Interaksi Dalam Perikanan Multijenis Perikanan yang dikelolah dalam model sepsis tunggal hanya mempertimbangkan dinamika populasi ikan yang dikelolah saja (misalnya perikanan udang saja, perikana tuna saja, atau sepsis target lainnya) tanpa memperhitungkan interaksi yang terjadi dalam perikanan multi jenis. Terdapat tiga macam bentuk interaksi yang terjadi diantara komponen atau unsure dari suatu system perikanan multijenis yakni: 1. Intrraksi Biologi Interaksi biologi dimaksudkan sebagai interaksi antar berbagai stok ikan (juga interaksi di dalam stok ikan itu sendiri) yang dapat disebabkan oleh pemangsaan maupun kompetisi makanan. 2. Interaksi teknis Interaksi teknis berarti bahwa dalam usaha penangkapan atas suatu stok tertangkap pula stok ikan lainnya, sebab usaha penangkapan dilakukan pada perikanan multi jenis, atau sebab adanya tangkapan sampingan (bycatch) yang tidak mudah dielakkan. Interaksi ini lebih rumit lagi pada perikanan yang juga menggunakan beberapa jenis alat tangkap. Hal ini terutama disebabkan oleh kesulitan secara teknis untuk menangkap satu jenis tertentu dengan satu jenis alat tertentu, misalnya jarring ingsan saja atau bahkan pancing longline saja. Interaksi ini juga terkait dengan pengaruh ikan yang di buang (discards) terhadap system pengelolaan perikanan. 3. Interaksi ekonomi Interaksi ekonomi dimaksudkan sebagai adanya persaingan antara berbagai jenis armada perikanan (misalnya antara perikanan industry dengan perikanan rakyat/artisanal). Semakin banyak suatu armada menangkap dari sumberdaya yang terbatas, akan semakin sedikit yang tersisa buat pesaing/ kompetitornya. Interaksi ekonomi ini juga melahirkan berbagai bentuk persaingan tidak sehat dan konflik dalam perikanan. Perlu disadari bahwa berbagai penelitian modern tentang permodelan multi jenis kini lebih banyak berorientasi pada pendekatan multidisiplin baik dengan ahli sumberdaya alam, ahli perikanan, ekologi, hidrooseanografi, matematika, statistika, maupun ahli ekonomi, dan termasuk di dalamnya ahli computer. Berbagai pendekatan terhadap model-model yang mempertimbangkan interaksiinteraksi tersebut telah dilakukan selama decade terakhir. Sebagian besar dari interaksiinteraksi tersebut telah dilakukan lebih merupakan bentuk perluasan dari berbagai jenis model tunggal sehingga teori dari model tunggal yang sederhana merupakan latar belakang yang mendasari teori multi jenis. Pengkajian multi jenis/multiarmada dengan referensi khusus terhadap stok-stok ikan tropis dikemukakan oleh FAO (1978), Pope (1974, 1980), Saila and Reodel (1980) dan pauly and Murphy (1982).
Model Produksi Surplus Diterapkan Untuk Sistem Multijenis. Cara yang paling sederhana untuk memecahkan system multijenis ialah dengan menerapkan model-model produksi sulplus terhadap hasil tangkapan total dari seluruh jenis ikan dan upaya penangkapan total dari seluruh jenis armada perikanan yang ada. Dengan menerapkan model Schaefer terhadap hasil tangkapan dari semua jenis ikan yang ditangkap oleh semua jenis kapal yang akan memberikan nilai estimasi nilai MSY, misalnya yang dilakukan untuk perairan Teluk Thailan. Namun demikian, pendekatan ini mengkombinasikan sedemikian banyak bentuk interaksi yang rumit dalam suatu model yang sederhana sehingga penerapan model ini secara umum selalu dipertanyakan. Sebagai contoh, dalam model produksi surplus diasumsikan bahwa kurva yng terjadi dapat dimundurkan (reversibel). Hal ini tidak benar bila tiap-tiap stok mengikuti model Schaefer. Model Yield Per Recruit Diterapkan Untuk Sistem Multijenis Pendekan lain yang bisa digunakan untuk membuat model interaksi yang terjadi pada sumberdaya ikan adalah dengan menggunakan pendekatyan yield per recruit multijenis. Pendekatan ini biasanya pendekatan sepsis tunggal seperti di uraikan pada bagian sebelumnya, namun demikian yield dalam hal ini adalah total dari keseluruhan sepsis yang di kaji. Yield dalam hal ini merupakan bagian dari sumberdaya ikan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia tanpa merusak potensi reproduksi jangka panjang. Total yield yang di hitung dengan menjumlahkan jumlah mortalitas total dari masing-masing sepsis multijenis. Selanjutnya seseorang dapat membuat suatu model dampak dari berbgai variasi mortalitas karena penangkapan. Dan porsi individu setiap kohort dari setiap sepsis yang mudah tertangkap oleh alat tertentu. Tentunya untuk memprediksi yield yang seimbang dari perikanan harus diperhitungkan perbedaan rata-rata recrutmen dari masing-masing sepsis yang dikaji. FISAT,adalah salah satu softwere yang dihasilkan oleh beberapa para ahli perikanan di FAO merupakan salah satu alat yang telah tersedia untuk keperluan perhitungan dengan menggunakan model ini (Gayanilo dkk, 2000). Jenning dkk. (2001) memberikan satu ilustrasi untuk menggambarkan penggunaan yield per recruit perikanan multijenis untuk pengelolaan perikanan dengan mengambil satu kasus di daerah Georges Bank di bagian Timur Laut Amerika Srikat. Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Murawski (1984) diperoleh hasil analisis. Pendekatan Ekosistem Permasalahn yang mendasar dalam pengkajian stok untuk pengelolaan perikanan saat ini seperti telah dijelaskan sebelumnya adalah orientasi yang berbasis pada sepsis tunggal atau sumberdaya ikan target saja. Sebab pendekatan yang memadukan berbagai informasi yang tersedia tentang system sumberdaya ikan seperti produktivitas primer, sumberdaya ikan utama
dan berbagai pola hubungan makan memakan atau rantai dari jarrng makanan yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dari proses dinamis yang terjadi pada ekosistem perairan. Pendekatan ekosistem dapat di pahami sebagai pendekatan seluruh komponen utama ekosistem dan berbagai jasa yang diberikannyadalam perhitungan dalam memperoleh suatu upaya pengelolaan perikanan secara berkelanjutan. Pegertian ini juga menyangkut pengelolaan prilaku manusia untuk menjaga tingkat tertentu keragaman,kepadatan dan produktivitas ekosistem laut. Dalam beberapa pengertian lain seperti dijelaskan oleh Mathew (2001), pendekatan ini sebagai cara untuk memahami interaksi yang terjadi pada sepsis ikan target, predato,kompetitior, dan sepsis mangsanya, serta berbagai interaksi dan dampak eksploitasi organism tersebut terhadap lingkungannya. Didalam pendekatan ekosistem kita dituntut untuk mengetahui dengan benar struktur system jarring makanan untuk menentukan berbagai kelompok dan arus energinya, untuk menentukan keterkaitannya degan produktivitas perairan atau perikanan. Model ekosistem dengan basis Ecopath dan pendekatan massa berimbang telah dikembangkan untuk kebutuhan pengkajian tersebut. Pendekatan ini telah dikembangkan dengan model-model sebelumnyadi kembangkan oleh Ursin,Laevastu, Polovina, Ulanowicz, dll. Dasar pemikiran ekosistem adalah bahwa sejumlah materi yang masuk kedalam suatu system dan elemen-elemen dari system tersebut akan seimbang dengan yang hilang ditambah dengan perubahan di dalam biomassa dari system. Hal ini berarti, jika sebagian dari aliran di dalam system dan atau biomassa dalam system tersebut diketahui, nilai dari bagian yang lain dapat diperkirakan. Tentunya, prinsip ini didekati dengan berbagai persamaan matematika dengan berbagai criteria. Keseimbangan energi yang terjadi dalam suatu system dan berbagai elemen sistem di atas secara sederhana dapat dilihat seperti gambar di bawah ini. Predasi+ Hasil tangkapan = produksi
Respirasi
P/B (turn over)= 1.5
Masuk ke detritus
B (biomass)
Arus masuk dari level bawah
Energi yang masuk dalam satu compartment merupakan hasil dari mengkonsumsi makanan dari trofik di bawahnya. Energy ini digunakan untuk memperbesar biomassa, untuk reproduksi dan akan hilang karena digunakan untuk respirasi, mati karena predasi atau karena penangkapan dan yang tidak terasimilasi akan masuk ke dalam siklus detritus. Gambaran ini dapat digunakan untuk menyusun persamaan dasar dari Ecopath di mana: Production of a group =predation +fishery +other lossesof. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika diketahui berapa besar bagian dikonsumsi oleh di dalam suaatu ekosistem berapa besar yang mati karena berbagai alasan dan berapa besar yang diambil oleh kegiatan perikanan, maka di ketahui besarnya produksi. Regulasi Untuk Perikanan Multujenis Menemukan cara pengelolaan rasional terhadap perikanan multijenis kadang-kadang tidak sulit memahami proses biologis yang terjadi dalam sistem tersebut. Hampir di seluruh bagian dunia sesekali eksploitasi terhadap suatu stok dimulai, perikanan akan bergerak cepat ke arah overfishing. Sebab tanpa adanya regulasi yang efektif titik ekuilibrium dari suatu perikanan dimana biaya penangkapan sama dengan pendapatan kotor dari usaha perikanan tersebut akan segera tercapai. Dibawah kondisi open accses to fishing upaya penangkapan akan meningkat sampai mencapai keadaan di mana biaya total sama dengan nilai dari hasil tangkapan, sehingga keuntungan dari setiap unit penangkapan menjadi nol. Dengan demikian mengelolah perikanan dalam banyak hal sinonim dengan usaha mengurangi upaya penangkapan dengan maksud meningkatkan hasil tangkapan dan mengurangi besarnya kerugian karena penanaman modal yang berlebihan. Dengan kata lain, meningkatkan pendapatan bagi mereka yang masih berusaha di perikanan.
TUGAS INDIVIDU
Disusun Oleh:
NURQADRI SYAIA BAKTI (L211 09 277)
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012