Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 305
INSTRUMEN NONTES KETERAMPILAN BERBICARA BERBASIS NILAI BUDAYA JAWA DI KELAS AWAL SEKOLAH DASAR Supartinah
[email protected] FIP Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAK Tujuan penelitian pengembangan instrumen nontes yang dapat menjadi pedoman penilaian keterampilan berbicara berbasis nilai budaya Jawa di kelas awal sekolah dasar. Metode penelitian yang telah digunakan dalam penelitian adalah metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R&D). Adapun target yang telah dicapai pada penelitian adalah instrumen nontes yang dapat menjadi pedoman penilaian keterampilan berbicara berbasis nilai-nilai budaya Jawa di kelas awal sekolah dasar. Instrumen yang telah dikembangkan telah memenuhi skor 4,28, yaitu kategori sangat baik dari ahli materi dan memenuhi skor 3,86, yaitu kategori baik dari ahli penilaian. Kata Kunci: instrumen nontes, keterampilan berbicara, sekolah dasar ABSTRACT The purpose of this paper is to present the result of the development of research instruments that can serve as guidelines nontes speaking skills -based assessment Javanese cultural values in the early grades of elementary school. Research methods that have been used in the research is the method of Research and Development. The target has been achieved in the study is an instrument that can serve as guidelines nontes speaking skills assessment based Javanese cultural values in the early grades of elementary school. Instruments that have been developed have scores of 4.28, which is very good category of expert material and scores of 3.86, ie both categories of expert assessment . Keywords: instrument nontes, speaking skills, elementary school
PENDAHULUAN Muatan lokal bahasa Jawa
tentang
yang direncanakan terintegrasi pada
berbahasa
mata pelajaran Seni Budaya dan
kompetensi cakap berbahasa, berolah
Prakarya, berdasar kurikulum 2013,
sastra,
seyogyanya tidak meniadakan esensi
Kecakapan yang terintegrasi tersebut
dari tujuan pembelajaran muatan lokal
akan dimulai pada pembelajaran di
bahasa
kelas awal sekolah dasar.
Jawa
itu
sendiri,
yaitu
memberikan kompetensi kepada siswa
berbagai Jawa
dan
keterampilan yang
berbudaya
meliputi
Jawa.
306 Instrumen Nontes Ketrampilan Berbicara berbasis Nilai Budaya …Supartinah
Selain
memberikan
bekal
Berdasarkan observasi awal,
penguasaan keterampilan berbahasa,
guru belum mempunyai pedoman atau
pengintegrasian
dasar dalam memberikan penilaian
bahasa
Jawa
di
jenjang sekolah dasar, salah satunya
terhadap
melalui
bahasa Jawa untuk kelas awal sekolah
pembelajaran
berbicara,
juga
keterampilan
berbicara
siswa
dasar. Bertolak dari masalah tersebut,
mengenai kesantunan berbahasa sesuai
guru diharapkan untuk lebih jeli dalam
konteks budaya Jawa. Hal ini sejalan
mendeteksi
dengan hasil penelitian sebelumnya
bahasa Jawa siswa. Hal tersebut terkait
tentang pemetaan pendidikan karakter
dengan proses pembelajaran yang akan
dan budaya pada mata pelajaran
diselenggarakannya. Dengan melihat
bahasa Jawa di kelas awal (Supartinah,
keterampilan berbicara bahasa Jawa
2012)
bahwa
yang berkarakter dan berbudaya Jawa
keterampilan berbicara bahasa Jawa
siswa sejak awal, maka guru dapat
sarat
menyelenggarakan
yang
membekali
keterampilan
menunjukkan
dengan
muatan
pendidikan
karakter dan budaya. Hal
yang
keterampilan
berbicara
pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan siswa. Oleh bertolak
dengan
karena itu, tulisan ini akan mengupas
harapan ideal pendidikan karakter dan
instrumen
nontes
budaya Jawa di kelas awal tersebut
berbicara
belum sepenuhnya terintegrasi dengan
berkarakter dan berbudaya bagi siswa
baik, khususnya pada pembelajaran
sekolah
keterampilan berbicara bahasa Jawa.
dikembangkan.
bahasa
dasar
keterampilan Jawa
yang
yang
berhasil
Siswa belum banyak dilibatkan pada kegiatan praktik berbicara bahasa Jawa yang sesuai dengan konteks nilai-nilai budaya
Jawa,
sehingga
tujuan
pembelajaran belum dapat terukur dengan
baik.
Oleh
karena
itu,
diperlukan pedoman untuk mengetahui ketercapaian pendidikan nilai karakter dan
budaya,
khususnya
pada
pembelajaran keterampilan berbicara.
Keterampilan Berbicara Berbicara keterampilan Tarigan
sebagai
sebuah
berbahasa,
menurut
(1987:
keterampilan
34),
menyampaikan
adalah pesan
melalui bahasa lisan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Burhan Nurgiantoro (1995:
155)
memberikan
definisi
bahwa berbicara adalah kegiatan yang menghasilkan (menyampaian) bahasa,
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 307
kegiatan
menyampaikan
gagasan,
resepsi
dan
produksi
mengambil
pikiran, atau perasaan secara lisan.
peranan di dalamnya. Oleh karena itu,
Peristiwa bicara akan berlangsung
interaksi saling berhadapan termasuk
apabila dipenuhi sejumlah persyaratan,
dialog, diskusi, atau beberapa bentuk
yaitu:
pertukaran
pengirim,
media,
pesan,
sarana,
penerima,
interaksi,
dan
verbal
lain
sebagai
tindakan komunikasi perlu ditekankan.
pemahaman. Keterampilan berbicara
Berdasarkan
beberapa
untuk menyampaikan pesan secara
pendapat di atas, dapat disimpulkan
lisan biasanya sudah dimiliki oleh
bahwa
anak-anak
sekolah.
merupakan kegiatan berkomunikasi
Keterampilan berbicara ini bervariasi
yang bersifat aktif dan produktif,
kualitasnya
bertujuan
sebelum
untuk
usia
masing-masing
anak.
keterampilan
untuk
berbicara
menyampaikan
gagasan, ide, dan perasaan melalui Brown
dan
Yule
(dalam
Nunan, 1989: 26) berpendapat bahwa
bahasa lisan, baik satu arah maupun dua arah.
berbicara adalah menggunakan bahasa
Syarat seseorang mempunyai
lisan yang terdiri dari ucapan yang
keterampilan berbicara secara lancar
pendek, tidak lengkap atau terpisah-
tidak hanya dari pengetahuan tentang
pisah
ciri-ciri
dalam
lingkup
pengucapan.
bahasa,
tetapi
dari
Pengucapan itu sangat berhubungan
kemampuannya
erat dengan pengulangan dan tumpang
informasi dan memproses informasi
tindih
antara
bahasa tersebut (Harmer, 2001: 269).
pembicara satu dengan yang lain, dan
Selanjutnya, Harmer membagi unsur-
pembicara sering menggunakan non-
unsur keterampilan berbicara menjadi
specific references.
dua, yaitu ciri-ciri bahasa dan proses
yang
dilakukan
Sementara
itu,
Widdowson
(1978: 58-59) berpendapat bahwa berbicara
merupakan
suatu
untuk
juga
memproses
mental atau proses sosial. Berdasarkan ciri-ciri bahasa, unsur-unsur
yang
penting
karakteristik aktif dan produktif yang
keterampilan
memberikan
kepada
Harmer (2001: 269) dapat dijelaskan
pendengaran. Berbicara adalah bagian
sebagai berikut. Unsur yang pertama
dari pertukaran timbal balik dengan
adalah connected speech, seorang
manfaat
berbicara
dalam menurut
308 Instrumen Nontes Ketrampilan Berbicara berbasis Nilai Budaya …Supartinah
pembicara
yang
menggunakan
fasih
dapat
penghubung
ujaran
menyebutkan bahwa ada dua acuan yang
dapat
dipergunakan
dengan lancar. Unsur yang kedua
melakukan
adalah alat berekspresi. Unsur penting
norma dan acuan kriteria. Dalam
yang ketiga adalah leksis dan tata
melakukan
bahasa. Unsur penting yang keempat
pendidikan, kedua acuan ini dapat
adalah bahasa negosiasi.
dipergunakan. Acuan norma berasumsi
Keterampilan berbicara bahasa
penilaian
dalam
yaitu
penilaian
acuan
di
bidang
bahwa kemampuan seseorang berbeda
Jawa juga mempunyai unsur-unsur
serta
pembentuk seperti yang diuraikan di
kurva distribusi normal, sedangkan
atas. Selain itu, seorang penutur
acuan
bahasa
apapun bisa dipelajari semua orang
Jawa
juga
memperhatikan
harus
unggah-ungguh
dapat
digambarkan
kriteria
menurut
berasumsi
bahwa
namun waktunya bisa berbeda.
berbahasa yang sesuai dengan konteks
Keterampilan
berbicara
budaya Jawa, termasuk di dalamnya
berdasarkan
adalah tingkat tutur (undha usuk basa),
Jawa, terkait dengan keterampilan
tindak
siswa
tanduk
(patrap),
yang
serta
menyertai
konteks
tuturan
karakter
dalam
dan
budaya
mempraktikkan
penggunaan ragam bahasa Jawa dalam
berlangsung.
bentuk
Instrumen Nontes untuk Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa Penilaian dalam sistem
penilaian nontes yang berupa lembar
evaluasi
hasil
belajar
merupakan
langkah lanjutan setelah dilakukan pengukuran. Informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya dideskripsikan
dan
ditafsirkan.
Karenanya, menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan hasil Djemari
atau
pengukuran. Mardapi
mendeskripsikan Selanjutnya, (2008:
18)
lisan,
memerlukan
bentuk
pengamatan. Teknik nontes adalah suatu alat penilaian yang biasanya dipergunakan
untuk
mendapatkan
informasi tertentu tentang keadaan siswa dengan tidak menggunakan tes. Hal ini berarti bahwa jawaban yang diberikan
oleh
siswa
tidak
bisa
dikategorikan sebagai jawaban benar atau salah sebagaimana interpretasi jawaban tes. Dengan teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar
siswa
dilakukan
tanpa
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 309
“menguji” siswa melainkan dilakukan dengan cara penilaian tertentu. Penilaian dengan
teknik
Lembar penilaian performansi keterampilan berbicara bahasa Jawa
yang
dilakukan
nontes
terutama
yang telah dikembangkan disusun berdasarkan
pemahaman
bertujuan untuk memperoleh informasi
teori
yang berkaitan dengan evaluasi hasil
disampaikan oleh para ahli bahasa. Di
belajar siswa dari segi ranah sikap
antaranya Richard, Platt and Weber
hidup (affective domain) dan ranah
(dalam Nunan, 1999: 226) yang
keterampilan (psychomotoric domain).
mengemukakan tentang unsur-unsur
Terkait dengan penilaian keterampilan
kompetensi
berbicara, Burhan Nurgiyantoro (2009:
berbicara
yang
dapat
digunakan
278)
sebagai
tolak
ukur
penilaian
menyatakan
bentuk
bahwa
bentuk-
keterampilan
berbicara
memungkinkan peserta didik untuk
penilaian
beberapa
berbicara
komunikatif
keterampilan
berbicara,
yang
dalam
sebagai
berikut.
yang dimodifikasi menurut Burhan
Communicative competence includes: (a) knowledge of the grammar and vocabulary of language; (b) knowledge of rules of speaking (e.g., knowing how to begin and end conversations, knowing what topics can be talked about in different types of speech events, knowing which address forms should be used with different persons one speaks to and in different situations; (c) knowing how to use and respond to different types of speech acts such as requests, apologies, thanks, and invitations; (d) knowing how to use language appropriately.
Nurgiyantoro (2009: 290) terdiri atas
Lain halnya dengan penilaian
tidak saja mengucapkan kemampuan berbahasanya,
melainkan
juga
mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaannya.
Dengan
demikian
penilaian tersebut bersifat fungsional, di samping dapat juga mengungkapkan kemampuan dalam
peserta didik berbicara
bahasa
mendekati
yang
bersangkutan
pemakaiannya
secara
normal. Alat penilaian tugas untuk bercerita berdasarkan beberapa ahli
keakuratan
informasi,
hubungan
keterampilan
berbahasa
menurut
antarinformasi, ketepatan struktur dan
Brown (2004: 142-143), yaitu bahwa
kosakata,
penilaian
kelancaran,
kewajaran
urutan wacana, dan gaya pengucapan.
keterampilan
berbicara
terbagi menjadi dua bagian yaitu
310 Instrumen Nontes Ketrampilan Berbicara berbasis Nilai Budaya …Supartinah
mikroskill dan makroskill. Penilaian
dalam beberapa kategori. Peserta didik
mikroskill
yang
berhubungan
dengan
dikategorikan
sangat
mahir
bagian-bagian kecil dari bahasa seperti
(kategori 7-6), disebutnya excellent,
fonem, morfem, kata, kolokasi, dan
adalah
unit-unit frase. Penilaian makroskill
menyampaikan gagasan secara jelas,
berhubungan dengan unsur-unsur yang
dapat dengan fasih mengungkapkan
lebih
gagasan, meminta, dan menjawab
besar,
wacana,
seperti
fungsi,
kelancaran,
gaya,
kohesi,
peserta
pertanyaan
didik
dari
yang
teman
dapat
sekelas.
komunikasi nonverbal, dan pilihan
Kategori berikutnya adalah kategori
strategi.
baik (kategori 5), peserta didik dapat Diuraikan lebih lanjut, untuk
.mengukur
kecakapan
mengungkapkan
gagasan
dengan
berbicara,
cukup baik dan dapat dimengerti.
Brown (2004: 172-173) membaginya
Kategori memuaskan (kategori 4)
menjadi enam kategori, yaitu tata
menggolongkan
bahasa,
berbicara peserta didik yang masih
kosakata,
pemahaman,
keterampilan
kefasihan, pengucapan, dan tugas.
mempunyai
Masing-masing
tersebut
mengemukakan pendapat, tetapi bisa
mempunyai lima tingkatan yang akan
menceritakan gagasan dasar. Kategori
dijelaskan pada Tabel 2 berikut ini.
terakhir adalah kategori “memerlukan
Kategori untuk mengukur kecakapan
perbaikan”
berbicara tersebut (Brown, 2004) juga
kategori ini, peserta didik mencoba
dipertimbangkan
untuk
kategori berbicara
kategori
untuk
pengukuran bahasa
menyusun keterampilan
Jawa
dengan
keragu-raguan
(kategori
berkata,
dalam
3-1).
Dalam
mengemukakan
gagasan, tetapi mempunyai kesukaran menceritakan gagasan dasar kepada
penyesuaian berdasarkan karakteristik
teman
dan nilai-nilai budaya Jawa kelas awal
kesukaran menanggapi pertanyaan dan
di sekolah dasar.
komentar teman.
Berbeda dengan penilaian yang
sekelas.
Juga
mengalami
Pemahaman terhadap beberapa
dikemukakan oleh Brown (2004) di
pendapat
atas, Lambert (2003: 3-4) memberikan
keterampilan
alternatif
dalam
dijadikan dasar pengembangan dalam
pembelajaran keterampilan berbicara
penyusunan kisi-kisi instrumen lembar
penilaian
mengenai berbicara
penilaian di
atas
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 311
penilaian performansi keterampilan
Atas
dasar
berbicara bahasa Jawa. Penyusunan ini
tersebut,
juga
keterampilan berbicara bahasa Jawa,
didasarkan
karakteristik
dan
maka
pemahaman
tujuan pembelajaran bahasa Jawa di
yang
sekolah dasar.
penyusunan
Simpulan
digunakan
penilaian
sebagai
kisi-kisi
dasar
instrumen
beberapa
penelitian, meliputi aspek tata bahasa,
penilaian
kosakata, kefasihan, dan tingkat tutur.
keterampilan berbicara adalah bahwa
Dari aspek tata bahasa, akan dapat
penilaian
(a)
diketahui kemampuan peserta didik
pengetahuan tata bahasa, kosakata, (b)
dalam memproses pembentukan kata
pemahaman,
dan struktur kalimat. Aspek kosakata
pendapat
dari
aspek
mengenai
berbicara
(c)
mencakup
pengucapan,
(d)
kefasihan, (e) pengetahuan aturan
mengungkap
berbicara, (f) pengetahuan menanggapi
peserta didik terhadap kosakata bahasa
pembicaraan,
Jawa,
dan
(g)
mengetahui
keluasan
ketepatan
penguasaan
pemilihan
dan
penggunaan bahasa secara pantas.
penggunaannya. Dari aspek kefasihan,
Pemahaman ini kemudian disesuaikan
dapat diketahui pemahaman peserta
dengan
didik
kompetensi
pembelajaran
terhadap
tuturan
yang
bahasa Jawa peserta didik sekolah
dihasilkannya. Hal ini dapat terlihat
dasar.
dari kelancaran dan kepercayaan diri Pembelajaran bahasa Jawa di
saat bertutur. Aspek tingkat tutur
tingkat dasar lebih mengutamakan
digunakan
pembelajaran
yang
pemahaman peserta didik terhadap
dan
penerapan tingkat tutur secara tepat,
menyenangkan, sehingga diharapkan
sesuai dengan konteks budaya Jawa,
peserta didik dapat tertarik, senang,
baik pilihan kata maupun perilaku
dan berminat untuk belajar bahasa
yang menyertai ujaran selalu sesuai
Jawa. Oleh karena itu, penyusunan
dengan unggah-ungguh.
sederhana,
instrumen
bahasa
Jawa
bermakna,
penilaian
performansi
untuk
Penyederhanaan keterampilan
mengungkap
aspek
keterampilan berbicara bahasa Jawa
penilaian
berbicara
juga disusun dengan sederhana tanpa
bahasa Jawa ini disusun agar tidak
menghilangkan makna penting dari
memberikan beban penilaian yang
tujuan pembelajaran bahasa Jawa.
berat bagi peserta didik di tingkat
312 Instrumen Nontes Ketrampilan Berbicara berbasis Nilai Budaya …Supartinah
sekolah
dasar,
namun
tetap
berpedoman pada tujuan pembelajaran
Nilai-nilai Budaya dalam Tingkat Tutur Bahasa Jawa
bahasa Jawa yang mengedepankan
Unggah-ungguh bahasa Jawa
pembelajaran yang bermakna dan
atau sering disebut tingkat tutur atau
kontekstual
undha usuk basa tidak hanya terbatas
sesuai
dengan
fungsi
bahasa Jawa. Hal
pada lain
kesopanan
bertutur
menjadi
(bahasa Jawa ragam krama dan ngoko)
penyusunan
saja, namun di dalamnya juga terdapat
instrumen penelitian ini adalah sistem
nilai-nilai budaya yaitu konsep sopan
penskoran
santun bertingkah laku atau bersikap.
pertimbangan
yang
tingkat
dalam
yang digunakan dalam
penilaian. Menurut Djemari Mardapi
Suwadji (1994: 3) membagi
(2008: 121) bahwa sistem penskoran
tingkat
instrumen yang digunakan tergantung
adhedhasar undha usuk panganggone,
pada
Apabila
sing pokok basa Jawa dipilahake dadi
digunakan skala Thurstone, maka skor
rong tataran, yaitu basa ngoko lan
tertinggi untuk tiap butir adalah 7 dan
basa krama. Ing antarane basa rong
yang terkecil adalah 1. Demikian pula
werna iku isih ana sing diarani basa
untuk instrumen dengan skala beda
madya utawa krama madya.
skala
pengukuran.
semantik, tertinggi 7 terendah 1.
tutur
bahasa
Jelaslah
Jawa
diuraikan
yaitu
bahwa
Untuk skala Likert, skor tertinggi 4
menurut undha usuk penggunaannya,
dan yang terendah adalah 1. Lebih
bahasa Jawa terbagi dalam dua ragam,
lanjut
dalam
yaitu bahasa ngoko dan bahasa krama.
terjadi
Di
disampaikan
pengukuran kecenderungan
bahwa
sering responden
anatara
kedua
ragam
bahasa
memilih
tersebut, masih ada yang disebut
jawaban pada kategori 3 untuk skala
bahasa madya atau krama madya.
Likert. Untuk mengatasi hal tersebut
Sejalan dengan pendapat tersebut,
skala Likert hanya menggunakan 4
Herudjati
pilihan agar jelas sikap atau minat
menyatakan bahwa bahasa Jawa paling
responden.
tidak mempunyai tiga macam varietas, yakni
Purwoko
ngoko
(2008:
(kasar),
(menengah), dan krama (halus).
v)
madya
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 313
Pengenalan tingkat tutur atau
filosofi kehidupan masyarakat Jawa.
ragam bahasa Jawa untuk peserta didik
Filsafat Jawa merupakan sarana untuk
di sekolah dasar menurut kurikulum
mempertinggi
bahasa Jawa telah disederhanakan
dapat meraih nilai-nilai keutamaan.
menjadi dua ragam, yaitu ragam
Sejalan dengan hal tersebut, Soesilo
bahasa Jawa ngoko dan ragam krama.
(2004: 16) menegaskan bahwa filsafat
Menurut Sry Satriya (2004: 95-118)
Jawa berbentuk ungkapan-ungkapan,
ragam bahasa Jawa ngoko dapat
renungan-renungan filsafat, berbentuk
dipergunakan oleh orang-orang yang
kiasan atau lambang.
akrab, seusia, serta dipergunakan oleh
tingkat
rohani
Ungkapan-ungkapan
agar
Jawa
orang yang merasa dirinya mempunyai
yang terkait dengan nilai-nilai budaya
status sosial yang lebih tinggi daripada
dan karakter, salah satunya ada pada
lawan
juga
ungkapan Ajining dhiri dumunung ing
hubungan
lathi. Ajining raga dumunung ing
kekerabatan yang sangat dekat. Ragam
busana. Ajining awak dumunung ing
Ngoko ini terbagi menjadi dua, yaitu
tumindak. Ungkapan tersebut, sarat
ngoko lugu dan ngoko alus.
dengan ajaran agar selalu menjaga
bicaranya,
didasarkan
selain
pada
itu
Selanjutnya diuraikan bahwa ragam
krama
diri,
harkat,
dan
martabat
oleh
sebagai manusia melalui berhati-hati
saling
dalam menggunakan lisan atau agar
kenal/tidak akrab, serta dipergunakan
selalu menjaga tutur kata, selalu
oleh
empan papan dalam menggunakan
orang-orang
dipergunakan
harga
yang
orang-orang
belum
yang
merasa
mempunyai status sosial yang lebih
busana,
rendah daripada lawan bicaranya.
dimanapun berada.
Selain itu penggunaannya bertujuan
Pembelajaran
untuk
Sekolah Dasar
menghormati
lawan bicara.
dan
menjaga
Bahasa
perilaku
Jawa
di
Bahasa Jawa ragam krama terbagi
Penyusunan kurikulum untuk
menjadi dua, yaitu ragam krama lugu
pembelajaran bahasa Jawa di sekolah
dan krama alus.
dasar, didasarkan pada tujuan agar
Budaya Jawa juga sarat dengan nilai-nilai karakter
pendidikan yang
budaya
terkandung
dan dalam
peserta didik dapat (a) berkomunikasi secara
efektif dan
efisien sesuai
dengan etika dan unggah-ungguh yang
314 Instrumen Nontes Ketrampilan Berbicara berbasis Nilai Budaya …Supartinah
berlaku, baik secara lisan maupun
memudahkan peserta didik di jenjang
tulis, (b) menghargai dan bangga
pendidikan dasar dalam memahami
menggunakan bahasa Jawa sebagai
pemakaian bahasa Jawa yang benar
sarana berkomunikasi dan sebagai
sesuai konteks budaya Jawa.
lambang
dan
kebanggaan
serta
Dalam kehidupan masyarakat
identitas
daerah,
memahamai
Jawa, terdapat istilah ora njawani, bila
bahasa Jawa dan menggunakannya
orang berbicara kurang sopan atau
dengan
untuk
berlaku tidak menjaga perasaan orang
berbagai tujuan, (d) menggunakan
lain. Dengan akata lain, ada hubungan
bahasa
di antara perilaku bahasa dan norma
tepat
(c)
dan
kreatif
Jawa untuk
kemampuan
meningkatkan
intelektual,
serta
sosial yang dilandasi nilai budaya
kematangan emosional dan sosial, (e)
yang berlaku dalam masyarakat. Oleh
menikmati dan memanfaatkan karya
karena itu, dalam masyarakat Jawa
sastra dan
budaya Jawa untuk
diharapkan
memperhalus
budi
setiap
anggota
pekerti,
serta
masyarakatnya dalam bertutur perlu
pengetahuan
dan
mempertimbangkan faktor bagaimana
kemampuan berbahasa, (f) menghargai
tuturannya dapat dianggap sebagai
dan
meningkatkan
membanggakan
sebagai
khasanah
intelektual
sastra
Jawa
tuturan yang baik dan dapat menjaga
budaya
dan
keselarasan hubungan (Sri Wiryanti,
manusia
Indonesia
2006: 297).
(Kurikulum Bahasa Jawa, 2010: 2). Untuk
mencapai
Berdasarkan pendapat tersebut
tujuan
di atas, maka sangat tepat bahwa
pembelajaran bahasa Jawa di sekolah
integrasi pendidikan karakter dalam
dasar tersebut, guru haruslah pandai-
pembelajaran bahasa Jawa diajarkan
pandai
dari periode masa anak sekolah dasar
mengelola
segala
macam
kebutuhan pembelajaran bahasa Jawa
karena
serta dapat memahami karakteristik
perkembangan perilaku pada periode
perkembangan
selanjutnya.
anak
jenjang
sebagai
landasan
pendidikan dasar. Terkait dengan hal tersebut,
maka
telah
dilakukan
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
penyederhanaan ragam bahasa, seperti yang dipaparkan sebelumnya, untuk
Jenis penelitian adalah Reseach and
Development
(R&D)
dengan
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 315
desain dari model Dick and Carey
pengembangan
(2005).
menyatakan
nontes keterampilan berbicara bahasa
bahwa penelitian dan pengembangan
Jawa dengan menerapkan pendekatan
merupakan
deskriptif, dilanjutkan dengan, (3)
Gay
(1991)
suatu
usaha
desain
instrumen
mengembangkan produk yang efektif
validasi ahli materi dan ahli penilaian.
untuk digunakan di sekolah. Produk
Teknik Pengumpulan Data
yang dikembangkan dalam penelitian
Data penelitian terdiri dari data
ini adalah produk instrumen yang
tentang kualitas indikator kemampuan
layak digunakan sebagai pedoman
berbicara
penilaian
didapatkan dari hasil evaluasi dari
keterampilan
berbicara
bahasa
beberapa
awal sekolah dasar.
digunakan untuk mengumpulkan data
Prosedur Penelitian
dalam penelitian ini adalah angket,
penelitian
yang
Instrumen
yang
berbasis nilai budaya Jawa di kelas
Metode
ahli.
Jawa
lembar validasi ahli materi dan ahli
digunakan dalam penelitian adalah
penilaian.
metode Penelitian dan Pengembangan
Teknik Analisis Data
(Research and Development/ R&D).
Teknik
Langkah-langkah
penelitian
dan
pengembangan yang telah dilakukan terbatas
pada
(1)
tahap
yang
analisis
data
yang
digunakan dalam penelitian adalah analisis deskriptif kuantitatif.
studi
pendahuluan
dilakukan
dengan
menerapkan
pendekatan
deskriptif
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Adapun hasil produk
kualitatif. Kegiatan yang dilakukan
pengembangan
adalah dengan study literatur, study
keterampilan berbicara bahasa Jawa
lapangan tentang keterkaitan antara
berbasis nilai-nilai budaya Jawa untuk
SK,
unggah-ungguh
kelas awal yang telah divalidasi ahli
bahasa Jawa yang ada di lapangan
materi dan ahli penilaian adalah
(kelas I, II, III sekolah dasar), serta
sebagai berikut.
KD,
penilaian
materi
keterampilan
berbicara
bahasa Jawa. Hasil kegiatan tersebut bersifat
deskriptif
analisis
temuan,
kualitatif (2)
dan tahap
instrumen
nontes
316 Instrumen Nontes Ketrampilan Berbicara berbasis Nilai Budaya …Supartinah
Tabel 3. Instrumen Nontes Keterampilan Berbicara Bahasa Jawa
No. 1.
2.
3.
4.
Aspek Kosakata Bahasa Jawa
Tata Bahasa Jawa
Kefasihan
Tingkat
Kriteria Kosakata bahasa Jawa yang dikuasai sangat luas dan beragam, sehingga dapat berbicara dengan tepat dan variatif. Kosakata bahasa Jawa yang dikuasai luas sehingga dapat berbicara dengan tepat namun belum variatif. Kosakata bahasa Jawa yang dikuasai cukup luas namun dalam berbicara kadang-kadang masih menerka kata dan kadang mengalami kesalahan. Kosakata bahasa Jawa yang dikuasai sangat terbatas dan selalu menerka kata, sehingga dalam berbicara kadang-kadang tidak tepat karena belum dapat digunakan untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan pendapatnya. Sangat menguasai ketatabahasaan sehingga dapat berbicara dengan baik dan benar. Tidak pernah melakukan kesalahan dalam tata bahasa. Menguasai ketatabahasaan sehingga dapat berbicara dengan baik, namun kadang-kadang masih mengalami sedikit kesalahan tata bahasa. Cukup menguasai ketatabahasaan. Dalam berbicara sering mengalami kesalahan tata bahasa karena tidak mempunyai kontrol tata bahasa dengan seksama. Penguasaan tata bahasa Jawa sangat terbatas sehingga kesalahan selalu terjadi, tetapi dapat dimengerti makna dan maksud ujarannya. Dapat berbicara dengan sangat lancar, tepat dan normal karena kepahamannya yang sangat tinggi. Dapat berbicara dengan lancar dan tepat karena mempunyai kepahaman yang cukup, sehingga jarang terbata-bata. Dalam berbicara cukup lancar sehingga kadangkadang tepat kadang-kadang salah. Masih sering terbata-bata dalam berbicara karena kepahamannya yang kurang, sehingga belum tampak normal. Dalam berbicara sangat terbatas sehingga ujaran yang muncul tidak normal. Hal itu karena kepahamannya yang kurang sehingga kesalahan pengucapan masih sering terjadi. Dalam berbicara dapat menerapkan tingkat tutur
Skor 4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
4
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 317
Tutur Undha Usuk Basa
Tahap
dengan sangat tepat dan sesuai dengan konteks budaya Jawa (unggah-ungguh). Dalam berbicara dapat menerapkan tingkat tutur secara tepat namun kadang-kadang kurang sesuai konteks budaya Jawa (unggah-ungguh). Dalam berbicara dapat menerapkan tingkat tutur cukup tepat. adang-kadang masih salah, namun sesuai konteks budaya Jawa, atau sebaliknya. Dalam berbicara tidak dapat menerapkan tingkat tutur sehingga selalu tidak sesuai dengan konteks budaya Jawa (unggah-ungguh).
3
2
1
pengembangan
juga menjadi dasar dalam melakukan
instrumen di atas telah melalui
revisi sehingga produk instrumen
tahapan validasi ahli materi dan ahli
nontes layak digunakan.
penilaian. Penilaian yang diperoleh
Data Validasi Ahli Materi
dari hasil validasi ahli materi dan ahli
penilaian
dasar
ahli materi dilihat dari segi isi
instrumen
(content) materi yang dikembangkan
dikembangkan.
dalam instrumen nontes. Validasi
Komentar, kritik, dan saran yang
oleh ahli materi dilakukan dalam dua
diberikan ahli materi dan penilaian
tahap dengan hasil sebagai berikut
penentuan nontes
menjadi
Validasi yang dilakukan oleh
kelayakan yang
Tabel 4. Data Validasi Ahli Materi Tahap Pertama No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Indikator
Skor Skor I II Kesesuaian materi penilaian dengan Standar Kompetensi 2 4 dan Kompetensi Dasar Kriteria/indikator penilaian mengacu pada penggunaan 3 4 bahasa Jawa secara fungsional Kriteria/indikator penilaian mengarah pada pendidikan 2 5 nilai dan karakter budaya Jawa Kriteria/indikator mengarah pada penggunaan bahasa 2 4 secara normal Kriteria/indikator mengandung aspek kebahasaan dalam 2 4 berbahasa Kriteria/indikator mengandung aspek nonkebahasaan 2 4 dalam berbahasa Penggunaan bahasa 3 5 JUMLAH 16 30 RATA-RATA 2,28 4,28
318 Instrumen Nontes Ketrampilan Berbicara berbasis Nilai Budaya …Supartinah
Hasil penilaian ahli materi
Hasil penilaian ahli materi
pada tahap pertama diperoleh jumlah
pada tahap kedua diperoleh jumlah
skor
skor
16
dengan
rata-rata
2,28.
30
dengan
rata-rata
4,28.
Berdasarkan pedoman konversi data
Berdasarkan pedoman konversi data
kuantitatif ke kualitatif, maka produk
kuantitatif ke kualitatif, maka produk
instrumen
nontes
instrumen
nontes
dikembangkan
termasuk
dikembangkan
termasuk
kategori
kurang
yang dalam
sehingga
perlu
dilakukan perbaikan. Hal yang perlu diperbaiki
adalah
yang dalam
kategori sangat baik dan layak. 1. Data Validasi Ahli Penilaian
kejelasan
Validasi yang dilakukan oleh
pemaparan kategori penilaian yang
ahli penilaian dilihat dari aspek-
masih membingungkan dan tidak
aspek penilaian yang dikembangkan
fokus. Berdasarkan masukan dan
dalam instrumen nontes. Validasi
penilaian ahli materi tersebut maka
oleh ahli penilaian dilakukan dalam
dilakukan revisi dan penilaian ahli
dua tahap dengan hasil sebagai
materi tahap kedua.
berikut.
Tabel 5. Data Validasi Ahli Penilaian Tahap Pertama No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Indikator
Skor I
Kesesuaian dengan kisi-kisi penilaian keterampilan berbicara Kesesuaian dengan sistem penskoran Kemudahan mencerna kriteria/ indikator penilaian Kebenaran pemaparan kriteria/ indikator penilaian Pemaparan kriteria/ indikator yang logis Pemaparan kriteria/ indikator yang runtut Penggunaan bahasa JUMLAH RATA-RATA
4
Skor II 5
4 3 4 3 4 3 25 3,57
4 3 4 4 4 3 27 3,86
Hasil penilaian ahli penilaian pada
kategori baik. Hal yang perlu diperbaiki
tahap pertama diperoleh jumlah skor 25
adalah kejelasan penskoran dan pemaparan
dengan
Berdasarkan
kategori penilaian yang masih tumpang
pedoman konversi data kuantitatif ke
tindih dan tidak fokus karena satu kriteria
kualitatif, maka produk instrumen nontes
dapat digunakan untuk menilai aspek yang
yang
lain. Berdasarkan masukan dan penilaian
rata-rata
dikembangkan
3,57.
termasuk
dalam
Diklus, Edisi XVII, Nomor 01, September 2013 319
ahli penilaian tersebut maka dilakukan
maksud kategori jawaban menjadi IV level
revisi dan penilaian ahli penilaian tahap
adalah
kedua.
kecenderungan pendapat responden, ke
terutama
untuk
melihat
Hasil penilaian ahli penilaian pada
arah setuju atau ke arah tidak setuju. Jika
tahap kedua diperoleh jumlah skor 27
disediakan kategori jawaban itu, akan
dengan
Berdasarkan
menghilangkan banyak data penelitian
pedoman konversi data kuantitatif ke
sehingga mengurangi banyaknya informasi
kualitatif, maka produk instrumen nontes
yang dapat dijaring dari para responden
yang
(Sutrisna Hadi, 1991: 20).
rata-rata
3,86.
dikembangkan
termasuk
dalam
kategori baik dan menurut ahli penilaian sudah layak.
SIMPULAN
Instrumen memilih
untuk
yang
dikembangkan
menetapkan
Dalam proses pembelajaran, guru
penilaian
diharapkan lebih jeli untuk mendeteksi
menjadi IV level saja. Hal ini disesuaikan
keterampilan berbicara bahasa Jawa siswa.
dengan kemampuan peserta didik kelas
Dengan melihat keterampilan berbicara
awal sekolah dasar, selain itu, juga
bahasa Jawa yang berbasis budaya Jawa
bertujuan
kategori
siswa sejak awal, maka guru dapat
jawaban yang di tengah berdasarkan tiga
menyelenggarakan pembelajaran sesuai
alasan. Pertama, kategori undecide itu
dengan kebutuhan siswa. Oleh karena itu,
mempunyai arti ganda, bisa diartikan
instrumen nontes ini telah dkembangkan
belum dapat memutuskan atau memberi
untuk membantu guru melakukan hal
jawaban (menurut konsep aslinya), bisa
tersebut.
untuk
meniadakan
juga diartikan netral, setuju tidak, tidak
Instrumen
yang
setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu.
dikembangkan
Kategori jawaban yang ganda arti (multi
keterampilan berbicara bahasa Jawa telah
interpretable)
tidak
memenuhi skor 4,28, yaitu kategori sangat
diharapkan dalam suatu instrumen. Kedua,
baik dari ahli materi dan memenuhi skor
tersedianya jawaban yang di tengah itu
3,86,
menimbulkan kecenderungan menjawab
penilaian.
ke
tengah
ini
(central
tentu
saja
tendency
yaitu
untuk
telah
kategori
baik
penilaian
dari
effect),
terutama bagi penilai yang ragu-ragu atas
DAFTAR PUSTAKA
arah kecenderungan jawabannya, ke arah
Brown, H. Douglas. (2004). Language Assessment: Principles and
setuju atau ke arah tidak setuju. Ketiga,
ahli
320 Instrumen Nontes Ketrampilan Berbicara berbasis Nilai Budaya …Supartinah
Classroom Practice. New York: Pearson Education Company. Burhan Nurgiyantoro. (2009). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPEE. Dick,W., & Carey, L. (1994). The Systematic Design of Instruction (3rd ed). USA: HarperCollins Publishers. Djemari Mardapi. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Jogjakarta. Harmer, Jeremy. (2001) The Practice of English Language Teaching. (3rd ed). England: Pearson Education, Ltd. Nunan, David. (1999). Second Language and Learning. Boston: Heinle& Heinle. ___________. (1989). Designing Tasks for The Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press. Sabdawara. (2001). Pengajaran Bahasa Jawa Sebagai Wahana Pembentukan Budi Pekerti Luhur. Makalah disajikan dalam Konggres Bahasa Jawa III. Soesilo. (2004). Kejawen, Philosofi dan Perilaku. Yogyakarta: Pustaka Jogja Mandiri. Sri Wiryanti. (2006). Pengajaran Unggahungguh Bahasa Jawa Sebagai Penanaman Nilai Kesantunan dalam Berbahasa. Makalah disajikan dalam Konggres Bahasa Jawa IV, di Semarang. Sry Satriya Catur Wisnu Sasangka.(2004). Unggah-ungguh bahasa Jawa. Jakarta: Yayasan Paramalingua.
Supartinah. (2012). Pemetaan Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Mata Pelajaran Bahasa Jawa Kelas Awal Sekolah Dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil Penelitian Dosen Junior. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Sutrisna Hadi. (1991). Analisisi butir untuk instrumen angket, tes, dan skala nilai dengan BASICA. Yogyakarta: Andi Offset. Tarigan, H.G. (1987). Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tim
Kurikulum. (2010). Kurikulum Muatan Lokal, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa untuk SMA/ MA dan SMK. Dikpora Provinsi DIY.
Widdowson, H.G. (1978). Teaching Language as Communication. Oxford: Oxford University Press.