INOVASI PRODUK AGROINDUSTRI DARI PERSPEKTIF ANALISIS FUNGSIONAL CONTOH KASUS: TELUR ASIN ANEKA RASA Zulfiandri1), M. Syamsul Maarif2) Yandra Arkeman2) Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Esa Unggul 2) Departemen TIP, Fateta IPB Alamat email :
[email protected]
1)
ABSTRACT Agroindustry is important industry which necessary for economics of Indonesia. Many local products from agroindustry was developed by people initially as an alternative for survival on. One of the product of local agroindustryknown long time which is developed by people are salty egg. Egg from duck is salted. Salty egg is one of the example how a product of agroindustry developed by entrepreneur of people and small scale business. By using functional analysis, which develop product pursuant to intrinsic function value of itself. Salty egg as one of the product of agroindustri can be accepted by wider market that is conducted by product innovation. As examplesare multivarious salty egg variant taste. Keywords : agroindustry, innovation, functional analysis, salty egg
1. PENDAHULUAN Agroindustri adalah suatu perusahaan yang memproses bahan tanaman atau hewani. Pengolahan melibatkan transformasi melalui perubahan fisik atau kimia, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Sifat pengolahan dan derajat transformasi dapat sangat bervariasi, mulai dari grading, pembersihan, pengkemasan, pengolahan, pencampuran, dan perubahan kimia yang membuat makanan ringan bertekstur sayuran. Agro industri secara umum dapat dikategorikan menurut tingkat perubahan bahan baku.Secara umum, modal investasi, kompleksitas teknologi, dan persyaratan manajerial meningkatkan nilai transformasi (Austin, 1982). Definisi ini kemudian diperbaiki menjadi lebih tajam oleh Sukardi (2011), bahwa agroindustri adalah industri yang melakukan proses konversi bahan baku yang komponen utamanya berasal dari bahan pertanian dan hewan. Telur asin merupakan salah satu prduk agroindustri. Dari bahan baku telur mentah, yang berasal dari heawan, dikonversi dengan tambahan kimia-garam- menjadi telur asin. Telur asin adalah istilah umum untuk Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Telur asin baik dikonsumsi dalam waktu satu bulan (30 hari). Panganan ini bersifat praktis dan dapat dipadukan dengan berbagai masakan misalnya nasi jamblang, dan nasi lengko, bahkan dapat pula dimakan tanpa nasi. Nelayan yang melaut atau orang yang bepergian untuk waktu lama biasa membawa telur asin untuk bekal. Di Jawa Tengah, daerah Brebes dikenal sebagai penghasil utama telur asin. Industri telur asin di Brebes cukup meluas hingga tersedia berbagai pilihan kualitas telur asin. Masing-masing produsen memiliki cap sendiri-sendiri yang biasanya dapat dilihat pada kulit telur. Walaupun selera orang berbeda-beda, telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, "kering" (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat.
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
78
Telur Asin Aneka Rasa Lazimnya telur asin berwarna biru. Tapi, telur asin yang satu ini berwana cokelat, mirip buah sawo. Inovasi di bidang pertanian ternyata begitu luas. Siapa sangka, telur bebek yang berwarna biru bisa disulap sedemikian rupa sehingga bisa menjadi telur asin aneka rasa. Tidak sekedar rasa asin seperti biasanya. Adalah Sri Mulyati, inovator telur asin aneka rasa. Di kota Balikbapan, produk ini menjadi ikon oleh-oleh yang begitu dicari. Sri menciptakan rasa baru telur asin, yaitu rasa pindang. Tak sia-sia, inovasi ini mendapatkan penghargaan meraih grand award dalam Citra Produk Berdaya Saing, Kementrian Pertanian, tahun 2012. Menteri Pertanian Suswono mengapresiasi karyakarya pertanian yang inovatif. Ia mengatakan acara ini merupakan pertama kali dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah. Ia mengatakan ajang ini sebagai motivasi untuk meningkatkan daya saing produk pertanian untuk pembangunan sektor pertanian. Di tengah penduduk yang terus bertambah dan lahan yang terus berkurang, pelaku usaha dan masyarakat dituntut berinovasi menghasilkan produk yang berkualitas. Pemerintah, harus selalu meningkatkan daya saing produk agar inovasi yang dibuat bisa memenuhi selera pasar (Republika On-line, 2012) 2. LANDASAN TEORI Pengertian Inovasi Inovasia dalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (UU No. 18 tahun 2002). Menurut Porter (1998) innovation adalah proses dan hasil penciptaan sesuatu yang baru, yang bernilai. Innovasi mencakup keseluruhan proses dari identifikasi, ide atau penemuan sampai pengembangan, prototipe, produksi dan pemasaran atau penjulan,
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
dimana dibutuhkan kewirausahaan untuk menggerakkan komersialisasi. Inovasi dimaksudkan untuk komersialisasi. Prosess inovasi tidak dapat dipisahkan dari strategi perusahaan dalam konteks persaingan. Secara tradisional fokus diberikan pada proses atau produk baru, tapi akhir-akhir ini fokus utama pada model bisnis, bagaimana cara perusahaan mengirimkan nilai dan menjaga keuntungan. Menurut pendapat Sukardi (2009), dalam hal penelitian ilmiah, ada tiga tipe kebaruan atau inovasi yang dapat ditunjukkan, yaitu (1) kebaruan yang merupakan hasil penelitian yang baru dan belum ada peneliti lain yang mengerjakannya atau mempublikasikan hasil penelitian yang dikerjakan tersebut, (2) kebaruan yang merupakan improvisasi atau penguatan terhadap kelemahan-kelemahan yang ada pada hasil penelitian sebelumnya, (3) kebaruan yang merupakan sanggahan terhadap hasil penelitian sebelumnya. Ketiga jenis atau tipe kebaruan tersebut memiliki karakteristik tersendiri yang pada dasarnya tetap mengakar pada fenomena atau persoalan yang ingin dicari jawaban atau solusinya. Analisis Fungsional pada Inovasi Produk Sebuah proses pengembangan produk (product development process) merupakan seluruh rangkaian kegiatan yang di perlukan untuk membawa konsep baru kepada pasar dimana produk tersebut siap di gunakan. Rangkaian ini termasuk segala sesuatu dari inspirasi awal visi produk baru, aktiivitas analisis bisnis, usaha pemasaran, aktifitas disain rekayasa teknik, pengembangan perencanaan manufaktur dan validasi dari disain produk untuk konfirmasi perencanaan. Proses desain (design process) adalah rangkaian aktivitas teknis dalam proses pengembangan produk untuk bertemu dengan visi pemasaran dan bisnis. Rangkaian aktivitas adalah menyamakan persepsi visi kedalam spesifikasi teknis , pengembangan konsep baru. Tabel 1. di bawah ini menjelaskan bagaimana inovasi sebuah produk terjadi.
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
79
Tabel 1. Defini proses inovasi Definisi Inovasi Produk Input bagi inovasi produk - Produsen saja Informasi dari produsen - Produsen dan pengguna Informasi dari pengguna Prototipe atau cetak biru dari pengguna Definisi Inovasi Proses Input bagi inovasi proses - Pengguna membeli suatu proses yang dapat menhasilkan inovasi dari produsen - Pengguna memakai produk untuk menciptakan inovasi proses in-house - Pengguna memodifikasi produk dan menggunakannya untuk menciptakan inovasi proses inhouse - Pengguna mengembangkan suatu proses yang dapat menghasilkan inovasi dan menggunakannya untuk menciptkan inovasi proses inhouse. Sumber : (Gault, 2010) Integrasi sistem desain untuk inovasi produk harus di kembangkan kerangka kerja terpadu (framework unified) dan panduan paradigm untuk menghindari kesulitan dalam pengembangan sistem, seperti metoda yang di gunakan. Ini penting dilakukan dalam pada konsep inovasi terbuka, di mana proses inovasi melibatkan kolaborasi eksternal antara pengguna dan produser untuk keberhasilan pengembangan ekosistem inovasi (service ecosystems). Aspek utama inovasi terbuka-ekosistem (open innovationservice ecosystems) adalah adanya central platform yang membawa semua pelaku bersama-sama berkontribusi dalam pengembangan produk baru atau modifikasi dari yang sudah ada. Ontologi di perlukan untuk memetakan bagaimana proses disain dapat berjalan (Kristin dan Otto, 2001). Lebih jauh lagi menurut Kristin dan Otto (2001), pekerjaan pertama yang dilakukan perekayasa dalam perancangan produk inovasi adalah memperhatikan aspek fungsional sebuah komponen-bagian dari keseluruhan sistem yang bekerja. FAST diagram ( Function analysis system technic)
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
Tipe Inovasi Inovasi produsen (produk) Inovasi produk user-driven Inovasi pengguna (produk) Tipe inovasi
Inovasi proses producer-driven Inovasi pengguna (proses): pemodifikasi
Inovasi pengguna (proses): pengembang
dan Octopus diagram merupakan metoda untuk menganalisa koneksi komponen – bagaimana mengimplementasi persyaratan fungsi dengan faktor-faktor lingkungan. Tahapan dapat di lihat pada gambar di bawah ini. Diagram di bawah menjelaskan bagaimana inovasi produk di lakukan dengan terlebih dahulu memetakan kebutuhan konsumen dari tahap awal pengembangan produk. Functional need analysis dan technical functional analysis akan menerjemahkan kebutuhan konsumen tersebut ke dalam aspek teknis melalui tahapan-tahapan product desain. Hal ini di lakukan berkaitan dengan sinkronisasi keinginan konsumen dengan kemampuan rekayasa (biaya produksi, pilihan material, alat-mesin produksi), mekanisme kerjafungsionality-clearance antar komponen. Penggunaan virtual prototype akan memudahkan perekayasa dalam menganalisis aspek desain dan efisiensi biaya pengembangan produk serta perbaikan desain.
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
80
Kebutuhan Pelanggan
1. Analisis Kebutuhan
Kebutuhan karakterisasi
2. Functional Need Analisys
Diagram Cumi-Cumi
Kebutuhan fungsional Kebutuhan batasan
3. Technical Functional Analisys
Diagram FAST
Solusi konstruktif
Gambar 1. Proses analisis fungsional Fokus prinsip dari fase disain rekayasa adalah pada disain sistem komponen. Definisi fungsional harus di tetapkan dari awal fase pengembangan produk. Tujuan utama analisa fungsional dan tahapan disain adalah mendefinisikan interaksi setiap komponen satu sama lainnya dan dengan lingkungan system seperti independensi setiap komponen, akuisisi presisi, integrasi, perawatan dan upgrading. Modular sistem merupakan salah satu teknik melakukan analisis fungsional dan tahapan disain dari tahapan pengembangan produk dengan cara menetapkan definisi batasan antara komponen-komponen dan meminimalkan interaksi. Hal ini penting untuk memastikan: 1. Setiap komponen dapat di spesifikasi, di kembangkan, didisain, di manufaktur, dan di tes dalam unit 2. Ketika di rakit dengan komponenkomponen lainnya, komponen tersebut akan menampilkan fungsi dengan benar dan tanpa pengaturan yang rumit. 3. Kegagalan komponen dan diganti langsung dengan komponen sejenis
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
4. Sebuah komponen dapat di upgrade secara internal tanpa mempengaruhi disain komponen lainnya Proses Pembuatan Telur Asin Aneka Rasa Untuk meracik telur asin aneka rasa, hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih telur yang berkualitas. Selama ini, jenis telur yang banyak digunakan dalam usaha telur asin adalah telur itik. Hal ini dikarenakan, telur itik memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan cenderung mudah rusak. Untuk memilih telur itik yang masih baik, langkahnya cukup mudah. Masukkan telur itik ke dalam wadah berisi air. Perhatikan, apabila telur tenggelam maka hal tersebut berarti telur layak untuk diolah. Langkah selanjutnya adalah dengan mempersiapkan bahan. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah abu gosok atau bubuk bata merah, bubuk garam atau garam kasar, wadah untuk membuat adonan, wadah untuk menyimpan telur serta penambah rasa pada telur tergantung varian apa yang hendak Anda buat. Setelah bahan-bahan siap, selanjutnya yang Anda lakukan adalah Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
81
membuat adonan garam. Langkah pertama adalah campurkan bahan-bahan abu gosok atau bubuk bata merah dalam wadah bersama bubuk garam serta campuran bahan penambah rasa, misalnya jahe. Untuk membuatnya kental, tambahkan air secukupnya. Setelah dihasilan kekentalan yang pas, balurkanlah adonan tersebut pada telur yang telah dibersihkan sebelumnya. Setelah itu simpanlah dalam wadah penyimpanan yang telah disediakan selama tujuh hari hingga sepuluh hari, tergantung kadar asin yang Anda inginkan.Selain membaluri telur dengan adonan garam tadi, cara membuat telur asin aneka rasa juga bisa dengan metode perendaman telur bersama
adonan garam tadi. Caranya, susun telur itik yang telah dibersihkan dalam wadah dengan hati-hati. Setelah itu tuang semua adonan ke dalam wadah tersebut. Pastikan semua telur tertutupi adonan dengan sempurna. Masa perendaman sama dengan masa pembaluran, tujuh hingga sepuluh hari tergantung pada selera. Secara umum, cara membuat telur asin aneka rasa cukup mudah. Prosesnya sama persis dengan pembuatan telur asin rasa original. Perbedannya hanya pada tambahan bahan sumber rasa seperti jahe, cabe, jeruk, bawang putih dan lain-lain. Bahan ini ikut dicampurkan pada adonan pemberi rasa.
Telur disortir
rebus selama 816 jam dengan rempah-rempah
oven selama 30 menitn
diamplas dan dicuci
bersihkan
dikemas
bungkus dengan adonan
keringkan dan simpan 1 minggu
telur asin pindang
Gambar1. Diagram Alir proses pembuatan telur asin aneka rasa 3. ANALISIS Inovasi yang dilakukanoleh Telur Asin Jaya Rasa pada awalnya termasuk ke dalam inovasi akar rumput. Inovasi Akar Rumput atau Grass Root Inovation (GRIM) merupakan penemuan yang dihasilkan oleh masyarakat luas secara individual ataupun berkelompok, bahkan juga mungkin secara komunal, dan sifatnya asli, spontan serta tidak tergantung pada perencanaan formal dalam kegiatan yang diorganisasikan. GRIM merupakan suatu cara untuk bertahan hidup, merupakan suatu pengetahuan dan kearifan tradisional. Banyak penemuanpenemuan yang dilakukan oleh masyarakat akar rumput, pada awalnya dianggap biasa saja. Kemudian ketika kearifan lokal ini menjadi sebuah kegiatan industrialisasi maka GRIM bukan lagi dianggap suatu yang kecil. Bahkan menjadi besar dan industri. Misalnya, ketika mesin uap ditemukan oleh James Wattt, pada awalnya penemuannya dianggap sebagai suatu ciptaan Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
yang biasa saja atau tidak berguna. Namun ketika James Watt mendemonstrasikan fungsi ciptaannya tersebut untuk kepentingan hidup manusia, barulah banyak orang yang terkagum kagum dan menghargai ciptaanya sebagai suatu karya besar. Hal ini dikarenakan pada saat teknologi tersebut ditemukan masyarakat masih mengandalkan kekuatan fisik untuk mengerjakan pekerjaan sehari hari. Setelah mesin uap mengalami perkembangan yang sangat pesat kemudian teknologi ini mulai digunakan dalam berbagai kegiatan. Bagi masyarakat akar rumput, inovasi merupakan keharusan. Dengan membuat inovasi masyarakat akar rumput melakukan efisiensi dan program ramah lingkungan. Efisiensi artinya pengurangan biaya terutama biaya energi yang sering tidak terjangkau baik biaya maupun infrastruktur oleh masyarakat akar rumput. Di kalangan masyarakat Indonesia kearifan lokal (GRIM) telah lama diterapkan. Pertanian organik misalnya, merupakan hal Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
82
yang lumrah dilakukan oleh nenek moyang kita. Ketika program swasembada beras dicanangkan pada era tahun 70-an, secara besar-besaran, barulah kearifan lokal (GRIM) pertanian organik hilang karena kepentingan produktivitas. Pada masa sekarang ini pertanian organik menjadi sebuah trend dalam dunia pertanian. Berbagai faktor lain juga bermunculan dalam mempengaruhi proses perkembangan dan inovasi teknologi. Semakin tingginya tingkat penggunaan teknologi menyebabkan perlunya peningkatan pada faktor keamanan, efisiensi energi, kinerja, kehandalan dan ramah lingkungan menjadi fokus perhatian dalam pengembangan GRIM di masyarakat. Ketika Telur Asin Jaya Rasa mulai membesarkan skala usahanya, mereka tidak lagi termasuk ke dalam GRIM. Ketika telur asin mereka diterima oleh pasar, maka mereka sudah harus mengikuti rezim pasar, dimana produk tersebut harus mengikuti persaingan dalam industri seperti ditunjukkan oleh lima gaya Porter (Porter, 1998). Telur asin aneka rasa harus dapat bersaing dengan hambatan, posisi tawar pembeli, posisi tawar pemasok dan adanya substitusi produk yang lain.
Ada lima generasi model inovasi teknologi. Generasi pertama merupakan model inovasi yang fokus kepada produk. Bagian riset dan pengembangan melakukan riset kemudian memproduksi dan memasarkannya. Generasi kedua, merupakan inovasi yang fokus kepada pasar. Kebutuhan pasar direspon oleh bagian pemasaran untuk disampaikan bagian riset dan pengembangan untuk diproduksi dan dijual. Generasi ketiga, fokus kepada riset yang langsung merespon pengembangan produk dari berbagai aspek permintaan dan aspek suplai. Generasi keempat merupakan pengembangan dari generasi kedua, dimana konsep pasar dan pengembangan produk menjadi sinergi dengan manufaktur dan industri komponen pendukungnya. Sedangkan generasi kelima, menghubngkan antara seluruh stakeholder inovasi dan fokus pada jejaring inovasi. Inovasi yang dilakukan oleh telur asin Jaya Rasa, membuat perubahan pada aneka rasa dapat dipandang sebagai sebuah inovasi generasi kedua, permintaan pasar. Penjualan produk telur harus mulai mengikuti permintaan dan selera konsumen. Pemilik perusahaan perlu mengadakan riset untuk mengembangkan rasa telur ini.
Inovasi Teknologi Kunci Pengembangan Agroindustri
Generasi kedua (pertengahan 60 an -70 an): Tarikan dari permintaan
Market Needs
Marketing Dept.
Setelah melalui serangkaian perjalanan Telur Asin Jaya Rasa yang awalnya hanya mengolah 500 butir telur perbulan, saat ini Tabel 2. Aspek keuangan dan kinerja bisnis Aspek 2009 Keuangan/tahun (Rp./tahun) Omset 180.000.000 Keuntungan 60.000.000 Equity/Modal 30.000.000 Sendiri Sumber : Ditjen PPHP, Kementan RI
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
R&D
Manufacturing
Sales
telah mengolah 95.000 butir telur menjadi telur asin aneka rasa.
2010 (Rp./tahun) 250.000.000 75.000.000 45.000.000
2011 (Rp./tahun) 360.000.000 110.000.000 75.000.000
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
83
Dari data penjualan selama tiga tahun di atas terlihat bahwa pertumbuhan telur asin aneka rasa terus meningkat. Sesuai dengan siklus hidup produk (product life cycle), telur asin ini sedang berada pada level growth (pertumbuhan). Pada tingkatan ini produk tumbuh dengan cepat di pasar, mendekati kepada kematangan. Pada sisi ini pemilik perusahaan harus mulai memikirkan pengembangan produk mereka. Yang sudah terlihat adanya pengembangan nugget telur asin dari telur asin yang tidak terserap oleh pasar.
Para pelaku Agroindustri di Indonesia yang secara umum hanya bertindak sebagai ‘penjual’ dan dengan alasan daya beli masyarakat yang ‘kurang’ produkproduk yang diperdagangkan seringkali tidak jelas standar mutunya sehingga konsumen Indonesia sering dihadapkan pada posisi ‘tidak ada pilihan’. Sebagian pelaku berorientasi pada ‘Harga’ dan bukan pada Nilai (Value for Money). Penerapan strategy ‘Pricing Oriented’ yang salah turut berperan dalam pelemahan spirit produsen/petani dalam menghasilkan produk berkualitas.
Analisis Persaingan Produk Agroindustri
Gambar 2.Lima Gaya Porter Kondisi pasar global yang dihadapi oleh suatu industri sering merupakan faktor penting pada pilihan yang dilakukan oleh perusahaan dan untuk kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan menemukancapaian diharapkan. Identifikasi relevan kondisi pasar global memerlukan suatu analisa dari: • Kondisi pasokan dan permintaan yang menentukan pasar • Lingkungan pasar secara keseluruhan. Faktor-faktor lingkungan sering diidentifikan dengan metodologi PEST. PEST merupakan singkatan dari Politik, Ekonomi, Sosiokultural, dan Teknologis. Sebagai ilustrasi untuk melihat tingkat persaingan antara produk lokal Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
dengan produk impor, sebagai perbandingan dan contoh kasus kita bisa melihat persaingan antara apel produksi lokal (Malang dan Manalagi) yang memiliki indeks harga yang tinggi (lebih mahal daripada produk impor) namun memiliki kuantitas terjual yang rendah. Artinya, produk lokal lebih mahal namun kurang diminati oleh pembeli (Budiharjo, 2012). Produk-produk hortikultura (buah dan sayur) lokal memiliki keunggulan dalam hal faktor kesegaran. Sehingga produk sayuran lokal di supermarket lebih mendominasi dibandingkan sayuran impor, sedangkan untuk buah-buahan, buah impor lebh mendominasi (Grafik 2). Hal ini menunukkan kepada kita bahwa lingkungan pasar secara keseluruhan membentuk
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
84
mekanisme persaingan dan bentuk inovasi
komoditi pertanian.
Grafik1. Perbandingan produk Hortikultura Impor dengan lokal (sumber: Budiharjo, 2011) Untuk bisa bersaing, produkproduk agroindustri harus membuat strategi yang mampu bertahan dalam pasar. Untuk itu diperlukan inovasi dan strategi yang tepat. Said dan Qowim (2010) menjelaskan strategi perusahaan agroindustri agar bisa bisa bersaing : 1. Lakukan produksi berorientasi mutu yang tinggi dan menghasilkanproduk yang berlabel 2. Manfaatkan sumberdaya domestik dan minimalkan penggunaanbahan baku impor: contoh di Thailand impor/nilai output hanya9.2 7%
Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
3. Lakukan konversi dengan Nilai Tambah yang besar: contoh diThailand 22.16% dari nilai output 4. Usahakan penggunaan Bahan baku yang intensif, yakni sekitar 55- 70% nilai output 5. Usahakan besarnya biaya buruh sekitar 10-15% 6. Perbaiki standar pengemasan dan pelabelan yang terbaik, namundengan alokasi biaya antara 10 – 20%.
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
85
Grafik 2. Kontribusi buah dan sayur lokal di pasar modern (Budiharjo, 2011)
Empat Level Inovasi Berhadapan dengan dekade kedua dari abad 21, inovasi telah (menjadi) suatu kata yang sering digunakan untuk menjelaskan penciptaan dari produks dan jasa baru yang akan membantu perusahaan menyelamatkan pasar yang hancur pada 2008 (Greenberg, 2010). Apakah inovasi sekedar kata kunci yang menyenangkan? Atau, suatu daya perubahan paradigma yang membuat perusahaan bersaingdi panggung global? Jawaban yang benar boleh jadi sangat sedikit saja kedua-duanya. Beberapa perusahaan dan organisasi berlebihan "inovasi" demikian rupa sehingga itu menjadi suatu cara memasarkan untuk menjual produk yang melaluicara membuat merek ulang (rebranding) (Reena, 2007). Pada sisi lain, banyak lagi yang lain perusahaan sedang menginovasikan sesuatu produk dan jasa sebagai reaksi kecenderungan ekonomi yang menurun semata-matatindakan tegas keras untuk pengembangan produk(Hamm, 2009). Dyert, et.al. ( 2009), Cohn, Katzenbach, dan Vlak ( 2008)menjelaskan konsep dari inovasi dibagi menjadi empat tingkatan yang terpisah sedemikian sehingga para eksekutip dan manajemen dapat lebih secara efisien menilai kemampuan dari organisasi mereka untuk menghasilkan produksi baru dan jasa. Yang empat kategori dipecah menjadi tingkat waktu dan usaha dilibatkan dan, itu menjadi penting untuk mengenali komitmen masing-masing tingkatan agar berhasil. Tingkat Pertama Tingkatan yang pertama menekankan perubahan minimal ke produk yang ada, sejumlah investasi murah yang baru, dan resiko yang sangat rendah. Contoh pada tingkatan ini misalnya perubahan warna dari suatu produk atau meletakkan suatu logo yang baru pada suatu label. Sangat penting bagi perusahaan mampu mencapai keberhasilan tingkatan ini, yang tidak memerlukan ketrampilan yang unik. Ada produk yang tidak pernah berubah, ini Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
disediakan untuk produk yang berhubungan dengan nilai emosional masyarakat. Contoh klasiknya adalah Coca-Cola. Coca-Cola telah mengubah kemasannya dan membaharui penampakannya berulang kali sepanjang tahun, dan juga meluncurkan jenis yang berbeda dari rasa dan tipe ( seperti : Coke;Coca-Cola Diet , Coke;Coca-Cola bervitamin, Coca-Cola Panili), tetapi memberi isyarat bahwa resepnya hampir sama. Oleh karena itu, banyakperusahaan perlu untuk secara konstan membuat suatu usaha yang minimal untuk berinovasi pada Tingkatan Pertama. Tingkat Kedua Tingkatan yang kedua adalah suatu tingkat yang lebih tinggi dalam melakukan perubahan. Perubahan Level Dua meliputi pengintegrasian fitur yang baru ke dalam produk yang sudahada ke pasar atau versi berbeda dari produksi baru sama untuk dijual kepada berbagai kelompok yang demografis. Fitur baru ini memerlukan sesuatu hal yang bisa dipertimbangkan sebagai suatu tingkat investasi dan resiko medium. Misalnya tentang suatu perusahaan pembuatan mobil yang pada tindakan awal membuat suatu model standard dan kemudian memutuskan untuk mengadakan suatu versi deluxe versi mobil yang sama dengan beberapa tambahan, misalnya mobil matic. Tingkat Tiga Tingkatan yang ketiga adalah awal denganresiko keuangan dan produk besar, tetapi juga dengan tingkatan penghasilan yang berpotensi lebih besar. Sebelum masuk ke dalamtingkat resiko ini, para eksekutip akan menentukan seberapa besar suatu pasar tersedia atau mereka dapatkan untuk inovasi mereka buat. Sehingga suatu peramalan penjualan dibuat untuk mengkalkulasi hasil dari kurva investasi agar bisa diberi tingkat pengeluaran modal. Ini juga sangat mendesak bagi perusahaan untuk mencoba membedakan berapa banyak dari produk mereka Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
86
didasarkan pada produksi baru dan berapa banyak didasarkan pada efektivitas pemasaran dan kampanye penjualan. Terdapat bukti bahwa pemimpin perusahaan perlu menyadari penyebab dan efek dari keputusan, sehingga mereka dapat membelanjakan modaldi tempat yang sesuai tersebut. Contoh dari pengembangan produk pada langkah ini adalah perusahaan mobil yang mengeluarkan produk SUV dibanding station wagon, atau telepon cerdas menjadi lebih diinginkan dibanding telepon seluler yang reguler. Seperti dapat dilihat, tingkat inovasi ini memerlukan sumberdaya riset dan pengembangan kelompok riset, analisa dan pengetahuan pemasaran yang luas, bakat disain, dan kepemimpinan eksekutip. Tingkat Empat Tingkatan yang paling tinggi tentang inovasi adalah di mana perusahaan bisa menciptakan inovasi yang berubah bagaimana orang-orang hidup. Jika pada tingkatan yang ketiga dapat diuraikan suatu pengembangan yang evolusiner, dibanding langkah yang keempat yang revolusioner melangkah. Abad 20 telah melihat banyak contoh dari produk yang sudah mengubah dunia, seperti mobil yang berbahan bakar gas, radio, pesawat udara, televisi, komputer pribadi, dan Internet, hanya untuk menyebut beberapa inovasi tersebut. Tingkatan yang paling tinggi tentang inovasi juga membawa tingkatan yang paling tinggi tentang resiko, sering kali pada tingkatan ini inovasi produk atau jasa yang tak seorangpun pelanggan mengetahui apa yang mereka inginkan (Hempel, 2007). Inovasi pada level ini membutuhkan sistem keyakinan organisasi yang menarik para karyawan untuk melakukan dan memikirkan inovasi yang diinginkan oleh pelanggan. Hanya sedikit, seperti Apple, 3M, GE yang secara konsisten mengatur untuk mencapai sukses pada Tingkatan Empat inovasi ini. Untuk memudahkan pengertian tentang keempat hal inovasi di atas Tabel 1 akan menggambarkannya: Tingkatan Inovasi Satu Fitur-fitur baru dari produk yang telah ada, rsiko dan investasi rendah, pengembalian juga rendah Dua Pengembangan produk yang Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
Tiga
Empat
telah ada, resiko dan investasi medium, pendapatan medium Produk berubah secara evolusi, investasi besar, resiko medium, pengembanlian besar Produk-produk revolusiner, investasi besar, resiko tinggi, pengembalian tidak terbatas
Tantangan Pengembangan Agroindustri Menurut Gumbira Said dan Qowim (2010), tantangan pengembangan produk agroindustri akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor: • Kompleksitas rantai pasok sistem pertanian yang semakin kompleks karena jumlahpemasok lebih banyak, pengolahan lebih berbasis pengetahuan dan sumber bahan bakuyang semakin beragam. • Produk Agroindustri diperdagangkan di pasar global – Lingkup wilayah pasokan secarageografis semakin luas • Percepatan produksi pangan global meningkatkan kecemasan akan kontaminasi pangandan hasil agroindustri lainnya • Terdapat kesenjangan yang lebar mengenai implementasi keamanan produk • Peraturan dan Perundangan lebih banyak dan lebih khusus sehingga menambah daftartantangan • Liabilitas Produk – Perlindungan merk • Konsumen sekarang berpendidikan dan berwawasan lebih tinggi sehingga lebih mengertitentang isuisu keamanan dan keselamatan pangan dan agroindustri • Keinginan dan Preferensi Konsumen selalu berubah • Masih banyak produk Indonesia, diantaranya Biji Kakao, Ikan dan Produk Marinalainnya, Buah-Buahan dan Sayuran Tropika mendapatkan penolakan di luar negeri.Karena mutunya yang tidak memenuhi syarat
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
87
Inovasi dan Desain Produk Pertanian Olahan/ Makanan dalam Kemasan Jika kita melihat begitu banyak aneka ragam produk olahan dibidang pertanian yang dikemas menjadi produk makanan olahan. Bagaimana dapat menangkap eye catching for the first time yang menarik konsumen untuk membeli. Konsumen melihat dan memandang warna jauh lebih cepat daripada melihat bentuk atau rupa dari suatu produk. Dan warnalah yang pertama kali terlihat bila produk berada di etalase atau di pajangan. Desain produk sangatlah diperlukan agar produk-produk pertanian olahan dapat terus meningkatkan menembus pasar Internasional. Adanya liberalisasi perdagangan menuntut keunggulan kompetitif produk pertanian olahan kita, dalam hal ini transformasi produk pertanian primer menjadi produk olahan berdaya saing kuat tentu saja harus menjadi fokus perhatian. Yang terjadi sekarang justru munculnya beragam perangkap kebijakan yang sering kontraproduktif terhadap ekspektasi besar di balik revitalisasi pertanian. Dalam rangka peningkatan citra produk pertanian Indonesia yang berdaya saing maka diperlukan suatu inspirasi dari dalam kebudayaan masyarakat Indonesia yang memiliki ciri khas untuk produk pertanian olahan yang ada di Indonesia. Tanpa promosi, produk yang bagus sekalipun tidak akan dikenal orang dan perlunya mengikuti pameran baik event dalam dan luar negeri. Keanekaragaman desain produk olahan Indonesia seperti Keripik Salak asal Yogyakarta dan Malang dan keripik buahbuahan (apel, nangka, mangga dan sebagainya), Kemasan Kopi Toraja, Kopi Luwak dan berbagai macam jenis makanan olahan pertanian yang memerlukan suatu nilai ciri khas dari produk yang akan dipasarkan untuk komoditi ekspor. Analisis Fungsional Komoditi Telur Asin Sama seperti produk agroindustri lainnya, untuk bisa memenangkan persaingan di pasar telur asin aneka rasa ini, perlu membuat inovasi terus menerus agar bisa terus eksis di pasar produk agroindustri. Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
Salah satu cara model pengembangan yang dapat dilakukan adalah dengan mengeksplorasi fungsi-fungsi ekstrinsik dan intrinsik telur asin, atau dengan menggunakan analisis fungsional dalam pengembangannya. Beberapa hal yang dapat dikembangkan terkait dengan analisis fungsional adalah: 1. Pengembangan telur asin aneka rasa khas daerah 2. Pengembangan telur asin rendah kolesterol 3. Pengembangan telur asin rendah garam Telur Asin Aneka Rasa Khas Daerah Telur asin dengan varian anka rasa dan sesuai dengan keanekaragaman kuliner dan masakan yang ada di Indonesia akan menjadi inovasi yang menarik konsumen. Indonesia memiliki beraneka kuliner yang khas. Yogya dikenal dengan Gudegnya. Padang dengan Rendangnya. Manado dengan rica-rica. Dan banyak lagi makanan khas daerah yang menjadi brand suaru daerah. Produsen telur Asin Aneka Jaya Rasa, telah memulai produksi telur asin aneka rasa ini. Inovasi yang harus terus dilakukan adalah menemukan varian-varian baru telur asin yang memili rasa khas daerah di nusantara. Inovasi akan lebih diterima oleh pasar yang lebih luas. Misalnya varian yang disarnkan, telur asin rasa rendang, telur asin pedas, telur asin rasa rica-rica dan jenis lainnya.
Telur Asin Rendah Kolesterol Telur itik alias telur bebek kaya vitamin, mineral, dan protein. Namun, banyak konsumen harus membatasi konsumsinya. Sebab, telur itik mengandung lemak jenuh dan kolesterol.Rata-rata, telur bebek mentah segar mengandung sekitar 130 kalori, 9,6 gram lemak, 9 gram protein, 2,6 gram lemak jenuh, 1 gram karbohidrat, 619 mg kolesterol dan 102 mg sodium. Kandungannya meliputi 67 persen kalori
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
88
berasal dari lemak, 28 persen dari protein, dan 5 persen dari karbohidrat. Telur bebek mentah memberikan 158 persen vitamin B12, 26 persen asam pantotenat, 22 persen riboflavin, 15 persen vitamin A, 14 persen folat, dan 10 persen vitamin B6. Kandungan itu disarankan untuk dikonsumsi orang dewasa per hari. Vitamin B6, B12, asam pantotenat, riboflavin, dan folat bersifat larut dalam air. Vitamin B-kompleksnya penting untuk penglihatan, kesehatan kulit, pencegahan cacat lahir, metabolisme, fungsi sistem saraf pusat dan sel darah merah, hormon, dan pembentukan DNA.Sedangkan vitamin A merupakan antioksidan yang larut dalam lemak, merupakan bagian integral dari pembentukan penglihatan malam hari, tulang dan gigi, pembentukan kulit dan kesehatan membran lendir. Telur itik juga mengandung sejumlah kecil dari vitamin lainnya.Sebuah telur bebek mentah juga menyediakan 46 persen dari asupan harian yang direkomendasikan selenium untuk orang dewasa, 22 persen fosfor, dan 15 persen besi.Sebagai diet mineral penting, ketiga elemen tersebut membantu fungsi tiroid dan kekebalan tubuh, kesehatan tulang dan membran sel, produksi energi dan penyimpanan, penyimpanan dan transmisi DNA, serta oksigenasi sel darah merah. Sejumlah jejak mineral lain juga ada di telur itik. Namun, sebutir telur bebek tunggal mengandung lebih dari dua kali jumlah kolesterol. Telur juga mengandung 17 persen lemak jenuh dan 12 persen dari total lemak yang harus dibatasi orang dewasa per harinya. Saat ini Dinas Peternakan Kabupaten Karawang Jawa Barat, sedang melakukan pengembangan produksi telur bebek rendah kolesterol. Tahapan yang sedang dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada para peternak bebek untuk memberikan pakan yang sudah diformulasikan agar telur bebek yang dihasilkan rendah kolesterol. Hal yang sama telah berhasil dilakukan pada ayam (Ditjen PPHP, 2013). Inovasi ini akan menghasilkan inovasi turunannya yaitu telur bebek asin rendah kolesterol, yang akan membuka pasar baru bagi orang-orang yang harus diet kolesterol namun ingin tetap merasakan lezatnya telur bebek asin. Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
Telur Asin Rendah Sodium Pada tahun 2009, total produksi garam nasional mencapai 1,37 juta ton, sementara kebutuhan dalam negeri mencapai 2,88 juta ton sehingga Indonesia mengimpor sekitar 1,51 juta ton. Pada tahun 2010, produksi garam diperkirakan hanya meningkat 2,2% menjadi 1,4 juta ton sedangkan kebutuhan telah mencapai 2,99 juta ton yang berartiIndonesia harus mengimpor 1,59 juta ton (Jati, 2010). Jenis garam yang banyak dikenal masyarakat adalah garam dapur (NaCl), ion sodium (Na+) yang terdapat pada garam merupakan anion kuat yang berperan penting dalam sistem tekanan osmotik darah. Garam memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh, diantaranya menjaga keseimbangan asam basa dan menjaga tekanan osmotik darah. Keseimbangan asam basa (pH) serum darah perlu terus dijaga agar setiap organ tubuh dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan terhindar dari resiko pengendapan. Tekanan osmotik darah terjadi akibat perbedaan konsentrasi serum darah dengan cairan yang terdapat pada luar sel. Konsumsi garam berlebih dapat mengakibatkan meningkatnya konsentrasi garam dalam cairan sel sehingga garam akan menarik banyak cairan keluar sel dan memenuhi ruang luar sel. Hal itu sering disebut dengan meningkatnya tekanan osmotik, akibat lanjutan darimeningkatnya tekanan osmotik adalah terjadinya tekanan darah tinggi dan timbulnya atau bagian tubuh tertentu yang mengalami pembengkakan (oedema). Sebaliknya apabila konsumsi garam (ion Na+) kurang, maka akan mengakibatkan turunnya tekanan darah dan terbatasnya peredaran zat gizi dan oksigen. Kusuma (2011) melaporkan bahwa saat ini telah tersedia garam rendah sodium yang diproduksi oleh PT. Garam dengan merek dagang Lososa. Selain itu juga telah dikembangkan garam bumbu rendah sodium. Garam bumbu rendah sodium pada dasarnya merupakan campuran garam yang telah tersubstitusikan unsur sodiumnya dengan bumbu rempah-rempah yang banyak digunakan untuk memasak, misal lada, bawang putih ataupun rempah rempah lainnya. Proses produksi garam bumbu rendah sodium dimulai dari penetapan formula, yaitu penentuan jenis dan jumlah Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
89
bahan yang akan digunakan sesuai dengan rasa bumbu yang diinginkan, penimbangan bahan sesuai dengan formula yang telah ditetapkan dan diakhiri dengan proses pencampuran kering (dry mixing). Inovasi garam rendah sodium ini ini akan membuka arah inovasi pembuatan telur asin rendah sodium yang aman untuk penderita hipertensi. Proses pembuatan telur asin rendah sodium ini sama dengan proses pembuatan telur asin biasa. Terlepas dari keunikan dan kekhasan daya tarik penampilan produk olahan makanan dari komoditas pertanian, maka harus memiliki identitas yang tidak dapat disamakan satu dan yang lainnya. Desain produk yang berkelanjutan diperlukan dalam berbagai innovasi yang beda dengan yang lainnya. Sesungguhnya kreativitas dan inovasi inilah yang memberi nilai lebih untuk dapat menarik konsumen. Lebih jauh Said dan Qowim (2010), menjelaskan bahwa tidak semua produk hasil inovasi sukses di pasaran. Sedikit ada tujuh hal yang bisa menyebabkan sebuah produk baru gagal di pasar: Eksekutif level tinggi mungkin memaksakan gagasan favorit walaupun hasil riset pasar negatif. Ide itu bagus, tapi perkiraan ukuran pasarnya terlalu berlebihan. Produk tidak dirancang dengan baik. Produk diposisikan secara keliru di pasar, tidak diiklankan secara efektif, atau terlalu mahal. Produk gagal untuk memperoleh cakupan distribusi dan dukungan yang cukup. Biaya pengembangan lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Pesaing membalas dengan lebih gencar daripada yang diperkirakan. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Telur asin merupakan produk khas yang saat ini banyak diproduksi oleh industri rumah tangga dan UKM. Telur asin mulai dikembangkan dan dilbuat inovasi dalam bentuk varian rasa. Inovasi yang akan berkembang ke dapan adalah inovasi fungsional telur asin tersebut. Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
Inovasi ke depan yang akan dan telah mulai dilakukan adalah inovasi telur asin berbagai aneka rasa sesuai dengan kuliner khas daerah, telur asin rendah kolesterol dan telur asin rendah sodium. Inovasi-inovasi ini yang sudah diluncurkan ke pasar adalah telur asin anke rasa, dan emndapatkan sambutan yang cukup baik dari pasar. Perlu penelitian dan kajian yang lebih dalam untuk inovaso ini dan inovasi telur asin rendah kolesterol dan rendah soium ini.
DAFTAR PUSTAKA [1] Allen, C. 2009. Overview of China’s Economy and Market Opportunities . Senior Commercial Officer , U.S. Embassy, Beijing. [2] Bernard, Alain. 2011. Global Product Development. Springer. [3] Budiharjo. 2011. Produce Marketing Indonesia – Langkah Kecil Sekelompok Pelaku ‘Produce Business’. Produce Marketing Indonesia. Makalah pada Simposium Nasional Agroindustri – IV, Bogor, 24 September 2011. [4] Dahuri, R. 2011. Rekosntruksi Dan Model pembangunan Perikanan Untuk Kemajuan Bangsa Dan Kesejahteraan Nelayan. Seminar nasional Pertanian. Dewan mahasiswa Pasca Sarjana IPB. [5] Gumbira-Sa’id, E. 2011. Rekonstruksi Model Pembangunan Pertanian Menuju Kesejahteraan Nasional: perspektif Agroindustri. Seminar nasional Pertanian. Dewan mahasiswa Pasca Sarjana, IPB. Bogor, 26 Maret 2011. [6] E. Gumbira-Sa’iddan A.S. Fahmil Qowim, Penajaman Standar Mutu Sebagai Landasan Peningkatan Dayasaing Agroindustri, Seminar Nasional Standardisasi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Hotel Borobudur, Jakarta 20 Maret 2010 [7] Farson, Richard and Ralph Keyes, “The Failure Tolerant Leader,” Harvard
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
90
Business Review, pp. 64-71, August 2002. [8] [Fred, Gault. 2010. Innovation Strategies for a global Economy: Development, implementation, measurement and management. International development research centre – UK. [9] Hamm, Steve, “A Radical Rethink of R&D,” Bloomberg BusinessWeek, p. 35, Issue no. 4145, September 7, 2009. [10] Hempel, Jessi, “How Symbol Got Its Mojo Back,” Bloomberg BusinessWeek, p. 20, Issue no. 4025, March 12, 2007. [11] Jalil, S.A. 2004. Standardisation in Information And Telecommunicvation Technology in malaysia. SIRIM Berhad 10 AUGUST 2004, Kuala Lumpur. [12] Jana, Reena, “The Innovation Backlash,” Bloomberg BusinessWeek, p. 28, Issue no. 4025, March 12, 2007. [13] Jati, YW. 2010. Cheetam Kembangkan Pengolahan Garam. http://bataviase.co.id/node/258083. diakses tanggal 12 Juni 2013. [14] Jeffery Cohn, Jon Katzenbach, and Gus Vlak, “Finding and Grooming Breakthrough Innovators,” Harvard Business Review, pp. 62-69, December 2008Jeffrey H. Dyer, Hal B. Gregerson, and Clayton M. Christensen, “The Innovator’s DNA,” Harvard Business Review, pp. 61-67, December 2009. [15] Kossiakoff, Alexander et al. 2011. Systems engineering principles and practice 2nd edition. John and WileyUSA. [16] Kusuma, N.T. 2011. Studi Kelayakan Rencana Usaha Poduksi Bumbu Garam Rendah Sodium Kemasan Sachet pada Pt. X di Karawang Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bogor. [17] Otto, Kevin dan Wood Kristin. 2001. Product Design: Techniques in reverse engineering and new product development. Prenctice Hall – USA. [18] Porter, E. Michael, 1998, The Structural Analysis of Industries" is covered quite well in Chapter 1 of, Inovasi Produk Argoindustri (Zulfiandri, dkk)
Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and Competitors, The Free Press, New York, NY. [19] Purba, Frans H.K. Inovasi dan Desain Produk Pertanian Olahan/ Makanan dalam Kemasan, blog. Selasa July 17, 2012 [20] Silver, Jessica-Greenberg, “Time to Slip Into Something Less Comfortable?” Bloomberg BusinessWeek, p. 48, Inovasi Produk agroindustriIssue no. 4183, June 14-20, 2010. [21] Slywotzky A., “How Science Can Create Millions of New Jobs,” Bloomberg BusinessWeek, p. 37, Issue no. 4145, September 7, 2009.
Jurnal Teknik Industri ISSN: 1411-6340
91