INTISARI
ANALISIS KUALITATIF FORMALIN PADA EBI dan IKAN TERI MEDAN DI UNIT PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN Gusti Rachamad Dani Anugrah1, Eka Kumalasari, S.Farm., Apt2, Aditya Maulana P.P, M.Sc., Apt3. Ebi merupakan salah satu bentuk awetan udang yang diolah dengan cara perembesan dan penjemuran. Sedangkan ikan teri medan adalah ikan yang diolah dengan mengunakan garam untuk mengawetkan sehingga tidak terjadi pembusukan. Penggunaan formalin sebagai pengawet ternyata telah disalahgunakan dalam industri makanan seperti pada pengolahan ebi dan ikan teri medan. Formalin dalam tubuh dapat menyebabkan mual, muntah, iritasi lambung, diare bercampur darah, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker), bersifat mutagen (menyebabkan perubahan sel jaringan) dan kematian. Oleh karena itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya formalin pada ebi dan ikan teri medan yang dijual di Unit Pasar Sektor II Kecamatan Banjarmasin Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif non eksperiamental. Analisis Kualitatif formalin pada ebi dan ikan teri medan dilakukan dengan larutan asam kromatofat, perak amonia nitrat dan kalium permanganate dengan jumlah 7 sampel ebi dan 5 sampel ikan teri. Penelitian dilakukan di Laboratorium AKFAR ISFI Banjarmasin selama tiga hari pada tanggal 18 sampai 20 Februari 2015. Berdasarkan hasil penelitian didapat pada 7 sampel ebi didapat 2 (29%) sampel yang positif mengandung formalin dan pada 5 sampel ikan teri medan didapat 1 (20%) sampel yang positif mengandung formalin. Kata Kunci : Analisis Kualitatif, Formalin, Ebi, Ikan Teri Medan 1, 2, 3
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
ABSTRACT FORMALDEHYDE QUALITATIVE ANALYSIS ON EBI AND TERI FISH FIELD IN UNIT MARKET SECTOR II SUB SOUTH BANJARMASIN Gusti Rachamad Dani Anugrah1, Eka Kumalasari, S.Farm.,Apt2, Aditya Maulana P.P,M.Sc.,Apt3.
Ebi is a form of preserved shrimp are processed by means of infiltration and drying. While teri fish medan is a fish that is processed by using salt to preserve so there is no decay. The use of formaldehyde as a preservative turned out to have been abused in the food industry such as the processing of dried shrimp and teri fish medan. Formalin in the body can cause nausea, vomiting, stomach irritation, diarrhea mixed with blood, allergies, are carcinogenic (cancer causing), mutagenic (causing changes in tissue cells) and death. Therefore ,the research aims to determine the presence or absence of formaldehyde in dried shrimp and anchovy terrain for sale in Sector Market Unit II Sub South Banjarmasin. This type of research is a descriptive study of non eksperiamental. Qualitative analysis of formalin on ebi and teri fish medan done kromatofat acid solution, ammonia silver nitrate and potassium permanganate with 7 samples ebi and 5 samples teri fish. Research conducted at the Laboratory AKFAR ISFI Banjarmasin for three days, on 18 to 20 February 2015. Based on the results obtained in 7 samples obtained ebi 2 (29%) positive samples containing formalin and in 5 samples obtained teri fish 1 (20%) anchovy terrain positive samples contain formaldehyde. Keywords: Qualitative Analysis, Formalin, Ebi, Teri Fish Medan 1, 2, 3
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Udang adalah salah satu bahan pangan yang sangat mudah rusak dan menjadi busuk karena kadar airnya yang tinggi dan kandungan gizinya yang baik untuk pertumbuhan jasad renik pembusuk. Salah satu cara pengawetan udang adalah dengan cara mengkeringkannya. Produk yang dihasilkan disebut ebi karena bentuknya yang kering dengan kadar air yang rendah, maka ebi dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama sehingga memudahkan dalam distribusi dan transport serta penjualannya. Ebi atau udang kering biasanya digunakan sebagai penambah rasa dalam berbagai masakan. Ebi merupakan salah satu bentuk awetan udang yang diolah dengan cara perembesan dan penjemuran. Ebi digunakan untuk penyedap rasa dalam masakan sayuran, misalnya sambel goreng, asinan, dan sebagainya, serta dapat disimpan sampai berbulan-bulan (Meristek, 2003). Ikan teri mudah mengalami proses kemunduran mutu dan pembusukan, dimana hal ini terjadi setelah ikan ditangkap. Dengan demikian perlu penanganan yang cepat, tepat dan benar untuk menjaga kualitasnya sebelum dipasarkan dan sampai ke tangan konsumen. Selain itu dari segi ekonomi akan memberikan nilai tambah (value added) terhadap harga jual produk. Hal ini diperlukan saat-saat musim ikan, musim panen ikan sangat murah tetapi permintaan konsumen cenderung stabil/tidak meningkat,
sehingga ikan tidak habis dipasarkan dalam keadaan segar. Sehingga masyarakat
nelayan
mengupayakan
dengan
usaha
pengolahan
dan
pengawetan ikan (Iswadi, dkk., 2013). Di sisi lain, ikan dan udang termasuk jenis bahan pangan yang mudah rusak (membusuk). Hanya dalam waktu beberapa jam saja sejak ditangkap dan didaratkan akan timbul proses perubahan yang mengarah pada kerusakan (Adawyah, 2007). Cara yang umum dilakukan untuk mencegah kerusakan yaitu pengawetan dengan menggunakan es balok. Kendala yang dihadapi bila menggunakan es balok adalah dibutuhkan jumlah yang cukup banyak sehingga tidak praktis dan harganya relatif mahal. Hal tersebut menyebabkan nelayan dan penjual yang curang menggunakan zat kimia berbahaya seperti formalin sebagai pengganti es balok (Suryadi, dkk., 2010). Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang. Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun namun malah semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang (Hastuti, 2010). Formalin merupakan salah satu bahan kimia bersifat racun yang sering digunakan sebagai bahan pengawet untuk contoh-contoh biologi. Akan tetapi pada prakteknya formalin banyak disalah gunakan sebagai pengawet bahan makanan seperti ikan asin, ikan basah, tahu, bakso dsb. Apabila
makanan tersebut terkonsumsi dapat mengakibatkan gangguan pada organ dan sistem metabolisme tubuh manusia (Singgih, 2013). Penelitian uji kualitatif yang dilakukan oleh Hastuti (2010), di laboratorium Teknologi Industri Pertanian terhadap sejumlah sampel ikan asin yang diuji dengan larutan asam kromatofat, seluruh sampel ternyata mengandung formalin dengan kadar beragam. Sampel ikan asin dari pasar Kamal Madura memiliki kandungan formalin 29,10 miligram per kilogram. Sampel ikan asin dari pasar Socah, dipastikan mengandung formalin 30,65 mg/kg. Sampel ikan asin dari pasar Bangkalan mengandung formalin dengan kadar 49,26 mg/kg. Sampel ikan asin yang diambil dari salah satu pasar di Sampang ternyata juga memiliki kadar formalin cukup tinggi yaitu 44,14 mg/kg. Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengetahui adakah ebi dan ikan teri medan yang mengandung formalin di Unit Pasar Sektor II Banjarmasin Selatan.