Di
ISBN : 978-602-72574-5-0 Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
POSTER KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS PERIFITON DI PERAIRAN RAWA BANJIRAN LUBUK LAMPAM SUMATERA SELATAN 1 Yoga Candra Ditya2 ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman jenis perifiton di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam serta beberapa parameter fisika-kimiawi yang mempengaruhinya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret, Mei dan Juli 2013. Metode survei dilakukan dengan menetapkan 6 stasiun dengan tiga kali sampling. Analisis data menggunakan analisis kelimpahan perifiton, indeks keanekaragaman Shanon-W iener, indeks dominansi Simpson. Berdasarkan hasil penelitian tercatat 60 jenis perifiton yang termasuk dalam tiga kelas, yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan Cyanophyceae dengan indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara 0,52-2,55. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman perifiton di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam tergolong sedang. Hal ini terlihat dari indeks dominansi yang berkisar antara 0,09-0,74 dengan jenis yang mendominasi Ulotrik, Oscillatoria dan Anabaena. Parameter yang memberi pengaruh tingginya kelimpahan dan keanekaragaman perifiton adalah kecerahan, total disolved suspended (TDS), suhu dan pH. Kata Kunci: kelimpahan, keanekaragaman, perifiton, rawa banjiran, lubuk lampam
PENDAHULUAN Rawa banjiran Lubuk Lampam merupakan salah satu perairan rawa banjiran yang terletak di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Perairan ini memiliki sumberdaya perikanan yang potensial ini terlihat dari hasil penelitian Muflikhah et al, (2013) yang menunjukkan bahwa pada perairan tersebut ditemukan 60 jenis ikan yang hidup dengan di dominasi famili Cyprinidae. Lebih lanjut menurut Welcomme (1985), perairan rawa banjiran tetap memiliki potensi sumberdaya perikanan air tawar yang sangat penting karena didalamnya hidup berbagai jenis kelompok blackfish dan rata-rata tergolong ikan ekonomis penting. Oleh karena itu, perairan rawa banjiran Lubuk Lampam menjadi perairan yang potensial dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hal ini ditunjukkan dengan kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang telah berlangsung sejak lama (Ditya & Marini, 2014). Berkembangnya aktivitas nelayan di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam berpengaruh terhadap kondisi kualitas air, karena hasil buangan limbah domestik akan mengalir ke perairan sungai utama sehingga mempengaruhi keberadaan organisme di dalamnya. Menurut Fatah & Makri (2011), salah satu organisme produsen penting yang berperan terhadap produktivitas primer perairan umum khususnya perairan sungai dan rawa adalah perifiton. Siklus hidup perifiton ini bersifat menetap yang hidup di atas atau sekitar substrat yang tenggelam, tetapi dengan tidak melakukan penetrasi ke dalam subtrat tersebut (Weitzel, 1979). Komunitas organisme ini sering digunakan untuk mendeteksi perubahan kualitas air akibat interaksi faktor alam dengan aktivitas manusia di daerah aliran sungai. Komunitas organisme ini mempunyai respon cepat terhadap perubahan kualitas air dan dapat menggambarkan kondisi lingkungan dalam jangka panjang (Marini, 2013). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelimpahan dan keanekaragaman jenis perifiton di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam sebagai bentuk kegiatan monitoring perubahan kualitas perairan serta parameter fisika-kimiawi yang ada di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam. Hasil
1 2
Poster dipresentasikan pada Seminar Nasional Perikanan Indonesia Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta, 19-20 November 2015 Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum-Palembang. E-mail:
[email protected]
ISBN : 978-602-72574-5-0 Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Di
penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam pengelolaan perikanan perairan umum di rawa banjiran Lubuk Lampam di masa yang akan datang. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di enam lokasi pengambilan sampel di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir, yaitu Belanti Hulu, Lebung Proyek, Suak Buaya, Sarang Bayan, Kapak Hulu, dan Pati Lintang (Gambar 1). Pemilihan dan penetapan stasiun dilakukan secara purposive random. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada bulan Maret, Mei, dan Juli 2013. Analisis dilakukan di Laboratorium Hidrobiologi Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum (BP3U) Mariana, Palembang.
Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Sampel perifiton diambil menggunakan scouring pad dengan luasan penampang 3 cm pada batang atau bagian tumbuhan air yang terendam. Contoh ditampung ke dalam wadah yang ditambah aquadest kemudian dimasukkan ke dalam botol plastik ukuran 100 ml dan diawetkan dengan menggunakan lugol, lalu diberi label lokasi pengambilan contoh. Contoh diidentifikasi di Laboratorium Hidrobiologi Balai Penelitian perikanan Perairan Umum, Palembang dengan rujukan yang digunakan untuk identifikasi adalah Bellinger (1992); Needham & Needham (1963). Kelimpahan perifiton didefinisikan sebagai jumlah individu perifiton per satuan luas (cm2). Contoh perifiton yang telah diidentifikasi dihitung kelimpahannya dengan formula APHA (1989) sebagai berikut :
Keterangan : K : kelimpahan (individu/cm2) S : jumlah individu perifiton yang didapat (ind) V1 : volume contoh dalam botol (100 ml) V2 : volume contoh yang diamati (1 ml) A : luas penampang scouring pad (28,26 cm2) A : π.r2 (r= 3 cm) 390 390
ISBN : 978-602-72574-5-0 Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Di
Indeks keanekaragaman perifiton dihitung dengan menggunakan persamaan ShanonWiener. Perhitungan ini menggambarkan analisis informasi mengenai jumlah individu serta berapa banyak jenis yang ada dalam suatu komunitas. Rumus perhitungan (Odum, 1971) yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan : H’ = indeks keanekaragaman Shanon-Wiener pi = ni/N ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah seluruh individu Kategori nilai indeks Shannon-Wiener mempunyai kisaran nilai tertentu yaitu : H’ < 1 : keanekaragaman rendah 1 < H’ < 3 : keanekaragaman sedang H’ > 3 : keanekaragaman tinggi Indeks Dominansi dihitung dengan menggunakan formula Simpson, yaitu :
Keterangan : Di = indeks dominansi ni = jumlah individu tiap jenis N = jumlah total individu tiap jenis Dengan kategori indeks dominansi : D mendekati 0 ( D < 0,5) = tidak ada jenis yang mendominansi D mendekati 1 ( D > 0,5) = ada jenis yang mendominansi Pengambilan contoh air untuk analisis fisika-kimia dilakukan bersamaan dengan pengambilan contoh perifiton. Parameter fisika dan kimia yang diukur adalah suhu, kecerahan, kedalaman, alkalinitas, DO, pH, TDS, DHL, dan unsur hara (nitrat dan ortofosfat). HASIL DAN PEMBAHASAN Organisme Perifiton Perifiton yang ditemukan pada 6 stasiun pengamatan terdiri atas 72 jenis yang masuk dalam tiga kelas, yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan Cyanophyceae. Sebaran dari jenis yang diperoleh adalah 3-6 jenis pada stasiun Belanti Hulu, 4-16 jenis pada stasiun Lebung Proyek, 13-15 jenis pada stasiun Suak Buaya, 6-10 jenis pada stasiun Sarang Bayan, 8-11 jenis pada stasiun Kapak Hulu, dan 8-16 jenis pada stasiun Pati Lintang.
391 391
ISBN : 978-602-72574-5-0 Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Di
Gambar 2. Jumlah jenis perifiton setiap kelas dan waktu pengamatan di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam. Selama pengamatan terlihat kelas Bacillariophyceae merupakan kelas tertinggi yang ditemukan, kemudian diikuti oleh kelas Chlorophyceae dan Cyanophyceae (Gambar 2). Menurut Suparlina (2003), Bacillariophyceae memiliki karakteristik hidup menempel pada substrat dengan memiliki alat perekat berupa tangkai bergelatin panjang atau pendek dan bantalan gelatin berbentuk setengah bulatan yang kuat. Selain itu, kelas Bacillariophyceae merupakan salah satu kelompok alga yang mudah beradaptasi dengan lingkungan dan penyebarannya luas sehingga banyak ditemukan di berbagai perairan (Lisanti, 2000). Bacillariophyceae menjadi bagian terpenting dari organisme air baik sebagai plankton maupun sebagai perifiton karena merupakan makanan bagi zooplankton atau hewan air lainnya (Reinolds, 1990). Hal ini yang menyebabkan kelas Bacillariophyceae cenderung mendominasi dibandingkan dengan kelas lainnya. Sedangkan Chlorophyceae merupakan alga hijau yang biasa berkembang pada perairan pertengahan antara perairan tidak tercemar dengan perairan sangat tercemar (Whitton, 1975). Kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae dan Cyanophyceae merupakan kelompok alga perifitik yang umum ditemukan dan melimpah di perairan mengalir serta cenderung berada pada perairan tidak tercemar dengan perairan kurang tercemar (Welch, 1952; Hynes, 1972). Kelimpahan Perifiton Kelimpahan perifiton di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam mengalami fluktuasi di setiap bulan pengamatan yaitu Maret, Mei dan Juli. Hasil analisa kelimpahan tertinggi terjadi pada bulan Maret di dua stasiun yaitu Suak Buaya dan Pati Lintang (Gambar 3). Pada stasiun Suak Buaya nilai kelimpahan yang diperoleh yaitu 499 ind/cm2 dengan 14 jenis perifiton yang ditemukan dimana jenis Ulotrix dari kelas Chlorophyceae yang mendominasi dengan nilai kelimpahan 152 ind/cm2. Sedangkan pada stasiun Pati Lintang nilai kelimpahan yang diperoleh yaitu 442 ind/cm2 dengan 12 jenis perifiton yang ditemukan dimana jenis Anabaena dari kelas Cyanophyceae yang mendominasi dengan nilai kelimpahan 138 ind/cm2.
392 392
ISBN : 978-602-72574-5-0 Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Di
Gambar 3. Kelimpahan perifiton setiap stasiun dan waktu pengamatan di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam. Keberadaan organisme perifiton dalam suatu perairan sangat tergantung pada daya tahan dan adaptasinya sehingga keberadaan organisme ini dapat menentukan kualitas perairan tersebut (Fatah & Makri, 2011). Mendominasinya jenis Ulotrix pada bulan Maret di stasiun Suak Buaya dan hampir pada setiap stasiun mengindikasikan bahwa Ulotrix merupakan jenis perifiton yang toleran terhadap berbagai kondisi. Hal yang sama disampaikan Marini (2013) dari hasil penelitiannya di sungai Belida yang menyatakan jenis Ulotrix yang mendominasi mengindikasikan jenis perifiton ini toleran terhadap kondisi air besar. Lebih lanjut menurut Weitzel (1979), komunitas Ulotrix umumnya hidup pada perairan ditingkat tercemar berat dan di daerah pada tingkat kurang tercemar. Anabaena merupakan jenis perifiton yang intoleran atau memiliki kisaran toleransi yang sempit, tidak tahan terhadap tekanan lingkungan dan hanya tumbuh dan berkembang di perairan yang belum atau sedikit tercemar (Rondo, 1982 dalam Indrawati, 2010). Melimpahnya jenis Anabaena pada bulan Maret di stasiun Pati Lintang mengindikasikan bahwa kondisi perairan tergolong baik. Bulan Maret merupakan musim air besar sehingga air yang berada di sungai utama membanjiri daerah sekitar sehingga membentuk rawa-rawa banjiran. Selain itu, kondisi stasiun Pati Lintang yang didominasi oleh hutan rawang memberikan pengaruh terhadap kondisi perairan yang cenderung masih alami. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Indeks Dominansi (D) Hasil analisis indeks keanekaragaman (H’) pada setiap stasiun selama pengamatan, yaitu stasiun Belanti Hulu pada kisaran 0,52-1,12; Lebung Proyek pada kisaran 0,732,55; Suak Buaya pada kisaran 2,14-2,27; Sarang Bayan pada kisaran 1,07-2,09; Kapak Hulu pada kisaran 1,48-1,80; dan stasiun Pati Lintang pada kisaran 1,69-2,49 (Gambar 4). Lebih lanjut, jika dilihat secara temporal berdasarkan bulan pengamatan indeks keanekaragaman secara umum cenderung meningkat (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas perairan rawa banjiran Lubuk Lampam masih cukup baik. Penurunan nilai indeks keanekaragaman terjadi di stasiun Belanti Hulu yaitu pada bulan Juli hal ini kemungkinan disebabkan oleh terbawanya bahan pencemar organik dari permukiman penduduk dan perkebunan sekitar yang mengalir ke stasiun tersebut. Jika dihubungkan dengan nilai indeks dominansi pada stasiun tersebut mencapai 0,63 dengan kepadatan tertinggi pada kelas Cyanophyceae mencapai 90%.
393 393
ISBN : 978-602-72574-5-0 Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Di
Gambar 4. Indeks keanekaragaman setiap stasiun dan waktu pengamatan di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam. Kecenderungan dominasi kelas Cyanophyceae yaitu pada genera Oscillatoria sp yang tinggi diduga terkait erat dengan asupan limbah organik dari permukiman penduduk dan aktivitas perkebunan yang ada di sekitar stasiun. Menurut Anonim (2012), Oscillatoria sp umumnya dapat hidup pada perairan yang tenang dan mampu beradaptasi pada faktor lingkungan seperti suhu tinggi maupun rendah. Lebih lanjut, Anonim (2012) mengatakan Cyanophyceae dalam proses fotosintesisnya menghasilkan oksigen terlarut dalam air yang akan dimanfaatkan oleh organisme lain dalam perairan tersebut. Selain itu, Cyanophyceae juga menghasilkan heterocyst yang mengandung enzim nitrogenase, yang merupakan unsur utama dalam pengikatan nitrogen dan kemudian mengubahnya menjadi ammonia (NH3), nitrit2 (NO -) atau nitrat3 (NO -) yang dapat diserap oleh tumbuhan dan diubah menjadi protein dan asam nukleat (Ditya, 2014).
Gambar 5. Indeks dominansi setiap stasiun dan waktu pengamatan di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam. Hasil analisis indeks dominansi (D) pada setiap stasiun selama pengamatan, yaitu stasiun Belanti Hulu pada kisaran 0,49-0,74; Lebung Proyek pada kisaran 0,09-0,63; Suak Buaya pada kisaran 0,12-0,17; Sarang Bayan pada kisaran 0,15-0,50; Kapak Hulu pada kisaran 0,23-0,33; dan stasiun Pati Lintang pada kisaran 0,10-0,22 (Gambar 5). Secara keseluruhan indeks dominansi perifiton pada lokasi penelitian berada pada kisaran 0,09-0,74 atau dengan kata lain adanya spesies yang mendominasi dengan indeks dominansi Simpson lebih kecil dari 1,00. Jika dibandingkan antara keenam stasiun pada tiga bulan pengamatan, maka pada stasiun Belanti Hulu yang merupakan hilir perairan rawa banjiran Lubuk Lampam memiliki indeks dominansi perifiton lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya (Gambar 5). Hal ini dikarenakan kepadatan 394 394
ISBN : 978-602-72574-5-0 Berkelanjutan 2015, STP JAKARTA
Di
tertinggi pada kelas Cyanophyceae yang mencapai 90%. Menurut Ditya (2014), pengaruh asupan limbah organik akibat aktivitas permukiman penduduk dan perubahan lahan antropogenik di daerah sekitar memberikan pengaruh terhadap kepadatan kelas Cyanophyceae. Selain itu, pengaruh bulan pengamatan yang merupakan musim transisi dari hujan ke musim kemarau disinyalir memberikan pengaruh terhadap dominansi kelas Cyanophyceae. Fisika Kimia Perairan Hasil analisa parameter fisika kimia yang diduga mempengaruhi tingginya kelimpahan dan keanekaragaman perifiton di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam secara umum adalah kecerahan, total disolved suspended (TDS), suhu dan pH. Parameter tersebut berkorelasi positif terhadap kelimpahan dan keanekaragaman perifiton namun berkorelasi negatif dengan indeks dominansinya (Gambar 6). Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)
Projection of the cases on the factor-plane ( 1 x 2) Cases with sum of cosine square > = 0,00
Active and Supplementary variables *Supplementary variable
1,2
1,0
1,0 Lebung Proyek
0,8 0,6 0,5
Factor 2: 11,01%
si
*TDS Factor 2 :
Bellantii Hullu
0,4
laman *T OP 2
0,0 Kean
Patii Liintang Suak Buaya
0,2 0,0 -0,2 -0,4
Kapak Hullu Sarang Bayan
-0,6 -0,5 *DO
-0,8 -1,0 -1,2
-1,0 -1,0
-0,5
0,0
0,5
1,0
-1,4 -4
Active Suppl.
-3
-2
-1
0
1
Factor 1: 88,52%
Factor 1 : 88,52%
2
3
4
5 Active
Gambar 6. Analisis komponen utama pada sumbu faktorial 1 dan 2 (A). Distribusi parameter fisika-kimia air (B). Distribusi stasiun penelitian. Keseluruhan parameter fisika kimia secara umum yang berkorelasi positif terhadap kelimpahan dan keanekaragaman perifiton berada pada kisaran tertinggi dibandingkan beberapa parameter yang berkorelasi negatif seperti kedalaman, TP dan nitrit. Pada Gambar 6 dapat dilihat nilai kecerahan berada pada level tertinggi yaitu pada kisaran 27-75 cm, nilai kecerahan sangat dipengaruhi keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi (Effendi, 2003). Padatan tersuspensi juga menunjukkan hal yang sama berkorelasi positif dengan kelimpahan dan keanekaragaman, ini terlihat pada parameter TDS yang merupakan jumlah padatan terlarut pada suatu perairan dimana semakin tinggi kandungan jumlah padatan yang terlarut dalam perairan maka kekeruhan cenderung akan berkurang. KESIMPULAN Keanekaragaman perifiton di perairan rawa banjiran Lubuk Lampam tergolong sedang, ini terlihat dari indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara 0,52-2,55 dengan dominansi antara 0,09-0,74 dimana jenis yang mendominasi Ulotrik, Oscillatoria dan Anabaena. Parameter yang memberi pengaruh tingginya kelimpahan dan keanekaragaman perifiton adalah kecerahan, total disolved suspended (TDS), suhu dan pH. PERSANTUNAN Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dra. Niam Muflikhah selaku koordinator kegiatan yang memberikan bimbingan dan kesempatan kepada penulis. Selain itu, tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan hasil riset 395 395
ISBN : 978-602-72574-5-0 Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA Karakteristik Habitat, Sumber Daya Ikan dan Kapasitas Penangkapan Ikan di Rawa Banjiran Lubuk Lampam Kabupaten OKI dan Danau Cala Kabupaten MUBA Sumatera Selatan T.A. 2013 di Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum-Mariana, Palembang. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2012. http://ewinasis.blogspot.com/2012/06/pengaruh-cyanophyta-blue-greenalgae.html. 21 April 2014. APHA (American Public Health Association). 1989. Standard methods for the examination of water and wastewater 17th ed. APHA (American Public Health Association), AWWA (American Water Works Asscociation), and WPCF (Water Pollution Control Federation). Washington D.C. 1193 hal. Bellinger, E. G. 1992. A Key To Common Algae. Fresh Water, Estuarine and Some Coastal Spesies.The Institution of Water and Environmental Management. Fourth Edition. 138. Ditya, Y.C. 2014. Struktur Komunitas Perifiton sebagai Bioindikator Pencemaran di Perairan Danau Cala. Prosiding Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2014. Jurusan Perikanan UGM Yogyakarta. 699-705 hal. Ditya, Y.C., & Marini, M. 2014. Kelimpahan Fitoplankton dan Keterkaitan Parameter N:P di Rawa Banjiran Lubuk Lampam Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2014. Jurusan Perikanan UGM Yogyakarta. 707-712 hal. Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal. Fatah, K & Makri. 2011. Struktur komunitas perifiton di Sungai Siak dan rawa bersifat asam Tasik Giam Siak Kecil. Dalam Wiadnyana, N.N, A.K. Gaffar dan Husnah (Ed). Perikanan dan Kondisi Lingkungan Sumber Daya Ikan Perairan Umum Daratan Riau. Palembang, Bee Publishing. 113-124. Hynes, H.B.N. 1972. The ecology of running waters. Liverpool: University Press. 53-54 pp. Indrawati, I., Sunardi., I, Fitriyyah. 2010. Perifiton sebagai indikator biologi pada pencemaran limbah domestik di sungai Cikuda Sumedang. Prosiding Seminar Nasional Limnologi V Tahun 2010. 76-86 hal. Lisanti. 2000. Distribusi plankton di sungai jujuhan desa Batu Kangkung Taman Nasional Kerinci Seblat Kabupaten Sawahlunto Sijunjung Propinsi Sumatera Barat. Skripsi Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta Padang. Marini, M. 2013. Studi kelimpahan dan keanekaragaman jenis periphiton di perairan sungai belida muaraenim, sumatera selatan. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia, 21-22 November 2013 Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta. Muflikhah, N., Prianto, E., Fahmi, Z., Ditya, Y.C., Wulandari, T.N.M., Burnawi., Farid, A., Mersi., Rusmaniar., & Rosidi. 2013. Karakteristik habitat, sumber daya ikan dan kapasitas penangkapan ikan di rawa banjiran Lubuk Lampam Kabupaten OKI dan Danau Cala Kabupaten MUBA Sumatera Selatan. Laporan Teknis Penelitian. Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum. Needham, J.W. & D.R. Needham. 1963. A.Guide to study of freshwater biology. Fifth Edition. Holden-Day, Inc. San Francisco. 108 p.
396
ISBN : 978-602-72574-5-0 Aplikasi Teknologi Sebagai Solusi Di Bidang Perikanan Secara Berkelanjutan Seminar Nasional Perikanan Indonesia 19-20 November 2015, STP JAKARTA Odum, E.P. 1971. Fundamentals of ecology. W.B. Sounders Company. PhiladelphiaLondon-Toronto: 697 hal. Reinolds, C.S. 1990. The ecology of freshwater phytoplankton. London: Cambridge University Press. Suparlina, E. 2003. Struktur komunitas perifiton pada beberapa substrat di tambak intensif bersubstrat pasir. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. IPB Bogor. 40 hal. Weitzel, R.L. 1979. Periphyton measurement and application. Methodest and measurement of periphyton communities: a review. ASTM STP 690. American Society for Testing and Materials. 3-33 pp. Welch, P. S. 1952. Limnology. Second edition. New York: McGraw Hill International Book Company. 767 hal. Welcomme, R.L. 1985. River Fisheries. FAO Technical paper (262). FAO. Rome. Whitton, B.A. 1975. River ecology. Blackwell Scientific Publications. London: Oxford
397