Irawati Razak & Fachriah Ulfiah, Studi Karakteristik Kualitas Sinyal dengan Pemodelan Propagasi
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009
STUDI TENTANG KARAKTERISTIK KUALITAS SINYAL TERHADAP PROFIL GEDUNG DENGAN PEMODELAN PROPAGASI RADIO PADA SISTEM WLAN INDOOR Irawati Razak dan Farchia Ulfiah Dosen Politeknik Negeri Ujung Pandang
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan propagasi radio dalam menganalisis karakteristik kualitas sinyal terhadap faktor profil gedung. Pada lingkungan indoor tipe gedung terbagi 3 yaitu ruang terbuka, ruang tertutup dan ruang semi terbuka. Klasifikasi ini didasarkan pada tipe dan kepadatan penghalang antara pemancar dan penerima. Dengan menggunakan NetStumbler dilakukan pengukuran di gedung Administrasi dan Jurusan teknik Elektro Politeknik Negeri Ujung Pandang (untuk ruang terbuka dan ruang tertutup) dan di Bagian Kepegawaian Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan (ruang semi terbuka). Dari hasil analisis statistik diperoleh bahwa untuk ruang terbuka nilai eksponen rata-rata redaman lintasan propagasi radio (n) sebesar 1,5314 dengan standar deviasi (s) sebesar 0,557, untuk ruang tertutup diproleh nilai eksponen rata-rata redaman lintasan propagasi radio (n) 3,8514 dengan standar deviasi (s) sebesar 1,042 dan untuk ruang semi terbuka diperoleh nilai eksponen rata-rata redaman lintasan propagasi radio (n) 3,5615 dengan standar deviasi (s) sebesar 0,701. Kata kunci: Propagasi radio,Pprofil gedung dan Redaman lintasan
WLAN adalah suatu sistem komunikasi data tanpa kabel, perluasan atau solusi alternatif dari LAN konvensial (dengan kabel) yang umumnya diaplikasikan dalam lingkungan indoor (dalam ruangan/gedung). Salah satu standar jaringan Wireless Local Area Network (WLAN) adalah IEEE 802.11b, yang menggunakan infrastructure mode dimana semua pengguna (user) dalam satu sel berkomunikasi melalui sebuah access point (AP). Access point mentransmisikan sinyal pada level daya tertentu. Dalam proses propagasi sinyal dari access point ke user, kuat sinyal (signal strength) akan membentuk karakteristik kualitas sinyal dimana sinyal akan mengalami penurunan atau peningkatan level sinyal. Karakteristik ini dipengaruhi oleh profil gedung, jarak antara access point ke user dan keberadaan benda-benda di sekitar lokasi AP dan user. User dapat terhubung ke access point jika level kuat sinyal tidak kurang dari level minimum atau sensitivitas device yang digunakan. Penurunan kuat sinyal mengakibatkan kinerja jaringan menurun dan saat keadaan tertentu access point tidak dapat diakses oleh user.
WLAN dapat dibangun (built-in) dalam suatu gedung atau antar gedung dengan menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengirim dan menerima data. Ciri khas suatu gedung terdiri dari lay-out gedung, material gedung dan tipe gedung. Tipe gedung terbagi atas tiga bagian yaitu ruangan terbuka, ruangan semi terbuka dan ruangan tertutup. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan propagasi radio dalam menganalisis karakterisitik kualitas sinyal terhadap faktor profil gedung untuk meminimalkan gangguan atau memaksimalkan akses ke jaringan WLAN. Hasil analisis tersebut dapat memberikan beberapa solusi dengan melakukan survey gedung sebelum membangun jaringan WLAN. Dari survey tersebut diharapkan dapat memberikan cara untuk meningkatkan kualitas sinyal, antara lain menambah daya pancar access point untuk tipe gedung tertentu, membuat antena pemancar yang memiliki gain yang lebih baik sehingga dapat mencakup semua user dalam gedung, memperhitungkan faktor jarak antara user dan access point serta memperhitungkan jumlah
Irawati Razak & Fachriah Ulfiah, Studi Karakteristik Kualitas Sinyal dengan Pemodelan Propagasi
access point sesuai dengan tipe gedung yang digunakan. Sistem WLAN (Wireless Local Area Network) terdiri dari pemancar dan penerima. Access point adalah pemancar dan penerimanya berupa PDA atau laptop yang mempunyai feature WLAN access. WLAN dapat dipasang dalam suatu gedung atau antar gedung, dengan menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengirim dan menerima data. Wireless LAN juga dapat digunakan untuk menjangkau wilayah LAN yang sulit dicapai dengan kabel tembaga biasa (copper wire), dan juga untuk menjangkau pengguna bergerak (mobile-user). Keuntungan WLAN (Educypedia : 2006) : - Mobilitas tinggi WLAN memungkinkan pengguna untuk mengakses informasi secara real time dimanapun berada (dalam jangkauan WLAN), tidak terpaku pada satu tempat saja. Mobilitas yang tinggi tentunya dapat meningkatkan layanan dan produktivas. - Kemudahan dan kecepatan instalasi Instalasi WLAN sangat mudah dan cepat karena bisa dilakukan tanpa harus menarik dan memasang kabel melalui dinding ataupun atap. - Fleksibel Teknologi WLAN memungkinkan untuk membangun jaringan dimana kabel tidak dapat digunakan/tidak memungkinkan untuk digunakan. - Menurunkan biaya kepemilikan Meskipun biaya investasi awal untuk perangkat keras WLAN lebih mahal daripada LAN konvesional, tetapi biaya instalasi dan perawatan jaringan WLAN lebih murah, sehingga secara total dapat menurunkan besar biaya kepemilikan. - Scalable WLAN dapat menggunakan berbagai topologi jaringan sesuai dengan kebutuhan, mulai dari jaringan independen yang hanya terdiri dari beberapa pengguna saja, hingga jaringan infrastruktur yang terdiri dari ribuan pengguna. Tiga bentuk utama dari topologi WLAN adalah Basic Service Set (BSS), Independent Basic Service Set (IBSS) dan Extended Service Set (EBS). Sebuah BSS terdiri dari beberapa
stasiun yang berada dibawah kontrol langsung dari satu fungsi koordinat ( DCF atau PDF). Sebuah jaringan ad hoc/IBSS terdiri dari sekumpulan stasiun-stasiun dalam sebuah BSS untuk tujuan komunikasi internetwork tanpa bantuan dari infrastruktur jaringan. Beberapa stasiun dapat membangun komunikasi langsung dengan stasiun yang lain dalam BSS, tanpa membutuhkan penyaluran trafik melalui sebuah Access Point(AP). AP ini dianalogikan sebagai Base Station dalam jaringan komunikasi seluler. Extended Service Set (ESS) terdiri dari dua atau lebih BSS yang membentuk satu subnetwork yang dihubungkan dengan sebuah Distribution System (DS). Ada empat komponen utama dalam WLAN, yaitu: - Access Point, merupakan perangkat yang menjadi sentral koneksi dari pengguna (user) ke ISP, atau dari kantor cabang ke kantor pusat jika jaringannya adalah milik sebuah perusahaan. Access-Point berfungsi mengkonversikan sinyal frekuensi radio (RF) menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel, atau disalurkan ke perangkat WLAN yang lain dengan dikonversikan ulang menjadi sinyal frekuensi radio. - Wireless LAN Interface, merupakan peralatan yang dipasang di Access-Point atau di Mobile/Desktop PC, peralatan yang dikembangkan secara massal adalah dalam bentuk PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association) card - Wired LAN, merupakan jaringan kabel yang sudah ada, bila Wired LAN tdak ada maka hanya sesama WLAN saling interkoneksi. - Mobile/Desktop PC, merupakan perangkat akses untuk pengguna, mobile PC pada umumnya sudah terpasang port PCMCIA sedangkan desktop PC harus ditambahkan PC Card PCMCIA dalam bentuk ISA (Industry Standard Architecture) atau PCI (Peripheral Component Interconnect) card. Dengan kemajuan Personal Communication System (PCS), terdapat kepentingan besar dalam mengkarakteristikkan propagasi radio dalam gedung. Kanal radio indoor berbeda dari kanal mobile radio umumnya dalam hal dua aspek yaitu jarak yang dilingkupi jauh lebih kecil dan variabilitas lingkungan jauh lebih besar untuk jangkauan
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009
jarak yang cukup kecil antara pemancar dan penerima. Hal ini telah diobservasi bahwa propagasi dalam gedung sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri khas tertentu seperti lay-out gedung, material konstruksi dan tipe gedung. Pada kanal radio, propagasi sinyal pada lingkungan indoor didominasi oleh refleksi, difraksi dan scattering dari gelombang radio yang disebabkan oleh struktur-struktur gedung. Sinyal yang ditransmisikan umumnya mencapai penerima melalui multiple paths (diistilahkan multipath phenomenon). Multipath menyebabkan fluktuasi pada signal envelope dan fase yang diterima, dan komponen-komponen yang tiba dari lintasan tidak langsung dan langsung berkombinasi untuk menghasilkan sinyal transmisi yang terdirstorsi. Propagasi dalam gedung sangat dipengaruhi oleh ciri khas (feature) spesifik seperti lay-out gedung, material bangunan dan tipe gedung. Model rugi lintasan log distance pada lingkungan indoor yang ditentukan oleh tipe gedung adalah :
æd PL( dB) = PL (d 0 ) + 10n logçç è d0
ö ÷÷ + X s (1) ø
Dimana nilai n tergantung pada keadaan Xs sekitar dan tipe gedung dan merepresentasikan variabel acak zero mean Gaussian distributed dalam dB dengan standar deviasi s dB. PL(d0) adalah rugi lintasan tergantung pada jarak referensi, d0 (jarak pengukuran yang dekat dengan pemancar) dan d adalah jarak pemisah T-R. Perhitungan path loss pada jarak referensi 1 meter berdasarkan daya dan gain pada antena pemancar dan penerima adalah sebagai berikut : PL(dB) = Pt + Gt + Gr - Pr
(2)
di mana PL(dB)nadalah path loss dalam satuan dB, Pt adalah daya yang ditransmisikan, Gt adalah gain antena pemancar (antena accses point), Gr adalah gain antena penerima (antena WLAN adapter) dan Pr adalah daya yang diterima (daya yang diterima/terukur).
METODE Penelitian ini diawali dengan melakukan survey lokasi dengan meneliti denah ruang pada satu atau beberapa gedung. Pemilihan gedung
didasarkan pada tipe atau profil ruangan yang ada dalam gedung, yang memiliki sifat ruangan terbuka, ruangan semi terbuka dan ruangan tertutup. Penelitian ini menggunakan ketiga tipe ruangan dan melakukan perbandingan karakteristik kualitas sinyal terhadap ketiga tipe ruangan tersebut. Perbedaan dari ketiga tipe ruangan ditentukan oleh jumlah sekat atau pemisah ruangan yang ada dalam ruangan. Jika dalam ruangan tidak terdapat sekat atau pemisah maka ruangan tersebut bersifat terbuka. Jika sekat dalam ruangan terbuat dari kayu atau gypsum dan tinggi sekat adalah setengah dari tinggi ruangan maka ruangan tersebut bersifat semi terbuka. Jika dalam ruangan terdapat banyak sekat dan sekat tersebut adalah dinding batu maka ruangannya bersifat tertutup (closed). Setelah menentukan lokasi pengukuran, langkah berikutnya adalah coverage map. Coverage map adalah menentukan cakupan sinyal radio sebagai fungsi dari lokasi pengguna sistem komunikasi seluler yang digunakan untuk mengkonstruksikan dan menvalidasikan model propagasi sinyal radio. Coverage map dilakukan pada tiap lokasi tipe gedung yang diteliti yaitu ruangan terbuka, ruangan semi terbuka dan ruangan tertutup. Hasil dari coverage map tersebut didokumentasikan untuk dianalisis. Sinyal radio yang didokumentasikan adalah sinyal radio dari access point yang tercakup dalam gedung yang diteliti. Sumber-sumber sinyal radio lain yang berada disekitar gedung, tidak didokumentasikan. Setelah mengetahui cakupan radio, sinkronisasi waktu dilakukan antara access point dengan pengguna (user). Sinkronisasi waktu diperlukan untuk menyesuaikan waktu pada titik lokasi access point dengan mencatat waktu pergerakan pengguna yang sedang bergerak. Pengaturan frekuensi AP (Access Point) dilakukan pada titik lokasi access point yang telah ditetapkan. Hasil pengukuran yang diperoleh sebaiknya didokumentasikan Dokumentasi yang termuat adalah lokasi AP berupa informasi layout yang memspesifikasikan ukuran/koordinat ruang lokasi penelitian dan koordinat letak access point dan pengguna (user) yang membawa laptop (client) berdasarkan denah ruang lokasi pengukuran. Dari gambar lay-out
Irawati Razak & Fachriah Ulfiah, Studi Karakteristik Kualitas Sinyal dengan Pemodelan Propagasi
tersebut didokumentasikan hasil pengukuran Signal Strength (SS) dan Signal to Noise Ratio (SNR) dari tiap access point dan client access point secara periodik. Format data adalah format (x, y, z, d, ssi, snri) dengan sinkronisasi waktu t, dimana i adalah jumlah access point yang digunakan. Dokumentasi sinyal dilakukan melalui software Network Stumbler yang terlebih dahulu diinstall pada laptop. Setelah pengukuran telah selesai dilakukan, data-data pengukuran dianalisis untuk memperoleh grafik pemodelan propagasi radio terhadap profil gedung yang diteliti. Pemodelan propagasi radio dilakukan dengan menggunakan software MATLAB 7 untuk menganalisis karakteristik kualitas sinyal terhadap profil gedung yang diteliti. Profil gedung yang diteliti adalah profil gedung beruangan terbuka, ruangan semi terbuka dan ruangan tertutup. Ruang lokasi penelitian adalah tiga lokasi gedung yang memiliki tipe ruangan yang bersifat ruang terbuka, ruang semi terbuka dan ruang tertutup. Profil gedung dengan ruang terbuka adalah ruangan aula di gedung administrasi Politeknik Negeri Ujung Pandang, profil gedung dengan ruangan semi terbuka adalah kantor departemen kesehatan Sulawesi Selatan dan profil gedung dengan ruangan tertutup adalah gedung Program Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran dengan menggunakan software Netstumbler menghasilkan grafik dan file teks dalam format Microsoft Excel untuk setiap pengukuran. Grafik yang dihasilkan merupakan trace dari kuat sinyal dalam histogram selama selang waktu yang ditentukan yaitu 60 detik. Sedangkan file teks yang dihasilkan memuat semua informasi yang berkaitan dengan jaringan WLAN, termasuk didalamnya adalah informasi mengenai kuat sinyal. Format data yang dikumpulkan selama fase off-line adalah (x,y,z,SSi) dimana i є {1, 2, 3 }. Notasi x menyatakan koordinat horizontal pada testbed eksperimen, notasi y adalah koordinat vertical pada testbed eksperimen, notasi z adalah titik lokasi pengguna (user) berada dan notasi SS (signal strength) adalah kuat sinyal yang diukur tiap jarak 3 meter pada lokasi pengukuran.
Pengukuran signal strength dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda. Lokasi pertama adalah ruangan terbuka yang bertempat di ruangan aula, gedung administrasi lantai 3 Politeknik Negeri Ujung Pandang. Luas lokasi adalah 15 x 39 meter dengan jumlah titik pengukuran sebanyak 65 titik. Lokasi kedua adalah tipe ruangan semi terbuka yang bertempat di gedung Departemen Kesehatan Sulawesi Selatan. Luas lokasi adalah 3 x 21 meter dengan jumlah titik pengukuran sebanyak 21 titik. Lokasi ketiga adalah gedung Program Studi Teknik Telekomunikasi Politeknik Negeri Ujung Pandang. Luas lokasi adalah 21 x 36 meter dengan jumlah titik pengukuran sebanyak 84 titik. Tiap titik pengukuran berjarak 3 meter dengan waktu pengambilan data selama 60 detik. Hasil pengamatan dari ketiga tipe profil gedung menunjukkan bahwa kuat sinyal pada suatu tipe ruangan memiliki nilai yang berbeda meskipun mempunyai jarak yang sama. Tiap profil gedung memiliki konstruksi material, partisi dan jumlah furnitur yang berbeda sehingga nilai redaman yang dialami tidak dapat diprediksi. Hal ini karena propagasi sinyal didominasi oleh refleksi, difraksi dan scattering dari gelombang radio yang disebabkan oleh strukturstruktur dalam gedung. Sinyal yang ditransmisikan umumnya mencapai penerima melalui lintasan banyak (multiple paths – diistilahkan fenomena multipath). Multipath menyebabkan fluktuasi dalam envelope dan fase sinyal yang diterima dan komponen-komponen sinyal yang tiba dari lintasan langsung dan tidak langsung berkombinasi untuk menghasilkan distorsi dari sinyal yang ditransmisikan. Multipath dalam gedung-gedung dipengaruhi kuat oleh layout gedung, konstruksi material yang digunakan, jumlah orang dan furniture dalam gedung. Data-data tetapan redaman n dari hasil perhitungan terhadap ketiga tipe profil gedung memiliki nilai n yang bervariasi. Sebagai contoh, pada ruang tertutup dengan jarak 3 meter (data terlampir), terlihat bahwa nilai tetapan redaman n yang dihasilkan berbeda–beda, mulai dari 1,0689 sampai dengan 8,5198. Hal ini menunjukkan bahwa nilai n tergantung dari
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009
jumlah penghalang serta konstruksi material yang ada disekitar lokasi titik pengukuran. Karakteristik propagasi sinyal Radio Frequency (RF) juga bervariasi sesuai dengan jumlah orang dalam gedung. Hal ini karena tubuh manusia terdiri dari air dan air menyerap sinyal frekuensi radio. Pada eksperimen dari hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa satu tubuh manusia mengakibatkan rata – rata perubahan kuat sinyal sebesar 3.5 dB (Bahl et al, 2000). Pada beberapa waktu berbeda dalam satu hari yang sama, perbedaan jumlah manusia yang ada dalam gedung (misalnya ada seminar, pameran dan sebagainya) menyebabkan kuat sinyal pada lokasi yang sama dalam gedung turut bervariasi. Persamaan yang digunakan untuk memodelkan path loss pada tiap profil gedung adalah persamaan 1. Nilai PL (do) diperoleh dari hasil pengukuran signal strength pada jarak referensi 1 meter pada tiap profil gedung yang diteliti. Berikut adalah tabel nilai n dari hasil perhitungan path loss pada tiap profil gedung.
Berikut adalah grarik pemodelan tetapan redaman propagasi n pada profil gedung beruangan terbuka.
n=1
n = 1,5314
n=2
Frek = 2,4 Ghz n = 1, 5314 d = 0,557
Gambar 1. Grafik Pemodelan Path Loss Pada Ruang Terbuka.
Tabel Hasil Perhitungan n Pada Tiap Profil Gedung Lokasi
n
Lantai III Gedung 1,5314 Administrasi Poltek Bagian Kepegawaian 3,5615 Dinas . Kesehatan Prop. SulSel Lantai II Teknik Elektro Poltek
3,8514
PL(d0)
N
69 dB
63
58,2
54,7333
21
84
n=4 n = 3.5615 n=3
d Profil (standar Gedung deviasi )
0,557
Ruang terbuka
0,701
Ruang semi terbuka
1,042
Ruang tertutup
N = banyaknya titik pengukuran Dari persamaan diatas digambarkan grafik pemodelan karakteristik path loss untuk tiap profil gedung. Metode grafik yang digunakan adalah membentuk grafik kurva linier dari logaritma jarak terhadap daya yang diperoleh dari hasil pengukuran pada suatu ruangan.
Frek = 2,4 Ghz n = 3,5615 d = 0,701
Gambar 2. Grafik Pemodelan Tetapan Redaman Propagasi n Pada Profil Gedung Semi Terbuka Pada gambar 1, nilai path loss hasil pengukuran tersebar di sekitar garis path loss pemodelan. Selisih nilai antara nilai path loss yang terukur dengan pemodelan tidak terlalu besar. Maka pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini mengalami path loss terhadap eksponen faktor jarak (d) sebesar 1,5314 untuk profil gedung beruangan terbuka. Grafik pemodelan tetapan redaman propagasi n pada profil gedung beruangan semi
Irawati Razak & Fachriah Ulfiah, Studi Karakteristik Kualitas Sinyal dengan Pemodelan Propagasi
terbuka ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2 menunjukkan tetapan redaman propagasi n sebesar 3,5615. Tetapan redaman ini diperoleh dari hasil perhitungan path loss terhadap eksponen faktor jarak (d).
n=5 n = 4.5 n = 3,8514
n=3
Frek = 2,4 Ghz n = 3,8514
d
= 1,042
Gambar 3. Grafik Pemodelan Tetapan Redaman Propagasi n Pada Profil Gedung Tertutup Gambar 3 menunjukkan tetapan redaman propagasi n sebesar 3,8514 pada profil gedung beruangan tertutup. Tetapan redaman ini diperoleh dari hasil perhitungan path loss terhadap eksponen faktor jarak (d). Secara teoritis diketahui bahwa untuk profil gedung beruangan terbuka (Line of Sight – LOS) nilai n berkisar antara (1,6 - 2), sedangkan untuk profil gedung beruangan semi terbuka dan beruangan tertutup (Not Line of Sight – NLOS) nilai n berkisar antara (3-7). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa nilai n secara teoritis dengan hasil pemodelan hampir sama.
SIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan analisis data terhadap hasil pengukuran yang diperoleh maka diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Parameter-parameter yang mempengaruhi kualitas sinyal pada ketiga ruangan karena adanya propagasi gelombang radio dalam ruangan yaitu refleksi (Sinyal propagasi yang jatuh pada sebuah permukaan akan diserap, dipantulkan atau kombinasi dari keduanya), difraksi (terjadi ketika halangan tidak dapat ditembus oleh gelombang radio) dan scattering (sinyal akan terhambur ke segala
arah dan akan mempengaruhi baik pengaruh yang merusak maupun pengaruh yang menguatkan). 2. Kualitas sinyal yang diterima user untuk setiap ruangan berbeda – beda. Hal ini dipengaruhi oleh material-material yang terdapat pada ruangan tersebut. Pada ruangan terbuka kualitas sinyal yang diterima lebih baik dibandingkan dengan semi terbuka dan ruangan tertutup. Karena pada ruangan semi terbuka kualitas sinyal dipengaruhi oleh perangkat-perangkat kantor seperti pada ruangan terbuka tetapi setiap ruangan hanya dibatasi oleh sekat-sekat yang terbuat dari kayu.. Sedangkan pada ruangan tertutup dibatasi oleh dinding baik dari kaca, kayu taupun tembok serta perangkat-perangkat kantor seperti meja, lemari, komputer, kursi dan lain sebagainya. 3. Dari hasil pemodelan path loss pada ruangan terbuka menunjukkan bahwa nilai tetapan redaman propagasi n rata – rata sebesar 1,5383, dan berada diantara nilai n berkisar 1 – 2. Hasil pemodelan untuk ruang semi terbuka, tetapan redaman propagasi n sebesar 3,5615, yang berkisar 3 - 4. Sedangkan untuk ruang tertutup rata – rata tetapan redaman n sebesar 3,8514, dan berada diantara nilai n berkisar 3 - 5. Setelah mengamati dan menarik kesimpulan dari pengolahan data, maka kami mempunyai beberapa masukan yang dapat dijadikan acuan dalam merancang wireless LAN: 1. Penempatan access point sebaiknya dilakukan pada tempat yang tinggi dan berada ditengah suatu ruangan agar jangkauan sinyal lebih luas dan mengurangi adanya redaman antara pemancar dan penerima. 2. Ditinjau dari nilai tetapan redaman propagasi n, penggunaan access point untuk profil gedung semi terbuka dan tertutup sebaiknya menggunakan lebih dari satu access point agar koneksi jaringan WLAN menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Bahl, Paramvir and Padmanabhan, Venkata N, 2000. “RADAR: An Building RF-Based User Location and Tracking System”,
MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009
IEEE Infocom, (www. IEEE Journal.com, diaksesi 1 April 2006). _____. 1999. ”A Software System for Locating Mobile Users : Design, Evaluation, and Lessons,” Microsoft Research, (www. IEEE Journal.com, diakses 23 Juni 2006). _____. 2001. “Enhancement to RADAR User Location and Tracking System”, Microsoft Research, (www. IEEE Journal.com, diakses 23 Juni 2006).
Wirawan, 2004. “Wireless LAN : System and Design Methodology”, Modul Pelatihan WLAN, Technology Institute of Sepuluh November Surabaya. ________, 1996. “Digital Roam About 915/2400 DS/PC Card and ISA Network Adapter : Installation and Configuration”, Digital Equipment Corporation. _________,How WiFi Works (http://www. Educypedia.com.). Tanggal 6 Maret 2007.
Hashemi, 1999. “The Indoor Radio Propagation Channel”, IEEE Journal, www. IEEE Journal.com, 1 April 2006.
________ Wireless LAN Description (http://www. Educypedia.com.). Tanggal 6 Maret 2007.
Razak, Irawati. 2006. Hasil Perbandingan Signal Strength Pada System Komunikasi Wireless. Ed : Ir. F. X. Arunanto, M. Sc. Prosiding : Seminar Nasional Pascasarjana VI. Surabaya.
________,Wireless LAN CD – Wizard (http://www.wlan.com). Tanggal 6 Maret 2007.
Rappaport, Theodoer S.1996. “Wireless Communication : Principle and Practice”, IEEE Press, New York.