Protobiont (2016) Vol. 4 (3) : 19-25
Inventarisasi Mikroalga dan Protozoa pada Instalansi Pengolahan Air Limbah Karet Sistem Biofilter Skala Laboratorium Marsi Orina Opat1, Tri Rima Setyawati1, Ari Hepi Yanti1 1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak Email korespondensi :
[email protected]
Abstract The treatment of liquid waste from rubber can be done with a biofilter method, which is by using microorganisms attached to the filter to help the process of organic material degradation. The changes that occur to the organic substance in the waste will affect the composition of microalgae and protozoa during the treatment process. The purposes of this research is to find out types of microalgae and protozoa, their abundance in the rubber waste water treatment plant, and the quality of waste during the treatment. The research was conducted from September 2014 until January 2015. The research was conducted on the laboratory scale through observation of the microalgae and protozoa growth. The findings indicates that there are 36 genera of microalgae and 7 genera of protozoa. It shows that the highest abundance in the group of microalgae belong to Chlorophyceae class, whereas protozoa group is in the Sarcodina class. The genus which is able to adapt well would survive during the waste treatment processing. The genus which survived during waste treatment process from the microalgae group was Cyanidium and from the protozoa group was Arcella. Key word: inventory, microalgae, protozoa, wastewater,biofilter PENDAHULUAN Industri pengolahan karet merupakan suatu kegiatan pengolahan karet mentah menjadi karet setengah jadi berupa sit, krep dan karet remah. Aktivitas industri pengolahan karet juga menghasilkan produk sampingan berupa limbah cair. Limbah cair karet mengandung amoniak, protein, lipid, karotenoid, garam anorganik, lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia yang ditambahkan selama pengolahan (Suwardin, 1989). Apabila limbah cair tersebut tidak diolah maka dapat mencemari lingkungan perairan dan dapat menjadi sumber penyakit. Oleh karena itu, limbah cair karet perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan. Salah satu metode pengolahan limbah cair karet dapat dilakukan dengan metode biofilter, yaitu dengan memanfaatkan mikroorganisme yang terdapat di dalam limbah tersebut. Mikroorganisme di dalam limbah cair karet diantaranya terdiri atas mikroalga dan protozoa. Mikroalga dan protozoa akan mendegradasi limbah dengan cara memanfaatkan bahan organik di dalam limbah untuk kelangsungan hidupnya. Bahan organik ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan jenis-jenis mikroalga dan protozoa (Said, 2008; Sugiharto, 1987). Menurut Parwanayoni (2008), perbedaan aktivitas masing-masing populasi mikroorganisme akan menyebabkan terjadinya perubahan kondisi
lingkungan, sehingga akan pertumbuhan mikroorganisme baru.
merangsang
Berdasarkan pemaparan tersebut maka, penelitian ini perlu dilakukan agar diketahui jenis-jenis mikroalga dan protozoa di limbah cair karet serta genus mikroalga dan protozoa yang paling melimpah selama proses degradasi limbah di instalasi pengolahan air limbah karet. BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2014 sampai Januari 2015. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Zoologi, Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Kualitas dan Kesehatan Lahan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Peralatan dan Bahan Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi aerator, botol BOD Whinkler, botol sampel, cawan pentri, coverglass, desikator, Erlenmeyer, gelas beaker, gelas benda, gelas ukur, inkubator, labu ukur, mikroskop, oven, pipet tetes, pipet volumetrik, pinset, bak pengolahan yang terbuat dari plastik yang telah dimodifikasi, spektrofotometer, termometer dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan meliputi akuades steril, indikator amilum 0,5%, kertas pH universal, larutan mangan sulfat (MnSO4), larutan kalium 19
Protobiont (2016) Vol. 4 (3) : 19-25
hidroksida-kalium iodide (KOH-KI), larutan asam sulfat (H2SO4) pekat, larutan formalin 4%, larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,025 N, kertas saring Whatman 934-AH dan reagen Nessler. Prosedur Kerja Persiapan Alat Pengolahan Limbah Karet Alat pengolahan limbah menggunakan bak plastik dengan ukuran 19,5x19,5x33 cm yang telah dimodifikasi. Reaktor yang digunakan sebanyak 5 buah, di dalam reaktor diisi menggunakan kerangka bertingkat (3 tingkat) yang terbuat dari alumunium. Ukuran kerangka yaitu 15,5x15,5x21 cm. Media tempat melekatnya mikroorganisme menggunakan gelas benda dengan ukuran 2,54x7,62 cm dan diletakkan pada masing-masing tingkatan kerangka sebanyak 8 buah (Gambar 1).
Gambar 1.Alat Pengolahan Limbah Cair Karet(A= Bakplastik, B= gelas benda, C= Kerangka dan D= Kran
Persiapan Media Pertumbuhan Mikroorganisme Sampel limbah diambil dari salah satu pabrik pengolahan karet di Pontianak. Limbah kemudian dimasukkan ke dalam bak pengolahan yang telah berisi media pertumbuhan mikroorganisme berupa gelas benda dan diaerasi selama 4 hari sampai terbentuk lapisan biofilm pada media.Setelah lapisan biofilm terbentuk maka limbah tersebut dibuang. Pengolahan Sampel Limbah Karet Limbah cair karet yang akan diolah diukur parameter fisika kimianya sebelum dimasukkan ke dalam reaktor pengolahan. Alat pengolahan dengan media yang telah siap digunakan kemudian diisi sampel limbah cair karet yang berasal dari inlet masing-masing sebanyak ± 15 liter. Sampel limbah cair karet kemudian diaerasi terus menerus selama masa pengolahan. Pengambilan sampel hasil pengolahan dilakukan setelah 8 hari pengolahan limbah. Kemudian dilakukan pengamatan mikroalga dan protozoa serta pengukuran parameter fisika dan kimia limbah cair karet setelah limbah diolah.
Pengamatan Mikroorganisme Pengamatan sampel berupa mikroalga dan protozoa dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel limbah hasil pengolahan. Sampel mikroalga dan protozoa yang melekat pada gelas benda diambil dengan cara membilas gelas benda menggunakan akudes steril. Kemudian sampel mikroalga dan protozoa yang telah dibilas dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin 4% sebanyak 3-5 tetes. Pengamatan sampel dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 1 mL dan diletakkan digelas benda. Sampel diamati di bawah mikroskop dan diidentifikasi sampai tingkat genus. Identifikasi mikroalga dan protozoa dilakukan dengan buku acuan identifikasi Edmonson (1959), Basmi (1999 (a,b)), Prescott (1964), Wickstead (1965), Davis (1995), Greeson (1982), Levine (1985), Hall (1953). Pengukuran Parameter Fisika-Kimia Pengukuran parameter kimia meliputi pengukuran ammonia dengan metode Nessler, derajat keasaman dengan pH universal dan Dissolved Oxygen (DO) dengan metode Acid Whinkler.Pengukuran parameter fisika meliputi Total Suspended Solid (TSS) dengan metode gravimetri dan suhu dengan termometer. Analisis Data Data kelimpahan mikroalga dan protozoa dianalisis secara deskriptif dengan melihat komposisi dan jenis mikroalga dan protozoa yang terdapat di dalam bak pengolahan limbah. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Mikroalga yang ditemukan pada limbah cair karet selama penelitian sebanyak 36 genera yang termasuk ke dalam 4 divisi dan 5 kelas. Divisi Chrysophyta terdiri atas kelas Bacillariophyceae (10 genera) dan Chrysophyceae (2 genera). Divisi Chlorophyta terdiri atas kelas Chlorophyceae (14 genera).mDivisi Cyanophyta dengan kelas Cyanophyceae (6 genera ) dan divisi Euglenophyta dengan kelas Euglenophyceae terdiri atas 4 genera Rerata Kelimpahan total mikroalga di limbah cair karet yaitu sebesar 1599,46 ind/L. Mikroalga dengan rerata kelimpahan tertinggi berasal dari kelas Chlorophyceae sebesar 1519,43 ind/L, sedangkan rerata kelimpahan terendah ditemukan pada kelas Crysophyceae sebesar 1,03 ind/L (Tabel 1). 20
Protobiont (2016) Vol. 4 (3) : 19-25
Tabel 1.Komposisi dan Rerata Kelimpahan (Ind/cm2) Mikroalga di Limbah Cair Karet selama Penelitian No.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31 32
33 34 35 36
Genera Bacillariophyceae Aulacoseira Bacillaria Cymatopleura Eunotia Fragilaria Gyrosigma Melosira Navicula Pinnularia Tabellaria ∑ Rerata Kelimpahan ∑ Genera
Rerata kelimpahan (Ind/cm2) 0,27 0,77 0,26 0,77 0,26 0,26 0,51 1,28 4,36 0,26 9,00 10
Chrysophyceae Mallomonas Ochromonas ∑ Rerata Kelimpahan ∑ Genera
0,77 0,26 1,03 2
Chlorophyceae Ankistrodesmus Botryococcus Bracteacoccus Chlorochytrium Chloromonas Clamydomonas Closterium Crucigenia Cyanidium Eudorina Hydrodictyon Sphaerocystis Staurodesmus Trochiscia ∑ Rerata Kelimpahan ∑ Genera
2,05 44,09 166,38 34,35 62,81 0,77 5,38 1,28 1135,15 12,56 39,22 5,13 0,26 10,0 1519,43 14
Cyanophyceae Aphanizomenon Borzia Chroococcus Gloeocapsa Limnothrix Stichosiphon ∑ Rerata Kelimpahan ∑ Genera Euglenophyceae Euglena Lepocinclis Menoidium Phacus ∑ Rerata Kelimpahan ∑ Genera ∑ Total Rerata Kelimpahan Mikroalga ∑ Total Genera Mikroalga
Protozoa yang ditemukan di limbah cair karet sebanyak 2 kelas yaitu Sarcodinadan Ciliata. Kelas Sarcodina terdiri atas 4 genera yaitu Amoeba, Arcella, Centropyxis dan Euglypha. Kelas Ciliata terdiri atas 3 genera yaitu Ballantidium, Oxytricha dan Vorticella.Total rerata kelimpahan protozoa di limbah cair karet sebesar 749,07 ind/L. Rerata kelimpahan tertinggi pada kelas Sarcodina yaitu sebesar 741,64 ind/L, sedangkan rerata kelimpahan Cilliata sebesar 7,43 ind/L (Tabel 2). Tabel 2 Komposisi dan Rerata Kelimpahan (Ind/cm2) Protozoa di Limbah Cair Karet Selama Penelitian No.
1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
Sarcodina Amoeba Arcella Centropyxis Euglypha ∑ Rerata Kelimpahan ∑ Genera Ciliata Balantidium Oxytricha Vorticella ∑ Rerata Kelimpahan ∑ Genera ∑Total Rerata Kelimpahan Protozoa ∑Total Genera Protozoa
2,56 1,03 0,51 3,59 7,69 4 1599,46 36
39,99 661,91 2,31 37,43 741,64 4 1,79 1,03 4,61 7,43 3 749,07 7
Hasil pengukuran faktor fisika dan kimia limbah cair karet menunjukkan nilai yang bervariasi dan mengalami perubahan selama proses pengolahan limbah (Tabel 3). Tabel 3. Kondisi Fisika-Kimia Limbah Cair Karet Parameter
0,77 5,13 50,25 1,03 1,54 3,59 62,31 6
Rerata Kelimpahan (Ind/cm2)
Genera
Suhu (0C) TSS (mg/L) Derajat Keasaman (pH) DO (mg/L) Amoniak (mg/L)
Kisaran Nilai Pengukuran Faktor Fisika dan Kimia Limbah Cair Karet 26 - 29 10,4 - 97,6 5-6 0 - 5,84 2,46 - 12,5
PEMBAHASAN Kelas Chlorophyceae merupakan kelompok mikroalga dengan komposisi dan kelimpahan tertinggi di dalam limbah cair karet selama penelitian(Tabel 1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fadila dan Herto (2013) yang menyatakan bahwa salah satu kelas mikroalgayang mendominasi di instalansi pengolahan limbah 21
Protobiont (2016) Vol. 4 (3) : 19-25
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah kelas Chlorophyceae. Kelimpahan Chlorophyceae di dalam limbah cair karet tinggi karena kandungan amoniak yang terdapat di limbah cair karet juga tinggi (Tabel 3). Kandungan amoniak yang tinggi di dalam limbah cair karet ini akan dimanfaatkan sebagai sumber nutrien untuk mendukung kehidupan mikroalga tersebut. Menurut Faradilla dan Asmi (2011), Chlorophyceae mampu memanfaatkan amoniak pada limbah untuk mendukung pertumbuhannya yaitu membantu dalam proses sintesa protein. Proses pengolahan limbah cair karet ini dilakukan secara aerobik melalui proses aerasi, sehingga lebih mendukung kehidupan Chlorophyceae yang ada. Hal ini sesuai dengan penelitian Marchello et al. (2014), yang menunjukkan bahwa Chlorophyceae lebih dominan pada limbah yang diolah dengan proses aerasi. Genus yang memiliki kelimpahan tertinggi dari kelas Chlorophyceae adalah Cyanidium (Tabel 1). Cyanidium ditemukan melimpah di dalam limbah pada pH 5-6 dan suhu 25-290C. Menurut hasil penelitian Doemel dan Brock (1971), Cyanidium memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi lingkungannya dan mampu melakukan fotosintesis pada perairan dengan derajat keasaman (pH) kurang dari 5. Cyanidium merupakan salah satu genus dari kelas Chlorophyceae yang toleran terhadap suhu tinggi. Penelitian Eisle et al. (1999) mengungkapkan bahwa Cyanidium adalah kelompok mikroalga yang mampu tumbuh sampai suhu 570C. Kelas lainnya yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah Cyanophyceae. Chorus dan Jamie (1999) menyatakan bahwa Cyanophyceae memiliki pertumbuhan lebih lambat dibandingkan Chlorophyceae. Menurut van Vuuren et al., (2005), kelas Cyanophyceae hidup pada kondisi perairan yang kaya akan nutrien dan derajat keasaman bervariasi. Spesies tertentu mampu hidup pada lingkungan dengan derajat keasaman sampai dengan 9,58. Kelas Cyanophyceae mampu untuk memanfaatkan bahan organik untuk kelangsungan hidupnya, sehingga dapat digunakan sebagai bioindikator lingkungan perairan. Berdasarkan hasil penelitian, di limbah cair karet juga ditemukan mikroalga dari kelas Bacillariophyceae dengan kelimpahan tertinggi ke-3 setelah Cyanophyceae. Pertumbuhan Bacillariophyceae dipengaruhi kondisi fisiologis.
Menurut Graham dan Wilcox (2000) dalam Sulaiman (2012), kondisi fisiologis yang terganggu akan menyebabkan perubahan siklus reproduksi. Bacillariophyceae memiliki kemampuan dormansi apabila kondisi fisiologisnya terganggu. Kondisi fisiologis Bacillariophyceae dipengaruhi salah satunya oleh pH. Kisaran pH untuk pertumbuhan Bacillariophyceae adalah 7-9 dengan pH optimum 8,2-8,7. Nilai pH selama penelitian berada pada kisaran 5-6. Hal ini dapat menganggu kondisi fisiologis Bacillariophyceae. Namun Bacillariophyceae yang mampu beradaptasi akan tetap dapat tumbuh di dalam limbah cair karet. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan Bacillariophyceae adalah kandungan bahan anorganik juga berperan dalam pertumbuhan Bacillariophyceae. Hasil penelitian Lubis et al. (2014) menyatakan bahwa mikroalga dari kelas Bacillariophyceae memiliki kemampuan dalam memanfaatkan bahan anorganik limbah cair karet untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Barsanti dan Gualtieri (1952), Bacillariophyceae melakukan penyerapan bahan anorganik untuk proses fotosintesis. Hasil dari fotosintesis akan digunakan untuk kelangsungan hidup Bacillariophyceae. Komposisi dan kelimpahan anggota kelas Euglenophyceae lebih rendah dibandingkan anggota kelas Chlorophyceae, Cyanophyceae dan Bacillariophyceae (Tabel 1). Hal ini disebabkan adanya kompetisi antara masing-masing spesies mikroalga, salah satunya kompetisi dalam memanfaatkan bahan anorganik di dalam limbah cair karet. Kompetisi ini mempengaruhi keberadaan spesies lainnya yang juga memanfaatkan bahan anorganik di dalam limbah cair karet tersebut. Faiqoh (2009) menyatakan bahwa kandungan bahan anorganik sangat mempengaruhi keberadaan suatu spesies. Kandungan bahan anorganik yang mempengaruhi keberadaan Euglenophyceae contohnya oksigen dan karbondioksida. Menurut hasil penelitian Kartakusumah (2000), menyatakan bahwa konsentrasi karbondioksida akan mempengaruhi proses pertumbuhan pada Euglena sp. Kondisi normal dengan jumlah karbondioksida yang cukup pertumbuhan Euglena sp cenderung lebih lama. Namun konsentrasi karbondioksida yang jenuh juga akan menyebabkan penurunan pertumbuhan jumlah sel Euglena sp. Hal ini menunjukkan bahwa Euglena sp memerlukan kondisi karbondioksida yang benar-benar sesuai untuk pertumbuhannya. 22
Protobiont (2016) Vol. 4 (3) : 19-25
Kelas Chrysophyceae merupakan kelas yang paling sedikit ditemukan pada limbah cair karet (Tabel 1). Derajat keasaman limbah cair karet hasil pengolahan pada penelitian ini rata-rata 5-6 dan suhu pada limbah berkisar antara 250C-290C. Kondisi suhu dan pH tidak sesuai untuk pertumbuhan Chrysophyceae, sehingga hanya ditemukan dalam jumlah sedikit. Menurut van Vuuren, et al. (2005), Chrysophyceae dapat hidup pada pH netral, konduktivitas dan alkalinitas tinggi serta suhu yang rendah (±130C) .
dalam limbah akan mengalami peningkatan. Proses aerasi yang diberikan juga meningkatkan kandungan oksigen di dalam limbah. Penambahan oksigen melalui proses aerasi akan membantu ketersediaan oksigen bagi mikrooragnisme di dalam limbah cair karet. Kandungan DO di dalam limbah cair karet yang sangat rendah menyebabkan mikroorganisme aerob yang ada di dalam limbah terhambat dalam mendegradasi limbah(Tabel 3). Proses aerasi menyebabkan oksigen di dalam limbah cair karet meningkat setiap harinya.
Komposisi protozoadi limbah cair karet terdiri atas anggota kelas Sarcodina dan Ciliata. Kelas yang memiliki komposisi dan kelimpahan tertinggi terdapat pada kelas Sarcodina.Sarcodinaumumnya hidup melayang ataupun melekat pada substrat. Kelas Sarcodina dapat ditemukan di air tawar maupun air asin. Beberapa anggota kelas Sarcodina hidup sebagai parasit dan dapat ditemukan di dalam limbah atau air tercemar (Hall, 1953). Sedangkan kelas Cilliata umumnya lebih menyukai dan mampu bertahan pada kondisi lingkungan dengan salinitas tinggi (Salvado, et al., 2001). Oleh karena itu, pada limbah cair karet protozoa yang ditemukan lebih banyak dari kelas Sarcodina dibandingkan kelas Cilliata.
Peningkatan kandungan DO diikuti dengan menurunnya kandungan TSS di dalam limbah, sehingga limbah yang dihasilkan tidak berbau dan menghasilkan warna yang lebih jernih dibandingkan kondisi awal. Padatan yang tidak terlarut akan mengalami pengendapan dan menjadi lumpur, sehingga proses pengolahan akan lebih cepat dan mudah. Menurut Nurandani (2014), TSS adalah material padatan termasuk bahan organik dan anorganik. Nilai TSS yang tinggi akan mengurangi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan dan meningkatkan kekeruhan. Kadar TSS yang rendah pada suatu perairan akan mempermudah penetrasi cahaya ke dalam perairan. Cahaya akan digunakan mikroalga untuk berfotosintesis. Oksigen yang berasal dari proses aerasi dan fotosintesis di limbah cair karet dapat digunakan untuk menstabilkan pH limbah. Proses stabilisasi pH limbah terjadi melalui pelepasan ion H+. Ion H+ akan menyebabkan pH limbah turun (asam). Semakin banyak CO2 yang digunakan untuk fotosintesis maka akan mengurangi pelepasan ion H+, sehingga oksigen yang dihasilkan akan semakin banyak dan pH limbah akan meningkat sampai pada kondisi stabil (Cholik et al, 2005 dalam Hartami, 2008 ). Kondisi pH yang stabil akan mendukung kehidupan protozoa dan menyebabkan peningkatan populasinya.
Genus dari kelas Sarcodina yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah Arcella. Kondisi limbah cair karet yang asam (5-6) mampu mendukung kehidupan genus tersebut. Menurut Tsyganov dan Yuri (2006), Arcella hidup pada kondisi asam dan toksik. Hasil penelitian Todorov dan Vasil (2003) menyebutkan bahwa Arcella excavata mampu hidup di kondisi tercemar dan dapat dijadikan sebagai bioindikator. Kondisi limbah cair karet masih banyak mengandung bahan anorganik sehingga memungkinkan Arcella mampu hidup di dalamnya. Keberadaan mikroalga dan protozoa dipengaruhi oleh kondisi fisika dan kimia limbah cair karet. Kandungan amoniak hasil pengukuran secara umum mengalami penurunan. Menurut Parwanayoni (2008), bahan organik di dalam limbah akan dimanfaatkan dan diuraikan oleh bakteri menjadi CO2, NH3 dan NO3 yang selanjutnya akan dimanfaatkan lagi oleh mikroalga sehingga menyebabkan terjadi peningkatan populasi mikroalga. Salah satu hasil fotosintesis yang dilakukan oleh mikroalga adalah oksigen, sehingga oksigen di
Perbaikan kualitas limbah cair karet berkaitan dengan keberadaan mikroalga dan protozoa yang berperan dalam proses degradasi limbah. Menurut Boelee et al. (2012), mikroalga dapat digunakan untuk pengolahan limbah. Larsdotter (2006) menyatakan bahwa mikroalga dapat menguraikan bahan anorganik melalui proses asimilasi nutrien, meningkatkan pH dan mempercepat perombakan fosfor dan amoniak. Kemampuan mikroalga untuk mendegradasi limbah sangat dipengaruhi oleh cahaya, turbulensi dan waktu tinggal limbah. 23
Protobiont (2016) Vol. 4 (3) : 19-25
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Destin Pravitaningtyas Putrianti S.Si, Erni Sunarya, Fety S.Si, Janur Pratiwi Ninilouw S.Si, Karina Putri Defianti S.Si dan Nor Aeni Sonarya S.Si yang telah membantu dalam pengambilan sampel. DAFTAR PUSTAKA Barsanti, L & Gualtieri, P, 1952, Algae, Anatomy, Biochemistry and Biotechnology, CRC Press, New York Basmi, J, 1999, Planktonologi; Chrysophyta-Diatom Penuntun Identifikasi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor , J, 1999, Planktonologi; Ganggang Biru Penuntun Identifikasi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Boelee, NC, Hardy, T, Marcel, J, Cees, JNB & Rene, HW, 2012, ‘Scenario Analysis of Nutrient Removal from Municipal Wastewater by Microalgal Biofilms’, Water vol. 4, no.2, hal. 460-473, diakses tanggal 11 Maret 2015, http://www.mdpi.com/2073-4441/4/2/460/pdf Chorus, I & Jamie, B, 1999, Toxic Cyanobacteria in Water: A Guide to their Public Health Consequences Monitoring and Management, Published on behalf of WHO by F & FN Spon 11 New Fetter Lane, London, diakses tanggal 2 Juni 2015,http://www.who.int/water_sanitation_healt h/reso urcesquality/toxcyanbegin.pdf
http://publikasi.ftsl.itb.ac.id/repositori/detail/dow nload_dokumen/25311030 Faradillah, A & Asmi, RJ, 2011, ‘Pemanfaatan Air Limbah Pabrik Pupuk Kadar Amonia Tinggi sebagai Media Kultur Mikroalga untuk Perolehan Sumber Minyak Nabati sebagai Bahan Bakar Biodies’, Universitas Diponegoro, Semarang, diakses tanggal 28 April 2015, http://eprints.undip.ac.id/36714/1/16.Pemanfaata n_Air_Limbah.pdf Faiqoh, E, 2009, Kelimpahan dan Distribusi Fitoplankton serta Hubungannnya dengan Kelimpahan dan Distribusi Zooplankton Bulan Januari-Maret 2009 di Teluk Hurun Lampung Selatan, Tesis, UI, Depok, diakses tanggal 18 Maret 2015, http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/ 20277572T%2029018-Kelimpahan% 20 dan full %20text.pdf Greeson, PE, 1982, An Annotated Key to The Identification of Commonly Occurring and Dominant Genera of Algae Observed in the Phytoplankton of The United States, United States Government Printing Office, Washington, diakses tanggal 30 Oktober 2014,https:/archive.org/details/annotatedkeytoid0 0gree Hall, RP, 1953, Protozoology, Prentice-Hall Inc, New York, diakses tanggal 25 Februari 2014, https://archive.org/details/protozoology00hall
Davis, CC, 1995, The Marine and Freshwater Plankton, Michigan State University Press, New York
Hartami, P, 2008, Analisis Wilayah Perairan Teluk Pelabuhan Ratu untuk Budidaya Perikanan Sistem Keramba Jaring Apung, Tesis, IPB, Bogor, diakses tanggal 3 Juli 2015, http://damandiri.or.id/detail.php?id=796
Doemel, WN & Brock, TD, 1971, ‘The Physiological Ecology of Cyanidiumcaldarium’, Journal of General Microbiology vol.67, hal 17-23, diakses tanggal 11 Maret 2015, http://mic.sgmjournals.org/content/67/1/17.short
Larsdotter, K, 2006, ‘Wasterwater Treatment with Microalgae-A Literature Review’, Vatten vol. 62, hal. 31-38, diakses tanggal 27 Februari 2014, http://tidskriftenvatten.se/mag/tidskriftenvatten.s e/dircode/docs/48_article_2125.pdf
Edmondson, WT, 1959, Fresh-Water Biology Second Edition, John Wiley & Sons Inc, New York
Levine, ND, 1985, Protozoologi Veteriner, Penerjemah Prof. Dr. Drh. Soeprapto Soekardono Msc, Penyunting Prof. Dr. Mukayat Djarubito Brotowidjojo, Msc, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Eisle, LE, Sasha, HB, Xuemei, L & Robert, M, 1999, ‘Studies on C-phycocyanin from Cyanidium caldarium A Eukariot at The Extremes of Habitat’, Biochimica et Biophysica Acta vol.1456, no. 2000, hal 99-107, diakses tanggal 11 Maret 2015, http://www. sciencedirect.com/science/article/pii/S00052728 99001103 Fadilah,R & Herto, DA, 2013, ‘Analisis Kelimpahan dan Keragaman Mikroalga di Kolam Stabilisasi Instalansi Pengolahan Air Limbah Berdasarkan Analisis Biologi Konvensional dan Molekuler (Studi Kasus: IPAL Bojongsoang)’, Tesis, ITB, Bandung, diakses tanggal 28 April 2015,
Lubis, DF, Budijono & Hasbi, M, 2014, ‘The Identification of Potential Microalga as Degradable Agent in The Rubber Waste Water PT.Ricry Pekanbaru, diakses tanggal 24 Februari 2015,http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFAPE RIKA/article/view/2514/2447 Kartakusumah, P, 2000, ‘Pertumbuhan Biomassa Ganggang Euglena sp. secara Kultur Fotoautotrof’, Seminar Nasional Industri Ensim dan Bioteknologi II, diakses tanggal 15 September 2015, http://digilib.bppt.go.id/sampul/020140.pdf 24
Protobiont (2016) Vol. 4 (3) : 19-25
Marcello, AE, Ana, TL, Maria JDO & Clovis, WODS, 2015, ‘Microalgae Population Dynamics in Photobioreactor with Secondary Sewage Effluent as Culture Medium’, Brazilian Journal of Microbiology vol. 46, no.1, hal.75-84, diakses tanggal 15 Juni 2015, http://www.scielo.br/pdf/ bjm/v46n1/1517-8382-bjm-46-01-0075.pdf Nurandani, P, 2014, ‘Pengolahan Data Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Total Suspended Solid (TSS) di Danau Rawa Pening Provinsi Jawa Tengah’, Seminar Nasional Penginderaan Jauh, diakses tanggal 18 Maret 2015, http://sinasinderaja.lapan.go.id/wpcontent/upload s/2014/06/bukuprosiding_722-731.pdf Parwanayoni, NMS, 2008, ‘Pergantian Populasi Bakteri Heterotrof, Algae dan Protozoa di Lagoon BTDC Unit Penanganan Limbah Nusa Dua Bali’, Bumi Lestari vol. 8, no. 2, hal. 180-185, diakses tanggal 20 Mei 2014, http://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/view/2 446/1674 Prescott, GW, 1964, The Fresh Water Algae, Michigan State University
Tsyganov, A & Yuri, M, 2006, ‘Morphology and Biomentry of Arcella intermedia (Deflandre,1928) comb.nov. from Russia and a Review of Hemispheric Species of The Genus Arcella (Testcealobosea, Arcellinida)’, Protistology vol.4, no.4, hal. 361-369, diakses tanggal 20 Maret 2015, http://protistology. ifmo.ru/num4_4/tsyganov.pdf Van Vuuren, SJ, Jonathan, T, Carin, VG & Annelise, G, 2005, Easy Identification of The Most Common Freshwater Algae, North-West University and Department of Water Affairs and Forestry, School of Environmental Sciences and Development: BotanyNorth-West University (Potchefstroom Campus), diakses tanggal 30 Oktober 2014,http://www.researchgate.net/publictopics.P ublicPostFileLoader.html?id=5492e3a7d5a3f2b7 598b4689&key=d246c0cf-c8f9466a-9f06bd8cc33bc896 Wickstead, JH, 1965, An Introduction to the Study of Tropical Plankton, Hutchinson Tropical Monographs, London
Said, NI, 2008, Teknologi Pengolahan Air Minum, Teori dan Pengalaman Praktis, Pusat Teknologi Lingkungan Deputi Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta Salvado, H, Meritxell, MAS, Sergi, M & Ma, PG, 2001, Effect of Shock Loads of Salt on Protozoan Communities on Activated Sludge, Acta Protozool, no. 40, hal.177-185, diakses tanggal 15 Juni 2015, http://www1.nencki.gov.pl/ pdf/ap/ap574.pdf Sulaiman, TG, 2012, Struktur Komunitas Bacillariophyta (Diatom) di Area Pertambakan Marunda Cilincing, Jakarta Utara, Skripsi, FMIPA UI, Depok, diakses tanggal 1 Oktober 2015,http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20309985 -S42908-Struktur%20komunitas.pdf Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia Press, Jakarta Suwardin, D., et al.,1989, Penyisihan Gas H2S dengan Teknik Biofiltrasi: Kinetika dan Populasi Mikroorganisme, ITB, Bandung, diakses tanggal 13 Januari 2014, http://ppprodtk.fti.itb.ac. id/tjandra/wpcontent/uploads/2010/04/PublikasiNo-60.pdf Todorov, M & Vassil, G, 2003, ‘Morphology, Biometry and Ecology of Arcellaexcavata Cunningham,1919 (Rhizopoda:Arcellinida)’, Acta Protozoologica vol.42, hal.105-111, diakses tanggal 7 Maret 2015, http://www1.nencki.gov.pl/pdf/ap/ap683.pdf 25