PERBEDAAN MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN PEKERJAAN ORANG TUA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh: NURUL ISLAMIYAH NIM K8405004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
PERBEDAAN MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN PEKERJAAN ORANG TUA PADA SISWA KELAS XISMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh: NURUL ISLAMIYAH NIM K8405004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. H.M. Haryono, M.Si.
Drs. AY. Djoko Darmono, M.Pd
NIP. 1951 0101 198103 1 005
NIP. 1953 0826 198003 1 005
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari
:_____________
Tanggal
:_____________
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. M.H Sukarno, M.Pd
___________
Sekretaris
: Dra. Siti Rochani, M.Pd
Anggota I
: Drs. H.M. Haryono, M.Si.
Anggota II
: Drs. AY. Djoko Darmono, M.Pd
___________
___________
Disyahkan Oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd.
NIP. 1960 0727 198702 1 001
iv
___________
ABSTRAK
Nurul Islamiyah. K8405004. Perbedaan Minat Menjadi Guru Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Pekerjaan Orang Tua Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Desember 2009. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara: (1) Minat menjadi guru siswa laki-laki dan siswa perempuan. (2) Minat menjadi guru dari siswa yang berasal dari keluarga PNS dan siswa yang berasal dari keluarga Non PNS. (3) Minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin dan pekerjaan orang tua. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif. Populasi penelitian adalah semua siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 320 siswa. Sampel diambil dangan menggunakan metode purposif simpel random sampling sejumlah 64 siswa. Teknik pengambilan data variabel jenis kelamin, pekerjaan orang tua, dan minat menjadi guru dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis varian (anava) dua jalur. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan: (1) Tidak terdapat perbedaan minat menjadi guru antara siswa laki-laki kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta dengan siswa perempuan kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta (nilai p = 0,676 > 0,30 ). (2) Terdapat perbedaan minat menjadi guru siswa dengan pekerjaan orang tua Non PNS dan siswa dengan pekerjaan orang tua PNS pada siswa XI SMA Negeri 2 Surakarta ( nilai p = 0,165 < 0,30 ). Tidak terdapat perbedaan minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin dan pekerjaan orang tua pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta ( nilai p = 0,620 > 0,30 ).
v
ABSTRACT Nurul Islamiyah. K8405004. The difference of Interest in Becoming Teacher viewed from the Sex and Parents’ Occupation in the XI Graders of SMA Negeri 2 Surakarta in the School Year of 2009/2010. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, December 2009. The objective of research is to find out the difference significance of: (1) Interest in becoming teacher between the male and the female students. (2) Interest in becoming teacher between the students coming from the Civil Servant family and the one from Non-Civil Servant family. And (3) Interest in becoming teacher viewed from the sex and parent’s occupation. This research employed a comparative descriptive method. The population of research is all XI graders of SMA Negeri 2 Surakarta in the School Year of 2009/2010 as many as 320 students. The sampling technique employed was simple purposive random sampling with 64 students as the sample. Technique of collecting data employed for obtaining the data on sex, parent’s occupation and interest in becoming teacher variables was questionnaire. Technique of analyzing data used was a two-way variance analysis technique. From the result of research, it can be concluded that: (1) there is no difference of interest in becoming teacher between the male and the female students of XI grade of SMA Negeri 2 Surakarta (p = 0.676 > 0.30). (2) there is difference of interest in becoming teacher between the students coming from the Civil Servant family and the one from Non-Civil Servant family in the XI graders of SMA Negeri 2 Surakarta (p = 0.165 > 0.30). (3) there is no difference of interest in becoming teacher viewed from the sex and parent’s occupation in the XI graders of SMA Negeri 2 Surakarta (p = 0.620 > 0.30).
vi
MOTTO
“Didiklah anakmu, maka dia akan memberikan ketentraman padamu dan mendatangkan suka cita kepadamu.” (Henry N. Siahaan)
”Hidup adalah pilihan akan menjadi apa dan seperti apa,itu karena usahamu.” (Penulis)
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan Kepada: v Bapak dan ibu tercinta v Adik-adikku tersayang v Teman-teman Sos-Ant ’05 v Almamater
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menghadapi banyak hambatan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka hambatan-hambatan tersebut dapat peneliti atasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan, peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof.Dr.H.M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2. Bapak Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta, 3. Bapak Drs.MH. Sukarno,M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 4. Bapak Drs. H.M. Haryono, M.Si., Pembimbing I yang telah memberikan ijin, bimbingan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Drs. AY. Djoko Darmono, M.Pd, Pembimbing II yang telah memberikan ijin, semangat, bimbingan serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Ibu Atik Catur Budiati, S.Sos. M. A, Penasehat Akademik atas bimbingan dan nasehatnya.. 7. Ibu Siti Nidawati, SPd guru pembimbing yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan semangat kepada penulis. 8. Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas perjuangan, bimbingan, do’a dan dukungannya selama ini. 9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
ix
Peneliti berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang pengajaran Sosiologi Antropologi.
Surakarta,
Januari 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………............. i PENGAJUAN……………………………………………………………………. ii PERSETUJUAN……………………………………………………………….... iii PENGESAHAN……………………………………………………………….… iv ABSTRAK……………………………………………………………………..... vi MOTTO…………………………………………………………………….…... vii PERSEMBAHAN……………………………………………………………… viii KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ix DAFTAR ISI………………………………………………………………....…. xi DAFTAR TABEL…...………………………………………….……….......….xiii DAFTAR GAMBAR………………………………………………...………… xiv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… xv BAB I.
BAB II.
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah…………………….………………..1
B.
Identifikasi Masalah…………… ……………………………5
C.
Pembatasan Masalah……………………...………………….6
D.
Perumusan Masalah…………………... …………………….7
E.
Tujuan Penelitian………………………………….…………7
F.
Manfaat Penelitian……………………………….…………..8
LANDASAN TEORI A.
Tinjauan Pustaka…………………………………….…..…...9 1. Tinjauan Tentang Minat Menjadi Guru…………..….…..9 2. Tinjauan Tentang Jenis Kelamin…………….….........…26 3. Tinjauan Tentang Pekerjaan Orang Tua……………......46
B.
Penelitian Yang Relevan…………………………………....59
C.
Keranga Berpikir…………………………..………………..59
D.
Hipotesis ……………………………………………………62
xi
BAB III
BAB IV
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian………………...…………….63
B.
Metode Penelitian……………………………………..…….65
C.
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel………..67
D.
Teknik Pengumpulan Data………………………………….76
E.
Teknik Uji Persyaratan Analisis ……………………………86
F.
Teknik Analisis Data………………………………………..87
HASIL PENELITIAN A.
Deskripsi Data………………………………..……………..88
B.
Uji Prasyarat Analisis …………..…………………………..98
C.
Pengujian Hipotesis………………………………...……...100
D.
Kesimpulan Pengujian Hipotesis………...………...……...103
E.
Pembahasan Analisis Data……………………..........…….104
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A.
Kesimpulan………………………………………………..107
B.
Implukasi ………………………………………….…...….108
C.
Saran ……………………………………………………....109
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..……………111 LAMPIRAN…………………………………………………………………….114
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Laki-Laki dan perempuan……………......…………………43 Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian................................................................64 Tabel 3. Data Penelitian........................................................................................94 Tabel 4. Data Minat Menjadi Guru.......................... ............................................95 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Minat Menjadi Guru..............................................96 Tabel 6. Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin..............................................97 Tabel 7. Jumlah Siswa Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua...................................98 Tabel 8. Hasil Analisis Uji Normalitas..................................................................99 Tabel 9. Analisis Uji Barlett.................................................................................100 Tabel 10. Uji Homogenitas Barlett......................................................................100 Tabel11. Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pekerjaan Orang Tua.100 Tabel 12. Jumlah Data Minat Menjadi Guru Berdasarkan Jenis Kelamin dan Pekerjaan Orang Tua............................................................................100 Tabel 13. Data Statistik Induk..............................................................................101 Tabel 14. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalur Sel tak Sama..............101 Tabel 15. Uji Antar Rerata B (Pekerjaan Orang Tua)..........................................102
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir................................................................................60
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Lampiran 2. Kisi-kisi Uji Coba Angket Minat Menjadi Guru Lampiran 3. Surat Pengantar dan Soal Uji Coba Angket Lampiran 4. Kunci Jawaban Uji Coba Angket Minat Menjadi Guru Lampiran 5. Analis Butir Validity Lampiran 6. Analisis Buir Alpha Cronbach Lampiran 7. Kisi-kisi Angket Minat Menjadi Guru Lampiran 8. Surat Pengantar dan Soal Angket Minat Menjadi Guru Lampiran 9. Kunci Jawaban Angket Minat Menjadi Guru Lampiran 10. Data Induk Penelitian Lampiran 11. Data Dokumen Penelitian Minat Menjadi Guru Lampiran 12. Sebarab Frekuensi dan Histogram Lampiran 13. Uji Normalitas Sebaran Lampiran 14. Uji Homogenitas Lampiran 15. Analisis Variansi Dua Jalur Lampiran 16. Perijinan-Perijinan Lampiran 17. Curriculum Vitae
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Banyak perubahan telah dialami manusia seiring dengan perkembangan zaman yang terus berlangsung. Saat ini manusia sedang berada pada era modernitas yang ditandai dengan pencapaian era teknologi tinggi dan sistem mekanik yang canggih. Seiring dengan proses modernisasi, pemikiran masyarakat mengalami perkembangan dari tradisional dengan mitos-mitos yang irasional menuju alam modern dengan logika yang rasional. Berbagai pemikiran dan pandangan baru lahir untuk kemajuan ilmu dan kehidupan manusia. Modernitas dalam kehidupan manusia
dapat dicapai melalui
saluran pendidikan yang merata bagi masyarakat. Dalam pandangan masyarakat pendidikan lebih dianggap sebagai jembatan untuk mendapatkan status baru, kesuksesan, dan kekayaan. Pendidikan bisa menabah akses seseorang terhadap pasar kerja. Tetapi selain itu pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan dan kepribadian manusia. Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat. Hal ini tertuang dalam Undang Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) BAB II pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dari individu serta merupakan usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan yang bertalian dengan tranmisi pada aspek pengetahuan (koqnitif), perasaan (afektif), ketrampilan (psikomotorik) dan aspek-aspek kelakuan lainnya pada generasi muda. Aspek-aspek tersebut nantinya akan mempengaruhi perkembangan potensi pada
xvi
individu. Salah satu pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia adalah makhluk monodualis yang mengandung arti bahwa manusia itu adalah satu kesatuan jiwa dan raga yang bersifat potensial. Potensi ini dibawa manusia pada saat lahir dan merupakan warisan dari kedua orang tuanya dan kemudian pendidikan membantu mengembangkan potensi yang sudah ada pada individu tersebut sehingga dapat menimbulkan suatu perubahan dan penemuan bakat pada diri individu. Oleh karena itu manusia membutuhkan pendidikan untuk menumbuhkan potensi jiwa dari individu yang nantinya akan mengarahkan individu pada minat yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan jiwa dan kepribadiannya. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar. Minat merupakan motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik permainan maupun pekerjaan akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan anak yang kurang berminat atau merasa bosan. Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Bila seseorang berminat pada sutu kegiatan, pengalaman mereka akan jauh lebih menyenangkan. Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang dipelajari manusia karena dipandang mempunyai arti dan makna bagi kelangsungan hidupnya. Seseorang cenderung mempunyai minat pada ilmu pengetahuan
yang mereka anggap sesuai dengan
kebutuhan mereka, sesuai dengan jenis kelamin mereka. Sebaliknya, mereka cenderung tidak tertarik pada ilmu pengetahuan yang mereka anggap tidak relevan dan tidak sesuai dengan jenis kelaminnya sehingga akan mempengeruhi individu dalam pemilihan lapangan pekerjaan. Perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan baik dilihat dari segi fisik dan psikis akan membentuk minat yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Perempuan selalu dicitrakan sebagai makhluk yang lembut, butuh perlindungan, penuh kasih sayang dan selalu berdandan agar tampil cantik biasanya memilih pekerjaan yang ringan dan tidak membutuhkan tenaga fisik yang besar seperti guru, perawat, resepsionis, dan sekretaris, sedangkan laki-laki yang dicitrakan sebagai sosok yang maskulin, pemberani, kuat biasanya mempunyai minat pada pekerjaan yang mempunyai tantangan yang lebih tinggi seperti insinyur, arsitek, dan mekanik.
xvii
Profesi guru dianggap sangat cocok bagi perempuan karena profesi ini lebih membutuhkan ketelatenan, kesabaran yang tinggi dan sesuai dengan kodrat perempuan yang nantinya akan mengasuh anak-anaknya. Profesi guru dianggap mulia dan terhormat di mata masyarakat Indonesia karena pekerjaan mendidik dianggap membuat anak menjadi pintar. Sampai saat ini para guru tetap menunjukkan pengabdian yang tinggi terhadap pekerjaannya dan berperan cukup aktif dalam masyarakat. Tanggungjawab guru atas profesinya lebih jelas terlihat dibanding pegawai negeri yang lain. Saat ini pemerintah sedang berusaha meningkatkan kesejahteraan guru diantaranya dengan menerapkan kebijakan peningkatan gaji, tunjangan dan kesejahteraan mereka, termasuk menyiapkan tunjangan sertifikasi guru yang nilainya satu bulan gaji bagi para guru yang telah memenuhi kualifikasi dipersyaratkan. Di beberapa daerah, seperti DKI Jakarta, pemerintah daerah memberika intensif tambahan yang cukup signifikan pada guru pegawai negeri sipil (PNS). Dengan tunjangan dari pemerintah daerah sekitar Rp.2 juta per bulan, penghasilan seorang guru PNS minimal 3 juta rupiah. Undang Undang (UU) Guru dan Dosen juga memberikan sinyal bahwa kesejahteraan guru akan ditingkatkan. Guru yang memenuhi kualifikasi akademik dan mengantongi sertifikat sebagai pendidik dijanjikan mendapatkan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok. Belum lagi
ditambah
tunjangan
fungsional
sebesar
Rp.
500.000
per
bulan
(http:/www.atmajaya.ac.id/content.asp?=0&id=2357). Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi individu untuk memilih profesi keguruan sehingga tidak hanya anak perempuan saja yang mempunyai minat dalam pekerjaan ini tetapi anak laki-lakipun sudah mulai menggemarinya. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial hidup dalam sebuah lingkungan yang memiliki pengaruh yang besar terhadap terbentuknya kepribadian, sikap, perbuatan, dan minat seseorang. Lingkungan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa individu adalah lingkungan keluarga. Keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan individu karena keluarga merupakan pondasi dari pendidikan dan karakter individu. Dari lingkungan keluarga seorang anak akan memperoleh persepsi awal mengenai hal-hal yang dianggap baik dan buruk. Keluarga mempunyai tugas fundamental dalam mempersiapkan anak di masa depan. Dasar-dasar perilaku, sikap hidup, dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak sejak dalam
xviii
lingkungan keluarga. Sehingga pada fase ini orang tua harus memberikan perhatian yang lebih banyak kepada anak-anaknya karena orang tua merupakan cermin bagi seorang anak untuk meniti kehidupan selanjutnya. Orang tua akan menjadi sosok idola bagi seorang anak, sehingga apa yang menjadi minat dari seorang anak biasanya menupakan tiruan dari minat orang tuanya. Hal ini terjadi karena proses imitasi yang dilakukan oleh seorang anak. Demikian juga dalam pemilihan lapangan pekerjaan, seorang anak biasanya menjadikan pekerjaan orang tuanya sebagai acuan dalam menentukan cita-cita mengenai pekerjaan yang mereka inginkan. Hal ini akan menjadi lebih kuat dan terbawa hingga dewasa jika orang tua juga mengarahkan anak tersebut dan memberikan dorongan dan motivasi
pada anak tersebut untuk menggeluti
pekerjaan yang sama dengan yang mereka geluti dimana di sini digolongkan dalam pekerjaan pegawai negeri sipil (PNS) dan non pegawai negeri sipil (Non PNS) . Orang tua yang berprofesi sebagai PNS biasanya menginginkan anaknya untuk memperoleh pekerjaan yang sama dengannya. Salah satunya dengan menjadi seorang guru karena saat ini profesi tersebut dapat menjanjikan penghidupan yang layak. Disamping itu dengan menjadi guru seseorang masih mempunyai kesempatan untuk berwirausaha sehingga dapat memperoleh penghasilan dari berbagai sektor. Bertitik tolak dari pembahasan dan permasalahan yang disebutkan di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji mengenai minat menjadi guru yang dalam hal ini akan lebih difokuskan pada siswa sekolah menengah atas (SMA) yang tergolong dalam usia remaja karena pada fase ini seorang anak berada pada tahap operasi formal, yaitu tahap berfikir yang dicirikan dengan kemampuan berfikir secara hipotetis, logis, abstrak, dan ilmiah. Pada usia remaja, operasi-operasi berpikir tidak lagi terbatas pada obyek-obyek konkrit seperti usia sebelumnya, tetapi dapat pula dilakukan pada proposisi verbal (yang bersifat abstrak) dan kondisi hipotetik (yang bersifat abstrak dan logis) serta sudah mampu untuk memusatkan perhatian pada sesuatu yang diinginkan dan diminati. Pengaruh di sini lebih di spesifikkan pada perbedaan jenis kelamin lakilaki dan perempuan baik dilihat secara fisik maupun psikis, dan jenis pekerjaan orang tua dari siswa yaitu PNS dan non PNS. Oleh karena itu penulis membuat judul “Perbedaan Minat Menjadi Guru ditinjau dari Jenis Kelamin dan Pekerjaan Orang Tua Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta”.
xix
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis akan mencari pemecahan masalah yang dirumuskan dalam identifikasi masalah, yaitu sebagai berikut: 1. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dari individu serta merupakan usaha sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan yang bertalian dengan tranmisi pada aspek pengetahuan (koqnitif), perasaan (afektif), ketrampilan (psikomotorik) dan aspek-aspek kelakuan lainnya pada generasi muda yang nantinya akan mempengaruhi perkembangan potensi pada individu. 2. Pendidikan membantu mengembangkan potensi yang sudah ada pada individu sejak lahir sehingga dapat menimbulkan suatu perubahan dan penemuan bakat yang nantinya akan mengarahkan individu pada minat yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan jiwa dan kepribadiannya. 3. Perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan baik dilihat dari segi fisik dan psikis akan membentuk minat yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. 4. Perempuan dicitrakan sebagai makhluk yanglembut, penuh kasih sayang, butuh perlindungan, dan selalu berdandan agar tampil cantik biasanya memilih pekerjaan yang ringan dan tidak membutuhkan tenaga fisik yang banyak seperti guru, perawat, resepsionis, dan sekretaris. 5. Laki-laki yang dicitrakan sebagai sosok yang maskulin, pemberani, kuat biasanya mempunyai minat pada pekerjaan yang mempunyai tantangan yang lebih tinggi seperti insinyur, arsitek, dan mekanik. 6. Dengan adanya usaha dari pemerintah untuk mensejahterakan guru, profesi guru tidak hanya diminati oleh perempuan tetapi juga laki-laki. 7. Lingkungan keluara memegang peranan penting dalam menentukan minat pekerjaan pada anak karena pada fase inilah anak secara sadar atau tidak sadar melakukan proses imitasi, dimana orang tua menjadi sosok idola bagi seorang anak. 8. Seorang anak akan menjadikan pekerjaan orang tuanya sebagai cermin dan tolak ukur dalam memilih pekerjaan yang akan mereka geluti.
xx
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan terdapat beberapa masalah yang ditemukan. Agar penelitian ini lebih terarah maka penelitian ini akan difokuskan pada tiga variabel saja, yaitu: 1. Minat menjadi Guru Minat menjadi guru merupakan keinginan, kehendak, kemauan, perhatian, penilaian positif, dan kecenderungan untuk memilih profesi sebagai guru. Minat anak laki-laki untuk menjadi guru mulai meningkat dengan adanya kebijakan-kebijakan dari pemerintah untuk mensejahterakan guru. 2. Jenis kelamin Jenis kelamin adalah sifat jasmani atau rohani yang membedakan makhluk hidup. Jenis kelamin manusia dibedakan menjadi dua yaitu jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki, yang memiliki karakteristik berbeda-beda baik itu ditinjau dari segi fisik maupun segi psikis. 3. Pekerjaan orang tua Pekerjaan orang tua merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua sebagai sumber penghasilan untuk menopang kehidupan keluarga. Pekerjaan orang tua menjadi cermin dan faktor pendorong bagi anak untuk memilih pekerjaan yang akan mereka tekuni. Dalam hal ini pekerjaan orang tua dikelompokkan menjadi dua yaitu, PNS dan Non PNS. Ketiga variabel ini kemudian lebih dibatasi lagi pada lingkup minat menjadi guru yang terjadi pada pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta yang diuji secara empiris untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin dan pekerjaan orang tua terhadap minat menjadi guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan minat menjadi guru antara perempuan dan laki-laki pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta?
xxi
2. Apakah terdapat perbedaan minat menjadi guru antara siswa dari keluarga PNS dan Non PNS pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta? 3. Apakah terdapat perbedaan minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin dan pekerjaan orang tua pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta?
E. Tujuan Penelitian Suatu penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga hasil penelitian tersebut dapat memberikan manfaat. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan minat menjadi guru antara perempuan dan laki-laki pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. 2. Untuk mengetahui perbedaan minat menjadi guru antara siswa dari keluarga PNS dan Non PNS pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. 3. Untuk mengetahui perbedaan minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin dan jenis pekerjaan orang tua pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta.
F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan adanya kegunaan secara teoritis dan manfaat praktis: 1. Manfaat Teoritis Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
manfaat
untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan sosial mengenai adanya pengaruh jenis kelamin dan jenis pekerjaan orang tua dalam menentukan minat seorang anak untuk memilih jurusan tertentu.
2. Manfaat Praktis a. Untuk mengetahui perbedaan minat pada anak perempuan dan anak laki-laki dalam memilih suatu jurusan tertentu.
xxii
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan kepada orang tua dalam membimbing anaknya untuk memilih profesi yang cocok bagi anak.
BAB II LANDASAN TEORI
1. Tinjauan tentang Minat Menjadi Guru a. Pengertian Minat Banyak orang sering mencampur adukkan definisi minat dengan kesenangan tetapi sebenarnya keduanya mempunyai pengertian yang jauh berbeda. Kesenangan merupakan minat yang sementara sehingga keduanya memiliki perbedaan yang sangat besar terutama pada faktor ketetapan. Selama kesenangan itu ada maka intensitas dan motivasi yang menyertainya sama tinggi dengan minat. Namun kesenangan akan segera berkurang karena kegiatan yang ditimbulkannya hanya memberi kepuasan yang sementara. Sedangkan minat bersifat lebih tetap karena minat memuaskan kebutuhan yang penting dalam kehidupan seseorang. Telah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi dalam mendefinisikan minat dengan berbagai variasi. Namun pada dasarnya pandapat-pendapat tersebut satu sama lain adalah saling melengkapi untuk lebih memperjelas difinisi minat maupun unsurunsur yang tercakup di dalamnya. 1) Elizabeth Hurlock dalam Meitasari Tjandrasa (1999: 114) mengemukakan bahwa “minat adalah sesuatu dengan apa anak mengidentifikasi keberadaan dirinya”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka minat merupakan sesuatu yang menjadi ciri tersendiri dan keunikan dari individu. Minat menjadi sumber motivasi yang mendorong orang untuk menjadi yang mereka inginkan dan melakukan sesuatu yang mereka sukai bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa sesuatu akan menguntungkan dan mendatangkan kesenangan serta tantangan dalam diri individu maka mereka akan merasa berminat.
xxiii
2) Menurut Agus Sujanto (2001: 92) ”minat merupakan suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir penuh dengan kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungan”. Pernyataan di atas memiliki makna bahwa minat yang ada pada diri individu akan disertai dengan kehendak dan kemauan pada suatu objek yang dipengaruhi oleh lingkungan. Kehendak merupakan fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang merupakan kekuatan dari dalam serta bertaautan dengan pikiran dan perasaan sedangkan kemauan merupakan kekuatan yang datar dan hidup atau menciptakan sesuatu berdasarkan perasaan dan pikiran. 3) Slameto (2003: 180) menyatakan bahwa ”minat adalah suatu rasa lebih suka (senang) dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas”. Pernyataan di atas memiliki makna bahwa minat merupakan kemauan seseorang untuk melakukan sesuatu, rasa senang memegang peranan penting dalam perkembangan minat. Perasaan merupakan sesuatu yang muncul dari faktor psikis non intelektual, perasaan senang akan memunculkan suatu minat pada diri individu yang diperkuat oleh sikap yang positif sebab perasaan senang merupakan suatu keadaan jiwa akibat adanya peristiwa yang datang pada subyek yang bersangkutan. Minat akan menjadi
motivasi seseorang dalam bertindak. Apabila seseorang
mempunyai minat terhadap suatu kegiatan atau pekerjaan, maka dia akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan seseorang yang mempunyai minat yang kurang pada kegiatan atau pekerjaan tersebut karena minat akan menambah kegembiraan dalam melakukan setiap kegiatan yang ditekuni seseorang sehingga akan membawa individu pada berbagai pengalaman yang lebih menyenangkan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat merupakan perasaan senang, tertarik, memiliki kehendak, kemauan, perhatian, penilaian yang positif, dan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dan mempelajari sesuatu yang disukai. minat individu tergantung pada perasaan individu dalam memaknai suatu objek. Perasaan senang dan tertarik akan mengakibatkan adanya perhatian pada individu yang merupakan reaksi umum dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek. Jadi perhatian sangat dipengaruhi oleh perasaan dan suasana hati, dan juga
xxiv
ditentukan oleh kemauan. Perasaan merupakan aktifitas psikis yang didalamnya subyek menghayati nilai-nilai suatu obyek . b. Ciri-ciri Minat Minat yang ada pada diri seseorang berperan penting dalam setiap aktivitas serta mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi anak. Minat masing-masing individu bervariasi sesuai dengan pengalaman belajar yang didapat dan kemampuan yang dimiliki.. Semakain besar minat mereka mengenai sesuatu yang diidamkan, semakin besar keinginan mereka untuk mencapainya. Ciri-ciri minat menurut Elizabeth Hurlock (1999: 115) yang dialihbahasakan oleh Meitasari Tjandrasa adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Perkembangan minat mungkin terbatas. Minat muncul dari kesempatan belajar Minat itu egosentris Minat dipengaruhi pengaruh budaya Minat berbobot emosional Ciri-ciri minat di atas akan kami jelaskan sebagai berikut:
1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan tercapai, minat menjadi lebih stabil. Anak dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari teman sebayanya. Anak yang lambat matang akan menjadi lebih tertinggal dari teman sebayanya, tetapi dengan bantuan dan bimbingan dari orang tua seorang anak akan lebih mudah untuk menyusul perkembangan teman-temannya. Sedangkan bagi anak-anak yang terlalu cepat matang akan menjadi terlihat lebih dewasa dari teman sebayanya. Anak dengan perkembangan yang terlalu cepat juga membutuhkan bimbingan dan pengawasan dari orang tua, anak ini juga akan mengalami kesulitan dalam pergaulannya karena dia terlihat lebih besar dari teman-teman seusinya tetapi terlalu kecil bagi kelompok anak diatasnya sehingga akan terjadi kesulitan dalam sosialisasi dengan sesamanya.
2) Minat bergantung pada kesiapan belajar.
xxv
Setiap individu tidak mungkin dapat menentukan hal yang mereka minati sebalum mereka siap secara fisik dan mental. Seseorang harus mepunyai pengetahuan yang lebih untuk menentukan objek apa yang menjadi hal yang diminati. Hal ini penting untuk dilakukan karena ketika pengetahuan dan pengalaman seseorang belum cukup maka dia akan sulit menentukan objek mana yang sebenarnya. Disamping itu dalam menentukan minat seseorang juga harus mempunyai bakat bawaan yang akan semakin mempermudah dalam pengembangan minatnya. Sebagai contoh seorang anak yang bercita-cita menjadi pelukis harus mengetahui seluk beluk tentang lukisan, mengerti teknik-teknik melukis yang benar sehingga menjadi suatu karya seni yang indah. Sehingga anak tersebut harus mengukur kemampuannya terlebih dahulu sehingga nantinya tidak menimbulkan penyesalan. 3) Perkembangan minat mungkin terbatas. Perkembangan minat dapat terbatas dikarenakan adanya ketidakmampuan fisik dan mental. Anak yang cacat fisik akan lebih mengalami kesulitan dalam mengembangkan minat yang mengandalkan kekuatan fisik. Tetapi anak dengan kecacatan fisik mempunyai kesempatan yang lebih banyak dalam mengembangkan minatnya daripada orang-orang yang mengalami pada aspek mental. Kelemahan dalam aspek mental akan menyulitkan seseorang untuk pengembangan semua aspek kehidupan karena dalam perkembangan minat bergantung kesiapan belajar sedangkan anak dengan kelemahan mental akan sulit untuk mencapainya. 4) Minat muncul dari kesempatan belajar. Kesempatan untuk belajar memegang peranan penting dalam perkembangan minat dan sangat bergantung kepada lingkungan baik anak-anak maupun dewasa yang menjadi bagian dari lingkungan individu. Ketika individu masih anak-anak lingkungan sebagian besar terbatas pada rumah, sehingga minat anak tumbuh dari rumah. Pada periode inilah orang tua memegang peranan sentral bagi anak untuk menentukan jalur yang tepat bagi seorang anak sesuai dengan bakatnya sehingga ketika seorang anak semakin dewasa dan mempunyai lingkungan yang semakin meluas anak sudah mempunyai pondasi awal dan tidak mudah hanyut dengan arus lingkungan.
xxvi
5) Minat itu egosentris Pada masa kanak-kanak minat itu egosentris. Egosentris merupakan sifat yang menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat pemikiran atau perbuatan.Misalnya minat anak laki-laki pada olah raga, sering berlandaskan keyakinan bahwa keunggulan di bidang kekuatan otot merupakan langkah penting untuk menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di lingkungannya. Tetapi seiring dengan bertambahnya usia dan kematangan pada anak minat ini akan menjadi lebih mantap dan stabil. Seorang individu akan menaruh minat pada objek yang menguntungkan baginya, dapat mereka kuasai dan sesuai dengan norma-norma di lingkungannya. 6) Minat dipengaruhi pengaruh budaya Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenal apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap sesuai untuk mereka, dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka. Sehingga minat pada individu yang dianggap tidak sesuai sengan kaidah norma dan budaya akan sulit untuk dikembangkan dan biasanya mendapatkan perlawanan dari lingkungannya. Misalnya, seorang anak perempuan dari etnis jawa bercita-cita untuk menjadi atlet tinju. Keinginan anak ini dianggap tidak sesuai dengan norma dan budaya jawa yang mendeskripsikan anak perempuan adalah sosok individu yang lemah lembut dan luwes. 7) Minat berbobot emosional Bobot emosional merupakan aspek afektif yang menentukan kekuatan minat. Jika seorang individu mempunyai pengalaman yang buruk atau traumatis pada suatu objek tertentu maka akan sulit tumbuh minat pada objek tersebut. Sebaliknya jika seseorang mempunyai pengalaman yang menyenangkan pada suatu objek maka kesempatan untuk berkembangnya minat pada objek tersebut akan lebih besar. Misalnya, seorang anak laki-laki yang orang tuanya meninggal karena kecelakaan lalu lintas, mungkin tidak akan mempunyai minat untuk menjadi pembalap. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
xxvii
Sebagai makhluk individu dan sosial, individu harus berusaha menyesuaikan diri dengan kondisi masyarakat di sekitarnya. Karena itu individu menyadari akan kondisi tersebut akan bertindak dan bertingkah laku yang dianggap sesuai dengan nilai dan norma masyarakat. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan minat pada diri individu. Pada dasarnya Minat seseorang selalu mengalami perubahan. Sejak dari kecil, mula-mula minat masih mudah berubah-ubah tetapi dengan bertambahnya umur saat memasuki masa remaja maka minat pada individu akan semakin tetap dan mantap. Perubahan minat pada individu ini meliputi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Dimyati mahmud (1990: 165) menyatakan bahwa ”Minat seseorang dipengaruhi oleh keadaan jasmaninya, status mental, dan perasaan, serta lingkungan sosialnya”. Adapun penjelasan dari faktor yang mempengaruhi minat tersebut adalah sebagai berikut. 1) Keadaan Jasmani Keadaan jasmani sangat menentukan dalam perkembangan minat, sebab dengan tubuh yang sehat seseorang akan dapat melakukan apa yang menjadi keinginannya. Seseorang akan bebas untuk melakukan sesuatu dan mewujudkan semua yang diinginkannya. oleh karena itu seseorang perlu dijaga agar selalu mempunyai ketahanan badan atau fisik yang sehat dan kuat. Misalnya, seorang anak berkeinginan untuk menjadi atlet basket bila dia sudah bisa dewasa nanti, tetapi saat balita anak tersebut terserang penyakit polio yang menyebabkan ketidaknormalan pada kakinya sehingga cita-citanya tidak bisa tercapai. 2) Status mental Kondisi mental sangat erat hubungannya dengan keadaan batin seseorang. Misalnya pada keadaan tidak tentram dan kacau seseorang tidak mudah menaruh perhatian pada suatu hal walaupun rangsangan dari luar sebenarnya menarik. Sebaliknya bagi seseorang yang pikirannya tenang maka ia akan mudah menerima suatu yang menarik perhatiananya. 3) Perasaan Perasaan sangat erat hubungannya dengan kegiatan psikis dan kondisi kejiwaan seseorang. Perasaan
dalam
suatu waktu dapat bersifat tidak stabil
sehingga pada suatu situasi tertentu dapat menmpakkan rasa senang, sedih, gembira,
xxviii
bosan, terpaksa, dan sebagainya. Perasaan senang dapat menumbuhkan minat pada diri individu yang diperkuat oleh sikap yang positif sebab perasaan senang merupakan suatu keadaan jiwa yang nyaman karena adanya peristiwa yang datang pada
subyek
yang
bersangkutan.
Kondisi
psikis
sangat
mempengaruhi
perkembangan minat dari individu. Agus Sujianto (2001: 85) mengemukakan bahwa, ”aspek-aspek psikis yang mempengaruhi minat meliputi kesadaran, kemauan, kesenangan, dan perhatian”. Adapun penjelasan dari aspek psikis yang mempengaruhi minat tersebut adalah sebagai berikut: a) Kesadaran Seseorang dikatakan berminat apabila individu tersebut memiliki kesadaran. Dengan kesadaran individu akan mengenal objek yang dapat menimbulkan daya tarik sehingga akan timbul rasa senang. Aktivitas semacam ini membutuhkan adanya perhatian dari individu, dan perhatian hanya dimiliki bagi individu yang memiliki kesadaran karena dengan kesadaran,minat terhadap sesuatu akan berarti. b) Kemauan Kemauan dimaksudkan sebagai pendorong kehendak yang terarah pada suatu tujuan hidup yang dikendalikan oleh akal pikiran. Dorongan kehendak ini akan menimbulkan suatu keinginan sehingga akan muncul minat pada individu yang bersangkutan. c) Kesenangan Perasaan senang pada suatu objek atau benda akan menimbulkan minat pada diri seseorang. Pada diri orang yang merasa senang akan muncul perasaan tertarik dan kemudian diikuti dengan keinginan agar objek tersebut dapat dia kuasai. Dengan kata lain terdapat hubungan yang erat antara kesenangan dengan timbulnya minat karena minat akan muncul dengan adanya perasaan senang pada suatu objek. d) Perhatian Perhatian menjadi salah satu aspek dari psikis yang mempunyai pengaruh yang besar pada minat, karena minat dan perhatian memiliki hubungan yang erat.
xxix
Seseorang dikatakan mempunyai minat pada suatu objek apabila individu tersebut menaruh perhatian yang lebih pada objek tersebut. 4) Lingkungan Sosial Yang dimaksud lingkungan sosial disini adalah lingkungan yang berada disekitar individu yang dapat mempengaruhi hidupnya. Minat dan perasaan seseorang dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak lain atau orang-orang yang berada disekitarnya seperti orang tua, guru, dan teman sebaya.pergaulan dengan lingkungan sekitar akan membawa individu pada suatu minat yang bisanya juga dikehendaki oleh lingkungannya karena seorang individu tidak bisa hidup terlepas dari budaya yang dianut dan tumbuh di lingkungannya. d. Pengertian Guru Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalan kehidupan manusia. Saat ini, setelah anak memasuki usia tertentu maka dia tidak hanya mendapatkan pendidikan dalam keluarga. Pendidikan anak mulai diserahkan kepada pihak yang dianggap lebih mampu yang dalam hal ini diserahkan kepada sekolah. Pendidikan anak di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha anak secara individual, melainkan juga oleh interaksi anak dengan lingkungan sosial yang berada dalam pengawasan dan bimbingan seorang guru. 1) Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia edisi kedua (dalam Muhibbinsyah, 223) ”guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar”. Pernyataan di atas memiliki makna bahwa guru merupakan tenaga pendidik yang
pekerjaan
utamanya
adalah
mengajar.
Guru
itu
berwenang
dan
bertanggungjawab terhadap pendidikan murid individual maupun klasikal di sekolah maupun di luar sekolah. 2) Menurut Oemar Hamalik (2004:36-38) ” guru adalah jabatan profesional yang memerlukan keahlian khusus, sebagai suatu profesi maka harus memenuhi criteria profesional”. Berdasarkan pernyataan tersebut maka guru merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus yang diperoleh setelah menempuh suatu jenjang pendidikan tertentu sehingga menjadikannnya seorang yang profesional. Sedangan Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi
xxx
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dan profesi ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Di dalam masyarakat guru mempunyai kewibawaan yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. 3) Sedangkan menurut Sadirman AM (2001: 123) “guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut dalam pembentukan sumber daya manusia yang potensial dalam pembangunan”. Pernyataan di atas memiliki makna bahwa guru adalah komponen manusiawi yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar. Guru mempunyai kewajiban untuk mengajarkan ilmu pengetahuan yang dia miliki melalui lembaga-lembaga yang ada di masyarakat sehingga nantinya dapat membentuk sumber daya manusia berkwalitas yang potensial dalam proses pembangunan bangsa. 4) Dalam UU No 14 tahun 2005 mengenai guru dan dosen disebutkan bahwa, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, serta pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah, termasuk pendidikan anak usia dini”. Dari pernyataan tersebut maka guru merupakan suatu jabatan profesional yang membutuhkan suatu keahlian khusus untuk mendidik siswanya. Dalam UU guru juga diterangkan bahwa, guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur formal. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
xxxi
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik profesional yang memerlukan keahlian khusus, sebagai suatu profesi maka harus memenuhi criteria profesional sertifikat pendidik dan karena panggilan jiwanya, sebagian besar waktu, tenaga dan pikirannya digunakan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada orang lain. Di dalam masyarakat guru mempunyai kewibawaan yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Guru di daerah pedesaan seringkali tidak hanya melakukan tugasnya sebagai seorang pendidik di lembaga formal tetapi seringkali dalam kegiatan bermasyarakat juga tetap menjalankan profesinya dengan mengajar tambahan pada anak-anak di rumah atau mushola. Masyarakat selalu percaya bahwa anak-anak mereka akan mendapatkan pendidikan yang terbaik dari seorang guru. e. Guru Profesional Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern. Hal ini menuntut beraneka ragam spesialisasi yang sangat diperlukan dalam masyarakat yang semakin komplek.masalah profesi kependidikan merupakan salah satu hal yang saat ini hangat untuk diperbincangkan, baik dikalangan pendidikan maupun di luar kependidikan.hal ini berkaitan erat dengan profesi guru yang disebut sebagai salah satu pekerjaan yang profesional. Dalam membahas guru sebagai tenaga profesional perlu dibatasi terlebih dahulu konsep profesi itu sendiri disamping konsep-konsep lain yang berdekatan dan berkaitan. 1) Menurut
Sikun pribadi dalam Oemar Hamalik (2002: 01) ” Profesi itu pada
hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan atau pekerjaan dalam arti biasa, karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu”. Pernyataan diatas memiliki makna bahwa profesi merupakan suatu janji yang dinyatakan oleh tenaga profesional dan akan berbeda maknanya dengan janji yang dikemukakan oleh non profesional. Karena janji ini mengandung makna terbuka yang sungguh-sungguh sehingga mengandung norma-norma atau nilai etik sehingga bila dilanggar akan mendatangkan sanksi tertentu. Disamping itu profesi bukan bermaksud untuk mencari keuntungan sendiri baik daln sektor ekonomi
xxxii
maupun dalam arti psikis melainkan terwujud dalam pengabdian untuk masyarakat yang menuntut keahlian, pengetahuan da ketrampilan tertentu. 2) Wagiman, dkk (2002: 01) mengemukakan bahwa ”profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap orang karena memerlukan adanya keahlian khusus untuk melakukan pekerjaan ini yang diperoleh melalui pendidikan formal dan ketrampilan tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja pada orang yang terdahulu menguasai ketrampilan tersebut baik yang dilakukan sebelum orang tersebut memangku jabatan atau setelah memangku jabatan tertentu dan terus memperbaharui ketrampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi. 3) Menurut
Bulle
seperti
dikutip
billey
dan
Eggland
dalam
(http://www.pointeronline.org) mengemukakan bahwa, ”Profesi sebagai bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuan, dimana keahlian dan pengalaman pelakunya diperlukan oleh masyarakat”. Pernyataan diatas memiliki makna bahwa profesi meliputi tiga aspek yaitu ilmu pengetahuan, aplikasi kemampuan atau kecakapan, dan berkaitan dengan kepentingan umum. Ilmu pengetahuan yang dimaksud disini merupakan ilmu pengetahuan yang akan memberikan ketrampilan khusus yang tidak dapat diperoleh dalam
pekerjaan
pada
umumnya
yang
mengandalkan
kemampuan
fisik.
Kemampuan yang sudah dimiliki tersebut harus selalu digali dan dikembangkan sehingga dapat diaplikasikan untuk mengabdi pada masyarakat. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu janji yang dinyatakan oleh tenaga profesional yang mengandung makna terbuka yang sungguh-sungguh sehingga mengandung norma-norma atau nilai etik pada suatu jabatan atau pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh setiap orang karena memerlukan adanya keahlian khusus meliputi tiga aspek yaitu ilmu pengetahuan, aplikasi kemampuan atau kecakapan, dan berkaitan dengan kepentingan umum. Profesi diperoleh melalui pendidikan formal dan ketrampilan tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja pada orang yang terdahulu menguasai ketrampilan tersebut baik yang dikakukan sebelum orang tersebut memangku jabatan atau setelah memangku jabatan
xxxiii
tertentu dan terus memperbaharui ketrampilannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sesuai dengan pengertian profesi yang telah dikemukakan diatas maka pekerjaan sebagai guru merupakan salah wujud dari profesi. Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang penuh dengan pengabdian pada masyarakat dan diatur berdasarkan kode etik tertentu. Kode etik itu mengatur bagaiman seorang guru harus bertingkah laku sesuai dengan norma-norma pekerjaannya. Selain itu guru sering disebut sebagai profesi yang luhur karena profesi ini menekankan pengabdian dan melayani kepentingan masyarakat. Orang tua karena berbagai alasan mempercayakan pendidikan anaknya kepada seorang guru melalui sekolah. Oleh karena itu seorang guru guru merupakan profesi yang tidak bisa dilakukan oleh semua orang karena memerlukan keahlian dan pendidikan khusus sebab dalam proses pendidikan tidak boleh keliru atau salah kendatipun hanya sedikit saja. Kesalahan yang dilakukan oleh orang yang bukan ahli dalam bidang pendidikan dapat merusak satu generasi dan akan berlanjut terus secara berkesinambungan. Guru dikatakan sebagai profesi yang luhur karena tugas dan perannya yang komplek. Sadirman AM (1996: 148) menyatakan bahwa ”Tugas guru adalah mendidik, membimbing anak didik, agar menjadi manusia berpribadi”. Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup tahu sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi juga harus melatih beberapa ketrampilan dan sikap mental dari anak didik. Melalui pengajaran guru membentuk konsep berpikir, sikap jiwa, dan menumbuhkan afeksi yang terdalam pada anak didik. Sehingga sebelum mengajar seorang guru yang profesional harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sehingga bahan yang diajarkan dapat dikuasai dengan baik dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu kemampuan yang telah dimiliki oleh seorang guru harus terus digali dan dikembangkan sehingga tidak tertinggal dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. f. Kualifikasi Guru Sebagai Tenaga Profesional Menjadi guru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena seorang guru mempunyai tanggung jawab yang sangat besar untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa. Karena hal ini, dengan semakin meningkatnya pendapatan dari seorang guru maka pemerintah juga menerapkan kebijakan-kebijakan yang akan meningkatkan profesionalisme dari seorang guru. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
xxxiv
profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Untuk memperoleh sertifikat pendidikan ini seorang guru harus menempuh berbagai persyaratan sebagai bukti dari professionalismenya. Menurut E. Mulyasa (2006: 135) ruang lingkup kompetensi profesional guru meliputi: 1) Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. Sebagai pendidik yang profesional guru dituntut mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. Guru harus mampu untuk mengajarkan ilmu yang dia miliki dan harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dia ajarkan tersebut. Guru yang profesional harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum mengajar. Ia menguasai apa yang akan diajarkan dan dapat mempertanggungjawabkannya. Pengertian tanggung jawab disini bermakna multidimensional, yaitu tanggung jawab pada diri sendiri, siswa, orang tua, serta masyarakat. 2) Mampu mengembangkan dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. Seorang guru harus mampu mengembangkan dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat merangsang semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. Metode pembelajaran yang tepat akan membantu siswa untuk memahami materi yang disampaikan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Guru yang janya menggunakan metode pembelajaran yang monoton akan membuat siswa bosan dalam mengikuti pelajaran, oleh karena itu seorang guru dituntut untuk menguasai berbagai metode dalam pembelajaran. 3) Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media, dan sumber belajar yang relevan. Seorang guru harus mampu untuk mengembangkan dan menggunakan alat, media, dan sumber belajar, dengan kata lain guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran. Seorang guru harus mempunyai komitmen terhadap upaya perubahan dan revormasi kearah kemajuan baik itu dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Guru
diharapkan
mempunyai
pengetahuan,
ketrampilan,
kecakapanserta sikap yang tepat terhadap pembaharuan dan sekaligus merupakan
xxxv
penyebar ide pembaharuan yang efektif sehingga siswa yang menjadi anak didiknya akan tumbuh menjadi pribadi yang terampil dan mempunyai keahlian. Dalam penggunaan dan pengembangan alat dan media pengajaran guru dapat menggunakan fasilitas seperti computer dan LCD proyektor, sedangkan untuk sumber belajar dapat diperoleh dari internet, majalah, televise, dan sumber lain yang dapat menunjang materi.
g. Minat Menjadi Guru Minat merupakan perasaan senang, tertarik, memiliki kehendak, kemauan , perhatian, penilaian yang positif, dan kecenderungan untuk melakukan sesuatu, untuk mempelajari sesuatu yang disukai. Sedangkan guru dapat diartikan sebagai tenaga pendidik profesional yang memerlukan keahlian khusus, sebagai suatu profesi maka harus memenuhi criteria profesional sertifikat pendidik dan karena panggilan jiwanya, sebagian besar waktu, tenaga dan pikirannya digunakan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada orang lain. Sehingga minat menjadi guru dapat diartikan sebagai rasa senang, tertarik, mempunyai kehendak, kemauan, perhatian, penilaian yang positif, dan kecenderungan serta ketertarikan untuk mempelajari keahlian khusus sebagai guru agar nanti bisa mengajar dengan profesional. Minat menjadi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: sikap orang tua, keinginan sendiri, sikap kagum atas guru sekolahnya dulu. Minat menjadi guru juga dapat diartikan sebagai rasa senang, tertarik, memiliki kehendak, atau keinginan dari dalam jiwa, kemauan untuk belajar, perhatian, penilaian yang positif, dan kecenderungan bertindak menjadi guru, suatu profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Minat menjadi guru merupakan suatu modal kaderisasi bangsa dalam melahirkan para tenaga kerja yang profesional dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Pendidikan akan maju dan berkembang apabila banyak guru yang terlahir dari minat dan niat yang tulus untuk menjadi guru sehingga akan meahirkan tenaga pengajar yang solid dan bermutu. Tetapi pada kenyataan yang terjadi dahulu minat masuk fakultas keguruan dan ilmu pendidikan (FKIP) terus merosot, baik dari segi kuantitas
xxxvi
maupun kualitas. Dari segi kuantitas jurusan keguruan lebih banyak dipilih oleh anak perempuan daripada anak laki-laki. Jurusan ini dianggap cocok dengan karakteristik anak perempuan karena profesi ini lebih membutuhkan ketelatenan, kesabaran yang tinggi dan sesuai dengan kodrat perempuan yang nantinya akan mengasuh anakanaknya. Sedangkan anak laki-laki yang nantinya akan menjadi tonggak penopang ekonomi keluarga lebih memilih jurusan yang berkarakter maskulin dan mempunyai prospek ekonomi tinggi seperti jurusan teknik atau komunikasi. Dilihat dari segi kualitas
kebanyakan jurusan keguruan merupakan pilihan
jurusan kedua yang diambil untuk antisipasi seandainya para lulusan sekolah menengah atas (SMA) tidak diterima pada jurusan-jurusan ilmu murni yang dianggap mempunyai prospek kerja yang lebih baik. Sehingga jurusan keguruan hanya diambil oleh anakanak didik dengan kwalitas kepandaian yang kurang, sedangkan anak didik lulusan SMA yang mempunyai kwalitas yang unggul akan lebih memilih jurusan-jurusan yang mempunyai prospek ekonomi tinggi seperti kedokteran, teknik, atau hukum. Kondisi seperti itu bisa mengancam masa depan pendidikan kita, terutama untuk tingkat SLTP dan SLTA. Bagaimana jadinya kalau anak-anak kita diajar lulusan FKIP yang modal kualitasnya pas-pasan, bahkan rendah sehingga diperlukan upaya mengatasi ketimpangan dalam menyiapkan tenaga kependidikan itu, diperlukan daya tarik untuk menjadi guru. Karena negara kita sekarang membutuhkan guru yang berkompetensi, pemerintah berusaha menarik minat siswa SMA. Di samping itu, pemerintah juga terus mencari cara supaya dapat memiliki siswa yang benar-benar ingin mengabdi menjadi guru yang baik Profesi guru bukan profesi yang mudah karena mempunyai beban dan tanggungjawab moral yang tinggi. Seorang guru dituntut supaya mempunyai etika yang bagus, moral baik, perilaku sopan,cara berbicara sopan dan ramah, memiliki kompetensi profesional dan sosial, memiliki perhatian untuk mendidik orang lain, memberikan waktunya untuk membimbing siswa, mengabdikan hidupnya untuk pendidikan bagi siswa dan masyarakat. Untuk menjadi seorang guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional ia harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa
xxxvii
pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Hal ini perlu dilakukan karena dengan menjadi guru, seseorang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tetapi juga harus mendidik sikap dan mental dari individu. Dengan mendidik dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam berbagai pengetahuan yang diiringi dengan contoh-contoh teladan dari sikap dan tingkah laku diharapkan anak didik akan menghayati dan menumbuhkan sikap mental yang baik. Dengan demikian dalam proses pendidikan guru tidak hanya berperan sebagaui pengajar yang transfer of knowledge tetapi juga pendidik yang transfer of values. Guru menjadi ujung tombak dalam pembangunan pendidikan nasional. Utamanya dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal. Sebagai seorang pendidik guru harus memenuhi beberapa syarat khusus. Untuk mengajar ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar disertai pula seperangkat latihan ketrampilan keguruan. Kesemuanya ini akan menyatu dalam diri seorang guru yang akan membentuk profesionalisme guru kedudukan guru sebagai jabatan profesional ditandai dengan adanya sertifikat profesi. Guru profesional dan bermartabat menjadi impian kita semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif, demokratis, dan berakhlak. Guru profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya kualitas sumber daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan agar terwujudnya impian tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti membalik talapak tangan. Karena itu, perlu kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni, pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan guru. Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan program lain yaitu peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, penghargaan, dan perlindungan guru. Hal ini dilakukan guna memberikan kesejahteraan bagi seorang guru. Kesejahteraan guru yang semakin meningkat dan masa depan yang cerah menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda untuk menjadikan guru sebagai pilihan profesi yang diminati. Hal ini terbukti dengan semakin tingginya kuantitas pemilih jurusan keguruan di berbagai universitas.
xxxviii
Seperti yang dijelaskan dalam
(http://www.amrul-hp.co.cc/2009/06/jurusan-keguruan-uns-diminati.html) ”Tahun lalu (2008) calon mahasiswa yang mendaftar pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) 3.000 orang, yang diterima hanya 40 orang untuk program S1”. Jumlah ini mewakili banyaknya peminat pada jurusan keguruan saat ini yang secara langsung berpengaruh pada segi kwalitas dari peserta didik jurusan keguruan. Saat ini jurusan keguruan mulai dianggap sebagai jurusan yang mempunyai keketatan tinggi dalam perekrutan anak didiknya sehingga diperlukan kwalitas calon peserta didik yang baik untuk masuk pada jurusan-jurusan keguruan.
2. Tinjauan tentang Jenis Kelamin Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan secara kodrat dibedakan menjadi dua jenis kelamin yaitu jenis laki-laki dan jenis kelamin perempuan. Antara kedua jenis kelamin tersebut terdapat perbedaan karakteristik yang khas yang dapat membedakan satu dengan yang lainnya, baik ditinjau dari segi fisik maupun dari segi psikis. Meskipun keduanya mempunyai perbedaan karakteristik fisik dan psikis akan tetapi keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi dalam menjalankan kehidupan sosial maupun kehidupan non sosial. Pada penelitian mengenai minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin, penulis akan memfokuskan lagi objek yang akan diteliti yaitu dilihat dari perkembangan manusia, karakteristik laki-laki dan perempuan, dan perkembangan minat laki-laki dan perempuan a.
Perkembangan Manusia Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Perkembangan dapat diartikan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang,, melainkan suatu proses integrasi dari banyak struktur dan fungsi yang komplek dari individu yang dapat menimbulkan perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) baik menyangkut fisik atau psikis dari mulai lahir sampai akhir hidupnya, sehingga antara pertumbuhan pada individu akan berpengaruh besar dalam proses perkembangannya. Setiap perkembangan memiliki ciri-ciri keunikan tersendiri yang membedakan tahapan periode satu dengan periode lainnya. Perkembangan
xxxix
manusia
menurut
Elizabeth
Hurlock
(1993)
yang
dialih
bahasakan
oleh
Dra.Istiwidayanti dan Drs.Soedjarwo,M.Sc dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu: 1) Fase sebelum lahir (prenatal), mulai 0-9 bulan atau 270-280 hari. 2) Fase bayi neonatal, yang terbagi menjadi dua yaitu periode partunate yaitu dimulai sejak sejak dilahirkan sampai 15 atau 30 menit sesudah kelahiran, dan periode neonet yaitu dari fase partunate sampai akhir minggu kedua. 3) Fase bayi (babyhood), mulai 2 minggu sampai 2 tahun. 4) Fase kanak-kanak mulai usia 2 tahun sampai masa puber. 5) Fase remaja (adolescence), mulai usia 11-18 tahun serta membagi menjadi dua tahap lagi yaitu remaja awal sekitar usia 13-16/17 tahun dan remaja akhir sekitar 16/17-18 tahun. 6) Fase dewasa, usia sekitar 18-60 tahun keatas yang dikelompokkan lagi menjadi dewasa dini yaitu sekitar 18-40 tahun, dewasa 40-60 tahun, serta dewasa lanjut 60 tahun keatas. Periode perkembangan manusia diatas akan kami jelaskan sebagai berikut: 1) Fase sebelum lahir (prenatal), mulai 0-9 bulan atau 270-280 hari. Fase sebelum lahir (prenatal) berlangsung sejak mulai mengandung atau selama 9 bulan atau 270-280 hari. Pertumbuhan dan perkembangannya dimulai sejak bertemunya sel telur dan sel sperma yang kemudian dinamakan zygote, setelah dua minggu zygote menjadi membrional dan kemudian setelah bulan kedua kehamilan terjadi masa fuetal kehamilan sampai lahir. Ada empat hal yang sangat ditentukan pada masa pembuahan yaitu sifat bawaan, jenis kelamin, apakah akan terjadi kelahiran kembar atau tunggal, dan posisi urutan dalam keluarga. Jenis kelamin dari individu yang baru diciptakan sangat penting karena dari awal kehidupan individu dibentuk dengan stereotip budaya yang disetujui untuk kelompok jenis kelaminnya sehingga mereka tidak boleh mempelajari pengalaman yang dianggap tidak sesuai bagi kelompok jenis kelaminnya. Disamping itu sikap dari orang tua juga berbeda dari penggolongan jenis kelaminnya. Perkembangan dan pertumbuhan janin sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis ibunya., oleh karena itu seorang ibu harus selalu menjaga kondisi kesehatan fisik dan psikisnya agar anak yang dilahirkan sehat.
2) Fase bayi neonatal, mulai 0-2 minggu
xl
Periode neonatal berlangsung selama dua minggu pertama dari mulai kelahiran yang menjadi suatu periode penyesuaian dengan lingkungan baru diluar rahim ibu. Periode ini terbagi menjadi dua yaitu periode partunate yaitu dimulai sejak dilahirkan sampai 15 atau 30 menit sesudah kelahiran, dan periode neonet yaitu dari fase partunate sampai akhir minggu kedua. Periode ini merupakan periode tersingkat dari semua periode dalam kehidupan manusia dan merupakan saat penyesuaian diri yang radikal, terhentinya perkembangan, pendahuluan dari perkembangan, dan periode berbahaya sehingga orang tua perlu memberikan pengawasan yang lebih kepada anak agar anak terhindar dari bahaya-bahaya yang ada dilingkungannya karena pada periode ini juga bayi harus melakukan penyesuaian suhu, mengisap dan menelan, bernapas dan pembuangan kotoran. 3) Fase bayi (babyhood), mulai 2 minggu - 2 tahun. Pada fase bayi ciri-ciri yang menonjol dari masa bayi yang berlangsung dari minggu kedua sampai tahun kehidupan kedua adalah bahwa periode ini merupakan tahun-tahun dasar, masa pertumbuhan, dan perubahan yang pesat dan berkurangnya ketergantungan. Fase ini merupakan masa permulaan sosialisasi yang menarik sekaligus sangat berbahaya karena pertumbuhan fisik sangat cepat pada tahun pertama, mulai mengendur pada tahun kedua dan menjadi dasar pembinaan polapola fisiologis untuk dapat berkomunikasi. Bayi harus mengerti apa yang disampaikan oleh orang lain dan kemudiam berkomunikasi dengan orang lain meskipun mereka tidak mampu berbicara selama hampir seluruh masa bayi, maka komunikasi terutama dalam bentuk prabicara yaitu menangis, mengoceh/berceloteh, gerakan isyarat, dan ekspresi wajah. Tingkah laku bayi belum bisa ditentukan bermoral atau tidak karena pada masa bayi didominasi oleh dorongan naluriah. 4) Fase kanak-kanak mulai usia 2-11 tahun, Awal masa kanak-kanak oleh orang tua disebut usia yang problematis dan menyulitkan. Sedangkan oleh para ahli psikologis disebut sebagai prakelompok, penjelajahan, atau usia bertanya. Usia kanak-kanak awal dianggap sebagai masa belajar untuk mencapai berbagai keterampilan karena anak senang mengulang, usia ini juga merupakan fase ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya
xli
sebagai laki-laki atau perempuan. Perkembangan fisik anak ditandai dengan bertambahnya proporsi tubuh, otak, dan berkembangnya kemampuan motorik sehinga pada masa ini anak memerlukan perhatian yang lebih dalam makananya karena seorang anak akan membutuhkan gizi yang cukup, agar perkembangan yang terjadi lebih optimal. Perkembangan berbicara berlangsung cepat seperti terlihat dengan berkembangnya pengertian dan berbagai keterampilan berbicara. Pada usia ini anak sudah mengenal akunya, dan emosi sudah mulai berkembang seperti adanya rasa takut, cemas, marah, cemburu, gembira, kasih sayan, dan ingin tahu. Perkembangan sosial anak sudah mulai tampak jelas, karena sudah mulai aktif berhubungan bengan teman sebaya. Dasar pada sikap moralpun sudah mulai terbentuk dalam setiap tingkah lakunya. Mulai usia 6 tahun, seorang anak sudah mampu mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan kognitif. Usia ini juga merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal perbendaharaan kata, pengertian, dan ketepatan konsep selama periode akhir masa kanak-kanak yang desebabkan oleh meningkatnya intelegensi dan meningkatnya kesempatan belajar. Perkembangan sosial pada saat ini adalah mencapai kematangan dan mengontrol ekspresi dirinya agar dapat diterima oleh kelompoknya. Keluarga mulai menanamkan konsep moral kepada anak agar menjadi pedoaman tingkah lakunya kelak dikemudian hari. 5) Fase remaja (adolescence), mulai usia 11-18 tahun. Masa remaja merupakan suatu masa dimana secara fisik pada tahap ini baik individu laki-laki maupun perempuan tanda-tanda alat kelamin mengalami perkembangan dan mencapai kematanagan. Secara psikis remaja ditandai dengan adanya sebuah kondisi baik kesadaran pikiran perasaan, maupun sikap yang belum tersusun secara rapi menjadi telah tersusun rapi, sehingga tujuan manusia akan hidup terlihat secara jelas.Akan tetapi masa remaja juga menjadi suatu masa yang sulit untuk dilewati, karena pada masa ini nampak terjadi perubahan fisik yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan psikis seperti menculnya sifat emosional dan sentimentil yang merujuk pada sikap melankolik sehinga menyebabkan terjadinya
xlii
goncangan batin, banyak mengalami konflik dengan orang tua, serta mulai menganal minat terhadap lawan jenis. Masa remaja pada dasarnya dikelompokan menjadi dua tahapan yaitu masa remaja awal dan remaja akhir, dimana masingmasing tahap tersebut memiliki ciri tersendiri yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Periodesasi remaja diatas akan dijelaskan sebagai berikut : a) Remaja awal, mulai usia 11-16/17 tahun Masa peural atau remaja awal berlangsung dari umur 11 sampai 14 tahun. Masa ini ditandai dengan adanya sifat suka menentang terhadap orang tua dan suka berkelompok dengan teman-teman sebaya. Pada masa ini terjadi perubahan biologis yang menyebabkan pertumbuhan fisik yang pesat serta diikuti perkembangan pikiran-pikiran dan fantasi baru, cepat tertarik pada lawan jenis, kepekaan berlebihan, serta berkurangnya kendali ego sehingga remaja awal sulit dimengerti orang dewasa, dan mereka suka membuat suatu perbuatan yang unik. b) Remaja akhir, mulai usia 16/17 -18 tahun. Remaja akhir berlangsung pada umur 16/17-18 tahun. Pada masa ini menunjukkan ciri-ciri membutuhkan kawan, cenderung nacissistic (menyukai diri sendiri dan kawan-kawan yang memiliki sifat sama dengan dirinya), merasa kebingungan memilih, peka/tidak peduli (ramai-ramai, sendiri, optimis/pesimis, meterialis/idealis) sehingga disebut juga dengan masa mencari identitas diri. Pada masa ini remaja lebih cenderung mengaklami kebingungan dan adanya ketergantungan yang besar terhadap teman sebaya, oleh karena itu diperlukan bimbingan dari orang tua yang bersifat mengarahkan bukan memaksa 6) Fase dewasa, mulai usia 18-60 tahun keatas Masa dewasa merupakan periode paling panjang dalam kehidupan manusia, umumnya dibagi menjadi dewasa dini, dewasa, dan dewasa lanjut. Pada masa dewasa setiap individu menunjukkan kematangan jasmani dan rohani atau psikisnya. Pendirian dan keyakinannya semakin tetap, mulai memikirkan hidup berkeluarga secara bersungguh-sungguh, mereka merasa dirinya mempunyai tanggung jawab sosial baik sebagai kepala keluarga maupun sebagai bagian dari anggota
xliii
masyarakat. Secara perlahan-lahan perkembangan fisik dan psikis pada masa dewasa mengalami kemunduran karena memasuki masa tua, begitu pula kondisi kejiwaan seseorang mulai mengalami kemunduran dan seperti kembali lebih muda. a) Dewasa dini, mulai usia 18-40 tahun Ciri-ciri yang menonjol pada masa dewasa dini adalah minat semakin mantap terhadap fungsi intelek, mencari kesempatn penyesuaian ego, terbentuknya identitas
diri
yang menjadi
pendirian
hidup,
hilangnya
egosentrisme diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain, tumbuh dinding pemisah antara private self dan the public. Pada masa ini individu menemukan pendirian hidup dan memantapkan serta tugas-tugas perkembangan telah terpenuhi, hal ini terjadi karena secara fisik maupun secara psikis individu mencapai kematangannya Masa dewasa dini merupakan masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif. Yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional dan tugas perkembangan yang harus dijalankan yaitu mulai bekerja, memilih pasangan, mulai membina keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga Negara, serta mencari kelompok social yang menyenangkan. Pada fase ini perkembangan fisik manusia sudah mencapai puncaknya dan fungsi-fungsi organ seksual sudah dapat berjalan secara optimal. Pada masa dewasa dini juga terjadi peralihan peran sosial yaitu berperan ganda sebagai individu yang bekerja di lembaga atau sebagai ibu rumah tangga, sebagai orang tua serta sebagai anggota masyarakat.
b) Dewasa, mulai usia 40-60 tahun Pada masa dewasa madya, seseorang mempunyai tugas perkembangan yang harus dijalankan yaitu mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara, membantu anak remaja menjadi dewasa, mengembangkan kegiatan waktu senggang, menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis, pencapaian dan mempertahankan prestasi kerja, serta menyesuaikan diri dengan orang tua yang
xliv
semakin tua. Secara fisiologis dan psikologis terjadi penurunan fungsi dan kondisi yang ditandai dengan manapouse pada wanita dan pada laki-laki terjadi sindrom klimaterik serta tanda-tanda ketuaan lainnya. c) Dewasa lanjut, mulai usia 60 tahun keatas. Pada masa dewasa akhir memiliki tugas perkembangan penyesuaian dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri dengan masa pensiun, dengan kematian pasangan hidup, membentuk hubungan dengan orang-orang seusia, membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan serta menyesuaikan diri dengan peran social secara luwes.dewasa akhir atau usia lanjut ditandai dengan adanya perubahan fisik yaitu perubahan pada fungsi system organ dalam dan psikologis yang cenderung berpengaruh dalam masalah penyesuaian diri pada usia lanjut seperti meningkatnya ketergantungan fisik dan ekonomi, membentuk kontak sosial yang baru. Berdasarkan perkembangan hidup manusia yang telah diulas sebelunnya maka penulis berusaha untuk memfokuskan objek penelitian pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI karena pada usia ini tergolong pada remaja akhir dengan usia 16/17 -18 tahun. Pada usia ini dalam diri remaja terdapat dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman sebaya yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang turut dapat memahami suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang bernilai dan pantas untuk dipuja sehingga minat serta pola pikirnya masih bisa berubah. Tetapi pada usia ini anak memiliki ego yang sangat tinggi sehingga orang tua tidak dapat memaksakan sesuatu hal kepada seorang anak. Pada masa remaja seorang anak mempunyai beragam minat dan impian yang masih mengambang sehingga diperlukan pengawasan dari orang tua agar nantinya seorang anak tidak salah dalam menentukan pilihan. b. Karakteristik laki-laki dan Perempuan Tuhan menciptakan manusia secara kodrat dibedakan menjadi dua jenis kelamin yaitu jenis kelamin laki-laki dan jenis kelamin perempuan. Hal ini berakibat pula pada perbedaan fisik dan psikisnya, sehingga laki-laki memiliki ciri-ciri biologis tersendiri yang berbeda dengan perempuan. Perbedaan yang terjadi pada manusia ada yang bersefat kodrat tetapi ada juga yang terbentuk berdasarkan stereotip budaya. Perbedaan
xlv
yang kodrat bersifat mutlak sehingga tidak dapat berubah, seperti perempuan itu dapat hamil, melahirkan, dan menyusui. Sifat yang kodrat tidak dapat berubah ataupun ditukar. Sedangkan untuk perbedaan yang terjadi karena pengaruh budaya sifatnya lebih longgar dan dapat tertukar meskipun hal itu tidak disukai dalam masyarakat. Misalnya seorang perempuan selalu dicitrakan seagai pribadi yang lembut, perasa, dan lemah sedangkan laki-laki adalah sosok yang kuat, maskulin, dan rasional. Tetapi pada kenyataannya juga ada laki-laki yang mempunyai sifat yang lembut, perasa, dan lemah. Berikut ini akan lebih di paparkan mengenai perbedaan fisik, perkembangan psikis, serta perkembangan minat yang dialami manusia yang sesuai dengan budaya dalam masyarakat. 1) Perbedaan fisik laki-laki dan perempuan. Pertumbuhan fisik laki-laki dan perempuan selalu berubah setiap masanya. Masing-masing masa ini mempunyai ciri dan kekhasan tersendiri.pertumbuhan fisik pada usia 16/17 -18 tahun sudah mencapai kematangannya. Fungsi organ-organ seksual sudah berfungsi secara optimal. Pada usia 16/17 -18 tahun penampilan fisik sudah terlihat matang dan mencapai puncak kekuatan dan energi dan ketekunan yang prima. Dengan kondisi fisiknya yang prima, motivasi, dan kekuatan luar biasa sehingga sering melakukan aktifitas yang beranekaragam seakan tidak pernah lelah.Menurut Elizabet B. Hurlock yang dialih bahasakan oleh Dra.Istiwidayanti dan Drs.Soedjarwo,M.Sc (1980: 211) Menyatakan bahwa “karakteristik fisik dapat dilihat dari tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh, organ seksual, dan cirri-ciri seksualitas”. Adapun penjelasan dari karakteristik fisik tersebut sebagai berikut : a) Tinggi badan Memasuki usia 16/17-18 tahun tinggi badan baik laki-laki maupun perempuan belum mencapai puncaknnya. Rata-rata perempuan mencapai tinggi yang matang antara usia 17 tahun atau 18 tahun dan rata-rata anak laki-laki setahun setelahnya atau 19 tahun. Anak yang pada masa bayi diberi imunisasi yang lengkap biasanya lebih tinggi dari usia ke usia daripada anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap karena biasanya anak yang imunisasinya kurang lengkap cenderung sering sakit sehingga menghambat pertumbuhan. b) Berat Badan
xlvi
Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi. Akan tetapi berat badan akan tersebar keseluruh bagian tubuh. Pada anak perempuan pertumbuhan berat badan yang berlebih pada masa remaja akhir akan memperburuk bentuk tubuhnya karena pada usia 18 tahun anak perempuan biasanya tidak lagi menunjukkan penambahan tinggi badan yang besar sehingga bertambahnya berat badan menjadi timbunan lemak menjadikan bentuk tubuh tidak lagi ideal. Sedangkan pada anak laki-laki penambahan berat badan pada remaja akhir tidak menjadi masalah kerena pada periode ini anak laki-laki masih berada pada periode pertumbuhan tinggi badan yang pesat. c) Proporsi Tubuh Pada 16/17-18 tahun proporsi tubuh sudah terbentuk dengan baik karena sudah terjadi kematangan fisik dan kematangan fungsi organ-organ seksual. Misalnya badannya melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu panjang. Baik laki-laki dan perempuan sudah mengalami proporsi tubuh yang ideal pada masa ini. d) Organ Seks Baik organ seks laki-laki maipun organ seks perempuan mencapai ukuran yang matang pada tahap remaja, sehingga sudah dapat melakukan fungsinya. Tetapi pada masa remaja seseorang belum siap untuk
bereproduksi karena untuk
bereproduksi disamping memerlukan kemampuan fisik juga harus didukung dengan kematangan pskis. Secara psikis pada usia 16/17-18 tahun seorang anak dianggap belum mampu untuk bereproduksi karena belum mempunyai kematagan emosi dan belum dapat bertanggungjawab penuh atas kelangsungan hidupnya da anak yang akan dilahirkan nantinya. e) Ciri-ciri Seksualitas Pada 16/17-18 tahun ciri-ciri seksualitasnya sudah matang tetapi belum siap melakukan tugas-tugas perkembangan orang dewasa dini. Perkembangan seksualitas laki-laki dan perempuan mengalami tanda atau ciri yang berbeda, akan tetapi keduanya pada usia ini sudah mencapai kematangan secara fisik dimana hormon seksual sudah berfungsi secara optimal. Ciri-ciri seksualitas dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu ciri seksualitas primer, sekunder, dan tersier.
xlvii
(1) Ciri-ciri Seks primer Ciri seks primer merupakan tanda/ciri kelamin yang utama dimana pada usia sekitar 16/17-18 tahun organ-organ seks yang utama sudah mencapai ukuran yang matang dan dapat melakukan fungsinya. Pada laki-laki kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan pertumbuhan testis yang sangat cepat dan mencapai ukuran matang dan sudah berfungsi optimal pada usia 20 atau 21 tahun. Matangnya organ-organ seks tersebut memungkinkan remaja pria (sekitar 14-15 tahun) mengalami “mimpi basah” (mimpi berhubungan seksual). Pada Perempuan, kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium (indung telur secara cepat, sehingga secara normal setiap bulan perempuan mengalami menstruasi akibat meleburnya sel telur apabila tidak dibuahi. (2) Ciri-ciri Seks Sekunder Terdapat tanda-tanda kelamin sekunder yang membedakan antara lakilaki dan perempuan yaitu : (a) Tumbuh rambut dibeberapa tempat, untuk perempuan keadaan rambut tersebut lebih halus disbanding dengan laki-laki, dan daerah/bagian tersebut lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. (b) Pada laki-laki tumbuh jakun, sedang perempuan tumbuh buah dada. (c) Suara pada laki-laki lebih merendah sedang perempuan lebih meninggi. (d) Pada laki-laki bahu dada semakin bidang, sedang perempuan membesar pinggulnya yang menyebabkan jalan perempuan melenggang sedang lakilaki jalannya tegap. (e) Otot-otot pada laki-laki kelihatan besar, sedang pada perempuan kelihatan lebih halus. (3) Ciri-ciri Seks Tersier Tanda-tanda kelamin tersier yang berwujud tanda-tanda psikis sebagai berikut: (a) Laki-laki menunjukkan kecenderungan mempergunakan kemampuan atau daya pikir, sedang perempuan lebih emosional.
xlviii
(b) Laki-laki tertarik pada sikap kejantanan, berani, gagah, suka melindungi (maskulin), sedangkan perempuan lebih tertarik pada sikap ingin dilindungi dan penuh kasih saying (feminism). (c) Laki-laki tertarik pada keinginan/pekerjaan diluar rumah, sedangkan perempuan cenderung melakukan pekerjaan/kegiatan yang ada di dalam rumah.
2) Perbedaan Psikis Laki-laki dan Perempuan Pada usia 16/17-18 tahun perkembangan fisik sudah mencapai kematangan secara optimal. Hal ini berdampak pada kedaan psikis individu dimana keadaan psikis mereka menjadi lebih komplek daripada masa perkembangan sebelumnya. Syamsu yusuf ( 2002: 101) menyatakan bahwa, ”Perkembangan psikis yang harus diperhatikan adalah dalam hal intelegensi, emosi, moral dan kepribadian, kehidupan sosial, dan kehidupan beragama”.
Perbedaan psikis tersebut dapat kami jelaskan sebagai berikut: a) Perkembangan Intelegensi Setiap individu memerlukan intelegensi untuk menyelesaikan masalah, sehingga apabila hasil intelegensinya berkembang dengan baik maka akan lebih cepat menyelesaikan masalah daripada yang intelegensinya kurang. Secara umum intelegensi (kecerdasan) diartikan sebagai suatu kemampuan mental yang abstrak dari seseorang untuk memecahkan problema yang dihadapi dalam kehidupan seharihari. Ditinjau dari perkembangan kognitif menurut Piaged, pada usia 16/17-18 tahun, remaja sudah mencapai tahap operasi formal dimana remaja sudah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. dengan kata lain berpikir boperasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sisitematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir konkret. Implikasi pendidikan atau bimbingan dari periode berpikir formal ini adalah perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir remaja.
xlix
Perbedaan intelegensi antara laki-laki da perempuan terutama dalam menyelesaikan masalah atau problema kehidupan sehari-hari dimana laki-laki lebih cenderung menggunakan kemampuan daya berpikir mereka, sedangkan perempuan lebih banyak menggunakan emosional. Hal ini dikarenakan secara sosial budaya masyarakat kita lebih menginginkan adanya kemampuan menyelesaikan masalah pada laki-laki sebab nantinya seorang laki-laki harus memimpin dan berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluarganya. b) Perkembangan Emosi Pertumbuhan fisik individu terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan emosi atau perasaan dan dorongan baru yang dialami pada masa sebelumnya, seperti perasaan cinta rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia 16/17-18 tahun merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pada remaja, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat temperamental (mudah tersinggung, marah, mudah sedih atau murung). Mencapai kematangan emosional merupakan tugas
perkembangan
yang sangat
sulit
bagi
remaja. Proses
pencapaiannya sangan dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungan terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Perbedaan karakteristik antara laki-laki da perempuan jika dilihat dari segi emosi yaitu perempuan lebih sering menggunakan emosinya dalam menyelesaikan masalah hidup dari pada laki-laki, hal ini disebabkan karena perempuan selalu diidentikkan sebagai seseorang yang mempunyai kasih sayang tinggi dan penuh kelembutan. Sedangkan laki-laki sering dididentikkan sebagai sosok yang lebih kuat, mandiri, serta maskulin. Perempuan seringkali terlalu larut dalam sisi emosional yang cerderung mendewakan perasaan. c) Perkembangan Moral dan Keribadian Moral dan kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap, dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosi, sosial, kognitif, dan nilai-nilai. Melalui pengalaman berinteraksi dengan orang tua, guru,
l
teman sebaya, orang dewasa lainnya, tingkat emosi dan kepribadian remaja lebih matang dibandingkan pada usia anak. Pada usia 16/17-18 tahun muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain. Pada masa ini juga merupakan saat berkembangnya jati diri. Perkembangan jati diri merupakan isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa. Apabila remaja dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang aspek-aspek pokok identitas, maka dia akan siap untuk berfungsi dalam pergaulannya yang sehat dengan teman sebaya, keluarga, atu masyarakat dewasa yang matang. Pada usia 16/17-18 tahun perkembangan moral dan kepribadian pada lakilaki biasanya lebih bebes darip pada perempuan. Seorang laki-laki lebih bebas dalam menentukan pandangan hidupnya serta mempunyai sikap yang mennantang pada kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakat yang dirasa tidak sesuai dengan dirinya. Sedangkan perempuan lebih menghargai dan menaati nilai-nilai yang ada dalam masyarakat serta mewujudkannya dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Hal ini terjad karena seorang anak erempuan harus selalu menjaga kehormatan dan nama baik keluarga sehingga setiap tindakannya selalu terpaku pada norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. d) Perkembangan Kehidupan Sosial Ramaja sebagai generasi muda penerus bangsa serta pemimpin di masa mendatang sangat diharapkan mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial yang tepat. Penyesuaian sosial dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi, dan relasi. Pada usia remaja berkembang kemampuan untuk memahami orang lain, remaja memahami orang lain sebagai pribadi yang unik baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai maupun perasaannya. Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut minat, sikap, nilai dan kepribadian. Pada masa ini juga berkembang sikap kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain. Perkembangan sikap konformitas ini dapat memberikan dampak yang positif maupun yang negatif pada dirinya. Sehingga diperlukan arahan serta pengawasan
li
yang intensif dari orang tua agar remaja tidak masuk dalam kelompok pergaulan yang negatif dan dapat tuimbuh menjadi pribadi yang unggul serta berkwalitas. Dengan kemampuan pikirnya seorang laki-laki biasanya lebih mempunyai kenginan untuk menguasai keadaan sedangkan perempuan lebih bersifat menerima tentang perubahan yang terjadi pada dirinya. Selain itu laki-laki sering dipengaruhi oleh satu nilai kehidupan sedangkan perempuan mempunyai keinginan yang tidak menentu. e) Perkembangan kehidupan Beragama Kemampuan
berpikir
abstrak
remaja
memungkinkan
untuk
dapat
menstranformasikan keyakinan beragamanya. Berkembangnya kesadaran atau keyakinan beragama berjalan seiring dengan mulainya remaja mulainya remaja menanyakan sumber-sumber otoritas dalam kehidupan. Pada remaja akhir yang berumur 16/17-18 tahun dimana terjadi perubahan fisik yang cepat sehingga memungkinkan terjadinya berbagai macan goncangan baik fisik maupun psikis. Hal ini dapat mengakibatkan kepercayaan terhadap tuhan kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi kurang. Penghayatan rohaninya cenderung skeptis sehingga terkadang muncul keengganan dan kemalasan untuk melakukan berbagai kegiatan ibadah ritual yang selama ini dilakukan dengan penuh kepatuhan. Apabila remaja kurang mendapatkan bimbingan keagamaan dalam keluarga maka dapat memicu berkembangnya sikap dan perilaku remaja yang kurang baik atau asusiala seperti pergaulan bebas, minum-minuman keras, menghisap ganja, dan menjadi trouble maker (pengganggu ketertiban atau pembuat keonaran) dalam masyarakat. Perbedaan laki-laki dan perempuan dalm hal beragama yaitu perempuan lebih berminat mengikuti kegiatan keagamaan serta lebih patuh dari pada laki-laki c. Perkembangan Minat Laki-laki dan Perempuan Minat merupakan perasaan senang, tertarik, memiliki kehendak, kemauan, perhatian, penilaian yang positif, dan kecenderungan untuk melakukan sesuatu, yang disukai. Minat juga dapat diartikan sebagai usaha dan kemauan untuk mempelajari dan mencari sesuatu. Dalam pembahasan ini akan difokuskan pada perkembangan minat pada remaja madya yang dimulai dari usia 14-18 tahun. Adapun minat pada remaja madya tidak ada yang bersifat universal karena tergantung pada seks, intelegensi, lingkungan dimana dia hidup, kesempatan untuk mengembangkan minat, minat teman-
lii
teman sebaya, status dalam kelompok sosial, kemampuan bawaan, minat keluarga dan banyak faktor lain. Menurut Hurlock yang dialih bahasakan oleh Dra.Istiwidayanti dan Drs.Soedjarwo,M.Sc (1980: 217) ”Semua remaja sedikit banyak memiliki minat dan dia juga memiliki minat khusus tertentu yang terdiri dari beberapa kategori, yang terpenting diantaranya adalah minat rekreasi, minat pribadi, minat pada pekerjaan, dan minat pada simbol status”.
Adapun penjelasan dari minat pada remaja tersebut adalah sebagai berikut: 1) Minat Rekreasi Selama masa remaja, remaja cenderung menghentikan aktivitas rekreasi yang banyak menuntut pengorbanan tenaga serta aktivitas rekreasi yang di dalamnya dia bertindak sebagai pengamat yang pasif. Pola permainan yang kekanak-kanakan berangsur-angsur menghilang dan diganti dengan bentuk rekreasi baru yang lebih matang. Karena banyaknya tekanan dari tugas-tugas sekolah, tugas-tugas rumah, kegiatan ekstrakulikuler, dan tugas-tugas lainnya maka sebagian besar remaja tidak lagi mempunyai banyak waktu untuk berekreasi seperti saat dia masih pada masa kanak-kanak. Oleh karena itu mereka memilih kegiatan yang benar-benar mereka sukai atau kuasai. Perbedaan laki-laki dan perempuan dalam memilih kegiatan rekreasi tyang mereka lakukan sangat besar. Seorang anak laki-laki biasanya lebih bebas dalam melakukan kegiatan rekreasi yang mereka inginkan. Hal ini terjadi karena orang tua lebih memberikan kebebasan dalam melakukan berbagai macam kegiatan pada anak laki-laki daripada anak perempuan, sehingga anak laki-laki lebih banyak melakukan kegiatan diluar rumah sedangkan anak perempuan lebih banyak melakukan kegiatan rekreasi yang dapat dilakukan di dalam rumah. Banyaknya rekreasi yang diikuti remaja juga dipengaruhi oleh derajat kepopulerannya karena banyakjenis rekreasi yang memerlukan partisipasi kelompok sebaya, maka remaja yang tidak mempunyai klik terpaksa memusatkan perhatian pada rekreasi yang dapat dilakukan sendiri. 2) Minat Pribadi
liii
Minat pada diri sendiri adalah minat yang terkuat ada diri remaja karena mereka sadar bahwa dukungan sosial sangat dipengaruhi oleh penampilan pribadi mereka dan mengetahui kelompok sosial menilai dirinya berdasarkan benda-benda yang dimiliki, kemandirian, keanggotaan sosial, dan banyaknya uang yang dibelanjakan karena minat pribadi pada remaja tidak dapat dipisahkan darin simbol status. Simbol status yang mengangkat wibawa remaja diantara teman-teman sebaya dan memperbesar kesempatan untuk memperoleh dukungan sosial yang lebih besar. Simbol status pada remaja juga dapet mereka peroleh melalui prestasi yang telah diraih karena selain memberikan kepuasan secara pribadi prestasi juga dapat memberikan ketenaran pada remaja. Ini sebabnya mengapa prestasi baik dalam olah raga, tugas-tugas sekolah, maupun berbagai kegiatan sosial menjadi minat yang kuat sepanjang masa remaja. Perbedaan minat pribadi pada laki-laki dan perempuan lebih pada spesialisasinya. Pada anak perempuan usia 16/17-18 tahun biasanya lebih menekankan minatnya pada penampilan diri. Anak perempuan berusaha mengaktualisasikan dirinya melalui penampilan fisik, sedangkan perempuan yang mempunyai karakter fisik yang kurang akan memilih untuk menggali potensi akademiknya untuk memperoleh simbol status dalam lingkungannya. Sedangkan anak laki-laki lebih banyak mempunyai minat dalam bidang olah raga. Disini, lakilaki menunjukkan siapa dirinya. Prestasi yang menonjol dalam bidang olah raga dapat meningkatkan prestis anak laki-laki dalam lingkungan pergaulannya. 3) Minat pada Pekerjaan Pada remaja akhir yang berusia 16/17-18 tahun mulai memikirkan masa depan mereka secara bersungguh-sungguh karena tidak setiap anak nantinya mempunyai kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka remaja mulai memikirkan pekerjaan apa yang akan mereka geluti setelah lulus sekolah nanti. Sedangkan remaja yang mempunyai kesempatan untuk melanjutka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi mulai memikirkan jurusan apa yang akan mereka ambil sehingga tidak ada penyesalan dikemudian hari. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam minat pada pekerjaan, anak laki-laki biasanya lebih bersungguh-sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan
liv
dengan anak perempuan karena perempuan kebanyakan memandang pekerjaan sebagai kegiatan untuk membantu menyokong perekonomian keluarga yang dimilikinya nanti sedangkan laki-laki adalah tulang punggung keluarga yang utama. Oleh karena itu anak laki-laki menginkan pekerjaan yang menarik dan mempunyai prospek ekonomi tingg9 seperti hukum atau insinyur sesuai dengan stereotip yang disajikan dalam masyarakat tanpa memperhatikan kemampuan yang mereka miliki. Sehingga arahan dan bimbingan dari orang tua sangat diperlukan pada masa-masa ini agar nantinya anak tidak mengalami kekecewaan dengan kenyataan yang akan dia dapat di dunia pekerjaan sesungguhnya. 4) Minat pada Simbol Status Simbol status merupakan simbol prestis yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya lebih tinggi atau lebih rendah dari orang lain.selama masa remaja simbol status berfungsi untuk menunjukkan pada orang lain bahwa dia mempunyai status yang lebih tinggi daripada teman-teman sebayanya serta menunjukkan bahwa mereka
adalah
pribadi
yang
hampir
dewasa
sehingga
sudah
bisa
mempertanggungjawabkan apa yang mereka lakukan. Hal ini seringkali membuat remaja tumbuh menjadi sosok yang arogan, dan sulit untuk diatur. Simbol status pada laki-laki biasanya diperoleh elalui prestasinya dalam bidang olah raga dan kekayaan yang dimiliki oleh orang tuanya, sedangkan ada perempuan simbol status dapat diperoleh melalui penempilan fisik dan barangbarang yang mereka pakai. Pada masa ini orang tua tidak dapat memaksakan kehendaknya pada remaja karena semakin mereka mendapatkan tekakan maka perlawanan yang mereka lakukan akan semakin kuat. Pada masa ini orang tua hendaknya menempatkan diri sebagai kawan bagi anak yang
hanya dapat
mengawasi anaknya dari belakang sehingga dapat menjaga anaknya dari bahaya pergaulan yang menyimpang. Tabel 1. Perbedaan Laki-laki dan Perempuan No 1
Aspek Fisik
Laki-laki
Perempuan
Tinggi: Mencapai
Tinggi: tinggi
yang Mencapai tinggi yang matang
lv
matang pada usia 19 tahun.
pada usia 18 tahun.
Berat: Prubahan
berat
badan Berat:
mengikuti tinggi badan yaitu Prubahan sekitar usia 19 tahun.
berat
badan
mengikuti tinggi badan yaitu sekitar usia 18 tahun.
Proporsi tubuh: Proporsi tubuh secara fisik Proporsi tubuh: sudah ideal (tidak terlalu Proporsi tubuh secara fisik panjang dan tidak terlalu sudah melebar).
ideal
panjang
(tidak
terlalu
tidak
terlalu
akhir
sudah
dan
melebar). Organ seks: Pada remaja akhir sudah Organ seks: mencapai kematangan dan Pada dapat
bekerja
remaja
sesuai mencapai
fungsinya secara optimal.
kematangan
dan
dapat bekerja sesuai fungsinya secara optimal.
Ciri-ciri seksualitas: Ciri seks primer: Pertumbuhan
testi
Ciri-ciri seksualitas: sudah Ciri seks primer:
mencapai ukuran matang dan Tumbuhnya fungsinya sudah optimal.
dan
rahim,
ovarium
dan
vagina, setiap
bulannya secara normal terjadi menstruasi apabila sel telur tidak dibuahi. Ciri seks sekunder: Bagian
tubuhnya
banyak Ciri seks sekunder:
ditumbuhi rambut.
Bagian
tubuhnya
banyak
ditumbuhi rambut yang lebih
lvi
Tumbuh jakun.
halus daripada pada laki-laki.
Suara merendah.
Tumbuh buah dada.
Bahu dan dada bidang.
Suara meninggi.
Otot tampak lebih besar.
Pinggulnya membesar. Otot tampak lebih halus.
Ciri seks tersier: Mempergunakan akal.
Ciri seks tersier:
Kecenderungan akal.
Banyak
Sikap maskulin.
perasaan.
mempergunakan
Tertarik pada pekerjaan di Sikap maskulin. luar rumah.
Tertarik pada pekerjaan di dalam rumah.
2
Psikologis
Intelegensi: Lebih
Intelegensi:
rasional
dalam Kurang dapat berpikir abstrak
menghadapi masalah.
dan
lebih
menggunakan
perasaaan..
Perasaan:
Perasaan:
Maskulin (mandiri, kuat).
Feminim (lembut, penuh kasih sayang).
Moral dan kepribadian: Babas
dalam
pandangan
Moral dan kepribadian:
memilih Menghargai nilai dan norma
hidup
dan dalam masyarakat dan sangat
menentang nilai-nilai dalam mematuhinya. masyarakat yang tidak sesuai dengan kepribadiannya.
Kegamaan:
Kegamaan:
Laki-laki kurang minatnya Perempuan lebih berminat
lvii
3
Minat
dalam kegiatan keagamaan.
dalam kegiatan keagamaan.
Rekreasi:
Rekreasi:
Lebih
memilih
kegiatan Lebih
memilih
kegiatan
rekreasi di luar rumah.
rekreasi di dalam rumah.
Pribadi:
Pribadi:
Mempunyai
minat
yang Mempunyai minat yang besar
besar pada olah raga.
pada penampilan dan kegiatan akademik.
Pekerjaan: Lebih
Pekerjaan:
bersungguh-sungguh Menganggap bekerja hanya
dalam
pekerjaan
mempunyai
dan sebagai
pembantu
dalam
minat
pada menopang ekonomi keluarga
dengan
nilai yang dimiliki nantinya, serta
ekonomi yang tinggi.
memilih pekerjaan yang tidak
pekerjaan
mengandalakan tenaga fisik.
Simbol status:
Simbol status:
Diperoleh dari prestasi olah Diperoleh raga dan kekayaan
yang dan
dimiliki.
dari atribut
penampilan yang
dikenakannya.
3. Tinjauan tentang Pekerjaan Orang Tua a. Pengertian Orang Tua Keluarga merupakan kelompok masyarakat paling kecil serta lingkungan pertama yang paling dekat dalam diri individu. Dalam struktur keluarga terdiri dari dua unsur yaitu orang tua dan anak. Orang tua merupakan orang pertama yang memberikan pengetahuan kepada seorang anak mengenai hal-hal yang ada disekitar lingkungannya serta memberikan perlindungan kepada anak dari bahaya-bahaya pada masa pertumbuhannya sehingga perkembangan dan pertumbuhan seorang anak sangat
lviii
tergantung pada orang tua. Selain itu orang tua sangat berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak. 1) Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyanti (2001: 177) ” Orang tua adalah pemimpin keluarga, sebagai penanggungjawab atas keselamatan warganya di dunia dan khususnya di akhirat”. Pernyataan diatas memiliki makna bahwa orang tua adalah pengemudi dan penentu arah dalam suatu keluarga. Setiap keputusan yang diambil oleh orang tua akan menjadi penentu nasip dari seluruh anggota keluarga nantinya apakah akan menjadi keluarga yang harmonis atau keluarga yang retak. Oleh karena itu setiap keputusan yang akan diambil sebaiknya dipertimbangkan dengan masak sehingga tidak terjadi penyesalan dikemudian hari. Disamping itu orang tua juga harus mempertimbangkan apakah keputusan yang diambil itu sesuai denga norma yang berlaku dalam masyarakat dan sesuai dengan kaidah agama karena orang tua juga mempunyai tugas sebagai penanggungjawab atas keselamatan seluruh anggota keluarganya baik di dunia maupun di akhirat. 2) Menurut Diniarti F. Soe”oed dalam T.O Ihromi (1999: 36) ” Orang tua adalah ayah dan ibu yang berkewajiban terhadap proses sosialisasi dimasa kanak-kanak dan untuk membentuk kepribadian anak-anaknya”. Bardasarkan pernyataan tersebut maka orang tua adalah seseorang yang akan menentukan keberhasilan anak dalam bersosialisasi dengan lngkungannya dimasa yang akan datang. Hal ini terjadi karena orang tualah merupakan orang pertama yang dikenal oleh seorang anak dan menghubungkannya dengan lingkunagan disekitarnya sehigga seorang anak akan melakukan imitasi dari pola perilaku orang tuanya. Hubungan anak dengan orang tua mempunyai pengaruh dalam perkembangan anak. Anak yang merasakan adanya hubungan yang hangat dengan orang tuanya akan merasa disenangi dan mendapatkan perlakuan yang yag baik sehingga akan dengan mudah mengikuti kebiasaan orang tuanya sehingga orang tua harus berhati-hati dalam memberikan contoh kepada anaknya karena cotoh tersebut akan menjadi landasan dari sifat dan kepribadia anak dan nantinya akan sangat menentukan karakteristik dari anak tersebut.
lix
3) Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (1990 :24) ”Orang tua adalah suami istri yang akan memusatkan perhatian yang lebih banyak terhadap anak-anaknya sendiri misalnya pendapatan orang tua akan dipusatkan penuh untuk kepentingan anak”. Dari pernyataan tersebut maka orang tua merupakan kesatuan dari suami dan istri yang akan mencurahkan seluruh perhatian, kasih sayang, serta kemampuan yang mereka miliki demi kesejahteraan hidup anak-anaknya. Orang tua akan bekerja keras untuk memenuhi seluruh kebutuhan dari anak-anaknya sehingga kehidupan anak dapat terjamin dengan baik. Orang tua seringkali mengorbankan keingiankeinginan pribadinya demi memenuhi keinginan putra-putrinya, hal ini terjadi karena orang tua merasa mempunyai tanggung jawab untuk menjamin kesejahteraan dari anaknya sampai batas-batas tertentu dimana seorang anak dirasa telah mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Seringkali orang tua masih memberikan bantuan pada anak mereka
padahal anak tersebut sudah membentuk keluarga
sendiri, hal ini terjadi karena kasih sayang orang tua yang berlimpah kepada anaknya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah suami istri atau ayah dan ibu yang akan melimpahkan seluruh kasih sayang serta perhatiannya kepada seorang anak serta bertanggung jawab pada kehidupan anak selagi anak tersebut masih kecil karena pada masa inilah sikap mental anak sedang terbentuk dan nantinya akan menjadi pondasi kepribadian dari seorang anak. Sebisa mungkin orang tua harus memberikan pengenalan lingkungan yang baik pada anak karena jika seorang anak tumbuh pada lingkungan yang buruk maka anak akan membawa pengaruh buruk dari lingkungan tersebut hingga dia dewasa, hal ini sesuai dengan pendapat Saint Alphonsus Liguori (Http://catholicpamphlets.net/pamphlets/ADVICE-TO-PARENTS. pdf) yang menyatakan bahwa: When a young person has lived in evil habits, his bones will be filled with the vices of his youth, so that he will carry them to the grave, and the impurities, blasphemies, and hatred to which he was accustomed in his youth, will accompany him to the grave, and will sleep with him after his bones are reduces to dust and ashes. It is very easy, when they are small, to train children to habith of virtue, but, when they have come manhood, it is aqually diffecult to correct them, if they have learned habith of vice.
lx
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa ketika manusia muda (anak) tinggal di suatu lingkungan yang buruk, maka dirinya akan diisi dengan masa-masa yang buruk, jadi dia (anak) akan membawan hal-hal yang buruk sehingga sifat –sifat yang buruk telah menyatu dalam kepribadiannya dan terus berlanjut mengikuti pertumbuhannya. Pengaruh buruk ini akan sangat mudah masuk pada diri anak ketika mereka kecil, sehingga ketika mereka telah menjadi manusia yang lebih dewasa akan sulit untuk mengubah mereka menjadi baik karena mereka telah mempelajari lingkungan yang buruk sejak kecil. Oleh karena itu orang tua harus sangat berhati-hati dalam memberikan pengajaran pada seorang anak, orang tua harus memberikan pengawasan dan arahan pada anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya, memberikan pendidikan dan pegetahuan mendasar pada diri anak yang sesuai dengan adat, nilai, kebudayaan, serta norma agama sehingga anak tersebut dapat tumbuh menjadi pribadi yang berkwalitas serta berbudi luhur. Orang tua akan terus memberikan bantuan moral maupun finansial kepada seorang anak sampai pada batas-batas tertentu dimana seorang anak dirasa mampu untuk hidup mandiri dan dapat mempertanggungjawabkan seluruh keputusan yang diambilnya. b. Pengertian Pekerjaan Pekerjaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Betapa orang akan merasa sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi kalau sampai menjadi penganggur. Demikian pula banyak orang yang mengalami stres dan frustrasi dalam hidup ini karena masalah pekerjaan. Pekerjaan memiliki peran yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomis, sosial, dan psikologis. Secara ekonomis orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan atau uang yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa guna mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Secara sosial orang yang memiliki pekerjaan akan lebih dihargai oleh masyarakat daripada orang yang menganggur. Secara sosial orang yang bekerja mendapat status sosial yang lebih terhormat daripada yang tidak bekerja. Lebih jauh lagi orang yang memiliki pekerjaan secara psikologis akan meningkatkan harga diri dan kompetensi diri. Pekerjaan juga dapat menjadi wahana yang subur untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki individu.
lxi
1) Menurut Suroto (1992:15) “Pekerjaan adalah setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa bagi diri sendiri atau orang lain, baik orang yang melakukan dibayar atau tidak. Pada jaman modern seperti ini yang memberikan kesejahteraan kepeda keluarga adalah terutama pendapatan yang diperoleh dari kehidupan diluar rumah tangga. Oleh karenanya maka pengertian pekerjaan dibatasi pada kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa untuk dijual kepada orang lain diluar rumah tangganya, atau pasar guna memperoleh pendapatan bagi keluarga, pekerjaan juga harus sesuai dengan nilai sosial yang berlaku ” Pernyataan diatas memiliki makna bahwa pekerjaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh individu dan menghasilkan barang atau jasa. Pada jaman modern pekerjaan dibatasi pada hal-hal yang dapat dijadikan sebagai sumber ekonomi bagi individu. Setiap manusia akan selalu membutuhkan pekerjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya karena pekerjaan merupakan sarana guna mendapatkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan seharihari. Selain itu kegiatan yang dianggap sebagai suatu pekerjaan adalah kegiatan yang sesuai dengan nilai dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Meskipun suatu pekerjaan mendatangkan penghasilan yang besar, namun kalau bertentangan dengan norma-norma hukum, agama, atau kesusilaan masyarakat, kegiatan itu tidak termasuk dalam kategori pekerjaan. 2) Siswanto Sastrohadiwirya (2003:127) mengemukakan bahwa “pekerjaan adalah sekumpulan atau sekelompok tugas dan tanggungjawab yang akan, sedang, dan telah dikerjakan oleh tenaga kerja dalam kurun waktu tertentu”. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pekerjaan merupakan segala jenis kegiatan, tugas, atau aktivitas yang hasilnya memerlukan pertanggungjawaban dari individu yang melaksanakan kegiatan tersebut serta harus dilaksanakan dalam kurun waktu
tertentu
yang
sudah
ditentukan.
Apabila
individu
dapat
mempertanggungjawabkan tugas yang diberikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan maka akan diperoleh imbalan sesuai dengan tanggug jawabnya. 3) Wikipedia
bahasa
Indonesia,
ensiklopedia
bebas
(http://www.wikipedia.com/pekerjaan.html) “Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang”.
lxii
Pernyataan diatas memiliki makna bahwa pekerjaan dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang dlakukan oleh individu yang kemudian dibatasi hanya pada kegiatan-kegiatan yang dapat mendatangkan penghasilan berupa uang. Dari sini dapat kita lihat bahwa apapun kegiatan yang dilakukan oleh individu bisa dikatakan sebagai pekerjaan, namun arti pekerjaan yang dikenal luas dalam masyarakat hanya kegiatan-kegiatan yang menghasilkan uang karena setiap individividu hanya dapat melangsungkan hidupnya dengan normal bila mempunyai uang sebagai penghasilan. Uang merupakan alat tukar utama yang digunakan untuk memperudah kehidupan manusia. Tanpa adanya uang individu akan sulit untuk menjalani kehidupa sesuai dengan budaya yang berlaku dalam masyarakat. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaaan merupakan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri maupun orang lain dalam kurun waktu tertentu untuk mendapatkan penghasilan berupa uang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu kegiatan yang dianggap sebagai pekerjaan harus sesuai dengan nilai sosial dan budaya yang berlaku dalam masyarakat serta dapat dipertanggungjawabkan dalam kurun waktu yang telah ditentukan oleh pihak yang bekerja. Imbalan yang akan diperoleh dari suatu pekerjaan disesuaikan dengan perttanggungjawaban yang telah diberikan oleh individu. Jadi semakin besar tanggung jawab yang diemban oleh seorang individu maka semakin besar pula penghasilan yang akn dia peroleh. Pekerjaan dapat berpengaruh pada pembentukan perilaku individu dan pengalaman pekerjaan yang diperoleh dapat membantu dia dalam melaksanakan tugas yang diberikan. c. Jenis-Jenis Pekerjaan Pada hakekatnya bekerja merupakan kodrat manusia. Pekerjaan merupakan salah satu komponen yang menentukan kebahagiaan pada manusia dewasa, karena ketika seorang individu sudah mencapai tahap kedewasaan maka status yang akan melekat dalam dirinya akan sangat tergantung pada pekerjaan apa yang dia miliki. Orang yang mempunyai pekerjaan akan dianggap mempunyai potensi yang lebih tinggi daripada orang yang menganggur meski terkadang pekerjaan yang dimiliki tidak menghasilan pendapatan yang dapat mencukupi seluruh kebutuhan hidupnya.
lxiii
Menurut SiswantoSaatrohadiwiryo (2003: 27) menyatakan bahwa “Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia yang didalamnya meliputi buruh, karyawan, dan pegawai”. Sedangkan menurut T. Hani Handoko (1991: 123) ada beberapa jenis penggolongan pekerjaan yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Tenaga professional, teknisi, dan sejenisnya Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan Tenaga usaha penjualan Tenagausaha jasa Tenaga usaha pertanian dan perikanan Tenaga produksi, operasional alat alat angkutan dan pekerja kasar Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
jenis-jenis pekerjaan yaitu: 1) Buruh 2) Tenaga usaha pertanian dan perikanan 3) Pegawai ( Pegawai Negeri Sipil) 4) Tenaga usaha penjualan 5) Tenaga usaha jasa Berdasarkan jenis-jenis pekerjaan diatas maka dapat kami jelaskan sebagai berikut: 1) Buruh Pekerjaan ini tidak membutuhkan jenjang pendidikan tertentu karena pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang tidak banyak menggunakan kemampuan berpikir tetapi lebih kepada penggunaan tenaga. Meskipun demikian pekerjaan sebagai buruh tetap saja membutuhkan keahlian atau kemampuan karena semakin ahli seseorang dalam melakukan pekerjaannya maka semakin cepat pekerjaan tersebut akan diselesaikan. Seorang buruh biasanya bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, baik lisan maupun tertulis tetapi biasanya imbalan diberikan secara harian. Contoh: para pekerja pabrik, sopir, kuli dan lain-lain. 2) Tenaga usaha pertanian dan perikanan Pekerjaan dalam bidang pertanian dan perikanan ada yang membutuhkan jenjang pendidikan tertentu tapi ada juga yang tidak. Pekerjaan ini lebih banyak
lxiv
membutuhkan keahlian dan keuletan serta ketekunan selain itu pekerjaan ini juga sangat membutuhkan ketelatenan karena bila terjadi ketelodoran akan mempunyai danpak yang fatal. Contoh: petani, penjual bibit tanaman, peternak, nelayan, dan lain-lain. 3) Pegawai ( Pegawai Negeri Sipil) Pegawai negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas jabatan negeri atau tugas negara yang diterapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan digaji menurut perundang-undangan yang berlaku. Untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS) dibutuhkan keahlian atau jenjang pendidikan tertentukarena jenis pekerjaaan ini tidak bisa dipahami dengan mudah misalnya hanya dengan melihat, tetapi dibutuhkan pelatihan, pendidikan, dan pengawasan dari orang yang benar-benar ahli di bidanganya. Contoh pekerjaan ini adalah: dokter, perawat, guru, jaksa dan lainlain. 4) Tenaga usaha penjualan Tenaga ini tidak memerlukan pendidikan khusus tetapi tetap membutuhkan suatu keahlian. Keahlian dalam usaha penjualan biasanya berasal dari bakat alamiah yang diperoleh secara turun temurun. Sesaeorang yang akan bergelut dalam usaha bidang penjualan harus mempunyai kemampuan komunkasi yang baik, ramah, mudah bergaul, tekun, dan ulet. Contoh: pedagang, salesman, salesgirl. 5) Tenaga usaha jasa Berbeda dengan usaha penjualan yang menawarkan barang, usaha jasa lebih menawarkan perihal jasa. Seseorang yang menekuni usaha jasa harus memiliki keahlian tertentu karena keberhasilan dari usaha jasa terletak pada kemampuan atau keahlian dari pelakunya, keahlian tersebut didapat melalui jalur pendidikan formal/non formal. Contoh: jasa antar barang, jasa potong rambut dan rias pengantin, jasa angkutan . Dalam penelitian ini jenis-jenis pekerjaan akan lebih dipersempit lagi menjadi pekerjaan sebagai Pegawai Negeri (PNS) dan Non Pegawai Negeri (Non PNS). Hal ini bertujuan agar diperoleh hasil yang lebih mendalam.
lxv
d. Makna Pekerjaan Pekerjaan mempunyai peran yang sangat komplek dalam hidup manusia. Pekerjaan tidak hanya dinilai dari berapa rupiah yang dapat diperoleh bila kita melakukannya tetapi seringkali juga dinilai dengan seberapa besar eksistensi dari individu yang melakukan pekerjaan tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena serigkali kita jumpai pekerjaan-pekerjaan yang tidak mempunyai nilai ekonomi yang tinggi tetapi mempunyai status yang terhormat di mata masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan setiap pekerjaan mempunyai makna yang berbeda pada setiap diri individu. Berikut ini merupakan makna pekerjaan bagi individu (http://lautze.blogspot.com/2008/06/makna-pekerjaan.htm): 1) Pekerjaan sebagai sarana untuk mencari nafkah 2) Pekerjaan sebagai sarana untuk mengekspresikan dan mengembangkan potensi diri 3) Pekerjaan sebagai sarana untuk belajar hal-hal baru 4) Pekerjaan sebagai sarana untuk memperluas jaringan. 5) Pekerjaan sebagai sarana untuk melayani orang lain. 6) Pekerjaan sebagai sarana untuk mempersiapkan diri menjadi wirausaha (entrepreneur) 7) Pekerjaan sebagai sarana ibadah
Makna pekerjaan diatas akan kami jelaskan sebagai berikut: 1) Pekerjaan sebagai sarana untuk mencari nafkah Tampaknya pekerjaan sebagai sarana untuk mencari nafkah merupakan makna pekerjaan yang paling dasar dan ada dalam diri setiap pencari kerja. Hal ini didorong oleh budaya mastarakat yang mengharuskan individu yang telah mencapai usia tertentu untuk mampu hidup mandiri sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain Seseorang akan berusaha menemukan pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhan hidupnya. Cara pandang seperti ini tidaklah salah namun jika seseorang hanya memandang pekerjaan sebagai sarana untuk mencari nafkah maka ia akan cepat merasa bosan dan melihat pekerjaannya sebagai sebuah beban sehingga sulit untuk menemukan kesenangan dalam bekerja. 2) Pekerjaan sebagai sarana untuk mengekspresikan dan mengembangkan potensi diri
lxvi
Seseorang sering mengungkapkan bahwa dia menyukai suatu pekerjaan karena melalui pekerjaan tersebut mereka menemukan siapa diri mereka. Mereka dapat mencurahkan segala sesuatu yang ada dalam diri mereka melalui pekerjaan yang digeluti. Disamping itu pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan potensi diri. Contohnya: seorang mahasiswa sejak kuliah sangat aktif menulis untuk media kampus. Suatu ketika, saat musim liburan semester, ia mendapat kesempatan untuk magang di sebuah majalah berita mingguan terkemuka. Kesempatan magang tersebut tidak disia-siakan. Ia memanfaatkannya semaksimal mungkin dengan belajar dari wartawan-wartawan senior di kantornya. Ia juga tidak segan-segan meminta masukan atas tulisan yang dibuatnya dan bersikap terbuka untuk terus memperbaiki diri. Seusai masa magang ia kemudian memperoleh pekerjaan di majalah yang sama. Tekadnya untuk terus mengembangkan diri membuatnya mengambil kursus jurnalistik tingkat lanjut dengan biaya sendiri. Ia juga membeli puluhan buku jurnalistik, membacanya dan mendiskusikannya dengan mereka yang dianggap ahli di bidang tersebut. Akhirnya kualitas tulisannya telah meningkat jauh. Ia juga telah berhasil menulis sejumlah buku yang masuk kategori best seller. 3) Pekerjaan sebagai sarana untuk belajar hal-hal baru Pekerjaan sebagai sarana untuk belajar hal-hal baru karena dalam melaukan suatu pekerjaan seringkali kita menemukan perkembangan atau cara baru agar dapat mempermudah dalam melakukan pekerjaan tersebut atau pengetahuan- pengetahuan baru yang dapat kita pergunakan untuk menyelasaikan perkerjaan yang lain. Hal ini dapat terjadi bila kita mencintai pekerjaan yang kita geluti, karena rasa cinta pada pekerjaan akan menimbulkan keinginan untuk terus belajar dan terus berprestasi. 4) Pekerjaan sebagai sarana untuk memperluas jaringan. Pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana untuk memperluas jaringan karena untuk mencapai kesuksesan dalam suatu pekerjaan kita harus dapat menjalin hubungan dengan orang lain. Melalui hubungan inilah maka nantinya segala macam informasi dapat dengan mudah kita peroleh. Perluasan jaringan dapat kita lakukan dengan melakukan pertemuan dengan orang-orang dari sektor usaha yang sama atau dengan menjadi anggota suatu mailing list yang berhubungan dengan pekerjaan kita.
lxvii
Dari hubungan ini kiota dapat memperoleh masukan atau cara-cara untuk megembangkan pekerjaan kita. 5) Pekerjaan sebagai sarana untuk melayani orang lain. Pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana untuk melayani orang lain Betapa berartinya hidup jika kita menyadari apa yang kita lakukan membawa manfaat bagi sesama dan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup orang lain atau membantu mereka memecahkan suatu masalah. Sayangnya, masih banyak orang yang cenderung mengutamakan profit atau upah di atas segalanya. Padahal jika kita mau memberikan yang terbaik, semuanya itu akan datang dengan sendirinya. Seperti pepatah yang mengatakan apa yang kita tabur akan kita tuai.
6) Pekerjaan
sebagai
sarana
untuk
mempersiapkan
diri
menjadi
wirausaha
(entrepreneur) Pekerjaan sebagai sarana untuk mempersiapkan diri menjadi wirausaha (entrepreneur) karena melalui pekerjaan yang kita geluti kita dapat belajar untuk mengembangkan kemampuan yang kita miliki. Dari sini kita dapat melihat celahcelah yang memungkinkan kita untuk maju dan terus berkembang. Contohnya: seseorang yang bekerja pada industri ketering dapat belajar untuk membuat berbagai macam jenis makanan. Orang ini terus belajar dan berusaha menciptakan jenis-jenis makanan yang baru sampai akhirnya dia merasa telah mampu baik dalam kemampuan maupun financial untuk menjalankan usaha ketering maka dia memutuskan untuk keluar dan membuka usaha ketering sendiri. 7) Pekerjaan sebagai sarana ibadah Pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana ibadah bila kita melakukan pekerjaan itu dengan tulus. Contohnya adalah pekerjaan sebagai seorang guru. Kita sering mendengar istilah guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, hal ni merupakan suatu ungkapan yang diberikan kepada seorang guru karena tugasnya yang sangat berat. Guru tidak hanya bertugas untuk mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya tetapi juga harus membimbing seorang murid untuk menjadi seseorang yang berkwalitas karena murid ini nantinya akan menjadi generasi muda
lxviii
yang akan melanjutkan perjuangan generasi yang telah lalu untuk mewujudkan suatu kehidupan bangsa yang makmur dan bermartabat. e. Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia dewasa yang sehat, di mana pun dan kapan pun mereka berada. Betapa orang akan merasa sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi kalau sampai menjadi penganggur. Demikian pula banyak orang yang mengalami stres dan frustrasi dalam hidup ini karena masalah pekerjaan. Pekerjaaan dapat diartikan sebagai kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri maupun orang lain dalam kurun waktu tertentu untuk mendapatkan penghasilan berupa uang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu kegiatan yang dianggap sebagai pekerjaan harus sesuai dengan nilai sosial dan budaya yang berlaku dalam masyarakat serta dapat dipertanggungjawabkan dalam kurun waktu yang telah ditentukan oleh pihak yang bekerja. Imbalan yang akan diperoleh dari suatu pekerjaan disesuaikan dengan pertanggungjawaban yang telah diberikan oleh individu. Sedangkan orang tua adalah suami istri atau ayah dan ibu yang akan melimpahkan seluruh kasih sayang serta perhatiannya kepada seorang anak serta bertanggung jawab pada kehidupan anak selagi anak tersebut masih kecil. Orang tua akan membantu anak tersebut dalam bersosialisasi dengan lingkungannya, memberikan pendidikan dan pegetahuan mendasar pada diri anak yang sesuai dengan adat, nilai, kebudayaan, serta norma agama sehingga anak tersebut dapat tumbuh menjadi pribadi yang berkwalitas serta berbudi luhur. Pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab kenalnya anak dengan alam luar, sehingga setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu. Orang tua bertanggungjawab untuk memberikan pendidikan yang baik pada anak-anaknya. Namun karena orang tua tidak bisa secara maksimal melakukan hal itu, terhalang oleh beban pekerjaannya, maka tugas diserahkan pada sekolah. Rupanya kehadiran sekolah mampu menjawab kegelisahan orang tua akan pendidikan anaknya. Melalui sekolah anak diharapkan bisa memiliki tata karma yang tinggi, ilmu yang tinggi, ketrampilan yang baik, dan masa depan yang cerah. Bagaimanapun juga orang tua menginginkan
lxix
anaknya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik darinya , lebih tinggi gajinya dan menjadi lebih kaya sehingga dapat meningkatkan prestise keluarga. Sedangkan sebagian orang tua menghendaki anaknya untuk mengikuti jejaknya dalam pekerjaan, hal ini terjadi karena sifat orang tua yang selalu ingin melindungi anaknya sehingga mereka menginginkan sesuatu yang jelas dan terbukti dapat menyokong kehidupan anaknya kelak. Karena hal inilah maka pekerjaan orang tua juga memegang perana penting dalam menciptakan pengaruh bagi minat anak balam memilih pekerjaan. Pekerjaan orang tua dapat menjadi cermin bagi si anak untuk memilih pekerjaan yang akan mereka tekuni nantinya.
B. Penelitian Yang Relevan Secara teoritis, pembentukkan minat banyak ditentukan beberapa faktor diantaranya keadaan jasmani yang mencakup jenis kelamin dan lingkungan sosial yang mencakup pekerjaan orang tua. Berikut adalah penelitian-penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan : Penelitian yang dilakukan oleh Rini Utami dengan judul “Hubungan persepsi dan dorongan orang tua dengan minat menjadi guru pada mahasiswi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret”. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi mahasiswi tentang perempuan dengan minat menjadi guru, ada hubungan yang signifikan antara dorongan orang tua dengan minat menjadi guru, ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang perempuan dan dorongan orang tua dengan minat menjadi guru. Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Dewi Nur Komalasari dengan judul “Perbedaan sikap sosial ditinjau dari jenis kelamin dan asal daerah pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP UNS”. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sikap sosial laki-laki dengan sikap sosial perempuan, tidak ada perbedaan antara sikap sosial mahasiswa yang berasal dari desa dengan sikap sosial mahasiswa yang berasal dari kota, tidak ada perbedaan sikap sosial ditinjau dari jenis kelamin dan asal daerah.
lxx
C. Kerangka pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka diatas, minat merupakan kecenderungan seseorang untuk senang ambil bagian atau melakukan sesuatu yang diminati. Minat merupakan kemauan seseorang untuk melakukan sesuatu. Aspek-aspek minat meliputi kehendak, kemauan, perhatian, dan kecenderungan. Minat menjadi guru dapat diartikan sebagai rasa senang, tertarik ,mempunyai kehendak, kemauan, perhatian, penilaian yang positif, dan kecenderungan untu menjadi guru. Jenis kelamin mempengaruh individu dalam menentukan minatnya. 1. Perbedaan Minat Menjadi Guru ditinjau dari Jenis Kelamin Perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan baik dilihat dari segi fisik dan psikis akan membentuk minat yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain. Perempuan selalu dicitrakan sebagai makhluk yang lembut, butuh perlindungan, penuh kasih sayang dan selalu berdandan agar tampil cantik biasanya memilih pekerjaan yang ringan dan tidak membutuhkan tenaga fisik yang besar seperti guru, resepsionis, dan sekretaris, sedangkan laki-laki yang dicitrakan sebagai sosok yang maskulin, pemberani, kuat biasanya mempunyai minat pada pekerjaan yang mempunyai tantangan yang lebih tinggi seperti insinyur, arsitek, dan mekanik. Profesi guru dianggap sangat cocok bagi perempuan karena profesi ini lebih membutuhkan ketelatenan, kesabaran yang tinggi dan sesuai dengan kodrat perempuan yang nantinya akan mengasuh anak-anaknya. Jadi jenis kelamin sebagai (X1) diduga dapat nmenimbulkan perbedaan dalam minat menjadi guru (Y). 2. Perbedaan Minat Menjadi Guru ditinjau dari Pekerjaan Orang Tua Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial hidup dalam sebuah lingkungan yang memiliki pengaruh yang besar yang besar terhadap terbentuknya kepribadian, sikap, perbuatan, dan minat seseorang. Lingkungan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa individu adalah lingkungan keluarga. Keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan individu karena keluarga merupakan pondasi dari pendidikan dan karakter individu. Dasar-dasar perilaku, sikap hidup, dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak sejak dalam lingkungan keluarga. Sehingga pada fase ini orang tua harus memberikan perhatian yang lebih banyak kepada anak-anaknya karena orang tua merupakan cermin bagi
lxxi
seorang anak untuk meniti kehidupan selanjutnya. Orang tua akan menjadi sosok idola bagi seorang anak, sehingga apa yang menjadi minat dari seorang anak biasanya merupakan tiruan dari minat orang tuanya. Hal ini terjadi karena proses imitasi yang dilakukan oleh seorang anak. Demikian juga dalam pemilihan lapangan pekerjaan, seorang anak biasanya menjadikan pekerjaan orang tuanya sebagai acuan dalam menentukan cita-cita mengenai pekerjaan yang mereka inginkan. Jadi pekerjaan orang tua sebagai (X2) diduga dapat menimbulkan perbedaan dalam minat menjadi guru (Y). 3. Perbedaan Minat Menjadi Guru ditinjau dari Jenis Kelamin dan Pekerjaan Orang Tua Jenis kelamin dan pekerjaan orang tua dimungkinkan mempunyai pengaruh dalam menentukan perbedaan minat menjadi guru. Perbedaan karakteristik antara laki-laki dan perempuan baik dilihat dari segi fisik dan psikis akan membentuk minat yang berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain, disamping itu dengan semakin majunya pendidikan akan membantu mengembangkan potensi yang sudah ada pada individu sejak lahir sehingga dapat menimbulkan suatu perubahan dan penemuan bakat yang nantinya akan mengarahkan individu pada minat yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan jiwa dan kepribadiannya. Disamping itu lingkungan juga mempengaruhi individu dalam menentukan objek yang dia minati. Dalam hal ini minat menjadi guru muncul karena pengaruh dari pekerjaan orang tua. Hal ini terjadi karena orang tua adalah cermin bagi anakanaknya sehingga orang tua djadikan sebaga ikon yang akan menjadi inspirai darin seorang anak. . Hal ini akan menjadi lebih kuat dan terbawa hingga dewasa jika orang tua juga mengarahkan anak tersebut dan memberikan dorongan dan motivasi pada anak tersebut untuk menggeluti pekerjaan yang sama dengan yang mereka geluti. Jadi jenis kelamin sebagai (X1) dan pekerjaan orang tua sebagai (X2) diduga dapat nmenimbulkan perbedaan dalam minat menjadi guru (Y). Agar lebih jelas dalam pelaksanaan penelitian dan juga mempermudah dalam pemahaman dan penganalisaan maka kerangka berpikir di atas dapat digambarkan dalam suatu bagan sebagai berikut:
lxxii
Jenis Kelamin (X1) Minat menjadi guru (Y) Pekerjaan orang tua (X2) Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Dari uraian diatas, maka penulis mengemukakan hipotis sementara sebagai perumusan hipotesis, yaitu: 4. Terdapat perbedaan minat menjadi guru siswa perempuan dan siswa laki-laki pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. 5. Terdapat perbedaan minat menjadi guru siswa dengan pekerjaan orang tua PNS dan Non PNS pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. 6. Terdapat
perbedaan minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin dan jenis
pekerjaan orang tua siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta.
BAB III METODE PENELITIAN
Suatu kegiatan ilmiah harus didasarkan pada metode yang rasional, objektif, dan sistematis. Dalam hal ini penelitian merupakan salah satu contoh dari kegiatan ilmiah, maka prosesnya perlu dipandu aspak metode tertentu. Menurut Sutrisno Hadi (2001: 4) metodologi diartikan “Ilmu tentang bagaimana dapat memecahkan masalah dengan menggunakan cara atau jalan tertentu”. Dari pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa metodologi adalah metode-metode yang digunakan dalam proses pemecahan atau penyelesaian masalah. Selanjutnya hal-hal ini atau aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut.
lxxiii
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Surakarta. Adapun alasan penulis mengambil lokasi tersebut karena : a. Di lingkungan SMA SMA Negeri 2 Surakarta tersedia data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. b. Penulis telah mengenal orang-orang yang ada di daerah penelitian karena peneliti pernah melakukan Praktek Pekerjaan Lapangan (PPL) di SMA Negeri 2 Surakarta sehingga akan lebih mempermudah dalam proses penelitian. c. Lokasi sekolah tersebut mudah dijangkau dan dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga menghemat biaya, waktu dan tenaga. d. Adanya ijin dari pihak SMA Negeri 2 Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan selama delapan bulan terhitung dari mulai bulan April sanpai dengan Desember 2009 dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Persiapan mencakup pengajuan judul, pembuatan proposal, pengurusan izin dan penyusunan instrument. b. Pelaksanaan mencakup uji coba dan perbaikan instrument. c. Pengumpulan data. d. Penyelesaian mencakup pengolahan data, analisis data, dan penyusunan instrumen. Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian N o 1
Nama Keterangan
April 09
Mei 09
Jun i 09
Persiapan a. Menentukan Masalah b.Membuat proposal penelitian
c. Persiapan
lxxiv
Juli 09
Agust 09
Sept 09
Okt 09
Nopember 09
Desember 09
2 3
4
penelitian d.Perijinan Konsultasi dengan pembimbing Pelaksanaan penelitian a. Try Out b. Pengumpulan dan Klasifikasi data c. Analisis dan evaluasi data d. Analisis akhir menuju kesimpulan Pelaporan a. Membuat kesimpulan akhir b.Menyusun laporan penelitian c. Melaporkan hasil penelitian
B. Metode Penelitian Penelitian tidak bisa terlepas dari metode penelitian karena dengan pemilihan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan penelitian. Sasaran dalam penelitian akan tercapai apabila dilakukan dengan menggunakan metode yang tepat. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai merode penelitian yang ada, maka para ahli membuat definisi operasional mengenai hal ini yaitu: 1. Menurut Sugiyono (2006: 2) metode penelitian adalah “Cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Hal ini mengandung maksud bahwa dalam sebuah penelitian digunakan cara-cara tersendiri untuk mendapatkan data yang valid dan reliable untuk mencapai tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian harus dilakukan dengan cara ilmiah, maksudnya adalah kegiatan penelitian ini didasarkan pada cirri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. 2. Winarno Surakhmad (2004:131) menyatakan bahwa metode penelitian adalah “Cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk menguji
lxxv
serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik-teknik serta alat-alat tertentu”. Hal ini mengandung maksud bahwa untuk mencapai tujuan dalam suatu penelitian diperlukan suatu cara dengan menggunakan teknik-teknik tersendiri dan alat-alat yang turut mendukungnya. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tertentu. Metode penelitian digunakan dalam pengumpulan dan analisis data yang dipergunakan untuk menjawab persoalan yang dihadapi untuk menghasilkan suatu data yang valid dan reliabel. Ada berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian, Consuelo G Sevilla, Jesus A. Ochave, Twila C. Punsalan, Bella P. Regala, Gabriel G. Uriert yang diterjemahkan oleh Alimuntu Tuwu (1993: 40) mengemukakan bahwa : ”Metode yang dapat digunakan dalam penelitian ada 5 macam. Metode-metode penelitian yang dimaksud adalah metode penelitian sejarah (historis), metode penelitian deskriptif, metode penelitian eksperimen, metode penelitian expost facto (kausal komparatif), metode penelitian partisipatoris”. Adapun penjelasan dari kelima metode tersebut adalah sebagai berikut : 1. Metode penelitian historis Metode penelitian historis merupakan penelitian yang menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dari perspektif historis suatu masalah yang bertujuan untuk membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif. Sejarah dapat membantu kita untuk menentukan strategi dan ide lain, dan mungkin menemukan cara yang lebih baik untuk memutuskan dan mengerjakan sesuatu Metode ini merupakan sebuah proses yang meliputi pengumpulan dan penafsiran gejala, peristiwa ataupun menemukan gagasan yang timbul dimasa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami situasi sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang. 2. Metode penelitian deskriptif Metode penelitian deskriptif merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
lxxvi
tampak atau sebagaimana adanya. Tujuan utama dalam menggunakan metode deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat atau suatu keadaan yang ada pada waktu penelitian dilakukan dan mengetahui penyebab gejala tertentu. 3. Metode penelitian eksperimental Metode penelitian eksperimental dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat atau memperoleh suatu hasil dalam meneliti pengaruh dari beberapa kondisi terhadap suatu gejala.. Tujuan eksperimental adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat. Dengan cara membandingkan peristiwa dimana terdapat fenomena tertentu.
4. Metode penelitian expost facto (kausal komparatif) Penelitian expost facto adalah penelitian yang dilakukan tanpa eksperimen, artinya variabel bebas atau perlakuan (treatment) telah terjadi secara apa adanya (alamiah) tanpa dimanipulasi, dan pengukuran (pengumpulan data) untuk semua variabel dilakukan dalam waktu yang sama, setelah perlakuan berjalan lanjut. 5. Metode penelitian partisipatoris Penelitian partisipatoris melibatkan semua partisipan dalam proses penelitian, mulai dari formulasi masalah sampai dengan diskusi bagaimana masalah tersebut diatasi dan bagaimana penemuan-penemuan akan ditafsirkan. Partisipan penelitian harus melihat proses penelitian sebagai keseluruhan pengalaman masyarakat dimana kebutuhan-kebutuhan masyarakat dibangun, dan kesadaran serta kesepakatan dalam masyarakat ditingkatkan. Sesuai dengan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif komparatif karena bermaksud untuk membandingkan satu faktor dengan faktor yang lain sehingga akan didapat ada atau tidaknya perbedaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut. Metode komparatif adalah penelitian yang dilakukan tanpa eksperimen, artinya variabel bebas atau perlakuan (treatment) telah terjadi secara apa adanya (alamiah) tanpa dimanipulasi.
lxxvii
Metode komparatif juga mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu diantaranya yang utama adalah tidak mudahnya mengontrol vatriabel-variabel penyebab, terutama pada penelitian dimana banyak kemungkinan terdapat saling pengaruh antara banyak faktor, atau kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh faktor tertentu yang sulit diketahui, atau karena situasi yang dihadapi terlalu terbatas untuk memperoleh data yang secukupnya. C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian Dalam penelitian pengambilan subjek yang akan diteliti merupakan masalah yang sangat penting. Oleh karena itu subjek, subjek penelitian akan menguji suatu hipotesistidak mungkin dilaksanakan tanpa adanya subjek yang diteliti. Para ahli kemudian membuat devinisi mengenai populasi diantaranya adalah: a. Suharsimi Arikunto (1998: 115) menyatakan bahwa “ Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. b. Menurut Sugiyono (2006: 242) populasi adalah “ Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. c. Menurut Consuelo dkk (1993: 102) populasi adalah “kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi”. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang berada di wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yng ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah 320 siswa yang terbagi dalam program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) terdiri dari tiga kelas dengan jumlah siswa 100 siswa dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang terdiri dari enam kelas dengan jumlah siswa 220 siswa. 2. Sampel Penelitian Dalam penelitian sosial, biasanya tidak seluruh populasi dikenakan penelitian. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut
lxxviii
maka perlu adanya pembatasan yaitu dengan menetapakan jumlah sampel yang representatif yang dapat mewakili populasi. a. Pengertian Sampel Pengertian sampel banyak menjadi perhatian para ahli untuk membuat devinisi operasionalnya, karena pada dasarnya menentukan sampel dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting. Pengertian sampel menurut para ahli adalah sebagai berikut: 1) Suharsimi Arikunto (1998: 117) menyatakan bahwa “ Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. 2) Menurut Sugiyono (2006: 242) sampel adalah “ Sebagian dari populasi”. 3) Izak Latunusssa (1988: 88) mengemukakan sampel adalah “Suatu bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili populasi”. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah kelompok kecil bagian dari populasi yang dipilih untuk mewakili populasi. Sampel yang diambil dari populasi ini harus bersifat valid dan representatif atau mewakili. Penentuan sampel ini hendaknya disesuaikan dengan jumlah populasi, karena nantinya hasil penelitian dari sampel ini akan digeneralisasikan kepada populasi. Jadi sampel harus representatif atau mewakili populasi penelitian. b. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dalam sebuah penelitian. Maksudnya adalah agar peneliti mendapatkan sampel yang representatif atau dapat mewakili populasi yang ada. Pengertian sempling menurut para ahli adalah sebagai berikut: 1) Hadari Nawawi (1995: 152) menyatakan bahwa teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif atau benar-benar mewakili populasi”. 2) Menurut Sutrisno Hadi (2000: 75) mengemukakan bahwa “Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel”.
lxxix
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa teknik sampling adalah cara-cara yang digunakan untuk mengambil atau menentukan jumlah sampel yang akan diteliti. Hal ini karena di dalam sebuah penelitian, jumlah populasi biasanya tidak dikenai penelitian semua, namun hanya sebagian saja atau yang disebut sebagai sampel. Sampel yang diambil ini diharapkan dapat mewakili populasi yang ada karena nantinya hasil penelitian yang dikenakan pada sampel ini akan digunakan sebagai penggeneralisasian terhadap populasi penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian memerlukan teknik pengambilan sampel tersendiri. Menurut Sutrisno Hadi (2000: 75) ada dua macam teknik sampling, yaitu: 1) Teknik Random Sampling Prosedur random sampling meliputi : a) Cara undian, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara undian. b) Cara ordinal, yaitu memilih nomor genap atau ganjil atau kelipatan tertentu dari suatu daftar yang telah disusun. c) Cara randomisasi dari tabel bilangan random. 2) Teknik Non Random Sampling meliputi : a) Proporsional sampling yaitu cara pengambilan sampel dari tiap- tiap sub populasi dengan memperhitungkan sub- sub populasi. b) Teknik stratified sampling yaitu pengambilan sampel apabila populasi terdiri dari susunan kelompok- kelompok yang bertingkat. c) Teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan ciri- ciri atau sifat- sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. d) Teknik quota sampling yaitu pengambilan sampel yang berdasarkan ada quantum. e) Teknik double sampling yaitu cara pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar. f) Teknik area probability sampling yaitu cara pengambilan sampel dengan cara pembagian sampel berdasarkan pada area. g) Teknik cluster sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Untuk memperjelas kita dalam memahami teknik sampling diatas maka penulis akan menguraikannya sebagai berikut : 1) Teknik Random Sampling Teknik random sampling adalah pengambilan sampel secara random atau acak tanpa pandang bulu.
Dalam random sampling semua individu dalam
populasi diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
lxxx
Adapun cara-cara yang digunakan dalam random sampling adalah sebagai berikut : a) Cara Undian Cara ini dilakukan dengan cara seperti melakukan undian. Cara undian dilakukan seperti cara yang digunakan dalan arisan. Adapun teknik yang diguakan dalan undian dibedakan menjadi dua macam yaitu: (1) Undian dengan pengembalian (2) Undian tanpa pengembalian Adapun penjelasan dua teknik undian diatas akan dijelaskan sebagai berikut: (1) Undian dengan pengembalian Teknik
undian dengan pengembalian dilakukan dengan cara
mengundi seluruh populasi penelitian sehingga keluar salah satu sampel, kemudian sampel yang sudah keluar tersebut dikembalikan lagi dan kembali diikutsertakan dalam proses pngundian selanjutnya. proses pengundian dengan cara ini lebih baik untuk digunakan karena dengan teknik ini mempunyai intensitas ketetatan pengambilan sampel yang tetap. (2) Undian tanpa pengembalian Teknik undian tanpa pengembalian sering disebut dengan simplerandom sampling dimana individu yang telah keluar dalam proses undian maka dia tidak lagi ikut diundi sehingga tidak akan ada kemungkinan munculnya nama yang sama. Dalam teknik ini setiap sampel dalam populasi memepunyai satu kali kesempatan untuk dijadikan sampel. Keuntungan tapi simple random sampling adalah sampel yang didapat tidak bias dan tanpa banyak menggunakan teknik sulit. Akan tetapi sangat sulit untuk melakukan cara ini jika jumlah subjek dalam populasi sangat banyak atau jika kita belum mengatahui secara pasti semua individu dalam populasi. b) Cara Ordinal Cara ini dilakukan dengan mengambil subjek dari atas ke bawah. Ini dilakukan dengan mengambil mereka-mereka yang bernomor ganjil, genap,
lxxxi
nomor kelipatan, lima sepuluh dan sebagainya tergantung ketentuan yang dibuat oleh peneliti yang sebelumnya telah disusun. c) Randomisasi dari Tabel Bilangan Random Tabel bilangan random umumnya terdapat pada buku-buku statistik. Cara ini paling banyak digunakan oleh para peneliti. Hal ini karena selain prosedurnya sangat sederhana, kemungkinan penyelewengan juga dapat dihindari. Randomisasi dapat dikenakan pada semua subjek atau individu dalam populasi. 2) Teknik Non Random Sampling Semua sampling yang dilakukan bukan dengan teknik random sampling disebut nonrandom sampling. Dalam sampling ini tidak sumua individu dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Generalisasi dalam non random sampling tidak dapat memberikan taraf keyakinan yang tinggi kecuali apabila peneliti memiliki keyakinan dan dapat membuktikan bahwa populasi relatif sangat homogen. Jenis-jenis nonrandom sampling adalah sebagai berikut : a) Proporsional sampling Proporsional sampel adalah sampel yang terdiri dari sub-sub sampel yang pertimbangannya mengikuti pertimbangan sub-sub populasi, artinya adalah bahwa besarnya sampel ditentukan atau tergantung besar kecilnya dari tiap sub populasi. Individu yang ditugaskan untuk menjadi sampel diambil secara random dari sub populasi. Cara ini disebut dengan proporsional random sampling. b) Teknik stratified sampling Stratified sampling dilakukan dengan cara populasi atau elemen populasinya dibagi dalam kelompok-kelompok yang disebut strata. Banyaknya tingkat harus diperhatikan, kemudian setiap tingkatan harus mewakilkan anggotanya untuk menjadi sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proporsi dari jumlah subjek yang ada dalam tiap-tiap tingkatan dalam populasi yang harus dicerminkan dalam sampel sehingga mereka dapat dipandang sebagai wakil terbaik bagi populasi.
lxxxii
c) Teknik purposif sampling Dalam purposif sampling pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu diragukan lagi. Secara intensional peneliti tidak meneliti semua daerah atau kelompok dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil beberapa kelompok kunci saja. d) Teknik quota sampling Dalam quota sampling yang harus dilakukan adalah penetapan jumlah subjek yang akan diteliti. Kemudian permasalahan mengenai siapa yang akan diinterview atau yang menjadi responden diserahakn kepada sebuah tim. Tim ini bertugas untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalm penelitian. Ciri utama dari quota sampling adalah jumlah subjek yang sudah ditentukan akan dipenuhi, permasalahan apakah subjek tersebut mewakili populasi atau sub populasi tidaklah menjadi persoalan. e) Teknik double sampling Teknik ini sangat baik digunakan apabila penelitian menggunakan angket yang dikirimkan dengan menggunakan jasa pos sebagai usaha penampungan bagi mereka yang tidak mengembalikan angket. Responden yang telah mengembalikan daftar angket dimasukkan kedalam sampel pertama, sedangkan responden yang tidak mengembalikan daftar angket dimasukkan ke dalam sampel kedua. Pengumpulan data dari sampel kedua dapat ditempuh dengan jalan interview. f) Teknik area probability sampling Area probabiliti sampling membagi daerah-daerah populasi menjadi sub-sub populasi, dan sub populasi ini dibagi lagi kedalam daerah yang lebih kecil dan apabila diperlukan maka daerah kecil ini dapat dibagi lagi kedalam daerah-daerah yang lebih kecil lagi. Adapun besarnya subjek yang akan diteliti dari masing-masing daerah tersebut tidak dapat ditetapkan secara umum. Hal ini sangat tergantung pada situasi khusus yang dihadapi oleh peneliti.
lxxxiii
g) Teknik cluster sampling Dalam cluster sampling satuan-satuan sampel tidak terdiri dari individu melainkan kelompok-kelompok atau cluster. Sampling ini dipandang ekonomik karena observasi-observasi yang dilakukan terhadap cluster dipandang lebih murah dan mudah dari pada observasi terhadap individu yang terpencar-pencar. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposif simple random sampling. Teknik ini merupakan gabungan antara teknik simple random sampling dan purposif. Alasan dipilihnya teknik ini adalah karena jumlah populasi penelitian didasarkan atas ciri atau sifat tertentu yang dianggap memiliki kesamaan dengan ciri yang telah diketahui sebelumnya. Oleh karena itu keadaan dan informasi mengenai populasi tidak perlu diragukan lagi. Secara intensional peneliti tidak meneliti semua daerah atau kelompok dalam populasi, namun peneliti hanya perlu mengambil beberapa kelompok kunci saja. Selain itu, dengan teknik ini setiap individu dalam populasi yang sesuai dengan ciri yang telah ditetapkan oleh peneliti akan mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sedangkan simple random sampling diplih karena metode ini merupakan metode yang paling tepat untuk memperoleh sampel yang representatif karena dalam sampling acak semua anggota dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sampel diambil dengan cara undian dengan dengan satu kali kesempatan. Sampel yang sudah keluar dalam proses udian tidak lagi mempunyai kesempatan untuk diundi sehingga tidak akan ada kemungkinan muncul nama yang sama. Hal ini sesuai dengan pendapat Alrene Fink (1995: 10) yang mengemukakan bahwa: “In sample random sampling, every subject or unit has an aquel chance of being selected from the frame or list. Members of the target population are selected one at the time and independently. Once they have been selected, they are not eligible for a second chance and are not returned to the pool. The advantage of simple random sampling is that you can get on unbiased sample without much technical difficulty.” Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa dalam teknik simple random sampling setiap individu (siswa) dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama
lxxxiv
untuk menjadi anggota sampel. Anggota dari populasi diseleksi secara bebas dalam satu waktu, satu kali mereka diseleksi maka tidak ada kesempatan untuk kedua kali. Keuntungan dapi simple random sampling adalah sampel yang didapat tidak bias dan
tanpa banyak menggunakan teknik sulit. Oleh karena itu semua anggota
populasi mempunyai peluang yang sama sebagai sampel. c. Menetapkan Jumlah sampel Tidak ada aturan yang tegas mengenai jumlah sampel yang disyaratkan untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedi, dan tidak ada batasan yang jelas mengenai sampel yang besar dan sampel yang kecil. Namun dalam penelitian ini peneliti berkiblat pada pendapat para ahli berikut ini : 1) Sutrisno Hadi (2001: 221) menyebutkan bahwa “Sampel adalah bagian objek yang diteliti untuk menetapkan besarnya sampel, langkah yang dilakukan adalah apabila subjeknya kurang dari 100 atau lebih dari 100 maka sampel yang diambil adalah 20% sampai 25%”. 2) Menurut suharsimi Arikunto (1998: 120) menyatakan bahwa “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya lebih besar dari 100 diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih…”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas maka peneliti menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 20% dari jumlah populasi, yaitu: 20% X 320 = 64 siswa Dengan teknik sampel yang digunakan serta keadaan populasi yang heterogen maka peneliti mengambil sampel yang masing-masing kategori kelompok dalam sel tidak sama berdasarkan purposive sampling. Peneliti terlebih dahulu mengklasifikasikan populasi kedalam sub populasi. Setelah itu peneliti menentukan besarnya sampel pada masing-masing kelompok yang jumlahnya berbeda karena melihat keadaan sampel yang heterogen sehingga diambil jumlah sampel pada masing-masing kelompok sesuai kebutuhan peneliti. Adapun langkah-langkah pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Mengambil lokasi penelitian, yaitu di SMA Negeri 2 Surakarta (2) Menetapkan populasi penelitian, yaitu siswa kelas XI
lxxxv
(3) Seluruh populasi terbagi menjadi 9 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3, XI IPS 4, XI IPS 5, XI IPS 6. (4) Mengklasifikasikan populasi menjadi dua subpopulasi yaitu, siswa yang mempunyai orang tua PNS dan siswa yang mempunyai orang tua Non PNS. (5) Sub populasi yang ada dibagi lagi menjadi empat kelompok siswa yaitu siswa laki-laki yang mempunyai orang tua PNS, siswa perempuan yang mempunyai orang tua PNS, siswa laki-laki yang mempunyai orang tua Non PNS, siswa perempuan yang mempunyai orang tua Non PNS. (6) Mengambil sampel dengan metode simpel random sampling atau random sampling dengan teknik undian tanpa pengembalian pada kelas-kelas sampel. (7) Sampel diambil 20% dari jumlah populasi yaitu sejumlah 64 siswa.
D. Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu sifat yang dapat memiliki bermacam-macam nilai. Sifat yang dimiliki ini berupa kondisi-kondisi atau karakteristik yang oleh pengeksperimen dimanipulasi, dikontrol, atau diobservasi. Untuk lebih jelas lagi maka akan dikemukakan definisi variable dalam sebuah penelitian menurut para ahli yaitu: a. Menurut Sugiyono (2006: 42) variabel adalah “ Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variansi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. b. Menurut Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2004: 42) variabel adalah “Atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain”. Variabel dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu variabel bebas yang merupakan variabel yang dipandang sebagai sebab kemunculan variabel terikat. Jenis variabel kedua adalah variabel terikat yaitu variabel yang dianggap sebagai akibatnya. Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Adapun penjelasan dari variabel-variabel tersebut adalah: a. Variabel bebas 1: Jenis Kelamin
lxxxvi
Jenis kelamin adalah sifat jasmani atau rohani yang membedakan makhluk hidup. Jenis kelamin
manusia dibedakan menjadi dua yaitu jenis kelamin
perempuan dan jenis kelamin laki-laki, yang memiliki karakteristik berbedabeda baik itu ditinjau dari segi fisik maupun segi psikis. b. Variabel bebas 2: Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan orang tua merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua sebagai sumber penghasilan untuk menopang kehidupan keluarga. Pekerjaan orang tua menjadi cermin dan faktor pendorong bagi anak untuk memilih pekerjaan yang akan mereka tekuni. Dalam hal ini pekerjaan orang tua dikelompokkan menjadi dua yatu, PNS dan Non PNS. c. Variabel terikat: Minat Menjadi Guru Minat menjadi guru merupakan keinginan, kehendak, kemauan, perhatian, penilaian positif, dan kecenderungan untuk memilih guru sebagai profesi. Minat anak laki-laki untuk menjadi guru mulai meningkat dengan adanya kebijakankebijakan dari pemerintah untuk mensejahterakan guru. 2. Instrumen Penelitian Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara untuk memperoleh atau mengumpulkan data yang akan diteliti, sedngkan instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Sesuai dengan variabel dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini menggunakan dua tipe instrumen penelitian yaitu instrumen utama dan bantu. a. Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Angket 2) Dokumentasi b. Instrumen bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Observasi 2) Interview Adapun penjelasan dari instrumen penelitian seperti yang tersebut diatas adalah sebagai berikut: a. Instrumen utama: 1) Angket
lxxxvii
Metode angket adalah daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirim kepada responden baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara). Angket atau kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada subjek penelitian yang memperoleh jawaban atau tanggapan secara tertulis seperlunya. Angket pada umumnya meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden atau juga mengenai pendapat atau sikap. Maksud serta tujuan penelitian akan mempunyai pengaruh terhadap materi serta bentuk pertanyaan yang ada dalam angket atau kuesioner. Suharsimi Arikunto (1998: 140) mengemukakan macam-macam angket, antara lain : a) Dipandang dari cara menjawabnya, ada: (1) Angket terbuka, yang memberi kapada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. (2) Angket tertutup, yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memilih. b) Dipandang dari bentuknya, angket dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : (1) Angket pilihan ganda, sebuah pertanyaan disusun dengan berbagai kemungkinan jawaban, responden diminta memilih salah satu dari beberapa pilihan jawaban. (2) Angket isian, sebuah pertanyaan ditulis dalam kalimat pertanyaan atau perumusan dan ada beberapa kalimat yang dihilangkan. (3) Angket chek list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda chek (V) pada kolom yang sesuai. (4) Rating skale (skala bertingkat), yaitu sebuah pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkat-tingkat, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju. Dalam penelitian ini jenis angket yang dipergunakan adalah angket langsung tertutup dengan bentuk pilihan ganda. Hal ini dikarenakan angket dalam penelitian langsung dikirim kepada orang yang ingin dimintai pendapat untuk diisi. Bentuk pertanyaannya adalah pertanyaan tertutup dengan pilihan ganda agar memudahkan responden untuk memilih jawaban yang telah disediakan dan membatasi jawaban yang akan diberikan oleh responden sehingga hasil penelitian ini mudah untuk diolah lebih lanjut dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
lxxxviii
Sedangkan langkah-langkah menyusun angket meliputi : a) Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket langsung dan tertutup dengan bentuk pilihan ganda yaitu berupa angket yang daftar pertanyaannya langsung dikirim kepada orang yang ingin dimintai pendapat dan keyakinannya atau diminta menceritakan tentang keadaan dirinya sendiri. b) Kisi-kisi Angket Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Konsep alat ukur ini berupa kisi-kisi angket. Konsep ini dijabarkan ke dalam variabel dan indikator yang dijadikan pedoman dalam menyusun item-item angket sebagai instrumen pengukuran. c) Butir Angket Penyusunan butir-butir sebagai alat ukur didasarkan pula kisi-kisi angket yang telah dibuat sebelumnya. Setelah indikator ditetapkan, kemudian dituangkan kedalam butir-butir angket yang terdiri butir positif dan butir negatif. d) Prosedur Penyusunan Angket Mengenai prosedur yang penulis tempuh dalam penyusunan angket adalah: (1) Menetapkan tujuan Dalam penelitian ini tujuan penyusunan angket ini adalah untuk memperoleh data tentang minat menjadi guru berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan orang tua. (2) Menetapkan aspek yang ingin diungkap Untuk memperjelas aspek yang ingin diungkap maka digunakan kisi-kisi angket. Kisi- kisi instrument diperlukan untuk memperjelas serta mempermudah pembuatan item-item instrument. Pembuatan kisi-kisi dalam instrument ini disesuaikan dengan indikator-indikator yang sudah
lxxxix
ditentukan sebelumnya dan disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuan yang hendak dicapai. (3) Menentukan jenis dan bentuk angket Dalam penelitian ini, angket yang digunakan adalah angket langsung tertutup dengan bentuk pilhan ganda. Alasan digunakan teknik ini adalah karena angket akan diberikan langsung kepada responden untuk diisi. Bentuk pertanyaannya adalah pertanyaan tertutup dengan pilihan ganda agar memudahkan responden untuk memilih jawaban yang telah disediakan dan membatasi jawaban yang akan diberikan oleh responden sehingga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. (4) Menyusun Item Angket Angket tersusun atas item-item terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dengan mengacu pada kisi-kisi angket. Instrumen yang dibagikan dapat disusun dengan langkah sebagai berikut : a) Membuat item- item pertanyaaan. b) Membuat surat pengantar angket. c) Menyusun petunjuk dan pedoman pengisian angket. (5) Menentukan Skor Setelah item kuesioner ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan skor untuk
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Pengukuran skor item kuesioner yang sering digunakan dalam suatu penelitian adalah skala likert. Skala likert merupakan suatu cara yang sistematis untuk memberikan skor pada indeks. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1995:111), mengatakan bahwa, “Biasanya seorang peneliti menginginkan range yang cukup besar sehingga informasi yang dikumpulkan lebih lengkap. Ada peneliti yang menggunakan jenjang 3 (1, 2, 3), jenjang 5 (1, 2, 3, 4, 5) atau jenjang 7 (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)”. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner
tipe
multiple choice dengan 4 (empat) alternatif jawaban yang terdiri dari “A”, “B”, “C”, dan “D”.
xc
Dari alternatif jawaban tersebut diberikan bobot nilai sebagai berikut: Bentuk item positif (a) Bobot nilai 4, untuk alternatif jawaban A (b) Bobot nilai 3, untuk alternatif jawaban B (c) Bobot nilai 2, untuk alternatif jawaban C (d) Bobot nilai 1, untuk alternatif jawaban D Bentuk Item Negatif (a) Bobot nilai 1, untuk alternatif jawaban A (b) Bobot nilai 2, untuk alternatif jawaban B (c) Bobot nilai 3, untuk alternatif jawaban C (d) Bobot nilai 4, untuk alternatif jawaban D
e) Uji Coba (Try Out) Angket Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu mengenai validitas dan reliabilitasnya yaitu melalui try out. Tujuan diadakannya try out ialah agar mendapatkan angket yang benar-benar valid. Oleh karena itu instrumen penelitian perlu diuji melalui uji validitas dan reliabilitas sebelum diterapkan di lapangan. Dalam penelitian ini, try out dilakukan di SMA Nereri 2 Surakarta pada kelas XI Tahun Ajaran 2008/2009 yang berjumlah 26 siswa yang terbagi dalam 10 siswa dari kelas XI IPA dan 16 siswa dari kelas XI IPS. Siswa yang telah mengikuti try out angket, nantinya tidak akan diikutkan dalam penelitian. Menurut Sutrisno Hadi (2000: 166) maksud diadakannya try out adalah sebagai berikut : (1) Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya. (2) Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan. (3) Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
xci
(4) Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maksud peneliti mengadakan try-out angket ini adalah: (1) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang bermakna ganda dan tidak jelas. (2) Menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak diperlukan (3) Menghindari kata-kata yang kurang dimengerti oleh responden (4) Menghilangkan item-item yang dianggap tidak relevan dengan penelitian. Selain beberapa maksud diadakannya try-out seperti yang disebutkan di atas, tujuan diadakan try-out terhadap angket adalah untuk mengetahui kelemahan angket yang disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui sejauh mana responden mengalami kesulitan di dalam menjawab pertanyaan tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket tersebut memenuhi syarat validitas dan reabilitas. 2) Dokumentasi Selain angket atau kuesioner, pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi. Suharsimi Arikunto (1998: 236) menjelaskan metode dokumentasi adalah “Mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan notulen”. Dokumen dalam penelitian ini berupa data-data dari sekolah yang berasal dari file komputer atau berkas-berkas yang digunakan untuk untuk memperoleh informasi mengenai nama siswa, jenis kelamin dan pekerjaan orang tua siswa kelas XI baik program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SMA N 2 Surakarta. Dokumentasi digunakan untuk mempermudah perolehan data-data dalam penelitian karena dalam dokumentasi data yang ada dapat dengan mudah untuk dicek ulang kembali. b. Instrumen bantu:
xcii
Dalam penggunaan instrument penelitian, selain menggunakan istrumen utama penulis juga menggunakan instrument bantuan berupa observasi, dan interview. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Observasi Observasi
adalah
cara
pengumpulan
data
dengan
mengadakan
pengamatan langsung ke tempat penelitian. Metode ini hanya digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini untuk mendapatkan gambaran umum wilayah penelitian dengan lebih jelas. 2) Interview Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 145) Interview atau wawancara adalah ”Sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara”. Dalam penelitian ini wawancara digunakan oleh peneliti sebagai metode bantu untuk mengetahui apakah pertanyaan yang disusun dalam angket sudah dipahami responden atau belum. 3. Uji Coba Instrumen Instrument penelitian yang telah selesai disusun harus diuji cobakan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk meneliti agar mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Uji coba angket dilakukan terhadap sejumlah mahasiswa yang dapat digolongkan setara dengan calon responden penelitian a. Uji Validitas Angket Menurut Sugiyono (2006: 135)” Validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur dengan alat tersebut”. Validitas yang dicari dalam uji coba penelitian ini adalah validitas konstruksi yaitu menunjuk kepada seberapa jauh suatu pengukur sifat atau konstruk tertentu. Rumus yang dipakai dalam analisis konstrak adalah dengan korelasi product moment Pearson yang didikuti oleh Saifuddin Azwar (1997: 19), yaitu: r xy =
r xy
å XY -
(å X )(å Y ) N
ì ( X ) üìå Y 2 - (Y )2 ü 2 å X í ýí ý N þî N þ î 2
: koefisien korelasi product moment Pearson
xciii
åX
: jumlah skor
åY
: jumlah skor dalam sebaran Y
å XY
:jumlah hasil skor X dan skor Y yang berpasangan
åX 2
:jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
åY 2
: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
N
: banyaknya sampel
Semua item yang valid menjadi kesatuan dalam pengukuran validitas konstruk, sedang item yang tidak valid dibuang. Kriteria uji validitas tersebut adalah jika ρ < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah valid, sebaliknya jika ρ > 0,05 maka kriteria pengujian dinyatakan tidak valid. Uji validitas item dilakukan dengan menggunakan teknik analisis Product moment. Variabel yang diujicobakan hanyalah variabel terikat saja yaitu variabel minat menjadi guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. Untuk dua variabel bebas lain yaitu variabel jenis kelamin dan pekerjaan orang tua merupakan data nominal yang tidak perlu dibuat instrument dan diuji validitas atau uji reliabilitasnya. Adapun hasil perhitungan validitas dari minat menjadi guru yaitu dari 55 item yang diujicobakan, terdapat 46 item yang dinyatakan valid dan 9 item yang dinyatakan tidak valid. Perhitungan uji validitas minat menjadi guru selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 pada halaman 125 . b. Uji ReliabilitasAngket Uji reliabilitas angket digunakan untuk mengetahui keandalan angket apakah dipercaya atau tidak untuk mengumpulkan data penelitian. Uji reliabilitas angket dalam
penelitian ini menggunakan formula alpha cronbach yang dikemukakan
dalam Saifuddin Azwar (1997: 78), yaitu: 2 é K ùé å s j ù a =ê ú ê1 - s 2 ú ë (K - 1) û ëê ú x û
K
: Banyaknya item
s 2j
: variable belahan j:j = 1,2,3
s x2
: Varians skor
xciv
kriteria koefisien korelasi reliabilitas, yaitu Kriteria uji reliabilitas tersebut adalah jika ρ >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kriteria pengujian adalah reliabel, sebaliknya jika ρ < 0,05 maka kriteria pengujian dinyatakan tidak reliabel. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan formula Alpha Cronbach menunjukkan bahwa hasil perhitungan diperoleh α = 0,958 yang terletak pada kriteria koefisien korelasi reliabilitas 0,9-1,0 yang berarti angket tersebut reliabel sangat tinggi.perhitungan reliabilitas minat menjadi guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta dapat dilihat pada lampiran 6 pada halaman 1
E. Teknik Uji Persyaratan Analisis Analisa data digunakan untuk menguji hipotesis yang sudah dirumuskan, dalam penelitian ini data dianalisis dengan menggunakan Anava (Analisis Varian) dua jalur. Dasar pemikiran dari anava adalah bahwa varians total subjek dapat dianalisis menjadi dua sumber, yaitu varians antar kelompok dan varians dalam kelompok. Anava dua jalur digunakan untuk menguji kemampuan generalisasi, sedangkan tujuan anava dua jalur adalah untuk membandingkan lebih dari rata-rata. Sesuai dengan teknik yang digunakan, peneliti menggunakan dasar dalam analisis dengan pedoman sebagai berikut : Kaidah Uji Hipotesis Menggunakan Komputer : Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan Jika ρ (probabilitas) < 0,15 = cukup signifikan Jika ρ (probabilitas) < 0,30 = kurang signifikan Jika ρ (probabilitas) > 0,30 = tidak signifikan Kaidah Uji Hipotesis Konvensional (Menggunakan Tabel Signifikansi) : Jika ρ (probabilitas) < 0,01 = sangat signifikan Jika ρ (probabilitas) < 0,05 = signifikan Jika ρ (probabilitas) > 0,05 = tidak signifikan Dalam uji butit tes menggunakan signifikansi ρ < 0,30. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut:
xcv
1. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan salah satu syarat umum yang dituntut dalam analisis variansi. Uji normalitas bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini melalui metode chi kuadrat dengan paket Seri Program Statistik (SPS 2000) modul uji prasarat program uji normalitas sebaran edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih universitas Gadjah Mada, Yogyakarta-Indonesia Versi IBM/IN sebagai alat bantu. Jika ρ > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal, sebaliknya jika ρ < 0,05 maka data yang dipeoleh berdistribusi tidak normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas sampel digunakan untuk menguji gejala kesamaan keragaman (variansi) yang terjadi dari kelompok residu satu dengan kelompok residu yang lain. Dalam penelitian ini ada tidaknya heteroskedastisitas (ketidaksamaan varians dari residual) ditentukan melalui metode uji Barlett dengan Seri Program Statistik (SPS 2000) modul uji prasarat program uji homogenitas variansi 1-jalur edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih universitas Gadjah Mada, Yogyakarta-Indonesia Versi IBM/IN sebagai alat bantu. Jika ρ > 0,05 maka variansi populasi data adalah identik (variansi sama), sebaliknya jika ρ < 0,05 maka variansi populasi data adalah tidak identik (variansi tidak sama).
F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode teknik Analisis Variansi Dua Jalan (Two-Way Anova) dengan rumus sebagai berikut: F =
MeanSquareBetween MeanSquareWithin
Untuk pengujian analisis ini penulis memanfaatkan software Seri Program Statistik (SPS 2000) modul Analisi Variansi (Anava) progran analisis variansi dua jalur (anava AB) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih universitas Gadjah Mada, Yogyakarta-Indonesia Versi IBM/IN sebagai alat bantu. Pengambilan keputusan Jika ρ < 0,30 maka hipotesis awal signifikan, sebaliknya jika ρ > 0,30 maka tidak signifikan.
xcvi
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Wilayah Penelitian a. Profil Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta berada di Jalan Monginsidi No. 40 Margoyodan, Kecamatan Banjarsari, dan berdampingan dengan SMA Negeri 1 Surakarta. Lebih tepatnya SMA Negeri 2 Surakarta dibatasi oleh: 1)
Sebelah Barat
:
SD Kristen Margoyudan
2)
Sebelah Timur
:
SMA Negeri 1 Surakarta
3)
Sebelah Selatan
:
Jalan Raya Monginsidi
4)
Sebelah Utara
:
Perumahan Penduduk
Margoyudan ini dikenal dengan lingkungan pendidikan karena selain SMA Negeri 2 Surakarta, terdapat beberapa sekolah lainnya seperti SMK Kristen, SMP Warga, SMA Warga, SMA Kristen Monginsidi, SMA Widya Pratama, IAKS (Institut Agama Kristen Surakarta), SMIT Tunas Pembangunan, SMA Kristen 1, SMP Negeri 4 dan ASKI. SMA Negeri 2 Surakarta berdiri pada tanggal 17 Agustus 1951, pada saat itu di Solo terdapat 3 SMA Negeri, yaitu : SMA Negeri I A/B, SMA Negeri II A/B, SMA Negeri Bagian Malam, yang dipimpin oleh R. Soepandan (Pimpinan), R. Parjatmo (Wakil Pimpinan) dan Roespandji (Wakil Pimpinan). Berdasarkan sejarah berdirinya, SMA Negeri 2 Surakarta terbagi atas tiga periode, yaitu : 1) Periode Pra Berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta a) Pada bulan Agustus 1943 (Masa pendudukan Jepang), Mr. Widodo Sastrodingrat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Kasunan memprakarsai berdirinya Sekolah Menengah Tinggi setingkat AMS (Algement Middle Baare School) b) Pada tanggal 3 November 1943 (SK X/II/1943) diresmikan berdirinya SMT Negeri Sala di Manahan dengan nama Koto Chu Gakko (Sekarang SMP Negeri
xcvii
1 Surakarta) dipimpin Mr. Widodo Sastrodiningrat dan Wakil Pimpinan S. Djajeng Soegianto, kelas dan jumlah siswa terdiri atas Kelas IA (Sosial Budaya) 33 siswa, Kelas I B (Pasti Alam) 34 siswa. c) Pada tanggal 1 Agustus 1944, Pimpinan sekolah diserahkan kepada S. Djajeng Soegianto karena Mr. Widodo merangkap sebagai Kepala bagian Pendidikan Kasunanan. d) Pada bulan April 1945, Pimpinan sekolah diserahkan kepada N. Barnawi, karena S. Djajeng Soegianto diangkat sebagai Pimpinan SMP Puteri di Pasar Legi Sala. e) Pada bulan Agustus 1945, setelah perang dunia ke-2 dan Indonesia merdeka, SMT Negeri Sala diserahkan kepada Kantor Pendidikan Mangkunegaran dibawah Kantor Barayawiyata. f) Pada bulan November 1945, SMT Negeri Sala ditutup, karena sebagian besar pelajar berjuang di garis depan. Gedung sekolah dipakai untuk asrama BPI (Barisan Polisi Istimewa) yang anggotanya terdiri dari pelajar-pelajar SMT sendiri. Sedangkan para Guru dan Tenaga Tata Usaha dipekerjakan di Kantor Barayawiyata untuk menterjemahkan Ensiklopedia (16 vol) sesuai bidangnya masing-masing dan tenaga tata usaha membantu Kepala Barayawiyata. g) Pada bulan Maret 1946, SMT dibuka kembali dibawah Pimpinan Roespandji Atmo Wirogo. h) Pada bulan Juni 1946, diselenggarakan Ujian Penghabisan SMT yang pertama, selaku Ketua Roespandji Atmo Wirogo, penulis Soepono dan Santoso. i) Pada bulan April 1947, Roespandji Atmo Wirogo diangkat sebagi Pejabat Residen Surakarta, pimpinan sekolah diserahkan kepada R. Soepandam. j) Pada bulan Juni 1947, diselenggarakan Ujian Penghabisan yang ke-2, selaku Ketua R. Soepandam, Penulis R. Parjatmo. Pelaksanaan Ujian Penghabisan terbagi atas tiga jurusan, yaitu : Jurusan A (Sastra Budaya, Jurusan B (Pasti Alam) dan Jurusan C (Ekonomi). k) Pada Tanggal 21 Juli 1947, Clash I (Perang mempertahankan kemerdekaan RI) para pelajar berjuang, gedung sekolah dijadikan Markas Angkatan Laut pimpinan Achmad Yadau. Sebagian besar pelajar putri yang tidak berjuang
xcviii
diberi materi pelajaran sekolah bertempat di pendopo rumah R. Parjatmo di Punggawan 10 Sala. l) Pada bulan September 1947, sekolah dibuka masuk siang (13.30 – 17.30), memakai gedung SMP Negeri II (gedung depan Pura Mangkunegaran), karena gedung sekolah di manahan diserahkan kembali kepada Angkatan Laut. m) Pada bulan Juni 1948, diselenggarakan Ujian Penghabisan yang ke-3, selaku Ketua R. Soepandam dan Penulis Tegoeh Gondoatmojo. n) Pada tanggal 19 Desember 1948 Clash II (Perang mempertahankan kemerdekaan RI), pada pukul 09.00 ada instruksi dari komandan KMK Achmadi (Eks-pelajar SMT Manahan Sala) untuk membakar gedung SMT Manahan. Pada tanggal 20 Desember 1948 gedung tersebut dibakar, tetapi hanya sebagian yang terbakar sehingga kegiatan sekolah terhenti, sebagian besar pelajar dan guru berjuang. o) Bulan November 1949, R. Soepandam mendapat perintah dari Menteri P dan K untuk membuka kembali SMA A/B Sala. R. Parjatmo dan Soemitro ditugaskan untuk mencari gedung dan guru, sedangkan Ibu Awalin (Seorang Ibu Guru) ditugaskan untuk menyelenggarakan pendaftaran murid-murid. p) Pada tanggal 15 Desember 1949 (SK No. XX/12/1949), pembukaan dengan resmi SMA Negeri A/B di Margoyudan Sala, terdiri dari SMA Negeri A/B I membuka dua kelas (Bagi murid biasa dan masuk pagi) dan SMA Negeri A/B II membuka dua kelas (Bagi murid bekas pejuang dan masuk siang). Selaku pimpinan R. Soepandam dan Wakil Pimpinan R. Parjatmo dan Roespandji Atmowirogo. q) Pada bulan November 1950, atas permohonan dan desakan para pelajar ekspejuang, maka membuka enam kelas tambahan, pelaksanaan kegiatan belajar dilakukan pada malam hari. Tambahan kelas khusus untuk para pejuang diberi nama Enam Tambahan Kelas Baru. Akhirnya enam kelas baru ini digabungkan dengan SMA Negeri A/B II pada akhir tahun. 2) Periode Berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta a) Pada tanggal 17 Agustus 1951, tepat pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-6, SMA Negeri 2 Surakarta berdiri. Pada saat itu
xcix
dibuka SMA A/B Malam dengan nama SMA Negeri I Bagian Malam, terdiri enam kelas. b) Jadi pada saat itu di Sala telah berdiri tiga SMA Negeri A/B dibawah satu kepemimpinan, yaitu : SMA Negeri I A/B, SMA Negeri II A/B, dan SMA Negeri Bagian Malam, selaku pimpinan R. Soepandam dan wakil pimpinan R. Parjatmo dan Roespandji Atmowirogo. Pada periode ini SMA Negeri Margoyudan mendapat bantuan tenaga pengajar dari Universitas Gajah Mada, yaitu : Prawoto, Soenardjo, Baiquni. 3) Periode Pasca Berdirinya SMA Negeri 2 Surakarta a) Pada tahun 1952, pada saat itu mulai dirintis belajar menggunakan laboratorium, diawali dengan menyediakan laboratorium kimia dan fisika. Mulai saat itu pula kegiatan sekolah berjalan dengan lancar dan tiap akhir tahun pelajaran bisa meluluskan siswa-siswi dengan hasil yang sangat memuaskan, bahkan kini sebagian besar alumni telah mengambil peran mengabdikan dirinya kepada bangsa dan negara sebagi pemimpin, baik di tingkat daerah yang tersebar di seluruh penjuru tanah air maupun di tingkat pusat. b) Pada tanggal 1 Agustus 1956, SMA Negeri I Bagian Malam diubah namanya menjadi SMA Negeri A/B III, sekaligus terjadi perubahan nama SMA beserta pimpinannya, yaitu : SMA Negeri I B dipimpin R. Soepandam, SMA Negeri II A dipimpin R. Parjatmo dan SMA Negeri III B dipimpin Roespandji Atmowirogo. Pada tanggal 30 Januari 1967, SMA Negeri III hijrah dari Margoyudan (Jalan Monginsidi 40) ke Jalan Warungmiri 90, sehingga di Margoyudan tinggal SMA Negeri I dan SMA Negeri II Surakarta Adapun kepala sekolah yang pernah memimpin SMA Negeri 2 Surakarta adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
R. Soepandam R. Parjatmo Hartati Soejanto Soetasno, BA Djambari Soetjipto Widagdo, BA Drs. Praja Suminta Drs. Soedjinto, SF, MM
(1951 – 1956) (1956 – 1964) (1964 – 1965) (1965 – 1981) (1981 – 1989) (1989 – 1992) (1992 – 1994) (1994 – 1998) (1998 – 2002)
c
10) Drs. H. Winarno 11) Dra. Hj. Endang Sri K, M.P 12) Drs.Sukardjo
(2002 – 2005) (2005 – 2007) (2007– Sekarang)
b. Visi dan Misi Visi Sekolah Visi SMA Negeri 2 Surakarta adalah mampu menjadi SMA unggulan yang berwawasan IPTEK, Seni, Olahraga dan IMTAQ dengan indikator sebagai berikut: 1) Unggul dalam hal kedisiplinan dan ketertiban. 2) Unggul dalam penguasaan perangkat teknologi modern. 3) Unggul dalam perolehan NEM (Nilai Ebtanas Murni). 4) Unggul dalam persaingan SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) 5) Unggul dalam bidang Fisika,Kimia, Biologi dan Matematika. 6) Unggul dalam penguasaan bahasa Inggris dan bahasa Jerman. 7) Unggul dalam Kesenian dan Olahraga. 8) Unggul dalam bidang Kesenian. Misi Sekolah Misi SMA Negeri 2 Surakarta adalah sebagai berikut: 1) Menumbuhkan semangat disiplin tinggi kepada seluruh warga sekolah. 2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efesien, sehingga mencapai hasil yang optimal. 3) Mendorong semangat seluruh warga sekolah untuk lebih berprestasi sesuai bakat minatnya. 4) Membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya agar dapat dikembangkan secara optimal (meliputi bidang agama, bahasa, seni, budaya, olahraga dan ilmu pengetahuan), sehingga memiliki kepercayaan diri yang kuat dan mampu bersaing masuk perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang favorit. 5) Mendorong meningkatkan penghayatan dan pengamatan agama dan budi pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan persaudaraan yang sejati. 6) Mendorong dan memfasilitasi segala bentuk kegiatan untuk meningkatkan sumber daya warga sekolah, sehingga lebih dapat meningkatkan kualitas dirinya.
ci
7) Membawa warga sekolah untuk menjadi agen perubahan kearah perubahan kehidupan masyarakat. c. Tujuan Melandaskan kepada visi dan misi diatas, maka tujuan sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Menumbuhkan serta menanamkan semangat kedisiplinan yung tinggi. 2) Menumbuhkembangkan tentang ketrampilan hidup sesuai dengan perkembangan, tuntutan masyarakat dan dunia kerja. 3) Meningkatkan kualitas mutu akademik sesuai dengan perkembangan dan menjadikan sebagai sekolah unggulan. 4) Meningkatkan ketrampilan yang berwawasan IPTEK , Seni, Olahraga yang didasari sikap mental IMTAQ. 5) Menanamkan sikap budi pekerti luhur dan sopan santun / tata krkama. 6) Menghindarkan perilaku yang menyimpang (narkoba, napza, miras, pergaulan bebas, dan lain-lain). 2. Data Penelitian Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah jenis kelamin dan pekerjaan orang tua, sedangkan variabel terikat adalah minat menjadi guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. Data secara lengkap dari tabel dibawah ini yang diambil dari data induk penelitian pada lampiran 11. adapun data penelitian secara lengkap adalah sebagai berikut: Tabel 3. Data Penelitian Perempuan No
Pekerjaan Orang Tua
Laki-Laki Minat
No
Pekerjaan Orang Tua
Minat
menjadi
Menjadi
guru
guru
1
PNS
107
1
PNS
111
2
PNS
132
2
PNS
108
3
PNS
118
3
PNS
120
4
PNS
81
4
PNS
112
cii
5
PNS
87
5
PNS
123
6
PNS
96
6
PNS
99
7
PNS
89
7
PNS
129
8
PNS
84
8
PNS
93
9
PNS
106
9
PNS
101
10
PNS
98
10
PNS
120
11
Non PNS
135
11
PNS
118
12
Non PNS
100
12
Non PNS
122
13
Non PNS
103
13
Non PNS
118
14
Non PNS
141
14
Non PNS
114
15
Non PNS
148
15
Non PNS
108
16
Non PNS
110
16
Non PNS
103
17
Non PNS
111
17
Non PNS
107
18
Non PNS
98
18
Non PNS
110
19
Non PNS
99
19
Non PNS
104
20
Non PNS
146
20
Non PNS
104
21
Non PNS
106
21
Non PNS
111
22
Non PNS
113
22
Non PNS
64
23
Non PNS
176
23
Non PNS
92
24
Non PNS
128
24
Non PNS
102
25
Non PNS
104
25
Non PNS
168
26
Non PNS
107
26
Non PNS
164
27
Non PNS
112
27
Non PNS
156
28
Non PNS
82
28
Non PNS
124
29
Non PNS
120
29
Non PNS
116
30
Non PNS
104
30
Non PNS
107
31
Non PNS
80
31
Non PNS
114
32
Non PNS
82
33
Non PNS
94
a. Deskripsi Data Minat menjadi Guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta
ciii
Minat menjadi guru merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Dari tabel diatas dapat diperoleh data minat menjadi guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta sebagai berikut: Tabel 4. Data Minat menjadi Guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta Pekerjaan
Jenis Kelamin
Orang Tua PNS
Non PNS
Laki-Laki
Perempuan
111,108,120,112,123,99,129,93,
107,132,118,81,87,96,89,84,106,
101,120,118
98
122,118,114,108,103,107,110,104,
135,100,103,141,148,110,111,98,
104,111,64,92,102,168,164,156,124, 99,146,106,113,176,128,104,107, 116,107,114
112,82,120,104,80,82,94
Berdasarkan tabel diatas, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Skor tertinggi
: 176
2) Skor terendah
: 64
3) Mean
: 111,55
4) Median
: 108,65
5) Modus
: 98
6) S.B
: 21,24
7) S.R
: 15,06
8) Range
: 23
Adapun sebaran frekwensi skor minat menjadi guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5. Distribusi Frekwensi skor minat menjadi guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta Interval
Frekuensi
fX
f X2
f%
f%Naik
155,5 – 178,5
4
664
110,432
6,25
100
132,5 – 155,5
4
570
81,326
6,25
93,75
109,5 – 132,5
23
2,706
319,278
35,94
87,5
civ
86,5 – 109,5
27
2,726
276,148
42,19
51,56
63,5 – 86,5
6
473
37,561
9,28
9,38
Total
64
7,139
824,745
100
-
Untuk perhitungan lebih lanjut mengenai sebaran distribusi minat menjadi guru dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 143. Jika disajikan dalam bentuk grafik histogram, maka dapat dilihat pada gambar berikut ini:
frekuensi
30 25
155,5-178,5
20
132,5-155,5
15
109,5-132,5
10
86,5-109,5
5
63,5-86,5
0 interval
Berdasarkan data histogram di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai tertinggi dari minat menjadi guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta terletak pada interval 155,5 – 178,5. Sedangkan nilai terendah dari minat menjadi guru terletak pada interval 63,5 – 86,5. Mean empiris dari table diatas adalah 111,55 terletak pada interval 109,5 – 132,5.hal ini menunjukkan minat menjadi guru siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta cukup tinggi.
b. Deskripsi Data Jenis Kelamin siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta Jenis kelamin merupakan variable bebas pertama ( X1 ) dari penelitian ini. Berdasarkan data induk penelitian, maka data mengenai jumlah siswa laki-laki dan perempuan SMA Negeri 2 Surakarta adalah sebagai berikut: Tabel 6. Jumlah siswa berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Siswa
Laki-laki
31
Perempuan
33
cv
Total
64
Jika disajikan dalam bentuk grafik histogram, maka dapat dilihat pada gambar berikut
Jumlah siswa
ini: 35 30 25 20 15 10 5 0
laki-laki perempuan
laki-laki
perempuan
Jenis kelamin
Berdasarkan histogram diatas maka jumlah siswa perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa laki-laki. Dimana jumlah siswa laki-laki adalah 31 siswa sedangkan jumlah siswa perempuan adalah 33 siswa.
c. Deskripsi Data pekerjaan Orang Tua siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta Pekerjaan orang tua merupakan variable bebas kedua ( X 2 ) dari penelitian ini. Berdasarkan data induk penelitian, maka data mengenai jumlah siswa dengan pekerjaan orang tua sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan jumlah siswa dengan pekerjaan orang tua sebagai Non Pegawai Negeri Sipil (Non PNS) SMA Negeri 2 Surakarta adalah sebagai berikut: Tabel 7. Jumlah siswa berdasarkan Pekerjaan orang tua Pekerjaan Orang Tua
Jumlah Siswa
PNS
21
Non PNS
43
Total
64
Jika disajikan dalam bentuk grafik histogram, maka dapat dilihat pada gambar berikut ini:
cvi
jumlah siswa
50 40 30
PNS
20
Non PNS
10 0 PNS
Non PNS
Pekerjaan orang tua
Dilihat dari histogram diatas maka jumlah siswa dengan pekerjaan orang tua sebagai Non Pegawai Negeri Sipil (Non PNS) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa dengan pekerjaan orang tua sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dimana jumlah siswa dengan pekerjaan orang tua Non PNS adalah 43 siswa sedangkan jumlah siswa dengan pekerjaan orang tua (PNS) adalah 21 siswa.
B. Uji Persyaratan Analisis Dalam penelitian ini, pengujian persyaratan analisis dilakukan dengan menggunakan 1. Uji normalitas 2. Uji homogenitas Adapun hasil persyaratan analisis setelah dilakukan perhitungan sengan bantuan computer Seri Program Statistik edisi Sutrisna Hadi UGM Versi IBM/IN diperoleh data sebagai berikut: 1. Uji normalitas Uji normalitas diguakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari data yang berdistribusi normal atau tidak. Ketentuan dalam uji normalitas adalah jika p >0.05 maka sample yang diambil dari populasi berdistribusi normal. Sedangkan jika sample yang diambil p<0,05, maka smpel berasal dari sampel yang tidak berdristibusi normal. Adapun uji normalitas dengan metode chi kuadrat yang disajikan pada tebel berikut: Tabel 8. Hasil Analisis Uji Normalitas
cvii
klas
fo
fh
fo-fh
( fo - fh)2
( fo - fh) 2 fh
3
8
10,16
-2,16
4,65
0,46
2
48
43,69
4,31
18,61
0,43
1
8
10,16
-2,16
4,65
0,46
Total
64
64,00
0,00
-
1,34
Ketentuan dalam uji normalitas adalah jika p >0.05 maka sample yang diambil dari populasi berdistribusi normal. Berdasarkan hasil table diatas maka besarnya chi kuadrat = 1,342, db= 2, p= 0,511. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil uji normalitas minat menjadi guru dengan p = 0,511>0,05 berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1 pada halaman 14
2. Uji homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Adapun uji homogenitas yang dilakukan dengan metode Barlett disajikan pada table berikut:
Tabel 9. Analisis Uji Barlett Sumber
db
Var
Db*log (Var)
A1
30
408,265
78,328
A2
32
491,313
86,123
Berdasarkan data diatas maka dapat dibuat table uji homogenitas barlett sebagai berikut: Tabel 10. Rangkuman Uji Homogenitas Barlett Sumber
Kai kuadrat
Db
p
Status
Jenis Kelamin
0,260
1
0,610
Homogen
cviii
Dari tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel minat menjadi guru berdasarkan jenis kelamin berasal dari sampel yang homogen. Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1 pada halaman 14 C. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis variansi dua jalur sel tak sama. Adapun data tiap selnya adalah sebagai berikut: Tabel 11. Jumlah siswa berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan orang tua Pekerjaan
Jenis Kelamin
Orang Tua
Laki-Laki
Perempuan
PNS
11
10
Non PNS
20
23
Tabel 12. Jumlah data minat menjadi guru berdasarkan jenis kelamin dan pekerjaan orang tua Pekerjaan
Jenis Kelamin
Orang Tua
Laki-Laki
Perempuan
PNS
1234
998
Non PNS
2308
2599
Kedua data diatas kemudian akan diolah dengan menggunakan paket Seri Program Statistik (SPS-2000) program analisis variansi dua jalur (ANAVA AB) edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih dalam tabel berikut Tabel 13. Data Statistik Induk Sumber
n
åX
åX
Laki-laki
31
3542
33
21
Rerata
SB
416950
114,258
20,206
3597
407795
109,000
22,166
2332
241634
106,286
14,840
2
(A1) Perempuan (A2) PNS
cix
(B1) Non PNS
43
4907
583111
114,116
23,474
11
1234
139674
112,182
11,143
20
2308
277276
115,400
23,988
10
998
101960
99,800
16,192
23
2599
305835
113,000
23,499
64
7139
824745
111,547
21,236
(B2) Laki-laki PNS (A1B1) Laki-laki Non PNS (A1B2) Perempuan PNS (A2B1) Perempuan Non PNS (A2B2) total
Adapun hasil perhitungan analisis variansi dua jalur sel tak sama disajikan dalan tabel berikut: Tabel 14. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Dua Jalur Sel Tak Sama Sumber
JK
db
RK
F
R2
p
Kesimpulan
Jenis
441,924
1
441,924
0,991
0,016
0,676
Tidak
Kelamin
terdapat
(A)
perbedaan
Pekerjaan
865,155
1
865,155
1,941
0,030
0,165
Orang Tua
Terdapat perbedaan
(B) Inter (AB)
354,550
1
354,550
0,795
0,012
0,620
Tidak terdapat perbedaan
Galat
26.750,250
60
445,837
-
-
-
-
Total
28.411,880
63
-
-
-
-
-
Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 156
cx
2. Uji Lanjut Pasca Anava Pengujian pasca anava pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t pasca anava. Pengujian komparasi pasca anava dalam penelitian ini kanya dilakukan antar kolom karena dari ketiga hipotesis hanya hipotesis perbedaan minat menjadi guru yang berdasarkan pekerjaan orang tua saja yang terbukti. Adapun hasil komparasi antar kolom disajikan dalam kolom berikut: Tabel 15. Uji t antar rerata B (Pekerjaan Orang Tua) Komparasi
P
Rerata
Kesimpulan
B1 vs B2
0,165
B1 = 106,286
Terdapat
B2 = 114,116
signifikan
perbedaan minat
yang
menjadi
guru antara siswa dengan pekerjaan orang tua PNS dan siswa
dengan
pekerjaan
orang tua Non PNS
Ketangan: B1: Pekerjaan orang tua PNS B2: Pekerjaan orang tua Non PNS Dari uji komparasi antar kolom yang terdapat pada lampiran 14 dapat diperoleh kesimpulan yaitu terdapat perbedaan minat menjadi guru antara siswa dengan pekerjaan orang tua sebagai PNS dan siswa dengan pekerjaan orang tua Non PNS dengan nilai p= 0,165<0,30. sedangkan dilihat dari rerata pekerjaan orang tua PNS
dan pekerjaan orang tua
Non PNS juga terdapat perbedaan, dimana rerata
pekerjaan orang tua PNS (B1) = 106,286 < rerata pekerjaan orang tua Non PNS (B2) = 114,116. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa minat menjadi guru siswa dengan pekerjaan orang tua Non PNS dengan rerata= 114,116 lebih tinggi dari siswa dengan pekerjaan orang tua PNS dengan rerata = 106,286. perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14 pada halaman 156. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa minat menjadi guru siswa dengan pekerjaan orang tua Non PNS lebih tinggi dari siswa dengan pekerjaan orang tua PNS pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta.
cxi
D. Kesimpulan Pengujian Hipotesis Dari pengujian hipotesis diatas, maka terdapat kesimpulan hipotesis sebagai berikut: 1. HOA diterima karena p = 0,676 > 0,30 , artinya tidak terdapat perbedaan minat menjadi guru antara siswa laki-laki kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta dengan siswa perempuan kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. Sehingga hipotesis yang berbunyi “Terdapat perbedaan minat menjadi guru siswa perempuan dan siswa laki-laki pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta”ditolak. 2. HOB ditolak karena p = 0,165 < 0,30, artinya terdapat perbedaan minat menjadi guru siswa dengan pekerjaan orang tua Non PNS lebih dan siswa dengan pekerjaan orang tua
PNS. Sehingga hipotesis yang berbunya “Terdapat perbedaan minat
menjadi guru siswa dengan pekerjaan orang tua PNS dan Non PNS pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta” diterima. 3. HOAB diterima karena p =0,620 > 0,30, artinya tidak terdapat perbedaan minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin dan pekerjaan orang tua pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. Sehingga hipotesis yang berbunyi “Terdapat perbedaan minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin dan jenis pekerjaan orang tua siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta” ditolak. (Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14 ).
E. Pembahasan Analisis Data 1. Hipotesis Pertama Dari analisis variansi dua jalur sel tak sama, diperoleh p = 0,676 > 0,30. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan minat menjadi guru antara siswa laki-laki kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta dengan siswa perempuan kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. Tidak ditolaknya HOA ini mungkin dikarenakan adanya perubahan pandangan masyarakat terhadap profesi guru dari profesi yang penuh dengan tanggung jawab tinggi namun mempunyai penghasilan yang rendah menjadi profesi yang menjanjikan untuk penghidupan di masa mendatang.. Saat ini pemerintah sedang berusaha meningkatkan
cxii
kesejahteraan guru diantaranya dengan menerapkan kebijakan peningkatan gaji, tunjangan dan kesejahteraan mereka, termasuk menyiapkan tunjangan sertifikasi guru yang nilainya satu bulan gaji bagi para guru yang telah memenuhi kualifikasi dipersyaratkan. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda untuk memilih profesi keguruan sehingga tidak hanya anak perempuan saja yang mempunyai minat dalam pekerjaan ini tetapi anak laki-lakipun sudah mulai menggemarinya.
2. Hipotesis Kedua Dari analisis variansi dua jalur sel tak sama, diperoleh p = 0,165 < 0,30. Hal ini berarti terdapat perbedaan minat menjadi guru siswa dengan pekerjaan orang tua Non PNS dan siswa dengan pekerjaan orang tua PNS pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta.. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masalah perbedaan minat menjadi guru faktor pekerjaan orang tua berpengaruh terdapat perbedaan tersebut. Ditolaknya HOB ini mungkin terjadi karena orang tua adalah cermin bagi seorang anak. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial hidup dalam sebuah lingkungan yang memiliki pengaruh yang besar terhadap terbentuknya kepribadian, sikap, perbuatan, dan minat seseorang. Lingkungan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa individu adalah lingkungan keluarga. Keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan individu karena keluarga merupakan pondasi dari pendidikan dan karakter individu. Dari lingkungan keluarga seorang anak akan memperoleh persepsi awal mengenai hal-hal yang dianggap baik dan buruk. Keluarga mempunyai tugas fundamental dalam mempersiapkan anak di masa depan. Dasar-dasar perilaku, sikap hidup, dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak sejak dalam lingkungan keluarga. Karena hal inilah maka pekerjaan orang tua juga memegang perana penting dalam menciptakan pengaruh bagi minat anak balam memilih pekerjaan.
3. Hipotesis Ketiga Dari analisis variansi dua jalur sel tak sama, diperoleh p = 0,620 > 0,30, Hasil analisis ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin dan pekerjaan orang tua pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. Tidak ditolaknya HOAB
ini dikarenakan perbedaaan minat terjadi karena pada dasarnya
cxiii
manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang terdiri dari dua aspek yaitu makhluk individual dan makhluk sosial yang memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda yang terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya. Minat tidak terbentuk secara serta merta melainkan melalui proses panjang yang dipengaruhi oleh lingkungan. Pada dasarnya Minat seseorang selalu mengalami perubahan. Sejak dari kecil, mula-mula minat masih mudah berubah-ubah tetapi dengan bertambahnya umur saat memasuki masa remaja maka minat pada individu akan semakin tetap dan mantap. Perubahan minat pada individu ini dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya keadaan jasmaninya, status mental, dan perasaan, serta lingkungan sosialnya. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk minat saat dia dewasa nanti. Keluarga adalah lingkunan pertama yang dikenal oleh seorang anak dimana seorang anak akan memperoleh persepsi awal mengenai hal-hal yang dianggap baik dan buruk. Orang tua akan menjadi contoh konkrit dan suri tauladan bagi seorang anak sehingga orang tua harus memberikan contoh yang baik karena hal ini akan menjadi pondasi awal dari kepribadian seorang anak. Seiring dengan tingkat kedewasaanya seorang anak akan semakn banyak memperoleh pengaruh dari luar yang pada akhirnya akan mempengaruhi perubahan pola pikir dan minat yang dimiliki.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh
p=
0,676 > 0,30. hal ini berarti tidak terdapat perbedaan minat menjadi guru antara siswa laki-laki kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta dengan siswa perempuan kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. Usaha peningkatan kesejahteraan guru yang dilakukan pemerintah menjadi daya tarik tersendiri bagi generasi muda untuk memilih profesi keguruan sehingga tidak hanya anak perempuan saja yang mempunyai minat dalam pekerjaan ini tetapi anak laki-lakipun sudah mulai menggemarinya.
cxiv
2. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh
p=
0,165 < 0,30. Ini berarti terdapat perbedaan minat menjadi guru siswa dengan pekerjaan orang tua Non PNS dan siswa dengan pekerjaan orang tua PNS pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. Dari hasil uji komparasi antar kolom pasca anava diperoleh nilai p=0,165<0,30, dimana rerata minat menjadi guru siswa dengan pekerjaan orang tua Non PNS=114,116 dan siswa dengan pekerjaan orang tua PNS dengan rerata = 106,286. sehingga dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa minat menjadi guru siswa dengan pekerjaan orang tua Non PNS lebih tinggi dari siswa dengan pekerjaan orang tua
PNS pada siswa kelas XI SMA Negeri 2
Surakarta. 3. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan diperoleh
p=
0,620 > 0,30, Hasil analisis ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin dan pekerjaan orang tua pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta. Hal ini dikarenakan minat seseorang selalu mengalami perubahan. Sejak dari kecil, mula-mula minat masih mudah berubah-ubah tetapi dengan bertambahnya umur saat memasuki masa remaja maka minat pada individu akan semakin tetap dan mantap. B. Implikasi Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini memiliki beberapa implikasi sebagai berikut: 1. Jenis kelamin secara empiris tidak menyebabkan perbedaan minat menjadi guru. Penelitian ini memiliki implikasi yaitu memberikan wacana baru bahwa sekarang ini tidak ada perbedaan dalam minat menjadi guru antara laki-laki dan perempuan. Profesi guru saat ini tidak hanya identik dengan perempuan tetapi anak laki-lakipun mulai menggemarinya. Hal ini terjadi karena usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan guru sehingga guru bukan lagi profesi yang dipandang sebelah mata. Dengan profesi guru akan diperoleh kehidupan yang mapan dan jaminan hidup di asa depan. 2. Pekerjaan orang tua secara empiris dapat menyebabkan perbedaan minat menjadi guru. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada berbagai pihak yang berkaitan bahwasanya orang tua adalah sauri tauladan dan cermin bagi seorang
cxv
anak. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial hidup dalam sebuah lingkungan yang memiliki pengaruh yang besar terhadap terbentuknya kepribadian, sikap, perbuatan, dan minat seseorang. Lingkungan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan jiwa individu adalah lingkungan keluarga. Keluarga memegang peranan penting dalam perkembangan individu karena keluarga merupakan pondasi dari pendidikan dan karakter individu. Keluarga mempunyai tugas fundamental dalam mempersiapkan anak di masa depan. Dasardasar perilaku, sikap hidup, dan berbagai kebiasaan ditanamkan kepada anak sejak dalam lingkungan keluarga.
Karena hal inilah maka pekerjaan orang tua juga
memegang perana penting dalam menciptakan pengaruh bagi minat anak dalam memilih pekerjaan. 3. Tidak menunjukkannya perbedaan minat menjadi guru ditinjau dari jenis kelamin dan pekerjaan orang tua khususnya pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Surakarta ditinjau secara empiris. Hal ini terjadi karena pada dasarnya manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang terdiri dari dua aspek yaitu makhluk individual dan makhluk sosial yang memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda yang terbentuk sepanjang perkembangan hidupnya. Minat tidak terbentuk secara serta merta melainkan melalui proses panjang yang dipengaruhi oleh lingkungan. Pada dasarnya Minat seseorang selalu mengalami perubahan. Sejak dari kecil, mula-mula minat masih mudah berubah-ubah tetapi dengan bertambahnya umur saat memasuki masa remaja maka minat pada individu akan semakin tetap dan mantap. Orang tua dapat memberikan masukan dan saran dalam pengembangan minat anak tetapi orang tua tidak dapat memaksa seorang anak untuk melakukan apa yang orang tua inginkan, sehingga dalam hal pengembangan minat orang tua hanya perlu melakukan pengawasan dan memberikan bimbangan.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diutarakan diatas maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Orang Tua
cxvi
a. Diharapkan orang tua mampu menciptakan suasana lingkungan rumah yang harmonis, menyenangkan agar dapat menciptakan pondasi yang kokoh dalam kepribadian seorang anak. Perkembangan minat anak sangat berhubungan dengan pengasuhan orang tua setiap hari yaitu bagaimana cara mendidik, membimbing, memberikan keteladanan, perlindungan yang diberikan oleh orang tua dirumah. b. Orang tua sebaiknya memberikan kebebasan kepada seorang anak untuk menentukan pilihan sesuai dengan minatnya karena apabila seorang anak melakukan segala sesuatu sesuai dengan minatnya maka hasilnya akan lebih baik. Orang tua perlu memberikan wawasan dan arahan kepada anak agar seorang anak tidak mudah mendapatkan pengaruh yang buruk dari lingkungan pergaulannya.
2. Bagi Siswa a. Seorang anak hendaknya menyadari bahwa setiap orang mempunyai minat pada objek yang berbeda-beda. Minat yang mereka miliki harus sesuai dengan kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri. Oleh karena itu, ia harus dapat menemukan, mengembangkan dan mengoptimalkan kelebihan itu untuk dirinya sendiri dan menyalurkannya pada bidang yang tepat sehingga akan mendatangkan kesuksesan. b. Anak hendaknya memiliki kesadaran bahwa keluarga akan memberikan segala sesuatu yang terbaik pada dirinya. Kita tidak dapat hidup hanya menuruti keinginan kita sendiri. Namun kita harus dapat menyesuaikan diri dengan aturan, norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
3. Bagi sekolah a. Sekolah hendaknya dapat memberikan dukungan pada siswa untuk dapat mengembangkan minat yang sesuai dengan potensi yang mereka miliki dengan menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh siswa agar potensi yang dimiliki siswa dapat terus dikembangkan.
cxvii
b. Sekolah hendaknya menjalin kerjasama dengan orang tua dalam hal pengawasan dan pengarahan minat anak sehingga dapat diperoleh prestasi yang maksimal.
4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sejenis.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Agus Sujanto. 2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Bumi Aksara. Billey . 2008. Pekerja Profesional dalam http://pointeronline.org. Diakses 28 Maret 2009. Dimyati M, Muh. 1990. Psikologi Suatu Pengantar edisi kesatu. Yogyakarta: BPFE E. Mulyasa. 2006. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. . Fink, Alrene. 1995. How To Sample in Survey. London: Sage Publications. Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Terjemahan Dra.Istiwidayanti dan Drs.Soedjarwo, M.Sc dari judul asli “Development Psycology”. Jakarta: Erlangga. 1999. Perkembangan Anak (Jilid 2 Edisi6). Terjemahan Meitasari Tjandrasa dari judul asli “Child Development”. Jakarta: Erlangga. Izzak Latunussa.1998. Penilitian Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Lau Tze. 2008. Makna Pekerjaan dalam http://iau-tze.blogspot.com/2008/06makna pekerjaan.htm. Diakses 25 Juni 2009.
cxviii
Masri Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: CPSES. Muhibbinsyah. 1995. Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda K arya. Nn. 2006. Guru professional dalam http: //www.atmajaya.ac. id/content.asp?= 0&id= 2357. Diakses 28 Maret 2009. 2006. Jurusan Keguruan UNS Diminati dalam http://www.amrulhp.co,cc/jurusan-keguruan-uns-diminati.html. Diakses 28 Maret 2009. 2008 Pekerjaan dalam http://wikipedia.com/pekerjaan .html. Diakses 28 Maret 2009. Oemar Hamalik. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara Saint Alphonsus Liguari. 2006. Advice To Parents dalam http:// catholicpamphlets. net/pamphletts/ ADVISE TO PARENTS,Pdf. Diakses 22 Desember 2009. Sardirman A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Sevilla, Consuelo G, Jesus A. Ochave, Twila C. Punsalan. Bella P. Regala, Gabriel G. Uriert. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terjemahan Alimuddin Tuwu dari judul asli “An Introduction to Research Methods”. Jakarta: UI- Press. Siswanto Sastrohadiwirya. 2003. Manajemen Tenaga kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Keluarga: Tentang hal ikhwal keluarga, remaja, dan anak. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia. Sugiyono. 2004. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suroto. 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: UGM Press.
cxix
Sutrisno Hadi. 2000. Metode Research Jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset. 2000. Metode Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset. Saifuddin Azwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syamsu Yusuf L.N. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya. T.Hani Handoko.1991. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-UII. T.O. Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru Winarno Surakhmad. 2004. Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah, dasar,metode, dan teknik. Bandung: Tarsito.
cxx
cxxi
cxxii
cxxiii