INOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutan merupakan tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon (biasanya tidak dipelihara orang). Sedangkan menurut UU No.1 tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Indonesia memiliki 5 jenis hutan yang tersebar di berbagai pulau. Jenis Hutan Bakau sering tumbuh didaerah pantai landai dan berlumpur yang terkena pasang surut, biasanya banyak ditemui di pantai papua, dan sepanjang pesisir Kalimantan. Sedangkan di daerah pantai timur Sumatra, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah banyak ditemui Hutan Rawa yang merupakan daerah sejenis rawa-rawa dengan berbagai jenis tumbuhan seperti beluntas, pandan, dan ketapang. Sedangkan Hutan Sabana adalah daerah padang rumput yang diselingi pepohonan dan banyak semak belukar. Hutan Sabana banyak ditempui di daerah Nusa Tenggara. Hutan yang memiliki perbedaan kondisi pada musim kemarau dan musim hujan adalah Hutan Musim, banyak tumbuh didaerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jenis yang terakhir yaitu Hutan Hujan Tropis. Indonesia yang berada di daerah tropis yang mendapatkan sinar matahari cukup, curah hujan yang tinggi, dan temperatur rata-rata tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan dapat tumbuh dan membentuk Hutan Hujan Tropis (Sudewa 2011). Hutan mempunyai banyak manfaat bagi Indonesia bahkan untuk dunia. Hutan dapat menyerap gas CO2 dan menghasilkan gas O2 yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia. Selain itu, bagi beberapa penduduk hutan merupakan sumber mata pencaharian utama, seperti para pengumpul kayu bakar yang membutuhkan ranting-ranting pohon yang berjatuhan di permukaan. Tidak hanya bermanfaat untuk manusia, hutan merupakan habitat asli untuk flora dan fauna. Hutan
sangat memegang peran penting dalam ekosistem sehingga patut untuk dijaga dan dilestarikan (Anonim 2014). Berhubung hutan sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup bagi makhluk hidup dan seluruh ekosistem di dunia. Maka apabila terjadi kerusakan pada hutan, seluruh makhluk hidup dan ekosistem akan terkena dampaknya. Selain karena bencana alam, banyak tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab menyebabkan kerusakan hutan terus berlanjut. Diantara tindakan tersebut diantanya adalah penebangan hutan yang tidak dilakukan secara selektif dan diiringi penanaman hutan yang baru, pembuangan sampah sembarangan sebuah sikap yang tidak menghargai lingkungan, dan pembakaran hutan yang sedang menjadi pembicaraan hangat akhirakhir ini. Kebakaran hutan memang tidak sebabkan oleh manusia saja, cuaca panas yang terus menerus pun dapat menyebabkan kebakaran hutan terjadi . Akan tetapi di Sumatra ada sebuah adat istiadat yang melegalkan pembakaran hutan, sehingga untuk pencegahannya tidak semudah seperti di daerah-daerah lain. Harus ada penanganan khusus dari pemerintah pusat mengenai hal itu karena kalau dibiarkan saja akan menjadi sebuah kerugian yang berkelanjutan. Dampak negatif yang disebabkan kebakaran hutan sangat beragam, seperti ISPA, satwa liar menjadi langka, paru-paru dunia mengalami kerusakan yang parah dan masih banyak lagi kemungkinankemungkinan terburuk yang disebabkan kebakaran hutan. Adapun secara rincinya yaitu: 1. ISPA Infeksi saluran pernapasan akut atau sering disebut ISPA adalah terjadinya infeksi yang parah pada bagian sinus, tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru. Infeksi yang terjadi lebih sering disebabkan oleh polusi udara yang berlebih dan virus, meski bakteri juga bisa menyebabkan kondisi ini (Anonim 2015). 2. Satwa-satwa liar menjadi langka
Prof. Madriastuti mengatakan, kebakaran hutan dapat menyebabkan kematian langsung satwa liar. Mereka terbakar api dan kekurangan oksigen akibat menghirup asap pembakaran (Bempah 2015). 3. Paru-paru dunia mengalami kerusakan Paru-paru dunia hilang karena Deforestasi atau pengerusakan hutan sudah amat meluas, hutan hijau yang mengalami kerusakan menyebabkan produksi oksigen yang tadinya melimpah menjadi berkurang dan menambah dampak pemanasan global (Sukmahadi 2015). Solusi yang pernah ada sebelumnya sangatlah beragam. Contohnya Water Bombing yang digunakan untuk memadamkan api di hutan terbakar pada tanah gambut (Santoso 2015). Ada pula teknologi I-Wows (Intergrated Water Ground Fire Wetland System) yang dipaparkan oleh mahasiswi UGM pada saat presentasi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-28 di Kendari, Sulawesi Tenggara. Menurut Prof. Amzulian Rifai (2015), pemadaman kebakaran pada lahan gambut dengan water bombing kurang efektif karena water bombing hanya bisa memadamkan api pada bagian permukaan tanah saja tidak bisa sampai kebagian dalam tanah. Sedangkan teknologi I-Wows Maka diperlukan solusi efektif dan tepat guna dalam menyelesaikan masalah tersebut. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah Spider Pipeline as Fire Wetland (SPAS GROFI-W). SPAS GROFI-W merupakan modifikasi dari metode injeksi “paku bumi” ala Afrika Selatan menjadi lebih baik. Konsep dari SPAS GROFI-W tidak jauh berbeda dengan injeksi paku bumi tersebut, yaitu dengan menggunakan pipa besi sepanjang 1,5 meter dan diameter pipa sekitar 15 cm kemudian melalui pipa ini air di alirkan kedalam tanah. Pipa ditancapkan ke dalam tanah layaknya “paku bumi”. Namun sebelumnya air sudah dengan cairan zeolit sehingga bara api di dalam tanah lahan gambut dapat memadamkan api lebih cepat. Keunggulan dari SPAS GROFI-W terletak pada kecepatan dan jangkauan yang lebih luas dalam memadamkan api. Tidak seperti injeksi paku bumi yang hanya memiliki satu pipa, SPAS GROFI-W memiliki 8 cabang pipa lagi pada ujung bawah yang ditancapkan ke dalam tanah tersebut. Jadi, dalam memadamkan api lebih cepat dan mencangkup jangkauan lebih luas daripada injeksi
paku bumi. Teknologi ini sangat bermanfaat dan mempunyai potensi besar untuk menanggulangi kebakaran hutan pada lahan gambut sehingga perlu diterapkan di Indonesia khususnya di daerah-daerah yang rawan terjadi kebakaran hutan.
Gambar 1. Ilustrasi Paku Bumi dan SPAS GROFI-W
Strategi implementasi mutlak diperlukan dalam suatu program, tak terkecuali pada SPAS GROFI-W. Pihak-pihak yang akan dilibatkan diantaranya adalah: 1. Masyarakat setempat Sosialisasi seputar SPAS GROFI-W akan dilaksanakan pada masyarakat setempat agar teknologi ini dapat diketahui dengan baik oleh masyararakat sehingga dapat diterapkan dengan benar. Selain itu, dukungan dari masyarakat sangatlah penting agar teknologi SPAS GROFI-W berhasil. 2. Pemerintah Tidak bisa dipungkiri, peran pemerintah pun tidak kalah penting. Dalam menjalankan suatu kegiatan pemadaman kebakaran hutan, harus mendapat izin legal dari pihak pemerintah sehingga kegiatan bisa dilaksanakan dengan lancar. Bahkan pemerintah dapat membuat UU atau peraturan daerah mengenai teknologi ini untuk pemadaman kebakaran sehingga dalam pelaksanaannya pun tidak setengah hati dan bisa optimal.
3. Investor Gagasan besar ini tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Adapun salah satu solusi dalam fundraising permodalan SPAS GROFI-W adalah dengan menggaet investor. Investor dapat diajak bekerja sama dengan memberikan dana untuk penggalangan teknologi ini lalu dapat menjual SPAS GROFI-W ini kepada pemerintah dan masyarakat sehingga mereka pun mendapat keuntungan. Dengan terlibatnya ketiga pihak secara optimal, SPAS GROFI-W pun dapat memberikan hasil yang maksimal. Teknologi SPAS GROFI-W sangat efektif untuk mengatasi kebakaran hutan pada lahan gambut. Kebakaran lahan gambut yang tidak bisa dipadamkan dengan hanya metode water bombing, SPAS GROFI-W hadir untuk memadamkan api di bawah lahan gambut tersebut. SPAS GROFI-W yang merupakan modifikasi dari injeksi paku bumi dapat bekerja lebih efektif karena memiliki lebih banyak pipa (ada 8 buah) dan zat kimia (zeolit) yang dialirkan bersama air hingga dapat memadamkan api dengan lebih cepat dan cakupannya lebih luas. Sehingga dengan hadirnya SPAS GROFI-W sebagai solusi kebakaran hutan pada lahan gambut dapat menjadikan Indonesia menjadi negeri yang lebih aman dari ancaman kebakaran hutan.