El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015, 60-72
ISSN: 2086-3594
INVESTIGASI DALAM PEMBELAJARAN M. Rapi
Abstrak: Pembelajaran yang inovatif saat ini adalah pembelajaran yang mampu menciptakan lingkungan belajar-mengajar yang lebih aktif, kondusif, dan kontekstual. Sudah saatnya seorang pendidik harus memiliki kemauan untuk mengetahui bagaimana dan apa yang harus dilakukan agar peserta didiknya dapat terlibat secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Kreativitas peserta didik dapat ditingkatkan melalui banyak cara, salah satu satunya dengan investigasi. Investigasi yaitu penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, dengan melakukan peninjauan, percobaan dan sebagainya dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Investigasi dalam pembelajaran dapat dilakukan secara individu maupun kelompok Kata kunci: pembelajaran.
kreativitas,
investigasi,
strategi,
pendekatan
Pendahuluan uru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Pembelajaran yang inovatif saat ini adalah pembelajaran yang mampu menciptakan lingkungan belajarmengajar yang lebih aktif, kondusif, dan kontekstual.
G
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone. email:
[email protected]
60
Inverstigasi dalam Pembelajaran … (M. Rapi)
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas peserta didik dan cenderung melihat pada hasil belajar saja tanpa mempertimbangkan proses. Sudah saatnya seorang pendidik harus memiliki kemauan untuk mengetahui bagaimana dan apa yang harus dilakukan agar peserta didiknya dapat terlibat secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Kreativitas peserta didik dapat ditingkatkan melalui banyak cara, salah satu satunya dengan investigasi.. Defenisi Investigasi Investigasi adalah penyelidikan dan penelitian tentang suatu masalah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data di lapangan. Menurut Anwar (2003), investigasi yaitu penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, dengan melakukan peninjauan, percobaan dan sebagainya dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Investigasi atau penyelidikan merupakan kegiatan pembelajaran yang memberikan kemungkinan peserta didik untuk mengembangkan pemahaman peserta didik berbagai kegiatan dan hasilnya benar sesuai pengembangan yang dilalui/dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemecahan soal-soal masalah-masalah yang diberikan oleh pendidik, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh pendidik, yang pelaksananya mengacu pada berbagai teori investigasi. Height (dalam Krismanto, 2003).menyatakan bahwa "to investigate" berkaitan dengan kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dalam kegiatan di kelas yang mengembangkan diskusi kelas berbagai kemungkinan jawaban itu berimplikasi pada berbagai alternatif 61
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015
jawaban dan argumentasi berdasar pengalaman peserta didik. Akibatnya diantaranya ialah jawaban peserta didik tidak selalu tepat benar atau bahkan salah karena prakonsepsi yang mendasari pemikiran peserta didik tidak benar. Namun dari kesalahan jawaban peserta didik tersebut, dem adanya komunikasi yang dikembangkan dapat memberikan arah kesadaran akan kesalahan mereka, khususnya dimana terjadi sumber kesalahan tersebut. Mereka akan belajar dari kesalahan sendiri dengan bertanya, mengapa orang lain memperoleh jawaban yang berbeda dengan jawabannya. Dengan sikap keterbukaan yang memang harus dikembangkan dalam sikap investigatif tersebut, peserta didik belajar bukan hanya mencari kebenaran atas jawaban permasalahan itu, tetapi juga mencari jalan kebenaran menggunakan akal sehat dan aktifitas mental mereka sendiri. Dengan demikian akan dapat dibiasakan untuk mengembangkan rasa ingin tahu. Hal ini akan dapat membuat peserta didik lebih aktif berpikir dan mencetuskan ide-ide atau gagasan-gagasan positif dalam mencari jalan keluar dari permasalahan. Salah satu pendekatan yang menunjang keterlibatan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar adalah pendekatan investigasi. Krismanto (2003) menyatakan bahwa masih banyak pendidik merasa enggan melakukannya karena adanya anggapan bahwa pendekatan investigasi banyak memakan waktu, baik untuk menyiapkannya, mahalnya sarana yang diperlukan, maupun untuk mengerjakannya. Pendidik-pendidik selalu dihantui oleh selesai atau tidaknya topik-topik yang harus diajarkan dengan waktu yang tersedia. Akibatnya pendidik lebih suka mengajar secara tradisional, kapur dan catur serta meninggalkan cara investigasi maupun pemecahan masalah. Dobson, 1985 (dalam Krismanto, 2003) menyatakan bahwa yang terpenting, dan harus dilakukan pendidik lebih dahulu adalah mendengar apa yang dinyatakan peserta didik dan mengapa hal itu dilakukan. Jadi pendidik tidak cukup hanya mementingkan penampilan pengajaran dan mengontrol kelas saja. Diharapkan pendidik bersedia untuk mencoba menggunakan pendekatan ini 62
Inverstigasi dalam Pembelajaran … (M. Rapi)
karena manfaatnya antara lain dapat digunakan untuk memperbaiki cara pengajaran atau cara membelajarkan peserta didik. Jika hal ini telah terbiasa maka pendekatan investigatif bukan merupakan sesuatu sukar dilaksanakan. Talmagae dan Hart (1977) menyatakan bahwa investigasi diawali oleh soal-soal atau masalah yang diberikan oleh pendidik, sedangkan kegiatan belajar cenderung terbuka, artinya tidak terstruktur secara ketat oleh pendidik. Peserta didik memilih jalan yang cocok bagi mereka. Seperi halnya Height, mereka menyatakan pula bahwa karena mereka bekerja dan mendiskusikan hasil dengan rekan-rekan maka suasana investigasi ini akan merupakan satu hal yang sangat potensi menunjang pengertian peserta didik. Hal ini sejalan dengan Polya (1981) yang menyatakan bahwa mengajar untuk berpikir mengharuskan pendidik tidak hanya memberi informasi, ia harus menempatkan diri sesuai kondisi peserta didik, memahami apa dalam benak peserta didik. la harus membangun kemampuan peserta didik mengolah atau menggunakan informasi yang diperoleh dengan bertanya: "mengapa" dan "bagaimana", sehingga keaktifan dan keberhasilan mereka dalam memecahkan masalah akan meningkatkan rasa percaya diri mereka. Talmagae dan Hart (1977) juga menemukan bahwa kelas dengan suasana investigasi mendorong peserta didik untuk mau menggali dan memperdalam cara mereka berpikir dengan menemukan berbagai alternatif berpikir, menganalisis dan belajar menerima masukan orang lain atau lingkungannya. Sebagai manusia mereka akan terbiasa lebih peduli terhadap lingkungan. Di samping itu pendidik akan merasa bahwa kelas lebih akrab, baik antar peserta didik maupun antara pendidik dan peserta didik. Strategi dan Pendekatan dalam Investigasi Flenor (1974) membagi kegiatan pendidik menjadi lima tahap: Apersepsi, Investigasi, Diskusi, Penerapan, dan Pengayaan. Pada investigasi, peserta didik bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Pendidik hanya bertindak sebagai motivator dan fasiiitator yang memberikan dorongan peserta didik untuk dapat 63
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015
mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Pendidik juga berperan dalam mendorong peserta didik untuk dapat memperbaiki hasil mereka sendiri maupun hasil kerja kelompok. Kadang mereka memang memerlukan orang lain, termasuk pendidik untuk dapat menggali pengetahuan yang diperlukan, misalnya melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terarah, detail atau rinci. Dengan demikian pendidik harus selalu menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti di tengah jalan (Krismanto, 2003). Dalam hal investigasi yang dilaksanakan secara berkelompok, Lazarowitz dan kawan-kawannya (1988) dan juga Sharan dan para koleganya (Sharan et al, 1989; Sharan & Sharan, 1990) mendisain model kelompok investigasi yang memberikan kemrmgkinan peserta didik untuk melakukan berbagai pengalaman belajar. Para peserta didik terlibat dalam setiap tahap kegiatan (1) mengidentifikasi topik dan mengorganisa kelompoknya dalam "kelompok peneliti", (2) merencanakan rugas pembelaiars (3) melaksanakan penyelidikan, (4) menyiapkan laporan, (5) menyampaikan lapon akhir, dan (6) mengevaluasi program. Diskusi kelompok maupun diskusi merupakan hal yang sangat penting guna memberikan pengalaman mengemukakan dan menjelaskan segala hal yang mereka pikirkan dan membuka diri terhadap yang dipikirkan oleh teman mereka. Pengalaman yang baik seperti ini akan membuat peserta didik untuk belajar dan mau menyelidiki (menginvestigasi) lebih lanjut. Pengalaman bekerjasama dalam banyak hal sangat sesuai dengan semangat gotong royong yang telah berkembang sejak lama di bumi tercinta Indonesia ini. Hal ini perlu selalu dikembangkan dengan melatihkannya kepada para peserta didik. Dalam kerja kelompok peserta didik, Malone dan Krismanto (1993) menemukan bahwa sebagian besar peserta didik menginginkan mereka sendirilah yang menentukan 5 orang peserta didik-anggota kelompok kegiatan, dengan banyak anggota 3 campuran putra dan putri dan dengan berbaga tingkat kemampuan peserta didik. Hal ini sesuai dengan Sharan (1980) bahwa kelompok 64
Inverstigasi dalam Pembelajaran … (M. Rapi)
semacam itu memberikan efektifitas dalam peningkatan hasil belajar peserta didik. Sikap dan kemauan peserta didik dalam menggunakan pendekatan investigasi tidak terlepas dari: (1) kegemaran peserta didik akan materi yang diajarkan, (3) pemahaman peserta didik tentang kegunaan materi yang diajarkan dan (3) keberanian peserta didik untuk membentuk pengetahuan mereka. Ini sesuai dengan paham yang dikembangkan oleh para pakar dan peneliti serta penganut konstruktivisme. Karena itu seberapa jauh keberhasilan penggunaan pendekatan investigasi juga antara lain tergantung ketiga faktor. Karena itu maka pendidik juga perlu mengetahui seberapa jauh hal di atas dimiliki peserta didik di samping berusaha untuk lebih memberikan pemahaman kepada para peserta didik. Perlunya Menggunakan Investigasi Setiawan (2006) menyatakan bahwa investigasi mendorong peserta didik untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna, artinya peserta didik dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesasiannya, dan mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan dan pengetahuan sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jarak waktu yang cukup lama. Keuntungan bagi peserta didik dengan adanya pendekatan belajar investigasi antara lain: a. Keuntungan Pribadi 1. Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas 2. Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif dan aktif 3. Rasa percaya diri dapat lebih meningkat 4. Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu masalab 5. Mengembangkan antusiasme dan rasa tertarik pada materi yang diajarkan b. Keuntungan Sosial 1. Meningkatkan belajar bekerja sama 2. Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun dengan pendidik 65
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015
3. Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis 4. Belajar menghargai pendapat orang lain. 5. Meningkatkan partisipasi dalam membuat siiatu keputusan.
c. Keuntungan Akademis 1. Peserta didik terlatih untuk mempertanggung jawabkan jawaban yang diberikannya. 2. Bekerja secara sistematis. 3. Mengembangkan dan melatih keterampilan matematika dalam berbagai bidang. 4. Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaanya. 5. Mencek kebenaran jawaban yang mereka buat 6. Selalu berpikir tentang cara/strategi yang digunakah sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum. Fase-Fase yang Harus Ditempuh dalam Investigasi Fase-fase yarig haras ditempuh dalam pendekatan investigasi adalah: a. Fase membaca, menerjemahkan dan memahami masalah. Pada fase ini peserta didik harus memahami permasalahannya dengan jelas. Apabila dipandang perlu membuat rencana apa yang harus dikerjakan, mengartikan persoalan menurut bahasa mereka sendiri dengan jalan berdiskusi dalam kelompoknya, yang kemudian mungkin perlu didiskusikan dengan kelompok lain. Jadi pada fase ini peserta didik memperlihatkan kecakapannya bagaimana ia memulai pemecahan suatu masalah, dengan: 1. Menginterpretasikan soal berdasarkan pengertiannya. 2. Membuat suatu kesimpulan tentang apa yang harus dikerjakannya. b. Fase pemecahan masalah. Pada fase ini mungkin saja peserta didik menjadi bingung apa yang haras dikerjakan pertama kali, maka peran pendidik sangat diperlukan, misalnya memberikan saran untuk memulai dengan suatu cara hal ini dimaksudkan untuk memberikan tantangan atau menggali pengetahuan peserta didik, sehingga mereka terangsang untuk mencoba mencari caracara yang mungkin untuk digunakan dalam pemecahan soal 66
Inverstigasi dalam Pembelajaran … (M. Rapi)
tersebut, misalnya dengan membuat gambar, mengamati pola atau membuat catatan-catatan penting. Pada fase yang sangat menentukan ini peserta didik diharuskan membuat konjektur dari jawaban yang didapatnya, serta mencek kebenarnya, yang secara terperinci peserta didik diharap melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Mendiskusikan dan memilih cara/strategi untuk menangani permasalahan 2. Memilih dengan tepat materi yang diperlukan 3. Menggunakan berbagai macam strategi yang mungkin. 4. Mencoba ide-ide yang mereka dapatkan pada fase 1 5. Memilih cara-cara yang sistematis 6. Mencatat hal-hal penting 7. Bekerja secara bebas atau bekerja bersama-sama (atau kedua-duanya) 8. Bertanya kepada pendidik untuk mendapatkan gambaran strategi untuk penyelesaian 9. Meinbuat dugaan atau kesimpulan sementara 10. Mencek dugaan yang didapat sehingga yakin akan kebenarannya. c. Fase menjawab dan mengomunikasikan jawaban. Setelah memecahka masalah, peserta didik harus diberikan pengertian untuk mencek kembali hasilnya, apakah jawaban yang diperoleh itu cukup komunikatif/dapat difahami oleh orang lain, baik tulisan. gambar ataupun penjelasannya Pada fase ini peserta didik dapat terdorong untuk melihat dan memperhatikan apakah hasil yang dicapainya pada masalah ini dapat digunakan pada masalah lain. Jadi pada intinya fase ini peserta didik diharapkan berhasil: 1. Mencek hasil yang diperolehnya 2. Mengevaluasi pekerjaannya 3. Mencatat dan menginterpretasikan hasil yang diperoleh dengan berbagai cara 4. Mentransfer keterampilannya untuk diterapkan pada persoalan yang lebih kompleks.
67
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015
Peran Pendidik dalam Pendekatan Investigasi Peran pendidik dalam pendekatan investigasi adalah sebagai berikut: a. Memberikan informasi dan instruksi yang jelas; b. Memberikan bimbingan seperlunya dengan menggali pengetahuan peserta didik yang menunjang pada pemecahan masalah (bukan menunjukkan penyelesaiannya); c. Memberikan dorongan sehingga peserta didik lebih termotivasi; d. Menyiapkan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh peserta didik; e. Memimpin diskusi pada pengambilan kesimpulan akhir. Penilaian (Assessment) untuk Investigasi Sejalan dengan pendekatan investigasi secara filosofis, maka bentuk yang paling sesuai adalah soal menyangkut pemecahan masalah, sehingga langkah-langkah pembuatan soal investigasi adalah sebagaimana langkah-langkah baku dari pembuatan soal pada umumnya, yaitu: a. Menetapkan tujuan investigasi b. Menetapkan ruang lingkup investigasi c. Perumusan indikator investigasi d. Penyusunan kisi-kisi e. Penulisan butir soal investigasi f. Merakit soal dalam bentuk instrument tes dan penentuan pedoman pemarkaan (rubrik, marking scheme) g. Mengujikan tes pada peserta didik h. Memeriksa tes yang sudah dikerjakan peserta didik i. Menganalisis butir dan perangkat soal j. Merevisi soal soal Langkah-langkah di atas adalah langkah-langkah baku dalam penyusunan soal, yang pada kenyataan di lapangan ada beberapa langkah yang cenderung dilewati, mengingat waktu yang ada, sebagai misal langkah analisis butir dan perangkat soal. Menyangkut 68
Inverstigasi dalam Pembelajaran … (M. Rapi)
ranah penilaian soal investigasi kaitannya dengan kisi-kisi soal, biasanya berjenjang sebagai berikut (Tim Instruktur PKG Matematika SMU, 1994) a. Soal-soal tentang pengetahuan dan pemahaman (Knowledge & Comprehension) b. Soal-soal tentang penalaran dan penerapan (Reasoning & Application) c. Soal-soal investigasi (Investigation). Kemampuan Investigasi Anthony J. Nitko dalam bukunya "Eductional Assessment of student mengemukakan bahwa: "To assess these abilities, your investigation task should require student to: a. Make estimate and predictions before they begin collecting data. b. Gather they own data, analyze them, and display the results of the analyses. c. Draw conclution and support them by citing the appropriate evidenc collected. d. State their assumption and identify possible sources of error in their methods or data. e. Effectively communicate the findings of the investigation. (Barone, 1991). Untuk menilai kemampuan investigasi peserta didik, maka pemberian investigasi haras memenuhi syarat bagi peserta didik untuk mampu: a. Membuat estimasi dan prediksi; b. Mengumpulkan data, memeriksa data, dan menayangkan hasilnya; c. Membuat kesimpulan yang sesuai dengan fakta yang mereka peroleh; d. Menyatakan asumsi/anggapan mereka dan mengidentifikasi kemungkinan kesalahan dari metode atau data yang dikumpulkan; e. Mengomunikasikan secara efektif hasil temuan dari investigasi. 69
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015
Berdasarkan hal di atas, maka dapat ditentukan indikatorindikator kemampuan investigasi peserta didik dalam menyelesaikan masalah investigasi sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi masalah Kemampuan yang diukur pada tahap ini adalah: a. Kemampuan menginterpretasikan soal berdasarkan pengertian yang dimilikinya dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari permasalahan yang diinvestigasi (Al). b. Menunjukkan kemampuan memprediksi dan mengestimasi kemungkinan tentang apa yang harus dikerjakannya sehubungan dengan permasalahan yang akan diinvestigasi (A2). 2. Kemampuan mengorganisasi dan mengumpulkan informasi yang relevan dengan pennasaiahan matematika yang akan diinvestigasi Kemampuan yang diukur pada tahap ini adalah: a. Kemampuan menyajikan informasi secara sistematis, benar, dan sesuai dengan topik permasalahan dari materi yang diberikan (Bl). 3. Kemampuan membangun dan mengimplementasikan strategi pemecahan masalah pada penyelesaian masalah investigasi. Kemampuan yang diukur pada tahap ini adalah: a. Kemampuan menyusun perencanaan strategi pemecahan masalah secara tepat (Cl). b. Kemampuan menyelesaikan permasalahan yang di investigasi (C2). 4. Kemampuan melakukan penarikan kesimpulan. Kemampuan yang diukur pada tahap ini adalah: a. Kemampuan membuat penarikan kesimpulan (D1) 5. Kemampuan menafsirkan hasil investigasi Kemampuan yang diukur pada tahap ini adalah: a. Kemampuan mengahkan hasil temuan dari investigasi dengan tujuan dan manfaat dari diinvestigasi pada dunia nyata (El). 6. Kemampuan mengomunikasikan hasil temuan investigasi 70
Inverstigasi dalam Pembelajaran … (M. Rapi)
Kemampuan yang diukur pada tahap ini adalah: 1. Kemampuan menggunakan media pembelajaran yang mendukung dalam mengomunikasikan hasil temuan investigasi yang diperoleh (Fl). 2. Penguasaan materi yang berhubungan dengan materi yang diinvestigasi dan kemampuan menjelaskan persoalan dengan detail dan akurat (F2). Catatan Akhir Investigasi adalah penyelidikan dan penelitian tentang suatu masalah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data di lapangan. Investigasi yaitu penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, dengan melakukan peninjauan, percobaan dan sebagainya dengan tujuan memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Investigasi mendorong peserta didik untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna, artinya peserta didik dituntut selalu berfikir tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara penyelesasiannya, dan mereka akan lebih terlatih untuk selalu menggunakan keterampilan dan pengetahuan sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jarak waktu yang cukup lama. Investigasi dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok. Daftar Pustaka Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana. Anwar. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: Amelia Surabaya. Ibrahim dan Mohamad. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya;UNESA-University Press. J. Nitko. 2001. Eductional Assessment of Student. Upper Saddle River, New Jersey. Penerbit Prentice Hal Inc.
71
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 1, Juni 2015
Krismanto, Al.. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Matematika. Mansyur, dkk. 2009. Asesmen Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Multi Pressindo. Novia W, 2003. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Kashiko. Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta; Departemen Pendidikan Nasional. Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran. Jakarta. Rajawali Pers. Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Santyasa, I Wayan. 2006. Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi Nos. Makalah. Disajikan dalam Seminar, di Semarapura. Diakses pada tanggal 5 Januari 2012. Setiawan. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Investigasi. Modul. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika. Diakses pada tanggal 5 Januari 2012. Shadiq, Fadjar. 2007. Inovasi Pembelajaran Matematika dalam Rangka Menyongsong Sertifikasi Guru dan Persaingan Global. Yogyakarta. Laporan hasil seminar dan lokakarya pembelajaran matematika di PPPG Matematika. Diakses pada tanggal 6 Januari 2012. ______. 2009. Strategi Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika. Diakses pada tanggal 6 Januari 2012. Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
72