INTERFERENSI BAHASA SUNDA DALAM BAHASA INDONESIA MASYARAKAT KETURUNAN SUNDA KOTA TANJUNGPINANG
ARTIKEL E-JOURNAL
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, (S.Pd.)
ADE SOPYAN NIM 120388201069
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016
ABSTRAK Ade Sopyan. 2016. Interferensi Bahasa Sunda dalam Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Sunda Kota Tanjungpinang. Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Pembimbing I: Drs. Suhardi, M.Pd., Pembimbing II: Titik Dwi Ramthi Hakim, M.Pd. Kata Kunci: Interferensi Bahasa Sunda dalam Bahasa Indonesia Masyarakat Keturunan Sunda yang berdomisili di Tanjungpinang tergolong kedwibahasaan. Pada saat melakukan komunikasi/interaksi masyarakat keturunan Sunda memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa. Hal ini mengakibatkan terjadinya penyimpangan dalam penggunaan bahasa yang terpengaruh oleh bahasa pertama pada saat berkomunikasi menggunakaan bahasa Indonesia, dan terpengaruhi oleh bahasa kedua pada saat menggunakan bahasa Daerah. Saling terpengaruhi dapat dilihat pada pemakaian bahasa Indonesia yang sering disisipi oleh kosakata bahasa Daerah atau sebaliknya tanpa mereka sadari (Interferensi). Sehingga terjadi ketidak konsistenan dalam penggunaan bahasa pada saat komunikasi berlangsung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, serta mendeskripsikan Bentuk-bentuk Interferensi bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia masyarakat keturunan Sunda di Tanjungpinang, penyebab terjadinya Interferensi Bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia masyarakat keturunan Sunda di Tanjungpinang dan pengaruh Interferensi bahasa Sunda terhadap pemakaian bahasa Indonesia masyarakat keturunan Sunda di Tanjungpinang. Subjek dalam penelitian ini adalah 10 Informan yang berasal dari keturunan Sunda yang berdomisili di Tanjungpinang terdiri dari 5 Informan Lakilaki, dan 5 Informan Perempuan. Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa teknik Observasi (observasi terstruktur), teknik wawancara terstruktur, dan teknik catat. Dari hasil penelitian dengan pengumpulan data peneliti menemukan 72 bentuk-bentuk interferensi, terdiri dari 27 interferensi fonologi di dalamnya terdiri 24 fonologi fonetik, dan 3 fonologi fonemik, 37 interferensi Leksikal, dan 8 interferensi morfologi di dalamnya terdiri 2 Awalan (prefiks), 1 prefiks:-ng dan 1 prefiks:-di, 1 sisipan (Infiks):-ar, dan 5 Akhiran (sufiks), 1 sufiks:-an, dan 4 sufiks:-na. Dari semua ujaran yang disampaikan 10 informan (tindak tutur), yang memiliki persamaan variasi bahasa, dengan kosakata yang sama terdiri dari: Sayah diucapkan (6 kali), Sinih diucapkan (3 kali), Ajah/sajah diucapkan (3 kali), Balik diucapkan (5 kali), Ua diucapkan (2 kali), Sodara diucapkan (2 kali), Aya diucapkan (2 kali), Ngomong diucapkan (3 kali), Paké diucapkan (5 kali), Nene diucapkan (2 kali), Mamang diucapkan (3 kali), Taun diucapakan (3 kali), Tétéh diucapkan (2 kali), dan Alo diucapkan (2 kali).
ABSTRACT Ade Sopyan. 2016. Interference in Indonesian Sundanese Sundanese Descendants Society Tanjungpinang. Essay. Tanjungpinang: Education Department of Indonesian Language and Literature, the Faculty of Education, University Maritime Raja Ali Haji, Supervisor I: Drs. Suhardi, M.Pd., Supervisor II: Point Dwi Ramthi Hakim, M.Pd. Keywords: Interference Sundanese in Indonesian Descendants Sundanese community residing in Tanjungpinang classified bilingualism. At the time of the communication/interaction Sunda descendant communities have the ability to use two languages. This resulted in irregularities in the use of language that is influenced by the first language when communicating use Indonesian, and are affected by a second language when using the language of Regions. Mutual affected can be seen in the use of Indonesian are often inserted by the Regional language vocabulary or otherwise without them knowing (Interference). Resulting in inconsistencies in the use of language at the time of the communication. The purpose of this study was to determine and describe the forms Interference Sundanese into Indonesian society descendants of Sunda in Tanjungpinang, causes of Interference Sundanese into Indonesian society descendants of Sunda in Tanjungpinang and influence Interference Sundanese against the use of Indonesian society descent Sunda in Tanjungpinang. Subjects in this study were 10 informants who descended from Sunda domiciled in Tanjungpinang consists of five informants Men and 5 Women informant. This study uses descriptive qualitative data collection techniques such as observation techniques (structured observation), structured interview techniques, and technical notes. From the results of the research with data collection researchers found 72 forms of interference, consists of 27 interference phonology in it comprised 24 phonology phonetics, and 3 phonological phonemic, 37 interference Lexical, and 8 interference morphology which consists 2 Prefix (prefix), 1 prefix : -ng and 1 prefixes: -di, 1 insertions (Infix): - ar, and 5 suffix (suffix), 1 suffixes: -an, and 4 suffixes: -na. Of all the speech delivered 10 informants (speech acts), which have similar variations of the language, with the same vocabulary consists of: Sayah pronounced (6 river), Sinih pronounced (3 river), Ajah/sajah pronounced (3 river), Balik spoken (5 river), Ua pronounced (2 river), Sodara pronounced (2 river), Aya pronounced (2 river), Ngomong spoken (3 river), Paké spoken (5 river), Nene pronounced (2 river), Mamang spoken (3 river), Taun pronounced (3 river), Tétéh pronounced (2 river), and Alo pronounced (2 river).
1. Pendahuluan Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan manusia sebagi mahluk yang berbudaya dan bermasyarakat, dalam arti tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. Hal ini, karena bahasa merupakan alat yang digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi. Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saja tetapi juga sebagai media untuk melakukan tindakan dan cerminanan budaya. Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman bahasanya sebagai bentuk keragaman budaya. Bahasa inilah yang menjadi pembeda antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Bahasa mempunyai kaidah dan aturan-aturan tertentu, mulai dari bunyi, bentuk kata, dan kalimat. Dengan demikian dapat dipahami bahwa setiap kelompok masyarakat khususnya manusia itu sendiri, terdapat nilai-nilai sosial serta kebudayaan yang khusus pada masing-masing kelompok masyarakat yang berbeda untuk dianut dan dipelajarinya. Dalam pandangan ilmu sosiolinguistik masyarakat Indonesia memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa daerah (B1) dan bahasa Indonesia (B2), ketika mereka berbicara rata-rata terjadi ketidak konsistenan dalam penggunaan bahasa, contohnya pada saat berbicara menggunakan bahasa kedua yang sering disisipi oleh kosakata bahasa ibu yaitu bahasa daerah. Hanya saja, masayarakat keturun Sunda di Tanjungpinang besar kemungkinan ada yang menyadari, atau tidak (interferensi). Dalam penelitian ini, Peneliti akan meneliti
seberapa paham mereka berbicara menggunakan bahasa kedua yaitu bahasa Indonesia . Interferensi merupakan salah satu mekanisme yang cukup frekuensi dalam perubahan bahasa. Bahkan dalam abad 20 ini,
dimana
persentuhan antara
bahasa–bahasa makin kompleks, interferensi dapat dikatakan sebagai gejala perubahan terbesar, terpenting dan paling dominan dalam bahasa Hocket dan Nababan (dalam Suwito 1996:65). Dalam proses interferensi terdapat tiga unsur yang mengambil peranan yaitu: bahasa sumber atau bahasa donor, bahasa penyerap, atau resifien, dan unsur serapan atau importasi. Masyarakat keturunan Sunda yang berdomisili di Tanjungpinang tergolong kedwibahasaan. Pada saat melakukan komunikasi/interaksi masyarakat keturunan Sunda memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa, masing-masing dari kedua bahasa tersebut kadang digunakan dalam kehidupan sehari-hari secara bersamaan. Sehingga mereka tidak bisa membedakan situasi dan kondisi (formalinformal), pada saat berkomunikas. Hal seperti ini tentunya sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahasa yang digunakan pada saat komunikasi berlangsung. 2. Metode dan Teknik Penelitian Metode berperan penting dalam sebuah penelitian sehingga perlu diketahui metode penelitian itu sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2011:11), “Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.” Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Deskriptif
juga dapat diartikan yaitu
penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang dan penelitian ini benar-benar berdasarkan fakta yang ada atau yang secara empiris hidup pada penuturnya. Hasil Penelitian Bentuk Interferensi Fonologi 5.1.1.1 Bentuk Fonologi Fonetik:
[Sayah]
‘Saya’
[Sanah]
‘Sana’
[Ajah]
‘Saja’ .
[Berfikir]
‘Berpikir’
[Kuéh]
‘Kue’
[Sodara]
‘Saudara’
[Kalo]
‘Kalau’
[Ibi]
‘Bibi’
[Jaman]
‘Zaman’
[Nene]
‘Nenek’
[Ijin]
‘Izin’
[Impormasi]
‘Informasi’
[Ijasah]
‘Ijazah’
[Jarah]
‘Ziarah’
[Inget]
‘Ingat’
[Sapuluh]
‘Sepuluh’
[Dines]
‘Dinas’
[Ka]
‘Ke’
[Bosen]
‘Bosan’
[Wapat]
‘Wafat’
[Idul pitri]
‘ Idul fitri’
[Pinter]
‘Pintar’
[Taun]
‘Tahun’
[Jugak]
‘Juga’
[Pinah]
‘Pindah’
Berdasarkan hasil data yang peneliti peroleh bahwa dari 10 informan tidak bisa membedakan pengucapan fonem seperti: fonem /j/ dengan fonem /z/, fonem /p/ dengan fonem /f/. Sehingga terjadi pengacauan fonem seperti terlihat pada kosakata berikut:
[Ijin]
‘Izin’
[Impormasi]
‘Informasi’
[Ijasah]
‘Ijazah’
[Jarah]
‘Ziarah’
[Berfikir]
‘Berpikir’
[Wapat]
‘Wafat’
[Idul pitri]
‘ Idul fitri, Hari raya’
5.1.1.2 Bentuk Fonologi Fonemik:
[Bahan] Keperluan’
‘Kain’ =
[Bahan]
‘Bekal,
[Paré]
‘Padi’=
[Pare]
‘Tumbuhan
‘Akan’=
[Bakal]
‘Calon’
yang merambat’
[Bakal]
5.1.2 Bentuk Interferensi Leksikal Dari semua ujaran yang disampaikan 10 Informan peneliti menemukan 36 Interferensi Leksikal. Bentuk-bentuknya dapat terlihat pada kosakata berikut ini:
[Kumaha]
‘Bagimana, mengapa’
[Kitu]
‘Begitu, begitukah, walaupun demikian’
[Heueuh]
‘Ya, iya’
[Nyobi]
‘Mencoba’
[Netep]
‘Menetap’
[Balik]
‘Pulang’
[Ua]
‘Kaka dari Ibu atau Bapak’
[Duit]
‘Uang’
[Taya]
‘Tidak ada’
[Ku]
‘Sama, oleh, Ajakan’
[Rada]
‘Agak’
[Hareudang]
‘Gerah, panas’
[Lamun]
‘Kalau, Namun’
[Abah]
‘Bapak, Kakek’
[Émak]
‘Ibu, Nenek’
[Ngomong]
‘Berbicara, berkata’
[Putra]
‘Anak’
[Sarua]
‘Sama’
[Paké]
‘Memakai, Pakai’
[Hésé]
‘Susah, Sukar’
[Siga]
‘Seperti’
[Sami Wae]
‘Sama saja’
[Raraméan]
‘Keramaian’
[Sareng émak]
‘Sama Nenek’
[kudu]
‘Harus’
[Mamang]
‘Paman’
[Ngarti]
‘Mengerti’
[Tétéh]
‘Kaka Perempuan’
[Opat]
‘Empat’
[Carogé]
‘Suami’
[Aya]
‘Ada’
[Capé]
‘Lelah, Capai’
[Ramé]
‘Ramai’
[Alo]
‘Keponakan, anak dari Kaka’
[Adi]
‘Saudara Kandung paling kecil’
[Tipi]
‘Televisi’
5.1.3 Bentuk Interferensi Morfologi Bentuk Morfologi Awalan (prefiks)
Ng+alih
‘Pindah’
→Ngalih
‘Berpindah’
Di+canak
‘bawa’
→Dicanak
‘Dibawa’
5.1.3.2 Bentuk Morfologi Sisipan (infiks)
R+ar+abi
‘istri’
→Rarabi
‘Istri, beristri’
5.1.3.3 Bentuk Morfologi Akhiran (sufiks)
Akhir+na
‘Akhir’
→Akhirna
‘Akhirnya’
Alesan+na
‘Alasan’
→Alesana
‘Alasannya’
Bujang+an
‘Bujang’
→Bujangan
‘Jejaka’
Sabab+na
‘Sebab’
→Sababna
‘Sebabnya’
Balik+na
‘Pulang’
→Balikna
‘Pulangnya’
3. Simpulan dan Saran Berdasarkan data penelitian dan analisis data serta pembahasannya di temukan 72 bentuk-bentuk interferensi bahasa Sunda dalam bahasa Indonesia pada masyarakat keturunan Sunda yang berdomisili di Tanjungpinang, yang terdiri dari 28 interferensi fonologi di dalamnya terdiri 25 fonologi fonetik, dan 3 Fonologi Fonemik, 36 interferensi Leksikal, dan 8 interferensi morfologi di dalamnya terdiri 2 Awalan (Prefiks), 1 Prefiks:-ng dan 1 Prefiks:-di, 1 Sisipan (Infiks):-ar, dan 5 Akhiran (Sufiks), 1 Sufiks:-an, dan 4 Sufiks:-na. 4. Saran Saran yang dapat peneliti sampaikan pada penulisan skripsi ini, adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti yang akan meneliti tentang interferensi agar bisa menindak lanjuti penelitian ini supaya lebih sempurna. 2. Bagi yang akan meneliti kajian yang sama yaitu mengenai penelitian dibidang lingustik dan khususnya dalam bidang sosiolinguistik alangkah
lebih baik sebelum mengadakan penelitian, supaya tidak mengalami kesulitan menentukan informan yang akan diteliti, maka peneliti harus mengadakan observasi terlebih dahulu, menentukan jumlah Informan penelitian sebelum terjun ke lapangan 3. Bagi masyarakat khususnya yang memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa sekaligus, bahasa ibu dan bahasa Indonesia alangkah lebih terhormatnya ketika kita berbicara menggunakan satu bahasa dengan baik, sesuai dengan situasi dan kondisi. 5. Daftar Pustaka Aslinda, dan Leni Syafyahya. 2010. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditia. Avid Setowati. 2000. Interferensi morfologi dan sintaksis Bahasa Jawa dalam Bahasa Indonesia pada kolom “piye ya?” harian suara merdeka. Universitas Diponegoro (Skripsi). Ayatrohaedi. 2003. Pedoman Penelitian Dialektologi. Jakarta: Katalog dalam Terbitan. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Dardjowidjojo, Soenjono. 2012. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Anggota IKAPI DKI Jakarta. Hasan, Kailani. 2010. Linguistik Umum dan Sosiolinguistik. Riau: Unri Press. Hasanudin. 2010. Interferensi Bahasa Sunda dalam Bahasa Jawa pada Karangan Siswa Asal Kecamatan Bantarkawung Kelas VIII Sekolah Menegah Pertama 1 Bumiayu.Universitas Negeri Yogyakarta (Skripsi). Koetjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Edisi Revisi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mar’at, Samsunuwiyati. 2009. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: PT Refika Aditama. Moleong, J. Lexi. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA, CV. Suwito. 1996. Sosiolinguistik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Wati, Riau. 2009. Berbahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Tanjungpinang: Umrah Press. Tabrani, Suryanto. 2011. Kamus Lengkap Bahasa Sunda. Jakarta: BINTANG INDONESIA. Zainudin. 2015. Analisis Subdialek Bahasa Melayu Pulau Laut Kabupaten Natuna Kepulauan Riau. Universitas Maritim Raja Ali Haji (Skripsi).