapat dilihat langsung dengan mata pemeriksa. Data-data penyakit kulit akibat jamur yang pernah dilaporkan oleh pusat
50
Dermatofitosis merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh jamur dermatofita pada jaringan yang mengandung keratin (kulit, rambut, kuku). Golongan jamur yang dapat mencerna keratin dengan enzim keratinase yaitu Trichophyton, sp; Microsporum, sp; Epidermophyton, sp. Perlu digaris bawahi bahwa estimasi penyakit kulit bisa bias. Estimasi penyakit kulit tersebut dapat lebih dari yang diperkirakan atau dibawah dari yang diperkirakan2. Masalah lain pada penyakit kulit adalah masyarakat tidak mencari pengobatan segera. Hal ini disebabkan karena jenis penyakit, sosial ekonomi, dan keberadaan saran kesehatan. Penderita penyakit kulit tidak mencari pengobatan segera karena mereka tidak tahu bahwa dirinya terkena infeksi jamur. Berbeda dengan penyakit lain, penyakit kulit memiliki morbiditas yang tinggi namun mortalitas rendah dan mempengaruhi kualitas hidup. Jumlah kunjungan ke rumah sakit dan puskesmas lebih banyak daripada jumlah yang dirawat inap di rumah sakit3. Dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Katingan bahwa terdapat penyakit gatal di kulit yang dikenal dengan Bakihis pada masyarakat di Desa Tumbang Sanamang Kabupaten Katingan. Adapun kasus yang tercatat di Puskesmas setempat selama tahun 2009 yaitu: Desa Tumbang Sanamang terdapat 16 kasus, Desa Kuluksapangi 2 kasus, Desa Rantau Bahai 3 kasus, Desa Dehes Asem 5 kasus, Desa Tumbang Kuai 2 kasus, Desa Rantau Puka 5 kasus, Desa Rangan Kawit 1 kasus, Desa Kilam Batang 2 kasus, Desa Tumbang Ije 1 kasus, dan Desa Tumbang Labaning 2 kasus. Keadaan ini bagaikan fenomena gunung es dimana kasus yang terlaporakan adalah masyarakat yang datang berobat sementara masyarakat yang tidak berobat tidak terdeteksi. Ada kemungkinan kasus penyakit gatal ini lebih banyak lagi. Belum adanya informasi mengenai apa faktor penyebabnya, oleh karena itu diperlukan penelitian yang mendalam mengenai kasus ini.
Metoda Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif melihat gambaran keadaan penyakit ‘Bakihis’. Lokasi penelitian bertempat di Desa Tumbang Kejamei dan Desa Kiham Batang, Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah. Pertimbangan pemilihan lokasi adalah jumlah kasus di daerah ini paling banyak kasusnya dibanding dengan desa lainnya.Waktu penelitian yaitu pada bulan 1 Juni – 30 November 2010. Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang telah didiagnosis oleh paramedis menderita penyakit bakihis. Sampel diambil dengan cara purposive sampling. Adapun sampel yang akan diambil yaitu mengambil sampel pemeriksaan fisik (kerokan kulit) di Desa Tumbang Kajamei (11 orang) dan Desa Kiham Batang (5orang). Wawancara dan Observasi dengan sampel (11 orang) dan Desa Kiham Batang (5 orang). Hasil dan Pembahasan Penduduk yang terserang Tinea Imbrikata di Desa Kiham Batang dan Desa Tumbang Kejamei tidak menunjukkan penonjolan pada jenis kelamin maupun umur tertentu. Penderita berasal dari penduduk setempat, sebagian besar hanya bersekolah sampai SD, dan bermata pencaharian petani. Memperhatikan kondisi rumah dan barangbarang yang dimiliki penderita Tinea Imbrikata tidak dapat dikatakan sebagai rumah sehat. Jendela yang jarang dibuka dan tidak mencukupi. Rata-rata suhu udara dalam ruangan adalah 280 – 300 C dengan kelembaban rata-rata 82%. Suhu dan kelembabab yang mendukung untuk bakteri yaitu suhu ruangan. Kelembaban yang relatif tinggi (kelembaban ideal: 60%) dibandingkan dengan musim kemarau menyebabkan jamur mudah berkembang. Jamur mudah berkembang saat kelembaban 80-90% dengan suhu 10420C 4. Pada penelitian ini dicari penderita yang menderita penyakit ‘bakihis’ kemudian melakukan observasi dan wawancara
51
kepada penderita selama 3 hari. Dilakukan pula pengamatan dan wawancara terhadap masyarakat yang tidak menderita ‘bakihis’. Penderita penyakit ‘bakihis’ sebagian besar telah menderita penyakit ini sebelumnya. Diantara yang pernah sakit 80% pernah berobat dan diantara yang berobat sembuh semua, tetapi pada saat ini terinfeksi kembali atau kambuh. Hal ini mungkin dikarenakan penderita hanya diobati dengan griseofulvin tablet dalam jangka pendek, mengingat obat ini di pedesaan masih dirasakan cukup mahal. Persepsi penderita mengenai penyakit ini tidak terlalu berbda dengan kelompok penduduk yang sehat, kecuali dalam hal pendapat bahwa penyakit ini berbahaya. Kelompok penderita cenderung mengatakan penyakit kulit ini tidak berbahaya. Mengenai perilaku hidup bersih dan sehat seperti mandi dan ganti pakaian tidak ada perbedaan pendapat antara penderita dengan bukan penderita penyakit ‘bakihis’. Perbedaan yang dapat diungkapkan dalam hal perilaku sehari-hari adalah pada kelompok penderita lebih banyak yang mandi tanpa sabun. Dalam hal kebersihan rumah kelompok yang sakit jarang membersihkan lantai rumah sheingga
kamar tidur dan kamar tamu yang dimiliki lebih banyak yang kotor. Kondisi lingkungan rumah, masyarakat yang menderita penyakit bakihis lebih banyak yang mempunyai rumah tanpa jendela. Jikalau ada ventilasi yang mencukupi mereka cenderung tidak membuka jendela. Dari pengamatan rumah pada penderita penyakit ‘bakihis’ sebagian besar mempunyai rumah yang sangat sederhana (dari atap kulit kayu) dan terdiri dari datu ruangan untuk segala keperluan (bekerja, tidur, memasak, dll). Dari hasil biakan kerokan kulit penderita ‘bakihis’ terdeteksi jamur kontaminan (Gambar 1). Hasil pemeriksaan laboratorium dari Balai Laboratorium Kesehatan Palangka Raya yang bekerja sama dengan laboratorium patologi klinik Universitas Indonesia tidak menyatakan secara spesifik adanya jamur Tinea imbrikata. Hal ini mungkin disebabkan jamur tersebut tertutup oleh jamur kontaminan yang ditemukan. Menurut, petugas laboratorium UI bahwa jamur Tinea imbrikata relatif sukar untuk dibiakan. Namun, dengan penemuan jamur kontaminan ini menjadi indikator bahwa dapat ditemukan jamur Tinea imbrikata (Gambar 2).
Gambar 1. Gambar Pengambilan Spesimen Jamur di Kulit
52
Gambar 2. Gambar Fisik Kasus Penyakit Kulit
Berdasarkan wawancara dengan penduduk setempat, dilaporkan bahwa di kedua desa tersebut juga terdapat penderita TB-paru. Dilihat dari pola kebiasaan makan penduduk setempat tidak memakan makanan dengan gizi seimbang. Keadaan ini dikarenakan kondisi area tempat yang susah untuk dijangkau (di daerah pedalaman) dengan satu sumber air yaitu sungai. Kondisi sungai juga tidak terlalu baik karena banyaknya petambang emas tidak berijin. Hal tersebut yang menyebabkan tidak ada hasil sungai yang didapat untuk pemenuhan kebutuhan bahan pangan. Kebiasaan makan penduduk tersebut lebih banyak makan-makanan yang lebih awet seperti mie, sarden, dengan sedit sayur-sayuran. Tinea imbrikata tidak hanya terdapat pada Desa Tumbang Kejamei dan Desa Kiham Batang. Pada beberapa desa di Kecamatan Sokan Kabupaten Malawi Kalimantan Barat juga terdapat infeksi jamur Tinea imbrikata. Dilihat dari letak antara Desa Kiham Batang dan Desa Tumbang Kejamei sangat dekat dengan Kabupaten Malawi. Kedua desa tersebut berbatasan dengan Kabupaten Malawi. Kejadian penyakit ‘bakihis’ yang disebabkan karena Tinea imbrikata ini sangat dimungkinkan mengingat letak di kedua desa dengan Kabupaten Malawi berada pada jajaran pegunangan Miller di perbatasan Kalimantan Tengah dengan Kalimantan
Barat. Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan intervensi berupa penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui kunjungan rumah. Kesimpulan Prevalensi penderita Tinea imbrikata cukup tinggi di Desa Tmbang Kejamei dan Desa Kiham Batang Kabupaten Katingan. Jumlah penderita bervariasi 1,1-17,62%. Tidak ada perbedaan penderita laki-laki dan perempuan. Penyakit ini umumnya diderita sejak kecil dengan luas daerah yang terkena gatal >10% luas permukaan tubuh. Bahkan ada yang lebih dari1/3 penderita mempunyai penyakit yang menyelimuti seluruh tubuh. Banyak penderita yang memiliki keluarga dengan infeksi serupa. Penderita umumnya petani peladang berpindah dengan taraf pendidikan rendah. Higiene perorangan dan lingkungan kurang rumah penduduk ialah rumah panggung dengan 1 ruang utama dan 1 ruang dapur. Lokasi daerah yang diteliti ini termasuk desa terpincil dengan saran perhubungan melalui sungai. Saran Pendidikan kesehatan pada masyarakat terutama dalam hal Pola Hidup Bersih dan Sehat. Melakukan kunjungan rumah untuk melakukan perawatan terhadap penderita penyakit kulit.
53
Ciptomangunkusumo, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta. 4. Bramono, Kusmariah, Dermatofitosis, [online]diunduh dari:http://fkui.ac.id.edu, tanggal akses 20 Mei 2010.
Daftar Pustaka 1. Harahap, Marwali 1998, Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta. 2. Siregar, R.S. 2004, Penyakit Jamur Kulit, EGC, Jakarta. 3. Budimulya U., 1980, Penyelidikan Dermatofitosis di RS Dr.
54
ISSN : 2087-9105
PANDUAN PENULISAN NASKAH SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN Unsur - unsur yang ada dalam laporan akhir Penelitian Risbinakes 1. Halaman Sampul, Judul dan Penelitian 2. Kata Pengantar 3. Daftar Isi 4. Abstrak (Indonesia an Inggris) 5. Bab I Pendahuluan, meliputi : Latar Belakang masalah, tujuan umum, tujuan khusus, hipotensi, manfaat penelitian. 6. Bab II Tinjauan Pustaka, Meliputi : kerangka teori, kerangka konsep dan definisi operasional. 7. Bab III Metodologi Penelitian meliputi ; lokasi penelitian, waktu penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, populasi dan sample, tehnik pengumpulan data, tehnik pengolahan data, dan analisa data statistik. 8. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi : Penyajian hasil pengumpulan data dalam bentuk tabel dan atau grafik, membandingkan hasil penelitian dengan bahan publikasi lain yang sejenis dengan penelitian seperti buku, jurnal dll. 9. Bab V Kesimpulan dan Saran, Kesimpulan pada umumnya mengemukakan hasil pembahasan yang berkaitan dengan tujuan khusus sehingga dapat menggambarkan sekaligus menjawab tujuan umum, sedangkan saran adalah tindak lanjut dari kesimpulan yang diperoleh sehingga jika saran ini dilakukan maka akan dapat mengurangi atau mengeliminasi masalah yang ada. 10. Daftar Pustaka 11. Lampiran, meliputi jadwal kegiatan, surat izin selama penelitian, hasil analisa statistic (bila ada) denah lokasi, dll yang dianggap mendukung tujuan penelitian. Petunjuk Bagi Calon Penulis Jurnal Forum Kesehatan 1. Jurnal Forum menerima naskah tentang Kesehatan atau yang berhubungan dengan Kesehatan, baik berupa telaah pustaka (hanya atas undangan) dan hasil penelitian yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu Kesehatan maupun perbaikan program kesehatan khususnya di Indonesia. Naskah belum pernah dimuat ataupun sedang diajukan untuk dimuat dalam media komunikasi lainnya. Naskah yang dikirim belum tentu dimuat tergantung pada pertimbangan Dewan Redaksi. Naskah yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan kecuali disertai perangko Pengiriman. 2. Naskah yang ditulis untuk Jurnal Forum Kesehatan diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan jarak (2) spasi, diatas kertas HVS ukuran kuarto (A4), panjang naskah minimum 8 maksimum 15 halaman. Naskah diketik dengan (2) kolom, dikirim rangkap dua (2) disertai dengan Disket,CD-Rom atau Flasdisk ke alamat :
Jurnal Forum Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya, Unit Perpustakaan Jalan George Obos Nomor 32 Palangka Raya 73112, Telepon (0536) 3230730 / 08561073357, email :
[email protected]. 3. Judul naskah dicetak dengan huruf besar ditengah dengan huruf sebesar 14 pts. Peringkat judul dicetak dengan ukuran yang berbeda : Peringkat 1 (Huruf Besar Semua, Tebal, Rata Tepi Kiri), Pts 12 Peringkat 2 (Huruf Besar Kecil, Tebal, Rata Tepi Kiri) pts 11 Peringkat 3 (Huruf Besar Kecil, Tebal-Miring, Rata Tepi Kiri) pts 10 4. Nama penulis artikel/naskah dicantumkan tanpa gelar akademik dan ditempatkan dibawah judul artikel. Nama penulis hendaknya dilengkapi dengan alamat korespondensip serta nama dan alamat lembaga tempat peneliti. Jumlah penulis maksimum tiga (3) orang. Dalam hal peneliti dilakukan oleh tim, penyunting hanya berhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutan pertama. Penulis dianjurkan menggunakan email untuk memudahkan komunikasi. Penulis utama juga diminta untuk mengisi Formulir pernyataan originalitas naskah yang ditulis. Formulir disediakan oleh Jurnal Forum Kesehatan. 5. Dibawah nama penulis dicantumkan abstrak dalam bahasa Inggris untuk naskah berbahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris bila naskah berbahasa Inggris. Abstrak ditulis tanpa alenia (paragraf) maksimum 200 kata, satu spasi, disertai lima (5) kata kunci. 6. Artikel/naskah ditulis dalam bahasa Indonesia/Inggris dengan sistematika penulisan naskah asli (hasil penelitian) terdiri atas : Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran dan Rujukan (hanya memuat sumbersumber yang dirujuk). 7. Segala Sesuatu yang menyangkut Ethical clearance, perijinan, pengutipan dan penggunaan software computer untuk pembuatan naskah atau hal lainnya yang terkait dengan HKI yang dilakukan oleh penulis, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbul karenanya, menjadi tanggung jawab penuh penulis artikel. 8. Biodata seluruh penulis yang memuat data pribadi ditulis pada lembar terpisah. Data pribadi diisi nama, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, instansi tempat kerja, alamat kantor dan rumah beserta nomor telpon/hp, riwayat pendidikan (hanya Pendidikan Tinggi), pengalaman penelitian dan publikasi. 9. Judul tabel ditulis pada bagian atas, sedangkan judul grafik atau bagan ditulis dibagian bawah. Lambang dan singkatan kecuali satuan ukuran yang sudah baku hanya digunakan dalam tabel dengan mencantumkan keterangan pada bagian bawah. Lambang atau singkatan didalam naskah boleh digunakan hanya sesudah ada penjelasan atau kepanjangannya. 10. Sumber rujukan sedapat mungkin menggunakan pustaka terbitan 10 (sepuluh) tahun terakhir. Rujukan yang diutamakan adalah sumber sumber primer berupa laporan penelitian, atau artikel-artikel dalam jurnal dan majalah ilmiah yang terakreditasi secara nasional atau Internasional. Jumlah rujukan minimum delapan (8) dan maksimum Lima Belas (15). Pencantuman sumber pada kutipan langsung disertai dengan nomor halaman tempat asal kutipan. contoh : (Polit and Hungler, 2006:47)
11. Penulisan rujukan menggunakan Harvard Style diurut secara alfabetis seperti contoh berikut ini; Buku : Green, S.B.& Salkind, N.J. 2004. Using SPSS for Windows and Macintosh Analysing and Understanding Data. Fourth Editon.New Jersey: Prentice Hall Buku Kumpulan Artikel : Nicol,M.& Glen,S. (Eds.). 1999. Clinical Skills in Nursing: The return of the practical room? London: McMilla Press LTD Atikel dalam Buku Kumpulan artikel : Rideout, E.& Carpio,B.2001. The Problem-Based Learning Model of Nursing Education. In B.Rideout (Eds.)Transforming Nursing Education Through ProblemBased Learning.(p.21-49). Toronto: Jones and Bartllet Publisher. Ariel dalam Jurnal atau Majalah : Husaini, Y.K.2006. Perilaku Memberi Makan Untuk Meningkatkan Tumbuh Kembang Anak. Gizi Indonesia, 29 (1): 58-64 Artikel Dalam Koran : Sunarty, S.31 Desember, 2010. Penurunan Kepekaan Sosial Remaja.Kalteng Post, hlm.11 Tulisan/berita dalam Koran (tanpa nama pengarang) : Kalteng Post. 31 Desember,2010.RSUD Berlaku Tarif Baru, hlm.9. Dokumen Resmi : Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti, 2006. Himpunan Peraturan Tentang Pola Pembinaan Karier Dosen Perguruan Tinggi di Indonesia.Jakarta: Depdiknas. Buku Terjemahan: Tits,S,Mayers,M.,Wodak,R.& Vetter,E.1999. Metode Analisis Teks & Wacana. Terjemahan Oleh : Abdul Syukur Ibrahim (Eds.) Gazali,Frans Thomas dan Suwarna Priggawidagda., 2000. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Skripsi, Thesis, Disertasi, Laporan Penelitian: Kuncoro,T.1996. Pengembangan Kurikulum pelatihan Magang di STM Nasional Malang Jurusan Bangunan Program Studi Bangunan Gedung : Suatu studi Berdasarkan Kebutuhan Dunia Usaha Jasa Konstruksi. Tesis Tidak Diterbitkan Malang - PPS IKIP MALANG.