INTEGRASI RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) DENGAN LEGUM SIRATRO (Macroptilium atropurpureum) PADA LAHAN KERING KRITIS DITINJAU DARI PRODUKSI BERAT KERING, KANDUNGAN KLOROFIL DAN JUMLAH ANAKAN
SKRIPSI
Oleh:
SUDARSONO I 111 12 339
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
i
INTEGRASI RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott) DENGAN LEGUM SIRATRO (Macroptilium atropurpureum) PADA LAHAN KERING KRITIS DITINJAU DARI PRODUKSI BERAT KERING, KANDUNGAN KLOROFIL DAN JUMLAH ANAKAN
SKRIPSI
Oleh: SUDARSONO I111 12 339
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Sudarsono
NIM
: I111 12 339
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Makassar,
November 2016
Sudarsono
iii
[Grab your reader’s attention with a great quote from the document or use this space to emphasize a key point. To place this text box anywhere on the page, just drag it.]
Kandungan Klorofil dan Jumlah Anakan
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh… Alhamdulillah segala puji bagi ALLAH SWT, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah MUHAMMAD SAW Beserta keluarganya, sahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidyahnya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada : 1. Kedua orang tuaku ayahanda Jibe Rada dan ibunda Sahira, serta saudaraku yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran, dorongan dan materi kepada penulis. 2. Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc sebagai pembimbing utama dan Prof. Dr. Ir. Muhammad Rusdy, M.Agr selaku pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan waktunya untuk mendidik, membimbing, mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi sejak awal penelitian sampai selesainya penulisan Skripsi ini. 3. Dekan Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc., Wakil Dekan I dan Wakil Dekan II serta Wakil Dekan III.
v
4. Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua Program Studi Peternakan Universitas Hasanuddin. 5. Dr. Ir. Hastang, M.Si selaku penasehat akademik yang senantiasa membimbing dan mengarahkan selama dalam bangku perkuliahan. 6. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing saya selama kuliah di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. 7. Kepada Ibu dan Bapak Pegawai Fakultas Peternakan yang telah memberikan sumbangsih ilmu, didikan dan pelayanan akademik selama penulis berada di bangku kuliah. 8. Kepada teman penelitian, Isnawati Muhajir dan Jihadul Fajri yang telah banyak membantu selama berada dilapangan. 9. Terima kasih kepada teman Spesialku Isnawati Muhajir yang selalu setia menemani, membantu, pemberi motivasi dan selalu ada di samping penulis selama kuliah. 10. Kawan – kawan “FLOCK MENTALITY 12” yang telah menjadi keluarga kecil di Kampus Universitas Hasanuddin terima kasih telah menemani penulis di saat suka maupun duka selama menempuh pendidikan di bangku kuliah. Serta Adinda ANT 014, Larva 013 dan Kakanda Matador 010 serta Solandeven 011. 11. Teman-teman KKN PPM UNHAS RISTEKDIKTI Kab. Enrekang Kec. Cendana dan Kec. Anggeraja terkhusus kepada posko Desa Pundilemo: Kak Adi Suryadi Sakri, Reski Amalya Samad, Nur Atika Pasang, Fatmawati Khalifah, Nurwahijab dan Sri Rahayu semoga apa yang menjadi
vi
kebersamaan kita akan selalu ada untuk tetap menjadikan kita sebagai saudara. 12. Buat Kanda ’Sema, S. Pt’ yang selama ini memberi semangat dan bantuan mulai dari rencana sampai selesainya penelitian ini. 13. Buat Teman-teman Asisten Laboratorium Ilmu Tanaman Pakan dan Pasture Rika Hari Lestari S.Pt, Tumianti S.Pt, Indriani S.Pt,. Buat adik-adikku A. Nur Insani, A. Ni’mahtul Churriyah, Nursiang, Neny Nuraeni, Imelda Arsyad, Fajriansyah, Sumardiyanto, dan Muhammd Yazid. 14. Buat kader terbaikku Tallim, Iccang dan Ekky serta adik-adik KCB Ayie, Alfi, Danesya, Fitri, dan Lely yang selalu menghibur dan mendukung. 15. Lembaga Tercinta Humanika-UH dan IPMI SIDRAP BKPT UNHAS yang telah banyak memberi wadah terhadap penulis untuk berproses dan belajar. 16. Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu memberikan doa kepada penulis hingga selesai penyusunan Skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Amiin Makassar, November 2016
Sudarsono
vii
RINGKASAN Sudarsono (I111 12 339). Integrasi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv.Mott) dengan Legum Siratro (Macroptilium atropurpureum) pada Lahan Kering Kritis Ditinjau dari Produksi Berat Kering, Kandugan Klorofil dan Jumlah Anakan. (Dibawah bimbingan SYAMSUDDIN HASAN sebagai Pembimbing Utama dan MUHAMMAD RUSDY sebagai Pembimbing Aggota)
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh sistim integrasi antara rumput gajah mini dengan Siratro terhadap produksi bahan kering, kandungan klorofil dan jumlah anakan pada rumput gajah mini yang ditumbuhkan pada lahan kering kritis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 kelompok sebagai ulangan dan 4 perlakuan yaitu: P0 = Kontrol 100% (hanya rumput gajah mini) (16 tanaman/petak); P1 = Rumput gajah mini 70% (11 tanaman/petak) + Siratro 30% (5 tanaman/petak); P2 = Rumput gajah mini 50% (8 tanaman/petak) + Siratro 50% (8 tanaman/petak); P3 = Rumput gajah mini 30% (5 tanaman/petak) + Siratro 70% (11 tanaman/petak). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa baperlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat kering, kandungan klorofil dan jumlah anakan rumput gajah mini. Produksi bahan kering, jumlah kloroil dan jumlah anakan tertinggi diperoleh masing-masing pada perlakuan P1, P3 dan P0.
Kat kunci: Integrasi, Rumput gajah mini, Siratro, berat kering, klorofil, lahan kering kritis.
viii
ABSTRACT Sudarsono (I111 12 339). Integration System of dwarf Elephant Grass (Pennisetum purpureum cv.Mott) with legume Siratro (Macroptilium atropurpureum) on Dry Matter Yield, Chlorophyll Content and Tiller Numberg Growing in Critical Dry Land (Under the guidance of SYAMSUDDIN HASAN as Main Supervisor and MUHAMMAD RUSDY as Supervisor Member). This study was aimed to determine the effect of integration system between dwarf elephant grass with siratro on dry matter yield, chlorophyll content and tiller number of dwarf elephant grass grown in critical dry land. This study used randomized block design consisting of four groups as replication and four treatments i.e.: P0 = 100% control (dwarf elephant grass only) (16 plants/plot); P1 = dwarf elephant grass 70% (11 plants/plot) + Siratro 30% (5 plant/plot); dwarf elephant grass P2 = 50% (8 plants/plot) + Siratro 50% (8 plants/plot); P3: dwarf elephant grass P3 = 30% (5 plants/plot) + Siratro 70% (11 plants/plot). Analysis of variance showed that treatment gave significant effect (P <0.05) on dry matter yield, chlorophyll content and tillers number of dwarf elephant grass. The highest dry matter yield, chlorophyll content and tiller number were found in P1, P3 and PO treatment, respectively. Keyword: Integration system, dwarf elephant grass, siratro, dry matter, chlorophyll, critical dry land.
ix
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ...............................................................................
i
HALAMAN JUDUL...................................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iv
KATA PENGANTAR ................................................................................
v
RINGKASAN .............................................................................................
viii
ABSTRACT ................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...............................................................................................
x
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xiii
PENDAHULUAN ......................................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA Potensi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)....... Potensi Legum Siratro (Macroptilum atropurpureum) ..................... Lahan Kering Kritis ........................................................................... Keuntungan Integrasi Rumput dengan Legum .................................. Hipotesis ............................................................................................
5 7 8 10 13
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat ............................................................................. Materi Penelitian ................................................................................ Metode Penelitian .............................................................................. Parameter yang Diamati .................................................................... Analisis Data ......................................................................................
14 14 14 17 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Berat Kering ....................................................................... Kandungan Klorofil ...........................................................................
18 19
x
Jumlah Anakan ..................................................................................
21
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................ Saran ..................................................................................................
23 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
23
LAMPIRAN ................................................................................................
28
DOKUMENTASI RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL No.
Halaman Teks
1. Hasil analisis lahan kering kritis pada lokasi penelitian ......................
16
2. Rataan produksi berat kering, kandungan klorofil dan jumlah anakan rumput gajah mini yang diintegrasikan dengan legum siratro .............
18
xii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman Teks
1. Denah penempatan perlakuan penelitian .............................................
16
xiii
PENDAHULUAN
Keberhasilan usaha peternakan, khususnya ruminansia sangat tergantung pada
ketersediaan
pakan
hijauan,
baik
kuantitas,
kualitas
maupun
kesinambungannya. Namun demikian upaya untuk mendapatkan hal tersebut adalah dengan menggunakan varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit serta terhadap kondisi iklim setempat. Indonesia merupakan negara tropis sehingga ketersediaan hijauan pakan sangat kurang ketika musim kemarau sedangkan pada musim hujan jumlah hijauan sangat melimpah. Produktivitas dan kualitas padang penggembalaan kritis di daerah tropis khususnya Indonesia sangat rendah karena sebagian besar wilayahnya adalah lahan keringkritis, miskin unsur hara. Tanah sebagai media tumbuh hijauan/tanaman sangat penting diperhatikan agar produk-produk ternak yang dihasikan dari padang penggembalaan, lebih berkualitas dan aman dikonsumsi manusia (Hasan dkk., 2015). Ketersediaan sumber daya lahan yang termasuk padang penggembalaan, bahkan cenderung (menurun 1-2% per tahun) dalam luasan yang sangat terbatas. Padahal sesungguhnya padang penggembalaan merupakan basis ekologi atau kunci dalam penyediaan pakan bagi ternak ruminansia. Padang penggembalaan ini hampir semua tergolong kritis, lahan kelas III-VIII, miskin unsur hara, pada umumnya kategori jenis tanah masam yang paling dominan (Hasan, 2012; Karti dan Setiadi, 2011).
1
Peningkatan unsur hara tanah dalam menunjang produksi hijauan pakan dapat dilakukan dengan menerapkan sistem pertanaman campuran antara rumput dengan legum dengan memanfaatkan biological nitrogen fixation (BNF). Penggunaan pupuk kimia oleh petani telah diketahui resikonya dapat merusak lahan dan lingkungan, serta pupuk kimia mahal bagi petani peternak yang berpenghasilan rendah selain itu berdampak linear terhadap pelandaian atau penurunan kapasitas penyediaan pangan dan pakan (Goenadi, 2006). Pemanfaatan sistem integrasi rumput dan legum dinilai lebih efektif dan efisien serta ramah lingkungan untuk meningkatkan unsur hara. Kombinasi rumput dan legum mampu menghasilkan unsur hara nitrogen sebagai pengganti pupuk kimia serta meningkatan hasil produksi hijauan pakan. Selain itu integrasi rumput dengan legum dapat mengurangi pemggunaan pupuk kimia sehingga mampu menyelamatkan lingkungan dari efek bahan kimia yang terdapat pada pupuk kimia (Hasan dkk., 2015). Salah satu rumput yang tahan terhadap musim kemarau dan mengandung nutrisi yang bagus untuk ternak ruminansia yaitu rumput gajah, walaupun rumput gajah tahan terhadap musim kemarau namun produksi dan pertumbuhannya biasa rendah. Menurut Amar (2012), umumnya produktivitas hijauan yang rendah disebabkan oleh kesuburan tanah yang rendah produksi dan mutu hijauan rendah, sehingga produksi ternak yang digembalakan juga rendah. Rumput gajah khususnya rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan rumput yang diberikan pada ternak dalam sistem pemeliharan tradisional (Prawiradiputra dkk., 2012).
2
Pemilihan legum menjalar sebagai hijauan pakan yang akan ditanam dengan rumput gajah karena legum merupakan salah satu tanaman pakan yang hijauan yang mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput khususnya protein kasar. Beberapa jenis tumbuh baik pada tanah masam sedangkan sebagian yang lain tidak bisa tumbuh. Kemampuan legum bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium (bakteri penambat N2 yang bersimbiosis dengan leguminosa) sangat penting dalam penyerapan nitrogen dari udara sehingga dapat menyumbangkan unsur hara tanah disekitarnya khususnya unsur hara Nitrogen (Dewi, 2007). Legum siratro dipilih sebagai dalam penelitian ini karena memiliki daya adaptasi dan kemampuan untuk tumbuh bersama rumput tanpa menekan pertumbuhan rumput. Kelebihan lain dari legum tersebut menurut Monzote dan Garcia (1983) adalah kemampuannya menghasilkan biji yang banyak, hal ini memungkinkan terjadi regenerasi secara terus menerus dari biji-biji yang jatuh, menyebar dan berkecambah untuk menghasilkan tanaman baru. Penelitian ini menerapkan sistem integrasi antara rumput dan legum dengan tujuan mampu memanfaatkan BNF pada padang penggembalaan kritis untuk mensuplai nitrogen yang diharapkan setara dengan pupuk kimia dan mampu meningkatkan produksi dan kualitas hijauan pakan pada padang penggembalaan kritis. Selain itu sistem integrasi rumput dengan legum ini diharapkan mampu merubah perilaku petani-peternak agar mengurangi penggunaan pupuk kimia pada padang penggembalaan.
3
Miskinnya unsur hara pada padang penggembalaan di wilayah tropis khususnya di Indonesia sangat mempengaruhi produksi, pertumbuhan serta kualitas hijauan pakan untuk ternak ruminansia. Selain itu maraknya penggunaan pupuk kimia pada padang penggembalaan saat ini sangat berpengaruh buruk pada struktur tanah sehingga unsur hara yang dikandung lama kelamaan akan berkurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem integrasi antara rumput gajah mini dengan legum siratro terhadap produksi berat kering dan kandungan klorofil pada lahan kering kritis. Selain itu penelitian ini memberikan informasi kepada petani-peternak tentang produksi berat kering, kandungan klorofil dan jumlah anakan rumput gajah mini dengan legum siratro pada lahan kering kritis.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) Rumput gajah secara umum telah banyak dibudidayakan oleh petani peternak selama ini. Rumput ini juga sangat respons terhadap pemupukan untuk meningkatkan produksi dan kualitasnya baik dengan menggunakan pupuk kimia ataupun pupuk organik kotoran sapi. Rumput gajah yang dipupuk menggunakan kotoran sapi dapat memproduksi hijauan segar yang cukup tinggi dibandingkan dengan rumput lainnya. Produksinya dapat mencapai 300 ton/ha dengan umur pemotongan 2 bulan pada kondisi perairan (Ako dkk., 1997). Rumput gajah mini adalah salah satu jenis rumput gajah dari hasil pengembangan teknologi hijauan pakan. Morfologi batangnya berbuku dengan jarak sangat pendek dibandingkan dengan rumput gajah pada umumnya. Selain itu batang rumput ini sedikit lunak sehingga sangat disukai oleh ternak. Rumput gajah mini selain sebagai rumput grazing, juga cocok digunakan sebagai rumput potong (Hasan, 2012). Rumput gajah mini atau biasa juga disebut rumput gajah dwarf sangat potensial dan merupakan salah satu varietas rumput gajah yang tumbuh tidak terlalu tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai rumput grazing. Berdasarkan hasil penelitian, rumput ini mempunyai tinggi tanaman rata-rata 125 cm, jumlah anakan rata-rata 150 per m2, dan tingkat persentase daun rata-rata 70% pada sistem rotasional grazing (Ako, 2013).
5
Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi rumput gajah mini yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Syarifuddin, 2006). Rumput gajah mini dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau sobekan rumpun (pols) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata). Waktu yang terbaik untuk memotong tanaman yang akan dibuat silase adalah pada fase vegetatif, sebelum pembentukan bunga (Reksohadiprodjo, 1994 dan Regan, 1997). Fase pertumbuhan tanaman pada waktu pembuatan silase besar pengaruhnya terhadap kecernaan dan komposisi kimia silase (Harrison dkk., 1994). Hasil pengujian rumput gajah mini pada ternak domba menunjukkan bahwa konsumsi bahan kering tidak dipengaruhi umur panen tetapi nilai nutrisi mulai menurun pada umur regrowth yang semakin panjang terutama pada interval 70 hari (Kozioki dkk., 2006). Ibrahim (1989) melaporkan bahwa rumput gajah mini memiliki daya cerna N dan bahan kering tertinggi dibandingkan rumput-rumput tropis lainnya. Rumput gajah mini memiliki keunggulan yang dapat menjadi harapan baru bagi pengembangan peternakan ruminansia.
6
Potensi Legum Siratro (Macroptilum atropurpureum) Tanaman siratro adalah leguminosa penting sebagai sumber protein dan mineral untuk ternak ruminansia serta dapat tumbuh baik pada daerah basah dan kondisi kering. Tanaman ini memiliki perakaran yang dalam dan biasanya tahan dengan penggembalaan berat. Siratro memiliki kemampuan yang baik dalam naungan, namun dianjurkan ditanam pada intensitas cahaya yang penuh (Sajimin dkk., 2010). Siratro adalah legum tropik yang mempunyai hormon Auksin pada pangkal daun dan dapat mengekploitasi radiasi matahari lebih efektif dalam proses pembentukan bintil akar, fiksasi N dan produksi tanaman. Protein kasar 16,60% pada umur 4 minggu, produksi bahan kering 1,60-2,37 ton/ha/tahun pada umur 8 minggu (Reksohadiprodjo, 1981). Tanaman siratro merupakan jenis legum yang sering digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya bakteri Rhizobium dalam tanah. Pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosa akan terjadi apabila strain bakteri rhizobium yang tersedia dalam tanah sesuai dengan jenis leguminosanya. Tanaman siratro adalah jenis legume yang dapat bersimbiose dengan bermacam-macam strain Rhizobium yang ada dalam tanah. Penggunaan strain rhizobium pengikat nitrogen akan memungkinkan pembentukan bintil akar pada tanaman sitrato (Yutono, 1982). Legum siratro (Macroptilium atropurpureum) merupakan tanaman pakan ternak yang sering digunakan sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) pada lahan reklamasi paska tambang. Jenis tanaman ini memiliki adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan yang buruk, terutama pada kondisi keasaman tanah
7
yang tinggi dan pH rendah (Potro, 2000). Legum siratro mampu beradaptasi dan tumbuh bersama rumput tanpa menekan pertumbuhan rumput. Legum ini tumbuh membelit dan memanjat pada rumput yang tumbuh bersamanya. Pada pertanaman campuran antara rumput dan legum siratro menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibanding rumput yang ditanam tunggal (Bahar dkk., 1998). Tanaman siratro sangat berpengaruh pada pH tanah, berdasarkan hasil penelitian Sajimin dkk. (2010) menunjukkan bahwa sebelum ada tanaman siratro kondisi tanah asam dengan rata-rata pH 5,4 (awal percobaan) kemudian setelah penanaman pada tahun kedua telah meningkat menjadi 6,03 atau naik sebesar 11,67%. Dengan adanya kenaikan pH menyebabkan hara yang tersedia dapat dimanfaatkan tanaman secara optimal. Selain itu kenaikan unsur hara N, P, K dan Ca rata-rata mengalami peningkatan yaitu unsur N dari 0,14 menjadi 0,18, P dari 0,7 menjadi 2,8, sementara K darai 33 mg/100 g menjadi 149 mg/100 g.
Lahan Kering Kritis Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi dan bahkan keadaan vegetasi alami yang secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan yang berkualitas dapat dimanfaatkan untuk banyak kegiatan dan banyak jenis tanaman (Mather, 1986). Guritno dkk. (1996) menyatakan bahwa lahan kering merupakan lahan yang pemenuhan kebutuhan airnya untuk tanman bergantung pada air hujan dan tidak pernah tergenang sepanjang tahun. Menurut Prawiradiputra dkk. (2012)
8
berdasarkan ketinggian tempat, lahan kering bisa digolongkan menjadi lahan kering dataran rendah, yaitu lahan yang berada pada elevasi sampai 700 m dpl, dan lahan kering dataran tinggi dengan batas ketinggian di atas 700 m dpl. Sebagian besar lahan kering dataran rendah mempunyai bentuk wilayah (relief) datar, berombak, bergelombang dan berbukit. Secara teoritis, lahan kering dibedakan dalam dua kategori, yaitu: (1) Lahan kering beriklim kering, banyak terdapat di kawasan timur Indonesia, dan (2) Lahan kering beriklim basah, banyak ditemui di kawasan barat Indonesia. Cukup banyak tipologi wilayah pengembangan lahan kering yang terdapat di dua kategori tersebut. Namun wilayah pengembangan lahan kering yang dominan di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan potensi dan dominasi vegetasinya (Bamualim, 2004) Hasan dkk. (1995) menyatakan bahwa lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan fisik/tanah. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis adalah (1) genangan air yang terus-menerus seperti di daerah pantai dan rawa-rawa, (2) kekeringan, biasanya terjadi di daerah bayangan hujan, (3) erosi tanah atau masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah miring lainnya, (4) pengelolaan lahan yang kurang memerhatikan aspekaspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi baik di dataran tinggi, pegunungan, daerah yang miring maupun di dataran rendah, (5) masuknya material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian, misalnya plastik. Plastik dapat bertahan 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kelestarian lahan pertanian, (6) terjadinya pembekuan air, biasanya terjadi di daerah kutub atau
9
pegunungan yang sangat tinggi, dan (7) masuknya zat pencemar (misal pestisida dan limbah pabrik) ke dalam tanah sehingga tanah menjadi tidak subur. Selain mempunyai tingkat kesuburan rendah, umumnya lahan kering memiliki kelerengan curam dan kedalaman/solum dangkal yang sebagian besar terdapat di wilayah bergunung (kelerengan > 30%) dab berbukit (kelerengan 1530%), lahan kering berlereng curam sangat peka terhadap erosi, tketerbatasan air pada lahan kering juga mengakibatkan usaha tani tidak dapat dilakukan sepanjang tahun (Hidayat dan Mulyani, 2002) Variasi iklim dan curah hujan yang relatif tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia mengakibatkan tingkat pencucian basa di dalam tanah cukup intensif, sehingga kandungan basa rendah dan tanah menjadi masam (Subagyo dkk., 2000). Hal ini yang menyebabkan sebagian besar tanah di lahan kering bereaksi masam (pH 4,6 – 5,5) dan miskin unsur hara, yang umumnya terbentuk dari tanah mineral (Prawiradiputra dkk., 2012).
Keuntungan Integrasi Rumput dengan Legum Upaya peningkatan produktivitas dan kualitas hijauan pakan pada padang penggembalaan sangat di tentukan oleh ketersedian unsur hara tanah yang dapat menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan rumput. Oleh karena itu, pemupukan sangat dibutuhkan oleh petani-peternak. Penggunaan pupuk kimia (anorganik) yang melebihi dosis untuk mengejar produktivitas menyebabkan menurunnya nilai tanah sebagai plasma nutfah tempat tumbuhnya tanaman. Pemanfaatan BNF melalui kombinasi rumput dan legum menjalar melalui introduksi kedalam padang penggembalaan, mampu menghasilkan nitrogen sebagai 10
pengganti unsur-unsur tertentu setara dengan pupuk kimia, selain itu pertanaman campuran juga mampu menyelamatkan lingkungan khususnya pada lahan kering kritis (Hasan dkk., 2015). Usaha yang paling baik untuk memperbaiki padang penggembalaan, khususnya padang penggembalaan alam adalah penanaman legum pada padang penggembalaan tersebut tanpa menghilangkan sama sekali rumput yang ada. Pentingnya legum pada pertanaman campuran adalah karena kemampuannya memfiksasi nitrogen dari udara yang dapat dipindahkan pada rumput. Pertanaman campuran antara rumput dan legum lebih baik dibanding dengan tanaman rumput saja, sebab selain protein, legum juga mengandung fosfor dan kalsium yang lebih tinggi (Reksohadiprojo, 1994). Disamping itu menurut (Marhaeniyanto, 2009) bahwa tanaman leguminosa di daerah tropis tumbuh lebih lambat daripada tanaman rumput, agar bisa tumbuh dengan baik, maka penanaman rumput dan leguminosa dibuat dalam jalur beselangseling. Beberapa keuntungan penanaman campuran rumput dan leguminosa : 1) Memperbaiki unsur Nitrogen dalam tanah, karena kemampuan leguminosa untuk mengikat N dari udara, 2) Memperbaiki mutu pakan ternak ruminansia, karena kandungan protein dan mineral lebih tinggi, 3) Daerah tropis yang lembab akan membatasi pertumbuhan rumput, namun dengan percampuran rumput dan leguminosa, leguminosa dapat memperbaiki pertumbuhan rumput, karena akarnya bisa lebih dalam, 4) Tanaman campuran rumput dan leguminosa mampu meninggikan kapasitas tampung sehingga satuan ternak per hektar lebih banyak dan total kenaikan berat badan lebih tinggi.
11
Simbiosis yang efektif tanaman leguminosa dapat meningkatkan bahan organik tanah sehingga dapat menyuburkan tanah bahkan dapat menyumbangkan unsur hara nitrogen pada tanaman disekitarnya. Penanaman campuran leguminosa dan rumput yang cocok, leguminosa merupakan sumber nitrogen bagi rumput. Sudah dilaporkan bahwa leguminosa pakan di daerah tropika biasanya dapat memfiksasi 100 - 200 kg/ha nitrogen setiap tahun (NG, 1976). Oleh karena itu bila kebutuhan akan nitrogen ini bisa diimbangi oleh penanaman leguminosa maka bisa menekan biaya pemupukan (Suratmini dkk., 1997). Pertanaman campuran antara rumput dan legum hendaknya dalam perbandingan yang tertentu agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, disukai oleh ternak dan dapat menghasilkan pertambahan berat badan yang maksimal (Humphryeys, 1974). Padang penggembalaan rumput dan legum yang dikelola dengan baik dapat menyediakan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan dan pertumbuhan sapi yang merumput (Crowder dan Cheda, 1982). Penelitian Valentin dkk. (1988) bahwa pertanaman campuran antara rumput gajah dengan legum tanpa pemupukan N dapat meningkatkan produksi hijauan 10% dan meningkatkan hasil protein sekitar 20% jika dibandingkan dengan pertanaman rumput tunggal. Hal ini sesuai dengan penelitian Rusdy (2012) yang menyimpulkan bahwa peningkatan proporsi legum pada pertanaman campuran dengan rumput dapat meningkatkan mutu serta produksi hijauan pakan.
12
Hipotesis Integrasi antara rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dengan legum siratro (Macroptilium atropurpureum) akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi berat kering, kandungan klorofil dan jumlah anakan rumput gajah mini.
13
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2016 di desa Bulo Timoreng Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan. Materi Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, cangkul, timbangan, meteran dan klorofil meter. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan biji legum siratro (Macroptilium atropurpureum), air dan tali rafiah. Metode Penelitian a.
Rancangan penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
terdiri dari 4 perlakuan 4 kelompok dan ulangan (Gomez, 2015) adalah: P0 = Kontrol 100% Rumput gajah mini P1 = Rumput gajah mini 70% + Siratro 30% P2 = Rumput gajah mini 50% + Siratro 50% P3 = Rumput gajah mini 30% + Siratro 70%
14
b.
Pelaksanaan Penelitian Sebelum melakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pengolahan
lahan dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas rumput pakan yang berkualitas. Tanah yang digunakan pada lokasi penelitian adalah tanah dengan kelas tekstur berpasir (Hasan dkk., 2015). Langkah pertanama yang dilakukan adalah membersihkan/areal yang tertutupi semak-semak, pepohonan dan gulma yang menggangu pertumbuhan tanaman rumput dan legum. Tahap selanjutnya adalah melakukan pencangkulan tanah untuk memecah lapisan menjadi bongkahan sehingga penggemburan lebih mudah. Setelah lahan bersih, lahan tersebut dengan ukuran 64 m2 dibagi 16 petak masing-masing media tanam perlakuan 4 m2/petak (2 x 2 m) jarak antara tiap petakan 1 m. Denah penempatan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. Lahan yang telah bersih diukur tiap petak 2 x 2 m (4 m2) ditanami biji legum siratro sesuai dengan komposisi perlakuan pada setiap petakan dengan jarak tanam 60 cm. Biji kemudian dibenamkan kedalam tanah dengan kedalaman kurang lebih 5 cm. Setelah itu, dilakukan penyiraman. Penelitian dilakukan pada musim kemarau, oleh karena itu dilakukan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan sprinkle. Selanjutnya rumput gajah mini ditanam setelah siratro mencapai umur 14 hari setelah tanam. Bibit rumput gajah yang digunakan berasal dari stek batang. Masing-masing stek terdiri dari 3 buku dan 2 ruas. Setiap stek ditanam kedalam masing-masing petak sesuai dengan komposisi perlakuan. Pengambilan data dilakukan pada umur rumput gajah 60 hari setelah tanam. Kriteria lahan kering kritis pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
15
Tabel 1. Hasil Analisis Lahan Kering Kritis pada Lokasi Penelitian H2O 6,45 KCL 5,43 C 0,52 Bahan Organik N 0,14 Rasio C/N (%) 4 P2O5 (mg/100gr) 11,33 Ekstrak HCL 25% K2) (mg/100gr) 25 Sumber : Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fakuktas Peternakan, Universitas Hasanuddin, 2015. pH 1 : 2,5
Denah penempatan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. Blok I P01
Blok II P11
Blok III P21
Blok IV P31
P23
P33
P12
P04
P14
P02
P34
P22
P32
P24
P03
P13
Gambar 1. Denah Penempatan Perlakuan Penelitian Keterangan: P0 = Kontrol 100% Rumput gajah (16 stek) P1 = Rumput gajah mini 70% (11 stek) + Siratro 30% (5 biji) P2 = Rumput gajah mini 50% (8 stek) + Siratro 50% (8 biji) P3 = Rumput gajah mini 30% (5 stek) + Siratro 70% (11 biji). c.
Teknik Pengambilan Sampel Pengembilan sampel dilakukan pada saat rumput berumur 60 hari setelah
tanam. Sebelum pengambilan sampel dilakukan perhitungan anakan rumput gajah dan penentuan jumlah klorofil dengan cara menjepit bagian tengah daun menggunakan klorofil meter (SPAD Monica Minolta). Penenetuan jumlah klorofil dilakukan dengan mengukur 25 helai daun rumput gajah mini dalam satu petakan kemudian hasilnya dirata-ratakan. Kemudian sampel diambil dengan cara 16
memotong seluruh rumput dan legum pada setiap petakan/plot kemudian dimasukkan kedalam plastik sampel yang telah diberi kode. Sampel tersebut kemudian dijemur dibawah sinar matahari langsung selama satu miggu kemudian, setelah dikeringkan sampel ditimbang untuk mengukur produksi berat keringnya. Semua data hasil pengamatan dan pengukuran dicatat. Parameter yang diamati Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu menentukan produksi berat kering, klorofil dan jumlah anakan rumput gajah mini. Analisis Data Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 4 perlakuan 4 kali ulangan (Gomez, 2015). Model matematika adalah sebagai berikut : Yij = µ + αi +βj + ∑ij i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2, 3, 4 Dimana : Yij
: Hasil pengamatan dari perlakuan ke- i dan kelompok ke – j
µ
: Nilai rata-rata umum
αi
: Pengaruh perlakuan ke-i
βj
: Pengaruh Kelompok ke-j
∑ij
: Pengaruh acak dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke-j Analisis data menggunakan program Softwere SPSS 16. dan data diuji
lanjut menggunakan uji Duncan.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan dan pengukuran rata-rata produksi berat kering, berat kering dan jumlah anakan rumput gajah mini yang diintegrasikan dengan legum siratro dengan perlakuan komposisi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2. Table 2. Rata-rata produksi berat kering, kandungan klorofil dan jumlah anakan rumput gajah yang diintegrasikan dengan legum siratro.
P0
Berat kering (gr/petak) 1003,75b
Klorofil Daun (unit) 21,72b
P1
1618,75a
26,32a
10b
P2
1033,25b
26. 52a
6c
Perlakuan
Jumlah anakan/petak 19a
P3 959b 27.67a 4c Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05). Produksi Berat Kering Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap produksi berat kering. Dapat dilihat pada Tabel 2 produksi berat kering tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (1618,75) diikuti perlakuan P2 (1033,25), P0 (1003,75), dan P3 (959). Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah legum yang berbeda pada setiap perlakuan akan mempengaruhi sumbangan Nitrogen berbeda pula terhadap pertumbuhan rumput sehingga mempengaruhi kandungan berat kering rumput. Hal ini sesuai pendapat Suratmini dkk. (1997) bahwa berat kering rumput tropika pada pertanaman tunggal maupun pertanaman campuran dengan legum akan meningkat ketika pemberian unsur hara nitrogen meningkat akan tetapi produksi berat kering menurun pada pemberian unsur hara nitrogen yang terlalu tinggi. Hasan dkk. (2015) juga menunjukkan bahwa produksi 18
rumput yang ditanam campuran dengan legum lebih tinggi dibandingkan dengan rumput yang ditanam tunggal karena kombinasi antara rumput dan legume yang memberikan sumbangan nitrogen yang tinggi (legum siratro) yang dapat mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Suarna dkk. (2014) menyatakan kehadiran legum merambat yang diasosiasikan dengan rumput akan meningkatkan kesuburan tanah dan memperkuat tegakan rumput sehingga hamparan vegetasi menjadi merata dan memperkuat adaptasi tanaman pada lahan kering. Legum yang diasosiasikan dengan rumput memberikan hasil hijauan yang lebih tinggi. Selain unsur hara, produksi rumput gajah mini juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan iklim. Hal ini sesuai dengan pendapat Suarna dkk. (2015) yang menyatakan bahwa asosiasi rumput dan legume dapat menimbulkan pengaruh interferensi dan simbiose yang saling menguntungkan. Waktu saat dimulainya kompetisi tergantung pada: (1) tingkat suplai sumber daya seperti kesuburan tanah, radiasi, keseimbangan kelembaban, dan (2) komunitas alami tanaman terutama keperluan sumber daya individu tanaman, jumlah tanaman per unit area (plant population) dan kanopi yang jarang. Kandungan Klorofil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan klorofil daun rumput gajah mini. Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa kandungan klorofil tertiggi diperoleh pada perlakuan P3 (27,67) diikuti perlakuan P2 (26,52), P1 (26,32) dan P0 (21,72). Perlakuan P1, P2, dan P3 berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan P0 (kontrol). Hal ini
19
dipengaruhi oleh sumbangan nitrogen dari legum siratro terhadap jumlah klorofil rumput gajah mini. Menurut Lakitan (2012) dalan jaringan tumbuhan nitrogen merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan, misalnya asam amino. Karena setiap molekul protein tersusun dari asam-asam amino dan setiap ensim adalah protein, maka nitrogen juga merupakan unsur penyusun protein dan enzim. Selain itu nitrogen juga terkandung dalam klorofil, hormone sitokinin, dan auksin. Menurut Dwidjoseputro (1980), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil adalah faktor genetik, cahaya, oksigen, karbohidrat, air, unsur hara seperti Fe, Mg dan N. Oleh karena itu unsur N mampu meningkatkan kandungan klorofil daun. Unsur hara N merupakan hara essensial yang berfungsi sebagai bahan penyusun asam-asam amino, protein dan klorofil yang penting dalam proses fotosintesis serta bahan penyusun komponen inti sel (Soepartini dkk., 1994). Hardjowigeno (1992) juga mengatakan bahwa Nitrogen yang terkandung dalam legum adalah suatu bahan yang diberikan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan mengganti unsur-unsur hara yang hilang dari tanah. Tiap-tiap jenis legum mempunyai kandungan unsur hara, kelarutan dan kecepatan kerja yang berbeda sehingga proses fiksasi N yang diberikan berbeda untuk tiap jenis tanaman dan jenis tanah yang digunakan. Cahyanti (2004) menambahkan, bahwa jumlah klorofil total dipengaruhi oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh tanaman lain Kemampuan legum menyerap nitrogen dari udara melalui bantuan bakteri Rhizobium sehingga menjadi sumber hara dan meningkatkan produksi berat kering rumput gajah mini. Hal ini sesuai dengan pendapat Marhaeniyanto (2009)
20
menyatakan bahwa pengembangan hijauan pakan secara ekonomis terdiri dari campuran rumput dan leguminosa. Tanaman legum mempunyai kemampuan mengikat Nitrogen dari udara dan menyumbangkannya kepada tanah. Nitrogen ini akan tersedia bagi tanaman jika bagian tanaman legum sudah membusuk dan terurai menjadi ion di dalam tanah sehingga produksi tanaman akan meningkat dan menghemat pemupukan.
Jumlah Anakan Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) pada jumlah anakan rumput gajah mini yang ditanam campuran dengan siratro. Dapat dilihat pada Tabel 2 diperoleh rata-rata jumlah anakan yang tertinggi terdapat pada perlakuan P0 (19) diikuti perlakuan P1 (10), P2 (6) dan P3 (4). Jumlah anakan hal ini disebabkan karena jumlah rumput gajah mini yang ditanam lebih banyak pada P0 dibandingkan dengan perlakuan lain. Syarifuddin (2006), mengatakan Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Jumlah anakan yang kurang dipengaruhi oleh faktor iklim dan kondisi lahan yang kering kritis dimana rumput gajah mini ditanam pada musim kemarau sehingga kekurangan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Jumin (2005) yang menyatakan bahwa jumlah anakan dipengaruhi oleh kebutuhan air yang tinggi pada kondisi lingkungan yang panas, tanaman sangat membutuhkan air untuk melangsungkan pertumbuhan dan perkembangbiakan tanaman.
21
Rumput gajah mini yang memiliki produksi anakan yang tinggi disebabkan karena sistem perakaran yang bagus. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1984) yang menyatakan bahwa tanaman yang mengalami peningkatan jumlah tunas mempunyai pertumbuhan sistem perakaran yang baik sehingga pembentukan anakan lebih cepat. Anakan yang tumbuh dari satu tanaman berasal dari pertumbuhan rhizoma-rhizoma yang ada didalam tanah melalui sistem perakaran yang baik.
22
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Integrasi rumput gajah mini dengan legum siratro memberikan hasil yang nyata (P<0,05) terhadap produksi berat kering, klorofil dan jumlah anakan rumput gajah mini. Produksi berat kering tertinggi terdapat pada perlakuan P1, hal ini disebabkan oleh adanya sumbangsi Nitrogen dari legum sehingga meningkatkan produksi rumput. Sedangkan jumlah anakan tertinggi terdapat pada P0 karena pada perlakuan ini hijauan yang ditanam satu jenis yaitu rumput gajah mini dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lain.
Saran Sebaiknya integrasi antara rumput dan legum diterapkan dalam pengembangan hijauan pakan agar dapat mengurangi biaya pemupukan serta meningkatkan produksi hijauan. Selain itu masih perlu penelitian lanjutan dan pengujian hijauan dari hasil integrasi rumput dan legum terhadap ternak ruminansia.
23
DAFTAR PUSTAKA Ako, A., Ito K., Tanaka S., Ishii Y. Ueno M and Miyagi. 1997. Yield and digetibiliy of napiergrass as affected by the level of manure input and the cutting intervals. J.Japan Grassl. Sci. 43 (3) : 209-217. Ako, A. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. IPB Press, Bogor. Amar, A. L.2012. Lahan Penggembalaan di Wilayah Iklim Panas. Penerbit Edukasi Mitra Grafika, Palu. Bahar, S., Chalidjah, Abduh U., dan Sariubang M. 1998. Pertanaman campuran rumput dan legum untuk meningkatkan produksi dan kualitas hijauan. Seminar Nasional Peternakan dan Vetereiner 1998. Bamualim, A. 2004. Strategi pengembangan peternakan pada daerah kering. Makalah seminar nasional pengembangan peternakan berwawasan lingkungan. IPB, Bogor. Cahyanti, I. D. 2004. Pengaruh Ekstrak Anting Anting (Acalypha indica Linn.) Terhadap Pertumbuhan, Kadar Klorofil Dan Nitrogen Total Gulma Krokot (Portulacaoleracea Linn.). Skripsi. Jurusan Biologi. FMIPA. UNS. Surakarta Crowder, L.V. dan H.R. Cheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman, London and New York. Dewi, I. R. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran, Bandung. Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan ke-2, PT. Gramedia, Jakarta. Gomez, Kwanchai A. dan Arturo A. 2015. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua Terjemahan. Penerbit UI-Press, Jakarta. Guritno, N., D.Q., Coffield, and R.A., Cook. 1996. Structural development of Central South Sulawesi. Proceedings of the Indonesian Petroleum Association 25, 253-266. Goenadi, D. H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan Hayati Dari Cawan Petri ke Lahan Petani. Penerbit Yayasan John Hi-Tech Idetama. Jalan Rawa Bambu Raya No 17 A Pasar Minggu, Jakarta 12520.
24
Hardjowigeno, 1992. Ilmu Tanah. Penerbit PT. Mediyatma Sarana Perkasa, Jakarta. Harjadi, S.S. 1984. Pola Pertumbuhan Tanaman. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. Harrison, J. H., R. Blauwiekel and M. R. Stokes. 1994. Fermentation and Utilization of Grass Silage (Review). Journal of Dairy Science, 77 (10) : 3209 – 3235. Hasan, S., A. Natsir, Syahriani, Sudirman, Wempie, dan A. Ako. 1995. Peningkatan Produktivitas Lahan Kering/Kritis melalui Upaya Penanaman Hijauan Pakan Sistem Bertingkat dan Introduksi Sapi Bali Jantan. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. IPB Press, Bogor. Hasan, S., Budiman, Ilham R. 2015. Peningkatan produktivitas padang penggembalaan kritis melalui pertanaman campuran antara rumput dan legum sebagai sumber biological nitrogen fixation (BNF) di kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Seminar Nasional VII Berkelanjutan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung. Hidayat dan Mulyani, 2002. Lahan kering untuk pertanian dalam teknologi pengelolaan lahan kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta Humphreys, L.R. 1974. A Guide to Better Pastures For the Tropics & Sub Tropic. Wright. Stephenson and Co, England. Ibrahim, M. A. 1989. Respone of dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum Schum cv. Mott) to different frequencies and untensities of grazing in the hummid zone at Guaples Costa Rica. Thesis Magister. Centro Agronomo Tropical de investigaciony Esensnza Tarialbu, Costa Rica. Jumin, H. B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Karti, P.D.M.H. dan Stiadi, Y. 2011. Respon Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas Rumput terhadap Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Asam Humat pada Tanah Masam dengan Aluminium Tinggi. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 16 (2) : 104-111. Kozioki, G.V., J. Peretion, L.M.B. Sanchez. 2006. Influence of regrowth age on nutritive value of dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum schum cv. Mott) consumed by lamb. Journal of Animal Feed Science, 119 : 1-11.
25
Marhaeniyanto, E. 2009. Solusi Pengembangan Hijauan di daerah Tropis ‘’Integrasi Rumput dan Leguminosa’’. http://mrhaen03science.blogspot.co.id/2009/01/solusi-pengembanganhijauan-didaerah_4904.html. Diakses 1 Agustus 2016. Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan ke-2. Rajawali Pers, Jakarta. Mather, A. S.1986. Land Use. Longman. London and New York. Monzote, M. And M. Garcia. 1983. Association of tropical legumes with pangola grass (Digitaria decambens Steent). II. Evaluation under simulated grazing and restores pasture. Cuban J. Agric. Sc 17 : 101-110. Potro, S. 2000. Pengelolaan Lingkungan di PT KPC. Sangatta: Departemen Lingkungan PT KPC. Prawiradiputra, B. R., Sutedi E., Sajimin, Fanindi A. 2012. Hijauan Pakan Ternak Untuk Lahan Sub-Optimal. IAARD Press, Bogor. NG, T. T. 1976. Performance of some tropical grass-legume mixture in sarawak. The Malaysian Agricultural Journal 50 (3) : 179-185. Regan, C.S. 1997. Forage Concervation in The Wet/Dry Tropics for Small Landholder Farmers. Thesis. Faculty of Science Nothern Territory University, Austalia. Reksohadiprodjo, S., 1981. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPFE Universitas Gajah Mada. Yokyakarta. . 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPF.\E. University Gadjah Mada, Yogyakarta. Rusdy, M. 2012. Produksi bahan kering, kompatibilitas biologis dan kualitas tanaman campuran rumput benggala (Panicum maximum) dan centro (Centrosema pubescens). Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Pastura 2 (1) : 17 - 20. Sajimin, Fanindi A. dan Prawiradiputra B. R. 2010. Produktivitas benih dan sumbangan hara tanah dari legum herba siratro (Macropitilium atropurpureum) pada taraf intensitas cahaya berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veterreiner 2010.
26
Soepartini, M., Nurjaya, A. Kasno, S. Ardjakusumah, S. Moersidi, dan J. S. Adiningsih. 1994. Status hara P dan K serta sifat-sifat tanah sebagai penduga kebutuhan pupuk padi sawah di pulau Lombok. Jurnal Pemb. Pen. Tanah dan Pupuk 12 (2) : 23-34. Suarna, W., N.N. Candraasih K., dan M.A.P. Duarsa. 2014. Model asosiasi tanaman pakan aditif untuk perbaikan lahan pasca tambang di Kabupaten Karangasem. Jurnal Bumi Lestri 14 (1): 9-14. . 2015. Produksi dan kualitas hijauan pakan pada lahan pasca tambang di Kabupaten Karangasem. Jurnal Pastura 4 (2) : 74-77. Subagyo, H., N. Suharta dan A.B. Siswanto. 2000. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. Dalam: Sumberdaya Lahan di Indonesia dan Pengelolaannya. Puslit Tanah dan Agroklimat, Bogor. Suratmini, P., Siti Y., N. D. Purwantari dan E. Sutedi. 1997. Pengaruh pertanaman campuran leguminosa arachis dengan dua jenis rumput pada berbagai tingkat pemupukan nitrogen terhadap produksi hijauan pakan. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997. Syarifuddin, NA. 2006. Nilai gizi rumput gajah sebelum dan setelah enzilase pada berbagai umur pemotongan. Produksi Ternak Fakultas Pertanian UNLAM. Lampung. Yutono. 1982. Fiksasi Nitrogen (N2) pada Leguminose dalam Pertanian. Fakultas Pertanian UGM. Yokyakarta. Valentin, J. F., O. C . Ruelke and G. M. Prine. 1988. Evaluation of forage yield, quality, and botanical composition of a dwarf elephant grass - rhizoma peanut association as affected by nitrogen fertilization. Soil and Crop Sci. Soc. FIa. Proc. 47 : 237-242.
27
LAMPIRAN Data Pertanaman Campuran R.Gajah dan Siratro Umur 60 Hari Perlakuan/Ulangan P01 P02 P03 P04 Rata-rata P11 P12 P13 P14 Rata-rata P21 P22 P23 P24 Rata-rata P31 P32 P33 P34 Rata-rata keterangan: P0 (Kontrol) P1 (70% R Gajah + 30% Siratro) P2 (50% R Gajah + 50% Siratro) P3 (30% R Gajah + 70% Siratro)
BK (gr) 1065 1012 956 982 1003.75 2040 1821 1651 963 1618.75 1280 923 897 1033 1033.25 1050 997 964 825 959
K (2) 24.1 25.2 20.2 17.4 21.725 26.9 27.9 26.6 23.9 26.325 27.8 23.9 26.5 27.9 26.525 25.3 27.3 28.2 29.9 27.675
JA 19 17 22 18 19 11 10 10 9 10 5 8 6 8 6.75 4 5 5 3 4.25
BK= Berat Kering K= Klorofil JA= Jumlah Anakan
28
LAMPIRAN SPSS UNIANOVA Berat_kering BY Perlakuan Kelompok /METHOD=SSTYPE(3) /INTERCEPT=INCLUDE /POSTHOC=Perlakuan(DUNCAN) /CRITERIA=ALPHA(.05) /DESIGN=Perlakuan Kelompok.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors Value Label Perlakuan
1 2
Kontrol 70% R.Gajah + 30% Siratro
3
50% R.Gajah + 50% Siratro
4
30% R.Gajah + 70% Siratro
Blok
N 4 4
4
4
1
Blok 1
4
2
Blok 2
4
3
Blok 3
4
4
Blok 4
4
29
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Berat Kering Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1.508E6a
6
251298.396
5.233
.014
2.130E7
1
2.130E7
443.471
.000
Perlakuan
1164691.188
3
388230.396
8.085
.006
Kelompok
343099.188
3
114366.396
2.382
.137
Error
432189.062
9
48021.007
Total
2.324E7
16
1939979.438
15
Corrected Model Intercept
Corrected Total
a. R Squared = .777 (Adjusted R Squared = .629)
Post Hoc Tests Perlakuan Homogeneous Subsets Berat Kering Duncan Subset Perlakuan
N
1
2
30% R.Gajah + 70% Siratro
4
9.5900E2
Kontrol
4
1.0038E3
50% R.Gajah + 50% Siratro
4
1.0332E3
70% R.Gajah + 30% Siratro
4
Sig.
1.6188E3 .658
1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 48021.007.
30
UNIANOVA Jumlah_Klorofil BY Perlakuan Kelompok /METHOD=SSTYPE(3) /INTERCEPT=INCLUDE /POSTHOC=Perlakuan(DUNCAN) /CRITERIA=ALPHA(.05) /DESIGN=Perlakuan Kelompok.
Univariate Analysis of Variance [DataSet1] D:\KULIAH\PROPOSALKU\HASIL\OLAH DATA HASIL.sav
Between-Subjects Factors Value Label Perlakuan
1 2
Kontrol 70% R.Gajah + 30% Siratro
3
50% R.Gajah + 50% Siratro
4
30% R.Gajah + 70% Siratro
Blok
N 4 4
4
4
1
Blok 1
4
2
Blok 2
4
3
Blok 3
4
4
Blok 4
4
31
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Jumlah Klorofil Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
87.315a
6
14.553
2.034
.163
10455.063
1
10455.063
1.461E3
.000
Perlakuan
82.787
3
27.596
3.856
.050
Kelompok
4.527
3
1.509
.211
.886
Error
64.402
9
7.156
Total
10606.780
16
151.718
15
Corrected Model Intercept
Corrected Total
a. R Squared = .576 (Adjusted R Squared = .293)
Post Hoc Tests Perlakuan Homogeneous Subsets Jumlah Klorofil Duncan Subset Perlakuan
N
1
2
Kontrol
4
70% R.Gajah + 30% Siratro
4
26.3250
50% R.Gajah + 50% Siratro
4
26.5250
30% R.Gajah + 70% Siratro
4
27.6750
Sig.
21.7250
1.000
.512
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 7.156.
32
UNIANOVA Jumlah_Klorofil BY Perlakuan Kelompok /METHOD=SSTYPE(3) /INTERCEPT=INCLUDE /POSTHOC=Perlakuan(DUNCAN) /CRITERIA=ALPHA(.05) /DESIGN=Perlakuan Kelompok.
Univariate Analysis of Variance [DataSet1] D:\KULIAH\PROPOSALKU\HASIL\OLAH DATA HASIL.sav
Between-Subjects Factors Value Label Perlakuan
1 2
Kontrol 70% R.Gajah + 30% Siratro
3
50% R.Gajah + 50% Siratro
4
30% R.Gajah + 70% Siratro
Blok
N 4 4
4
4
1
Blok 1
4
2
Blok 2
4
3
Blok 3
4
4
Blok 4
4
33
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Jumlah Klorofil Type III Sum of Source
Squares
df
Mean Square
F
Sig.
87.315a
6
14.553
2.034
.163
10455.063
1
10455.063
1.461E3
.000
Perlakuan
82.787
3
27.596
3.856
.050
Kelompok
4.527
3
1.509
.211
.886
Error
64.402
9
7.156
Total
10606.780
16
151.718
15
Corrected Model Intercept
Corrected Total
a. R Squared = .576 (Adjusted R Squared = .293)
Post Hoc Tests Perlakuan Homogeneous Subsets Jumlah Klorofil Duncan Subset Perlakuan
N
1
2
Kontrol
4
70% R.Gajah + 30% Siratro
4
26.3250
50% R.Gajah + 50% Siratro
4
26.5250
30% R.Gajah + 70% Siratro
4
27.6750
Sig.
21.7250
1.000
.512
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 7.156.
34
DOKUMENTASI 1. Pengolahan Lahan
2. Penyiapan Bibit Hijauan
35
3. Penanaman Bibit Hijauan
4. Pengambilan Data Pertanaman Campuran
36
RIWAYAT HIDUP
Sudarsono, lahir pada tanggal 14 Desember 1993 di Sidenreng Rappang. Penulis adalah anak ke tujuh dari tujuh bersaudara. Anak dari pasangan bapak Jibe Rada dan ibu Sahira. Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri 1 Macorawalie di Kab. Sidrap dan lulus tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Panca Rijang Kab. Sidrap dan lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Watang Pulu Kab. Sidrap dan memilih Jurusan Peternakan, lulus pada tahun 2012. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMK, penulis melanjutkan pendidikan pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin melalui jalur SNMPTN tertulis pada tahun 2012. Selama kuliah penulis pernah menjadi salah satu asisten di Laboratorium Ilmu Tanaman Pakan dan Pature tahun 2015-2016. Selain itu penulis pernah aktif menjadi pengurus di lembaga daerah IPMI SIDRAP BKPT UNHAS tahun 2014-2015 dan lembaga kemahasiswaan HUMANIKA UNHAS tahun 2014-2015.
37