ISSN 2580 - 5703 INVENTARISASI MAKROZOOBENTOS SEBAGAI INDIKATOR BIOLOGIS KONDISI PERAIRAN DI DUSUN DAWAR LAMA KABUPATEN BENGKAYANG Rachmi Afriani Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang Email:
[email protected] Abstrak: Dusun Dawar Lama Kecamatan Tujuh Belas di Kabupaten Bengkayang merupakan wilayah perairan dengan komposisi ekosistem perairan yang beragam. Hal ini mengindikasikan tingkat keanekaragaman spesies yang berbeda, termaksuk keanekaragaman marozoobentos di wilayah ini. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi struktur komunitas makrozoobentos sebagai indikator biologis di perairan. Penelitian ini dilakukan di 8 stasiun sampling. Pengukuran faktor fisika lingkungan dilakukan mulai dari suhu, kecapatan arus, kandungan CO2 bebas dan kandungan oksigen terlarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur, komposisi dan kekayaan makrozoobentos di sepanjang aliran Riam Marum tergolong rendah hingga sedang. Pengukuran terhadap faktor fisika kimia perairan menunjukkan bahwa kualitas perairan Riam Marum berdasarkan Indeks Diversitas, Indeks Evenness dan Indeks Dominansi termaksuk perairan dengan tingkat pencemaran sedang hingga berat.
Kata Kunci: Bentos, Dusun Dawar Lama, Inventarisasi
Kalimantan merupakan salah satu pulau
Komposisi Ekosistem perairan yang
di Indonesia yang memiliki banyak wilayah
masih terjaga dengan baik di wilayah ini
perairan terutama wilayah Kalimantan Barat.
mengakibatkan tingkat keanekaragaman
Wilayah perairan ini meliputi sungai-sungai dan
spesies bentos di perairan juga tergolong
riam-riam yang terdapat pada sejumlah daerah
tinggi. Spesies – spesies bentos ini meliputi
di Kalimantan Barat dengan ekosistemnya yang
jenis – jenis hewan dari kelompok Molusca,
masih terjaga dengan baik di alam. Salah satu
Crustacea,
wilayah di Kalimantan Barat yang memiliki
Oligochaeta.
Insecta,
Nematoda
dan
wilayah perairan dengan komposisi ekosistem
Ironisnya, dari informasi yang ada
yang masih terjaga dengan baik di alam adalah
diketahui bahwa banyak kegiatan-kegiatan
Dusun Dawar Lama Kecamatan Tujuh Belas
yang dilakukan masyarakat di daerah ini yang
Kabupaten Bengkayang. Daerah ini juga masih
menyebabkan terjadinya pencemaran perairan.
termasuk ke dalam kawasan Cagar Alam
Pencemaran perairan secara langsung dapat
Gunung Nyiut.
mengurangi komposisi spesies-spesies bentos dari kelompok Molusca, Criustacea, Insecta,
34. Edumedia, Volume 1, Nomor 1, Juli 2017, hlm . 33 - 41
Nematoda dan Oligochaeta di daerah ini. Oleh
penelitian digambarkan secara lengkap dengan
sebab itu diperlukan suatu upaya yang nyata
titik sampling dan juga profil daerah aliran air
untuk menyelamatkan kekayaan komposisi
Riam Marum, dicatat pula topografi dan
spesies-spesies bentos yang ada. Dengan
kondisi lingkungan disekitar daerah aliran air
demikian, upaya inventarisasi terhadap semua
beserta flora dan fauna yang dominan di sekitar
spesies bentos yang ada dapat dijadikan sebagai
daerah aliran air Riam Marum tersebut.
sebuah data mengenai kekayaan spesies bentos
Pengambilan Sampel
di daerah tersebut bagi pihak yang
Sampel makrozoobentos diambil
membutuhkan. Berdasarkan hal tersebut, maka
dengan alat jala serber, jala serber ini diletakkan
penelitian yang mentitikberatkan pada struktur
pada beberapa titik seperti diatas bebatuan. Jala
komunitas makrozoobentos di ekosistem
serber diletakkan berlawanan dengan arus air,
perairan sangat perlu dilakukan. Penelitian ini
lalu batu-batuan disikat dengan menggunakan
diharapkan dapat memberikan informasi
sikat gigi agar makrozoobentos diatas bebatuan
mengenai struktur komunitas makrozoobentos
tersebut masuk kedalam jala serber.
sebagai indikator biologis di perairan.
Makrozoobentos yang telah diperoleh selanjutnya dipindahkan dengan baki plastik
METODE
dengan cara disemprotkan menggunakan
Penelitian ini bertempat di Dusun
spreyer. Selanjutnya makrozoobentos diisi
Dawar Lama Kecamatan Tujuh belas
kedalam kantong plastik yang berisi air dan
Kabupaten Bengkayang. Lokasi penelitian
beberapa diantaranya dimasukkan ke botol
merupakan daerah perbukitan yang memiliki
koleksi dan ditambahkan pula larutan pengawet
hutan primer dan hutan sekunder. Lokasi
formalin 4%. Sampel makrozoobentos yang
spesifik dilaksanakannya penelitian ini
didapatkan dibawa ke laboratorium untuk
menyusuri daerah Riam Marum.
diidentifikasi dan selanjutnya dihitung jumlah
Penentuan Lokasi, Stasiun Dan Titik
masing-masing jenis. Kemudian dilakukan
Sampling
analisa data terhadap hubungan komposisi dan
Lokasi dipilih berdasarkan struktur
jumlah makrozoobentos dengan waktu
komunitas makrozoobentos. Daerah aliran air
pengambilan sampel. Pada waktu pengambilan
yang memiliki bentuk lurus dipilih dengan
sampel makrozoobentos, dilakukan pula
panjng kurang lebih 100 m. Titik sampling
pengukuran terhadap faktor fisika kimia air
dipilih secara purposive random. Desain
seperti kecepatan arus, kedalaman, kekeruhan, suhu, oksigen terlarut, pH, dan CO2 bebas.
Rachmi Afriani, Inventarisasi Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis Perairan 35
Pengukuran Parameter Lingkungan
warna tepat bening dan dicatat ml Tiosulfat
Suhu. Suhu air diukur dengan cara
yang dipakai. Pengukuran oksigen terlarut ini
membenamkan termometer air raksa didalam
diulangi sebanyak dua kali (jumlah ml Tiosulfat
air yang dikehendaki. Skala termometer dibaca
yang terpakai).
tepat sewaktu termometer berada di dalam air.
ppm O2 = ml titran x N titran x 1000 x 8
Kecepatan arus. Pengukuran kecepatan arus
ml sampel
dilakukan dengan melepaskan bola pimpong
Kandungan CO2 bebas. Pengukuran
atau gabus pada aliran air dengan jarak ± 1 m.
CO2 bebas dilakukan menggunakan dasar
Bola pimpong dilepaskan pada saat yang
Metode Alkalimetri. Sampel air diambil sebatas
bersamaan, dicatat waktunya dan dicatat pula
tanda (50 ml) yang tertera pada tabung,
sewaktu bola tersebut mencapai ujung satunya
kemudian ditambahkan indikatot pp sebanyak
(jarak ± 1 m). Kecepatan arus ditentukan
3 tetes, air sampel tersebut dititrasi dengan
dengan membagi lama waktu tempuh dengan
larutan NaOH standar sambil digoyang-goyang
waktu tempuh.
sampai warna larutan berubah menjadi merah
Kandungan oksigen terlarut.
jambu konstan. Titran yang keluar dicat. Kadar
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan
CO2 terlarut dihitung sebagai berikut: (APHA
Metode Mikro Winkler. Sampel air diambil
et.al., 1971)
dengan botol Winkler sampai penuh,
CO2
diusahakan tidak ada gelembung udara.
100)
Selanjurnya, ke dalam tabung Winkler
= titran x 0,5 ppm (jika skala biuret
= titran x 0,625 ppm (jika skla biuret
dimasukkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml KOH/KI,
80)
lalu dikocok sempurna dan dibiarkan kurang
Semua data mentah dikumpulkan sebagai data
lebih 10 menit hingga terbentuk hendapan
kolektif, kemudian tabel dan kehadirannya
kuning. Setelah terbentuk endapan kuning,
dibuat dalam bentuk histogram. Struktur
ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat dan dikocok
komunitas
kembali. Sampel yang telah dikocok homogen
berdasarkan komposisi dan indeks keragaman.
diambil sebanyak 50 ml, lalu dititrasi dengan
Dari data yang diperoleh ditentukan
Natriun Tiosulfat sampai sampel berwarna
Kepadatan, Relatif, Frekuensi kehadiran,
kuning muda. 2-3 tetes amilum ditambahkan
Indeks diversitas, Indeks kesamarataan, Indeks
sehingga larutan menjadi biru. Titrasi
similaritas Sorensen.
dilanjutkan dengan Natriun Tiosulfat sampai
makrozoobentos
dibentuk
36. Edumedia, Volume 1, Nomor 1, Juli 2017, hlm . 33 - 41
organisme plankton dalam jumlah yang besar HASIL DAN PEMBAHASAN
dari tempat asalnya secara periodik (Davis,
Faktor Fisika Kimia Perairan
1976). Pola aliran arus juga menentukan pola
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengaturan seluruh proses kehidupan dan penyebaran organisme, dan proses metabolisme tejadi hanya dalam kisaran tertentu. Pada ekosistem perairan, suhu berpengaruh secara langsung pada laju proses fotosintesis dan proses fisiologi hewan (derajat metabolisme dan siklus reproduksi) seperti makrozoobentos yang selanjutnya berpengaruh pertumbuhannya.
sedimen, plankton dan ekosistem perairan. Arus sangat mempengaruhi penyebaran makrozoobentos. Odum (1971) menyatakan, bahwa: 1) Arus dapat secara langsung mempengaruhi pengelompokan makanan atau faktor lain yang membatasinya (suhu); 2) Arus juga mempengaruhi lingkungan alami makrozoobentos, dengan demikian secara tidak langsung
Perubahan
suhu
juga
dapat
menyebabkan terjadinya sirkulasi dan stratifikasi massa air dan hal itu dapat mempengaruhi distribusi.Beberapa spesies makrozoobentos biasanya memilih suhu optimum untuk dapat hidup dengan baik. Aktivitas metabolisme dan penyebarannya banyak dipengaruhi oleh suhu perairan, fluktuasi suhu dan perubahan geografis yang merupakan faktor penting yang menentukan konsentrasi
karakteristik penyebaran nutrien, transport
dan
pengelompokan
makrozoobentos. Arus berperan dalam transportasi hewan – hewan air seperti ikan dan organisme bentik serta larva di perairan. Adanya arus yang berlawanan akan menjadi perangkap bagi keberadaan makanan di lingkungan perairan. Arus merupakan hal yang sangat penting kaitannya dengan iklim, arus juga membawa
mempengaruhi
kelimpahan
makrozoobentos tertentu dan sebagai pembatas distribusi
geografisnya.
Arus
dapat
mempengaruhi migrasi makrozoobentos oleh angkutan pasif aliran air yang berperan sebagai suatu penjajakan migrasi arus balik. Menurut Dahuri (1995), arus selalu berhubungan dengan kedalaman. Perubahan arah arus yang kompleks susunannya terjadi sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan. Pada umumnya tenaga angin yang diberikan pada lapisan permukaan air dapat membangkitkan timbulnya arus permukaan yang mempunyai kecepatan sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan arus ini akan berkurang cepat sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan dan akhirnya angin menjadi tak berpengaruh sama sekali terhadap kecepatan arus (Hutabarat dan Evans, 1986). Pada kedalaman dibawah 100 meter
Rachmi Afriani, Inventarisasi Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis Perairan 37
kecepatan arus sangat lambat sehingga
menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat
Ichthyoplankton dan organisme bentik yang ada
bertahan jika ada oksigen erlarut minimum
kemungkinan tidak hanyut jauh dari wilayah
sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (5 ppm).
dimana mereka dipijahkan, sedangkan pada
Selebihnya bergantung kepada ketahanan
kedalaman di atas 50 meter dari kolom air, arus
organisme, derajat aktivitasnya, kehadiran
semakin cepat sehingga Ichthyoplankton dan
pencemar, suhu air dan sebagainya.
organisme bentik akan mudah terbawa oleh arus.
Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme.
Perairan tawar kurang mempunyai
Perubahan konsentrasi oksigen terlaurut dapat
kemampuan menyangga yang sangat besar
menimbulkan efek langsung yang berakibat
untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH
pada kematian organisme perairan. Sedangkan
sedikit saja dari pH alami akan memberikan
pengaruh yang tidak langsung adalah
petunjuk terganggunya sistem penyangga. Hal
meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang
ini dapat menimbulkan perubahan dan
pada akhirnya dapat membahayakan organisme
ketidakseimbangan kadar CO2 yang dapat
itu sendiri. Hal ini disebabkan karena oksigen
membahayakan kehidupan biota laut. Derajat
terlarut digunakan untuk proses metabolisme
keasaman (pH) air permukaan di Indonesia
dalam tubuh dan berkembang biak
umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi antara
Sastrawijaya, 2000). Selanjutnya Ahmad
6.0 – 8.5. Perubahan pH dapat mempunyai
(1993), menyatakan bahwa oksigen terlarut
akibat buruk terhadap kehidupan biota laut,
dalam ekosistem perairan sangat penting untuk
baik secara langsung maupun tidak langsung.
mendukung eksistensi organisme dan proses-
Derajat keasaman merupakan salah
proses yang terjadi didalamnya. Hal ini terlihat
satu parameter penentu produktivitas suatu
dari peranan oksigen selain digunakan untuk
perairan. Pada umumnya pH air tawar banyak
aktifitas respirasi organisme air juga organisme
bervariasi
dekomposer dalam proses dekomposisi bahan
karena
kurangnya
sistem
karbondioksida dalam air tawar. Hal ini
organik dalam perairan.
disebabkan air tawar tidak mempunyai
Kelimpahan Makrozoobentos
kapasitas penyangga ( buffer ) yang kuat seperti air laut (Edmodson, 1983).
Hasil pengamatan terhadap kelimpahan makrozoobentos ini meliputi kepadatan,
Kadar oksigen terlarut (dissolved
kepadatan relatif, frekuensi dan frekuensi
oxygen, DO) dapat dijadikan ukuran untuk
relatif. Pada sebagian besar stasiun dapat
38. Edumedia, Volume 1, Nomor 1, Juli 2017, hlm . 33 - 41
ditemukan makrozoobentos dari genus
batuan berpasir dan berarus cepat (0.3 m/det).
Hydropsiche dengan kepadatan relatif berkisar
Menurut Boyd dan Lichtkoppler (1982), cara
antara 62-79 %. Hydropsiche merupakan
hidup organisme di sungai dengan aliran cepat
makrozoobentos dari jenis Tricoptera yaitu
yaitu dengan melengkapi rahang yang kuat
Hydropsychidae yang merupakan jenis
(Baetidae) dan dengan adanya bentuk tubuh
makrozoobentos yang hidup di air jernih
yang datar.
dengan substrat berbatu dan berarus deras.
Makrozoobentos yang ditemukan pada
Genus Hydropsiche ditemukan pada stasiun 2,
site group (8 stasiun) ini memiliki kesamaan
3, 4 dan 6 yang mempunyai substrat kerikil,
substrat dasar jenis yaitu berupa berupa kerikil
pasir, dan batuan besar serta mempunyai
dan batuan. Macroinvertebrata seperi
kecepatan arus rata-ratanya 0.5 m/det. Menurut
makrozoobentos yang mampu hidup di sungai
Cummin
may-flies
mempunyai morfologi berdasarkan adaptasinya
(Ephemeroptera), stone-flies (Plecoptera), dan
terhadap kelimpahan makanan yang berupa
Caddies flies (Tricoptera) banyak ditemukan
bahan organik (Hawkes 1978). Bahan organik
di air jernih.
kasar yang berupa daun yang jatuh ke sungai,
Pada
(1975),
stasiun
jenis
5
ditemukan
umumnya di daerah hulu dimakan oleh
makrozoobentos dari jenis may-flies
kelompok shredder (pencabik dan pengunyah)
(Ephemeroptera) yaitu genus Baetidae dengan
misalnya larva dan nymph insekta. Bahan
kepadatan sebesar 33,33. Keadaan ini
organik halus dimakan dengan cara disaring,
menunjukkan bahwa kelimpahan genus
diendapkan, dikumpul kan oleh kelompok
Baetidae ini sangat rendah. Genus Baetidae ini
scrapper (pengikis), misalnya dari gastropoda
merupakan indikator pencemaran pada stasiun
dan filter feeder di daerah hilir (Cummins,
ini. Hal ini dikarenakan organisme
1975). Pernyataan ini sesuai dengan kenyataan
makrozoobentos ini sensitif terhadap
di lapangan dimana pada stasiun 2, 3, 4, 5 dan
pencemaran. Genus Baetidae (Ordo
6 yang terletak di bagian hulu Riam Marum
Ephemeroptera) termaksuk makrozoobentos
banyak ditemukan makrozoobentos dari
yang dapat hidup pada kualitas perairan dengan
kelompok insekta seperti Hydropsiche sp.
kisaran tertentu saja, seperti pada perairan
dengan tingkat kepadatan sebesar 377,7 dan
dengan kandungan oksigen terlarut (DO) yang
kepadatan relatif sebesar 78 %.
cukup tinggi. Seperti halnya pada stasiun 2, 3,
Banyaknya gastropoda yang ditemukan
4 dan 6, stasiun 5 juga mempunyai substrat
pada daerah hilir Riam Marum disebabakan
Rachmi Afriani, Inventarisasi Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis Perairan 39
adanya masukan bahan organik yang tinggi dari
Keanekaragaman jenis bentos yang ditemukan
daerah pemukiman dan pertanian. Bahan
pada setiap stasiun pengamatan berkisar antara
organik tersebut merupakan sumber makanan
0,21 – 1,126 , dimana nilai indeks
bagi makrozoobenthos jenis Gastropoda (Ardi,
keanekaragaman bentos termasuk dalam
2002). Jenis Gastropoda dari beberapa
kriteria rendah (komunitas tidak stabil) dan
familinya diketemukan pada aliran sungai yang
sedang (stabilitas komunitas sedang). Hal ini
terdapat vegetasi di tepian sungainya (Canter
menunjukkan bahwa kualitas perairan Riam
dan Hill,1979). Secara garis besar,
Marum telah tercemar sedang hingga berat.
makrozoobentos yang telah ditemukan
Sehingga dengan nilai indeks keanekaragaman
sebanyak 17 genus di sepanjang aliran Riam
ini maka dapat terlihat bahwa tingkat kesuburan
Marum merupakan jumlah yang masih telatif
perairan di Riam Marum bersifat oligotrofik
sedikit. Hal ini dikarenakan pengamatan
dan mesotrofik. Kovacs (1992) menyebutkan
dilakukan pada saat musim penghujan, sehingga
bahwa terdapat hubungan yang erat antara
makrozoobentos yang ditemukan hanya sedikit,
keanekaragaman dengan kualitas lingkungan.
karena kemungkinan makrozoobenthos
Bahan pencemar yang masuk berasal
tersebut sebagian terbawa arus.
dari berbagai aktifitas yang terdapat pada
Keanekaragaman Makrozoobentos
daerah di sepanjang aliran Riam Marum seperti
Hasil pengamatan terhadap kelompok
limbah rumah tangga yang merupakan sumber
organisme makrozoobentos menunjukkan
utama penghasil limbah organik maupun
bahwa ditemukan 17 genus yakni Hydropsiche,
anorganik. Kondisi ini sangat mempengaruhi
Hydracid, Lype, Amphinemura, Aescha,
kualitas perairan, hal ini dapat dilihat dari rata
Molanna, Coryphaeschna, Chloroperla,
- rata nilai indeks keanekaragaman bentos pada
Baetis, Menouro, Promoresia, Choulides,
8 stasiun sebesar 0,34. Odum (1971)
Elmidae, Campsurus, Halesus, Dryopidae,
menyebutkan bahwa keanekaragaman spesies
Aselluss. Salah satu spesies bentos golongan
cenderung rendah dalam ekosistem yang
insekta yang berhasil teridentifikas adalah
mengalami tekanan secara fisik maupun kimia.
Hydropsyche sp.
Tingginya faktor pembatas fisikokimia perairan
Hasil
pengukuran
indeks
keanekaragaman dan indeks biotik organisme
menyebabkan organisme tertentu saja yang mengalami kesintasan.
bentos pada Riam Marum disajikan pada table
Hasil analisis indeks kemerataan
Indeks Diversitas, Evenness, dan Dominansi.
(Indeks Evenness) organisme bentos pada
40. Edumedia, Volume 1, Nomor 1, Juli 2017, hlm . 33 - 41
Riam Marum disajikan pada tabel Indeks
SARAN
Diversitas, Evenness, dan Dominansi. Dari
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tabel tersebut terlihat bahwa indeks kemerataan
mengenai keanekaragaman dan kekayaan
( Indeks Evenness ) organisme bentos pada
makrozoobentos yang berkolerasi dengan
Riam Marum menunjukkan nilai 0-0,81.
kondisi perairan daerah tersebut sehingga
Sebagian besar stasiun memiliki indeks
kelestarian ekosistem perairan kawasan yang
kemerataan (Indeks Evenness) antara 0,32-
termaksuk ke dalam kawasan Cagar Alam
0,47. Keadaan ini mengindikasikan bahwa
Gunung Nyiut ini tetap terjaga dengan baik.
keseragaman antar spesies di dalam komunitas rendah, ada spesies yang dominan dan
DAFTAR PUSTAKA
komunitas bersifat tidak stabil. Namun, masih
Ahmad, I. 1993. Ekologi Air Tawar. Gramedia
terdapat satu stasiun yakni stasiun 4 yang
.Jakarta.
memiliki indeks kemerataan (Indeks Evenness) sebesar 0,81. Keadaan ini mengindikasikan bahwa
keseragaman
antar
spesies
makrozoobentos di perairan ini dapat dikatakan relatif merata dan komunitas bersifat stabil. Hal ini menunjukkan bahwa perairan pada Riam Marum telah mengalami pencemaran sedang hingga berat.
KESIMPULAN Struktur,
komposisi
dan
kekayaan
makrozoobentos di sepanjang aliran Riam Marum tergolong rendah hingga sedang. Kualitas perairan Riam Marum berdasarkan Indeks Diversitas, Indeks Evenness dan Indeks Dominansi termaksuk perairan dengan tingkat pencemaran sedang hingga berat.
Ardi. 2002. Pemanfaatan Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan Pesisir. Tesis PS IPB. Bogor. Boyd, C.E. dan F. Lichtkoppler. 1982. Water Quality Management In Pond Fish Culture. Auburn University. Alabama. Canter, L.W. L.G.Hill. 1979. Handbook of Variable for Environmental Inpact Assesment. An Arbor Sci Pub. London. Cummin. K.W. 1975. Macro Invertertebrate. In.Witton.B.A (Ed). Rivers Ecology. Blackwell Scientific. London. Dahuri. R. 1995. Metode dan Pengukuran Kualitas Air Aspek Biologi. IPB. Bogor. Davis, B.R. 1976. The Dispersal of Chironomidae a River. Journal of Entomological Society South Africa. p:39 – 62. Edmodson. 1983. Fresh Water Biology. John Willey and Sons. New York
Rachmi Afriani, Inventarisasi Makrozoobentos sebagai Indikator Biologis Perairan 41
Hawkes.,H.A. 1978. Invertebrates as Indicators of Rivers Water Quality. In. A. James and L. Evison (Ed) Biological Indicator of Water Quality. John Willey & Sons. Toronto. Hutabarat. H, Evans. 1986. Kunci Identifikasi Plankton. PT.Yasa Guna. Jakarta. Kovacs, M. 1992. Biological Indicators of Environment Protection. Ellis Horwoad. New York. Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. W.B. Sounders. Philadelpia Sastrawijaya,T.A. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta Vonk JA, Christianen MJA, Stapel J. 2010. Abundance, edge effect, and seasonality of fauna in mixed-species seagras meadows in Sout-West Sulawesi, Indonesia. Mar. Biol. Res.6: 282-291.