Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA SEKOLAH BERBASIS BOARDING SCHOOL DI MADRASAH MU’ALIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA1 Maya Kartika Sari2 PGSD IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui integrasi karakter berbasis budaya sekolah berbasis Boarding School di Madrasah Mu’alimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Paradigma penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, pamong asrama, dan siswa. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian menggunakan Model Miles dan Huberman yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Integrasi pendidikan karakter Madrasah Mu’alimaat Muhammadiyah Yogyakarta terlihat dari budaya sekolah seperti : yaitu budaya akademik, budaya tadarus Qur’an, Sholat Tahajud, Budaya Penceramah/pengkaderan dakwah, Budaya Berbahasa Arab dan Inggris, budaya berjabat tangan cium tangan dan mengaji sebelum pelajaran dimulai, Budaya bersih, budaya malu dan takut serta Budaya 4 S (Senyum, Sapa, Salam, Santun). Pendidikan karakter dilakukan oleh guru, pamong asrama, dan kepala sekolah dilakukan melalui pemodelan/ketauladanan, sosialisasi dan pertemuan rutin sekolah sehingga terbentuklah karakter ahklakul karimah. Kata kunci : Pendidikan Karakter, Budaya Sekolah berbasis Boarding School
1
2
Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator “Kenali dan Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas” di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016. Koresponden mengenai isi makalah ini dapat dilakukan melalui:
[email protected]
101
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
PENDAHULUAN Indonesia dewasa ini sedang menghadapi tantangan besar, yakni arus globalisasi dan modernisasi yang menyebabkan munculnya dampak negatif yang sangat menonjol yakni degradasi moral. Degradasi moral merupakan fenomena yang terus terjadi pada masyarakat Indonesia yang memunculkan erbagai masalah sosial seperti tawuran, mencuri, merampok, membunuh, korupsi, kekerasan, bentrok antar etnis dan perilaku seks bebas yang cenderung meningkat. Fenomena ini perlu segera diatas dengan pendidikan karakter di sekolah melalui pembudayaan karakter. Masa-masa sekolah adalah sebuah formative years, masa pembentukan karakter yang sangat menentukan fondasi moral-intelektual seseorang seumur hidupnya. Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah seharihari yang dinamakan budaya sekolah. Budaya sekolah menurut pandangan Darmiyati (2011: 137) adalah merupakan konteks di belakang layar sekolah yang menunjukkan keyakinan, nilai, norma, dan kebiasaan yang telah dibangun dalam waktu yang lama oleh semua warga dalam kerja sama di sekolah. Madrasah Mu’alimaat Muhammadiyah Yogyakarta merupakan sekolah agama yang berbasis Boarding School. Siswa tinggal diasrama dan diterapkan berbagai kegiatan, aturan dan budaya sekolah. Sekolah ini berbeda dengan sekolah islam pada umumnya, yakni sekolah umum yang tetap mengutamakan pendidikan agama Islam. Madrasah Mu’alimaat Muhammadiyah Yogyakarta mengintegrasikan pendidikan karakter melalui budaya sekolah yang diterapkan disekolah. Pembentukan karakter yang dikembangkan lebih mengarah kepada religius dan karakter mulia, yang tujuanya untuk menjadikan lulusan madrasah menjadi kader muhammadiyah dan kader dakwah yang bermartabat. Dalam integrasi pendidikan karakter berbasis budaya sekolah ini, guru, kepala sekolah dan pamong mengalami berbagai kendala dan permasalahan yang timbul baik dari dalam maupun dari luar madrasah. Selain itu tidak semua karakter dapat dikembangkan melalui budaya sekolah. Oleh sebab itulah peneliti tertarik untuk mengkaji dan menganalisa lebih jauh integrasi Pendidikan karakter berbasis budaya sekolah boarding school di Madrasah Mu’alimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
102
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter Karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang. (Kemendiknas, 2010: 7). Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosialkultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan olahrasa dan karsa) tersebut secara holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, yang bermuara pada pembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-nilai luhur. Secara diagramatik, koherensi keempat proses psikososial tersebut dapat digambarkan diagram Ven sebagai berikut.
Gambar 1. Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan UU Sisdiknas tahun 2003 yakni mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Pendidikan karakter didefinisikan sebagai pendidikan budi pekerti yang melibatkan pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Selain itu Pendidikan karakter terdiri atas pengembangan sikap positif, pola pikir esensial, komitmen normatif, dan kompetensi abilitas yang harus berlandaskan IESQ. Sikap positif meliputi pemahaman (thought), perbuatan (action) dan kebiasaan (habit). Landasan utama pemahaman adalah IQ, perbuatan adalah IEQ dan kebiasaan landasannya adalah IESQ terutama SQ. Pola pikir esensial terdiri dari pendekatan praktis, pendekatan teoretis dan pendekatan esensial. Landasan utama pendekatan praktis adalah IQ, pendekatan teoretis adalah IEQ dan landasan pendekatan esensial adalah IESQ terutama SQ. Komitmen terdiri dari kontinuans, afektif dan normatif. Landasan utama 103
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
kontinuans adalah IQ, afektif landasan utamanya IEQ, dan normatif landasannya IESQ terutama SQ. Kompetensi terdiri dari pemahaman konsep (knowledge), keterampilan (skill) dan abilitas (abilities). Landasan utama pemahaman konsep adalah IQ, keterampilan menerapkan konsep adalah IEQ dan landasan abilitas adalah IESQ teutama SQ. B.
Budaya Sekolah
Dalam lingkungan sekolah dikondisikan agar lingkungan fisik sosiokultural sekolah memungkinkan para peserta didik bersama dengan warga sekolah terbiasaSalah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki budaya sekolah yang kokoh dan tetap eksis. Sebuah sekolah harus mempunyai misi menciptakan budaya sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif, terintegratif, dan dedikatif terhadap pencapaian visi, menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektualnya dan mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, mampu menjadi teladan, bekerja keras, toleran dan cakap dalam memimpin, serta menjawab tantangan akan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia yang dapat berperan dalam perkembangan IPTEK dan berlandaskan IMTAQ. Budaya sekolah (school culture) merupakan kata kunci (key word) yang perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari para pengelola pendidikan. Budaya sekolah perlu dibangun berdasarkan kekuatan karakteristik budaya lokal masyarakat tempat sekolah itu berada. Budaya sekolah adalah detak jantung sekolah itu sendiri, perumusannya harus dilakukan dengan sebuah komitmen yang jelas dan terukur oleh komunitas sekolah yakni guru, siswa, manajemen sekolah, dan masyarakat membangun kegiatan keseharian di sekolah yang mencerminkan perwujudan nilai-nilai karakter. Sehingga akan terbentuk kultur sekolah yang mencerminkan nilai-nilai karakter seperti budaya bersih, budaya sopan santun, budaya disiplin, budaya religius, budaya kejujuran, budaya kepedulian sosial. Kultur sekolah merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Menurut Zamroni (2011:111) kultur sekolah adalah pola nilai-nilai, prinsiprinsip, tradisi-tradisi dan kebiasaan- kebiasaan yang terbentuk dalam perjalanan panjang sekolah, dikembangkan sekolah dalam jangka waktu yang lama dan menjadi pegangan serta diyakini oleh seluruh warga sekolah sehingga mendorong munculnya sikap dan perilaku warga sekolah. Warga sekolah menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional terdiri dari peserta didik, pendidik, kepala sekolah, tenaga pendidik serta komite sekolah. Pandangan Nursyam (dalam Darmiyati, 2011: 138-139) ada tiga kultur yang perlu dikembangkan di sekolah, yaitu kultur akademik, kultur sosial budaya, dan kultur demokratis. Ketiga kultur ini harus menjadi prioritas yang melekat dalam lingkungan sekolah. Deal dan Peterson (dalam Moerdiyanto,
104
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
2012: 3) mendefinisikan kultur sekolah sebagai keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikat kuat kebersamaan sebagai warga suatu masyarakat. Menurut definisi ini, suatu sekolah dapat saja memiliki sejumlah kultur dengan satu kultur dominan dan sejumlah kultur lainnya sebagai subordinasi. Sejumlah keyakinan dan nilai disepakati secara luas di sekolah dan sejumlah kelompok memiliki kesepakatan terbatas di kalangan mereka tentang keyakinan dan nilai-nilai tertentu. Lickona (1992 : 325), memaparkan enam elemen kulture sekolah yang baik yaitu : 1) 2) 3) 4)
Kepala Sekolah memiliki kepemimpinan moral da akademik. Disiplin sekolah yang ditegakkan secara menyeluruh. Masyarakat sekolah yang memiliki rasa persaudaraan. Organisasi siswa menerapkan kepemimpinan demokratis dan menumbuhkan rasa tanggungjawab siswa untuk menjadikan sekolah mereka baik. 5) Hubungan semua warga sekolah bersifat saling menghargai, adil dan gotong royong. 6) Sekolah meningkatkan perhatian terhadap moralitas dengan menggunakan waktu tertentu untuk mengatasi masalah-masalah siswa. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan salah satu elemen penting dalam pengembangan budaya sekolah dan menciptakan kultur sekolah yang bermoral. Oleh karena itulah dalam pengangkatan dan pemilihan kepala sekolah harus mempertimbangkan kualitas moral tidak hanya intelektual dan fisik semata, sehingga menciptakan kepemimpinan yang ideal. ( Darmiyati dkk, 2012 : 58- 59). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi dipilih untuk mengungkap fenomena-fenomena dan gejala yang ditimbulkan melalui budaya sekolah terhadap karakter siswa di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Peneliti memasuki wawasan persepsi informan, mengetahui penglaman informan, dan melibatkan fenomena serta mencari makna dari pengalaman informan. Penentuan subjek penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek penelitian yang sebagai informan yakni siswa-siswa, pamong dan guru Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Sedangkan key informan yakni kepala sekolah dan ustad-ustadzah Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipan (partisipan observation), wawancara mendalam (in-depth interview), dan dokumentasi. Sedangkan instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman 105
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
observasi, pedoman wawancara, dan alat rekam (video). Hal tersebut dilakukan oleh peneliti sendiri sebagai instrumen utama. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yakni Analisis Data Penelitian Model Miles and Huberman (Sugiyono, 2011:247) yang tergambar sebagai berikut : Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data Penarikan Kesimpulan Skema 1. Analisis Data Penelitian Model Miles and Huberman (Sumber: Sugiyono, 2011: 247)
Hasil penelitian ini menggunakan triangulasi teknik, yakni peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara kepada guru, paomong dan siswa di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta, diharapkan data yang terkumpul menjadi data yang valid dan akurat. Sedangkan dokumentasi dipergunakan untuk memperkuat hasil temuan dilapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pendidikan karakter yang dilakukan di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta melalui kultur sekolah. Dari 18 nilai-nilai karakter secara keseluruhan tidak dapat dikembangkan pada siswa dikarenakan ada keadaan dan hal-hal tertentu yang tidak dapat menunjang keterlaksanaannya. Karakter yang paling dominan dikembangkan di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta yakni karakter religius, jujur, demokratis, peduli sosial, disiplin, peduli lingkungan, tanggungjawab, tolerasni, mandiri, dan bersahabat. Integrasi nilai-nilai karakter melalui budaya sekolah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam UU No. 23 tahun 2003 pasal 3 Sisdiknas. Pada dasarnya integrasi nilai-nilai karakter melalui kultur sekolah dapat menentukan keberhasilan sekolah dalam membentuk watak dan kebiasaan yang baik pada diri siswa. Dengan memasukkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan-kegiatan sekolah diharapkan dapat menjadi perilaku yang membudaya dalam kegiatan sehari-hari. Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu sekolah Boarding School yang berkualitas, dan mencetak kader muhammadiyah yang mampu mengembangkan pendidikan berbasis islam. Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta memiliki budaya sekolah yang unik, bermutu dan 106
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
berhasil diimplementasikan di seluruh lingkup sekolah. Budaya sekolah ini yang menjadi dasar dari pendidikan karakter yang dikembangkan disekolah. Budaya sekolah seperti budaya akademik, budaya tadarus Qur’an, Sholat Tahajud, Budaya Penceramah/pengkaderan dakwah, Budaya Berbahasa Arab dan Inggris, budaya berjabat tangan cium tangan dan mengaji sebelum pelajaran dimulai, Budaya bersih, malu dan takut serta Budaya 4 S (Senyum, Sapa, Salam, Santun). Budaya-budaya tersebut yang melandasi pendidikan karakter di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Integrasi nilai-nilai pendidikan karakter yang tersirat dari budaya sekolah yakni : 1) Budaya Akademik yang dikembangkan di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta dapat mengembangkan nilai-nilai karakter diantaranya menumbuhkan sikap kritis siswa, komunikatif, jujur, bertangungjawab, berprestasi yang terlihat berbagai peghargaan dan piala kejuaraan siswa. 2) Budaya Tadarus Qur’an yang dilaksanakan di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta mengembangkan karakter religius pada siswa, menimbulkan semangat membaca Al-quran dan mengkaji maknanya, menimbulkan karakter bertanggungjawab dan berdisiplin dalam membaca dan menghafal Al-Qur’an. 3) Budaya Sholat Tahajud yang dilaksanakan oleh siswa asrama tiap malam menumbuhkan karakter religius, disiplin, bertanggungjawab, toleransi, jujur dan mandiri. Siswa secara rutin senantiasa melaksanakan sholat tahajud. 4) Budaya Penceramah/pengkaderan dakwah, dikembangkan oleh Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta berdampak pada pendidikan karakter siswa, artinya siswa dididik untuk mengembangkan karakter bertanggungjawab terhadap kewajibannya sebagai kader dakwah, jujur, disiplin, demokratis, kerjakeras dalam melakukan dakwah. 5) Budaya Berbahasa Arab dan Inggris di setiap hari yang mengembangkan karakter siswa yakni toleransi, disiplin, bertanggungjawab dan peduli lingkungan juga peduli sosial. 6) Budaya berjabat tangan cium tangan dan mengaji sebelum pelajaran dimulai, yang dilaksanakan di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta cukup unik yakni siswa sangat dekat dengan guru mereka dan sangat menghormati guru/ustadzah mereka, hal ini terlihat sebelum pelajaran dimulai dan jika bertemu dengan guru, maka siswa akan berjabat tangan dan cium tangan guru, hal ini memunculkan karakter sopan dan santun juga peduli sosial. Selain itu sebelum pelajaran dimulai siswa yang dipandu oleh guru untuk berdoa dan mengaji terlebih dahulu. Hal ini menguatkan karakter siswa menjadi religius dan berakhlak mulia.
107
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
7) Budaya bersih, malu dan takut, yang dilaksanakan di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang melahirkan karakter jujur, bertanggungjawab, toleransi, santun, bekerja keras, demokrasi, religius dan peduli sosial. 8) Budaya 4 S (Senyum, Sapa, Salam, Santun) di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta mengembangkan nilai-nilai karakter religius, toleransi, bersahabat, peduli sosial dan peduli lingkungan. Berdasarkan uraian di atas tersirat bahwa pendidikan karakter yang dilaksanakan di Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta terintegrasi pada budaya sekolah yang bertujuan mengembangkan siswa yang berakhlakul karimah sehingga mampu mencetak lulusan atau kader muhammadiyah yang berbudi pekerti luhur, cerdas, agamis, dan peduli. Pendidikan karakter dilakukan oleh guru-guru dan kepala sekolah dilakukan melalui pemodelan/tauladan, sosialisasi dan pertemuan rutin antar guru dan siswa juga orangtua siswa yang terintegrasi melalui budaya sekolah berbasis boarding school. Guru dan kepala sekolah juga pamong memberikan contoh ketauladanan kepada siswa cara bertindak dan bersikap yang santun, sopan dan bermartabat, dan tidak berperilaku menyimpang dari karakter mulia, sehingga siswa akan mencontoh hal-hal positif yang ditauladankan oleh guru/pamong. Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta juga menerapkan pertemuan rutin para orangtua, komite dan pembina sekolah dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan karakter yang diterapkan disekolah. Selain itu sekolah senantiasa memberikan motivasi dan pengaruh positif kepada siswa agar senantiasa berperilaku bermoral. PENUTUP Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan UU Sisdiknas tahun 2003 yakni mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Pendidikan karakter didefinisikan sebagai pendidikan budi pekerti yang melibatkan pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan budaya sekolah. Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta mengembangkan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan budaya sekolah seperti : yaitu budaya akademik, budaya tadarus Qur’an, Sholat Tahajud, Budaya Penceramah/pengkaderan dakwah, Budaya Berbahasa Arab dan Inggris, budaya berjabat tangan cium tangan dan mengaji sebelum pelajaran dimulai, Budaya bersih, malu dan takut serta Budaya 4 S (Senyum, Sapa, Salam, Santun). Pendidikan karakter dilakukan oleh guru-guru dan kepala sekolah dilakukan melalui pemodelan/tauladan, sosialisasi dan pertemuan rutin sehingga terbentuklah karakter siswa yang bermartabat, cerdas dan berakhlakul karimah.
108
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
DAFTAR PUSTAKA Darmiyati. 2011. Pendidikan Kartakter dalam prespektif Teori dan Praktik. Yogyakarta : UNY Press Darmiyati Zuchdi, dkk. 2012. Model Pendidikan Karakter, Terintegrasi dalam pembelajaran dan pengembangan kultur sekolah. Yogyakarta : UNY Press Kemendiknas. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional. Lickona. 1992. Educating of Character, How Our School can Teach Respect adn Responsibility. New York : Bantam Book. Kotter, John P. 1996. Leading Change. Boston: Harvard Business School Press. Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Moerdiyanto, M.Pd. Dr. 2012. Fungsi Kultur Sekolah Menengah Atas Untuk Mengembangkan Karakter Siswa Menjadi Generasi Indonesia 2045: Tantangan dan Peluang. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files /penelitian/.pdf. Diakses pada tanggal 15 Maret 2016 Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Zamroni. 2011. Dinamika Peningkatan Mutu.Yogyakarta: Gavin Kalam Utama
109
Prosiding Seminar Nasional “Menjadi Guru Inspirator” Prodi PGSD FKIP-Univesitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN : 978-602-14377-4-2
110