BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1. Manajemen Perguruan Tinggi Swasta
Perguruan Tinggi Swasta dalam tatanan sistem pendidikan nasional di
Indonesia mempunyai peranan strategis. Hal itu, selaras dengan tuntutan historis, filosofis, kebangsaan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan serta Teknologi. Peranan dan fungsi Perguruan Tinggi Swasta saat ini, semakin kompleks dan penuh persaingan pada berbagai tingkat (lokal, regional dan internasional), selaras dengan
harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pemerintah sebagai pembina penyelenggaraan Perguruan Tinggi Swasta, telah mengeluarkan berbagai perangkat peraturan guna menjaga dan memelihara keberadaannya. Beberapa peraturan tersebut, antara lain Keputusan Mendikbud No.020/U/1986; No.0198/U/1987; PP.30 Tahun 1990 dan SE.
Dirjen Dikti N0.421/ DlKTI/Kep/996. Kemudian pedoman pendirian/ akreditasi melalui SK.Dirjen Dikti No.l41/D/Q/1989; Keputusan Menteri No.0686/ U/1991; Kepmen No.0343/U/1994 dan SK Dirjen Dikti No. 470/DAY1996 serta Keputusan Menteri No.0323/ U/1996 tanggal 31 Oktober 1996 tentang Kriteria Akreditasi
Program Studi pada PTS untuk program sarjana. Berdasarkan data mengenai pendidikan tinggi nasional menunjukkan kepada
kita sampai tahun 1993/1994 peranan swasta (PTS), dalam meningkatkan kehidupan
intelektual masyarakat sekitar 2.430.380 orang atau 65,66 % atau lebih dari 1,3juta
mahasiswa adalah mahasiswa PTS. Dengan kata lain dari setiap 100 mahasiswa Indonesia 66 anggotanya adalah mahasiswa PTS, dan ini terus meningkat selaras dengan pertumbuhan PTS di berbagai daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Secara kuantitatif PTS mencapai sekitar 1500 buah yang dibina oleh sekitar 51 PTN
yang ada. Namun demikian jumlah tersebut dilihat dari berbagai hal seperti manajemen, kualitas proses dan luaran sangatlah bervariasi. Mulai dari kontinum yang paling menyamai PTN sampai ke yang perlu pembinaan terus-menerus.
Implikasi dari kondisi tersebut, adalah pada proses pendidikan dan luaran yang bermuara kepada pemenuhan tuntutan masyarakat. Oleh sebab itu, yang menjadi
fokus dalam memerankan posisinya PTS harus memenuhi kriteria yang ditetapkan sebagai standar atau patokan logis yang salah satu diantaranya melalui Penilaian
Akreditasi Nasional.
Untuk mencapai standar tersebut, sangat tergantung pada
manajemen PTS itu sendiri.
2. Kondisi PTS di Kopertis Wilayah IV Jawa Barat
Secara umum PTS yang ada di lingkungan Kopertis Wilayah IV Jawa Barat jumlahnya sangat banyak sekitar 225 terdiri dari 146 fakultas, 740 jurusan dan 890
program studi, yang tersebar di 26 Kabupaten di Jawa Barat, yang terkonsentrasi pada akademi, sekolah tinggi, institut dan universitas. Hasil penilaian tim akreditasi nasional, di lingkungan Kopertis IV terdapat, peringkat A 21, peringkat B 109, peringkat C 60 yang tersebar di berbagai jurusan.
Penilaian terbaik hanya diberikan kepada 2 PTS di Kota Bandung yang termasuk kelompok 15 besar secara nasional. Dan dapat dibayangkan ternyata sebagian besar masih di bawah harapan. Hal itumemberikan gambaran bahwa PTS di Propinsi JawaBarat diindikasikan mengalami berbagai hambatan. Hambatan secara
umum, berkenaan dengan sumber daya manusia, teknologi, manajemen, teknologi dan sumber dana yang ada di lingkungan PTS.
Implikasi dari penilaian Badan Akreditasi Nasional bagi PTS, berkaitan
dengan kepercayaan masyarakat. Kepercayaan tersebut dapat berupa kepercayaan masyarakat orang tua untuk menjadi pelanggan dalam menyekolahkan anak-anaknya, dan masyarakat pengguna lulusan dalam merekrut lulusan PTS tersebut. Hal itu,
merupakan salah satu faktor yang menjadi modal dasar pengembangan pendidikan
tinggi swasta. Keadaan tersebut, merupakan tantangan yang dihadapi oleh para penyelenggara khususnya bagaimana manajemen diselenggarakan sebaik-baiknya. Padahal telah kita ketahui bersama, pendidikan akan berkualitas jikaditangani oleh
SDM khususnya tenaga dosen yang berkualifikasi dan mempunyai relevansi yang memadai, serta didukung oleh fasilitas sehingga kepercayaan masyarakat meningkat. Berpangkal darikeadaan tersebut, menarik perhatian penulis untukmelakukan
penelitian berkenaan dengan mekanisme pengembangan lembaga khususnya terkait
dengan manajemen dalam mengelola PTS dan konstribusinya terhadap status akreditasi hasil penilaian Badan Akreditasi Nasional.
B. Perumusan Masalah
Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Swasta yang diselenggarakan oleh
masyarakat baik yang bersifat Badan-Badan maupun Yayasan, sesungguhnya setiap institusi penyelenggara mempunyai karakter pengelolaan yang sangat bervariasi. Namun demikian dipandang dari sudutmanajemen sebagai proses penyelenggaraannya mempunyai kecenderunganmenghadapi persoalanyang relatifsama. Oleh sebab
itu tentunya persoalan yang dihadapi tidak jauh berbeda. Salah satu issu strategis masa kini adalah bagaimana PTS melaksanakan optimalisasi potensi dan strategi pengembangannya. Baik dipandang dari perencanaan, maupun pelaksanaan yang menuju pada hasil dan mampu bersaing secara lokal, regional dan internasional. Bertolak dari uarain tersebut, diajukan permasalahannya sebagai berikut:
"Berapa besar konstribusi manajemen program studi terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional "
Mengingat masalah tersebut sangat luas, maka selanjutnya dirinci menjadi pokok masalah sebagai berikut:
1. Berapa besar konstribusi pengembangan program studi, terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional ?
2. Berapa besar konstribusi tenaga dosen program studi, terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional ?
3. Berapa besar konstribusi implementasi kurikulum, terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional ?
4. Berapa besar konstribusi fasilitas program studi, terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional ?
5. Berapa besar konstribusi keadaan mahasiswa, terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional ?
Permasalahan yang diungkapkan sangat luas, oleh sebab itu untuk memperoleh hasil penelitian aplikatif, rasional dan ilmiah, maka perlu dibatasi. Adapun batasan masalahnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Manajemen pengembangan program studi merupakan aktivitas di setiap lingkungan fakultas, melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pada periode tertentu dan pendekatan tertentusesuai otonomi PTS tersebut.
b. Hasil penilaian Badan Akreditasi Nasional, adalah perolehan skor penilaian kelayakan program studi yang diselenggarakan PTS. C. Tuj uan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini secara umum, adalah untuk memperoleh
informasi berkenaan dengan bagimana konstribusi manajemen pengembangan program studi PTS, terhadap status akreditasi hasil perolehan penilaian Badan Akreditasi Nasional dilingkungan Kopertis Wilayah IV. Secara khusus penelitian ini adalah untuk menganalisis konstribusi:
1. Pengembangan program studi terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional
2. Tenaga dosen program studi terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional
3. Implementasi kurikulum terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional
4. Fasilitas program studi terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional
5. Keadaan mahasiswa terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dipandang dari dua aspek, yaitu teoreris dan praktis.
Teoretis diharapkan dari temuan penelitian ini dapat mengembangkan konsep administrasi pendidikan khususnya dalam penyelenggara pendidikan tinggi swasta (PTS). Adapun aspek praktis, diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak penyelenggara PTS dalam rangka pengembangan program studi di lingkungan Kopertis Wilayah IV Jawa Barat.
E. Kerangka Berpikir 1. Kerangka Berpikir
Dipandang dari konsep sistem Perguruan Tinggi tidak dapat melepaskan diri
dari perkembangan yang terjadi pada lingkungan eksternal dan internal. Dengan demikian karaktersitik perguruan tinggi sebagai organisasi akademik, mempunyai sejumlah kekhasan dalam tujuan, layanan, teknologi, ssumber daya manusia, dan manajemen.
Baldridge (ASHE, 1986:15) menggambarkan perbandingan perguruan tinggi
sebagai organisasi akademik dengan birokrasi tradisional sebagaimana ditinjukkan pada Tabel 1.1.
Tabell.l
ORGANIZATIONAL CHARACTERISTIC OF ACADEMIC ORGANIZATIONAL AND MORE TRADITIONAL BUREAUCRATIES
Goals
Academic Organizations (Colleges and Universities) Ambiguous,
Traditional Breaucratcies
(Government agency,industry) Clearer goals, less disagreement
contested, inconsistent Client
Client serving
Material, processing, segmented
Unclear, nonroutine
Clearer, routinized, segmented
Service
Technology
Holistic
Staffing
Predominantly
Predominantly non profesional
Environ-
profesional Very vulnerable
Less vulnarable
"Organized anarchy"
"Bureacracy"
Mental
Relation
Summary Image
Tabel tersebut menunjukkan bahwa Perguruan Tinggi sebagai organisasi
akademik memiliki karakteristik yang khas. Ia memiliki ambiquous goals yang sering ditunjukkan secara kuat, dan melayani clients yang membutuhkan suara dalam
pengambilan keputusan. Ia memiliki problematic technology, teknologinya harus bersifat menyeluruh dan adaptable untuk memenuhi. Kebutuhan secara individual.
Ia adalali professionalized organizations yang membutuhkan pekerja dalamjumlah
besaruntuk mengontrol proseskeputusan institusional yangberlebihan. Akhirnya, ia menjadi lebih berhadapan langsung dengan masyarakat. Satu hal yang menjadi summary image adalah sebagai organzed anarchy sebagaimana yang dikemukakan
Cohen dan March (1974). Keduanya mengemukakan bahwa Perguruan Tinggi sebagai "organizedanarchy system with little central coordination or control:
In a university anarchy each individual in the university is seen as making autonomous decisions. Teachers decide if when, and what to teach. Students
decide if when, and what to learn. Legislators and donorsdeTtde if, when, and what to support. Neither coordinations... or control(is) practized. Resources are allocated by whatever process emerges but without explicit reference to some superordinate goal. The"decisions " ofthe system are a consequence produced by the system but intended by no one and decisively controlled by no one (Cohen and March,1974:33-34; dalam ASHE, 1985:15).
Implikasi dari bentuk organisasi demikian, adalah akan membentuk arah yang saling berbeda dari tiap individu tanpa adanya suatu koordinasi yang kuat.
Keputusan
diambil secara individu, sering diambil secara spontan dan tidak terencana dan
mengarah pada dinamika yang ambiquous. Hak
tersebut,
berbeda dengan organisasi yang tradisional memiliki
karakteristik; (i) goal; clearer goals, less disagrement; (ii) client service; material-
processing; commercial; (Hi) technology:; cleare, routinized, segemented; (iv) staffing; predominantlynon professional; (5) summary image "Bureacracy". Hasil studi yang dilakukan Judith D. Hackmant (1986:323) dalam penelitian yang berjudul "Power and Centrality in the allocation of resources in colleges and universities"
menunjukkan dukungan kepada... Colleges and universities in
interactions with organizations that operate as systems in interaction with environment. Ditinjau dari karakteristik Perguruan Tinggi nampak bahwa peran dan
fungsi penyelenggaraan pendidikan tinggi, sangatlah kompleks dan unik jika dibandingkan dengan organisasi non kependidikan.
Di Indonesia penyelenggaraan Pendidikan Tinggi secara konsep legal terdapat pada PP.NO. 30 Tahun 1990, pasal 4 yang menegaskan baliwa pendidikan akademik
mengarah kepada "peningkatan mutu dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan",
sedangkan pendidikan profesionalmenonjolkan " peningkatan kemampuanpenerapan ilmu pengetahuan", yang diselenggarakan oleh sekolah tinggi, institut dan universitas.
Demikian pula pada PP No.60 dan PP No.61 Tahun 1999, berkenaan dengan tugas dan fungsi perguruan tinggi.
Dunia pendidikan tinggi di Indonesia menganut tiga fungsi yang dikenal Tri
Darma Perguruan Tinggi. Konsep tiga fungsi sesungguhnya bertolak dari beberapa pakar dan organisasi pendidikan dunia.
UNESCO mengenai pendidikan tinggi seperti dilaporkan Siedel (1990)
merekomendasikan lima fungsi universitas, yaitu; (1) memberikan pendidikan dan pelatihan yang mengkombinasikan riset dan pelatihan; (2) pelatihan profesional; (3)
riset; (4) pembangunan termasuk pembangunan regional dan inter-nasional; (5) fungsi sosial yaitu pengembangan intelektual dan sosial masyarakat. Demikian pula hasil pertemuan universitas-universitas di Asia-Pasifik pada tahun 1990 di New England
University of Australia, merumuskan mengenai fungsi pen-didikan tinggi terdapat sebagai "serve their societies through their work in teaching, research and wider community service". Rumusan ini mirip dengan Tri Darma pendidikan kita. Jose Ortega y Gasset seorang filsuf Spanyol, menurut penelitian Clark Kerr
merumuskan empat misi universitas yaitu; (1) pendidikan profesional; (2) riset; (3)
latihan kepemim-pinan; (4) Persiapanuntuk kehidupan seseorang. Di Amerika Serikat universitas lebih terbuka menurut Clark Kerr diarahkan
kepad tujuh fungsi yaitu; (1) pendidikan liberal; (2) pendidikan profesional; (3) riset; (4) pendidikan gramedial; (5) pengabdian padamasyarakat; (6) kesamaan kesempatan
10
memperoleh pendidikan tinggi; (7) pengembangan suatu bangsa terdidik. Sebagai
gambaran bagaimana perkembangan konsep perguruan tinggi di negara-negara lain
sebagai bahan perbandingan dengan apa yang dianut di Indonesia ditunjukkan pada Tabell.2. Tabel 1.2 Ortega y
Amerika
Gasset
Serikat
UNESCO
OECD
Karl
UU.No2
UUNo2
(1987)
Jaspers
Tahun
Tahun
1961 Pendidikan
Pendidikan
Pendidikan dan
Pendidikan
profesional
Mengajar
liberal
pelatihan ditunjang riser
pasea seko-
Dan riset
lah
Profcsionalis-
Riset
Mengajar
1989
Mening katkan
menc-
akademik
ngah Riset
Profcsionalismc
Riset
nalisine
Mengem bangkan dan
Riset
Riset
Kebutuhan
kepeiuiiii-
Tenaga kerja
Pendidikan untuk. manusia
seutuhnya
PtTS la pa !f
Pend.Remidial
untuk
kehiduixui
F'entiHbdian
da lain
\jctdn ma sya ra ka t
masy^rakaT
Menunjang pembangunan lokal, regional dan
Menvelengsarakan pendidikan lingkungan Riset
Profcsio-
me
Ixtihan
PP No.30 1990
Mengajar
Pengabdian kepada ma sya ra ka t
menerap-
kan Iptek
Pengarxii-an kepada Masyarakat
Untuk
meningkat kan
kesejahieraan
interna-
ma
syarakat
siona)
dan pengem
fengembancan
Mennnj^ng ekonomi
sempatan
intelektualtual dan sosii!
lurmjKTok'.h
masyarakat
Kesamaan ke i
1
i
iinididikan
1 Tinggi
1 Pengembangan i
i
bangsa terthdik
kompctitif Pei igembai 1 gan in-
bangan Budaya nasional
dustri Mobilisasi Sosial
i
Model
|
tujuan
i
nasional
untuk
j
i i
I
i
Mcnyiapkan
ealon
peininipm ma sya m -
1 kat
Fungsi-fungsi yang diuraikan tersebut, nampak mempunyai kesamaan dan titik berat yang dominan adalah pengembangan di masa depan.
Perguruan tinggi dalam era globalisasi Clark Kerr mengintroduksi dua jenis
perspektif yaitu; (1) cenderung ke masa lalu dan (2) cenderung ke masa depan. Untukjelasnya ditunjukkan pada tabel 1.3.
Tabel 1.3
Perspektif Alternatif Tujuan Pendidikan Tinggi Clark Kerr !
Perspektif Waktu Kecenderungan
Filsafat
!
Masa depan
Masa lalu
Monistik-Idealis
1. Konsentrasionisme
3. Transformasionis
Pluralistik-Pragmatik
2. Preservasionisme
4. Ekspansionis
i i
Perspektif yang cenderung ke masa lalu terdapat bentuk konsentrasi dan
preservasionisme. Kedua pendekatan tersebut sama-sama bersifat status quo sedangkan yang mempunyai kecenderungan ke masa depan dapat bersifat transformasionis
dan
ekspansionis.
Pendekatan
transformasionis
menunutut
perubahan visi pendidikan tinggi yang dapat mengakomodasikan perubahanperubahan masyarakat masa depan.
Dilihat dan uraian tersebut, menunjukkan bahwa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mempunyai tanggung jawab dan posisi yang sama pada sistem
pendidikan nasional, berkenaan dengan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Hal ituditegaskan bahwa negara kita menganut, pendidikan merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah seperti yang dituangkan dalam PP Nomor 39 Tahun 1992 mengenai peran serta masyarakat.
Tolok ukur keberhasilan suatu organisasi termasuk penyelenggara Pendidikan
Tinggi, dapat ditinjau dari berbagai aspek. Salah satunya adalah pendekatan fungsifungsi manajemen pengembangan yang berorientasi pada efektivitas dan efisiensi proses dan hasil.
12
Efektivitas dan efisiensi merupakan indikator dari produktivitas. Efektivitas mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program.
Makin besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat efektivitasnya.
Efektivitas berkaitan dengan kualitas, sedangkan efisiensi merupakan refleksi hubungan antara output dan input yang bersifat kuantitas. Efisiensi berkaitan dengan besarnya input untuk menghasilkan output dan besamya tingkat pemborosan.
Efektivitas merupakan refleksi kemampuan untuk mem-pengaruhi terjadinya suatu produk.
Keefektivitan menunjukkan besamya pengaruh terhadap suatu proses
produksi. "Effectiveness^ quantity x quality, and if either is zero there is no effectiveness". (Holzer and nagel, 1984). Jadi keefektivitan suatu usaha secara implisit mengandung makna kuantitas dan kualitas.
Achmad Sanusi (1988) dalam Sistem Manajemen Pendidikan di Indonesia efektivitas menekankan kepada relevansi dan adaptabilitas suatu keputusan dalam rencana dan program terhadap dinamika nilai-nilai dalam hubungan interpersonal pegawai serta lingkungan budayanya. Efisiensi diartikan sebagai bentuk upaya untuk mengukur dan menguji secara emperis hubungan antara input dan output. Dari sisi
produk efisiensi terjadi apabila biaya yang dikeluarkan minimal dan mendatangkan keuntungan yang sepadan. Efisiensi menunjukkan secara tegas garis pembatas antara
sejumlah biaya maksimum untuk membiayai beberapa input secara kuantitas dan
proporsional sehingga menghasilkan sejumlah output menurut standar mutu yang telah ditetapkan.
Produk pendidikan adalah jasa pendidikan. Lulusan tidak dapat sepenuhnya
merupakan produk pendidikan, karena terdapat faktor lingkungan yang juga mempunyai peran dalam perkembangan mahasiswa menjadi lulusan. Karena itu,
dikatakan bahwa produk pendidikan adalah jasa pendidikan. Dengan pengertian ini, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan termasuk pengukuran hasil pendidikan, dapat dilakukan dengan objektif(Dede Sutisna, 1999.7). Lulusan dapat dipahami sebagai kustomer primer yang telah memahami dan
mangahayati sekolah secara utuh. Jasa sekolah dikelompokkan atas lima komponen utama yakni; Jasa kurikuler
Jasa administrasi
Jasa kebijakan Jasa ekstrakurikuler
Jasa penelitian
Jasa kurikuler, merupakan pelayanan yang bersifat kurikuler seperti penyusunan kurikulum dan silabus, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi, binibingan. Jasa administrasi, baik meliputi bersifat umum, akademis dan
kesiswaan. Jasa kebijakan umum, berbagai pelayanan yang bersifat kebijakan umum terutama dilakanakan oleh pimpinan sekolah. Sedangkan jasa ekstrakurikuler
merupakan pelayanan dalam pengembangan kesiswaan di luar kegiatan kurikuler,
tetapi mendukung kegiatan studi seperti pengembangan minat, rekreasi, kesejahteraan
14
dan pengembang-an kemampuan untuk berkarier. Adapun jasa penelitian, merupakan pelayanan dan pelaksanaan penelitian yang menghasilkan konsep yang dapat dipergunakan oleh kostumer tersier.
Strategic planning merujuk pada adanya keterkaitan antara internal strengths dengan external needs. Dalam hal ini, strategi mengandung unsur analisis kebutuhan, proyeksi, peramalan, pertimbangan ekonomis dan finansial, serta analisis terhadap rencana tindakan yang lebih rinci.
Kerangka kerja strategicmanagement yang dikemukakan Rowe (1990) terdiri atas empat komponen utama yaitu; slratgeic planning, organizational structure, strategic control, dan resource requirements. Lebih lanjut dikatakan bahwa strategic management merupakan suatu proses dalam mengelola keempat gugus komponen
tersebut. Keempat gugus komponen yang harus dikelola tersebut, aktivitas kuncinya
terletak pada strategic planning, sebab pada fase ini dilakukan analisis terhadap tantangan dan peluang eksternal, serta kekuatan dan kelemahan internal organisasi. Strategic management berfungsi untuk mengarahkan operasi internal organisasi berupa alokasi sumber daya manusia, fisik dan keuangan, untuk mencapai interkasi optimal dengan lingkungan ekstenialnya.
Pengertian strategi tersebut, jika dikaitkan dengan masalah bagaimana
lembaga pendidikan tinggi dalam mengembangkan pendidikan.
Secara konsep
manajemen sangattepat, mengingat bagaimana seorangpengelola melakukan upayaupaya dalam mengelola sumber daya yang terdapat di dalam lingkup pendidikan. Hal yang urgen adalah adanya kerjasama antara stake holders internal dan eksternal
15
sehingga ada iklim yang kondusif dalam melayani semua pihak. Stake holders
internal berkenaan dengan terciptanya kerjasama internal antara badan pendiri, pengurus dan pelaksana harian (rektorat), tenaga edukatif dan administratif, serta seluruh komponen civitas akademik. Adapun stake holders eksternal adalah seluruh yang berkepentingan di luar organisasi kampus.
Dede Sutisna (1998) dalam kesimpulan penelitian berkenaan dengan Mutu Total PTS di Jawa Baratterdapat tujuh pokok-pokok pikiran yaitu: Pertama, kriteria kemampuan dosen tetap PTS di Jawa Barat "tertinggal" 21 tahun
dan hanya sepertiganya saja yang berorientasi TQM. Pada umumnya masih inherent
berorientasi pada kompetisi yang bersifat generik essensial, yang dapat diidentifikasi.
Kedua, kemampuan dosen tetap dituntut jauh lebih tinggi dibanding dengan gaya kepemimpinan, motivasi dan upaya tahapan mutu total. Ketiga, gaya kepemimpinan yang dikehendaki para dosen PTS di Jawa Barat adalah bertipe gaya pengajak serta dan gaya pendelgasian.
Keempat, generator motivasi tidak hanya bergantung pada human basic needs saja,
tetapi tantangan dan tanggung jawab dalam mencapai mutu total kenyataannya mengkontaminasi atmosfir motivasi.
Kelima, kinerja dosen harus berpaling dariorientasi how to teach kepada how to learn yang secara empirik merupakan fungsi dari kemampuan, gaya kepemimpinan, motivasi dan upaya tahapan mutu total.
Keenam, perbedaan latar belakang pendidikan dan kecocokan bidang studi membawa pengaruh yang signifikan terhadap kinerja dosen, terkecuali perbedaan usia, jabatan akademik, jenis kelamin, kecocokan studi dengan aktivitas di luar kampus.
Ketujuh, tangga menuju Total Quality Management di Perguruan Tinggi nielalui
sembilan tahap yaitu, budaya malu tidak bennutu, misi mutu, kepemimpinan mutu, kebijakan mutu, pelatihan mutu, pemberdayaan mutu, sikap mutu, perilaku dan budaya mutu.
Pandangan dari pokok pikiran tersebut, memberikan inspirasi kepada penulis bahwa pengembangan PTS diperlukan seperangkat komitmen yang mengarah kepada
tuntutan kualitas. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu identifikasi apakah pembinaan PTS yang dilaksanakan mempunyai dampak yang berarti kepada penampilan baik fisik maupun proses dan luaran yang ada. Bertolak dari uraian tersebut memberikan gambaran bahwa penyelenggaraan
pendidikan tinggi, diperlukan suatu organisasi yang dinamis dengan dukungan infrastruktur yang kuat dan sumber-sumber daya yang mengalir. Suatu organisasi sebagai lingkungan.
Konsekuensinya
sistem yang terbuka selalu berinteraksi dengan bagi
organisasi
pendidikan
adalah
menjaga
keseimbangan antara kemampuan antisipasi dengan kompleksitas yang terjadi pada masyarakat,
disamping
itu perkembangan
informasi
internasional
semakin
memperpendek jaringan interaksi sosial, ekonomi, teknologi dan bahkan politik. Oleh
sebab
itu,
untuk
mempertahankan
kelangsungan
pengembangan, perlu adanya perubahan organisasi.
hidup
atau
melakukan
17
Robbins (1996:225) memandang hubungan antara lingkungan dengan struktur
berbagai organisasi menghadapi tingkat ketidakpastian yang berbeda. Para manajer tidak menyukai ketidakpastian, mereka mencoba untuk menghilangkan atau paling tidak meminimalkan dampaknya terhadap organisasi.
Perubahan organisasi pada hakikatnya merupakan suatu kesanggupan dalam menyesuaikan diri dan antisipasi terhadap keadaan lingkungan agar kelangsungan
hidup organisasi dapat dipertahankan, terus tumbuh dan berkembang. Selanjutnya dikemukakan bahwa, organisasi sebagai sistem sosioteknis harus bekerja efektif,
untuk tetap dapat bertahan hidup. Pandangan yang realistis mengenai perubahan perlu
adanya stabilitas dan menyesuaikan diri (adaptation) yang merupakan esensi untuk kelangsungan hidup. Dinamika dan dorongan terhadap organisasi datang dari sumber dalam supra-sistem lingkungan eksternal, di samping dari berbagai sistem dan sub
lingkungan internal (sasaran dan nilai, teknik, struktur, psikososial, dan manajerial). Daft (1986:269) menyatakan bahwa perubahan organisasi, ada empat tipe meliputi, perubahan administratif dan manajerial, perubahan produk/layanan,
pembahan kebutulian sumber daya manusia, dan perubahan teknologi. Perubahan administratif dan manajerial, berkenaan dengan organisasi perusahaan, mencakup
struktur, tujuan, kebijakan, insentif sistem informasi, dan anggaran. Perubahan
produk atau layanan, berkenaan dengan hasil atau layanan sesuai dengan kebutuhan
pihak konsumen, atau pihak-pihak yang terkait. Perubahan kebutuhan sumber daya manusia berkenaan dengan tuntutan sikap, kemampuan, keterampilan, pengharapan,
kepercayaan, dan perilaku para pegawai termasuk para pimpinan. Perubahan
teknologi berkenaan dengan tuntutan kebutuhan baik sebagai alat maupun produk, dari suatu organisasi.
Dengan demikian perguruan tinggi harus ditunjang oleh oleh : (1) Tenaga dosen berkualitas
(2) Fasilitas yang memadai
(3) Dana yang cukup (4) Infrastruktur yang kuat
(5) Kurikulum sesuaidengan perkembangan Iptek (6) Potensi akademik mahasiswa
(7) Manajemen program studi
(8) Pelayanan akademik dan administratifyang memuaskan
Kedelapan faktor yang dikemukakan merupakan landasan membangun kepercayaan masyarakat, terhadap eksistensi perguruan tinggi.
Tenaga dosen, merupakan faktor strategis dalam memberikan pelayanan
akademik. Tenaga dosen harus memenuhi persyaratan profesional, baik ditinjau dari kualifikasi pendidikan, jenjang pendidikan, pengalaman jabatan akademik, maupun relevansi keilmuannya. Sedangkan fasilitas, dana dan kurikulum sera mahasiswa
merupakan perangkat operasional dalam proses pelayanan untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.
Produktivitas PTS sangat ditentukan oleh berbagai faktor, yang dilandasi oleh
efektivitas dan efisiensi proses dan luaran serta bermuara kepada kepercayaan
19
masyarakat luas. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan tersebut, adalah
manajemen pengembangan yang secara sinerji dalam proses dalam mencapai tujuan.
Dalam penelitian ini, dapat kiranya diajukan model hubungan variabel penelitian sebagai berikut:
§# F '
^
•*
i
•**> i
Gambar 1.1 Model Hubungan Variabel Penelitian
Pengembangan program studi (Xi) yang dimaksud secara konseptual merupakan proses manajemen dalam konteks Badan Akreditasi Nasional dibangun
oleh delapan faktor, yakni usia program studi, risalah berdirinya, kepemimpinan,
jumlah pertemuan, tujuan pertemuan, rencana pengembangan program dan upaya perbaikan kinerja.
20
Secara teoretis, pengembangan program studi merupakan salah satu faktor garapan manajemen PTS.
Hal itu selaras dengan pendapat Engkoswara (1987:1)
mengemukakan bahwa "administrasi pendidikan dalam arti seluas-luasnya adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan sumber daya untuk mencapai tujuan
pendidikan secaraproduktif\ Selanjutnya mengatakan penataan mengandung makna, "mengatur, manajemen, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi, atau membina".
Sumberdayanya terdiri dari; (1) sumber daya manusia (peserta didik,pendidik, dan pemakai jasa pendidikan), (2) sumber belajar atau kurikulum (segala sesuatu yang disediakan
lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan),dan (3)
(peralatan,barang,dan
keuangan
yang menunjang
kemungkinan
fasilitas
terjadinya
pendidikan). Tujuan pendidikan yang produktif berupa prestasi yang efektifdan suasana atau proses yang efisien. Selanjutnya keberhasilan pencapaian tujuan
pendidikan yang produktif dapat dilihat dari sudut administratif, psikologis,dan ekonomis. Hakikat dari strategik adalali cara berpikir manusia yang sistematis.
Akhir-akhir ini cara berpikir tersebut, telali berkembang menjadi suatu landasan konseptual manajemen.
Agustinus SW (1996:4) menjelaskan bahwa karakteristik masalah strategik manyangkut, orientasi ke masa depan; berhubungan dengan unit-unit kegiatan yang
kompleks; perhatian manajemen puncak; pengaruh jangka panjang; dan alokasi sumber-sumber daya. Dengan demikian berpikir strategik, berkenaan dengan banyak pilihan sebagai alternatif pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah diperlukan
21
'*/ seperangkat kemampuan analisis yang tepat dan cermat untuk memperkecil tingkat kesalahan yang timbul di masa depan.
Tenaga dosen program studi (X2) merupakan variabel yang strategis, mengingat sebagai tenaga kependidikan yang sesungguhnya sebagai pelaksana
pencapaian tujuan pendidikan melalui transformasi kurikulum ideal.
Pengelolan
sumber daya manusia pendidikan, khususnya dosen merupakan unsur yang sangat penting, mengingat produktivitas pendidikan akan sangattergantung kepada seberapa besar konstribusi yang diberikan sumber daya manusia melalui fungsi dan perannya. Untuk mencapai kualitas pendidikan yang maksimal, maka tenaga dosen harus memenuhi perinsip:
a. Sesuai atau cocok (suitable) dan mempunyai sumbangan yang berarti untuk mengembangkan organisasiprogram studi dalam arah yang benar untuk mencapai m isinya.
b. Layak (feasible/achieveable) artinya tujuan adalali sesuatu yang benar- benar dapat dicapai oleh organisasi program studi dengan sumber dayayang tersedia. c. Lentur (flexible) artinya tujuan dimungkinkan untuk dimodifikasi di masa depan jika keadaan mendesak.
d. Memotivasi (motivating) artinya tujuan yang baik dapat memotivasi dosen untuk mencapainya.
e. Dimengerti (understandable) artinya tujuan yang dinyatakan dalam bahasa yang dimengerti pihak terkait dalam organisasi program studi. f. Terkait(linkage) artinyatujuan harus konsisten dan mendukung misi organisasi. g. Dapat diukur (measurable) artinya tujuan secara jelas dan konkret menyatakan apa yang akan dicapai dan kapan tujuan dapat dicapai, sehingga dapat diterjemahkan ke dalam sasaran operasional.
Tujuan tanpa memperhatikan prinsip yang telah dijelaskan, maka tujuan tersebut
hanya merupakan sesuatu pernyataan yang sulit untuk dicapai oleh organisasi. Adapun sasaran yang ingin dicapai mempunyai sifat lebih spesifik dari tujuan, dibatasi oleh waktu, dapat diukur serta dapat dikuantifikasikan.
2?
Randall S.Schuler (1987:6) mendiskripsikan fungsi pengelolaan sumber daya manusia meliputi "planing for human resources needs; staffing the organizations personnel needs; appraising and compensating employee behavior; improving and mantaining effective working relationships". Perencanaan (planning) sumber daya manusia merupakan langkah pertama yang diperlukan dalam program personalia
yang lebih efektif Fungsi dari perencanaan sumber daya manusia yang diperlukan
meliputi dua kegiatan pokok, yaitu (a) perencanaan dan peramalan sumber daya manusia yang diperlukan organisasi baik jangka pendek maupun jangka penjang; (b)
analisis pekerjaan dalam menetapkan tugas, keterampilan, pengetahuan, kecakapan, yang diperlukan organisasi. Kedua aktivitas ini sangat diperlukan bagi efektivitas
perfonnansi pegawai dan pengelolaan sumber daya manasia, misalnya membantu menunjukkan keperluan organisai sekarang dan yang akan datang berkenaan dengan
jumlah dan ripe pegawai.
Selain itu juga membantu menetapkan bagaimana
memperoleh pegawai yang diperlukan.
Fungsi pengembangan sumber daya manusia di lingkungan organisasi
pendidikan dapat diidentifikasi berdasarkan dimensi yang dilandasi kerangka sistem. William B.Castetter (1996:7) memberikan gambaran pengambilan keputusan
dalam pengembangan sumber daya manusia melalui dimensi yang memberikan penekanan pada enam dimensi berkaitan dengan dimensi manusia, dimensi
organisasi, dimensi lingkungan, dimensi budaya, dimensi misi dan etika, setiap dimensi saling tergantung dan berpengaruh dalam suatu sistem.
Proses pengembangan sumber daya manusia pendidikan harus dilaksanakan meliputi:
(1) Mengembangkan asumis-asumsi perencanaan sumber-sumber daya manusia; (2) Memproyeksikan persyaratan struktur organisasi dan kebutuhan sumber daya manusia;
(3) Mempersiapkan inventarisasi keadaan sumber daya manusia; (4) Meramalkan perubahan-perubahan; (5) Mengimplementasikan perencanaan SDM;
(6) Mengadakan pengawasan perencanaan sumber daya manusia
Dengan melaksanakan keenam langkah tersebut, maka pengembangan sumber daya manusia dapat mencapai tujuan yang diharapkan, pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuanteknis, teoretis atau
konseptual dan sikap personil sesuai dengan kebutuhan jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Implementasi kurikulum program studi (X 3), merupakan inti dari proses pencapaian tujuan pendidikan pada tingkat program studi. Kurikulum ideal pada tataran kurikulum nasional maupun lokal, sangat menentukan arah pencapaian pengajaran yang dilaksanakan dosen. Dosen sangat bertanggung jawab kepada
pelayanan penyampaian kurikulum
ideal secara aktual, melalui tahapan
pengembangan sampai transformasi rencana, pelaksanaan dan evaluasi. Oleh sebab itu, kurikulum aktual adalah dosen itu sendiri.
Program studi pada PTS merupakan penyelenggara pendidikan yang mempersiapkan sumber daya manusia yang berkeahlian atau berkemampuan intelektual sesuai dengan bidang keahliannya. Kurikulum adalah integrasi seluruh
24
aktivitas yang direncanakan untuk memandu ke arah pembelajaran.
Inti dari
kurikulum mempunyai ruang lingkup berikut ini.
& Metode penilaian dan evaluasi yang diterapkan Sumber daya yang diperlukan
Dengan demikian kurikulum dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan
intelektualisme, profesionalisme dan keterampilan serta bersikap ilmiah. Kerangka mengembangkan kurikulum dapat dilakukan berdasarkan kerangka kerja pencapaian tujuan program studi.
Fasilitas program studi (X4), merupakan variabel yang dapat strategis dalam manajemen PTS. Dalam pencapaian tujuan program studi, tidak dapat dilepaskan dari fasilitas (sarana dan prasarana yang dilandasi infrastruktur) yang kuat. Variabel
fasilitas merupakan daya dukung kurikulum, daya tenaga dosen dan dikembangkan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengaturan pengadaan, dan pemeliharaan
sesuai dengan karakteristik fasilitas (jumlah, kualitas, kegunaan dan manfaat). Kemahasiswaan (X5), merupakan kunsumen primer yang langsung dilayanai oleh program studi pada PTS. Mahasiswa harus merasakan bahwa kebutuhan dalam
proses pembelajaran yang bersifat akademik maupun non akademik dapat dilayani. Sehingga untuk memasuki program studi, mencari berbagai infromasi apakah kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi di PTS tersebut ?.
Dengan demikian hubungan variabel antara pengembangan program studi
(Xi), Tenaga dosen (X2), Implementasi Kurikulum (X3), Fasilitas (X4) dan
Kemahasiswaan (X5), dengan penilaian BAN (Y), dipandang sebagai gambaran
apakah setiap penyelenggara program studi di PTS dapat dijamin mutunya. Oleh sebab itu, proses penilaian yang dilaksanakan hakikatnya merupakan untuk memberi
25
informasi kepada masyarakat mengenai kekuatan pada setiap program studi PTS di lingkungan Kopertis Wilayah IV.
Bertolak dari uraian hubungan variabel tersebut dapat diskematiskan kerangka berpikir penelitian sebagai berikut: PERAN SERTA MASYARAKAT
DIKTI
BADAN
KOPERTIS
PENYELENGGARA
-
^
1
<*••>
Visi-MUi
WILAYAH IV JABAR
%
Tujuan Strategi
fcr PROGRAM STUDI
Stake holders
Masyarakat Industri
Kinerja
Pemerintahan
Kerjasama eksternal]
Manajemen program Studi Tenaga dosen, implementasi Kurikulum, fasilitas program
Penilaian BAN
studi dan keadaan mahasiswa
Umpan Balik
Gambar 1.2. Kerangka Berpikir Penelitian
2. Hipotesis
Bertolak dari latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian serta kerangka penelitian, maka diajukan rumusan hipotesis penelitian sebagai berikut:
26
1. Pengembangan program studi di lingkungan PTS berkonstribusi terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional 2. Tenaga dosen program studi di lingkiuigan PTS berkonstribusi terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional 3. Implementasi kurikulum tingkat jurusan di lingkungan PTS berkonstribusi terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional 4. Fasilitas program studi berkonstribusi terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional
5. Keadaan maliasiswa program studi berkonstribusi terhadap hasil peringkat penilaian Badan Akreditasi Nasional.