perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM PENDEKATAN COLLABORATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN IKLIM KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA BATIK 1 SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh: SHELLI FEBRIYANTI K4308053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM PENDEKATAN COLLABORATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN IKLIM KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA BATIK 1 SURAKARTA
Oleh: SHELLI FEBRIYANTI K4308053
SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Shelli Febriyanti, K4308053. INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM PENDEKATAN COLLABORATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN IKLIM KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X-1 SMA BATIK 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012 dengan cara mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning yang kemudian diterapkan pada pembelajaran biologi. Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi terhadap proses pembelajaran biologi di kelas X-1, dimana ditemukan beberapa masalah yaitu tentang iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Melalui kajian literatur, kami memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning. Pengumpulan data utama diperoleh melalui angket dan observasi sementara data pendukung diperoleh melalui wawancara, dokumentasi, dan tes. Validasi data melalui proses triangulasi dan validasi oleh tim ahli. Tindakan penelitian dilakukan sebanyak dua siklus. Target penelitian sebesar 65% untuk iklim kelas dan 60% untuk motivasi belajar siswa. Hasil siklus 1 menjelaskan bahwa secara umum target penelitian telah tercapai namun belum optimal, dengan ditunjukkan rata-rata indikator iklim kelas sebesar 65,54% dan motivasi belajar siswa sebesar 72,58%. Hasil siklus 2 menjelaskan bahwa target penelitian telah tercapai secara optimal yang ditunjukkan dengan rata-rata indikator iklim kelas sebesar 73,65% dan motivasi belajar siswa sebesar 77,30%. Siklus dihentikan sampai siklus 2 karena target penelitian telah tercapai. Hasil yang diperoleh adalah iklim kelas dan motivasi belajar siswa meningkat dengan baik. Pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa karena sintaksnya mendukung interaksi dan minat siswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012.
Kata Kunci: Media ICT, collaborative learning, iklim kelas, motivasi belajar siswa
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Shelli Febriyanti, K4308053. INTEGRATION OF ICT MEDIA INTO COLLABORATIVE LEARNING APPROACH TO IMPROVE CLASS CLIMATE AND STUDENT’S LEARNING MOTIVATION IN CLASS X-1 OF SMA BATIK 1 SURAKARTA SCHOOL YEAR 2011/ 2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, 2012. The research is classroom action research. The aim is to improve class climate and student’s learning motivation in class X-1 of SMA Batik 1 Surakarta by integrating ICT media into collaborative learning approach that implemented in biology learning process. This act is based on the observation stage in class X-1 where found some learning problems. They are class climate and student’s learning motivation. Based on literatures study, we give solution to improve them by integrating ICT media into collaborative learning approach. Main data is collected from questioner and observation. While additional data is taken from interview, documentation, and test. Validation data uses triangulation and expert team. The act of research consists of two cycles. Research target is 65% for class climate and 60% for student’s learning motivation. The result of cycle 1 describes that generally the research target is accomplished not optimally. Percentage of class climate is 65,54% and student’s learning motivation is 72,58%. The result of cycle 2 describes that generally the research target is accomplished optimally. Percentage of class climate is 73,65% and student’s learning motivation is 77,30%. This cycle stopped here because targets accomplished optimally. Class climate and student’s learning motivation increase well. This learning approach can improve targets because it’s syntax support student’s interaction and interest. The conclusion of this research describes that integration ICT media into collaborative learning approach can improve class climate and student’s learning motivation in class X-1 of SMA Batik 1 Surakarta. Keyword: ICT Media, collaborative learning, class climate, student’s learning motivation.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Agama tanpa sains adalah buta, Sains tanpa agama adalah lumpuh (Albert Einstein) Seize the day or die regretting the time you lost, it’s empty and cold without You (Allah) here (Avenged Sevenfold) Sabar itu adalah ikhtiar maksimal dan tawakal total (Ibu Retno Dosen P. Biologi UNS) Ilmu adalah satu-satunya pedoman yang akan tetap berlaku dan bermanfaat dimanapun kita berada (NN) Dan, milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Cukuplah Allah sebagai pemeliharanya (Q.S. An-Nisa’: 132) Hidup itu untuk mencari ridha Allah, menuntut ilmu pun semata-mata untuk membuat kita semakin bertakwa dan bersyukur kepada-Nya. (Penulis) Life is a choice, which one will we choose whether it is right or wrong way and white or black side is depend on us. So, reach more Allah’s knowledge to get happy eternal life. (Penulis)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Ayah dan Ibu. Terimakasih atas kesabaran yang tiada batas, cinta yang tulus suci, lantunan do’a yang tiada pernah putus, air mata yang tiada pernah mampu terbalas, semangat dan dukungan yang tak pernah lelah diberikan, kerja keras dan usaha memberikan yang terbaik untuk ananda Keluarga besarku tercinta yang selalu sayang dan perhatian padaku dalam kondisi apapun Bapak Dr. Baskoro Adi Prayitno, S. Pd., M. Pd. dan Bapak Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd., terima kasih atas bimbingannya serta Bapak Kaprodi Biologi Puguh Karyanto S.Si.,M.Si, Ph.D., terimakasih atas kebijaksanaan dan kemudahan yang diberikan pada kami (mahasiswa). Bapak/Ibu dosen pendidikan biologi, terima kasih atas bimbingan, ilmu, dan nasehat yang diberikan. Ibu Umi Afidah, S. Pd selaku guru biologi SMA Batik 1 Surakarta yang sudah sangat banyak membantu dalam kuliah PPL dan penelitian skripsi saya Sahabatku tercinta, Resty, Isnaini, Evi N. H, Vera, April, dll. Trimakasih atas kebersamaan, bantuan, cinta, dan dukungan yang kalian berikan, semoga kita semua sukses dalam perjuangan selanjutnya…Amin… Teman-teman BioEdu 2008, Kating 2008, terimakasih atas bantuannya selama perkuliahan Teman-teman Kost Bali yang suka ngasih film, drama, dan lagu-lagu korea yang sedikit-banyak menghilangkan kepenatanku waktu kuliah Sebelas Maret University Semua pihak terkait yang tak dapat disebutkan satu per satu
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Integrasi Media
ICT
ke
dalam
Pendekatan
Collaborative
Learning
untuk
Meningkatkan Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Biologi Siswa Kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012” dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama penelitian hingga terselesaikannya laporan ini, penulis menemui berbagai hambatan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya hambatan yang ada dapat teratasi. Oleh karena itu, atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dr. Baskoro Adi Prayitno, S. Pd, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 5. Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 6. Joko Ariyanto, S. Si, M.Si. selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan dorongan. 7. Drs. Literzet Sobri, M. Pd. selaku kepala SMA Batik 1 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian. 8. Ibu Umi Afidah, S. Pd. selaku guru mata pelajaran Biologi yang senantiasa membantu kelancaran penelitian dan kerja samanya.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012. 10. Bapak dan Ibu yang tak henti-hentinya memberikan dukungan. 11. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………..….…………... i HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………. ii HALAMAN PERNYATAAN……..…………………………………….. iii HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….. iv HALAMAN PENGESAHAN………..………………………………….. v ABSTRAK………..……………….……………………………………... vi HALAMAN MOTTO…………………………………………………….. viii HALAMAN PERSEMBAHAN………..………………………………... ix KATA PENGANTAR…………………………………………………… x DAFTAR ISI……………………………………………………………... xii DAFTAR TABEL……………..………………………………………… xv DAFTAR GAMBAR………………..…………………………………… xvi DAFTAR LAMPIRAN…………….…..………………………………… xvii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah…………………………………..……… 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………… 6 C. Tujuan Penelitian…………………………………….…………… 6 D. Manfaat Penelitian…………………………………………….….. 7 BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ………………………………………………………. 8 1. Media ICT dalam Pembelajaran……….……………………… 8 a. Pengertian Media Pembelajaran…………………...……… 8 b. Manfaat Media Pembelajaran…………………….……..... 8 c. Media Pembelajaran Berbasis ICT………….…………….. 9 d. Integrasi Media ICT dalam Pembelajaran….………...…… 9 e. Contoh Media ICT………………………………………… 11 f. Peran Media ICT dalam Pembelajaran………………….… 12
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Collaborative Learning…………….…………………………. 13 a. Pengertian Collaborative Learning……..……………….… 13 b. Karakteristik Collaborative Learning……...…………..….. 15 c. Struktur dan Teknik Pelaksanaan Collaborative Learning... 16 d. Kelebihan Collaborative Learning…………..…….……… 18 e. Media Pembelajaran dalam Collaborative Learning…....… 19 3. Kualitas Pembelajaran…………………………….……….….. 21 a. Pengertian dan Pentingnya Kualitas Pembelajaran…….….. 21 b. Aspek-Aspek Kualitas Pembelajaran……………………… 21 4. Iklim Kelas…………..……………………...………….....…… 22 a. Definisi Iklim Kelas……………………………….….…… 22 b. Indikator dan Dimensi dalam Iklim Kelas………………… 23 c. Pentingnya Iklim Kelas yang Baik……………………….. 23 d. Strategi Meningkatkan Iklim Kelas………………………. 24 5. Motivasi Belajar…………………….…..…………………….. 26 a. Definisi Motivasi Belajar…………………………………. 26 b. Nilai-Nilai dalam Motivasi………………………………... 26 c. Jenis-Jenis Motivasi………………………………….…… 27 d. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar……………………….…. 27 e. Pentingnya Motivasi Pembelajaran……………………..… 28 f. Indikator Motivasi Belajar…………………...…………… 29 g. Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar……………...….. 29 6. Pembelajaran Biologi…………………………………………. 31 a. Hakikat Pembelajaran Biologi……………………….…..... 31 b. Pentingnya Pembelajaran Biologi……………………...….. 31 B. Kerangka Berpikir…………………………………….…………... 32 C. Hipotesis Tindakan…………………………………….....….……. 35 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………..….……… 36 1. Tempat Penelitian…………………………………..….……… 36 2. Waktu Penelitian…………………………………..………….. 36
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Subjek Penelitian……………………………………..…..……….. 37 C. Data dan Sumber Data…………...…………………….…..……… 37 1. Data Penelitian…………………………………….…….…….. 37 2. Sumber Data…………………………………………….…….. 37 D. Pengumpulan Data…………………………………….…….…….. 37 1. Observasi……………………………………………….……... 37 2. Angket……..………………………………………………….. 38 3. Wawancara……………………………………………………. 39 4. Tes……………………………..……………………………… 40 5. Dokumentasi……………………………………….….………. 40 E. Uji Validitas Data…………..……………………………….…….. 41 F. Analisis Data……………………………………………………… 41 G. Indikator Kinerja Penelitian…………………………….………… 42 H. Prosedur Penelitian…………………………………….….……… 42 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan……………………………………………... 45 B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus…………………………….. 53 C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus…………...…………… 88 D. Pembahasan…………………………………………………...…... 96 BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan………………………………………………….……….. 104 B. Implikasi…………………………………………………….…….. 104 C. Saran……………………………………………………….……… 105 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 107 LAMPIRAN………………………………………………………………..111
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1. Perbedaan Karakteristik Collaborative Learning dan Cooperative Learning……………………………….………………………………… 15 2.2. Langkah Integrasi Media ICT ke dalam Collaborative Learning……….. 20 3.1. Teknik Penilaian Angket Skala Likert…………………………….……... 39 3.2. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………. 40 3.3. Rumusan Indikator Penelitian…………………………………………… 42 4.1. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Pratindakan
46
4.2. Persentase Capaian Indikator Angket Motivasi Belajar Pratindakan..…. 49 4.3. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Siklus 1…..… 57 4.4. Persentase Capaian Indikator Angket Motivasi Belajar Siklus 1….…..... 60 4.5. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam Collaborative Learning Siklus 1…………………………………….…... 64 4.6. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Tes Evaluasi Siklus 1……….……. 66 4.7. Persentase Hasil Ranah Afektif Siswa Siklus 1……………………….…. 66 4.8. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Siklus 2….…. 75 4.9. Persentase Capaian Indikator Angket Motivasi Belajar Siklus 2…….…. 78 4.10. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam Collaborative Learning Siklus 2………………………………….……. 82 4.11. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Tes Evaluasi Siklus 2…………… 84 4.12. Persentase Hasil Ranah Afektif Siswa Siklus 1…………………….…... 85 4.13.Persentase Capaian Indikator Observasi Iklim Kelas……………….….. 89 4.14. Persentase Capaian Indikator Angket Motivasi Belajar Siswa…….….. 91 4.15. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam Collaborative Learning …………………………………………….….. 93 4.16. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1 dan 2……………….…... 94 4.17. Persentase Capaian Indikator Ranah Afektif Siswa Siklus 1dan 2….…. 95 4.18. Perolehan Nilai Ranah Psikomotorik Tiap Kelompok Siklus 1 dan 2.… 95
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1.Skema Kerangka Berpikir…………………………………………….. 34 3.1 Rancangan Urutan Waktu Pelaksanaan Penelitian………………….
36
3.2 Prosedur Pelaksanan Penelitian………………………………………. 44 4.1 Grafik Perubahan Persentase Indikator Observasi Iklim Kelas …....
88
4.2 Grafik Peningkatan Persentase Hasil Observasi Iklim Kelas……..…
89
4.3 Grafik Perubahan Persentase Indikator Angket Motivasi Belajar.…
90
4.4 Grafik Peningkatan Persentase Hasil Motivasi Belajar Siswa……….
92
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Instrumen Pembelajaran…………………………………..…….… 111 1. Silabus……………………………………………………………
112
2. RPP Siklus 1……………………………………………………… 117 3 RPP Siklus 2………………………………………………………
124
4. Lembar Kerja Siswa Siklus 1…………………………………….
131
5. Lembar Kerja Siswa Siklus 2…………………………………….
134
6. Post Test Siklus 1………………………………………………… 139 7. Post Test Siklus 2………………………………………………… 140 8. Pembagian Kelompok Kelas X-1………………………………..
141
2. Instrumen Penelitian……………………………………...……..…. 142 1. Kisi-Kisi Angket Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas….…..
143
2. Angket Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas Pratindakan, Siklus 1, dan Siklus 2………………………………….…………
144
3. Kisi-Kisi Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning Siklus 1 dan 2...
146
4. Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning Siklus 1 dan 2………….… 5. Kisi-Kisi Observasi Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas…...
147 148
6. Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa Pratindakan, Siklus 1 dan Siklus 2………………………………………………………
149
7. Lembar Observasi Iklim Kelas Pratindakan, Siklus 1dan Siklus 2……………………………………………………….…... 150 8. Rubrik Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa………….…..
150
9. Rubrik Lembar Observasi Iklim Kelas…………………………..
151
10. Lembar Observasi Guru dan Siswa Keterlaksanaan Sintaks Integrasi ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning Siklus 1 dan 2………………………………………………..……. 152
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Lembar Observasi Aspek Psikomotorik Siklus 1 dan 2………...
153
12. Lembar Observasi Sikap Siswa Siklus 1 dan 2…………..……..
153
13. Rubrik Lembar Observasi Sikap Siswa…………………………
153
14. Kisi-Kisi Wawancara Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas Pratindakan, Siklus 1, dan Siklus 2……………………….……...
154
15. Pedoman Wawancara Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa Pratindakan………………………………………………….…...
155
16. Pedoman Wawancara Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 dan 2………………………………………………..…… 156 17. Pedoman Wawancara Integrasi ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning Siklus 1 dan 2 Narasumber Guru dan Siswa……………………………………………………….…….. 157 3. Data Hasil Penelitian………………….…………………...…...….. 158 1. Data Hasil Observasi 1…………………………………………… 159 2. Data Sampel Lembar Observasi 2 Motivasi Belajar Siswa……..
161
3. Data Sampel Lembar Observasi 2 Iklim Kelas…………………..
162
4. Data Sampel Lembar Observasi 2 Sikap Siswa………………….
163
5. Data Sampel Lembar Observasi 2 Kinerja Guru………...………
164
6. Data Sampel Lembar Observasi 2 Fasilitas Pembelajaran...……
165
7. Data Sampel Lembar Observasi Pratindakan Iklim Kelas…...…
166
8. Data Sampel Lembar Observasi Pratindakan Motivasi Belajar...
167
9. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 1 Iklim Kelas……..….…
168
10. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 1 Motivasi Belajar..…..
169
11. Data Sampel Lembar Observasi Guru dan Siswa Siklus 1 Keterlaksanaan Sintaks Integrasi ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning………………………………………….
170
12. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 1 Sikap Siswa………...
171
13. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 1 Aspek Psikomotorik...
172
14. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 2 Iklim Kelas…………
173
15. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 2 Motivasi Belajar.…..
174
16. Data Sampel Lembar Observasi Guru dan Siswa Siklus 2
commit to user xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterlaksanaan Sintaks Integrasi ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning………………………………………….
175
17. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 2 Sikap Siswa…...….....
176
18. Data Sampel Lembar Observasi Siklus 2 Aspek Psikomotorik...
177
19. Data Sampel Angket Pratindakan Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas………………………………………………..….. 178 20. Data Sampel Angket Siklus 1 Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas………………………………………………..………. 179 21.Data Sampel Angket Siklus 1 Kepuasan Penerapan Integrasi ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning……...…….
180
22. Data Sampel Angket Siklus 2 Motivasi Belajar Siswa dan Iklim Kelas………………………………………………..………. 181 23. Data Sampel Angket Siklus 2 Kepuasan Penerapan Integrasi ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning……..……
182
24. Data Sampel LKS Siklus 1 Kelompok 3……………..…………
183
25. Data Sampel Post Test Siswa Siklus 1………………………….
187
26. Data Sampel LKS Siklus 2 Kelompok 5……………..…………
188
27. Data Sampel Post Test Siswa Siklus 2………………………….
193
28. Hasil Perhitungan Persentase Angket Iklim Kelas Pratindakan..
194
29. Hasil Perhitungan Persentase Angket Motivasi belajar Siswa Pratindakan……………………………………………………...
195
30. Hasil Perhitungan Persentase Angket Iklim Kelas Siklus 1…….
196
31. Hasil Perhitungan Persentase Angket Motivasi belajar Siswa Siklus 1………………………………………………………….. 197 32. Hasil Perhitungan Persentase Angket Iklim Kelas Siklus 2…….
198
33. Hasil Perhitungan Persentase Angket Motivasi belajar Siswa Siklus 2………………………………………………………….. 199 34. Hasil Perhitungan Persentase Angket Kepuasan Integrasi ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning Siklus 1………
200
35. Hasil Perhitungan Persentase Angket Kepuasan Integrasi ICT ke dalam Pendekatan Collaborative Learning Siklus 2………
commit to user xix
201
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36. Hasil Perhitungan LO Kualitas Pembelajaran (Motivasi Belajar, Iklim Kelas, Sikap Siswa, Kinerja Guru, Fasilitas) saat Observasi II……………………………………………………... 202 37. Hasil Perhitungan LO Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa Pratindakan……………………………………………………..
204
38. Hasil Perhitungan LO Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa Siklus 1………………………………………………………….. 205 39. Hasil Perhitungan LO Iklim Kelas dan Motivasi Belajar Siswa Siklus 2………………………………………………………….. 206 40. Hasil Perhitungan LO Afektif Siswa Siklus 1 dan 2……………
207
41. Daftar Nilai Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik Kelas X-1 pada Siklus 1 dan 2…………………………………………………… 208 42. Hasil Wawancara Pratindakan…………………………………
209
43. Hasil Wawancara Siklus 1………………………………………
213
44. Hasil Wawancara Siklus 2………………………………………
219
45. Hasil Triangulasi………………………………………………… 224 4. Dokumentasi Penelitian…...…………………………………..…… 237 1. Foto-Foto Dokumentasi Observasi Awal………………………...
238
2. Foto-Foto Dokumentasi pratindakan……………………………
239
3. Foto-Foto Dokumentasi Siklus 1…………………………………
240
4. Foto-Foto Dokumentasi Siklus 2…………………………………
242
5. Perizinan……………………….……………………………..…….. 245 1. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi untuk PD I…………..
246
2. Surat Ijin Penyusunan Skripsi/ Makalah………………...………
247
3. Surat Ijin Penelitian dari Pemerintah Kota Surakarta……...……
248
4. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi untuk Sekolah…..….
249
5. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Sekolah…...
250
6. Surat Permohonan Validasi Instrumen……………………..…...
251
commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada tiap peserta didik guna menggali dan mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Di dalam UU Sisdiknas tertulis bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Depdiknas, 2003). Pendidikan berperan penting dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia di abad 21 ini. Sekolah sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan formal bertugas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di berbagai bidang yang dituntut masyarakat di era globalisasi ini. Oleh karena itu, sekolah merupakan salah satu komponen penting dalam dunia pendidikan yang perlu mendapat perhatian khusus. Proses penyelenggaaraan pendidikan di sekolah sekecil apapun pasti mengalami hambatan dan masalah sehingga perlu mendapat perhatian dan penanganan guna perbaikan proses dan peningkatan mutu pendidikan, termasuk di SMA Batik 1 Surakarta. Pada tanggal 16 Agustus 2011 peneliti dibantu seorang observer melakukan observasi proses pembelajaran biologi di kelas X-1 yang diajar oleh ibu Umi Afidah, S.Pd. Berdasar diskusi awal dengan guru, kelas tersebut lebih pasif, ramai sendiri, dan sering tidak mengumpulkan tugas-tugas bila dibandingkan kelas X lainnya sehingga perlu diobservasi untuk selanjutnya diteliti. Observer mengamati kondisi kelas, mencatat aktivitas guru dan siswa saat proses pembelajaran biologi, mendokumentasikan aktivitas pembelajaran, serta mewawancarai guru dan siswa mengenai pembelajaran biologi selama ini. Hasil observasi awal tentang kondisi kelas menunjukkan hal-hal sebagai berikut: (1) Fasilitas pembelajaran yang ada di kelas X-1 sudah lengkap, seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
tersedianya proyektor, LCD, speaker, papan tulis, dan hotspot area (2) Lingkungan fisik kelas sudah nyaman karena terdapat AC dan kipas angin yang menyejukkan ruangan (3) Ukuran ruang kelas sudah memadai untuk dihuni oleh 38 siswa yang terdiri dari 40 kursi dan 20 meja yang terbagi menjadi empat lajur (4) Tersedia fasilitas penunjang seperti laboratorium biologi dan perpustakaan. Hasil observasi awal tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menunjukkan hal-hal sebagai berikut: (1) Performance guru di kelas pada saat mengajar sudah cukup baik. Namun, guru belum memanfaatkan keragaman media pembelajaran
saat
mengajar
(2)
Pengamatan
terhadap
aktivitas
siswa
menunjukkan pada saat guru menerapkan metode diskusi mengenai peran virus dalam pembelajaran, hanya ada empat kelompok (20) siswa atau sekitar 52,6%) yang aktif memainkan games kartu dan berdiskusi, sementara 4 kelompok yang lain mengobrol dan gaduh (3) Pada saat diskusi berlangsung, siswa yang aktif bertanya sekitar 5 orang (13%), sementara yang lain mengobrol dan ramai (4) Guru tidak memberi LKS atau tugas yang harus diselesaikan oleh siswa/ kelompok, sehingga siswa seperti kurang bertanggung jawab dalam diskusi (5) Pada saat guru menerangkan pelajaran dengan memutarkan video, di awal pembelajaran siswa tampak bersemangat dan memperhatikan penjelasan guru, dan hanya 5 siswa (13%) yang tidak memperhatikan video. Pada saat guru bertanya mengenai materi yang ada di dalam video, awalnya banyak siswa yang antusias menjawab yaitu sekitar 10 siswa (26%). Namun, semakin lama guru memutar video tersebut, perhatian siswa makin berkurang. Sedangkan interaksi antarsiswa belum terlihat. Semua siswa tampak terfokus pada guru yang sedang menerangkan pelajaran, aktivitas siswa pasif dan monoton, sehingga ada siswa yang mengantuk dan tidak memperhatikan. Berdasarkan data hasil observasi awal, selanjutnya peneliti berdiskusi dengan guru mitra dan dosen pembimbing penelitian untuk merumuskan masalah yang tepat. Guru mengungkapkan bahwa tingkat kesadaran siswa pada pelajaran biologi masih kurang seperti dalam hal pengerjaan tugas-tugas. Hubungan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
antarsiswa juga kurang misalnya dalam hal pemecahan suatu masalah. Siswa sering tampak pasif dalam pembelajaran yang terlihat dari belum adanya kerjasama dan interaksi dari siswa sehingga lebih dominan guru yang menyalurkan pengetahuan, sementara siswa hanya menerima saja. Belum nampak interaksi antarsiswa yang saling berbagi pengetahuan dan menyelesaikan permasalahan bersama-sama. Hasil diskusi antara peneliti, guru, dan dosen pembimbing, menyimpulkan bahwa permasalahan di kelas X-1 pada saat pembelajaran biologi adalah minat siswa yang masih rendah, perhatian, dan partisipasi siswa yang kurang, interaksi antarsiswa saat pembelajaran yang belum terlihat,
pemanfaatan media
pembelajaran
yang
belum maksimal,
dan
pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Berdasarkan beberapa masalah yang ditemukan di kelas X-1, selanjutnya peneliti mendiskusikannya bersama dengan dosen pembimbing dan guru untuk menentukan akar permasalahan yang tepat. Dari hasil diskusi ini, dijabarkan akar permasalahan sebagai berikut: minat siswa pada mata pelajaran biologi masih rendah. Minat dan perhatian berkaitan dengan motivasi belajar. Minat merupakan faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi belajar siswa. Minat yang rendah akan menyebabkan motivasi belajar siswa rendah. Motivasi yang rendah terlihat dari kurangya ketertarikan siswa pada pembelajaran biologi, kurangnya semangat dalam belajar yang ditandai dengan kurangnya partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran, kurangnya ketekunan dan keuletan dalam mengerjakan tugas, serta kurangnya kemauan untuk memecahkan masalah. Selain itu, interaksi antar siswa tidak tampak dan guru masih menjadi sumber pemberi informasi (teacher-centered) dan sumber belajar siswa sebagian besar masih dari buku paket sehingga belum mengoptimalkan sumber belajar lainnya. Jadi, rumusan akar permasalahannya adalah motivasi belajar siswa masih rendah, sikap siswa negatif yang ditunjukan dengan perhatian dan partisipasi yang kurang, kurang kondusifnya iklim pembelajaran yang ditandai dengan kurangnya minat, partisipasi, perhatian terhadap pelajaran, dan interaksi antara siswa di kelas,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
fasilitas pembelajaran yang belum maksimal digunakan, dan pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Berdasarkan hal tersebut, disimpulkan bahwa akar permasalahannya terletak pada kualitas pembelajaran. Terlihat bahwa kualitas pembelajaran di kelas ini masih rendah sehingga menurut peneliti, dosen pembimbing, dan guru perlu adanya usaha untuk meningkatkannya. Ada banyak aspek dalam kualitas pembelajaran dan dalam hal ini peneliti, guru, dan dosen pembimbing sepakat bahwa kualitas pembelajaran di kelas X-1 perlu ditingkatkan dari aspek tertentu. Guna mengetahui aspek-aspek yang paling penting dan perlu segera ditingkatkan, peneliti melakukan observasi kembali pada tanggal 3 Januari 2012. Kegiatan observasi kali ini menggunakan lembar observasi (LO) tentang lima aspek kualitas pembelajaran yang mengacu pada instrumen untuk mengukur lima aspek kualitas pembelajaran yang dibuat oleh Widoyoko. Hasil observasi ini kemudian didiskusikan dengan guru dan dosen pembimbing dan menyimpulkan bahwa kualitas pembelajaran di kelas X-1 masih rendah terutama dari aspek motivasi belajar siswa dan iklim kelas. Melalui pertimbangan dan keputusan bersama, yaitu bahwa kedua aspek tersebut penting untuk segera diatasi, waktu yang terbatas, biaya, dan kemampuan peneliti, maka disepakati bersama bahwa penelitian dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran ini targetnya adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan iklim kelas. Guna meningkatkan kualitas pembelajaran dari aspek motivasi belajar siswa dan iklim kelas ini, diperlukan solusi yang tepat agar target yang ingin ditingkatkan benar-benar tercapai. Berdasar hasil diskusi peneliti dengan guru dan dosen pembimbing, disimpulkan bahwa perlu adanya penerapan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat, perhatian, partisipasi dan interaksi antar siswa, mendukung student-centered sehingga tidak berpusat pada guru, menarik, inovatif, jarang atau bahkan belum pernah dipakai guru, dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas pembelajaran di kelas. Melalui kajian berbagai literatur, dan rujukkan hasil penelitian sebelumnya, disepakati bersama bahwa perlu adanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
pemanfaatan media berbasis ICT dalam pembelajaran. Berdasar hasil penelitian Bingimlas (2009: 235-245), ICT dapat diterapkan dalam pendidikan sains dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan berbagai sumber, seperti gambar dan video serta memupuk komunikasi dan kolaborasi. Pemilihan media ini kami harapkan dapat menciptakan iklim kelas yang baik. Selain itu, hasil penelitian Waryono (2009: 771-776) menyatakan bahwa teknologi (media ICT) memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Teori belajar Vygotsky tentang scaffolding menjelaskan bahwa terlihat jelas perbedaan antara anak yang belajar sendirian dengan anak yang belajar berkelompok. Anak yang belajar berkelompok terlihat lebih ceria, intraktif, dan banyak pengetahuan baru yang diperoleh. Melalui belajar kelompok, anak-anak saling membelajarkan dan berbagi pengetahuan atau pengalaman sehingga memunculkan interaksi sosial. Berdasarkan kajian teori tersebut kami sepakati bersama bahwa diperlukan pembelajaran kelompok yang bersifat kolaboratif. Hasil penelitian tindakan kelas oleh Widayanti, Slamet, dan Masduki. (2011), menunjukkan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Beberapa indikator yang menujukkan motivasi belajar antara lain kesadaran, tanggung jawab, keaktifan, dan adanya ketertarikan. Menurut Macaro (1997: 134-142) melalui collaborative learning, siswa akan bekerja sama dalam belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Proses ini akan memunculkan kesadaran dan tanggung jawab siswa untuk saling belajar dan membelajarkan dalam kelompoknya. Iklim collaborative learning dengan aktivitas kerja sama dalam kelompok-kelompok
diskusi
ini
menciptakan
adanya
aktivitas
saling
membelajarkan sehingga aktivitas siswa akan lebih aktif dengan sendirinya. Suasana pembelajaran kolaboratif akan menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa tertarik dan tidak bosan mengikuti pembelajaran. Menurut situs National Institute of Science and Education (2003), ada tiga kondisi utuk keterlaksanaan collaborative learning yaitu pengelompokkan siswa, penugasan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
dan adanya media komunikasi seperti internet dan media audio visual. Chaeruman (2005: 48) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran kolaboratif, ICT dapat memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerja sama, berbagi saran, ide, gagasan, masukan, nasehat, dan juga pengalaman sesama anggota kelompoknya. Melalui kajian teori ini, disepakati bersama bahwa penggunaan media ICT ini akan diintegrasikan ke dalam collaborative learning sehingga diharapkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa meningkat. Berdasarkan
latar
belakang di atas,
penelitian
tentang
kualitas
pembelajaran biologi yang ditinjau dari aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa perlu dilakukan. Dalam hal ini, penulis merumuskan judul penelitian: “INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM
PENDEKATAN COLLABORATIVE
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN IKLIM KELAS DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-1 SMA BATIK 1 SURAKARTA.”
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012? 2. Apakah integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning dapat meningkatkan motivasi belajar biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Meningkatkan iklim kelas pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 melalui integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
2. Meningkatkan motivasi belajar biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 melalui integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning. D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut : 1. Bagi Guru a. Membantu memberi solusi kepada guru dalam upaya meningkatkan motivasi dan iklim kelas dalam pembelajaran biologi di kelas. b.Memberikan variasi pembelajaran pada guru dengan cara mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning. c. Membantu memberi solusi kepada guru mengenai permasalahan yang terjadi di dalam kelas. 2. Bagi Siswa a. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi dengan cara mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning. b.Meningkatkan iklim kelas dalam pembelajaran biologi menjadi lebih kondusif dengan cara mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning. 3. Bagi Institusi a. Meningkatkan motivasi dan iklim kelas khususnya dan kualitas pembelajaran biologi pada umumnya di sekolah, dengan cara mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning. b.Membantu memberikan solusi penyelesaian permasalahan di sekolah dengan cara mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI 1. Media ICT dalam pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Kata media dalam bahasa Arab diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Namun kata media ini mempunyai batasan yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Menurut Gagne dalam Yamasari (2010: 1-8), media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Menurut Arsyad (2003:3), pengertian media dalam proses belajar mengajar didefinisikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, elektronis yang berperan dalam menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media berperan mengatur hubungan yang efektif antara komponen utama yang terlibat dalam proses pembelajaran yaitu siswa dengan materi. Berdasarkan batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala alat komunikasi, baik cetak maupun audio-visual, yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima pesan dan merangsang siswa untuk belajar. b. Manfaat Media Pembelajaran Media pembelajaran memiliki banyak manfaat dalam proses pembelajaran itu sendiri. Menurut Sudjana dan Rivai (1992) dalam Arsyad (2003:25), manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa adalah sebagai berikut: 1) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa, sehingga dapat meningkatkan motivasinya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
2) Tercapainya tujuan pembelajaran karena materi yang disampaikan melalui media yang menarik menyebabkan siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi pelajaran. 3) Metode mengajar menjadi lebih variatif dan kreatif sehingga suasana pembelajaran di kelas tidak monoton. 4) Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dan memperoleh pengalaman belajar yang lebih mendalam. c. Media Pembelajaran Berbasis ICT Purwanto (2004: 39) menjelaskan tentang proses belajar yang dapat dikembangkan melalui pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi atau ICT. Penggunaan ICT untuk dunia pendidikan melalui proses pembelajaran merupakan kebutuhan penting agar bangsa ini tidak ketinggalan jauh dengan bangsa lain di bidang pendidikan. Menurut Suhendar dikutip dari Waryono (2009: 771-776), kegiatan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan dapat: 1) Membantu siswa berhasil dalam pembelajaran 2) Menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk memecahkan masalah 3) Menimbulkan pengaruh positif dalam kehidupan siswa 4) Menimbulkan kepuasan dan kesenangan yang besar Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan pembelajaran berbasis ICT. Kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang berbasis pada teknologi informasi akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan siswa mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. d. Integrasi Media ICT dalam Pembelajaran Chaeruman (2005: 48) menjelaskan bahwa mengintegrasikan ICT atau TIK ke dalam pembelajaran mamiliki makna yang sama dengan menggunakan ICT untuk belajar (using ICTs to learn). Menurut Wang dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Woo (2007: 148-156), integrasi disini bersifat menyeluruh dimana semua elemen esensial dari sebuah sistem yang dikombinasikan bersama. Wang dan Woo (2007: 148-156) juga menyatakan bahwa pengintegrasian ICT merupakan sebuah proses dari penggunaan teknologi komunikasi dan informasi yang bersumber dari web, program multimedia dalam CD-ROM, objek belajar dan alat lainnya untuk memaksimalkan pembelajaran siswa. Penggunaan ICT ini lebih menekankan pada proses pembelajaran dibanding hasilnya. Hasil studi oleh Johnson dan Aragon (2003: 31-43) dalam Wang dan Woo (2007: 148-156) menunjukkan bahwa kelas yang mengintegrasikan ICT dalam pembelajaran dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakannya, memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal kepuasan, sikap, dan hasil belajar. Hal ini menunjukkan
ICT
berperan
penting
dalam
keberhasilan
proses
pembelajaran. Menurut Waryono (2009: 771-776) yang mengutip dari Marsis, pembelajaran berbasis ICT merupakan konsep yang berkaitan dengan banyak hal, terutama teknologi modern sehingga penggunaan ICT dalam pembelajaran mutlak diperlukan bagi peningkatan pembelajaran. Waryono (2009: 771-776) menambahkan, pembelajaran berbasis ICT atau TIK adalah pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam proses belajar mengajar. Dijelaskan bahwa teknologi memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Manfaat adanya teknologi ini siswa dapat mengakses berbagai macam sumber belajar selain dari buku pegangan, mendukung kolaborasi dalam belajar, dan memberikan lebih banyak peluang pada guru serta kesempatan dalam memanfaatkan teknologi yang ada di dalam kelas. Dalam jurnal Mostert dan Quinn (2009: 1-17) dijelaskan bahwa pendidik (guru) dapat mengintegrasikan ICT dalam proses belajar mengajar karena teknologi yang berkaitan dengan dunia pendidikan berperan penting dalam aktivitas mengajar, belajar, assessment, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
evaluasi. Chaeruman (2005: 46) menambahkan bahwa pengintegrasian ICT ke dalam proses pembelajaran perlu dilakukan guna: 1) Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa 2) Meengembangkan keterampilan siswa dalam bidang ICT 3) Meningkatkan keefektifan dan keefisienan proses pembelajaran Menurut Chou (2003) dalam Wang dan Woo (2007: 148-156), ICT dapat mendukung interaksi yang terjadi di kelas, seperti interaksi antara siswa dengan materi, interaksi siswa dengan guru , siswa dengan siswa lainnya, dan siswa dengan media belajar. Tipe-tipe interaksi seperti ini membuat proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan siswa menjadi lebih aktif dan berkembang. Adanya interaksi antara siswa, guru, dan materi pelajaran akan menciptakan iklim kelas yang baik sehingga suasana pembelajaran menjadi kondusif. e. Contoh Media ICT Menurut Gilespie dalam jurnal Bingimlas (2009: 235-245), ICT dapat diterapkan dalam pendidikan sains dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi dengan berbagai sumber, seperti gambar, dan video serta memupuk komunikasi dan kolaborasi. Wang dan Woo (2007: 148-156) menyatakan bahwa ICT pada dasarnya merupakan perlengkapan/ alat dasar yang berupa hardware (komputer, kamera digital, proyektor), software (Ms. Word, Ms. Excel, Ms. Power point), atau keduanya. Dalam konteks pendidikan, hal ini mengacu pada berbagai jenis sumber dan software yang ditampilkan pada computer yang berada di lingkup kelas atau sekolah. Sedangkan definisi ICT dalam jurnal Wee dan Abu Bakar (2006: 203-209) adalah suatu terminologi dalam bidang komunikasi yang meliputi peralatan atau aplikasi komunikasi, yang mencakup radio, televisi, telepon selular, komputer dan jaringannya, sistem dan sebagainya. Definisi lain mengatakan bahwa ICT adalah seperangkat alat-alat yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
merupakan teknologi yang berfungsi sebagai media komunikasi, untuk mengkreasikan, menyebarkan, menyimpan, dan mengolah informasi. f. Peran Media ICT dalam Pembelajaran Bhukuvhani, Zezekwa dan Sunzuma (2011: 27-37) yang mengutip Goktas dan Yildrim (2003), menyatakan bahwa pengintegrasian ICT memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran khususnya. Peran ICT dalam pembelajaran terutama adalah membantu siswa dalam belajar dan bagi guru dalam memberikan pengajaran yang lebih efektif. Penggunaan ICT dalam kelas menurut Bingimlas (2009: 235-245) sangat penting dalam memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak. Menurut Dawes (2001), masih dalam jurnal tersebut, ICT dalam pendidikan memiliki
potensi
yang
mempengaruhi pembelajaran
yang
dapat
mengefektifkan komunikasi antara guru dan siswa. ICT memainkan peranan penting dalam meningkatkan motivasi, keterampilan dan pengetahuan. ICT memiliki beberapa manfaat dalam pembelajaran biologi atau sains. Menurut Kelleher (2000) dalam jurnal Bingimlas (2009: 235245), ICT sangat bermanfaat dalam pembelajaran Sains di kelas. menurutnya, ICT dapat membantu siswa lebih memahami prinsip dan konsep Sains serta meningkatkan minat, motivasi dan kesuksesan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan ruang lingkup isi materi, hasil penelitian Roblyer, Edwards, dan Havriluk (2004) dalam jurnal Wang dan Woo (2007: 148156), mengindikasikan bahwa penggunaan ICT dapat mendukung pendekatan instruksional yang baru dan menciptakan metode implementasi instruksional seperti simulasi dan pembelajaran kooperatif yang dapat dilakukan dengan lebih mudah. Terlebih lagi, para pendidik setuju bahwa ICT berpotensi meningkatkan keefektifan dalam pembelajaran dan hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
akhir pembelajaran siswa. Jadi, penggunaan ICT dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. Chaeruman (2005: 48) mengungkapkan dalam jurnalnya bahwa secara teoritis ICT mempunyai peran yang luar biasa dalam mendukung proses
pembelajaran
yang
aktif,
konstruktif,
intensif,
interaktif,
kontekstual, reflektif, dan kolaboratif. Dalam kolaboratif, ICT dapat memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerja sama, berbagi saran, ide, gagasan, masukan, nasehat, dan juga pengalaman sesama anggota kelompoknya. Haunsel and Hill (1989) dalam jurnal Andrej, Slavko, and Tatjana (2010: 38) menambahkan bahwa pengenalan ICT dalam pembelajaran biologi tidak hanya mampu meningkatkan tingkat pengetahuan siswa, tetapi juga sikap siswa dalam pembelajaran biologi. Jinnah et al (2011: 20-28) menambahkan bahwa ICT merupakan alat yang perperan penting dalam pelatihan kemampuan pedagogik sebaik praktek secara langsung (hands on) yang mendukung lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pengetahuan sehingga meningkatkan inovasi dan kreativitas guru dan siswa. Hal itu menunjukkan bahwa ICT sesuai diterapkan dalam pembelajaran sains karena sesuai dengan hakekat sains yaitu minds on, hands on, hearts on. 2. Collaborative Learning a. Pengertian Collaborative Learning Menurut Armiati dan Sastramihardja (2007), collaborative learning (CL) adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk mengajar dan belajar yang melibatkan sekelompok siswa yang bekerja sama untuk menyelesaikan masalah. Definisi collaborative learning menurut National Institute for Science Education Madison-USA (2003) adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompokkelompok yang bekerja sama memecahkan masalah, mengerjakan tugas atau menghasilkan suatu produk. Collaborative learning didasarkan pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
gagasan bahwa belajar secara alami merupakan bentuk kegiatan social yang saling berkomunikasi satu sama lain. Melalui komunikasi inilah proses belajar terpenuhi. Collaborative learning memayungi berbagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan kemampuan siswa untuk saling bertukar secara intelektual, baik sesama siswa atau dengan guru. Collaborative learning menggeser paradigma dari pembelajaran berpusat pada guru atau pembelajaran berpusat pada buku teks menjadi berpusat pada aktivitas siswa. Nuraeni (2008) mengungkapkan bahwa penggabungan beberapa pendekatan pembelajaran dalam satu proses belajar mengajar termasuk di dalamnya pendekatan mengajar konvensional yaitu ceramah, tanya jawab, demonstrasi atau lainnya. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru dengan
collaborative
learning
lebih
menekankan
pada
kegiatan
pembelajaran yang urut dan sistematis agar keseluruhan sintaks terlaksana dengan baik. Menurut Macaro
(1997: 134-142), collaborative learning
memberikan kesempatan pada siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran melalui kerja sama antar siswa dimana guru berperan sebagai fasilitator dan memandu pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Tu dan Corry (2002) dalam Ku, Cheng and Lohr (2006: 127135) memberikan pendapatnya bahwa collaborative learning merupakan sebuah metode instruksional dalam suatu kelompok yang berisi beberapa siswa yang saling belajar dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran tetentu. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kolaboratif ini terdapat beberapa aktivitas seperti pembagian tugas dalam kelompok, saling memberikan pendapat untuk menyelesaikan suatu masalah, dan kemampuan siswa untuk saling berinteraksi dengan kelompoknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
b. Karakteristik Collaborative Learning Menurut situs NISE (2003), ada beberapa karakteristik dalam collaborative learning yaitu: 1) Group Composition (adanya susunan kelompok yang jelas) 2) Task Features (adanya pembagian tugas) 3) Communication Media (dilengkapi dengan media komunikasi) 4) Adanya saling ketergantungan yang positif 5) Tanggung jawab individu dan personal 6) Interaksi langsung dengan tatap muka 7) Kerja tim dan kemampuan sosial 8) Proses dalam berkelompok seperti diskusi dan penyelesaian masalah Beberapa
karakteristik
collaborative
learning
tersebut
membedakannya dengan cooperative learning. Perbedaan antara keduanya disajikan pada Tabel 2.1 Tabel
2.1.
Perbedaan
Karakteristik
Collaborative
Learning
dan
Cooperative Learning Collaborative Learning a. Peraturan yang diberikan dalam sebuah kelompok lebih sedikit b. Masing-masing rencana ada kerangkanya dimana itu semua terwujud pada aktivitas dalam grup c. Rockwood (1995a, 1995b): collaborative learning menghubungkan pembelajaran pada pandangan konstruktivisme sosial bahwa pengetahuan merupakan gagasan sosial d. Guru lebih membebaskan kelompok-kelompok kecil untuk mengeksplorasi kemampuannya. Penugasan yang diberikan biasanya tugas
Cooperative Learning a. Anggota dalam suatu kelompok perlu memiliki kempuan dalam grup yang dimasukkan dalam tujuan instruksional b. Semua rencana dan aktivitas dalam grup lebih terstruktur secara jelas (Cooper and Robinson, 1997; Smith and MacGregor, 1992) c. Merupakan metodologi pilihan sebagai dasar pengetahuan (pengetahuan tradisional) d. Guru merupakan pusat dari penguasa kelas dengan penugasan kelompok yang lebih closed-ended dan memiliki jawaban yang spesifik (Rockwood, 1995a, 1995b)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Collaborative Learning Cooperative Learning yang kompleks dan bersifat e. Pengetahuan dasar yang open-ended terbentuk pada siswa lebih e. Konten yang berisi pengetahuan terstruktur dasar lebih sedikit Sumber: NISE (2003) c. Struktur dan Teknik Pelaksanaan Collaborative Learning Dalam collaborative learning, kelompok dibentuk oleh guru karena bila siswa membentuk grupnya sendiri, keragaman ide-ide sering tidak tereksplorasi. Grup yang terbentuk sebisa mungkin heterogen Ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang beragam baik ide, latar belakang, gender sehingga siswa tidak terisolasi dan dapat berkembang bersama. Kelompok dibentuk oleh guru (guru bisa menentukan kelompok dengan acak, misal berhitung) dan biasanya merupakan kelompok kecil yang terdiri 4-7 siswa dan bersifat heterogen. Struktur dan teknik pelaksanaan collaborative learning antara lain sebagai berikut: 1) Think-Pair-Share Merupakan struktur collaborative learning yang sederhana dan mudah dilakukan untuk kelas yang baru menerapkan collaborative learning. Dalam teknik ini: a) Guru memberikan pertanyaan dan memberi kesempatan pada siswa untuk menjawab b) Siswa berkelompok dan melaksanakan collaborative learning untuk mendiskusikan pertanyaan yang diberikan guru c) Setiap siswa saling memberikan pendapat untuk memecahkan masalah yang diberikan. d) Setelah beberapa saat, guru mengumpulkan pendapat siswa dari hasil diskusi mereka, misalnya dengan cara meminta siswa menuliskan jawabannya pada kartu kemudian mengumpulkannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
2) Problem Solving Langkah-langkah dalam teknik ini adalah: a) Guru memberikan konsep dasar pada siswa b) Guru
memberikan
masalah
dan
meminta
tiap
kelompok
menyelesaikannya c) Siswa berdiskusi dan mulai menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal yang harus diperhatikan dalam pemecahan masalah ini adalah: a) Evaluasi masalah, karakterisasikan, dan identifikasi komponen yang mudah dipahami b) Identifikasi hal-hal yang kamu ketahui dan tidak kamu ketahui dari masalah tersebut c) Alokasikan waktu dalam kelompokmu dan ada pembagian tugas dalam pemecahan masalah d) Tiap anggota saling memberikan idenya untuk didiskusikan e) Selesaikan masalah yang ada f) Melakukan refleksi grup 3) Guided Reciprocal Peer Questioning Langkah-langkah dalam teknik ini adalah: a) Guru memberikan penjelasan materi di kelas dan memberikan pertanyaan terbuka b) Siswa diberikan waktu beberapa menit untuk secara individu menyiapkan pertanyaan yang spesifik dengan bantuan dari pertanyaan terbuka dari guru tadi c) Siswa berkelompok dan saling mendiskusikan kemingkinan jawaban mereka d) Untuk mempersingkat waktu, guru dapat memberikan pertanyaan terbuka pada pertemuan sebelumnya, sehingga siswa punya kesempatan untuk lebih menemukan jawabannya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
4) Roundtable/Brainstorming Brainstorming memunculkan banyak gagasan dan ide dalam waktu
yang singkat. Struktur ini digunakan untuk kegiatan
brainstorming ide dan untuk mengumpulakan banyak gagasan dari satu pertanyaan. Langkah-langkah teknik ini adalah: a) Untuk memulai, guru memberikan pertanyaan yang memiliki banyak kemungkinan jawaban b) Tiap kelompok diberikan selembar kertas kemudian kelompok menuliskan ide-idenya c) Kertas tersebut berputar ke kelompok lain dan kelompok itu juga menuliskan ide-idenya. Begitu seterusnya sampai di dapatkan solusi yang tepat d) Setelah brainstorming, guru memberi kesempatan tiap kelompok untuk meriview dan mengklarifikasi ide mereka e) Kelompok mempresentasikan idenya di kelas d. Kelebihan Collaborative Learning Beberapa kelebihan dengan menerapkan pendekatan collaborative learning di dalam kelas adalah sebagai berikut: 1) Siswa memiliki peluang yang lebih besar untuk bersosialisasi dengan siswa lainnya, sehingga interaksi antara siswa dengan siswa terwujud 2) Siswa
mendapat
kesempatan
untuk
menyampaikan
dan
mempertahankan pendapatnya, sehingga kelas lebih aktif dengan aktivitas siswa 3) Siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran di kelas karena setiap siswa diberi kesempatan untuk saling berdiskusi dan berkolaborasi dalam belajar. 4) Menurut
Donnel,
Cindy,
dan
Erkens,
G.
(2006:233-236),
collaborative learning menciptakan kedinamisan yang aktif dalam proses
pembelajaran
di
kelas.
commit to user
Berbagi
pengetahuan
secara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
konstruktivisme
merupakan salah satu
bagian penting dalam
collaborative learning. 5) Menurut Pallof dan Pratt (2005) dalam Ku, Cheng and Lohr (2006: 127-135), bekerja secara kolaborasi akan meningkatkan kesempatan bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan juga membantu siswa megembangkan keahliannya melalui pembelajaran yang kontekstual. 6) Hasil penelitian Mirijamdotter, Somerville, dan Holst (2006: 83-92) menunjukkan bahwa pembelajaran menjadi efektif melalui evaluasi dengan penerapan pendekatan collaborative learning, misalnya tugas proyek yang dikerjakan oleh siswa dalam tim. 7) Wang dan Chen (2008: 18-23) menambahkan bahwa collaborative learning membantu siswa memahami berbagai sumber materi, merefleksikan
proses
pembelajarannya,
dan
meningkatkan
pengetahuannya dalam penggunaan ICT. e. Media Pembelajaran yang Sesuai dalam Collaborative Learning Ada tiga kategori utama dalam menerapkan collaborative learning di kelas menurut Macaro
(1997: 134-142), yaitu: Teacher Directed
Collaboration, Learner Directed Collaboration, dan Learner Generated Collaboration. Dalam proses pembelajaran di kelas, hasil penelitian Chitanana (2010: 19-38)
menunjukkan bahwa collaborative learning
dapat dikembangkan dengan mengintegrasikan ICT di dalamnya, misalnya dengan menggunakan media internet dalam memperoleh informasi dan memecahkan suatu masalah. Tabel 2.1 ini menjabarkan langkah-langkah aplikasinya dalam pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
Tabel 2.2. Langkah Integrasi Media ICT Collaborative Learning Collaborative learning
ke dalam Pendekatan
Collaborative Learning yang Disertai Media ICT Langkah-langkah: Langkah-langkah: a. Guru memberikan apersepsi, mengajak a. Guru memberikan apersepsi siswa melakukan brain storming, dan dan mengajak siswa memberikan konsep dasar mengenai melakukan brain storming materi ekosistem. pada materi ekosistem. b. Guru mengelompokkan siswa secara b. Guru memberikan konsep heterogen dasar tentang ekosistem c. Guru membagi LKS yang harus c. Mengelompokkan siswa dikerjakan dalam kelompok. secara heterogen d. Guru meminta tiap kelompok (kemampuannya), dimana melakukan pengamatan langsung setiap kelompok terdiri dari contoh ekosistem yang ada di sekitar 4-5 orang. sekolah kemudian meminta siswa d. Tiap kelompok terdapat merekamnya dalam bentuk video atau pembagian tugas yang jelas foto. (leader, time keeper, e. Guru memberikan permasalahan dalam recorder, research-runner) bentuk video dan gambar tentang e. Guru memberikan peraturan ekosistem pada tiap kelompok. dan perintah yang jelas pada f. Siswa dalam tiap kelompok tiap kelompok. menganalisis video dan gambar baik f. Guru memberikan penugasan yang direkam sendiri maupun yang dan permasalahan yang harus diberikan oleh guru dan kemudian diselesaikan kelompok. memecahkan solusi yang tepat untuk g. Siswa dalam tiap kelompok permasalahan yang ada secara bersamabelajar secara berkolaborasi sama dengan mencari bantuan sumber untuk menganalisis dan belajar dari akses internet melalui laptop menyelesaikan permasalahan. dari tiap kelompok. h. Setiap siswa dalam g. Guru meminta siswa mendiskusikan kelompoknya saling permasalahan yang ada tidak hanya meyumbang ide dan dengan kelompoknya tetapi juga dengan pemikiran untuk kelompok lain dengan tema sejenis. menyelesaikan permasalahan h. Guru meminta tiap kelompok i. Setiap kelompok saling mempresentasikan hasil diskusi pada berinteraksi dengan kelompok lain untuk ditanggapi. kelompok lain untuk bersama-sama mencari solusi i. Guru meminta siswa lain untuk menanggapi atau menambahkan masalah yang paling tepat pendapat temanya. j. Siswa dalam kelompok saling berinteraksi dan bekerja sama j. Guru mereview hasil diskusi siswa dan menjawab pertanyaan yang belum dapat untuk menyampaikan hasil dijawab oleh siswa. diskusi mereka. k. Siswa menyimpulkan hasil k. Tiap kelompok pembelajaran bersama-sama menyampaikan hasil diskusinya dengan presentasi di depan kelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
3. Kualitas Pembelajaran a. Pengertian dan Pentingnya Kualitas Pembelajaran Kualitas pembelajaran berfungsi sebagai tolak ukur dalam kegiatan pengembangan profesi baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. Menurut Depdiknas (2007: 6-11) kualitas pembelajaran perlu mendapat perhatian yang terus menerus karena substansi dari kualitas tersebut terus berkembang seiring dengan perkembangan jaman, kebutuhan masyarakat, dan teknologi. Menurut Cox (2006) dalam Widoyoko (2008: 7-12) kualitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar keefektifan interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Kualitas pembelajaran ini dipengaruhi oleh guru, siswa, fasilitas pembelajaran, lingkungan dan iklim kelas. Jadi, kualitas pembelajaran berorientasi pada proses pembelajaran. b. Aspek-Aspek dalam Kualitas Pembelajaran Guna menilai tingkat kualitas pembelajaran, diperlukan aspek dan indikator-indikator yang menunjukkan tingkat kualitas dalam suatu pembelajaran. Hasil penelitian Mokashi dan Cotter (2006) dalam jurnal Widoyoko (2008: 7-12), mengemukakan lima aspek utama dalam kualitas pembelajaran, yaitu: fasilitas pembelajaran, kinerja guru dalam kelas, sikap siswa, iklim kelas, dan motivasi belajar siswa. Menurut Prayitno (2000: 56-57), fasilitas pembelajaran berperan sebagai sarana dan alat pembelajaran yang digunakan oleh guru dengan maksud agar proses pembelajaran menjadi lancar, efektif, dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Contoh fasilitas pembelajaran yang ada di dalam atau di sekitar kelas antara lain alat-alat elektronik, bangku siswa yang layak, laboratorium, sumber-sumber belajar, dan sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
Sikap siswa berhubungan dengan keaktifannya dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999: 51-63) siswa harus bersikap aktif dalam memproses dan mengolah hal-hal yang didapatnya setelah belajar. Siswa dituntut untuk aktif dari segala aspek meliputi fisik, intelektual, dan emosional agar dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif, dengan demikian pembelajaran menjadi berkualitas. Sedangkan penjabaran lebih lanjut mengenai motivasi siswa dan iklim kelas adalah sebagai berikut: 4. Iklim Kelas a. Definisi Iklim Kelas Definisi operasional iklim kelas menurut Widoyoko (2011: 209) adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan siswa atau hubungan antarsiswa yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Bloom (1964) dalam Tarmidi (2006:1) mendefinisikan iklim dengan kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi peserta didik. Iklim kelas merupakan suasana yang ditandai oleh adanya pola interaksi atau komunikasi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Menurut Prayitno (2000:56-57), lingkungan pembelajaran mengacu kepada berbagai substansi yang dapat dan perlu dijadikan sumber materi pembelajaran, serta digunakan sebagai sumber perangkat metode dan alat bantu pembelajaran. Secara lebih khusus, lingkungan pembelajaran dimaksudkan sebagai suasana yang terjadi dan dirasakan di tempat dan lokasi dimana kegiatan belajar terselenggara, dari ruangan belajar di sekolah, kamar belajar di rumah, sampai dengan lingkungan sekolah. Tarmidi (2006:2) menambahkan bahwa iklim kelas merupakan segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan peserta didik atau hubungan antarpeserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
b. Indikator dan Dimensi dalam Iklim Kelas Widoyoko (2011:211) merumuskan beberapa indikator dalam penilaian iklim kelas, antara lain: kekompakkan siswa dalam kelas, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, kepuasan siswa selama mengikuti
pembelajaran,
dan
dukungan
guru
dalam
kegiatan
pembelajaran. Moos (1979) dalam Tarmidi (2006:2) mengemukakan ada tiga dimensi umum yang dapat digunakan untuk mengukur lingkungan psikis dan
sosial.
Ketiga
dimensi
tersebut
adalah
dimensi
hubungan
(relationship) yang mengukur sejauh mana keterlibatan peserta didik di dalam kelas, sejauh mana peserta didik saling mendukung dan membantu, dan sejauh mana mereka dapat mengekspresikan kemampuan mereka secara bebas dan terbuka. Moos (1979) mengatakan bahwa dimensi ini mencakup aspek afektif dari interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan guru. Dimensi selanjutnya adalah dimensi perubahan dan perbaikan sistem (system maintenance and change).
Dimensi perubahan dan
perbaikan sistem membicarakan sejauh mana iklim kelas mendukung harapan, memperbaiki kontrol dan
merespon perubahan.
yang termasuk dalam dimensi ini di antaranya
Skala-skala
adalah formalitas
(formality), demokrasi (democracy), kejelasan aturan (rule clarity), inovasi (innovation). Skala formalitas, misalnya, mengukur sejauh mana tingkah laku peserta didik di kelas berdasarkan aturan-aturan kelas. c. Pentingnya Iklim Kelas yang Baik Tu’u (2004) dalam Susanty (2007:56) menjelaskan bahwa iklim lingkungan kelas yang kondusif berperan memberikan pengaruh positif bagi prestasi belajar siswa. Iklim kelas yang kondusif ini juga dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa. Iklim kelas yang kondusif ini memiliki ciri adanya peran positif guru dalam kelas, terlibatnya siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
dalam aktivitas belajar, dan adanya interaksi antara guru, siswa, dan materi belajar. Dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif ini, guru memegang peranan yang penting dalam mengelola kelas. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan (2007:177) mengemukakan bahwa iklim kelas yang kondusif bagi peserta didik berperan dalam mengundang dan mendorong siswa untuk belajar secara aktif. Iklim kelas yang kondusif ini diperoleh dari lingkungan belajar anak yang kondusif dan menyenangkan pula. Iklim kelas yang kondusif merupakan faktor pendorong yang dapat menarik minat siswa dalam proses pembelajaran, sebaliknya iklim kelas yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan rasa bosan. Iklim kelas yang kondusif ditunjang oleh berbagai
fasilitas
belajar
yang
menyenangkan;
seperti
sarana,
laboratorium, pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang harmonis antara peserta didik dengan guru dan di antara para peserta didik itu sendiri, serta penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik. Iklim kelas yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktivitas serta kreativitas peserta didik. Tarmidi (2006:2) menambahkan bahwa iklim kelas diyakini berkorelasi positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil pembelajaran siswa. Dengan kata lain, iklim kelas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan efektifitas dan kualitas pembelajaran di kelas. Melalui iklim kelas dapat dikembangkan aspek-aspek demokrasi dalam pendidikan. Hal ini tercermin dalam kegiatan seperti pemberian penilaian awal, perlakuan umpan balik, pelaksanaan refleksi dan diskusi, perlakuan perbaikan, dan pemberian penilaian ulang. d. Strategi Meningkatkan Iklim Kelas Menurut Sudjana (2005:155-156), guna mendukung iklim kelas yang baik, guru perlu melakukan pendekatan pengajaran seperti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
pendekatan interaksi sosial. Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara individu atau siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sehingga terjadi hubungan social individu di kelas. Oleh sebab itu, proses belajar
mengajar
hendaknya
mengembangkan
kemampuan
dan
kesanggupan siswa untuk mengadakan hubungan dengan siswa lain, serta menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar siswa. Metode-metode mengajar yang paling diutamakan dalam pendekatan ini antara lain diskusi, problem solving, metode simulasi, bekerja bersama dalam kelompok, dan metode lain yang menunjang berkembangnya hubungan sosial siswa. Pada dasarnya, pendekatan interaksi sosial ini bertolak dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi dan hubungan sosial atau hubungan individu dengan lingkungan sosialnya. Proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan hubungan sosial dalam pengertian siswa berinteraksi dengan lingkungannya, berinteraksi dengan siswa lain, dan berinteraksi sesama kelompoknya. Langkah yang guru ditempuh dalam pendekatan ini antara lain: 1) Guru memberikan masalah dalam bentuk situasi sosial kepada para siswa. 2) Siswa dengan bimbingan guru mencari dan memecahkan berbagai jawaban masalah yang terdapat dalam situasi tersebut. 3) Siswa diberi tugas untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan situasi tersebut. 4) Guru meminta siswa mendiskusikan masalah tersebut dengan kelompoknya. 5) Guru membahas kembali hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan. Iklim kelas berkaitan dengan iklim pembelajaran. Depdiknas (2007:6-11) menyatakan bahwa iklim pembelajaran mencakup: 1) Suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, bermakna, dan menyenangkan bagi siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
2) Pendidik
yang
senantiasa
mewujudkan
nilai
dan
semangat
ketauladanan, prakarsa, dan kreativitas. 3) Suasana lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif bagi tumbuhnya minat dan motivasi siswa terhadap pelajaran. 5. Motivasi Belajar a. Definisi Motivasi Belajar Slameto
(1995:188-190)
mengungkapkan
bahwa
motivasi
dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensistas konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya. Hamalik (2003: 161) mengungkapkan bahwa motivasi memiliki fungsi antara lain mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, mengarahkan perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan, dan sebagai penggerak yang menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Menurut Hamalik (2003: 159) motivasi memiliki dua komponen utama yaitu komponen dalam seperti kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan dan komponen luar yaitu tujuan yang ingin dicapai seseorang. Jadi, motivasi merupakan dorongan baik dalam diri siswa maupun dari lingkungan di sekitarnya sehingga dapat meningkatkan kecenderungan siswa untuk melakukan sesuatu kaitannya dengan proses pembelajaran. b. Nilai-Nilai dalam Motivasi Guru memiliki tanggung jawab memberikan pengajaran yang berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung pada usaha guru membangkitkan motivasi belajar siswa. Menurut Hamalik (2003: 161162), motivasi dalam pengajaran memiliki nilai-nilai sebagai berikut: 1)
Motivasi menentukan tingkat berhasil atau tidaknya pembelajaran siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
2)
Pengajaran yang bermotivasi merupakan pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, dan minat yang ada pada siswa.
3)
Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk
berusaha
mencari
cara-cara
mengajar
yang
dapat
membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa sehingga terbentuk self motivation yang baik dalam diri siswa. c. Jenis-Jenis Motivasi Hamalik (2003: 161-162) juga menambahkan bahwa terdapat dua jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik yang merupakan motivasi yang timbul dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan
tertentu,
memperoleh
informasi
dan
pengertian,
mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, menyadari kontribusinya terhadap usaha kelompok, keinginan ditrima oleh orang lain, dan lain-lain. Jadi, motivasi ini timbul tanpa adanya pengaruh dari luar. Jenis motivasi yang berikutnya adalah motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar seperti penghargaan, persaingan, hukuman, dan lainnya. d. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar Hover dalam Hamalik (2003:163-166) mengemukakan prinsipprinsip motivasi sebagai berikut: 1)
Pujian lebih efektif daripada hukuman.
2)
Semua siswa memiliki kebutuhan psikologis dasar yang harus mendapat kepuasan.
3)
Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar.
4)
Motivasi itu sifatnya mudah tersebar ke orang (siswa) lain.
5)
Pemahaman
terhadap
tujuan
pembelajaran
memunculkan motivasi.
commit to user
yang
jelas
akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
6)
Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas itu dipaksakan oleh guru.
7)
Teknik dan proses mengajar
yang bervariasi efektif untuk
meningkatkan minat siswa. 8)
Tekanan kelompok siswa kebanyakan lebih efektif dalam memotivasi daripada tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
9)
Motivasi yang besar erat kaitannya dengan kreativitas siswa. Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru, menurut Dimyati
dan Mudjiono (1999: 62) tampak pada perilaku di bawah ini; 1)
Memilih bahan ajar yang sesuai dengan minat siswa.
2)
Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.
3)
Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa.
4)
Memberikan pujian verbal atau nonverbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan yang diberikan.
5)
Menyampaikan nilai manfaat dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa.
e. Pentingnya Motivasi dalam Pembelajaran Motivasi memiliki beberapa kepentingan yang berkaitan dengan tujuan belajar menurut Supridjono (2010:162-171), antara lain bahwa motivasi berperan penting sebagai pendorong atau pendukung dari setiap kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar akan mengarahkan pada kegiatan apa yang harus dikerjakan oleh siswa sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Selanjutnya, motivasi dapat membantu menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan yang tidak dilakukan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa motivasi berperan penting dalam pencapaian keberhasilan proses dan hasil belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
f. Indikator Motivasi Belajar Uno dalam Supridjono (2010:162-171) memberikan beberapa indikator motivasi belajar yaitu sebagai berikut: 1) Memiliki keinginan untuk berhasil 2) Memiliki dorongan dalam belajar 3) Menyadari bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan 4) Memiliki harapan dan cita-cita masa depan 5) Adanya penghargaan kepada siswa dalam belajar 6) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar 7) Lingkungan belajar yang kondusif sehingga pembelajaran menjadi lebih baik Sedangkan menurut Widoyoko (2011:211) indikator motivasi belajar antara lain sebagai berikut: 1) Berorientasi pada keberhasilan, dengan indikator: sensitif terhadap halhal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi, kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi. 2) Antisipasi kegagalan, dengan indikator: cermat menentukan target prestasi, usaha menangguangi berbagai penghambat pencapaian keberhasilan. 3) Inovatif, dengan indikator: menemukan suatu cara yang lebih singkat dan mudah, menyukai tantangan dari luar dan dalam. 4) Tanggung jawab, dengan indikator: kesempurnaan penyelesaian tugas, percaya diri dan tangguh dalam menyelesaikan tugas. g. Strategi Meningkatkan Motivasi Belajar Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi siswa adalah minat, oleh sebab itu minat siswa perlu ditingkatkan. Minat siswa dapat ditingkatkan dengan membangkitkan perhatiannya. Perhatian siswa ini dapat ditingkatkan dengan menciptakan pembelajaran yang berkualitas dalam kelas. Selain itu, kegiatan dan perilaku siswa baik fisik maupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
psikis, misalnya mendengarkan guru yang sedang menerangkan, membandingkan konsep yang baru diterima dengan konsep sebelumnya, melakukan kegiatan psikomotorik, dan sejenisnya merupakan usaha sadar yang perlu dilakukan siswa untuk meningkatkan motivasi balajarnya. Dimyati dan Mudjiono (1999: 50-51). Supridjono (2010:162-171) menyatakan bahwa strategi memotivasi siswa di kelas dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1) Guru meluangkan waktu untuk berbicara dengan peserta didik dan menjelaskan kepada mereka pentingnya aktivitas pembelajaran. 2) Bersikap penuh perhatian kepada siswa seperti mengerti perasaan dan keinginannya. 3) Mengelola kelas secara efektif sehingga iklim kelas kondusif bagi siswa untuk belajar. 4) Menciptakan pusat pembelajaran, dimana siswa dapat memilih sendiri aktivitas belajar seperti belajar sendiri atau belajar secara kolaboratif dengan siswa lainnya. Hamalik (2003:166-167) menjabarkan beberapa cara untuk menggerakkan motivasi belajar siswa antara lain sebagai berikut: 1) Memberi angka atau nilai Murid yang mendapatkan angka yang baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi besar, sebaliknya siswa yang mendapatkan angka kurang, mungkin dapat menjadi pendorong agar belajar lebih baik. 2) Pujian Memberikan pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan memberikan manfaat yang besar sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang pada diri siswa. 3) Hadiah Cara ini dilakukan misalnya dengan memberikan hadiah pada akhir tahun kepada siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
4) Kerja Kelompok Pada saat bekerja dalam kelompok, kadang-kadang siswa memiliki perasaan untuk mempertahankan nama baik kelomoknya, sehingga hal ini dapat menjadi pendorong yang kuat dalam belajar. 5) Persaingan Adanya kerja kelompok dan persaingan-persaingan memberikan dorongan sosial kepada siswa untuk lebih maju. 6. Pembelajaran Biologi a. Hakikat Pembelajaran Biologi Biologi merupakan bagian dari sains. Biologi hendaknya terus dikembangkan sesuai dengan hakikatnya sebagai sains. Menurut Carin dan Sund (1990), pembelajaran biologi idealnya dikembangkan sesuai dengan hakikat pembelajarannya yaitu ke arah pengembangan scientific processes, scientific products, scientific attitudes. Pengembangan ketrampilan proses sains (scientific processes) melalui kegiatan proses ilmiah (hands on) menjadi suatu hal yang sangat penting. Karakteristik tersebut menjadi ciri yang membedakan biologi dengan mata pelajaran lainnya seperti: IPS, Sejarah, Bahasa Indonesia, dan lain-lain. b. Pentingnya Pembelajaran Biologi Nuryani (2005: 84) menyatakan bahwa belajar Biologi atau Sains secara bermakna akan dialami siswa apabila siswa terlibat aktif secara intelektual, manual dan sosial. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang dilakukan. Kesadaran tentang apa yang sedang dilakukan serta keinginan untuk melakukannya sangat penting dalam penguasaan konsep. Menurut Rosmaini (2004:59), tujuan mempelajari biologi adalah agar siswa mampu memahami, menemukan, menjelaskan, menguasai konsep dan prinsip biologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
B. KERANGKA BERPIKIR Pembelajaran dikatakan baik dan berhasil apabila siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Keterlibatan tersebut mencakup semua aspek yaitu fisik, emosi, dan mental. Hasil observasi di kelas X-1 menunjukkan bahwa terdapat permasalahan dalam pembelajaran biologi yaitu siswa yang kurang aktif terlibat dalam pembelajaran sehingga kelas kurang hidup karena pembelajaran berpusat pada guru. Ini menyebabkan siswa kurang termotivasi sehingga pembelajaran di kelas kurang efektif. Siswa yang kurang termotivasi ditandai dengan kurangnya minat dalam mengikuti pembelajaran dan kurang aktif terutama dalam menyampaikan ide dan gagasan. Suasana pembelajaran yang cenderung pasif ini menyebabkan iklim kelas menjadi kurang kondusif. Sikap siswa yang pasif karena motivasi belajar biologi yang kurang dan iklim kelas yang kurang kondusif ini menyebakan kurangnya kualitas pembelajaran biologi. Sehingga cara meningkatkan kualitas pembelajaran biologi terutama adalah dengan meningkatkan kedua aspek tersebut. Keberhasilan dan keefektifan pembelajaran di kelas tergantung pada beberapa faktor yang berpengaruh secara langsung ataupun tidak. Faktor dominan yang berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran ini adalah faktor siswa. Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama dalam keaktifannya mengikuti pembelajaran di kelas. Walaupun guru sudah bervariasi dalam penggunaan metode pembelajaran, namun apabila siswa kurang termotivasi dalam belajar, maka akan menyebabkan pembelajaran kurang efektif. Kajian teori menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa akan bertambah bila pembelajaran menarik baginya. Pembelajaran yang menarik ini didukung oleh penggunaan media dan metode pengajaran yang memunculkan minat siswa. Salah satu media pembelajaran yang menarik adalah media ICT seperti video, slide power point, dan internet karena media ini bersifat atraktif, interaktif, dan inovatif sehingga siswa tidak bosan dan jenuh belajar. Sedangkan iklim kelas seperti interaksi dan kerja sama antarsiswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang dapat mengakomodasi terciptanya iklim kelas yang kondusif, yaitu melalui collaborative learning.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
Berdasar hasil penelitian, collaborative learning
dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Beberapa indikator yang menujukkan motivasi belajar antara lain kesadaran, tanggung jawab, keaktifan, dan adanya ketertarikan. Menurut Macaro (1997: 134-142) melalui collaborative learning, siswa akan bekerja sama dalam belajar untuk mencapai tujuan tertentu. Proses ini akan memunculkan kesadaran dan tanggung jawab siswa untuk saling belajar dan membelajarkan dalam kelompoknya. Iklim collaborative learning dengan aktivitas kerja sama dalam kelompok-kelompok diskusi ini menciptakan adanya aktivitas saling membelajarkan (scaffolding) sehingga aktivitas siswa akan lebih aktif dengan sendirinya. Suasana pembelajaran kolaboratif akan menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa tertarik dan tidak bosan mengikuti pembelajaran.
Dengan
mengitegrasikan
media
ICT
diharapkan
mampu
mengoptimalkan penggunaan media dan fasilitas pembelajaran yang ada di kelas sehingga dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan penerapan collaborative learning diharapkan dapat meningkatkan interaksi antara siswa, guru, materi, dan motivasi belajar siswa. Dengan meningkatnya motivasi belajar siswa, iklim kelas akan menjadi lebih kondusif sehingga akhirnya kualitas pembelajaran akan meningkat. Dengan demikian, pengintegrasian media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning mampu meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa yang ditinjau dari aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Adapun alur dari kerangka pemikiran disajikan dalam diagram berkut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
SKEMA KERANGKA BERPIKIR
OBSERVASI DI KELAS X-1 SMA BATIK 1 SURAKARTA
Keadaan Kelas X-1 a. Fasilitas pembelajaran di kelas lengkap (proyektor, speaker, hotspot, LCD, laptop) b. Guru sudah menerapkan beberapa metode pembelajaran saat mengajar c. Siswa dalam satu kelas sebanyak 38 orang PERMASALAHAN
AKAR PERMASALAHAN
Minat, perhatian, partisipasi, interaksi siswa, masih kurang dan belum maksimal
Kualitas pembelajaran ditinjau dari aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa masih rendah => Perlu ditingkatkan
SOLUSI
PROSEDUR (Do) Menerapkan model pembelajaran yang meningkatkan aspek kualitas pembelajaran yaitu iklim kelas dan motivasi belajar siswa, mendukung student-centered, menarik dan inovatif
Mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan Collaborative learning
TARGET Iklim Kelas dan Motivasi Belajar meningkat
USULAN SOLUSI PEMECAHAN MASALAH INTEGRASI MEDIA ICT KE DALAM PENDEKATAN COLLABORATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN IKLIM KELAS DAN MOTIVASI PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS X-1 SMA BATIK 1 SURAKARTA
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
C. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan kajian pustaka dan alur berpikir, rumusan hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta. 2. Integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Batik 1 Surakarta kelas X-1 Semester genap tahun pelajaran 2011/2012, yang beralamat di jalan Slamet Riyadi 445, Surakarta. Sekolah ini dipilih karena ditemukan masalah yang berhubungan dengan pembelajaran sehingga menurut peneliti penting untuk ditindaklanjuti. 2. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September sampai selesai dengan rencana waktu pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan, pelaksanaan yang meliputi seminar, izin penelitian, pelaksanaan dan penyusunan laporan akhir. Rancangan waktu pelaksanaan kegiatan penelitian dijabarkan pada Gambar 3.1. No
Tahun 2011-2012
Rencana Kegiatan Sep
1
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Persiapan a. Observasi b. Identifikasi Masalah c. Penentuan Tindakan d. Pengajuan Judul e. Penyusunan Proposal
2
3
Pelaksanaan a.
Seminar Proposal
b.
Pengajuan Izin
c.
Penelitian Pengumpulan Data Penelitian (siklus I dan II)
Penyusunan Laporan Penulisan Laporan
Gambar 3.1. Rancangan Urutan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
commit to user
Jun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
B. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 yang dikenal ramai di kelas saat pembelajaran sehingga suasana kelas kurang kondusif untuk belajar. C. Data dan Sumber Data 1. Data Penelitian Data yang diperoleh dalam kegiatan penelitian adalah gambaran keadaan proses pembelajaran yang sebenarnya atau disebut deskripsi kualitatif. Aspek kualitatif penelitian meliputi iklim kelas dan motivasi belajar siswa pada materi ekosistem. 2. Sumber data Sumber data dalam penelitian diperoleh dari catatan observasi peneliti di tempat berlangsungnya penelitian, informasi hasil wawancara dengan guru dan siswa, dokumen pembelajaran yang berupa silabus pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, buku teks pelajaran dan laporan penilaian hasil belajar. Data tersebut berisi informasi tentang keadaan siswa dilihat dari aspek kualitatif yang berupa data yang diperoleh dari lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran. Hasil observasi berdasarkan lembar observasi, wawancara dengan guru dan siswa. D. Pengumpulan Data Pengumpulan data menggunakan beberapa teknik seperti observasi, wawancara, angket, dan data pendukung seperti evaluasi dan dokumentasi yang didapat dari siswa dan guru di lapangan. Strategi pengumpulan data dalam penelitian ini bersifat interaktif dan noninteraktif. Metode interaktif meliputi wawancara dan observasi, sedangkan metode noninteraktif meliputi angket dan dokumentasi (Sutopo, 2002: 58). 1. Observasi Observasi merupakan teknik yang digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi dan benda serta rekaman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
gambar. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi sistemik dimana peneliti bersama guru telah merancang bentuk instrumen observasi yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran berupa aspek-aspek yang akan diteliti. Kerjasama ini sangat membantu peneliti dalam memfokuskan apa yang akan diteliti. Rancangan instrumen yang digunakan berupa lembar observasi tertulis. Pengisian dilakukan dengan cara member tanda check (√) pada pilihan yang tepat. Observasi dilakukan oleh tiga observer untuk menghindari adanya subyektivitas. Peneliti melakukan penyamaan konsep terlebih dahulu melalui rubrik tiap-tiap indikator pada lembar observasi aspek iklim kelas dan motivasi belajar kepada semua observer sebelum melakukan observasi. 2. Angket atau Kuesioner Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif berikutnya adalah angket.
Angket
atau
kuesioner
merupakan
daftar
pertanyaan untuk
pengumpulan data penelitian yang bisa dilakukan baik secara lisan atau tertulis. Angket diberikan pada siswa untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Angket dibagikan kepada siswa untuk mengetahui aspek yang terkait dengan kualitas pembelajaran. Selain itu angket juga diberikan untuk mengetahui tingkat kepuasaan penggunaan media ICT yang diintegrasikan ke dalam pendekatan collaborative learning dalam proses pembelajaran biologi. Angket yang digunakan berupa angket langsung dan sekaligus memberikan alternatif jawaban. Angket yang digunakan dalam penelitian mengacu pada Likert. Menurut Widoyoko (2011:115-116) skala Likert memiliki 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor penilaian skala Likert bergantung pada penilai asal penggunaanya konsisten. Tabel 3.1 menunjukkan skor untuk pernyataan positif dan
commit to user
negatif adalah kebalikanya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Tabel 3.1. Teknik Penilaian Angket Skala Likert Skor untuk aspek yang dinilai Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS) Sangat Tidak Setuju (STS)
Skor Positif (+) 5 4 3 2 1
Negatif ( - ) 1 2 3 4 5
3. Wawancara Dalam penelitian kualitatif, manusia sebagai narasumber atau informan merupakan sumber data yang sangat penting karena melalui narasumber ini peneliti akan mendapatkan gambaran yang nyata. Pengumpulkan informasi dari sumber data yang ada di lapangan dapat digunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan siswa sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mendapatkan informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi digunakan pada saat yang tepat. Wawancara dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan informasi dan masukan yang lebih banyak dalam setiap proses pembelajaran yang nantinya dapat dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya. Dalam kegiatan wawancara atau diskusi, peneliti melakukan beberapa hal sebagai berikut: a. Meminta pendapat dari guru dan siswa mengenai pelaksanaan proses pembelajaran di kelas yang meliputi kelebihan, kekurangan, dan hambatan yang terjadi di kelas. b. Mengungkapkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di kelas c. Mendiskusikan hal-hal yang ditemukan selama observasi dengan guru, kemudian secara bersama menyamakan persepsi, sehingga apabila ada kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
4. Tes Tes ini bertujuan untuk mengetahui implikasi dari tindakan yang telah dilakukan terhadap tingkat penguasaan konsep pada materi ekosistem. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu tes akhir siklus 1 untuk mengetahui capaian penguasaan konsep materi komponen-komponen ekosistem dan tes akhir siklus 2 untuk mengetahui capaian penguasaan konsep hubungan antarkomponen ekosistem. Data hasil tes ini digunakan hanya sebagai data tambahan untuk mengetahui peningkatan iklim kelas dan motivasi belajar siswa serta untuk kepentingan sekolah. 5. Dokumentasi Dokumen yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah arsip yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran meliputi silabus, RPP, foto dan rekaman saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Berdasarkan aspek yang ditingkatkan, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ada pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Teknik Pengumpulan Data Variabel Iklim kelas dan motivasi belajar biologi
Sub Variabel Iklim kelas
Jenis Data Nominal dan ordinal
Motivasi belajar Nominal dan ordinal
Integrasi media ICT ke dalam pendekatan Collaborative learning
-
Nominal
commit to user
Sumber Data Siswa, guru
Siswa, guru
Siswa, guru
Instrumen Lembar observasi, angket, wawancara, data pendukung Lembar observasi, angket, wawancara, data pendukung Lembar observasi, wawancara, angket kepuasan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
E. Uji Validitas Data Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi data sebagai cara untuk mengecek data dala penelitian. Peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data, atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti. Mengenai triangulasi data ini, Sutopo (2002) menyatakan bahwa: Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia sehingga data yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Triangulasi dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data, artinya dari data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda (hlm. 79). Triangulasi adalah proses untuk mendapatkan data valid melalui penggunaan variasi instrumen. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi pengisian angket, observasi, dan wawancara kepada siswa dan guru. Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil pengisian angket, catatan observasi, dan hasil wawancara. Hasil tersebut didukung dengan data hasil evaluasi belajar dan dokumentasi. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti juga melakukan validasi instrumen penelitian yang meliputi silabus, RPP, angket motivasi dan iklim kelas, lembar observasi motivasi dan iklim kelas, dan pertanyaan wawancara siswa serta guru kepada dosen pembimbing dan dosen ahli. F. Analisis Data Kegiatan analisis data dilakukan sejak tahap awal penelitian dan pengumpulan data. Analisis ini merupakan cara berpikir peneliti yang meliputi proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil teknik triangulasi, dengan cara menyeleksi data yang berhubungan dengan aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa saja. Selanjutnya, memaparkan semua data yang telah diseleksi tadi untuk kemudian dirangkai secara urut dan sistematis, data yang saling berhubungan dikelompokkan, dan disimpulkan sehingga hasil penelitian mudah dipahami baik oleh diri sendiri maupun orang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
G. Indikator Kinerja Penelitian Target penelitian ini adalah meningkatnya kualitas pembelajaran yang dilihat dari dua aspek meliputi motivasi belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya minat terhadap pembelajaran, perhatian dan partisipasinya dalam mengikuti pelajaran dan aspek iklim kelas yang ditandai dengan terjadinya interaksi antar siswa dan guru yang positif. Apabila target yang diinginkan tersebut belum tercapai, maka siklus akan berulang sampai target yang telah ditentukan dapat tercapai. Akan tetapi apabila pada siklus pertama target yang telah ditentukan telah tercapai maka siklus akan dihentikan. Rumusan indikator dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3 Tabel 3.3. Rumusan Indikator Penelitian Aspek yang Diukur Iklim Kelas
Persentase saat Observasi 35%
Motivasi Belajar Siswa
30%
Persentase Cara Mengukur Siswa yang Ditargetkan 65% Diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah siswa yang terlibat dalam pembelajaran, berinteraksi dengan guru, materi, dan siswa lain. 60% Pengolahan angket motivasi belajar siswa yang telah diisi siswa setelah pemberian tindakan. H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas secara umum dilakukan dengan empat tahapan yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing) , (4) refleksi (reflecting) (Arikunto, 2008: 16). 1. Tahap Perencanaan Tahap-tahap yang ada dalam tahap perencanaan adalah meliputi penyusunan instrumen pembelajaran yang terdiri dari angket dan lembar observasi aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa, angket keterlaksanaan sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning, LKS materi ekosistem, media ICT, soal tes
kemampuan penguasaan konsep siklus 1,
pedoman wawancara iklim kelas, motivasi belajar siswa, dan keterlaksanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
sintaks collaborative learning pada siswa dan guru, silabus pembelajaran siklus 1, rencana pelaksanaan pembelajaran siklus 1. 2. Tahap Pelaksanaan Mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning pada materi ekosistem berprinsip pada penggunaan media berbasis ICT (video, gambar slide, laptop) yang menggunakan pembelajaran kolaboratif dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok 4-5 orang. Setiap kelompok mengerjakan tugas dan menyelesaikan suatu masalah yang berhubungan dengan materi ekosistem, dimana setiap anggota dalam kelompok berperan serta dalam menyumbangkan ide untuk menyelesaikan suatu masalah. Selanjutnya, tiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya melalui presentasi. 3. Tahap Observasi dan Evaluasi Tahap pengamatan dan evaluasi dilaksanakan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan angket dan lembar observasi ikim kelas dan motivasi belajar siswa serta evaluasi (post test) dan dokumentasi kegiatan pembelajaran di kelas. 4. Tahap Refleksi Tahap ini meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran meliputi iklim kelas dan motivasi belajar siswa serta keterlaksanaan integrasi media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning pada siklus 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 Identifikasi masalah di kelas
-
Perencanaan Penyusunan proposal penelitian Penyusunan instrumen
Refleksi : - Pelaksanaan siklus I - Pencapaian target siklus I Pengamatan: Iklim kelas, dan motivasi belajar sebagai aspek kualitas pembelajaran Pelaksanaan : Mengintegrasikan ICT berupa media audio-visual melalui pendekatan collaborative learning pada materi kingdom Plantae (tumbuhan)
Siklus pembelajaran
dihentikan
Target tercapai Peningkatan iklim kelas menjadi 65% dan motivasi belajar menjadi 60% dari besar prosentase sebelum tindakan
Target belum tercapai
Siklus pembelajaran dilanjutkan ke siklus II dan seterusnya sampai target tercapai
Perbaikan pembelajaran berdasarkan refleksi siklus I
Gambar 3.2. Prosedur Pelaksanan Penelitian
commit to user
Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Pengamatan dalam kegiatan pratindakan ini dilakukan pada tanggal 23 dan 24 April 2012 dengan materi Kingdom Animalia selama tiga jam pelajaran (3 x 45 menit) sebanyak dua kali pertemuan. Kegiatan ini difokuskan pada aspek motivasi belajar siswa dan iklim kelas dengan menggunakan instrumen berupa angket, lembar observasi, dan daftar pertanyaan untuk wawancara. Cara pengambilan data dalam kegiatan pratindakan ini melalui penyebaran angket motivasi belajar siswa dan iklim kelas, observasi langsung oleh tiga observer dengan lembar observasi (LO) motivasi belajar siswa dan iklim kelas, wawancara kepada guru dan beberapa siswa, serta dokumentasi proses pembelajaran menggunakan kamera. Kondisi kegiatan pratindakan menunjukkan proses pembelajaran yang diisi dengan metode ceramah dan tanya jawab. Media yang digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah slide power point yang menampilkan gambar-gambar dan tulisan tentang materi Animalia. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa proses pembelajaran ini monoton dan masih berpusat pada guru. Guru lebih banyak menerangkan materi dan siswa hanya mendengarkan. Proses sains untuk memperoleh suatu konsep tidak dilakukan oleh siswa. Siswa banyak yang tidak memperhatikan dan interaksi serta komunikasi antarsiswa tidak terjadi. Hasil pengamatan prasiklus terhadap aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa dalam kegiatan pratindakan ini dijabarkan sebagai berikut. 1. Iklim Kelas Iklim kelas yang diamati di kelas X-1 ini dibagi menjadi empat indikator penting. Besarnya aspek iklim kelas di X-1 ini diketahui melalui pengambilan data berupa observasi, angket, dan wawancara. Melalui proses triangulasi metode pada Lampiran 3, besarnya iklim kelas ini terlihat pada saat pengamatan oleh observer melalui lembar observasi (LO). Hasil persentase
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
untuk setiap indikator dan rata-rata seluruh indikator dalam aspek iklim kelas disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Prasiklus No Indikator Iklim Kelas 1 Kekompakkan siswa dalam kelas 2 Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi. 3 Kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran biologi. 4 Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi. Rata-Rata
Persentase (%) 0,00 46,00 35,00 100,00 45,27
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa persentase setiap indikator berbeda. Ada satu indikator yaitu kekompokkan siswa dalam kelas yang bernilai 0,00%. Ini artinya semua observer tidak dapat mengamati indikator tersebut pada saat proses pembelajaran. Tidak tampaknya indikator tersebut karena dalam kegiatan pembelajaran tidak dilakukan diskusi. Siswa akan tampak kompak dan bekerja sama dalam pembelajaran apabila pembelajaran tersebut memberikan kesempatan siswa untuk saling berinteraksi. Dalam kegiatan pratindakan ini, guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sehingga kurang memberikan kesempatan antarsiswa untuk berinteraksi. Interaksi akan tampak bila siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok belajar. Tiga indikator lain dalam aspek iklim kelas ini tampak dan teramati. Dua indikator yaitu keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi dan kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran biologi masih rendah (di bawah 50%) sehingga perlu ditingkatkan. Indikator dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi merupakan persentase tertinggi yaitu 100% yang artinya guru telah sangat baik dalam memberikan dukungan pada siswa seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa dan memberikan bimbingan sampai siswa paham. Sayangnya, dalam kegiatan pratindakan ini siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
tampak pasif dan hanya 2-3 siswa yang berani bertanya, sementara yang lain diam dan ada pula yang ramai. Hasil persentase rata-rata keempat indikator iklim kelas sebesar 45,27%. Menurut peneliti, pengamatan langsung mengenai iklim kelas dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab seperti ini mudah teramati, namun hasil ini tetap akan dilengkapi dengan data lain berupa hasil angket dan wawancara serta didukung oleh data pendukung berupa dokumentasi dan hasil evaluasi. Hasil angket mendukung data hasil observasi ini. Berdasar hasil angket, rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko (2011: 263), menunjukkan iklim kelas kurang kondusif. Sebagian siswa masih kurang senang dan puas dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru sehingga banyak yang merasa bosan. Kebosanan tersebut ditunjukkan dengan banyak siswa yang ramai dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Kondisi ini perlu diatasi dengan menerapkan model dan metode pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga tidak membosankan. Hasil pengisian angket pratindakan ini juga menunjukkan bahwa iklim kelas X-1 masih rendah dan perlu ditingkatkan. Wawancara dilakukan kepada guru biologi yang mengajar dan beberapa siswa yang hasilnya digunakan sebagai data pendukung dari data observasi dan angket. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka. Wawancara kepada guru dan siswa dilakukan di luar jam pelajaran setelah kegiatan pengamatan pratindakan selesai dilakukan. Siswa yang diwawancarai sebanyak tiga orang.
Hasil wawancara dijabarkan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi, diperoleh informasi bahwa siswa kelas X-1 sering ramai dan banyak yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan. Saat diberi pertanyaan, siswa diam dan tidak ada yang berani bertanya. Setelah ditunjuk guru baru siswa mau menjawab pertanyaan. Begitu pula pada saat guru mempersilahkan siswa untuk bertanya, tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Berdasar hasil wawancara dengan guru, mereka
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
menginginkan adanya peningkatan dalam kualitas proses pembelajaran dan juga hasil nilai siswa. Diakui guru bahwa siswa memang pasif dalam pembelajaran dan interaksi antarsiswa yang terjadi selama pembelajaran masih kurang. Hasil wawancara ini juga menunjukkan bahwa siswa kurang aktif di kelas karena takut salah saat memberikan pendapat atau menjawab pertanyaan guru. Siswa merasa sulit mengerjakan soal-soal sendiri sehingga merasa perlu adanya kelompok-kelompok belajar agar dapat saling bertanya pada teman yang lebih pandai. Guru biologi yang selama ini mengajar, menurut siswa sudah cukup menyenangkan dan selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan seperti menjawab pertanyaan siswa, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendidik dan berusaha untuk mengenal siswa lebih dekat. Hasil wawancara dengan siswa ini mendukung data sebelumnya bahwa motivasi belajar siswa masih rendah dalam pembelajaran biologi dan interaksi antarsiswa yang masih kurang. Dari ketiga metode pengambilan data yang dilakukan untuk mengetahui aspek iklim kelas dalam kualitas pembelajaran biologi dapat disimpulkan bahwa iklim kelas di kelas X-1 pada saat prasiklus masih rendah jauh di bawah target. Iklim kelas merupakan segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas tersebut dan mempengaruhi proses pembelajaran. 2. Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar siswa yang diukur di kelas X-1 ini dibagi menjadi 10 indikator penting. Besarnya aspek motivasi belajar siswa di kelas X-1 ini diketahui melalui pengambilan data berupa observasi, angket, dan wawancara. Melalui proses triangulasi metode pada Lampiran 3, besarnya motivasi belajar siswa ini diketahui dari pengisian angket oleh siswa. Pembagian dan pengisian angket ini dilakukan di akhir kegiatan pratindakan. Setiap siswa mengisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
angket secara mandiri dengan memberikan tanda checklist (v) pada setiap interval yang dikehendakinya. dengan hasil berupa persentase tiap indikator dan rata-ratanya. Hasil dari pengisian angket ini selanjutnya dihitung persentasenya baik tiap indikator maupun keseluruhannya dengan program Ms. Excel. Hasil persentase untuk setiap indikator dan rata-rata seluruh indikator dalam motivasi belajar siswa disajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2. Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Prasiklus No Indikator Motivasi Belajar Siswa 1 Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi 2 Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi 3 Cermat menentukan target prestasi 4 Usaha menangulangi berbagai penghambat pencapaian keberhasilan 5 Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah 6 Minat siswa pada pelajaran 7 Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar 8 Kesempurnaan penyelesaian tugas 9 Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 10 Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas Rata-Rata
Persentase (%) 37,84 57,84 40,81 58,38 59,73 53,51 42,43 44,86 42,97 50,54 48,89
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa persentase setiap indikator berbeda, dan menunjukkan rentang interval 30-60%. Hasil persentase tertinggi ada pada indikator menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah, yaitu sebesar 59,73%. Hasil ini menunjukkan bahwa ketertarikan siswa untuk menemukan penyelesaian permasalahan yang lebih sisngkat dan mudah serta kepercayaan diri dan ketangguhannya dalam pembelajaran ataupun penyelesaian tugas cukup tinggi. Siswa X-1 merasa percaya diri dan mampu dalam pembelajaran biologi. Kondisi ini perlu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
dioptimalkan dengan dukungan guru dan variasi metode pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Persentase terendah sebesar 37,84% yakni pada indikator sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi. Berdasar hasil ini, sebagian besar siswa belum sadar akan pentingnya pembelajaran biologi. Mereka masih bersikap pasif yang ditunjukkan dengan tidak ada yang berani memberikan pendapatnya saat pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, hal ini terlihat dari tidak adanya siswa yang berusaha menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru dengan cara berdiskusi dengan temannya. Kebanyakan siswa hanya diam dan membuka-buka sendiri bukunya. Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam berdiskusi perlu ditingkatkan. Hasil persentase rata-rata kesepuluh indikator motivasi belajar siswa sebesar 48,89%. Hasil dari rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko (2011:263), menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada pratindakan ini kurang baik. Menurut peneliti dan guru, motivasi belajar siswa kelas X-1 masih perlu ditingkatkan agar lebih baik. Menurut peneliti, penggunaan angket untuk mengetahui minat belajar siswa dalam pembelajaran biologi cukup efektif dan dapat memberikan hasil yang akurat. Hasil ini akan dilengkapi dengan data lain berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi agar lebih akurat. Hasil observasi menunjukkan bahwa ada beberapa indikator yang tidak dapat teramati oleh observer sehingga hasil perhitungan LO pada Lampiran 3 menunjukkan persentase yang rendah. Berdasar pengamatan, tidak ada aktivitas diskusi dimana beberapa indikator motivasi belajar seharusnya bisa muncul. Oleh karena itu, data angket motivasi ini digunakan sebagai data pendukung hasil angket setelah melalui proses triangulasi metode. Hasil observasi pratindakan ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas X1 masih rendah dan perlu ditingkatkan. Menurut peneliti, pengamatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
langsung mengenai motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab seperti ini memang cukup sulit teramati, oleh karena itu hasil ini akan dilengkapi dengan data lain berupa hasil angket, wawancara, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada guru biologi yang mengajar dan beberapa siswa yang hasilnya digunakan sebagai data pendukung dari data observasi dan angket. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka. Wawancara kepada guru dan siswa dilakukan di luar jam pelajaran setelah kegiatan pengamatan pratindakan selesai dilakukan. Siswa yang diwawancarai berjumlah tiga orang. Hasil wawancara dijabarkan sebagai berikut: Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi, diperoleh informasi bahwa guru cukup banyak memberi motivasi dan semangat pada siswa tetapi hanya
lewat
kata-kata,
sehingga
banyak
siswa
yang ramai
tidak
mendengarkan. Sebenarnya guru juga ingin menerapkan metode atau modelmodel pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, tetapi kendala terbesarnya adalah waktu dan siswa yang cukup sulit diatur. Selain itu, guru juga kesulitan membuat media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Berdasar hasil wawancara dengan guru ini, guru menginginkan adanya peningkatan dalam kualitas proses pembelajaran dan juga hasil nilai siswa. Siswa kelas X-1 juga dikenal sulit bila disuruh mengumpulkan tugas tepat waktu, pasti banyak yang tidak mengumpulkan sehingga guru harus menagihnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa, diperoleh informasi bahwa siswa masih beranggapan bahwa biologi itu adalah materi yang sulit dan banyak hafalan sehingga menyebabkan siswa kurang tertarik dalam pembelajaran biolgi. Siswa lebih senang apabila dalam pembelajaran banyak diadakan permainan-permainan dan juga pengalaman langsung (praktikum) sehingga pelajaran tidak membosankan dan hanya membahas teori-teori dari buku. Selain itu, tugas yang diberikan juga jangan terlalu banyak karena semakin banyak tugas yang diberikan, siswa akan semakin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
malas mengerjakannya. Siswa juga merasa sulit mengerjakan soal-soal sendiri sehingga merasa perlu adanya kelompok-kelompok belajar agar dapat saling bertanya pada teman yang lebih pandai. Siswa juga masih tidak peduli dengan nilai biologinya. Guru perlu untuk melakukan variasi dalam pembelajaran agar belajar biologi menjadi lebih menyenangkan agar siswa tidak bosan dan mengantuk. Ketiga metode perolehan data peningkatan motivasi belajar siswa tersebut menunjukan bahwa motivasi belajar di kelas X-1 masih rendah. Besarnya prosentase motivasi belajar masih di bawah target penelitian sebesar 60%. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas X-1 masih rendah sehingga perlu ditingkatkan. 3. Data Pendukung Data pendukung juga digunakan untuk mengetahui besarnya motivasi belajar siswa pratindakan. Data pendukung ini berupa dokumentasi. Dokumentasi berupa video rekaman, foto-foto selama proses pembelajaran, dan catatan lapangan yang menunjukkan hasil bahwa pembelajaran selama tiga jam pelajaran (3x45 menit) sebanyak dua kali pertemuan menunjukkan proses pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam kegiatan pembelajaran ini, siswa bagian depan dan tengah saja yang terlihat fokus dan terus memperhatikan penjelasan guru, sedangkan siswa yang duduk di bagian belakang lebih banyak ramai dan tidak memperhatikan. Data berupa dokumentasi ini digunakan sebagai data tambahan untuk mendukung data hasil observasi, angket, dan wawancara serta merupakan bukti bahwa peneliti telah melakukan kegiatan pengamatan pratindakan (prasiklus).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus 1. Siklus 1 Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berikut ini adalah penjabaran dari pelaksanaan siklus 1: a. Perencanaan Tindakan Dalam
penyusunan
perencanaan
tindakan
ini,
peneliti
berkolaborasi bersama guru dan dosen pembimbing untuk menetapkan tindakan yang akan diberikan kepada siswa. Perencanaan tindakan ini meliputi beberapa hal mulai dari merancang instrumen penelitian yang terdiri dari angket dan lembar observasi motivasi belajar siswa dan iklim kelas, silabus, RPP, media ICT yang berupa video dan gambar slide sampai dengan penyediaan alat dan bahan yang diperlukan selama kegiatan berlangsung, serta soal evaluasi yang akan diberikan pada siswa. b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus 1 ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan selama tiga jam pelajaran (3x45 menit) pada 30 April – 1 Mei 2012 di kelas X-1 pada submateri komponen-komponen ekosistem, tipetipe
ekosistem,
interaksi
dalam
ekosistem,
dan
suksesi.
Guru
melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning. Deskripsi tindakan pada siklus 1 ini dijabarkan sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 30 April 2012 pada jam ke-8 selama satu jam pelajaran (45 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan salam, memberikan motivasi, dan apersepsi. Selanjutnya guru memberikan penjelasan umum tentang mekanisme pembelajaran yang akan diikuti siswa yaitu melalui integrasi media
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
ICT
ke
dalam
collaborative
learning.
Sintaks
pembelajaran
keseluruhan yang direncanakan dalam siklus ini adalah sebagai berikut: a) Guru memberikan apersepsi, mengajak siswa melakukan brain storming dengan memberikan pertanyaan, “ Apakah kalian bisa hidup sendirian? Bagaimana cara kalian mempertahankan hidup? Darimana itu semua diperoleh? Jadi, apakah ada hubungan antara kita dengan segala yang ada di sekitar kita?” kemudian memberikan konsep dasar mengenai materi ekosistem. b) Guru mengelompokkan siswa secara heterogen (kemampuannya), dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang dan menjelaskan aturannya. c) Guru membagikan LKS siklus 1 tentang komponen penyusun ekosistem yang harus dikerjakan dan diselesaikan dalam kelompok kolaboratif. d) Siswa melakukan pengamatan langsung terhadap contoh ekosistem yang ada di sekitar sekolah (kebun, taman, selokan, dll) secara berkelompok. e) Tiap kelompok membuat media ICT dengan cara merekam hasil pengamatan dalam bentuk video atau foto dengan alat perekam (kamera digital, kamera handphone, handycam). f) Guru memberikan permasalahan dalam bentuk video dan gambar tentang tipe ekosistem dan suksesi pada tiap kelompok. g) Tiap kelompok menganalisis video dan gambar baik yang direkam sendiri maupun yang diberikan oleh guru dan kemudian memecahkan solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada secara bersama-sama dengan mencari bantuan sumber belajar dari akses internet melalui laptop yang sebelumnya telah dipersiapkan tiap kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
h) Guru
meminta
siswa
berdiskusi
mencari
jawaban
atas
permasalahan yang ada tidak hanya dengan kelompoknya tetapi juga dengan kelompok lain dengan tema sejenis. i) Siswa mempresentasikan
hasil karya dan berdiskusi di depan
kelas, kemudian kelompok lain memberikan tanggapan. j) Guru mereview hasil diskusi siswa dan menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama. Sintaks pembelajaran ini tidak bisa diselesaikan pada pertemuan pertama karena terbatas oleh waktu sehingga dilakukan dalam dua pertemuan. Sintaks pada pertemuan pertama berlangsung pada poin (a) sampai dengan (e). Sintaks yang belum terlaksana (poin (f) sampai dengan (j))akan dilanjutkan pada pertemuan kedua tanggal 1 Mei 2012. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 1 Mei 2012 pada jam ke-1 dan 2 selama dua jam pelajaran (90 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan memberikan motivasi, kemudian guru mengingatkan siswa pada materi pertemuan sebelumnya. Sintaks pembelajaran yang dilaksanakan guru pada pertemuan kedua ini adalah sebagai berikut: a) Guru memberikan permasalahan dalam bentuk video dan gambar tentang tipe ekosistem dan suksesi pada tiap kelompok. b) Tiap kelompok menganalisis video dan gambar baik yang direkam sendiri maupun yang diberikan oleh guru dan kemudian memecahkan solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada secara bersama-sama dengan mencari bantuan sumber belajar dari akses internet melalui laptop yang sebelumnya telah dipersiapkan tiap kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
c) Guru
meminta
siswa
berdiskusi
mencari
jawaban
atas
permasalahan yang ada tidak hanya dengan kelompoknya tetapi juga dengan kelompok lain dengan tema sejenis. d) Siswa mempresentasikan
hasil karya dan berdiskusi di depan
kelas, kemudian kelompok lain memberikan tanggapan. e) Guru mereview hasil diskusi siswa dan menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-sama. Sintaks yang direncanakan ini dilakukan dengan cukup baik oleh guru dan selesai pada pertemuan kedua. Setelah sintaks selesai, guru memberikan post test akhir siklus 1 dan dilanjutkan dengan mengisi angket motivasi belajar siswa dan iklim kelas. c. Observasi dan Evaluasi Tahap observasi ini dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap ini meliputi pengisian lembar observasi oleh observer, pengisian angket oleh semua siswa kelas X-1, dokumentasi kegiatan pembelajaran (log book dan rekaman video), post test, dan wawancara. Observasi dilakukan oleh tiga orang observer dengan menggunakan lembar observasi motivasi belajar siswa, iklim kelas, keterlaksanaan sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning oleh guru dan siswa, lembar observasi ranah afektif dan psikomotorik sebagai data pendukung. Angket diberikan setelah proses pembelajaran siklus 1 berakhir. Hasil pengambilan data pada siklus 1 secara detail sebagai berikut: 1) Iklim Kelas Pengamatan terhadap aspek iklim kelas ini berdasarkan empat indikator iklim kelas yang muncul dan dapat diamati oleh observer pada saat pembelajaran. Seorang observer mengamati 2-3 kelompok kolaboratif yang terdiri dari 10-15 siswa. Lembar observasi berisikan pernyataan “ya” dan “tidak” yang pengisiannya didasarkan pada rubrik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
ketercapaian indikator aspek iklim kelas. Melalui proses triangulasi metode yang terdapat pada Lampiran 3, besarnya iklim kelas ini terlihat pada saat pengamatan oleh observer melalui lembar observasi (LO). Hasil persentase capaian tiap indikator aspek iklim kelas pada siklus 1 disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Siklus 1 No 1 2 3 4
Indikator Iklim Kelas Kekompakkan siswa dalam kelas Keterlibatan siswa dalam pembelajaran biologi. Kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran biologi. Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran Rata-Rata
Persentase (%) 72,97 75,68 29,73 83,78 65,54
Berdasarkan Tabel 4.3, rata-rata capaian indikator iklim kelas untuk lembar observasi siklus 1 sebesar 65,54% dengan besar prosentase tiap indikator antara 29,73%-83,78%. Hasil ini dijabarkan pada perhitungan yang tercantum dalam Lampiran 3. Hasil observasi menunjukan bahwa iklim kelas di kelas X-1 tampak kondusif namun sebagian siswa belum aktif, siswa nampak saling berinteraksi tetapi sebagian masih gaduh. Semua indikator muncul dan dapat diamati oleh observer saat pemberian tindakan berlangsung. Indikator terendah ada pada kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran biologi. Berdasarkan pengamatan, indikator ini cukup sulit diamati karena tidak begitu tampak. Kepuasan siswa ditunjukkan dengan siswa tampak senang, tertarik, antusias mengikuti pembelajaran, menerima penjelasan guru, dan menerima jawaban guru atas pertanyaannya. Untuk mengetahui apakah indikator ini muncul pada siswa dalam tindakan siklus 1 ini, peneliti menggunakan data lain yaitu melalui angket dan wawancara. Sementara itu, indikator tertinggi ada pada dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
Berdasar pengamatan, indikator ini muncul dan mudah terlihat oleh observer. Guru terlihat sudah membantu dan membimbing siswa dalam pembelajaran misalnya dengan menjawab pertanyaan dari siswa. Indikator lain yaitu kekompakan siswa dalam
kelas dan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi menunjukan prosentase yang baik. Kedua indikator ini mudah diamati oleh observer. Secara umum siswa tampak lebih kompak dan terlibat dalam pembelajaran dibandingkan dengan prasiklus. Hubungan atau interaksi yang terjadi antarsiswa terlihat jelas oleh observer. Pembelajaran collaborative learning seperti ini, memfasilitasi siswa untuk saling berinteraksi dalam kelompoknya maupun dengan kelompok lain. Didukung dengan media ICT, interaksi antarsiswa menjadi semakin terlihat. Guru tidak lagi mendominasi kelas (teacher-centered) karena dengan pembelajaran seperti ini guru menjadi fasilitator, pengarah, dan pembimbing siswa. Hasil angket mendukung data hasil observasi ini. Berdasar hasil angket ini diketahui bahwa lebih dari 65% siswa kompak, terlibat aktif, merasa puas, dan telah didukung guru pada saat berlangsungnya pembelajaran. Rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko (2011: 263), menunjukkan iklim kelas sudah baik. Kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran yang tidak terlalu tampak oleh observer, ternyata melalui angket ini peneliti dapat mengetahui tingkat kepuasan siswa. Hasil ini mendukung hasil observasi bahwa iklim kelas meningkat. Hasil observasi ini juga didukung oleh hasil wawancara sebagai berikut: Berdasarkan hasil wawancara dengan empat orang siswa, diperoleh informasi bahwa siswa mudah berinteraksi dengan temanteman sehingga bila ada materi yang belum paham bisa bertanya pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
teman. Siswa merasa lebih aktif dan berpartisipasi terutama dalam kelompok kolaboratifnya. Menurut siswa, kekurangan pembelajaran seperti ini adalah cukup sulit beradaptasi dan berinteraksi dengan kelompok yang baru terbentuk, sehingga ada anggota yang masih pasif. Selain itu, siswa menjadi kurang terkendali di kelas, ada juga anggota kelompoknya yang belum sadar akan tanggung jawabnya. Selain itu, waktu diskusi ataupun presentasi yang disediakan masih kurang sehingga terasa terburu-buru dan tidak maksimal dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Menurut siswa, guru sudah cukup mendukung dan membimbimg siswa secara umum, tapi untuk tiap kelompok masih kurang karena masih ada kelompok yang dibiarkan bingung. Hasil
wawancara
dengan
guru
menunjukkan
bahwa
pembelajaran seperti ini mendapat repon yang cukup baik dari siswa. Kelas tampak lebih hidup dan tidak ada yang mengantuk karena secara umum semua siswa tampak bekerja walaupun masih ada sebagian yang mengerjakan hal lain. Pembelajaran seperti ini membuat interaksi siswa lebih tampak melalui diskusi-diskusi kolaboratif dan ketertarikan atau minat siswa dalam pembelajaran juga cukup baik yang tampak dari lebih banyaknya siswa yang berani berpendapat dan tidak mengantuk karena media pembelajaran yang menarik. Kekurangan yang dirasakan guru dalam pembelajaran seperti ini antara lain masih sulitnya guru mengontrol tiap siswa ataupun kelompok. Berdasarkan ketiga metode pengambilan data yang dilakukan untuk mengetahui aspek iklim kelas dalam kualitas pembelajaran biologi dapat disimpulkan bahwa iklim kelas di kelas X-1 pada saat siklus 1 ini sudah meningkat bila dibandingkan prasiklus, namun peningkatan belum optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
2) Motivasi Belajar Siswa Motivasi belajar siswa yang diukur di kelas X-1 ini dibagi menjadi 10 indikator penting. Besarnya aspek motivasi belajar siswa di kelas X-1 ini diketahui melalui pengambilan data berupa observasi, angket, dan wawancara. Melalui proses triangulasi metode pada Lampiran 3, besarnya motivasi belajar siswa ini diketahui dari pengisian angket oleh siswa. Angket digunakan sebagai instrumen yang hasil pengisiannya yang dilakukan oleh siswa dapat digunakan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Setiap siswa mengisi angket secara mandiri dengan memberikan tanda checklist (v) pada setiap interval yang dikehendakinya. Pengambilan data melalui angket ini dilakukan di akhir siklus 1 dan berguna untuk mengatahui motivasi belajar siswa kelas X-1 dari sudut pandang siswa. Angket motivasi belajar siswa ini berisi 24 butir item yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa (Lampiran 2). Berdasarkan angket yang telah diisi siswa, besar persentase tiap indikator dalam aspek motivasi belajar siswa tertera dalam Tabel 4.4. Tabel 4.4. Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Indikator Motivasi Belajar Siswa Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi Cermat menentukan target prestasi Usaha menangulangi berbagai penghambat pencapaian keberhasilan Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah Minat siswa pada pelajaran Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar Kesempurnaan penyelesaian tugas Melakukan kegiatan diskusi dengan baik Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas Rata-Rata
commit to user
Persentase (%) 75,41 79,73 73,51 72,97 71,62 72,30 71,08 64,69 70,81 73,78 72,58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Berdasarkan Tabel 4.4, rata-rata capaian indikator motivasi belajar siswa untuk angket siklus I adalah 72,58% dengan nilai indikator motivasi belajar siswa berkisar antara 64,69% - 79,73%. Hasil perhitungan ini dijabarkan pada Lampiran 3. Indikator tertinggi ada pada kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi selama mengikuti pembelajaran dengan materi ekosistem yaitu sebesar 79,73%. Ini menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi untuk melakukan kegiatan yang dalam hal ini berkaitan dengan hasil belajar biologi. Siswa merasa harus berusaha dengan belajar lebih tekun lagi agar nilai biologinya lebih baik. Sedangkan indikator terendah ada pada kesempurnaan penyelesaian tugas yaitu sebesar 64,69%. Berdasar hasil angket, siswa cenderung malas mengerjakan tugas yang jumlahnya banyak. Pada siklus 1 ini, siswa tidak diberi banyak tugas yang harus mereka selesaikan tetapi lebih kepada pembelajaran yang menarik bagi siswa sehingga dengan sendirinya mereka merasa senang mengerjakan tugas yang ada pada materi ekosistem karena tugas dikerjakan bersama dan jumlahnya tidak banyak. Berdasarkan hasil rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko
(2011:263),
motivasi belajar siswa pada siklus 1 ini sudah baik. Data dari angket motivasi belajar siswa ini akan didukung dengan hasil wawancara beberapa siswa dan hasil angket kepuasan penerapan integrasi media ICT ke dalam Collaborative Learning. Hasil motivasi belajar siswa ini didukung pula oleh hasil observasi. Menurut observer, minat siswa terhadap pembelajaran sudah baik, siswa tertarik pada pembelajaran dengan integrasi media ICT ke dalam Collaborative Learning. Namun, kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa untuk berprestasi masih rendah dan belum teramati. Hasil observasi dan angket motivasi belajar siswa ini juga diperkuat dengan hasil wawancara sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Berdasarkan hasil wawancara dengan empat orang siswa, diperoleh informasi bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan mengintegrasikan media ICT ke dalam collaborative learning ini. Menurut mereka, pembelajaran seperti ini menyenangkan, tidak membuat siswa mengantuk. Materi ekosistem yang dipelajari terasa lebih mudah karena siswa langsung mengamati ekosistem yang ada di sekitar. Media ICT yang digunakan juga menarik dan memudahkan siswa dalam mencerna materi. Siswa lebih suka memecahkan masalah diskusi hanya sebatas permasalahan yang mudah, sementara yang sulit malas menyelesaikan. Siswa juga masih kesulitan dalam menemukan cara cepat dalam memahami materi biologi. Selain itu siswa lebih bertanggung jawab dalam kelompoknya. Mereka mau mengerjakan tugas kelompok bersama. Hasil
wawancara
dengan
guru
menunjukkan
bahwa
pembelajaran seperti ini mendapat respon yang cukup baik dari siswa. Ketertarikan atau minat siswa dalam pembelajaran juga cukup baik yang tampak dari lebih banyaknya siswa yang berani berpendapat dan tidak mengantuk karena media pembelajaran yang menarik. Siswa terlihat antusias pada materi ekosistem, saat ditanya ada beberapa yang menjawab walaupun masih kurang tepat. Kekurangan yang dirasakan guru dalam pembelajaran seperti ini antara lain masih sulitnya guru mengontrol tiap siswa ataupun kelompok, tingkat kepahaman siswa pada materi ekosistem yang masih belum maksimal sehingga guru harus mengulang materi lagi pada saat sebelum post test. Ketiga metode perolehan data peningkatan motivasi belajar siswa tersebut menunjukan bahwa motivasi belajar di kelas X-1 meningkat dibandingkan dengan hasil prasiklus. Besarnya prosentase peningkatan telah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 60% namun berdasarkan hasil analisis hasil ini belum optimal. Berdasarkan hasil ini, disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas X-1 belum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
meningkat secara optimal sehingga perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya. 3) Data Pendukung Hasil triangulasi metode ini didukung pula dengan data pendukung seperti keterlaksanaan sintaks pembelajaran, hasil angket kepuasan penggunaan metode, dokumentasi, dan hasil evaluasi yang dijabarkan sebagai berikut: a) Hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Lembar observasi (LO) keterlaksanaan sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning ini terdiri dari LO keterlaksanaan sintaks oleh guru dan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan tiga observer, guru cukup lancar melaksanakan sintaks ini. Guru sudah melaksanakan sintaks secara urut. Pada pertemuan pertama (Senin, 30 April 2012), guru kurang maksimal dalam memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai pembelajaran yang akan dilakukan, akibatnya pada saat kegiatan pengamatan ekosistem di lingkungan sekitar, masih ada banyak siswa yang masih bertanya tentang apa yang harus dilakukan. Pada pembelajaran
pertemuan lebih baik
kedua, namun
guru
melakukan
kurang
langkah
maksimal dalam
membimbing jalannya diskusi tiap kelompok yang terlihat dari banyaknya
siswa
yang
mengobrol
dengan
kelompoknya.
Sementara itu, keterlaksanaan sintaks oleh siswa tampak belum maksimal, seperti beberapa siswa yang mengobrol dan bermain laptop saat berdiskusi, hanya sedikit siswa yang bertanya saat kelompok lain presentasi, tidak semua kelompok melakukan presentasi karena keterbatasan waktu dan suasana kelas yang kurang terkendali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
b) Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam Collaborative Learning Pengambilan data melalui angket ini dilakukan di akhir siklus 1 dan berguna untuk mengatahui besarnya kepuasan siswa kelas X-1 dari sudut pandang siswa terhadap penerapan integrasi media ICT ke dalam Collaborative Learning. Angket kepuasan siswa ini berisi 16 butir item yang berhubungan dengan kepuasan siswa yang terbagi menjadi enam indikator (Lampiran 2). Berdasarkan angket yang telah diisi siswa, besar persentase tiap indikator dalam aspek kepuasan siswa tertera dalam Tabel 4.5. Tabel 4. 5. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam Collaborative Learning Siklus 1 No Indikator Kepuasan Siswa 1 Perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar 2 Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik. 3 Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas 4 Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana 5 penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan 6 Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan Rata-Rata
Persentase (%) 83,96 82,43 84,05 81,08 81,35 86,22 83,18
Berdasarkan Tabel 4.5, rata-rata capaian indikator kepuasan siswa untuk angket siklus I adalah 83,18% dengan nilai indikator kepuasan siswa berkisar antara 81,08% - 86,22%. Hal ini menunjukan bahwa 80% lebih siswa menyukai
penerapan
integrasi media ICT ke dalam collaborative learning pada pembelajaran
biologi
materi
ekosistem
dan
meningkatkan
kepuasan siswa dalam belajar yang ditunjukkan dengan tingginya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
minat dan partisipasi dalam pembelajaran. Hasil angket ini dijabarkan pada Lampiran 3. Hasil rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko (2011:263), menunjukkan bahwa penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning pada siklus 1 ini sudah baik. Hasil ini akan didukung dengan data wawancara. c) Dokumentasi Dokumentasi diperlukan sebagai data pendukung untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dan iklim kelas di kelas X-1. Dokumentasi pada siklus 1 ini adalah dengan catatan lapangan dalam bentuk log book yang ditulis oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Secara umum hasil catatan ini berisi kejadian-kejadian penting yang dilakukan oleh guru dan siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa iklim kelas lebih hidup dan kondusif untuk belajar dibandingkan dengan kondisi prasiklus. Sementara aspek motivasi belajar siswa yang tampak, seperti ketekunan dalam pengerjaan tugas (LKS) dan minat dalam pembelajaran menunjukan peningkatan daripada kondisi prasiklus, namun indikator lainnya dalam motivasi belajar siswa ini kurang tampak. d) Hasil Evaluasi Hasil evaluasi atau hasil belajar siswa kelas X-1 materi ekosistem yang dinilai pada akhir siklus ini, terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hasil evaluasi ini hanyalah sebagai data pendukung penelitian dan nantinya akan diberikan pada guru dan sekolah untuk keperluan penilaian. Hasil ranah kognitif (terlampir) berupa nilai LKS dan post test dengan nilai rata-rata kelas sebesar 84,46. Nilai terendah sebesar 70,00 dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
nilai tertinggi sebesar 100. Batas tuntas ranah kognitif untuk pelajaran biologi ini sebesar 75. Tabel 4.6 ini menunjukkan ketuntasan siswa pada siklus 1. Tabel 4.6. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Evaluasi Siklus I Ktiteria Tuntas Belum tuntas Jumlah
Frekuensi 32 5 37
Persentase(%) 86,49 13,51 100
Hasil di atas menunjukkan bahwa hanya lima siswa yang belum tuntas karena nilainya masih kurang dari 75. Hasil ini secara lengkap dijabarkan pada Lampiran 3. Data nilai dari ranah psikomotorik dan afektif diperoleh melalui observasi pada kelompok-kelompok kolaboratif dan hasil perhitungannya pada Lampiran 3. Nilai ranah psikomotorik dalam bentuk abjad menunjukkan bahwa 4 kelompok mendapat A dan lainnya mendapat B. Sedangkan ranah afektif yang terdiri dari tujuh indikator dijabarkan dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7.Persentase Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa Siklus 1 No 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Ranah Afektif Disiplin dalam peraturan dan waktu Berani dan santun dalam berpendapat. Bertanggung jawab Bekerja sama dalam kelompok Jujur dan mandiri dalam mengerjakan tugas Tekun dan tidak mudah menyerah Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pembelajaran. Rata-Rata
commit to user
Persentase (%) 100,00 32,43 100,00 81,08 100,00 51,35 27,03 70,27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa ranah afektif siswa cukup baik namun belum maksimal sesuai yang diharapkan terutama dalam berpendapat dan rasa
ingin tahu
dalam
pembelajaran yang besarnya masih di bawah 50%. Bila dikonversikan ke dalam huruf, sebanyak tiga kelompok mendapat nilai A, dua kelompok mendapat B, dan sisanya mendapat C. hasil ini dijabarkan pada Lampiran 3. d. Analisis dan Refleksi Analisis dan refleksi diperlukan guna perbaikan untuk siklus selanjutnya. Tahap ini meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang meliputi iklim kelas dan motivasi belajar siswa saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus 1. Hasil dari analisis dan refleksi ini akan digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus 2. Hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1 secara umum telah mencapai target yang ditentukan peneliti sebelumnya yaitu peningkatan menjadi 65% untuk aspek iklim kelas dan 60% untuk aspek
motivasi
belajar
siswa,
namun
peneliti
ingin
lebih
memaksimalkan proses pembelajaran sehingga perlu perbaikan. Hasil analisis umum pada siklus 1 adalah sebagai berikut. 1) Iklim kelas telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan prasiklus. Target sudah tercapai tapi peneliti masih ingin memaksimalkan iklim pembelajaran di kelas X-1agar hasilnya lebih maksimal. Hal ini karena masih ada beberapa siswa yang belum terlibat dalam pembelajaran, seperti membuat gaduh dengan bermain sendiri, kurang tertib mengikuti prosedur pembelajaran, mengobrol dengan kelompoknya, siswa juga kurang mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Beberapa indikator
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
dari iklim kelas juga masih rendah di bawah target sehingga perlu ditingkatkan pada siklus selanjutnya. 2) Motivasi belajar siswa telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan prasiklus, tetapi target masih kurang tercapai atau belum maksimal, terutama dari hasil observasi yang belum memenuhi target yang ditetapkan. Beberapa indikator masih belum tampak oleh observer. Selain itu, ada beberapa hambatan dalam pembelajaran yang harus diperbaiki peneliti agar tidak terjadi di siklus berikutnya, misalnya alokasi pelaksanaan diskusi dan presentasi yang masih kurang sehingga ada kelompok yang belum sempat presentasi. Siklus berikutnya diharapkan hambatan ini tidak terjadi lagi. 3) Keterlaksanaan penerapan
integrasi media ICT
ke
dalam
collaborative learning di kelas X-1 pada siklus 1 ini belum berjalan sesuai sintaks yang ada. Hal ini terlihat pada saat observasi dimana guru masih kurang lancar dalam menerapkan pembelajaran ini yang tampak dari adanya langkah pembelajaran yang masih terlewat dan belum dilakukan guru. Pada siklus selanjutnya, dengan koordinasi yang lebih baik lagi antara guru dan peneliti diharapkan kendala ini dapat diperbaiki. Sedangkan keterlaksaan pada siswa pun tampak belum maksimal. Berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa waktu yang diberikan kurang sehingga mereka kurang maksimal
dan terburu-buru dalam
berdiskusi, presentasi dan mengerjakan tugas. Pada siklus berikutnya, dengan bimbingan dari guru yang lebih baik lagi, diharapkan masalah ini dapat teratasi. Sedangkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti pada siklus 1 adalah sebagai berikut. 1) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa guru belum optimal dalam melaksanakan sintaks pembelajaran sesuai apa yang ada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
dalam RPP. Sebagai tindak lanjutnya, peneliti berdiskusi dengan guru untuk membuat perencanaan tindakan
bersama
dan
memperbaiki kekurangan pada siklus sebelumnya. 2) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa guru masih belum mampu mengelola atau mengatur waktu pemelajaran sehingga dalam hal ini guru terkesan kurang tegas terhadap siswa. Sebagai tindak lanjutnya, guru harus lebih bersikap tegas dan menerapkan peraturan-peraturan saat sesi diskusi kolaboratif, sehingga siswa tidak seenaknya dalam pembelajaran. 3) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa hasil observasi motivasi belajar siswa masih belum mencapai target yang ditentukan. Sebagai tindak lanjutnya, guru harus lebih memotivasi siswa agar keinginan siswa untuk mempelajari materi ekosistem ini lebih besar melalui pembelajaran yang diterapkan dan media yang digunakan. 4) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa siswa belum mampu mengikuti prosedur pembelajaran dengan baik. Ini terlihat dari masih banyak siswa yang bingung dan belum memahami apa yang harus dilakukannya. Sebagai tindak lanjutnya, guru memperjelas prosedur-prosedur pembelajaran
yang harus dilakukan dan
meminta siswa untuk melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum melakukan prosedur kegiatan pembelajaran. Selain itu, peneliti turut serta memberikan pelatihan dan training kepada guru maupun siswa untuk menjelaskan prosedur-prosedur pembelajaran yang benar sesuai sintaksnya. 5) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa masih ada siswa yang kurang tertib dan bertanggung jawab dalam pembelajaran. Ini terlihat dari ada beberapa siswa yang membuat gaduh dengan bermain-main, kurang tertib mengikuti prosedur pembelajaran, mengobrol dengan kelompoknya, siswa juga kurang mandiri dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebagai tindak lanjutnya, guru harus bersikap lebih tegas dengan memberikan hukuman yang mendidik seperti pengurangan nilai. 6) Penyusunan rencana pengajaran (RPP) yang lebih disesuaikan lagi dengan tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning. Dalam hal ini, alokasi waktu ditambah dengan menambah jumlah pertemuan dari dua menjadi tiga kali pertemuan. Dengan ditambahnya waktu ini diharapkan proses pembelajaran lebih baik. 7) Penyusunan instrumen lain seperti, lembar observasi iklim kelas dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi, lembar keterlaksanaan sintaks pembelajaran, angket iklim kelas dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran biologi, angket kepuasan penerapan pembelajaran dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning, pedoman wawancara sama seperti yang digunakan pada siklus 1, dan tes evaluasi siklus 2. 2. Siklus 2 Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi seperti halnya pada siklus 1. Pelaksanaan siklus 2 ini adalah perbaikan berdasar refleksi dari siklus 1. Berikut ini adalah penjabaran dari pelaksanaan siklus 2. a. Perencanaan Tindakan Peneliti menemukan adanya kelemahan, masalah, dan hambatan berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1. Pada siklus 2 diharapkan pembelajaran berlangsung lebih baik dan menunjukkan peningkatan maksimal. Oleh karena itu, peneliti dan guru melakukan langkah-langkah perbaikan. Perbaikan yang dilakukan pada siklus 2 mengacu pada hasil refleksi siklus 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
b. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan siklus 2 ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan selama empat jam pelajaran (4x45 menit) pada tanggal 7 – 14 Mei 2012 di kelas X-1 pada submateri aliran energi dan daur biogeokimia. Guru melaksanakan pembelajaran yang mengintegrasikan media ICT ke dalam pendekatan collaborative learning. Deskripsi tindakan pada siklus 1 ini dijabarkan sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 7 Mei 2012 pada jam ke-8 selama satu jam pelajaran (45 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan salam, memberikan motivasi, dan apersepsi. Selanjutnya guru memberikan penjelasan umum tentang mekanisme pembelajaran yang akan diikuti siswa yaitu melalui integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dengan lebih detail daripada sebelumnya. Sintaks pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan pertama ini tertulis dalam poin (a) sampai dengan (j). a) Guru membuka pelajaran dengan salam b) Guru mengabsen dan menanyakan kabar siswa. c) Guru memberikan motivasi dan apersepsi dengan menanyakan “Bagaimanakah cara makhluk hidup mempertahankan hidupnya? Darimana itu semua diperoleh? Jadi, apakah ada hubungan antara kita dengan segala sesuatu di sekeliling kita? d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa. e) Guru menyampaikan mekanisme pembelajaran yang akan diikuti siswa yaitu melalui integrasi media ICT ke dalam collaborative learning. f) Guru memberikan konsep dasar pada siswa mengenai materi aliran energi dan daur biogeokimia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
g) Guru mempersilahkan siswa untuk memberikan tanggapan maupun pertanyaan h) Guru meminta siswa segera berkumpul dengan kelompoknya dan mengadakan pembagian tugas (ketua, sekretaris, pengatur waktu dalam kelompok, pemberi pertanyaan dan pencari jawaban). Selanjutnya guru membagikan LKS. i) Guru meminta tiap kelompok melakukan analisis terhadap komponen-komponen suatu ekosistem yang diberikan kemudian membuat contoh rantai dan jaring makanan yang tepat sesuai dengan petunjuk yang ada di LKS. Kelompok 1 bergabung dengan kelompok 2, dan seterusnya. j) Guru meminta tiap anggota kelompok memainkan peran sebagai komponen-komponen ekosistem tersebut kemudian memperagakan contoh rantai dan jaring makanan yang telah dibuatnya di depan kelas dengan saling bergandengan tangan/ memegang pita. Siswa yang tidak mendapat peran, bertugas untuk menjelaskan rantai dan jaring makanan itu. Kegiatan ini dipresentasikan pada pertemuan berikutnya. Sintaks yang belum terlaksana akan dilanjutkan pada pertemuan kedua tanggal 8 Mei 2012. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 8 Mei 2012 pada jam ke-1 dan 2 selama dua jam pelajaran (90 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan memberikan motivasi, kemudian guru mengingatkan siswa pada materi pertemuan sebelumnya. Sintaks pembelajaran yang dilaksanakan guru pada pertemuan kedua ini tertulis pada poin (a) sampai dengan (d). a) Guru memberikan video daur biogeokimia yaitu daur N, C, Sulfur, dan Air. Daur N untuk kelompok 1 dan 2, daur C untuk kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
3 dan 4, daur Sulfur untuk kelompok 5 dan 6, dan daur air untuk kelompok 7 dan 8. Kemudian meminta kelompok mengamati, mendiskusikan, dan mengerjakan LKS. b) Guru meminta kelompok memperagakan peran tentang rantai dan jaring makanan yang telah dibuat dan merekamnya dengan dalam bentuk video. c) Guru meminta kelompok mempresentasikan hasil diskusinya tentang daur biogeokimia pada kelompok lainnya. d) Guru
mempersilahkan
kelompok
lain
untuk
memberikan
pertanyaan kepada kelompok yang presentasi Sintaks yang direncanakan ini dilakukan dengan baik oleh guru dimana guru tampak lebih tegas dalam membimbing siswa. Sintaks yang belum terlaksana akan dilanjutkan pada pertemuan ketiga pada 14 Mei 2012. 3) Pertemuan ke tiga Pertemuan ketiga dilaksanakan pada Senin, 14 Mei 2012 pada jam ke- 8 selama satu jam pelajaran (45 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan salam dan memberikan motivasi, kemudian guru mengingatkan siswa pada materi pertemuan sebelumnya. Sintaks pembelajaran yang dilaksanakan guru pada pertemuan ketiga ini tertulis pada poin (a) sampai dengan (d). a) Guru memberikan konfirmasi mengenai semua materi, video, dan pertanyaan yang diberikan. b) Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran c) Guru memberikan evaluasi melalui post tes. d) Guru memberikan salam penutup Sintaks pada pertemuan ke tiga ini telah dilaksanakan dengan lebih baik oleh guru. Hasil pengamatan observer menunjukkan bahwa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
keseluruhan sintaks pembelajaran ini dapat selesai dan terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan. c. Observasi dan Evaluasi Seperti halnya pada siklus 1, tahap observasi ini dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap ini meliputi pengisian lembar observasi oleh observer, pengisian angket oleh semua siswa kelas X-1, dokumentasi kegiatan pembelajaran (log book dan rekaman video), post test, dan wawancara 3-4 siswa kelas X-1. Observasi dilakukan oleh tiga orang observer dengan menggunakan lembar observasi motivasi belajar siswa, iklim kelas, keterlaksanaan sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning oleh guru dan siswa, lembar observasi ranah afektif dan psikomotorik sebagai data pendukung. Pada siklus 2, peneliti juga menggunakan angket sebagai sumber data. Angket diberikan setelah proses pembelajaran siklus 2 berakhir. Angket berisi 40 butir item tentang motivasi belajar siswa dan iklim kelas serta 16 butir item angket kepuasan penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning yang harus diisi oleh semua siswa kelas X-1. Hasil perolehan data pada siklus 2 secara detail dijabarkan sebagai berikut: 1) Iklim Kelas Seperti pada siklus 1, pengamatan terhadap aspek iklim kelas ini berdasarkan empat indikator iklim kelas yang muncul dan dapat diamati oleh observer pada saat pembelajaran. Seorang observer mengamati 2-3 kelompok kolaboratif yang terdiri dari 10-15 siswa. Lembar observasi berisikan pernyataan “ya” dan “tidak” yang pengisiannya didasarkan pada rubrik ketercapaian indikator aspek iklim kelas. Melalui proses triangulasi metode yang terdapat pada Lampiran 3, besarnya iklim kelas ini terlihat pada saat pengamatan oleh observer melalui lembar observasi (LO). Hasil persentase capaian tiap indikator aspek iklim kelas pada siklus 1 disajikan pada Tabel 4.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Tabel 4.8. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Siklus 2 No 1 2 3 4
Indikator Iklim Kelas Kekompakkan siswa dalam kelas Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi. Kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran biologi. Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi. Rata-Rata
Persentase (%) 81,08 78,38 48,65 86,49 73,65
Berdasarkan Tabel 4.8, rata-rata capaian indikator iklim kelas untuk lembar observasi siklus 2 sebesar 73,65% dengan besar persentase tiap indikator antara 48,65%-86,49%. Hasil ini dijabarkan lengkap pada perhitungan yang tercantum dalam Lampiran 14. Hasil observasi menunjukkan bahwa iklim kelas di kelas X-1 tampak kondusif, siswa aktif dan saling berinteraksi. Semua indikator muncul dan dapat lebih diamati oleh observer saat pemberian tindakan berlangsung. Indikator terendah ada pada kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran biologi. Berdasarkan pengamatan, indikator sudah cukup tampak oleh observer sehingga bias diamati. Kepuasan siswa ditunjukan dengan siswa tampak senang, tertarik, antusias mengikuti pembelajaran, menerima penjelasan guru, dan menerima jawaban guru atas pertanyaannya. Peningkatan yang terjadi dalam tindakan siklus 2 ini, didukung pula oleh angket dan wawancara. Indikator tertinggi masih sama seperti pada siklus 1 yaitu ada pada dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi. Guru terlihat sudah membantu dan membimbing siswa dalam pembelajaran dengan lebih tegas misalnya dengan menasehati siswa yang ramai dan mengurangi nilai siswa yang tetap tidak mematuhi peraturan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Indikator lain yaitu kekompakkan siswa dalam
kelas dan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi menunjukan persentase yang baik daripada siklus 1. Kedua indikator ini mudah diamati oleh observer. Secara umum siswa tampak lebih kompak dan terlibat dalam pembelajaran dibandingkan dengan iklim kelas pada siklus 1. Hubungan atau interaksi yang terjadi antarsiswa tampak baik, berjalan kondusif, dan sesuai prosedur. Pembelajaran collaborative learning seperti ini, memfasilitasi siswa untuk saling berinteraksi dalam kelompoknya maupun dengan kelompok lain. Didukung dengan media ICT, interaksi antarsiswa menjadi semakin terlihat. Guru tidak lagi
mendominasi
kelas
(teacher-centered)
karena
dengan
pembelajaran seperti ini guru menjadi fasilitator, pengarah, dan pembimbing siswa. Hasil angket pada siklus 2 ini memperkuat hasil observasi iklim kelas. Hasil prosentase angket tidak jauh dari hasil observasi yaitu sebesar 77,91%. Berdasar hasil rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko (2011:263),
menunjukkan iklim
kelas sudah baik. Dilihat dari peningkatan tiap indikator iklim kelas, siklus 2 dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning ini dapat meningkatkan ke empat indikator iklim kelas di kelas X-1. Guru telah menunjukkan kinerja yang lebih baik untuk meningkatkan iklim kelas. Pada siklus 2 ini kekompakan, keterlibatan, kepuasan siswa, dan dukungan guru sudah meningkat optimal dan telah mencapai target yang ditentukan. Hasil ini juga diperkuat oleh wawancara. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa, diperoleh informasi bahwa pembelajaran dengan mengintegrasikan media ICT
ke dalam collaborative learning di siklus 2 ini lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
memfasilitasi siswa untuk berdiskusi dan berinteraksi bersama temanteman. Siswa mudah berinteraksi dengan siswa lain terutama teman sekelompok. Selain itu, dukungan guru juga lebih baik dari sebelumnya, misalnya dalam memberi konfirmasi dan menjawab pertanyaan siswa. Media ICT yang digunakan juga menarik dan memudahkan siswa dalam mencerna materi. Pada siklus ini siswa merasa lebih puas pada pembelajaran karena guru selalu membantu kesulitan siswa. Hasil
wawancara
dengan
guru
menunjukkan
bahwa
pembelajaran dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning pada siklus 2 dengan materi baru ini mendapat repon yang lebih baik dari siswa. Menurut guru, secara umum proses pembelajaran siklus 2 ini lebih baik dibandingkan siklus 1. Suasana kelas lebih kondusif dari sebelumnya walaupun masih ada siswa yang membuat kegaduhan. Kerjasama antarsiswa dalam kelompok lebih terlihat, apalagi dalam memperagakan peran untuk materi jaring-jaring makanan, mereka tampak kompak dan telah ada pembagian tugas yang jelas dalam tiap kelompok. Keaktifan siswa lebih baik yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang memberikan pendapat, bertanya, dan menjawab pertanyaan guru. Berdasarkan hasil observasi, angket, dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa iklim kelas X-1 pada siklus 2 ini mengalami peningkatan disbanding siklus 1. Peningkatan sudah melebihi target penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan telah optimal. 2) Motivasi Belajar Seperti pada siklus 1, motivasi belajar siswa yang diukur di kelas X-1 ini dibagi menjadi 10 indikator penting. Besarnya aspek motivasi belajar siswa di kelas X-1 ini diketahui melalui pengambilan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
data berupa observasi, angket, dan wawancara. Melalui proses triangulasi metode pada Lampiran 3, besarnya motivasi belajar siswa ini diketahui dari pengisian angket oleh siswa. Angket digunakan sebagai instrumen yang hasil pengisiannya yang dilakukan oleh siswa dapat digunakan untuk mengetahui kondisi awal siswa yang meliputi aspek motivasi belajar siswa (Lampiran 2). Angket diberikan pada seluruh siswa kelas X-1 sebanyak 37 siswa. Setiap siswa mengisi angket secara mandiri dengan memberikan tanda checklist (v) pada setiap interval yang dikehendakinya. Pengambilan data melalui angket ini dilakukan di akhir siklus 2 dan berguna untuk mengatahui motivasi belajar siswa kelas X-1 dari sudut pandang siswa. Angket motivasi belajar siswa ini berisi 24 butir item yang berhubungan dengan motivasi belajar siswa yang terbagi menjadi sepuluh indikator. Berdasarkan angket yang telah diisi siswa, besar prosentase tiap indikator dalam aspek motivasi belajar siswa tertera dalam Tabel 4.9. Tabel 4.9. Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus 2 No Indikator Motivasi Belajar Siswa 1 Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi 2 Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi 3 Cermat menentukan target prestasi 4 Usaha menangulangi berbagai penghambat pencapaian keberhasilan 5 Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah 6 Minat siswa pada pelajaran 7 Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar 8 Kesempurnaan penyelesaian tugas 9 Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 10 Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas Rata-Rata
commit to user
Persentase (%) 80,00 74,32 76,22 74,86 74,05 74,86 75,41 76,76 75,68 80,81 77,30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
Berdasarkan Tabel 4.9, rata-rata capaian indikator motivasi belajar siswa untuk angket siklus 2 adalah 77,30% dengan nilai indikator motivasi belajar siswa berkisar antara 74,05% - 80,81%. Hasil perhitungan ini dijabarkan pada Lampiran 3. Indikator tertinggi ada pada percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas dengan materi ekosistem yaitu sebesar 80,81%. Ini menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi yang lebih besar dalam dirinya untuk mengerjakan tugas-tugas sesuai kemampuan. Siswa merasa lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan karena yakin bawa dengan melakukan hal tersebut, pengetahuannya akan bertambah dan nilainya bisa lebih baik. Sedangkan indikator terendah ada pada menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah yaitu sebesar 74,05%. Berdasarkan hasil rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko (2011:263), menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada siklus 2 sudah baik. Berdasar hasil angket, beberapa siswa merasa sulit menghafal istilah-istilah dalam ekosistem. Mereka merasa lebih tertarik untuk langsung mengobservasi video yang diberikan. Data dari angket motivasi belajar siswa ini akan didukung dengan hasil wawancara beberapa siswa dan hasil angket kepuasan. Data hasil angket ini diperkuat pula dengan hasil observasi motivasi belajar. Dari hasil pengamatan, munculnya indikator ini terlihat bahwa siswa tampak segera mengerjakan tugas-tugas dan perintah yang diberikan guru. Secara umum siswa dalam tiap kelompoknya memiliki motivasi yang baik seperti pengerjaan tugas dan minat belajar. Hasil ini juga akan diperkuat dengan wawancara yang secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa, diperoleh informasi bahwa pembelajaran dengan mengintegrasikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
media ICT
ke dalam collaborative learning di siklus 2 ini lebih
menarik dan tidak membosankan. Menurut mereka, materi ekosistem terutama tentang aliran energi misalnya jaring-jaring dan rantai makanan lebih mudah untuk mereka pahami melalui video yang ditampilkan maupun melalui peragaan peran. Siswa merasa menjadi lebih
bersemangat
untuk
mempelajari
materi
ekosistem
dan
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, siswa juga ingin mendapatkan nilai yang baik pada tes nanti. Media ICT yang digunakan juga menarik dan memudahkan siswa dalam mencerna materi. Siswa sudah merasa akrab dan dekat dengan kelompoknya sehingga lebih percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan bertanya. Pada pembelajaran selanjutnya siswa mengharapkan agar pembelajaran lebih bervariasi dan lebih mengoptimalkan penggunaan media-media pembelajaran. Hasil
wawancara
dengan
guru
menunjukkan
bahwa
pembelajaran dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning pada siklus 2 dengan materi baru ini mendapat repon yang lebih baik dari siswa. Menurut guru, secara umum proses pembelajaran siklus 2 ini lebih baik dibandingkan siklus 1. Guru merasa telah memberikan motivasi yang lebih banyak lagi daripada sebelumnya dan bersikap lebih tegas kepada siswa-siswa yang tidak menaati ketentuan. Siswa juga tampak lebih aktif dan menanggapi pertanyaan dan pancingan dari guru.
Kemudian media ICT berupa video daur
biogeokimia yang diobservasi tiap kelompok masih kurang jelas senhingga guru perlu menerangkan kembali mekanisme daur biogeokimia. Kekurangan yang dirasakan guru dalam pembelajaran seperti ini pada siklus 2 adalah tingkat kepahaman siswa pada materi daur biogeokimia. Ketiga metode perolehan data peningkatan motivasi belajar siswa tersebut menunjukan bahwa motivasi belajar di kelas X-1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
meningkat dibandingkan dengan hasil siklus 1. Besarnya prosentase peningkatan telah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 60%. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa kelas X-1 meningkat secara optimal pada siklus 2. 3) Data Pendukung Hasil triangulasi metode ini didukung pula dengan data pendukung seperti keterlaksanaan sintaks pembelajaran, hasil angket kepuasan penggunaan metode, dokumentasi, dan hasil evaluasi yang dijabarkan sebagai berikut. a) Hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Lembar observasi (LO) keterlaksanaan sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning ini terdiri dari LO keterlaksanaan sintaks oleh guru dan siswa. Berdasarkan hasil pengamatan tiga observer, guru jauh lebih lancar melaksanakan sintaks
ini
dibandingkan
dengan
siklus
1.
Guru
sudah
melaksanakan sintaks secara urut. Pada pertemuan pertama (Senin, 7 Mei 2012), guru memberikan penjelasan dan pengarahan mengenai pembelajaran yang akan dilakukan dengan lebih baik. Guru sudah tampak lebih tegas dan bersuara lebih lantang. Pada pertemuan kedua, guru melakukan langkah pembelajaran lebih baik, waktu yang diberikan untuk diskusi, penyelesaian tugas, dan presentasi lebih banyak disbanding sebelumnya sehingga kinerja guru maupun siswa terlihat sudah lebih baik. Pada pertemuan ketiga,
guru
terlihat
semakin
dapat
mengontrol
jalannya
pembelajaran yang terlihat dari siswa yang lebih fokus pada pembelajaran dan arahan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
b) Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam Collaborative Learning Pengambilan data melalui angket ini dilakukan di akhir siklus 2 dan berguna untuk mengatahui besarnya kepuasan siswa kelas X-1 dari sudut pandang siswa terhadap penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning. Berdasarkan angket yang telah diisi siswa, besar prosentase tiap indikator tertera dalam Tabel 4.10. Tabel 4.10. Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam Collaborative Learning Siklus 2 No Indikator Kepuasan Siswa 1 Perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar 2 Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik. 3 Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas 4 Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana 5 penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan 6 Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan Rata-Rata
Persentase (%) 84,68 84,59 87,84 84,59 82,43 86,22 85,06
Berdasarkan Tabel 4.10, rata-rata capaian indikator kepuasan siswa untuk angket siklus 2 adalah 85,06% dengan nilai indikator kepuasan siswa berkisar antara 82,43% - 87,84%. Hal ini menunjukan bahwa 80% lebih siswa menyukai
penerapan
integrasi media ICT ke dalam collaborative learning pada pembelajaran
biologi
materi
ekosistem
dan
meningkatkan
kepuasan siswa dalam belajar yang ditunjukkan dengan tingginya minat dan partisipasi dalam pembelajaran. Hasil yang sama juga diperoleh dari rata-rata skor angket yang kemudian dicocokkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
dengan tabel standar evaluasi kualitas pembelajaran menurut Widoyoko (2011:263), menunjukkan bahwa integrasi media ICT ke dalam collaborative learning pada siklus 2 ini sudah sangat baik. Hal ini juga ditunjukkan dengan iklim kelas yang lebih kondusif dengan diterapkannya pembelajaran seperti ini. Hasil angket ini dijabarkan pada Lampiran 3. Hasil ini akan didukung pula dengan data wawancara. c) Dokumentasi Dokumentasi diperlukan sebagai data pendukung untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa dan iklim kelas di kelas X-1 dan juga sebagai bukti bahwa pembelajaran berlangsung dengan sintaks penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative
learning
pada
pembelajaran
biologi
materi
ekosistem. Dokumentasi pada siklus 2 ini adalah dengan catatan lapangan dalam bentuk log book yang ditulis oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dan juga video pembelajaran yang direkam dengan kamera digital. Secara umum hasil catatan ini berisi kejadian-kejadian penting yang dilakukan oleh guru dan siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa iklim kelas lebih hidup dan kondusif untuk belajar seperti halnya pada siklus 1. Sementara aspek motivasi belajar siswa yang tampak, seperti ketekunan dalam pengerjaan tugas (LKS) dan minat dalam pembelajaran menunjukan peningkatan daripada kondisi siklus 1. Sedangkan hasil video menunjukkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran yang memvisualisasikan sintaks yang ada pada RPP.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
d) Hasil Evaluasi Hasil evaluasi atau hasil belajar siswa kelas X-1 materi ekosistem yang dinilai pada akhir siklus 2, terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hasil evaluasi ini hanyalah sebagai data pendukung penelitian dan nantinya akan diberikan pada guru dan sekolah untuk keperluan penilaian dan tidak akan dibahas secara detail dalam laporan ini. Hasil ranah kognitif berupa nilai LKS dan post test dengan nilai rata-rata kelas sebesar 85,70. Nilai rata-rata ini meningkat sebanyak 1,24%. Nilai terendah sebesar 78,50 dan nilai tertinggi sebesar 92,50. Batas tuntas ranah kognitif untuk pelajaran biologi ini sebesar 75. Tabel 4.11 berikut menunjukkan ketuntasan siswa pada siklus 2. Tabel 4.11. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Evaluasi Siklus 2 Ktiteria
Frekuensi 37 0 37
Tuntas Belum tuntas Jumlah
Persentase(%) 100,00 00,00 100
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa semua siswa telah mencapai batas tuntas karena nilainya lebih dari 75. Hasil ini secara lengkap dijabarkan pada Lampiran 3. Data nilai dari ranah psikomotorik dan afektif diperoleh melalui observasi pada kelompok-kelompok kolaboratif (Lampiran 1). Nilai ranah psikomotorik dalam bentuk abjad menunjukkan bahwa 6 kelompok mendapat A dan 2 kelompok lainnya mendapat B. Sedangkan ranah afektif yang terdiri dari tujuh indikator dijabarkan dalam Tabel 4.12.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
Tabel 4.12. Persentase Hasil Observasi Ranah Afektif Siklus 2 No 1 2 3 4 5 6 7
Indikator Ranah Afektif Disiplin dalam peraturan dan waktu Berani dan santun dalam berpendapat. Bertanggung jawab Bekerja sama dalam kelompok Jujur dan mandiri dalam mengerjakan tugas Tekun dan tidak mudah menyerah Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pembelajaran. Rata-Rata
Siswa
Persentase (%) 86,49 59,46 100,00 89,19 100,00 100,00 59,46 84,94
Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa ranah afektif siswa sudah baik dan mengalami peningkatan sebesar 14,67% daripada siklus 1. Semua indikator mengalami peningkatan dan hasilnya lebih dari 50%. Bila dikonversikan ke dalam huruf, sebanyak empat kelompok mendapat nilai A, dan empat kelompok lain B. Hasil ini dijabarkan pada Lampiran 3. e) Analisis dan Refleksi Analisis dan refleksi diperlukan guna perbaikan untuk siklus selanjutnya ataupun sebagai pertimbangan peneliti dan guru untuk menghentikan atau melanjutkan siklus ke berikutnya. Tahap ini meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang meliputi iklim kelas dan motivasi belajar siswa saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus 2. Hasil analisis umum pada siklus 2 adalah sebagai berikut. 1) Iklim kelas telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan hasil siklus 1. Target sudah tercapai secara maksimal. Sebagian besar siswa (lebih dari 75%) telah terlibat dalam pembelajaran, siswa yang gaduh dengan bermain sendiri sudah berkurang, siswa lebih tertib mengikuti prosedur pembelajaran,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
siswa juga lebih mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Beberapa indikator dari iklim kelas sudah meningkat dibandingkan hasil siklus 1. 2) Motivasi belajar siswa telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan dengan hasil siklus 1. Target sudah tercapai secara maksimal. Sebagian besar
siswa (lebih dari 70%) telah
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan berminat pada pembelajaran. 3) Keterlaksanaan penerapan
integrasi media ICT
ke
dalam
collaborative learning di kelas X-1 pada siklus 2 ini telah berjalan sesuai sintaks yang ada. Hal ini terlihat pada saat observasi dimana guru lebih lancar dalam menerapkan pembelajaran ini. Hal ini tampak dari semua langkah pembelajaran dilakukan guru dengan baik dan urut. Sedangkan hasil refleksi yang dilakukan peneliti pada siklus 2 adalah sebagai berikut. 1) Hasil
refleksi
siklus
2
menunjukkan
bahwa
guru
telah
melaksanakan sintaks pembelajaran sesuai apa yang ada dalam RPP.
Selanjutnya,
diharapkan
guru
tetap
melaksanakan
pembelajaran sesuai sintaks dalam RPP. 2) Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan bahwa guru mampu mengelola atau mengatur waktu pemelajaran dengan baik. Guru tampak lebih tegas terhadap siswa. Ketegasan guru ini harus terus belanjut agar pembelajaran berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. 3) Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan bahwa hasil observasi motivasi belajar siswa telah mencapai target yang ditentukan. Sebagai tindak lanjutnya, guru tetap harus memotivasi siswa agar keinginan siswa untuk mempelajari materi yang lain dalam biologi lebih besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
4) Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan bahwa siswa mampu mengikuti prosedur pembelajaran dengan baik. Siswa dan kelompok-kelompok sudah mengerti apa yang harus dilakukan. 5) Hasil refleksi siklus 2 menunjukkan bahwa siswa tertib dan bertanggung jawab dalam pembelajaran. Ini terlihat dari jumlah siswa yang membuat gaduh dengan bermain-main, kurang tertib mengikuti
prosedur
pembelajaran,
mengobrol
dengan
kelompoknya sudah berkurang. Dalam pembelajaran selanjutnya, guru harus selalu tegas pada siswa dan tidak ragu memberikan hukuman bila dirasa sangat perlu. 6) Penyusunan rencana pengajaran (RPP) telah sesuai dengan tahaptahap pelaksanaan pembelajaran dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning. Hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 2 telah mencapai
target
yang
ditentukan
peneliti
sebelumnya
yaitu
peningkatan menjadi 65% untuk aspek iklim kelas dan 60% untuk aspek motivasi belajar siswa. Hasil siklus 2 pun juga jelas mengalami peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya untuk kedua aspek tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti dan guru memutuskan untuk menghentikan siklus. Ada dua alasan utama kami menghentikan siklus yaitu telah terjadi peningkatan yang telah melampaui target yang ditetapkan pada dua aspek yang menjadi target peningkatan yaitu iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Peningkatan ini didukung dengan data-data yang telah dijabarkan sebelumnya. Alasan kedua adalah untuk mengutamakan kepentingan sekolah bersangkutan yang akan segera melakukan Ujian Akhir Semester (UAS)
yang
mengharuskan guru melakukan persiapan sebelum ujian tersebut. Menurut peneliti dan guru, dua alasan ini sudah cukup sebagai bahan pertimbangan untuk menghentikan siklus dalam penelitian tindakan kelas ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Bagian ini memaparkan tentang perbandingan hasil masing-masing aspek yang merupakan target peningkatan yaitu iklim kelas motivasi belajar siswa pada pelajaran biologi materi ekosistem dari pratindakan, siklus 1, dan siklus 2. Perbandingan ini akan diperjelas dengan gambar grafik yang menunjukkan adanya peningkatan antara sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan. 1. Iklim Kelas Gambaran peningkatan iklim kelas melalui pengamatan oleh observer disajikan pada Gambar 4.1.
Keterangan indikator:
1. Kekompakkan siswa 2. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran 3. Kepuasan siswa 4. Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran
Catatan: Target iklim kelas = 65%
Gambar 4. 1. Grafik Perubahan Persentase Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Pratindakan, Siklus 1 dan Siklus 2 Berdasarkan Gambar 4.1, terlihat bahwa penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas X-1 pada hampir semua indikator. Peningkatan signifikan terlihat pada prasiklus menuju siklus 1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Terlihat bahwa siklus 2 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan siklus 1. Bila ditabulasikan, peningkatan ini akan tampak pada Tabel 4.13. Tabel 4.13. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Iklim Kelas Pratindakan, Siklus 1 dan Siklus 2 No 1 2 3 4
Indikator
Capaian Indikator (%) Pratindakan Siklus 1 Siklus 2 0,00 72,97 81,08 46,00 75,68 78,38 35,00 29,73 48,65 100,00 83,78 86,49
Kekompakkan siswa Keterlibatan siswa dalam pembelajaran Kepuasan siswa Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran Rata-rata
45,27
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa pemberian
65,54
73,65
tindakan berupa integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas. Hasil ini berdasarkan pengamatan observer melalui LO. Target peningkatan yang ditetapkan pun sudah tercapai pada siklus 1 dan hasilnya tampak lebih optimal pada siklus 2. Grafik yang menunjukkan peningkatan persentase setiap siklus disajikan pada Gambar 4.2. Grafik Peningkatan Persentase Hasil Observasi Iklim Kelas 80
73,65
65,54
Persentase (%)
70 60
Nilai RataRata
50 40 45,27
30 20 10 0 Pra
Siklus 1
Siklus 2
Siklus ke-
Catatan: Target iklim kelas = 65%
Gambar 4.2. Grafik Peningkatan Persentase Hasil Observasi Iklim Kelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa iklim kelas meningkat pada setiap siklusnya. Peningkatan terbesar terjadi pada siklus 1 yang dibandingkan dengan hasil pratindakan. Berdasarkan standar evaluasi kualitas pembelajaran dalam Widoyoko (2011:263), ikim kelas di X-1 meningkat dari kurang baik pada pratindakan menjadi cukup baik pada siklus 2. Peningkatan ini telah mencapai target penelitian namun belum optimal. Peningkatan yang optimal terjadi pada siklus 2. Siklus dihentikan setelah terjadi peningkatan yang optimal berdasarkan keyakinan dan kesepakatan antara guru dan peneliti. 2. Motivasi Belajar Siswa Gambaran peningkatan motivasi belajar siswa melalui perhitungan angket yang diisi oleh siswa kelas X-1 disajikan pada Gambar 4.3.
Keterangan indikator: 1. Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi 2. Kegiatan untuk mencapai prestasi 3. Cermat menentukan target prestasi 4. Usaha menanggulangi berbagai penghambat dalam pencapaian prestasi 5. Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah 6. Minat siswa pada pelajaran 7. Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar 8. Kesempurnaan penyelesaian tugas 9. Melakukan kegiatan diskusi dengan baik 10. Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas
Catatan: Target motivasi belajar siswa = 60%
Gambar 4.3. Grafik Perubahan Persentase Indikator Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pratindakan, Siklus 1, dan Siklus 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
Berdasarkan Gambar 4.3, terlihat bahwa penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X1 pada hampir semua indikator. Peningkatan signifikan terlihat pada pratindakan menuju siklus 1. Terlihat bahwa siklus 2 mengalami sedikit peningkatan dibandingkan siklus 1. Tabel 4.14 berikut ini menunjukkan peningkatan itu. Tabel 4.14. Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Pratindakan, Siklus 1, dan Siklus 2 No 1
2 3 4
5
6 7 8 9 10
Indikator Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi Kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi Cermat menentukan target prestasi Usaha menanggulangi berbagai penghambat pencapaian keberhasilan Menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah Minat siswa pada pelajaran Menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar Kesempurnaan penyelesaian tugas Melakukan kegiatan diskusi dengan baik Percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas Rata-rata
Capaian Indikator (%) Pratindakan Siklus 1 Siklus 2 37,84 75,41 80,00
57,84
79,73
74,32
40,81 58,38
73,51 72,97
76,22 74,86
59,73
71,62
74,05
53,51 42,43
72,30 71,08
74,86 75,41
44,86 42,97
64,69 70,81
76,76 75,68
50,54
73,78
80,81
48,89
72,58
77,30
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pemberian
tindakan berupa integrasi
media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hasil ini berdasarkan pengisian angket oleh siswa. Target peningkatan yang ditetapkan pun sudah tercapai pada siklus 1 dan hasilnya tampak lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
optimal pada siklus 2. Grafik yang menunjukan peningkatan persentase setiap siklus disajikan pada Gambar 4.4. Grafik Peningkatan Persentase Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa
100 77,30
Persentase (%)
72,58
80
Nilai RataRata
60 40 48,89
20 0 Pra
Siklus 1
Siklus 2
Siklus ke-
Catatan: Target motivasi belajar siswa = 60%
Gambar 4.4. Grafik Peningkatan Persentase Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya. Peningkatan terbesar terjadi pada siklus 1 yang dibandingkan dengan hasil prasiklus. Peningkatan ini telah mencapai target penelitian namun belum optimal. Peningkatan yang optimal terjadi pada siklus 2. Berdasarkan perankingan dan kategori standar evaluasi kualitas pembelajaran dalam Widoyoko (2011:263), motivasi belajar siswa di kelas X-1 meningkat dari kurang baik pada pratindakan menjadi cukup baik pada siklus 1 dan meningkat menjadi lebih baik pada siklus 2. Siklus dihentikan setelah terjadi peningkatan yang optimal berdasarkan keyakinan dan kesepakatan antara guru dan peneliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
3. Data Pendukung Data pendukung diperlukan dalam penelitian ini guna mendukung data pokok yang diperoleh sehingga peningkatan yang terjadi lebih terlihat dalam pembelajaran. Penelitian tindakan kelas yang menargetkan peningkatan iklim kelas dan motivasi belajar siswa ini menggunakan data angket kepuasan penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning untuk mengetahui apakah iklim kelas dan motivasi belajar siswa sudah benar-benar meningkat dengan diterapkannya pembelajaran tersebut. Hasil angket kepuasan yang telah diisi siswa ini disajikan dalam Tabel 4.15. Tabel 4.15 Persentase Hasil Angket Kepuasan Penerapan Integrasi Media ICT ke dalam Collaborative Learning Siklus 1 dan Siklus 2 No 1 2 3 4 5 6
Indikator Perhatian dan tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana dan sistematik. Proses penilaian berdasarkan tujuan yang jelas Pembentuk kesungguhan hati untuk menerima yang kecil dan sederhana penggunaan kekuatan untuk pencapaian tertinggi dari tujuan Hasil kerja yang dicapai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan Rata-Rata
Capaian Indikator (%) Siklus 1 Siklus 2 83,96 84,68 82,43
84,59
84,05
87,84
81,08
84,59
81,35
82,43
86,22
86,22
83,18
85,06
Berdasarkan Tabel 4.15, terlihat bahwa pembelajaran dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning memiliki prosentase yang tinggi pada siklus 1 dan meningkat pada siklus 2. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran seperti ini disenangi oleh siswa. Berdasarkan kategori standar evaluasi kualitas pembelajaran dalam Widoyoko (2011:263), kepuasan siswa di kelas X-1 dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning meningkat dari baik pada siklus 1 menjadi sangat baik pada siklus 2. Tingkat kepuasan siswa yang tinggi ini mendukung data peningkatan motivasi belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
siswa dan iklim kelas karena kesenangan dan kepuasan terhadap penggunaan model atau metode pembelajaran menunjukkan minat siswa yang tinggi pada pembelajaran. Minat yang tinggi mengindikasikan bahwa motivasi belajar siswa juga tinggi dan motivasi yang tinggi ini akan menciptakan klim kelas yang kondusif untuk belajar. Selain dari angket kepuasan siswa, data pendukung lainnya untuk menunjukkan bahwa iklim kelas dan motivasi belajar siswa telah meningkat adalah melalui hasil belajar siswa. Hasil belajar yang digunakan sebagai data pendukung ini mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Nilai ranah kognitif diperoleh melalui post test yang dilakukan setiap akhir siklus dan nilai LKS yang dikerjakan oleh siswa dalam kelompoknya. Berikut ini adalah Tabel 4.16 yang menunjukkan ketuntasan belajar siswa pada tiap siklus: Tabel 4.16. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1dan Siklus 2 No 1 2
Indikator Tuntas Belum tuntas Jumlah
Capaian Indikator (%) Siklus 1 Siklus 2 86,49 100,00 13,51 0,00 100% 100%
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa sudah baik pada siklus 1 dan pada siklus 2 meningkat menjadi sangat baik karena semua siswa tuntas dari batas ketuntasan yang ditetapkan sekolah sebesar 75. Sedangkan nilai ranah afektif diperoleh dari observasi pada tiap kelompok yang berkaitan dengan sikapnya selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi ini tertuang dalam Tabel 4.17.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
Tabel 4.17. Persentase Capaian Indikator Ranah Afektif Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 No Indikator Capaian Indikator (%) Siklus 1 Siklus 2 1 Disiplin dalam peraturan dan waktu 100,00 86,49 2 Berani dan santun dalam berpendapat. 32,43 59,46 3 Bertanggung jawab 100,00 100,00 4 Bekerja sama dalam kelompok 81,08 89,19 5 Jujur dan mandiri dalam mengerjakan 100,00 100,00 tugas 6 Tekun dan tidak mudah menyerah 51,35 100 7 Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap 27,03 59,46 pembelajaran. Rata-Rata 70,27 84,94 Tabel 4.17 tersebut menggambarkan bahwa sikap siswa sudah cukup baik pada siklus 1 dan meningkat menjadi lebih baik lagi pada siklus 2. Hasil observasi ini menunjukkan bahwa sikap siswa yang tampak selama pembelajaran sudah baik dan mencapai target yang telah tercantum pada RPP. Nilai dari ranah psikomotorik juga digunakan peneliti sebagai data pendukung. Nilai ini diperoleh melalui observasi kepada tiap kelompok kolaboratif yang berkaitan dengan aktivitas psikomotorik mereka. Tabel 4.18 berikut menunjukkan nilai psikomotorik tiap kelompok pada siklus 1 dan siklus 2. Tabel 4.18. Perolehan Nilai Ranah Psikomotorik tiap Kelompok Siklus 1 dan Siklus 2 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kelompok I II III IV V VI VII VIII Rata-Rata
Nilai Psikomotorik Siklus 1 Siklus 2 Angka Huruf Angka Huruf 81,25 A 81,25 A 75,00 B 87,50 A 62,25 B 87,50 A 81,25 A 100,00 A 81,25 A 81,25 A 75,00 B 100,00 A 81,25 B 75,00 B 75,00 B 75,00 B 76,53 B 85,94 A
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Berdasarkan Tabel 4.18, diketahui bahwa rata-rata nilai psikomotorik sudah baik pada sikus 1 dan pada siklus 2 nilai ini meningkat menjadi sangat baik. Hasil belajar dari 3 ranah ini semuanya menunjukan hasil yang baik dan terjadi peningkatan pada siklus berikutnya. Hasil belajar yang baik menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung juga baik dan berkualitas, dimana motivasi belajar siswa dan iklim kelas yang baik merupakan indikasi baiknya proses pembelajaran. D. Pembahasan Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning mampu meningkatkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Semua metode pengambilan data yang digunakan, baik itu pengisian angket, observasi, maupun wawancara, menunjukkan hasil bahwa iklim kelas dan motivasi belajar siswa di kelas X-1 mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan. Data pendukung seperti hasil belajar dan dokumentasi juga mendukung terjadinya peningkatan ini. Hasil peningkatan yang signifikan terlihat pada siklus 1 yang dibandingkan dengan kondisi pratindakan. Penelitian ini bertujuan mengatasi permasalahan yang muncul di kelas X1 dengan cara memberikan solusi berupa penerapan pembelajaran yang diyakini peneliti dan guru dapat mengatasi masalah yang muncul di kelas tersebut. Proses ini setelah melalui kajian berbagai literatur dan diskusi kolaboratif bersama dosen pembimbing dan guru. Ada beberapa masalah yang ditemukan saat observasi awal, namun dua masalah yang diutamakan peneliti sebagai target penyelesaian di kelas X-1 adalah iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Target dikatakan tercapai bila terjadi peningkatan aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa setelah diberi tindakan berupa integrasi media ICT ke dalam collaborative learning. Hasil pelaksanaan tindakan yang dijabarkan melalui perhitungan dan analisis data serta didukung dengan data pendukung, menunjukkan terjadinya peningkatan pada aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa. Besarnya peningkatan ditunjukkan dengan persentase rata-rata tiap aspek yang telah mencapai target
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
penelitian sebesar 65% untuk aspek iklim kelas dan 60% untuk aspek motivasi belajar siswa. Berikut ini adalah pembahasan dari masing-masing aspek: 1. Iklim Kelas Iklim kelas menurut Widoyoko (2011: 209) adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru dan siswa atau hubungan antarsiswa yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Iklim kelas yang diamati di kelas X-1 ini dibagi menjadi empat indikator penting yaitu kekompakan siswa dalam kelas, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran biologi, Kepuasan siswa selama mengikuti pembelajaran biologi, dan dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran biologi. Pembelajaran dengan mengintegrasikan media ICT ke dalam collaborative learning
ini dapat meningkatkan iklim kelas karena
collaborative learning sendiri merupakan pendekatan pembelajaran yang mendukung iklim kelas yang baik. Di dalam pendekatan ini terdapat metodemetode seperti diskusi, problem solving, metode simulasi, dan bekerja bersama dalam kelompok. Media ICT yang digunakan dalam penelitian ini adalah video, gambar slide, internet, kamera, dan laptop. Penggunaan media ini juga dapat meningkatkan iklim kelas. Sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning ini memiliki banyak potensi untuk memperbaiki iklim kelas X-1. Siswa melakukan diskusi kelompok untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan dalam bentuk video. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang kompak dalam tim guna menyajikan hasil karya berupa pembuatan video pengamatan ekosistem dan peragaan jaring-jaring makanan kepada siswa lainnya. Proses ini secara langsung akan menuntut siswa dalam kelompoknya untuk terlibat dalam pembelajaran, berpartisipasi aktif, dan saling membantu agar tugas yang diberikan cepat selesai, permasalahan yang ada segera terpecahkan, dan penyajian hasil karya melalui presentasi berjalan dengan lancar sehingga kelompok memperoleh nilai yang baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Pembelajaran seperti ini juga memfasilitasi siswa dan guru untuk saling berinteraksi. Guru tidak lagi menjadi sumber informasi (teachercentered) karena peran guru dalam pembelajaran ini adalah sebagai fasilitator yang
bertugas
membimbing
dan
mengarahkan
kelompok-kelompok
kolaboratif agar pembelajaran berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengetahuan sebagian besar diperoleh siswa sendiri melalui kegiatan diskusi dan pengamatan. Peran guru sebagai fasilitator ini merupakan bentuk dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran. Dukungan guru yang merata pada tiap siswa atau kelompok secara langsung akan memuaskan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang diindikasikan dengan keikutsertaan dan partisipasinya yang tinggi selama pembelajaran. Dengan demikian, pada akhirnya pembelajaran seperti ini akan meningkatkan interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan materi yang diajarkan. Pendapat peneliti ini diperkuat oleh hasil penelitian Chou (2003) dalam Wang dan Woo (2007:148-156) menjabarkan bahwa ICT dapat mendukung interaksi yang terjadi di kelas, seperti interaksi antara siswa dengan materi, interaksi siswa dengan guru , siswa dengan siswa lainnya, dan siswa dengan media penghubung. Tipe-tipe interaksi seperti ini membuat proses pembelajaran menjadi lebih interaktif dan siswa menjadi lebih aktif dan berkembang. Adanya interaksi antara siswa, guru, dan materi pelajaran akan menciptakan iklim kelas yang baik sehingga suasana pembelajaran menjadi kondusif. Pada akhirnya integrasi media ICT ke dalam collaborative learning ini diyakini peneliti merupakan solusi untuk memperbaiki iklim kelas yang didukung oleh pendapat NISE (2003) dimana collaborative learning akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan media komunikasi (ICT) antara lain internet, media audio, video, media audio-visual, dll. Hal ini dikuatkan oleh
Wang
dan
Chen
(2008:18-23)
bahwa
collaborative
learning
meningkatkan pengetahuan siswa dalam penggunaan ICT. Chaeruman (2005: 48)
mengungkapkan,
dalam
pembelajaran
commit to user
kolaboratif,
ICT
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau komunitas yang saling bekerja sama, berbagi saran, ide, gagasan, masukan, nasehat, dan juga pengalaman sesama anggota kelompoknya. Solusi yang diyakini peneliti bersama guru ini sudah tepat karena didukung teori yang relevan sehingga dapat memperbaiki iklim kelas. Keyakinan ini dibuktikan melalui pelaksanaannya di kelas X-1. Berdasarkan standar evaluasi kualitas pembelajaran dalam Widoyoko (2011:263), iklim kelas di X-1 meningkat dari kurang baik pada pratindakan menjadi cukup baik pada siklus 2. Hasil ini menjawab permasalahan penelitian bahwa integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012. Besarnya persentase peningkatan itu menunjukkan bahwa iklim kelas di X-1 sudah cukup baik. Hasil ini hanya berlaku di kelas X-1 dan hanya kepada siswa yang diberi tindakan saat itu pada materi ekosistem. 2. Motivasi Belajar Siswa Motivasi merupakan dorongan baik dalam diri siswa maupun dari lingkungan di sekitarnya sehingga dapat meningkatkan kecenderungan siswa untuk melakukan sesuatu kaitannya dengan proses pembelajaran. Motivasi belajar siswa yang diukur di kelas X-1 ini dibagi menjadi 10 indikator penting yaitu sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi, kegiatan-kegiatan untuk mencapai prestasi, cermat menentukan target prestasi, usaha
menangulangi
berbagai
penghambat
pencapaian
keberhasilan,
menemukan suatu cara penyelesaian masalah yang lebih singkat dan mudah, minat siswa pada pelajaran, menyukai tantangan baik dari dalam maupun luar, kesempurnaan penyelesaian tugas, melakukan kegiatan diskusi dengan baik, percaya diri dan tangguh dalam pembelajaran dan menyelesaikan tugas. Sintaks integrasi media ICT ke dalam collaborative learning ini memiliki banyak potensi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X1. Pembelajaran dengan mengintegrasikan media ICT ke dalam collaborative
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
learning ini menggunakan media berbasis ICT seperti video, gambar slide, internet, kamera, dan
laptop sebagai sarana penyajian dan penyampaian
materi. Media ini juga berperan sebagai media komunikasi antarsiswa dan guru dengan siswa. Media ini merupakan media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Adanya kerja sama, interaksi antarsiswa, dan media pembelajaran yang menarik bagi siswa ini secara langsung akan meningkatkan minat dan ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang merasa tertarik dan memiliki minat yang tinggi terhadap pembelajaran secara otomatis akan mendorong atau memotivasinya untuk belajar. Dengan adanya pembelajaran kolaboratif yang mengharuskan tiap anggota kelompok berperan aktif dalam diskusi dan presentasi, orientasi siswa maupun kelompok untuk berhasil dalam diskusi, presentasi, dan perolehan nilai hasil belajar akan lebih besar. Hal ini diindikasikan dengan siswa yang merasa harus lebih giat menyelesaikan LKS dan melakukan pengamatan atau peragaan jaring-jaring makanan lebih teliti agar mendapat data yang lengkap untuk didiskusikan. Pembelajaran kolaboratif ini juga memberikan berbagai peluang pada siswa atau kelompok untuk menemukan caranya sendiri dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada dalam kelompoknya. Adanya penugasan berupa pengamatan ekosistem lapangan, pengamatan video, pengumpulan LKS, dan presentasi kelompok yang diberikan guru kepada siswa yang harus segera dikerjakan dan diselesaikan tiap kelompok agar mendapatkan nilai yang baik, secara langsung akan membuat siswa dalam kelompoknya bertanggung jawab penuh untuk menyelesaikannya. Ketegasan guru dalam pembelajaran dan ketidakraguan untuk memberikan sanksi bagi siswa yang melanggar peraturan selama pembelajaran secara langsung akan meningkatkan tanggung jawab siswa. Tanggung jawab ini diindikasikan dengan ketepatan dan keseriusannya dalam penyelesaian tugas dan aktivitas selama berdiskusi. Dengan demikian, pada akhirnya pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
Pendapat peneliti ini diperkuat oleh Waryono (2009: 771-776) yang menyatakan bahwa pembelajaran berbasis ICT atau TIK adalah pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam proses belajar mengajar. Dijelaskan bahwa teknologi memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Penggunaan ICT dalam kelas menurut Bingimlas (2009: 235-245) memainkan peranan penting dalam meningkatkan motivasi, keterampilan dan pengetahuan. ICT memiliki beberapa manfaat dalam pembelajaran biologi atau sains. Menurut Kelleher (2000) dalam jurnal Bingimlas (2009: 235-245), ICT sangat bermanfaat dalam pembelajaran Sains di kelas. menurutnya, ICT dapat membantu siswa lebih memahami prinsip dan konsep Sains serta meningkatkan minat, motivasi dan kesuksesan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dalam pembelajaran biologi materi ekosistem ini, media ICT berperan penting dalam memvisualisasikan hal-hal yang tidak dapat diamati secara langsung oleh siswa. Misalnya daur biogeokimia yang menggunakan media video dan slide untuk memudahkan siswa memahami proses daur biogeokimia di alam, selain itu tipe-tipe ekosistem dan bioma yang tidak ada di sekitar mereka seperti gurun, tundra, sabana, dll, akan lebih menarik dan jelas bila disajikan dalam bentuk video. Lebih lanjut lagi, media ICT ini memfasilitasi siswa untuk belajar secara kolaboratif dan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi siswa adalah minat, oleh sebab itu minat siswa perlu ditingkatkan. Minat siswa dapat ditingkatkan dengan membangkitkan perhatiannya. Perhatian siswa ini dapat ditingkatkan dengan menciptakan pembelajaran yang berkualitas dalam kelas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hamalik (2003: 166-167) menjabarkan beberapa cara untuk menggerakkan motivasi belajar siswa, salah satunya melalui kerja kelompok. Pada saat bekerja dalam kelompok, kadang-kadang siswa memiliki perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompoknya, sehingga hal ini dapat menjadi pendorong yang kuat dalam belajar. Oleh karena itu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
pendekatan pembelajaran ini sesuai dipadukan dengan penggunaan media ICT. Solusi yang diyakini peneliti bersama guru ini sudah tepat karena didukung teori yang relevan yaitu dapat memperbaiki motivasi belajar siswa. Keyakinan ini dibuktikan melalui pelaksanaannya di kelas X-1. Berdasarkan standar evaluasi kualitas pembelajaran dalam Widoyoko (2011:263), motivasi belajar siswa di kelas X-1 meningkat dari kurang baik pada pratindakan menjadi cukup baik pada siklus 1 dan meningkat menjadi lebih baik pada siklus 2. Hasil ini menjawab permasalahan penelitian bahwa integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun
pelajaran
2011/
2012.
Besarnya
persentase
peningkatan
itu
menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa di kelas X-1 sudah baik. Hasil ini hanya berlaku di kelas X-1 dan hanya kepada siswa yang diberi tindakan saat itu pada materi ekosistem. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012. Hasil ini didukung oleh hasil analisis data di lapangan berupa angket, hasil observasi, dan wawancara serta didukung pula oleh hasil dokumentasi dan nilai hasil belajar siswa. Peningkatan yang terjadi ini juga dikuatkan oleh beberapa teori yang ada dari berbagai kajian pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Beberapa hal baru dari penelitian ini antara lain media yang menarik memiliki dua manfaat utama bagi siswa, yaitu memudahkan mereka memahami materi yang sulit dan abstrak, yang kedua media pembelajaran ini merupakan komponen penting yang meningkatkan motivasi belajar siswa. Selanjutnya, pengukuran peningkatan motivasi belajar cukup sulit melalui instrumen berupa LO, karena tidak semua indikator tampak pada siswa dan dapat diamati walaupun sebenarnya indikator tersebut dilakukan oleh siswa. Pengukuran melalui LO ini adalah sebagai data pendukung hasil angket. Melalui angket, motivasi belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, kesimpulan penilitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas pada pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012. 2. Penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012.
B. IMPLIKASI Berdasarkan kajian teori serta melihat hasil penelitian ini, akan disampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa dalam pelajaran biologi beriku ini: 1. Implikasi Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk: a. Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai arti pentingnya penerapan strategi, metode, maupun pendekatan pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa terutama aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa di SMA Batik 1 Surakarta. b. Sebagai salah satu sumber acuan atau referensi bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian mengenai masalah kualitas pembelajaran biologi terutama aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses pembelajaran Biologi di SMA Negeri 2 Sukoharjo, yaitu dengan penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi siswa terutama aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa. C. SARAN 1.
Kepada siswa a. Siswa hendaknya mengembangkan kekompakan dan kemandirian untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sehingga iklim kelas mampu lebih kondusif. b. Siswa hendaknya menjalin interaksi yang baik antarsiswa lainnya, guru dan materi pembelajaran sehingga tercipta ikim kelas yang kondusif untuk belajar. c. Siswa hendaknya menaati peraturan yang diterapkan sekolah maupun yang telah disepakati bersama sehingga iklim kelas mampu lebih kondusif. d. Siswa hendaknya meningkatkan motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk menyadari pentingnya pembelajaran biologi dalam kehidupan. e. Siswa hendaknya meningkatkan keberanian dan kemampuan bertanya atau menyampaikan pendapat sehingga memotivasi siswa lain untuk bersikap serupa sehingga pembelajaran menjadi menarik bagi siswa.
2.
Kepada guru a. Guru hendaknya mempelajari dengan baik langkah-langkah pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan apa yang telah direncanakan. b. Guru hendaknya lebih mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan digunakan saat proses pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
siswa lebih bisa dianalisis. Setelah diberi tindakan, motivasi belajar siswa di kelas X-1 meningkat menjadi lebih baik daripada sebelum mendapat tindakan. Iklim kelas merupakan aspek yang cukup mudah ditingkatkan di kelas ini, dengan diberikan tindakan berupa pembelajaran yang menarik, siswa sudah menunjukkan iklim kelas yang lebih kondusif. Ini berhubungan dengan tingkat motivasi belajar siswa. Semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki siswa, iklim kelas semakin mudah ditingkatkan karena motivasi yang tinggi mengindikasikan minat dan ketertarikan belajar yang tinggi pula sehingga kemauan dan semangat ini dengan sendirinya menciptakan suasana belajar yang kondusif. Setelah diberi tindakan, iklim kelas X-1 menjadi cukup baik daripada sebelum mendapat tindakan. Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan iklim kelas dan motivasi belajar siswa pada pembelajaran biologi siswa kelas X-1 SMA Batik 1 Surakarta tahun pelajaran 2011/ 2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
c. Guru hendaknya lebih tegas dalam mengarahkan dan membimbing siswa agar siswa disiplin waktu dalam melaksanakan pembelajaran. d. Guru hendaknya memotivasi siswa lebih banyak lagi sehingga siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran e. Guru hendaknya mengembangkan suasana kolaboratif dalam pembelajaran dimana siswa dapat saling berbagi pengetahuan melalui interaksi yang terjalin. f. Guru hendaknya menjadi fasilitator dalam pembelajaran dan bukan sebagai sumber pengetahuan (teacher-centered) melainkan menempatkan siswa sebagai aktor utama dalam pembelajaran (sudent-centered) 3.
Kepada sekolah a. Perlu adanya optimalisasi penggunaan fasilitas pembelajaran sehingga dapat mencapai kualitas pembelajaran biologi terutama aspek iklim kelas dan motivasi belajar siswa yang optimal. b. Perlu adanya pelatihan kepada guru untuk menerapkan pembelajaran yang inovatif.
4.
Kepada peneliti lain Perlu diadakan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain yang lebih luas sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan model integrasi media ICT ke dalam collaborative learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi terutama dari iklim kelas dan motivasi belajar siswa.
commit to user