BAB 5 KESIMPULAN 5.1. Makro Struktur Artikel 1 Is [1-11] Is [12-19] Is [21-24] I I [25-32] I
Ip Ip
Is
I [34-45] /puis/ I [47-54] I
Ip
I [55-65] /de plus/ Is [67-72]
Ip Ip
Ip [73-78] (conclusion) Is [79-81]
Teks artikel 1 memiliki struktur yang umum ditemui di media cetak seperti koran dan majalah. Teks artikel terdiri dari titre (judul), le chapeau (anak judul), l‟attaque (kalimat pembuka), corps du text dan chute, serta terdapat 3 sub judul. Sub judul berfungsi sebagai penanda visual mengenai informasi pokok yang terdapat di bawahnya. 3 sub judul tersebut adalah tindak tutur [20], [46] dan [66]. Melalui pelesapan tindak tutur [20], [46] dan [66] dapat dibuktikan bahwa subjudul merupakan konstituen subordinasi, sehingga tindak tutur [20], [46], dan [66] tidak termasuk dalam struktur makro.
110
Artikel pertama terdiri dari 11 paragraf dan terbagi menjadi 81 tindak tutur. 11 paragraf tersebut dianggap sebagai 11 intervensi. Hubungan antar konstituen pada artikel 1 umumnya tidak ditandai oleh connecteur (penghubung). Terdapat 6 connecteur yang digunakan di dalam artikel yakni: or (alih-alih), alors que (sementara), car (karena), dan mais (tetapi). Untuk menentukan hubungan antar konstituen dalam teks artikel pertama dilakukan melalui pelesapan dan penyisipan connecteur. Rangkaian tindak tutur [1-19] merupakan bagian peritext (sekitaran teks) yang terdiri dari judul teks (rangkaian tindak tutur [1-2]), chapeau (anak judul) (rangkaian tindak tutur [3-4]), dan attaque (kalimat pembuka) (rangkaian tindak tutur [5-11]). Sehingga rangkaian tindak tutur [1-11] bersubordinasi terhadap corps du text (rangkaian tindak tutur [12-78]) dan chute (kalimat penutup) (rangkaian tindak tutur [79-81]). Antara judul, anak judul dan kalimat pembuka memiliki hubungan tidak terikat. Pada anak judul penulis menyampaikan secara singkat informasi yang dapat menarik pembaca. Kemudian pada kalimat pembuka penulis menyampaikan bahwa akan diadakan debat terbuka mengenai pil kontrasepsi. Sedangkan isi teks (rangkaian tindak tutur [12-78]) membahas mengenai hasil studi yang dilakukan oleh dua rumah sakit universitas di Brest. Isi teks terbagi menjadi 4 yakni rangkaian tindak tutur [12-19], [21-45], [4765], dan [67-78]. Pembagian ini berdasarkan letak dari intertire (subjudul), paragraf yang terletak di bawah subjudul tertentu dianggap membahas topik yang sama. Rangkaian tindak tutur [12-19] dianggap sebagai konstituen subordinasi terhadap rangkaian tindak tutur [21-78], merupakan bagian pengantar teks.
111
Rangkaian tindak tutur [21-45] yang terletak di bawah subjudul pertama (tindak tutur [20]). Pada rangkaian tindak tutur ini penulis menyampaikan hasil studi yang dilakukan oleh rumah sakit universitas di Brest. Pada rangkaian tindak tutur [4765] penulis menyampaikan hal-hal lain yang ditemukan dari hasil studi tersebut, kemudian pada rangkaian tindak tutur [67-78] penulis menyampaikan kesimpulan. Hubungan antar paragraf umumnya tidak ditandai oleh connecteur hubungan antar konstituen ditandai oleh penggunaan ungkapan. Hubungan antara rangkaian tindak tutur [12-19] dan [21-45] ditandai oleh penggunaan ungkapan c‟est pourquoi (itulah mengapa). Pada rangkaian tindak tutur [12-19] penulis mengatakan bahwa angka perkiraan jumlah korban efek samping penggunaan pil kontrasepsi di luar dugaan dan hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan untuk menghitung jumlah korban. Kemudian pada rangkaian tindak tutur [21-45] penulis menyatakan bahwa rumah sakit universitas di Brest dan Amien menggunakan metode yang berbeda untuk mempelajari akibat dari efek samping penggunaan pil kontrasepsi serta memaparkan hasil yang ditemukan dari studi yang dilakukan oleh rumah sakit universitas di Brest. Hubungan antar rangkaian tindak tutur [21-45] dan [46-65] ditandai oleh penggunaan ungkapan autre fait marquant (hal lain yang perlu diperhatikan), ungkapan ini berfungsi sebagai pengantar terhadap keterangan tambahan. Pada rangkaian tindak tutur [46-65] penulis menyampaikan bahwa penyebab terjadinya efek samping (pembengkakan pembuluh darah) disebabkan oleh rokok, penulis mempertanyakan mengapa para ahli tetap memberikan pil ini kepada perempuan yang memilik resiko serta menyatakan bahwa 9 dari 10 kasus yang disebabkan
112
oleh penggunaan pil kontrasepsi tidak dilaporkan. Dalam rangkaian tindak tutur [46-65] penulis menyampaikan hal lain yang ditemukan dari studi yang dilakukan oleh rumah sakit universitas di Brest, yakni faktor pemicu. Hubungan antara rangkaian tindak tutur [67-78] terhadap rangkaian tindak tutur yang mendahului (rangkaian tindak tutur [12-19], [21-45] dan [45-65] ditandai oleh pengunaan ungkapan par consequant (sebagai konsekuensinya; oleh karena itu). Pada rangkaian tindak tutur [67-78] penulis menyampaikan kesimpulan dari hasil studi yang dilakukan oleh rumah sakit universitas di Brest. Pada rangkaian tindak tutur [21-45] terdiri dari tiga intervensi, rangkaian tindak tutur [21-24], [25-32], dan [34-45]. Hubungan antar intervensi tidak ditandai oleh connecteur (penghubung). Rangkaian tindak tutur [21-24] adalah bagian pengantar terhadap rangkaian tindak tutur [25-32] dan [34-45], merupakan konstituen subordinasi. Antara rangkaian tindak tutur [25-32] dan [34-45] tidak terdapat connecteur sebagai penanda relasi. Melalui penyisipan connecteur depuis dapat disimpulkan bahwa rangkaian tindak tutur [35-32] dan [34-45] memiliki hubungan relasi waktu. Rangkaian tindak tutur [47-65], terdiri dari dua intervensi, rangkaian tindak tutur [47-54] dan [55-65]. Antar kedua intervensi ini juga tidak ditandai dengan connecteur. Melalui penyisipan connecteur en plus (terlebih lagi)
dapat
disimpulkan bahwa rangkaian tindak tutur [47-54] dan [55-65] memiliki hubungan relasi waktu. Rangkaian tindak tutur [67-78] terdiri dari 2 intervensi rangkaian tindak tutur [67-72] dan [73-78]. Hubungan antara kedua intervensi ditandai oleh penggunaan ungkapan dans ce contexte (oleh karenanya).
113
5.2. Makro Struktur Artikel 2 Is [1-2] Ip [3-9] I
Ip
I [11-19] I [21-29] Is
I [31-39] I [41-49] I [51-58]
Artikel dengan struktur seperti pada artikel 2 umum ditemukan pada media online dewasa ini. Umunya artikel terdiri dari judul, pengantar dan isi artikel yang biasanya disajikan kedalam beberapa poin yang tidak saling berkait satu sama lain, akan tetapi terikat dengan judul dan pengantar. Hubungan keterkaitan dalam teks tidak ditandai oleh connecteur. Artikel ini terdiri dari judul (rangkaian tindak tutur [1-2]), isi teks (rangkaian tindak tutur [3-58]). Judul (rangkaian tindak tutur [1-2]) bersubordinasi terhadap Isi teks (rangkaian tindak tutur [3-58]). Isi teks terbagi menjadi 6 intervensi yakni rangkaian tindak tutur [3-9], [11-19], [21-29], [31-39], [41-49], [51-58]. Rangkaian tindak tutur [3-9] merupakan bagian pengantar teks. Rangkaian tindak tutur [11-19], [21-29], [31-39, [41-49], dan [51-58] merupakan sebuah paragraf yang terletak di bawah sebuah subjudul. Kelima intervensi tersebut tidak memiliki hubungan keterikatan. Pada isi teks artikel kedua tidak ditemukan penggunaan connecteur
maupun ungkapan yang menghubungkan satu paragraf dengan
114
paragraf lainnya. Tidak memungkinkan untuk menyisipkan connecteur diantara paragraf tanpa merubah isi teks. Bagian pengantar teks (rangkaian tindak tutur [3-9]) merupakan konstituen pokok. Hal ini dibuktikan melalui pelesapan rangkaian tindak tutur [11-58]). Pelesapan rangkaian tindak tutur [11-58] tidak merubah teks. Rangkaian tindak tutur [11-58] merupakan konstituen subordinasi, rangkaian tindak tutur [11-58] tidak dapat berdiri sendiri tanpa pengantar teks (rangkaian tindak tutur [3-9]). Kelima intervensi merupakan intervensi yang sejajar. Hal ini dapat dibuktikan melalui pelesapan. Kehadiran kelima intervensi tersebut tidak bergantung satu sama lain. Masing-masing intervensi menyampaikan informasi yang berbeda. Pelesapan salah satu intervensi tidak merubah pemahaman pembaca terhadap teks. 5.2. Perbandingan Struktur Artikel 1 dan Artikel 2 Artikel 1 memiliki sturktur umum yang ditemukan di media cetak dan media online. Artikel terdiri dari Judul, anak judul, kalimat pembuka isi teks dan kalimat penutup. Sedangkan artikel 2 merupakan bentuk artikel yang umum ditemukan di media online. Artikel terdiri dari judul dan isi teks. Artikel 1 terdiri dari 81 tindak tutur sedangkan artikel 2 terdiri dari 58 tindak tutur. Berdasarkan sturktur makro artikel 1 memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan dengan artikel 2. Isi teks artikel 1 terdiri dari intervensi yang memiliki hubungan terkait. Sedangkan artikel 2 terdiri dari intervensi yang memiliki hubungan tergantung dan bebas. Artikel 1 memberikan informasi dengan keterangan yang mendetail dapat dilihat dari struktur makro yang memiliki hubungan terkait. Artkel 2 memberikan informasi yang singkat dan
115
bermacam. Hal ini dapat dilihat dari struktur makro teks yang terdiri dari intervensi yang memiliki hubungan bebas. Masing-masing intervensi memberikan informasi dari sisi yang berbeda. Artikel 1 memiliki pengembangan ide ke arah kanan. Dapat dilihat dari sturktur makro artikel 1. Isi teks dimulai dengan intervensi subordinasi (rangkaian tindak tutur [1-11]) kemudian diikuti dengan intervensi pokok (rangkaian tindak tutur [12-81]). Sedangkan artikel 2 pengembangan ide ke arah kiri. Artikel 2 dimulai dengan intervensi pokok (rangkaian tindak tutur [3-9]) dan diikuti intervensi subordinasi (rangkaian tindak tutur [11-58]). Pada artikel 1 terdapat 4 connecteur, yakni 2 connecteur kontra argumentatif : or (alih-alih) dan dan mais (tetapi); 1 connecteur argumentatif car (karena). Penulis menggunakan ungkapan untuk menandai hubungan antar intervensi. Contoh ungkapan yang digunakan adalah c‟est pourquoi (itulah mengapa, oleh sebab itu), autre fait marquan (hal lain yang perlu diperhatikan), par consequant (oleh karena itu). Pada artikel 2 terdapat 3 connecteur
yakni 2 connecteur
argumentatif : En raison de (dengan alasan), alors que (sementara); dan 1 connecteur kontra argumentatif yakni mais (tetapi). Pada artikel 2 connecteur ditemukan untuk menghubungkan antar konstituen yang ada dalam satu paragraf.
116
RÉSUME La connaissance de la santé est un aspect important pour prévenir les maladies. La connaissance de la santé sensibilise la population sur la mode de vie saine. Aujourd‟hui, la plupart de population obtient la connaissance sans avoir l‟expérience directement. On la connait par les medias de masse, tels que, des film, des journaux, des sites internet, etc. Le developpement de la technologie remplace la façon pour chercher, partager et recevoir l‟information. Ces jours-ci, l‟internet est une media plus préférée pour partager des informations. Sur l‟internet, on trouve beaucoup de type d‟information qui est plus variée, plus rapide et plus facile. La santé est l‟un des sujets qu‟on peut trouver en internet. Une étude réalisée par TNS Sofres et Doctissimo ont nous démontré que 1 sur 2 français cherche information de la santé sur l‟internet. Ils trouvent les informations sur les forums d‟internet, des journaux en ligne, des réseaux sociaux etc. L‟article est une forme des informations sur l‟internet. En Bref, l‟article en media en ligne et celui de la presse sont identiques en termes de forme. Mais les medias en ligne a une caractéristique particulière. Les articles des medias en ligne sont plus courts; La titraille retrouve toute son importance pour permettre aux lecteurs de sélectionner l‟information qu‟ils veulent. En plus les liens hypertextes qui conduisent à divers niveau de l‟information et à angle différent dans le même article. L‟article est aussi considéré comme un discours, il se compose des constituants qui sont organisée en formant une structure. L‟analyse de discours sert à décrire la structure de discours oral ou écrit, monologue ou dialogue, en
117
identifiant les relations qui y sont établies. De plus, l‟analyse de discours décrit le processus d‟interprétation d‟un discours, ainsi que les différents éléments signalant son organisation. Donc pour décider la structure de l‟ article en ligne nous avons utilisé l‟approche modulaire de l‟analyse de discours model Geneva. Nous avons pris deux articles des deux sites différents, lefigaro.fr et elle.fr. lefigaro.fr est la version électronique du journal Le Figaro et ses suppléments et revues sur internet en tant qu‟objet. Il est l‟un des journaux français plus ancien qui est encore existe. En 2013, il est aussi reclamé comme le premier site de presse française en ligne. Il gagne des 11 millions de visiteurs uniques sur un site d'information français. elle.fr est le site du Magazine Elle offre éditoriale déployée autour de la mode, la beauté, santé et bien être, people, la cuisine, décoration, loisirs, société, relation amoureuse, etc. La plupart de ses lectures sont les femmes de 15-49 ans. En 2008, il y avait 2,2 millions visiteur unique. Le premier article en titre « Pilule : les risques largement sous-estimes », est publié sur le site de lefigaro.fr. On l‟a pris en considérant la forme de l‟article qui est identique de ceux de la presse. Cet article est long, puis il se compose de 11 paragraphes, a une structure commune de ceux de la presse. Cet article est composé du titre, le chapeau, l‟attaque, le corps et la chute. Le deuxième article en titre « Pilule de troisième et quatrième génération : ou est-on ? ». Il a été publié sur le site de elle.fr. Il est plus court que le premier article (6 paragraphes). Ce type d‟article est composé du titre, l‟attaque et le corps. L‟article est divisé dans quelques parties et chaque partie est marqué par un entre titre.
118
L‟approche théorique utilisé dans ce travail est l‟analyse du discours modèle Geneva. Ce modèle est une approche modulaire du discours. L‟approche modulaire considère qu‟un objet complexe peut être décomposé dans un certain nombre de systèmes d‟informations simples, qui déterminent des formes différentes d‟organisation. L‟approche modulaire du discours est un instrument de représentation, de description et de développement. En même temps qu‟elle rend possible une représentation de la complexité de l‟organisation du discours, elle décrit systématiquement les dimensions différentes et des formes d‟organisation de discours authentiques dans un cadre de développement qui approfondissent les recherches. Dans sa démarche, l‟approche modulaire implique une double exigence: la décomposition de l‟organisation complexe du discours en modules et la description de la manière dont les modules peuvent être combinée pour rendre compte des formes différentes d‟organisation du discours. Dans l‟analyse de discours modèle Geneva, le discours est aperçu comme une unité complexe qui se compose composante des trois dimensions : la dimension linguistique, la dimension textuelle et la dimension situationnelle. Les dimensions situationnelles sont liées à l‟univers de référence et à la situation d‟interaction, les dimensions linguistiques sont liées à la syntaxe et au lexique, et les dimensions textuelles à la structure hiérarchique du texte. Les dimensions se décomposent en modules. C‟est ainsi que la dimension linguistique comprend le module lexical et le module syntaxique; la dimension
119
textuelle donne lieu au module hiérarchique, tandis que la composante situationnelle renvoie aux modules référentiels et interactionnels. Les cinq modules sont des informations de base qui peuvent être décrites indépendamment. Ainsi le module lexical prend la considération du dictionnaire d‟un discours. Le module syntaxique s‟intéresse à des formes de constructions grammaticales dans le discours. Le module hiérarchique est chargé les rapports entre les unités du discours. Le module interactionnel traite des propriétés matérielles des niveaux différents d‟interaction dans le discours. Le module référentiel définit le monde dont parle le discours ainsi que le monde dans lequel il se déploie. Les formes d‟organisation élémentaires se distinguent des formes d‟organisation complexes où elles produisent du couplage d‟informations d‟origine modulaire, tandis que les formes d‟organisation complexes donnent du couplage d‟informations issues de modules et d‟autres formes d‟organisation. Les sept formes d‟organisation élémentaires sont: phono-prosodique ou graphique, sémantique,
relationnelle,
informationnelle,
énonciative,
séquentielle
et
opérationnelle; et cinq formes d‟organisation complexes: périodique, topicale, polyphonique, compositionnelle, stratégique. Le module hiérarchique définit les catégories et les règles permettant d‟engendrer les structures hiérarchiques de tous les textes possibles, de manière analogue au module syntaxique pour les clauses possibles ; il distingue trois catégories de constituant l‟échange, l‟intervention et l‟acte, et trois types de rapports entre ceux-ci : la dépendance, l‟interdépendance et l‟Independence.
120
(Roulet, 2001 :45) Selon Roulet, l‟attribution d‟une structure hiérarchique à un discours nécessite le recours à divers procédés: "la reconstitution du processus de négociation sous-jacent, la possibilité de supprimer un constituant subordonné, la présence d‟un connecteur (ou la possibilité d‟en insérer un dans la séquence sans modifier l‟interprétation de celle-ci), voir les indications données par la ponctuation ou la prosodie".14 La définition de l‟unité minimale textuelle dépend de l‟activité discursive que de la structure de la langue. Cette unité doit être perçue en termes de traitement cognitif de l‟information et non de structure linguistique. En plus, il considère « l‟énonciation » comme l‟unité textuelle minimale, c‟est-à-dire, la plus petite unité délimitée par un passage en mémoire discursive. Dans la terminologie de l‟approche modulaire la notion d‟énonciation est remplacée par celle d‟acte. Au-delà de la complexité de ce modèle et de son caractère trop descriptif, il faut reconnaitre que son schéma de la structure hiérarchique du discours est un instrument de toute importance pour des analystes ayant l'intention de cerner un discours dans tous ses aspects. Entre autres, Cette structure permet de déterminer le message essentiel du discours. Pour composer la structure hiérarchique de l‟article. Premièrement nous avons découpé le texte article en actes. Puis nous avons décidé la relation entre les actes et intervention. La subordination d‟un constituant peut être déterminée par la suppression du constituant. Si la suppression d‟un constituant ne change pas
14
http://www.analyse-du-discours.com/structure-hierarchique-du-discours diakses tanggal 20 Agustus 2014
121
l‟interprétation du texte, il sera la constituante subordination. Par exemple, la structure hiérarchique de séquence des actes [1-4] du premier article. Structure hiérarchique de séquence des actes [1-4]. Ap [1] Pilule: I As [2] les risques largement sous-estimés. I As [3] Selon une étude réalisée par le CHU de Brest, I Ap [4]80% des femmes qui ont eu un accident lié à une pilule contraceptive avaient au moins un facteur de risque. La séquence des actes [1-4], se compose de deux interventions, la séquence des actes [1-2] et [3-4]. Les actes [1-4] considèrent comme subordination du texte. La relation entre la séquence des actes [1-2] et [3-4] est indépendance. La séquence [1-2] c‟est le titre du texte, et les la séquence [3-4] sont le chapeau. En supprimant la séquence [1-2] ne changera pas la compréhension du texte. L‟acte [1] et [2] est séparé par les deux points (:). Act [2] est la commentaire et information supplémentaire d‟acte [1]. Donc l‟acte [2] est la subordination de [1]. L‟act [3] est en relation préalable avec l‟acte [4] La suppression de l‟acte [3] indique que L‟acte [3] est subordonné de [4]. (84)
[3] Selon une étude réalisée par le CHU de Brest, [4]80% des femmes qui ont eu un accident lié à une pilule contraceptive avaient aumoins un facteur de risque.
Suppression de l‟acte [3] (84a) „[4]80% des femmes qui ont eu un accident lié à une pilule contraceptive avaient au moins un facteur de risque.‟
122
Lorsque notre analysé de la structure hiérarchique du discours, à part de la suppression, nous avons trouvé que certains connecteurs, les ponctuations, et forme de la phrase peut être un marqueur du statut subordination et principal d‟un constituant. Nous avons construit les macros structures de deux articles internet au dessous : Macro Structure Premiere Article Is [1-4] Is [5-19] I [21-24] I
Is
I [25-32] Ip
I [34-45] I [47-54]
Ip
I [55-65] I [67-72]
Ip
Ip I [73-78] Is [79-81] Macro Structure Deuxième Article
Is [1-2] I
Ip [3-9] Ip
I [11-19] I [21-29] Is
I [31-39] I [41-49] I [51-58] 123
Pour conclure, le premier article qui est la structure de l‟article presse commun. Il a une structure hiérarchique plus complexe que le deuxième article. Le premier article avoir le développement à droite. L‟information principale (la séquence des actes [12-81]) se trouve après l‟information complémentaire (la séquence des actes [1-11]). Le deuxième article portant le développement à gauche, l‟information principale se trouve (la séquence des actes [3-9]), précédé l‟information secondaire. La macro structure hiérarchique de deuxième article est plus simple. La séquence des actes [11-58] est considéré comme l‟information qui supporter l‟argument dans l‟intervention principal. La séquence des actes [11-58] se compose de 5 interventions qui sont en rapport indépendances.
124
LAMPIRAN
125
ARTIKEL 1 Pilule : les risques largement sous-estimés (titre) Selon une étude réalisée par le CHU de Brest, 80% des femmes qui ont eu un accident lié à une pilule contraceptive avaient au moins un facteur de risque. (Chapeau) En plein débat sur les pilules de 3e et 4e générations, se tient ce lundi après-midi, à l'Agence du médicament, une réunion sur les contraceptifs oraux. Seront notamment discutées les conclusions d'un rapport sur les effets indésirables graves liés à Diane 35, le traitement de Bayer contre l'acné largement détourné comme contraceptif, conclusions que Le Figaro dévoilait samedi sur son site Internet. (L‟attaque) Entre 1987, date de sa mise sur le marché, et 2012, l'Agence estime que 7 décès sont liés à la prise de Diane 35, dont 4 directement imputables au produit. Or, selon des experts, ce chiffre est très largement sous-estimé. En cause, la méthode utilisée. (corps) Différentes façons d'étudier les effets indésirables (intertitre) C'est pourquoi, à la demande de l'Agence, deux CHU, Amiens et Brest, ont utilisé une autre façon d'étudier les effets indésirables, sur la base du programme de médicalisation des systèmes d'information (PMSI), l'un des éléments destinés à noter l'activité des hôpitaux. Le 14 janvier, nous révélions que, d'après les résultats provisoires de Brest, 47 cas d'effets indésirables graves (embolie pulmonaire, thrombose veineuse profonde, accident vasculaire cérébral), dont 2 décès, chez des femmes de 15 à 25 ans exposées à la pilule (quelle que soit la génération) étaient à déplorer. Le tout sur un échantillon de 800.000 personnes, entre 1998 et 2012. Le CHU de Brest a poursuivi ses travaux et les présentera lundi à l'Agence. Selon le document que nous avons consulté, Brest a passé au crible 550 séjours
126
hospitaliers de femmes de 15 à 45 ans ayant présenté thromboses, accidents vasculaires cérébraux et embolies pulmonaires de 1998 à 2012. Il en ressort que 155 femmes (45 étaient âgées de 15 à 25 ans et 110 de 26 à 45 ans) ont eu des embolies pulmonaires ou des AVC concomitants avec une prise de pilule, toutes générations confondues. Sur les 155 femmes, 3 sont décédées suite à la prise d'une pilule contraceptive. Extrapolé à l'ensemble de la population française, sur la période 1998 à 2012, le nombre de décès serait de 200. L'équipe qui a réalisé cette étude et la direction du CHU n'ont pas souhaité répondre à nos questions. Le tabac, facteur important de risque (intertitre) Autre fait marquant, 80% des patientes qui ont eu des accidents présentaient au moins un facteur de risque (tabac, tension artérielle, surpoids, antécédents familiaux, immobilité, longs voyages en voiture ou en avion, âge supérieur à 40 ans). Dans la moitié des cas, il s'agissait du tabac. Au-delà des pilules de 3e et 4e générations, la question se pose: pourquoi les médecins prescrivent-ils la pilule à des femmes ayant des facteurs de risque? Ces résultats interviennent alors qu'une vive querelle oppose les experts. D'un côté, ceux qui estiment que la pharmacovigilance telle qu'elle existe suffit et que trop de signaux tuent le signal. En France, 31 centres régionaux de pharmacovigilance, situés au sein des hôpitaux, reçoivent les déclarations d'effets indésirables transmises par les professionnels de santé ou par les patients. Problème: plus de 9 cas sur 10 ne sont pas déclarés. Les résultats de l'Agence du médicament sous-estimés? (intertitre) Par conséquent, d'autres experts plaident pour la réalisation d'études de la base des données hospitalières, comme celle que le CHU de Brest vient de réaliser. Car si plusieurs hôpitaux font ce travail, la population étudiée ne sera plus de quelques centaines de milliers de personnes, mais de plusieurs millions. Dans ce contexte, certains posent la question de la représentativité du travail réalisé par l'Agence du médicament. Cette évaluation se fondant sur les données
127
de pharmacovigilance classique des 31 centres, il est plus que probable que les résultats sont très largement sous-estimés. Pour en avoir une idée plus juste, il faudrait interroger les bases PMSI de tous les hôpitaux. Les laboratoires Bayer ont répondu hier que le risque de formation de caillot dans le sang lié à la prise de Diane 35 était «connu et clairement indiqué» dans sa notice d'information, et que ce médicament contre l'acné ne devait être prescrit que «dans le respect des contre-indications». (chute)
128
Pil :Resiko yang sangat diremehkan
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh rumah sakit universitas di Brest, 80% perempuan yang mengalami insiden yang disebabkan oleh pil kontrasepsi memiliki salah satu faktor pemicu.
Sebuah debat terbuka mengenai pil kontrasepsi generasi ke-3 dan ke4,berlangsung pada
senin
siang,
di
Badan
obat-obatan
Prancis,sebuah
perbincangan mengenai Kontrasepsi oral. Terutama akan membahas kesimpulan dari laporan mengenai efek yang tidak diinginkan berkaitan dengan Diane 35, obat yang dibuat oleh Bayer untuk melawan jerawat yang kemudian banyak digunakan sebagai kontrasepsi oral, kesimpulan yang disampaikan oleh situs internet Le Figaro pada hari Sabtu.
Antara 1987, tanggal pemasaran Diane 35, dan 2012, Badan obat-obatan Prancis memperkirakan bahwa 7 kematian berhubungan dengan penggunaan Diane 35 yang 4 diantaranya berhubungan langsung dengan pil tersebut. Alih-alih, menurut para ahli, Angka ini sebagian besar diremehkan.Hal ini disebabkan oleh metode yang digunakan
Metode yang berbeda untuk mempelajari efek yang tidak diinginkan
Itulah mengapa , atas permintaan dari Badan obat-obatan Prancis, dua rumah sakit universitas, di Amiens dan Brest, menggunakan metode yang berbeda untuk mempelajari
efek
yang
tidak
diinginkan,
berdasarkan
programme
de
médicalisation des systèmes d'information (PMSI)15. Salah satu element yang ditujukan untuk memantau aktifitas di rumah sakit.
15
programme de médicalisation des systèmes d'information (PMSI) merupakan perangkatyang termasuk dalam reformasi sistem kesehatan di Prancis bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sumber daya antar lembaga kesehatan berdasarkan 129
Pada anggal 14 januari kami menemukan bahwa, berdasarkan hasil sementara di Brest, 47 kasus berat berkaitan dengan efek tak diinginkan (pembengkakan pembuluh darah, penyumbatan pembuluh darah, stroke), yang mana 2 meninggal, pada wanita usia dari 15 sampai 25 tahun yang menggunakan pil (terlepas dari generasinya) sangatlah disayangkan. Keseluruhan berdasarkan sampel dari 800.000 orang. Antara 1998 dan 2012.
Rumah
sakit
universitas
di
Brest
telah
meneruskan
studinya
dan
menyampaikannya kepada Badan Pengamanan Obat-Obatan pada hari senin. Berdasarkan data yang kami pelajari, Brest hari rawat inap dari wanita berusia 15 sampai 45 tahun yang mengalami masalah menembus angka 550 hari rawat inap dari wanita berusia 15 sampai 45 tahun yang mengalami masalah dengan pembuluh darah, stroke dan pembengkakan pembuluh darah dari tahun 1998 sampai dengan 2012. Brest menembus angka 550 dengan pembuluh darah, stroke dan pembengkakan pembuluh darah dari tahun 1998 sampai dengan 2012. Hal ini menunjukkan jika 155 orang perempuan (45 orang berusia antara 15 sampai dengan 25 tahun
dan 110 orang berusia 26 sampai dengan 45 tahun) yang
memiliki emboli paru-atau stroke berhubungan dengan penggunaan pil kontrasepsi, semua generasi termasuk.
Rokok, faktor utama pemicu
Perlu diperhatikan, 80% pasien yang mengalami insiden memiliki sedikitnya pada satu faktor pemicu (rokok, tekanan darah tinggi, obesitas, riwayat keluarga, imobilitas, perjelanan panjang menggunakan mobil atau pesawat, usia di atas 40 tahun). Dalam sebagian kasus, disebabkan oleh rokok. Berkaitan dengan pil
reformasi rawat inap. Sebelum menentukan aktifitas dan sumber daya suatu lembaga, perlu
130
generasi ke-3 dan ke-4, sebuah pertanyaan diajukan: mengapa para dokter memberikan pil kontrasepsi kepada perempuan dengan faktor pemicu?
Hasil ini muncul ketika sebuah perdebatan keras menentang para ahli. Di satu sisi, mereka yang menggangap bahwa monitoring efek samping obat sebagaimana terdapat cukup banyak dan terlalu banyak gejala yang menutupi gejala lainnya. Di Prancis, 31 pusat regional monitoring efek samping obat, terletak di dalam rumah sakit, Menerima laporan mengenai efek sampingan dari para pekerja di bidang kesehatan ataupun para pasien. Permasalahnya: Lebih dari 9 kasus per 10 tidak dilaporkan.
Hasil dari Badan Obat-obatan disampingkan.
Oleh karena itu, Para ahli lainnya menuntut untuk melakukan studi berdasarakan data rumah sakit. Seperti yang baru saja dilakukan oleh rumah sakit universitas di Brest. Karena jika beberapa rumah sakit melakukan studi ini, populasi yang dipelajari tidak hanya beberapa ratus dari ribuan orang, melainkan jutaan.
Dalam hal ini, beberapa mengajukan pertanyaan akan keterwakilan studi yang dilakukan oleh Badan Obat-Obatan. Evaluasi ini didasarkan dari data klasik dari 31 pusat Monitoring efek samping obat. Hal ini memungkinkan bahwa hasil tersebut sangatlah disampingkan. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih tepat, diperlukan untuk meneliti basis PMSI diseluruh rumah sakit.
Laboratorium
Bayer
menanggapi,
kemarin,
bahwa
Efek
samping dari
penyumbatan pembuluh darah berhubungan dengan penggunaan Diane 35 telah diketahui dan tertulis dalam informasi indikasi, dan bahwa pengobatan untk jerawat ini hanya diberikan setelah mengetahui efek samping.
131
132
133
ARTIKEL 2 Pilule de troisième et quatrième génération : où en est-on ? La crise des pilules de troisième et quatrième génération a remis en cause le modèle français du « tout pilule ». Un an après la décision du ministère de la Santé de dérembourser ces contraceptifs en raison du doublement du risque de thrombose embolique par rapport aux pilules de deuxième génération, les chiffres de l‟Agence nationale de sécurité du médicament (ANSM) montrent que la pilule n‟est plus le moyen de contraception automatiquement prescrit : les femmes ont exploré – et adopté – d‟autres moyens de contraception, plus adaptés à leur mode de vie et à leur sexualité. Les leçons à retenir en cinq chiffres. 1. Le retour aux pilules de deuxième génération Près de 80% des pilules vendues sont aujourd‟hui des pilules de première et deuxième génération. Alors que les pilules de troisième et quatrième génération, représentaient 48% des prescriptions en 2011, leur part s‟est effondrée : elles ne représentent plus que 22% des contraceptifs oraux. La Haute Autorité de santé ayant recommandé de prescrire en priorité les pilules de deuxième génération, leurs ventes ont augmenté de 30%. Cette augmentation concerne exclusivement des pilules faiblement dosées en œstrogène, les plus récentes mises sur le marché.
2. Méfiance envers les pilules de troisième génération En décembre 2012, Marion Larat a porté plainte contre le laboratoire à l‟origine de la pilule qui pourrait être responsable de l‟AVC qui l‟a foudroyée à 19 ans. Depuis cette date, la vente des pilules de troisième génération a chuté de 45%. Une baisse qui concerne toutes les tranches d‟âge, mais tout particulièrement les plus jeunes qui prennent la pilule pour la première fois. Preuve que les recommandations officielles ont bien été suivies par les gynécologues.
134
3.
La pilule n’a plus le monopole des contraceptifs Les ventes de contraceptifs oraux, toutes générations confondues, ont baissé de 5,1%. Signe d‟une légère perte de confiance non seulement vis-à-vis de la pilule, mais aussi tous les contraceptifs hormonaux jugés depuis cette crise comme plus « dangereux » – le risque veineux étant le même pour toutes les méthodes oestroprogestatives. Cette défiance est confirmée par la baisse du recours aux implants et anneaux vaginaux de 13%. Revers de la médaille : on note également une légère hausse du recours à la pilule d‟urgence (+4,4%).
4.
Le stérilet plébiscité A la place de la pilule, un nombre croissant de jeunes filles ont choisi d‟adopter le stérilet en cuivre, non hormonal. Les ventes de ce dispositif intra-utérin, que les gynécologues ont longtemps refusé de poser aux femmes n‟ayant pas encore eu d‟enfants, ont connu une hausse de 47% en moyenne : de 50% pour les 20-29 ans et les 30-39 ans. Remarque du Planning familial : il devient urgent de mieux former les médecins à la pose de ces dispositifs.
5. Diane 35 autorisée pour l’acné sévère Diane 35 a été remise sur le marché à la mi-janvier, mais elle ne sera plus prescrite aussi largement qu‟avant. 300 000 femmes la prenaient fin 2012. Désormais, elle sera réservée aux cas d‟acné sévère, et uniquement après échec d‟un traitement antibiotique et d‟une crème à appliquer sur la peau. Diane 35 avait été retirée du marché en mai en raison d‟un risque thrombo-embolique multiplié par quatre par rapport aux femmes ne prenant pas de contraception orale.
135
Pil Kontrasepsi generasi ke-3 dan ke-4: sampai dimana kita? Krisis pil kontrasepsi generasi ke-3 dan ke-4 disebabkan oleh model kontrasepsi Prancis “Semua Pil”. Satu tahun setelah keputusan Mentri Kesehatan Prancis untuk mengganti rugi kontrasepsi inidengan alasan peningkatan resiko pembengkakan pembuluh dibandingkan dengan pil generasi ke-2. Data Badan Pengamanan Obat-Obatan Prancis menunjukan bahwa pil tidak lagi menjadi solusi kontrasepsi yang diberikan dengan mudah. Para wanita telah mencari dan mengadaptasi bentuk kontrasepsi lainnya, disesuikan dengan gaya hidup dan seksualitas mereka. Pelajaran yang dapat disimpulkan dalam 5 poin.
59. Kembali pada pil generasi ke-2 Lebih dari 80% pil kontrasepsi yang dijual belakangan ini adalah pil generasi pertama dan kedua. Sementara pil generasi ke-3 dan ke-4, mewakili 48% kontrasepsi yang diberikan pada tahun 2011. Jumlah ini telah berkurang : Pil generasi ini mewakili tidak lebih 22% dari kontrasepsi
oralOtoritas
tertinggi
badan
kesehatan
Prancis
menyarankan agar mendahului pemberian pil generasi kedua, Penjualan mereka naik 30%. Kenaikan ini khusus berkisar pada pil dengan dosis esterogen yang tinggi, yang paling baru dipasarkan.
60. Keraguan akan pil generasi ketiga Pada desember 2012, Marion Larat mengajukan tuntutan terhadap laboratorium.
didasarkan
oleh
pil
kontrasepsi
yang
diduga
menyebabkan stroke,yang ia derita ketika berusia 19 tahun. Semenjak itu, penjualan pil kontrasepsi generasi ke-3 berkurang sebanyak 45%. Penurunan yang terjadi di semua tingkatan usia,tetapi khususnya pada wanita muda yang baru menggunakan pil kontrasepsi untk pertama kali. Hal ini membuktikan bahwa himbauan pemerintah diikuti dengan baik oleh para ginekolog.
136
61. Pil kontrasepsi tidak lagi memonopoli pilihan kontrasepsi Penjualan kontrasepsi oral, terhitung semua generasi,menurun sebanyak 5,1% Pertanda akan keraguan tidak hanya pada pil kontrasepsi saja,Tetapi juga kepada semua jenis kontrasepsi hormonal semenjak krisis tersebut dinyatakan sebagai yang paling berbahayaresiko penyumbatan pembuluh darah dapat terjadi pada semua metode kontrasepsi oestroprogestatif. Keraguan ini dibuktikan dengan menurunnya penggunaan implan dan vaginal ring sebanyak 13%. Sayangnya :
Kami
juga
menandai
sedikit
peningkatan
pada
penggunaan kontrasepsi emergensi (+4,4%).
62. IUD diakui Selain
pil
kontrasepsi,
banyak
perempuan
muda
memilih
menggunakan spiral,Non hormonal. Penjualan alat kontrasepsi intrauterin ini, yang mana sudah lama para ginekologis menolak memberikannya pada perempuan yang belum memiliki anak, diketahui mengalami peningkatan rata-rata sebanyak 47%: Sebanyak 50% untuk rentang usia 20-29 tahun dan 30-39 tahun.Peringatan dari Badan Perencanaan keluarga : Penting untuk segera mempersiapkan dengan baik para ahli untuk pemasangan kontrasepsi ini.
63. Diane 35 diijinkan untuk jerawat parah Diane 35 akan kembali dipasarkan pada pertengahan januari, tetapi tidak akan diberikan sebanyak sebelumnya. terdapat 300.000 perempuan yang menggunakannya pada tahun 2012. Sekarang, penggunaannya hanya terbatas untuk mengobati jerawat parah, dan hanya setelah pengobatan antibiotik dan krim yang dioleskan pada kulit tidak berhasil. Diane 35 ditarik dari pasaran pada Mei (2012) dengan alasan pembengakan pembuluh darat yang meningkat 4 kali lipat
dibandingkan
dengan
kontrasepsi oral.
137
wanita
yang
tidak
menggunakan