Jumal Penelitian Psikologi 2011, Vol. 02, No. 01, 99-111
Investigasi Butir Bias J ender dalam Pengukuran Depresi Melalui Children's Depression Inventory (CDn Wahyu Widhiarso dan Sofia Retnowati Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Abstract:
this research is aimed to investigate
differential item functio:zing
measurement
(DIF). Moreover, the discrimination
parameter DIF are implemented. version.
depression
The research finding
Children's shows
parameters DIF and item location
Depression Inventory
that several items
(CDI) is analyzed in Indonesian
are infected
adolescents who represent four school districts in Yogyakarta
(N
by DIF. Participants
are
= 3183). Data is analyzed using
DIF-test through response theory modeling. Later, the research finding
also shows that some CDI
parameters (10 items) and the items
items are affected by DIF based on sex, both on the discrimination location parameter (7 items). Thus, the findings
items that affect the
of this study can serve as guidelines to assess more
specific symptoms of adolescent depression based on sex. Keywords:
depression measurement,
Abstrak:
penelitian
ini bertujuan
terjangkit
keberfungsian
butir
differential item functioning, untuk
diferensial
menginvestigasi
COl.
butir-butir
(DIF). Jenis DIF yang
parameter daya beda dan DIF pada parameter lokasi butir. Instrumen adalah Children's Depression Inventory
empat kabupaten
menggunakan
diungkap
depresi yang
adalah DIF pada
pengukuran
yang dianalisis
(CDI) versi Bahasa Indonesia. Hasil investigasi menemukan
adanya DIF daya beda pada beberapa butir. Partisipan mewakili
pengukuran
di Daerah Istimewa
penelitian
Yogyakarta
adalah remaja sekolah yang
(N=3.183).
Data dianalisis dengan
uji DIF melalui pendekatan teori respons butir. Hasil analisis menunjukkan
butir CDI terjangkit
DIF berdasarkan jenis kelamin,
beberapa
baik pada parameter daya beda (10 buiir)
maupun lokasi butir (7 butir). Temuan penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk mengenali gejala depresi remaia yang lebih spesifik berdasarkan jenis kelamin. Kata kunci: pengukuran
depresi, keberfungsian butir diferensial, CD!.
Pengukuran depresi pada anak atau remaja pada banyak literatur telah menggunakan Children's
Depression
Inventory
(CDr) yang dikembangkan Maria Kovacs pada tahun 1992
(Kovacs, 1992). Instrumen ini terdiri dari 27 butir yang berbentuk pelaporan diri yang berorientasi pada simptom depresi pada remaja yang berusia 7 hingga 17 tahun. Norma CDI dibangun dari kajian terhadap 1266 remaja. CDI mengukur empat dimensi antara lain suasana hati negatif (negative mood), ketidakefektifan (ineffectiveness),
kesedihan (anhedonia), harga diri
negatif (negative self-esteem), dan masalah antar pribadi (interpersonal problems). CDI merupakan inventori untuk mengungkap simtom depresi pada anak dan rernaja atau dengan rentang usia 7 sampai 19 tahun, yang meliputi kesedihan, anhedonia, ide bunuh diri, dan gangguan nafsu makan. CDI terdiri dari 27 butir, dapat digunakan untuk anak berusia sekitar 7 sampai dengan 19/20 tahun. Di samping skala dalam bentuk panjang, juga tersedia skala dalarn bentuk pendek yang terdiri atas 12 butir. Konsep teori CDr didasarkan konsep pengukuran depresi pada orang dewasa, yaitu Beck Depression Inventory (BDI). 99
100
Wahvu Widhiarso
dan Sofia Retnowati
Banyaknya hasil penelitian yang menggunakan CDI sebagai instrumen pengukurannya belum sebanding dengan penelitian yang mengeksplorasi properti psikometris CDI. Sejumlah penelitian telah mengevaluasi properti psikometri CDI namun eksplorasi tersebut masih berorientasi teori skor murni klasik dan belum diimbangi dengan teori modern (IRT atau Teori Respon Butir). Hal ini menyebabkan isu-isu yang diangkat dalam penelitian masih berkutat pada reliabilitas dan validitas CDI. Misalnya studi yang dilakukan oleh Seligman (1984)yang mengidentifikasi koefisien reliabitas CDI melalui tes ulang atau penelitian Craighead et al. (1998)yang mengevaluasi struktur faktor CDI. Penelitian yang mengenai CDI yang belum mengeksplorasi bias jender dalam pengukurannya. Eksplorasi adanya bias jender ini memiliki dukungan teoritik yang kuat yang menunjukkan manifestasi dan dinamika gejala depresi antara pria dan wanita berbeda. Misalnya dalam kondisi depresi, anak pria cenderung mengekspresikan ke luar dengan menunjukkan simtom agresif, hiperaktif, memberontak, melarikan diri, serta perilaku kenakalan lainnya sehingga sering didiagnosis sebagai gangguan perilaku karena simtom agresi dan merusaknya lebih dominan. Sebaliknya remaja wanita mengekspresikan kondisi depresi ke dalam dengan menunjukkan perasaan khawatir, cemas, menyembunyikan perasaan, kecewaan, dan kesedihan (Lewinsohn, Hops, Roberts, Seeley, & Andrews, 1993) Penulis melihat perbedaan dinamika antar jenis kelamin dalam gejala depresi diawali dari masa puber yang terkait dengan pengaruh hormonal karena pada masa puber tingkat produksi harmon
mengalami
perubahan
yang lebih cepat dari masa perkembangan
sebelumnya. Pria secara umum memiliki neurotransmitter (misalnya kadar serotonin) yang lebih tinggi dibanding dengan wanita, sehingga ambang depresi pria lebih rendah dibanding dengan wanita (Gur, Mozley, Resnick, Karp, & Alavi, 1995). Dinamika gejala depresi yang berbeda antar jenis kelamin juga dipengaruhi oleh tuntutan peran sosial dalam perspektif budaya (McGuire & Troisi, 1998). Secara umum mereka memaparkan empat hal yang mendukung ambang depresi wanita lebih tinggi dibanding dengan pria yaitu: (1) wanita cenderung kesulitan dalam mencapai kemasakan secara biologis tanpa bantuan unsur eksternal; (2) pad a budaya tertentu, pria lebih mendominasi dalam hal status dan peran dibanding dengan wanita; (3) terdapat masa reproduksi pada wanita; dan (4) wanita memiliki batas yang relatif lebih ketat dalam pergaulan dibanding pria. Penelitian yang dilakukan oleh Hoeksema & Girgus (1994) menunjukkan bahwa manifestasi gejala depresi antara remaja pria dan wanita berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan tiga faktor yaitu: (1) faktor pengalaman wanita terhadap perasaan tertekan pada masa awal remaja lebih tinggi dibanding wanita; (2) faktor resiko yang mendukung munculnya depresi antara pria dan wanita berbeda pada masa awal remaja, serta; (3) karakteristik remaja wanita tidak mendukung mereka untuk mampu menghadapi tantangan yang harus dihadapi oleh remaja, misalnya pubertas dan interaksi antar jenis kelamin. Ketiga hal ini dapat menyebabkan pengukuran depresi terhadap remaja pria dan wanita berpotensi menjadi bias karena manifestasi gejala depresi antar kedua jenis kelamin tersebut berbeda.
Investigasi Butir Bias [ender dalam Pengukuran Depresi Melalui Children's Depression lnoenioru (CDI)
Butir-butir CDI rentan terhadap differential
item functioning
101
(DIF), karena dinamika
depresi antara pria dan wanita sangat berbeda. Misalnya butir yang mengungkap citra tubuh terjangkit DIF, karena masalah citra tubuh seperti yang diungkap oleh Abela & Hankin (2008) kemunculannya lebih dominan pada wanita dibanding pria. DIF daya beda butir juga menunjukkan bahwa gejala depresi pad a satu karakteristik tertentu yang diungkap lebih bervariasi dibanding dengan yang lain. Misalnya mengidentifikasi perasaan kekhawatiran lebih menghasilkan skor yang bervariasi jika dikenakan pada wanita dibanding dengan pria. Penelitian yang mengidentifikasi DIF pada pengukuran depresi telah dilakukan oleh Becket al. (1961), namun masih melakukan analisis pada skor total BDI dan belum melakukan analisis yang mendetail pada tataran butir-butir BD!. Paparan di atas menunjukkan bahwa penggunaan instrumen depresi pada pria dan wanita berpotensi menghasilkan informasi yang bias. Selain bias pengukuran terjadi karena perbedaan manifestasi gejala depresi yang berbeda, bias juga terjadi karena wanita lebih memikirkan gejala yang dialaminya selama periode depresi dibanding dengan pria (Ziegert & Kistner, 2002). Adanya bias jender dalam pengukuran
melalui perspektif psikometris
ditunjukkan dengan nilai perbedaaan keberfungsian butir (differential item functioning Ketika
ditemukan
butir
terjangkit
DIF,
dapat
disimpulkan
bahwa
butir
(DIF)). tersebut
menguntungkan bagi satu jenis subjek dan merugikan bagi jenis subjek lainnya, sehingga interpretasi terhadap skor butir tersebut harus dibedakan berdasarkan karakteristik subjek. DIF merupakan salah satu tema sentral dalam pengembangan alat ukur berdasarkan teori respon butir. Penelitian ini menginvestigasi butir-butir di dalam CDI yang terjangkit DIF berdasarkan jenis kelamin. DIF adalah situasi ketika dua subjek yang memiliki trait psikologis yang setara akan tetapi memiliki kecenderungan yang berbeda dalam merespon sebuah butir (Camilli & Shepard, 1994). Peluang yang berbeda ini menunjukkan bahwa butir yang terjangkit DIP berpihak pada subjek tertentu. Butir tersebut memberikan peluang besar pada satu subjek untuk mendapatkan skor tinggi, tetapi sebaliknya untuk subjek yang lain. Diskusi mengenai butir yang terjangkit DIP telah diangkat dalam penyusun pengukuran, misalnya bagaimana mengembangkan tes yang tidak bias budaya (culture fair). Butir tes yang bias budaya secara psikometris berpotensi terjangkit DIF, karena butir tersebut memudahkan subjek dari budaya tertentu untuk mendapatkan skor tinggi dan justru merugikan subjek dari budaya lainnya. DIF merupakan
bagian dari tema dari kajian teori respons butir (TRB) yang
mengidentifikasi model pengukuran untuk instrumen pengukuran. Di dalam model IRT terdapat tiga paramater butir yang dieksplorasi, yaitu daya beda, taraf kesukaran, dan tebakan semu. Model IRT kemudian dibagi menjadi 3 berdasarkan parameter yang dilibatkan. [ika yang dilibatkan hanya parameter daya bed a butir, maka model tersebut dinamakan Model 1PL (Model Rasch). Jika yang dilibatkan adalah parameter daya beda butir dan daya beda, dinamakan Model 2PL (Model Birnbaum) dan jika yang dilibatkan adalah ketiga parameter di atas, maka dinamakan dengan Model 3PL. Pembahasan mengenai TRB tidak banyak
102
Wahvu Widhiarso dan Sofia Retnowati
dieksplorasi. Untuk pembahasan lebih lanjut pembaca dapat mempelajari pad a literatur khusus yang mengkaji masalah TRB. Model TRB ditunjukkan dengan grafik scatter yang menghubungkan antara tingkat trait/abilitas
(sumbu-X) dengan
peluang
mendapatkan
skor tinggi (sumbu-Y). Grafik
membentuk kurva ojaif yaitu kurva yang sedang menanjak. Karakteristik butir yang terjangkit DIF dapat dilihat melalui Gambar 1. Gambar La memperlihatkan bahwa daya beda butir pad a pria dan wanita relatif berbeda. Garis pada pria relatif landai, sehingga peluang antara satu tingkat trait dengan tingkat lainnya relatif setara. Sebaliknya, garis pad a wanita lebih curam sehingga, peluang antar tingkat trait satu dengan trait lainnya relatif berbeda. Butir yang digambarkan oleh grafik tersebut dapat dikatakan terjangkit DIF daya beda karena daya beda butir pada pria dan wanita relatif berbeda. Butir yang bersangkutan mampu membedakan tingkat depresi wanita, namun kurang mampu membedakan tingkat depresi pria. Gambar lob memperlihatkan bahwa peluang untuk mendapatkan skor maksimal antara pria dan wanita relatif berbeda. Pad a tingkat trait atau abilitas (8) sebesar 0, jika ditarik garis secara vertikal ke atas maka akan didapatkan informasi bahwa peluang pria sebesar 0,7 sedangkan peluang wanita sebesar 0,3. Butir yang digambarkan oleh grafik tersebut dapat dikatakan terjangkit DIF taraf kesukaran (lokasi butir), karena terdapat perbedaan peluang untuk mendapatkan skor maksimal antara pria dan wanita yang memiliki tingkat depresi yang sama. Butir tersebut lebih menguntungkan pria, karena pria berpeluang lebih tinggi untuk rnendapatkan skor maksimal. 1.00
1.00 r--------------:->
..
ro
E
·en ..><: ro
•... .£
::2:
en
..><:
ro g-
0
en
roa.
0.50
.. .. . . .. .
0.50
ro
"0
c
"0
Q)
::2: OJ
c ro
:
..
:::J
(j)
D...
C
"
Q)
::2: OJ C
ro
:::J
(j)
D...
0.00 +--...,..~ ..~..:....:. ..:..... 'r-' .----,,.---...,...-----1 ·3
o
·2
2
.-_ ....
0.00 3
·3
Keterangan Garis:
·2
0
2
3
Tingkat TraitlAbilitas
Tingkat TraitlAbilitas
1.a
.. .. ...
...
Laki-Iaki
---------
Perempuan 1.b
Gambar 1. Representasi Butir Terjangkit DIF melalui Grafik Penelitian yang dilakukan ini menginvestigasi DIF butir CDI berdasarkan jenis kelamin baik DIF daya bed a rnaupun DIF lokasi butir. Dalarn konteks butir yang dikotorni, lokasi butir rnenunjukkan tingkat kesukaran butir. Untuk mernudahkan pemaharnan pembaca, istilah lokasi butir akan diganti dengan tingkat kesukaran butir. Adanya DIF daya beda rnenujukkan
104
Wahvu Widhiarso dan Sofia Retnowati
Analisis DIF berdasarkan
jenis kelamin dilakukan pada butir-butir
CDI dengan
menggunakan uji kai-kuadrat. Sebelum analisis dilakukan beberapa analisis antara lain estimasi parameter butir, uji ketepatan data dengan model GRM, unidimensionalitas pengukuran serta independensi
lokal butir. Estimasi parameter dilakukan dengan menggunakan
program
MVLTILOG 7.30, uji ketepatan data dilakukan dengan menggunakan program MODFIT dan unidimensionalitas serta independensi lokal dilakukan dengan menggunakan program SPSS 13.00. Hasil Penelitian Sebelum pengujian DIF dilakukan, peneliti memverifikasi invariansi paramater dan unidimensionalitas pengukuran, karena menjadi syarat pemodelan dalam teori respons butir. Uji invariansi dilakukan dengan cara membagi subjek menjadi dua bagian sarna besar secara random dengan menggunakan program SPSS 13.0. Selanjutnya estimasi parameter dilakukan
pad a masing-masing
subjek. Invariansi
estimasi
parameter
yang
optimal
ditunjukkan dengan tingginya nilai korelasi antar parameter. Pada penelitian ini didapatkan hasil korelasi antar parameter daya beda kurva pada pria dan wanita adalah sarna yaitu rxy=0,99 sedangkan korelasi antar parameter taraf kesukaran adalah rxy=0,97pada pria dan rxy=O,95 pada wanita. Dapat disimpulkan bahwa estimasi parameter IRT tidak terpengaruh karakteristik subjek yang dipakai. Dimensionalitas Pengukuran. Dimensionalitas data hasil pengukuran CDI diuji dengan teknik Analisis konfirmatori pada tiap-tiap faktor CD!. Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa indeks ketepatan model analisis tiap dimensi lebih tinggi dibanding indeks ketepatan pada
total skala. Hasil ini menunjukkan
multidimensi
(multifaktor) dibanding
bahwa
skala CDI lebih cenderung bersifat
dengan unidimensi
yang konsisten dengan hasil
penelitian Weis et a1.(1991)yang menguji struktur CD!. Analisis DIF dilakukan dengan menggunakan program lunak PARSCALE 4.1 (Muraki & Bock, 2002). Karakteristik subjek yang dianalisis adalah jenis kelamin, yaitu pria dan wanita.
Model IRT dipakai yaitu model politomi (polytomous)
dengan parameter a dan b. Pada konsep
IRT, a merupakan parameter yang menunjukkan tingkat kesulitan butir atau kemiringan kurva (slope), sedangkan parameter b menunjukkan tingkat daya beda butir atau lokasi kurva butir (location). Analisis DIF dilakukan secara terpisah berdasarkan parameter yang dipakai. Ketika DIF pada salah satu parameter dianalisis, parameter yang lain dibuat konstan. Teknik analisis DIF seperti ini telah banyak dipakai dalam penelitian, misalnya penelitian Imus et al. (2004) yang menganalisis DIF pada pengukuran melalui biodata. Pada penelitian ini jeniskelamin pria ditetapkan sebagai kelompok referen dan wanita sebagai kelompok foka1. Uji DIF pada parameter taraf kesukaran didapatkan dari selisih nilai parameter taraf kesukaran butir antar kelompok
(afokal -
arcf)
sehingga nilai perbedaan parameter
(contrast) yang positif menunjukkan tingkat kesukaran butir pada kelompok fokallebih tinggi dibanding kelompok referen, demikian juga sebaliknya. Uji DIF pad a parameter daya beda didapatkan dari pembagian paramater kemiringan antar dua kelompok (bfokal / bref). Nilai
Investigasi Butir Bias [ender dalam Pengukuran Depresi Melalui Children's Depression lnuenioru (COn
109 00
0
M
perbedaan parameter yang lebih tinggi dari satu (>1,00) menunjukkan
0
\
kelompok fokallebih tinggi dibanding dengan kelompok referen, demikian jug
-
Tabel1 Perbandingan Parameter Daya Beda Antar [enis Kelamin Dimensi
Butir
3
4
5
KaiKuadrat
Slope
Eror. Std
Slope
Eror. Std
Kesedihan
1
0.485
0.024
0.455
0.025
-0.030
0.785
Kekhawatiran
6
0.325
0.015
0.361
0.017
0.036
2.333
Rasa Bersalah
8
0.316
0.010
0.307
0.010
-0.009
0.408
10
0.381
0.018
0.239
0.013
-0.142
70.154**
Ketergangguan
11
0.492
0.016
0.561
0.018
0.069
7.167**
Kebimbangan
13
0.583
0.023
0.699
0.030
0.116
8.049**
Citra diri negative
5
0.444
0.015
0.486
0.016
0.042
3.448
Penarikan diri
12
0.390
0.023
0.330
0.016
-0.060
5.597*
Masalah Pergaulan
26
0.510
0.034
0.458
0.036
-0.052
1.217
Penyalahan diri
27
0.241
0.008
0.250
0.008
0.009
0.577
Inkompetensi
3
0.659
0.022
0.596
0.020
-0.063
4.973
Motivasi
15
0.371
0.012
0.367
0.011
-0.004
0.064
Perasaan gagal
23
0.435
0.014
0.448
0.014
0.013
0.429
Ketidakmampuan
24
0.371
0.013
0.323
0.011
-0.048
8.964**
Kemurungan
4
0.305
0.017
0.337
0.020
0.032
1.389
Gangguan tidur
16
0.257
0.009
0.297
0.011
0.040
6.614*
Kepenatan
17
0.241
0.009
0.244
0.009
0.003
0.058
Nafsu makan
18
0.286
0.014
0.303
0.014
0.017
0.686
Kesehatan
19
0.152
0.005
0.143
0.005
-0.009
1.898
Kesepian
20
0.219
0.007
0.220
0.007
0.001
0.019
Kebosanan
21
0.239
0.010
0.280
0.013
0.041
5.386*
Persahabatan
22
0.367
0.022
0.398
0.023
0.031
0.913
Keputusasaan
2
0.763
0.029
0.895
0.036
0.132
7.169**
Kebencian pada diri
7
0.539
0.026
0.481
0.028
-0.058
2.515
Bunuh diri
9
0.615
0.044
0.498
0.033
-0.117
5.843*
Penampilan
14
0.579
0.025
0.632
0.030
0.053
1.683
Perasaan cinta
25
0.434
0.022
0.475
0.026
0.041
1.337
Tangisan
2
Kontras
No.
Pernyataan 1
Wanita
Pria
Keterangan : ** p
Investigasi
Butir Bias [ender dalam Pengukuran
107
Depresi Melalui Children's Depression Inuentoru (COn
Rangkuman hasil analisis DIF dapat dilihat pada Tabel 4 yang memperlihatkan bahwa butir yang terjangkit DIF daya beda juga terjangkit DIF taraf kesukaran. Misalnya butir mengenai ketidakmampuan (butir 3) dan tangisan (butir 10), butir tersebut terjangkit dua jenis DIF pad a pria. Temuan ini berbeda dengan karakteristik butir secara psikometris, yaitu butir yang memiliki taraf kesukaran yang optimal biasanya memiliki daya beda yang optimal pula. Hal ini dikarenakan taraf kesukaran butir yang optimal akan mendukung peningkatan variasi skor yang selanjutnya akan meningkatkan daya beda butir. Tabel3 Rangkuman Butir yang Teridentifikasi DIF Jenis DIF
Keterangan
Gejala Yang Diukur dan Nomor Butir
DIF Daya
Lebih membedakan depresi
Ketidakmampuan (3), Orientasi bunuh diri (9),
Beda
pada pria dibanding wanita
Tangisan (10),Penarikan diri (12) Ketidakmampuan (24).
Lebih membedakan depresi
Keputusasaan (2), Perasaaan terganggu (11)
pada wanita dibanding pria
Kebimbangan (13), Gangguan tidur (16), Kebosanan (21)
DIF Taraf
Gejala lebih sulit dilaporkan
Tangisan (10),Penarikan diri (12),
Kesukaran
pria dibanding wanita
Perasaan gagal (23)
Gejala lebih sulit dilaporkan
Kekhawatiran (6), Kebosanan (21)
wanita dibanding pria
Analisis DIF menemukan sepuluh butir CDI terjangkit uniform DIF serta tujuh butir terjangkit non-uniform DIF. Penelitian ini mencoba membandingkan tingkat depresi antara pria dan wanita berdasarkan tiga kondisi skor CDI yaitu kondisi (a) Semua butir CDI (27 butir); (b) Total butir CDI dikurang butir terjangkit uniform DIF (17 butir) dan; (c) Total butir CDI dikurang butir terjangkit non-uniform DIF (20 butir). Perbandingan dilakukan dengan menggunakan uji-t dua ekor yang hasilnya dapat dilihat pad a Tabel4. Uji perbandingan menunjukkan kesimpulan yang sarna antar kondisi. Baik melibatkan maupun menghilangkan butir yang terjangkit DIF, tetap didapatkan perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita. Tabel4 Perbandingan Uji Perbandingan Skor CDI antar Jenis Kelamin pada Tiga Kondisi Berbeda Jumlah Butir
Rerata Pria
Nilai-t
Deviasi.std
Wanita
Pria
Wanita
Total (27 butir)
17,704
18,580
5,116
5,231
-4,606**
Tanpa Butir DIF kemiringan
11,273
11,611
3,468
3,495
-2,642**
Tanpa Butir DIF lokasi
13,929
14,771
3,836
3,892
-5,934**
Keterangan : **p
Wahvu Widhiarso dan Sofia Retnowati
106
Tabel 2 menunjukkan menghasilkan merespon
tujuh butir yang terjangkit DIF. Individu
butir terjangkit
Butir yang terjangkit dibanding
perasaan
DIF dengan
DIP parameter
taraf kesukaran
(24), sedangkan
subjek pria terdapat
parameter
taraf kesukaran
kurva
dengan tingkat depresi yang sarna akan
pola yang berbeda
tergantung
pada jenis kelaminnya.
dengan nilai lokasi subjek pria lebih tinggi
dengan subjek wanita adalah butir tangisan
(23), ketidakmampuan dengan
hasil analisis DIF berdasarkan
(10), penarikan
diri (12), perasaan
gaga!
nilai lokasi subjek wanita yang lebih tinggi dibanding
pad a butir kekhawatiran
(6), kegembiraan
di sekolah
(21), dan
cinta (25). Tabel 2 Perbandingan
Parameter
Taraf Kesukaran
Butir
Dimensi
Pemyataan
Wanita
Pria No.
Slope
Antar [enis Kelamin
Erar. Std
Slope
Kontras
Kai Kuadrat
Eror. Std
1
Kesedihan
1
0.644
0.068
0.473
0.058
-0.17
3.70
Kekhawatiran
6
0.374
0.07
0.635
0.063
0.26
7.65*
Rasa Bersalah
8
-0.474
0.07
-0.439
0.063
0.04
Tangisan
10
1.693
0.097
1.048
0.069
-0.65
0.14 29.57**
Perasaan
11
-0.702
0.064
-0.783
0.059
-0.08
0.88
Kebimbangan
13
-0.154
0.062
-0.265
0.057
-0.11
1.73
Citra diri negatif
5
0.062
-0.864
0.059
-0.16
3.45
Penarikan diri
12
-0.705 0.507
0.07
0.296
0.062
-0.21
5.09*
Masalah Pergaulan
26
1.388
0.086
1.368
0.074
-0.02
0.03
Penyalahan diri
27
-0.880
0.071
-0.729
0.063
0.15
Inkompetensi
3
-0.453
0.067
-0.510
0.058
-0.06
2.50 0.41
Motivasi
15
-0.827
0.075
-0.743
0.068
0.08
Perasaan gagal
23
-0.771
0.069
-0.451
0.064
0.32
Ketidakmampuan
24
0.072
-0.072
0.064
0.19
3.74
Kemurungan
4
-0.259 0.545
0.067
0.691
0.060
0.15
2.65
Gangguan tidur
16
-0.178
0.067
-0.093
0.062
0.09
0.87
Kepenatan
17
0.022
0.068
0.036
0.060
0.01
0.02
Nafsu makan
18
0.067
0.200
0.061
-0.14
Kesehatan
19
0.341 -1.124
0.091
-0.967
0.079
0.16
2.45 1.72
Kesepian
20
-Q.583
0.066
-0.742
0.059
-0.16
3.24
Kebosanan
21
0.279
0.067
0.539
0.059
0.26
8.46**
Persahabatan
22
0.026
0.067
0.058
0.05
0.27
Kepu tusasaan
2
-0.502
0.065
0.072 -0.57
0.058
-0.07
0.62
Kebencian pada diri
7
1.425
0.083
1.326
0.07
-0.10
Bunuh diri
9
1.035
0.074
0.931
0.064
-0.10
0.83 1.14
Penampilan
14
0.062
0.09
1.08
25
0.147 1.254
0.055
Perasaan cinta
0.061 1.058
0.068
0.20
3.84
Terganggu 2
3
4
5
Keterangan : **p
0.074
0.68 11.68**
Investigasi Butir Bias [ender dalam Pengukuran Depresi Melalui Children's Depression lnuenioru (COI)
Rangkuman butir
yang
mengenai
hasil analisis DIF dapat dilihat pada Tabel 4 yang memperlihatk
terjangkit
DIF daya
ketidakmampuan
DIF pada pria. Temuan yang memiliki
ini berbeda
dengan
terjangkit
DIF taraf kesukaran.
karakteristik
butir secara psikometris,
memiliki
yaitu butir
daya beda yang optimal pula.
butir yang optimal akan mendukung
akan meningkatkan
Misaln
(butir 10), butir tersebut terjangkit dua jenis
yang optimal biasanya
taraf kesukaran
skor yang selanjutnya
juga
(butir 3) dan tangisan
taraf kesukaran
Hal ini dikarenakan
beda
peningkatan
variasi
daya beda butir.
Tabel3 Rangkuman Jenis DIF
Butir yang Teridentifikasi
Keterangan
DIF
Gejala Yang Diukur dan Nomor Butir
DIF Daya
Lebih membedakan
depresi
Ketidakmampuan
Beda
pada pria dibanding
wanita
Tangisan
(3), Orientasi bunuh diri (9),
(10), Penarikan
Ketidakmampuan Lebih mernbedakan
depresi
pada wanita dibanding
pria
(24).
Keputusasaan
(2), Perasaaan
Kebimbangan
(13), Gangguan
Kebosanan Gejala lebih sulit dilaporkan
Tangisan (10), Penarikan
Kesukaran
pria dibanding
Perasaan
Gejala lebih sulit dilaporkan
Analisis
wanita dibanding
pria
DIF menemukan
sepuluh
terjangkit non-uniform
DIF. Penelitian
dan wanita berdasarkan Total butir dikurang
terganggu
(11)
tidur (16),
(21)
DIF Tarai
wanita
diri (12)
diri (12),
gagal (23)
Kekhawatiran
(6), Kebosanan
butir CDI terjangkit
uniform
ini mencoba membandingkan
(21)
DIF serta tujuh butir
tingkat depresi antara pria
tiga kondisi skor CDI yaitu kondisi (a) Semua butir CDI (27 butir); (b)
CDI dikurang
butir
terjangkit
uniform
DIF (17 butir)
dan; (c) Total butir CDI
butir terjangkit non-uniform DIF (20 butir).
Perbandingan
dilakukan
dengan
menggunakan
uji-t dua ekor yang hasilnya
dilihat pada Tabel4. Uji perbandingan
menunjukkan
melibatkan
butir yang terjangkit
maupun
menghilangkan
kesimpulan
dapat
yang sarna antar kondisi. Baik
DIF, tetap didapatkan
perbedaan
yang signifikan antara pria dan wanita. Tabel4 Perbandingan
Uji Perbandingan
Skor CDI antar
Jenis Kelamin pad a Tiga Kondisi Berbeda Jumlah Butir
Rerata Pria
Nilai-t
Deviasi.std
Wanita
Pria
Wanita
Total (27 butir)
17,704
18,580
5,116
5,231
-4,606**
Tanpa Butir DIF kemiringan
11,273
11,611
3,468
3,495
-2,642**
Tanpa Butir DIF lokasi
13,929
14,771
3,836
3,892
-5,934**
Keterangan
: **p
WahvuWidhiarsodan SofiaRetnowati
108
Pembahasan Penelitian ini menginvestigasi butir CDI yang terjangkit DIF berdasarkan jenis kelamin. Jenis DIF yang diungkap adalah DIF daya beda dan DIF taraf kesukaran. Hasil investigasi menemukan adanya DIP daya beda pada beberapa butir. Butir-butir yang terjangkit dapat dikategorikan menjadi beberapa konteks, yaitu perasaan ketidakmampuan (sense of competence), ekspresi kesedihan, dan orientasi bunuh diri. Konteks ketidakmampuan
ditunjukkan oleh
beberapa butir misalnya perasaan tidak kompeten (butir 3), upaya penarikan diri (butir 12)dan ketidakmampuan (butir 24). Masalah kemampuan diri merupakan tema yang sensitif dalam pandangan rernaja pria, karena secara tidak langsung budaya telah mengajarkan pria untuk menghargai kekuatan dan kemampuannya
(Clinebell & Clements, 1995). Persepsi terhadap
kompetensi merupakan penilaian terhadap kemampuan dan keyakinan untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Beberapa penelitian membuktikan temuan ini, misalnya Abela & Taylor (2003) dalam kaitannya dengan depresi, kritik diri kemunculannya lebih banyak pada pria dibanding dengan wanita. Konteks lain yang dimuat oleh butir-butir yang terjangkit DIF daya bed a adalah tentang ekspresi kesedihan (butir 10) dan orientasi bunuh diri (butir 9). Kedua butir tersebut terjangkit DIF yang lebih besar dikarenakan rendahnya fungsi diskriminasi butir tersebut pada wanita, sehingga menghasilkan nilai kontras parameter daya beda kurva yang lebih besar dibanding dengan dengan ketiga butir lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa baik pada tingkat depresi yang rendah maupun tinggi, wanita lebih menyetujui butir yang mengungkap perilaku menangis dan niatan bunuh diri. Hasil ini konsisten dengan beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa kecenderungan bunuh diri banyak dbutirukan pada wanita dibanding pria, karena wanita lebih ban yak yang mengalami tekanan (CICH, 2000). Mengidentifikasi
gejala depresi
melalui
eksplorasi
status
emosi negatif lebih
menghasilkan informasi pada wanita dibanding dengan pria karena wanita lebih terbuka terhadap emosi yang dirasakannya, terutama emosi yang terkait dengan feminitas, misalnya kesedihan dan kekhawatiran
(Retnowati, 2004). Dalam konteks status emosi khawatir,
Ginsburg & Miller (1982) menemukan
bahwa wanita relatif lebih mudah melaporkan
kekhawatirannya dibanding dengan pria ketika menghadapi situasi yang tidak tentu. Pria yang melalui budaya
diharapkan
menjadi
pribadi
yang
kuat,
terampil
dan
gagah akan
menyembunyikan perasaan sedih dan khawatir. Skala yang mengungkap emosi kesedihan cenderung direspon dengan ketidaksetujuan, sehingga memiliki daya beda yang rendah jika dibandingkan dengan wanita. Keterbukaan
terhadap
emosi negatif juga didukung
oleh emosi tersebut yang
frekuensinya cukup tinggi dialami oleh rernaja wanita. Hal ini dikarenakan pada wanita yang berusia 14-15 tahun, saat mentruasi, level hormon estrogen meningkat. Kondisi ini akan berpengaruh pada pada perubahan suasana hati yaitu meningkatnya suasana emosi negatif, yang merupakan salah satu tanda simtom depresi. Hormon FSH berhubungan dengan suasana emosi negatif pada wanita, tetapi tidak pada pria (Retnowati, 2004).
Investigasi Butir Bias [ender dalarn Pengukuran Depresi Melalui Children's Depression lnuenioru (CDI)
109
Investigasi DIF kedua dalam penelitian dilakukan terhadap butir yang terjangkit DIF pada parameter taraf kesukaran. Hasil dari identifikasi ini dibagi menjadi dua yaitu butir-butir yang dirasakan sulit oleh pria (butir memihak wanita) dan butir-butir yang dirasakan sulit oleh wanita (butir memihak pria). Sulitnya kemuneulan gejala di atas menunjukkan beberapa makna antara lain: (1) gejala tertentu merupakan sebuah hal yang biasa pada jenis kelamin tertentu akan tetapi tidak pada jenis kelamin yang lain, misalnya perilaku menangis merupakan hal yang biasa pada wanita akan tetapi tidak pada pria yang mengakibatkan pernyataan mengenai tangisan akan terjangkit DIF; (2) terdapat keeenderungan yang berbeda antar jenis kelamin dalam menyetujui pernyataan yang diberikan, misalnya, wanita lebih mudah memberikan persetujuan pada butir yang menyatakan tingkat keeemasan mereka (Lemerise, 1997) dan pria lebih menyetujui pernyataan yang mengungkap perilaku negatif seperti "5aya meLanggar peraiuran" atau "5aya telah bertindak buruk" seperti yang dinyatakan oleh Hoeksema dkk. (1986).
Hasil ini menunjukkan bahwa pada tingkat depresi yang sarna, pria lebih sulit untuk menangis, menarik diri, merasa gagal dID tidak mampu dibanding dengan wanita. Sulitnya remaja pria untuk melaporkan gejala-gejala tersebut dikarenakan pria dituntut agar bertingkah laku, mempunyai sifat dan sikap tertentu, yang oleh suatu budaya atau masyarakat dianggap coeok untuk jenis kelaminnya (Retnowati, 2004).
Hoeksema (1990) melihat bahwa banyak
rernaja terutama pria diberi petuah bahwa mereka harus kuat dan mampu bertindak seperti layaknya pria dan dilarang menangis sebagai penghindaran untuk dikatakan "mirip denga wanita". Canino (1981) melihat bahwa pria memiliki standar keunggulan yang ditentukan oleh diri sendiri dibanding dengan wanita yang lebih banyak ditentukan oleh lingkungan. Standar keunggulan diri ini seringkali dipakai sebagai upaya untuk sumber pendukung tingginya harga diri pria, sehingga mereka menghindari untuk melaporkan ketidakmampuannya. Sebaliknya butir yang dirasakan sulit oleh wanita adalah butir yang mengungkap kekhawatiran mengenai hal yang buruk (butir 6), kebosanan di sekolah (butir 21), dan ketiadaan einta orang lain (butir 25). Hasil penelitian menemukan bahwa wanita lebih sulit melaporkan kekhawatirannya mengenai sesuatu yang buruk akan terjadi ternyata bertolak belakang dengan banyak hasil penelitian. Hoeksema (2001) serta Muris, Fokke, & Kwik (2009) menemukan bahwa remaja wanita eenderung lebih mudah melaporkan kekhawatirannya dibanding dengan pria. Hasil ini perlu dikaji seeara mendalam mengenai konteks yang melatarbelakangi adanya perbedaan hasil penelitian ini. Di sisi lain wanita mudah merasa tertekan dalam menilai kejadian negatif yang dialami dibanding remaja pria (Siddique and 0' Arcy, 1984)
Hasil lain menunjukkan bahwa wanita relatif sulit untuk melaporkan kebosanannya di sekolah dan ketiadaan einta orang lain dapat dijelaskan melalui penjelasan bahwa masalah pergaulan sosial sangat sensitif bagi wanita. Pandangan masyarakat telah mengkonstruksi bahwa remaja wanita yang ideal adalah wanita yang populer di mata teman-temannya, pandai bergaul sehingga memiliki banyak ternan, menjadi pus at perhatian dan diidam-idamkan oleh remaja pria. Penjelasan ini didukung oleh hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa tingkat keterasingan wanita di sekolah lebih rendah dibanding dengan pria.
WahvuWidhiarsodan SofiaRetnowati
110
Dalam konteks interaksi sosial wanita relatif menghindari untuk menampilkan ekspresi frustrasi mereka seperti yang dijelaskan oleh Hoeksema dan Girgus (1994). Termasuk di dalamnya adalah mengungkapkan
pengalaman terasing, penolakan oleh orang lain dan
ketidakpuasan dalam hubungan interpersonal (Dacey & Kenny, 1997). Kehilangan kasih sayang dari orang lain juga berarti bahwa remaja wanita yang bersangkutan telah tidak mampu menampilkan diri secara feminin, cantik dan menarik (Retnowati, 2004). Ketidakmampuan dalam menampilkan diri secara menarik sangat tidak disukai oleh remaja wanita, sehingga mereka menghindari untuk melaporkan bahwa tidak ada orang yang mencintainya. Kesimpulan Masalah jender bukan semata-mata masalah yang terkait dengan faktor perbedaan jenis kelamin dan karakteristik biologis antara pria dan wanita saja. Masalah jender terkait dengan berbagai macam faktor seperti historis, budaya, sosial, dan psikologis. Gejala gangguan psikologis, salah satunya adalah depresi, sangat dipengaruhi oleh keempat faktor tersebut, sehingga secara tidak langsung masalah jender perlu dilibatkan dalam upaya mendiagnosis gangguan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dinamika psikologi depresi antara remaja pria dan wanita memiliki perbedaan. Satu gejala dapat membedakan jenis kelamin tertentu akan tetapi tidak pada jenis kelamin yang lain. Demikian juga berdasarkan kecenderungannya. [enis kelamin yang satu cenderung lebih mudah mengalami satu gejala depresi akan tetapi tidak pad a jenis kelamin yang lain. Oleh karena itu upaya pengenalan gejala depresi pada remaja dilakukan lebih spesifik berdasarkan jenis kelaminnya. Daftar Pus taka Abela, J. R Z. & Hankin, B. L. (2008). Cognitive vulnerability to depression in children and adolescents: A developmental psychopathology perspective. In J. R Z. Abela & B. L. Hankin (Eds.), Handbook of child and adolescent depression. New York: The Guilford Press. Abela, J. R Z. & Taylor, G. (2003). Specific vulnerability to depressive mood reactions in children: The moderating role of self-esteem. Journal of Clinical Child and Adolescents Psychology, 32, 408-418. Beck, A., Ward, c., Mendelson, M., Mock, J., & Erbaugh, J. (1961). An inventory for measuring depression. Archives of General Psychiatry, 4, 561-571. Camilli, G. & Shepard, L. A. (1994). Methods for identifying biased test butirs. Thousand Oaks: Sage Ine. . Canino, F. (1981). Learned helplessness theory: Implications for research in learning disabilities. Journal of Special Education, 15, 473-475. Chernyshenko, O. S., Stark, S., Drasgow, F., & Roberts, B. W. (2007). Constructing personality scales under the assumptions of an ideal point response process: Toward increasing the flexibility of personality measures. Psychological Assessment, 19(1),88-106. CICH. (2000). The health of canada's children: A CICH profile. Ottawa: Canadian Institute of Child Health. Clinebell, H. J. & Clements, W. M. (1995). Counseling for spiritually empowered wholeness. New York: Routledge. Craighead, W. E., Smucker, M. R, Craighead, L. W., & Ilardi, S. S. (1998). Factor analysis of the children's depression inventory in a community sample. [doi:]. Psychological Assessment, 10(2), 156-165.
Investigasi Butir Bias Jender dalam Pengukuran Depresi Melalui Children's Depression lnoentoru (CDI)
111
Dacey, J. & Kenny, M. (Eds.). (1997). Dolescent development. dubuque. Iowa: WBC Brown and Benchmark. Ginsburg, H. J. & Miller, S. M. (1982). Sex differences in children's risk-taking behavior. Cild Development, 53, 426-428. Gur, R c., Mozley, L. H., Resnick, P. D., Karp, S. M., & Alavi, J. S. (1995). Sex differences in regional cerebral glucose metabolism during a resting state. Science, 267,528-531. Hair, J. F., Anderson, R E., Tatham, R L., & Black, W. C. (1995). Multivariate data analysis. New Jersey: Prentice Hall. Hoeksema, N. S. (1990). Sex differences in depression. California: Stanford University Press. Hoeksema, N. S. (2001). Gender differences in depression. Current Directions in Psychological Science, 10(5), 173-176. Hoeksema, S. N., Girgus, J. 5., & Seligman, M. E. P. (1986). Learned helplessness in children: A longitudinal study of depression, achievement, and explanatory style. Journal of Personality and Social Psychology, 51(435-442). Hoeksema, N. S. & Girgus, J. S. (1994). The emergence of jender differences in depression in adolescence. Psychological Bulletin, 115, 424-443. Imus, A., Schmitt, N., Kim, B., Oswald, F., Merritt, ~., & Friede, A. (2004). Differential butir functioning in biodata: Opportunity access as an explanation of jender- and race-related DIF. Michigan, MI: Michigan State University. Kovacs, M. (1992). Children's depression inventory. New York: Multi Health System. Lemerise, E. A. (1997). Patterns of peer acceptance, social status, and social reputation in mixed age preschool and primary classrooms. Merrill-Palmer Quarterly, 43, 199-218. Lewinsohn, P. M., Hops, H., Roberts, R E., Seeley, J. R, & Andrews, J. A. (1993). Adolescent psychopathology: I. prevalence and incidence of depression and other DSM-III-R disorders in high school students. Journal of Abnormal Psychology, 102(1), 133-144. McGuire, M. T. & Troisi, A. (1998). Prevalence differences in depression among males and females: Are there evolutionary explanations? British Journal of Medical Psychology(71), 479-491. Muraki, E. & Bock, R D. (2002). PARSCLE 4.1 Computer program. Chicago, IL: Scientic Software,
Inc. Muris, P., Fokke, M., & Kwik, D. (2009). The ruminative response style in adolescents: an examination of its specific link to symptoms of depression. Cognitive Therapy and Research, 33, 21-32. Nolen-Hoeksema, 5., & Girgus, J. S. (1994). The emergence of gender differences in depression in adolescence. Psychological Bulletin, 115, 424-443. Retnowati, S. (2004). Depresi pada remaja: Model integrasi penyebab depresi dan pengatasan depresi pada remaia. Unpublished Dissertation. Yogyakarta: Univesitas Gadjah Mada. Seligman, M. E. (1984). Attributional style and depressive symptoms among children. [doi: 001: 10.103710021-843X.93.2.235]. Journal of Abnormal Psychology, 93(2), 235-238. Weiss, B., Weisz, J. R, Politano, M., Carey, M., Nelson, W. M., & Finch, A. J. (1991). Developmental differences in the factor structure of the children's depression inventory. Psychological Assessment, 3(1), 38-45. Ziegert, D. I. & Kistner, J. A. (2002). Response styles theory: Downward extension to children. Journal of Clinical Child and Adolescent Psychology, 31, 325-334.