INTERVENSI MIKRO PEKERJA SOSIAL TERHADAP ANAK BERHADAPAN HUKUM DI BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA (BPRSR) YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Oleh: NOVIANA NIM 12250039 Pembimbing: Noorkamilah, S.Ag, M.Si. NIP 19740408 200604 2 002
JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Ilahi Rabbi Ibu tercinta Dosen pembimbing Adiku Sahabat-sahabatku Teman seperjuangan IKS Almamater tercinta Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Pembaca yang budiman
vi
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah, 6-8)
“Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakaan kepadamu: “berlapanglapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah, 11)
vii
KATA PENGANTAR ــــ ا ا ـــ اــــ
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan penyusunan skripsi tanpa halangan suatu apapun. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan dari zaman kegelapan hingga zaman penuh dengan rahmat ini. Penyusunan skripsi dengan judul “Intervensi Mikro Pekerja Sosial Terhadap Anak Berhadapan Hukum Di Balai Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta” ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Proses penyusunan skripsi ini tentunya banyak bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril, pemikiran maupun material. Oleh karena itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut mendukung dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada: 1. Prof. Drs. Yulian Wahyudi, M.A., Ph. D., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
viii
2. Dr. Nurjanah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 3. Arif Maftuhin, M.Ag., M.AIS., selaku Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Klijaga Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas perkuliahan dna juga memberikan ijin penelitian. 4. Asep Jahidin, S.Ag, M.Si., selaku Dosen Penasihat Akademik, terimakasih atas saran nasihat dan motivasi beliau untuk semangat menyelesaikan kuliah ini. 5. Noorkamilah, S.Ag, M.Si., selaku pembimbing yang telah memberikan ilmu, waktu, tenaga dan kesabaran untuk mengarahkan, membimbing dan memotivasi penulis mulai dari proposal hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 6. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan seluruh staf dna karyawan tata usaha yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. 7. Bapak Sutoyo, Bapak Hanta, Ibu Subingah dan Ibu Suryani selaku Pekerja Sosial di BPRSR Yogyakarta dan seluruh staf BPRSR Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. Orangtua tercinta khususnya Ibu Noniyah yang telah memberikan dukungan, motivasi, semangat, cinta, pengertian dan doa yang terus mengalir. 9. Mas Ragil Setiyawan yang tak pernah bosan mendengarkan keluh kesah penulis, memberikan banyak dukungan, motivasi dan nasihat serta membantu dalan penyusunan skripsi ini. ix
10. Sahabat-sahabatku Ratri Ramadhita, Novi, Virda, Dewi, Ratri Ayu, Okta, Diyana, dan Antoni, terimakasih atas motivasi dan inspirasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.. 11. Teman-teman seperjuangan di Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial 2012 yang selalu memberikan semangat, masukan, motivasi dan inspirasi yang sangat berharga. Terimakasih atas kebersamaan ini. Hanya kepada Allah SWT, penulis memnajatkan do’a semoga amal kebaikan mereka mendapat balasan dan ridho Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan keilmuan dan pengetahuan di UIN Sunan Klijaga Yogyakarta.
Yogyakarta, 18 Juni 2016
Noviana NIM 12250039
x
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Intervensi Mikro Pekerja Sosial Terhadap Anak Berhadapan Hukum Di Balai Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta. Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, BPRSR Yogyakarta ditunjuk sebagai salah satu LPKA penyelenggara rehabilitasi sosial. Bentuk rehabilitasi sosial tersebut salah satunya adalah intervensi mikro, menurut pengamatan peneliti belum ada penelitian tentang intervensi mikro di BPRSR Yogyakarta. Peneliti mengkaji bagaimana Pekerja Sosial melakukan serangkaian tahapan intervensi dan bentuk intervensi yang digunakan di BPRSR Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan bersifat kualitatif deskripsif. Metode dilakukan dengan observasi yaitu mengamati program-progam pelayanan, kegiatan penunjang kebutuhan anak dan kondisi anak. Wawancara terhadap subyek penelitian berjumlah 13 informan yaitu Pekerja Sosial, Psikolog, Sie Rehabilitasi, Kepala Lembaga, pihak Aparat Penegak Hukum, anggota masyarakat dan anak yang berhadapan dengan hukum. Sedangkan dokumentasi yaitu mengumpulkan tentang data-data anak, kegiatan yang dilakukan anak dan dokumen arsip profil BPRSR Yogyakarta. Analisis data yang dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan ditarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menggambarkan tahap-tahap proses pelaksanaan intervensi mikro terbagi menjadi lima tahap yaitu engagement yang melalui rujukan dari titipan Aparat Penegak Hukum, penetapan hasil diversi, putusan sidang peradilan, putusan sidang peradilan pengganti denda dan lingkungan masyarakat. Tahap selanjutnya yaitu asessment, kemudian planning, intervensi, evaluasi dan terminasi. Bentuk-bentuk pelaksanaan intervensi mikro yang dilakukan BPRSR Yogyakarta yaitu konseling individu, intervensi spiritual, pendampingan sosial dan psikoterapi yang melalui hypnoterapi dan terapi perilaku. Serta hambatan dalam proses pelaknsaan intervensi yaitu berasal dari sumber daya manusia, sarana prasaranan dan kondisi anak berhadapan dengan hukum.
Kata kunci: Intervensi Mikro, Pekerja Sosial, Anak Berhadapan dengan Hukum
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................. ii SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................................. iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iv SURAT PERNYATAAN MEMAKAI JILBAB ............................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi MOTTO ............................................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ......................................................................................................... viii ABSTRAK ........................................................................................................................... xi DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... xvi DAFTAR BAGAN............................................................................................................... xvii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8 E. Kajian Pustaka............................................................................................... 9 F. Kerangka Teoritik ......................................................................................... 13 G. Metode Penelitian.......................................................................................... 37 H. Sistematika Penulisan ................................................................................... 46
BAB II GAMBARAN UMUM BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA (BPRSR) YOGYAKARTA A. Sejarah Berdirinya ......................................................................................... 47 B. Letak Geografis ............................................................................................. 50 C. Visi Dan Misi ................................................................................................ 52
xii
D. Tugas Pokok, Fungsi dan Tujuan .................................................................. 52 E. Sarana dan Prasaran ...................................................................................... 55 F. Struktur Organisasi ....................................................................................... 59 G. Sumber Daya Manusia (SDM) ...................................................................... 60 H. Sasaran Pelayanan ......................................................................................... 62 I. Persyaratan Masuk ........................................................................................ 63 J. Proses Penerimaan ........................................................................................ 64 K. Program Pelayanan........................................................................................ 64 L. Jenis Pelayanan ............................................................................................. 65 M. Kerjasama Lintas Sektoral ............................................................................ 65 N. Data anak berhadapan dengan hukum........................................................... 66 BAB III PELAKSANAAN INTERVENSI MIKRO OLEH PEKERJA SOSIAL DI BPRSR YOGYAKARTA A. Proses Pelaksanaan Intervensi Mikro............................................................ 73 1. Tahap-tahap Pelaksanaan Intervensi Mikro ............................................ 74 a. Engagement ....................................................................................... 75 b. Assessment ........................................................................................ 90 c. Planning ............................................................................................ 94 d. Intervensi ........................................................................................... 96 e. Evaluasi dan Terminasi ..................................................................... 102 2. Bentuk-bentuk Pelaksanaan Intervensi Mikro ........................................ 110 a. Konseling Individu ............................................................................ 111 b. Intervensi Spritual ............................................................................. 117 c. Psikoterapi ......................................................................................... 118 d. Pendampingan Sosial ........................................................................ 126 B. Hambatan Pekerja Sosial Dalam Proses Pelaksanaan Intervensi Mikro ....... 130 1. Sumber Daya Manusia ............................................................................ 130 2. Sarana dan Prasarana............................................................................... 133 3. Klien ........................................................................................................ 134
xiii
BAB IV
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................... 137 B. Saran .............................................................................................................. 141
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 143 LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara 2. Daftar Riwayat Hidup 3. Dokumentasi Penelitian 4. Sertifikat
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Metode Intervensi Praktik Pekerjaan Sosial Menurut Zastrow..................... 14
Tabel 2.1
Sarana Dan Prasaranan BPRSR Yogyakarta................................................. 55
Tabel 2.2
Data Latar Belakang Pendidikan Pegawai .................................................... 61
Tabel 2.3
Data Jumlah Pegawai BPRSR Yogyakarta ................................................... 62
Tabel 2.4
Data ABH Yang Ditangani BPRSR Yogyakarta Tahun 2011-2014 ............. 66
Tabel 2.5
Daftar Respon Kasus ABH BPRSR Yogyakarta Tahun 2015 ...................... 67
Tabel 2.6
Data ABH Dalam Kasus Pembunuhan Pelajar Yang Dilakukan Oleh Anak Tahun 2015 .......................................................................................... 69
Tabel 2.7
Data ABH Di BPRSR Yogyakarta Tahun 2016 ........................................... 70
Tabel 3.1
Hasil Temuan Tahap Pelaksanaan Intervensi Mikro .................................... 109
Tabel 3.2
Hasil Temuan Bentuk Intervensi Mikro ........................................................ 129
Tabel 3.3
Hasil Temuan Hambatan Dalam Proses Pelaksanaan Intervensi Mikro ....... 136
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Presentase Pelaku Tindak Kejahatan Oleh Anak-Anak Dari Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2011............................... 3
Gambar 2.1
Tampak Depan BPRSR Yogyakarta............................................................ 50
Gambar 2.2
Peta Lokasi BPRSR Yogyakarta ................................................................. 51
Gambar 2.3
Asrama Anggrek .......................................................................................... 56
Gambar 2.4
Ruang Praktik Keterampilan Menjahit ........................................................ 57
Gambar 2.5
Ruang Praktik Keterampilan Salon ............................................................. 58
Gambar 2.6
Ruang Praktik Keterampilan Montir, Kayu Dan Las .................................. 58
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1
Skema Kerangka Pemikiran ........................................................................ 36
Bagan 2.1
Struktur Organisasi Di BPRSR Yogyakarta ................................................ 60
Bagan 3.1
Tahap-Tahap Pelaksanaan Intervensi Mikro Di BPRSR Yogyakarta ......... 74
Bagan 3.2
Intervensi Mikro Di BPRSR Yogyakarta .................................................... 110
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, dimana seorang manusia sedang berada dalam pencarian jati dirinya, ingin mengenal siapa dirinya sebenarnya.1 Seorang manusia dikatakan remaja, jika ia sudah menginjak usia belasan tahun. Di usia ini seorang manusia mengalami masa yang dinamakan masa pubertas atau kematangan fisik. Saat pubertas, biasanya manusia ingin mencoba segala sesuatu yang baru dalam hidupnya, muncul berbagai macam gejolak emosi, dan banyak timbul masalah baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya.2 Berbagai perilaku negatif yang dilakukan remaja tampak menonjol di masyarakat. Perilaku-perilaku tersebut berupa penyimpangan yang menjurus pada tindak kriminal. Menurut Kepala Badan Pemasyarakatan Kelas II Wonosari, bahwa sepanjang tahun 2014 ada 135 kasus pidana yang melibatkan anak. Kasus tersebut didominasi oleh kasus asusila, pencurian dan penganiayaan. 103 diantaranya berakhir di balik jeruji besi, sisanya mendapatkan sanksi pembinaan.3 Fakta lain dilakukan oleh pelajar Sleman,
1
Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Hlm. 10.
2
Sarlito W Sarwono. Psikologi Remaja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 07.
3
David Kurniawan, “Kenakalan Remaja: 135 Anak Tersandung Hukum”, http://www.harianjogja.com/baca/2015/01/08/kenakalan-remaja-135-anak-tersandung-kasus-hukum566123, diakses tanggal 15 Januari 2016
1
yaitu pelajar berjumlah 17 anggota mengeroyok pengguna jalan lain ketika melintas, yang akhirnya dapat diringkus oleh petugas Polsek Sleman.4 Penyimpangan perilaku maupun perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan yang ada di masyarakat biasanya disebut dengan istilah kenakalan remaja.5 Menurut Kartini Kartono bahwa yang dimaksud dengan kenakalan remaja atau juvenile delinquency adalah kejahatan atau kenakalan yang dilakukan anak-anak muda yang merupakan gejala patologi secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga mereka mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang menyimpang.6 Kenakalan remaja bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum semata, namun juga termasuk perbuatan yang melanggar norma masyarakat.7 Kenakalan yang dilakukan oleh remaja dirasakan sangat mengganggu masyarakat baik di kota maupun di desa. Sleman merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai tingkat kenakalan pada anak sangat tinggi. Berikut presentase wilayah tingkat kenakalan remaja di Yogyakarta:
4
Sunartono, “Geng Pelajar: Baru Melintas, Pengguna Jalan Ini Jadi Sasaran Kenakalan Remaja”, http://jogja.solopos.com/baca/2015/10/13/geng-pelajar-baru-melintas-pengguna-jalan-inijadi-sasaran-kenakalan-remaja-651365, diakses tanggal 15 Januari 2016. 5
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, cet.2 (Jakarta: Rajawali, 1992), hlm.
7. 6
Nasrhiana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 27. 7
Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hlm. 114.
2
Gambar 1.1 Persentase Pelaku Tindak Kejahatan Oleh Anak-Anak dari Kabupaten/Kota Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi D.I.Yogyakarta, 2011 Dari gambar tersebut dapat dilihat pelaku tindak kejahatan pada anak pada tahun 2011 terbesar sebanyak 44,58 persen berasal dari Kabupaten Sleman, 34,72 persen dari Kota Yogyakarta, sementara 10,88 persen berasal dari Bantul, 6,22 persen berasal dari Gunungkidul, dan 3,63 persen berasal dari Kulonprogo. Pelaku tindak kejahatan pada anak memicu banyaknya pemberitaan media massa terkait kasus-kasus yang terjadi selama ini. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan kasus yang terjadi pada anak dari tahun 2011 hingga April 2015 terus mengalami peningkatan. Jumlah tertinggi tercatat 6.006 kasus adalah anak berhadapan dengan hukum, 3.160 kasus pengasuhan, 1.764 kasus pendidikan, 1.366 kasus
3
terkait Napza, serta 1.032 kasus tentang pornografi dan cybercrime.8 Kebanyakan dari kasus remaja yang terlibat dengan tindak pidana disebabkan karena terlibat dengan permasalahan yang sepele seperti perkelahian. Mereka melakukan hal itu hanya untuk memperlihatkan eksistensi, tanpa melihat apa resikonya karena seorang anak belum dapat membuat keputusan yang benar. Anak-anak yang berkonflik dengan hukum dan yang dicabut kebebasan sipilnya ini, memiliki hak untuk diperlakukan dengan cara-cara yang sesuai untuk meningkatkan martabat dan harga dirinya, yang dapat memperkuat penghargaan anak pada hak-hak azasi manusia dan kebebasan dasar orang lain sesuai dengan usianya. Hak yang menyangkut hak-hak dan keadilan pidana anak yang berhadapan dengan hukum sesuai dengan Konvensi Hak Anak (Convention the Rights of the Child) yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 1990, kemudian dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, UndangUndang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.9 Semua undang-undang tersebut mengemukakan prinsip umum perlindungan anak 8
David Setyawan, Kekerasan Pada Anak Terus Meningkat, http://www.kpai.go.id/berita/kpai-pelaku-kekerasan-terhadap-anak-tiap-tahun-meningkat/ tanggal 08 Maret 2016.
dalam diakses
9
Yayasan Pemantau Hak Anak, Anak Berhadapan Denngan Hukum Dalam Perspektif Hukum Hak Asasi Manusia Internasional, dalam Anak-yang-Berhadapan-dengan-Hukum-dalamPerspektif-Hukum-HAM-Internasional3.pdf, diakses pada 23 Februari 2016
4
nondiskriminasi, kepentingan terbaik pada anak, kelangsungan hidup dan menghargai partisipasi anak. Undang-Undang Pengadilan Anak menyatakan bahwa anak didik permasyarakatan harus ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak yang terpisah dari orang dewasa.10 Kemudian dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak,11 anak yang ditangkap wajib ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus anak, apabila belum ada ruang pelayanan tersebut di wilayah yang bersangkutan, anak dititipkan di Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial
yang
disingkat
LPKS.12
Sedangkan
Lembaga
Pemasyarakatan Anak dikenal dengan Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disingkat LPKA yaitu tempat anak menjalani masa pidananya13. Lembaga tersebut merupakan institusi yang melaksanakan pembinaan terhadap pidana anak. Salah satu LPKS dan LPKA di Yogyakarta yang menangani anak berhadapan dengan hukum yaitu Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta. BPRSR Yogyakarta merupakan lembaga yang menyelenggarakan program rehabilitasi terhadap anak yang berhadapaan dengan hukum. Berdasarkan data yang dimiliki BPRSR Yogyakarta, pada 10
Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, Pasal 60.
11
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
12
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, pasal 30
13
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, pasal 3
ayat (2)
ayat (4)
5
tahun 2011 lembaga ini menangani ABH sebanyak 20 anak. Tahun berikutnya mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu menjadi 105 anak. Sedangkan tahun 2013 naik jadi 174 anak hingga 2014 ada 216 anak yang ditangani BPRSR Yogyakarta.14 Mengingat posisi anak masih labil, terlebih lagi yang berkonflik dengan hukum maka perlu adanya pendampingan dari orang yang lebih dewasa secara profesional. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, pendampingan dan penanganan kasus anak berhadapan hukum harus didampingi oleh Pekerja Sosial.15 Di BPRSR Yogyakarta terdapat Pekerja Sosial Profesional, Pramu Sosial dan Sakti Pekerja Sosial yang mendampingi dan menangani kasus anak berhadapan dengan hukum. Sebelum adanya Undang-Undang Perlindungan Anak maupun Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, istilah anak berhadapan hukum dikenal dengan anak nakal dan menjalani masa pidana di dalam sel tahanan dan semenjak berlakunya Undang-Undang tersebut anak yang menjalani masa pidana tetap mendapatkan haknya dengan direhabilitasi oleh LPKA. Sebagai upaya rehabilitasi Pekerja Sosial menggunakan beberapa metode intervensi yaitu metode intervensi mikro, mezzo dan makro. Dalam intervensi mezzo dan makro masih ada keterkaitannya dengan intervensi 14
Tomi Sujatmiko, “Kenakalan Remaja Kian Kompleks”, http://krjogja.com/m/read/253063/kenakalan-remaja-kian-kompleks.kr, diakses tanggal 20 Januari 2016 15
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, pasal 68.
6
mikro, artinya suatu kelompok atau komunitas tidak lepas dari peran individu. Intervensi mikro yang sudah dilakukan di BPRSR Yogyakarta ini yaitu konseling, intervensi spiritual dan psikoterapi. Permasalahan yang muncul yaitu bagaimana kemudian intervensi mikro yang dilakukan Pekerja Sosial dalam melakukan rehabilitasi terhadap anak yang berhadapan hukum dan hambatan apa saja yang terjadi selama melaksanakan proses intervensi, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ini. Penelitian ini dilakukan di BPRSR Yogyakarta karena BPRSR Yogyakarta merupakan salah satu lembaga di Yogyakarta yang menangani kasus anak berhadapan dengan hukum kategori kasus berat seperti pembunuhan, pencurian, perampokan pencabulan dan yang lainnya kecuali kasus Napza, dan belum ada penelitian tentang metode intervensi mikro Pekerja Sosial terhadap ABH di lembaga tersebut sebelumnya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
diatas,
dapat
dirumuskan
pokok
permasalahan dalam penelitian, yaitu: 1. Bagaimana intervensi mikro yang dilakukan Pekerja Sosial dalam menangani anak berhadapan dengan hukum di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta ? 2. Bagaimana hambatan dan tantangan yang terjadi dalam melaksanakan proses intervensi mikro oleh Pekerja Sosial di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta ? 7
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui intervensi mikro yang dilakukan pekerja sosial dalam menangani anak berhadapan dengan hukum di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian tersebut sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian
ini
diharapkan
menambah
khazanah
keilmuan
khususnya di bidang pekerjaan sosial dalam penanganan anak yang bermasalah dengan hukum sebagai upaya perlindungan anak, sehingga dapat digunakan sebagai acuan penelitian yang akan datang.
2. Manfaat praktis a. Sebagai bahan masukan dan tambahan informasi bagi Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta dan lembaga lainnya, dalam penerapan metode intervensi khususnya bagi anak berhadapan dengan hukum. b. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya secara umum mengenai rehabilitasi anak yang berhadapan
8
dengan hukum, serta mendorong peningkatan kemampuan dan keterlibatan masyarakat dalam upaya mensejahterakan dan melindungi anak.
E. Kajian Pustaka Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti telah meninjau beberapa hasil penelitian yang sesuai dan relevan untuk digunakan sebagai bahan rujukan. Adapun penelitian yang berhubungan sebagai berikut: Skripsi Endang Juliani, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial melakukan penelitian yang berjudul “Intervensi Pasien Gangguan Jiwa oleh Pekerja Sosial di Rumah Sakit jiwa Grhasia Yogyakarta”. Penelitian ini membahas tentang intervensi yang dilakukan pekerja sosial dan pandangan tenaga profesi lain seperti Dokter, Perawat, psikolog dan Terapis terhadap intervensi pekerja sosial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian yaitu intervensi yang dilakukan Pekerja Sosial terhadap pasien gangguan jiwa dilakukan secara bersama-sama dengan tim multidisiplin profesi. Dalam proses intervensi pekerja sosial menggunakan metode individu dan kelompok dengan bberapa tahapan intervensi. Pekerja sosial tidak melakukan terminasi dan follow up, karena ruang lingkup Pekerja sosial berada dalam RSJ Grhasia khsuusnya di Instalasi Rehabilitasi Mental. Penelitian ini juga membahas bahwa semua tenaga profesi yang bekerja di RSJ Grhasia merupakan satu tim
9
yang bekerja sama meskipun kurang mengenal pekerja sosial, hal ini dapat terjadi karena kurangnya komunikasi dan koordinasi dalam proses intervensi terhadap pasien gangguan jiwa.16 Skripsi Agus Fathur Rohman, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial melakukan penelitian yang berjudul “Intervensi Mikro Pekerja Sosial Terhadap anak Asuh Di Panti Sosial Anak (PSAA) Yogyakarta Unit Budhi Bhakti Wonosari-Gunung Kidul”. Penelitian ini membahas tentang pekerja sosial dalam melakukan asesmen dan intervensi mikro terhadap anak asuhnya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode “studi kasus”. Hasil penelitian ini yaitu asesmen yang dilakukan pekerja sosial terhadap anak asuh di PSAA Budhi Bhakti Wonosari adalah asesmen menyeluruh, baik itu asesmen awal maupun assessment lanjutan. pada intervensi mikro pekerja sosial terhadap anak asuh, prosesnya ada lima tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, hasil intervensi, evaluasi dan terminasi.17 Skripsi Fajar Septiyan, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial melakukan penelitian yang berjudul “Metode Intervensi Sosial Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Panti Sosial Asuhan Anak
16
Endang Juliani, Intervensi Pasien Gangguan Jiwa oleh Pekerja Sosial di Rumah Sakit jiwa Grhasia Yogyakarta, Skripsi (Yogyakarta: Jurusan IKS Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014) 17
Agus Fathur Rohman, Intervensi Mikro Pekerja Sosial Terhadap anak Asuh Di Panti Sosial Anak (PSAA) Yogyakarta Unit Budhi Bhakti Wonosari-Gunung Kidul, Skripsi (Yogyakarta: Jurusan IKS Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014)
10
Yogyakarta, unit Bimomartani”. Penelitian ini membahas tentang metode intervensi dalam mengatasi kenakalan remaja serta membahas factor penghambat
dalam
melakukan
metode
intervensi.
Hasil
penelitian
menunjukan bahwa pelaksanaan metode intervensi sosial dalam mengatasi kenakalan remaja menggunakan beberapa metode intervensi di tingkat mikro yaitu pendampingan pekerja sosial, pendampingan psikologis, pendampingan pramusosial, pendampingan keluarga dan hipnoterapi. Metode intervensi di tingkat mezzo yaitu art therapy, seni musik, seni tari, bimbingan etika budi pekerti, keterampilan sosial, bimbingan kedisiplinan dan bimbingan agama islam. Sedangkan pada tingkat makro yaitu pengasuhan di luar panti dan penyusunan rencana kesejahteraan sosial. Sedangkan faktor pendukung berhasilnya suatu metode intervensi sosial untuk mengatasi kenakalan remaja tidak terlepas dari peran pekerja sosial, praktisi, diri anak asuh maupun keluarga dari anak asuh. Dan faktor penghambat dari metode intervensi sosial yaitu terkendala sumber daya manusia, waktu yang kurang tepat, keterbatasan dana, kemampuan pekerja sosial yang berbeda, lokasi yang jauh, keterbatasan waktu dan beban tugas pekerja sosial.18 Skripsi Endah Istikhomah, mahasiswa UIN Sunan Kalijaga jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial melakukan penelitian yang berjudul “Intervensi Mikro Pekerja Sosial Medis Terhadap Pasien Terlantar Di RSUP. Dr. 18
Fajar Septiyan, Metode Intervensi Sosial Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Panti Sosial Asuhan Anak Yogyakarta, Unit Bimomartani, Skripsi (Yogyakarta: Jurusan IKS fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014)
11
Sardjito”. Penelitian ini membahas tentang intervensi mikro yang dilakukan pekerja sosial dalam penanganan terhadap pasien terlantar. Kategori terlantar di rumah sakit yaitu pasien yang ditinggalkan dalam keadaan sakit, baik keluarga pasien tersebut maupun tidak. Hasil penelitian ini pekerja sosial merencanakan intervensi berdasarkan assesment dari study dokumentasi medical record pasien, wawancara dengan klien dan evaluasi lingkungan sosial di tempat tinggal klien. Hasil assessment akan digunakan untuk merancang intervensi sebagai alternatif pemecahan masalah. Intervensi mikro pekerja sosial medis terhadap pasien terlantar yaitu pendampingan administrasi guna mendapatkan Jaminan Kesehatan, konseling individu, konseling keluarga jika keluarga ditemukan, edukasi, mediasi, penelitian kondisi
sosial
ekonomi
pasien/keluarga
jika
diperlukan,
penghubung/perantara dan brokering.19 Berdasarkan kajian pustaka tersebut, terdapat kesamaan dan perbedaan. Persamaanya adalah mengkaji tentang tahapan intervensi dan intervensi mikro yang dilakukan oleh pekerjaan sosial. Perbedaannya peneliti belum menemukan kajian tentang intervensi mikro pada penanganan anak berhadapan hukum oleh Pekerja sosial, penelitian dilaksanakan di Balai Rehabilitasi dan Perlindungan Sosial Remaja (BRPSR) Yogyakarta, dan perbedaan pada konsep pembahasan. Oleh sebab itu, sangat berbeda dengan
19
Endah Istikhomah, Intervensi Mikro Pekerja Sosial Medis Terhadap Pasien Terlantar Di RSUP. Dr. Sardjito, Skripsi (Yogyakarta: Jurusan IKS Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014)
12
beberapa kajian pustaka yang digunakan oleh peneliti. Skripsi peneliti adalah skripsi yang menitikberatkan pada proses pelaksanaan intervensi mikro yang dilakukan oleh pekerja sosial pada anak yang berhadapan dengan hukum di Balai Rehabilitasi dan Perlindungan Sosial Remaja (BRPSR) Yogyakarta. Maka dengan itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ini. F. Kerangka Teoritik 1. Tinjauan tentang Metode Intervensi Mikro dalam Praktik Pekerjaan Sosial Istilah intervensi mulai muncul dalam literature pekerjaan sosial akhir 1950-an dan awal 1960-an. Pada awalnya nampak terdapat sedikit penjelasan tentang istilah treatment (perlakuan) sebagaimana digunakan dalam gambaran studi, diagnosa dan perlakuan dari proses pekerjaan sosial.20 Intervensi adalah tindakan spesifik oleh seorang pekerja dalam kaitan dengan sistem atau proses manusia untuk menimbulkan perubahan. Tindakan ini diarahkan oleh pengetahuan dan nilai-nilia profesional serta oleh keterampilan (tingkat kompetensi) dari pekerja.21 Intervensi sosial adalah pencakupan pilihan dan upaya-upaya perubahan yang ditandai oleh situasi dan pola perilaku tertentu, dan mempengaruhi fungsi sosial orang di dalam mewujudkan perubahan 20
Louise C. Johnson, Praktek Pekerjaan Sosial (Suatu Pendekatan Generalis), ed. 5, (Bandung: Tim Penerjemah STKS Bandung, 2001), hlm. 52. 21
Ibid., hlm. 53-54
13
yang diinginkan.22 Metode intervensi sosial ini dikelompokkan berdasarkan level intervensinya, berikut kutipan dari buku Zastrow yang berjudul Social Work With Group; Menurut Zastrow, Social workers practice at three levels: (1) micro is working on a one-to-one basis with an individual, (2) mezzo is working with families and other small groups, (3) macro is working with organizations and communities or seeking changes in statutes and social policies.23 Dijelaskan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.1 Metode Intervensi Praktik Pekerjaan Sosial Menurut Zastrow
1 2
Level Intervensi Mikro Mezzo
3
Makro
No
Unit Metode Intervensi Intervensi Individu Individual casework Keluarga dan Family casework dan kelompok Family therapy group work dan Group therapy Organisasi dan Administrasi dan komunitas pengorganisasian masyarakat
Sumber: Charlez H. Zastrow, Social Group With Group, ed. 7, (America: Brooks/Cole, 2009), hlm. 48.
22
Cepi Yusrun Alamsyah, Praktik Pekerjaan Sosial Generalis: Suatu Tuntutan Intervensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 166. 23
Charlez H. Zastrow, Social Work With Group, (Amerika:Brooks/Cole Publishing, 1976)
dalam https://books.google.co.id/books?id=kqY8SQigMnwC&printsec=frontcover&dq=charles+zastrow&hl =id&sa=X&ved=0ahUKEwj9wML6_q3LAhUXkI4KHTMtC8kQ6AEIITAB#v=onepage&q=charles %20zastrow&f=false, hlm. 48, diakses pada tanggal 7 Maret 2016.
14
a. Pengertian Intervensi Mikro Pekerja Sosial Intervensi sosial mikro dikutip dari buku Zastrow yaitu: Social Casework, aimed at helping individuals on a one-to one basis to meet personal and social problems, casework may be geared to helping the client adjust to his or her environment, or to changing certain social and economic pressures that adversely affect an individual. Social casework services are provided by nearly every social welfare agency that provides direct services to people. Social casework encompasses a wide variety of activities, such as counseling runaway youth; helping unemployed people secure training or employment; counseling someone who is suicidal; placing a homeless child in an adoptive or foster home; providing protective service to abused children and their families; finding nursing homes for stroke victims who no longer need to be confined to a hospital; counseling individuals with sexual difunctions; helping alcoholics acknowledge they have a drinking problem; counseling those with terminal illness; being a probation and parole officer; providing services to single parent; and working in medical and mental hospitals as a member of a rehabilitation team).24
Penjelasan kutipan tersebut mengenai intervensi dengan individu (casework) yaitu bertujuan untuk membantu permasalahan individu dengan melakukan aktivitas pertolongan satu-satu. Satu-satu dalam hal ini satu orang pasien ditangani satu orang Pekerja Sosial. Pekerja Sosial membantu pasien baik laki-laki maupun perempuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan merubah keadaan pasien akibat tekanan sosial dan ekonomi individu tersebut. Kegiatan dalam casework meliputi: konseling, pelayanan lanjut usia, pelayanan rehabilitasi mental, medis, dll 24
Charlez H. Zastrow, Social Group With.., hlm. 48.
15
Pendekatan intervensi mikro merupakan keahlian pekerja sosial untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh individudan keluarga. Masalah sosial yang ditangani berkenaan dengan problem psikologis, seperti stress dan despresi. Hambatan relasi, penyesuaian diri, kurang percaya diri, alienasi atau kesepian dan keterasingan, apatisme hingga gangguan mental. Metode utama yang biasa diterapkan oleh pekerja sosial dalam setting mikro ini adalah terapi perseorangan
(casework)
yang
melibatkan
berbagai
teknik
penyembuhan atau terapi psikososial seperti terapi berpusat pada klien (client-centered therapy), terapi perilaku (behavior therapy) dan terapi keluarga (family therapy).25
b. Tahapan intervensi Max Siporin mengklasifikasikan proses intervensi ke dalam lima tahap, yaitu: 1) Engagement, Intake and Contract yaitu keterlibatan pekerja sosial dalam situasi, menciptakan komunikasi yang terbuka dan merumuskan hipotesa permasalahan dengan mendefinisikan peranan masing-masing yang didasarkan atas harapan klien dan hal yang ditunjukan oleh pekerja sosial. Tahap ini pekerja sosial
25
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri (Corporate Social Responsibility), cet. 1 (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm. 4
16
melakukan kontrak dengan klien terkait persetujuan tentang proses pada tahap intervensi selanjutnya.26 2) Assessment atau proses pengidentifikasian yaitu pengujian dan pengevaluasisan suatu keadaan atau situasi agar diperoleh informasi dan permasalahannya yang dapat digunakan untuk merancang rencana intervensi atau penanganan masalah.27 Assessment juga merupakan penilaian atau penafsiran terhadap situasi dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Assessment mempunyai dua tujuan, yaitu membantu mendefinikan masalah dan menunjukkan sumber-sumber yang berhubungan dengan kesemuannya.28 Untuk dapat melaksanakan assessment dengan baik, pekerja sosial perlu mengacu pada prinsip asesment sebagai berikut: a) Assessment pekerjaan sosial akan menghasilkan keunikan dan keindividualisasian tentang masalah, orang, situasi sosial dan interaksi diantara ketigannya b) Melakukan asessment perlu memahami masa lalu klien, karena hal itu berkaitan dengan kondisinya c) Assessment dapat membantu memperlancar pekerja sosial dalam penyusunan rencana intervensi d) Assessment mencakup penilaian kondisi sosial secara professional dan memberi rekomendasi bagi kegiatan intervensi.29 26
Dwi Heru Sukoco, Praktik Pekerjaan Sosial Dan Proses Pertolongannya,, hlm. 150
27
Edi Suharto, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri, cet. 2 (Bandung: Alvabeta, 2009), hlm.
28
Dwi Heru Sukoco, Praktik Pekerjaan Sosial Dan Proses Pertolongannya,, hlm. 157.
29
Ibid., hlm. 168
93.
17
3) Planning atau tahapan perencanaan adalah suatu proses rasional yang melibatkan design untuk melakukan tindakan agar mencapai tujuan yang spesifik di masa yang akan datang. Perencanaan intervensi merupakan perubahan dari pendefinisian masalah kepada solusi masalah, apa yang akan dilakukan, bagaimana, oleh siapa dan dalam sequence apa. Pada tahapan ini pula ditetapkan tujuan yang ingin dicapai.30 4) Intervention yaitu pekerja sosial dengan klien melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan kontrak, dan intervensi dilakukan berdasarkan hasil assessment yang telah diperoleh, pekerja sosial melakukan apa yang klien tidak dapat lakukan sendiri.31 5) Evaluation and
Termination yaitu evaluasi sebagai proses
pengawasan pekerja sosial dan klien terhadap pelaksanaan pemecahan masalah yang sedang berjalan. Apakah tujuan intervensi yang diinginkan sudah tercapai atau belum. Sedangkan terminasi merupakan pemutusan hubungan pekerja sosial dengan klien sesuai dengan kontrak yang telah disepakati bersama. Apabila tujuan tidak dapat atau belum tercapai, maka pekerja
30
Ibid., hlm. 173
31
Ibid., hlm. 178
18
sosial dan klien menentukan kembali apakah kembali ke proses awal atau mengakhiri.32
c. Arti Pentingnya Intervensi Pincus Minahan menjelaskan bahwa pekerja sosial dalam mencapai
tujuannya
yaitu
memecahkan
masalah
sosial
dan
meningkatkan kemapuan orang dalam berinteraksi dengan orang lain maupun dengan sistem sumber perlu melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut: 1) Help people enhance and more elfectively utilize their own problem-solving
and
coping
capacities
(membantu
orang
meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah-masalah sosial yang mereka alami) 2) Estabilish initial linkages between people and resource systems (mengkaitkan orang dengan sistem-sistem sumber) 3) Facilitate interaction and modify and built new relationship between people and societal resource systems (memberikan fasilitas interaksi dengan sistem-sistem sumber) 4) Facilitate interaction and modify and built relationships between people within resoirce systems (memberikan fasilitas di dalam sistem-sistem sumber) 32
Ibid., hlm. 182.
19
5) Contribute to the development and modification of society policy (mempengaruhi kebijakan sosial) 6) Dispence material resource (memeratakan atau menyalurkan sumber-sumber material) 7) Serve as agent of social control (memberikan pelayanan sebagai pelaksana kontrol sosial). 33
2. Bentuk-bentuk Intervensi Mikro a. Konseling individu Menurut Zulfan Saam dikutip dari Sukardi, konseling individu yaitu proses bantuan yang diberikan kepada klien dalam bentuk hubungan terapeutik antara konselor dan klien agar klien dapat meningkatkan kepercayaan diri dan penyesuaian diri atau berperilaku baru sehingga klien memperoleh kebahagiaan.34 Konseling biasanya dikenal dengan istilah penyuluhan yang secara awam dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi atau nasihat kepada pihak lain.35 Menurut Burk dan Stefflre konseling mengindikasikan hubungan professional antara konselor terlatih dengan klien, hubungan terbentuk biasanya bersifat individu ke individu, kadang juga melibatkan lebih dari satu orang suatu misal keluarga klien. Konseling didesain untuk mendolong klien dalam memahami dan mnejelaskan pandangan mereka terhadap suatu masalah yang sedang mereka hadapi mellaui 33
Ibid., hlm. 46
34
Zulfan Saam, Psikologi Konseling, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 2.
35
Makmun Khairani, Psikologi Konseling, (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2014), hlm.
6.
20
pemecahan masalah dan pemehaman karakter dan perilaku klien.36 Konseling individu selalu dilakukan oleh konselor dan klien dalam pertemuan wawancara yang menunjuk pada teknik dalam konseling. Fungsi konseling yaitu mengumpulkan data latar belakang, informasi diagnostik, dan fungsi utamanya adalah mendapatkan informasi spesifik mengenai klien. Pada prinsipnya dalam suatu konseling yang lengkap, wawancara yang dilaksankan adalah keseluruhan tahap konseling mulai dari tahap pengembangan hubungan, penyusunan model masalah klien, penyusunan tujuan konseling, implementasi strategi, tindak lanjut dan evaluasi.37 b. Konseling sebaya Menurut Tindall dan Grey, seperti dikutip oleh Suwarjo; Konseling sebaya mencakup hubungan membantu yang dilakukan secara individual (one to one helping relationship), kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian pertimbangan dan semua aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong. Carr mengemukakan bahwa konseling sebaya merupakan suatu bentuk pendidikan psikologis ytang disengaja dan sistematik. Konseling sebaya memungkinkan klien untuk meiliki keterampilan guna mengimplementasikan pengalaman kemandirian dan kemmapuan mengontrol yang snagat bermakna bagi remaja. Secara khusus konseling sebaya tidak menfokuskan pada
36
Ibid., hlm. 7.
37
Andie Mappiare, Pengantar Konseling dan Prikoterapi, Ed. 2, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 163.
21
evaluasi isi, namun lebih menfokuskan pada proses berfikir, proses perasaan dan proses pengambilan keputusan.38 c. Intervensi spiritual Teknik intervensi individu salah satunya dengan menggunakan alat hati dan lisan yaitu konseling islam. Agama islam cukup menarik bagi kehidupan manusia, hal ini tidak lepas dari tugas para Nabi sebagai figur konselor yang sangat mampu dalam memecahkan masalah (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia.39 Manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuannya dan memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Ashr ayat 1-3: ْا َ ت َو ََا ِ َ ِ " ِ!ُا ا َ ُا َو#$َ %َ & َ 'ِ( ( ِإ ا٢) ٍ ْ ُ ِ َ ن َ َْ ِ ْ ن ا ( ِإ١) ِ ْ َ ْ وَا (٣) ِ )ْ ِ* ْا َ َو ََا, + َ ْ ِ* “Artinya: (1) Demi Masa. (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentatai kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.40 Ayat tersebut menunjukan bahwa konseling dalam islam adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada klien 38
Suwarjo, Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Untuk Mengembangkan Resiliansi Remaja, dalam staff.uny.ac.id/...Si.../Peer%20Couns%20&%20Resiliensi%20Siswa.pdf, diakses tanggal 29 Maret 2016 39
Makmun Khairani, Psikologi Konseling.., hlm. 99.
40
Al-Qur’an, 103: 1-3, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Diponegoro, 2004)
22
dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaan, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika berdasarkan Qur’an dan Sunnah.41 Selain ketiga bentuk intervensi tersebut ada beberapa intervensi mikro yang lain, yaitu: d. Psikoterapi Psikoterapi merupakan proses pertolongan antara dua pihak. Pihak pertama adalah yang menolong dan pihak kedua adalah orang yang ditolong dengan tujuan membawa perubahan atau penyembuhan. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan perasaan, pikiran, perilaku maupun kebiasaaan yang ditimbulkan dengan adanya tindakan professional penolong dengan latar ilmu dan teknik terapi yang dikembangkan.42 Dalam psikoterapi ini terdapat beberapa pendekatan yang digunakan dalam terapi, diantaranya adalah: 1) Psikoanalisis Teknik ini di perkenalkan oleh Sigmund Freud. Sesuai dengan teorinya Freud mencoba menjalajahi alam ketidak sadaran pasien melalui wawancara yang dinamakan asosiasi bebas. Tahap
41
Makmun Khairani, Psikologi Konseling.., hlm. 104.
42
Subandi, Pikoterapi Pendekatan Konvensional Dan Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 2.
23
terpenting dari terapi ini yaitu klien bisa meluapkan emosi sehingga menimbulkan perasaan lega.43 2) Terapi kognitif (pemikiran) Teori belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseornag menggunakan
pikiranya
untuk
belajar,
mengingat,
dan
mneggunakan pengetahuan yang telah di peroleh dan disimpan dalam pikirannya secara efektif. Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor intern itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan tersebut teori belajar psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pefungsian kognisi, terutama unsu pikiran, dengan kata lain bahwa aktivitas belajar pada diri manusia ditentukan pada proses internal dalam pikiran yakni proses pengolahan informasi.44 3) Terapi direktif Pendekatan terapi ini lebih bersifat mengarahkan kepada anak untuk berusaha mengatasi keuslitan yang dihadapi. Pengarahan
43
Ibid., hlm. 46
44
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi), hlm. 174.
24
yang diberikan kepada anak yaitu dengan memberikan secara langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang dihadapi/dialami anak. Saran-saran yang diberikan kepada anak bagaimana sebaiknya ia harus berbuat dan bila perlu sepanjang mneyangkut kepentingan hidup keluarga, pembimbing melakukan homevisit untuk memberikan saran-saran, pandangan atau nasihat kepada orangtuanya45. 4) Hipnoterapi Hipnoterapi adalah terapi yang dilakukan pada subjek dalam hypnosis. Orang yang terhipnotis menunjukan karakter tertentu yang berbeda dan mudah di sugesti. Hipnoterapi sering digunakan untuk memodifikasi perilaku subjek, isi perasaan, sikap, juga keadaan seperti kebiasaan disfungsionnal, kecemasan, sakit sehubungan stress, manajemen rasa sakit dan perkembangan pribadi. Teknik terapi ini bisa langsung menghilangkan gejala tetapi hanya berlangsung sesaat dan akan kambuh lagi jika pengaruh sugesti sudah hilang. Namun sekarang dikembangkan teknik hipnoterapi baru sehingga klien bisa mensugesti dirinya sendiri dan bisa sembuh total tanpa tergantung dengan psikoterapi.
45
M. Arifin, Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1982), hlm. 50
25
Secara umum mekanisme kerja hipnoterapi sangat terkait dengan aktivitas otak manusia. Aktivitas ini snagat beragam pada setiap kondisi yang diindikasikan melalui gelombang otak. 46 5) Terapi perilaku Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu dan lingkungannya dimana individu itu berada. Perilaku manusia didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperrlaku. Terapi perilaku memiliki sejumlah teknik spesifik yang digunakan untuk melkaukan pengubahan perilaku berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, teknik-tersebut yaitu: a) Desentisasi sistematis Merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilkau yang diperkuat secara negative, biasanya berupa kecemasan dan ia mnyertakan respon berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik. Respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. b) Terapi impulsive Terapi impulsive dikembangkan berdasarkan atas asumsi bahwa seseorang yang secara berulang-berulang dihadapkan pada situasi pengahsil kecemasan dan konsekuensi yang
46
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010), hlm. 15-
17.
26
menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan muncul. Atas dasar asumsi ini, klien diminta untuk membayangkan
stimulus-stimulus
yang
menimbulkan
kecemasan. c) Latihan asertif Digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. d) Pengkondisian Aversi Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negative dan memperkuat perilaku positif. Dilakukan untuk meredakan simptomik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan (menyakitkan) sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.47 e. Pendampingan sosial Pendampingan sosial merupakan strategi yang sangat menentukan keberhasilan program. Sesuai dengan prinsip pekerja sosial, yaitu membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri. Peranan seorang pekerja sosial di dalam pendampingan sosial diwujudkan dalam bentuk sebagai pendamping, bukan penyembuh atau pemecah
47
Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2005), hlm.
120
27
masalah secara langsung. Dalam pendampingan sosial berpusat pada empat tugas atau fungsi yaitu pekerja sosial sebagai pemungkin atau fasilitas, penguatan, perlindungan dan pendukungan.48
3. Tinjauan tentang Pekerja Sosial Menurut International Federation of Social Worker (IFSW), pekerja sosial (sosial worker) adalah sebuah profesi yang mendorong perubahan sosial, memecahkan masalah dalam kaitannya dengan relasi kemanusiaan, memberdayakan, dan membebaskan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Dengan bertumpu pada teori perilaku manusia dan sistem sosial, pekerja sosial melakukan intervensi pada titik dimana orang berinteraksi dengan lingkunganya.49 Menurut Zastrow pekerjaan sosial adalah aktivitas professional untuk menolong individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki kapasitas mereka agar berfungsi sosial dan menciptakan kondisi-kondisi masyarakat yang kondusif untuk mencapai tujuan tersebut.50 Sedangkan menurut Undang-Undang Kesejahteraan Sosial, pekerja sosial profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga 48
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, cet. 5 (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), hlm. 93-95. 49
Miftahul Huda, Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial: Sebuah Pengantar, cet. 1 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 3. 50
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan.., hlm. 24.
28
pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.51 Menurut Parsons, Jogersen dan Hernandes seorang Pekerja Sosial mempunyai lima peran dalam pembimbingan sosial, peran tersebut yaitu: a) Fasilitator sebagai bentuk tanggungjawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau tradisional. b) Broker yaitu menghubungakan klien dengan barang dan pelayanan serta mengontrol kualitas barang dan pelayanan tersebut. c) Mediator yaitu menjembatani antara klein dengan sistem lingkungan yang menghambatnya. d) Pembela dibagi menjadi dua yaitu advokasi kasus dan advokasi kausal. Pembela kasus yaitu apabila pekerja sosial melkaukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual. Sedangkan pembelaan kausal terjadi saat klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individual melainkan sekelompok anggota masyarakat.
51
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, pasal 1 ayat (4)
29
e) Pelindung yaitu tanggungjawab pekerja sosial yang didukung oleh hukum, pekerja sosial bertindak bersadarkan kepentingan korban, calon korban dan populasi yang berisiko lainnya.52 Pekerja sosial mempunyai berbagai posisi, peranan, kewenangan dan tanggungjawab dalam proses intervensi. Pekerja sosial bertindak sebagai pemberi pelayanan langsung, pemberi nasihat, pengawas dan pembela. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam memberikan intervensi seorang pekerja sosial banyak melakukan peranan yang saling berkaitan dan melengkapi. Pekerja sosial memiliki kepercayan diri, identitas, dan pribadi yang perofesional guna diterapkan dalam proses intervensi. 4. Tinjauan tentang Anak Berhadapan dengan Hukum Sebelum munculnya istilah anak yang berhadapan dengan hukum (ABH), dikenal di masyarakat cenderung menggunakan istilah “anak nakal”. Dalam perkembangannya istilah anak nakal tersebut menunjukkan makna negatif, sehingga muncul upaya penggantian istilah tersebut menjadi anak yang berhadapan dengan hukum.53 a. Kenakalan anak Paul Moedikno, memberikan perumusan bahwa juvenile delinquency yaitu semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu
52
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan.., hlm. 97-103.
53
Nasriana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Indonesia. (Jakarta, Rajawali Pers, 2012), hlm 29.
30
kejahatan, bagi anak-anak merupakan delinquency. Jadi semua tindakan yang dilarang oleh hokum pidana, seperti: mencuri, menganiaya, membunuh dan sebagainya. Perbuatan penyelewengan dari noerma kelompok tertentu yang menimbulkan keonaran dalam masyarakat, misalnya memakai celanan jengki tidak sopan, mode you can see dan sebagianya. Perbuatan yang menunjukan kebutuhan perlindungan bagi sosila, termasuk gelandangan, pengemis dan lainlain.54 Perilaku yang menyimpang atau melanggar hukum dibagi menjadi empat jenis, yaitu: 1) Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lainlain. 2) Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain. 3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat. Di Indonesia mungkin dapat juga dimasukkan hubungan seks sebelum nikah dalam jenis ini. 4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan membolos, mengingkari ststus orang tua dengan minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.55
b. Pengertian Anak Berhadapan dengan Hukum Menurut Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, pengertian anak berhadapan hukum adalah anak yang berkonflik 54
Nasriana, Perlindungan Hukum Pidana.., hlm 26.
55
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Pt Grafindo Persada,2007), hlm. 209
31
dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana.56 Anak yang berkonflik dengan hukum tersebut yaitu anak yang diduga melakukan tindak pidana. Kemudian anak yang menjadi korban tindak pidana yaitu seorang anak yang belum berumur 18 tahun yang mengalami penderitaan dan kerugian disebabkan oleh tindak pidana. Sedangkan anak yang menjadi saksi tindak pidana yaitu seorang anak yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan dalam sidang suatu perkara pidana yang dialaminya atau dilihatnya. Anak yang berkonflik dengan hukum tersebut dengan batasan usia kurang dari 18 tahun.
c. Batas Usia Pemidanaan Anak Batas usia adalah pengelompokan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum, sehingga anak tersebut beralih status menjadi dewasa atau menjadi seorang subjek hukum yang dapat bertanggung jawab secara mandiri terhadap perbuatanperbuatan dan tindakan hukum yang dilakukan anak.57 Di Indonesia ketentuan batas usia yang dapat diajukan ke pengadilan dalam sistem peradilan pidana anak dalam Undang-Undang Pengadilan Anak, yaitu
56
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, pasal 1 ayat
(2) 57
Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2011), hlm. 49.
32
batas usia minimal anak yang dapat diajukan ke pengadilan dan batas usia maksimal anak untuk dapat mepertanggungjawabkan. Batas ini sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pradilan Pidana yaitu anak yang berumur 12 (dua belas) tahun. Patokan umur 12 (dua belas) tahun sebagai usia minimal didasarkan pada ketentuan Undang-Undang Peradila Pidana Anak yang menyatakan “anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.”58 Diatur lebih lanjut, dalam hal anak melakukan tindak pidana pada batas umur 12 tahun sampai umur 18 tahun dan diajukan sidang setelah anak melampaui batas umur tersebut, tetapi belum mencapai umur 21 tahun, tetap diajukan ke sidang anak.59 Apabila anak yang belum mencapai umur 12 tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, maka anak tersebut sebatas dilakukan pemeriksaan oleh penyidik saja. Selanjutnya anak tersebut diserahkan kepada orangtua, wali atau orangtua asuhnya. Anak dapat diserahkan kepada Departemen Sosial apabila anak tersebut tidak dapat dibina oleh orantua, wali atau orangtua asuhnya.60 Batas usia
58
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Pasal 1 ayat
59
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Pasal 20
(3)
60
Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak Indonesia, hlm. 51
33
minimal anak untuk dapat dipertanggungjawabkan menurut UndangUndang Pengadilan Anak dibagi dalam dua kelompok yaitu usia anak yang hanya dapat dijatuhi sanksi tindakan dan usia anak yang dapat dijatuhi sanksi pidana. Anak yang berusia 8 tahun dan belum mencapai umur 14 tahun hanya dapat dijatuhkan tindakan.61 Sedangkan anak yang berusia 12 tahun dan belum mencapai 18 tahun dapat
dijatuhi
sanksi
pidana.
Batas
usia
maksimal
untuk
mempertanggung-jawabkan pidana anak yaitu apabila anak telah mencapai umur 18 tahun. Penanganan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum adalah merupakan tanggung jawab dan kewajiban bersama antara masyarakat dan pemerintah, seperti yang dijelaskan dalam UU Perlindungan Anak, yaitu: 62 1. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum, meliputi anak berkonflik dan anak korban tindak pidana adalah merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat; 2. Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat
dan
hak-hak
anak,
penyediaan
petugas
pendamping khusus anak sejak dini, penyediaan sarana dan 61
Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Pasal 69 ayat
62
Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 64
(2)
34
prasarana khusus, penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan terbaik anak, pemantauan dan pencatatan secara continue terhadap perkembangan anak, pemberian jaminan untuk berhubungan dengan orang tua atau keluarga, perlindungan dari pemberitaan oleh media dan menghindar dari labelisasi 3. Dengan upaya rehabilitasi baik dalam lembaga maupun diluar lembaga, upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi, pemberian jaminan keselamatan bagi sanksi korban ahli baik fisik mental maupun sosial, pemberian aksesibilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan perkara.
35
Berdasarkan latar belakang dan teori yang telah dipaparkan, maka peneliti membuat kerangka pemikiran dalam bentuk skema yang berisi konsep penelitian mengenai proses rehabilitasi ABH yang dilakukan oleh pekerja sosial di BPRSR Yogyakarta. Bagan 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
Metode Intervensi Mikro Pekerja Sosial Terhadap Anak Berhadapan Hukum
Meningkatnya perilaku menyimpang pada anak atau kenakalan remaja yang berakibat pada tindak kriminalitas
Tindakan yang diproses secara hukum:
Intervensi Mikro : Bimbingan konseling Bimbingan Spiritual Pendampingan proses hukum Psikoterapi
Klien mendapatkan bimbingan dan pendampingan secara khusus sesuai dengan hak anak yang tercantum dalam UU Perlindungan Anak dan UU Sistem Peradilan Pidana Anak
Intervensi mezzo : Bimbingan Keterampilan Bimbingan fisik Dinamika kelompok
Klien dapat merubah perilaku dari perilaku negatif menjadi berperilaku yang lebih baik
Intervensi Makro : Kebijakan panti terkait penanganan ABH Bantuan sosial
Adanya evaluasi terkait pemberian pelayanan terhadap ABH sesuai dengan UU Perlindungan Anak
Anak Berhadapan Hukum
Dilakukan pembinaan: Rehabilitasi Anak Berhadapan Hukum Di BPRSR
36
G. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, adalah: 1. Jenis penelitian Penelitian ini termasuk field research atau penelitian lapangan, yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subjek yang diteliti serta interaksinya dengan lingkungan.63 Metode penelitian ini adalah kualitatif, yaitu berusaha mengungkapkan suatu masalah yang terjadi kemudian menganalisa informasi dengan data yang didapat. Data berupa naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumentasi pribadi, catatan atau memo dan dokumentasi resmi lainnya.64
2. Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta, yang beralamat di Beran, Tridadi, Sleman, Yogyakarta tepatnya depan Stadion Tridadi.
63
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Pendekatan Praktis Dalam Penelitian, (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010), hlm. 21. 64
Lexi J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm. 6.
37
3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah sumber utama mengenai variable yang diteliti, dalam memperoleh data dan keterangan penelitian.65 Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi yang dapat memberikan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Pengambilan informan telah dilakukan peneliti dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan jenis penarikan sampel dengan tujuan khusus yaitu melihat situasi. Memilih informan harus sesuai dengan pokok masalah penelitian dan mengidentifikasikan masalahmasalah khusus yang sesuai dengan penelitian.66 Jadi teknik pengambilan sampel secara sengaja oleh peneliti, dengan menentukan sendiri sampel yang akan diambil karena pertimbangan tertentu sesuai dengan teori yang digunakan. Maka untuk menentukan subjek penelitian ini digunakan cara teoritical sampling. Sesuai dengan teori yang digunakan yaitu tentang ABH maka peneliti telah mencari informasi mengenai latar belakang ABH, klasifikasi ABH, persyaratan ABH masuk balai rehabilitasi, penerimaan ABH, batas usia pemidanaan ABH, proses hukum ABH dan kasus-kasus ABH yang dapat digali dari sumber informasi yaitu Pekerja Sosial, Psikolog
65
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, cet. 2 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 35.
66
W. Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative And Quantitative Approaches, cet. 7 (Boston: Allyn And Balcon, 2000), hlm. 198.
38
dan Sie Rehabilitasi. Teori selanjutnya tentang intervensi mikro pekerja sosial, peneliti telah mencari informasi mengenai tahapan intervensi, bentuk intervensi mikro, proses intervensi mikro dan pentingnya intervensi kepada Pekerja Sosial. Sedangkan informasi tentang program layanan rehabilitasi, tugas pokok Pekerja Sosial dan keterlibatan lembaga dalam pendampingan anak kepada Kepala Rehabilitasi. Informasi tentang Kasus ABH dan proses intervensi mikro juga telah diklarifikasi kepada penerima pelayanan intervensi yaitu anak yang sedang menjalani rehabilitasi atau ABH yang bersangkutan. Informasi yang dicari selanjutnya yaitu mengenai hambatan dalam proses intervensi mikro oleh Pekerja Sosial, yang dapat menjadi sumber informasi adalah pekerja sosial, Psikolog, Sie Rehabilitasi dan Kepala Rehabilitasi. Maka subyek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Tiga Orang Pekerja Sosial 2) Satu Orang Psikolog/Konselor 3) Satu Orang Terapis/Sie Rehabilitasi 4) Satu Orang Kepala BPRSR Yogyakarta 5) Satu orang Pihak Aparat Penegak Hukum 6) Satu orang Anggota Masyarakats 7) Enam Orang Klien yaitu Anak berhadapan dengan hukum yang sedang menjalani rehabilitasi
39
Sedangkan objek penelitian sebagai masalah yang telah diteliti adalah intervensi mikro Pekerja Sosial terhadap anak berhadapan hukum di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta 4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi menggunakan
merupakan
indera
teknik
sehingga
tidak
pengumpulan hanya
data
dengan
dengan
pengamatan
menggunakan mata. Instrumen yang digunakan dalam observasi yaitu panduan pengamatan dan lembaran pengamatan.67 Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan secara sistematis terhadap fenomena
subjek
yang
relevan
untuk
menjawab
masalah
atau
pertanyaan.68 Observasi yang digunakan peneliti bersifat partisipan, artinya peneliti terlibat dengan beberapa kegiatan sehari-hari terhadap subjek yang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian tetapi tidak semuanya.69 Observasi telah dilakukan pada bulan Maret dengan seksama terhadap informan dan mencatat poin penting tentang Pekerja Sosial diantaranya bimbingan spiritual atau agama dan bimbingan konseling, bimbingan keterampilan bimbingan mental, psikoterapi serta interaksi
67
Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Pendekatan Praktis Dalam Penelitian, hlm. 192. 68
Lexi J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 177
69
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, cet. 5 (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 66.
40
Pekerja Sosial dengan anak asuh. Observasi terhadap perilaku anak binaan dan segala aktivitas anak binaan di dalam BPRSR Yogyakarta. Selain itu, peneliti juga telah melakukan observasi terhadap sarana dan prasana penunjang kebutuhan anak. b. Wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.70 Wawancara yang peneliti lakukan disini adalah wawancara terstruktur, yaitu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Setiap informan diberi pertanyaan yang sama, dan peneliti mencatatnya.71 Wawancara telah dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei dengan menggunakan pedoman wawancara mengenai intervensi mikro terhadap anak berhadapan hukum. Peneliti telah melakukan wawancara terhadap seluruh informan yaitu Pekerja Sosial, Psikolog, Terapis, Kepala BPRSR Yogyakarta dan anak binaan yang sedang menjalani rehabilitasi.
70
Lexi J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 186.
71
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, cet. 20 (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 233
41
c. Teknik Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Metode dokumentasi ini bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lainnya. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang berupa gambar, patung, film dan lain-lain.72 Dengan metode ini, maka dapat melacak sejumlah data, baik berupa bukubuku, surat-surat, laporan atau catatan tertulis lainnya tentang sejarah dan perkembangannya, sarana dan sumber dana serta data yang tidak diperoleh dari metode dari metode sebelumnya. Dan dapat juga dijadikan sebagai penguat dari data yang diperoleh sebelumnya. Pada penelitian ini teknik dokumentasi telah digunakan untuk mengetahui profil dan arsip BPRSR, data seluruh anak binaan, klasifikasi ABH, struktur organisasi, dan data yang mendukung lainnya.
5. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan upaya yang dilakukan melalui jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
72
dikelola,
mensintetiskannya,
mencari
dan
menemukan
pola,
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, hlm. 240
42
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.73 Model data yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu penyajian data dalam bentuk tulisan bukan rangkaian angka dan menerangkan apa adanya sesuai dengan data yang diperoleh dari penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada konsep Mathew B. Miles dan A Michael Huberman, yaitu:74 a. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, menfokuskan pada halhal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi
memberikan
gambaran
yang
lebih
jelas,
dan
mempermudah melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Proses reduksi data berlangsung terus-menerus selama proses penelitian. b. Penyajian Data (Data Display) Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Adapun bentuk penyajian yang biasa digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks narasi. 73
Lexi J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 248.
74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, hlm. 246-253.
43
c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi (Conclusing Drawing) Menarik kesimpulan yaitu proses pemaknaan atas benda-benda, keteraturan-keteraturan, pola-pola penjelasan dan alur sebab akibat dalam penyajian data. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang
valid
dan
konsisten
saat
peneliti
kembali
ke
lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Analisis
data
yang
telah
mengumpulkan
data
terlebih
peneliti
dahulu
lakukan
kemudian
yaitu
dengan
menyusun
dan
mengklarifikasi. Selanjutnya dianalisis dalam bentuk kalimat yang sederhana dan mudah dipahami sehingga data tersebut dapat diambil pengertiannya untuk mencapai kesimpulan sebagai hasil dari penelitian.
6. Uji Keabsahan Data Salah satu syarat dari analisis data adalah data yang valid. Maka sebuah penelitian kualitatif perlu mengadakan sebuah validasi data. Teknik yang digunakan dalam validitas penelitian yaitu dengan menggunakan teknik triangulasi.75 Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang 75
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatin Kuantitatif), (Yogyakarta: UII Press, 2007) hlm. 145.
44
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.76 Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai seumber dengan berbagai cara dan waktu.77 Penelitian ini menggunakan jenis triangulasi sumber yaitu memanfaatkan sesuatu yang lain dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi dari hasil data yang diperoleh. Langkah-langkah penggunaan triangulasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 78 a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah, tinggi, orang berada, orang pemerintah e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
76
Lexi J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 178.
77
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, hlm. 125.
78
Lexi J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 178
45
H. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah penyusunan dan pemahaman skripsi, maka perlu disusun pembagian sistematika penulisan ke dalam beberapa bagian. BAB I. Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II. Dalam bab ini penulis membahas mengenai gambaran umum Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta yang meliputi sejarah berdiri, visi misi lembaga, letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana dan sumber dana. BAB III. Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai metode intervensi mikro Pekerja Sosial terhadap anak berhadapan dengan hukum, yang memuat tahap intervensi mikro dan bentuk-bentuk intervensi mikro. Serta hambatan yang terjadi dalam melaksanakan proses intervensi oleh Pekerja Sosial. BAB IV. Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan, saransaran yang diperlukan dan lampiran dokumen yang mendukung penelitian ini.
46
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Lembaga sosial yang menangani anak yang berhadapan dengan hukum adalah lembaga yang mendapatkan rekomendasi khusus oleh pemerintah. Salah satu lembaga tersebut adalah BPRSR Yogyakarta yang mempunyai tugas melindungi anak berhadapan dengan hukum dari ancaman pihak lain. upaya yang dilakukan BPRSR Yogyakarta adalah memberikan pelayanan dalam bentuk rehabilitasi sosial. Salah satu bentuk rehabilitasi sosial adalah intervensi mikro yang dilakukan oleh Pekerja Sosial. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tahap-tahap dalam proses pelaksanaan intervensi mikro terbagi menjadi lima tahap yaitu engagement, asessment, planning, intervention, dan evaluasi and termination. a. Engagement merupakan keadaan dimana Pekerja Sosial melakukan kontrak pelayanan terhadap klien. Engagement tersebut biasa disebut dengan penerimaan. Sedangkan engagement di BPRSR Yogyakarta ini melalui rujukan dari berbagai pihak dan lembaga terkait yaitu pertama titipan Aparat Penegak Hukum, kedua rujukan dari penetapan hasil diversi, ketiga rujukan dari hasil putusan sidang peradilan, keempat 137
rujukan dari hasil putusan peradilan pengganti denda/subside dan kelima rujukan dari lingkungan masyarakat tempat tinggal klien. hasil dari engagement ini adalah klien diterima sebagai penerima manfaat pelayanan di BPRSR Yogyakarta. b. Assessment yaitu Pekerja Sosial melakukan penggalian data dari latar belakang keadaan klien hingga permasalahan klien secara mendalam. Asessement di BPRSR Yogyakarta ini bersifat fleksibel yang dapat dilakukan kapan saja bahkan pada saat pemberian pelayanan berlangsung. Hasil dari assessment ini data-data klien terkumpul dan Pekeraj Sosial dapat menganilasa permasalahan sesuai dengan kondisi klien. c. Planning yaitu Pekerja Sosial merumuskan program intervensi berdasarkan hasil assessment, Pekerja Sosial bekerja sama dengan berbagai pihak terkait membuat sebuah perencanaan program sesuai dengan kebutuhan klien. hal ini akan menghaislkan sebuah program intervensi mikro yang tepat dan sesuia dengan kebutuhna dna kondisi klien. d. Intervensi merupakan program terpenting dalam sebuah pelayanan, dengan intervensi ini Pekerja Sosial dapat memecahkan permasalahan klien sehingga beban permasalahan klien berkurang. Selain itu dengan intervensi yang diberikan oleh Pekerja Sosial dapat merubah perilkau klien menjadi lebih baik dan positif.
138
e. Evaluasi dan terminasi, evaluasi yang dilakukan Pekerja Sosial yaitu mengkaji apakah program pelayanan yang diberikan kepada klien berhasil ataupun sebaliknya, juga memberikan penilaian terhadap perubahan diri klien apakah menjadi lebih baik atau sebaliknya. Sedangkan terminasi yaitu Pekerja Sosial melakukan pemutusan kontrak pelayanan kepada klien. hasil dari terminasi ini pelayanan yang diberikann kepada klien sudah berakhir.
2. Bentuk-bentuk pelaksanaan intervensi mikro yang digunakan BPRSR Yogyakarta sebagai salah satu upaya rehabilitasi sosial adalah konseling individu, intervensi spiritual, pendampingan sosial dan psikoterapi yang terbagi menjadi dua terapi yaitu hypnoterapi dan terapi perilaku. a. Konseling individu, merupakan bentuk intervensi yang dilakukan Pekerja Sosial untuk memecahkan masalah klien, selain itu juga untuk meringankan beban klien. dengan memberikan konseling individu klien akan merasa lebih tenang dan terlindungi. b. Intervensi spiritual yang dilakukan Pekerja Sosial ini dengan cara memberikan konseling islam,
dalam kegiatan ini Pekerja Sosial
memberikan pelajaran tentang islam dan menumbuhkan sikap kepercayaan dan keyakinan kepada Tuhan yang Maha Esa. Dengan diberikan intervensi spiritual ini akan menumbuhkan ketaatan beragama dalam diri klien.
139
c. Psikoterapi yaitu kegiatan yang dilakukan Pekerja Sosial dengan beberapa terapi untuk mengembalikan keadaan jiwa klien yang tergangu. Psikoterapi di BPRSR Yogyakarta terbagi menjadi dua terapi yaitu hypnoterapi dan terapi perilaku. Hypnoterapi merupakan suatu tekanik penyembuhan dengan metode hipnotis, terapi ini dilakukan Pekerja Sosial dengan cara memberikan sugesti positif kepada pikiran bawah sadar. Hasil dari hypnoterapi ini dapat mengurangi
gangguan psikologis pada klien. Sedangkan terapi
perilaku adalah terapi yang dilakukan dengan mempengaruhi emosi untuk
merubah
perilaku
klien
menjadi
lebih
baik,
dengan
mendapatkan terapi ini akan muncul perilaku positif dalam diri klien.
3. Hambatan dalam proses intervensi mikro ini dibagi menjadi tiga kategori, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan hambatan dari diri klien. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa hambatan yang terjadi mengenai sumber daya manusia adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia dan latar belakang pendidikan sebagian besar pegawai di BPRSR Yogyakarta bukanlah dari kesejahteraan sosial. Kemudian hambatan mengenai sarana dan prasarana yaitu ada beberapa ruangan di BPRSR yang tidak terawatt khususnya WC di luar asrama yang tidak layak digunakan. Bangunan fisik BPRSR Yogyakarta belum mendukung khususnya dalam menangani anak berhadapan hukum hal ini seperti pagar tembok yang mengelilingi bagunan masih rendah yang dapat memungkinkan klien bisa melarikan 140
diri. Kemudian transportasi yang kurang memadai yaitu lembaga belum mempunyai mobil dinas sehingga akan merasa kesulitan ketika penjemputan klien dan mengantar klien menghubungkan ke sistem sumber terkait. Hambatan terakhir berasal dari diri klien yaitu tingkat kebohongan seorang anak berhadapan dengan hukum sangatlah tinggi sehingga Pekerja Sosial dan berbagai pihak sering mengalami kesulitan dalam membuat keputusan.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penulis mengajukan beberapa saran yang dapat menjadi masukan bagi BPRSR Yogyakarta. Adapun saran peneliti sebagai berikut: 1. Mengingat bahwa pengertian dan pemahaman masyarakat tentang perlindungan anak yang berhadapan hukum sangat minim, maka sebaiknya pihak lembaga sering mengadakan sosialisasi secara langsung maupun lewat media massa 2. Melibatkan masyarakat dalam penanganan anak berhadapan dengan hukum agar masyarakat ikut andil dalam bagian rehabilitasi sosial 3. Para pegawai diharapkan lebih mendalami pengetahuan tentang anak yang berhadapan hukum agar nantinya informasi tentang hal tersebut semakin detail dan program pelayanan yang diberikan kepada anak lebih maksimal sesuai dengan kebutuhanya.
141
4. Segera memperbaiki sarana dan prasarana agar fasilitas bagi anak berhadapan hukum lebih memadai
142
DAFTAR PUSTAKA
Buku: Al-Qur’an, 103: 1-3, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Diponegoro, 2004.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999. Heru, Dwi Sukoco, Praktik Pekerjaan Sosial Dan Proses Pertolongannya, Bandung: Koperasi Mahasiswa STKS Bandung, 2011 Huda, Miftahul, Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial: Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Idrus, Muhammad, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatin Kuantitatif), Yogyakarta: UII Press, 2007. Johnson, C. Louise, Praktek Pekerjaan Sosial (Suatu Pendekatan Generalis), Bandung: Tim Penerjemah STKS Bandung, 2001. Kartono, Kartini, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Jakarta: Rajawali, 1992. Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Pedoman Operasional Komite Perlindungan Dan Rehabilitasi Sosial Anak Brhadapan Dengan Hukum,Jakarta: Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, 2012 Khairani , Makmun, Psikologi Konseling, Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2014 Mamang, Etta Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Pendekatan Praktis Dalam Penelitian, Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2010 Mappiare, Andie, Pengantar Konseling dan Prikoterapi, Ed. 2, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011. Moeloeng, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 Nasrhiana, Perlindungan Hukum Pidana Bagi Anak Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
143
Neuman, W. Lawrence, Social Research Methods Qualitative And Quantitative Approaches, cet. 7, Boston: Allyn And Balcon, 2000. Roberts, R. Albert,Buku pintar Pekerja Sosial: Social Workers’ Desk Reference, Jilid 2, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009. Saam, Zulfan, Psikologi Konseling, Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Sarwono, Sarlito W, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Sarwono, Sarlito W, Psikologi Remaja, Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Subandi, Pikoterapi Pendekatan Konvensional Dan Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2014. Suharto, Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT Refika Aditama, 2014 Suharto, Edi, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri (Corporate Social Responsibility), Bandung: PT Refika Aditama, 2007 Suharto, Edi, Pekerjaan Sosial Di Dunia Industri (Corporate Social Responsibility), Bandung: Alvabeta, 2009 Wahyudi, Setya, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Yogyakarta: Genta Publishing, 2011. Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: CV Andi Offset, 2010. Yusrun, Cepi , Praktik Pekerjaan Sosial Generalis: Suatu Tuntutan Intervensi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015. Skripsi/Jurnal: Agus Fathur Rohman, Intervensi Mikro Pekerja Sosial Terhadap anak Asuh Di Panti Sosial Anak (PSAA) Yogyakarta Unit Budhi Bhakti Wonosari-Gunung Kidul, Skripsi (Yogyakarta: Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014) 144
Endah
Istikhomah, Intervensi Mikro Pekerja Sosial Medis Terhadap Pasien Terlantar Di RSUP. Dr. Sardjito, Skripsi (Yogyakarta: Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014)
Endang Juliani, Intervensi Pasien Gangguan Jiwa oleh Pekerja Sosial di Rumah Sakit jiwa Grhasia Yogyakarta, Skripsi (Yogyakarta: Jurusan Ilmu Kesejahetraan Sosial Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014) Fajar Septiyan, Metode Intervensi Sosial Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja Di Panti Sosial Asuhan Anak Yogyakarta, Unit Bimomartani, Skripsi (Yogyakarta: Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga, 2014) Undang-Undang: Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Website: Charlez H. Zastrow, Social Group With Group, dalam https://books.google.co.id/books?id=kqY8SQigMnwC&printsec=frontcover& dq=charles+zastrow&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj9wML6_q3LAhUXkI4K HTMtC8kQ6AEIITAB#v=onepage&q=charles%20zastrow&f=false, diakses pada tanggal 7 Maret 2016. David
Kurniawan, “Kenakalan Remaja: 135 Anak Tersandung Hukum”, http://www.harianjogja.com/baca/2015/01/08/kenakalan-remaja-135-anaktersandung-kasus-hukum-566123, diakses tanggal 15 Januari 2016
David
Setyawan, Kekerasan Pada Anak Terus Meningkat, dalam http://www.kpai.go.id/berita/kpai-pelaku-kekerasan-terhadap-anak-tiap-tahunmeningkat/ diakses tanggal 08 Maret 2016.
Sunartono, “Geng Pelajar: Baru Melintas, Pengguna Jalan Ini Jadi Sasaran Kenakalan Remaja”, http://jogja.solopos.com/baca/2015/10/13/geng-pelajar-
145
baru-melintas-pengguna-jalan-ini-jadi-sasaran-kenakalan-remaja-651365, diakses tanggal 15 Januari 2016. Suwarjo, Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Untuk Mengembangkan Resiliansi Remaja, dalam staff.uny.ac.id/...Si.../Peer%20Couns%20&%20Resiliensi%20Siswa.pdf, diakses tanggal 29 Maret 2016. Tomi
Sujatmiko, “Kenakalan Remaja Kian Kompleks”, http://krjogja.com/m/read/253063/kenakalan-remaja-kian-kompleks.kr, diakses tanggal 20 Januari 2016
Yayasan Pemantau Hak Anak, Anak Berhadapan Denngan Hukum Dalam Perspektif Hukum Hak Asasi Manusia Internasional, dalam Anak-yang-Berhadapandengan-Hukum-dalam-Perspektif-Hukum-HAM-Internasional3.pdf, diakses pada 23 Februari 2016
146
LAMPIRAN
BERITA ACARA PENERIMAAN TITIPAN ANAK Nomor : ........ /.............../......../20...
Pada hari ini .................. tanggal ..........................bulan .................... tahun .................................. yang bertanda tangan dibawah ini :
1. Nama
: ...................................................................................................................
Jabatan Instansi Alamat
: ................................................................................................................... : ................................................................................................................... : ................................................................................................................... ................................................................................................................... selaku penitip/ perujuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA
2. Nama
: RUJITO, SH, MH
Jabatan : Kepala Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja Instansi : BPRSR Yogyakarta Alamat : Beran, Tridadi, Sleman selaku Pengelola LPKS-BPRSR Yogyakarta selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA Bahwa berdasarkan ................................................. Nomor:.....................................tanggal ............................. maka PIHAK PERTAMA menitipkan/ merujuk Anak yang Berhadapan dengan Hukum kepada PIHAK KEDUA sebanyak ........... (..........................) anak untuk mendapatkan playanan perlindungan/ pembinaan selama dalam proses hukum. Berikut nama – anak sebagai berikut : No
Nama Anak
Asal
Usia
Jenis Kelamin
Keterangan
Selanjutnya PIHAK PERTAMA akan kooperatif dan selalu berkoordinasi dengan PIHAK KEDUA apabila terjadi suatu hal termasuk perkembangan proses hukum. Demikian Berita Acara Penitipan ini dibuat digunakan sebagaimana mestinya. Yang Menerima: PIHAK KEDUA ................................................
Yang menyerahkan PIHAK PERTAMA ...............................................
................................................ NIP.
.............................................. NIP/ NRP. Saksi-saksi
1. ...............................................
Instansi : ................................................
2. ...............................................
Instansi : .................................................
SURAT PERNYATAAN
Pada hari ini ………………tanggal…………………………bulan……………………..tahun …………………………………… bertempat di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR)Yogyakarta , saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: ..................................................................................................................
Jabatan Instansi Alamat
: ................................................................................................................... : ................................................................................................................... : .................................................................................................................. . ................................................................................................................. Bahwa kami bertindak atas nama instansi……………………………………………………. telah menitipkan Anak yang Berhadapan dengan Hukum sebanyak : ………………….(……………...............................) orang. Dengan ini menyatakan : 1) Bahwa kami menjamin keamanan ABH yang kami titipkan beserta LPKS- BPRSR Yogyakarta selama masa penitipan. 2) Bahwa kami tidak akan menuntut apabila terjadi hal - hal khusus ( anak kabur dll ) yang diluar kemampuan lembaga . 3) Bahwa kami akan mejemput dan mengantar ABH sesuai kebutuhan proses peradilan . 4) Bahwa Jangka waktu penitipan selama .......... (......................) hari dan apabila diperlukan akan diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5) Bahwa kami akan memberikan ijin kepada anak untuk keperluan pendidikan dan pelaksanaannya diatur sesuai kesepakatan beberapa pihak yang terkait. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk menjadikan maklum bagi yang berkepentingan. Yogyakarta, …………………………………. Saksi-saksI :
1. ……………………………………………… NIP.
Yang membuat Pernyataan,
(…………………………..) ………………………………………… NIP/NRP
2. ……………………………………………… NIP/NRP.
(…………………………..)
BERITA ACARA PENYERAHAN KLIEN Nomor : ........ /.............../......../20...
Pada hari ini .................. tanggal .....................................bulan ........................... tahun .................................. yang bertanda tangan dibawah ini :
1. Nama
: RUJITO, SH, MH
Jabatan : Balai Perlindungan dan Rehabilitsi Sosial Remaja Instansi : BPRSR Yogyakarta Alamat : Beran, Tridadi, Sleman selaku Pengelola LPKS-BPRSR Yogykarta disebut sebagai PIHAK PERTAMA
2. Nama
: ...................................................................................................................
Jabatan Instansi Alamat
: ................................................................................................................... : ................................................................................................................... : ................................................................................................................... ...................................................................................................................
Bahwa berdasarkan .................................................Nomor :.............................tanggal........................., maka PIHAK PERTAMA menyerahkan kembali Anak yang Berhadapan dengan Hukum kepada PIHAK KEDUA sebanyak ........... (..........................) anak untuk menjalani proses selanjutnya. Berikut nama – anak sebagai berikut : No
Nama Anak
Tempat Tgl
Jenis Kelamin
Asal
Keterangan
Lahir/ Usia
Demikian Berita Acara ini dibuat UNTUK digunakan sebagaimana mestinya. Yang Menerima: PIHAK KEDUA ................................................
Yang menyerahkan PIHAK PERTAMA ...............................................
................................................ NIP./ NRP
.............................................. NIP. Saksi-saksi
1. ...............................................
Instansi :
................................................
2. ...............................................
Instansi :
.................................................
SURAT KETERANGAN TELAH SELESAI MENJALANI SUBSIDER Nomor : ........ /.............../......../20...
Pada hari ini .................. tanggal ..........................bulan .................... ................tahun .................................. yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: RUJITO, SH, MH
Jabatan : Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja Instansi : BPRSR Yogyakarta Alamat : Beran, Tridadi, Sleman Dengan ini menerangkan bawa :
1. Nama
: ...................................................................................................................
Tempat dan tgl lahir : ................................................................................................................... Alamat : ................................................................................................................... ...................................................................................................................
2. Nama
: ...................................................................................................................
Tempat dan tgl lahir : ................................................................................................................... Alamat : ................................................................................................................... ...................................................................................................................
3. Nama
: ...................................................................................................................
Tempat dan tgl lahir : ................................................................................................................... Alamat : ................................................................................................................... ................................................................................................................... Telah menjalani Subsider Bahwa berdasarkan ................................................. Nomor: ............................. tanggal................................., selama .............(.........................................) hari terhitung mulai tanggal ................................ sampai dengan ...................................... sesuai daftar hadir. Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Klien Yang melaksanakan Subsider :
Tanda tangan :
1. ............................................... .
............................
2. ...............................................
............................
3. ...............................................
............................
Yang Menerangkan, Kepala,
.............................................. NIP.
Saksi-saksi Nama :
Instansi
Tanda tangan
1. ................................................
............................
.........................................
2. ................................................
...........................
.............................................
LAPORAN PENDAMPINGAN SIDANG Nomor : ........ /.............../......../200..
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama/ NIP.
: ......................................................... / ..................................................
Pangkat Jabatan Instansi Alamat
: ................................................................................................................ : ................................................................................................................ : BPRSBR Yogyakarta : Beran, Tridadi, Sleman
Dengan ini menerangkan bawa pada hari ini .................. tanggal ..........................bulan ...................... tahun .................................. telah melaksanakan pendampingan anak untuk keperluan BAP/ Diversi/ Perlimpahan/ Persidangan/................................... anak atasnama :
1. ............................................... 2. ............................................... 3. ...............................................
4. ............................................................ 5. ............................................................ 6. ............................................................
di : ........................................................................................................................................................ Adapun hasil pendampinagn sebagai berikut :
1. ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................ ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... Demikian laporan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Mengetahui : Kepala BPRSR,
RUJITO, SH, MH NIP. 19620607 198203 1 003
Pekerja Sosial/ Petugas Pendamping,
............................................. NIP....................................................
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DINAS SOSIAL
BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA Alamat : Beran, Tridadi, Sleman Telepon/ Faximile (0274) 868545 Kode Pos 55198 Email :
[email protected]
SURAT KETERANGAN TERJADI INSIDEN/ KEJADIAN Nomor : ........ /.............../......../20... yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta, dengan ini menerangkan bahwa : Pada hari ini .................. tanggal ..........................bulan .................... ........tahun ............................ telah ada kejadian : ............................................................................................................................................. ........................................................................................................................................yang dilakukan 0leh klien/ anak asuh Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta sebagai berikut :
1. Nama Asrama
2. Nama Asrama
3. Nama Asrama
4. Nama Asrama
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
Bahwa Petugas/ pengasuh telah berupaya melaksanakan tindakan/ pencarian dengan hasil ............................................................................................................................................................. Adapun Kronologi Kejadian sebagai berikut :
1. Pada Jam ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Yogyakarta, ........................201... Petugas Jaga : Tanda tangan : Kepala BPRSR Yogyakarta,
................................................... NIP.
............................
.......................................... NIP.
Saksi-saksi Nama :
Jabatan :
Tanda tangan :
1. ................................................
............................
............................
2. ................................................
...........................
............................n :
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DINAS SOSIAL
PANTI SOSIAL BINA REMAJA YOGYAKARTA Alamat : Beran, Tridadi, Sleman Telepon/ Faximile (0274) 868545 Kode Pos 55198 Email :
[email protected]
SURAT KETERANGAN ADA KEJADIAN Nomor : ........ /.............../......../200.. yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta, dengan ini menerangkan bahwa : Pada hari ini .................. tanggal ..........................bulan .................... tahun .................................. telah ada kejadian : ............................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. .. Anak asuh Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta sebagai berikut :
1. Nama Asrama
2. Nama Asrama
3. Nama Asrama
4. Nama Asrama
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
Bahwa Petugas/ pengasuh telah berupaya melaksanakan tindakan pencarian dengan hasil ............................................................................................................................................................. Adapun Kronologi Kejadian sebagai berikut :
2. Pada Jam ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Yogyakarta, ........................201... Petugas Jaga : Tanda tangan : Kepala PSBR Yogyakarta,
...............................................
............................
SLAMET S Sos. M Si NIP. 19641122 198503 1 009
Saksi-saksi Nama :
Jabatan :
Tanda tangan
1. ................................................
........................... .
.........................................
2. ...............................................
...........................
........................................... ..
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DINAS SOSIAL
PANTI SOSIAL BINA REMAJA YOGYAKARTA Alamat : Beran, Tridadi, Sleman Telepon/ Faximile (0274) 868545 Kode Pos 55198 Email :
[email protected]
SURAT KETERANGAN ADA KEJADIAN Nomor : ........ /.............../......../200.. yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta, dengan ini menerangkan bahwa : Pada hari ini .................. tanggal ..........................bulan .................... tahun .................................. telah ada kejadian : ............................................................................................................................................. .................................................................................................................................................................. .. Anak asuh Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta sebagai berikut :
1. Nama
: ...................................................................................................................
Asrama
: ...................................................................................................................
2. Nama
: ...................................................................................................................
Asrama
: ...................................................................................................................
3. Nama
: ...................................................................................................................
Asrama
: ...................................................................................................................
4. Nama
: ...................................................................................................................
Asrama
: ...................................................................................................................
Bahwa Petugas/ pengasuh telah berupaya melaksanakan tindakan pencarian dengan hasil ............................................................................................................................................................. Adapun Kronologi Kejadian sebagai berikut :
1. Pada Jam ....................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................... Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Petugas Jaga :
...............................................
Yogyakarta, ........................201... Kepala PSBR Yogyakarta,
Tanda tangan :
............................
............................................. NIP. ........................................
Saksi-saksi Nama :
Jabatan :
Tanda tangan
5. ................................................
........................... .
.........................................
6. ...............................................
...........................
........................................... ..
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DINAS SOSIAL
PANTI SOSIAL BINA REMAJA YOGYAKARTA Alamat : Beran, Tridadi, Sleman Telepon/ Faximile (0274) 868545 Kode Pos 55198 Email :
[email protected]
SURAT KETERANGAN ADA KEJADIAN Nomor : ........ /.............../......../200.. yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: SLAMET, S Sos. M Si
Jabatan Instansi Alamat
: Kepala Panti Sosial Bina Remaja : PSBR Yogyakarta : Beran, Tridadi, Sleman
Dengan ini menerangkan bawa pada hari ini .................. tanggal ..........................bulan .................... tahun .................................. telah ada kejadian : ........................................................................................... ............................................................................................................................................................. yang dilakukan oleh anak asuh Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta sebagai berikut :
1. Nama Asrama
2. Nama Asrama
3. Nama Asrama
4. Nama Asrama
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
: ................................................................................................................... : ...................................................................................................................
Bahwa Petugas/ pengasuh telah berupaya melaksanakan tindakan semaksimal mungkin denhan hasil ......................................................................................................................................................................... Adapun Kronologi Kejadian sebagai berikut :
1. Pada Jam ....................................................................................................................................... ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. ................................................................................................................................................. Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Yogyakarta, ........................201... Petugas Jaga : Tanda tangan : Kepala,
...............................................
............................ Saksi-saksi
(..............................................)
Nama :
Jabatan :
Tanda tangan
1. ................................................
............................
.........................................
2. ................................................
...........................
.............................................
SURAT PERNYATAAN
Pada hari ini ………………tanggal…………………………bulan……………………..tahun …………………………………… bertempat di Panti Sosial Bina Remaja Yogyakarta , saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ................................................................................................................... Jabatan Instansi Alamat
: ................................................................................................................... : ................................................................................................................... : .................................................................................................................. . ................................................................................................................. Bahwa kami bertindak atas nama instansi……………………………………………………. telah menitipkan Anak yang Berhadapan dengan Hukum sebanyak : ………………….(…………….) orang. Dengan ini menyatakan bahwa : 1) Bahwa kami menjamin keamanan ABH yang kami titipkan beserta LPKS- PSBR Yogyakarta selama masa penitipan. 2) Bahwa kami akan mejemput dan mengantar ABH untuk keperluan proses hukum. 3) Bahwa kami tidak akan menuntut apabila terjadi sesuatu hal yang diluar kemampuan lembaga dan sudah dupayakan sesuai prosedur. 4) Bahwa Jangka waktu penitipan selama ......................(..............) hari dan apabila diperlukan akan diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5) Bahwa kami akan memberikan ijin kepada anak untuk keperluan pendidikan dan pelaksanaannya diatur sesuai kesepakatan beberapa pihak yang terkait. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk menjadikan maklum bagi yang berkepentingan.
Yogyakarta, …………………………………. Saksi-saksI :
Yang membuat Pernyataan,
1. ……………………………………………… NIP.
(…………………………..)
1. ……………………………………………… NIP/NRP.
(…………………………..)
………………………………………… NIP/NRP
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DINAS SOSIAL
BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA Alamat : Beran, Tridadi, Sleman Telepon/ Faximile (0274) 868545 Kode Pos 55198 Email :
[email protected] ________________________________________________________________________________________________________________
SURAT KETERANGAN JALAN Nomor : 180/
/BPRSR/
/ 201...
Dengan ini Kepala Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja Yogyakarta memberikan izin kepada anak asuh sebagai berikut : Nama : ......................................................................................................................... Jurusan : ......................................................................................................................... Asrama : ......................................................................................................................... Lama izin : ........(...........................) hari, tanggal.................................sd.......................... Keperluan : .......................................................................................................................... .......................................................................................................................... Kembali : Tanggal,................................................... Jam .............................................WIB Demikian surat ini diberikan untuk dapat dipergunakan seperlunya dan agaruntuk menjadikan maklum bagi yang berkepentingan. Yogyakarta,.................................................201..... Orang tua/ Wali, An Kepala, Orang tua/ Wali Kepala Seksi Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial, .......................................................... KETERANGAN : - Permohonan ijin diketahui/ sepengetahuan Penitip. - Setelah tiba di BPRSR, Surat ijin dikembalikan ke Petugas/ Pekerja Sosial.
Drs. C. BAMBANG SANTOSA HADI NIP. 19620109 199203 1 002
PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DINAS SOSIAL
BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA YOGYAKARTA Alamat : Beran, Tridadi, Sleman Telepon/ Faximile (0274) 868545 Kode Pos 55198 Email :
[email protected]
KONTRAK PELAYANAN Nomor : ........ /.............../......../20... Pada hari ini ……………………. Tanggal …………………….Bulan ……………........................Tahun …………………. dilakukan kontrak pelayanan antara : 1.
Nama NIP Jabatan Instansi
: : : :
……………………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………………….. Pekerja Sosial BPRSR Yogyakarta Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja Yogyakarta Dinas Sosial DIY Alamat : Beran, Tridadi, Sleman Telp/ Fximile 0274-868545 Kode Pos 55198 Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA
2.
Nama Tempat/Tgl Lahir Pendidikan Orangtua/Wali Alamat
: :
……………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………..
: : :
……………………………………………………………………………………….. ……………………………………………………………………………………….. ………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………. Yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA
PIHAK PERTAMA adalah pelaksana program/ kegiatan pelayanan di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja Yogyakarta dan PIHAK KEDUA adalah penerima manfaat/ klien dalam program/ kegiatan pelayanan. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA perlu membuat Kontrak Pelayan agar kedua belah pihak masing masing memahami akan tugas dan tanggung jawab masing-masing demi terlaksananya program kegiatan pelayanan secara baik dan lancar sesuai dengan kegiatan rehabilitasi sosial yang disediakan. Adapun tugas dan tanggung jawan masing-masing sebagai berikut :
A. PIHAK PERTAMA : 1. Melaksanakan program pelayanan, pembinaan dan Rehabilitasi Sosial Anak 2. Melaksanakan kegiatan pendampingan yang disesuaikan dengan kebutuhan yang dapat disediakan oleh lembaga. 3. Melakukan koordinasi dengan oleh pihak terkait sesuai dengan keperluan. 4. Melaksanakan pengkajian/ evaluasi kembali apabila program / kegiatan yang telah selesai dilaksanakan.
B. PIHAK KEDUA 1. Bersedia untuk menerima, mematuhi tata tertib dan melaksanakan program dan pelayanan yang diberikan oleh lembaga. 2. Bersedia dan setuju dilaksanakan dilakukan Assesmen oleh Pekerja Sosial baik identitas pribadi dan keluarga, identifikasi kasus dan bio-psikososial. 3. Mengikuti dengan sungguh-sungguh semua program pelayanan yang disediakan oleh Balai Perlindungan dan Rehabilasi Sosial Remaja Yogyakarta.
4. Melaksnakan dan menjaga kebersihan diri, kamar tidur, asrama dan halaman asrama tempat tingggal klien. 5. Dilarang meninggalkan asrama/ lingkungan Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja Yogyakarta tanpa seijin petugas ( Pengasuh, Pekerja Sosial, Kasi Perlindungan, Rehabilitasi Sosial dan Petugas Keamanan ). 6. Penerimaan kunjungan tamu ( keluarga, kerabat, teman dsb ) harus mendapatkan ijin dari Petugas Keamanan dan Pengasuh. 7. Dilarang menerima tamu didalam kamar tidur, penerimaan tamu harus di Ruang tamu dan atau tempat/ ruangan yang telah disediakan. 8. Dilarang membawa/ menyimpan Hand Phone selama di Asrama, hand phone dititipkan petugas kantor. Apabila akan memakai mohon pinjam melalui pengasuh
dan akan dipantau
penggunaannya, setelah selesai dikemblikan lagi kepada pengasuh dan selanjutnya akan disimpan di kantor. 9. Dilarang membawa, memakai Napza dan Minuman keras selama dalam pembinaan BPRSR Yogyakarta 10. Dilarang membawa/ menyimpan uang selama berada di asrama. Apabila ada uang saku harus dititipkan kepada petugas/ pengasuh agar dapat dipantau penggunaannya. 11. Dilarang melakukan tindak pidana baik didalam maupun diluar asrama. 12. Mematuhi dan mengindahkan saran petugas, baik Pengasuh, Pekerja Sosial dan Petugas Keamanan dalam masa pembinaan di BPRSR Yogyakarta 13. Apabila melanggar ketentuan tata tertib sanggup diberikan sangsi sesuai kesepakatan dan atau dikembalikan kepada penitip ( Aparat Penegak Hukum dan atau Orang tua/ wali ) Demikian kontrak pelayanan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan berlaku setelah ditanda tangani oleh kedua belah pihak. PIHAK PERTAMA
PIHAK KEDUA
_________________________
________________________
Saksi - Saksi :
1. …………………………………
Mengetahui : Kepala BPRSR Yogyakarta,
………………………………… ………………………………………………. NIP………………………………………….
2. …………………………………
…………………………………
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN ORANGTUA / WALI ANAK Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama
: ……………………………………………………............................
Umur
: ……………………………………………………............................
Hubungan dengan anak
: ……………………………………………………............................
Alamat & No. Telp.
: …………………………….....................................................
Dengan ini saya setuju dengan senang hati tanpa paksaan dari siapapun mengijinkan anak kami : Nama
: ………………………………………….......................................
Umur
: ………………..................................................................
Pendidikan
: ………………..................................................................
Alamat
: ……………….................................................................. ………………..................................................................
Untuk mendapatkan pelayanan perlindungan dan pembinaan di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja Yogyakarta, dan kami akan mematuhi peraturan tata-tertib serta sanggup selalu bekerjasama secara aktif
dalam rangka mendukung program
pelayanan untuk kepentingan anak. Kami tidak akan menuntut secara hukum apabila terjadi sesuatu hal di luar kemampuan lembaga ( anak kabur dll ) yang telah diupayakan sesuai prosedur. Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta,...............................201..... Mengetahui Kepala BPRSR Yoyakarta
Yang membuat Pernyataan Orangtua /Wali Anak
.........…………………………………
…………………………………......
INTERVIEW GUIDE
A. Kepala Balai Rehabilitasi 1. Siapa saja yang menjadi anak asuh atau klien di balai ini selain ABH ? 2. Bimbingan pelayanan seperti apa yang diberikan kepada klien ? 3. Bagaimana kinerja atau kerjasama pegawai terkait sumber daya manusia dalam keikutsertaan menangani klien ? 4. Apakah pelayanan yang diberikan kepada klien sudah cukup maksimal untuk perubahan diri klien? 5. Bagaimana hubungan lembaga dengan keluarga klien ? 6. Adakah hambatan-hambatan dari para pendamping ataupun instruktur dalam memberikan pelayanan ? 7. Factor pendukung apa yang dapat mengurangi hambatan tersebut ?
B. Pekerja Sosial 1. Bagaimana tahap-tahap interevensi yang pekerja sosial lakukan terhadap klien ? 2. Bagaimana proses penerimaan ABH sehingga ABH bisa direhabilitasi disini ? 3. Bagaimana proses angegement/perkenalan anda terhadap klien yang baru masuk ? 4. Bagaimana proses assessment yang dilakukan pada klien? 5. Bagaimana memperoleh assessment yang valid ? 6. Sebelum
memberikan
intervensi
apakah
ada perencanaan
untuk
memudahkan proses intervensi ? 7. Bentuk intervensi seperti apa yang anda lakukan untuk perubahan klien ? 8. Siapa saja yang berperan dalam proses intervensi ? 9. Apakah dalam intervensi mikro keluarga juga mendapatkan pelayanan ?
10. Apakah bentuk intervensi ini dilakukan untuk semua kasus ? sedangkan ABH dibagi meajdi tiga macam ? 11. Seperti apa evaluasi yang dilakukan setelah intervensi ? 12. Bagaimana terminasi pada klien ? 13. Adakah rencana tindak lanjut krdepannya untuk klien ? 14. Apakah ada hambatan dalam melakukan proses intervensi ? seperti apa ? 15. Upaya apa yang anda lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut ?
C. Sakti Pekerja Sosial 1. Bagaimana proses hukum terhadap klien? 2. Pendampingan hukum seperti apa yang anda lakukan untuk klien ? 3. Apakah pendampingan disini sudah cukup maksimal ? 4. ABH merupakan suatu kasus yang besar dalam kenakalan remaja, lalu seperti apa perubahan secara signifikan pada klien setelah mendapatkan inetrevensi ? 5. Apakah ada hambatan dalam melakukan proses intervensi ? seperti apa ? 6. Upaya apa yang anda lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut ?
D. Pramu sosial/ Pendamping/ Pengasuh 1. Apa saja tata tertib yang ada di disini dan harus ditaati oleh klien ? 2. Bagaimana menegur/menasehati klien ? 3. Sanksi apa yang diberikan kepada klien yang melakaukan pelanggaran ? 4. Seperti apa kegiatan disini secara umum ?
E. Kepala Rehabilitasi 1. Apa saja program layanan dalam rehabilitasi terhadap ABH ? 2. Selaku kepala rehabilitasi, apa tugas pokok pekerja sosial? 3. Hambatan apa saja yang dialami dalam memberikan bimbingan? 4. Setelah direhabilitasi, apakah klien masih bisa melanjutkan pendidilkan setelah keluar?
5. Apakah pernah klien melarikan diri dari tempat ini ? 6. Terapi apa yang paling tepat untuk ABH ? 7. Bagimana kordinasi yang dilakukan lembaga sehingga proses pelayanan kepada klien tercapai tujuannya ? 8. Sejauh mana keterlibatan lembaga terhadap pendampingan anak ?
F. Klien 1. Mengapa berada di sini ? 2. Bagimana perasaan anda ketika pertama kali disini? 3. Bagaimana anda beradaptasi dengan lingkungan ? 4. Apa peran pekerja sosial, sakti peksos dan pengasuh ? 5. Apakah ada perubahan yang anda rasakan setelah cukup lama disini ? 6. Sejak berapa lama berada disini ? 7. Apa harapan anda terhadap balai rehabilitasi ini kedepannya ?
FOTO KEGIATAN PENELITIAN
Dokumentasi Pribadi: Kegiatan wawancara dengan Pekerja Sosial BPRSR Yogyakarta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama
: Noviana
Tempat/tgl. Lahir
: Sleman, 04 November 1993
Alamat
: Ngemplak RT.04/RW.31 Catur Harjo Sleman Yogyakarta
Nama Ayah
: Tri Sejati
Nama Ibu
: Mujiyo
B. Riwayat Pendidikan 1. Pendidikan Formal a. TK ABA KENDANGAN, Lulus Tahun 2000 b. SD NEGERI DALANGAN, Lulus Tahun 2006 c. SMP NEGERI 2 SLEMAN, Lulus Tahun 2009 d. SMK NEGERI 1 TEMPEL, Lulus Tahun 2012 e. UIN SUNAN KALIJAGA, Lulus Tahun 2016
Yogyakarta, 28 Juni 2016
Noviana 12250039