1
TESIS
INTERAKSI MORALITAS INDIVIDU DAN KESESUAIAN KOMPENSASI PADA KECURANGAN AKUNTANSI (STUDI EKSPERIMEN PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR)
ASTRID KRISDAYANTHI
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
2
TESIS
INTERAKSI MORALITAS INDIVIDU DAN KESESUAIAN KOMPENSASI PADA KECURANGAN AKUNTANSI (STUDI EKSPERIMEN PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR)
ASTRID KRISDAYANTHI 1291662023
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS
3
INTERAKSI MORALITAS INDIVIDU DAN KESESUAIAN KOMPENSASI PADA KECURANGAN AKUNTANSI (STUDI EKSPERIMEN PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR)
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana
ASTRID KRISDAYANTHI 1291662023
PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 08 JUNI 2015
Pembimbing I,
Pembimbing II,
4
Ni Putu Sri Harta Mimba, SE., M.Si., Ph.D, Ak. NIP 19730515 199903 2 003
Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si., Ak. NIP 19661008 199303 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Dr. Dewa Gede Wirama, SE.,MSBA., Ak. NIP 19641224 199103 1 002
Prof. Dr.dr. A.A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP 19590215 198510 2 001
PENETAPAN PANITIA PENGUJI Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal 08 Juni 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor / Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana No.: 1451/UN 14.4/HK/2015 Tanggal 21 Mei 2015
5
Ketua
: Ni Putu Sri Harta Mimba, SE., M.Si., Ph.D, Ak
Anggota
:
1. Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si., Ak. 2. Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak. 3. Dr. I.D.G Dharma Suputra, SE., M.Si., Ak. 4.
Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, M.Si., Ak.
6
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama
: Astrid Krisdayanthi
Nim
: 1291662023
Program Studi : Magister Akuntansi Judul Tesis
: Interaksi Moralitas Individu dan Kesesuaian Kompensasi pada Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen Pada Pemerintah Kota Denpasar)
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak dikemudian hari terbukti terdapat plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan peraturan undang-undang yang berlaku.
Denpasar, Juli 2015 Yang membuat pernyataan,
(Astrid Krisdayanthi)
7
UCAPAN TERIMA KASIH Om Swastiastu, Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, atas asung kertha wara nugraha Beliau, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tesis yang berjudul “Interaksi Moralitas Individu dan Kesesuaian Kompensasi Pada Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen Pada Pemerintah Kota Denpasar)”. Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terlaksana berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini ijinkanlah penulis menghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD selaku Rektor Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Udayana.
2.
Ibu Prof. Dr. dr. A.A.A Raka Sudewi, Sp.S(K), selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Magister Akuntansi Universitas Udayana.
3.
Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4.
Bapak Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE., M.Si. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
5.
Bapak Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6.
Bapak Dr. Dewa Gede Wirama, SE., MSBA., Ak. selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Udayana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana, Bapak dan Ibu dosen, serta seluruh staf yang telah mendidik dan membantu proses penyelesaian tesis ini.
7.
Ibu Ni Putu Sri Harta Mimba, SE., M.Si., Ph.D, Ak. selaku Dosen Pembimbing Akademis sekaligus Pembimbing I, beserta Ibu Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si., Ak. sebagai Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya dan dengan sabar telah memberikan bimbingan dan masukan serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8.
Bapak Dr. I Ketut Budiartha, SE., M.Si., Ak., Bapak Dr. I.D.G Dharma Suputra,
8
SE., M.Si., Ak., dan Bapak Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, M.Si., Ak. selaku Dosen Penguji yang dengan perhatian memberi kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini. 9.
Pimpinan dan staf Pemerintah Kota Denpasar yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan data yang diperlukan, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
10.
Orang tua tercinta, Ayah Drs. I Komang Sugiartha, M.Si., dan Ibu Dra. Ni Made Suarni, M.Si., serta teman-teman yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan moral maupun material kepada penulis.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan kontribusinya kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis ini. Penulis juga mohon maaf kepada semua pihak jika ada kekurangan yang tidak disengaja dalam tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Om Santi, Santi, Santi Om Denpasar, Juli 2015
Penulis
9
ABSTRAK INTERAKSI MORALITAS INDIVIDU DAN KESESUAIAN KOMPENSASI PADA KECURANGAN AKUNTANSI (Studi Eksperimen Pada Pemerintah Kota Denpasar) Praktik kecurangan akuntansi bisa terjadi pada sektor swasta maupun sektor publik. Penelitian pada sektor pemerintahan terutama pada pemerintah daerah dengan menggunakan studi eksperimen mengenai interaksi antara moraliatas individu dan kesesuaian kompensasi terhadap kecurangan akuntansi masih relatif sedikit. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk: pertama, memperoleh bukti empiris adanya perbedaan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki level penalaran moral tinggi dan level penalaran moral rendah. Kedua, untuk memperoleh bukti empiris adanya perbedaan antara individu yang memperoleh kompensasi yang sesuai dan tidak sesuai. Terakhir, untuk memperoleh bukti adanya interaksi antara moralitas individu dan kesesuaian kompensasi pada kecurangan akuntansi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Sub Bagian Keuangan/Akuntansi di Pemerintah Kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen faktorial 2x2. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan antara individu yang memiliki level moral tinggi dan individu yang memiliki level moral rendah dalam melakukan kecurangan akuntansi. Selain itu penelitian ini juga membuktikan terdapat interaksi antara moralitas individu dan kesesuaian kompensasi pada kecurangan akuntansi. Tetapi, penelitian ini tidak dapat membuktikan terdapat perbedaan antara individu yang memperoleh kompensasi yang sesuai dengan yang tidak sesuai dalam melakukan kecurangan akuntansi. Kata kunci: kecurangan akuntansi, moralitas individu, kesesuaian kompensasi
10
ABSTRACT INTERACTION OF INDIVIDUALS MORALITY AND APPROPRIATENESS OF COMPENSATION ON ACCOUNTING FRAUD (Experimental Study In Denpasar Government) Accounting frauds can be occurred in private and public sectors. There is relatively not so many previous studies about the interaction between morality and compensation appropriteness in accounting fraud using experiment method in public sectors, especially in local government organisations. The purpose of this study is to fill this gap. Accordingly, this study is aimed three folds. Firstly, to obtain empirical evidence of differences in accounting fraud between individuals who have a high and a low level of moral reasoning. Secondly, to obtain empirical evidence of differences between individuals who achieve appropriate and not appropriate compensation. Thirdly, to obtain evidence of the interaction between individual morality and compensation appropriateness on accounting fraud. The populations of this study are all Sub-Section Heads of Finance/Accounting in Denpasar City. This study uses a 2x2 factorial experimental design. The results of this study show that there are differences between individuals who have a high and low level of morale in doing accounting fraud. This study also proves that there is an interaction between individual morality and compensation appropriateness in accounting fraud. However, this study cannot prove that there is a difference between individuals who receive compensation in accordance and those who do not fit in performing accounting fraud. Keywords: fraud, individual morality, appropriateness compensation
11
RINGKASAN Praktik kecurangan akuntansi bisa terjadi pada sektor swasta maupun sektor publik. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) pada semester II 2013 yang hasilnya mengungkapkan sebanyak 10.996 kasus dengan nilai Rp13,96 triliun,. Hal ini mengindikasikan bahwa praktik kecurangan akuntansi di Pemerintah Daerah dan Kota di Indonesia masih relatif tinggi. Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimen, karena penelitian tentang masalah kecurangan akuntansi masih relatif sedikit yang ditemukan menggunakan metode seksperimen disbanding survey. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti pengaruh antara moralitas individu dan kesesuaian kompensasi dalam melakukan kecurangan akuntansi. penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh bukti empiris interaksi moralitas dan kesesuaian kompensasi terhadap kecurangan akuntansi. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen faktorial 2x2 untuk menguji pengaruh moralitas individu dan kesesuaian kompensasi terhadap kecurangan akuntansi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh berdasarkan hasil jawaban partisipan dari skenario yang dibagikan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecurangan akuntansi yang diukur menggunakan skenario dengan topik mengenai pengadaan barang dan jasa, sedangkan variabel independennya adalah moralitas individu (tingkat moral tinggi dan rendah) dan kesesuaian kompensasi (sesuai dan tidak sesuai). Dalam penelitian ini diamati kecenderungan individu dalam melakukan kecurangan akuntansi dengan membagi partisipan ke dalam empat grup; Grup 1: kelompok tingkat moral tinggi dalam kondisi memperoleh kompensasi yang sesuai; Grup 2: kelompok tingkat moral tinggi dalam kondisi memperoleh kompensasi yang tidak sesuai; Grup 3: kelompok tingkat moral rendah dalam kondisi memperoleh kompensasi yang sesuai; Grup 4: kelompok tingkat moral rendah dalam kondisi memperoleh kompensasi yang tidak sesuai. Populasi dalam penelitian ini adalah
12
SKPD Kota Denpasar. Sedangkan, sampel dari penelitian ini adalah kepala Sub.Bagian Akuntansi/Keuangan pada masing-masing SKPD. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara individu yang memiliki tingkat moralitas yang tinggi dengan individu yang memiliki tingkat moralitas yang rendah dalam melakukan kecurangan akuntansi. Tetapi, penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya perbedaan antara individu yang memperoleh kompensasi yang sesuai dengan individu yang memperoleh kompensasi yang tidak sesuai dalam melakukan kecurangan akuntansi. sedangkan dilihat dari interaksi antara moralitas individu dan kesesuaian kompensasi terhadap kecurangan akuntansi, penelitian ini dapat membuktikan bahwa adanya interaksi antara tingkat moralitas individu dengan kesesuaian kompensasi. Hal ini berarti setiap perubahan salah satu faktor (tingkat moralitas atau kesesuaian kompensasi), akan menyebabkan perubahan individu dalam melakukan kecurangan akuntansi.
13
DAFTAR ISI Halaman Sampul................................................................................................................. ................... ....i Prasyarat Gelar…….............................................................................................. ................... ..ii Lembar Pengesahan.............................................................................................. ....................iii Penetapan Panitia Penguji................................................................................... .................. ....iv Surat Pernyataan Bebas Plagiat........................................................................... .................. ....v Ucapan terima kasih............................................................................................ .................. ....vi Abstrak.................................................................................................................. ..................viii Abstract................................................................................................................. .................. ..ix Ringkasan............................................................................................................. .................. ....x Daftar Isi.............................................................................................................. .................. ..xii Daftar Tabel......................................................................................................... .................. ..xv Daftar Gambar..................................................................................................... ................. ..xvi Daftar Lampiran................................................................................................. .................. ..xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... .1 1.2 Rumusan masalah.................................................................................. ................... .5 1.3 Tujuan Penelitian…............................................................................... ................... .6 1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. ................. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan..................................................................................... ................... ..7 2.2 Teori Motivasi....................................................................................... .................. .8 2.2.1 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow................,............................ .................. .8 2.2.2 Teori Dua Faktor Herzberg....................................................... .................. .10 2.3 Pengelolaan Keuangan Kota Denpasar................................................ .................. 12 2.4 Kecurangan Akuntansi........................................................................ .................. .15 2.5 Kesesuaian Kompensasi...................................................................... .................. .18 2.6 Penalaran Moral................................................................................. .................. ..21
14
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir............................................................................. ................... ..24 3.2 Konsep Penelitian................................................................................................ ...26 3.3 Hipotesis Penelitian............................................................................................... .26
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian.......................................................................... .................. .31 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... .................. 34 4.3 Penentuan Sumber Data....................................................................... .................. 35 4.4 Variabel dan Instrumen Penelitian...................................................... .................. .36 4.5 Prosedur Penelitian................................................................................................ .38 4.5 Pilot Test.............................................................................................. ................. .40 4.7 Teknik Analisis Data........................................................................... .................. .40 4.7.1 Statistik Deskriptif..................................................................... .................. 41 4.7.2 Uji Homogenitas........................................................................ .................. 41 4.7.3 Uji Normalitas........................................................................... ................... .41 4.7.4 Uji Hipotesis.............................................................................. .................... 42
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian.................................................................................... ................... .44 5.1.1 Karakteristik Partisipan.............................................................. ................... 44 5.1.2 Statistik Deskriptif Grup............................................................ .................. 45 5.1.3 Uji Instrumen Penelitian............................................................. ................... 46 5.1.3.1 Uji Validitas.................................................................... ................... 47 5.1.3.2 Uji Reliabilitas................................................................ ................... 48 5.1.4 Uji Asumsi Klasik....................................................................... ................... 49 5.1.4.1 Uji Normalitas................................................................ ................... 49 5.1.4.2 Uji Homogenitas............................................................ ................... 49 5.1.5 Pengujian Hipotesis..................................................................... ................... 50 5.2 Pembahasan............................................................................................. ................... 53 5.2.1 Perbedaan individu dengan tingkat moralitas tinggi dan tingkat moralitas rendah terhadap kecurangan akuntansi...................... .................................. 53
15
5.2.2 Perbedaan individu yang memperoleh kompensasi yang sesuai dan tidak sesuai terhadap kecurangan akuntansi....................... ..................................... 55 5.2.3 Interaksi antara moralitas individu dengan kesesuaian kompensasi terhadap kecurangan akuntansi............................. ......................................................... .57
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan.............................................................................................. ................... .58 6.2 Saran...................................................................................................... ................... 58 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ .................. 60 LAMPIRAN
16
DAFTAR TABEL Halaman 4.1 Desain Eksperimen Faktorial 2x2................................................................... .................. .32 5.1 Karakteristik Partisipan................................................................................. .................. ...45 5.2 Statistik Deskriptif......................................................................................... .................. ..46 5.3 Uji Validitas................................................................................................... .................. ..47 5.4 Reliability Statistics....................................................................................... .................. ..48 5.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test....................................................... .................. ..49 5.6 Levene's Test of Equality of Error Variances(a) ............................................................. ..50 5.7 Tests of Between-Subjects Effects..................................................................................... 50
17
DAFTAR GAMBAR Halaman 3.1 Kerangka Berpikir........................................................................................... .................. .24 3.2 Konsep Penelitian........................................................................................... ................. ..26 4.1 Rancangan Penelitian....................................................................................... .................. 33
18
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Daftar Temuan BPK Tahun 2009-2012..................................................................1 Lampiran 2 Penelitian-penelitian Sebelumnya........................................................ ..................3 Lampiran 3 Daftar Perangkat Daerah Kota Denpasar............................................ ...................6 Lampiran 4 Permohonan Kesediaan Menjadi Responden..................................... ...................8 Lampiran 4 Identitas Responden............................................................................ ...................9 Lampiran 5 Penugasan 1 Skenario Untuk Kesesuaian Kompensasi...................... .................10 Lampiran 6 Penugasan 2 SKALA Defining Issues Test (DIT) ............................ ..................15 Lampiran 7 Hasil Pengolahan Data dengan SPSS Versi 19.............................. ......................19
19
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Akuntansi selalu berkembang dari masa ke masa. Perkembangan ini membawa
dampak yang baik maupun buruk bagi kehidupan masyarakat. Dampak yang dirasakan dari perkembangan akuntansi yang awalnya mulai dari pencatatan keuangan berbentuk single dan double entry, lalu mengenal neraca sebagai laporan yang digunakan dalam perusahaan, lalu mengenal
pemeriksaan
laporan
keuangan
(financial
auditing),
sampai
pada
perkembangannya sistem informasi yang semakin canggih (Herbert dalam Harahap, 1997). Disamping itu, dari perkembangan akuntasi terdapat pula hal negatif yang dirasakan yaitu mengenai kecurangan (fraud). Kecurangan akuntansi bisa diartikan sebagai salah saji yang timbul dari pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dan salah saji yang timbul karena perlakuan tidak semestinya terhadap aset (IAPI, 2014:1). Kecurangan akuntansi sering dihubungkan dengan teori keagenan. Hal ini dikarenakan dalam teori keagenan terdapat suatu kontrak antara satu orang atau lebih yang bertindak sebagai prinsipal (yaitu pemegang saham) yang menunjuk orang lain sebagai agen (yaitu manajer) untuk melakukan jasa untuk kepentingan principal (Jensen dan Meckling, 1976). Agen dan prinsipal memiliki kepentingan sendiri-sendiri dimana keduanya ingin memaksimumkan utilitas masing-masing. Karena hal inilah yang menyebabkan tidak sejalannya keinginan antara agen dan prinsipal, yang mengakibatkan mungkin saja agen akan bertindak yang berdampak pada kerugian bagi prinsipal demi memenuhi keinginannya. Tindakan yang dilakukan agen dalam hal ini bisa mengarah pada kecurangan akuntansi. Menurut Simanjuntak (2005) ada empat faktor yang mendorong seseorang melakukan kecurangan, yaitu: greed (keserakahan), opportunity (kesempatan), need (kebutuhan), dan
20
exposure (pengungkapan). Opportunity dan Exposure berhubungan dengan organisasi yang bisa disebut faktor umum seperti elemen pengendalian internal. Sedangkan greed dan need berhubungan dengan individu pelaku kecurangan (faktor individual). Hal ini berhubungan dengan perilaku apa yang melekat dalam diri seseorang yang berkaitan dengan moralitas seseorang. Moral manusia dapat dilihat dari kepribadian dan pola pikir mereka yang menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan. Pola pikir ini akan berdampak pada berkurangnya rasa ingin melakukan kecurangan dari dalam diri seseorang. Banyaknya kasus kecurangan bisa dikaitkan dengan moralitas individunya. Albrecht (2004) mengatakan bahwa salah satu motivasi individu dalam melakukan kecurangan akuntansi adalah keinginan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kecurangan akuntansi dalam suatu perusahaan adalah kesesuaian kompensasi yang didapatkan karyawan (Wilopo, 2006; Thoyibatun, 2009; Fauwzi, 2011). Kompensasi tersebut dapat berupa pembayaran keuangan langsung dalam bentuk gaji, upah, insentif, serta pembayaran tidak langsung dalam bentuk tunjangan seperti asuransi dan uang liburan (Dessler, 1998). Penelitian mengenai faktor kesesuaian kompensasi yang mempengaruhi kecurangan akuntansi ternyata menimbulkan hasil yang belum konsisten. Thoyibatun (2009) dan Fauwzi (2011) menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kecurangan akuntansi. Wilopo (2006) menemukan hasil berbeda yang menyatakan bahwa kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi. Praktik kecurangan akuntansi bisa terjadi pada sektor swasta maupun sektor publik. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) pada semester II 2013 yang hasilnya mengungkapkan sebanyak 10.996 kasus dengan nilai Rp13,96 triliun, yang di dalamnya
21
termasuk kasus tentang ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, dan kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) (BPK, 2014). Hal ini mengindikasikan bahwa praktik kecurangan akuntansi di Pemerintah Daerah dan Kota di Indonesia masih relatif tinggi. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi relatif tinggi sebesar 5,97% dan diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,62% pada triwulan III tahun 2013 (BI, 2013: 11). Pertumbuhan ekonomi Bali tersebut, secara parsial disumbang oleh ibukotanya yaitu Kota Denpasar sebesar 1,53%. Dikarenakan Kota Denpasar adalah salah satu penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di Bali. Berdasarkan hal itu, peneliti tertarik melakukan penelitian di Pemerintah Kota Denpasar. Selain itu, penerapan sistem dan prosedur akuntansi pada pemerintah Kota Denpasar relatif masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Pemerintah Kota Denpasar yang menyatakan bahwa Kota Denpasar secara berturut-turut sejak tahun 2009-2011 mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan di tahun 2012 memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (WTP-BP) dari pihak BPK RI Perwakilan Provinsi Bali. Beberapa kelemahan yang menyebabkan BPK memberikan opini WDP dan WTP-BP pada Pemerintah Kota Denpasar antara lain: belum tepatnya penyajian jumlah dan luasnya aset tetap milik Pemerintah Kota Denpasar, penghapusan aset tetap yang sudah terbit surat keputusan penghapusannya belum dihapus, sehingga Neraca tidak menunjukkan nilai yang sebenarnya, tidak tertibnya penatausahaan aset tetap yang mengakibatkan tidak diyakini kewajarannya, realisasi pendapatan hibah Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) tidak dapat dicatat dan tidak melalui mekanisme APBD sehingga tidak dicatat dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), pembebanan kelebihan belanja perjalanan dinas pada APBD, adanya belanja kegiatan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak diyakini kewajarannya,
22
kesalahan penganggaran yang berdampak pada ketidaksesuaiannya Laporan Keuangan, sistem administrasi yang belum memadai dan tidak melalui mekanisme APBD (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dalam penelitian ini). Informasi tersebut menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah belum sepenuhnya memberikan pengaruh signifikan untuk mencegah penyimpangan baik kesalahan ataupun kecurangan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain yaitu, penelitian ini menggunakan desain studi eksperimen. Hal ini dikarenakan penelitian dengan menggunakan metode studi eksperimen atas masalah kecurangan akuntansi masih relatif sedikit ditemukan dibandingkan penelitian serupa dengan menggunakan metode survey. Penelitian sebelumnya tentang studi eksperimental umumnya menggunakan partisipan yang berasal dari mahasiswa program S1 dan S2 sebagai pengganti (surrogate) dari manajer yang telah berpengalaman. Penggunaan mahasiswa ini menimbulkan keraguan mengenai ketepatan mereka sebagai pengganti dari manajer yang berpengalaman (Chang et al., 2002). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menggunakan partisipan bukan dari mahasiswa S1 maupun S2, melainkan kepala Sub. Bagian Akuntansi/Keuangan pada masing-masing SKPD di pemerintah Kota Denpasar.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1) Apakah terdapat perbedaan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki tingkat moralitas tinggi dan tingkat moralitas rendah? 2) Apakah terdapat perbedaan kecurangan akuntansi antara individu yang memperoleh kompensasi yang sesuai dan kompensasi yang tidak sesuai?
23
3) Apakah moralitas individu dan kesesuaian kompensasi saling berinteraksi dalam mempengaruhi kecurangan akuntansi?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti pengaruh antara moralitas individu
dan kesesuaian kompensasi dalam melakukan kecurangan akuntansi. penelitian ini juga bertujuan untuk memperoleh bukti empiris interaksi moralitas dan kesesuaian kompensasi terhadap kecurangan akuntansi.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam pengembangan teori agensi dan teori motivasi, khususnya berhubungan dengan masalah kecurangan akuntansi. 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Kota Denpasar dalam menetapkan dan mengevaluasi kebijakan guna meminimalisir adanya kecurangan akuntansi di instansinya, serta memberikan bukti empiris tentang ada tidaknya kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi antara individu bermoral rendah dan tinggi dalam kondisi memperoleh kompensasi yang sesuai dan tidak sesuai.
24
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan Teori keagenan adalah suatu kontrak antara satu orang atau lebih yang bertindak sebagai prinsipal (yaitu pemegang saham) yang menunjuk orang lain sebagai agen (yaitu manajer) untuk melakukan jasa untuk kepentingan prinsipal. Teori Keagenan sering dikhubungkan dengan masalah kecurangan akuntansi (Jensen dan Meckling, 1976). Hal ini dikarenakan agen dan prinsipal memiliki kepentingan sendiri-sendiri dimana keduanya ingin memaksimumkan utilitas masing-masing. Karena hal inilah yang menyebabkan tidak sejalannya keinginan antara agen dan prinsipal, yang mengakibatkan mungkin saja agen akan bertindak yang berdampak pada kerugian bagi prinsipal demi memenuhi keinginannya. Tindakan yang dilakukan agen dalam hal ini bisa mengarah pada kecurangan akuntansi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan bahwa prinsipal dapat memecahkan permasalahan ini dengan memberi kompensasi yang sesuai kepada agen, serta mengeluarkan biaya monitoring, sedangkan untuk mendapatkan hasil monitoring yang baik, diperlukan pengendalian internal perusahaan yang efektif. Untuk mengatasi permasalahan keagenan seharusnya manajemen perusahaan melaksanakan aturan akuntansi dengan benar. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi (IAPI, 2014). Permasalahan keagenan juga terjadi, bila prinsipal merasa kesulitan untuk menelusuri apa yang sebenarnya dilakukan oleh agen. Situasi ini disebut sebagai asimetri informasi. Nicholson (1997) mencatat bahwa tindakan yang dilakukan oleh manajemen dipengaruhi oleh situasi asimetri informasi. Perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi juga disebabkan oleh hal yang substansial yaitu sikap dan tanggung jawab moral perusahaan. Perusahaan memiliki tanggung jawab moral dan sosial (Keraf, 1998), yang pada tingkat operasional, tanggung jawab moral ini diwakili oleh
25
manajemen. Perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan juga tergantung pada moralitas manajemen. Teori keagenan bermaksud memecahkan dua problem yang terjadi dalam hubungan keagenan. Pola pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Negara sejalan dengan teori keagenan yang menciptakan hubungan keagenan. SKPD sebagai agen dan Walikota/Bupati sebagai wakil dari prinsipal memiliki pola hubungan yang tak terpisahkan, tetapi terdapat ketidakseimbangan informasi yang dimiliki kedua belah pihak. Walikota/Bupati tidak memiliki informasi yang penuh atas laporan pertanggungjawaban eksekutif atas pengelolaan anggaran, apakah pertanggungjawaban pengelolaan anggaran telah mencerminkan kondisi yang sebenarnya, ataukah masih adanya informasi yang tidak diungkapkan.
2.2 Teori Motivasi 2.2.1 Teori Hierarki Kebutuhan Maslow Teori ini dikemukakan oleh Abraham Maslow, yang menyatakan bahwa motivasi didasarkan kebutuhan manusia secara bertingkat. Menurut Maslow, jenjang kebutuhan manusia sebagai karyawan dari yang terendah hingga yang tertinggi Hipotesis yang diajukan Maslow dalam teori ini adalah “bahwa dalam setiap diri manusia terdapat lima kebutuhan dasar”, meliputi : 1) Kebutuhan pertama, fisiologis (fisik) seperti rasa lapar, haus, seksual dan kebutuhan fisik lainnya 2) Kebutuhan kedua, rasa aman yaitu kebutuhan untuk memperoleh perlindungan dari bahaya fisik dan emosional 3) Kebutuhan ketiga, sosial yaitu kebutuhan rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan dan persahabatan
26
4) Kebutuhan keempat, penghargaan yaitu faktor-faktor penghargaan internal seperti hormat diri, otonomi, dan pencapaian, serta faktor-faktor kebutuhan eksternal seperti status, pengakuan dan perhatian. 5) Kelima, dan kebutuhan tertinggi adalah aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk menjadi seseorang sesuai kecakapannya meliputi: pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri. Meski teori Maslow mendapat pengakuan luas, teori ini ternyata tidak diperkuat penelitian di lapangan. Maslow tidak memberikan bukti empiris, dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak menemukan pendukung yang kuat (Robbins dan Judge, 2007). Dalam satu studi yang dilakukan oleh Tang (1997), dengan menggunakan analisis faktor eksploratori (EFA) dari skala tiga belas item, menunjukkan ada dua tingkat penting dari kebutuhan di AS selama masa damai 1993-1994: kelangsungan hidup (fisiologis dan keamanan) dan psikologis (cinta, harga diri, dan aktualisasi diri). Stum, (2001) melalui papernya yang berjudul “Maslow revisited: building the employee commitment pyramid” mengajukan lima tingkatan kebutuhan dengan merevisi hierarki kebutuhan Maslow menjadi : 1) safety/security : keyakinan psikologis bahwa lingkungan yang aman dari ketakutan, intimidasi atau perlakuan antarpribadi yang mengancam 2) rewards : kompensasi dan keuntungan yang diperoleh sebagai alasan seseorang untuk bekerja 3) affiliation : termasuk rasa memiliki dan ingin menjadi bagian dari team 4) growth : Karyawan ingin peluang untuk berubah, belajar dan memperoleh pengalaman baru pada pekerjaan
27
5) work/life harmony : Mirip dengan aktualisasi diri (pada model Maslow), dimana work/life harmony merupakan keinginan karyawan untuk mencapai potensi mereka baik pada pekerjaan dan aspek lain dari kehidupan mereka Penelitian Stum (2001) ini lebih didasarkan pada motivasi kerja dari sisi kebutuhan yang dikaitkan dengan komitmen organisasional. 2.2.2 Teori Dua Faktor Herzberg Teori Dua Faktor (juga dikenal sebagai teori motivasi Herzberg atau teori hygienemotivator). Teori ini dikembangkan oleh Herzberg (1923-2000), seorang psikolog asal Amerika Serikat. Ia dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang manajemen dan teori motivasi. Herzberg (Hasibuan, 2007) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Dia membagi kebutuhan Maslow menjadi dua bagian yaitu kebutuhan tingkat rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan kebutuhan tingkat tinggi (prestise dan aktualisasi diri) serta mengemukakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi individu adalah dengan memenuhi kebutuhan tingkat tingginya. Menurut Hezberg (Robbins, 2001), faktor-faktor seperti kebijakan, administrasi perusahaan, dan gaji yang memadai dalam suatu pekerjaan akan menentramkan karyawan. Bila faktor-faktor ini tidak memadai maka orang-orang tidak akan terpuaskan (Robbins, 2001). Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memotivasi bawahan (Hasibuan, 2007) yaitu : 1) Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan, dapat menikmati pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua itu. 2) Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah terutama pada faktor yang bersifat embel-embel saja dalam pekerjaan, peraturan pekerjaan, penerangan, istirahat dan lain-lain sejenisnya.
28
3) Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan. Teori dua faktor dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Hygiene Factors Hygiene factors (faktor kesehatan) adalah faktor pekerjaan yang penting untuk adanya motivasi di tempat kerja. Faktor ini tidak mengarah pada kepuasan positif untuk jangka panjang. Tetapi jika faktor-faktor ini tidak hadir, maka muncul ketidakpuasan. Faktor ini adalah faktor ekstrinsik untuk bekerja. Faktor higienis juga disebut sebagai dissatisfiers atau faktor pemeliharaan yang diperlukan untuk menghindari ketidakpuasan. Hygiene factors (faktor kesehatan) adalah gambaran kebutuhan fisiologis individu yang diharapkan untuk dipenuhi. Hygiene factors (faktor kesehatan) meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan. 2) Motivation Factors Menurut Herzberg (Robbins, 2001), hygiene factors (faktor kesehatan) tidak dapat dianggap sebagai motivator. Faktor motivasi harus menghasilkan kepuasan positif. Faktor-faktor yang melekat dalam pekerjaan dan memotivasi karyawan untuk sebuah kinerja yang unggul disebut sebagai faktor pemuas. Karyawan hanya menemukan faktor-faktor intrinsik yang berharga pada motivation factors (faktor pemuas). Para motivator melambangkan kebutuhan psikologis yang dirasakan sebagai manfaat tambahan. Faktor motivasi dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan pertumbuhan dalam pekerjaan.
2.3 Pengelolaan Keuangan Kota Denpasar
29
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan kuat untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Adapun
tujuan
pemberian
otonomi
daerah
adalah
untuk
memberdayakan daerah dalam bentuk peningkatkan pelayanan, perlindungan, kesejahteraan, prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat, penumbuhkembang demokrasi, pemerataan dan keadilan serta persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional dengan mengingati asal-usul suatu daerah, kemajemukan dan karakteristik, serta potensi daerah yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah juga memiliki kelemahan yang harus diwaspadai dalam pelaksanaannya. Sugiyanto (2000) mencatat beberapa kelemahan dan dilema dalam otonomi daerah, antara lain: 1) Menciptakan kesenjangan antara daerah yang kaya dan miskin. 2) Mengancam stabilitas ekonomi akibat tidak efisiennya kebijakan ekonomi makro, seperti kebijakan fiskal. 3) Mengurangi efisiensi akibat kurang representatifnya lembaga perwakilan rakyat dengan indikator masih lemahnya public hearing. 4) Perluasan jaringan korupsi mulai dari pusat menuju ke daerah. Pengelolaan
keuangan
daerah
adalah
keseluruhan
kegiatan
yang
meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah. APBD berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban APBD setiap tahunnya ditetapkan dengan peraturan daerah.
30
APBD yang sekarang diterapkan oleh pemerintah daerah, saat ini sudah menjadi berbasis kinerja sesuai dengan tuntutan reformasi. Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa terdapat lima prinsip manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi: 1) Akuntabilitas, menyatakan bahwa dalam mengambil suatu keputusan hendaknya berprilaku sesuai dengan mandat yang diterima. Kebijakan yang dihasilkan harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal dengan baik. 2) Value for money, prinsip ini dioperasikan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah ekonomis, efektif, dan efisien. 3) Kejujuran dalam mengelola keuangan publik, dalam pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada pegawai yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga potensi munculnya praktik korupsi dapat diminimalkan. 4) Transparansi, merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakankebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh Dewan Perwailan Rakyat Daerah (DPRD) maupun masyarakat. 5) Pengendalian, dalam pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan monitoring terhadap penerimaan maupun pengeluaran anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), sehingga bila terjadi selisih (varians) dapat segera diketahui penyebabnya.
2.4 Kecurangan Akuntansi Kecurangan (Fraud) menurut Black Low Dictionary dalam Tunggal (2010) adalah kesengajaan atau salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara sengaja) memungkinkan
31
merupakan suatu kejahatan. Sedangkan menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI, 2014:1), menjelaskan kecurangan akuntansi sebagai salah saji yang timbul dari pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dan salah saji yang timbul karena perlakuan tidak semestinya terhadap asset. Menurut William (1996) kecurangan pelaporan keuangan (fraudulent financial reporting) terdiri dari tindakan-tindakan seperti : 1) Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan atau dokumen pendukung yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan. 2) Representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atas peristiwa-peristiwa, transaksi-transaksi, atau informasi signifikan lainnya yang ada dalam laporan keuangan. 3) Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan. IAPI (2014) menjelaskan salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva (seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Lebih lanjut dijelaskan pada “A5” (IAPI, 2014:15) bahwa penyalahgunaan asset dapat dilakukan dengan berbagai cara; termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian asset fisik atau kekayaan intelektual, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar harga barang atau jasa yang tidak diterima oleh entitas, dan menggunakan asset entitas untuk kepentingan pribadi. Penyalahgunaan aset yang seringkali disertai dengan catatan atau dokumen palsu untuk menyembunyikan fakta bahwa aset tersebut telah hilang atau telah dijaminkan tanpa otorisasi semestinya. Kecurangan sering dilakukan oleh dua pihak yaitu manajemen dan karyawan atau pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan biasanya untuk kepentingan perusahaan
32
dan karyawan melakukan kecurangan untuk keuntungan individu. Adapun faktor-faktor yang mendorong terjadinya kecurangan menurut teori fraud triangle yaitu: 1) Faktor tekanan (perceived pressure), yaitu adanya insentif, tekanan dan kebutuhan untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dll. 2) Faktor kesempatan atau peluang (perceived opportunity), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi seperti bekerja tidak ada prosedur yang cukup, tidak mampu menilai kualitas kerja, kurang atau tidak adanya akses terhadap informasi dan gagal dalam mendisiplinkan atau memberikan sanksi pelaku kecurangan. Kecurangan dapat disembunyikan dengan memalsukan dokumentasi, termasuk pemalsuan tanda tangan. Sebagai contoh, manajemen yang melakukan kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat mencoba menyembunyikan salah saji dengan menciptakan faktur fiktif; karyawan atau manajemen yang memperlakukan kas secara tidak semestinya dapat mencoba menyembunyikan tindakan pencurian mereka dengan memalsu tanda tangan atau menciptakan pengesahan elektronik yang tidak sah di atas dokumen otorisasi pengeluaran kas. Kecurangan juga disembunyikan melalui kolusi di antara manajemen, karyawan, atau pihak ketiga. Sebagai contoh, melalui kolusi, bukti palsu bahwa pengendalian aktivitas telah dilaksanakan secara efektif dapat disajikan kepada auditor. Contoh lain, auditor dapat menerima konfirmasi palsu dari pihak ketiga yang melakukan kolusi dengan manajemen. Kolusi dapat menyebabkan auditor percaya bahwa suatu bukti dapat meyakinkan, meskipun kenyataannya palsu. Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang diwarnai dengan
33
pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya menjadi lancar. Di Indonesia, kolusi paling sering terjadi dalam proyek pengadaan barang dan jasa tertentu (umumnya dilakukan pemerintah). Ciri-ciri kolusi jenis ini adalah: 1) Pemberian uang pelicin dari perusahaan tertentu kepada oknum pejabat atau pegawai pemerintahan agar perusahaan dapat memenangkan tender pengadaan barang dan jasa tertentu. Biasanya, imbalannya adalah perusahaan tersebut kembali ditunjuk untuk proyek berikutnya. 2) Penggunaan broker (perantara) dalam pengadaan barang dan jasa tertentu. Padahal, seharusnya dapat dilaksanakan melalui mekanisme G2G (pemerintah ke pemerintah) atau G2P (pemerintah ke produsen), atau dengan kata lain secara langsung. Broker di sini biasanya adalah orang yang memiliki jabatan atau kerabatnya. Jadi secara garis besar, kolusi adalah pemufakatan secara bersama untuk melawan hukum antar penyelenggara Negara atau antara penyelenggara dengan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan Negara.
2.5 Kesesuaian Kompensasi Nawawi (2005) menjelaskan kompensasi manajemen adalah penghargaan atau ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut bekerja. Menurut Dessler (1998) menyebutkan dua komponen kompensasi, yaitu: pembayaran keuangan langsung dalam bentuk gaji, upah, insentif, serta pembayaran tidak langsung dalam bentuk tunjangan seperti asuransi dan uang liburan.
1) Gaji
34
Gaji sebagai salah satu aspek atau komponen kompensasi terkait dengan analisis gaji dimana karyawan dibayar secara sistematis atas usaha-usaha yang disumbangkan kepada organisasi. 2) Upah Upah merupakan imbalan finansial langsung yang diberikan kepada para pekerja berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Kesesuaian pemberian upah karyawan dapat memberikan dampak yang diharapkan yang akan memperkuat tingkah laku. 3) Insentif Insentif sebagai perangsang atau pendorong yang diberikan secara sengaja kepada para pekerja agar dalam diri pekerja timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi dalam organisasi. 4) Tunjangan Tunjangan adalah untuk membuat karyawan mengabdikan hidupnya pada organisasi dalam jangka panjang. Dalam rangka pencapaian tujuan itu, maka tunjangan dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu: (1) Pembayaran untuk waktu tidak bekerja, yang mencakup periode istirahat yang dibayar, periode makan siang yang dibayar, waktu bersiap-siap, cuti dan hari libur. (2) Perlindungan terhadap bahaya, misalnya: penyakit, keadaan cidera, hutang, pengangguran, ketidakmampuan bekerja secara tetap, usia lanjut dan kematian. (3) Pelayanan terhadap karyawan, misalnya: perumahan, makanan, nasihat, rekreasi dan sebagainya.
35
(4) Pembayaran yang dituntut oleh hukum, misalnya: kompensasi pengangguran, asuransi kompensasi pekerja, asuransi usia lanjut dan janda yang ditinggalkan di bawah jaminan sosial dan perawatan kesehatan. Hasibuan (2007) menjelaskan tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara lain adalah sebagai ikatan kerjasama, kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, serta pengaruh serikat buruh dan pemerintah. Ada enam faktor yang mempengaruhi kebijakan kompensasi yaitu: faktor pemerintah, penawaran bersama antara perusahaan dan pegawai, standar dan biaya hidup pegawai, ukuran perbandingan upah, permintaan dan persediaan, dan kemampuan membayar. Program kompensasi (balas jasa) harus ditetapkan atas asas adil dan layak serta dengan memperhatikan Undang-Undang perburuhan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus mendapat perhatian dengan sebaikbaiknya supaya balas jasa yang akan diberikan merangsang gairah dan kepuasan kerja karyawan.
2.6 Penalaran Moral Menurut KBBI (2012) moral berarti ajaran baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, dan susila. Sedangkan bermoral adalah mempunyai pertimbangan baik dan buruk, serta berakhlak baik. Selanjutnya dikatakan bahwa kriteria mutu moral seseorang adalah hal kesetiaannya pada hatinya sendiri. Moralitas merupakan pelaksanaan kewajiban karena hormat terhadap hukum, sedangkan hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia. Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang ada dalam hati manusia dan disadari sebagai kewajiban mutlak. Moral dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
36
1) Moral murni, yaitu moral yang terdapat pada setiap manusia. Moral murni disebut juga hati nurani. 2) Moral terapan, adalah moral yang didapat dari berbagai ajaran filosofis, agama, adat yang menguasai pemutaran manusia. Salah satu model perkembangan moral yang banyak digunakan dalam penelitian etika adalah model Kohlberg. Kohlberg (1969) dalam McPhail (2009) menyatakan bahwa moral berkembang melalui tiga tahapan, yaitu tahapan pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan post-konvensional. Welton (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh tingkat penalaran moralnya. Hasil dari beberapa studi yang dipaparkan dalam Liyanarachi (2009) menunjukkan bahwa tingkat penalaran moral individu mereka akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Orang dengan tingkat penalaran moral yang rendah berperilaku berbeda dengan orang yang memiliki tingkat penalaran moral yang tinggi ketika menghadapi dilema etika. Menurut Rest dan Narvaez (1994) dalam Liyanarachi (2009), semakin tinggi tingkat penalaran moral seseorang, akan semakin mungkin untuk melakukan ‘hal yang benar’. Individu dalam tahapan yang paling rendah (pre-conventional), akan melakukan suatu tindakan karena takut terhadap hukum/peraturan yang ada. Selain itu individu pada tingkat moral ini juga akan memandang kepentingan pribadinya sebagai hal yang utama dalam melakukan suatu tindakan. Pada tahap kedua (conventional), individu akan mendasarkan tindakannya pada persetujuan teman-teman dan keluarganya dan juga pada norma-norma yang ada di masyarakat. Pada tahap tertinggi (post-conventional), individu mendasari tindakannya dengan memperhatikan kepentingan orang lain dan berdasarkan tindakannya pada hukum-hukum universal. Menurut Welton (1994), dalam setiap stage Kohlberg, individu memiliki pandangan sendiri mengenai versi ‘hal yang benar’ menurutnya. Individu dalam stage 1 merasa bahwa hal yang benar adalah apa yang menjadi kepentingan individu
37
tersebut. Individu dalam stage 2 menganggap bahwa hal yang benar adalah hasil dari pertukaran yang imbang, persetujuan maupun posisi tawar yang imbang. Individu dalam stage 3 merasa bahwa hal yang benar adalah terkait dengan pengharapan akan kepercayaan, loyalitas, dan respek dari teman-teman dan keluarganya. Individu dalam stage 4 menganggap bahwa hal yang benar adalah dengan membuat kontribusi untuk masyarakat, grup atau institusi. Individu dalam stage 5 dan stage 6 menganggap bahwa kebenaran adalah mendasarkan diri pada prinsip-prinsip etis, persamaan hak manusia dan harga diri sebagai seorang makhluk hidup.
38
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan hasil dari sintesis teori dan kajian pustaka yang dikaitkan dengan masalah yang dihadapi. Berikut merupakan kerangka berpikir penelitian ini:
Kajian Teori:
Kajian Empiris:
1. Teori Keagenan
1. Wilopo (2006)
2. Teori Motivasi
2. Ramamoorti (2008)
3. Kecurangan Akuntansi
3. Betts (2009)
4. Kesesuaian Kompensasi
4. Thoyibatun (2009)
5. Penalaran Moral
5. Fauwzi (2011) 6. Puspasari (2012)
Rumusan Masalah Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Kerangka beberapa
berpikir penelitian
Hipotesis Uji Statistik
akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
governance paling rendah
yang mendasari penelitian ini adalah terdahulu Booz-Allen
Hasil Simpulan dan Saran
Indonesia
mengenai dan
kecurangan
Hamilton
memiliki
indeks
(1999) good
dan indeks korupsi yang tinggi
diantara Negara Asia Tenggara lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa akuntabilitas di Indonesia belum berjalan sebagaimana mestinya. Adanya indikasi kecurangan akuntansi di sebuah organisasi, tentu akan mengurangi kualitas pelaporan organisasi yang nantinya akan berimbas pada pengelolaan sumber daya ekonomi yang tidak tepat.
39
Ramamoorti (2008) menyatakan bahwa rasionalisasi dan tekanan adalah faktor penyebab kecurangan akuntansi yang didasari oleh kondisi psikologis pelaku. Dorminey et al. (2011) menyatakan faktor rasionalisasi dan tekanan merupakan karakteristik pelaku kecurangan akuntansi yang tidak dapat diobservasi karena mustahil untuk mengetahui apa yang dipikirkan oleh pelaku ketika akan melakukan kecurangan akuntansi. Kecurangan akuntansi sangat erat hubungannya dengan etika. Kecurangan akuntansi adalah suatu perilaku yang tidak etis, sehingga ada hukum yang harus ditegakkan sebagai usaha penegakan standar moral. Welton (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh tingkat penalaran moralnya. Hasil penelitian Wilopo (2006) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat penalaran moral individu, maka akan cenderung tidak berbuat kecurangan akuntansi. Bernardi (2008) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat moral individu, maka akan semakin sensitif terhadap isu-isu etika. Thoyibatun (2009) menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi. Dengan adanya kesesuaian kompensasi maka pegawai atau karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Berdasarkan hal di atas, penelitian ini akan mengkolaborasikan teori mengenai kecurangan akuntansi dan etika dalam konteks pemerintahan daerah Kota Denpasar. Moralitas individu dan kesesuaian kompensasi merupakan faktor yang akan diteliti sebagai penyebab terjadinya kecurangan akuntansi.
3.2 Konsep Penelitian Konsep penelitian merupakan hubungan logis dari landasan teori dan kajian empiris. Konsep disajikan dalam Gambar 3.2 berikut ini.
Kesesuaian Kompensasi (sesuai dan tidak sesuai) Kecurangan Akuntansi (Y) Moralitas Individu
40
3.3 Hipotesis Penelitian Moralitas merupakan pelaksanaan kewajiban karena hormat terhadap hukum, sedangkan hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia. Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang ada dalam hati manusia dan disadari sebagai kewajiban mutlak. Welton (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh tingkat penalaran moralnya. Hasil dari beberapa studi yang dipaparkan dalam Liyanarachi (2009) menunjukkan bahwa tingkat penalaran moral individu akan mempengaruhi perilaku etis mereka. Orang dengan tingkat penalaran moral yang rendah berperilaku berbeda dengan orang yang memiliki tingkat penalaran moral yang tinggi ketika menghadapi dilema etika. Menurut Rest dan Narvaez (1994) dalam Liyanarachi (2009), semakin tinggi tingkat penalaran moral seseorang, akan semakin mungkin untuk melakukan ‘hal yang benar’. Menurut Tunggal (2009) kecurangan dapat disebabkan oleh tingkah laku rasionalisasi. Sedangkan menurut Sawyer (2006), salah satu penyebab kecurangan ialah kepribadian yang menggerogoti integritas seseorang. Tunggal (2009) menyatakan bahwa moral atau tingkah laku juga akan menjadi faktor pemicu kecurangan terhadap laporan keuangan. Adanya perubahan tingkah laku atau moral bisa menjadikan seseorang menyalahgunakan kas/aktiva
41
yang ada. Penyalahgunaan ini nantinya akan berusaha ditutupi melalui manipulasi terhadap laporan keuangan. Wilopo (2006) menyatakan bahwa moralitas manajemen memberikan pengaruh yang signifikan negatif pada kecurangan akuntansi. Artinya semakin tinggi moralitas manajemen semakin rendah kecurangan akuntansi atau semakin tinggi tahapan moralitas manajemen semakin manajemen memperhatikan kepentingan yang lebih luas dan universal daripada kepentingan perusahaan semata, terlebih kepentingan pribadi. Fauwzi (2011) menyatakan moralitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kecurangan akuntansi. Puspasari (2012) menyatakan kondisi elemen pengendalian internal tidak mempengaruhi individu dengan tingkat moral tinggi untuk cenderung melakukan kecurangan akuntansi. Sedangkan individu dengan tingkat moral rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Menurut Simanjuntak (2005) dalam teori GONE, yaitu: greed (keserakahan), opportunity (kesempatan), need (kebutuhan), dan exposure (pengungkapan). Opportunity dan Exposure berhubungan dengan organisasi yang bisa disebut faktor umum seperti elemen pengendalian internal. Sedangkan greeddan need berhubungan dengan individu pelaku kecurangan (faktor individual). Faktor pendorong seseorang melakukan kecurangan yang disebabkan oleh moral yaitu greed (keserakahan). Keserakahan merupakan bentuk moral seseorang yang jelek. Semua orang berpotensi untuk berperilaku serakah karena pada umumnya manusia itu mempunyai sifat yang tidak pernah merasa puas. Jadi kecurangan muncul karena keserakahan dalam diri seseorang. Selain itu, menurut Koletar (2003), penyalahgunaan jabatan merupakan prilaku/moral yang tidak sesuai dengan pedoman atau ketentuan yang berlaku, baik secara tertulis maupun tidak tertulis dan adanya kebiasaan berjudi merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kecurangan seseorang, dimana faktor
42
ini secara langsung berkaitan dengan moral (perbuatan). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H1:
Terdapat perbedaan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki tingkat moralitas tinggi dan tingkat moralitas rendah Kecurangan akuntansi didorong oleh tindakan individu untuk memaksimalkan
keuntungan pribadi. Tindakan tersebut didorong oleh ketidakpuasan individu atas imbalan yang mereka peroleh dari pekerjaan yang mereka kerjakan. Sistem kompensasi yang sesuai, diharapkan dapat membuat individu merasa tercukupi sehingga individu tidak melakukan tindakan yang merugikan organisasi termasuk melakukan kecurangan akuntansi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan dalam teori keagenan bahwa pemberian kompensasi yang memadai ini membuat agen (manajemen) bertindak sesuai dengan keinginan dari prinsipal (pemegang saham). Yaitu dengan memberikan informasi sebenarnya tentang keadaan perusahaan. Pemberian kompensasi ini diharapkan mengurangi kecurangan akuntansi. Thoyibatun (2009) dan Fauwzi (2011) menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kecurangan akuntansi, tetapi Wilopo (2006) menyatakan sebaliknya yaitu bahwa kompensasi berpengaruh tidak signifikan terhadap kecurangan akuntansi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H2:
Terdapat perbedaan kecurangan akuntansi antara individu yang memperoleh kompensasi yang sesuai dan kompensasi yang tidak sesuai Kerlinger (2000) menyatakan interaksi merupakan kerja sama dua variabel bebas atau
lebih dalam mempengaruhi satu variabel terikat. Interaksi berarti bahwa kerja atau pengaruh dari suatu variabel bebas terhadap suatu variabel terikat, bergantung pada taraf atau tingkat variabel bebas lainnya. Dengan kata lain, interaksi terjadi manakala suatu variabel bebas memiliki efek-efek berbeda terhadap suatu variabel terikat pada berbagai tingkat dari suatu variabel bebas lain.
43
Interaksi antara moralitas individu dengan kesesuaian kompensasi digunakan untuk menyatakan ada tidaknya interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan kesesuaian kompensasi. Interaksi yang dimaksud adalah perubahan pada satu tingkat faktor tingkat moral atau pada kondisi kompensasi yang sesuai, akan menyebabkan perubahan individu dalam melakukan kecurangan akuntansi. Individu dengan tingkat penalaran moral rendah dan merasa kompensasinya tidak sesuai akan cenderung melakukan tindakan yang berhubungan dengan kecurangan akuntansi, sedangkan individu yang tingkat penalaran moralnya tinggi dan kompensasinya sesuai akan cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi. Puspasari (2012) dan Dewi (2014) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Individu dengan tingkat moral rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H3:
Terdapat interaksi antara moralitas individu dengan kesesuaian kompensasi pada kecurangan akuntansi
44
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rencana menyeluruh dari penelitian mencakup hal-hal yang akan dilakukan oleh peneliti mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara operasional sampai pada analisis akhir data yang selanjutnya disimpulkan dan diberikan saran. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen faktorial 2x2 untuk menguji pengaruh moralitas individu dan kesesuaian kompensasi terhadap kecurangan akuntansi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh berdasarkan hasil jawaban partisipan dari skenario yang dibagikan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecurangan akuntansi yang diukur menggunakan skenario dengan topik mengenai pengadaan barang dan jasa, sedangkan variabel independennya adalah moralitas individu (tingkat moral tinggi dan rendah) dan kesesuaian kompensasi (sesuai dan tidak sesuai). Peneliti mengamati kecenderungan individu melakukan kecurangan akuntansi dengan membagi partisipan ke dalam empat grup: 1) Grup 1: kelompok tingkat moral tinggi dalam kondisi memperoleh kompensasi yang sesuai. 2) Grup 2: kelompok tingkat moral tinggi dalam kondisi memperoleh kompensasi yang tidak sesuai. 3) Grup 3: kelompok tingkat moral rendah dalam kondisi memperoleh kompensasi yang sesuai. 4) Grup 4: kelompok tingkat moral rendah dalam kondisi memperoleh kompensasi yang tidak sesuai.
45
Kelompok dalam desain ekperimen lebih lanjut dijelaskan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Desain Eksperimen Faktorial 2x2 Tingkat Moralitas
Kesesuaian Kompensasi Sesuai
Tidak Sesuai
Tinggi
Grup 1
Grup 2
Rendah
Grup 3
Grup 4
Analisis varian desain faktorial digunakan untuk mengetahui efek utama (Main Effect) dan efek interaksi (Interaction Effect) pada model penelitian. Efek utama/Main Effect (ME) merupakan efek yang secara langsung ditimbulkan oleh variabel bebas atau independen tanpa memperhitungkan kehadiran variabel independen lain. Variabel bebas/independen yang dilibatkan dalam model penelitian ada dua maka akan terdapat dua ME. Efek interaksi/Interaction Effect (IE) yaitu efek yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara satu variabel independen dengan variabel independen lainnya dalam suatu model analisis. Kerlinger (2000) menyatakan interaksi merupakan hubungan antara dua variabel bebas atau lebih dalam mempengaruhi satu variabel terikat. Interaksi berarti bahwa kerja atau pengaruh dari suatu variabel bebas terhadap suatu variabel terikat, bergantung pada taraf atau tingkat variabel bebas lainnya. Dengan kata lain, interaksi terjadi manakala suatu variabel bebas memiliki efek-efek berbeda terhadap suatu variabel terikat pada berbagai tingkat dari suatu variabel bebas lain. Uji asumsi klasik yang terdiri dari: uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan sebelum uji Two-Way Anova. Hasil analisis kemudian akan diintepretasikan, dan kemudian disimpulkan. Adapun rancangan penelitian dapat disajikan pada Gambar 4.1 sebagai berikut:
46
Kajian Teoritis Kajian Empiris
Interaksi Moralitas Individu dan Kesesuaian Kompensasi terhadap Kecurangan akuntansi
Rumusan Masalah Hipotesis Variabel Penelitian: Independent: Moralitas Individu, Kesesuaian Kompensasi Dependent: Kecurangan Akuntansi
Instrumen Penelitian: Kuesioner DIT (Defining Issues Test) Skenario
Penentuan Responden: SKPD di Kota Denpasar
Pengolahan Data
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil dan saran Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Pemerintah Kota Denpasar, pada SKPD yang berjumlah 44 instansi terdiri dari badan, dinas, bagian, dan kecamatan pada tahun 2014 (Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3). Alasan pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Pemerintah Kota Denpasar secara berturutturut dari tahun 2009-2011 adalah opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan di tahun 2012 adalah opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas dari pihak BPK RI Perwakilan Provinsi Bali.
47
Beberapa kelemahan yang menyebabkan BPK memberikan opini WDP dan WTP-BP pada Pemerintah Kota Denpasar antara lain: belum tepatnya penyajian jumlah dan luasnya asset tetap milik Pemerintah Kota Denpasar, penghapusan asset tetap yang sudah terbit surat keputusan penghapusannya belum dihapus, sehingga Neraca tidak menunjukkan nilai yang sebenarnya, tidak tertibnya penatausahaan asset tetap yang mengakibatkan tidak diyakini kewajarannya, realisasi pendapatan hibah Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) tidak dapat dicatat dan tidak melalui mekanisme APBD sehingga tidak dicatat dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), pembebanan kelebihan belanja perjalanan dinas pada APBD, adanya belanja kegiatan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak diyakini kewajarannya, kesalahan penganggaran yang berdampak pada ketidaksesuaiannya Laporan Keuangan, sistem administrasi yang belum memadai dan tidak melalui mekanisme APBD. Informasi tersebut menunjukkan bahwa penerapan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah belum sepenuhnya memberikan pengaruh signifikan untuk mencegah penyimpangan baik kesalahan ataupun kecurangan. Berdasarkan hal ini, penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar.
4.3 Penentuan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui jawaban responden dari skenario yang diberikan. Sedangkan sumber data adalah pendapat dan persepsi dari masing-masing kepala Sub.Bagian Keuangan/Akuntansi di SKPD Kota Denpasar. Populasi dalam penelitian ini adalah SKPD Kota Denpasar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kepegawaian Daerah Kota Denpasar, diperoleh SKPD sejumlah 44 SKPD yang terdiri dari Inspektorat, Badan, Dinas, Bagian, Kecamatan, dan RSUD. Sampel ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling sesuai tujuan penelitian.
48
Partisipan penelitian ini adalah kepala Sub.Bagian Akuntansi/Keuangan pada masing-masing SKPD, yang telah menduduki jabatan tersebut minimal 1 tahun. Alasannya karena kepala Sub.Bagian Keuangan/Akuntansi di SKPD dianggap memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dan memiliki pengalaman terkait dengan permasalahan yang diteliti. Hal ini dikarenakan kepala Sub. Bagian Keuangan/Akuntansi di SKPD memiliki wewenang sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) yang memiliki wewenang dan terlibat pada setiap kegiatan yang terjadi dan akan terjadi di masing-masing SKPD, dan juga lebih tahu mengenai pembuatan Laporan Keuangan di masing-masing SKPD. Hal ini yang membuat peneliti menggunakan partisipan tersebut dalam penelitian ini.
4.4 Variabel dan Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu kecurangan akuntansi. Kecurangan akuntansi bisa diartikan sebagai salah saji yang timbul dari pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dan salah saji yang timbul karena perlakuan tidak semestinya terhadap aset (IAPI, 2014:1). Indikator Kecurangan Akuntansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) yang mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok yaitu: Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud), Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation), dan Korupsi (Corruption). Variabel kecurangan akuntansi diukur dengan meminta partisipan untuk memberikan pendapatnya dalam pertanyaan yang mewakili ketiga jenis kecurangan akuntansi. Partisipan menjawab pertanyaan tersebut setelah membaca skenario eksperimen. Skala Likert 1–4 digunakan untuk mengukur respons dari partisipan. Semakin tinggi partisipan memberikan angka penilaiannya, semakin cenderung ia berbuat curang. Skenario yang digunakan diadaptasi dari penelitian Puspasari (2012) dan Dewi (2014) yang terkait dengan topik Pengadaan Barang dan Jasa di instansi pemerintahan. Hal ini sesuai dengan
49
temuan KPK per 30 November 2013, jenis korupsi yang paling banyak ditemukan adalah pada penyuapan sejumlah 48 kasus dan pengadaan barang dan jasa sejumlah 9 kasus. Variabel independen dalam penelitian ini adalah moralitas individu (tingkat moral tinggi dan rendah) dan kesesuaian kompensasi (sesuai dan tidak sesuainya kompensasi). Moralitas merupakan pelaksanaan kewajiban karena hormat terhadap hukum, sedangkan hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia. Dengan kata lain, moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang ada dalam hati manusia dan disadari sebagai kewajiban mutlak. Moral dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: moral murni dan moral terapan. Pengukuran moralitas individu berasal dari model pengukuran moral yang dikembangkan oleh Kohlberg (1969) dan Rest (1979) dalam bentuk instrumen Defining Issues Test (DIT). Instrumen ini berbentuk kasus dilema etika. Moralitas diukur melalui 6 (enam) butir instrument yang mengukur setiap tahapan moralitas ditunjukkan dengan skala satu sampai dengan empat. Kemudian dilakukan penjumlahan hasil skala dari keenam instrument tersebut yang hasilnya akan mencerminkan moralitas individu. Semakin tinggi hasilnya maka, tingkat moralitas individu bisa berada pada tingkat sedang yaitu conventional atau bahkan tingkat tinggi yaitu post-conventional. Digunakannya Skala Likert 1-4 dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin menghilangkan jawaban netral/ragu-ragu yang memiliki kecenderungan akan lebih dominan dipilih oleh responden yang ragu-ragu atau tidak bisa menentukan akan setuju ataupun akan tidak setuju atas pertanyaan yang diberikan. Variabel independen lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesesuaian kompensasi. Kompensasi menurut Nawawi (2005) adalah penghargaan atau ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya, melalui kegiatan yang disebut bekerja. Pengukuran variabel kesesuaian kompensasi menggunakan skenario yang diadaptasi dari penelitian Puspasari (2012) dan Dewi (2014). Skenario ini menjelaskan mengenai suatu situasi yang dikaitkan dengan sesuai atau tidaknya kompensasi
50
yang didapat oleh seseorang yang dalam hal ini dianggap responden yang mengalami situasi tersebut. Setelah membaca dan memahami skenario tersebut, responden akan digiring pada situasi yang mengarah ke kecurangan akuntansi dan dari hal tersebut didapatkan hasil atas hal tersebut. Semakin tinggi hasilnya, maka semakin besar kemungkinan individu tersebut berbuat curang, dan sebaliknya jika semakin rendah hasilnya, maka semakin kecil kemungkinan individu tersebut berbuat curang. Dalam skenario ini penilaiannya menggunakan Skala Likert 1-4 dikarenakan peneliti ingin menghilangkan jawaban netral/ragu-ragu yang memiliki kecenderungan akan lebih dominan dipilih oleh responden yang ragu-ragu atau tidak bisa menentukan akan setuju ataupun akan tidak setuju atas pertanyaan yang diberikan.
4.5 Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Sugiyono (2012) mengartikan metode eksperimen sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Rangkaian prosedur yang akan dikerjakan oleh partisipan dibuat agar eksperimen dapat berjalan sesuai dengan manipulasi yang direncanakan. Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah. 1) Pertama-tama semua partisipan dikumpulkan dalam satu ruangan yang sudah ditentukan oleh peneliti. 2) Selanjutnya, partisipan diberikan dua buah penugasan oleh peneliti. Penugasan pertama adalah penugasan mengenai kecurangan akuntansi. Subyek diberikan skenario yang berisi informasi mengenai peran mereka di dalam eksperimen. Pada penelitian ini partisipan diberi skenario mengenai seorang kepala SKPD dan partisipan diberi pemahaman mengenai latar belakang seorang kepala SKPD tersebut. Skenario eksperimen ini menggunakan konteks orang ketiga (third-person context)
51
seperti yang disarankan oleh Rest (1979) untuk penelitian etika. Terdapat dua jenis kondisi dalam skenario kecurangan akuntansi, yaitu (1) kondisi telah sesuainya kompensasi dan (2) tidak sesuainya kompensasi. Kondisi tersebut secara acak terdapat dalam skenario yang dibagikan kepada subjek eksperimen. Di bagian akhirnya akan terdapat kasus kecurangan akuntansi yang diilustrasikan dengan proyek tender pada suatu dinas. Setelah membaca skenario, partisipan diminta untuk memberikan penilaian berkaitan dengan pertanyaan kecurangan akuntansi pada tender tersebut. 3) Setelah penugasan pertama selesai, partisipan diminta untuk membaca penugasan kedua yang didalamnya terdapat skenario dilema etika dan dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan yang akan digunakan untuk mengukur tingkat penalaran moralnya. 4.6 Pilot Test Pilot test (penelitian pendahuluan) dilakukan sebelumnya untuk mengetahui apakah kasus yang diberikan dapat dipahami oleh partisipan atau tidak, apakah ada kesalahan dalam desain eksperimen, dan apakah treatment telah dilakukan dengan benar (Cooper dan Schindler, 2003). Pilot test dilakukan terhadap mahasiswa Magister Akuntansi Star Universitas Udayana dalam satu ruangan. Saran dari partisipan dijadikan masukan bagi peneliti untuk melakukan perbaikan terhadap materi eksperimen. Perbaikan materi eksperimen meliputi: 1) perbaikan pada kata “Tuan A” di materi yang menggunakan kuesioner Skala Difining Issues Test (DIT), menjadi “Pak Wayan” agar lebih seperti pada kehidupan sehari-hari; 2) perbaikan di latar belakang pada materi skenario perlakuan kompensasi sesuai dan tidak sesuai dibuat agar menyerupai keadaan sesungguhnya agar tidak terlalu terkesan berlebihan dan membuat pembaca merasa lebih mudah merasakan dirinya
52
sebagai orang yang diskenario tersebut; dan 3) perbaikan pada rentang skala pada materi skenario perlakuan kompensasi sesuai dan tidak sesuai yang awalnya skala 1-10, dipersempit menjadi 1-4 agar sama dengan rentang pada Skala Difining Issues Test (DIT).
4.7 Teknik Analisis Data Pengujian data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi distribusi frekuensi untuk statistik deskriptif, uji homogenitas, dan uji normalitas data. Setelah itu dilakukannya analisis varians (ANOVA) untuk menguji hubungan antara satu variabel dependen (skala metrik) dengan satu atau lebih variabel independen (skala nonmetrik atau kategorikal dengan kategori lebih dari dua). 4.7.1 Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran umum mengenai partisipan yang dijelaskan dalam tabel distribusi frekuensi. Tabel tersebut berguna untuk menunjukkan demografi partisipan, sedangkan deskripsi mengenai variabel-variabel penelitian menggunakan tabel distribusi frekuensi yang menunjukkan kisaran teoritis, kisaran sesungguhnya, mean, dan standar deviasi yang diperoleh dari hasil jawaban partisipan yang diterima. 4.7.2 Uji Homogenitas Homogeneity of varience yaitu variabel dependen harus memiliki varian yang sama dalam setiap kategori variabel independen (Ghozali, 2011). Jika terdapat lebih dari satu variabel independen, maka harus ada homogeneity of varience di dalam cell yang dibentuk oleh variabel independen kategorikal. SPSS memberikan test ini dengan nama Levene’s test of homogeneity of variance. Jika nilai Levene test signifikan (probabilitas < 0,05) maka hipotesis non akan ditolak bahwa grup memiliki varian yang berbeda dan hal ini menyalahi
53
asumsi. Jadi yang dikehendaki adalah tidak menolak hipotesis nol atau Levene test tidak signifikan (probabilitas > 0,05). 4.7.3 Uji Normalitas Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk setiap analisis multivariate (Ghozali, 2011). Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Hal tersebut bisa dilihat pada perbedaan antara nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara simetri di sekitar nilai mean sama dengan nol. Walaupun normalitas suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis, akan tetapi hasil uji statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal. Jika variabel tidak terdistribusi normal, maka hasil uji statistik akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik, sedangkan normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik. Uji
Kolmogorov
Smirnov
adalah
pengujian
normalitas
yang
banyak
dipakai.Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan perbedaan persepsi diantara satu pengamatan dengan pengamatan lainnya. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika sigifikansi dibawah 0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi diatas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. 4.7.4 Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji statistik Two Way Analysis of Variance dengan program SPSS. Penelitian ini menggunakan Two-way Anova dengan alasan penelitian ini menggunakan dua variabel independen berskala data kategorik
54
yatu variabel moralitas individu (tinggi dan rendah) dan kesesuaian kompensasi (sesuai dan tidak sesuai), serta satu variabel terikat berskala data kuantitatif/numerik (interval atau rasio) yaitu variabel kecurangan akuntansi. Untuk menggunakan uji statistik Two-way Anova harus dipenuhi beberapa asumsi, yaitu homogeneity of variance, random sampling, dan multivariate normality. Two-way Anova adalah salah satu metode statistik parametrik yang memiliki kelebihan yaitu ditarik dari populasi yang berdistribusi normal, serta memiliki varian homogen sehingga pengujian hipotesis memberikan hasil yang lebih tajam dibandingkan menggunakan statistik non-parametrik. Kriteria untuk pengambilan keputusan adalah sebagai berikut. a) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima b) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H1 diterima atau menolak H0.
55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Karakteristik Partisipan Penelitian ini dilakukan di Kota Denpasar dengan partisipan Kepala Sub. Bagian Keuangan/Akuntansi pada seluruh SKPD Pemerintah Kota Denpasar yang terdiri 44 SKPD, yaitu Inspektorat, Badan, Dinas, Bagian, Kecamatan, dan RSUD. Dari 44 SKPD, 44 partisipan terlibat dalam penelitian ini, dan dibagi ke dalam empat grup manipulasi. Karakterisitik demografi partisipan pada penelitian ini terdiri dari empat bagian utama yaitu usia, jenis kelamin, lama bekerja, dan pendidikan terakhir. Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa untuk usia, dibagi atas partisipan berusia 25-50 tahun sejumlah 34 partisipan, dan sisanya >50 tahun sejumlah 10 partisipan. Untuk jenis kelamin, didominasi oleh partisipan berjenis kelamin perempuan sejumlah 24 partisipan (54,55%), dan sisanya adalah berjenis kelamin laki-laki sejumlah 20 partisipan (45,45%). Untuk lama bekerja, kelompok pekerja dengan lama bekerja 10-20 Tahun (43,18%), lalu 20-30 Tahun (47,72%), dan sisanya lebih dari 30 Tahun yaitu 9,10%. Sedangkan untuk pendidikan terakhir didominasi oleh S1 yang berjumlah 31 partisipan yaitu 70,45%, lalu S2 sejumlah 11 partisipan (25%) dan sisanya SMA sejumlah 2 partisipan (4,55%). Hasil pengolahan data mengenai karakteristik demografi partisipan secara keseluruhan ditunjukkan pada Tabel 5.1.
56
Tabel 5.1 Karakteristik Partisipan Keterangan 25-50 Th > 50 Th Total Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Lama Kerja 10-20 Th 20-30 Th >30 Th Total Pendidikan Terakhir SMA S1 S2 Total Usia
Frekuensi 34 10 44 20 24 44 19 21 4 44 2 31 11 44
Sumber: Data primer 2015, diolah 5.1.2 Statistik Deskriptif Grup Statistik deskriptif disajikan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian khususnya tentang mean dan deviasi standar. Pengukuran mean merupakan cara yang umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari distribusi data sedangkan deviasi standar merupakan perbedaan antara nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa partisipan dalam grup 4 dan grup 3 yang memiliki tingkat moralitas rendah memiliki mean 2,6364 dan 1,6364 dengan jumlah partisipan yaitu 11 orang. Partisipan yang memiliki tingkat moralitas tinggi yaitu grup 1 dan grup 2 memiliki mean masing-masing yaitu 3,091 dan 3,000 dengan perlakuan berbeda yaitu kompensasinya sesuai dan kompensasi yang tidak sesuai. Hal ini berarti partisipan yang berada di grup 1 dan grup 3 yang memiliki kondisi tingkat moralitas yang berbeda yaitu tinggi dan rendah, ternyata memiliki nilai rata-rata yang berbeda signifikan, yang berarti tingkat moralitas memberikan pengaruh yang signifikan terbukti dari hasil sebaran data yang menunjukkan
57
terjadinya gap antara tingkat moralitas tinggi dan rendah. Sedangkan partisipan yang berada di grup 2 dan grup 4 yang memiliki kondisi kompensasi yang sesuai dan tidak sesuai, ternyata memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda, yang berarti kesesuaian kompensasi tidak memberikan pengaruh yang signifikan dilihat dari hasil sebaran datanya. Tabel 5.2 menyajikan hasil statistik deskriptif untuk empat grup perlakuan sebagai berikut: Tabel 5.2 Statistik Deskriptif Tingkat Moralitas
Kesesuaian Kompensasi
Sesuai Grup 1: Mean = 3,091 Tinggi Std. Deviasion = 0,701 N = 11 Grup 3 : Mean = 1,636 Rendah Std. Deviasion = 0,924 N = 11 Mean = 2,364 Total Std. Deviasion = 1,093 N = 22 Sumber: Data primer 2015, diolah
Tidak Sesuai Grup 2: Mean = 3,000 Std. Deviasion = 0,775 N = 11 Grup 4: Mean = 2,636 Std. Deviasion = 1,120 N = 11 Mean = 2,818 Std. Deviasion = 0,958 N = 22
Total Mean = 3,046 Std. Deviasion = 0,722 N = 22 Mean = 2,136 Std. Deviasion = 1,125 N = 22 Mean = 2,591 Std. Deviasion = 1,041 N = 44
5.1.3 Uji Instrumen Penelitian Pada tahapan ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan tujuan untuk menghasilkan data yang berkualitas. Cara yang dapat ditempuh adalah dua cara: (1) menggunakan alat ukur (instrumen) siap pakai yang validitas dan reliabilitasnya telah dibuktikan oleh para peneliti pada penelitian terdahulu; (2) menggunakan alat ukur baru yang belum diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya (Hair et al., 2006). Dalam hal ini, peneliti menggunakan cara yang pertama, namun mengingat penelitian ini dilakukan di tempat dan sampel yang berbeda maka peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas ulang untuk mempertegas hasil.
58
5.1.3.1 Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas pengukuran menggunakan uji spearman correlation. Bila korelasi faktor tersebut positif dan besarnya di atas 0,3 maka faktor tersebut mempunyai validitas yang kuat (Ghozali, 2011). Tabel 5.3 menyajikan hasil uji validitas sebagai berikut: Tabel 5.3 Uji Validitas Moral Spearman's rho Moral
Correlation Coefficient
Kompensasi
0,796**
.
0,009
0,000
44
44
44
**
1,000
0,864**
0,009
.
0,000
44
44
44
**
**
1,000
0,000
0,000
.
44
44
44
1.000
Sig. (2-tailed) N Kompensasi Correlation Coefficient
0,390
Sig. (2-tailed) N Total
Correlation Coefficient
0,796
Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data primer 2015, diolah
Total
**
0,390
0,864
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai koefisien validitas atau nilai spearman correlation(r) untuk semua instrumen lebih dari 0,3. Hal ini berarti, semua instrumen penelitian dapat dinyatakan valid. Dengan kata lain, instrumen penelitian tersebut memiliki ketepatan dan kecermatan dalam melakukan fungsi ukurnya. 5.1.3.2 Uji Reliabilitas Tingkat reliabilitas suatu instrumen diukur dengan menghitung besarnya nilai Cronbach alpha. Nilai Cronbach alpha dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach alpha
59
lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2011). Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat dapat diandalkan atau dapat dipercaya untuk mengukur suatu objek yang akan diukur. Dengan uji reliabilitas dapat dilihat konsistensi alat dalam mengukur gejala yang sama. Tabel 5.4 menyajikan hasil uji reliabilitas sebagai berikut: Tabel 5.4 Reliability Statistics Cronbach's Alpha 0,915 Sumber: Data primer 2015, diolah
N of Items 6
Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa nilai Cronbach Alpha untuk instrumen pengukuran moralitas individu, nilainya lebih dari 0,6. Hal itu berarti, instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel. Dengan kata lain, hasil pengukuran dalam penelitian ini dapat dipercaya.
5.1.4 Uji Asumsi Klasik 5.1.4.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini terdistribusi dengan normal. Hasil pengujian normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov Test menunjukkan nilai Asymp. Sig 0,415 (di atas 0,05), dengan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa data terdistribusi dengan normal sehingga memenuhi salah satu asumsi analysis of variance (ANOVA). Tabel 5.5 menyajikan hasil uji normalitas sebagai berikut:
60
Tabel 5.5 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Residual for Fraud 44 0,415
N Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber: Data primer 2015, diolah 5.1.4.2 Uji Homogenitas
Levene's Test dilakukan untuk mengetahui apakah keempat perlakuan (perlakuan 1,2,3, dan 4) mempunyai varian yang sama. Hasil uji statistik menunjukkan nilai levene statistik sebesar 0,202 (diatas 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa setiap kelompok subjek memenuhi varian yang sama sehingga telah memenuhi asumsi ANOVA (Hair et al., 2006). Tabel 5.6 menyajikan hasil uji homogenitas sebagai berikut:
Tabel 5.6 Levene's Test of Equality of Error Variances(a) F
df1
1.613 Sumber: Data primer 2015, diolah
df2 3
Sig. 40
0,202
5.1.5 Pengujian Hipotesis Tahap terakhir analisis dalam penelitian ini adalah melakukan pengujian data yang mengacu pada hipotesis penelitian yang diajukan. Untuk menguji hipotesis-hipotesis penelitian, digunakan Two-Way Analysis of Variance (ANOVA). Pengujian hipotesis dilakukan pada batas signifikansi sebesar 5%. Untuk mengetahui signifikansi hasil uji, peneliti cukup melihat p-value yang dihasilkan dari pengolahan data tersebut. Output hasil analisis varian desain faktorial yang dapat digunakan untuk membuktikan ketiga macam hipotesis tersebut yaitu disajikan pada Tabel 5.7.
61
Tabel 5.7 Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Fraud Type III Sum of Mean Source Squares Df Square Corrected Model 14,636(a) 3 4,879 moral 9,091 1 9,091 kompensasi 2,273 1 2,273 moral * 3,273 1 3,273 kompensasi Error 32,000 40 0,800 Total 342,000 44 Corrected Total 46,636 43 a R Squared = 0,314 (Adjusted R Squared = 0,262)
F 6,098 11,364 2,841
Sig. 0,002 0,002 0,100
4,091
0,050
Kriteria untuk pembuatan keputusannya adalah sebagai berikut: a) Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima b) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka H1 diterima atau menolak H0. Pada Tabel 5.7 ditampilkan hasil Tests of Between-Subjects Effects untuk membandingkan antar kelompok/perlakuan. Hasil analisis pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien Sig untuk hipotesis 1 dan 3 (hipotesis efek moralitas individu dan interaksi) seluruhnya lebih kecil atau sama dengan alpha yang ditetapkan (5%). Sedangkan untuk hipotesis 2 lebih besar dari alpha 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut: a) H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kecenderungan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki tingkat moralitas tinggi dan tingkat moralitas rendah. b) H0 diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kecurangan akuntansi antara individu tingkat kompensasi sesuai dan kompensasi tidak sesuai c) H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara moralitas individu dengan kesesuaian kompensasi Berdasarkan output hasil analisis SPSS yang ditampilkan pada Tabel 5.7 dapat
62
dihitung komponen varian untuk masing-masing sumber variasi (Source of Variations). Penentuan komponen varian dimaksudkan untuk menentukan besarnya efek yang diakibatkan oleh masing-masing komponen (model gabungan, X1, X2, interaksi X1 dan X2, dan komponen lain). Persentase komponen varian dapat dihitung dengan cara berikut ini. a) Persentase komponen varian antar model diperoleh sebesar 31,38%, dengan perhitungan sebagai berikut:
14,636 46,636
14,636 X 100% = 31,38% 46,636 Angka sebesar 31,38% ini merupakan efek gabungan (bersama-sama) antara variabel moralitas individu dan variabel kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi. b) Persentase komponen varian antar kelompok variabel bebas X1 diperoleh sebesar 19,49%, dengan perhitungan sebagai berikut: !,!"# 9,091 9,091 !",!"! 46,636
X 100% = 19,49%
46,636
Angka sebesar 19,49% ini merupakan efek variabel bebas moralitas individu terhadap kecenderungan
melakukan
kecurangan
akuntansi
secara
sendiri
tanpa
memperhitungkan kondisi kesesuaian kompensasi. c) Persentase komponen varian antar kelompok variabel bebas X2 diperoleh sebesar 4,87%, dengan perhitungan sebagai berikut: 2,273 46,636
2,273 X 100% = 4,87%
46,636
Angka sebesar 4,87% ini merupakan efek variabel bebas kesesuaian kompensasi terhadap kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi secara sendiri tanpa memperhitungkan moralitas individu. d) Persentase komponen varian interaksi antara variabel bebas X1 dengan variabel bebas
63
X2 (X1*X2) diperoleh sebesar = 7,02%, dengan perhitungan sebagai berikut:
!,!"# !",!"!
3,273 X 100% = 7,02% 46,636 Angka sebesar 7,02% ini merupakan efek yang diakibatkan oleh interaksi antara variabel
moralitas
individu
dan
variabel
kesesuaian
kompensasi
terhadap
kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi. e) Persentase komponen varian yang tidak dapat dijelaskan oleh model (unexplained varian) diperoleh sebesar 68,62%, dengan perhitungan sebagai berikut: Error! Digit expected.32,000 X 100% = 68,62% 46,636 Hasil analisis varian desain faktorial tersebut berarti bahwa sebesar 31,38% varian pada variabel terikat (kecurangan akuntansi) disebabkan oleh variasi atau perbedaan pada nilai variabel bebas yang berupa moralitas individu (tingkat tinggi dan tingkat rendah) dan kesesuaian kompensasi (sesuai dan tidak sesuai) secara gabungan. Selebihnya sebesar 68,62% dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian ini.
5.2 Pembahasan 5.2.1 Perbedaan individu dengan tingkat moralitas tinggi dan tingkat moralitas rendah terhadap kecurangan akuntansi Hasil uji ANOVA sebagaimana yang disajikan pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien Sig untuk hipotesis 1 (hipotesis efek moralitas individu) adalah 0,002 yang lebih kecil dari alpha yang ditetapkan 0,05 (5%). Hal ini berarti, H0 ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan kecurangan akuntansi antara individu yang memiliki tingkat moralitas tinggi dan tingkat moralitas rendah. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Wilopo (2006) yang menunjukkan bahwa moralitas manajemen memberikan pengaruh yang signifikan dan negatif pada kecenderungan kecurangan akuntansi pada
64
perusahaan. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Puspasari (2012), yang menyatakan terdapat perbedaan antara individu yang memiliki level penalaran moral rendah dengan yang memiliki level penalaran moral tinggi dalam kondisi terdapat maupun tidak terdapat pengendalian internal terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Aranta (2013), yang menyatakan bahwa moralitas aparat berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Hal ini berarti, bahwa semakin tinggi moralitas aparat yang dimiliki pegawai maka kecendrungan kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh pemerintah juga akan semakin menurun. Serta dalam penelitian Prawira et al. (2014) yang menunjukkan bahwa moralitas individu mempunyai arah pengaruh negatif terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD di Kabupaten Buleleng, dan pengaruhnya signifikan artinya apabila Moralitas individu pada BUMD di Kabupaten Buleleng semakin meningkat, bisa menurunkan Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi pada BUMD Kabupaten Buleleng dan penurunannya sangat signifikan. Selain itu, penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Ariani et al. (2014), yang mendapati hasil yang sama yaitu moralitas individu berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Bangli. Jika dikaitkan dengan Tabel 5.2 statistik deskriptif, menunjukkan bahwa grup 4 dan grup 3 dengan perlakuan tingkat moralitas rendah, memiliki mean yang lebih rendah dibandingkan grup 1 dan grup 2 dengan perlakuan tingkat moralitas tinggi. Hal ini berarti individu dengan tingkat moralitas rendah kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi lebih tinggi dibandingkan individu yang memiliki tingkat moralitas yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan hirarki tahap perkembangan moral Kohlberg. Semakin tinggi tahapan moralitas individu (tahapan post-konvensional), maka semakin individu tersebut memperhatikan kepentingan yang lebih luas diluar kepentingan dirinya sendiri. Semakin
65
tinggi tingkat moralitas individu, semakin individu tersebut berusaha untuk menghindarkan diri dari kecenderungan melakukan kecurangan akuntansi yang akan merugikan banyak pihak. 5.2.2 Perbedaan individu yang memperoleh kompensasi yang sesuai dan tidak sesuai terhadap kecurangan akuntansi Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai koefisien Sig untuk Hipotesis 2 (hipotesis kesesuaian kompensasi) adalah 0,100 yang lebih besar dibandingkan alpha yang ditetapkan 0,05 (5%), sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kecurangan akuntansi antara individu yang memperoleh kompensasi yang sesuai dan tidak sesuai. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Thoyibatun (2009) yang menunjukkan bahwa sistem kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kecurangan akuntansi. Serupa dengan Thoyibatun, hasil penelitian Fauwzi (2011) juga menemukan bahwa sistem kompensasi yang sesuai akan menurunkan tingkat kecurangan akuntansi di perusahaan. Hal ini berarti, jika perusahaan memberikan kompensasi yang sesuai dalam bentuk uang maupun promosi kepada pegawai, maka akan menurunkan kecurangan akuntansi. Hasil dari penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Wilopo (2006) yang menyatakan bahwa kesesuaian kompensasi tidak mempengaruhi kecurangan akuntansi. Wilopo (2006) menyatakan bahwa pemberian kompensasi yang sesuai pada perusahaan terbuka dan BUMN di Indonesia tidak secara signifikan menurunkan kecenderungan kecurangan akuntansi dari manajemen perusahaan. Hal ini berarti, pemberian kompensasi berupa uang dan promosi yang semakin meningkat tidak menurunkan kecurangan akuntansi, terutama yang berupa kecenderungan untuk melakukan manipulasi, pemalsuan, atau perubahan akuntansi dan dokumen pendukungnya. Penelitian ini lebih mendukung hasil penelitian Wilopo (2006), mungkin terjadi dikarenakan penelitian Thoyibatun (2009) dan Fauwzi (2012) dilakukan di perusahaan swasta
66
dan bukan di sektor pemerintah. Kompensasi yang didapat oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja pada sektor pemerintahan dalam hal ini Pemerintah Kota Denpasar telah ditetapkan oleh pemerintah sama disetiap daerah di Indonesia sesuai dengan pangkat dan golongan masing-masing. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No. 34 tahun 2014 mengenai Perubahan Keenambelas atas Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Berbeda dengan pekerja di perusahaan swasta yang jumlah kompensasinya berdasarkan kebijakan dari masing-masing perusahaan. Hal inilah yang mungkin mengakibatkan tidak adanya pengaruh kesesuaian kompensasi pada kecurangan akuntansi di sektor pemerintahan. Selain itu, hal lain yang mungkin menjadi alasan adalah belum ada sistem kompensasi yang menjadi acuan organisasi di Indonesia, baik bagi perusahaan, maupun pemerintahan. Tidak ada sistem kompensasi yang mendiskripsikan secara jelas hak dan kewajiban, ukuran prestasi dan kegagalan dalam mengelola organisasi, serta ganjaran dan pinalti yang dapat menghindarkan organisasi dari perilaku tidak etis pengelolanya. 5.2.3 Interaksi antara moralitas individu dengan kesesuaian kompensasi terhadap kecurangan akuntansi Bukti mengenai pengaruh variabel interaksi ditunjukkan dengan nilai koefisien Sig– nya yaitu 0,05 yang sama dengan alpha yang ditetapkan 0,05 (5%), yang berarti bahwa ada saling ketergantungan antara tingkat moralitas individu dengan kesesuaian kompensasi. Dalam kondisi sesuai maupun tidak sesuainya kompensasi akan membuat individu dengan tingkat moralitas rendah tetap melakukan kecurangan akuntansi. Perubahan level kondisi sesuai dan tidaknya kompensasi akan mengakibatkan dampak perubahan pada individu dengan tingkat moralitas tertentu (tinggi atau rendah) untuk melakukan kecurangan akuntansi. Hasil analisis varian desain faktorial menunjukkan bahwa sebesar 31,38% varian pada
67
variabel terikat (kecurangan akuntansi) disebabkan oleh variasi atau perbedaan pada nilai variabel bebas berupa moralitas individu (tingkat tinggi dan tingkat rendah) dan kesesuaian kompensasi (sesuai dan tidak sesuai) secara gabungan. Selebihnya sebesar 68,62% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model penelitian ini.
68
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis dan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah: 1) Adanya perbedaan antara individu yang memiliki tingkat moralitas yang tinggi dengan individu yang memiliki tingkat moralitas yang rendah dalam melakukan kecurangan akuntansi. 2) Tidak adanya perbedaan antara individu yang memperoleh kompensasi yang sesuai dengan individu yang memperoleh kompensasi yang tidak sesuai dalam melakukan kecurangan akuntansi. 3) Adanya interaksi antara tingkat moralitas individu dengan kesesuaian kompensasi. Hal ini berarti setiap perubahan salah satu faktor (tingkat moralitas atau kesesuaian kompensasi), akan menyebabkan perubahan individu dalam melakukan kecurangan akuntansi.
6.2 Saran Penelitian
ini
masih
memiliki
keterbatasan
sehingga
masih
perlu
untuk
disempurnakan. Saran-saran yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1) Penelitian ini dilakukan pada SKPD di Pemerintah Kota Denpasar. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti SKPD lain di Pemerintah Kabupaten lain yang belum tersentuh pada penelitian ini. 2) Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memasukkan variabel-variabel lain yang
69
mungkin akan berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi seperti pengendalian internal, asimetri informasi, dan demografis partisipan (gender, posisi di organisasi, pengalaman bekerja, usia, dan pendidikan). Hal ini dikarenakan hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa 68,62% yang mempengaruhi kecurangan akuntansi adalah variabel lain diluar model penelitian ini. 3) Penelitian ini menemukan adanya perbedaan tingkat moralitas tinggi dan tingkat moralitas rendah terhadap kecurangan akuntansi. Berdasarkan hal tersebut disarankan untuk
Pemerintah
Kota
Denpasar,
agar
dalam
melaksanakan
rekrutmen
memperhatikan aspek moralitasnya, serta melaksanakan pelatihan atau pendidikan mengenai moralitas individu bagi para calon-calon pegawai yang akan menduduki jabatan penting di Kota Denpasar. Selain itu, agar lebih sering dilakukannya kegiatan yang bisa meningkatkan spiritual pegawai, guna meminimalisir terjadinya kecurangan akuntansi di lingkungan Pemerintah Kota Denpasar.
70
DAFTAR PUSTAKA
Aranta, Petra Zulia. 2013. Pengaruh Moralitas Aparat dan Asimetri Informasi terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pemerintah Kota Sawahlunto. Skripsi. Padang: Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Padang Ariani, Ketut Sulasmi, Musmini, dan Herawati. 2014. Analisis Pengaruh Moralitas Individu, Asimetri Informasi dan Keefektifan Sistem Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi di PDAM Kabupaten Bangli. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014) Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2014. Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2013. Available from: URL:http://www.bpk.go.id/news/hasil-pemeriksaan-bpksemester-ii-tahun-2013. Bernardi, R. dan S Guptill. 2008. Social Desirability Response Bias, Gender and Factors Influencing Organizational Commitment: An International Study.Journal of Business Ethics. Betts, D. 2009. The Psychology of Fraud: What Makes Employee Cross The Line?.Joint ACFE/ISACA. Bank Indonesia. 2013. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan III-2013. Available from: URL: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomiregional/bali/Documents/KERProvinsiBaliTwIII2013.pdf. Booz, Allen, and Hamilton. 1999. Earned value Management Tutorial Module 6: Metrics, Performance Measurements and Forecasting. Boozallen.com/about/article_newsideas Chang, J. C., Yen, Sin-Hui, and D. Rong-Ruey. 2002. An Empirical Examination of Competing Theories to Explain the Framung Effect in Accounting- Related Decisions. Behavioural Research In Accounting 14: 35-64 Cooper. D. R. And Schindler, P. S. 2003. Business Reasearch Methods, Edisi ke-8. McGraw Hill, New York. Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dessler, G. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 2 Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta : PT. Prenhallindo. Dewi, Rencana Sari. 2014. Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal pada Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen pada Pemerintah Daerah Provinsi Bali). Tesis. Denpasar : Program Pasca Sarjana. Universitas Udayana. Dorminey, J., A. S. Fleming., M.J. Kranacher, dan R. A. Riley. 2011. Beyond The Fraud Triangle. Enhancing Deterrence of Economic Crimes. CPA Journal.
71
Fauwzi. 2011. Analisis Pengaruh Keefiktifan Pengendalian Internal, Persepsi Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Manajemen terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecurangan akuntansi. Jurnal Akuntansi Universitas Diponogoro Semarang. Ghozali, H Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Universitas Diponegoro. Hair, J.F. JR., Anderson, Tatham, and Black. 2006. Multivariate Data Analysis. Six Edition. New Jersey : Pearson. Hasibuan, Malayu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara. Institut Akuntan Publik Indonesia. 2014. Standar Perikatan Audit(“SPA”) 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangandalam Suatu Audit Atas Laporan Keuangan.Jakarta : Salemba Empat. Jensen, and W. H. Meckling, 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, vol. 3: 305-360 Keraf, A. Sonny, 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, Edisi baru. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Kerlinger, F. N. 2000. Azas-azas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kohlberg, L. 1969. Stage and sequence: The cognitive-development approach moral action to socialization. In D. A. Goslin (Ed). Handbook of socialization theory and research (pp.347-480). Chicago: RandMcNally. Koletar, Joseph. W. 2003. Fraud Exposed. New York: John Wiley and Sons, Inc. Liyanarachi, G dan C. Newdick. 2009. The Impact of Moral Reasoning and Retaliation on Whistle-Blowing: New-Zealand Evidence. Journal of Business Ethics 89. Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Mc Phail, K. dan D. Walters. 2009. Accounting and Business Ethics. Routledge: London dan New York. Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif, Cetakan Ke-4. Yogyakarta : Gajah Mada Univercity Press. th
Nicholson, W. 1997. Intermediate Microeconomics and Its Application, 7 ed. Orlando: The Dryden Press. Prawira, I Made Darma, Herawati, dan Darmawan. 2014. Pengaruh Moralitas Individu, Asimetri Informasi dan Efektivitas Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi (Studi Empiris pada Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Buleleng). e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 (Volume 2 No: 1 Tahun 2014)
72
Puspasari, Novita. 2012. Pengaruh Moralitas Individu dan Pengendalian Internal terhadap Kecurangan akuntansi: Studi Eksperimen pada Konteks Pemerintahan Daerah. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada. Ramamoorti, S. 2008. The Psychology and Sociology of Fraud: Integrating the Behavioral Sciences Component Into Fraud and Forensic Acounting Curricula. Issues in Accounting Education vol. 23. Rest, J. 1979. Development in Judging Moral Issues. Menneapolis, MN: University of Minnesota Press. Robbins Stephen P., 2001. Organizational Behavior (Terjemahan) Jilid 1, Edisi Kedelapan.Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta :Salemba Empat. Sawyer, Lawrence B. 2006. Internal Auditing. Jakarta : Salemba Empat. Simanjuntak. P. J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Penerbit: Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Stum, Davis L. 2001. Maslow revisited : building the employee commitment pyramid. Strategy & Leadership, Vol. 29 Issue: 4, pp.4 – 9 Sugiyanto. 2000. Kemandirian dan Otonomi daerah. Media Ekonomika dan Bisnis Vol. XII No. 1 Hal: 1-7. FE UNDIP, Semarang. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA. Thoyibatun, Siti. 2009. Faktor – Faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Tidak Etis dan Kecurangan akuntansi. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Tunggal, Amin Widjaja. 2009. Kecurangan Laporan Keungan (Financial Statement Fraud.Jakarta : PT. Indeks. _____________________. 2010. Dasar-dasar audit intern pedoman untuk auditor baru. Jakarta:Harvarindo. Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Welton, R. E., J. R Davis dan M. LaGroune. 1994. Promoting The Moral Development Of Accounting Graduate Students. Accounting Education. International Journal 3. Wilopo. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kecurangan akuntansi : Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia vol.9.
73
Lampiran 1 Daftar Temuan BPK Tahun 2009-2012 Tahun 2009
Opini BPK WDP
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8.
9.
2010
WDP
Pokok-pokok Temuan Penyajian aset tetap Pemerintah Kota Denpasar pada Neraca tidak dapat dinilai kewajarannya. Terdapat perbedaan antara luas dengan Berita Acara Serah Terima (BAST) Realisasi pendapatan hibah program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) tidak dapat dicatat sebagai pendapatan hibah dan tidak melalui mekanisme APBD Program JKBM membebani Keuangan darah Kota Denpasar Pembebanan belanja perjalanan dinas luar daerah pada APBD Tahun Anggaran 2010 Kesalahan penganggaran yang mengakibatkan realisasi belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi APBD Tahun Anggaran 2009 tidak menunjukkan realisasi yang sebenarnya Penantausahaan tunggakan pajak Hotel, Restoran, dan Hiburan tidak tertib, mengakibatkan piutang pajak tidak dapat diyakini kewajarannya Belum dilakukannya penghapusan aset tetap yang sudah terbit surat keputusan penghapusannya belum dilakukan, sehingga nilai aset tetap pada Neraca belum menggambarkan nilai yang sewajarnya Sistem administrasi yang belum memadai dan tidak melalui mekanisme APBD atas pengelolaan dana Askes pada puskesmas dan pendapatan lainnya, sehingga LRA Pemerintah Kota Denpasar tidak dapat diyakini kewajarannya
1. Realisasi pendapatan hibah program Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) tidak dapat dicatat sebagai pendapatan hibah dan tidak melalui mekanisme APBD, sehingga tidak disajikan dalam LRA Tahun Anggaran 2010 2. Terdapat belanja barang dan realisasi belanja bahan bakar yang tidak dapat diyakini kewajarannya 3. Tidak adanya bukti pendukung pengeluaran yang sah atas belanja perjalanan dinas sehingga nilai belanja barang yang disajikan belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya 4. Penyajian Dana Bergulir berupa Leasing (Sewa-beli) alat mesin pertanian tidak tepat 5. Penatausahaan aset tetap pada Pemerintah Kota Denpasar tidak tertib, sehingga tidak dapat diyakini kewajarannya 6. Terdapat realisasi belanja bahan bakar minyak yang tidak sesuai ketentuan 7. Terdapat realisasi belanja listrik untuk pembayaran biaya KWH meter yang tidak terpasang
74
2011
WDP
1. Pekerjaan penataan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dilaksanakan tidak sesuai dengan kontrak 2. Terdapat realisasi belanja bahan bakar minyak yang tidak sesuai ketentuan 3. Pembayaran bantuan biaya pendidikan S3 yang tidak sesuai Peraturan Walikota No. 42 Tahun 2010 4. Penggunaan biaya PBB Tahun Anggaran 2010 yang tidak sesuai dengan ketetapan Walikota 5. Pekerjaan pengadaan Limestone dan tanah urug yang tidak sesuai dengan ketentuan 6. Terjadi kurang pungut retribusi pelayanana persampahan Tahun Anggaran 2011 7. Realisasi Belanja Pajak dan Retribusi Daerah yang tidak sesuai ketentuan 8. Penerima bantuan social belum menyampaikan laporan pertanggungjwaban penggunaannya kepada Walikota
2012
WTP-BP
1. Pengelolaan pendapatan Pajak Daerah berupa Pajak Hotel, Restoran, dan Hiburan belum sepenuhnya mengacu pada ketentuan Perpajakan Daerah 2. Penganggaran belanja pegawai tidak sesuai ketentuan 3. Terdapat kelebihan pembayaran belanja perjalanan dinas luar daerah 4. Belum adanya Peraturan Daerah (Perda) tentang penyertaan modal pada PD Pasar dan PD Parkir, serta Perda tentang penyertaan modal pada PDAM dan PT BPD Bali belum sesuai ketentuan 5. Belanja sewa gedung kantor Pemerintah Kota Denpasar dengan Pemerintah Kabupaten Badung tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 6. Pembayaran penghasilan untuk pegawai pensiun dan tambahan penghasilan kepada guru bersertifikat tidak tepat
75
Lampiran 2 Penelitian-penelitian Sebelumnya Pengarang dan Tahun Publikasi Wilopo (2006)
Tujuan Penelitian
Variabel yang Digunakan
Meneliti faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi
Keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, asimetri informasi, kecurangan akuntansi
Ramamoorti (2008)
Menguji faktor-faktor yang menjadi akar dari permasalahan mengenai fraud
Betts (2009)
Untuk mengetahui mengapa pegawai suatu organisasi melakukan fraud ditinjau dari sisi psikologis
Segitiga fraud dari Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), dan perilakuperilaku lain diluar segitiga Faktor-faktor psikologis, fraud
Thoyibatun (2009)
Memberikan bukti empiris pengaruh keefektifan pengendalian internal dan kesesuaian kompensasi terhadap perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi
Keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, perilaku tidak etis, kecurangan akuntansi
Hasil Penelitian Perilaku tidak etis manajemen dan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian internal, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen, serta menghilangkan asimetri informasi Menyatakan bahwa faktor perilaku merupakan akar dari permasalahan mengenai fraud Kecurangan akuntansi di Amerika didominasi oleh lulusan strata 1, uang yang diambil secara nominal lebih banyak jumlahnya oleh lulusan strata 2, dan usia individu yang paling banyak melakukan kecurangan akuntansi Keefiktifan pengendalian internal berpengaruh negatif terhadap perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi lain halnya dengan sistem kompensasi yang tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis dan berpengaruh positif terhadap
76
Fauwzi (2011)
Memberikan bukti empiris pengaruh keefektifan pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan moralitas manajemen terhadap perilaku tidak etis dan kecurangan akuntansi
Novita (2012)
Menguji pengaruh moralitas individu dan pengendalian internal terhadap kecenderungan individu untuk melakukan kecurangan akuntansi di sektor publik
kecenderungan akuntansi Keefektifan Pengendalian internal pengendalian dan moralitas internal, kesesuaian manajemen kompensasi, berpengaruh negatif moralitas yang signifikan manajemen, perilaku terhadap perilaku tidak etis, tidak etis dan kecurangan kecurangan akuntansi akuntansi, sedangkan kesesuaian kompensasi tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku tidak etis dan berpengaruh positif terhadap kecenderungan akuntansi Moralitas individu, Terdapat interaksi pengendalian antara moralitas internal, kecurangan individu dan akuntansi pengendalian internal. Kondisi elemen pengendalian internal tidak mempengaruhi individu dengan level moral tinggi untuk cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi. Sedangkan individu dengan level moral rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal
77
Lampiran 3 No
Daftar Perangkat Daerah Kota Denpasar
1 Bagian Umum 2 Bagian Keuangan 3 Bagian Humas 4 Bagian Ekonomi 5 Bagian Pemerintahan 6 Bagian Hukum 7 Bagian Program Pembangunan 8 Bagian Organisasi 9 Bagian Kesejahteraan Masyarakat 10 Bagian Kerjasama 11 Bagian Aset 12 Sekretariat DPRD 13 Inspektorat 14 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 15 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan 16 Badan Lingkungan Hidup 17 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 18 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 19 Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah 20 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 21 Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan 22 Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu dan Permodalan 23 RSUD Wangaya 24 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga 25 Dinas Kesehatan 26 Dinas Pekerjaan Umum 27 Dinas Tata Ruang dan Perumahan 28 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 29 Dinas Catatan Sipil 30 Dinas Perhubungan 31 Dinas Komunikasi dan Informasi 32 Dinas Tenaga Kerja dan Sosial 33 Dinas Pertanian dan Perkebunan 34 Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan 35 Dinas Kebudayaan 36 Dinas Pariwisata 37 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 38 Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah 39 Dinas Pendapatan 40 Dinas Satuan Polisi Pamong Praja 41 Kecamatan Denpasar Utara 42 Kecamatan Denpasar Timur 43 Kecamatan Denpasar Selatan 44 Kecamatan Denpasar Barat Sumber: Pemerintah Kota Denpasar (2014)
78
Lampiran 4 Perihal :Permohonan Kesediaan Menjadi Responden Kepada Yth. Bapak/Ibu Responden Di_tempat Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesaian tugas tesis pada Program Magister Akuntansi (MAKSI) di Universitas Udayana, maka peneliti sangat mengharapkan bantuan Bapak/Ibu/Saudara untuk dapat menjawab seluruh pertanyaan pada kuesioner terlampir. Adapun judul tesis ini adalah “Interaksi Moralitas Individu dan Kesesuaian Kompensasi pada Kecurangan Akuntansi (Studi Eksperimen pada Pemerintah Kota Denpasar)”. Sesuai etika penelitian, maka data yang diperoleh dari Bapak/Ibu akan kami jaga kerahasiaannya dan akan dipergunakan hanya untuk kepentingan penelitian saja. Data tersebut akan dianalisis dan disajikan secara agregat bukan secara individu. Peneliti menyadari waktu Bapak/Ibu adalah sangat berharga, tetapi waktu yang Bapak/Ibu luangkan untuk menjawab kuesioner ini akan sangat bernilai tidak hanya untuk peneliti, tetapi juga untuk perguruan tinggi. Untuk itu, atas segala kerjasama, dan bantuan Bapak/Ibu dalam mendukung penelitian ini, peneliti ucapkan terima kasih.
Denpasar,
November 2014
Hormat saya, (Astrid Krisdayanthi) NIM. 1291662023
79
Lampiran 4 IDENTITAS RESPONDEN
Mohon diisi dengan memberikan tanda (X) 1. Nomor Responden
:…………………………………………(diisi oleh peneliti)
2. Jenis Kelamin
:
3. Umur
: …………………………………..
4. Tingkat Pendidikan
:
SMA
5. Masa Kerja
:
<5 tahun
laki-laki
D3
Perempuan
S1
S2
S3
lainnya
5-10 tahun
>10 tahun
Denpasar,.....................................2014
80
LAMPIRAN 5 PENUGASAN 1 Skenario Kesesuaian Kompensasi
81
Skenario 1 Perlakuan Kompensasi yang Sesuai Latar Belakang Saudara adalah seorang kepala Dinas X. Sebagai kepala dinas, Saudara diberi kuasa oleh kepala daerah sebagai pengguna anggaran dan pengguna barang, termasuk mengkoodinir dan bertanggungjawab atas proses pengadaan barang di lingkup dinas yang Saudara pimpin. Beberapa tugas lainnya adalah mengecek tagihan, memerintahkan pembayaran dan menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) serta bertanggungjawab atas penyusunan Laporan Keuangan SKPD. Gaji yang Saudara dapat, sangat besar dan sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Dalam melaksanakan operasional diluar jam kerja, Saudara mendapatkan dana tambahan yang telah disiapkan dari kas operasional dinas tersebut. Waktu yang Saudara miliki fleksibel dan tidak menyita waktu senggang. Saudara memang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang ada dan berkaitan dengan dinas yang Saudara bawahi, tetapi hal itu tidak banyak menyita waktu Saudara. Program Kerja Salah satu program kerja instansi Saudara tahun ini adalah pengadaan alat-alat berat yang ada di Kota Denpasar. Proyek tersebut bernilai Rp.1.000.000.000. Dinas X mengadakan proses tender untuk mendapatkan pemasok alat-alat tersebut. Dibentuk sebuah panitia tender untuk menangani tender tersebut. Dalam tender yang berlangsung, terdapat 4 perusahaan peserta tender. Salah satu perusahaan tersebut adalah milik teman lama Saudara, yaitu Dani. Sebelum proses tender dimulai, Dani menemui Saudara dan meminta bantuan Saudara untuk memenangkan tender perusahaannya. Jika perusahaanya menang, maka ia akan memberikan 20% (atau senilai Rp200.000.000) dari nilai nominal proyek tersebut untuk pihak-pihak yang membantu kemenangannya, termasuk panitia tender dan Saudara. Saudara dihadapkan pada dua pilihan: memenangkan tender untuk perusahaan Dani atau meneruskan prosedur tender sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika Saudara memilih alternatif pertama, maka ada beberapa hal yang harus Saudara lakukan, diantaranya: memerintahkan panitia tender untuk memenangkan perusahaan Dani, menyepakati nominal tender (Dinas X tetap membayar 100%, 20% dari pembayaran akan diberikan Dani kepada Saudara dan panitia tender) dan melakukan otorisasi pembayaran kerjasama Dinas X dan perusahaan Dani. Jika Saudara memilih alternatif yang kedua, maka proses tender seluruhnya
82
menjadi wewenang panitia tender. Panitia tender bertanggungjawab untuk mengadakan mekanisme tender sesuai dengan ketentuan yang ada dan tanpa intervensi dari Saudara.
Setelah membaca latar belakang dan program kerja di atas, berikan jawaban Saudara pada Pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ‘X’: Apakah Saudara akan menerima tawaran Dani?
Sangat tidak setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
1
2
3
4
(Mohon diisi dengan memberikan tanda (X))
83
Skenario 1 Perlakuan Kompensasi yang Tidak Sesuai Latar Belakang Saudara adalah seorang kepala Dinas X. Sebagai kepala dinas, Saudara diberi kuasa oleh kepala daerah sebagai pengguna anggaran dan pengguna barang, termasuk mengkoodinir dan bertanggungjawab atas proses pengadaan barang di lingkup dinas yang Saudara pimpin. Beberapa tugas lainnya adalah mengecek tagihan, memerintahkan pembayaran dan menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM) serta bertanggungjawab atas penyusunan Laporan Keuangan SKPD. Gaji yang Saudara dapat belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selain itu, Saudara juga terkadang harus kehilangan waktu santai bersama keluarga karena pekerjaan dinas yang tidak mengenal waktu dan kondisi, selain itu dikarenakan Saudara sebagai kepala dinas yang harus siaga saat kapanpun dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang ada. Program Kerja Salah satu program kerja instansi Saudara tahun ini adalah pengadaan alat-alat berat yang ada di Kota Denpasar. Proyek tersebut bernilai Rp.1.000.000.000. Dinas X mengadakan proses tender untuk mendapatkan pemasok alat-alat tersebut. Dibentuk sebuah panitia tender untuk menangani tender tersebut. Dalam tender yang berlangsung, terdapat 4 perusahaan peserta tender. Salah satu perusahaan tersebut adalah milik teman lama Saudara, yaitu Dani. Sebelum proses tender dimulai, Dani menemui Saudara dan meminta bantuan Saudara untuk memenangkan tender perusahaannya. Jika perusahaanya menang, maka ia akan memberikan 20% (atau senilai Rp200.000.000) dari nilai nominal proyek tersebut untuk pihak-pihak yang membantu kemenangannya, termasuk panitia tender dan Saudara. Saudara dihadapkan pada dua pilihan: memenangkan tender untuk perusahaan Dani atau meneruskan prosedur tender sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jika Saudara memilih alternatif pertama, maka ada beberapa hal yang harus Saudara lakukan, diantaranya: memerintahkan panitia tender untuk memenangkan perusahaan Dani, menyepakati nominal tender (Dinas X tetap membayar 100%, 20% dari pembayaran akan diberikan Dani kepada Saudara dan panitia tender) dan melakukan otorisasi pembayaran kerjasama Dinas X dan perusahaan Dani. Jika Saudara memilih alternatif yang kedua, maka proses tender seluruhnya menjadi wewenang panitia tender. Panitia tender bertanggungjawab untuk mengadakan mekanisme tender sesuai dengan ketentuan yang ada dan tanpa intervensi dari Saudara.
84
Setelah membaca latar belakang dan program kerja di atas, berikan jawaban Saudara pada Pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ‘X’: Apakah Saudara akan menerima tawaran Dani?
Sangat tidak setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
1
2
3
4
(Mohon diisi dengan memberikan tanda (X))
85
LAMPIRAN 6 PENUGASAN 2 SKALA DIT (DEFINING ISSUES TEST)
86
Moralitas Individu Petunjuk: Untuk jawaban nomor 1 sampai dengan 6 di halaman berikut Saudara diberikan kasus yang tidak terjadi sebenarnya. Berikan jawaban yang menurut Saudara paling sesuai. Kasus: Tiga bulan yang lalu Anda, dimutasi dari Dinas ABC ke Dinas XYZ serta diangkat sebagai sebagai Kepala Dinas. Selama tiga tahun ini laporan keuangan Dinas XYZ diaudit oleh BPK. Hasil audit selalu memberikan opini wajar tanpa perkecualian (WTP). Setelah tiga bulan bekerja di Dinas XYZ, Anda menemukan bahwa laporan realisasi anggaran (LRA) Dinas XYZ tidak menunjukkan gambaran kegiatan yang sebenarnya. Terdapat berbagai rekayasa akuntansi, sehingga menunjukkan bahwa Dinas XYZ telah memenuhi batas anggaran tapi program pembangunan belum sepenuhnya berjalan. Mengetahui hal ini Anda menyampaikan permasalahan tersebut kepada atasan Anda. Namun atasan meminta Anda untuk tidak mengubah proses penyusunan laporan realisasi anggaran yang telah berjalan. Anda diminta untuk menyusun laporan tersebut dengan tetap menunjukkan pembangunan telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Atasan Anda juga menyatakan bahwa Anda akan mendapatkan promosi atas hal tersebut. Anda menyarankan agar atasan mempertimbangkan untuk menunjukkan gambaran kegiatan yang sebenarnya demi kepentingan organisasi itu sendiri, dan agar tidak terkena sanksi undang-undang, termasuk agar mempertimbangkan prinsip kesejahteraan masyarakat, serta tidak merugikan masyarakat dan pegawai lainnya.
87
Nilailah keputusan atasan tempat Anda bekerja bila kondisi yang dihadapi tersebut terjadi di organisasi tempat Bapak/Ibu bekerja Mohon Saudara memberikan tanda check list ( √ ) pada salah satu pilihan jawaban sesuai dengan keadaan ditempat Saudara bekerja. Pilihan Jawaban: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju
No.
Pernyataan
SS
1.
Pimpinan SKPD tetap menyelesaikan Laporan Realisasi
S
TS
STS
Anggaran seperti periode yang lalu untuk kepentingannya 2.
Pimpinan SKPD memberikan promosi naik jabatan pada staf akuntansinya karena telah patuh
3.
Pimpinan
SKPD
tetap
menyusun
Laporan
Realisasi
Anggaran seperti periode yang lalu agar kinerjanya bagus dan terlihat baik 4.
Pimpinan SKPD menyusun Laporan Realisasi Anggaran seperti periode yang lalu, karena sudah menjadi kelaziman SKPDnya
5.
Pimpinan SKPD menyusun Laporan Realisasi Anggaran seperti yang sebenarnya, karenan pimpinan takut terkena sanksi Undang-Undang
6.
Pimpinan SKPD menyusun Laporan Realisasi Anggaran seperti kondisi yang sebenarnya demi mempertimbangkan prinsip kesejahteraan masyarakat serta tidak merugikan pegawainya
88
Lampiran 7 HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN SPSS VERSI 19
1. Uji Validitas Correlations Moral Spearman's rho
Moral
Correlation Coefficient
Kompensasi 1.000
Sig. (2-tailed) N Kompensasi
Correlation Coefficient N
Total
Correlation Coefficient N
.796
**
.009
.000
44
44
44
**
1.000
.009
.
.000
44
44
44
**
**
1.000
.000
.000
.
44
44
44
.796
Sig. (2-tailed)
.390
. .390
Sig. (2-tailed)
Total **
.864
.864
**
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Uji Reliabilitas dan Validitas (Variabel Moralitas Individu) Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,915
N of Items 6
Hasil perhitungan menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha = 0,915 yang lebih besar dari 0,60 berarti instrumen penelitian dikatakan reliable
3. Statistik Deskriptif, Uji Normalitas, dan Uji Homogenitas Descriptive Statistics
89
Dependent Variable: Fraud Moral rendah
tinggi
Total
kompensasi sesuai
Mean
Std. Deviation
N
1.6364
.92442
11
tidak sesuai
2.6364
1.12006
11
Total
2.1364
1.12527
22
sesuai
3.0909
.70065
11
tidak sesuai
3.0000
.77460
11
Total
3.0455
.72225
22
sesuai
2.3636
1.09307
22
tidak sesuai
2.8182
.95799
22
Total
2.5909
1.04143
44
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Residual for keputusan N
44
Normal Parameters(a,b)
Mean
.0000
Std. Deviation
.86266
Most Extreme
Absolute
.133
Differences
Positive
.133
Negative
-.094
Kolmogorov-Smirnov Z
.884
Asymp. Sig. (2-tailed)
.415
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Levene's Test of Equality of Error Variances(a) Dependent Variable: Fraud F
df1 1.613
df2 3
Sig. 40
.202
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a Design: moral+kompensasi+moral * kompensasi
4. Uji Two Way Anova dan Profile Plots Interaksi
90 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Fraud Type III Sum Source Corrected Model
of Squares
df
F
Sig.
14.636(a)
3
4.879
6.098
.002
moral
9.091
1
9.091
11.364
.002
kompensasi
2.273
1
2.273
2.841
.100
moral * kompensasi
3.273
1
3.273
4.091
.050
Error
32.000
40
.800
Total
342.000
44
46.636
43
Corrected Total
a R Squared = .314 (Adjusted R Squared = .262)
Mean Square