INTERAKSI MULTI DISIPLIN ILMU DALAM SEBUAH ORGANISASI (Studi kasus organisasi Marching Band) Marko S Hermawan1 Abstract The purpose of this paper is to generally describe on how a marching band organization is analyzed using various multi-discipline fields. There are many aspects of organizational behavior that involve management, psychological, and musical concerns to develop good and manageable marching band activities. Key words: Marching Band, organization, management, psychology, music
Pendahuluan Organisasi merupakan suatu kumpulan manusia yang mempunyai satu tujuan. Mereka membentuk suatu organisasi agar kesamaan tujuan tersebut dapat diaspirakan, direncanakan dan dieksekusikan. Agar sebuah organisasi dapat berjalan selaras, maka seseorang harus memimpin organisasi dan yang lainnya harus mengikuti perintah dan arahannya. Robbins (1996) menjelaskan bahwa dalam sebuah organisasi, harus mempunyai struktur keorganisasian yang jelas. Formula struktur tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan anggota, serta sifat keorganisasian. Marching band merupakan salah satu bentuk organisasi sosial dan musik, terdiri dari orang-orang yang mempunyai hobi dan tujuan yang sama. Ada beberapa pengertian tentang definisi marching band yang menarik untuk dijelaskan. Kirnadi (2004) menyebutkan Marching band adalah musik bergerak atau musik berjalan. Band berarti kumpulan musik, sedangkan marching artinya bergerak atau berjalan. Sehingga dapat didefinisikan sebuah kumpulan orang-orang yang bermain musik sambil berjalan. Definisi lain menyebutkan hal yang sama, Banoe dalam buku kamus musik (2002) menjelaskan bahwa Marching band adalah satuan musik lapangan, yang mana dipergunakan atau dimainkan sambil baris berbaris, berintikan kelompok perkusi sebagai penunjang derap, di samping kelompok alat musik tiup sebagai penunjang melodi. Pengertian ini mengisyaratkan adanya beberapa kelompok musik, diklasifikasikan berdasarkan jenis musik, sebagai syarat terbentuknya sebuah marching band. Seiring perkembangan yang pesat di Indonesia, marching band telah menjadi salah satu sarana mengapresiasikan diri, baik untuk pemain, pembina, pengurus, pelatih dan para pemerhati sekitar. Mudahnya informasi yang datang dari luar negeri, memberi inspirasi baru akan
1
Universitas Bina Nusantara
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
perubahan dan penyesuaian format dan kepelatihan di aktivitas marching band ini. Makalah ini membahas secara kualitatif mengenai organisasi marching band dilihat dari berbagai disiplin ilmu, antara lain manajemen, psikologi dan musik; serta bagaimana keterkaitan ketiga ilmu tersebut dalam organisasi ini. Metode Penelitian Metode peneilitian yang digunakan adalah studi eksploratori, dimana sumber dan studi berasal analisa komparatif penulis, didukung dengan studi kepustakaan. Sekaran (2000) menyebutkan bahwa studi ekspolatori ditentukan oleh keterbatasan penelitian sebelumnya, sehingga teori-teori yang relevan dengan analisa ini dikaitkan dengan keadaan riil sebuah organisasi marching band. Pembahasan Perkembangan organisasi marching band di Indonesia dimulai dari bentuk organisasi ‘drum band’ tradisional, saat Belanda mengalami perang dunia II (Kirnadi, 2004). Beranggotakan pemain drum dan bellyra saja, organisasi ini mengiringi gerak prajurit belanda. Kemudian organisasi ini berkembang dan dipengaruhi oleh perkembangan politik masa pemilu pertama, dimana satuan musik ini dipakai untuk mengiring pawai partai politik. Sekitar tahun 1950, organisasi kepanduan (Pramuka) membuat satuan drumband untuk menyemarakkan hari ulang tahun kemerdekaan. Lahirnya Drumband Tarakanita, Drumband Santa Ursula I juga berpengaruh terhadap perkembangan marching band di Indonesia dan beralihnya band militer ke band sekolah bernuansa tradisional (traditional style). Pada tahun 1975, atas festival drumband pertama diadakan, dengan jumlah peserta sebanyak 5 unit (Banoe, 1996). Seiring pengembangan organisasi marching band bertipe tradisional ini dilanjutkan dengan apa yang disebut dengan Corps-Style Bands. Sejak tahun 80an, hampir semua band di Amerika telah menjadi band bertipe korps, ditandai dengan metode “Glide-Step” dalam baris-berbaris. Marshall (2007) menyebutkan teknik ini sebagai tehnik memperhalus langkah baris, agar mengurangi efek guncangan pada badan saat meniup. Organisasi Drum Corps International (DCI) yang dibentuk pada tahun 1971 bertujuan untuk membuat standarisasi peraturan mengenai aktivitas ini. Pembahasan keorganisasian marching band akan dibagi menjadi 3 disiplin ilmu, yaitu manajemen praktis, psikologi praktis dan musik praktis. 1. Marching Band Sebagai Ilmu Manajemen Praktis Seperti halnya membuat suatu perusahaan, membuat dan membangun organisasi marching band tidaklah mudah. Banyak hal-hal yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan serta komitmen dari para pelaku marching band. Kesempurnaan organisasi ini dapat dilihat melalui tata administrasi yang rapi dan penempatan orang yang tepat di tugasnya 282
Marko S. Hermawan Interaksi Multi Disiplin Ilmu dalam Sebuah Organisasi
masing-masing (Banoe, 1996). Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita mengetahui komponen pendukung yang harus ada dalam sebuat organisasi marching band, antara lain: 1.1. Komponen internal Adalah komponen inti dari organisasi ini, terdiri dari unsur pokok antara lain: 1. Badan Pelindung Komponen ini merupakan pencetus dan pemrakarsa berdirinya organisasi marching band. Dilatarbelakangi oleh pembinaan generasi muda, ekstrakurikuler, sampai pengaplikasian Corporate Social Responsibility (CSR) suatu perusahaan, komponen ini memegang peranan penting dalam hidup matinya marching band. Dalam komponen ini terdiri dari orang-orang yang bertanggung jawab secara tidak langsung terhadap segala aktivitas marching band, seperti Direktur utama, Kepala sekolah, Rektor Universitas. 2. Badan manajemen Badan ini merupakan ‘manager’ dari sebuah institusi. Tugasnya adalah mengatur dan memonitor jalannya organisasi marching band. Pihak-pihak yang ada didalamnya antara lain: Ketua marching band, Guru musik sekolah, Kepala bidang humas, Pelatih, dan lain-lain. 3. Anggota band Komponen ini merupakan komponen terpenting dan menjadi obyek dari kegiatan marching band. Tidak ada anggota, maka tidak ada unit. Banyak sedikitnya unit tergantung pada jumlah siswa atau peminat yang ada di sekitar kegiatan, serta kepintaran sang badan pengurus untuk merekrut mereka secara tepat. 4. Badan pencari dana (Booster) Tidak banyak organisasi marching band yang mempunyai badan pencari dana. Namun ada baiknya melihat sisi ini sebagai suatu badan tersendiri, diluar kepengurusan, namun mempunyai entitas dan sub-organisasi tersendiri. Unit-unit sekolah seperti Korps Putri Tarakanita dan Santa Ursula Marching Brass memiliki badan ini yang diekuivalensikan dengan Pota (Persatuan Orang Tua Anak) atau Booster Club. Badan ini bertugas mencari dana ke pihak luar dalam rangka mendukung kelancaran aktivitas ini. Sebagai organisasi non-profit, ada kalanya badan ini mutlak diperlukan. 1.2. Komponen eksternal Adalah komponen penunjang kegiatan marching band, berada di luar internal unit, antara lain: a. Sponsor/institusi pendukung Komponen ini merupakan komponen eksternal bersifat financial, membantu aktivitas marching band tertentu dengan memberikan 283
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
dana financial maupun non-financial kepada unit tersebut. Tidak jarang unit-unit mengenakan logo suatu perusahaan tertentu pemberi dana, sebagai bentuk kontra-prestasi atas sumbangan yang diberikan. b. Acara khusus (Special Occasion Event), seperti Kejuaraan dan Parade Terkadang unit marching band diminta untuk tampil dalam suatu acara peresmian produk tertentu. Atau unit tersebut mempersiapkan diri dalam suatu kejuaraan, maka seyogyanya marching band ini dapat berlatih agar tampil dengan prima. c. Badan hukum Komponen ini merupakan komponen eksternal yang bertanggung jawab secara hukum atas organisasi marching band. Walau tidak mengurusi secara langsung, namun secara kolektif termasuk membawahi organisasi ini. Termasuk dalam komponen ini adalah perusahaan/institusi, universitas, sekolah tempat marching band itu berada. d. Lingkungan Umum Komponen ini secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan marching band, namun mampu menelaah dan memperhatikan kondisi kegiatan ini. Sebagai contoh, penonton kejuaraan marching band, juri, alumni pemain, dan masyarakat yang berada disekitar kegiatan itu. Dari beberapa komponen diatas, maka penulis mencoba menciptakan suatu sistem yang terintegrasi. Dengan memakai teori pendekatan sistem (System Approach Theory), yaitu teori dengan melihat organisasi atas dasar hubungan antar bagian didalamnya (Robbins, 1996), maka terbentuk suatu sistem kegiatan bernama ‘Sistem Organisasi Marching Band’ yang dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam gambar tersebut, jelas bahwa diagram tidak memperhatikan tingkatan dan struktur organisasi hirarki di komponen internal dulu. Hal ini mencoba menjelaskan secara kompensial, bahwa keberadaan komponen ini saling mendukung satu sama yang lainnya. Lingkaran dalam merupakan bentuk organisasi marching band, dengan komponen internal wajib. Masing-masing memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Tidak adanya salah satu bagian diatas, menyebabkan organisasi ini tidak bisa berjalan, sehingga mutlak harus ada manajemen yang sistematis dan terintegrasi. Apabila ditelaah lagi, terdapat hubungan spesifik antara komponen internal dengan eksternal. Masing-masing mempunyai keterkaitan, baik secara struktural maupun fungsional. Badan pelindung mempunyai tanggung jawab struktural dan moral kepada badan hukum, yang mana organisasi marching band ini harus melakukan kegiatan yang positif dan mendukung kegiatan secara umum di lingkungan badan hukum. Di sisi lain, Badan Pengurus mempunyai hubungan fungsional ke Event, yang mana mereka bertanggung jawab mencari penampilan, kejuaraan, parade 284
Marko S. Hermawan Interaksi Multi Disiplin Ilmu dalam Sebuah Organisasi
dan kegiatan lainnya agar marching band ini mempunyai tujuan. Booster sebagai pihak yang mencari dana, hubungan fungsional adalah mencari sponsor diluar badan hukum yang mau menyokong dan mendukung organisasi ini. Terakhir, anggota juga mempunyai hubungan eksternal dengan lingkungan, yang mana para pemain berasal dari lingkungan sekitar organisasi, sekolah, universitas dan tempat kerja.
Badan Hukum
Pelindung
Event
Pengurus
Booster
Sponsor
Anggota
Lingkungan
Gambar 1. Sistem Organisasi Marching Band
Secara definitif, Robbins (1996) mengartikan manajemen sebagai sebuah proses dalam rangka menyelesaikan suatu aktifitas secara efisien dan efektif dengan melibatkan sejumlah orang yang bekerja. Sehingga dengan pengaplikasian komponen internal diatas, maka perlu adanya suatu sistematika kepemimpinan dan manajemen secara professional di organisasi marching band. Secara hirarki, dapat di gambar sebagai berikut:
Pelindung
Manajemen
Booster
Anggota
Gambar 2. Struktur Organisasi Marching Band
285
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa hirarki paling utama dan terpenting dalam ilmu manajemen adalah Badan Manajemen. Komponen ini berfungsi sebagai ‘nahkoda’ atas sukses tidaknya program kerja marching band, serta memonitor kegiatan marching band ini secara langsung. Sebagai manajer, Badan Manajemen juga harus mampu mentransformasikan keinginan atau visi Badan/Yayasan pelindung, kedalam tujuan aplikatif di kegiatan marching band ini. Booster yang mempunyai hubungan non-struktural (diberi tanda panah putus-putus) juga mempunyai peran linear dalam pendukung dana. Mengacu pada pedoman Univeristy Interscholastic League (2007), tugas Booster adalah mengadakan program penggalangan dana bagi organisasi. Mereka mempunyai badan tersendiri, terpisah dari manajemen, dan mempunyai laporan keuangan penggalangan dana. Biasanya beranggotakan orang tua murid, pemerhati marching band, guru-guru non-musik, dan lain-lain. Tabel 1 adalah skema penginterpretasian dan pendelegasian sebuah organisasi marching band. Tabel 1. Skema pembagian tugas kerja dalam marching band No 1
Komponen Pelindung
2
Manajemen
3
Booster
4
Anggota
Tujuan struktural
1. Melaksanakan tanggung jawab sosial (CSR) 2. Membina generasi muda 3. Menciptakan kegiatan positif bagi
lingkungan Mengatur jalannya organisasi Membuat program kerja organisasi Membuat sistematika organisasi Membuat paket kepelatihan Menggalang dana ke sponsor, mengadakan acara penggalangan dana. • Mengatur dan mengontrol arus keuangan organisasi 1. Berlatih dengan tekun dan disiplin 2. Menyelesaikan paket kepelatihan sesuai instruksi pelatih 3. Melaksanakan program kerja yang ditetapkan oleh pengurus
1. 2. 3. 4. •
Tanggung Jawab Perusahaan, sekolah, universitas Pelindung, Perusahaan, Sekolah, Universitas Pelindung, Manajemen
Manajemen
Raxsdale (1985) menyarankan untuk memperhatikan secara seksama mengenai tujuan organisasi ini. Seyogyanya sebuah marching band memiliki tujuan dan perencanaan berdasarkan jangka waktu, seperti: 1. Ultimate Goals: Jangka panjang, 7-9 bulan program, berisi program penampilan, kejuaraan yang diikuti. 2. Intermediate Goals: Jangka menengah, 6 bulanan, seperti mendesain show dan display, pertemuan dengan booster club, korenpondensi dengan orang tua. 3. Immediate Goals: Jangka pendek, tiga bulan program, tujuan spesifik per alat, seperti seleksi lagu cadangan, konfirmasi tanggal Training Center (TC), audisi pemain, perbaikan alat. Selayaknya sebuah manajemen perusahaan, maka organisasi marching band memerlukan komitmen dan kerja keras dari para komponen internal. 286
Marko S. Hermawan Interaksi Multi Disiplin Ilmu dalam Sebuah Organisasi
Dengan mengadopsi teori manajemen, organisasi marching band harus mempunyai proses PODC, yaitu Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pengaturan (Directing), dan Pengontrolan (Controlling) (Griffin, 1996). Tabel 2 adalah ilustrasi penerapan sederhana dari proses tersebut di kegiatan marching band. Tabel 2. Penerapan proses PODC dalam marching band No 1
Aktifitas Planning
Komponen Pelindung Manajemen Booster
2
Organizing
Anggota Pelindung Manajemen Booster Anggota
3
Directing
Pelindung Manajemen Booster Anggota
4
Controlling
Pelindung Manajemen Booster Anggota
Kegiatan 1. Membuat program CSR 2. Membuat program kerja tahunan 3. Menciptakan tujuan jangka panjang dan pendek. 4. Membuat kepengurusan internal 5. Membuat program kerja sponsor dan finansial 6. Membuat program kerja harian 1. Membuat badan manajemen secara hukum 2. Membuat struktur organisasi manajemen 3. Membuat struktur kepelatihan 4. Membuat struktur organisasi Booster 5. Membuat laporan keuangan tahunan dana 6. Membuat kepengurusan anggota, komandan, kepala per alat. 7. Berlatih dengan tekun dan rajin 8. Memberi pengarahan kepada manajemen tentang kinerja manajemen 9. Pengaplikasian tujuan jangka panjang dan pendek 10. Mengarahkan anggota untuk berjalan sesuai dengan program kerja 11. Melatih lagu dengan kepelatihan yang efektif 12. Mengatur menjalankan organisasi booster dengan baik 13. Komandan dan kepala alat mengatur anak buahnya agar program latihan efektif 14. Memonitor kinerja organisasi dan pencapaian target 15. Memonitor kinerja anggota band 16. Mengevaluasi lagu dan display 17. Mengontrol jalannya arus kas dan pengelolaan keuangan 18. Mengevaluasi permainan dan penampilan band
2. Marching Band sebagai ilmu psikologi praktis Organisasi Marching Band juga berdampak pada psikologi seseorang, terutama para anggota atau pemainnya. Banyaknya jumlah pemain yang terlibat mengakibatkan timbulnya hubungan secara interpersonal, baik secara kolektif maupun individual. Hal-hal seperti ini terkadang menjadi batu sandungan, bahkan hambatan dalam tercapainya tujuan dan kepelatihan di organisasi marching band. Oleh sebab itu ada baiknya juga mengulas mengapa marching band juga merupakan sarana pengaplikasian ilmu psikologi. Menyambung dari penjelasan ilmu manajemen, sebuah organisasi yang sudah mempunyai perencanaan secara global, perlu menerjemahkan 287
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
diri ke dalam tujuan struktural dan tujuan aplikatif dalam praktek kegiatan kepelatihan. Oleh karena itu, ‘sang manajer’, yaitu pengurus dan pelatih harus mampu mendelegasikan tujuan secara sistematis dan terencana. Menurunkan tujuan ini tidaklah mudah, mengingat transformasi tersebut melibatkan puluhan orang sebagai pemain yang akan bermain di unit ini. Banyaknya interpretasi dan konflik yang timbul selama proses ini mengakibatkan tertundanya program kerja kepelatihan. Salah satu penerapan dalam psikologi adalah teori motivasi. Robbins (1996) memakai teori motivasi dalam pengaplikasian di perusahaan. Secara definisi, motivasi adalah keinginan mewujudkan tujuan perusahaan, dengan memperhatikan kebutuhan individu yang telah terpenuhi (Robbins, 1996). Pengertian lain menyebutkan bahwa sebuah kebutuhan mendorong perbuatan ke arah suatu tujuan tertentu (PPM, 1992). Secara garis besar, tujuan perusahaan atau organisasi akan tercapai, apabila kebutuhan personal seseorang terpenuhi dengan baik. Dalam marching band, seorang pemain merasa dapat bermain dengan penuh semangat, sesuai dengan apa yang diinstruksikan pengurus dan pelatih, apabila pemain itu telah terpenuhi apa yang ia inginkan (dalam latihan tersebut). Tunjungsari (2007) dalam kuliah umumnya di MEC menjelaskan bahwa setiap individu mempunyai motivasi secara internal dan eksternal. Internal berasal dari diri individu, seperti bawaan sejak lahir, faktor genetik manusia, sedangkan eksternal berasal dari luar individu, seperti pergaulan lingkungan, sekolah, teman-teman, dsb. Sebagai pengurus dan pelatih marching band, hendaknya kita harus berusaha agar faktor eksternal dapat mempengaruhi faktor internal agar terjadi kesamaan pandangan di setiap pemain dalam mentransformasi tujuan organisasi ini. Salah satu teori motivasi yang aplikatif digunakan dalam tulisan ini adalah penerapan teori “Maslow’s Hierarchy of Needs”. Abraham Maslow memperkenalkan teori ini dengan anggapan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan sesuai dengan tingkatan dasar ke tinggi, sebagai berikut (Robbins, 1996): 1. Kebutuhan Psikologis (Makanan, minuman, bernafas, sex) 2. Kebutuhan Keamanan (keamanan fisik dan emosi) 3. Kebutuhan Sosial (berafiliasi, sayang menyayangi) 4. Kebutuhan Ego, Prestise (Penghargaan, Kehormatan, Pengakuan) 5. Kebutuhan realisasi diri (Pengembangan diri, pencapaian cita-cita)
288
Marko S. Hermawan Interaksi Multi Disiplin Ilmu dalam Sebuah Organisasi
Realisasi Diri
Ego
Sosial Keamanan
Psikologi
Gambar 3. Mashlow Hierarchy of Needs (Robbins, 1996)
Dalam penerapan di organisasi marching band, teori Mashlow dapat diaplikasikan berdasarkan kebutuhan pengurus, pelatih, dan pemain itu sendiri. Berikut tabel contoh kebutuhan individu di marching band: Tabel 3. Teori Mashlow dalam marching band. No 1 2
Kebutuhan Psikologis Keamanan
3
Sosial
4
Ego
5
Realisasi Diri
Penerapan di marching band Cukupkah makanan dan istirahat yang diberikan selama latihan? Bagaimana keadaan latihan di lapangan? Apakah terlalu panas, terlalu lama, terlalu capai, terlalu ketat? Bagaimana pergaulan dengan rekan, pengurus dan Pembina? Apakah Pembina suka mendatangi latihan untuk menyemangati pemain? Bagaimana penerapan hukuman dan penghargaan yang diberikan kepada pemain? Apakah ada penghargaan atas usaha dan kerja keras selama latihan? Apakah setiap pemain mendapat kesempatan untuk menimba ilmu musik? Apakah pelatih mempercayakan pemain untuk menangani lagu yang sulit, sehingga timbul tantangan baru?
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kebutuhan yang didapat, semakin tercapai tujuan yang diinginkan organisasi. Tentu saja pencapaian kebutuhan ke arah lebih tinggi membutuhkan proses adaptasi dan manajemen yang terarah, sehingga disetiap kebutuhan, pemain dapat merasa yakin akan tercapainya tujuan yang ditetapkan. 3. Marching Band sebagai ilmu musik praktis Ilmu aplikatif yang terakhir dan juga tidak kalah penting adalah pengaplikasian pendidikan musik dalam organisasi marching band. Pendidikan musik merupakan salah satu ilmu pengetahuan terapan yang telah berkembang sejak lama, bahkan dijadikan ilmu pengetahuan khusus, diantara ilmu linguistik, matematik, ilmu alam, sosial dan teknologi 289
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
(Rowley, 1999). Di negara maju seperti Amerika, Eropa dan Jepang, ilmu musik telah berkembang dengan pesat, dan telah melahirkan komposerkomposer terkenal. Sekolah konservatori musik juga banyak melahirkan musisi dan dirigen terkenal, sehingga pantaskan negara-negara ini merupakan panutan bagi dunia musik pada umumnya. Secara umur, pendidikan musik dapat dimulai sejak dini. Ini dibuktikan dari banyak penelitian dari luar dan dalam negeri, yang menyebutkan bahwa anak usia 3 tahun mampu menirukan sebuah lagu dan ritme. Sejak awal usia, anak-anak akan mampu mendapatkan latihan bermain, pendengaran, baca musik, vokal, ritmik, tulis musik, ansambel, komposisi, harmoni dan pengetahuan umum musik (Banoe, 2007). Organisasi marching band merupakan sebuah kumpulan orangorang yang bermain musik. Sesuai dengan pengertiannya, ini merupakan sebuah ansambel, yang mana kumpulan ini bermain bersama-sama dan patuh mengikuti pemimpin dalam satu keseragaman ide (Banoe, 2007). Pengertian ini menunjukkan banyak sekali aspek yang harus diperhatikan dalam bermain musik ansambel. Mengacu pada ilmu manajemen diatas, suatu ansambel terbentuk selayaknya sebuah perusahaan. Ada seorang manajer dan karyawan, dalam hal ini seorang pemimpin lagu (dirigen, field commander) dengan pemainnya. Pemimpin lagu hendaknya mempunyai jiwa kepemimpinan disamping literatur musik yang memadai. Rapi tidaknya sebuah musik tergantung dari kelihaian pemimpin lagu dalam mengarahnya pemainnya. Para pemain juga merupakan komponen penting dalam ansambel, dimana mereka wajib patuh pada pemimpin lagu, bermain lagu sesuai dengan partitur yang diberikan, dan berusaha agar lagu tersebut dimainkan secara kolektif dan koordinatif. Ada banyak ilmu musik berkenaan dengan ansambel yang seharusnya sudah diberikan sejak bangku sekolah. Salah satunya pemikiran praktis berasal dari Prof. Gary Corcoran, dimana ia membuat metode “Linear Balance” (Keseimbangan Linier). Terminologi keseimbangan musik dalam ansambel terkadang menjadi rancu bagi pemimpin lagu dan pemain, dimana masing-masing mempunyai interpretasi dan konsep yang berbeda-beda (Whaley, 2005). Secara harafiah, Balance berarti bercampur dan membuat satu suara secara harmonis. Pemain yang memainkan akord dalam lagu itu ditekankan untuk bermain secara seimbang untuk mengahasilkan efek musik yang harmonis. Bagi pemain muda seperti halnya pemain marching band, menginterpretasi kata ‘seimbang’, belum tentu sama dengan yang diinginkan pelatih. Bisa saja suara terompet dia seimbang dengan rekan terompet lainnya, dimana suaranya tidak menonjol. Namun pemain ini lupa bahwa suara kolektif terompet dia tidaklah seimbang dengan suara alat musik lainnya, seperti trombone, mellophone dan perkusi. Sehingga yang terjadi adalah dominannya suara terompet diantara suara lainnya. Prof. Corcoran menyarankan agar setiap seksi alat mempelajari partitur sesuai dengan tanda bacanya dan mencoba bermain secara “unison” dan seimbang 290
Marko S. Hermawan Interaksi Multi Disiplin Ilmu dalam Sebuah Organisasi
(Whaley, 2005). Tidak ada dominasi suara antar seksi alat, dan saling mendengarkan intensitas, sonoritas suara sendiri dengan suara alat lainnya. Sehingga terbentuk keseimbangan linier dalam ansambel. Peran pemimpin lagu sangat berpengaruh terhadap keseimbangan ini, dan peran pemain untuk mematuhi pemimpin lagu juga sangat penting Seorang pemimpin lagu hendaknya mengerti definisi keseimbangan per alat secara velositas suara, volume dan dinamik, serta interpretasi lagu. Namun seorang pemain juga harus mengerti apa yang tertulis partitur mereka, dan juga apa yang mereka dengar diantara ansambel tersebut. Pengertian mengenai Melodic Material (melodi utama), Counter Melodic material (melodi kontrapung), Sustained Harmonic Material (not pengiring) dan Rythmic Harmonic Material (melodi ritmis, latar belakang) harus dipahami oleh setiap pemain (Whaley, 2005). Permasalahan yang terjadi di organisasi marching band ini adalah minimnya pengurus dan terutama pelatih yang mempunyai latar belakang pendidikan musik aplikatif. Kebanyakan dari mereka adalah berdasarkan pengalaman bermain di unit sebelumnya dan sistem senioritas merupakan sistem yang dipakai dalam kepelatihan di marching band. Mereka yang sudah bermain lama di sebuah unit akan bertindak sebagai pelatih untuk mengajarkan apa yang ia kuasai kepada murid-muridnya. Sehingga bisa disimpulkan, ilmu yang berlangsung turun-temurun akan menjadi ‘lingkaran-setan’ yang tidak pernah hilang, mengingat terbatasnya ilmu yang mereka miliki ini. Salah satu contoh adalah ketidakmampuan pemain membaca not balok dengan sistematis dan cepat. Tak banyak sekolah musik formal di Indonesia juga menyebabkan terbatasnya terapan musik di lingkungan marching band.
Gambar 4. Metode ‘Tikitiki’ oleh Dr. Pono Banoe
4. Hubungan interaktif antar disiplin ilmu dalam organisasi marching band Menilik dari penjelasan tiga ilmu dasar diatas, maka terdapat hubungan yang erat dan berkesinambungan di dalam organisasi marching band. Apabila digambarkan dalam gambar 5. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan 3 lingkaran disiplin ilmu (manajemen, psikologi dan musik), serta keterkaitan antar ilmu tersebut dalam marching band. Secara rinci, hubungan tersebut bertemu dalam arsiran sebagai berikut: 1. Ilmu manajemen terkait dengan Psikologi. Dalam arsiran ini, peran seorang Pembina merefleksikan area ini. Seorang pemimpin harus 291
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
mampu mengelola organisasi, dipadukan dengan seni memimpin berbagai karakter manusia. Tugas Pembina dalam marching band, seperti dijelaskan oleh Raxsdale (1985) antara lain menciptakan tujuan (goals) agar dapat menstimulasi ketertarikan anggota dalam berlatih. Dalam menciptakan tujuan-tujuan tersebut, hendaknya diset lebih tinggi dari standar yang ada, agar dapat menciptakan imajinasi dan inovasi dalam bermusik. Manaje men
Fungsi Pengurus
Musik Fungsi Pemain
Fungsi Pembina
Psikologi
Fungsi Pelatih
Gambar 5. Keterkaitan 3 ilmu dalam Marching Band
2. Ilmu psikologi terkait dengan ilmu musik. Peran pelatih berada didalam area ini. Seorang pelatih hendaknya memiliki kemampuan musikalitas yang dapat dicontoh oleh anak didiknya. Disisi lain, pelatih juga harus mampu mendidik anak muridnya, dan mengajarkan musik kepada mereka sesuai dengan tingkat kemampuan. Smith (2009) berpendapat, guru (pelatih) musik yang efektif adalah mereka yang mempunyai kepemimpinan yang kuat, memfasilitasi perilaku setiap murid, dan mengembangkan metode yang tepat untuk mencapai tujuan program. Lebih lagi dijelaskan oleh Bailey (1994), tujuan utama dari mendidik musik lebih ditekankan pada sisi psikologi, dimana pelatih harus dapat memotivasi muridnya untuk belajar musik. 3. Ilmu musik terkait dengan ilmu manajemen. Di area ini, peran pengurus dan seorang field commander (gitapati) sangat diperlukan dalam memimpin, baik secara manajemen organisasi, maupun dalam ensembel musik. Smith (2009) menyatakan bahwa seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan teknis memimpin rekan292
Marko S. Hermawan Interaksi Multi Disiplin Ilmu dalam Sebuah Organisasi
rekannya. Di dalam marching band, seorang gitapati harus dapat menyelaraskan musik di marching band dan memimpin lagu tersebut dengan baik. 4. Ilmu manajemen, musik dan psikologi. Ini merupakan arsiran ditengah yang mencakup ketiga aspek terapan ilmu. Peran seorang murid atau pemain berada didalam arsiran ini. Dari sisi manajemen, seorang pemain dituntut untuk mengatur diri sendiri dan rekannya dalam berlatih. Smith (2009) mengatakan seorang Section leader (pemimpin seksi) mempunyai peranan yang kuat dalam memimpin dan bertanggung jawab terhadap grup/seksi musik yang dipimpinnya. Disisi yang lain, setiap anggota mempunyai tanggung jawab memotivasi sendiri serta rekan anggota lainnya. Raxsdale (1985) berpendapat untuk menjadikan sebuah band yang bagus, harus memiliki murid/anggota yang mempunyai dasar musik yang kuat, serta memiliki motivasi tinggi dalam mencapai tujuan bermusik. Kesimpulan Dalam membuat sebuah marching band, sebuah badan hukum, universitas atau sekolah hendaknya mengetahui apa tujuan dasar dari pembentukan organisasi ini. Apakah hanya sekedar memenuhi program CSR tanpa mengindahkan konsistensi pengelolaan organisasi, atau hanya mengedepankan prestise sekolah tanpa memperhatikan intensitas latihan bagi pemain? Atau hanya ingin mengejar sebuah kejuaraan bergengsi? Semua pertimbangan ini hendaknya diperhitungkan dari segi manajemen, psikologi latihan dan pengetahuan musik yang ada. Sebuah organisasi marching band yang solid adalah organisasi yang memperhatikan struktur dan hirarki secara konsisten, pendelegasian tugas dengan tepat, pengarahan anggota dengan tegas, dan pengontrolan kinerja yang sistematis. Ada baiknya organisasi marching band meniru gaya manajemen perusahaan, sehingga dapat dilakukan secara professional. Mengelola sebuah organisasi besar berarti mengelola orang banyak. Banyaknya pemain juga berakibat banyaknya pikiran dan perasaan. Manajemen seyogyanya memperhatikan keadaan pemain secara psikis, pergaulan, kondisi mental dan kebutuhannya. Sebagai seorang manusia, sudah pasti membutuhkan apa yang seharusnya diperlukan. Semakin tinggi tuntutan manajemen akan kepelatihan, semangat banyak yang dibutuhkan para pemain. Sukses tidaknya program latihan, selain dari kerja sama manajemen dan pemain, juga dari pencapaian kebutuhan dan kepuasan pemain dalam bermain. Marching band adalah sekumpulan orang bermain musik. Komponen terakhir dan terpenting adalah bagaimana sebuah marching band dapat bermain musik dengan baik. Bagus tidaknya sebuah musik bergantung pada materi musik yang diberikan pelatih kepada pemain. Pelatih musik dan pemain setiap saat harus dibekali dengan ilmu pengetahuan musik yang memadai, sehingga interpretasi lagu dan 293
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
permainan dapat dilakukan dengan optimal. Terbatasnya ilmu musik di masing-masing pihak berakibat dangkalnya permainan musik, kurang berkembangnya variasi dalam musik, dan terbatasnya kapabilitas bermain musik. Program yang terencana dengan rapih dan penerapan latihan dengan disiplin akan sangat mempengaruhi sebuah marching band yang sempurna. Sehingga mutlak bagi sebuah marching band untuk selalu bermain secara musikal, selayaknya sebuah pertunjukan orkestra di panggung. Rekomendasi Terbatasnya referensi tentang marching band di dalam negeri membuat tulisan ini jauh dari sempurna. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini membutuhkan saran dan kritik membangun dari pembaca, demi semakin sempurnanya penulisan ini. Namun di atas itu, dengan bekal ilmu yang ada, penulis sangat antusias untuk mengembangkan dan meneliti dunia marching band di Indonesia ke dalam suatu penulisan akademik. Hal-hal yang sekiranya dapat dikembangkan dalam penelitian ini, sebagai rekomendasi untuk pembaca ke depan adalah: 1. Kepemimpinan sebuah organisasi marching band membutuhkan suatu manajemen yang profesional. Bagaimana struktur organisasi marching band yang ideal, sesuai dengan lingkungan, tanggung jawab dan sistem kepelatihan? 2. Perlukah sebuah Booster Club di semua organisasi marching band? Bagaimana pelimpahan tanggung jawab dan kinerja dengan pengurus? 3. Bagaimana membuat suatu metode yang efektif agar dapat memotivasi pemain dalam latihan, terutama menjelang sebuah pertandingan besar? 4. Kendala apa yang dihadapi sebuah marching band dalam memperoleh pengetahuan musik yang tepat guna dan metode pelatihan musik apa yang dapat diterapkan pada setiap latihan? Kesemuanya ini akan menjadi sebuah tulisan ilmiah yang menarik, sesuai dengan bidang studi yang terkait. ___________ Daftar Pustaka Buku: Bailey, W, 1994, The Complete Marching Band Resource Manual, University of Pennsylvania Press, Philadelphia. Banoe, P., 1996, Marching Band Indonesia, Modul Perkuliahan, MEC Suling Bambu, Jakarta. Banoe, P. 2003. Kamus Musik, Kanisius, Jogjakarta Banoe, P. 2006. Pengetahuan Dasar Keguruan, Modul Perkuliahan, MEC Suling Bambu, Jakarta 294
Marko S. Hermawan Interaksi Multi Disiplin Ilmu dalam Sebuah Organisasi
Banoe, P. 2007 Metode Pengajaran Musik Praktis, Modul Seminar, MEC Suling Bambu, Jakarta Griffin, R & Ronald J. Ebert. 1996, Business, Prentice Hall International, 4th ed, USA Institut Pendidikan dan Pengembangan Manajemen. 1992 Pendidikan dan Latihan Manajemen, Modul Seminar, PT. Pupuk Kaltim, Bontang Kirnadi. 2004. Pengetahuan Dasar Marching Band, PT. Citra Intirama, cet ke-1, Jakarta Marshall, K,. 2007. Recent Marching Band Recordings, Journal of American Folklore (p. 230-242), University of Illinois Raxsdale, B. 1985. The Marching Band Director: A Master Planning Guide, Hal Leonard Corporation, USA Robbins, S P. & Mary Coulter. 1996 Management, Prentice Hall International, 5th ed, USA Rowley, G. 1999 The Book of Music, Chancellor Press, London Sekaran, U., 2000, Research Methods for Business, 3rd ed, Wiley, USA Smith, G, 2009, The System; Marching Band Methods, Illinois, USA Tunjungsari, H. 2007 Psikologi Pendidikan, Modul Perkuliahan, MEC Suling Bambu, Jakarta Whaley, G. 2005 The Music Director’s Cookbook: Creative Recipes for a Successful Program, Meredith Music Publication, 1st ed, USA Website: ________, Akademi Militer Magelang, http://www.akmil.ac.id/korps.php ________, 2009,Booster Club Guidelines, University Interscholastic League, http://www.uil.utexas.edu/policy/booster_clubs.html Gultom, 2007,Trendmarching, http://www.trendmarching.or.id _______, 2008, Marching Band definition, Wikipedia, http://www.wikipedia.com _______, 2010, World Association Marching Show Band, www.wamsb.org
295