INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN MAGELANG (STUDI MULTI SITUS PADA MI AL-ISLAM TONOBOYO BANDONGAN, MI AL- FALAH KALIANGKRIK DAN MIN KRINCING SECANG TAHUN 2014-2015)
Disusun oleh ISLAMIYAH NIM.MI.13.023 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SALATIGA 2015
i
ii
iii
ABSTRAK Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang (Studi Multi situs Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014- 2015” Madrasah Ibtidaiyah didirikan masyarakat sebagai lembaga pendidikan Islam dipercaya sebagai lembaga pendidikan tafaquhudin. Setelah lahir SKB tiga menteri tahun 1975 semakin mengokohkan kedudukan madrasah sebagai lembaga pendidikan tingkat dasar yang secara formal sejajar dengan sekolah dasar. Dengan muatan kurikulumnya 70% pendidikan umum dan 30% pendidikan agama. Namun dalam kenyataanya animo masyarakat terhadap madrasah ibtidaiyah rendah. Mereka lebih suka memasukkan anaknya ke sekolah dasar dengan alasan pendidikan umumnya lebih maju. Sedangkan di MI serba tanggung, pendidikan umumnya tidak matang dan pendidikan agamanya tidak matang. Padahal dalam kenyataanya madrasah ibtidaiyah juga melakukan beberapa inovasi untuk mempertahankan eksistensinya, terutama inovasi dalam pendidikan agama Islam. Sehingga peneliti terusik klebih jauh untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang inovasi pembelajaran agama Islam yang dilakukan madrasah ibtidaiyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dalam melakukan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam,mengetahui implementasi inovasi pembelajaran Pendidikan agama Islam dan implikasinya terhadap lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang pada tahun 2014/2015. Adapun Pendekatan Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah teknik wawancara, observasi dan angket. Hasil penelitian ini adalah: (1) Madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang (MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al- Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang) dalam melakukan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai dengan melakukan inovasi pada Kurikulum yang digunakan dengan menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter atau disingkat KTSP Berkarakter. (2) implementasi inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan tidak hanya inovasi pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas tetapi juga pembelajaran pendidikan yang dilakukan diluar kelas. Di samping itu juga melalui pembiasaan setiap hari,penerapan pelaksanaan ajaran Islam dalam kehidupan sehari- hari. Hal itu merupakan penerapan inovasi pembelajaran (3) Sebagai implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan madrasah ibtidaiyah tersebut adalah semakin kuatnya kepercayaan masyarakat untuk menitipkan anaknya di madrasah ibtidaiyah.
iv
ABSTRACT Title: The innovation of Islamic Education Learning at Madrasah Ibtidaiyah in Magelang Rgency (Multi Situs Study at The Al Islam Islamic Elementaary School in Tonoboyo Bandongan, Al Falah Islamic Elementary School in Kaliangkrik, and State Islamic Elementary Schol inf Krincing Secang) on 2014- 2015” The background of the problem is the moslem society prefer enter the children in the elementary school to enter the children in the Islamic elementary school. Actually the Islamic elementary school that innovate the Islamic education learning to defense their excistence. The aim of this research are to know how the Islamic elementary School in Magelang Regency innovate Islamic education learning , implementation of Islamic education learning innovation and the implication to Islamic elementary school in Magelang Rgency on 2014/2015. The approach of this research is qualitative approach , qualitative description method by observe the research object and interview to the headmaster of islamic elementery school and the teachers. The researcher collect their data by interview methode, document methode and document methode. So the analis data methode don’t use statistic but use discriptive analitic. The conclusion of this research are the islamic elementary schools in Magelang regency start innovation of curiculum which known by “ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter”. The implementation of the innovation of islamic education learning is the learning don’t only in the classroom but also outside the classroom such as in the mosque or in the school environment. Besides by aplication Islamic education habits everyday. The impication of the Islamic education learning is the society more interest and believe to take the children study in Islamic elementary school in Magelang Regency.
v
PRAKATA Segala puji bagi Allah SWT,Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang kepada seluruh umat-Nya yang telah melimpahkan taufik serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah merubah zaman kegelapan (jahiliah) menjadi zaman yang terang benderang dengan manusia yang berakhlak melalui ajaran agama Islam yang dibawanya, serta syafaatnya senantiasa kita harapkan di hari kiamat kemudian. Atas pancaran ilmu-Nya yang dianugerahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang (Studi Multi situs Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 20142015)”, dengan baik, dan lancar. Semua ini tidak lain adalah atas pertolongan dari Allah SWT. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2.
Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
3.
Bapak Dr.Imam Sutomo, M.Ag.. selaku pembimbing yang penuh dengan keihlasan, kesabaran dan kejelian untuk memberikan bimbingan dan arahan sampai terselesainya penyusunan tesis ini. vi
4.
Seluruh dosen dan karyawan Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.
5.
Bpk. Rozib Sulistio, M.Pd.I (Kepala MI Al-Islam dan guru-guru MI AlIslam Tonoboyo), Bapak Fadhoil, S.Ag. (Kepala Al-Falah Kaliangkrik beserta guru ), Bapak Drs. Tahsin, M.Pd.I selaku Kepala MIN Krincing Secang beserta seluruh dewan guru, karyawan dan peserta didiknya yang telah memberikan kesempatan dan bantuan demi terselesainya penelitian kepada penulis.
6.
Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini. Penulis meyadari bahwa semua itu adalah kekurangan dari diri pribadi
penulis, dengan ini mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pembaca untuk menjadi yang lebih baik. Penulis berharap semoga Tesis ini memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan khususnya pada diri pribadi penulis dan pembaca serta dalam ilmu pendidikan secara umum. Amin ya robbal’alamin. Salatiga, 19 Agustus 2015 Penulis, Islamiyah, S.Ag.
NIM M .I 13.023
vii
PERSEMBAHAN 1. Kedua orang tuaku, yang telah membesarkan dan mendidikku hingga aku dewasa; 2. Suami dan buah hatiku yang selalu menyayangi dan memotivasi aku; 3. Rekan- rekan guru madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dan rekan- rekan guru pada umumnya. 4. Kepada teman-teman PPs IAIN salatiga angkatan 2013 yang saya cintai. 5. Seluruh pembaca yang budiman.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN .. .................................................................................
iii
ABSTRAK....................................................................................................... ...........
iv
KATA PRAKATA .....................................................................................................
vi
MOTTO.......................................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN................................................................................................ DAFTAR ISI ..............................................................................................................
viii ix
DAFTAR TABEL........................................................................................................
xii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
A. Latar Balakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah. .....................................................................
6
C. Tujuan dan manfaat penelitian ....................................................
7
D. Kajian Pustaka ............................................................................
8
E. Metode Penelitian .......................................................................
12
F. Sistematika Penulisan ................................................................
22
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................
24
A. Pendidikan Agama islam di Madrasah Ibtidaiyah ..................
24
1. Sejarah Madrasah setelah SKB tiga Menteri. ....................
24
2. Pendidikan Agama islam ..................................................
28
B. Inovasi Pembelajaran pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah..............................................................................
35
1. Pengertian Inovasi .....................................................
35
2. Inovasi Kurikulum.............. ......................................
35
3. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Berkarakter.
36
4. Kurikulum 2013.......................................................
42
5. Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI
43
ix
BAB III HASIL PENELITIAN PENELITIAN ............................................. A. Gambaran MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan............ ............... .
55
1. Sejarah Berdirinya MI Al- Islam Tonoboyo..............................
55
2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Islam Tonoboyo.......................
56
3. Kondisi Obyektif Madrasah.......................................................
59
a. Kondisi Obyektif Bangunan.....................................................59 b. Fasilitas yang Dimiliki..............................................................60 c. Tenaga kependidikan................................................................60 d. Keadaan Siswa.........................................................................61 B. Gambaran obyek MI Al-Islam Tonoboyo 1. Kegiatan Pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo.............
62
2. Penilaian Pengembangan Diri MI Al-Islam Tonoboyo....... ..67. a. KKM mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam MI AlIslamTonoboyo
........................................................68
b. Kriteria kenaikan Kelas dan.Kelulusan...................................69 C. Gambaran Umum MI Al-Falah Kaliangkrik 1. Sejarah berdirinya MI Al-Falah kaliangkrik...................................71 2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Falah Kaliangkrik.............................74 3. Kondisi Obyektif Madrasah a. .Sarana dan Prasarana .............................................................75 b. Keadaan Siswa ................................................................
76
c. Tenaga kependidikan.......................................................
76
d. Identitas Madrasah a. Gambaran Obyek MI Al-Falah 1. Muatan dan Struktur Kurikulum .............................................
79
2. Kegiatan Pembelajaran PAI di MI Al-Falah ............................
.82
x
3. Penilaian Pembelajaran PAI di MI Al-Falah............................
83
a. KKM Mapel PAI di MI Al-Falah...............................
84
b. Kriteria Kegiatan Pengembangan Diri .......................
84
E. Gambaran Umum MIN Krincing 1. Sejarah Berdirinya MIN Krincing Secang ...................... .
84
2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah......................................
89
3. Kondisi Obyektif Madrasah a. Sarana dan Prasarana MIN Krincing ..........................
91
b. Keadaan Siswa ..........................................................
92
F. Gambaran Obyek Penelitia MIN Krincing.............................
93
1. MuatanKurikulum MIN Krincing Secang...........................
93
2. Kegiatan Pembelajaran PAI di MIN Krincing Secang ......
97
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang ............... 109 B. Implementasi Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang ........................................................................................ 129 C. Implikasi Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang.. 144 BAB V PENUTUP .............................................................................................145 1. Simpulan................................................................................................... 145 2. Saran.........................................................................................................152 DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 154 LAMPIRAN.............................................................................................157 BIOGRAFI PENULIS............................................................................ 165
xi
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1.1
Sarana dan prasarana MI Al-Islam Tonoboyo................................... ....60
1.2
Nama Guru dan Karyawan MI Al-Islam Tonoboyo ...............................61
1.3
Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri MI Al-Isla....................................68
1.4
Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri MI Al-Islam..............................69
1.5
Kriteria Ketuntasan Minimum Mapel PAI MI Al-Islam ....................... 70
1.6
KKM Mapel PAI MI Al-Islam semester gena ..................................... .71
2.1
Tenaga Kependidikan MI Al-Falah Kaliangkrik... .................................81
2.2
Struktur Kurikulum PAI MI Al-Falah Kaliangkrik... ..............................81
2.3
KKM Mapel PAI MI AL-Falah Kaliangkrik ..........................................90
2.4
Alokasi Waktu Kegiatan Pengembangan Diri MI al-Falah Kaliangkrik...............................................................................................90
2.5
Alokasi Waktu Kegiatan Pengembangan Diri MI al-Falah Kaliangkrik...............................................................................................90
3.1
Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri di MIN Krincing Secang..... ... 106
3.2
Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri MIN Krincing ........................107
3.3
Struktur Kurikulum MIN Krincing Secang ........................................104
3.4
Pengaturan Beban Belajar di MIN Krincing..........................................105
3.5
KKM Mata Pelajaran di MIN Krincing Secang ....................................105
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pendidikan Islam bisa dikategorikan lembaga industri mulia (noble Industry) karena mengemban misi ganda yaitu profit dan sosial. Profit untuk mencapai keuntungan, ini dapat dicapai dengan efisiensi dan efektivitas dana bisa tercapai, sehingga pemasukan (income) lebih besar dari biaya operasional. Misi sosial untuk mewariskan dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur. Kedua misi ini dapat dicapai secara maksimal apabila lembaga pendidikan Islam tersebut memiliki modal human-capital dan social capital yang memadai serta keefektifan efisiensi yang tinggi. Itulah sebabnya mengelola lembaga pendidikan Islam tidak hanya dibutuhkan profesionalisme yang tinggi tetapi juga niat yang suci1 termasuk di dalamnya menginovasi pelaksanaan pembelajaran agama Islam. Pada
dasarnya
pendidikan
Islam
menekankan
bimbingan
bukan
pengajaran yang mengandung otoritatif pihak pelaksana pendidikan (guru) dengan bimbingan sesuai ajaran-ajaran Islam. Maka anak didik mempunyai ruang gerak untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Guru berfungsi sebagai fasilitator petunjuk jalan ke arah penggalian potensi anak.2
1
Sutiah dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/ Madrasah, Jakarta: Pernada media Group, 2009, 5. 2 Azymardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Wacana Ilmu, 2002, 6- 7.
1
2
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek kehidupan
termasuk
dalam
bidang
pendidikan
merupakan
upaya
menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang lebih mengarah pada efektivitas dan efisiensi. Kebutuhan akan layanan kepada peserta didik dan perbaikan kesempatan belajar bagi mereka telah menjadi pendorong utama timbulnya pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu lembaga pendidikan harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus mengupayakan
suatu
program
yang
sesuai
perkembangan
anak,
perkembangan zaman, situasi dan kondisi peserta didik. Madrasah ibtidaiyah sebagai satu bagian dari lembaga pendidikan Islam yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia setelah pondok pesantren yang didirikan oleh para tokoh masyarakat sebagai lembaga pendidikan untuk memahami agama Islam. Masyarakat pada umumnya memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah dengan tujuan agar mereka dapat memahami agama, terampil membaca al-Qur’an dan berakhlak mulia dan menjadi anak yang soleh dan sholehah. Madrasah ibtidaiyah yang sebelum terbit SKB tiga menteri menerapkan kurikulum pendidikan agama 70% dan pendidikan umum 30%, maka sejak turun SKB tiga menteri berubah menjadi 70% pelajaran umum dan 30% pelajaran agama walaupun secara tersirat diharapkan agar madrasah
3
3
ibtidaiyah menerapkan pendidikan agama 100% dan pendidikan umum
100%. Sehingga dari situlah mulai timbul pro kontra dari para tokoh pendiri tentang keberadaan madrasah sebagai lembaga tafaquhuddin. Dengan berubahnya kurikulum pendidikan agama mereka meragukan lembaga pendidikan Islam sebagai lembaga yang mencetak generasi muda yang menguasai agama Islam. Kemudian mereka mendirikan madrasah diniyah. Namun di sisi yang lain sebagian dari mereka lega karena keberadaan madrasah ibtidaiyah diakui sejajar dengan sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan formal di Indonesia. Dalam perjalanannya berdasarkan kebijakan pemerintah banyak madrasah ibtidaiyah swasta yang dijadikan madrasah ibtidaiyah negeri. Namun banyak pula madrasah ibtidaiyah yang mempertahankan eksistensinya sebagai madrasah ibtidaiyah swasta di bawah naungan sebuah yayasan. Sehingga obyek penelitian yang penulis teliti adalah madrasah ibtidaiyah negeri dan swasta. Namun, berdasarkan fenomena yang ada banyak orang tua atau masyarakat yang enggan memasukkan anaknya ke madrasah ibtidaiyah. Mereka lebih memilih memasukkan anaknya ke sekolah dasar. Madrasah ibtidaiyah hanya dijadikan alternatif kedua bila anaknya tidak diterima di sekolah dasar, barulah dimasukkan ke madrasah ibtidaiyah. Hal itu terjadi 3
Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Direktorat Pembinaaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta : CV Amisco Jakarta, 1996, 127.
Jenderal
4
karena anggapan masyarakat agar anaknya bisa menguasai pendidikan umum harus masuk ke sekolah dasar sedangkan di madrasah ibtidaiyah hanya mengajarkan agama saja. Padahal sejak tahun 1994 lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah sudah merupakan sekolah dasar yang bercirikan Islam. Dalam pendikan umum, kurikulum pendidikan umum sama dengan kurikulum di sekolah dasar, Sedangkan dalam pendidikan agama Islam lebih banyak dalam materinya maupun alokasi waktunya. Ketika ada pembaharuan kurikulum dari kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum Tingkat Satuan pendidikan sampai kurikulum 2013 madrasah ibtidiyah juga melakukan hal tersebut baik itu dalam materi pendidikan umum maupun pendidikan agama Islam. Ada
juga sebagian masyarakat berasumsi bahwa belajar di madrasah
ibtidaiyah serba tanggung. Mata pelajaran umumnya tidak matang, pendidikan agamanya juga dianggap tidak matang. Padahal berdasarkan fenomena yang ada, banyak madrasah ibtidaiyah yang melakukan inovasi untuk meningkatkan mutu pembelajarannya misalnya dengan memberikan jam tambahan di luar jam pelajaran seperti mengambil guru dari lembaga pendidikan pesantren atau alumninya untuk meningkatkan pembelajaran agama Islam. Melakukan kegiatan sholat berjamaah dan rangkaiannya. Melakukan kegiatan peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan kegiatan Qurban di sekolah. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaranya madrasah ibtidaiyah telah melakukan beberapa pembaharuan misalnya banyaknya guru yang sudah
5
memenuhi kualisi akademik dalam mengajar seperti berijazah S.1 pendidikan, banyaknya guru
yang mengikuti work
shop atau pelatihan untuk
meningkatkan kualitas pembelajarannya dan memenuhi standar nasional pendidikan dengan nilai akreditasi B mendekati A. Disamping itu berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Magelang tahun 2011 peringkat tertinggi ujian nasional juga diraih siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Donorejo Mertoyudan. Bahkan ada salah satu siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Mertoyudan yang memperoleh peringkat 10 tingkat propinsi.4 Untuk itulah penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang pembaharuan atau inovasi yang telah dilakukan lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah terutama dalam melakukan inovasi dalam pembelajaran agama Islam. Untuk mengfokuskan permasalahan, madrasah ibtidaiyah yang akan penulis teliti adalah madrasah ibtidaiyah yang berada di Kabupaten Magelang. Adapun yang menjadi subyek penelitiannya adalah Madrasah Ibtidaiyah Al Islam
Tonoboyo Kecamatan Bandongan di Kabupaten Magelang,
Madrasah Ibtidaiyah Al Falah di Kecamatan Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang. Dengan demikian penulis mengambil judul penelitian “ Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang ( Studi Situs Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo
4
Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Magelang, Evaluasi Ujian Nasional yang diadakan di kantor Dinas Pendidikan Nasional kabupaten Magelang pada tanggal 12 Juni 2013.
6
Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014- 2015” B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Batasan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut lembaga pendidikan Islam yaitu madrasah ibtidaiyah dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti animo masyarakat yang lebih suka memasukkan anaknya ke sekolah dasar, di satu sisi kita membutuhkan generasi yang mempunyai dan mengamalkan nilainilai luhur berdasarkan ajaran Islam untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada masa yang akan datang. Lembaga madrasah Ibtidaiyah sebagai sekolah dasar yang bercirikan Islam harus mampu mengatasi permasalahan di atas. Untuk itu diperlukan inovasi atau pembaharuan yang dilakukan oleh madrasah ibtidaiyah terutama dalam pembelajaran agama Islam untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat bahwa madrasah juga mampu memberikan pendidikan umum kepada peserta didik tetapi juga mampu menanamkan nilainilai luhur agama Islam dengan beberapa inovasi yang dilakukan. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalahmasalah itu dapat dirumuskan berupa pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana cara madrasah ibtidaiyah melakukan inovasi pembelajaran agama Islam di Kabupaten Magelang.
7
2. Bagaimana cara mengimplementasikan inovasi pembelajaran agama Islam di Kabupaten Magelang pada tahun 2014/ 2015 3. Apa implikasi dari pelaksanaan inovasi pembelajaran Agama Islam pada madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang. C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini kami lakukan dengan dengan tujuan untuk 1. Mengetahui cara madrasah ibtidaiyah melakukan inovasi pembelajaran dalam pendidikan agama Islam 2. Mengetahui
implementasi inovasi pembelajaran
agama
Islam
di
Kabupaten Magelang pada tahun 2014/ 2015 3. Apa implikasi dari inovasi pembelajaran agama Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah di kabupaten magelang pada tahun 2014/2015 2. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a) Manfaat teoritis Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang cara madrasah melakukan inovasi atau pembaharuan. Inovasi itu bisa diterapkan pada
8
lembaga pendidikan yang lain. Terutama dalam melakukan inovasi pembelajaran agama Islam pada umumnya dan inovasi pembelajaran agama Islam pada lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah secara lebih spesifiknya. b) Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk 1. Guru-guru dan guru-guru agama Islam pada khususnya untuk menerapkan inovasi pembelajaran agama Islam yang dilakukan madrasah ibtidaiyah. 2. Pengelola madrasah ibtidaiyah dan sekolah pada umumnya dapat menerapkan inovasi pembelajaran Agama Islam ini
sehingga
eksistensinya diakui oleh masyarakat. 3. Kepala sekolah sebagai manager sekolah dapat memasukkan inovasi pembelajara agama Islam ini dalam kurikulum sekolahnya. D. Kajian Pustaka Kajian pustaka ini meliputi dua hal yaitu penelitian terdahulu dan kerangka teori. Sebenarnya telah ada penelitian tentang inovasi pembelajaran agama Islam, misalnya:
9
Muhammad Ali Sadikin5 dalam tesisnya menyimpulkan bahwa inovasi guru sangat penting agar peserta didik bisa mengikuti pembelajaran agama Islam dengan menggunakan metode yang bervariasi. Kalau dalam tesis di atas hanya menyoroti inovasi yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran PAI dengan memilih metode yang tepat, maka penelitian yang akan penulis lakukan lebih dari itu, yaitu inovasi yang dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah untuk mempertahankan eksistensi mutu kelembagaannya. Tesis yang ditulis oleh Hidayad6 dalam penelitiannya yang menggunakan pendekatan kualiatif dan analisa datanya menggunakan analisa deskriptif menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di luar
jam
pelajaran
merupakan
kegiatan
untuk
mengaktualisasikan
pembelajaran Agama Islam di dalam jam pembelajaran Agama Islam dan sebagai faktor pendukung dan merupakan kurikulum yang tersembunyi. Berbeda dengan fenomena yang peneliti temui, kegiatan pembelajaran agama Islam di luar jam pelajaran di madrasah ibtidaiyah yang penulis teliti merupakan kurikulum yang sudah terstruktur dan terencana di dalam melakukan inovasi pembelajaran Agama Islam dan sebagai penyempurna kegiatan Pembelajaran Agama Islam di dalam jam pelajaran.
5
Muhammad Ali Sadikin, Inovasi Guru dalam Penggunaan Metode dan Bahan Ajar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Nasima Semarang, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2013, 3- 21. 6 Hidayad, Pembelajaran Agama Islam sebagai Laboratorium Sosial Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri I Jepara Rintisan Sekolah Berstandar Internasional, Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011, 2, 24.
10
Akhri Isti’anah7 dalam tesisnya dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisa datanya menggunakan korelasi parsial korelasi bivarian dengan variabel bebas Peran Tenaga Pendidik dan Desain Pembelajaran PAI dan variabel terikatnya adalah motivasi masyarakat menyimpulkan bahwa peran tenaga pendidik dan desain Pembelajaran dan Motivasi Masyarakat di MIN Sumberejo sangat baik dengan angka 62,5% dan Desain Pembelajaran PAI 64,9% dan motivasi masyarakat 52,7%. Sedangkan di MIN Mlangen peran tenaga pendidik 71,1% dan Desain Pembelajaran 50% Motivasi Masyarakat 55,9%. Hubungan peran tenaga pendidik dan desain pembelajaran PAI dengan motivasi masyarakat di MIN Sumberejo sangat baik dengan interval 16 presentasi 52,7%. Sedangkan di MIN Mlangen hubungan peran tenaga pendidik dan desain pembelajaran PAI dengan motivasi masyarakat baik dengan interval 16 dan presentasi 55, 9%. Apabila dengan penelitian kuantitatif saja dapat kita lihat bahwa dengan guru
yang
profesional
dalam
mengembangkan
desain
pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bisa meningkatkan motivasi masyarakat untuk memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah maka inovasi dalam pembelajaran agama Islam diharapkan bisa meningkatkan motivasi masyarakat untuk memasukkan anaknya ke madrasah ibtidaiyah. Oleh karena itu penelitian yang penulis lakukan untuk bisa menyempurnakan penelitian sebelumnya dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
7
Akhri Isti’anah, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi Masyarakat di MIN Sumberejo Mertoyudan, MIN Mlangen Salaman tahun 2013/2014, Salatiga: Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2013, 3- 4.
11
Muchamad Arifin8 dalam dalam tesisnya dengan fokus penelitiannya mengenai manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT Assalamah dan SDI Assalamah dengan subyek penelitiannya kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan siswa dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dalam mengumpulkan datanya penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dan analisa datanya menggunakan analisa diskriptif menunjukkan hasil bahwa manajemen pembelajaran agama Islam di SDIT Assalamah dengan SDI Istiqomah berbeda dalam perencanaan program yang dijalankan. Dalam struktur kurikulum, perencanaan, dan jumlah jam pertemuan dalam satu minggu di SDIT Assalamah 35 menit perjam. Pembelajaran PAI di SDIT Assalamah dimulai kelas 5-6. Kurikulum lokal yang menjadi ciri khas adalah khitobah, tahsin, tahfidz, dan tilawah. Sedangkan Pendidikan agama Islam di SDI Istiqomah 105 menit atau tiga jam pertemuan dalam satu minggu mulai kelas 1-6. Adapun yang menjadi ciri khas keunggulan adalah tartil, tahfidz dan khot. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDIT Assalamah guru PAI mendapat penghargaan yayasan apabila mereka dapat memenuhi rapor guru yang telah ditetapkan yayasan secara holistik sedangkan di SDI Istiqomah guru mendapat penghargaan secara insidentil. Proses pembelajaran di SDIT Assalamah menggunakan proses pembelajaran model full day school sedangkan di SDI proses pembelajarannya menggunakan
8
Muchamad Arifin, Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi komparasi SDIT Assalamah dengan SD I Istiqomah Kecamatan Tengaran Barat kabupaten Semarang tahun 2013/2014) , Salatiga, 2014, 3- 4.
12
model sesuai standar yayasan. Dari diskripsi di atas Muchamad Arifin menyimpulkan bahwa kepala sekolah, guru PAI, wakil kepala sekolah bagian kurikulum harus bersinergi dalam melakukan manajemen pembelajaran PAI secara profesional. Kalau penelitian yang dilakukan Muchamad Arifin adalah manajemen pembelajaran PAI di sekolah dasar Islam sedangkan yang akan penulis teliti adalah inovasi yang dilakukan madrasah ibtidaiyah dalam pembelajaran agama Islam. Antara inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dengan manajemen pembelajaran agama Islam ini juga saling berkaitan sehingga diharapkan penelitian yang kami lakukan ini bisa melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dari penelitian-penelitian yang telah ada di atas dapat kita lihat penelitian yang telah dilakukan adalah inovasi dalam metode dan bahan ajarnya. Sedangkan yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam membahas tentang desain dan manajemen pembelajarannya. Adapun yang akan penulis teliti adalah tentang inovasi pembelajaran agama Islam. Dengan demikian antara desain pembelajaran, manajemen pembelajaran ini saling berhubungan diharapkan penelitian ini bisa melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
13
Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan jenis penelitian lapangan atau Field Research. Pengumpulan datanya dikumpulkan di lapangan yaitu di lembaga pendidikan dasar madrasah ibtidaiyah. Penelitian ini penulis mulai dengan mengadakan observasi di lapangan untuk mengetahui kegiatan inovasi yang dilakukan madrasah ibtidaiyah di Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al- Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing Secang. 2. Pendekatan Penelitian Adapun pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lesan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.9 Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitiannya dapat betulbetul berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau katakata yang diucapkan secara lesan, gerak-gerik atau atau perilaku yang dilakukan subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini subjek penelitian yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen
9
1993, 3.
Lexy, J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada,
14
rapat, SMS, ) foto-foto, film, rekaman video, atau benda-benda lain yang dapat memperkaya data primer.10 Karena
obyek
yang
akan
penulis
teliti
tentang
inovasi
pembelajaran agama Islam di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI AlFalah Kaliangkrik, MIN Secang, maka data primernya penulis peroleh dari hasil wawancara terhadap kepala madrasah, guru- guru dan siswa serta pengamatan yang penulis lakukan terhadap kepala madrasah maupun guru-guru yang ada di MI Al-Islam Tonoboyo bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik serta MIN Krincing Secang. Adapun data sekundernya bisa penulis cari lewat KTSP berkarakter yang telah dibuat oleh MI Al- Islam Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Secang. Selain itu juga foto-foto tabel atau catatan yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran agama Islam baik yang berada di MI Al Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang. Dalam aspek pola pikir, penelitian kualitatif menggunakan pola pikir induktif. Pola pikir induktif adalah menarik kesimpulan dari hal- hal yang khusus menuju ke hal-hal yang umum. Penelitian kualitatif bertujuan menyusun konsep berdasarkan hasil analisa data empiris. Penelitian Kualitatif menggunakan desain tidak lengkap terbuka untuk perubahan.
10
1993, 3.
Lexy, J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada,
15
Dalam aspek strateginya, penelitian kualitatif memahami dan mencari makna di balik tingkah laku yang nampak pada subjek penelitian. Penelitian kualitatif menggunakan analisa diskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif fokus penelitiannya pada proses dan makna di balik kejadian. 3. Subyek dan Lokasi Penelitian Karena permasalahan yang akan teliti tentang inovasi pembelajaran agama Islam di Kabupaten Magelang maka yang menjadi subyek penelitiannya adalah guru-guru di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang. Sedangkan lokasi penelitiannya bukan semua madrasah ibtidaiyah penulis teliti. Akan tetapi penulis mengambil sampel tiga madrasah yang ada di Magelang. Ketiga madrasah tersebut telah merupakan salah satu bagian dari madrasah unggulan yang ditunjuk Kementrian Agama Kabupaten Magelang. Yang dimaksud madrasah unggulan di sini yaitu madrasah yang menyusun sendiri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dari masingmasing tim madrasah yang disetujui oleh dewan guru, komite sekolah dan disyahkan oleh Kepala Mapenda Kabupaten Magelang. Madrasah unggulan tersebut diambil dari setiap kecamatan satu madrasah swasta dan lima Madrasah Ibtidaiyah Negeri. MI Al-Islam Tonoboyo yang berada di kecamatan Bandongan mewakili madrasah yan berdekatan dengan lokasi lembaga pendidikan pesantren. Dalam pembelajaran agama Islam melibatkan alumni pondok pesantren.
16
Di dekat MI Al Islam Tonoboyo yang hanya berseberangan dengan jalan raya terdapat Sekolah Dasar Negeri I Tonoboyo. MI Al-Falah Kaliangkrik yang berdiri sebelum lahir lembaga pendidikan Pondok Pesantren Damarjati berdiri. Setelah Pondok Pesantren Damarjati berdiri, maka banyak siswa
belajar di madrasah tersebut.
Dalam pembelajaran agama Islam berdiri sendiri tidak melibatkan ustadz yang ada di pondok pesantren. MIN Secang merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeri dari lima Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ada di Kabupaten Magelang. MIN Secang di lintas jalan raya propinsi antara Magelang-Semarang. Letaknya berjauhan dengan Sekolah Dasar Negeri. Ketiga madrasah ibtidaiyah yang tersebut di atas peneliti anggap bisa mewakili madrasah ibtidaiyah unggulan yang ada di Kabupaten Magelang dalam melakukan inovasi pembelajaran agama Islam di Kabupaten Magelang. Inovasi pembelajaran agama Islam yang termuat di dalam KTSP Berkarakter itu tidak hanya inovasi pembelajaran agama Islam dalam kegiatan Pembelajaran yang ada di dalam kelas tetapi juga inovasi pembelajaran agama Islam yang ada di luar jam pelajaran sebagaimana yang sudah tertuang dalam KTSP berkarakter. Adapun kurun waktu yang penulis lakukan yaitu dari proses pembuatan KTSP berkarakter dalam pembelajaran
Agama
Islam
yang
dibuat
tahun
2014
dan
diimplementasikan dari tahun 2014 dan pada tahun 2015 dapat kita lihat
17
implikasinya. Oleh karena itu lokasi yang penulis pilih untuk melakukan penelitian yaitu di Madrasah Ibtidaiyah Al- Islam Tonoboyo Bandongan. Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing Secang. Adapun inovasi pembelajaran agama Islam yan akan penulis teliti adalah sejak dibuatnya KTSP berkarakter yaitu dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2015. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dalam rangka menegaskan wawasan yang sedang dikembangkan dan menjamin kepercayaan data yang dikumpulkan. Metode yang tepat bagi penelitian kualitatif adalah campuran berbagai sumber data dan berbagai metode. Sumber data dapat berupa manusia, benda, situasi, kejadian, penampilan dan perilaku orang ( atau makhluk lain seperti hewan), dan berbagai bentuk tulisan,gambar, grafik, serta bentuk- bentuk grafis lainnya. Maka dalam mengumpulkan data ini penulis menggunakan sumber data primer dari pelaku inovasi pembelajaran agam Islam itu sendiri maupun data-data sekunder seperti foto-foto, catatan dan tabel, hasil rekaman atau dokumen lain yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran Agama Islam. Metode yang digunakan juga harus bermacam- macam , yaitu angket, wawancara, pengamatan, pencermatan,
dan lain- lain. Dengan
menggunakan berbagai metode memungkinkan pemahaman fenomena
18
yang dikaji semakin jelas. Dalam penelitian apapun sebenarnya prinsip triangulasi sangat penting. (tri = tiga, angulasi = sudut ). Ada dua cara yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan triangulasi, yaitu: 1. Triangulasi dengan sumber yang sama tetapi dengan metode yang berbeda 2. Triangulasi dengan metode yang sama tetapi sumber data berbeda. Dengan adanya triangulasi diharapkan sekurang- kurangnya ada tiga langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu: 1. Mencemati data apa yang masih memerlukan tambahan informasi agar hasil penelitian yang dilakukan bertambah kualitasnya. 2. Menentukan apakah dalam triangulasi tersebut harus dilakukan dengan memperbanyak sumber data atau memperbanyak metode. 3. Melakukan pengumpulan data secara lebih hati- hati dan cermat agar pekerjaannya tidak sia-sia dan hanya menambah waktu saja. Oleh karena itu dalam mengumpulkan data penulis menggunakan berbagai metode, diantaranya: 1. Metode Wawancara. Metode wawancara disebut juga metode interview yaitu pengajuan pertanyaan secara lesan kepada sumber data dan dilakukan secara
19
sistematis11 dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Dalam hal ini peneliti
melakukan
interview
terpimpin
yaitu
pewawancara
mempersiapkan questioner yang akan diajukan kepada informan tetapi penyampaiannya secara bebas.12Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru, wali murid siswa atau tokoh masyarakat berkaitan dengan inovasi pembelajaran agama Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah negeri maupun swasta. Adapun instrumen yang peneliti gunakan untuk
melakukan
wawancara pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan yang sudah penulis siapkan 2. Metode Observasi Dalam mengumpulkan data-data
penulis berusaha melakukan
pengamatan langsung terhadap kegiatan inovasi pembelajaran agama Islam baik dalam pelaksanaannya maupun dalam managemen pengelolaannya. 3. Metode Dokumentasi Dalam mengumpulkan data-data, penulis juga menggunakan dokumen-dokumen yang berkaitan berkaitan dengan penelitian yang
11
Winarno Surachmad, Penelitian ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik, Bandung : Tarsito,
1990, 162. 12
202.
Dudung Abdurrohman, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta, 1992,
20
ada di Madrasah Ibtidaiyah al-Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al- Falah Kaliangkrik maupun yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang. Adapun dokumen- dokumen itu misalnya tentang foto- foto yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam, KTSP Berkarakter, Data Emis lembaga, pendidik maupun siswa. Di samping itu peneliti juga mengkaji beberapa literatur atau buku yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah ibtidaiyah. 5. Analisis Data Analisa data memiliki fungsi untuk menjawab permasalahan penelitian yaitu bagaimana pelaksanaan inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah sehingga bisa menambah wawasan bagi para guru agama Islam pada umumnya dan guru Agama Islam pada madrasah ibtidaiyah pada umumnya. Mengingat dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif maka analisa data dimulai dari lapangan dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan dan menganalisa data semua hal yang menjadi fokus penelitian.13
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta, 1992, hlm. 202.
21
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa data non statistik, yaitu menganalisa data yang digambarkan dengan kata-kata, menguraian serta mengadakan penafsiran data-data yang diperoleh. Adapun metode berfikir yang peneliti gunakan adalah metode induktif yaitu berangkat dari faktor-faktor khusus kemudian faktorfaktor itu ditarik generalisasi yang bersifat umum. Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan. Triangulasi yang dimaksud di sini adalah mengamati data hasil wawancara dengan hasil pengamatan. a. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan. Reduksi data bukan suatu hal yang terpisah dari analisa data. b. Penyajian data Penyajian data di sini dibatasi sebagai penyajian sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian data akan dianalisis data yang bersifat deskriptif analisis, menguraikan
22
seluruh konsep yang berhubungan dengan pembahasan penelitian. Oleh karena itu semua data di lapangan yang berupa dokumentasi hasil wawancara dan dokumen hasil observasi akan dianalisis sehingga memunculkan deskripsi tentang inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dari penggambaran yang utuh dari obyek yang diteliti atau konfigurasi yang utuh dari obyek penelitian. Proses
penarikan
kesimpulan
berdasarkan
pada
gabungan
informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu pada penyajian data. Melalui informasi tersebut peneliti mendapat apa yang diteliti dan menentukan kesimpulan yang benar mengenai obyek penelitian. Di samping menggunakan pendekatan kualitatif peneliti juga menggunakan metode library research yaitu menganalisa data dengan menggunakan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan di atas. F. Sistematika Penulisan Dalam penulisan tesis ini penulis bagi menjadi lima bab. Bab pertama tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka yang terdiri dari
23
tinjauan pustaka dan kajian teori penelitian terdahulu serta metode penelitian. Bab dua berisi tentang landasan teori yang digunakan untuk membahas inovasi pembelajaran agama Islam di madrasah ibtidaiyah Kabupaten Magelang yang berisi tentang inovasi pembelajaran agama Islam, sejarah madrasah ibtidaiyah, kronologi inovasi kurikulum yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah Bab tiga berisi tentang data-data yang telah penulis kumpulkan yang berisi tentang sejarah berdirinya Madrasah Ibtibaiyah Al-Falah Kaliangkrik,
Madrasah
Madrasah Ibtidaiyah
Ibtibaiyah
Al-Islam
Tonoboyo
Magelang,
Negeri Secang sebagai sampel penelitian yang
mewakili dari madrasah yang ditunjuk sebagai madrasah unggulan. Profil dari tiga madrasah tersebut, dan beberapa inovasi pembelajaran agama Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah tersebut berdasarkan hasil wawancara dan observasi. Bab empat berisi tentang analisa data dari data-data yang penulis kumpulkan sehingga akan diketahui tentang bagaimana pelaksanaan inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang telah dilakukan lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Magelang. Bab lima berisi penutup atau kesimpulan dari hasil penelitian yang penulis lakukan.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah 1.
Sejarah Madrasah Ibtidaiyah setelah SKB Tiga Menteri
Berdasarkan SKB ( Surat Keputusan Bersama) tiga menteri yaitu menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri nomor16 tahun 1975, Nomor 037/4/1975 dan Nomor 36 tahun 1975 tentang peningkatan mutu pendidikan pada madrasah ditetapkan bahwa standar pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum, ijazahnya mempunyai nilai yang sama dengan sekolah umum dan lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih atas dan siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat. Lulusan madrasah Aliyah dapat melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi umum dan agama. Pemerintah orde baru melakukan langkah konkret berupa penyusunan Undang- Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam konteks ini definitif tentang madrasah diberikan melalui keputusankeputusan yang lebih operasional dan dimasukkan ke dalam kategori pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui upaya ini madrasah berkembang secara terpadu di dalam sistem pendidikan nasional.1
1
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999,130- 131.
24
25
Pada masa orde baru ini madrasah mulai dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat mulai dari masyarakat kelas rendah sampai masyarakat menengah ke atas. Sedangkan jenjang pendidikannya secara berturut- turut meliputi: 1) Raudhatul Athfal ( Bustanul Athfal) terdiri dari tiga tingkat yaitu a. Tingkat A untuk anak umur 3- 4 tahun b. Tingkat B untuk anak umur 4-5 tahun c. Tingkat C untuk anak umur 5-6 tahun 2) Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah ibtidaiyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran rendah serta menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurangkurangnya 30% di samping mata pelajaran umum. 3) Madrasah Tsanawiyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat menengah pertama dan menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurangkurangnya 30% di samping mata pelajaran umum. 4) Madrasah Aliyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat menengah atas dan menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum. Dewasa ini madrasah Aliyah mempunyai jurusan-jurusan: Ilmu
Agama,
Fisika,
Biologi,
Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Budaya. 5) Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang berfungsi untuk memenuhi hasrat orangtua
26
agar anak-anaknya lebih banyak mendapatkan pendidikan agama Islam. Madrasah Diniyah terdiri dari tiga tingkat yaitu: a) Madrasah Diniyah Awaliyah ialah madrasah Diniyah tingkat permulaan sampai dengan kelas empat dengan jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalam satu minggu. b) Madrasah Diniyah Wustho ialah madrasah diniyah tingkat menengah pertama dari kelas satu dan dua dengan masa belajar selama dua tahun dengan jumlah jam pelajaran 18 jam dalam seminggu. c) Madrasah Diniyah Ula ialah Madrasah Diniyah tingkat menengah atas dengan masa belajar dua tahun dari kelas satu sampai kelas dua dengan jumlah jam pelajaran 18 jam perminggu. Pada masa sekarang, era globalisasi dewasa ini dan masa yang akan datang akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim pada umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk pesantren dan madrasah pada khususnya. Dalam hal ini masyarakat muslim tidak bisa menghindari proses globalisasi apalagi jika ingin berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetetif di abad 212. Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda. Proses globalisasi ini tidak bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai
2
Nur Ukhbyati, Ilmu Pendidikan Islam, untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka Setia, 1998, 234- 239.
27
lapangan kehidupan masyarakat dunia pada umumnya. Dominasi hegemoni politik barat dalam segi-segi tertentu mungkin saja telah” merosot” khususnya sejak berakhirnya perang dunia kedua, dan “perang dingin” belum lama ini, tetapi hegemoni sains-teknologi barat tetap belum tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan ekonomi baru, seperti Jepang dan Korea Selatan, tetapi “kultur”hegemoni sains-teknologinya tetap sarat dengan nilai-nilai Barat. Melihat begitu derasnya nilai-nilai Barat yang mengarah pada hegemoni terhadap
masyarakat
muslim
dalam
segala
aspek
kehidupannya, maka madrasah harus berbenah diri. Madrasah sebagai institusi pendidikan yang konsen dan inten dalam usaha transformasi nilainilai Islam harus dapat menampilkan perannya sebagai counter terhadap imperialisme kultural (Culture imperialism) yang sedang gencargencarnya menyerbu dunia timur (masyarakat muslim) khususnya di Indonesia. Kehadiran madrasah sebagai lembaga Islam, karena alasan-alasan berikut: a. Sebagai manifestasi pembaharuan pendidikan Islam. b. Penyempurnaan sistem pesantren c. Keinginan sebagian santri Namun permasalahan yang dihadapi MI pada khususnya dan guru MI pada umumnya terhadap penyelenggaraan pendidikan tidak sama dengan
28
guru SD. MI sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh, berasal, oleh dan untuk masyarakat memiliki kondisi yang beragam sesuai dengan keragaman masyarakatnya. Pada masyarakat yang berada pada lapisan bawah, maka kondisi MI mencerminkan budaya lapisan bawah dengan segala keserdehanaan dan kekurangannya. Dan pada lapisan inilah MI pada umumnya berada khususnya di wilayah pedesaan dan pinggiran. Dalam kondisi tersebut MI dihadapkan pada dua persoalan yaitu berkenaan dengan relevansi dan mutu pendidikan serta berkenaan dengan efektifitas dan efisiensi pendidikan.3 2. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam tidak dapat dipahami sebatas pengajaran Islam. Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya cukup diukur hanya sejauh mana anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan saja tetapi yang lebih penting seberapa jauh nilai-nilai keagamaan itu dalam jiwa mewujud dalam sikap dan tingkah laku. Pendidikan Islam merupakan proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai kholifah Allah di muka bumi yang berdasar pada Qur’an dan sunah, maka tujuan dalam konteks ini terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.4
3
Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,191-193. 4 Armai Arif, Pengantar Metodologi Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2003,16.
Pembinaan
29
Ada beberapa pendapat yang memberikan pengertian tentang pendidikan agama Islam. Namun sebelum kita mengetahui beberapa pendapat mengenai pengertian pendidikan agama Islam kita ketahui dahulu tentang pendidikan. Menurut Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH
5
pendidikan adalah
usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi manusia lain, memindahkan nilai-nilai yang dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat. Pemindahan nilai dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu a. Pengajaran yakni pemindahan nilai ilmu pengetahuan dari dari guru ke siswa atau dari satu generasi ke generasi berikutnya. b. Pelatihan yakni membiasakan seseorang untuk pekerjaan
tertentu
untuk
memperoleh
melakukan
ketrampilan
dan
mengerjakan pekerjaan tersebut. c. Indoktrinasi yakni agar orang meniru atau mengikuti apa saja yang diajarkan orang lain tanpa mengizinkan penerima mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan. Salah satu tugas yang diemban pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam rangka pembentukan kepribadian yang intelek bertanggung jawab melalui melalui jalur pendidikan. Melalui pendidikan yang diproses secara formal, nilai- nilai 5
Muhammad Daud Ali dan Habiba Daud, Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995, 137.
30
tersebut
termasuk
nilai-nilai
agama
akan
menjadi
bagian
dari
kepribadiannya. Upaya mewariskan nilai-nilai ini sehingga menjadi miliknya disebut mentranformasikan nilai. Sedangkan upaya memasukkan nilainilai itu ke dalam jiwanya sehingga menjadi miliknya disebut menginternalisaskan nilai. Kedua upaya ini dalam pendidikan dilakukan secara bersama-sama dan serempak yang antara lain bisa dengan jalan suri tauladan, mengajak dan mengamalkan.6 Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Daradjat 7 Al- Tarbiyah Al Islamiyah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengajarkan agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. Sedangkan menurut Ahmad D Marimba dalam buku Nur Ukhbiyati8 pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju terciptanya kerpibadian utama menurut ukuran Islam. Dalam buku Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
9
dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam
adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang
6
Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi Terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998, 325. 7 Zakiah Daradjat, Ilmu Pedidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 86. 8 Nur Ukhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam , Bandung: Pustaka Setia, 1998, 9. 9 Zuharaini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: Universitas Malang, 2004, 1.
31
beragama, dengan demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah pertumbuhan moral dan karakter. Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah segala usaha berupa bimbingan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak, menuju terbinanya kepribadian utama sesuai dengan ajaran Islam. Suatu usaha untuk mengarahkan dan mengubah
tingkah
laku
individu
untuk
mencapai
pertumbuhan
kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses kependidikan melalui latihan-latihan akal fikiran (kecerdasan, kejiwaan, keyakinan, kemauan dan perasaan serta pancaindra) dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah dan kemampuan ajarannya pengaruh di luar) baik secara individu maupun kelompok sehingga manusia memahami, mengahayati dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan benar. Yang dimaksud utuh dan benar yaitu meliputi Aqidah (keimanan ), Syari’ah ( ibadah muamalah) dan akhlak ( budi Pekerti). Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup. Secara umum dalam Al-Qur’an surat Adzariyat ayat 56 dinyatakan: “Dan Aku ( Allah ) tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan untuk menyembah Aku “.
32
Menurut M. Natsir10 menyembah Allah itu melengkapi itu semua ketaatan dan ketundukan kepada semua perintah Ilahi, yang membawa kepada kebesaran dunia dan kemenangan akhirat, serta menjauhkan diri dari segala larangan-larangan yang menghalangi tercapainya kemenangan dunia dan akhirat. Akan menjadi orang yang memperhambakan segenap rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT, untuk kemenangan dirinya dalam arti seluas-luasnya yang dapat dicapai oleh manusia. Itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah tujuan didikan yang harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin. Memperhambakan diri untuk mencapai keridhoan Ilahi itu merupakan tujuan umum risalah dan itu merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh pendidikan dan pengajaran agama Islam. Tujuan umum itu dapat dijabarkan ke dalam tiga aspek yaitu menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliknya, manusia dengan sesamanya dan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara kedua hubungan itu dan mengaktifkan kedua- duanya sejalan dan berjalan dalam diri pribadi. B. Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah 1. Pengertian Inovasi Kata inovasi secara bahasa artinya pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah 10
M. Natsir, Capita Selecta, Bandung: N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, 1954, 58.
33
dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat11. Sedangkan dalam bahasa inggris berasal dari kata innovation yang artinya pembaharuan. Sedangkan kata inovasi berasal dari bahasa latin, innovation yang berarti pembaharuan atau perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbaharui dan mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru menuju ke arah perbaikan, yang lain
atau yang berbeda dengan
sebelumnya yang dilakukan dengan sengaja dan berencana. Tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi inovasi. Terkadang istilah inovasi juga dipakai untuk menyatakan penemuan karena hal yang baru itu sebuah penemuan. Kata penemuan juga sering dikaitkan dengan kata discovery dan invention. Dalam bahasa Inggris penemuan adalah discovery dan invention. Ada juga yang mengaitkan kata inovasi dengan modernisasi karena
keduanya membicarakan masalah
pembaharuan. Untuk memperluas wawasan maka perlu diperjelas pengertian discovery, invention dan innovation. Discovery adalah penemuan sesuatu benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada tetapi belum diketahui orang. Misalnya penemuan Benua Amerika oleh Columbus. Sebenarnya benua itu sudah ada tetapi belum diketahui oleh orang.
11
Dendy Sugono , Kamus Besar Bahasa Indonesia, jakarta, Pusat Bahasa, departemen Pendidikan Nasional, 1990, 333.
34
Invention menurut bahasa berarti penciptaan, penemuan, hasil penemuan. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya hasil kreasi manusia. Sebagai contoh teori belajar, teori pendidikan dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Undang-undang nomor 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi12 memberikan definisi invensi adalah suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada sebelumnya yang memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk memyempurnakan atau memperbaharui ilmu pengetahuan yang ada. Sedangkan innovation atau inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat baik berupa invention atau discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan suatu masalah tertentu. Dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2002 tersebut disebutkan bahwa
inovasi
adalah
kegiatan
penelitian,
pengembangan,
atau
perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.
12
Udin Saefudin Saud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2008, 3.
35
Inovasi pendidikan dan pengajaran merupakan langkah yang tepat dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam proses pendidikan umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya. Dalam dunia pendidikan
kita
mengenal
pembelajaran, inovasi
adanya
inovasi
kurikulum,
inovasi
desain dan managemen pembelajaran. Maka
sebelum menuju ke pembahasan inovasi pembelajaran kita perlu mengetahui dahulu tentang inovasi dalam kurikulum. 2.
Inovasi Kurikulum Yang dimaksud inovasi kurikulum adalah suatu pembaharan atau
gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri. Dampak itu bukan hanya pengembangan, melainkan juga terhadap proses pendidikan sebagai implementasi suatu kurikulum
secara
menyeluruh, termasuk terhadap penerapan pendidikan agama di SD.13 Sebagai contoh dari sisi bentuk ada perubahan kurikulum 1968 menjadi kurikulum 1975 dan dari kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 Yang disempurnakan dan
lahirnya Sistem Pendidikan Nasional
tahun 1989 lahir kurikulum 1994. Kurikulum 1994 disempurnakan dengan Suplemen Kurikulum 1994 dan pada tahun 2004 lahir Kurikulum Berbasis Kompetensi kemudian diperhaharui lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Di Kementrian Agama ada pembaharuan lagi menjadi
13
Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,35.
36
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dan pada tahun 2013 muncul lagi pembaharuan kurikulum dengan Kurikulum 2013. 3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran.
Undang-undang
Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP.14 Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan
adalah
kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kelender pendidikan, silabus dan rencana program pembelajaran.15 Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, 14 Tim Penyusun,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo, Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010 , 1. 15 Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter MIN Krincing Secang,Magelang: MIN Krincing Secang,2014,10
37
bersikap, dan bertindak.16 Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.17 Sedangkan pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru (madrasah), yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru sebagai pelaku pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk budaya dan karakter bangsa sebagaimana amanat UU RI NO.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas sebagaimana berikut: Pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.18Karakter tidak cukup hanya diajarkan akan tetapi perlu ditularkan melalui keteladanan.19 Adapun
tujuan
KTSP
berkarakter
di
madrasah
adalah
Pembentukan budaya madrasah, yaitu nilai nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga madrasah, dan masyarakat sekitar madrasah. Adapun yang menjadi kriteria pencapainya adalah terbentuknya budaya madrasah, yaitu perilaku,
16
tradisi,
kebiasaan
keseharian,
dan
simbol-simbol
yang
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012, 5. 17 Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012, 1. 18 H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,2. 19 H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012, 13.
38
dipraktikkan oleh semua warga madrasah dan masyarakat sekitar madrasah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.20 Sedangkan pengertian KTSP berbasis pendidikan karakter adalah KTSP
yang
menginternalisasikan
nilai-nilai
karakter
ke
dalam
komponennya. Artinya, berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilainilai, norma, iman dan ketaqwaan, dll) diimplementasikan dalam penyusunan komponen-komponen KTSP yang terkait, seperti visi, misi, tujuan, muatan kurikulum, struktur kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri.21 Dalam menyusun KTSP berkarakter tersebut langkah yang pertama memilih karakter utama yang akan diprioritaskan dalam sebuah madrasah. Karakter utama itu meliputi kereligiusan, kejujuran, kedisiplinan, kecerdasan dan kepedulian.22 Religius
adalah
Sikap
dan
perilaku
yang
patuh
dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.23 Kereligiusan indikatornya antara lain :
20
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,4. 21 Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012, 7. 22 Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,8. 23 H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,10.
39
a) Hafal dan fasih bacaan salat, gerakan salat, dan keserasian gerakan dan bacaan. b) Hafal dan fasih do’a setelah salat c) Hafal dan fasih do’a-doa harian muslim. d) Tertib menjalankan salat fardhu e) Tertib menjalankan salat sunah rowatib f) Memberikan infaq dan shadaqah g) Mengikuti acara hari besar Islam h) Mengucapkan salam i) Mengucapkan kalimah toyibah j) Memulai dan mengakhiri pelajaran dengan berdoa k) Membaca al-Qur’an setelah salat Jujur adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.24 Kejujuran indikatornya antara lain: a) Tidak mencontek dalam mengerjakan ulangan/ujian b) Menyerahkan barang temuan kepada pemiliknya/pihak madrasah c) Mengembalikan barang yang dipinjamnya d) Berkata dengan yang sebenarnya e) Tidak mengambil barang milik orang lain f) Menyampaikan amanat kepada yang berhak
24
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,10.
40
Disiplin adalah Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.25 Disiplin indikatornya adalah: a) Masuk ke madrasah tepat waktu b) Pulang dari madrasah tepat waktu c) Istirahat tepat waktu d) Mengerjakan tugas tepat waktu e) Memakai pakaian sesuai aturan madrasah f) Melaksanakan tata tertib madrasah g) Menggunakan peralatan madrasah dengan baik h) Merawat peralatan belajar secara baik Cerdas adalah indikatornya adalah a) Unggul dalam perolehan UN b) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya c) Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja d) Unggul dalam lomba kreativitas e) Unggul dalam lomba kesenian f) Unggul dalam lomba olahraga Peduli Lingkungan adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
25
kerusakan pada
lingkungan
alam
di
sekitarnya,
dan
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,10.
41
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.26 Indikatornya adalah: a) Membuang sampah di tempatnya b) Tidak melakukan corat-coret c) Tidak merusak taman d) Menjaga kebersihan lingkungan e) Memelihara taman f) Memungut sampah di lingkungan madrasah Peduli Sosial adalah Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.27 Indikatornya adalah: a) Memberikan sebagian uang jajan untuk jumat beramal b) Memberikan pinjaman alat tulis kepada teman yang membutuhkan c) Menjenguk orang sakit d) Berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal e) Memberikan santunan yatim f) Memberikan sumbangan Palang Merah KTSP berkarakter tersebut diimplementasikan dengan menyusun KTSP
Berkarakter,manajemen madrasah, proses pembelajaran
dan
26 H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012 , 10. 27 H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012 , 10.
42
kegiatan pembinaan Siswa.28Adapum komponen-komponen dalam KTSP Berkarakter terdiri dari Visi, misi, tujuan, struktur kurikulum, muatan kurikulum,
muatan lokal, pengembangan diri, kalender Pendidikan,
jadwal pelajaran kriteria ketuntasan minimal. kriteria Kenaikan Kelas, Kriteria Kelulusan.29 Adapum sebagai penilaian dari pendidikan karakter berupa a) Mulai tampak b) Mulai berkembang c) Membudaya
4. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang mulai diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yang menjadi titik tekannya adalah peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan.30
28
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,6. 29 Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,9. 30 Fadhilah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA,Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2014, 6.
43
Untuk proses pembelajaran, standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini guru bukan satu- satunya sumber belajar. Selain itu sikap tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan. Seorang pendidik tidak hanya sebagai fasilitator, tetapi juga harus memberikan keteladanan yang baik terhadap semua peserta didik dalam kehidupan sehari- hari, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.31 Kriteria penilaian dalam kurikulum 2013 adalah penilaian berbasis kompetensi dan terjadi pergeseran dari penilaian melalui tes menuju penilain otentik ( mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil ). Penilain tidak hanya pada level kompetensi dasar tetapi standar kompetensi lulusan. 5. Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Inovasi pada dasarnya merupakan suatu penerapan suatu gagasan yang
sifatnya
praktis yang
sifatnya
mudah
diterapkan,
dengan
menggunakan apa yang dimiliki dengan memperhitungkan kendalakendala yang ada. Inovasi bisa berupa hal-hal yang sederhana yang oleh
31
Fadhilah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA,Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2014, 32- 33.
44
guru diterapkan secara kreatif dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada di dalam kelas.32 Seperti memanfaatkan masjid, mushola, yang ada di dekat madrasah dengan segala fasilitasnya untuk ketrampilan pendidikan agama. Untuk bahasa Arab, membaca Al-Qur’an bisa menggunakan lingkungan sebagai sumber dan dan alat belajar yang memungkinkan bagi upayaupaya inovasi.33 Upaya pengembangan inovasi pada suatu lembaga pendidikan seperti MI merupakan upaya terobosan yang akan mempengaruhi bukan saja semakin meningkat terhadap kerja guru, tetapi juga semua perangkat yang diperlukan untuk pengembangan tersebut. Perangkat atau unsur yang harus dilibatkan antara lain murid, pendanaan, sarana dan fasilitas pendidikan. Agar pengembangan inovasi tersebut lebih terarah dan mencapai hasil optimal maka dalam pelaksanaannya perlu ditempuh langkahlangkah yang sistematis mulai dari identifikasi masalah dan kendala, identifikasi alternatif pemecahan, penyiapan alternatif yang dipilih barulah sampai pada pelaksanaan inovasi.34
32
Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,194. 33 Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998, 195. 34 Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,200.
45
Sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran guru melihat kurikulum terlebih dahulu. Kurikulum Pendidikan Agama islam merupakan rencana mengenai tujuan, isi, bahan, cara pembelajaran yang digunakan
sebagai
penyelenggaraan
kegiatan
pembelajaran
untuk
mencapai tujuan pendidikan. Ia merupakan studi keislaman yang meliputi Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqh, dan Tarikh. Pendidikan Agama Islam di madrasah dimaksudkan agar peserta didik berkembang sebagai manusia yang bertaqwa kepada Allah, memiliki pengetahuan luas dan berakhlakul karimah. Sebagai kerangka dasarnya adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 bahwa Pendidikan agama masuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Kurikulum disusun oleh sekolah/ madrasah dan komite dengan berpedoman standar kompetensi dan kompetensi dasar dan panduan penyusunan kurikulum disusun oleh BSNP dengan mengacu pada prinsip pengembangan kurikulum yang telah dikembangkan di madrasah, dilaksanakan guru pendidikan agama Islam dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.35 Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar merupakan arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran,
35
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010,35.
46
indikator pencapaian kompetensi, penilaian hasil belajar dalam menyusun sylabus merupakan standar nasional yang harus dicapai peserta didik dalam satuan pendidikan. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar harus dirancang serta kontekstual dengan memperhatikan standar proses, dan standar penilaian dengan prinsip pembelajaran yang mendidik. Adapun tujuan yang ingin dicapai Standar Kompetensi PAI adalah peserta didik menjadi manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia dan berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, mengahayati dan mengamalkan nilai- nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi
dan
seni.36 Guru
dituntut
untuk
menyempurnakan
dan
menyesuaikan
kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sehingga kurikulum yang dikembangkan di sekolah/ madrasah diperlukan oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan lingkungan, perkembangan zaman dan beban tugas yang akan dilakukan setelah mengikuti pembelajaran.37 Kurikulum PAI punya karakteristik yang khas dan unik terutama dalam bentuk operasional pengembangan dan pelaksanaannya dalam
36
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010,36. 37 Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 200, 7.
47
pembelajaran.38Karakteristik itu bisa diketahui dengan cara guru PAI mengoptimalkan kinerja dalam proses pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, profesionalisme tenaga pendidikan dan pelaksanaannya dalam pembelajaran. Pengembangan atau inovasi kurikulum di satu sisi, maka akan memunculkan berbagai macam bentuk pengembangan pendekatan dalam pembelajaran.39Dari sisi psikologi lahir inovasi yang berkenaan dengan pendekatan dalam proses belajar mengajar yang baru seperti ketrampilan proses40, CBSA41 (Cara Belajar Siswa Aktif), belajar Tuntas42, PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Dalam perkembangan model-model pembelajaran ternyata terdapat beberapa model-model pembelajaran yang sebenarnya telah memuat konsep PAKEM. Ada tiga model pembelajaran yang telah biasa digunakan para pengajar yang pada dasarnya mendukung PAKEM43 yaitu:
38
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Magnum Pustaka, 2010, 38. 39 Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,61. 40 Ketrampilan proses adalah suatu strategi kegiatan belajar dalam rangka mengaktifkan siswa mengembangkan segenap ranah( kognitif, afektif dan psikomotor) dan pribadinya melalui proses yang relevan. 41 Hakekat CBSA terletak pada peranan murid dalam belajar, peluang berkembangnya kreatifitas,kekompakan, sikap penerimaan guru akan peran mereka itu dan jumlah waktu yang diberikan untuk mengatasi persoalan pribadi mereka. 42 Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar, Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,35. 43 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012,329.
48
1. Pembelajaran kuantum. Pembelajaran kuantum ini merupakan bentuk inovasi dari pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Menurut Bobbi de Porter44 “ Quantum is interaction that change energy into light”. Maksud dari energi menjadi cahaya adalah mengubah semua hambatan yang selama ini dipaksakan menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain dengan memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa. Pengubahan hambatan-hambatan belajar itu bisa dengan menggunakan beberapa cara, yaitu dengan mulai membiasakan menggunakan lingkungan sekitar sebagai media belajar, menjadikan sistem komunikasi sebagai perantara ilmu dari guru ke siswa yang paling efektif, dan memudahkan segala hal yang diperlukan oleh siswa.45 Kerangka perancangan pembelajaran kuantum kemudian dinamakan dengan TANDUR46 a) Tumbuhkan yaitu sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi Ku/Siswa. b) Alami yaitu berikan mereka pengalaman belajar untuk mengalaminya sendiri. c) Namai maksudnya berikan data dengan tepat ketika minat memuncak.
44
45
Bobbi DePorter, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2000,5.
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012,330. 46 Bobbi DePorter, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2000, 89.
49
d) Demonstrasikan yaitu berikan mengaitkan
pengalaman
kesempatan bagi mereka untuk
dengan
data
baru,
sehingga
mereka
menghayati, dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi. e) Ulangi yaitu rekatkan gambaran keseluruhanya dengan retensi f) Rayakan maksudnya perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi pusitif. Berikan penghargaan atas prestasi positif, sehingga terus diulangi. 2. Pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran kompetensi menekankan pencapaian standar kompetensi yang diuraikan menjadi kemampuan dasar, kemudian diuraikan lagi menjadi beberapa materi pelajaran yang cakupannya meliputi beberapa indikator. Prinsip- prinsip pembelajaran kompetensi bertitik tolak dari pengelolaan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan suatu kondisi sehingga terjadi proses belajar pada siswa dengan melibatkan berbagai aspek yang saling mempengaruhi, baik yang terdapat dalam siswa maupun sesuatu yang berada pada lingkungan sekitarnya serta peranan guru. Pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan pembelajaran lainnya mengenai apa yang dipelajari, bagaimana proses pembelajarannya, waktu belajar, kemajuan siswa secara individual.
Pengelolaan
mempertimbangkan
pembelajaran
pengelolaan
ruang
kelas,
kompetensi pengelolaan
pengelolaan pembelajaran, serta sarana dan sumber belajar.
harus siswa,
50
3. Pembelajaran Kontekstual. Pembelajarn kontekstual lebih dikenal dengan sebutan CTL (Contekstual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak belajar dan mengalami sendiri apa yang akan dipelajarinya, bukan sebatas mengetahui. Pembelajaran tidak sekedar guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, tetapi bagaimana siswa dapat memaknai apa yang dipelajarinya.47 Dari hasil penelitian dan pengalaman para ahli psikologi berpendapat, bahwa sesungguhnya murid mampu memahami konsepkonsep yang rumit jika diberi kesempatan mempraktikkan sendiri atau diberikan contoh, baik berupa peragaan, tiruan atau bagan.48 Dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa modul berupa paket belajar untuk pendidikan luar sekolah, metode SAS (Struktur Analisis Sintesis) untuk belajar Al-Qur’an49, metode Iqro dan metode yanbu’a. Kenyataan sudah semacam sunatullah, bahwa penemuan baru atau inovasi baru atau ide yang lebih canggih akan muncul (dikaruniakan
47
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332. 48 Sukama Karya, Inovasi dalam Pendekatan Belajar Mengajar, ,Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998, 62. 49 Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,35.
51
Tuhan) bagi mereka yang telah sungguh- sungguh mencari, meneliti dan berusaha memecahkan masalah itu. Firman Allah SWT :
Í‘$pκ¨]9$#uρ È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏF÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû χÎ) $Vϑ≈uŠÏ% ©!$# tβρãä.õ‹tƒ tÏ%©!$#
∩⊇⊃∪ É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ;M≈tƒUψ
ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû tβρã¤6xtGtƒuρ öΝÎγÎ/θãΖã_ 4’n?tãuρ #YŠθãèè%uρ $oΨÉ)sù y7oΨ≈ysö6ß™ WξÏÜ≈t/ #x‹≈yδ |Mø)n=yz $tΒ $uΖ−/u‘ ÇÚö‘F{$#uρ ∩⊇⊇∪ Í‘$¨Ζ9$# z>#x‹tã 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, 50 Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Beberapa ahli psikologi mengkritik pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered), siswa lebih banyak mendengar, menurut beberapa penelitian cara belajar seperti di atas memiliki daya serap rendah51sehingga muncul ide baru dengan strategi belajar active
50
Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, PT Lentera Optima Pustaka, 2011. 51 Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998, 49.
52
learning atau pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered ).52 Kata pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengukuhkan kepribadian53. Pengertian ini lebih diarahkan kepada perubahan individu, baik menyangkut ilmu pengetahuan maupun berkaitan dengan sikap dan kepribadian dalam kehidupan sehari- hari. Melalui pembelajaran, harapannya ilmunya bertambah, ketrampilan meningkat dan dapat membentuk akhlak mulia. Sedangkan pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia54 adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Artinya dengan kegiatan
pembelajaran seseorang dapat
memperoleh ilmu pengetahuan tentang materi yang dipelajari. Menurut Kimble dan Garmezy dalam Thobroni dan Arif Mustofa
55
pembelajaran
adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang- ulang. Inovasi pembelajaran adalah pembaharuan atau usaha mengadakan pembaharuan dalam rangka mencapai hasil yang lebih baik terkait dengan
52
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004, 20 53 Suyono dan Haryanto, Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, 9. 54 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008, 23. 55 Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran; Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, Yogyakarta, Ar- Ruz Media, 2011, 18.
53
persoalam pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar anak didik. Udin Saefudin Sa’ud56
dalam bukunya mengatakan bahwa dalam
pembelajaran ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran hendaknya lebih ditujukan untuk membelajarkan siswa atau ditujukan pada usaha agar siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru dalam mengelola pembelajaran yang menekankan pada kemampuan dasar yang dimiliki siswa pada tahap pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Muhaimin57 dalam bukunya yang berjudul Rekonstruksi Pendidikan Islam berpendapat bahwa sekolah atau lembaga pendidikan perlu mengembangkan
gagasan-gagasan
cerdas,
kreatif
inovatif
dalam
mengantisipasi berbagai tantangan terpadu ke arah pemaduan sistem sekolah dan pesantren untuk mencapai keunggulan pada aspek akademik, non akademik maupun kepribadian yang kuat, kokoh dan mantab dalam diri peserta didik merupakan salah satu jawaban alternatif
berbagai
tantangan tersebut. Peserta didik di sekolah terpadu diposisikan sebagai siswa sekaligus santri. Dari kerangka teori di atas dapat kita uraikan bahwa Inovasi pembelajaran adalah pembaharuan atau usaha mengadakan pembaharuan
56 57
101-107.
Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008, 141- 158. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009,
54
dalam rangka mencapai hasil yang lebih baik terkait dengan persoalan pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar anak didik. Inovasi pembelajaran berpijak pada tiga landasan pokok yaitu 1. Landasan filosofis yaitu landasan yang didasarkan pada tata nilai masyarakat 2. Landasan psikologis berlandaskan pada kejiwaan perkembangan peserta didik 3. Landasan sosiologis yaitu asumsi peserta didik dipsersiapkan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. Sebagai implikasi bagi inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam di Indonesia yaitu pembelajaran agama Islam harus dirancang, dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, terpadu dengan menggunakan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang yang kondusif bagi peserta didik.
BAB III HASIL- HASIL PENELITIAN A. Gambaran Madrasah Ibtidaiyah Al-Islam Tonoboyo 1. Sejarah MI Al-Islam Tonoboyo Madrasah Ibtidaiyah Al- Islam Tonoboyo Bandongan Full day school adalah sebuah MI yang didirikan pada tahun 1957. Dengan adanya perubahan bahwa madrasah ibtidaiyah berubah menjadi MWB (Madrasah Wajib Belajar), maka pendidikan agama diselenggarakan sore hari. Pada awal mulanya MI tersebut sebuah madrasah yang menyelenggarakan pendidikan sekolah pada pagi harinya dan pada sore harinya menyelenggarakan Madrasah Diniyah dan kemudian pada tahun 1967 diubah menjadi MI Al-Islam yang berafiliasi dengan Yayasan Maarif NU. Dan pada tahun 2011 berubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah Al- Islam Fullday School.1 Secara geografis MI Al-Islam Tonoboyo berada di lingkungan pedesaan. Jaraknya kurang lebih 10 km dari kota Magelang. Lokasi madrasah berdekatan dengan masjid, di depannya ada area untuk tenis meja, dekat dengan balai desa yang di dalamnya juga terdapat lapangan bulutangkis dan berdekatan dengan rumah penduduk dan jalan raya. Di seberang jalan juga terdapat Sekolah Dasar Negeri I
1
Wawancara dengan Kepala MI Tonoboyo, bpk Rozib Sulistio, M.Pd.I. tanggal 16 Mei 2015 pukul 12. 30.
55
56
Tonoboyo. MI Al-Islam Tonoboyo berdampingan dengan RA Muslimat. Sejak berdiri sampai sekarang telah terjadi pergantian kepala madrasah dikarenakan yang bersangkutan pensiun seperti dari bapak Ishom, Bapak Dahlan, Bapak Marsis, Bapak Qosim dan sekarang adalah bapak Rozib Sulistio, M.Pd.I. Sejak periode bapak Rozib ini madrasah mengalami perkembangan yang pesat karena beberapa inovasi dan beberap perubahan yang telah dilakukan.2 2. Visi, Misi dan tujuan Madrasah MI Al-Islam Tonoboyo a. Visi Madrasah Membentuk peserta didik yang unggul dalam mutu, berbudi pekerti luhur, terampil, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta cinta tanah air dan bangsa Indikator Visi : a. Memiliki KTSP yang memadai. b. Terpenuhi standar proses c. Terpenuhi standar kelulusan d. Terpenuhi standar tenaga kependidikan e. Terpenuhi standar pengelolaan f. Terpenuhi fasilitas pendidikan g. Terpenuhi standar pembiayaan pendidikan 2
Wawancara dengan pengurus komite madrasah, Bapak Anshorullah pada tanggal 27 Mei 2015 pukul 13. 50.
57
h. Terpenuhi standar penilaian i. Memiliki budaya dan lingkungan Madrasah yang kondusif b. Misi Madrasah 1) Menyusun dan melaksanakan KTSP 2) Melaksanakan Pembelajaran sesuai standar proses 3) Melaksanakan pembimbingan karakter dan
pengembangan
diri. 4) Meningkatkan Kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan 5) Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien, dan relevan serta berdaya saing yang tinggi 6) Mewujudkan sistem pendidikan yang transparan, akuntabel, partisipatif dan efektif 7) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan 8) Mewujudkan sumber-sumber pembiayaan non pemerintah serta mengelola keuangan dengan transparan dan akuntabel 9) Melaksanakan penilaian hasil belajar sesuai standar penilaian 10) Melaksanakan Manajemen Madrasah yang berkarakter. c. Tujuan Madrasah : Tujuan MI al Islam Tonoboyo jangka menengah (5 tahun kedepan) adalah : 1. Tercapainya nilai rata-rata semua mata pelajaran kategori A 2. Meningkatnya nilai KKM pada semua mata pelajaran
58
3. Meningkatnya ketercapaian nilai KKM untuk semua mata pelajaran 4. Meningkatnya penguasaan komputer dan internet pada setiap siswa 5. Meningkatnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari di Madrasah .3
d. Identitas Madrasah
3
1. Nama Madrasah
: MI Al- Islam Tonoboyo
2. No. Statistik Madrasah (NSM)
: 111 233 080 197
3. Akreditasi Madrasah
: B ( Baik )
4. Alamat Lengkap Madrasah
: Dusun Krajan I Desa / Kelurahan
: Tonoboyo
Kecamatan
: Bandongan
Kab/ Kota
: Magelang
Provinsi
: Jawa Tengah
No. Telp.
: 085225229998
5. NPWP Madrasah
: 00 . 542 . 194 . 6 - 524 . 000
6. Nama Kepala Madrasah
:Rozib Sulistio,M.Pd.I
7. No. Telp./ HP Kepala Madrasah
: 081325513431
8. Nama Yayasan
: Maarif
9. No.SK Terakhir Madrasah
: KW.11.4/4/PP.03.2/623.8.158/2005
Rozib Sulistio dan team penyusun, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo tahun 2010,MI AL Islam Tonoboyo, 2010, 4-5.
59
: 14 Oktober 2005 10. Tanggal SK
11. Kepemilikan Tanah
: Milik Yayasan a. Status Tanah
:Wakaf
b. Luas Tanah
: 470 m2
12. Status Bangunan
: Yayasan
13. Luas Bangunan
: 430m2
14. E-mail
3. Kondisi Obyektif Madrasah a. Kondisi Obyektif Bangunan Madrasah ini menempati gedung seluas 430 meter2 di atas tanah seluas 470 meter2 dan kelilingnya 70 meter berlantai dua dengan perincian sebagaimana yang terdapat dalam tabel 1.1 sebagai berikut Tabel 1.1 tentang Sarana dan prasarana MI Al-Islam Tonoboyo
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Ruang Juml Ruang kelas 9 R. kepala sekolah 1 R. guru 1 R. tata usaha R. laboratorium 1 R. BP R. perpustakaan R. UKS 1 R. koperasi Masjid R. gudang 1 Kamar mandi dan WC 2
Ukuran 7x8 2x3 3x4
2x3 3x4 1 x2 2
60
b. Fasilitas MI Al Islam Tonoboyo Untuk memperlancar kegiatan pembelajaran, sekolah menyediakan fasilitas mobil antar jemput sebanyak dua unit dengan pengemudinya sejumlah dua orang. Satu unit mobil mulai ada tahun 2011, tiga unit mobil ada pada tahun 2012/2013 ada pada tahun 2014/2015 menggunakan dua unit mobil yang berukuran besar. Sedangkan untuk kegiatan olahraga sekolah memanfaatkan lapangan olahraga sepakbola yang ada
di Kecamatan Bandongan,
tenis meja di depan sekolah, bulutangkis ada di balai desa yang tempatnya berdekatan serta kegiatan pembelajaran wudhu, shalat dan rangkainya ada di masjid yang juga berdekatan4 dengan madrasah. Sedangkan
untuk
pelaksanaan
pembelajaran,
madrasah
menyediakan buku pegangan guru untuk semua mata pelajaran, buku pegangan murid, buku penunjang, software untuk pembelajaran PKn 3 set, software untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam 15 set, software untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia 3 set, IP 3 set, Matematika 3 set dan untuk muatan lokal 4 set. c. Tenaga Kependidikan Berikut ini nama guru dan karyawan di MI Al- Islam Tonoboyo Tabel 1.2 tentang nama guru dan karyawan MI Al-Islam Tonoboyo T
61
No 1 2
Nama Guru Rozib Sulistiyo, M.Pd.I Lushandiyah, S.Ag
Ijazah Terakhir S.2/MKPI/PI S.1PAI
3
Eko Purwanti,S.Pd.I
S.1PAI
4
Maltufah
MA
5 6
Maryatul Anisah, S.Pd.I S.1/PAI Fauziah Septiana, S.Kom S.1/ Sistem informatika
7 8
Roechanal Ma'tufani Nisfu Ema Fatimah
SMA/ IPA SMA/ Bahasa
9 10
Muliatin Ni’mah, S.Pd.I Ahmad Zamzami
S. 1/ Bahasa Inggris MTs
11
Islakhuddin
SD
12
13
Akhmad Nursani,S.Pd.I
Wakhidun
S.1/ PAI
MA
Dari guru-guru yang berlatar belakang ijazah terakhir SMA/MA ke bawah rata-rata adalah alumni pondok pesantren yang mempunyai kompetensi di bidang keagamaan. d. Keadaan Siswa Jumlah siswa MIT dari tahun ke tahun meningkat yang mulai tampak dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan5 yaitu tahun ajaran 2010/2011 ada 65 siswa, tahun 2011/2012 ada 90 siswa, tahun 2012/2013 ada 125 siswa. Berdasarakan Emis6 5 6
Grafik Jumlah Siswa MIT Al- Islam Tonoboyo Emis MI Al Islam Tonoboyo tahun 2014/2015
62
tahun 2014/ 2015 jumlah siswa tahun ajaran 2013/2014 ada 165 dan tahun 2014/ 2015 ada 225. Dari jumlah tersebut siswa yang mengikuti UN tahun 2012/ 2013 ada 23 siswa yang lulus juga 23 siswa. Dari sejumlah siswa yang belajar di MI AlIslam Tonoboyo tersebut tidak hanya berasal dari Desa Tonoboyo saja, akan tetapi berasal dari desa- desa lain yang berada di wilayah kecamatan Bandongan, bahkan ada yang berasal dari kecamatan lain seperti Desa Simpar, Desa Beseran, Desa Balekerto, Desa Sembiran, Desa Junjungan, Desa Kaliangkrik, Desa Susukan, Desa Banjaran yang berada di wilayah kecamatan Kaliangkrik bahkan ada siswa yang berasal dari kota Magelang. Pada tahun ajaran 2014/ 2015 ini jumlah siswa yang mengikuti ujian nasional ada 21 siswa dan yang lulus juga 21 siswa. Jika pada tahun 2011/2013 nilai rata- rata baru mencapai 7,47 untuk bidang studi UN ( Bahasa Indonesia, Matematika, Ipa ) maka pada tahun 2013/2014 sudah ada siswa yang meraih jumlah 27, 10 atau rata- rata 9,3.7Siswa sejumlah 225 itu dibagi menjadi sembilan rombongan belajar yaitu: kelas satu ada satu rombongan belajar, kelas dua ada dua rombangan belajar, kelas tiga ada dua rombongan, kelas empat ada dua rombongan
7
Emis MI Al- Islam Tonoboyo tahun 2014/2015
63
belajar dan kelas lima dan enam terdiri- dari satu rombongan belajar. d. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Kegiatan Pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo Untuk mencapai tujuan madrasah yang tersebut di atas, kegiatan pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo menggunakan sistem Full day School8 yang dibagi menjadi kegiatan akademik dan kegiatan non akademik yang wajib diikuti oleh semua siswa. Kegiatan akademik meliputi Masa Orientasi Madrasah (MOM ) untuk siswa baru, Kegiatan Pembelajaran 8 jam per hari yang diselenggarakan di dalam kelas atau diluar kelas seperti di masjid, lapangan
atau
alam
terbuka9,
kegiatan
remedial
dan
pengayaan,Ujian tengah dan akhir semester,Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN), Ujian Madrasah (UM) dan UN (Ujian Nasional) untuk kelas Enam. Adapun sebagai penunjang kegiatan akademis berupa brain storming, evaluasi diri, tahfizul quran, pembiasaan-pembiasaan. Sedangkan kegiatan non akademis berupa kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan persemester dan kegiatan tahunan. Kegiatan harian seperti istirahat bermakna, sholat Dhuha
8
Rozib Sulistio dan Tim Penyusun, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo tahun
9
Wawancara dan hasil observasi tanggal 27 Mei 2015,pukul 13.00.
2010,
64
terbimbing, Sholat Dhuhur berjamaah. Kegiatan mingguan dibagi menjadi kegiatan standar dan kegiatan khusus. Kegiatan standar seperti pramuka, rebana dan upacara bendera. Sedangkan kegiatan khusus berupa Vocabulary, Perpustakaan dan Berlin ( Bersih Lingkungan). Kegiatan mingguan seperti upacara bendera, tahlilan dan latihan pramuka. Upacara diadakan setiap hari Senin diikuti oleh seluruh siswa dengan petugas dari kelas IV-VI, sedangkan Latihan Pramuka diadakan setiap hari Sabtu Pagi dan juga diikuti oleh seluruh siswa. Khusus untuk upacara bendera, MI al Islam Tonoboyo sedang melakukan uji coba untuk menggunakan bahasa Arab-Inggris ke dalam rangkaian upacara, tetapi terbatas pada penggunaan aba-aba dan penyampaian sambutan Pembina Upacara. Sedangkan Kegiatan Khusus seperti Vocabulary bertujuan untuk meningkatkan kemampuan produktif berbahasa Arab-Inggris merupakan merupakan komitmen madrasah berupa penambahan kosakata bahasa Inggris dan bahasa Arab dilakukan di luar kelas dengan menggunakan berbagai metode. Adapun kegiatan perpustakaan merupakan kegiatan pengembangan minat baca siswa. Pada jam yang disediakan secara khusus, siswa diberi kesempatan untuk membaca buku-buku yang mereka bawa dari rumah, membahas maupun menceritakan isi bacaannya dengan guru atau teman.
65
Berlin atau Bersih Lingkungan merupakan kegiatan harian yang digilirkan kepada tiap-tiap kelas. Kelas yang memperoleh giliran/jadwal berlin bertugas secara bersama-sama membersihkan area madrasah , memunguti sampah, menyirami tanaman dan membenahi sarana semampu mereka dengan bimbingan wali kelasnya. Kegiatan Berlin ini diadakan semata-mata untuk meningkatkan kesadaran siswa akan lingkungan mereka, memupuk rasa memiliki dan kebutuhan untuk memelihara lingkungan. Senam pada hari Sabtu merupakan Student Time di MI AL IslamTonoboyo, pada saat itu siswa-siswi MI AL Islam Tonoboyo di samping senam juga latihan mengenal alam. Kegiatan akhir semester adalah Field Trip dan Panggung Kecil (pentas kompetensi siswa). Beriringan dengan pelaksanaan ujian (ujian tengah dan akhir semester), maka MI Al Islam Tonoboyo
juga
mengadakan kegiatan kesiswaan seperti field trip. Kegiatan yang bersifat jelajah alam dan eksplorasi fisik ini, lebih dimaksudkan sebagai ajang rekreasi, mengasah aktivitas serta menambah pengalaman siswa. Sedangkan Panggung Kecil merupakan ajang bagi para siswa untuk menampilkan kebolehan yang diperolehnya dalam rentang waktu satu semester terakhir di depan para wali siswa MI al Islam Tonoboyo.10 Sebagai salah satu wujudnya misalnya, santri (sebutan peserta didik) di ajak mengunjungi Museum Sudirman di Jl. Pahlawan Kota Magelang, Ke 10
Rozib Sulistio, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo, 2010
66
Alun- Alun Kota Magelang, Lapangan Akmil yang berdekatan dengan Gunung Tidar kota Magelang, jalan-jalan di area persawahan desa Tonoboyo sambil menggenal lingkungan.11 Sedangkan kegiatan tahunan
antara lain yaitu: kegiatan MOM
(Masa Orientasi Madrasah) Sebagai sarana mengenalkan Madrasah kepada para siswa baru yang meliputi perkenalan, puzzle, outbond, berkebun, makan bersama, dan di hari terakhir ditutup dengan penampilan siswa lama dalam pentas seni "Panggung Ekspresi" yang menyajikan tampilan berupa tarian, musik, drama/teater, puisi kolosal dan sebagainya. Sudah menjadi komitmen MI Al Islam Tonoboyo yang merupakan Madrasah Islam untuk lebih mendalam menanamkan nilai-nilai tauhid dan akhlakul karimah kepada para siswanya, di antara kegiatan massal yang diselenggarakan adalah Pondok Ramadhan dan Iedul Qurban. Dengan kedua kegiatan itu siswa diarahkan untuk semakin pintar mengurus diri sendiri serta mandiri dalam mengontrol ibadah hariannya.12 Pondok Ramadhan ini diberlakukan untuk siswa kelas 1-6 dengan kegiatan mengaji, tadarus al-Qur’an, Shalat wajib berjamaah, Pemutaran film-film Islam, buka bersama yang dirangkai sholat isya dan tarowih secara berjamaah.13 Sedangkan kegiatan Idul Qurban dilakukan dengan menyembelih hewan Qurban yang diperoleh dari sumbangan masyarakat sekitar, 11
Wawancara dengan Kepala Madrasah MI Al- Islam Tonoboyo pada tanggal 27 Mei pukul 13.130. 12 . Rozib Sulistio, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo, 2010 13 Wawancara dengan Kepala MI Al- Islam Tonoboyo pada tanggal 28 Mei 2015 pukul 13.30.
67
pengurus,relawan, Akademi Militer atau iuran bersama antara guru-guru dan siswa. 14 Kurikulum yang digunakan MI al Islam Tonoboyo adalah kurikulum SD/MI standar nasional (Standar Isi KTSP) sebagai acuan minimal, dipadukan dengan muatan lokal dan pengembangan diri yang diintegrasikan di dalamnya pendidikan keislaman dan life skill dasar.
Kurikulum SD/MI menurut standar nasional memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri, sedangkan kurikulum MI al
Islam onoboyo memuat 9 mata pelajaran, 4 muatan lokal dan 2
kelompok pengembangan diri.
Muatan lokal di MI al Islam Tonoboyo adalah Bahasa Inggris, Bahasa
Arab,
Bahasa
Jawa,
BTQ
dan
Ke-NU-an.
Sedangkan
Pengembangan Diri di MI al Islam Tonoboyo secara terprogram meliputi: bimbingan konseling, upacara bendera, mengaji, tartil & tahfizhul QuranHadist, pramuka, sholat dhuha, istighotsah, dan muhadhoroh (latihan pidato).
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum, di mana secara keseluruhan MI al Islam Tonoboyo menambahkan 20 jam pembelajaran perminggu.15
14
Wawancara dengan Kepala MI Al- Islam Tonoboyo pada tanggal 28 Mei 2015 pukul
13.30 15
Rozib Sulistio, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo, 2010
68
Jadwal Kegiatan Pengembangan diri dan alokasi waktunya sebagaimana tercantum dalam tabel 1.3 sebagai berikut:
Tabel 1.3 tentang jadwal kegiatan pengembangan diri dan alokasi waktunya N O
KEGIATAN
HARI
1 Layanan Bimbingan Senin - Sabtu . Konseling 2 Tadarus Al Qur’an .
Senin - Sabtu
3 Shalat Dhuha, Hajat, Senin – Jum’at . Isighotsah dan Kultum bersama-saa (kelas 1-6) 4 Shalat . berjama’ah 5 Kepramukaan .
Dhuhur Senin – Kamis
Sabtu
WAKTU
Setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatan – 07.00 – 07.15 kegiatan pengembangan diri tersebut 10.00 – 10.45 07.30 – 13.00
Kegiatan Pengembangan ekuivalen 12.45 – 13.30 diri dengan 9 - 16 jam pelajaran (2 x 35 menit) 14.00 – 15.45
6 Seni Baca AlQur’an Tiap hari selain 11.35 – 12.40 . hari jum’at Tartil Alquran (Mengaji) (Kelas 1-2) 11.35 – 12.40 Qiroatul kutub Antara Senin – Sabtu (Kelas 3 – 4) sesuai jadwal 7 Seni Rebana .
Jum’at
1. Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri
KETER
14.0 – 15.45
69
Penilaian Kegiatan Pengembangan diri dilakukan dengan pendekatan kulitatif dengan rentang sebagai berikut : Tabel 1.4 tentang penilaian kegiatan pengembangan diri
Kategori Nilai
Kriteria
Keterangan
A
86 – 100
Sangat Baik
B
71 – 85
Baik
C
61 – 70
Cukup
D
> 60
Kurang
Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan di MI al Islam Tonoboyo meliputi sub mata pelajaran : 1. Al Qur’an Hadits; 2. Aqidah Akhlak 3. Fiqh 4. SKI a.Kriteria Ketuntasan Minimum Nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
70
Kriteria Ketuntasan Minimum Nilai mata pelajaran Pendidikan Agama Islam semsester gasal sebagaimana tercantum dalam tabel 1.5 sebagai berikut:
Tabel 1.5 tentang KKM Mapel PAI Semester Gasal
Kelas dan Alokasi Waktu Komponen
I
II
III
IV
V
VI
a. Al Qur’an Hadits
60
60
60
60
60
70
b. Aqidah Akhlaq
60
60
60
60
60
70
c. Fiqh
60
60
60
60
60
70
d. SKI
-
-
55
55
55
65
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam
Kriteria Ketuntasan Minimum Nilai Mapel Pendidikan Agama Islam semester Genap yang dapat dilihat dalam tabel 1.6 sebagai berikut: Tabel 1.6 tentang KKM nilai Mapel PAI semester Genap Komponen A. Mata Pelajaran
I
Kelas dan Alokasi Waktu II III IV V
VI
71
1. Pendidikan Agama Islam a. Al Qur’an Hadits
70
60
70
70
70
70
b. Aqidah Akhlaq
70
60
70
70
70
70
c. Fiqh
70
60
70
70
70
70
d. SKI
-
-
70
70
70
65
b. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan Pedoman Penilaian disesuaikan dengan pedoman yang berlaku dan yang telah diterbitkan oleh Direkotrat Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama. Teknik penilaian terdiri dari tes dan non tes. Tes terdiri dari kuis dan tes harian. Teknik nontes terdiri dari observasi, angket, wawancara, tugas, proyek, portofolio. Sedang pada Pedoman Penilaian Kelas yang diterbitkan oleh Balitbang Depdiknas sebagai bagian dari paket Pelayanan Profesional Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ada tujuh macam teknik penilaian, yaitu: penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian portofolio, dan penilaian diri. Prosedur pengembangan instrumen penilaian meliputi beberapa tahap, yaitu: (1) perumusan perilaku atau kemampuan esesial yang akan diukur (2) perumusan indicator (3) penulisan instrumen/ soal, (4) penelaahan instrumen yang mencakup review dan revisi dan (5) uji coba instrumen sebelum digunakan
72
Teknik dan prosedur penilaian diserahkan kepada masing-masing guru mata pelajaran dengan rumus sebagai berikut:
NR = (2 x RUH) + (1 x UTS) + (1 x UAS) 4 RUH = UH + R Tugas
1. Kriteria Kenaikan Kelas a) Kenaikan kelas dilaksanakan setiap akhir tahun pelajaran b) Kenaikan kelas dipertimbangkan berdasarkan nilai rapor semester genap pada tahun pelajaran yang telah berjalan c) Kenaikan kelas ditetapkan dengan rapor dengan format yang telah ditentukan. Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila: i.
menyelesaikan seluruh program pembelajaran
ii.
Tidak memiliki nilai kurang dari atau sama dengan KKM.
iii.
Memiliki nilai kurang/belum tuntas paling banyak satu mata pelajaran pada semester genap.
iv.
Ketidakhadiran kurang dari 25% tanpa keterangan
v.
Memiliki nilai kepribadian, akhlak mulia, dan pengembangan diri minimum baik
2. Kriteria Kelulusan Peserta didik dinyatakan lulus jika:
73
a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran, b) Memperoleh nilai minimal 60 (enam puluh ) pada penilaian akhir untuk
seluruh kelompok mata
pelajaran: a. Agama dan akhlak mulia (Al Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqh dan SKI) b. Kewarganegaraan dan kepribadian c. Estetika d. Jasmani, olahraga, dan kesehatan c) Lulus Ujian Madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, d) Lulus Ujian Nasional (KKM UAMBN dan UASBN akan kemudian). 3. Tindak Lanjut Bagi Peserta Didik yang Tidak Naik Kelas atau Tidak lulus Peserta didik yang tidak naik a. wajib mengulang pada
kelas yang sama pada tahun pelajaran
berikutnya. b. Peserta didik yang mengulang pada kelas yang sama dan tidak naik tidak boleh mengulang pada tahun pelajaran berikutnya. Peserta didik yang tidak lulus a. wajib mengikuti ujian ulang pada mata pelajaran yang tidak lulus.
74
b. Sebelum mengikuti ujian ulang Madrasah
melaksanakan
pembimbingan. c. Peserta didik yang tidak lulus ujian ulang dapat mengulang mengikuti pembelajaran di kelas 6 pada tahun berikutnya.
E. Gambaran Umum MI Al-Falah Kaliangkrik 1. Sejarah Berdirinya MI Al-Falah Kaliangkrik MI Al-Falah kaliangkrik yang berdiri pada tahun 194516 juga tidak lepas dari tokoh masyarakat yang ada di desa tersebut. Sebelumnya kegiatan pembelajaran berlangsung di rumah mantan kepala desa. Maka para tokoh masyarakat yang ada di desa Kaliangkri seperti KH Muhtadi, Kyai Dawam, Bapak Rejo (ayah almarhum) KH Jamari Mas’udi bermusyawarah untuk mendirikan bangunan madrasah dan kebetulan pada waktu itu ada dermawan yang mewakafkan tanahnya untuk mendirikan bangunan madrasah yang bernama bapak Tulung (ayah bapak Juweni). Bangunan madrasah dibangun oleh masyarakat Desa Kaliangkrik secara bergotong royong yang terbuat dari papan kayu.17 Dari tahun ke tahun bangunan madrasah mendapat bantuan rehab selama lima kali sehingga sekarang menjadi sebuah bangunan yang 16
SK Pendirian MI Al- Falah Kaliangkrik Wawancara dengan ibu Wuryam (istri bapak Muh Sarwani (almarhum)mantan kepala MI Al- Falah yang pertama pada tanggal 6 Juni 2015 pukul 14.30 17
75
megah berbentuk leter U yang terdiri dari tiga bangunan yaitu bangunan sebelah barat, bangunan sebelah utara dan sebelah timur. Bangunan sebelah barat terdiri dari dua lantai dengan lima ruangan, sebelah utara lima ruangan dan di belakangnya toilet dan sebelah timur terdiri dari tiga ruangan di atas tanah seluas 1531.31 m2 persegi dengan luas bangunan 1231 m2. Sejak berdiri telah mengalami pergantian beberapa madrasah karena pensiun atau meninggal dunia dari bapak Muh Sarwani (almarhum), bapak Sihabudin (almarhum), bapak M Qobul, S.Pd. I (pensiun) dan bapak Fadhoil, S.Ag. Keberadaan MI al-Falah Kaliangkrik juga tidak bisa lepas dari adanya lembaga pendidikan pesantren yang bernama Pondok Pesantren Damarjati Kaliangkrik yang dibangun oleh KH Jamari Mas’udi yang dibangun pada tahun 1984 dengan santri yang berasal dari berbagai daerah dan berbagai usia dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.18Selain santri tingkat usia sekolah belajar belajar di MI Al-Falah Kaliangkrik pada pagi harinya, mereka belajar di Madrasah Diniyah di lingkungan pesantren pada sore harinya (pukul 14.30-17.00)19. Secara geografis MI Al-Falah Kaliangkrik yang berada di wilayah lereng Gunung Sumbing yang sejuk udaranya. Bangunan gedung juga
18
Wawancara dengan bapak Slamet Rodhi (guru MI Al-falah Kaliangkrik yang telah pensiun) pada tanggal 6 Juni 2015 pukul 15.00 19 Wawancara dengan Abdul Kholiq (pengurus santri Ponpes Damarjati kaliangkrik ) pada tanggal 5 Juni 2015 pukul 10.00
76
strategis karena berdekatan dengan masjid, berdampingan lembaga pendidikan Raudhotul Athfal, MTs Damarjati dan Madrasah Aliyah Damarjati Kaliangkrik. MI Al-Falah Kaliangkrik sejak berdirinya mengalami pembaharuan seperti madrasah lain pada umumnya. Misalnya dari madrasah ibtidaiyah yang hanya memberikan materi keagamaan saja pada perkembangannya juga memberikan materi pelajaran umum. Ketika ada ide pemerintah untuk mengubah MI menjadi MWB( Madrasah Wajib Belajar) juga ikut berubah menjadi MWB20. Ketika ada pembaharuan kurikulum dari kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 juga ikut melakukan pembaharuan. Bahkan pada tahun 2005 mendapat dana BOMM (Bantuan Operasional Mutu Managemen Pendidikan) untuk menyelenggarakan work Shop Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 bagi guru-guru madrasah ibtidaiyah se-Kabupaten Magelang.21Pada tahun 2007 juga mengirim guru- gurunya untuk mengikuti Work Shop Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.22Dan pada tahun 2012 mendapat tugas dari Kementrian Agama untuk mengikuti Work Shop Kurikulum Tingkat
20
Wawancara dengan ibu Wuryam pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 14.00 MI Al- Falah Kaliangkrik,Laporan pertanggungjawaban BOMM MI Al- Falah Kaliangkrik tahun 2005 22 Wawancara dengan bapak M. Qobul S.Pd.Ipada tanggal 1 Juni 2015 21
77
Satuan Pendidikan sekaligus menyusun Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter untuk MI Al-Falah Kaliangkrik23. Pada tahun 2014 MI Al-Falah Kaliangkrik juga mengirimkan gurugurunya untuk mengikuti Work Shop Kurikulum 2013 selama sepuluh hari di Hotel Borobudur Kota Magelang.24Dan pada tahun pelajaran 2014/2015 memberlakukan penggunaan kurikulum 2013 untuk kelas satu dan empat. 2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Falah kaliangkrik a.
Visi MI Al-Falah Kaliangkrik:
Terwujudnya madrasah yang dapat membentuk
generasi relegius,
disiplin dan peduli. Indikator Visi: 1) Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan seharihari 2) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam aspek akademik maupun non akademik dalam kehidupan pribadi maupun sosial 3) Terbentuknya siswa madrasah yang peduli terhadap lingkungannya
23
Work Shop KTSP berkarakter di MIN Sumberejo mertoyuda Magelang tanggal 12- 13
24
Surat Tugas Work Shop Kurikulum 2013
Juli 2012
78
b. Misi MI Al-Falah Kaliangkrik 1) Menciptakan lingkungan belajar yang religius. 2) Menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi. 3) Memberdayakan seluruh potensi peserta didik untuk peduli terhadap lingkungannya
c. Tujuan Madrasah 1) Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan seharihari. 2) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam aspek akademik maupun non akademik dalam kehidupan pribadi maupun sosial. 3) Terbentuknya siswa madrasah yang peduli terhadap lingkungannya
d. Program Madrasah 1) Pembelajaran dan pembiasaan hidup relegius, baik didalam maupun luar kelas. 2) Pembiasaan hidup disiplin baik akademik maupun non akademik didalam maupun diluar kelas, dengan optimalisasi tata tertib madrasah
79
3) Optimalisasi seluruh potensi peserta didik untuk peduli terhadap lingkungannya 25 . 4.
Kondisi Obyektif Madrasah a. Sarana dan Prasarana Adapun sarana pendukung proses pembelajaran terdiri dari
sembilan ruang kelas untuk sembilan rombongan belajar untuk kelas I sampai kelas VI, satu ruang guru, satu ruang perpustakaan kamar toilet untuk guru,sebelas toilet untuk siswa26, satu ruang kantin untuk siswa. 27
MI Al-Falah Kaliangkrik juga memiliki halaman sekolah yang luas
yang dapat brfungsi untuk melaksanakan upacara bendera setiap hari Senin untuk siswa- siswi MI al-Falah, MTs Damarjati, MA Maa’rif Damarjati Kaliangkrik secara bersama- sama, untuk berolahraga bulutangkis, lompat jauh dan lompat tinggi, sarana tempat bermain anak-anak ketika istirahat yang dikelilingi penghijauan dan tanaman hias yang asri. b. Keadaan Siswa Adapun siswa yang belajar di MI Al-Falah Kaliangkrik sejak berdirinya Pondok Pesantren Damarjati berasal dari berbagai daerah. Berdasarkan data
25
KTSP Berkarakter MI Al-Falah Kaliangkrik 2012 Emis kelembagaan MI Al- Falah Kaliagkrik tahun ajaran 2014/2015 27 Observasi tanggal 2 Juni 2015 26
80
Emis28siswa MI Al-Falah Kaliangkrik tahun 2014/2015 jumlah siswa tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 250 siswa dan tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 247 siswa yang tidak hanya berasal dari wilayah Kaliangkrik tetapi juga berasal dari luar daerah misalnya dari Kabupaten Temanggung, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Boyolali, Jakarta Pusat, Lampung dan Kalimantan Tengah. c. Tenaga Kependidikan Untuk meningkatkan mutu pendidikan, MI Al-Falah Kaliangkrik memiliki sebelas tenaga kependidikan sebagaimana yang ada dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 tentang tenaga pendidikan MI Al-Falah Kaliangkrik
No
1
Nama
Fadhoil, S.Ag
Tempat/tanggal
Status
Lahir
kepegawaian
Magelang,15
- PNS
11- 1973
Jabatan
Jenis kelamin
Kepala
Laki- laki
Madrasa h
2
Islamiyah , S.Ag
Magelang, 19-2- PNS
Guru
1972
Kelas
Perempuan
VI b 3
28
Efi Susilowat i, S.Pd.I
Magelang, 06/03/1980
GTY
Emis Siswa MI Al- Falah Kaliangkrik tahun 2014/2015
Guru
Perempuan
81
Kelas V b 4
Istiqomah , S.Pd.I
Magelang, 18/09/1981
GTY
Guru
Perempuan
Kelas VI a 5
Masrifatu Magelang, l Amiroh, 15/08/1967 S.Pd.I
GTY
Guru
Perempuan
Mata pelajara n
6
7
Itsna Maulida Sulistyan a, S.Pd
Magelang,
Suciati, S.Pd.I
Magelang,
GTY
21/12/1984
Ahmat Yakup
Magelang,
Perempuan
Kelas II
GTY
13/05/1974
8
Guru
Guru
Perempuan
kelas I
GTY
25/03/1989
Guru
Perempuan
Kelas Va
9
Muhamad Syaeful Mujib, S.Pd.I
Magelang,
GTY
14/11/1973
Guru
Laki- laki
Mata pelajara n
10
Khairul Muna, S.Pd.I
Magelang, 19/06/1983
GTY
Guru Kelas IV
Laki- laki
82
11
Lina Dwi Temanggung, Aryani, S.Sy 09/06/1988
GTY
Guru
Perempuan
kelas II
Pada tahun 2014 MI Al-Falah Kaliangkrik juga mengirimkan gurugurunya untuk mengikuti Work Shop Kurikulm 2013 selama sepuluh hari di Hotel Borobudur Kota Magelang.29Dan pada tahun pelajaran 2014/2015 memberlakukan penggunaan kurikulum 2013 untuk kelas satu dan empat.
d. Identitas Madrasah 1. Nama Madrasah
: MI AL FALAH KALIANGKRIK
2. No. Statistik Madrasah (NSM)
: 111233080174
3. Akreditasi Madrasah
: B ( Baik )
4. Alamat Lengkap Madrasah
: Kauman
5. NPWP Madrasah 29
Surat Tugas Work Shop Kurikulum 2013
Desa / Kelurahan
: Kaliangkrik
Kecamatan
: Kaliangkrik
Kab/ Kota
: Magelang
Provinsi
: Jawa Tengah
No. Telp.
:-
: 00 542 625 9 524 000
83
6. Nama Kepala Madrasah
: Fadhoil, S.Ag
7. No. Telp./ HP Kepala Madrasah
: 081328841779
8. Nama Yayasan
: MAARIF : jln Magelang Jogja km 12 Palbapang
9. Alamat Yayasan Mungkid Magelang 56511 10. No. Telp. Yayasan
: 0293 782037
11. No. Akte PendirianYayasan
: lk/3.C/1528/Pem.MI/7
12. Kepemilikan Tanah
: Milik Yayasan a. Status Tanah
:Wakaf
b. Luas Tanah
: 1531.31 M2
13. Status Bangunan
: Yayasan
14. Luas Bangunan
: 1231 M2
15. E-mail
D. Gambaran obyek Penelitian MI Al-Falah Kaliangkrik 1. Muatan Kurikulum MI Al-Falah Kaliangkrik Muatan kurikulum atau mata pelajaran yang dikembangkan di MI AlFalah Kaliangkrik yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam meliputi sub mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, SKI dan Fiqh.
a) Al Qur’an Hadist : mata pelajaran Al-Qur’an Hadist di madrasah bertujuan untuk memberikan kemampuan
dasar
kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan dan menggemari Al Qur’an dan Hadist serta menanamkan
84
pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.
Hadist
untuk
membimbing akhlak
dan
mendorong, perilaku
membina
peserta
didik
dan agar
berpedoman kepada dan sesuai dengan isi kandungan ayat-ayat Al –Qur’an dan Hadist. Ruang lingkup dari mata pelajaran ini meliputi : 1)
Pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur’an
2)
Hafalan surat-surat pendek
3)
Pemahaman kandungan surat-surat pendek
4)
Hadist-hadist tentang kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, taqwa, menyayangi anak yatim, sholat berjamaah, ciri ciri orang munafik dan amal sholeh.
b) Aqidah Akhlaq : mata pelajaran ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam. Ruang lingkup dari mata pelajaran ini meliputi : a) Aspek Keimanan b) Aspek Akhlaq c) Aspek Kisah Keteladanan
85
c) Fiqih : mata pelajaran ini bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli, serta melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar. Ruang lingkup mata pelajaran fiqih meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara lain : a)
Hubungan manusia dengan Allah swt
b)
Hubungan manusia dengan sesama manusia dan
c)
Hubungan manusia dengan alam sekitar
d) Sejarah Kebudayaan Islam : mata pelajaran ini bertujuan membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Islam, mendorong peserta didik untuk mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah serta menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk berakhlak mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang ada. Ruang lingkup mata pelajaran ini meliputi : Di tingkat Madrasah Ibtidaiyah dikaji tentang sejarah arab Pra Islam, sejarah Rasullah Saw dan Al-Khulafaur Rosyidin.
86
Sedangkan kelompok pengembangan diri yang adalah di MI Al- Falah Kaliangkrik meliputi a. Sholat Dhuha dan Dhuhur berjamaah, bertujuan untuk mengenalkan pelaksanaan
ibadah sholat dan menanamkan
kecintaan untuk menjaga sholat fardhu. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan sholat dhuha dan sholat dhuhur secara berjamaah. b. Tadarus Al Qur’an, bertujuan untuk menanamkan rasa cinta terhadap Al Qur’an dan membiasakan siswa agar senantiasa membaca Al Qur’an. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan membaca Al Qur’an setiap hari c. Layanan
Bimbingan
memberikan
dan
Konseling,
bertujuan
untuk
layanan konseling kepada peserta didik di
lingkungan madrasah. Ruang lingkupnya meliputi : 1) Layanan orientasi pengenalan lingkungan madrasah 2) Layanan bimbingan belajar 3) Layanan konseling kesulitan belajar dan masalah pribadi siswa Kepramukaan, bertujuan untuk melatih siswa agar terampil dan mandiri, menanamkan sikap peduli terhadap orang lain, melatih agar mampu bekerjasama dengan orang lain, menanamkan sikap disiplin, menumbuhkan rasa percaya diri. Ruang lingkupnya adalah : 1) Ketrampilan Personal 2) Ketrampilan Sosial
87
3) Ketrampilan Vokasional Sederhana 4) Drumband,bertujuan untuk
mengasah keterampilan berkesenian
dan
memupuk semangat. Adapun struktur kurikulum Pendidikan Agama Islam di MI al-Falah Kaliangkrik terdapat dalam tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2. tentang struktur kurikulum PAI MI Al-Falah Kaliangkrik Kelas dan Alokasi Waktu
I
II
III
IV
V
VI
a. Al Qur’an Hadits
2
2
2
2
2
2
b. Aqidah Akhlaq
2
2
2
2
2
2
c. Fiqh
2
2
2
2
2
2
d. SKI
-
-
2
2
2
2
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam
2.
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Al-Falah Kaliangkrik Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam di MI Al-Falah Kaliangkrik di samping dilaksankan secara formal di dalam
88
kelas, juga dilaksanakan di luar kelas. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas adalah kegiatan pembelajaran diri yang dilaksanakan di luar kelas seperti halafan surat pendek setiap hari Kamis yang dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran secara formal dimulai, yang sudah menjadi rutinitas yang dilaksanakan mulai pukul 7.00. Kadang-kadang juga juga diselingi parktik sholat jenazah, praktik sholat tahajud, shalat hajat dan shalat rawatib. Sesekali diselingi kuliah tujuh menit tentang penerapan ajaran Islam seperti membuang sampah pada tempatnya, berbuat baik kepada teman, tidak boleh mengambil milik orang lain dan lain- lain. Di samping itu kegiatan pengembangan diri diujudkan dalam kegiatan sholat Dhuha di masjid secara berjamaah setiap hari Selasa dan Rabu yang dulaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran. Demikian juga setelah kegiatan pelajaran siswa- siswa diajak ke masjid untuk melaksanakan sholat Dhuhur seacara berjamaah yang dilakukan oleh siswa kelas empat sampai kelas enam. Berikut jadwal kegiatan pengembangan diri di MI Al-Falah Kaliangkrik Jadwal dan Alokasi Waktu Kegiatan pengembangan diri terdapat dalam tabel 2.4
Tabel 2.4 tentang alokasi waktu kegiatan pengembangan diri MI AlFalah Kaliangkrik N O
KEGIATAN
1.
Layanan Konseling
Bimbingan
2.
Tadarus Al Qur’an
HARI
WAKTU
Senin - Sabtu
07.30 – 13.00
Selasa- Kamis
07.00 – 07.15
KETERANGA N Setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatankegiatan
89
3.
Shalat Dhuha
Selasa- Rabu
07. 15- 7.30
4.
Shalat Dhuhur berjama’ah (kelas IVVI )
Senin – Kamis
12.30- 13.00
5.
Kepramukaan
Sabtu
07.00- 08.00
6.
Seni Baca AlQur’an
Tiap hari Kamis
15. 30- 16.00
7.
Drum Band
Rabu
14.00 – 15.45
1.
Penilaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
pengembangan diri tersebut
a. Kriteria Ketuntasan Minimum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam terdapat dalam tabel 2.3 berikut ini: Tabel 2.3 tentang KKM nilai Mapel PAI MI Al-Falah Kaliangkrik Kelas dan Alokasi Waktu Komponen
I
II
III
IV
V
VI
a. Al Qur’an Hadits
70
70
70
70
70
70
b. Aqidah Akhlaq
70
70
70
70
70
70
c. Fiqh
70
70
70
70
70
70
d. SKI
-
-
60
60
60
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam
60
e. Kriteria Penilaian Pengembangan Diri Kriteria Penilaian pengembangan diri terdapat dalam tabel 2.5 berikut ini:
90
Tabel 2. 5 tentang kriteria nilai pengembangan diri Kategori Nilai
Kriteria
Keterangan
A
86 – 100
Sangat Baik
B
71 – 85
Baik
C
61 – 70
Cukup
D
> 60
Kurang
E. Gambaran MIN Krincing Secang Magelang 1.
Sejarah Berdirinya MIN Krincing Secang Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Krincing dalam lintasan sejarah, madrasah ini bermula dari Madrasah Diniyah dimana program pendidikan dan metode pembelajaran yang diterapkan metode tradisional seperti halnya madrasah salaf (Pondok Pesantren). Madrasah Diniyah ini diprakarsai dan didirikan oleh kyai Muhtarom dan tokoh masyarakat yang berawal dari usaha dan keprihatinan tokoh masyarakat setempat khususnya dalam bidang pendidikan. Usaha tersebut dapat terwujud pada tahun 1949 dengan mendirikan sebuah Madrasah Diniyyah (Madin) yang dilaksanakan di masjid setempat dengan jumlah peserta didik berjumlah 10 sampai 15 siswa. Selang beberapa waktu kegiatan pembelajaran dipindah tempatkan di rumah Bapak Kyai Muhtarom, dan dalam melaksanakan kegiatan
91
tersebut beliau dibantu oleh seorang warga masyarakat yaitu bapak Royis. Setelah berlangsung selama kurang lebih 4 tahun bapak Kyai Muhtarom pindah tempat tinggal dan pada tahun 1951 dengan terpaksa Madrasah Diniyyah tersebut dibubarkan, namun demikian rumah beliau tetap digunakan sebagai tempat ngaji khusus putri yang diasuh oleh bapak Kyai Chadziq Mahmudi dan Bapak Miftah. Lambat laun santri yang mengikuti kegiatan tersebut semakin banyak sehingga waktu yang di butuhkan untuk kegiatan tersebutpun semakin bertambah yaitu sampai ba’da isyak, kemudian kegiatan tersebut dijadikan Madrasah Diniyyah kembali dengan nama Madrasah Da’watul Khoiriyyah yang berorientasi pada pembelajaran agama saja. Tahun 1959 pemerintah mengeluarkan peraturan bahwa Madrasah Wajib Belajar dengan kriteria pembelajaran 60% untuk pendidikan agama, dan 40% untuk pendidikan umum khusus anak putri. Mulai saat itu madrasah dilaksanakan ba’da dhuhur dengan kriteria pembelajaran sesuai kriteria yang dicanangkan pemerintah, saat itu pula terbentuk Madrasah untuk laki-laki yang ditempatkan di Masjid dan dipimpin oleh Bapak Kyai Al-Faro’i yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah AlIslamiyyah. Dengan terbentuknya madrasah tersebut maka, peserta didiknya semakin berkembang pesat.
92
Madrasah Da’watul Khoriyyah yang mulai menampung anak putra diresmikan oleh pemerintah pada tahun 1959. Tokoh pendirinya adalah Bapak Kyai Muhtarom yang berdomosili di Kerten Krincing. Madrasah tersebut diakui sebagai Madrasah Wajib Belajar dengan surat dari pemerintah Jakarta dalam bentuk SK (Piagam) tertulis tanggal 1 April 1960 No. J/9/5445, tertanda; H. Oemar Soeryahadibroto, sedangkan SK propinsi disyahkan Bapak Soerjadi. Kegiatan belajar tersebut hanya sampai kelas tiga, kelas empatnya dikirim ke SD Krincing. Setelah terbentuknya 2 madrasah tersebut, maka di kelurahan Krincing terdapat tiga Madrasah yang telah berdiri yaitu: 1. Madrasah Da’watul Khoiriyah di Dusun Kerten Krincing bertempat dirumah bapak.Kyai Muhtarom. 2. Madrasah Ibtidaiyah Al-Islamiyah Dusun Kerten bertempat di Masjid Kerten Krincing. 3. Madrasah Ibtidaiyah Al-Iman di Dusun Bangsren Krincing. (Ikut yayasan Al-Iman di Magelang) Ketiga madrasah tersebut setiap tahun mengadakan kegiatan bersama-sama dalam rangka memperingati maulid nabi Muhammad SAW.Setelah berjalan beberpa waktu pemerintah memberikan perhatian kepada 3 madasah tersebut dengan memberikan bantuan kepada setiap peserta didik setiap anaknya pertahun sebesar Rp.200,00. Pada dasarnya masing-masing sekolah mendapatkan bantuan, namun yang berlangsung
93
hanya Madrasah Da’watul Khoiriyyah .dikarenkan 2 madrasah yang lain belum bisa mengurus Administrasinya sehingga keduanya dihentikan untuk mendapatkan bantuan. Hal ini berdampak pada pembiayaan proses belajar mengajar, Madrasah Al-Islamiyyah yang tidak mendapat bantuan akhirnya bergabung dengan Da’watul Khoiriyyah kemudian atas bantuan dan swadaya masyarakat madrasah dapat membangun gedung sendiri, di area tanah milik bapak Kyai Muhtarom, sedangkan Madrasah Al-Iman didanai oleh yayasannya, karena salah satu pengurusnya adalah seorang pejabat Penilik Agama Kabupaten Magelang yaitu Ustadz Adnan Harun. Kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dan didukung oleh kondisi keuangan yang lancar. Pada tahun 1965
Madrasah Da’watul Kroiriyyah sudah bisa
mengadakan ujian sendiri yang sebelumnya yang hanya bergabung dengan SD Negeri. Dan pada tahun 1960 bapak Kyai Chadziq Mahmudi mengikuti ujian Guru Agama (UGA) setelah lulus dan diangkat sebagai guru agama negeri terhitung mulai tanggal 2 Mei 1961 menurut surat tugas tetapi secara operasional mulai 1 September 1964 beliau pun ditugaskan mengajar di Madrasah Da’watul Khoiriyyah. Sejak tahun 1967 Madrasah mendapatkan impres dua kali. Selang 2 tahun yaitu Pada tahun 1969 Madrasah diakui sebagai anggota Yayasan Ma’arif dan bapak Kyai Chadziq Mahmudi sebagai Kepala Madrasah. Madrasah pertama kali akreditasi pada tahun 1993 dengan nomor MK
94
145/101/IV/1993. Pada tanggal 28 0ktober 1993 status Madrasah dinegerikan dengan nomor SK. Menag RI 63/244/1993. Akreditasi yang kedua tanggal 20 Juni 1999 dengan nomor MK 4/ 24/VI/1999 nomor statistik 11230247169. Sejak berdirinya madrasah pada tahun 1959, ada beberapa guru yang diperbantukan oleh pemerintah. Di bawah ini daftar guru yang pernah diperbantukan oleh pemerintah yaitu: 1. Bapak Bandung Muhammad Muhdzakir dari desa Saron Paremono Mungkid Magelang, merupakan seorang guru pindahan dari SDN Gorontalo Minahasa Manado Sulawesi Utara, beliau alumni PGAN 6 Yogyakarta. 2. Bapak Ali Susiswo dari Tirto Paremono Mungkid sebagai pengganti saudara Bandung namun beliaupun dipindah ke kota Mungkid 3. Bapak Kyai
Chadziq Mahmudi setelah diangkat menjadi Guru
Agama. Mulai 1 September 1971 diperbantukan di kantor PPAI kecamatan Secang 4. Bapak Munhamir (setelah diangkat di Kab. Temanggung) seorang guru pindahan dari MI Campursalam Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung karena lulus ujian Ujian Guru Agama (UGA) tahun 1964. 5. Bapak Miftah dan saudari Machruziah, (pak Miftah kemudian pindah sebagai pegawai Penerangan Agama dan saudara Machruziah pindah ke Temanggung sebagai Guru Agama)
95
6. Guru bantu dari pemerintah sebagai Guru Agama yaitu : a. Bapak Ishaq Al-Badar dari Sempu Secang. b. Ibu Sudiyah Secang. c. Bapak Muchrim dari Kabonan Kecamatan Parakan yang diangkat di Magelang. d. Bapak Yusuf dari Kupen Pringsurat Temanggung. e. Bapak Zaenuri dari Kupen Pringsurat Temanggung. Yang pernah memegang sebagai kepala
Madrasah, secara
berurutan adalah sebagai berikut: 1.
Bapak Kyai Chadziq Mahmudi
2.
Bapak Miftah
3.
Bapak Nasihun
4.
Bapak Munhamir Sampai dinegerikan (Kepala Definitif)
5.
Bapak Anas Aziz, M.M (Kepala Definitif)
6.
Bapak Drs.H.Tachsin Anwar, M.M. berlangsung sampai sekarang.
Secara geografis MIN Negeri Krincing Secang mudah dijangkau berbagai transportasi umum karena terletak di dekat jalan raya propinsi jurusan Magelang- Semarang. Di samping itu lingkungan desa yang dinamis memudahkan masyarakat untuk mempercayakan anak mereka belajar di MIN Krincing karena di samping pembelajaran agama yang mendalam di MIN Krincing Secang tetapi juga banyaknya kegiatan
96
ekstrakurikuler yang di selenggarakan madrasah30 seperti seni rebana, karawitan, seni tilawatil Qur’an, drum band dan lain-lain.
2. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah a.
Visi Madrasah: Terwujudnya generasi Islam yang relegius, disiplin, cerdas dan terampil Indikator Visi : a. Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan sehari hari b. Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin di lingkungan madrasah dan masyarakat c. Terbentuknya siswa madrasah yang kompetitif dalam bidang akademik d. Terbentuknya siswa madrasah yang kompetitif dalam bidang non akademik.
b. Misi Madrasah: 1) Menciptakan lingkungan belajar yang relegius 2) Menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi
30
Wawancara dengan Ibu Wakhidah pada tanggal 27 Mei 2015 pukul 15.00
97
3) Memberdayakan
seluruh potensi peserta didik
dan ragam
kecerdasan 4) Memberdayakan seluruh potensi keterampilan peserta didik
c. Tujuan Pendidikan Madrasah 1) Terbentuknya generasi yang religious dalam kehidupan sehari hari 2) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam segala aspek. 3) Terbentuknya siswa madrasah yang cerdas yang berguna bagi dirinya maupun masyarakat 4) Terbentuknya siswa madrasah yang terampil yang berguna bagi dirinya maupun masyarakat. d. Identitas Madrasah NAMA MADRASAH
: MI NEGERI
STATUS SEKOLAH
: NEGERI
ALAMAT MADRASAH
: KERTEN KRINCING SECANG
MAGELANG TAHUN BERDIRI
: 1993
DABIN
:
STATUS DI DABIN
: MI INTI
AKREDITASI MADRASAH
: A TH 2008
98
NIS
: 111.1.33.08.0005.
NSB/NSS
: 019261680312001
NPSN
: 20331147
NOMOR TELPON
: 0293-714465
KODE POS
: 56195
LOKASI
: PEDESAAN
3. Kondisi Obyektif Madrasah a. Sarana dan Prasarana yang ada Untuk mendukung kegiatan pembelajaran MIN Krincing berupa bangunan gedung berlantai dua ada dua bangunan yang terdiri dari ruang kelas ada sebelas, ruang guru ada satu, ruang kepala sekolah ada satu, ruang perpustakaan, ruang peralatan, ruang untuk pembelajaran komputer beserta perangkatnya dan juga sering digunakan untuk kegiatan KKG, toilet ada delapan, dan mushola. Dalam kegiatan pembelajaran MIN Krincing Secang memiliki tenaga kependidikan sebanyak 18 orang yang terdiri dari satu kepala madrasah, dua tenaga perpustakaan, satu tenaga administrasi dan empat belas guru. Dari delapan belas personal tersebut yang berstatus PNS ada duabelas dan yang guru honorer ada enam. Adapun kualifikasi pendidikan yang mereka miliki jenjang S.2 ada satu orang, yang jenjang s.1 ada 15 orang dan SMA ada dua orang.31
31
Emis Personal MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015
99
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran MIN Krincing Secang selalu menyelenggarakan kegiatan KKG di sekolahnya. Madrasah mengadakan kerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta untuk meningkatkan pelajaran umum, kerjasama dengan Universitas Negeri Tidar Magelang untuk pembelajaran mulok Bahasa Inggris, dan kerjasama dengan Universitas Islam Negeri Yogyakarta untuk pelajaran agama Islam. Untuk kegiatan karawitan dan tari, madrasah mendatangkan guru dari Institut Seni Indonesia Solo, Drum band mengundang melatih dari SMPN I Temanggung, Seni Baca al- Qur’an mengundang pelatih dari juara MTQ tingkat propinsi. Dan khusus pembelajaran Agama Islam yang dilaksanakan pada jam ke nol khususnya pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an mengundang dari alumni Pondok Pesantren Lirboyo untuk kelas satu sampai tiga dan pembelajaran kitab kuning bagi siswa kelas empat sampai enam.32 b. Keadaan Siswa Jumlah siswa MI Negeri Krincing Secang ada ada 310.33Dari jumlah tersebut sebagaian besar siswa berasal dari wilayah Desa Krincing sendiri hanya ada beberapa siswa yang berasal dari luar desa, misalnya Kalikuto, Payaman.
32
Wawancara dengan Kepala MIN Krincing, Drs. Tachsin Anwar, M.Pd. I tanggal 27 Juli 2015 pukul 14.30 33 Emis siswa MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015
100
Dilihat
dari
berpendidikan
pendidikan
orangtua
di
SLTP
bawah
sebagian
tetapi
ada
besar sebagian
mereka yang
berpendidikan SMA, dan sebagian kecil lagi yang berpendidikan S.1 atau D.2. Dilihat dari pekerjaan orangtua sebagian besar mereka bekerja sebagai buruh atau pegawai swasta. Ada yang berprofesi sebagai TNI, guru, wiraswasta, pengusaha, atau guru. Rata-rata penghasilan orangtua kurang dari satu juta rupiah perbulan.34 Dari sejumlah siswa tersebut pada tahun ajaran 2013/2014 telah meluluskan 36 siswa dengan nilai UAS/UAM BN tertinggi 27, 90 atau rata- rata 9,30 dan nilai terendah 24,10 atau rata- rata 8,3.35Dan pada tahun ini memperoleh peringkat ke 2 tingkat Kabupaten Magelang dengan jumlah nilai 27 atau rata- rata 90.36MIN Krincing Secang yang mempunyai prestasi di bidang akademik juga mempunyai prestasi di luar bidang akademik, misalnya juara 1 lomba drum band, juara I dan II MTQ tingkat Kabupaten Magelang, juara I dan juara II lomba pidato Bahasa Arab, juara II axioma sains MI sekabupaten Magelang dan kejuaraan yang lain.37
F. Gambaran Obyek Penelitian 1. 34
Muatan Kurikulum dan Struktur MIN Krincing Secang
Emis siswa MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015 Emis lulusan MIN Krincing Secang Semester Ganjil tahun 2014/2015 36 Wawancara dengan bapak As’ad Muzaki S. Ag. Pada tanggal 20 Juni pukul 8.00 37 Observasi papan leaflet dan wawancara denga Kepala Madrasah, Bpk Drs. Tachsin Anwar pada tanggal 20 Juni pukul 8.30 35
101
Berdasarkan standar isi yang dikembangkan oleh BSNP, kebijakan Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah, kebijakan Kandepag Kabupaten Magelang dan hasil rapat internal Komite Madrasah, mata pelajaran yang dikembangkan oleh Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing dideskripsikan sebagai berikut : Komponen Mata Pelajaran a. Pendidikan Agama.Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing meliputi sub mata pelajaran Al Qur’an Hadis,Aqidah Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam. b. PKn c. Bahasa Indonesia d. Bahasa Arab e. Matematika f. IPA g. IPS h. Seni Budaya dan Ketrampilan i. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan j. Komponen Muatan Lokal. Kelompok mata pelajaran muatan lokal yang ada di MIN Krincing Secang meliputi Bahasa Jawa, Bahasa Inggris dan Baca Tulis Al-Qur’an. k. Kelompok Pengembangan Diri. Pengembangan Diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
102
bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi madrasah. Bentuk kegiatan pengembangan madrasah ibtidaiyah negeri kerincing berupa : 1) Sholat
Dhuha
dan
Dhuhur
mengenalkan pelaksanaan
berjamaah,
bertujuan
untuk
ibadah sholat dan menanamkan
kecintaan untuk menjaga sholat fardhu. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan sholat dhuha dan sholat dhuhur secara berjamaah 2) Tadarus Al Qur’an, bertujuan untuk
menanamkan rasa cinta
terhadap Al Qur’an dan membiasakan siswa agar senantiasa membaca Al Qur’an. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan membaca Al Qur’an setiap hari 3) Layanan Bimbingan dan Konseling, bertujuan untuk memberikan layanan konseling kepada peserta didik di lingkungan madrasah. Ruang lingkupnya meliputi : a) Layanan orientasi pengenalan lingkungan madrasah b) Layanan bimbingan belajar c) Layanan konseling kesulitan belajar dan masalah pribadi siswa 4) Kepramukaan, bertujuan untuk melatih siswa agar terampil dan mandiri, menanamkan sikap peduli terhadap orang lain, melatih agar mampu bekerjasama dengan orang lain, menanamkan sikap disiplin, menumbuhkan rasa percaya diri. Ruang lingkupnya adalah: a) Ketrampilan Personal
103
b) Ketrampilan Sosial c) Ketrampilan Vokasional Sederhana 5) Seni Baca Al Qur’an, bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi (pemghargaan) siswa terhadap seni budaya Islami, memupuk bakat dan minat siswa di bidang seni baca Al Qur’an, menumbuhkan rasa percaya diri. Ruang lingkupnya adalah ketrampilan seni membaca Al Qur’an. 6) Seni
Rebana,
bertujuan
untuk
menumbuhkan
apresiasi
(penghargaan) siswa terhadap seni budaya Islami, menumbuhkan rasa
percaya
diri.
Ruang
lingkupnya
adalah
ketrampilan
memainkan musik rebana. 7) Drumband,bertujuan untuk
mengasah keterampilan berkesenian
dan memupuk semangat Struktur Kurikulum MIN Krincing Secang sebagaimana tercantum dalam tabel 3.3
Tabel 3.3 tentang struktur kurikulum MIN Krincing Secang
I
Kelas dan alokasi waktu II III V dan VI
A. Mata pelajaran 1. Pendidikan agama islam a. Al-Qur’an Hadits
-
2
2
2
104
b. Aqidak Akhlak
-
2
2
2
c. Fiqih
-
2
2
2
d. SKI
-
-
2
2
-
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
-
5
5
5
4. Bahasa Arab
-
-
-
3
5. Matematika
-
5
5
5
6. Ilmu Pengetahuan Alam
-
4
4
4
7. Ilmu Pengetahuan Sosial
-
-
2
3
8. Seni
dan
-
4
4
4
Jasmani,
-
4
4
4
2. Pendidikan Kewarganegaraan
Budaya
Pen gat ura n
Ketrampilan 9. Pendidikan
beb
Olahraga dan Kesehatan
an
B. Muatan Lokal *)
-
a. Bahasa Jawa
-
2
2
2
bela
b. Bahasa Inggris
-
2
2
2
jar
2
2
2
c. BTQ C. Pengembangan diri **)
-
2 36
40
yan
46
g
dilakukan oleh madrasah ibtidaiyah negeri krincing terdapat dalam tabel 3.4 adalah sebagai berikut :
Kelas
Alokasi Waktu (1jam Pelajaran)
Jumlah Jam Pelajaran Per Hari
I
35 menit
II
35 menit
6 jam pelajaran 6 jam pelajaran
Jumlah Jam Pelajaran Per Minggu 31 jam
Minggu Efektif Dalam Setahun
Jumlah Jam Pelajaran Dalam Setahun
34 – 38
1054 – 1178
32 jam
34 – 38
1188 – 1216
105
III
35 menit
IV
35 menit
V
35 menit
VI
35 menit
8 jam pelajaran 8 jam pelajaran 8 jam pelajaran 8 jam pelajaran
33 jam
34 – 38
1122 – 1254
39 jam
34 – 38
1326 – 1482
39 jam
34 – 38
1326 – 1482
39 jam
34 – 38
1326 – 1482
Catatan : a. Hari jum’at hanya sampai jam ke – 6 b. Hari sabtu hanya sampai jam ke 7
2.
Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MIN Krincing Secang Di samping kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara formal di dalam kelas, kegiatan pembelajaran di MIN Krincing Secang juga di laksanakan dalam kegiatan pengembangan diri dengan jadwal sebagai berikut: Berikut jadwal kegiatan pengembangan diri MIN Krincing secang sebagaimana terdapat dalam tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 tentang jadwal kegiatan pengembangan diri MIN Krincing
106
No Kegiatan 1 Layanan Bimbingan
Hari Waktu Senin – 07.30 – 13.00
Ket Ekuivalen
sabtu
dengan 2 jam
Konseling 2
Tadarus
pelajaran (2 X Al Senin
Qur’an 3
4
– 06.30 – 07.00
35 menit)
sabtu
Sholat Dhuha Senin Berjamaah
sabtu
Sholat
Senin
Dhuhur
sabtu
– 08.45 – 09.00
– 11.45 – 12.15
Berjamaah 5
Kepramukaan Sabtu
14.00 - 16.00
6
Dokter Kecil Senin
– 15.15 – 16.45
7
/ UKS
sabtu
Seni Baca Al
Kamis
14.00 – 16.00
Jum’at
– 13.30- 16.00
Qur’an 8
Seni Rebana
sabtu 9
3.
Drumband
Kamis
13.30– 16.00
Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan dengan pendekatan kulitatif dengan rentang sebagaimana terdapat dalam tabel 3.2 berikut ini:
107
a.
Kategori nilai
Keterangan
A
Sangat baik
B
Baik
C
Cukup
D
Kurang
Kriteria Kenaikan Kelas
Peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing dinyatakan naik kelas apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas yang diikuti. b. Nilai mata pelajaran di bawah kriteria ketuntasan minimal tidak lebih dari 3 mata pelajaran c. Memperoleh nilai minimal 7.00 untuk mata pelajaran Alquran/hadits d. Memperoleh nilai minimal 80 pada penilaian 1) Praktek Keagamaan, 2) Akhlaqul Karimah e. Untuk kelas V nilai IPA, Bahasa Indonesia dan Matematika serta Al Qur’an hadits tidak boleh kurang dari KKM. f. Ketentuan dari huruf ( a ,b,c,d,e ) ini tidak berlaku untuk kelas I dan IV tahun ajaran 2014/2015.
b. Kriteria Kelulusan Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan hasil rapat komite Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran
108
b. Memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan c. Lulus ujian sekolah / madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tehnologi d. Lulus ujian Madrasah
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Inovasi Pembelajaran pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang di Kabupaten Magelang Kenyataan sudah semacam sunatullah, bahwa penemuan baru atau inovasi baru atau ide yang lebih canggih akan muncul (dikaruniakan Tuhan) bagi mereka yang telah sungguh- sungguh mencari, meneliti dan berusaha memecahkan masalah itu. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an1 surat Ali Imran ayat 190- 191 yang berbunyi sebagai berikut:
È≅øŠ©9$# É#≈n=ÏF÷z$#uρ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈yϑ¡¡9$# È,ù=yz ’Îû χÎ) tβρãä.õ‹tƒ tÏ%©!$# ∩⊇⊃∪ É=≈t6ø9F{$# ’Í<'ρT[{ ;M≈tƒUψ Í‘$pκ¨]9$#uρ ’Îû tβρã¤6xtGtƒuρ öΝÎγÎ/θãΖã_ 4’n?tãuρ #YŠθãèè%uρ $Vϑ≈uŠÏ% ©!$# #x‹≈yδ |Mø)n=yz $tΒ $uΖ−/u‘ ÇÚö‘F{$#uρ ÏN≡uθ≈uΚ¡¡9$# È,ù=yz ∩⊇⊇∪ Í‘$¨Ζ9$# z>#x‹tã $oΨÉ)sù y7oΨ≈ysö6ß™ WξÏÜ≈t/
1
Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, PT Lentera Optima Pustaka, 2011.
109
110
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, 2 Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Pendidikan agama Islam tidak dapat dipahami sebatas pengajaran Islam. Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya cukup diukur hanya sejauh mana anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan saja tetapi yang lebih penting seberapa jauh nilai-nilai keagamaan itu dalam jiwa mewujud dalam sikap dan tingkah laku. Salah satu tugas yang diemban pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam rangka pembentukan kepribadian yang intelek bertanggung jawab melalui melalui jalur pendidikan. Melalui pendidikan yang diproses secara formal, nilai-nilai tersebut termasuk nilai-nilai agama akan menjadi bagian dari kepribadiannya. Upaya mewariskan nilai-nilai ini sehingga menjadi miliknya disebut mentranformasikan nilai. Sedangkan upaya memasukkan nilainilai itu ke dalam jiwanya sehingga menjadi miliknya disebut menginternalisaskan nilai. Kedua upaya ini dalam pendidikan
2
Qur’an Surat Ali Imran ayat 190-191
111
dilakukan secara bersama-sama dan serempak yang antara lain bisa dengan jalan suri tauladan, mengajak dan mengamalkan.3 Pada masa sekarang, era globalisasi dewasa ini dan masa yang akan datang akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim pada umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk pesantren dan madrasah pada khususnya. Dalam hal ini masyarakat muslim tidak bisa menghindari proses globalisasi apalagi jika ingin berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetetif di abad 214. Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda. Proses globalisasi ini tidak bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia pada umumnya. Dominasi hegemoni politik barat dalam segi- segi tertentu mungkin saja telah” merosot” khususnya sejak berakhirnya perang dunia kedua, dan “perang dingin” belum lama ini, tetapi hegemoni sains-teknologi barat tetap belum tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan ekonomi
3
baru,
seperti
Jepang
dan
Korea
Selatan,
tetapi
Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif Kemajuan Ilmu dan Teknologi terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998, 325. 4 Nur Ukhbyati, Ilmu Pendidikan Islam, untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka Setia, 1998, 234- 239.
112
“kultur”hegemoni sains-teknologinya tetap sarat dengan nilai-nilai Barat. Melihat begitu derasnya nilai-nilai Barat yang mengarah pada hegemoni
terhadap
masyarakat
muslim
dalam
segala
aspek
kehidupannya, maka madrasah harus berbenah diri. Madrasah sebagai institusi pendidikan yang konsen dan inten dalam usaha transformasi nilai-nilai Islam harus dapat menampilkan perannya sebagai counter terhadap imperialisme kultural ( Culture imperialism ) yang sedang gencar-gencarnya menyerbu dunia timur (masyarakat muslim) khususnya di Indonesia. Namun permasalahan yang dihadapi MI pada khususnya dan guru MI pada umumnya terhadap penyelenggaraan pendidikan tidak sama dengan guru SD. MI sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh, berasal, oleh dan untuk masyarakat memiliki kondisi yang beragam sesuai dengan keragaman masyarakatnya. Pada masyarakat yang berada pada lapisan bawah, maka kondisi MI mencerminkan budaya lapisan bawah dengan segala keserdehanaan dan kekurangannya. Dan pada lapisan inilah MI pada umumnya berada khususnya di wilayah pedesaan dan pinggiran. Dalam kondisi tersebut MI dihadapkan pada
113
dua persoalan yaitu berkenaan dengan relevansi dan mutu pendidikan serta berkenaan dengan efektivitas dan efisiensi pendidikan.5 MI Al-Islam Tonoboyo, sebagai bagian dari lembaga pendidikan Islam mulai berbenah diri dengan cara melakukan inovasi atau pembaharuan baik dalam segi kurikulum, pembelajaran, membenahi sarana dan prasarana yang ada dalam rangka memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Sesuai dengan perkembangan zaman bahwa kurikulum pendidikan agama Islam dan kurikulum mata pelajaran lain selalu mengalami perubahan dan pembaharuan. Perubahan atau pembaharuan itu dimaksudkan
agar
kurikulum
sebagai
pedoman
guru
dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagaimana kita ketahui bahwa kurikulum pendidikan agama Islam baik di Sekolah Dasar maupun di madrasah pada umumnya dan di madrasah ibtidaiyah pada khususnya juga telah mengalami pembaharuan agar sesuai dengan perkembangan zaman. Misalnya dari kurikulum 1975 mengalami pembaharuan menjadi kurikulum 1984. Dari kurikulum 1984 mengalami pembaharuan lagi menjadi kurikulum 1994 dan disempurnakan dengan suplemen kurikulum 1999. Pada tahun 2004 muncul pembaharuan lagi menjadi Kurikulum Berbasis
5
Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,191-193.
114
Kompetensi dan pada tahun 2006 muncul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang standarnya dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan maka setiap
institusi atau lembaga
pendidikan di samping dalam
melaksanakan pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada kurikulum yang dibuat oleh BSNP tersebut tetapi setiap institusi atau lembaga pendidikan
mempunyai
kewenangan
untuk
mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhanya dan wilayah daerahnya. Langkah inovasi seperti yang tersebut di atas juga dilakukan oleh MI Al-Islam Tonoboyo dengan mengembangkan Kurikulum yang sudah dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter ini, MI Al-Islam Tonoboyo melakukan
pembaharuan
terutama
yang
berkaitan
dengan
pembelajaran Agama Islam. Inovasi itu dapat kita lihat dalam struktur kurikulum yang ada di MI Al-Islam Tonoboyo dengan menambah jam muatan lokal yang hanya ada dua jam pelajaran untuk masing- masing mata pelajaran muatan lokal yang terdiri dari mata pelajaran Bahasa Daerah, Bahasa Inggris menjadi sembilan jam yang berkaitan dengan pembelajaran agama Islam misalnya sebelum pembelajaran yang sesuai dengan
115
kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dibuat program untuk melakukan kegiatan yang mendukung pembelajaran agama Islam seperti tadarus Al-Qur’an, hafalan surat-surat pendek atau hafalan doa-doa harian. Hal ini sesuai dengan karakter religius yang merupakan salah satu karakter unggulan yang tercantum dalam visi dan Misi MI Al-Islam Tonoboyo dalam mengembangkan kurikulum yang ada. Di
samping
tambahan
jam
dilakukan
sebelum
kegiatan
pembelajaran, jam tambahan juga dilakukan setelah istirahat dengan mengajak semua siswa untuk melakukan wudhu secara benar dengan bimbingan guru atau siswa-siswa senior dan melakukan sholat Dhuha. Setelah selesai kegiatan pembelajaran anak-anak dari kelas satu sampai kelas enam melakukan kegiatan sholat jamaah, bacaan wirid, dan hafalan asmaul khusna. Setelah makan siang dilanjutkan kegiatan Diniyah seperti tadarus Al-Qur’an, belajar Iqro atau praktik membaca kitab kuning. Langkah yang dilakukan oleh MI Al-Islam Tonoboyo, seperti di atas
merupakan
bentuk
inovasi
kurikulum
sebagai
pedoman
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang akan dilaksanakan di MI Al-Islam Tonoboyo. Dengan inovasi yang dilakukan tersebut nanti dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan siswa tidak hanya mempunyai kompetensi dalam pengetahuan agama Islam saja,
116
akan tetapi anak juga mempunyai keterampilan dalam keagamaan serta memiliki sikap yang mencerminkan pribadi muslim. Hal itu menunjukkan sejak menyusun kurikulum pembelajaran Agama Islam telah dilakukan beberapa inovasi atau pembaharuan. Pembaharuan itu dapat kita lihat bahwa kegiatan pembelajaran Agama Islam tidak hanya di dalam kelas tetapi juga diluar kelas. Kegiatan pembelajaran agama Islam tidak hanya sekedar pengetahuan saja tetapi diaplikasikan dalam
kegiatan anak setiap hari dalam sikap dan
perbuatan. Dengan pengembangan seperti di atas diharapkan siswa bisa membaca Al-Qur’an dengan benar, melakukan wudhu dan sholat dengan benar. Sehingga kompetensi yang dimiliki siswa tidak hanya sebatas pengetahuan saja tetapi mampu dan mau melaksanakan ajaran Islam dalam kegiatan sehari-hari, yang merupakan ranah psikomotor dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan Agama Islam bisa dicapai dalam semua ranah baik ranah pengetahuan, ranah sikap dan ketrampilan. MI Al-Islam Tonoboyo sebagai bagian dari lembaga pendidikan Islam dengan segala keterbatasan yang ada mengubah segala hambatan yang ada, menjadi sesuatu yang bermakna. Mengubah segala hambatan yang ada menjadi sesuatu yang bermakna adalah merupakan salah satu bagian konsep pembelajaran PAKEM yaitu model pembelajaran
117
Quantum (Quantum Learning).
Dengan murid yang berjumlah 65
orang misalnya pada tahun 2008/2009 menciptakan visi dan misi sekolah yang berbunyi Visi: Mendidik Anak Hebat, Andal dan Luar Biasa. Misi: 1. Aqidah Salimah (keimanan yang lurus). Mengenal Allah sebagai pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam semesta, serta menjadikan nabi Muhammad sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Aqidah Dzakiyah( Akal yang Cerdas) 3. Akhlakul Karimah ( Perilaku yang Mulia) Santun terhadap orangtua dan guru, mengasihi sesama teman dan jujur, berani ,disiplin, gigih, ramah, rajin dan cinta kebersihan. 4. Ibadah Shohihah (Ibadah yang benar). Mampu mengamalkan ibadah wajib dan sunnah dengan baik dan benar.6 5. Amaliyah Sholihah. (Perbuatan yang baik) Mandiri, cakap, trampil, adil sehat dan kuat.7 Untuk mewujudkan misi di atas, MI Al-Islam Tonoboyo mengadakan kerjasama dengn guru besar UIN Yogyakarta dan menambah jam pelajarannya dengan menggunakan model sekolah Fullday 6 7
School
mulai
Kalender MIT Tonoboyo tahun 2013. Kalender MIT Tonoboyo tahun 2013.
tahun
2011.
Sebelum
melaksanakan
118
pembelajaran yang menggunakan model FullDay School sebagai pedomannya, madrasah menyusun KTSP Berkarakter. Dalam KTSP Berkarakter tersebut visinya berbunyi” “Membentuk peserta didik Yang Unggul Dalam Mutu, Berbudi pakerti luhur, Terampil, Beriman dan Bertaqwa Kepada Allah SWT serta cinta Tanah Air dan Bangsa”. Membentuk peserta didik yang unggul dalam mutu masuk kategori karakter cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Allah, berbudi pekerti luhur, bisa dikategorikan ke dalam karakter religius. Sehingga dapat kita lihat dalam melakukan pembaharuan ada dua karakter yang diunggulkan di MI Al-Islam Tonoboyo yaitu karakter religius dan cerdas. Dari dua karakter itu dapat kita cermati tujuan akhir dari pedoman, arah dan tujuan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan MI AlIslam Tonoboyo tidak hanya cerdas secara akal tetapi juga cerdas secara spiritual. Dalam KTSP yang disusun oleh satuan pendidikan MI Al-Islam Tonoboyo di samping berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pusat, juga memberikan jam tambahan untuk muatan lokal dan pengembangan diri. Muatan lokal yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
adalah
Baca
Tulis
Al-Qur’an.
Sedangkan
pengembangan diri yang diberikan di MI Al-Islam Tonoboyo ada
119
yang berkaitan dengan pendidikan kepribadian seperti kepramukaan, yang berkaitan dengan seni adalah rebana dan drum band maka pengembangan diri yang berkaitan dengan pembelajaran agama Isalam adalah sholat Dhuha, sholat Hajat dan rangkaiannya, istighotsah, dan kegiatan penyembelihan hewan Qurban di sekolah. Untuk pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, pembelajaran membaca kitab kuning MI al-Islam Tonoboyo mengambil guru yang berkompeten yaitu dari ustadz atau alumni pondok pesantren. Dilihat
dari
inovasi
model
pembelajaran,
pelaksanaan
pembelajaran Agama Islam yang dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas atau masjid, termasuk bagian model pembelajaran kontekstual yaitu anak mengalami sendiri kegiatan pembelajaran seperti praktik wudhu, melaksanakan sholat dhuha, sholat dhuhur berjamaah dan mewakili kelasnya untuk menyampaikan tausiah. Sedangkan pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang mengambil guru yang mempunyai kompetensi di bidang tersebut termasuk inovasi pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kompetensi. Langkah MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan yang mengambil guru yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya merupakan salah satu inovasi yang menggunakan model pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi ini menekankan pencapaian kompetensi. Dengan mengambil guru dari alumni pesantren yang mempunyai kompetensi dalam Baca Tulis Al-Qur’an diharapkan agar
120
output (lulusan) MI Al- Islam Tonoboyo dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Di samping itu, dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya. MI
Al-Falah
pembelajarannya pembelajaran
Kaliangkrik melakukan
Pendidikan
untuk beberapa
agama
Islam.
meningkatkan
mutu
pembaharuan
dalam
Sebelum
melakukan
pembaharuan atau inovasi dalam pembelajaran agama Islam sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajaran pada umumnya, lembaga pendidikan ini juga melakukan pembaharuan dalam kurikulum. Sama seperti lembaga pendidikan lainya kurikulum pendidikan agama Islam yang digunakan sebagai pedoman juga mengalami beberapa pembaharuan dari kurikulum 1984, diperbahaharui menjadi kurikulum 1994 dan disempurnakan dengan menggunakan suplemen kurikulum tahun 1999. Ketika pemerintah mencanangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi pada tahun 2004. Dua tahun kemudian muncul pembaharuan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini dibuat standar minimalnya oleh Badan Standar Nasional Pendidikan kemudian dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum itu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah. Hal itu juga dilakukan MI Al-Falah Kaliangkrik untuk melakukan inovasi dalam kurikulum dengan menyusun Kurikulum Tingkat
121
Satuan Pendidikan MI Al-Falah Kaliangkrik. Pada tahun 2012, MI AlFalah Kaliangkrik juga melakukan pembaharuan dalam kurikulum dengan mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al-Falah Kaliangkrik menjadi KTSP Berkarakter yang dibuat oleh tim penyusun MI Al-Falah Kaliangkrik. KTSP Berkarakter ini merupakan pengembangan
KTSP
dengan
mencantumkan
karakter
yang
diunggulkan oleh lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah yang dapat dilihat dari visi dan misinya, pengembangan silabus yang digunakan serta dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya. Adapun karakter yang diunggulkan oleh MI Al-Falah Kaliangkrik dapat dilihat dalam visinya. Dalam visinya MI Al-Falah Kaliangkrik memilih tiga karakter diunggulkan yaitu religius, disiplin dan peduli. Masing –masing dari tiga karakter itu mempunyai indikator sendirisendiri. Karakter religius yang dijadikan indikatornya adalah mengucapkan Salam, mengucapkan kalimah toyibah, hafal do’a harian, hafal Asmaul Husna, hafal Juz ‘Amma sesuai adab tajwid dan fasohah, dan shalat fardlu dan sunat dengan benar, khusyu’ dan mengerti artinya serta berinfak. Karakter disiplin sebagai indikatornya adalah masuk dan pulang madrasah tepat waktu, apel pagi, mengenakan seragam sesuai aturan madrasah dan mengerjakan tugas tepat waktu.
122
Karakter peduli terbagi menjadi dua yaitu peduli lingkungan dan peduli sosial. Peduli lingkungan yang dijadikan indikator di MI AlFalah Kalingkrik adalah mengambil dan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, tidak melakukan corat coret dan memelihara taman. Salah satu indikator dari karakter religius adalah mengucap salam merupakan salah satu penerapan dari ajaran Islam tidak hanya sekedar pengetahuan saja. Hafal surat-surat pendek, asmaul khusna, dapat melakukan sholat fardhu dan sunat dengan benar adalah merupakan ketrampilan dalam bidang keagamaan, dan berinfak adalah merupakan salah satu contoh sikap bagaimana seorang muslim itu agar bisa berderma atau berinfak demi perjuangan agama Islam. Demikian juga dengan disiplin masuk dan pulang, merupakan penerapan bahwa agama Islam mengajarkan agar kita bisa pandai menghargai waktu. Tidak menunda-nunda pekerjaan yang bisa dilakukan sekarang tidak boleh ditunda untuk besuk. Tidak boleh membuat sampah sembarangan, memungut sampah adalah contoh bagaimana kita menerapkan ajaran Islam tentang pengamalan hadits tentang kebersihan. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa kebersihan itu sebagaian dari iman. Jadi hadits itu bukan saja dihafalkan oleh siswa tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-
123
hari. Ajaran Islam tidak hanya disampaikan saja akan tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga dengan karakter peduli sosial dengan indikatornya memberikan sebagian uang jajan untuk jumat beramal, memberikan pinjaman alat tulis kepada teman yang membutuhkan, menjenguk orang sakit, berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal, memberikan santunan yatim, memberikan sumbangan PMI. Semua indikator dari karakter peduli sosial di atas merupakan salah satu penerapan ajaran Islam. Memberikan sebagian uang jajan untuk jumat beramal merupakan penerapan nilai-nilai Islam agar anak suka berinfak dan bersedekah. Memeberikan pinjaman alat tulis kepada teman yang membutuhkan merupakan penerapan ajaran Islam agar kita saling menolong dalam kebaikan. Menjenguk orang sakit merupakan sikap seorang muslim terhadap orang lain agar memperdulikan saudaranya, berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal adalah penerapan ajaran Islam untuk turut berbela sungkawa dan mendoakan dan menghibur keluarga yang ditinggalkan agar diberi kesabaran dan ketabahan, memberikan santunan yatim merupakan penerapan ajaran Islam seperti hadits nabi yang maksudnya saya di surga bersama dengan orang-orang yang menyantuni anak yatim sangat dekat.
124
Di samping MI Al-Falah Kaliangkrik melakukan pembaharuan terhadap kurikulum yang digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran, MI Al-Falah Kaliangkrik juga melakukan pembaharuan dalam kegiatan pembelajarannya. Kalau kegiatan pembelajaran di dalam kelas dimulai pukul 7. 30, maka sebelum itu yaitu juga ada kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas yang dilaksanakan pukul 07.00. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa yaitu berjabat tangan kepada bapak/Ibu guru ketika siswa- siswa memasuki gerbang sekolah yang dilanjutkan dengan berwudhu dan masuk masjid. Ketika masuk masjid, mereka melakukan adap masuk masjid seperti masuk masjid dengan kaki kanan dan membaca doa masuk masjid dan melaksanakan kegiatan sholat Dhuha. Selain kegiatan itu, juga melakukan kegiatan hafalan surat-surat pendek, atau hafalan doa-doa harian. Dari uraian itu dapat kita lihat bahwa MI Al-Falah Kaliangkrik telah
melakukan
inovasi
atau
pembaharuan
dalam
kegiatan
pembelajarannya. Dilihat dari kegiatan yang dilakukan MI Al-Falah Kaliangkrik
telah
melaksanakan
konsep
PAKEM
dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual8, yang telah yaitu konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar dengan lebih baik jika lingkungan alamiah artinya belajar akan lebih bermakna
8
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.
125
jika anak belajar dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan sebatas mengetahui. Mereka tidak hanya mengetatahui teori tentang wudhu, shalat atau tentang apa itu al- Qur’an tetapi mereka mengalami sendiri dengan melaksanakan wudhu, sholat dhuha, shalat berjamaah, membaca dan menghafalkan al-Qur’an. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas tetapi bisa di luar kelas seperti di masjid. Kegiatan pembelajarannya pun tidak hanya sekedar teori atau pengetahuan saja tetapi meliputi sikap dan ketrampilan. Kegiatan pembelajaran dengan cara demikian akan lebih bermakna pada diri anak karena mereka melakukan sendiri. MIN Krincing Secang, sebelum melakukan kegiatan pembelajaran berpedoman pada kurikulum yang ada. Sebagaimana yang dilakukan oleh MI Al- Islam Tonoboyo atau MI Al-Falah Kaliangkrik, MIN Krincing Secang juga telah melakukan pembaharuan dalam kurikilum. Dari Kurikulum tahun 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 dan pada tahun 2006 menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan pada tahun 2012 disempurnakan menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berkarakter MIN Krincing Secang. MIN Krincing Secang adalah satu dari lima MIN yang ada di Kabupaten Magelang. Dengan sarana tempat belajar yang sesuai
126
dengan standar sarana prasarana yang ada dengan memiliki sebelas ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang kepala madrasah, tempat alatalat baik, drum band, rebana, satu mushola,satu ruang khusus untuk KKG guru dan dapat berfungsi dengan laboratorium komputer, sembilan toilet, tiga toilet baru bantuan dari Belanda, jumlah tenaga guru yang berjumlah dua belas yang sudah berstatus PNS dan empat yang masih honorer melakukan beberapa pembaharuan atau inovasi baik dalam memberikan pelayanan pelajaran umum kepada para siswanya tetapi juga memberikan pelayanan pendidikan agama yang cukup banyak.9 Diantara pembaharuan yang dilakukan MIN Krincing Magelang itu di samping mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi yang berkompeten
dalam
bidangnya
seperti
untuk
meningkatkan
pembelajaran mata pelajaran umum bekerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Universitas Islam Negeri Yogyakarta,
dan mata pelajaran bahasa
Inggris dengan Universitas Negeri Tidar Magelang. Beberapa inovasi yang lain dengan cara mengambil guru dari luar sekolah untuk memberikan pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an dan pembelajaran Kitab Kuning dari orang yang kompetensi di bidang itu yaitu dari alumni pondok pesantren Lirboyo.
9
Video Profil MIN Krincing Secang Magelang yang diciptakan oeh tim kreatif MIN Krincing Magelang
127
Langkah yang dilakukan oleh MIN Krincing Secang yang mengambil guru yang mempunyai kompetensi dalam hal pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an dan kitab kuning merupakan salah satu langkah inovasi yang mempraktikkan salah
satu konsep pembelajaran
PAKEM10 yaitu pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetesi adalah pembelajaran yang menekankan pencapaian kompetensi. Sebagai pedoman guru atau warga madrasah dalam melakukan pembelajaran,
MIN
Krincing
Secang
juga
menyusun
KTSP
Berkarakter dengan memilih empat karakter unggulan dalam visi dan misinya. Empat karakter unggulan itu adalah religius, disiplin, cerdas dan terampil. Religius indikatornya adalah hafal dan fasih bacaan salat, gerakan salat, dan keserasian gerakan dan bacaan,hafal dan fasih do’a setelah salat, hafal dan fasih doa-doa harian muslim, tertib menjalankan salat fardhu, mengikuti acara hari besar Islam,
mengucapkan salam,
.mengucapkan kalimah toyibah, memulai dan mengakhiri pelajaran dengan berdoa. Semua indikator religius yang ada di atas merupakan penerapan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dan juga
10
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012,329.
128
merupakan bagian ketrampilan keagamaan yang tidak hanya diukur dari sisi pengetahuan saja. Disiplin indikatornya adalah Masuk ke madrasah tepat waktu, pulang dari madrasah tepat waktu, istirahat tepat waktu, mengerjakan tugas tepat waktu, memakai pakaian sesuai aturan madrasah, melaksanakan tata tertib madrasah menggunakan peralatan madrasah dengan baik, merawat peralatan belajar secara baik juga merupakan salah satu penerapan agama Islam.. Cerdas indikatornya adalah unggul dalam perolehan UN, unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya, unggul dalam lomba kreativitas, unggul dalam lomba kesenian, unggul dalam lomba olahraga. Karakter cerdas dan beberapa indikatornya merupakan penerapan ajaran agama Islam bahwa kita harus berlomba lomba di muka bumi ini dalam berbuat kebaikan (fastabiqul khoirot). Dari tiga madrasah di atas, yang berasal dari tiga kecamatan yang berbeda masing- masing mempunyai karakter unggulan yang berbeda. MI Al-Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan dua karakter yang diunggulkan adalah religius dan cerdas. MI Al-Falah Kaliangkrik Kecamatan Kaliangkrik, karakter yang diunggulkan adalah ada tiga yaitu religius, disiplin dan peduli dan MIN Krincing Kecamatan Secang karakter yang diunggulkan adalah religius, cerdas, disiplin dan terampil.
129
Namun di antara perbedaan karakter yang diunggulkan di atas ada kesamaan karakter yang diunggulkan yaitu karakter religius yang menjadi ciri umum madrasah. Madrasah sebagai lembaga pendidikan formal yang ada di tingkat dasar memiliki ciri khas sendiri yaitu agama Islam. Madrasah di samping memberikan pelayanan pendidikan yang sama seperti di sekolah dasar tetapi harus memberikan layanan pendidikan agama Islam yang melebihi sekolah dasar. Maka ketika di Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan pemberlakuan kurikulum 2013, lembaga pendidikan madrasah juga mengikuti kebijakan tersebut baik itu dalam pendidikan umumnya maupun dalam pendidikan agamanya. Demi kelancaran pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah dalam melaksanakan Kurikulum 2013 tersebut, madrasah mengirimkan guru-gurunya untuk mengikuti workshop pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya di kabupaten Magelang, dan termasuk di dalamnya diikuti Madrasah Ibtidaiyah AlIslam
Tonoboyo
Bandongan,
Madrasah
Ibtidaiyah
Al-Falah
Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang. Workshop itu tidak hanya dilakukan di tingkat kabupaten tetapi ditindaklanjuti di tingkat kecamatan yang diikuti oleh semua guru kecuali guru kelas tiga dan guru kelas enam.
130
B. Implementasi Pembelajaran Agama Islam di Kabupaten Magelang Untuk mewujudkan visi dan misi yang telah dirumuskan dalam KTSP Berkarakter yang disusun oleh MI Al-Islam Tooboyo, maka KTSP Berkarakter itu diimplementasikan dalam bentuk pengembangan silabus, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan penetapan bahan ajar. Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajaran karakter-karakter yang diunggulkan di atas bisa dilaksanakan dan diintegrasikan dengan model pembelajaran Quantum, model pembelajaran berbasis kompetensi atau model pembelajaran kontekstual atau CTL ( Contekstual Teaching Learning). Untuk evaluasi pembelajarannya bisa dengan penilaian yang berupa tes atau penilain otentik (Penilaian secara menyeluruh atau hasil). MI Al-Islam Tonoboyo dalam kaitannya dengan pembelajaran pendidikan agama Islam telah melakukan beberapa inovasi agar pembelajaran agama Islam tidak hanya terfokus pada pengetahuannya saja tetapi ajaran Islam itu bisa tertanam dalam diri peserta didik yang terwujud dalam sikap dan perbuatannya. Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan MI Al-Islam Tonoboyo dengan memasukkan pendidikan agama Islam tidak hanya sebagai mata pelajaran formal yang ada di sekolah, tetapi pendidikan agama Islam itu dimasukkan dalam bagian muatan lokal dan pengembangan diri.
131
Muatan lokal yang ada kaitannya dengan pembelajaran agama Islam adalah Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang dilaksanakan pada siang hari.
Dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ini
melihat langkah yang dilakukan oleh MI Al-Islam Tonoboyo dengan mengambil guru
alumni atau santri sebuah pesantren itu yang
mempunyai kompetensi dalam Baca Tulis Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk inovasi yang menggunakan model pembelajaran kompetensi sehingga diharapkan lulusan MI A-Islam Tonoboyo benarbenar mampu membaca Al-Qur’an. Sedangkan
pengembangan
diri
yang
berkaitan
dengan
pembelajaran agama Islam adalah pembiasaan praktik wudhu dengan benar yang dilanjutkan dengan kegiatan sholat Dhuha berjamaah, sholat hajat setiap hari.Untuk melatih rasa percaya diri pada anakanak, salah satu wakil dari kelas untuk memimpin sholat berjamaah atau bertindak sebagai imam. Walaupun sekolah belum mempunyai tempat ibadah sendiri, sekolah memanfaatkan masjid yang ada di dekat sekolah yang berjarak 30 meter. Langkah di atas merupakan langkah yang mengubah hambatan berupa
keterbatasan sarana dan prasarana, menjadi sesuatu yang
bermakna. Masjid yang merupakan tempat ibadah bagi orang Islam dapat
digunakan
sebagai
laboratorium
keagamaan
dengan
mempraktikkan kegiatan keagamaan seperti wudhu, sholat, dan
132
membaca al-Qur’an. Anak juga bisa mengenal masjid secara konkret tidak hanya konsep yang ada dalam pikiran anak. Implementasi dari inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama di atas dimaksudkan agar siswa tidak hanya menguasai pengetahuan ajaran agama Islam akan tetapi juga bisa diwujudkan dalam perbuatan dan sikap peserta didik yang mengamalkan ajaran Islam. Dan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an dilakukan tadarus al-Qur’an sebelum dimulai kegiatan pembelajaran. Setelah kegiatan
pembelajaran dan
istirahat
makan
siang,
anak-anak
melakukan kegiatan solat dhuhur berjamaah, bacan wirid, asmaul khusna dan doa. Langkah yang dilakukan di atas merupakan bagian dari model pembelajaran kontekstual11 karena pembelajaran seperti yang tersebut di atas adalah pembelajaran yang tidak hanya sekedar teori atau pembelajaran yang menekankan pembelajaran yang menekankan pencapaian kompetensi dalam pengetahuan agama Islam saja tetapi akan lebih bermakna karena siswa mengalami atau melakukan sendiri. Praktik pembelajaran seperti tersebut di atas akan mudah terserap dalam
diri
peserta
didik
dibandingkan
dengan
pembelajaran
konvensional yang dilaksanakan di dalam kelas saja.
11
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.
133
Setelah mereka selesai dilanjutkan kegiatan pembelajaran Baca tulis Al- Qur’an yang dimulai pukul 13. 45- 14.45. Dengan kegiatan tersebut diharapkan siswa mampu membaca al-Qur’an dengan benar dan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh orang yang mempunyai kompetensi pada bidangnya yaitu ustadz yang ada di pondok pesantren atau alumni pondok pesantren. Kegiatan pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang mengambil guru dari alumni pondok pesantren merupakan bagian pembelajaran yang memuat konsep PAKEM yang salah satu model pembelajarannya adalah model pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan mengambil guru yang mempunyai kompetetensi dalam bidangnya tersebut dan menggunakan waktu yang khusus dalam pembelajaran Baca Tulis AlQur’an
diharapkan
output
(lulusan)
MI
Al-Islam
Tonoboyo
mempunyai kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik, fasih dan benar. Kegiatan pengembangan
diri yang ada kaitannya dengan
pembelajaran agama Islam adalah kegiatan penyembelihan hewan Qurban yang dilakukan setiap tahun sekali. Hewan Qurban itu biasanya diperoleh dari bantuan simpatisan seperti dari Akademi Militer, tokoh masyarakat, komite sekolah atau iuran para siswa. Dengan demikian anak akan mengetahui bahwa penyembelihan hewan Qurban tidak hanya konsep dalam pikiran saja tetapi mereka mengetahui cara melaksanakan dan waktu melakukannya.
134
Langkah pelaksanaan penyembelihan Qurban yang di lakukan di MI
Al-Islam
Tonoboyo
yang
merupakan
salah
satu
model
pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi karena anak tidak hanya mengetahui secara teori saja, tetapi mereka dapat melihat langsung seperti apa hewan yang bisa digunakan untuk Qurban, dan mengetahui cara menyembelih hewan Qurban. Ini merupakan langkah inovasi pembelajaran yang tidak hanya dilakukan di dalam kelas secara konvensional saja akan tetapi dapat juga dilakukan di luar kelas. Untuk melatih siswa agar suka berinfak dan sodaqoh, setiap hari siswa menyisihkan uang sakunya untuk berinfak secara sukarela. Sehingga anak terbiasa untuk berinfak dan bersedekah. Langkah ini juga merupakan salah satu bentuk inovasi dalam kegiatan pembelajaran agama Islam yang tidak hanya sekedar pengetahuan saja, tetapi dengan kegiatan yang dilakukan di atas di samping bisa digunakan untuk menanamkan sikap agar siswa mempunyai sikap sikap berderma dengan menyisihkan apa yang dimilikinya untuk kegiatan yang bermanfaat. Karena sebagai salah satu indikator orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada yang ghoib, mau mendirikan sholat dan menafkahkan sebagaian rezeki yang dimilikinya sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an salah satunya tercantum dalam surat Al- Baqoroh ayat tiga yang berbunyi:
135
öΝßγ≈uΖø%y—u‘ $®ÿÊΕuρ nο4θn=¢Á9$# tβθãΚ‹É)ãƒuρ Í=ø‹tóø9$$Î/ tβθãΖÏΒ÷σムtÏ%©!$# ∩⊂∪ tβθà)ÏΖム3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Adapun untuk evaluasi dari kegiatan pengembangan diri ini sebagai laporan kepada orangtua atau wali murid sekolah menyediakan rapor tersendiri yang terpisah dari rapor biasa berupa rapor keagamaan yang disampaikan kepada wali murid atau orangtua siswa persemester. Yang dilaporkan dalam buku rapor itu antara lain berupa kompetensi yang telah dimiliki siswa dalam membaca atau menulis al-Qur’an, menghafal surat-surat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan, dan haditshadits pilihan. Selain itu juga ada kompetensi dalam melakukan sholat wajib dan sunat, mengucapkan syahadat,melakukan adzan dan iqomah dan kompetensi keagamaan yang lain. Sedangkan untuk pengembangan diri yang berupa sholat berjamaah atau sikap yang lain kriteriannya dengan angka kualitatif yaitu amat baik, baik, cukup dan kurang. Dalam mewujudkan inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang tertuang dalam KTSP berkarakter yang disusun oleh tim penyusun, MI Al-Falah Kaliangkrik sebagai lembaga pendidikan di tingkat dasar di samping memberikan pelayanan pendidikan yang bersifat umum juga tidak lepas dari karekter unggulan yang menjadi ciri khas madrasah yaitu karakter religius.
136
Karakter religius ini tidak diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran Mata Pelajaran Agama Islam saja, tetapi juga diimplementasikan pada mata pelajaran lain. Sebagai contoh ketika memulai kegiatan pembelajaran mata pelajaran umum maupun agama selalu dimulai dengan membaca doa atau basmalah. Setiap kegiatan pertemuan dengan murid dimulai dengan salam. Demikian juga pembelajaran Agama Islam tidak hanya sebagai mata pelajaran saja tetapi sebagai bagian aktifitas pembelajaran yang juga dimasukkan dalam muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri. Kegiatan pengembangan diri itu antara lain pembiasaan melakukan sholat dhuha dan sholat Dhuhur secara berjamaah. Kegiatan sholat Dhuha diikuti oleh semua siswa sedangkan kegiatan sholat Dhuhur berjamaah diikuti siswa kelas empat sampai kelas enam. Kegiatan shalat berjamaah ini dilaksanakan di masjid yang ada di depan sekolah. Langkah yang dilakukan di atas merupakan bagian inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tidak sekedar teori saja akan tetapi juga dipraktikkkan secara langsung oleh siswa. Langkah inovasi tersebut merupakan langkah inovasi pembelajaran yang memuat konsep PAKEM yang menggunakan model pembelajaran kontekstual12. Anak mengalami sendiri dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Mereka juga dapat mengenal tempat ibadah orang Islam
12
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332 .
137
secara langsung, dapat melakukan tatacara masuk masjid dalam keadaan suci, masuk masjid dimulai dengan menggunakan kaki kanan dan dapat mempraktikkan doa masuk masjid. Kegiatan pengembangan diri di MI Al-Falah Kaliangkrik juga ada dilakukan sebagai acara tahunan seperti kegiatan pesantren Ramadhan yang dilakukan pada bulan Ramadhan, Kegiatan penyembelihan hewan Qurban dan kegiatan manasik haji yang dilakukan secara bergantian. Kegiatan pesantren Ramadhon merupakan langkah inovasi dalam Pendidikan Agama Islam agar siswa belajar memanfaatkan waktu yang penuh keberkahan itu untuk kegiatan yang bermanfaat. Siswa tidak hanya mengetahui teori bahwa orang harus memanfaatkan waktu bulan Ramadhan yang dimilikinya untuk segala sesuatu yang bermanfaat secara teori tetapi mereka bisa langsung mempraktikan. Langkah ini merupakan bagian inovasi pembelajaran yang memuat
konsep
PAKEM
dan
bagian
model
pembelajaran
kontekstual13 dengan anak mengalami sendiri apa yang dialaminya. Demikian juga kegiatan penyembelihan hewan Qurban pada hari raya Idul Adha atau hari Tasyrik. Mereka bisa langsung menyaksikan hewan yang bagaimana yang dapat disembelih untuk Qurban dan mereka bisa menyaksikan secara langsung bagaimana tatacara cara menyembelih hewan Qurban yang benar. Langkah ini merupakan 13
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.
138
kegiatan pembelajaran yang tidak hanya sekedar teori tetapi siswa mengetahui secara langsung karena langsung didemonstrasikan. Kegiatan manasik haji yang dilaksanakan dua tahun sekali secara bergantian dengan kegiatan penyembelihan Qurban juga merupakan langkah inovasi dalam kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam karena anak mengalami sendiri kegiatan manasik haji. Dalam kegiatan manasik haji itu dipandu oleh guru yang telah melaksanakan ibadah haji dan anak-anak mengikuti di belakangnya. Anak akan mengetahui tentang miqot makani ibadah haji orang Indonesia, mengetahui dan bisa mempraktikkan memakai baju ihrom, dan dapat melakukan tatacara ibadah haji. Kegiatan pembelajaran ini merupakan bentuk inovasi pembelajaran yang memuat konsep PAKEM dan menggunakan
model
pembelajaran
kontekstual14
karena
anak
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Kegiatan pengembangan
diri yang ada kaitannya dengan
pembelajaran agama Islam yang dilakukan seminggu sekali adalah kegiatan Jumat amal dan Jumat Bersih. Jumat amal dilakukan siswa dengan menyisihkan sebagaian uang sakunya untuk berinfak atau beramal sehingga anak akan terbiasa menginfakkan sebagian dari yang menjadi miliknya.
14
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332 .
139
Kegiatan ini juga merupakan langkah inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar siswa terbiasa menginfakkan sebagian yang dimilikinya untuk orang lain yang membutuhkan. Kegiatan Jumat amal ini adalah kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tidak sekedar teori tetapi anak diharapkan mempunyai sikap mau mendermakan sebagian yang dimilikinya untuk orang lain. Dilihat dari model pembelajarannya merupakan model pembelajaran kontekstual karena anak melakukan sendiri atau mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Model pembelajaran kontekstual merupakan model pembelajaran yang sudah memuat konsep PAKEM. Sedangkan kegiatan Jumat bersih dimaksudkan agar anak terbiasa membersihkan lingkungannya sebagai manifestasi ajaran Islam bahwa kebersihan itu sebagaian dari iman. Dalam hal ini langkah yang telah dimaksudkan agar siswa terbiasa hidup bersih dan mau menjaga kebersihan lingkungan. Anak tidak hanya hafal hadits yang maksudnya bahawa kebersihan itu sebagian dari iman tetapi mereka dapat mempraktikkan dan menerapkan ajaran tersebut. Langkah ini merupakan inovasi pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual, karena anak mengalami sendiri apa
140
yang dilakukannya. Pembelajaran kontekstual ini merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan konsep PAKEM15. Karakter religius yang ada di MI Al-Falah Kaliangkrik itu juga diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran berupa pembiasaanpembiasaan seperti membiasakan Salam sebelum dan sesudah pelajaran,
pembiasaan
kalimah
toyibah
dalam
setiap
proses
pembelajaran, membiasakan membaca doa harian di awal dan di akhir pembelajaran, membiasakan
menghafal Asmaul Husna pada awal
pembelajaran, membiasakan menghafal juz ‘amma pada awal masuk pembelajaran sesuai ketentuan kelas, membiasakan Shalat fardlu dan sunat dengan benar, khusyu’ dan mengerti artinya dan berinfak. Sedangkan inovasi pembelajaran Islam yang diimplementasikan dalam kegiatan madrasah antara lain: pembiasaan senyum, salam, dan sapa dilingkungan madrasah, pembiasaan mengucapkan kalimah toyibah dilingkungan madrasah, pembiasaan membaca doa harian dalam kehidupan sehari-hari, membiasakan membaca Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari, pembiasaan membaca juz ‘ama dalam kehidupan sehari-hari, membiasakan Shalat fardlu dan sunat dengan benar, khusyu’ dan mengerti artinya dalam kehidupan sehari-hari membiasakan Infaq dan Jumat bersih setiap hari Jumat.
15
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.
141
Hal-hal yang tersebut di atas merupakan bentuk penanaman ajaran Islam yang tidak hanya sekedar pengajaran saja akan tetapi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Langkah-langkah di atas merupakan upaya untuk melaksanakan tugas yang diemban pendidikan untuk mewariskan nilai-nilai luhur kepada peserta didik dalam rangka pembentukan kepribadian sehingga nilai-nilai agama menjadi bagin kepribadianya sebagaimana pendapat Aminudin Rasyad16 dan Zakiah Daradjat17 bahwa pendidikan agama Islam usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengajarkan agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup. Sebagai evaluasi dari kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yang masuk pada muatan lokal maupun kegiatan pengembangan diri disediakan buku laporan hasik kegiatan praktik keagamaan seperti kemampuan membaca al-Qur’an, menghafal surat-surat pendek, ayatayat pilihan, hadits-hadits piihan disediakan raport tersendiri. Sedangkan untuk pengembangan diri yang berupa sholat berjamaah atau sikap yang lain kriterianya dengan angka kualitatif yaitu amat baik, baik, cukup dan kurang.
16
Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi Terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998, 325. 17 Zakiah Daradjat, Ilmu Pedidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 86.
142
MIN Krincing Secang sebagai madrasah yang mempunyai sarana dan prasarana serta tenaga pendidikan yang memadai melakukan beberapa inovasi atau pembaharuan terutama yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam dengan cara melaksanakan kegiatan pembelajaran agama Islam yang tidak hanya terfokus pada Mata Pelajaran agama Islam dengan cara memasukkan pembelajaran pendidikan
agama
Islam
pada
muatan
lokal
dan
kegiatan
pengembangan diri. Muatan lokal KTSP Berkarakter MIN Krincing Secang berkaitan dengan pembelajaran agama Islam adalah mata pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ini dilaksanakan pada waktu pagi hari dari pukul 07.00-08.00 yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan mengambil guru dari alumni Pondok Pesantren Lirboyo. Dan metode pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ini menggunakan metode Yanbu’a yang merupakan metode terbaru setelah metode Iqro’. Bagi siswa kelas empat sampai kelas enam sudah mulai dikenalkan dengan membaca kitab kuning. Langkah yang dilakukan MIN Krincing Secang merupakan salah inovasi dalam pembelajaran agama Islam yang menggunakan model pembelajaran kompetensi yaitu model pembeljaran yang menekankan pencapaian kompetensi. Model pembelajaran kopmpetensi merupakan salah satu bentuk inovasi pembelajaran yang memuat konsep PAKEM.
143
Karena untuk pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, MIN Krincing secang mengambil guru yang mempunyai kompetensi di bidangnya Sedangkan kegiatan pengembangan diri yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sholat dhuha dan sholat dhuhur berjamaah. Kegiatan ini dilakukan agar anak terbiasa mengamalkan ajaran Islam dan menerapkannnya dalam kehidupan sehari. Semua itu dilakukan agar lulusan dari MIN Krincing Secang ini bisa menjadi anak yang sholih dan sholihah. Langkah yang dilakukan MIN Krincing Secang yang melakukan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan melakukan praktik sholat berjamaah dan sholat Dhuha merupakan salah satu bentuk inovasi pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual18 karena anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran yang memuat konsep PAKEM. Sebagai laporan hasil kegiatan keagamaan di atas anak atau orangtua/ wali murid akan menerima laporan hasil kegiatan keagmaan yang dibuat oleh MIN Krincing sendiri. Laporan itu diterima oleh orangtua siswa setiap selesainya kegiatan pembelajaran pada akhir semester.
18
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.
144
Adapun yang dilaporkan dalam buku laporan hasil evaluasi pembelajaran agama Islam itu materi yang berkaitan dengan aspek psikomotor antara lain kompetensi dalam membaca dan menulis AlQur’an, hafalan surat-surat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan dan hadits pilihan. Di samping juga ada kompetensi dalam bersuci, melakukan shaolat wajib dan sunat, adzan dan iqomah serta kompetensi-kompetensi
lain
yang
berkaitan
dengan
kegiatan
keagamaan. Sedangkan untuk sikap dan pembiasaan penilaiannya menggunakan angka kualitatif seperti amat baik, baik, sedang, cukup atau kurang. Dan dalam kriteria kenaikan kelas dijelaskan salah satu kriteria kenaikan kelas adalah memperoleh nilai minimal 7.00 untuk mata pelajaran Alquran/hadits dan memperoleh nilai minimal 80 pada penilaian Praktek Keagamaan dan, Akhlaqul Karimah. Dengan demikian dapat kita lihat bahwa inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dilakukan dengan cara menyusun KTSP berkarakter dengan karakter religius sebagai salah satu karakter unggulannya. Karakter religius itu di implementasikan dalam penyusunan KTSP Berkarakter dengan tidak hanya memasukkan kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran, tetapi juga
145
dimasukkan dalam muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri. Dalam mengembangkan silabus, membuat rencana pembelajaran dan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi juga di luar kelas seperti di mushola dan masjid. Dan guru bukan satusatunya sumber belajar tetapi bisa memanfaatkan orang lain yang mempunyai kompetensi di bidangnya. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam itu tidak hanya sekedar pengetahuan saja tetapi anak bisa mengalami atau melakukan sendiri sehingga bisa bermakna bagi diri anak.
C. Implikasi Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Magelang Sebagai implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dan implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di MI Al- Islam Tonoboyo Bandongan adalah kompetensi yang dimiliki siswa dalam pembelajaran agama Islam tidak hanya mereka menguasai pengetahuan agama Islam tetapi mereka juga mempunyai kompetensi dalam melakukan ibadah, memiliki sikap taat menjalankan ibadah, mengormati orang yang lebih tua, menjaga kebersihan sebagai manifestasi pelaksanaaan ajaran agama Islam. Peserta didik banyak yang sudah bisa membaca al-Qur’an,
146
hafal Al-Qur’an juz 30, hafal ayat-ayat pilihan, hafal hadits-hadits pilihan, melakukan doa setiap mau melakukan kegiatan, dapat mengerjakan wudhu dan sholat dengan benar bisa menjadi imam, berani memberikan tauisah di depan teman-temannya, siswa-siswa ada yang sudah hafal surat Yasin, mempunyai sikap dan berakhlak mulia. Dengan beberapa kompetensi yang dimiliki oleh siswa yang ditampilkan ketika acara akhirusanah atau acara perpisahan kelas enam menambah kepercayaan orangtua atau walimurid untuk menitipkan anaknya di lembaga pendidikan MI Al-Islam Tonoboyo. Langkah yang dilakukan MI Al-Islam Tonoboyo yang selalu menampilkan kompetensi yang dikuasai siswa setiap akhirussanah merupakan salah satu bentuk inovasi pembelajaran yang menggunakan model Quantum Learning. Karena di samping anak mengalami apa yang dipelajari sendiri, mereka juga merayakan beberapa ketrampilan keagamaan yang telah dikuasainya. Implikasi lain dari inovasi-inovasi yang telah dilakukan MI ALIslam Tonoboyo semakin diminati orangtua atau. Mereka memilihkan pendidikan anaknya di MI Al-Islam Tonoboyo. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan siswa yang semakin meningkat setiap tahun. Jumlah siswa MIT dari tahun ke tahun meningkat yang mulai tampak dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan19 yaitu tahun ajaran
19
Grafik Jumlah Siswa MIT Al- Islam Tonoboyo
147
2010/2011 ada 65 siswa, tahun 2011/2012 ada 90 siswa, tahun 2012/2013 ada 125 siswa. Berdasarakan Emis20 tahun 2014/ 2015 jumlah siswa tahun ajaran 2013/2014 ada 165 dan tahun 2014/ 2015 ada 225. Di samping itu madrasah mendapat bantuan rehab dari pemerintah, juga mendapat bantuan dari wali murid dan masyarakat untuk menambah lokal dengan membangun gedung lantai dua. Di samping itu juga mendapat bantuan berupa peralatan drum band untuk kegiatan ekstra kurikuler drum band dalam rangka mengembangkan bakat dan seni siswa-siswanya.21 Di samping itu, MI Al Islam Tonoboyo sering dijadikan rujukan dengan dijadikan tempat studi banding bagi madrasah lain di antaranya dari MI Pancuran Mas Kota Magelang. Sebagai implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dan implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di MI AlFalah Kaliangkrik adalah kompetensi yang dimiliki siswa dalam pembelajaran
agama
Islam
tidak
hanya
mereka
menguasai
pengetahuan agama Islam tetapi mereka juga mempunyai kompetensi dalam melakukan ibadah, memiliki sikap taat menjalankan ibadah, mengormati orang yang lebih tua, menjaga kebersihan sebagai manifestasi pelaksanaaan ajaran agama Islam. 20 21
Emis MI Al Islam Tonoboyo tahun 2014/2015 Hasil wawancara dengan komite madrasah tanggal 1 Juli 2015
148
Anak-anak selalu berjabat tangan ketika berpapasan atau bertemu dengan bapak dan ibu guru walau mereka sudah tidak belajar di MI AlFalah. Kompetensi yang mereka miliki adalah hafal asmaul khusna, hafal surat-surat pendek dari surat An-Nas sampai surat Adhuha, hafal ayat-ayat pilihan dan hadits pilihan dapat melakukan sholat dhuha, sholat rowatib, sholat jenazah dan dapat melakukan manasik haji. Sebagai implikasi lain dari inovasi yang dilakukan MI Al-Falah Kaliangkrik adalah dengan banyaknya siswa yang belajar di MI AlFalah Kaliangkrik sampai tahun ajaran 20142015 ada 245 siswa. Inovasi pembelajaran Agama Islam di MI Al-Falah Kaliangkrik juga dikuti oleh madrasah-madrasah lain di Kecamatan Kaliangkrik walaupun tidak persis sama. Misalnya dengan mengadakan kegiatan hafalan
surat pendek dan asmaul khusna sebelum kegiatan
pembelajaran. Implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dan implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di MIN Krincing secang adalah kompetensi yang dimiliki siswa dalam pembelajaran agama Islam tidak hanya mereka menguasai pengetahuan agama Islam tetapi mereka juga mempunyai kompetensi dalam melakukan ibadah, dapat membaca al-Qur’an dengan fasih, santun kepada bapak/ Ibu Guru dan mereka berakhlak mulia.
149
Kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di MIN Krincing Secang juga besar terbukti dengan banyaknya siswa yang belajar di MIN Krincing yaitu ada 310.22Siswa itu berasal dari wilayah desa Krincing dengan latar belakang pendidikan dan profesi orangtua yang beragam. Di samping itu madrasah mempunyai banyak prestasi di bidang akademik seperti juara lomba mapel tingkat kabupaten ,lomba pidato Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab, juara drum band peringkat ke 2 UN tingkat SD/MI sekabupaten Magelang, dan nilai UAMBN di atas delapan.
22
Emis siswa MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Akhirnya, setelah membahas secara menyeluruh dalam bab demi bab dengan judul " Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Magelang (Studi multi situs di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang tahun ajaran 2014/2015)” dapatlah diambil kesimpulan pembahasan sebagai berikut ini: Inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di MI Al- Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-Falah Kalingkrik dan MIN Krincing
Secang
Kabupaten
Magelang
adalah
dengan
cara
mengembangkan KTSP menjadi KTSP Berkarakter. Di dalam KTSP Berkarakter itu dalam visi dan misinya ada karakter yang diunggulkan. Sebagai ciri khas madrasah sebagai lembaga pendidikan formal tingkat dasar yang setara dengan sekolah dasar adalah karakter religiusnya. Dari langkah-langkah yang telah dilakukan oleh MI Al-Islam Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Magelang menunjukkan langkah inovasi dalam membuat kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar dalam pelaksanaan pembelajarannya tidak hanya terfokus kompetensi siswa pada
149
150
pengetahuan agama Islam saja akan tetapi bisa tertanam dalam sikap dan perbuatannya yang mencerminkan pengamalan ajaran Islam. Sebagai implementasi inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing
Secang
Kabupaten
Magelang
diimplementasikan
dalam
pengembangan silabus, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan memasukkan karakter ke dalam unsur-unsur tersebut. Di samping itu inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan madrasah-madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dengan cara melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam tidak hanya dalam kegiatan belajar mengajar yang ada di dalam kelas tetapi juga dimasukkan ke dalam materi pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri yang pelaksanaanya tidak hanya di dalam kelas tetapi juga diluar kelas seperti wudhu dan sholat jamaah di mushola sekolah atau masjid dekat sekolah dan kegiatan manasik haji yang dilakukan di halaman masjid atau halaman sekolah. Guru bukan satu-satu sumber belajar tetapi bisa memanfaatkan sumber belajar yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya. Langkah-langkah yang dilakukan tiga madrasah ibtidaiyah yang di atas merupakan langkah inovasi guru dalam melaksanakan pembelajaran agama Islam menggunakan inovasi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kuantum dan pembelajaran kompetensi. Pembelajaran
151
Baca Tulis Al-Qur’an yang mengambil guru yang mempunyai keahlian di bidang tersebut merupakan model pembelajaran kompetensi yang menekankan pencapaian kompetensi dalam bidang tersebut. Di samping itu juga menggunakan yang tersendiri. Sedangkan pembelajaran pendidikan agama Islam berupa pembiasaan wudhu, sholat dhuha dan sholat jamaah merupakan langkah inovasi yang dilakukan menggunakan
lembaga pendidikan dasar madrasah ibtidaiyah yang model
pembelajaran
kontekstual
karena
dalam
pembelajaran tersebut siswa tidak hanya mengetahui tetapi mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Dengan terbatasnya fasilitas yang ada di madrasah ibtidaiyah swasta tidak menyurutkan semangat lembaga madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang untuk melakukan langkah inovasi dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Justru hambatan itu diubah menjadi sesuatu yang memiliki makna dengan memanfaatkan masjid di dekat madrasah untuk melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas. Langkah tersebut merupakan suatu bentuk implementasi inovasi pembelajaran dalam pendidikan agama Islam yang menggunakan model pembelajaran kuantum (Quantum learning) yaitu mengubah hambatan menjadi sesuatu yang bermakna walaupun langkah-langkahnya tidak
152
persis tetapi secara esensi telah melahirkan suatu inovasi dalam pembelajaran agama Islam. Dan untuk kegiatan evaluasi dilakukan penilaian tes unjuk kerja seperti wudhu, sholat, sholat, membaca al-Qur’an, hafalan asmaul khusna, hafalan surat-surat pendek, hafalan doa-doa harian dan hafalan ayat-ayat pilihan dan hadist pilihan. Sedangkan untuk aspek sikapnya dilakukan dengan observasi selama peserta didik ada di dalam kelas. Sebagai laporan kepada orangtua/ wali murid, madrasah memberikan rapor tersendiri dengan nama rapor praktek keagamaan. Sebagai implikasi dari inovasi yang telah dilakukan madrasahmadrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Magelang
menjadikan
pendidikan agama Islam merupakan bagian kesehariannya bagi diri siswa. Implikasi lain dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah semakin besar kepercayaan masyarakat untuk menitipkan putraputrinya belajar di madrasah ibtidaiyah terbukti dengan besarnya jumlah peserta didik yang belajar di madrasah ibtidaiyah. B. Saran-Saran Setelah meneliti tentang “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Magelang (Studi multi situs di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang tahun ajaran 2014/2015)”, dapatlah penulis mengajukan beberapa saran berikut ini.
153
1. Untuk mempertahankan eksistensinya, lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah harus melakukan beberapa inovasi pembelajaran pada umumnya dan inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada khususnya agar mendapat kepercayaan masyarakat di era globalisasi sebagai lembaga tafaquhudin. 2. Agar guru-guru di madrasah ibtidaiyah pada umumnya dan guru-guru agama Islam pada khususnya agar menjadi contoh yang baik dari peserta didiknya baik dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan mencerminkan sebagai muslim sejati. 3. Pendidikan agama Islam jangan hanya diajarkan sebagai pengajaran yang di lakukan di dalam kelas saja tetapi ditanamkan melalui latihanlatihan dan pembiasaan dan penerapan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrohman, Dudung. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta, 1992. Arif, Armai. Pengantar Metodologi Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2003. Arifin, Muchamad. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi komparasi SDIT Assalamah dengan SD I Istiqomah Kecamatan Tengaran Barat kabupaten Semarang tahun 2013/2014). Salatiga, 2014. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta, 1992. Azra, Azymardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Wacana Ilmu. 2002. Daradjat ,Zakiah. Ilmu Pedidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Daud Ali, Muhammad dan Habiba Daud. Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1995. DePorter, Bobbi. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa, 2000. Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008. Fadhilah. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2014. Fuaduddin. Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal. Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998. Fullan, Michael. The Meaning of Educational Change. / New York: The Ontario institute of studies in Education. 1982. Hidayad, Pembelajaran Agama Islam sebagai Laboratorium Sosial Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri I Jepara Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011. Isti’anah, Akhri. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi Masyarakat di MIN Sumberejo Mertoyudan, MIN Mlangen Salaman tahun 2013/2014. Salatiga: Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2013.
154
155
Karya, Sukama. Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar. Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998. Kementerian Agama Republik Indonesia. Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta, PT Lentera Optima Pustaka, 2011. Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis Pendidikan Karakter di Madrasah. Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012. Moeloeng, Lexy, J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosyada, 1993. Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009. Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Natsir, M. Capita Selecta. Bandung: N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, 1954 Nur Ukhbyati, Ilmu Pendidikan Islam, untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka Setia, 1998. Raharjo, Rahmat. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Magnum Pustaka. 2010. Rasyad, Aminudin. Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi Terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998. Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012. Saefudin, Udin, Sa’ud. Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008. Saridjo, Marwan. Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaaan Kelembagaan Agama Islam. Jakarta : CV Amisco Jakarta, 1996
156
Scheerens, Jaap dan Boskers, Roul, J. The Foundations of Educational Effectiveness. New York: Elsevier Science Ltd, 1992. Shofi, H. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa. Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012. Scheerens, Jaap dan Boskers, Roul, J. The Foundations of Educational Effectiveness. New York: Elsevier Science Ltd, 1997. Silberman, Mel. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (terjemahan Sarjuli et al.) Yogyakarta: YAPPENDIS, Sugono, Dendy. Kamus Besar Bahasa Indonesia. jakarta, Pusat Bahasa, departemen Pendidikan Nasional. 1990. Sutiah dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/ Madrasah. Jakarta: Pernada media Group Suyono dan Haryanto, Belajar dan Pembelajaran. Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011. Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran; Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta, Ar- Ruz Media, 2011. Tim Penyusun.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo. Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010. Tim Penyusun. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter MIN Krincing Secang. Magelang: MIN Krincing Secang, 2014. Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran; Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta, Ar- Ruz Media, 2011 Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo. Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010. Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter MIN Krincing Secang. Magelang: MIN Krincing Secang,2014. Zuharaini dan Abdul Ghofir. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang: Universitas Malang, 2004.
161
FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MI-AL-ISLAM TONOBOYO YANG DILAKSANAKAN DI DALAM KELAS
LAMPIRAN A. Hasil wawancara dan observasi di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan 1. Wawancara dengan Ibu Lus Handiyah, S.Ag sebagai guru kelas IV dan Wakil Kepala Madrasah bagian Kurikulum Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam ini sudah menggunakan KTSP berkarakter. Hal ini berlangsung sejak tahun 2010. Maka ada kebijakan dari pemerintah dengan adanya kurikulum 2013 maka sejak tahun ajaran 2014/2015 MI Al-Islam Tonoboyo menggunakan Kurikulum 2013 untuk siswa kelas satu dan kelas empat. Dan sebagai penunjangnya Kantor Kemenag Kabupaten Magelang memberikan berupa software pegangan untuk guru dan buku pegangan untuk siswa untuk membantu kelancaran pembelajaran pendidikan agama Islam. Sebenarnya madrasah ini sudah mengusulkan tetap menggunakan kurikulum 2013 tapi ada kendala yaitu nilai akreditasinya masih B. Padahal syaratnya harus A.1
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI
Al-Islam Tonoboyo Bandongan, untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang lain akan tetapi sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri tetapi tetap
menggunakan
pendekatan
tematik
scientifik
dan
dalam
rencana
pembelajarannya juga menggunakan pendekatan tematik scienttifik. Demikian juga dalam pelaksanaan pembelajarannya tetap menggunakan pendekatan tematik scientifik dari langkah- langkah awal sampai pada evaluasi pembelajarannya.2
2. Wawancara dengan Ibu Nisfu Ema Fatimah, guru kelas satu tentang Inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam Tonoboyo Setelah waktu istirahat, anak-anak kami bawa ke masjid. Di sana mereka latihan mempraktikkan wudhu. Mereka saya tuntun dan saya bimbing satu persatu dan masuk ke masjid untuk melakukan sholat Dhuha bersama- sama. 3Begitu pula untuk shalat Dhuhur secara berjamaah. Kalau menurut standar Isi pada Kementrian Agama mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diberikan sejak kelas empat maka di MI Al-Islam ini sudah mulai diberikan sejak kelas satu. Dengan saya putarkan film-film Islami atau kisahkisah nabi dengan harapan mereka bisa mengambila sari tauladan dari kisah-kisah tersebut.4 1
Wawancara dan observasi dengan ibu Lus Handiyah, S. Ag pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 13.00 Observasi pelaksaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas empat 3 Observasi dan wawancara Pembelajaran wudhu di masjid pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 07.00 4 Wawancara dengan ibu Nisfu Ema Fatimah guru kelas 1 2
157
158
3. Wawancara dengan Akhmad Zamzani, guru bagian kegiatan keagamaan Biar anak mempunyai ilmu yang bermanfaat, anak-anak saya latih disiplin, dengan melakukan shalat dengan tertib, tidak bergurau ketika shalat berjamaah. Ketika shalat sunat biasanya menunjuk salah satu wakil kelas satu sampai kelas enam untuk menjadi imam secara bergiliran. Kadang-kadang saya memberikan waktu kepada salah satu dari mereka untuk mewakili kelasnya memberikan tausyiah kepada teman-temannya. Untuk kegiatan shalat dhuha sejak tahun 2010 dilaksanakan setelah istirahat pertama. Sedangkan mulai tahun 2015 ini dimulai pagi hari.5
4. Wawancara dengan bapak Wakhidun, guru Dinniyah MI Al-Islam Tonoboyo Saya di sini mengajari anak-anak agar bisa membaca al-Quran khususnya siswa kelas empat dengan model sorogan. Mereka maju satu persatu. Siswa-siswa dikelompokkan menurut kemampuaanya.6
5. Wawancara dengan Bapak Islakhudin, guru dinniyah MI Al-Islam Tonoboyo Untuk pelajaran Dinniyah saja mengajari santri untuk bisa membaca alQur’an. Di samping itu mereka saya bekali dengan ilmu tajwid agar mereka bisa 7 membaca al-Quran secara baik dan benar.
B. Hasil wawancara dan observasi di MI Al-Falah Kaliangkrik 1. Wawancara dan Observasi dengan Kepala Madrasah MI Al-Falah Kaliangkrik telah melakukan inovasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menyusun KTSP Berkarakter tahun 2012 yang diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran seperti pembiasaan melakukan sholat Dhuhur berjamaah di masjid, pembiasaan sholat sunat Dhuha di masjid, hafalan surat-surat pendek setiap pagi, bacaan asmaul khusna sebelum pembelajaran. Sebelum masuk kelas anak-anak dibiasakan untuk berjabat tangan dengan Kepala madrasah dan guru.8Madrasah juga membiasakan siswa untuk membuang sampah pada tempatnya dengan kegiatan Jumat Bersih. Madrasah juga membiasakan siswa untuk melakukan Jumat amal yang diambil dari uang saku siswa setiap hari. .
2. Wawancara dengan Ibu Suciati, Guru Kelas I MI Al-Falah Kaliangkrik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk kelas I menggunakan pendekatan Tematik Scientifik yang terdiri dari Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak,dan Fiqh. Dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tetap dikembangkan dari Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar. Dan untuk memudahkan siswa belajar di samping ada buku pegangan guru untuk mata pelajaran tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran dan sampai pada evaluasinya. 5
Wawancara dan observasi dengan Bapak Ahmad Zamzani pada tanggal 1 Juni pukul 7.00- 13.00 Wawancara dengan bapak Wakhidun pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 14.30 7 Wawancara dengan Bapak Islakhudin pada tanggal 14 Juni 2015 pukul 15.00 8 Observasi dan wawancara denga Kepala Madrasah tangal 27 Mei 2015. 6
159
C. Hasil wawancara dan observasi di MIN Krincing Secang 1. Wawancara dengan Kepala Madrasah, Drs. Tachsin Anwar tentang Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MIN Krincing Secang Di samping MIN Krincing Secang ini memberikan layanan pelajaran umum, juga memberikan layanan pendidikan agama yang cukup banyak.Kegiatan pembelajaran dimulai jam 07.00 dan berakhir pukul 14.00. Mislanya pada jam ke nol anak- anak mendapatkan layanan pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an. Sebelum Kementrian Agama melakukan pencanangan penyusunan KTSP Berkarakter pada tahun 2012, MIN Krincing Secang telah merintis Pembelajaran Agama Islam secara mendalam dengan memberikan jam tambahan atau jam ke nol bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang diasuh dari alumni Pondok Pesantren Lirboyo9. Siswa 310 itu dibagi menjadi sembilan kelompok. Pembelajaran Baca Tulis AlQur’an itu wajib diikuti siswa kelas 1 sampai kelas 3 sedangkan siswa kelas 4 sudah mulai dikenalkan dengan pembelajaran kitab kuning.10Demikian juga dengan laporan hasil pembelajarannya dibuat model sendiri dari madrasah. Adapun kurikulum yang digunakan adalah KTSP Berkarakter yang telah dibuat sendiri pada tahun 2010/2011.11 Untuk kelas satu dan 4 pada tahun ajaran 2014/2015 pembelajarannya menggunakan kurikulum 2013 sedangkan pada tahun ajaran 2014/ 2015kembali ke KTSP lagi sehingga kami menyempurnakan KTSP Berkarakter menjadi KTSP Berkarakter tahun 2014/2015.
2. Wawancara dengan dengan bapak As’ad Muzaki, S.Ag Pembelajaran Agama Islam di MIN Krincing ini bertujuan untuk pembiasaan dan penanaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kegiatan keagamaan di MIN Krincing ini dimulai pukul 07.00 untuk pembelajaran Baca Tulis AlQur’an untuk siswa kelas satu sampai kelas tiga. Bagi kelas empat sampai kelas enam sudah mulai dikenalkan membaca kitab kuning. Di MIN Krincing Secang ini juga dilakukan pembiasaan sholat Dhuha dan sholat Dhuhur berjamaah. Dengan harapan lulusan madrasah MIN Krincing ini bisa menjadi anak yang sholeh dan sholihah sesuai harapan orangtua dan para tokoh yang mendirikan
9
Wawancara dengan Kepala Madrasah, Drs. Tachsin Anwar, M.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2015 pukul
14.40 10
Wawancara dengan Kepala Madrasah,Drs. Tachsin Anwar, M.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2015 pukul
11
Wawancara dengan Kepala Madrasah, Drs. Tachsin Anwar, M.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2015 pukul
14.30 14.50.
160 madrasah ini sebagai ciri khas madrasah dan melestarikan apa yang dilakukan para tokoh pada zaman dahulu.12
3. Wawancara dengn ibu Umrotul Mahfudhoh, guru kelas empat Untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini meliputi Al-qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqh dan SKI. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan pedoman rencana Pembelajaran yang ada di buku pedoman guru dan untuk kegiatan siswa, sudah ada buku pedoman untuk siswa yang diterbitkan oleh kementrian agama.13
12
Wawancara dengan bapak As’ad Muzaki, S.Ag. pada tanggal 20 Juni 2015 pukul 8. 15
13
Wawancara dengan Ibu Umrotul Mahfudhoh, S.Ag. pada tanggal 20 Juni 2015 pukul 8. 45.
162
FOTO KEGIATAN PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN DI MI AL-ISLAM TONOBOYO BANDONGAN
163
FOTO WAWANCARA PENELITI DENGAN KEPALA MI AL-ISLAM TONOBOYO BANDONGAN
BIOGRAFI PENULIS Penulis lahir di Magelang, 19 Februari 1972 dari pasangan suami istri yang bernama Muh Sarwani (almarhum) yang bekerja sebaga Guru Agama dan ibu yang bernama Wuryam sebagai seorang petani. Pendidikan yang ditempuh dimulai dari RA Muslimat selama dua tahun kemudian melanjutkan ke MI Al-Falah Kaliangkrik lulus tahun 1984. Tamat dari MI melanjutkan ke MTsN Kaliangkrik lulus tahun 1987. Dari MTs melanjutkan ke PGAN Magelang lulus tahun 1990. Dari PGAN masuk IAIN Walisongo Semarang, Fakultas Ushuludin jurusan Aqidah Filsafat melalui jalur Penelusuran Minat dan Bakat (PMDK) lulus 25 Februari 1995. Sambil menyelesaikan kuliah mulai mengajar di MI Al-Falah Kaliangkrik mulai tahun 1994. Tahun 2013 mengikuti program pascasarjana IAIN Salatiga dan lulus pada tanggal 26 Agustus 2015. Adapun penataran yang pernah diikuti work Shop KBK pada tahun 2005 , Work Shop KTSP tahun 2006, Work shop Implementasi Pembelajaran Bahasa Inggris tahun 2011 Work shop KTSP Berkarakter tahun 2012. Pengalaman kerjanya adalah Guru di MI Al-Falah Kaliangkrik tahun 1994 sampai 2009,Guru di MI Negeri Jogomulyo Tempuran tahun 2009 sampai 2011 dan pada tahun 2011 kembali lagi menjadi Guru di MI Al-Falah Kaliangkrik. Pada
tanggal 25 Februari 1998 menikah dengan Abdul Mun’im dan
dikaruniai seorang putri yang bernama Arofah Nungki Widiyani.
164