PERBEDAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMA MUHAMMADIYAH 1 GUBUG GROBOGAN
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh:
ISRO NAWANGSIH YUSTANTI J 310 090 018
PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
1
PERBEDAAN STATUS GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN PRESTASI BELAJAR SISWA YANG MENGIKUTI DAN TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SMA MUHAMMADIYAH 1 GUBUG GROBOGAN
Isro Nawangsih Yustanti Program S1 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Children who do not attend the extracurricular activities have nutritional status and physical activity reduced than children who do attend extracurricular who can down learning achievement. These conditions can be seen from average value who do nor attend extracurricular of 43.5% is lower than in children who attend extracurricular activities. To know the differences in nutritional status, physical activity and learning achievement of students between attend and do not attend the extracurricular activities in SMA Muhammadiyah 1 Gubug Grobogan. This study is an observational study using cross-sectional approach . Data nutritional status collected using anthropometry, physical activity using recall 7x24 hours in a row and the achievement of learning outcomes using cognitive value (MID Semester). To analyze the difference by using the Independent T Test. The research result show the description of the characteristics of the respondents on a high school student that is characteristic of the gender of the majority of respondent (62.73%) is female, age 16 years and most of the respondents (49,09 %), the nutritional status of respondent who attend most of the extracurriciler (54, 55%) are a categories of normal while the nutritional status of the respondents who do not attend mostly extracurricular (47.27 %) is a skinny, physical activity categories of respondents that attend (52.73 %) mostly extracurricular is the category being while physical activity responden extracurricular who do not attend the majority (60 %) is a category of mild, the achievement of study respondent who attend the extracurricular most (67.28 % ) is a category of attend while the learned respondent achievement that do not attend the majority of extracurricular category is enough (72.73 %). There is no difference in nutritional status between student who are following and not following extracurricular activities (p = 0.222). There is the significant difference between the physical activity of student who follow and do not attend the activities of the extracurricular (p = 0.000). There is a significant difference between learning achievement of students who attend and do not attend the activities of the extracurricular (p = 0.000). Keywords : physical activity, extracurricular activities, academic achievement, nutritional status Bibliography : 51 (1996-2012)
1
siswa baik dalam sekolah maupun di
PENDAHULUAN Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan gerbang
yang utama
kesuksesan.
luar sekolah. Manfaat
mempunyai untuk
Dengan
kegiatan
menuju
ekstrakurikuler
adanya
mengurangi
diantaranya masalah
dapat
perilaku,
pendidikan yang berkualitas sangat
meningkatkan
berpengaruh
prestasi
psikososial dan peningkatan prestasi
belajar peserta didiknya (Hurlock,
belajar siswa. Prestasi belajar siswa
2004). Salah satu wadah pembinaan
sendiri
siswa di sekolah adalah kegiatan
beberapa faktor antara lain adalah
ekstrakurikuler.
status gizi (Slameto, 2010). Pada
terhadap
Kegiatan merupakan
ekstrakurikuler kegiatan
yang
kemampuan
dapat dipengaruhi oleh
umumnya kondisi status gizi yang baik
memungkinkan
seseorang
terkoordinasi, terarah dan terpadu
melakukan aktivitas yang tinggi pula
yang dilakukan bersama di sekolah
sehingga
sebagai kegiatan tambahan tetapi
peningkatan prestasi akademik, di
bukan merupakan kegiatan utama di
mana
sekolah.
hubungannya
Kegiatan
ektrakurikuler
dapat
prestasi
menunjang
akademik dengan
tingkat
mempunyai tugas yang jelas dan
kecerdasan
berguna untuk perkembangan anak.
dengan kesehatan tubuh secara
Melalui
ekstrakurikuler
menyeluruh (Anindya, 2009). Siswa
siswa
yang
yang
kegiatan beragam
dapat
dan
erat
aktivitas
melakukan
fisik
kegiatan
mengembangkan bakat, minat dan
ekstrakurikuler di sekolah diperlukan
kemampuannya,
tetapi
asupan
akan
perkembangan
kegiatan
akan
ekstrakurikuler
gizi
yang
sesuai
anak
bagi
dengan
menjadi masalah jika waktu belajar
kualitas dan kuantitas yang baik
yang kurang bisa mengakibatkan
serta benar (Judarwanto, 2010). Jika
penurunan prestasi belajar pada
kesehatan terganggu maka akan
siswa.
berakibat pada konsentrasi siswa
Dalam
Mooduto
(2006)
menunjukkan bahwa ada pengaruh
dan
kegiatan
2004).
prestasi
ektrakurikuler belajar
siswa,
terhadap dimana
hasil
prestasinya
Faktor
lain
(Huryati,
yang
dapat
mempengaruhi prestasi siswa yaitu
ekstrakurikuler dapat memberikan
aktivitas
fisik
(Slameto,
2010).
motivasi terdapat prestasi belajar
Aktivitas fisik (termasuk olah raga)
2
dan masukan zat gizi mempunyai
ditemukan 20,03% dengan status
dampak
gizi kurang dari 15 siswa. Tingkat
yang
sinergis
terhadap
kesehatan jasmani (Huryati, 2004). Hasil penelitian sebelumnya
prestasi
belajar
mengikuti
siswa
yang
ekstrakurikuler
secara
yang dilakukan Sugiyanto (2009)
umum juga diperoleh tingkat yang
diketahui
lebih baik daripada siswa yang tidak
siswa
yang
mengikuti
ekstrakurikuler memiliki status gizi
mengikuti
yang baik bila dibandingkan dengan
yang
siswa
mempunyai
yang
tidak
mengikuti
ekstrakurikuler.
mengikuti nilai
Siswa
ekstrakurikuler rata-rata
70,04
ekstrakurikuler. Status lemak tubuh
sebanyak 45,08% dan siswa yang
dan kesegaran jasmani yang tidak
tidak
mengikuti
mempunyai
ekstra
lebih
tinggi
mengikuti
ekstrakurikuler
nilai rata-rata 65,08
daripada yang mengikuti ekstra. Ini
sebanyak 43,5%. Oleh karena itu
disebabkan
peneliti
kurangnya
aktivitas
tertarik
untuk
meneliti
olahraga para siswa yang tidak
apakah ada perbedaan antara status
mengikuti ekstra sehingga terdapat
gizi,
perbedaan antara tingkat status gizi,
belajar siswa yang mengikuti dan
status lemak tubuh, dan status
yang
tingkat kebugaran jasmani siswa
ekstrakurikuler
SMP N 1 Banyuates Sampang yang
Muhammadiyah 1 Gubug.
mengikuti
dan
tidak
mengikuti
ekstrakurikuler
aktivitas
tidak
fisik
dan
prestasi
mengikuti
kegiatan
di
SMA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara
Berdasarkan survey pendahuluan di
status gizi, aktivitas fisik dan prestasi
SMA
belajar siswa yang mengikuti dan
Muhammadiyah
1
Gubug
diketahui jumlah siswa yang secara
tidak
keseluruhan sebanyak 122 siswa.
ekstrakurikuler
Secara umum status gizi siswa yang
Muhammadiyah 1 Gubug Purwodadi
mengikuti ekstrakurikuler lebih baik
Grobogan.
dari pada siswa yang tidak mengikuti
METODE PENELITIAN
ekstrakurikuler, karena pada siswa
Jenis
yang
observasional
mengikuti
ekstrakurikuler
mengikuti
kegiatan di
penelitian
SMA
ini
bersifat
analitik
dengan
hanya terdapat 6,32% dengan status
pendekatan
gizi kurang dari 15 siswa, sedangkan
Penelitian
yang tidak mengikuti ekstrakurikuler
Muhammadiyah 1 Gubug dari bulan
cross dilakukan
sectional. di
SMA
3
Oktober hingga Januari. Populasi
SMA Muhammadiyah 1 Gubug yang
dari penelitian ini adalah siswa siswi
berjenis
kelas XI IPA dan XI IPS
perempuan.
SMA
Muhammadiyah 1 Gubug sebesar
kelamin
laki-laki
dan
1. Jenis Kelamin Subjek
110 siswa. Subjek penelitian ini
Berdasarkan Tabel 9 distribusi
adalah siswa SMA Muhammadiyah
jenis kelamin diketahui bahwa siswa
1 Gubug Kelas XI IPA dan XI IPS
yang berjenis kelamin perempuan
dengan memenuhi kriteria inklusi
lebih
anak yang mengikuti kegiatan dan
(62,73%) dibandingkan perempuan
yang
yaitu sebanyak (37,27%).
tidak
mengikuti
kegiatan
ekstrakurikuler, siswa tidak dalam
banyak
yaitu
sebanyak
2. Umur Subjek
keadaan cacat fisik jasmani dan
Umur siswa termuda adalah
rohani dan kriteria eksklusi anak
15 tahun yaitu sebanyak 17 siswa
tidak datang pada saat pengambilan
(15,45%) dan siswa tertua adalah 18
data, anak pindah sekolah, dan anak
tahun
dalam keadaan sakit. Teknik yang
(7,27%), dan jumlah paling banyak
digunakan dalam pemilihan sampel
yaitu siswa dengan usia 16 tahun
adalah
sebanyak 54 subjek (49,09%).
Proposional
Random
yaitu
sebanyak
8
siswa
Sampling. Hasil uji kenormalan data dengan
menggunakan
uji
B. HASIL PENELITIAN
Kolmogorof Smirnov, menunjukkan semua
data
1. Status Gizi Subjek
berdistribusi normal
Status
maka digunakan uji-t Independent t
2009)
test.
Gizi
menurut
adalah
suatu
(Almatsier, ukuran
mengenai kondisi tubuh seseorang
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dapat dilihat dari makanan
A. Karakteristik Subjek Subjek
yang
terlibat
pada
penelitian ini adalah siswa siswi
yang dikonsumsi yang dapat diukur dengan
beberapa
metode.
Tabel 1. Distribusi Status Gizi pada Anak yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
Status Gizi Kurus Normal Gemuk Jumlah
Jumlah (n) 23 30 2 55
Kegiatan Ekstrakurikuler Ikut Tidak ikut Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%) 41,82 26 47,27 54,55 25 45,46 3,63 4 7,27 100 55 100
4
Hasil
Penelitian
ini
perbedaan tingkat status gizi, status
menunjukkan bahwa pada subjek
lemak tubuh dan status tingkat
yang
kegiatan
kebugaran jasmani siswa SMP N 1
kategori
Banyuates Sampang yang mengikuti
mengikuti
ekstrakurikuler
memiliki
berstatus gizi normal sebanyak 30 subjek (54,55%), sedangkan subjek yang
tidak
mengikuti
kegiatan
memiliki
kategori
ekstrakurikuler
berstatus gizi kurus berjumlah 26 subjek (47,27%). Status
dan tidak mengikuti ekstrakurikuler. 3.
Aktivitas Fisik Subjek Aktivitas fisik adalah setiap
gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran
tenaga,
energi
dan
pembakaran kalori (Sharkey, 2011). Aktivitas fisik subjek yang diambil
gizi
normal
terjadi
adalah
kegiatan
atau
aktivitas
apabila tubuh memperoleh cukup
sehari-hari yang dikeluarkan selama
zat gizi yang digunakan secara baik.
7 x 24 jam, yang dihitung dengan
Status gizi kurus terjadi apabila anak
cara menghitung rata-rata alokasi
yang
waktu
tidak
makanan
memperoleh yang
berdampak
asupan
cukup
dapat
pada
tingkat
negatif
kesehatan (Anindya, 2009) sehingga daya tahan tubuhnya akan menjadi
aktivitas
yang
dipergunkaan
fisik
dengan
untuk metode
Physical Activity Level (PAL) dalam FAO/WHO/UNU. Penilaian
aktivitas
fisik
lemah dan akan mudah terserang
dikelompokkan menjadi 3 kelompok
penyakit sehingga menderita gizi
yaitu aktivitas ringan (1,40 - < 1,69),
kurang
Menurut
aktivitas sedang (1,70 - < 1,99) dan
masalah
aktiivtas berat
(Azwar,
Supariasa
2004).
(2002)
(2,00
-
< 2,40)
kekurangan dan kelebihan gizi pada
(FAO/WHO/UNU, 2001). Distribusi
anak merupakan salah satu faktor
subjek
risiko munculnya penyakit tertentu.
berdasarkan rata-rata aktivtas fisik
Hal ini sesuai dengan penelitian
subjek selama 7 hari berurutan.
Sugianto
Aktivitas Fisik Ringan Sedang Berat Jumlah
(2009)
bahwa
menurut
aktivitas
fisik
ada
Tabel 2. Distribusi Aktivitas Fisik Subjek Kegiatan ekstrakurikuler Ikut Tidak ikut Jumlah (n) Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%) 7 12,73 33 60 29 52,73 10 18,18 19 34,54 12 21,82 55 100 55 100
5
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada
subjek
yang
kegiatan
ekstrakurikuler
rata-rata
aktivitas
mengikuti memiliki
berlari, sepak bola, volly, futsal dan bela diri (Nurmalia, 2011). 4.
Prestasi Belajar Subjek
sedang
Prestasi belajar adalah hasil
(52,73%)
dari proses belajar mengajar yang
sedangkan pada subjek yang tidak
dapat diukur dengan tes tertentu.
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
Pengukuran prestasi belajar dalam
memiliki
pendidikan formal telah ditetapkan
sebanyak
29
fisik
subjek
rata-rata
aktivitas
yang
ringan sebanyak 33 subjek (60%). Aktivitas fisik sedang terjadi ketika
aktivitas
tersebut
dalam jangka waktu tertentu seperti mid semester (UTS) dan ujian akhir semester
(UAS).
Mid
membutuhkan tenaga intens atau
(UTS)
secara
Kegiatan
parameter yang digunakan untuk
subjek
menentukan prestasi belajar (Syah,
yang
terus menerus. sering
biasanya
dilakukan
mengerjakan
pekerjaan
dan
ringan
bersepeda,.
terjadi
apabila
salah
satu
2010). Pada penelitian ini prestasi
rumah, bermain, jalan kaki, berlari kecil
merupakan
semester
Aktivitas
belajar diperoleh dari nilai rata-rata
aktivitas
mid
semester
(UTS)
dari
mata
tersebut memerlukan sedikit tenaga.
pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa
Seperti
halnya
Inggris, Matematika, dan Olahraga.
subjek
adalah
duduk,
yang
dilakukan
menyapu
istirahat,
menggunakan
lantai, mencuci
mesin,
menonton
Prestasi belajar dari 110 subjek dalam
penelitian
terendah
59
ini
yaitu
sedangkan
nilai nilai
televisi, bermain game, belajar dan
tertinggi 91,8 dan nilai rata-rata
nongkrong.
76,03.
Sedangkan
aktivitas
berat biasanya berhubungan dengan
Distribusi subjek berdasarkan
membutuhkan
prestasi belajar yang diterapkan oleh
kekuatan dan berkeringat. Kegiatan
Depdiknas (2003) terdapat dalam
yang
tabel 3 sebagai berikut :
olahraga
dan
dilakukan
subjek
seperti
6
Tabel 3. Distribusi Prestasi Belajar Subjek Penelitian
Prestasi Belajar Baik Sekali Baik Cukup Kurang Sangat Kurang Jumlah Tabel subjek
Jumlah (n) 4 37 14 0 0 55
3.
yang
diketahui mengikuti
Kegiatan ekstrakurikuler Ikut Tidak Ikut Persentase (%) Jumlah (n) Persentase (%) 7,27 1 1,82 67,28 13 23,63 25,45 40 72,73 0 1 1,82 0 0 0 100 55 100 bahwa
kegiatan
belajarnya
disekolah.
Prestasi
belajar yang baik dapat memberikan
ekstrakurikuler mempunyai nilai rata-
pengaruh
rata yang baik yaitu sebesar 37
seorang siswa. sebagaimana yang
subjek (67,28%) sedangkan yang
dikemukakan oleh Nasution (2005)
tidak
yang
mengikuti
kegiatan
terhadap
keberhasilan
menyatakan
bahwa
ekstrakurikuler mempunyai nilai rata-
keberhasilan seseorang tergantung
rata
kepada keberhasilan seseorang itu
cukup
(72,73%).
sebesar Hal
ini
40
subjek
menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa cukup, karena nilai rata-rata subjek lebih dari 70 sebagaimana standar dari Depdiknas (2008).
faktor
yang
tinggi
yang
sangat
penting bagi seorang anak dalam usaha
belajar.
kecerdasan
Semakin
seseorang
tinggi maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses dan sebaliknya maka semakin
kecil
C. Perbedaan Status Gizi Antara Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Status
Kecerdasan merupakan
sendiri.
peluangnya
untuk
meraih sukses (Syah, 2005). Salah satu cara menilai kualitas seseorang
gizi
adalah
kondisi
tubuh seseorang yang dapat dilihat dari segi makanan yang dikonsumsi yang dapat diukur dengan beberapa metode. Hasil status
gizi
mengikuti kegiatan
analisis antara dan
perbedaan siswa
tidak
ekstrakurikuler
Muhammadiyah
1
yang
mengikuti di
Gubug
SMA dapat
dilihat pada Tabel 4
anak adalah dengan melihat prestasi
7
Tabel 4. Hasil Uji Beda Status Gizi Kelompok Ekstrakurikuler Ikut Tidak Ikut
Status Gizi Max Mean ± SD 24,80 18,26 ± 2,39 24,36 18,99 ± 2,40
Min 14,20 14,43
P 0,222*
* Independent t-tes Tabel 4 menunjukkan rerata status
gizi
mengikuti
pada
yang
sehingga pertumbuhan fisik maupun
sebesar
perkembangan otak dapat berjalan
siswa
ekstrakurikuler
gizi yang digunakan secara efisien,
18,26 ± 2,39 dengan nilai minimal 14,20 dan nilai maksimalnya 24,80.
dengan optimal (Suhardjo, 2003). Siswa
yang
melakukan
Rerata status gizi pada siswa yang
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah
tidak
ekstrakurikuler
diperlukan asupan gizi yang sesuai
sebesar 18,99 ± 2,40 dengan nilai
bagi perkembangan anak dengan
minimal 14,43 dan nilai maksimalnya
kualitas dan kuantitas yang baik dan
28,36. Hasil uji statistik dengan
benar
menggunakan
menggunakan
Kelebihan status gizi dari kebutuhan
Independent T Test didapatkan nilai
normal dalam jangka waktu yang
p=0,222
sehingga
lama dan aktivitas yang kurang akan
menunjukkan tidak ada perbedaan
mempengaruhi kesehatan (Huryati,
status
yang
2004). Hal ini bertentangan dengan
mengikuti
penelitian Sugiyanto (2009) bahwa
eksktrakurikuler
ada perbedaan antara tingkat status
dikarenakan ada faktor lain yang
gizi, status lemak tubuh dan status
mempengaruhinya seperti konsumsi
tingkat kebugaran jasmani siswa
makanan
SMP N 1 Banyuates Sampang yang
mengikuti
(p>0,05)
gizi
antara
mengikuti
dan
kegiatan
dan
Konsumsi salah
tidak
penyakit
makanan satu
siswa
infeksi.
merupakan
faktor
yang
mengikuti
(Judarwanto,
dan
tidak
2010).
mengikuti
ekstrakurikuler.
memenuhi energi yang dibutuhkan
D. Perbedaan Aktifitas Fisik Antara Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Hasil analisis perbedaan
oleh tubuh. Status gizi baik terjadi
aktivitas fisik antara siswa yang
bila tubuh memperoleh cukup zat
mengikuti
mempengaruhi status gizi. Tubuh memerlukan
zat-zat
gizi
yang
terkandung pada makanan untuk
dan
tidak
mengikuti
8
kegiatan
ekstrakurikuler
Muhammadiyah
1
di
SMA
Gubug
dilihat pada tabel 5.
dapat Tabel 5. Hasil Uji Beda Aktivitas Fisik
Kelompok Ekstrakurikuler Ikut Tidak Ikut
Aktivitas Fisik Max Mean ± SD 2,40 1,95 ± 0,27 2,40 1,74 ± 0,33
Min 1,41 1,40
P 0,000*
* Independent t-test Tabel 5 menunjukkan bahwa rerata aktivitas fisik pada siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler
dikeluarkan setiap harinya (Moehji, 2003). Menurut
sebesar
Sharkey
(2011)
1,95 ± 0,27 dengan nilai minimal
mendefinisikan aktivitas fisik sebagai
1,41 dan nilai maksimalnya 2,40.
gerakan tubuh yang meningkatkan
Rerata aktivtas fisik pada siswa
pengeluaran
yang tidak mengikuti ekstrakurikuler
Selama melakukan aktivitas fisik otot
sebesar 1,74 ± 0,33 dengan nilai
memerlukan
minimal 1,40 dan nilai maksimalnya
metabolisme
2,40. Hasil uji statistik dengan uji
Banyaknya energi yang dibutuhkan
Independent T Test menunjukan
tergantung berapa banyak otot yang
nilai
bergerak, berapa lama dan beratnya
p=0,000
sehingga
ada
tenaga
energi untuk
perbedaan yang bermakna aktivitas
pekerjaan
fisik antara siswa yang mengikuti
(Almatsier, 2009).
dan
tidak
mengikuti
ekstrakurikuler. aktivitas
Ada
fisik
dengan
kegiatan
ekstrakurikuler
dan
non
energi.
diluar bergerak.
yang
dilakukan
Menurut Moehji (2003) anak
kegiatan perbedaan
dan
sekolah
biasanya
banyak
yang
memiliki aktivitas yang menguras banyak tenaga,
sehingga
ekstrakurikuler
dikarenakan
ketidakseimbangan
konsumsi
usia,
jenis
yang masuk dan keluar sehingga
kelamin dan kebiasaan anak yang
mengakibatkan tubuh menjadi kurus.
mengikuti
dan
Untuk mengatasinya anak harus
kegiatan
ekstrakurikuler
berbeda
pangan,
tidak
sehingga
mengikuti yang terjadi
ketidakseimbangan aktivitas yang
mengontrol sehingga
antara
terjadi
waktu memiliki
energi
kegiatannya waktu
untuk
beristirahat cukup. Makanan adalah salah
satu
faktor
yang 9
karena
perbedaan antara aktivitas siswa
apabila jumlah makanan dan porsi
yang ikut ekstrakurikuler dan yang
makanan lebih banyak, maka tubuh
tidak ikut ekstrakurikuler.
mempengaruhi
aktivitas,
akan merasa mudah lelah dan tidak ingin melakukan kegiatan seperti olahraga atau menjalankan aktivitas lainnya. Kandungan dari makanan yang
juga
banyak
Prestasi belajar menurut Ilyas
tubuh
untuk
(2008) adalah hasil maksimum yang
berlemak
mempengaruhi
E. Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
melakukan aktivitas sehari-hari atau
dicapai
berolahraga. Penelitian ini didukung
melakukan kegiatan belajar yang
oleh penelitian Rubin (2002) yang
diberikan
menunjukkan
pengukuran tertentu.
hasil
bahwa
oleh
setelah
berdasarkan
Hasil
keterlibatan siswa dalam aktivitas
seseorang
analisis
atas
perbedaan
ekstrakurikuler dapat meningkatkan
prestasi belajar antara siswa yang
keterampilan interpersonal menjadi
mengikuti
lebih baik. Hal ini bertentangan
kegiatan
dengan penelitian Deni (2009) yang
Muhammadiyah
menyatakan
dilihat pada tabel 6.
bahwa
tidak
ada
dan
tidak
ekstrakurikuler 1
di
Gubug
Tabel 6. Hasil Uji Beda Prestasi Belajar Prestasi Belajar Min Max Mean ± SD 70,67 91,80 79,08 ± 4,23 59,00 76,00 66,22 ± 3,55
Kelompok Ekstrakurikuler Ikut Tidak Ikut
mengikuti SMA dapat
P 0,000*
* Independent t-test Dari diketahui
hasil rerata
tabel
6
dapat
prestasi
belajar
59,00 dan nilai maksimalnya 76,00. Hasil
uji
statistik
dengan
mengikuti
menggunakan Independent T Test
ekstrakurikuler sebesar 79,08 ± 4,23
didapatkan nilai p=0,000 sehingga
dengan nilai minimal 70,67 dan nilai
ada
maksimalnya 91,80. Rerata prestasi
prestasi
belajar
mengikuti
dan
kegiatan
ekstrakurikuler.
pada
siswa
pada
mengikuti
yang
siswa
yang
ekstrakurikuler
tidak
sebesar
66,22 ± 3,55 dengan nilai minimal
perbedaan belajar
yang
bermakna
siswa tidak
yang
mengikuti Ada
perbedaan prestasi belajar dengan
10
kegiatan ekstrakurikuler dan non
menunjukkan
hasil
bahwa
ekstrakurikuler
berpartisipasi
dalam
kegiatan
pengembangan potensi siswa tidak
ekstrakurikuler
memiliki
pengaruh
hanya dapat dikembangkan hanya
positif pada prestasi akademik siswa
melalui
disekolah. Menurut Ashron (2009)
dikarenakan
pendidikan
intrakurikuler,
namun pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler
juga
memiliki
peranan yang sangat besar, baik ekstrakurikuler yang bersifat ilmiah, keolahragaan, maupun
nasionalisme,
keterampilan
(Nurdin,
2009).
juga menyatakan bahwa siswa yang terlibat
dalam
ekstrakurikuler
kegiatan
mempunyai
sifat
dorongan berprestasi yang tinggi, kemampuan bersaing, kemampuan beradaptasi dan disiplin yang tinggi sedangkan penelitian Aziz (2012) juga
Berkembangnya
kegiatan
menyatakan
bahwa
ada
perbedaan prestasi belajar siswa
ekstrakurikuler yang penuh prestasi,
kelas
bisa dijadikan suatu kebanggaan
ekatrakurikuler dan tidak mengikuti
bagi sekolah itu sendiri, lebih bagus
ekstrakurikuler olahraga.
lagi apabila masyarakat bisa menilai
F. Keterbatasan Penelitian
VIII
yang
mengikuti
majunya suatu sekolah tidak hanya
Penelitian ini tidak diteliti faktor
berdasarkan prestasi akademiknya,
lain yang mempengaruhi prestasi
melainkan prestasi non akakemik
belajar seperti faktor internal meliputi
yang
minat
dikembangkan
melalui
dan
motivasi
dan
faktor
kegiatan ekstrakurikuler. Bakat dan
eksternal meliputi partisipasi orang
minat terhadap suatu kegiatan yang
tua dan perlengkapan belajar.
diprogramkan
dalam
kegiatan
ekstrakurikuler
diharapkan
dapat
Kesimpulan
tersalurkan, sehingga potensi anak
1. Sebagian besar siswa memiliki
didik dapat dikembangkan secara
status gizi normal sebanyak 30
maksimal dan dapat memberi nilai
siswa
positif
(54,55%)
bagi
siswa
dalam
siswa
memanfaatkan
waktu
luang
ekstrakurikuler
ini
tidak
mengikuti rata-rata
mempunyai status gizi kurus
(Djamarah, 2008) Hal
yang
sedangkan
didukung
oleh
sebanyak 26 siswa (47,27%).
penelitian yang dilakukan oleh Fujita
2. Siswa yang mengikuti kegitan
(2005) pada siswa Walnut Creek
ekstrakurikuler rata-rata aktivitas
Chistian Academy di California juga
fisiknya sedang sebanyak 29
11
siswa
(52,73%)
siswa
yang
aktivitas fisik menjadi baik dan
sedangkan
tidak
ekstrakurikuler
mengikuti mempunyai
prestasi belajar meningkat. 2.
Bagi Siswa
aktivitas fisik ringan sebanyak 33 siswa (60%). 3. Siswa
untuk
yang
mengikuti
ekstrakurikuler
mempunyai
prestasi yang baik sebanyak 37 siswa (67,28%) dan yang tidak mengikuti
ekstrakurikuler
mempunyai
prestasi
cukup
sebanyak 40 siswa (72,73%). 4. Berdasarkan
hasil
menunjukkan perbedaan
penelitian
tidak
status
ada
gizi
pada
siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti
kegiatan
ekstrakurikuler
di
SMA
Muhammadiyah 1 Gubug. 5. Hasil
penelitian
menunjukkan
ada perbedaan aktivitas fisik dan
prestasi
belajar
siswa
antara siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
di
SMA
Muhammadiyah 1 Gubug.
Saran 1.
Bagi Sekolah Mengadakan
pertemuan
atau rapat dengan orangtua atau
wali
memberikan
murid
untuk
informasi
untuk
mempertahankan
status
gizi
normal dan mendukung anak untuk ekstrak
Diharapkan
mengikuti
kegiatan
kurikuler
sehingga
para
mengikuti
siswa
kegiatan
ekstrakurikuler supaya aktivitas fisiknya menjadi baik sehingga bisa
meningkatkan
prestasi
belajar. DAFTAR PUSTAKA Achmad. 2000. Penuntasan Masalah Gizi Kurang. Widyakarya nasional Pangan dan Gizi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Anindya. 2009. Kebutuhan Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah. Diakses pada tanggal 29 April 2013. http:www.rajawana.com/arti kel/kesehatan/407.keb-giziseimbang-anak-usiasekolah.html Ashron,L,J. 2009.The Impact of Extrarricular Particiption on The First Year College Esperience of Freshman in A College of Agriculture. Diakses tanggal 8 November 2013. http://etd.lib.ttu.edu.these/a vailable/etd04032009105653/unrestrict ed/Ashron_Laura_Thesis.p df. Aziz,M,H. 2012. Perbedaan prestasi Belajar Siswa VIII di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Wonosari yang Mengikuti Ekstrakurikuler dan Tidak
12
Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Tahun Ajaran 2011/2012. Diakses tanggal 9 November 2013. http://www.eprints.uny.ac.id/ 7736/2/08601244118.pdf. Yogyakarta. Azwar, A. 2004. Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan. Disampaikan pada Seminar Kesehatan Obesitas. Senat Mahasiswa FKM UI Depok. Chaput. 2006. Relationship Between Short Sleeping Hours and Chilhood overweight/obesity. Result from the que bec en forme project. International Journal of Obesity : 2-6. Deni.
Cesilia,M,D. 2009. Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, Konsumsi Snack dan Pangan Lainnya Pada Murid SD di Bogor yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk. Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Syndrome. Diakses: 23 April 2013. http://www.naturalfamilyonli ne.com. Himmah, EF. 2010. Hubungan Status Gizi dan Faktorfaktor Penentu Lainnya dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Keas 3,4,5 dan 6 di SD Marga Mulya III Bekasi Tahun 2010. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Homier. 2009. What Kids Say About Sleep. Diakses: 10 Agustus 2012. http://www.kidshealth.org. Hurlock,
Fujita,
K. 2005. The Effect of Extracurricular Activities on The Academic. Diakses tanggal 8 Nove,ber 2013. http://ilkogretim_online.org.t r.Vol7say2/V7S2M12.pdf.
Gross. 2005. Are Your Giving Your Kids Hurried Child
Psikologi Erlangga.
Huryati, E., Hadi, H., Julia, M. 2004. Aktifvitas Fisik Pada Remaja SLTP Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul Serta Hubungannya dengan Kejadian Obesitas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol; 1-2
Ilyas. Djafri, N. 2008. Pengaruh Kegiatan Terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Pesantren AlKhaerat Kota Gorontalo. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo.
E.B. 2004. Perkembangan. Jakarta.
2008. Fungsi dan Pengukuran Prestasi Belajar . Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Judarwanto. 2010. Mengatasi Kesulitan Makan Anak Sekolah. Puspa Swara. Mark, S., Tremblay, J., Wyatt, I., Willms, J. D. (2000). The Relationship Between Physical Activity SelfEstreem and Academic Achimevement in 12-YearOld Children. Pediatric Exercise Science Vol. 12: 312-323. Diakses: 8 Mei
13
2013 http://www.extranet. nourisovmi.fi Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta. Nurmalia, E. 2010. Pengaruh Fasilitas dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS MAN Malang I. Skripsi. UMM Malang. Malang Nurdin. 2009. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan. Diakses tanggal 8 November 2013. htt://www.icon.org/unc/vs/F ujita.html. Pamularsih, A. 2009. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa di SD 3 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Karya Tulis Ilmiah. UMS. Diakses pada 29 April 2013 http://etd.eprints.ums.ac.id/ 5923/1/J300060019.pdf Ramadhan. 2009. Hubungan Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dan PMR Terhadap Prestasi Belajar IPS Pada Siswa SMP N 2 Gunung Labuhan Waykanan Pada Semester Ganjil. Abstrak. Gorontalo Sastroasmoro, S. 2010. DasarDasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 3. Sagung Seto. Jakarta.
Setiawati., Mexitalia. 2002. Hubungan Kecerdasan Emosional, Status Gizi dengan Prestasi Belajar. Laporan Penelitian Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. UNDIP. Semarang. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Soekirman. 2000. Nutrition Status, Dietarry and Phsical Activity Patterns of Urban Primary School Children in Indonesia. Jakarta. Bogor Agricultural University and Scholl of Nutrition, ministry of Healthy. Sugianto. 2009. Perbedaan antara tingkat status gizi, status lemak tubuh dan status tingkat kebugaran jasmani siswa SMP N 1 Banyuates Sampang yang mengikuti dan tidak mengikuti ekstrakurikuler. Skripsi. UN Gorontalo. Gorontalo.
Suhardjo. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta. Sulaeman, A. 2000. Penuntasan Masalah Giz Kurang. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
14