MODEL PEMBELAJARAN JUST IN TIME TEACHING (JITT) BERBANTUAN WEBSITE PADA TOPIK LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA Irwandani, M.Pd.1 Program Studi Pendidikan Fisika IAIN Raden Intan Lampung
[email protected]
Abstrak: Telah dilakukan penelitian dengan metode quasy experiment tentang penerapan pembelajaran JiTT berbantuan website untuk mengetahui peningkatanketerampilan berpikir kreatif siswa pada materi listrik arus bolak-balik. Sampel penelitian adalah siswa kelas X SMA tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen mendapatkan model pembelajaran JiTT berbantuan websitesedangkan kelas kontrol mendapat model pembelajaran JiTT tanpa bantuan website.Hasil uji statistik menunjukkan bahwakelas eksperimen secara signifikan lebih dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswanyadibandingkan kelas kontrol. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran JiTT berbantuan website dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Kata kunci: Model pembelajaran JiTT, website, keterampilan berpikir kreatif
1
Dosen Prodi Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung
untuk
Pendahuluan Fisika merupakan salah satu bagian
mendorong
kreativitas,
motivasi,
inisiatif,
inspirasi,
dari ilmu alam yang penting untuk
kemandirian,
dipelajari di sekolah. Hal ini dikarenakan
Berdasarkan hal ini, tentu akan membuka
fisika dipandang
peluang
sebagai ilmu
dasar
dan
minat,
pada
semangat
semakin
pembelajaran
belajar.
variatif
(pondasi) bagi pengembangan ilmu-ilmu
inovatifnya
di
lainnya seperti ilmu terapan, misalnya
khususnya pembelajaran fisika.
dan
sekolah,
dalam bidang kedokteran, rekayasa teknik
Namun, berdasarkan hasil observasi di
dan sebagainya. Selain itu, fisika juga
salah satu sekolah menengah atas (SMA)
dapat dipandang sebagai suatu disiplin
diperoleh kenyataan bahwa mayoritas
ilmu yang mampu menghasilkan sejumlah
siswa masih menganggap pelajaran fisika
keterampilan dan kemahiran generik pada
adalah pelajaran yang sulit. Temuan ini
siswa. Untuk mencapai hal tersebut, tentu
diperkuat oleh hasil penelitian Saprudin
diperlukan persiapan pembelajaran yang
(2010) yang mengatakan bahwa sebanyak
matang.
82%
Mulai
dari
perencanaan,
siswa
masih
menganggap
sulit
pelaksanaan, hingga evaluasi haruslah
pelajaran fisika. Menurut Ornek (2007)
disusun dengan baik dan disesuaikan
yang
dengan kurikulum yang berlaku, agar
dipelajari oleh siswa dikarenakan pelajaran
makna dan tujuan pembelajaran dapat
fisika dianggap pelajaran yang tidak
tercapai.
menarik bagi mereka. Selain itu, konten
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan otonomi yang seluasluasnya kepada setiap satuan pendidikan
menjadi
penyebab
fisika
sulit
fisika yang abstrak juga membuat mereka kesulitan dalam mempelajarinya. Pembelajaran yang masih bersifat
(sekolah) untuk mengembangkan proses
konvensional
pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan
membuat sebagian besar siswa kurang
potensi masing-masing. Kurikulum ini
tertarik
membuka kepada segala hal baru yang
Pembelajaran yang bersifat pasif ini tentu
dapat menunjang proses pembelajaran,
kurang mampu melatihkan siswa untuk
termasuk
menggunakan penalaran logis yang tinggi,
pemanfaatan
informasi
dan
dan
monoton
mempelajari
pelajaran
terutama
Pendidikan
(Permendiknas)
tingkat tinggi (Armiza, 2007). Padahal
Nomor 41 tahun 2007 mengharuskan
keterampilan berpikir merupakan salah
bahwa
yang
satu target yang harus dicapai oleh setiap
dirancang berpusat pada peserta didik
siswa setelah pembelajaran, sebagaimana
proses
pembelajaran
keterampilan
fisika.
teknologi. Selain itu, Peraturan Menteri Nasional
pada
disinyalir
berpikir
diamanatkan dalam kurikulum. Salah satu
yang dapat memaksimalkan keterampilan
keterampilan berpikir tingkat tinggi yang
berpikir
masih jarang dilatihkan di sekolah adalah
konsep.
keterampilan berpikir kreatif. Beberapa hasil
penelitian
tentang
keterampilan
Ada
mereka
tiga
pembelajaran
dalam
tahapan JiTT
menemukan
utama
dalam
yaitu
tahap
ini,
berpikir kreatif (Fitriana, 2010; Kaharu,
pemanasan, tahap penyesuaian konsep dan
2010) menunjukkan bahwa nilai rata-rata
tahap penerapan konsep. Ketiga tahapan
keterampilan berpikir kreatif yang dimiliki
ini memberikan ruang pada siswa untuk
siswa masih tergolong rendah.
aktif dan kreatif seperti saling bertanya,
Berdasarkan permasalahan yang telah
menjawab, berdiskusi, dan menyelesaikan
dipaparkan di atas, maka perlu diadakan
masalah
sebuah
melatihkan kemampuan berpikir mereka.
penelitian
yang
mampu
bersama
Hasil
utamanya
upaya
menunjukkan bahwa pembelajaran JiTT
berpikir
mampu dalam meningkatkan keterampilan
meningkatkan
dengan
keterampilan
kreatif siswa. Salah satu upayanya adalah dengan menggunakan pembelajaran yang berbasis
teknologi
dan
informasi.
Solikhin
mampu
memecahkan persoalan tersebut. Fokus berkenaan
penelitian
sehingga
(2012)
proses sains siswa. Penggunaanmedia teknologi informasi dapat
bersifat
online
maupun
dan
offline.Contoh dari media yang bersifat
informasi ini mempunyai karakteristik
online adalah media website. Website atau
yang dapat dikombinasikan dengan model
situs web mengacu pada kumpulan file
pembelajaran
apapun.Salah
satunya
atau dokumen yang besar dan saling terkait
denganmodel
pembelajaranJust-in-Time
yang dibuat tersedia untuk semua orang
Teaching (JiTT).Model pembelajaran JiTT
melalui internet (Mason & Rennie, 2010).
merupakan
strategi
Media website sangat baik digunakan
pembelajaran yang memadukan antara
sebagai media pembelajaran, terutama
penggunaan
dan
pembelajaran fisika. Media ini dapat
pembelajaran aktif di kelas yang bersifat
menjadi alternatif karena diyakini dapat
umpan balik antara siswa dan guru.Karena
menarik perhatian siswa terhadap pelajaran
ada umpan balik antara guru dan siswa,
fisika. Mubaraq (2009) mengatakan bahwa
maka
pembelajaran
Pembelajaran
dapat
berbasis
model
teknologi
dikatakan
teknologi
dan
informasi
bahwa
JiTT
yang
berbasis
website
mendorong pembelajaran yang berpusat
mampu menumbuhkan kemandirian siswa
pada siswa. Siswa dapat berinteraksi
untuk
dengan sesama siswa, guru, dan teknologi
pengetahuannya.
mengkonstruksi Konten
sendiri atau
materi
website disajikan dalam berbagai bentuk
Model Just-in-Time Teaching (JiTT)
media atau sering disebut multimedia.
adalah
Multimedia ini merupakan kombinasi dari
strategipedagogisyangmenitikberatkan
tulisan, gambar, suara, animasi, simulasi,
pada
dan video yang disajikan sedemikian rupa
meningkatkanpembelajaran
sehingga
membangun
menjadi
produk
media
kemudahan
teknologiuntuk siswa,
keterampilan,
dan
sikap
pembelajaran. Beberapa penelitian tentang
(Patterson, 2005). Model pembelajaran
penggunaan multimedia (Fitriana, 2010;
JiTTberbantuan
Kaharu,
adanya
gabungan antara model pembelajaran JiTT
peningkatan keterampilan berpikir kreatif
dengan website sebagai medianya. Media
pada siswa.
website dianggap mampu memfasilitasi
2010)
menunjukkan
website
merupakan
Berdasarkan paparan di atas, penulis
tahapan JiTT dengan sangat baik. Seperti
terdorong untuk melakukan penelitian
yang diungkapkan Formica (2010) yang
tentang
Teaching
mengatakan bahwa JiTT dapat menjadi
(JiTT) yang dipadukan dengan media
sebuah model pembelajaran yang dapat
website.
memadukan
model
Just-in-Time
Karena
diharapkan
dengan
penggunaan
internet
dan
penggabungan itu, dapat meningkatkan
umpan balik (feedback) antara guru dan
keterampilan
siswa.
siswa, baik di dalam kelas maupun di luar
Adapun materi yang akan menjadi topik
kelas. Model pembelajaran JiTT terdiri
dalam penelitian ini adalah topik listrik
dari tiga tahapan utama, yaitu tahap
arus bolak-balik untuk siswa kelas X
pemanasan, tahap penyesuaian konsep dan
SMA. Topik listrik arus bolak-balik dipilih
tahap penerapan konsep.
berpikir
kreatif
karena di dalamnya banyak memuat konsep-konsep
abstrak.
Konsep
yang
Adapun pengertian website sendiri mengacu
pada
kumpulan
file
atau
abstrak ini jika ditampilkan dalam website
dokumen, yang besar dan saling terkait,
melalui berbagai bentuk media diharapkan
yang dibuat tersedia untuk semua orang
akan
membantu
siswa
untuk
melalui internet (Mason & Rennie, 2010).
keterampilan
siswa
untuk
Karena diakses melalui internet, maka
dapat
mengasah
pembelajarannya
berpikir kreatif.
berlangsung
secara
online. Website memiliki topik saling terkait, terkadang di dalamnya disertai pula
Kajian Pustaka 1.
Model
Pembelajaran
berbantuan website
JiTT
dengan berkas-berkas gambar, video, atau jenis-jenis berkas lainnya. Website dapat digunakan sebagai media belajar atau
dikenal
dengan
istilah
pembelajaran
pembelajaran JiTT haruslah mengandung 3
berbasis web. Sebelum digunakan sebagai
(tiga) hal berikut.
media
1.
pembelajaran,
terlebih
dahulu
Tugas siswa sebagai persiapan untuk
website diisi materi pembelajaran dalam
aktivitas dalam kelas (warm up and
bentuk tulisan, gambar, video, animasi dan
puzzle).
sebagainya
yang
kemudian
disusun
2.
Halaman yang kaya akan informasi
sedemikian rupa. Materi-materi tersebut
yang berisi artikel ringkas, aplikasi
dapat pula dihubungkan satu sama lain
kehidupan sehari-hari yang terkait
sehingga saling berkaitan (hyperlink) dan
dengan konsep yang dipelajari, dan
memungkinkan
materi menarik lain yang terdapat di
penggunanya
untuk
web lain.
berpindah dari satu halaman ke halaman lain. Selain mampu menyediakan dokumen
3.
Materi pembelajaran yang berdiri
dengan bentuk yang bervariasi, website
sendiri, seperti animasi, simulasi dan
juga mampu melengkapi dirinya dengan
tugas terstruktur.
fasilitas lain seperti ruang diskusi secara
Untuk
mengakomodasi
tiga
tidak
persyaratan tersebut, selanjutnya pada
mampu
tataran teknis, konten dalam websiteyang
menghadirkan diskusi seperti tatap muka
sejalan dengan tahapan JiTT secara umum
semisal teleconference.
terbagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu
langsung
(chatting)
langsung.
Bahkan
maupun juga
Melihat kelebihan yang dimiliki oleh
materi pelajaran, pertanyaan pemanasan
website, maka pada perkembangannya
dan ruang bertanya dan diskusi. Dalam
penggunaan website menjadi media yang
penelitian ini, ruang diskusi disediakan
favorit digunakan dalam pembelajaran
dalam dua bagian, yaitu secara realtime
JiTT. Namun, tidak sembarangan website
seperti ruang chat dan tidak realtime
bisa digunakan dalam pembelajaran JiTT.
seperti ruang bertanya dan menjawab.
Novak (1999) menyebutkan bahwa syarat
Untuk
website yang akan diterapakan dalam
pembelajarannya
lebih
jelasnya, secara
disajikan dalam Gambar 1.
garis
alur besar
KEGIATAN SISWA
KEGIATAN GURU
Masuk (login)
Membuka halaman website sesuai dengan materi yang akan dipelajari di kelas
Browsing ke situs lain
Mempelajari konsep
Menjawab soal pemanasan
Bermain dengan animasi dan simulasi
Guru melakukan kontrol aktivitas diskusi
Berdiskusi dengan teman dan guru
Keluar (logout)
Gambar1. Alur Proses Pembelajaran JITT Berbantuan Website
2.
Keterampilan
Berpikir
Kreatif
merangsang siswa untuk belajar secara kreatif. Menurut Feldhusen dan Treffinger
(KBK) cipta
(Munandar, 1999) lingkungan kreatif dapat
memungkinkan penemuan-penemuan baru
diciptakan melalui kegiatan pemanasan,
dalam bidang ilmu dan teknologi, serta
pengaturan tempat duduk dalam kelas,
dalam semua bidang usaha manusia
melakukan diskusi dan kegiatan fisik
lainnya (Munandar, 2012). Berpikir kreatif
dalam kelas
dapat dikatakan sebagai sebuah kegiatan
memfasilitasi.
Kreativitas
atau
daya
serta
guru
yang dapat
mental yang dialami seseorang bila mereka
Munandar (1999) menyebutkan ada 5
dihadapkan pada permasalahan yang harus
(lima) indikator utama dari keterampilan
dipecahkan.
berpikir
Hakikat
berpikir
kreatif
kreatif,
yaitu
keterampilan
adalah keterampilan dari pikiran untuk
berpikir lancar (fluency), keterampilan
penciptaan ide atau gagasan baru.
berpikir luwes (flexibility), keterampilan
Belajar kreatif tidak timbul secara kebetulan,
melainkan
memerlukan
persiapan dari lingkungan kelas yang dapat
berpikir orisinal (originality), keterampilan elaborasi (elaboration), dan keterampilan evaluasi (evaluation).
atau ide dengan cara-cara yang asli (original). Selain itu, siswa juga 1.
Keterampilan berpikir lancar (fluency)
dituntut untuk mampu melahirkan
Siswa yang memiliki keterampilan
ungkapan
berpikir lancar yaitu siswa yang dapat
memikirkan cara yang tidak lazim,
mencetuskan banyak ide atau gagasan,
maupun mampu membuat kombinasi-
jawaban, penyelesaian masalah, atau
kombinasi yang tidak lazim dari
pertanyaan. Siswa juga dituntut untuk
bagian-bagian
memberikan banyak cara atau saran
Keterampilan
untuk melakukan berbagai hal. Ciri
untuk memiliki cara berpikir yang
perilaku dari keterampilan ini adalah
berbeda dengan yang lain, mampu
siswa akan sering bertanya, menjawab
menemukan penyelesaian baru dari
pertanyaan, bekerja lebih cepat dan
sebuah bacaan atau gagasan.
melakukan lebih banyak dibandingkan
2.
4.
Keterampilan
yang memiliki keterampilan ini akan
keterampilan
dengan cepat melihat kesalahan atau
segala
kekurangan pada suatu obyek atau
Keterampilan
situasi.
untuk
Keterampilan
berpikir
baru
atau ini
dan
unik,
unsur-unsur.
menuntut
siswa
Keterampilan elaborasi (elaboration)
dengan yang lain. Selain itu, siswa
elaborasi untuk
sesuatu
menguraikan
secara
ini
mampu
adalah
terperinci.
menuntut
siswa
memperkaya
dan
mengembangkan suatu gagasan atau
luwes
produk. Selain itu, siswa juga dituntut
(flexibility) siswa
untuk bisa memperinci detil-detil dari
untuk dapat mengemukakan berbagai
suatu obyek, gagasan, atau situasi
pendekatan maupun solusi pemecahan
sehingga
terhadap suatu masalah. Siswa juga
mengembangkan atau memperkaya
dituntut untuk mampu melihat suatu
gagasan orang lain.
Keterampilan
ini
menuntut
masalah dari sudut pandang yang
5.
menjadi
lebih
menarik,
Keterampilan evaluasi (evaluation)
banyak
Keterampilan
alternatif, dan mampu mengubah cara
keterampilan
yang
pendekatan atau cara pemikiran.
untuk
menentukan
Keterampilan
penilaian
berbeda-beda,
3.
yang
mencari
berpikir
orisinal
sendiri
merupakan
melatih
serta
siswa patokan mampu
mengambil keputusan terhadap situasi
(originality) Keterampilan
dapat
evaluasi
ini
menuntut
siswa
untuk bisa mencetuskan suatu gagasan
yang terbuka. Siswa yang memiliki keterampilan
evaluasi
dapat
memberikan pertimbangan atas dasar
3.
Keterkaitan Sintaks JiTT dengan
sudut pandangnya sendiri, merancang
Aspek KBK yang Dilatihkan
suatu rencana kerja dari gagasan-
Tiga
tahapan
pembelajaran
websiteharus
JiTT
gagasan yang tercetus, menganalisis
berbantuan
mampu
masalah atau penyelesaian secara
melatihkan keterampilan berpikirkreatif
kritis, serta dapat mempertahankan
siswa. Hubungan sintaks antara model
pendapatnya secara rasional.
pembelajaran JiTT berbantuan website dengan KBK dapat dilihatpada Tabel 1.
Tabel 1. Tahapan Pembelajaran dan Aspek yang Dilatihkan Tahapan
Keterampilan Berpikir Kreatif
Kegiatan Pembelajaran
Model JiTT
yang Dilatihkan
Tahap 1
Membaca materi website
Berpikir lancar
Pemanasan
Menjawab soal pemanasan
Berpikir luwes, orisinal, evaluasi
Diskusi dengan teman dan guru
Berpikir luwes, orisinal dan evaluasi
Tahap 2
Diskusi kelas terhadap soal
Berpikir luwes, orisinal, dan
Penyesuaian
pemanasan
evaluasi
Konsep
Mempelajari konsep
Berpikir lancar
Menggunakan animasi dan simulasi
Elaborasi, evaluasi
Diskusi pemecahan masalah
Berpikir luwes, elaborasi, dan
Tahap 3 Penerapan Konsep
evaluasi Menggunakan laboratorium virtual
Berpikir luwes, orisinal, dan elaborasi
diberi pretest yang dilakukan sebelum
Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode
treatment dan posttest yang dilakukan
sedangkan
desain
setelah tiga pertemuan atau treatment
menggunakan
The
dilakukan. Pada kelas eksperimen diberi
Control
treatment berupa model pembelajaran JiTT
1993).Pada
berbantuan website.Sementara pada kelas
penelitian ini terdapat dua kelompok
kontrol diberikan pembelajaran JiTT tanpa
subjek penelitian, yaitu kelas eksperimen
bantuan website.
quasy
experiment,
penelitiannya
RandomizedPretest-Posttest Group
Design
(Fraenkel,
dan kelas kontrol. Masing-masing kelas
keterampilan berpikir lancar, keterampilan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu SMA
berpikir
luwes,
keterampilan
di Kabupaten Indramayu semester genap
orisinal,
keterampilan
tahun ajaran 2012/2013. Dari populasi
evaluasi.
dipilih
berpikir
elaborasi,
Peningkatan
dan
keterampilan
kelas
sebagai
sampel
berpikir kreatif baik pada kelas eksperimen
teknik
cluster
random
maupun kelas kontrol secara umum dapat
sampling. Kelas yang dipilih menjadi kelas
dilihat dengan membandingkan rata-rata
eksperimen
nilai tes awal dengan tes akhir serta
dua
menggunakan
memiliki
jumlah
siswa
melihat nilai N-gain-nya.
sebanyak 34 siswa. Sedangkan kelas
Persentase pencapaian nilai rata-rata
kontrol memiliki jumlah siswa sebanyak
tes awal, tes akhir dan N-gain untuk
36 siswa.
keterampilan berpikir kreatif siswa dari kelas
Hasil Penelitian
eksperimen
dan
kelas
kontrol
ditunjukkan pada Gambar 2.
Indikator keterampilan berpikir kreatif yang diteliti dalam penelitian ini meliputi
EKSPERIMEN
SKor Keterampilan Berpikir Kreatif (%)
100
KONTROL
90 80 70
62 55
60 50
40
41
37
40
24
30 20 10 0 TES AWAL
TES AKHIR
N‐GAIN
Gambar 2. Perbandingan Persentase Nilai Rerata Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa pencapaian
nilai
awal
sedikit lebih unggul dibanding kelas
keterampilan berpikir kreatif siswa kelas
eksperimen, yaitu sebesar 41% dari nilai
eksperimen sebesar 40% dari nilai ideal.
idealnya. Namun pada tes akhir, rata-rata
Sementara
nilai
pada
rata-rata
kelas
tes
mendapatkan nilai rata-rata tes awal
kontrol
kelas
eksperimen
lebih
tinggi
dibanding kelas kontrol, yaitu sebesar 62%
(rendah). Berdasarkan hasil perbandingan
dari nilai ideal. Sementara kelas kontrol
rata-rata tes awal, tes akhir dan N-gain
hanya memperoleh rata-rata sebesar 55%
dapat
dari nilai ideal.
keterampilan
dinyatakan
bahwa
berpikir
peningkatan
kreatif
kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan
Selanjutnya, untuk melihat seberapa besar peningkatan keterampilan berpikir
dengan
kreatif,
dengan
perbandingan N-gain dari tiap indikator
membandingkan besarnya rata-rata N-gain
keterampilan berpikir kreatif antara kelas
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
rata N-gain kelas eksperimen sebesar 0,37
pada Gambar 3.
dapat
dilihat
kelas
kontrol.
Adapun
(sedang) dan kelas kontrol sebesar 0,24 EKSPERIMEN
1.00
KONTROL
0.90 0.80
N‐gain
0.70 0.60 0.49
0.50 0.40 0.30
0.37
0.35 0.28
0.23
0.23
0.31
0.34
0.23
0.20 0.09
0.10 0.00 Berp. Lancar
Berp. Luwes
Berp. Orisinal
Elaborasi
Evaluasi
Gambar 3. Perbandingan N-Gain untuk Tiap Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pada indikator evaluasi yaitu sebesar 0,34 Berdasarkan Gambar 3, perolehan N-
dengan kategori sedang. Sedangkan nilai
gain tertinggi pada kelas eksperimen
terendah terjadi pada indikator berpikir
terjadi pada indikator berpikir luwes yaitu
orisinal yaitu sebesar 0,09 dengan kategori
sebesar 0,49 dengan kategori sedang.
rendah.
Sedangkan nilai terendah terjadi pada
Secara
keseluruhan
pada
kelas
indikator berpikir orisinal sebesar 0,23
eksperimen terdapat 4 indikator yang
dengan kategori rendah. Sementara itu
terkategori sedang, yaitu berpikir lancar
pada kelas kontrol N-gain tertinggi terjadi
(0,35), berpikir luwes (0,49), elaborasi
(0,37) dan evaluasi (0,31). Sedangkan satu
dalam tahapan model JiTT juga terdapat
indikator berkategori rendah, yaitu berpikir
kegiatan pemanasan, diskusi dan peran
orisinal (0,23).Tidak ada indikator pada
guru yang menjadi fasilitator.
kelas eksperimen yang mendapat kategori
Pembelajaran JiTT yang berbantuan website memperoleh N-gain yang lebih
tinggi. Sementara untuk kelas kontrol 4
tinggi dari pembelajaran tanpa bantuan
indikator terkategori rendah, yaitu berpikir
website dikarenakan situs web lebih
lancar
banyak
(0,28),
berpikir
luwes
(0,23),
membantu
siswa
dalam
pengetahuan
dan
berpikir orisinal (0,09), dan elaborasi
membangun
(0,23). Hanya indikator evaluasi (0,34)
keterampilan berpikir mereka. Kegiatan
yang terkategori sedang. Sama halnya
pemberian umpan balik (feedback) pada
dengan kelas eksperimen, pada kelas
tahap pemanasan baik berupa pemberian
kontrol
jawaban, komentar maupun bantahan atas
ini
tidak
adaindikator
yang
memperoleh kategori tinggi. Berdasarkan
pendapat
orang
peningkatan
mampu
membantu
nilai
N-gainnya
dapat
lain
secara
realtime
siswa
dalam
peningkatan
membangun keterampilan mereka dalam
keterampilan berpikir kreatif untuk kelas
berpikir, terutama merangsang mereka
eksperimen lebih tinggi dibandingkan
untuk
kelas kontrol.
pertanyaan pemanasan tersebut akan dapat
Pembahasan
menimbulkan minat dan motivasi siswa
dikatakan
bahwa
Berdasarkan
hasil
penelitian,
untuk
berpikir
kreatif.
berperan
aktif,
Pertanyaan-
merangsang
pembelajaran JiTT dengan bantuan website
pemikiran kritis, dan merangsang siswa
lebih mampu meningkatkan keterampilan
untuk
berpikir kreatif siswa dibandingkan dengan
tambahan (Munandar, 1999). Hal inilah
pembelajaran JiTT tanpa bantuan website.
yang tidak terjadi pada tahap pemanasan
Feldhusen dan Treffinger (Munandar,
dengan pembelajaran tanpa situs web.
1999) mengemukakan bahwa lingkungan
Sehingga pembelajaran JiTT tanpa situs
belajar yang kreatif dapat tercipta dengan
web hanya memperoleh kenaikan N-gain
memberikan pemanasan, adanya diskusi
sebesar 0,24 (rendah) sedangkan pada
dalam kelompok-kelompok kecil, dan guru
pembelajaran yang menggunakan website
bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran
memperoleh N-gain sebesar 0,37 (sedang).
JiTT secara umum tergolong ke dalam model
pembelajaran
yang
mampu
menciptakan lingkungan kreatif. Karena di
mencari
Kenaikan masing-masing
sendiri
N-gain indikator
pengetahuan
tertinggi
pada
terjadi
pada
indikator berpikir luwes (0,49) untuk kelas
eksperimen dan indikator evaluasi (0,34)
terdapat
pada kelas kontrol. Sementara indikator
siswa dituntut langsung untuk memberikan
berpikir
kenaikan
umpan balik (jawaban) atas pertanyaan
terendah, baik pada kelas eksperimen
pemanasan yang ditampilkan di website
(0,23) maupun kelas kontrol (0,09). Secara
tersebut.
umum
berbantuan
pemberian pertanyaan-pertanyaan terbuka
website cukup membantu siswa dalam
dapat menimbulkan minat dan rasa ingin
meningkatkan
tahu siswa. Soal-soal pemanasan ini dapat
orisinal
mengalami
pembelajaran
JiTT
keterampilan
berpikir
soal-soal
pemanasan
Menurut
dimana
Munandar
lancar, berpikir luwes, elaborasi, dan
meningkatkan
evaluasi
menuntut pada sikap belajar yang berbeda,
yang
ditunjukkan
dengan
pemikiran
(1999)
terbuka
dan
kreatif
yang
peningkatan N-gain pada kategori sedang.
lebih
Sedangkan hanya keterampilan berpikir
berperan
orisinal yang kurang terakomodasi dengan
gagasan sebanyak mungkin (Munandar,
baik oleh pembelajaran ini, sehingga
1999). Upaya siswa untuk berperan dalam
kenaikan N-gainnya hanya berada pada
memberikan
kategori rendah.
serta mengajukan banyak pertanyaan inilah
aktif
tertantang
memberikan
untuk
gagasan-
gagasan-gagasan
mereka
Sementara pembelajaran JiTT tanpa
yang melatih mereka untuk berpikir lancar.
bantuan website kurang signifikan dalam
Selain itu, karakter dari keterampilan
meningkatkan
berpikir
berpikir luwes yang selalu menuntut siswa
kreatif siswa, karena hanya satu indikator
untuk memikirkan lebih dari satu jawaban,
keterampilan
mengajukan
terkategori
keterampilan
berpikir sedang,
kreatif yaitu
yang
indikator
menjawab
banyak dengan
pertanyaan sejumlah
dan
jawaban
evaluasi. Sementara 4 indikator lainnya
cukup terakomodasi dengan baik pada
terkategori rendah.
pembelajaran JiTT berbantuan website ini.
Indikator berpikir lancar dan luwes
Sehingga wajar pada kelas eksperimen
pada kelas eksperimen memperoleh N-gain
mengalami
berturut-turut sebesar 0,35 (sedang) dan
dibanding kelas kontrol. Sedangkan pada
0,49 (sedang). Sementara pada kelas
kelas kontrol, keterampilan berpikir lancar
kontrol indikator berpikir lancar hanya
dan luwes hanya mampu dilatihkan secara
memperoleh N-gain sebesar 0,28 (rendah)
optimal pada saat siswa melakukan diskusi
dan berpikir luwes sebesar 0,23 (rendah).
ruang kelas.
Unggulnya eksperimen
perolehan ini
N-gain
kelas
dikarenakan
pada
pembelajaran JiTT berbantuan website
peningkatan
lebih
tinggi
Keterampilan elaborasi pada kelas eksperimen
diperoleh
sebesar
0,37
(sedang) dan pada kelas kontrol sebesar
0,23 (rendah). Keterampilan ini banyak
dimana
pada
kelas
eksperimen
dilatihkan pada saat siswa melakukan
kenaikannya sebesar 0,23 (rendah) dan
simulasi maupun melakukan praktikum
pada kelas kontrol hanya sebesar 0,09
virtual sebagai bagian dari kegiatan diskusi
(rendah).
di kelas. Selanjutnya, untuk keterampilan
Secara umum, kenaikan N-gain dari
evaluasi, baik kelas eksperimen dan kelas
kelas eksperimen maupun kelas kontrol
kontrol memperoleh kenaikan N-gain yang
masih terkategori relatif kecil karena di
hampir sama. Pada kelas eksperimen
bawah 0,50. Akan tetapi yang perlu
diperoleh N-gain sebesar 0,31 (sedang)
dijadikan catatan adalah tidaklah mudah
dan kelas kontrol unggul tipis sebesar 0,34
melatihkan kemampuan berpikir kreatif
(sedang).
pada siswa dalam waktu dan proses yang
Keterampilan berpikir yang kurang
relatif singkat. Karena kemampuan ini
berkembang dalam pembelajaran JiTT
berkaitan dengan keterampilan berpikir
baik yang berbantuan website maupun
tingkat tinggi lainnya dan membutuhkan
tanpa
adalah
proses berpikir yang mendalam. Munandar
orisinal.
(1999) mengatakan bahwa keterampilan
bantuan
keterampilan Berdasarkan
situs berpikir
definisinya,
web
keterampilan
berpikir
kreatif
ditekankan
banyaknya
pada
berpikir orisinal menuntut siswa untuk
menemukan
mampu melahirkan ungkapan yang baru
jawaban
dan unik. Siswa juga dituntut untuk
Sementara,
memikirkan cara-cara yang tidak lazim
banyaknya kemungkinan jawaban tersebut
maupun membuat kombinasi-kombinasi
didasari pada kemampuan untuk membuat
yang tidak lazim. Jika ditinjau dari subjek
kombinasi
materi pembelajaran dalam penelitian ini,
informasi atau unsur yang ada. Data dan
yaitu konsep listrik arus bolak-balik, maka
informasi tersebut diperoleh tidak hanya
cukup sulit untuk memberikan ruang pada
dari bangku sekolah, melainkan dari
siswa membuat ungkapan-ungkapan baru,
keluarga dan masyarakat (lingkungan).
kombinasi baru, maupun simbol-simbol
Sehingga melatihkan keterampilan berpikir
baru. Karena ini berkaitan dengan materi
kreatif membutuhkan proses dan waktu
fisika yang harus disesuaikan dengan
yang relatif panjang.
terhadap
suatu
proses
baru
kemungkinan masalah.
mendapatkan
berdasarkan
data,
kaidah dan prinsip fisika yang sudah disepakati dan ditetapkan. Inilah yang
Kesimpulan
menjadikan bahwa keterampilan berpikir
Berdasarkan penelitian yang telah
orisinal kurang terakomodasi dengan baik,
dilakukan tentang model pembelajaran
JiTT berbantuan website pada topik listrik arus bolak-balik dapat disimpulkan bahwa penerapan model JiTT berbantuan website
Fraenkel, J. R., dan Wallen. (2008). How to Design and Evaluate Research in Education. New York : McGraw Hill.
pada topik listrik arus bolak-balik dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
siswa
dibandingkan
dengan
pembelajaran JiTT tanpa bantuan website.
Daftar Rujukan Armiza. (2007). Model Siklus Belajar Abduktif Empiris untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pemantulan Cahaya. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan. Depdiknas. (2005). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009.[Online]. Tersedia:http://www.slideshare.net/ smpbudiagung/ rencana-strategisdepdiknas-20052009/download[22 Juli 2011]. Depdiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007. [online]. Tersedia: http://akhmadsudrajat.files.wordpre ss.com/2009/04/standar-prosespermen-41-2007_.pdf[22 Juli 2011]. Formica, S. P., Easley, J. L., dan Spraker, M. C. (2010). Transforming common-sense beliefs into Newtonian thinking through JustIn-Time Teaching. Physics Education Research 6.
Fitriana, I.S. (2010). Penggunaan Multimedia Interaktif (MMI) dalam Proses Pembelajaran Materi Teori Kinetik Gas untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbikan. Kaharu, S. (2010). Penggunaan Hypermedia untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berfikir Kreatif Mahasiswa dalam Pembelajaran Rangkaian Listrik Arus Searah. Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan. Mason, R., dan Rennie, F. (2010). Elearning: Panduan Lengkap Memahami Dunia Digital dan Internet. Yogyakarta: Baca. Mubaraq, L. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Web pada Materi Fluida Dinamis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa.Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbitkan. Munandar, U. (2012). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. ___________. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia.
Novak, G. M. (1999). Just in Time Teaching. [Online]. Tersedia: http://webphysics.iupui.edu/jitt/wh at.html [18 Desember 2012]
Novak, G. M., Middendorf, J. (2004). What Works – A Pedagogy Just-inTime Teaching. In:Volume IV What Works, What Matters, What Lasts. Project Kaleidoscope.
Novak, G. M., Patterson, E.T. (1998). Just-in-Time Teaching: Active Learner Pedagogy with WWW. IASTED International Conference on Computers and Advanced Technology in Education.
Building Excellence in Undergraduate STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) Education: American Association for the Advancement of Science.
Ornek, F., Robinson, W. R., Haugan, M. R. (2007). What Makes Physics Difficult. Science Education International, 2007, Vol. 18.
Solikhin, J. R. (2012). Pengaruh Model Just-In-Time Teaching (JiTT) Terhadap Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran Fisika pada Konsep Hukum Newton.Tesis pada SPs UPI: Tidak diterbikan.
Patterson, E. T. (2005). Just-in-Time Teaching: Technology Transforming Learning – A Status Report. Invention and Impact: