INTEGRASI METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL TERHADAP PENINGKATAN PSIKOMOTOR PADA PEMBELAJARAN SKILLS LABORATORY
Naskah Publikasi
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
RATNA KUSUMA ASTUTI 20151050047
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
LEMBAR PENGESAHAN
Naskah Publikasi
INTEGRASI METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL TERHADAP PENINGKATAN PSIKOMOTOR PADA PEMBELAJARAN SKILLS LABORATORY
Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal: 20 Mei 2017 Oleh: RATNA KUSUMA ASTUTI NIM 20151050047
Penguji Dr. Titih Huriah, M.Kep.,Ns.,Sp.,Kep.K
(.................................................)
Moh. Afandi, S.Kep.,Ns.,MAN
(.................................................)
ii
INTEGRASI METODE DEMONSTRASI DAN AUDIOVISUAL TERHADAP PENINGKATAN PSIKOMOTOR PADA PEMBELAJARAN SKILLS LABORATORY Ratna Kusuma Astuti¹ Titih Huriah² Moh. Afandi² ABSTRAK Metode pembelajaran memegang peranan penting dalam proses pendidikan. Pada pembelajaran skills laboratory dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat sehingga pemahaman aplikasi dari pokok bahasan yang disampaikan dapat dicapai oleh peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan psikomotor melalui integrasi metode demonstrasi dan audiovisual pada pembelajaran skills laboratory. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimental design dengan pendekatan pretest-posttest control group design. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa semester II di Akper Insan Husada Surakarta. Menggunakan teknik total sampling dan teknik simple random sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, 45 mahasiswa untuk kelompok intervensi (kelas A) dan 45 mahasiswa untuk kelompok kontrol (kelas B). Hasil penelitian berdasarkan uji statistik t-test pada data pre tes - post tes kelompok intervensi maupun kelompok kontrol keterampilan pemasangan infus dan perawatan luka bersih sebesar 0,000 dan 0,000 < 0,05. Pada data post tes keterampilan pemasangan infus dan perawatan luka bersih sebesar 0,010 dan 0,001 < 0,05. Nilai rerata post tes keterampilan pemasangan infus dan perawatan luka bersih pada kelompok intervensi 84,31 dan 83,55 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol 81,91 dan 80,17. Kesimpulan dari penelitian adalah integrasi metode demonstrasi dan audiovisual dapat meningkatkan kemampuan psikomotor pada pembelajaran skills laboratory. Kata kunci: audiovisual, demonstrasi, psikomotor, skills laboratory. ¹Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. ²Staf Pengajar Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
1
INTEGRATION OF DEMONSTRATION AND AUDIOVISUAL METHOD FOR INCREASING PSYCHOMOTOR ABILITY DURING SKILLS LABORATORY LEARNING Ratna Kusuma Astuti¹ Moh. Afandi² Titih Huriah² ABSTRACT Learning method plays an important role in the educational process. In the skills laboratory, learning required appropriate methods to understood of the subject application submitted can be achieved by learners. The purpose of this study was to determine an increasing of psychomotor abilities through the integration of demonstration and audiovisual method on skills laboratory learning. This study used a quasi experimental design with pre test-post test control group design approach. The population of this study were the second semester students at Akper Insan Husada Surakarta. Technique used to samplings are total sampling and simple random sampling. Samples were divided into two groups, 45 students for the intervention group (class A) and 45 students for the control group (class B). The results based on statistical t-test shared the pre test - post test in the intervention group or the control group on the skills of intravenous therapy and wound care of 0.000 and 0.000 < 0.05. In the post test of skills intravenous therapy and wound care of 0.010 and 0.001 < 0.05. The mean scores of post test skills of intravenous therapy and wound care in the intervention group 84.31 and 83.55 higher than the control group 81.91 and 80.17. The conclusions of this research is integration of demonstration and audiovisual method an increasing psychomotor ability on skills laboratory learning. Keywords: audiovisual, demonstration, skills laboratory, psychomotor. ¹ Students in Master of Nursing at the Muhammadiyah University of Yogyakarta. ² Lecturer in Master of Nursing at Muhammadiyah University of Yogyakarta.
2
3
Target kompetensi bagi lulusan
PENDAHULUAN Tuntutan global akan mutu lulusan
pendidikan
dan
sistem
Program Studi (Prodi) Diploma III Keperawatan lebih terfokus pada
Pendidikan Tinggi (PT) saat ini
kemampuan
membawa
memberikan intervensi keperawatan
konsekuensi
memperkuat
penguasaan
untuk ilmu
tersebut,
teknikal.
tidak
Dalam
hanya
dicapai
pengetahuan dan teknologi. Tuntutan
mahasiswa melalui pembelajaran
kompetensi
teori dan konsep, tetapi lebih melalui
tersebut
dapat
diwujudkan apabila peserta didik
pembelajaran
dapat mengikuti serangkaian proses
laboratorium maupun klinik dengan
pembelajaran yang efektif, inovatif
menekankan
dan berorientasi pada peserta didik
psikomotor (Trianto, 2011).
(Murphy et al, 2011). Proses
aspek
Untuk
pembelajaran
praktikum kompetensi
memenuhi
target
dapat
kompetensi tersebut Prodi Diploma
berjalan baik jika didukung oleh
III Keperawatan sejak dini telah
berbagai komponen pembelajaran
melakukan
yang
untuk
skills laboratory yang bertujuan
berjalan
sinergis
pembelajaran
praktik
mencapai
tujuan
pembelajaran
untuk menyiapkan mahasiswa yang
(Trianto,
2011).
Salah
kompeten
satu
dalam
bidang
ilmu
komponen pembelajaran tersebut
keperawatan.
adalah
pembelajaran.
berpendapat bahwa, skills laboratory
Sudjana & Rivai (2009) menyatakan
merupakan suatu kegiatan pelatihan
bahwa, metode pembelajaran adalah
keterampilan bagi mahasiswa di
setiap
atau
laboratorium yang bertujuan untuk
peristiwa yang dapat menciptakan
menyiapkan mahasiswa agar siap
kondisi
dengan keterampilan klinik.
metode
orang, yang
bahan,
alat
memungkinkan
pembelajar menerima pengetahuan, keterampilan dan sikap.
(2007)
Salah satu metode pembelajaran skills laboratory yang tepat adalah metode
Claramita
demonstrasi.
Metode
4
demonstrasi
merupakan
metode
keberhasilannya
dalam
pembelajaran yang dinilai sangat
pembelajaran.
efektif untuk menolong peserta didik
menyatakan bahwa media adalah
dalam
segala
mencari
jawaban
dan
Sardiman
sesuatu
(2011)
yang
dapat
bagaimana cara mengerjakannya,
menyalurkan pesan dari pengirim ke
sehingga peserta didik memperoleh
penerima
sehingga
persepsi
merangsang
pikiran,
yang
jelas
pengamatannya,
dari
hasil
dapat perasaan,
memperoleh
perhatian dan minat sehingga proses
pengalaman praktik, kecakapan dan
belajar terjadi. Penggunaan media
keterampilan (Hamdani, 2010).
dalam pembelajaran tidak terbatas
Terkait
hal
tersebut
diatas
pada penggunaannya dalam proses
Westwood (2008) mengungkapkan
belajar namun juga memiliki tujuan
bahwa
spesifik yaitu tercapainya belajar
tingkat
dosen/fasilitator
keefektifan tidak
hanya
berfokus pada salah satu metode pembelajaran
saja.
Ini
artinya
yang efektif. Penggunaan pembelajaran
media
merupakan
dalam sarana
seorang dosen/fasilitator idealnya
penunjang yang dapat meningkatkan
tidak boleh terpaku hanya pada satu
efisiensi dan efektivitas keberhasilan
metode
kegiatan
pembelajaran
seorang
diungkapkan Smaldino (2012) yang
dapat
menyatakan bahwa teknologi dan
karena
belajar
dalam
mengajar
dosen/fasilitaor
harus
menyesuaikan situasi dan kondisi
media
agar tercipta pembelajaran yang
dirancang
berkualitas.
memberikan
Dalam kegiatan pembelajaran idealnya
disesuaikan
secara
pembelajaran
khusus
kontribusi yang
efektif
yang
dan dapat bagi dari
dosen/fasiliator
seluruh peserta didik dan bisa
memerlukan bantuan dari alat bantu
membantu meraih potensi tertinggi.
mengajar
media
Ini artinya media dan teknologi
pembelajaran yang dapat menunjang
memiliki andil yang kontributif
seorang
yang
seperti
seperti
5
untuk dapat meningkatkan kualitas
bagaimana
dalam pembelajaran.
mengintegrasi proses pembelajaran
Data studi pendahuluan di Akper Insan
Husada
Surakarta
usaha
untuk
sehingga memperoleh hasil yang
pada
maksimal. Maka akan dilakukan
mahasiswa semester II tahun 2015,
perbaikan dengan mengintegrasikan
menunjukkan
penggunaan metode pembelajaran
bahwa
tindakan
pemasangan infus dan perawatan
dan
luka bersih termasuk dalam jenis
diharapkan
dapat
memberikan
keterampilan yang rata-rata nilai
pengalaman
belajar
yang
praktiknya
kongkrit
rendah.
Dengan
media
pembelajaran
sehingga
yang lebih
penyerapan
memperhatikan tuntutan masyarakat
mahasiswa terhadap materi pelajaran
terhadap kompetensi lulusan Prodi
lebih
Diploma III Keperawatan, maka
memperbaiki
dosen/fasilitator perlu menyediakan
psikomotor.
mudah
serta
mampu
kemampuan
strategi pembelajaran yang lebih efektif, inovatif dan beorientasi pada peserta didik yang dapat mengatasi hambatan
yang
ditemui
selama
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian
quasy
eksperimental
menerapkan metode demonstrasi,
design dengan pendekatan pretest-
yaitu
kemajuan
posttest
control
menggunakan
Sampel
yang
penggunaan
teknologi
dengan
media audiovisual. Melihat
penelitian
bahwa
mahasiswa
mahasiswa
ini
group
design.
digunakan
dalam
adalah
semua
semester
II
yang
masih belum mampu meningkatkan
berjumlah 90 mahasiswa. Kemudian
kemampuan
dibagi menjadi dua kelompok, 45
Keperawatan
keterampilan Dasar
dalam
mahasiswa untuk masing-masing
pembelajaran skills laboratory dan
kelompok
salah satu hal yang paling mendasar
maupun kelompok kontrol (kelas B).
dari permasalahan diatas adalah
Penelitian ini menggunakan dua
intervensi
(kelas
A)
6
instrumen
chekclist
penilaian
pre tes) untuk mengetahui perubahan
psikomotor dan media audiovisual
nilai delta (Δ).
yang telah diujikan media validity
Tahap
eksperimen
dari
dan contens validity melalui expert
penelitian ini meliputi: 1) tahap
judgement.
persiapan,
Sebelum eksperimen dilakukan
yaitu
perlengkapan,
mempersiapkan
perencanaan
dan
terlebih dahulu peneliti memeriksa
segala sesuatu yang berhubungan
variabel
yang
dengan eksperimen seperti membuat
diperkirakan akan mempengaruhi
Satuan Acara Pembelajaran (SAP),
hasil penelitian yaitu kemampuan
persiapan
awal mahasiswa. Untuk pengujian
pembelajaran, guideline serta media
kesetaraan peneliti menggunakan
audiovisual yang digunakan. 2)
nilai
tahap pelaksanaan yaitu, berupa
non
hasil
eksperimen
skills
laboratory
ruang,
waktu
sebelumnya yaitu pada keterampilan
pemberian
pemeriksaan
Vital
proses pembelajaran berlangsung
(TTV). Hasil output perhitungan uji
sesuai dengan jadwal perkuliahan
kesetaraan di dapat sebesar 0,425 >
yang dilakukan oleh dosen/fasilitator
0,05, maka disimpulkan bahwa tidak
selama 3x50 menit dalam satu kali
ada
kemampuan
pertemuan dari pembukaan sampai
psikomotor yang signifikan antara
penutup, 3) tahap post eksperimen,
kelompok intervensi dan kelompok
merupakan tahap penilaian terhadap
kontrol.
treatment yang telah diberikan yang
Tanda-Tanda
perbedaan
Data utama yang dipakai untuk melihat peningkatan kemampuan psikomotor adalah data hasil pre tes dan post tes. Data tersebut dianalisis untuk melihat skor hasil penilaian kemampuan
psikomotor.
Selanjutnya selisih data (post tes –
treatment
pada
dilakukan oleh dosen/fasilitator.
saat
7
HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Data Tabel 4.1 Deskripsi Data Penilaian Psikomotor pada Keterampilan Pemasangan Infus dan Perawatan Luka Bersih (N=90) Kelompok Intervensi (n=45) Kontrol (n=45) Pre Post Pre Post
Variabel
Pemasangan Infus - Mean±SD 74.04±5.027 - Min-Maks 64-85 Perawatan Luka Bersih - Mean±SD 71.48±5.132 - Min-Maks 61-82
Berdasarkan tabel 4.1 diatas,
73.28±5.671 63-86
81.91±4.546 73-92
83.55±4.520 73-93
72.15±4.875 63-83
80.17±4.872 71-91
apakah data antara kelompok
dapat dilihat bahwa nilai rerata
intervensi
post tes keterampilan pemasangan
kontrol memiliki perbedaan yang
infus dan perawatan luka bersih
signifikan atau tidak, maka dapat
pada kelompok intervensi lebih
dilakukan dengan menggunakan
tinggi
Uji-T.
dibandingkan
dengan
kelompok kontrol.
maupun
kelompok
a. Analisis Perbedaan Nilai Pre
2. Analisis Hasil Penelitian
Tes - Post Tes
Hasil uji analisis prasyarat
Analisis perbedaan nilai
yang telah dilakukan menyatakan
pre tes - post tes pada
bahwa semua data baik pre tes
keterampilan
maupun
infus
post
tes
dari
dan
pemasangan perawatan
luka
keterampilan pemasangan infus
bersih dapat dilihat pada tabel
dan
berikut.
perawatan
luka
bersih
ternyata berdistribusi normal dan semua variansi data homogen. Sehingga
84.31±4.133 75-92
untuk
mengetahui
8
Tabel 4.2 Analisis Hasil Nilai Pre Tes – Post Tes pada Keterampilan Pemasangan Infus dan Perawatan Luka Bersih (N=90) Kelompok Variabel
Intervensi (n=45) Pre Post
Kontrol (n=45) Pre Post
Pemasangan Infus - Mean±SD 74.04±5.027 84.31±4.133 - Min-Maks 64-85 75-92 p* 0.000 Perawatan Luka Bersih - Mean±SD 71.48±5.132 83.55±4.520 - Min-Maks 61-82 73-93 p* 0.000 *p < 0.05 based on t-test paired
Tabel
4.2
diatas
73.28±5.671 81.91±4.546 63-86 73-92 0.000 72.15±4.875 80.17±4.872 63-83 71-91 0.000
b. Analisis Hasil Perubahan Delta (Δ)
menunjukkan bahwa hasil data
Analisis
hasil
perubahan
pre tes - post tes kelompok intervensi kontrol
maupun pada
kelompok
keterampilan
pemasangan infus dan perawatan
delta (Δ) selisih nilai post tes – pre tes
pada
keterampilan
pemasangan infus dan perawatan
luka bersih sebesar 0,000 dan 0,000 < 0,05, maka keputusan yang
diperoleh
adalah
ada
luka bersih dapat dilihat pada tabel berikut.
perbedaan yang signifikan. Tabel 4.3 Analisis Hasil Nilai Perubahan Delta (Δ) Selisih Nilai Post Tes – Pre Tes pada Keterampilan Pemasangan Infus dan Perawatan Luka Bersih (N=90) Variabel Pemasangan Infus - Mean±SD - Min-Maks Perawatan Luka Bersih - Mean±SD - Min-Maks
Kelompok Intervensi (n=45) Δ
Kontrol (n=45) Δ
10.26±4.965 (-4)-20
8.622±6.001 (-4)-24
12.06±3.682 5-21
8.022±3.486 (-1)-15
9
c. Analisis Hasil Nilai Post Tes
perawatan luka bersih dapat
Analisis hasil nilai post tes pada
keterampilan
pemasangan
infus
dilihat pada tabel berikut.
dan
Tabel 4.3. Analisis Hasil Nilai Post Tes Keterampilan Pemasangan Infus dan Perawatan Luka Bersih (N=90) Kelompok Intervensi (n=45) Kontrol (n=45)
Variabel
Pemasangan Infus - Mean±SD 84.31±4.133 - Min-Maks 75-92 Perawatan Luka Bersih - Mean±SD 83.55±4.520 - Min-Maks 73-93 *p < 0.05 based on t-test independent
Tabel
4.3
diatas
p*
81.91±4.546 73-92
0.010
80.17±4.872 71-91
0.001
didapatkan hasil data pre tes - post
menunjukkan bahwa pada data
tes
post
keterampilan
keterampilan pemasangan infus
infus
dan
dan perawatan luka bersih sebesar
perawatan luka bersih sebesar
0,000 < 0,05, maka keputusan
0,010 dan 0,001 < 0,05, maka
yang
keputusan
peningkatan
tes
pemasangan
yang
diperoleh
kelompok
kontrol
diperoleh
pada
adalah
ada
kemampuan
adalah ada perbedaan yang
psikomotor
signifikan.
demonstrasi pada pembelajaran
melalui
metode
skills laboratory. Meningkatnya
PEMBAHASAN 1. Pengaruh Penggunaan Metode Demostrasi penggunaan
demonstrasi
pada
pembelajaran skills labotatory
melalui
metode
demonstrasi dikarenakan metode
Pengaruh metode
psikomotor
kemampuan
ini memiliki keunggulan jika dibandingkan
dengan
metode
yang lain. Diantaranya melalui
10
metode demonstrasi terjadinya
peserta
verbalisme akan dapat dihindari
komunikasi dua arah (pendidik
karena peserta didik langsung
dan peserta didik dapat secara
memperhatikan
langsung
pembelajaran
bahan yang
antara
lain
melakukan
tanya
dijelaskan
jawab), perhatian siswa dapat
selain itu penggunaan metode
lebih dipusatkan, proses belajar
demonstrasi
siswa lebih terarah pada materi
membuat
proses
pembelajaran akan lebih menarik
yang
(Wina, 2006).
pengalaman dan kesan sebagai
Sejalan
dengan
pendapat
sedang
dipelajari
serta
hasil pembelajaran lebih melekat
diatas, Syaiful & Aswan (2006)
dalam
menyatakan
metode
Pengalaman dan kesan belajar ini
demonstrasi dapat merangsang
diperoleh karena peserta didik
peserta didik untuk aktif dalam
dapat melihat secara langsung
mengamati, menyesuaikan antara
suatu proses atau cara melakukan
teori
sesuatu.
bahwa,
dengan
mencoba
kenyataan
melakukan
dan
sendiri.
diri
peserta
Penggunaan
didik.
metode
Dengan demikian peserta didik
demonstrasi dalam meningkatkan
akan dapat mengamati secara
kemampuan
langsung sehingga peserta didik
mahasiswa
dapat
penelitian yang dilakukan oleh
memahami
dengan
penjelasan
lebih
memperkecil
bail
dan
kemungkinan
terjadinya kesalahan pemahaman. Adrian
dalam
Djamariah
psikomotor diperkuat
Purnomo
(2013)
dengan yang
menyatakan bahwa, penggunaan metode
demonstrasi
dapat
meningkatkan motivasi belajar
(2002) mengemukakan bahwa
pada
banyak kelebihan penggunaan
ditunjukkan
metode
untuk
meningkatnya keinginan peserta
belajar
didik untuk belajar dan turut aktif
demonstrasi
meningkatkan
didik
hasil
peserta
didik
yang dengan
11
serta dalam pembelajaran utuk
tanpa demonstrasi ada 40,0%
mendapatkan perubahan kearah
yang
yang lebih baik. Sejalan dengan
payudara dengan kategori baik
penelitian
Purnomo,
dan
penelitian
Rohendi
(2010)
perawatan
bahwa,
metode
kategori kurang. Sedangkan pada
pembelajaran demonstrasi lebih
kelompok ibu post partum yang
efektif dalam meningkatkan hasil
tidak
belajar siswa kelas X pada mata
maupun metode demonstrasi ada
pelajaran keterampilan komputer
0,0% ibu post partum yang
dan pengelolaan informasi.
melakukan perawatan payudara
menyatakan
hasil
Penelitian Andriani (2006), tentang
pengaruh
demonstrasi payudara
metode
60,0%
yang
perawatan melakukan
payudara
diberikan
dengan
penjelasan
dengan kategori baik dan 100,0% ibu
post
post
partum
yang
cara
perawatan
melakukan perawatan payudara
terhadap
kelancaran
kategori kurang.
pengeluaran ASI pada ibu post
Melihat
dari
beberapa
partum di Ruang Perawatan Nifas
pendapat di atas, dapat dikatakan
RSIA
bahwa
Siti
Khadijah
Muhammadiyah
melakukan
I
Cabang
metode
demontrasi
merupakan salah satu metode
Makassar menunjukkan bahwa
pembelajaran
pada kelompok ibu post partum
meningkatkan motivasi dan hasil
yang diberikan penjelasan dan
belajar
demonstrasi ada 60,0% yang
dikarenakan
dengan
melakukan perawatan payudara
menggunakan
metode
dengan kategori baik dan 40,0%
demonstrasi perhatian mahasiswa
yang
dapat dipusatkan pada hal-hal
melakukan
perawatan
yang
mahasiswa.
dapat Hal
ini
payudara dengan kategori kurang.
yang
Pada kelompok ibu post partum
dosen/fasilitator sehingga dapat
yang hanya diberikan penjelasan
diamati secara teliti. Disamping
dianggap
penting
oleh
12
itu, pada saat proses demonstrasi
tes kelompok intervensi pada
berlangsung,
perhatian
keterampilan pemasangan infus
mahasiswa juga lebih mudah
dan perawatan luka bersih sebesar
dipusatkan kepada proses belajar
0,000 < 0,05, maka keputusan
mengajar
yang
sehingga
antara
dosen/fasilitator dan mahasiswa
peningkatan
berada dalam satu saluran pikiran
psikomotor
yang sama.
metode
Penggunaan demonstrasi
metode juga
dapat
apabila
dibandingkan
ada
kemampuan melalui
integrasi
demonstrasi
dan
skills laboratory. Hasil
penelitian
tersebut
dengan
menunjukkan bahwa penggunaan
atau
integrasi metode demonstrasi dan
saja,
karena
audiovisual dalm pembelajaran
menggunakan
metode
skills
hanya
membaca
mendengarkan dengan
adalah
audiovisual pada pembelajaran
mengurangi kesalahan-kesalahan
demonstrasi mendapatkan
mahasiswa gambaran
laboratory
pengaruh
yang
mempunyai signifikan
yang
terhadap hasil evaluasi proses
lebih nyata dan jelas. Disamping
belajar mengajar. Hal tersebut
itu, apabila ada persoalan yang
sejalan dengan penjelasan Azhar
menimbulkan pertanyaan atau
(2007) yang mengatakan bahwa
keraguan dapat diperjelas atau
dalam
ditanyakan
mengajar, dua unsur yang amat
pada
saat
proses
demonstrasi berlangsung. 2. Pengaruh
Integrasi
suatu
proses
belajar
penting adalah metode mengajar Metode
Demonstrasi dan Audiovisual
diperoleh
dan
media
pembelajaran.
Menurut Kemp & Dayton dalam
Pengaruh integrasi metode
Azhar (2007) bahwa salah satu
demonstarsi dan audiovisual pada
dampak positif dari penggunaan
pembelajaran skills labotatory
media pembelajaran adalah dapat
didapatkan hasil data pre tes - post
meningkatkan
kualitas
13
pembelajaran bilama integritas
oleh
kata dan gambar sebagai media
menunjukkan bahwa, penggunaan
pembelajaran
media audiovisual (VCD) pada
dapat
mengkomunikasikan
(2005)
yang
elemen-
pembelajaran
elemen pengetahuan dengan cara
meningkatkan
yang terorganisasi dengan baik,
dimana peserta didik dapat belajar
spesifik dan jelas.
mandiri,
Djamariah
mampu prestasi
berfikir
belajar
aktif
serta
(2002)
mampu meningkatkan motivasi
media
belajar. Hasil penelitian Meiyensi
audiovisual mempunyai beberapa
(2006) juga menyatakan bahwa,
kelebihan,
dalam
menyatakan
bahwa, diantaranya
dapat
pembelajaran
dengan
menarik perhatian peserta didik,
media audiovisual, mahasiswa
menghemat waktu dan rekaman
lebih aktif, kreatif serta mampu
dapat
berulang-ulang,
mengerjakan soal ujian yang
keras lemah suara dapat diatur
diberikan dari pada menggunakan
dan disesuaikan bila akan disisipi
metode demonstrasi.
diputar
komentar yang akan didengar serta
dosen/fasilitator
sebagai
Sejalan
dengan
(2009)
dimana
menunjukkan
akan
menghentikan
dalam
gerakan gambar tersebut, artinya
pengaruh
kontrol
video
sepenuhnya
ditangan sebagai
penyampai materi. dan
penelitiannya bahwa
ada
penggunaan
media
terhadap
peningkatan
psikomotor yaitu CPR (Cardio Pulmonal Respiration), dimana
Penggunaan integrasi metode demonstrasi
beberapa
hasil penelitian diatas, Timothy
penyampai materi dapat mengatur
dosen/fasilitator
Soemantri
penelitian
dilakukan
terhadap
audiovisual
orang tua bayi premetur yang
dalam meningkatkan kemampuan
mendapat pelatihan tentang CPR,
psikomotor mahasiswa diperkuat
penelitian
dilakukan
pada
dengan penelitian yang dilakukan
kelompok
perlakuan
dan
14
kelompok
kontrol.
Pada
proses
pembelajaran
kelompok perlakuan pelatihan
berlangsung, sehingga mahasiswa
dengan
dapat
video
menggunakan sedangkan
kontrol perlakuan
media
kelompok
tidak,
menunjukkan
hasilnya
pada
80%
kelompok orang
melihat
secara
detail
dengan proses yang berurutan serta dapat diulang-ulang. Integrasi metode demonstrasi
tua
dan audiovisual pada penelitian
baik
ini juga memberikan dampak
dibandingkan kelompok kontrol
pada proses pembelajaran yang
hanya 18,7%.
lebih
menguasai
dengan
Penerapan integrasi metode
menarik,
maknanya
lebih
sehingga
jelas mudah
demonstrasi dan audiovisual pada
dipahami oleh mahasiswa. Selain
penelitian ini dapat meningkatkan
itu, dengan integrasi metode
kemampuan
psikomotor
demonstrasi dan audiovisual ini
mahasiswa dimungkinkan terjadi
pembelajaran lebih bervariasi dan
karena
metode
tidak membosankan karena bukan
pembelajaran yang tepat dan
semata-mata komunikasi verbal
sesuai dengan mata pelajaran
melalui penuturan kata-kata yang
yang
dilakukan oleh dosen/fasilitator
penerapan
diajarkan
dosen/fasilitator
akan
oleh dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Selain
sebagai
pembimbing
laboratorium. 3. Perbedaan
Kemampuan
itu peningkatan hasil belajar
Psikomotor Mahasiswa Setelah
mahasiswa dikarenakan adanya
Intervensi
experiential (pengalaman
learning belajar)
yang
Kemampuan mahasiswa
setelah
psikomotor diberikan
dilakukan oleh peserta didik
metode demonstrasi dan integrasi
dengan
metode
melihat
media
pembelajaran audiovisual pada
saat
demonstrasi
dan
audiovisual hasil pada data post
15
tes
keterampilan
pemasangan
dapat meningkatkan kemampuan
infus dan perawatan luka bersih
psikomotor. Edgar Dale dalam
sebesar 0,010 dan 0,001 < 0,05,
Syaiful
maka keputusan yang diperoleh
memandang bahwa, nilai media
adalah
pembelajaran
ada
perbedaan
yang
Aswan
(2006)
diklasifikasikan
signifikan antara mahasiswa pada
berdasarkan pengalaman belajar
kelompok
intervensi
maupun
menurut tingkat dari yang paling
kelompok
kontrol
pada
konkrit ke yang paling abstrak
pembelajaran skills laboratory. Melihat
hasil
yang di kenal dengan nama
rerata
kerucut pengalaman (cone of
kemampuan psikomotor integrasi
experience). Tingkat pengalaman
metode
dan
yang paling tinggi nilainya adalah
audiovisual pada keterampilan
pengalaman yang paling konkrit.
pemasangan infus dan perawatan
Sedangkan yang paling rendah
luka
tinggi
adalah yang paling abstraks.
dibandingkan dengan rerata hasil
Edgar Dale juga menggambarkan
kemampuan psikomotor metode
bahwa pengetahuan pembelajar
demonstrasi.
itu,
akan semakin abstrak apabila
melihat analisis hasil perubahan
pesan hanya disampaikan melalui
delta (Δ) selisih nilai post tes – pre
kata verbal. Oleh sebab itu,
tes menunjukkan bahwa rerata
sebaiknya pembelajar memiliki
nilai keterampilan pemasangan
pengalaman yang lebih konkrit,
infus dan perawatan luka bersih
sehingga
pada kelompok intervensi lebih
disampaikan benar-benar dapat
tinggi
mencapai sasaran dan tujuan.
demonstrasi
bersih
lebih
Disamping
dibandingkan
dengan
dengan kelompok kontrol. Pemilihan integrasi metode demonstrasi
&
dan
pesan
yang
Djamariah
ingin
(2002)
mengemukakan bahwa kelebihan
audiovisual
metode
audiovisual
adalah
dianggap sudah tepat karena
mampu
menyampaikan
pesan
16
yang lebih lengkap, rumit dan
audiovisual yang disampaikan
realistis, informasi visual yang
terlalu cepat atau ada bagian-
disajikan merupakan pengetahuan
bagian
baru yang cukup menarik serta
dimengerti sehingga hasil belajar
bahan yang disajikan dengan
kemampuan
gerakan
dapat
diperolah
slow
dengan maksimal.
cepat
menggunakan
teknik
motion.
yang
belum
psikomotor dapat
dari
yang
meningkat
Peningkatan
Melihat
tersebut
beberapa
dibuktikan dengan hasil rerata
pendapat yang telah disampaikan
kemampuan psikomotor integrasi
diatas
metode
menunjukkan
adanya
demonstrasi
dan
kesamaan bahwa dengan integrasi
audiovisual
metode
pembelajaran
dibandingkan dengan rerata hasil
audiovisual
kemampuan psikomotor metode
pengajaran yang dilaksanakan
demonstrasi. Adapun besarnya
akan lebih menarik perhatian,
hasil kedua rerata pada integrasi
bahan pengajaran lebih jelas
metode
maknanya sehingga dapat lebih
audiovisual
dipahami oleh mahasiswa dan
antara keterampilan pemasangan
memungkinkan mahasiswa dalam
infus dengan hasil keterampilan
menguasai
perawatan luka bersih. Hal ini
demonstrasi
dan
tujuan
pengajaran
lebih
tinggi
demonstrasi tersebut
dan berbeda
lebih baik. Selain itu, mahasiswa
dimungkinkan
tidak hanya mendengarkan uraian
sebelum
pembimbing laboratorium, tetapi
berlangsung
juga
seperti
briefing kepada dosen/fasilitator
dan
terkait metode pembelajaran yang
aktivitas
mengamati,
video
lain
melakukan
terjadi
pembelajaran tidak
mendemonstrasikan. Mahasiswa
digunakan.
juga dapat menggunakan teknik
dimungkinkan
slow
dosen/fasilitator
motion
apabila
media
karena
dilakukan
Sehingga antara memunyai
17
persepsi
yang
berdampak
berbeda
pada
yang
Kemampuan psikomotor yang
peningkatan
baik memungkinkan mahasiswa
psikomotor
keperawatan dapat bekerja secara
kemampuan mahasiswa.
profesional dan cekatan. Dalam
Psikomotor
merupakan
keperawatan,
sebuah ranah yang berkaitan erat
laboratorium merupakan salah
dengan
dan
satu tempat dimana mahasiswa
dalam
dapat mempelajari kemampuan
keterampilan
kemampuan
seseorang
menerima pengalaman belajar
psikomotor.
tertentu. Dimana hasil belajar
pembelajaran
psikomotor
mahasiswa dapat memperoleh
kelanjutan
ini dari
merupakan hasil
Melalui di
laboratorium
belajar
pengalaman belajar yang mirip
kognitif dan afektif (Sudijono,
dengan pengalaman belajar yang
2006). Beeson & Kriing (2009)
akan dialami di klinik. Dengan
menyatakan bahwa kemampuan
demikian mahasiswa akan lebih
psikomotor telah dikenal secara
siap mengikuti pembelajaran di
luas merupakan kemampuan yang
klinik. Baldwin, Hill & Hanson
sama
(2009)
pentingnya
dengan
meyakini
bahwa
kemampuan kognitif dan afektif,
mahasiswa yang pernah belajar di
yang
laboratorium memiliki persiapan
harus
dikuasai
oleh
mahasiswa keperawatan.
yang lebih baik ketika belajar di
Perkembangan kemampuan psikomotor
pendidikan
mahasiswa
dapat
lingkungan klinik. Powell,
Canterbury
&
terlihat melalui enam gerakan
McCoy
berikut: gerakan reflek, gerakan
bahwa
basik, kemampuan mengamati,
bermakna
kemampuan
fisik,
gerakan
psikomotor
keterampilan
dan
gerakan
belajar di laboratorium secara
komunikatif
(Rahyubi,
2014).
mandiri
(2008) tidak
ada
pada
menyatakan perbedaan kemampuan
mahasiswa
dengan
yang
kemampuan
18
psikomotor
mahasiswa
yang
belajar dengan supervisi. Hasil penelitian baik
menyatakan
menggunakan
pembelajaran
bahwa metode
mandiri
atau
metode pembelajaran supervisi kemampuan mahasiswa dalam memberikan obat tidak berbeda. KESIMPULAN Hasil analisis data keterampilan pemasangan infus dan perawatan luka bersih diperoleh bahwa ada peningkatan
kemampuan
psikomotor melalui integrasi metode demonstrasi dan audiovisual pada pembelajaran skills laboratory. DAFTAR PUSTAKA Azhar, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Baldwin, D., Hill, P & Hanson, G. (2009). Performance on Psychomotor Skills: A Comparison of Two Teaching Strategies. Journal of Nursing Education, 30, 367-370. Beeson, S.A & Kriing, D.L. (2009). The Effect of Two Teaching Methods on Nursing Students’
Factual Knowledge and Performance of Psychomotor Skills. Journal of Nursing Education, 38, 357-369. Claramita, M.W. (2007). Skills Laboratory. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM. Djamariah, S.B. (2002). Psikologi Belajar. Edisi 1. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hamdani. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Murphy, S., Hartigan, I., Walshe, N., Flynn, A.V & O'Brien, S. (2011). Merging ProblemBased Learning and Simulation as an Innovative Pedagogy in Nurse Education. Clinical Simulation in Nursing, 7(4), pp.e141-e148. Diakses pada tanggal 20 Desember 2015 dari http://www.nursingsimulation. org/article Sardiman. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Smaldino, S., Lowter, D & Russel, J. (2012). Instructional Technology and Media for Learning, 10th Edition. Australasian Journal of Educational Technology, 29(3). Diakses pada tanggal 17 Desember 2015 dari http://www.pearsonhighered.c om
19
Soemantri. (2005). Efektifitas VCD sebagai Media Pembelajaran. Thesis. Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses pada tanggal 17 Pebruari 2017 dari http://eprints.uny.ac.id/id/eprin t/10389 Sudijono, A. (2006). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjana, N & Rivai, A. (2009). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Syaiful, B.D & Aswan, Z. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Trianto. (2011) Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Westwood, P.S. (2008). What Teachers Need to Know about Reading and Writing Difficulties. Victoria: ACER Press. Wina, S. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Persada