PERAN LEMBAGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU DI KOTA PEKALONGAN
Integrated Solid Waste Management in Pekalongan City Lia Yulia Iriani1, Fitrijani Anggraini2 dan Tibin Ruby Prayudi3 Balai Litbang Sosekling Bidang SDA
1Pusat Litbang Permukiman, Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum
e-mail :
[email protected]
1Pusat Litbang Permukiman, Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum
e-mail :
[email protected]
1Pusat Litbang Permukiman, Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum
e-mail :
[email protected]
ABSTRACT
Tanggal diterima : 19 September 2014 ; Tanggal disetujui: 31 Maret 2015
The solid waste is results from human activities or natural, if managed properly will be worth value, to add family income, otherwise if unmanaged will lead to problems as disease and environmental degradation. Current conditions environmental damage caused by solid waste in Pekalongan reached 39.9%. One the problems to need an integrated waste management is high rate of population increase 1.42% per year, the total population in 2012 amount 294,117 people. One the impact is waste generated by community and requires management. The waste reduction policy from source to the flagship program 3R (Reuse, Reduce, Recycling) and the objectives to achieve 20%, the previous study stated that the implementation of Indonesia’s waste can be reduced or used, less than 8%. Production of solid waste ± 768 m3/d and can be transported ± 614 m3/d, is still residual average daily ± 154 m3. The purpose of assessing the role of the institutional aspects of waste management, so that the economic value. The method used is an explanatory descriptive to test the influence between variables, the role of the principle and non-formal institutions, strategic indicators of waste management. The final conclusion illustrates that the role of non-formal institutions may help management of solid waste in Pekalongan approximately 79%, through recycling, so that solid waste into something useful and economically valuable. This requires a strategy and an active role of all parties such as governments as formal institutions, non-formal and public awareness in an effort to realize the waste becomes something useful. Keywords: non-formal institutions, waste management, strategy, economics, awareness
Abstrak Sampah merupakan sesuatu yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun alam, apabila dikelola dengan baik akan bernilai ekonomi, dapat menambah penghasilan keluarga, sebaliknya kalau tidak dikelola akan menimbulkan permasalahan berupa penyakit dan kerusakan lingkungan. Kondisi saat ini kerusakan lingkungan akibat sampah di Kota Pekalongan mencapai 39,90%. Salah satu permasalahan adalah tingginya angka kenaikan penduduk mencapai 1,42% pertahun, jumlah penduduk pada tahun 2012 sebanyak 294.117 jiwa. Kebijakan pengurangan sampah sejak dari sumbernya dengan program unggulan 3R (Reuse, Reduse, Recycling) serta sasaran yang harus dicapai sebesar 20%, hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa implementasi sampah di Indonesia yang dapat dikurangi atau dimanfaatkan, kurang dari 8%. Timbunan sampah tiap hari + 768 m3 dan dapat terangkut tiap hari + 614 m3, masih sisa rata-rata tiap hari + 154 m3. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengkajian aspek kelembagaan, peranannya pada pengelolaan sampah, sehingga bernilai ekonomis. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif eksplanatif (explanatory descriptive) yaitu untuk menguji pengaruh antar variabel yang menjadi fokus kajian, dalam hal ini peran antara lembaga non formal dengan prinsip, indikator strategi pengelolaan sampah di lokasi penelitian. Maka hasil penelitian menggambarkan bahwa peran lembaga non formal dapat membantu pengelolaan sampah di Kota Pekalongan kurang lebih sebesar 79%, melalui daur ulang, sehingga sampah menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai ekonomis. Diperlukan strategi dan peran aktif berbagai pihak baik pemerintah sebagai lembaga formal, lembaga non formal maupun kesadaran masyarakat dalam upaya mewujudkan pengelolaan sampah sehingga menjadi sesuatu yang berguna. Kata Kunci: lembaga non formal, pengelolaan sampah, strategi, nilai ekonomis, kesadaran masyarakat
53
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol. 7 No.1 April 2015, hal 1- 79
PENDAHULUAN Kondisi pengelolaan sampah di berbagai kota di Indonesia terlihat masih belum berjalan dengan baik. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum 2010-2014, secara keseluruhan sampai saat ini prosentase sistem pengelolaan persampahan telah mencapai 54%, masih di bawah target RPJMN (75% pada 2009) dan MDGs (70% pada 2015). Kondisi pengelolaan sampah di Kota Pekalongan masih menggunakan paradigma lama kumpulangkut-buang, hal ini menjadi masalah karena bila tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan terjadinya timbulan sampah yang tidak terkendali dan pada akhirnya akan mencemari lingkungan.
Peran lembaga non formal dalam pengelolaan sampah terkait peran instansi terkait dalam memotivasi masyarakat, melalui pelatihan, sosialisasi dan penyuluhan maupun tindakan preventif bergotong royong membersihkan lingkungan permukiman di sekitarnya secara swadaya, hal ini merupakan salah satu strategi dalam memberdayakan kebiasaan masyarakat untuk memelihara kebersihan lingkungan permukiman. Namun aplikasinya masyarakat tidak terlibat secara langsung karena mereka beranggapan pengelolaan persampahan ini adalah tanggung jawab pemerintah (Yogiesti dkk 2010) Menurut Wahyuni dkk, 2014, pengelolaan sampah 3R masih menyisakan residu berupa sampah anorganik terutama sampah produk yang tidak dapat didaur ulang oleh masyarakat dan tidak memiliki nilai jual. Dengan konsep Extended Producer Responsibility (EPR), sampah kemasan produk dikembalikan ke produsen untuk dikelola sendiri atau melalui pihak ketiga. Fokus penelitian pada peran lembaga non formal seperti Bank Sampah, karang taruna, kelompok pengajian, kelompok arisan, kelompok remaja mesjid dapat membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah menjadi nilai ekonomis dapat menambah penghasilan keluarga.
Beberapa hasil penelitian tentang pengelolaan sampah terpadu sebagai acuan primer, dengan aspek yang berbeda yaitu terkait pemanfaatan teknologi pengolahan sampah, pemanfaatan TPA, nilai ekonomis, pengaturan, peran serta masyarakat. Hasil penelitian tersebut sebagai refrerensi dalam penelitian ini, dengan fokus dan output yang berbeda yaitu peran lembaga formal dan non formal dalam pengelolaan sampah menjadi nilai jual yang bermannfaat. Salah satu hasil penelitian terkait dengan penelitian ini adalah tentang peran lembaga non formal dalam memelihara kebersihan
54
lingkungan permukiman yaitu sebesar 45,6%, melalui pengelolaan sampah, 54,06% dilakukan secara gotong royong dan kekeluargaan (Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman 2010). Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka pernyataan masalah (problem statement) dalam penelitian ini adalah kebijakan dan strategi pengelolaan sampah di Kota Pekalongan, menggunakan open dumping, sistem pembuangan akhir melalui TPA, sehingga dapat menimbulkan masalah terhadap kebersihan lingkungan dan kesehatan apabila pengelolaan sampah tersebut tidak segera ditangani diantaranya melalui daur ulang. Dari pernyataan masalah tersebut dapat diidentifikasikan pertanyaan penelitian sebagai berikut
- Berapa besar peran lembaga non formal dalam pengelolaan sampah terhadap kebersihan lingkungan? - Berapa besar dampak pengelolaan sampah terpadu dapat meningkatkan peran dan kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah menjadi benda yang berguna dan bernilai ekonomis?
Dalam rangka menjawab hal tersebut dilakukan pengkajian pengelolaan sampah terpadu melalui peran lembaga non formal yang menjadikan nilai jual sampah secara ekonomis, menggunakan data dan informasi hasil survai Pengkajian Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan, yang dilaksanakan Agustus 2013.
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Dwiyanto (2011) pengelolaan sampah perkotaan adalah mulai dari produksi sampah sampai berakhirnya suatu proses produksi dapat dihindari terjadi produksi sampah atau diminimalisir terjadinya sampah. Pemilahan sampah sebelum dibuang ke TPA, tidak terlepas dari bermitranya antara lembaga formal dalam hal ini Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat bidang pengelolaan sampah dan para pemulung yang terkoordinir melalui Bank Sampah Sakinah berlokasi di sekitar TPA Degayu, Kota Pekalongan. Keberhasilan pengelolaan sampah di Kota Pekalongan melalui peran lembaga non formal dan strategi dalam pencapaian tingkat keberhasilan pengelolaan sampah, untuk hal ini dihubungkan dengan kajian yang dilakukan Ernawati dkk (2012) yang menyatakan bahwa strategi bertumpu pada perubahan pola pikir
Peran Lembaga dalam Pengelolaan Sampah Terpadu di Kota Pekalongan Lia Yulia Iriani, Fitrijani Anggraini dan Tibin Ruby Prayudi untuk mengelola sampah kota bersama antara pemerintah masyarakat dan swasta dengan penerapan pengurangan, pemakaian kembali, daur ulang dan pembuangan yang aman bagi lingkungan. Menurut Aryenti (2012) kelembagaan, adanya pihak yang bertanggung jawab dalam mengatur dan mengawasi pengelolaan sampah, sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Mekanisme pengembalian sampah kemasan dari konsumen ke produsen dapat dilakukan melalui bank sampah, potongan harga maupun penggantian dengan uang tunai. Penerapan EPR akan mengurangi sampah kemasan yang masuk ke TPA sehingga memperpanjang umur TPA (Wahyuni dkk 2014). Dijelaskan lebih lanjut oleh Surakusumah (2008) bahwa banyak komunitas yang telah mampu mengurangi 50% penggunaan landfill atau insinerator dan bahkan lebih, dan malah beberapa sudah mulai mengubah pandangan mereka untuk menerapkan “Zero Waste” atau “Bebas Sampah”.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksplanatif (explanatory descriptive) yaitu untuk menguji pengaruh antar variabel yang menjadi fokus kajian. Menggambarkan hubungan
antara dua atau lebih variabel; untuk mengetahui apakah suatu variabel berpengaruh ataukah tidak dengan variabel lainnya; atau apakah sesuatu variabel disebabkan oleh variabel lainnya atau tidak.
Dasar pertimbangan dipilihnya metode penelitian ini adalah adanya asumsi bahwa ada pengaruh peran lembaga non formal dalam pengelolaan sampah terhadap prinsip dan indikator strategi pengelolaan sampah, diantaranya peningkatan peran dan kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah menjadi benda yang berguna dan bernilai ekonomis. Kedua variabel tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, dan yang menjadi subjek penelitiannya adalah para pengambil, pembuat dan pelaksana kebijakan, sebagai motivator pelaksanaan strategi pengelolaan sampah terpadu di lokasi penelitian. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memudahkan atau mengarahkan di dalam menyusun alat ukur data yang diperlukan berdasarkan kerangka konseptual penelitian yang telah dikemukakan batasan operasional dari masing-masing variabel penelitian. Secara jelas variabel operasionalisasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Variabel
Peran Lembaga Non Formal (X2)
Prinsip-Prinsip
1. Prinsip Tujuan 2. Prinsip Pelestarian Lingkungan
a. Kebersihan lingkungan b. Dampak yang ditimbulkan c. Keseimbangan antara tanggungjawab dan berbagi peran diantara anggota kelompok
3. Prinsip Pertanggungjawaban
a. Memahami tanggung jawab pekerjaan kepada kelompok. b. Memahami tanggung jawab pembinaan
4. Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
a. Memahami kesetaraan dan kekompakan antara anggota kelompok. b. Bekerjasama dan menyelesaikan masalah.
5. Prinsip Berbagi Peran
a. Koordinasi dengan lembaga formal. b. Pemahaman tugas dan tanggungjawab kelompok.
Faktor-Faktor
Strategi Pengelolaan Sampah (Y)
Indikator
a. Memahami tujuan yang hendak dicapai secara internal b. Memahami tujuan secara external
Indikator
1. Peraturan dan kebijakan
a. b. c. d.
2. Peran Pemerintah Daerah
a. Motivator tingkat keberhasilan pengelolaan b. Pengembangan SDM c. Melaksanakan kkordinasi antar lembaga terkait formal non formal
3. Kesadaran masyarakat
a. b. c. d.
Melaksanakan pengelolaan dengan penuh tanggungjawab Melaksanakan kemampuan kerja berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Senantiasa berinisiatif dalam menyelesaikan pekerjaan Sikap rajin dan dapat bekerjasama
4. Prasana
a. b. c. d.
Ketersediaan TPS Ketersediaan TPA Alat Transfortasi Mesin pengolah sampah
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Mematuhi peraturan yang berlaku. Memiliki komitmen terhadap hasil pengelolaan yang dicapai Menerapkan dedikasi yang tinggi pada tingkat keberhasilan Memahami dampak terhadap kebersihan lingkungan
55
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol. 7 No.1 April 2015, hal 1- 79
Data dan Sampling Data sekunder dari studi pustaka keterkaitan teori yang berhubungan dengan strategi pengelolaan persampahan, penentuan variabel dan indikator, hasil litbang, peraturan dan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Pekalongan.
Data primer, berdasarkan wawancara dan observasi lapangan di lokasi penelitian, pean lembaga formal dan non formal, kebiasaan masyarakat, pengaruh pengelolaan sampah bagi kesejahteraan masyarakat dan dapat menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan seharihari.
Obyek penelitian, hasil wawancara secara terstruktur dengan para pihak terkait pengelolaan sampah yaitu Dinas Pekerjaan Umum-Kota Pekalongan, Kasi Operasional-Bidang Kebersihan dan Persampahan, Kasi Pengelolaan LingkunganKantor Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan, Bank Sampah Sakinah, Kelompok Pengolahan Sampah Terpadu (KPST), karang taruna, kelompok pengajian, kelompok remaja mesjid dan kelompok arisan Sampling berdasarkan random bertujuan kepada pihak yang berperan secara keseluruhan alam pengelolaan sampah di Kota Pekalongan, berjumlah 34 orang, seperti diperlihatkan pada tabel 2.
Analisis jawaban responden dalam penelitian ini digunakan teknik rating scale, skala pengukurannya pada tingkat skala ordinal. Untuk menentukan jawaban responden yang berupa pertanyaan, dapat dilihat dalam tabel 3. Hubungan korelasi antar variabel X dan Y, menggunakan rumus uji validitas penentuan nilai korelasi sederhana antara variabel. Penentuan nilai korelasi sederhana antara variabel bebas (X1) Tabel 2. Populasi Penelitian
No.
Bidang / Bagian
Jumlah
1
Dinas PU Kota Pekalongan
4
2
Kantor Lingkungan Hidup
4
3
Dinas Kebersihan
4
4
Bank Sampah Sakinah
4
5
Kelompok Pengolahan Sampah Terpadu
4
6
karang taruna
3
7
kelompok arisan
4
8
kelompok pengajian
4
9
kelompok remaja mesjid
3
Total Sumber: Hasil di Lapangan, 2013
56
34
dengan variabel terikat (Y) dengan rumus (1).
rxy=
√ [n
Dimana:
N (∑xy – ∑x∑y)
(∑X2)
–
(∑X)2]
[n
(∑Y2)
–
(∑Y)2]
......(1)
rxy = Koefisien korelasi
X = Jumlah skor tiap item ke-i Y = Skor total seluruh item n = jumlah responden
Data hasil kuesioner skala rating diolah menggunakan rumus uji validitas, hasilnya sebagai masukan analisis tingkat keberhasilan, kelemahan, tantangan, kendala yang berhubungan dengan peran lembaga non formal dalam pengelolaan sampah di kota Pekalongan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Pekalongan merupakan salah satu kota di pesisir pantai utara Provinsi Jawa Tengah, orbitasi antara 6°50’44’’-6°55’44’’ Lintang Selatan dan 109°37’55’’-109°42’19’’ Bujur Timur. Berbatasan sebelah Utara laut Jawa, sebelah barat Kabupaten Pekalongan, sebelah timur Kabupaten Batang, jumlah penduduk sebanyak 294.117 Jiwa. Batas Administratif
Secara administratif Kota Pekalongan terbagi menjadi 4 kecamatan dan 47 kelurahan, Kecamatan Pekalongan Barat, terdiri dari 13 kelurahan, Pekalongan Timur, 13 kelurahan, Pekalongan Selatan, 11 kelurahan, Pekalongan Utara 10 kelurahan. Luas Kota Pekalongan 4.525 ha, terdiri dari tanah sawah 1.266 ha, tanah kering 3.259 ha. Tanah sawah sebagian besar yang memiliki irigasi teknis seluas 1.164 ha. Sedangkan lahan kering dipergunakan untuk permukiman, bangunan dan pekarangan 2.543 ha, tegalan 299 ha, dan rawa-rawa yang tidak ditanami 171 ha, serta lahan pertambakan 163 ha. Ketinggian lahan antara 0 - 6 meter dpl dengan Tabel 3. Alternatif Jawaban Responden
No
Alternatif Jawaban
Skor (+)
Skor (-)
1
Sangat Setuju (SS)
5
1
2
Setuju (S)
4
2
3
Netral (N)
3
3
4
Tidak Setuju (TS)
2
4
5
Sangat Tidak Setuju (STS)
1
5
Sumber: Sitepu, 2008
Peran Lembaga dalam Pengelolaan Sampah Terpadu di Kota Pekalongan Lia Yulia Iriani, Fitrijani Anggraini dan Tibin Ruby Prayudi keadaan tanah berwarna agak kelabu jenis tanah aluvial kelabu kuning dan aluvial yohidromorf. Pengelolaan Persampahan di kota Pekalongan
Di Kota Pekalongan pengelolaan sampah pada umumnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sistem open dumping dengan kondisi sampah organik dan non organik sebagian sudah dipilah terlebih dahulu, begitupun mengenai air leachatenya disalurkan melalui saluran pembuangan diameter kurang lebih 5 m.
Kondisi jumlah penduduk Kota Pekalongan sebanyak 290.870 jiwa, rata-rata pertumbuhan penduduk + 0,77%. Timbunan sampah tiap hari + 768 m3 dan dapat terangkut tiap hari + 614 m3, masih sisa rata-rata tiap hari + 154 m3. Proyeksi timbulan sampah di Kota Pekalongan, secara terinci tercantum pada tabel 4 .
Pengelolaan sampah di Kota Pekalongan tidak terlepas dari ketersediaan sarana kebersihan, berikut data tersebut dari tahun 2008 s/d 2012,
berupa truk sampah 16 buah, truk kontainer 5 buah, kontainer 30 buah, TPS / transfer depo 7 buah, TPA 1 buah, truk tinja 2 buah, gerobak sampah 112 buah, wheel loader 1 buah, excavator 2 buah dan buldoser 1 buah.
Adapun persentase komposisi sampah di Kota Pekalongan pada tahun 2012, adalah kertas 5,50%, kayu 1,60%, kain 1,70%, karet/kulit 1% plastik 8%, metal/logam 1%, gelas/kaca 1,50%, organik 77,70%, lain–lain 2%, secara terinci tercantum pada gambar 1. Kondisi Lembaga Non Formal
Keberadaan lembaga non formal di Kota Pekalongan, peran sertanya pada pengelolaan sampah, sangat membantu pemerintah daerah setempat, karena masalah sampah bisa menjadi dampak pencemaran dan menimbulkan penyakit, di lain pihak bisa mendatangkan keuntungan yang bernilai ekonomi dan dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarga, sebagaimana tercantum pada tabel 5. Tabel 5. Peran Lembaga Non Formal dalam Pengelolaan Sampah
Lembaga Non Formal
Pemilahan sampah
Pelestarian lingkungan
Daur ulang
Bank Sampah Sakinah
8,0%
13,0%
79,0%
Kelompok Pengolahan Sampah Terpadu
23%
47%
30%
29,0%
66,4%
4,6%
Karang Taruna organik kertas kayu
metal/logam gelas/kaca lain-lain
kain karet/kulit plastik
Gambar 1. Komposisi Sampah Kota Pekalongan 2012 Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2013
Peran Lembaga Non Formal dalam pengelolaan sampah
Kelompok Pengajian
25,8%
68,2%
6,0%
Kelompok remaja mesjid
27,9%
59,9%
12,2%
Kelompok arisan
15,8%
49,2%
35%
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2013
Tabel 4. Proyeksi timbulan sampah 2010 - 2020 Tahun
2010
2012
2020
Jumlah penduduk kota Pekalongan (jiwa)
282.100
294.117
323.352
Pertumbuhan Penduduk dalam % / tahun
1,42 %
1,42 %
1,42 %
1.887.854
2.434.538
2.908.300
768
845
1.153
PDRB (dalam juta rupiah) Volume sampah harian (m3) Volume sampah harian (ton)
160
176
240
Sampah ke TPA m3/ (%)
614 (79 %)
573 (67,8 %)
807 (70 %)
Sampah tidak masuk TPA m3 / (%)
154 (21%)
272 (32,2 %)
350 (30 %)
Perkiraan jumlah sampah m3 /tahun
280.320
308.425
420.845
Perkiraan jumlah sampah ton /tahun
58.400
64.240
87.600
7 %
7%
14 %
Berbasis Masyarakat
Berbasis Masyarakat
Berbasis masyarakat
Target Penurunan sampah /tahun Sistem yang akan diterapkan
Sumber : : Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2013
57
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol. 7 No.1 April 2015, hal 1- 79
Peran Lembaga Non Formal Pengelolaan sampah di Kota Pekalongan oleh lembaga non formal, hal ini sangat membantu pemerintah daerah dalam menciptakan kebersihan lingkungan yang sehat dan teratur, berdasarkan prinsip tujuan, pelestarian lingkungan, pertanggung jawaban, pemberdayaan masyarakat dan prinsip berbagi peran. Peran lembaga non formal seperti Bank Sampah Sakinah, kelompok pengajian karang taruna ibuibu PKK yang berperan dalam pengelolaan sampah secara terpadu melalui sosialisasi dan kebiasaan hidup sehat serta kerjasama dengan pengepul untuk menjual sampah non organik dan melakukan daur ulang sampah dapat membantu pemerintah daerah setempat, selengkapnya tercantum pada tabel 6.
Berdasarkan hasil wawancara dari 34 responden, 84% menyatakan setuju, dan pada pelaksanaannya, melalui pemberdayaan masyarakat, diharapkan dapat dipahami kesetaraan berbagi peran dan berkoordinasi antar anggota dan stakeholders. Indikator tingkat keberhasilan, diantaranya dapat dicapai melalui pemahaman pemberdayaan masyarakat dengan lingkup, tercantum pada gambar 2 Strategi Pengelolaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah di Kota Pekalongan, dihubungkan dengan rumus korelasi hubungan antar variabel, berdasarkan hasil analisa di lapangan dimana strategi pengelolaan merupakan variabel bebas, peraturan dan kebijakan, peran pemerintah daerah, kesadaran masyarakat, kesediaan prasarana, indikator yang dikemukakan berdasarkan pemahaman dan pengelolaan yang dicapai dari 34 responden, 76% menyatakan bahwa tingkat keberhasilan pengelolaan sampah di Kota Pekalongan memerlukan koordinasi dan peran lembaga formal dan non formal serta tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi.
Sedangkan menurut Kholil dkk 2008, dari hasil analisis ISM (Interpretative Structural Modeling) menunjukkan bahwa faktor kunci yang menentukan keberhasilan penanganan sampah kota adalah partisipasi masyarakat, ada 5 kendala dalam penanganan sampah kota, yaitu (a) kesadaran dan partisipasi masyarakat yang masih rendah (b) peraturan yang belum jelas (c) penegakan hukum yang masih lemah (d) struktur organisasi pengelola sampah yang belum tepat dan (e) sikap mental para petugas yang belum kondusif.
Masyarakat sebagai subyek pembangunan dan pemerintah sebagai motivator, dalam pengelolaan sampah di Kota Pekalongan, saling berhubungan, tingkat keberhasilan pengelolaan sampah ini membuktikan turunnya angka penyakit yang disebabkan faktor kurang bersihnya lingkungan, seperti diare dan penyakit kulit serta potensi sumber daya manusia sangat tinggi, terbukti Kota Pekalongan peringkat ke tiga di Indonesia dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat melalui kesiapan pengelolaan sampah berbasis peran lembaga non formal. Menurut Desiana (2013) terdapat keterkaitan antara pemberdayaan masyarakat dan perilaku konsumen dengan keefektifan Program Bank Sampah. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah anggota bank sampah serta hasil penjualan dari bank sampah. Faktor Keberhasilan Pengelolaan
Berdasarkan hubungan korelasi antar variabel peran lembaga formal non formal dan tingkat keberhasilan pengelolaan sampah secara terpadu terdapat beberapa aspek yang mempengaruhi tingkat keberhasilan, dihubungkan dengan aspek peraturan dan kebijakan pemerintah, ekonomi, sosial dan kepedulian yang memungkinkan secara teknis (technically feasible) dapat memanfaatkan Lembaga Non Formal
Pemerintah
Tabel 6. Korelasi Peran Lembaga Non Formal Pemangku kebijakan
Kebersihan lingkungan
Ekonomi masyarakat
Perubahan perilaku masyarakat
Kontribusi dalam menjalankan peraturan pengelolaan sampah perkotaan
Peningkatan kebersihan melalui pengelolaan sampah sejak dari sumber
Menambah penghasilan masyarakat melalui daur ulang Sampah
Masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan sampah secara sukarela
Infrastruktur
Potensi
Stakeholders
Sumber: Hasil analisis, 2013
58
Masyarakat
O dan M
Strategi Pengelolaan
Gambar 2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat Sumber: Hasil analisis, 2013
Peran Lembaga dalam Pengelolaan Sampah Terpadu di Kota Pekalongan Lia Yulia Iriani, Fitrijani Anggraini dan Tibin Ruby Prayudi prasarana pengelolaan sampah yang tersedia baik skala rumah tangga maupun komunal dapat dimanfaatkan oleh pengguna (socially desirable), pemerintah, masyarakat, industri. Secara lengkap digambarkan pada gambar 3. Sistem pengelolaan sampah terpadu merupakan aspek non teknis dalam pelaksanaannya, melibatkan beberapa faktor yang saling mempengaruhi, yaitu kepatuhan untuk menjalankan peraturan yang berlaku, koordinasi peran lembaga formal dan non formal, kesadaran masyarakat, yang dapat memahami dan megaplikasikan pada kehidupan sehari-hari tentang pentingnya pemilahan dan daur ulang sampah serta menyadari dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan, sehingga permasalahan sampah merupakan tanggungjawab bersama untuk dikelola dengan baik, dan dapat dimanfaatkan kembali serta bernilai ekonomi. Pengolahan Sampah Terpadu
Kegiatan yang telah dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat yang nyata dan kinerja yang lebih baik dalam kegiatan pengelolaan persampahan di Kota Pekalongan. Pada rencana pengelolaan persampahan di tahun-tahun ke depan diharapkan dapat dibangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dengan memaksimalkan peran serta masyarakat dalam pengelolaannya sehingga dapat meminimalkan pembuangan sampah ke TPA. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Aryenti (2011) menyatakan bahwa golongan masyarakat berpenghasilan tinggi belum optimal melaksanakan pengelolaan sampah. Adanya peningkatan fungsi dari tempat pembuangan sampah sementara menjadi tempat keterpaduan peran lembaga dan stakeholder
kebijakan pemerintah
pengelolaan sampah terpadu dengan konsep 3R di TPST Kadipiro mampu mereduksi sampah ± 67% dari jumlah sampah di TPST (Aryenti dan Kustiasih T 2013). Sedangkan menurut Zul’aiddin (2010) umur pakai lahan penimbunan TPA Tanah Grogot dapat dipakai sampai 19,4 tahun, dengan menerapkan TPST di TPA. Dibandingkan tanpa adanya TPST umur pakai lahan penimbunan TPA hanya 9,1 tahun. Hasil pengelolaan sampah di Tempat pengelolaan sampah terpadu, secara lengkap tercantum pada tabel 7. Tambahan Nilai Ekonomi Masyarakat
Pengelolaan sampah yang baik tidak hanya berdampak terhadap kebersihan lingkungan juga berpengaruh dalam penambahan penghasilan keluarga, sebagaimana tercantum pada tabel 6 di atas, masyarakat mendapat penghasilan di atas Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah/bulan), belum termasuk penjualan sampah non organik, dibuat kerajinan tangan dan pernak pernik lainnya, dijual oleh pengelola sendiri maupun dititipkan ke pasar kelontong. sampah.
Peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam hal mencapai keberhasilan pengelolaan sampah, di Kota Pekalongan motivasi dari pemerintah daerah terhadap hal ini telah dilakukan secara terprogram melalui pelatihan kepada kelompok organisasi non formal, diharapkan mereka dapat meneruskan untuk masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan hasil kajian, tingkat keberhasilan pengelolaan sampah di Kota Pekalongan, dapat dicapai melalui perubahan perilaku masyarakat, 86% responden, pencapaian hal tersebut diantaranya melalui gotong royong dan peran serta masyarakat 88%. Peningkatan tambahan penghasilan keluarga dari pengelolaan sampah dilakukan oleh Masyarakat Golongan Ekonomi Rendah (MBR), yang tergabung dalam lembaga masyarakat non formal sebanyak 70%. Pencapaian Tingkat Keberhasilan
Pengelolaan terpadu
memahami kegunaan dan manfaatnya
timbul rasa memiliki
Gambar 3. Indikator pengelolaan Sumber: Hasil analisis, 2013
Berhasilnya suatu pelaksanaan kegiatan di masyarakat memerlukan upaya keterpaduan dan peran serta berbagai pihak, begitupun dalam hal pengelolaan sampah di Kota Pekalongan, dikaitkan antara strategi pengelolaan dengan peran serta kelembagaan baik formal maupun non formal, beberapa kendala dan tantangan dalam upaya mencapai tingkat keberhasilan tersebut, seperti diperlihatkan pada tabel 7. Peran serta lembaga non formal dalam pengelolaan sampah di Kota Pekalongan, secara
59
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol. 7 No.1 April 2015, hal 1- 79
terprogram ikut serta pada aksi pemilahan sampah dari sumbernya, sehingga dapat memudahkan proses pengolahan sampah menjadi bernilai ekonomi, secara rinci tercantum pada Tabel 8.
Menurut Mubarokah dan Wilujeng (2012) pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat juga berkontribusi dalam pembentukan emisi karbon yang merupakan salah satu penyebab
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Pengelolaan Sampah TPST
No
TPST
Jumlah sampah yang diambil (m3)
Jumlah sampah organik (m3)
Sampah anorganik laku dijual (Rp)
Residu yang dibuang ke TPA (m3)
1
Kuripan kidul
85
25
329.300
43
2
Bandengan
31
5,25
200.000
14,7
3
Kertoharjo
12
7
2
3
4
Yosorejo
72
28
169.350
17
5
Medono
46
22
25
6
Kandang Panjang
69
24,5
10,5
121,25
45,5
18
4,5
7
Sokorejo
8
Poncol
346.000
Penjualan kompos (kg) 400
194
66,5 11,7
9
Kramatsari
46,5
10,85
18.050
18,6
496
10
Krapyak Lor
83
30
935.000
0,5
1.374
11
Klego
32,5
23
150.000
7,25
370
12
Soko
60
30
45.000
30
13
Pasar Grogolan
180
180
14
Pasar Podosugih
15
7
0
5
0
150
26
0
115
0
0
0
0
0
0
15
Bendan
16
Tegal Rejo
17
Bumirejo
0
0
0
0
0
18
Banyurip Alit
60
21
0
32
0
19
Jenggot
15
5
0
8
0
20
Panjang Baru
0
0
0
0
0
21
Sapuro
407,75
2.834
Total
0 1.096,25
2.192.702
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2013
Tabel 8. Peran Serta Lembaga Non Formal Jenis Kelembagaan Non Formal
Keberhasilan
Tantangan
Kendala
Bank Sampah Sakinah
- Daur ulang sampah - Tambahan penghasilan keluarga
Diperlukan inovasi produk daur ulang sampah yang dihasilkan, sehingga memiliki ciri khas.
- Bahan baku - Disain produk - Peningkatan SDM
Kelompok Pengolahan Sampah Terpadu (KPST)
- Pemilahan sampah organik dan organik - Pelestarian lingkungan
Peningkatan pemasaran produk
Motivasi peran serta anggota
Karang Taruna
Kekompakan dan gotong royong anggota dalam pelestarian lingkungan
Kreatifitas keterampilan pelaksanaan daur ulang sampah
Peningkatan keterampilan perlu pelatihan terpogram
Kelompok Pengajian
Kebersamaan sesama anggota
Aplikasi peningkatan keterampilan anggota
Pembagian waktu dan motivasi peningkatan keterampilan
Kelompok Remaja Mesjid
Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
Perubahan perilaku masyarakat
Motivasi anggota kelompok
Kelompok Arisan
Tingkat kesadaran masyarakat
Peningkatan keterampilan masyarakat
Peningkatan SDM
Sumber: Hasil Analisis, 2013
60
Peran Lembaga dalam Pengelolaan Sampah Terpadu di Kota Pekalongan Lia Yulia Iriani, Fitrijani Anggraini dan Tibin Ruby Prayudi
Untuk mengurangi emisi GRK dari sektor sampah yang ditimbulkan dari sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Degayu maupun pembakaran sampah oleh masyarakat, Pemerintah Kota Pekalongan menetapkan rencana aksi mitigasi, dapat dilihat pada Tabel 9. Target Penurunan Sampah
Tingkat keberhasilan pengelolaan sampah di Kota Pekalongan, selain meningkatkan penghasilan masyarakat dan pelestarian lingkungan, diharapkan menghasilkan efisiensi energi dan sumber daya pengelolaan limbah Industri Kecil Menengah (IKM) serta menerapkan sistem pengelolaan sampah yang rendah karbon.
Sedangkan menurut Wijayanti (2013) menurut strategi pengolahan sampah di TPST dan oleh
pihak ketiga di TPA mampu menurunkan emisi CH4 melampaui target Rencana Aksi Nasional Perubahan Iklim (RAN-PI). Sehingga strategi pelayanan dan pengelolaan sampah yang baik ditargetkan dapat menurunkan emisi mencapai 100.000 ton CO2e sampai tahun 2020, secara lengkap tercantum pada Gambar 4.
700.000 600.000 500.000 400.000 CO2e (t)
terjadinya pemanasan global. Presentase perubahan jumlah emisi yang dihasilkan dari tiap-tiap pengelolaan sampah jika dibandingkan dengan kondisi eksisting pengelolaan di Kecamatan Tegalsari adalah penurunan emisi sebesar 38,55% akan terjadi apabila seluruh sampah yang dihasilkan dapat dilakukan kegiatan pendaurulangan dan pengomposan serta penurunan emisi sebesar 18,58% dapat diwujudkan apabila merealisasikan kegiatan pendaurulangan dan pengomposan dilakukan dengan memperhatikan kesediaan masyarakat Kecamatan Tegalsari.
300.000 200.000 100.000 0 2008 sampah transportasi
2015 industri komersial
2020 perumahan
Gambar 4. Target Penurunan Emisi di Kota Pekalongan Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, 2013
Tabel 9. Aksi Mitigasi Sektor Pengelolaan Sampah NO
AKSI
PERTIMBANGAN
1.
Pemilihan sampah dari sumbernya
Teknis: memudahkan proses selanjutnya (daur ulang atau kompos) Ekonomi: biaya untuk menyediakan tempat sampah terpisah Sosial: memudahkan pemulung
2.
Promosi daur ulang dan produk daur ulang
Teknis: mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA Ekonomi: menambah penghasilan bagi pelaku daur ulang Sosial: menciptakan lapangan kerja
3.
Pengolahan sampah skala rumah tangga (komposter)
Teknis: mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA dan mengurangi emisi Ekonomi: investasi sebesar Rp. 150.000,-/unit komposter Sosial: menciptakan penghasilan tambahan
4.
Pengolahan sampah skala komunal (TPST)
Teknis: mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA dan mengurangi emisi Ekonomi: - Investasi Rp. 300.000.000,-/unit TPST - Menciptakan lapangan kerja - Mengurangi biaya pengangkutan Sosial: menciptakan penghasilan tambahan
5.
Sosialisasi pengelolaan sampah rumah tangga
Teknis: mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA Ekonomi: menciptakan kegiatan ekonomi masyarakat Sosial: menciptakan penghasilan tambahan `
6.
Pengukuran dan survei komposisi sampah
Teknis: memudahkan perhitungan emisi
7.
Pembangunan TPA dengan LGF (Landfill Gas Flaring )
Teknis: mengurangi emisi dengan memanfaatkan gas yang dihasilkan Ekonomi: investasi sebesar 2,5 M rupiah
Sumber: Hasil Analisis, 2013
61
Jurnal Sosek Pekerjaan Umum, Vol. 7 No.1 April 2015, hal 1- 79
KESIMPULAN Peran lembaga formal dan non formal dapat dicapai secara terintegrasi pada pengelolaan sampah di Kota Pekalongan melalui keterpaduan dan gotong royong serta motivasi dari pemerintah daerah sebagai lembaga formal, sehingga pengelolaan sampah menjadi solusi untuk diselesaikan secara bersama. Indikator keberhasilan pengelolaan sampah dicapai melalui tridaya, koordinasi lembaga formal dan non formal, fasilitas ketersediaan prasarana pengelolaan sampah, tingkat keberhasilan pengelolaan sampah yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan motivasi pentingnya kebersihan lingkungan. Salah satu strategi untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA diantaranya mengoptimalkan keberadaan 21 TPST yang ada di Kota Pekalongan. Pengelolaan TPST ini berdasarkan peran serta lembaga non formal atau Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Target pencapaian minimal pengurangan sampah sebesar 79% di TPA Degayu, dengan salah satu pengolahan membuat kompos untuk sampah organik dan daur ulang dari sampah anorganik, menjadi barang yang bernilai ekonomi. Pengelolaan sampah yang baik tidak hanya berdampak terhadap kebersihan lingkungan juga berpengaruh dalam penambahan penghasilan keluarga, masyarakat mendapat penghasilan di atas Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah/bulan), belum termasuk penjualan sampah non organik, dibuat kerajinan tangan dan pernak pernik lainnya, dijual oleh pengelola sendiri maupun dititipkan ke pasar kelontong. sampah.
Diperlukan upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah, mulai dari pemilahan sampah organik dan an organik, yang selanjutnya diolah sebagai pupuk dan daur ulang melalui bank sampah, sehingga sampah menjadi barang yang berguna dan bernilai ekonomis.
Koordinasi antara lembaga formal dan non formal dalam pengelolaan sampah di Kota Pekalongan, perlu digalakkan secara terprogram dan berkelanjutan, kondisi ini salah satu strategi dan motivasi bagi peningkatan kesadaran masyarakat setempat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Pusat Litbang Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum yang telah membiayai penelitian “Pengkajian Kinerja Pengelolaan Sampah” Tahun Anggaran
62
2013 dan kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam mendapatkan data dan informasi untuk kelengkapan materi tulisan sehingga selesainya tulisan ini juga disampaikan penghargaan yang tiada tara.
DAFTAR PUSTAKA
Aryenti. 2011. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah dengan Cara 3R di Lingkungan Permukiman Ditinjau dari Segi Sosial Ekonomi Masyarakat. Jurnal Permukiman, 6 (2) Agustus 2011: 75-83. Aryenti dan Darwati, Sri. 2012. Peningkatan Fungsi Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu. Jurnal Permukiman, 7 (1) April 2012: 33-39. Aryenti dan Kustiasih, T. 2013. Kajian Peningkatan Tempat Pembuangan Sampah Sementara sebagai Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu. Jurnal Permukiman, 8 (2) Agustus 2013: 89-97. Desiana dan Rumondang Damanik, Elsye. 2013. Analisa Program Bank sampah (Studi Kasus Kontribusi Yayasan Unilever Indonesia Dalam Pemberdayaan Masyarakat Malakasari, Jakarta Timur Periode Februari Sampai Dengan Mei 2013). Thesis. Bina Nusantara University. Dwiyanto, Bambang M. 2011. Model Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Penguatan Sinergi dalam Pengelolaan Sampah Perkotaan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 12 (2)Desember 2011: 239-256. Ernawati, D; Budiastuti, S dan Masykuri, M. 2012. Analisis Komposisi, Jumlah dan Pengembangan Strategi Pengelolaan Sampah di Wilayah Pemerintah Kota Semarang Berbasis Analisis SWOT. Jurnal Ekosains, IV (2) Juli 2012: 13-22. Kholil, Eriyatno; Sutjahyo dan Soekarto. 2008. Pengembangan Model Kelembagaan Pengelola Sampah Kota dengan Metode ISM (Interpretative Structural Modeling) Studi Kasus di Jakarta Selatan. Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia. 02 (01) April 2008: 31-48. Mubarokah, F. Nailani dan Wilujeng, S.A. 2012. Studi Emisi Karbon dari Sampah Permukiman dengan Pendekatan Metode IPCC di Kecamatan Tegalsari, Surabaya Pusat. Proceeding. Scientific Conference of Environmental Technology IX – 2012, Advances in Agricultural and Municipal Waste Technology to Anticipate Food and Energy Crisis. Surabaya, 10 July 2012. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum. 2010. Penerapan Konsep Eco Settlement di Hulu DAS Cimanuk. Bandung: Pusat Penelitian dan
Peran Lembaga dalam Pengelolaan Sampah Terpadu di Kota Pekalongan Lia Yulia Iriani, Fitrijani Anggraini dan Tibin Ruby Prayudi Perkembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum. Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum. 2013. Pengkajian Kinerja Pengelolaan Sampah Perkotaan, Lokasi Kota Pekalongan. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum. Sitepu, Nirwana SK. 2008. Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Unit Pelayanan Statistik FMIPA UNPAD. Surakusumah, W. 2008. Permasalahan Sampah Kota Bandung dan Alternatif Solusinya. Undergraduate Thesis. Jurusan Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Wahyuni, Endah T.; Sunarto dan Setyono, Prabang. 2014. Optimalisasi Pengelolaan Sampah Melalui Partisipasi Masyarakat dan Kajian Extended Producer Responsibility (EPR) di Kabupaten Magetan. Jurnal ECOSAINS, VI, (1) Maret 2014: 8-23. Wijayanti, W.P. 2013. Peluang Pengelolaan Sampah Sebagai Strategi Mitigasi dalam Mewujudkan Ketahanan Iklim Kota Semarang. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota. 9 (2) Juni 2013: 152-162. Yogiesti, V., Hariyani, S. dan Sutikno, F.R. 2010. Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat Kota Kediri. Jurnal Tata Kota dan Daerah 2 (2) Desember 2010: 95-102. Zul’aiddin, M dan Warmadewanti. 2010. Kajian Peningkatan Umur Pakai TPA Tanah Grogot dan Pemanfaatan Sampah di kecamatan Tanah Grogot, kabupaten Paser, propinsi Kalimantan Timur. Thesis. Program Magister, Teknik Prasarana Lingkungan Permukiman, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
63