Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 40-45
DAMPAK PEMBELAJARAN KELOMPOK INVESTIGASI DALAM BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN Devi Permata Sari1), Yerizon2) , Nilawasti ZA3) 1) FMIPA UNP, email :
[email protected] 2,3) Staf Pengajar Matematika FMIPA UNP
Abstract In learning process at school, the student prone to study that focuse only to concept found in the book and they did not involved actively during learning process. So that, it made the learning process was less meaningful. The student also found difficulties if they were given new question that involve their logical thingking ability. This condition related with learning model and student logical thinking. Learning process is meaningful if the student involved actively. One of learning models that train student to think independent and to use logical thinking in comprehending concept studied was group investigation. The group investigation is one of cooperatif learning model where student able to study based on their ability through group disccusion. This article will discuss the effect of group investigation learning toward logical thinking. Keywords : group investigation, logical thinking PENDAHULUAN Saat sekarang ini, telah terjadi perubahan paradigma yang sudah ada. Perubahan yang dimaksud adalah bahwa pembelajaran matematika tidak lagi berpusat pada guru, tetapi berpusat pada siswa. Perubahan ini ditandai dengan adanya berbagai model pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, tidak hanya guru yang memberikan informasi tetapi siswa dapat menemukan sendiri informasi pelajaran yang ingin dicapai. Model pembelajaran merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang berisi kegiatankegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Seperti yang diungkapkan Joyce & Weil dalam Rusman ((2011: 133) “model pembelajaran merupakan
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.” Hal ini juga berarti bahwa sebagai seorang pendidik harus mempunyai tujuan dalam kegiatan pembelajarannya agar dapat diterima oleh siswa sejelas-jelasnya. Dengan memvariasikan model pembelajaran yang ada, diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan terasa lebih bermakna bagi siswa. Namun kenyataan di lapangan dalam pembelajaran cenderung model yang digunakan sama. Model yang digunakan kurang melibatkan siswa secara
40
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 40-45
aktif. Siswa kurang diberi kesempatan utuk mengembangkan ide-idenya, mereka cendrung diam saja, tidak berani bertanya walaupun materi yang diberikan belum dikuasai. Agar dalam pembelajaran siswa dapat berperan aktif dan bisa mengkonstruksi pemahamannya sendiri, maka seharusnya dilaksanakan model pembalajaran yang membuat siswa aktif dalam menemukan konsep. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif adalah kelompok investigasi. Seperti yang diungkapkan Rusman (2011: 223) “kelompok investigasi merupakan model pembelajaran yang menciptakan proses belajar yang aktif karena siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam kelompok, dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap yang merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.” Kelompok investigasi membuat suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran dapat membangkitkan semangat siswa untuk mengemukakan pendapat dan berbagi informasi yang diketahuinya. Dengan aktifnya siswa dalam pembelajaran dapat melibatkan kemampuan berfikir mandiri yang melatih kemampuan penalarannya. Model kelompok investigasi adalah pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, dimana siswa bekerja menggunakan perencanaan, proyek, diskusi kelompok, dan mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas. Menurut Slavin dalam Trianto (2011: 57) “belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan materi”. Jadi dalam pembelajaran kooperatif, kesuksesan kelompok sangat dijunjung tinggi, sehingga dengan begitu semangat siswa akan terpacu agar kelompoknya berhasil.
Tahapan pembelajaran kelompok investigasi adalah 1) memilih topik, dimana siswa memilih subtopik khusus didalam suatau daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru, 2) perencanaan kooperatif, siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dengan subtopik yang telah dipilih, 3) implementasi, yaitu siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan, 4) analisis dan sintesis, siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap implementasi, 5) presentasi hasil final, siswa mempresentasikan hasil kerjanya, 6) evaluasi, siswa dan guru mengevaluasi tiap konstribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagi suatu keseluruhan. Dalam melaksanakan model pembelajaran kelompok investigasi, guru berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator. Guru berkeliling diantara kelompok-kelompok, untuk melihat apakah kelompok itu sedang melakukan pekerjaan dan membantu mencari jalan keluar dari masalah-masalah yang mereka hadapi dalam interaksi kelompok. Kelompok investigasi menuntut siswa untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri, melatihnya untuk menumbuhkan kemampuan berpikir mandiri dan menggunakan kemampuan penalaran dalam memahami konsep pelajaran. Menurut Arief (2011) penalaran merupakan proses berpikir logis dan bersifat analitik berdasarkan langkahlangkah tertentu. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang diartikan dengan kegiatan berpikir dan bukan perasaan. Peraturan Dirjen Dikdasmen No.506/C/PP/2004 (Wardhani, 2008) tentang indikator-indikator penalaran yang harus dicapai siswa. Indikator yang menunjukkan penalaran antara lain adalah: 1. Kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar dan diagram 2. Kemampuan mengajukan dugaan
41
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 40-45
3. Kemampuan melakukan manipulasi matematika 4. Kemampua menyusun bukti, memberikan alasan/bukti terhadap kebenaran solusi 5. Kemampuan menarik kesimpulan dari pernyataan 6. Memeriksa kesahihan suatu argumen 7. Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi Untuk mengatasi kondisi pembelajaran yang kurang mengaktifkan dan meningkatkan penalaran siswa model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi dapat digunakan. Karena model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri, menggunakan kemampuan penalaran untuk memahami konsep yang dipelajari, serta kemampuan menememukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi, berkesempatan untuk berdiskusi dengan teman, bertanya, dan membagi pengetahuan yang diperoleh pada yang lainnya. Permasalahan yang dibahas melalui artikel ini adalah “apakah dampak pembelajaran kelompok investigasi terhadap kemampuan penalaran siswa?”. Pembahasan ini telah dilakukan melalui sebuah penelitian. METODE PENELITIAN Untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan telah dilakukan penelitian praeksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah The One Shot Case Study. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMPN 1 Bukittinggi yang terdaftar tahun pelajaran 2011/2012. Cara pengambilan sampel dengan random sampling. Jenis data dalam penelitian ada dua yaitu data primer dan sekunder. Data primer
diambil dari sampel menggunakan LKS dan kuis, guna melihat kemampuan penalaran siswa pada setiap pertemuan. Data sekunder tentang jumlah siswa yang menjadi populasi dan sampel serta nilai ulangan harian semester 1 siswa kelas VIII SMPN 1 Bukittinggi tahun pelajaran 2011/2012. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa LKS yang menuntut kemampuan penalaran dan kuis. Untuk melihat kemampuan tersebut digunakan beberapa indikator yaitu (1) menyajikan pernyataan matematika melalui gambar, (2) menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi, dan (4) melakukan manipulasi matematika. Pemberian skor kemampuan penalaran siswa dimodifikasi dari rubrik penskoran. Data dari penelitian ini dianalisis. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis diperoleh deskripsi nilai dari kelas sampel. Hasil perhitungan rata-rata untuk kemampuan penalaran dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. TABEL 1 NILAI RATA-RATA LKS LKS keRatarata
1
2
3
4
5
6
7
8
3,3
2,9
3,4
3,3
3,4
3,4
3,5
3,6
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa nilai ratarata LKS pada stiap pertemuan cenderung meningkat. Peningkatan rata-rata kelas sampel ini berkaitan dengan pembelajaran kelompok investigasi yang menuntut siswa berfikir mandiri dan mengembangkan kemampuan penalarannya. Perkembangan penalaran siswa juga dilihat dari nilai kuis pada setiap pertemuan. Soal kuis dirancang sesusai dengan indikator 42
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 40-45
penalaran, yaitu melakukan manipulasi matematika. Sementara rata-rata nilai kuis yang dinilai sesuai dengan rubrik penskroran dengan skor 0, 1, 2, 3, dan 4 dapat dilihat pada Tabel II. TABEL II NILAI RATA-RATA KUIS Ratarata
1
2
3
4
5
6
7
8
2,8
2,7
2,8
2,8
2,9
2,6
2,7
3,0
Pembelajaran kelompok investigasi yang dilakukan memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman untuk berpikir dalam mengembangkan kemampuan penalaran. Berikut ini indikator kemampuan penalaran yang dilihat pada penelitian ini: a. Menyajikan Pernyataan Matematika Secara Tertulis, Gambar, dan Diagram. Pada indikator ini diharapkan siswa mampu memenuhi aspek penalaran yaitu menyajikan situasi atau ide-ide matematika dalam bentuk gambar. Pada setiap LKS yang diberikan siswa dilatih untuk menyatakan situasi atau ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar sehingga siswa terlatih membuat gambar dari situasi yang dinyatakan dari soal. Pada LKS 1 rata-rata siswa menyajikan situasi atau ide-ide matematika dalam bentuk gambar adalah 3,25. Hal ini menunjukkan siswa sudah cukup mampu menyajikan gambar jaringjaring kubus. Namun pada LKS 2 rata-ratanya menurun menjadi 2,88, hal ini disebabkan masih ada kelompok yang kesulitan dalam menggambarkan kubus yang diisi dengan kubus satuan. Pada LKS 3 rata-rata kembali naik yaitu 3,38, hal ini menunjukkan siswa sudah cukup bisa menggambarkan jaring-jaring balok. Pada LKS 4 rata-rata kembali turun, namun pada LKS selanjutnya yaitu LKS 5, LKS 6, LKS
7 dan LKS 8 rata-rata tiap pertemuan mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa menyajikan situasi atau ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar cenderung meningkat pada setiap pertemuan. Contoh pekerjaan siswa dalam menyatakan pernyataan matematika secara gambar terlihat pada Gambar. 1 berikut.
Gambar. 1 Contoh Pekerjaan Siswa Menyatakan Pernyataan Matematika dalam Bentuk Gambar pada LKS 7 Menemukan Pola atau Sifat dari Gejala Matematis untuk Membuat Generalisasi Salah satu aspek kegiatan yang mendasari pembelajaran dengan kelompok investigasi adalah kegiatan yang di dalamnya terjadi proses penalaran yaitu menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Dalam menyelesaikan LKS yang berbasis kelompok investigasi siswa dilatih untuk menemukan pola unttuk membuat generalisasi. Pada indikator ini diharapkan siswa mampu memenuhi aspek penalaran yaitu menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Pada LKS 1 rata-rata siswa dalam menemukan pola untuk membuat generalisasi adalah 3,38. Namun pada LKS 2 mengalami penurunan yaitu rata-rata yang diperoleh 3, hal ini disebabkan siswa masih ada yang kesulitan dalam menentukan volume kubus. Pada LKS 3, LKS 4 dan LKS 5 mengalami peningkatan yaitu rata-ratanya 3,38, 3,63 dan 3,63. 43
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 40-45
Pada LKS 6 sedikit mengalami penurunan yaitu rata-ratanya haya 3,5. Hal ini disebabkan masih ada siswa yang masih kurang tepat dalam menentukan rumus volume prisma. Pada LKS 7 dan LKS 8 kembali mengalami peningkatan. Jadi, secara umum kemampuan siswa dalam menemukan pola untuk menentukan genaralisasi tiap pertemuan selama pembelajaran kelompok investigasi mengalami peningkatan. Contoh pekerjaan siswa dalam menemukan pola dari gejala matematis untuk membuat generalisasi terlihat pada Gambar. 2 berikut.
Gambar. 2 Contoh Pekerjaan Siswa dalam Menemukan Pola Dari Gejala Matematis untuk Membuat Generalisasi pada LKS 3 Kemampuan Melakukan Manipulasi Matematika Pada indikator ini diharapkan siswa mampu memenuhi aspek penalaran yaitu melakukan manipulasi matematika. Pada kuis I siswa melakukan manipulasi menggunakan rumus luas permukaan kubus agar dapat menentukan panjang rusuk kubus. Pada kuis
II hampir sama dengan kuis I, tetapi yang digunakan volume kubus untuk mendapatkan panjang rusuk kubus. Nilai rata-rata pada kuis II mengalami penurunan dari pertemuan sebelumnya, karena masih ada siswa yang kesulitan dalam menentukan akar pangkat tiga. Pada kuis III, IV, V nilai rata-rata mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan siswa sudah cukup baik dalam melakukan manipulasi pada materi luas permukaan balok, volume balok dan luas permukaan prisma. Tetapi pada kuis VI nilai rata-rata mengalami sedikit penurunan, menjadi 2,63. Hal ini disebabkan pada materi volume prisma siswa diminta menentukan luas alas berbentuk belahketupat dimana yang diketahui panjang sisi dan salah satu panjang diagonal sisi belahketupat. Siswa masih banyak yang keliru, karena masih ada diantara mereka yang lupa dengan rumus luas belahketupat. Pada kuis VII dan kuis VIII, nilai rata-rata mengalami peningkatan. Jadi, pada setiap pertemuan nilai rata-rata siswa cenderung mangalami peningkatan. Hal ini menunjukkan kemampuan penalaran siswa dalam melakukan manipulasi matematika cenderung mengalami peningkatan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, setelah menerapkan model pembelajaran kelompok investigasi dalam belajar matematika terlihat ada peningkatan kemampuan penalaran. Artinya, dampak yang terlihat setelah penerapan model kelompok investigasi adalah adanya peningkatan kemampuan penalaran siswa yang dilihat pada setiap pertemuan.
44
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika Hal. 40-45
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dampak pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kelompok investigasi pada kelas VIIIC SMPN 1 Bukittinggi, dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa dalam belajar. Berdasarkan simpulan tersebut, dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Diharapkan kepada guru dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kelompok investigasi pada pembelajaran matematika karena dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Kepada rekan peneliti lain yang tertarik, diharapkan dapat melanjutkan penelitian dengan variabel serta pokok bahasan lain.
REFERENSI Arief. 2011. Arti penalaran, Definisi penalaran dan Hakikat penalaran. (http://arief021091. wordpress.com/2011/10/27/arti-penalarandefinisi-penalaran-dan-hakikat-penalaran/). Diakses tanggal : 18 Juli 2012 Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media Group. Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Matematika
45