[117] Inilah Tatanan Sosial Shahih Sunday, 16 February 2014 15:12
Islam memiliki tatanan sosial yang paripurna untuk menjaga seluruh lapisan masyarakat.
Liberalisasi tidak hanya menyasar bidang politik dan ekonomi tapi juga sosial. Pelan tapi pasti, masyarakat dicabut dari akar agamanya. Sedikit demi sedikit, masyarakat dikenalkan dengan budaya serba boleh dan dijauhkan dari nilai-nilai agama.
Bukan pemandangan yang aneh, laki-laki dan wanita berdua-duaan dan melakukan tindak asusila di depan umum—suatu yang tabu dalam beberapa tahun yang lalu. Pacaran dan gonta-ganti pasangan seolah menjadi budaya baru.
Kenyataan itu kian ditumbuhsuburkan dengan pornografi dan pornoaksi hampir di semua media, baik cetak maupun elektronik. Naluri seksual seolah menjadi suatu yang harus dipenuhi, tanpa perlu lagi basa-basi.
Liberalisasi budaya ini menghasilkan masyarakat yang bebas ala binatang. Dalam masyarakat seperti ini jangan bicara soal moralitas, akhlak, atau agama, mereka tak peduli dengan itu. Yang mereka pedulikan adalah terpenuhinya seluruh nalurinya. Masyarakat yang terbentuk pun khas: sekuler-liberal.
Bukan kebaikan yang lahir dari masyarakat seperti itu. Ini sudah terbukti di Barat. Mereka terperosok ke dalam kehinaan dan kehancuran. Muncul penyakit sosial—hancurnya institusi keluarga dan hilangnya kontrol masyarakat—termasuk penyakit yang tidak ada obatnya HIV/AIDS.
Tatanan Shahih
1/5
[117] Inilah Tatanan Sosial Shahih Sunday, 16 February 2014 15:12
Situasi masyarakat yang demikian sangat bertolak belakang dengan sistem Islam. Berbagai dampak kerusakan sosial masyarakat sebagaimana terjadi sekarang, tidak akan ditemukan. Mengapa?
Islam memiliki tatanan sosial yang paripurna untuk menjaga seluruh lapisan masyarakat. Syeikh Taqiyuddin An Nabhani dalam kitabnya Nidzam Ijtima’i fi al-Islam menggambarkan bagaimana sistem pergaulan dalam Islam itu bekerja dan menaungi manusia yang ada di dalamnya sehingga memunculkan masyarakat yang khas.
Secara preventif, negara Islam mendidik rakyatnya dengan kepribadian Islam (Syakhsiyah Islamiyah). Pendidikan akidah dan syariah ditanamkan sejak dini pada pendidikan dasar dan menengah. Dan ini merupakan menu utama pendidikan. Harapannya akan lahir generasi yang terikat dengan akidah dan syariah Islam.
Secara umum, kehidupan laki-laki dan perempuan dipisah. Kendati begitu, masih boleh keduanya melakukan pertemuan dalam hal-hal yang memang mengharuskan adanya pertemuan seperti dalam hal muamalah, pendidikan, industri dan sebagainya, sebatas kepentingannya itu saja.
Bersamaan dengan itu, berbagai sarana yang memicu lahirnya rangsangan seksual pada rakyat dihilangkan. Menurut Syeikh Taqiyuddin, naluri seksual itu lahir karena faktor eksternal, bisa berupa sesuatu yang terindera secara fisik—apakah pornografi dan pornoaksi—dan makna-makna yang bisa menimbulkan pikiran-pikiran atau pembayangan—buku cerita, dongeng dsb. Maka tayangan televisi dan siaran radio tidak akan seperti sekarang yang mengumbar aurat dan pikiran-pikiran kotor.
Negara juga memberikan kemudahan bagi laki-laki dan perempuan untuk menikah. Tidak hanya itu, negara memberikan kesejahteraan kepada warga negara dengan melihat individu per individu dalam mencukupi kebutuhannya. Termasuk di dalamnya adalah jaminan negara terhadap sandang rakyatnya agar mereka bisa menutup aurat sesuai perintah Allah SWT. Dengan jaminan kesejahteraan itu maka tidak ada alasan lagi bagi perempuan misalnya untuk melacurkan diri dengan alasan ekonomi.
Islam mendidik rakyat sedemikian rupa sehingga mereka mampu menjadi orang-orang yang
2/5
[117] Inilah Tatanan Sosial Shahih Sunday, 16 February 2014 15:12
takwa. Islam dengan tegas menyatakan zina sebagai dosa besar. Jangankan melakukannya, umat Islam bahkan diminta untuk menjauhkan diri dari segala perbuatan yang mendekati perzinaan. Maka Islam melarang
khalwat (berdua-duaan laki-laki dan perempuan), kaum perempuan untuk ber-tabarruj,
perempuan untuk bepergian jauh kecuali dengan mahram. Serta larangan bagi laki-laki dan perempuan untuk saling berpegangan tangan atau berciuman karena bisa membangkitkan naluri seksual dan mendekati zina. Islam juga telah memerintahkan kepada kaum kaum laki-laki dan perempuan agar menjauhi tempat-tempat syubhat (meragukan) dan agar bersikap hati-hati sehingga tidak tergelincir ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah.
Secara kuratif, Islam menyiapkan sistem sanksi bagi laki-laki dan perempuan yang melanggar ketentuan syariah, mulai dari sanksi yang ringan hingga sanksi yang berat. Misalnya, bagi pezina ghairu muhshan (belum menikah), mereka akan dikenai sanksi berupa hukuman cambuk 100 kali dan diasingkan selama setahun. Bagi pezina muhshan (sudah menikah), hukumannya rajam sampai mati. Bagi kaum homoseks, hukumannya mati dengan cara dijatuhkan dari puncak bukit atau gedung yang tinggi. Dengan demikian, tidak akan ada lagi pelaku seks bebas kelayapan dan kemudian menyebarkan penyakitnya.
Di luar itu, Islam pun menyiapkan rehabilitasi bagi para korban akibat tindak kemaksiatan yang tidak disengaja. Misalnya, negara akan merawat para bayi/orang dewasa yang tertular penyakit seperti HIV/AIDS dari transfusi darah.
Dalam hal ini, peran negara sangat besar. Di samping itu, di tengah masyarakat hidup budaya amar ma’ruf nahi munkar , satu dengan yang lain saling menjaga agar tetap hidup dalam ridha Allah SWT.
Nah sistem ini, tidak bisa berlangsung dalam sistem sekuler-liberal-demokrasi. Sistem ini akan berjalan dalam sistem Islam. Itulah Daulah Islamiyah. [] Mujiyanto
BOKS
3/5
[117] Inilah Tatanan Sosial Shahih Sunday, 16 February 2014 15:12
Tak Terikat Agama
Psikiater Dadang Hawari menilai rusaknya masyarakat Indonesia sekarang ini tidak lepas dari budaya lima M yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai malima. Apa saja?
maling (mencuri/korupsi); madon (perzinaan); main (berjudi); minum (mabuk); madat (narkoba) .
Menurutnya, orang melakukan itu karena mereka sudah tidak terikat lagi dengan agamanya, yakni Islam. Ia menyebut, saat ini banyak orang mengaku Muslim tapi lupa terhadap imannya.
Ia menjelaskan, rukun iman itu percaya kepada Allah SWT. “Nah, kita kan kurang imannya, shalat juga maling juga. Iman kepada malaikat, ini nggak juga. Kalau orang mau madon kan, malaikat mencatat, Allah SWT tahu meskipun istrinya nggak tahu. Lalu iman kepada kitab-kitab, kita beriman kepada Alquran tapi nggak mau hukum Alquran itu jalan. Jadi kita ini, kalau mau dibilang munafik sih iya karena mengaku beragama Islam tetapi tidak mau pakai hukum Alquran,” tandas sang profesor ini.
Ia melanjutkan, Muslim katanya percaya kepada hari kiamat. “Hari kiamat itu hari pembalasan, semua yang nyimpang-nyimpang, yang malima dan lainnya akan dikenai hukuman semuanya.”
Boleh jadi, katanya, orang bisa berkelit dari dunia tapi tidak akan bisa ketika pengadilan di akhirat. “Nanti di akhirat keadilan tegak. Dalam pengadilan Allah SWT, tidak akan lepas deh manusia,” tandasnya.
Kalau seorang Muslim beriman dan bertakwa maka mereka akan selalu berusaha menjauhi segala perbuatan sia-sia, kotor dan munkar. Mereka pun gembira menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. []
4/5
[117] Inilah Tatanan Sosial Shahih Sunday, 16 February 2014 15:12
5/5