Inovasi Korporasi dan Kebijakan Industri Otomobil Emerging Countries Asia di Tengah Rezim Lingkungan: Studi Perbandingan Hyundai, Tata, dan SAIC Indira Agustin – 071012006 Program Studi S1 Hubungan Internasional, Universitas Airlangga
ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan strategi yang dikembangkan antara korporasi yaitu Hyundai, Tata, dan SAIC serta pemerintah emerging economies Korea Selatan, India, dan China sehingga pertumbuhan produksinya mampu bersaing dengan industri otomobil dari negara maju. Peneliti menggunakan teori modernisasi ekologi serta corporate environmentalism dalam menjelaskan fenomena tersebut. Penelitian dilakukan pada rentang waktu 1998-2012, dengan menggunakan metode perbandingan diperoleh hasil bahwa ketiga aktor tersebut mengembangkan inovasi teknologi otomobil baik secara mandiri melalui riset dan pengembangan yang didukung oleh negara maupun melalui transfer teknologi dengan melakukan kerjasama dengan korporasi asing. Selain itu negara tempat korporasi tersebut berpusat turut memberikan dukungan terhadap industri otomobil supaya dapat tumbuh dengan pusat melalui kebijakan perdagangan maupun investasi asing. Kata kunci: corporate environmentalism, emerging economies, industri otomobil, modernisasi ekologi, rezim lingkungan. This research is conducted to compare strategies that are worked out between corporations Hyundai, Tata, and SAIC along with government of emerging economies of South Korea, India, and China so that their growth of production are capable to be competitive with automobile industry from developed countries. The research is applying ecological modernization theory and corporate environmentalism to explain the phenomenon. The research is set between 1998-2012, by using comparative methods, it is obtained that three of the actors could reach high growth of production by fostering technological innovation not only independently through research and development that supported by the government but also through technological transfer by conducting cooperation with foreign companies. Besides home countries of those corporations were participate in supporting the automobile industry so they can grow fast through trade policy or foreign investment. Keywords: automobile industry, corporate environmentalism, ecological modernization, emerging economies, environmental regime
1199
Gabriela Natalia Primi Bagas Gati
Negara-negara di dunia melalui United Nations Framework Convention of Climate Change (UNFCCC) membentuk kesepakatan untuk mengurangi emisi karbon industrialisasi maupun emisi transportasi, melalui Protokol Kyoto yang disepakati di Kyoto, Jepang, sejak 11 Desember 1997, namun mulai diberlakukan sejak tahun 2008 hingga 2012. Konvensi ini muncul sebagai reaksi atas pencemaran udara serta dampak pemanasan global. Protokol Kyoto merupakan regulasi internasional di bidang lingkungan yang secara kuantitatif dapat dijadikan tolak ukur atas usaha negara dalam mengurangi emisi karbon dan memperlambat signifikansi dampak pemanasan global. Pada konvensi ini disepakati nilai pengurangan emisi gas sebanyak 5,2% dari yang dihasilkan selama tahun 2008-2012 oleh negara-negara di dunia, dengan target yang dicapai tiap-tiap negara berbeda satu sama lain. Khusus bagi para pihak Annex I, diberikan batasan minimal dari jumlah emisi yang harus dikurangi, yaitu sebanyak 5% dari jumlah yang dihasilkan sebelum tahun 1990 selama periode 2008-2012. Pemberlakuan protokol menghimbau setiap negara di dunia beserta dengan aktor industrinya untuk menerapkan strategi yang dapat menurunkan tingkat emisi karbon. Salah satu dari banyak pihak yang terkena dampak pemberlakuan protokol Kyoto adalah pengusaha dan konsumen industri otomobil. Gas buangan yang dihasilkan oleh industri otomobil mengandung gas karbondioksida (CO2) yang merupakan salah satu kontributor pemanasan global. CO2 yang bersenyawa dengan udara menyebabkan hujan asam dan menipisnya lapisan ozon. Dalam hal ini kontribusi industri otomobil terhadap emisi CO2 dunia mencapai 23%. Di awal hingga pertengahan abad ke-20 pelaku industri otomobil dunia didominasi oleh negara maju, seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang dengan perusahaan-perusahaan otomobilnya. Namun di akhir abad ke-20 negara berkembang, melalui transfer teknologi mulai mengembangkan industri otomobilnya sendiri. Industri otomobil merupakan salah satu industri terpenting, sebab ia menyumbangkan porsi yang besar pada GDP (Gross Domestic Product) negara tempatnya berasal. Industri ini dapat dikatakan sebagai salah satu pilar ekonomi global dan penyumbang utama pertumbuhan makroekonomi dan stabilitas ekonomi negara. Oleh karena potensinya bagi ekonomi tersebut, negara berkembang berlomba-lomba untuk menciptakan industri otomobilnya melalui transfer teknologi.
1200
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3
Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)
Pertumbuhan Produksi Industri Otomobil secara Pesat di Emerging Economies Asia Penelitian ini berfokus pada beberapa emerging economies Asia dengan tingkat produksi otomobil yang tinggi, antara lain Korea Selatan, India, dan China. Pola yang berkembang di antara ketiganya terdapat kemiripan, yaitu mengedepankan industrialisasi dan produksi manufaktur berorientasi ekspor. Pada akhir abad 20 hingga awal abad ke-21, terlihat perkembangan jumlah produksi oleh korporasi-korporasi di dalamnya. Meskipun belum berhasil menggeser korporasi penghasil otomobil dari negara maju secara keseluruhan, namun beberapa dari korporasi tersebut mampu menunjukkan kapasitasnya untuk bersaing dalam hal pertumbuhan produksi.
Sumber: Freyssenet M. 2004. Grafik 1. di atas menunjukkan tingkat produksi otomobil negara-negara di dunia selama tahun 1898 hingga 2006. Dapat dilihat bahwa negara di Asia mengalami peningkatan jumlah produksi yang pesat jika dibandingkan dengan negara lainnya. Tabel 1. Produksi Otomobil Perusahaan (dalam ribuan)
Jurnal Analisis HI, September 2014
1201
Gabriela Natalia Primi Bagas Gati
Sumber: International Organization of Motor Vehicle Manufacturers (OICA 1998-2012) Tabel 1. di atas menunjukkan jumlah kendaraan otomobil yang diproduksi oleh beberapa perusahaan otomobil besar di negara maju dan berkembang. Meski terlihat perbedaan jumlah produksi yang jauh antara negara maju dan berkembang, namun terdapat peningkatan signifikan pada jumlah produksi di emerging economies. Rentang waktu dalam tabel di atas masa pemberlakuan Protokol Kyoto. Hampir seluruh perusahaan di atas mengalami peningkatan jumlah produksi pada masa diberlakukannya regulasi Protokol Kyoto. Namun peningkatan yang signifikan tersebut justru terjadi pada perusahaan yang berasal dari negara emerging economies, bukan negara maju. Pertumbuhan produksi perusahaan yang berasal dari India dan China mencapai 70% hingga 300% di beberapa tahun, yakni antara 2004-2011. Hal tersebut digambarkan dalam Grafik 2. berikut. Grafik 2. Pertumbuhan Industri Otomobil (dalam persen)
1202
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3
Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)
Sumber: dibuat oleh penulis berdasarkan OICA 1998-2012. Pertumbuhan produksi di perusahaan negara maju yang telah lama beroperasi terlihat adanya pertumbuhan dengan nilai yang kurang signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa adanya regulasi lingkungan yaitu Protokol Kyoto yang berusaha menekan dampak pemanasan global dengan mengatur tingkat emisi karbon tidak menyurutkan tingkat produktivitas industri otomobil di beberapa negara emerging economies di Asia, yaitu Korea Selatan, India, dan China. Dalam menghadapi tantangan tersebut, rupanya industri otomobil di negara emerging economies sebagaimana ditampilkan pada data di atas terbukti masih memiliki kapasitas tingkat kemajuan yang sama, bahkan meningkat. Industri otomobil di negara emerging economies tetap kompetitif dalam hal pertumbuhan produksi meskipun belakangan muncul tantangan berupa regulasi yang ditetapkan oleh rezim lingkungan, mengingat kondisi yang dihadapi oleh industri otomobil negara maju pada awal hingga pertengahan abad ke-20 berbeda dengan kondisi yang dihadapi oleh industri otomobil negara berkembang di akhir abad ke-20. Kajian Standar Lingkungan, Inovasi Teknologi, serta Kebijakan Pemerintah terkait Pertumbuhan Produksi Industri Otomobil Regulasi yang diberlakukan melalui Protokol Kyoto pada dasarnya ditujukan kepada setiap negara anggota UNFCCC dengan porsi ketetapan yang sesuai dengan kelompoknya. Kelompok ini terdiri atas
Jurnal Analisis HI, September 2014
1203
Gabriela Natalia Primi Bagas Gati
tiga, yaitu Annex I, Annex II, dan Non-Annex I. Dalam hal ini Korea Selatan, India dan China termasuk ke dalam kelompok Non-Annex I. Meski demikian ketiganya tetap bertanggung jawab untuk berusaha memenuhi komitmen tersebut. Pasal 10 Protokol Kyoto menyebutkan bahwa seluruh pihak dalam Prokotol ini wajib berpartisipasi dengan memprioritaskan pembangunan nasional sesuai dengan kepentingan nasional namun dengan mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan. Lebih spesifik, setiap negara wajib merumuskan kebijakan yang hemat biaya, menerapkan program-program regional untuk meningkatkan kualitas faktor emisi lokal. Pemerintahnya juga dianjurkan mengambil segala tindakan untuk meningkatkan kapasitas teknologi yang ramah lingkungan, terutama bagi negara berkembang. Menyikapi hal ini setiap negara dianjurkan untuk mengembangkan kebijakan yang secara spesifik ditujukan kepada korporasi. Setiap negara didorong untuk mengadopsi regulasi yang berlaku di tingkat internasional untuk diterapkan sendiri di tingkat nasional dengan menyesuaikan kondisi-kondisi yang terdapat pada negaranya. Sebagai aktor yang memberikan sumbangsih pada emisi, korporasi dalam sektor-sektor tertentu mendapatkan batasan-batasan dari negaranya. Ide natural capitalism menawarkan solusi atas integrasi pertumbuhan ekonomi dengan mengedepankan kepentingan lestarinya lingkungan sumber daya alam mendukung pertumbuhan ekonomi dengan mempertegas beberapa strategi yang perlu dilakukan oleh aktor-aktor terkait seperti negara, korporasi, dan masyarakat untuk menyelenggarakan perekonomian dengan menghargai segala bentuk kapital yang digunakan, termasuk sumber daya alam, agar dapat terus-menerus dimanfaatkan meskipun jumlah populasi kian bertambah. Strategi yang dimaksud antara lain radical resource productivity, yang merupakan inovasi teknologi ramah lingkungan dan biomimicry, yang merupakan stategi daur ulang yang dimaksudkan untuk meminimalisir sumber daya yang digunakan dan emisi yang terbuang. Kebijakan pemerintah pada umumnya akan mempengaruhi perilaku ekonomi, alokasi sumber daya, serta pola relasi dengan aktor perdagangan internasional lainnya, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan negara. Kebijakan investasi, baik dalam maupun luar negeri, merujuk pada pergerakan modal bagi operasional korporasi multinasional, dengan tujuan menarik modal yang masuk sebanyak mungkin. Adanya investasi akan membantu melindungi sektor-sektor tertentu agar tetap berjalan. Kebijakan persaingan didefinisikan sebagai sekumpulan kebijakan dan regulasi yang memastikan bahwa kompetisi yang berjalan dalam pasar tidak dibatasi dengan cara-cara yang mengganggu masyarakat maupun mengurangi efisiensi ekonomi. Dalam hal ini pemerintah bertujuan untuk mempertahankan tingkat daya saing
1204
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3
Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)
industri dalam pasar serta mengurangi dampak kerugian dari adanya intervensi pemerintah dengan berusaha memastikan pasar menjadi terbuka supaya kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. Standarisasi Lingkungan, Sertifikasi, serta Batasan dan Target berdasarkan Protokol Kyoto terhadap Industri Otomobil Dalam kaitannya dengan Protokol Kyoto, terdapat standarisasi internasional yang dibentuk oleh International Organization for Standarization (ISO), yang merupakan organisasi independen non-pemerintah yang beranggotakan badan nasional sebanyak 162 negara dengan sekretariat pusat yang berlokasi di Jenewa, Swiss. ISO membuat standar-standar berbagai produk baik berupa barang maupun jasa untuk memastikan kualitas, keamanan, dan efisiensi. Salah satu standar yang ditetapkan adalah ISO 14001 Environmental Management System Standard, yang memiliki beberapa turunan, di antaranya mengeluarkan spesifikasi yang berkaitan dengan industri otomobil dalam hal pelaporan emisi gas rumah kaca, yaitu ISO 14064. ISO 14064 merupakan standar internasional untuk menghitung dan melaporkan emisi gas rumah kaca. Standar ini dibuat sebagai petunjuk bagi sektor privat dan publik dalam menilai jumlah emisi gas rumah kaca, serta sebagai landasan kebijakan bagi pembuat kebijakan dan insiator program dalam menghadapi tantangan perubahan iklim. Di Korea Selatan, pemerintahnya mengklaim ‘Low-Carbon Green Growth’ sebagai strategi nasional yang tidak hanya diterapkan secara konseptual namun juga tindakan dalam peran sertanya dalam pembangunan berkelanjutan. Target pengurangan emisi gas rumah kaca menurut Pasal 42 ayat 1 Framework Act on Low-Carbon Green Growth adalah sebesar 30% dari total emisi gas rumah kaca nasional oleh sektor bisnis pada tahun 2020. Di India, pemerintah menerapkan Standar Emisi Bharat Stage, yaitu standar yang ditetapkan oleh pemerintah India dalam hal pembatasan polusi atau emisi gas rumah kaca baik yang dihasilkan oleh mesin pabrik maupun kendaraan bermotor, yang pengimplementasiannya diawasi oleh Central Pollution Control Board yang berada di bawah Kementerian Lingkungan dan Kehutanan. Sementara di China, pemerintah China melalui Kementerian Lingkungan (Ministry of Environmental Protection-MEP) berusaha memberlakukan standar emisi dalam rangka mengurangi polusi yang dihasilkan oleh otomobil. Standar pemberlakuan emisi kendaraan di China terdiri atas tiga program yang saling berkesinambungan dan wajib dipatuhi oleh produsen kendaraan bermotor, yaitu New Vehicle Type Approval, penyesuaian produksi, dan Inspection and Maintenance
Jurnal Analisis HI, September 2014
1205
Gabriela Natalia Primi Bagas Gati
Program (I/M) Jika dalam pengujian tersebut ditemukan fasilitas yang tidak sah atau bentuk penyelewengan lainnya maka badan pengeawas akan menghentikan kegiatan illegal, permintaan perbaikan, memungut denda, dan jika kasus merupakan pelanggaran berat maka akan mencabut sertifikat produsen. Implementasi Standar Lingkungan oleh Hyundai Salah satu cara pengimplementasian Hyundai adalah dengan meminimalisir segala bentuk emisi dari proses produksi. Dalam hal inovasi teknologi, Hyundai mampu meluncurkan inovasi teknologi otomobil yang ramah lingkungan, yaitu Blue Drive, yang mampu mendaur ulang energi yang terbuang kembali menjadi sumber energi; Hybrid Electric Vehicle, yang memiliki keunggulan penggunaan dua jenis sumber energi yang dapat digunakan secara bergantian, yaitu pembakaran internal menggunakan bahan bakar dan menggunakan energi listrik, maupun kombinasi dari keduanya serta mampu menghemat bahan bakar serta meminimalisir adanya emisi yang terbuang percuma; dan Eco Driving System, yang mampu memastikan penurunan konsumsi bahan bakar melalui beberapa metode yang mampu secara otomatis mengendalikan akselerasi kecepatan, mengarahkan pola kemudi pada pengemudi, dan memberi informasi pada pengemudi mengenai rute paling ekonomis yang dapat diambil. Sedangkan dalam hal daur ulang, produksi baja yang digunakan oleh Hyundai Motor Group sebagai bahan produksi otomobil mengadopsi sirkulasi produksi sebagaimana sirkulasi air di alam, yaitu dengan bekerjasama dengan Hyundai Steel memproduksi lembaran baja-gulung panas, yang kemudian digunakan oleh Hyundai Hysco untuk memproduksi lembaran baja-gulung dingin untuk otomobil, lalu oleh Hyundai Motor digunakan dalam produksi otomobilnya untuk dibentuk dan dipasang, yang lebih lanjut sisa baja bahan kendaraan didaur ulang di Automobile Recycling Center untuk kemudian digunakan kembali oleh Hyundai Steel dalam proses awal.
Kebijakan Pemerintah Korea Selatan Promosi Ekspor
1206
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3
Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)
Kebijakan ini terdiri atas tiga hal yaitu insentif pajak, insentif keuangan, serta pembentukan zona perdagangan bebas. Sejak tahun 2005 pada setiap investasi yang masuk akan dibebaskan pajak pada 10 tahun pertama apabila industri yang bergerak berorientasi ekspor, serta potongan pajak sebesar 50% diberikan pada pembiayaan penelitian dan pengembangan oleh industri. Pemberlakuan insentif keuangan dapat berupa kebijakan pinjaman, pembiayaan ekspor, dan jaminan ekspor. Akses pinjaman modal diberikan negara kepada industri strategis diberikan tingkat bunga yang rendah. Kebijakan Perdagangan dan Investasi Asing Masuknya investasi asing ke dalam sektor industri otomobil di Korea Selatan dapat dikatakan kecil, sebab proses manufakturnya melibatkan supplier serta subkontraktor autoparts yang didorong untuk membangun fasilitas yang berdekatan dengan lokasi pabrik, sehingga dapat mengurangi biaya-biaya bagian serta mengurangi kebutuhan atas investasi. Tantangan lain bagi masuknya investasi asing di sektor otomobil ke Korea Selatan adalah tingginya daya saing China sebagai negara tetangga dengan potensi pasar yang begitu tinggi dan tersedianya tenaga kerja yang relatif lebih murah serta dalam jumlah yang jauh lebih besar. Anggaran Riset dan Pengembangan Kebijakan inovasi menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi (MEST) dan Kementerian Pengetahuan Ekonomi (MKE). MEST bertanggung jawab merumuskan kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta investasi untuk riset dan pengembangan, mendukung universitas dan insititusi riset (baik publik maupun privat). Sedangkan MKE bertanggung jawab dalam penanganan di bidang industri secara langsung. Baik MEST dan MKE dapat mengalokasikan anggarannya sebesar 30% untuk mengembangkan inovasi teknologi yang ditujukan bagi industri. Grafik 3. Presentase Anggaran Riset dan Pengembangan Korea Selatan tahun 1970-2005
Jurnal Analisis HI, September 2014
1207
Gabriela Natalia Primi Bagas Gati
Sumber: Korean Statistical Information Service (KOSIS) Grafik 3 di atas menunjukkan adanya peningkatan anggaran riset dan pengembangan yang relatif di Korea Selatan. Dalam hal ini sektor industri otomobil, di mana secara lebih spesifik Hyundai mengeluarkan anggaran yang meningkat pesat dari USD 160 juta di tahun 1990 menjadi USD 2 milyar di tahun 2008. Apabila dibandingkan dengan perusahaan lain, nilai yang diterima oleh Hyundai untuk riset dan pengembangan tersebut jauh lebih besar, yakni Kia yang hanya mengeluarkan USD 726 juta. Implementasi Standar Lingkungan oleh Tata Beberapa inovasi teknologi ramah lingkungan yang diterapkan oleh Tata antara lain teknologi Nano, yang dikembangkan oleh tim integrasi yang berhasil memodifikasi produk sehingga dapat mengembangkan mesin dengan kapasitas 624cc dan 35hp yang pada awalnya hanya sebesar 538cc dan 16hp. Selain itu efisiensi bahan bakar juga meningkat yang awalnya dapat melaju sejauh 18km per liter menjadi 23,6km per liter berdasarkan hasil uji dan sertifikasi. Selain itu Tata juga mengembangkan mesin hybrid yang memungkinkan mobil untuk menghasilkan emisi karbon yang sangat kecil namun tetap powerful. Dalam hal daur ulang, secara umum Tata bekerja sama dengan lembaga pendaur ulang resmi (authorized re-cycler) yang secara khusus menangani limbah industri untuk didaur ulang. Setiap jenis limbah yang dihasilkan memiliki lembaga pendaur ulang masing-masing yang berkompeten di bidangnya. Hasil daur ulang tersebut kemudian
1208
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3
Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)
digunakan kembali dalam proses produksi selanjutnya. Secara khusus, limbah zat berbahaya harus dikirimkan ke pusat daur ulang limbah berbahaya, yaitu Common Hazardous Waste Treatment Storage and Disposal Facility (CHWTSDF) yang berlokasi di Taloja, India. Kebijakan Pemerintah India Promosi Ekspor Dalam upaya meningkatkan ekspornya pemerintah India membentuk berbagai institusi yang berfungsi membantu meningkatkan nilai ekspor meskipun tidak secara langsung bersentuhan dengan aktivitas perdagangan melainkan dengan menyediakan dukungan organisasional kepada para eksportir. Bentuk dukungan yang diberikan oleh institusi tersebut antara lain berupa penyediaan informasi pasar yang menguntungkan bagi eksportir; publikasi hasil produksi yang akan diekspor; mengatur pertemuan dan kunjungan bagi para pelaku ekspor; mengadakan seminar terkait dengan perdagangan ekspor; menawarkan jaminan perlindungan keuangan bagi setiap transaksi perdagangan; mengatur skema dan pedoman; mengatur transit sementara barang dagangan; serta mempromosikan ekspor ke negara lain. Kebijakan Perdagangan dan Investasi Asing Sektor otomobil di India mulai terbuka pada investasi asing sejak tahun 1991, yaitu masa liberalisasi ekonomi India, di mana pada masa tersebut alokasi investasi yang dapat masuk adalah sebesar 100%. Hal ini kemudian mendorong peningkatan nilai produksi otomobil dari 2 juta unit di tahun menjadi 9,7 juta unit di tahun 2006 setelah ia berpartisipasi sebagai pemain global dalam industri ini. Grafik 4. Tingkat Pertumbuhan Investasi Asing di India untuk Sektor Otomobil
Jurnal Analisis HI, September 2014
1209
Gabriela Natalia Primi Bagas Gati
Sumber: Rajalakshmi dan Ramachandran, “Foreign Direct Investment on India’s Automobile Sector.” Pada grafik di atas ditunjukkan dinamika pertumbuhan investasi terhadap sektor otomobil di India yang polanya serupa dengan pola ekspor dan impor di sektor tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa naik turunnya tingkat investasi yang masuk ke India untuk sektor otomobil tersebut turut berpengaruh secara linear terhadap nilai produksinya. Anggaran Riset dan Pengembangan Salah satu upaya pemerintah India dalam hal riset dan pengembangan bagi bertumbuhnya industri otomobil dilakukan dengan membentuk National Automotive Testing and R&D Infrastructure Project (NATRIP) yang bertujuan untuk membentuk kompetensi tingkat global di sektor otomobil dan memfasilitasi integrasinya dengan ekonomi global di mana lembaga ini merupakan hasil kerjasama pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan industri otomobil di India. NATRIP berusaha mengembangkan sistem pengujian dengan ‘state-of-the-art’, validasi, serta infrastruktur riset dan pengembangan untuk mendukung pertumbuhan dan usaha pengembangan industri otomobil untuk mencapai tingkat internasional. NATRIP mencoba membangun fasilitas berkelas dunia di tiga lokasi di India senilai Rs 1.718 crore, yaitu di Manesar, India Utara; Chennai, India Selatan; dan Pune dan Ahmednagar di India Barat. Implementasi Standar Lingkungan oleh SAIC
1210
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3
Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)
SAIC melalui pemerintah China dalam Auto Industry Restructuring and Revitalization Plan tahun 2009, mengembangkan teknologi new-energy vehicle (NEV) untuk diterapkan dalam setiap kendaraan yang diproduksi oleh korporasi produsen kendaraan bermotor. Perencanaan tersebut ditujukan untuk menggunakan NEV sebagai breakthrough point, memperkuat kemandirian inovasi, serta mengembangkan kemandirian merk. NEV didefinisikan sebagai kendaraan yang menggunakan teknologi bahan bakar alternatif teknologi elektrifikasi, yaitu Hybrid Engine Vehicle (HEV), Battery Electric Vehicles (BEVs), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEVs), Fuel Cell Electric Vehicle, Hydrogen Engine Vehicle, dan Natural Gas Vehicle. Salah satu produk awal unggulan SAIC yang menerapkan teknologi tersebut adalah Roewe 750 Hybrid yang dikembangkan sejak tahun 2011, yang hemat bahan bakar beremisi rendah, yaitu 20% lebih rendah ketimbang produk selainnya. Kebijakan Pemerintah China Stimulus Fiskal Subsidi fiskal merupakan pengalokasian hasil penerimaan pemerintah ke dalam anggarannya dalam rangka mempengaruhi aktivitas ekonomi tertentu. Dalam hal pembiayaan, dukungan yang diberikan pemerintah China bagi pihak produsen mencakup bantuan dana yang diberikan secara cuma-cuma tanpa terikat oleh adanya pengembalian kepada pemerintah; pajak rendah (preferential tax rates), di mana sejak tahun 2011 pengenaan pajak bagi penghasilan korporasi dipotong sebesar 50% untuk mendorong produktivitas industri; subsidi kredit dari bank milik negara; pembiayaan kredit dari Bank Ekspor-Impor China beserta jaminan dengan kelonggaran suku bunga yang berada di bawah tingkat bunga pada pasar. Kebijakan Perdagangan dan Investasi Asing Masuknya investor asing juga turut membantu industri otomobil dalam negeri China untuk mengejar ketertinggalan teknologi hemat energi. Investor asing yang masuk tidak dapat memproduksi kendaraan secara utuh kecuali apabila mereka melakukan joint-venture dengan perusahaan China, dengan alokasi mayoritas dimiliki oleh pihak China, yaitu sedikitnya 50% saham, sehingga memberikan pengaruh bagi partner kerjasama tersebut untuk bernegosiasi mengenai transfer teknologi sebagai bagian dari kesepakatan kerjasama. Sementara itu keputusan persetujuan atas segala bentuk kerjasama yang akan dilakukan dengan pihak asing berada pada pemerintah, dan transfer
Jurnal Analisis HI, September 2014
1211
Gabriela Natalia Primi Bagas Gati
teknologi merupakan isu yang paling berpengaruh terhadap perolehan persetujuan atau kesepakatan Anggaran Riset dan Pengembangan Dalam hal riset dan pengembangan, pada tahun 2011-2012, pemerintah mengalokasikan dana sebesar RMB 115 milyar untuk dana riset dan pengembangan, pembangunan sarana penghematan energi, serta setengahnya untuk mensubsidi pengembangan dan industrialisasi teknologi inti. Sementara itu anggaran yang dikeluarkan untuk riset kendaraan bertenaga listrik di bawah Program 863 sejak tahun 2006 hingga 2010 berkisar sebesar RMB 4,7 miliar. Akan tetapi secara umum program riset dan pengembangan bekerjasama dengan para investor asing melalui adanya transfer teknologi. Kesimpulan Dari studi perbandingan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa dari gejala yang serupa pada aktor Hyundai, Tata, dan SAIC yaitu dalam tingginya produksi kendaraan di tengah tuntutan regulasi lingkungan Protokol Kyoto disebabkan oleh adanya penyebab yang serupa pula, yaitu standarisasi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh kendaraan produksi para aktor tersebut, penerapan inovasi teknologi yang ramah lingkungan baik secara mandiri maupun melalui transfer teknologi, serta peranan pemerintah untuk mendukung produktivitas industri otomobil melalui kebijakan perdagangan dan investasi asing. Hyundai berhasil menerapkan strategi natural capitalism melalui beberapa produknya yang kemudian membuatnya mampu mencapai standar lingkungan yang berlaku di negaranya, maupun standar internasional mengenai emisi gas rumah kaca, beserta dengan kemampuannya dalam mengolah limbah industri. Pemerintah Korea Selatan dalam hal ini mampu menyediakan kondisi yang kondusif bagi industri otomobil, yang di dalamnya Hyundai mendominasi di antara aktor industri lainya, melalui promosi ekspor serta dukungan riset dan pengembangan baik dalam bentuk fasilitas atau sarana maupun insentif dana. Dalam hal strategi natural capitalism, Tata juga mampu menerapkan inovasi teknologi serta pengolahan limbah meskipun tidak sepenuhnya secara mandiri, dalam rangka memenuhi standarisasi yang ada. Demikian pula dengan pemerintah India juga mampu menyediakan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan industri otomobilnya, melalui
1212
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3
Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)
membuka investasi asing, promosi ekspor, serta dukungan riset dan pengembangan. Sedikit berbeda, pertumbuhan SAIC mendapat dukungan yang besar dari pemerintahnya. Pengembangan inovasi teknologi diperoleh dari adanya transfer teknologi atas bantuan pemerintah dalam menarik investasi asing yang mensyaratkan hal tersebut. Dengan kata lain meskipun berhasil menerapkan teknologi ramah lingkungan pada produknya, namun inovasi tidak dilakukan secara mandiri oleh SAIC. Kebijakan pemerintah China dalam mendorong pertumbuhan produksi otomobil terimplementasikan dalam beberapa bentuk, yang utamanya didominasi oleh adanya subsidi bagi produsen dan konsumen dalam negeri serta membuka kesempatan yang besar bagi investasi asing untuk membantu pengembangan inovasi teknologi. Penelitian ini menunjukkan bahwa produktivitas suatu korporasi dapat dipengaruhi oleh beberapa tindakan yang dilakukan baik oleh korporasi itu sendiri maupun oleh pemerintah di negaranya berasal. Melalui inovasi teknologi, korporasi berusaha untuk mencapai daya saing yang tinggi agar nilai kompetisinya di pasar tetap tinggi. Dengan dukungan pemerintah korporasi terbantu dalam usaha ekspor dan memperoleh investasi asing. Dalam hal ini korporasi yang berasal dari negara dengan ekonomi yang sedang tumbuh pesat, mendapat dukungan yang tinggi dari negara utuk dapat bersaing dengan aktor bisnis dari negara maju. Kompetisi dan daya saing menjadi nilai penting untuk dapat tetap bertahan di pasar dan tumbuh dengan pesat. Daftar Pustaka Buku Bungin, Burhan. H. M. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial. (Jakarta : Kencana Prenama Media Group, 2009) Dickovick, Tyler J. The World Today Series 2013 : Africa. 48th Ed. (Lanham : Stryker-Post Publication, 2013), http://books.google.co.id/books?id=ZfSXAAAAQBAJ&printsec=fro ntcover#v=onepage&q&f=true (Diakses pada 14 April 2014) Gulo, W. Metodologi Penelitian (Jakarta : Grasindo, 2000). http://books.google.co.id/books?id=lFJfR5jf-osC&pg=PA19&dq=tip e+penelitian+deskriptif&hl=en&sa=X&ei=rnZeU9aIDcGkrQfS84H4 DA&redir_esc=y#v=onepage&q=tipe%20penelitian%20deskriptif&f =true (Diakses pada 28 April 2014) Hironaka, Ann. Neverending wars : The International Community, Weak States and The Perpetuation of Civil War. (London: Harvard
Jurnal Analisis HI, September 2014
1213
Gabriela Natalia Primi Bagas Gati
University Press, 2005) www.bookfi.org (Diakses pada 26 April 2014) Lahneman, William J. Military Intervention : Twenty-First Century. (Lanham : Rowman & Littlefield Publisher, 2004) Ramsbotham, Oliver, hugh Miall & Tom Woodhouse. Contemporary Conflict Resolution : The Prevention, Management and Transformation of Deadly Conflicts, 3rd Ed. Polity Press. http://books.google.co.id/books?id=-IbuQE02-KkC&printsec=front cover&dq=Conflict+ramsbotham&hl=en&sa=X&ei=AdGrU8i5Icqiug SK1oH4AQ&ved=0CBkQ6AEwAA#v=onepage&q=Conflict%20rams botham&f=false (Diakses pada 14 September 2012) Seybolt, Taylor B. Humanitarian Military Intervention The Condisitons for Success and Failures. (Oxford : Oxford University Press, 2007) Suyanto, Bagong & Sutinah, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta : Prenada Media Group, 2005) Williams, Paul D. War and Conflict in Africa.( Polity, 2011) Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2008) Jurnal, Artikel dan Laporan Anna, Magdalena Czyz. “Applying the ABC Conflict Triangle to The Protection of Children’s Human Rights and The Fulfillment of Their Basic Needs : A Case Study Approach” (Thesis to the European University Centre for Peace Studies, 2006) : 1-88. http://epu.ac.at/fileadmin/downloads/research/Czyz.pdf (Diakses pada 19 April 2014) Bakrania, Shivit, “Conflict Drivers, International Responses, and the Outlook for Peace in Mali: A Literature Review”, Governance and Social Development Resource Centre, (31 Januari 2013): 1-24, http://www.gsdrc.org/docs/open/IP14.pdf, (Diakses pada 7 Mei 2014) Bar-Tal, Daniel, “Societal Beliefs in Times of Intractable Conflict : The Israeli Case”, International Journal of Conflict Management, (1998, 9): 22-50, http://www.tau.ac.il/~daniel/pdf/29.DOC (Diakses pada 3 Juni 2014) Beaudoin, Melissa MC. “Protracted Social Conflict : A Theoritical Reconceptualization and Case Analysis” (Thesis and Dissertations University of South Carolina, 2013) : 1-376, http://scholarcommons.sc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2773&c ontext=etd&sei-redir=1&referer=http%3A%2F%2Fwww.google.com %2Furl%3Fsa%3Dt%26rct%3Dj%26q%3Dprotracted%2520social%2 520conflict-%2520a%2520theoretical%2520reconceptualization%25 20and%26source%3Dweb%26cd%3D1%26ved%3D0CCoQFjAA%26 url%3Dhttp%253A%252F%252Fscholarcommons.sc.edu%252Fcgi% 252Fviewcontent.cgi%253Farticle%253D2773%2526context%253De td%26ei%3DfwVqU6vcDoW2uASkn4HoBg%26usg%3DAFQjCNGtT
1214
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3
Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)
AUfDK6O0vIF4oAbXKYXUGRsZQ%26bvm%3Dbv.66111022%2Cd. c2E#search=%22protracted%20social%20conflict-%20theoretical% 20reconceptualization%22 (Diakses pada 7 Mei 2014) Bergamaschi, Isaline. “MINUSMA : Initial Steps, Achievements and Challenges” Noref Norwegian Peacebuilding Resource Centre ( 2 0 1 3 ) : 1 4 . http://www.peacebuilding.no/var/ezflow/_site/storage/original/ap plication/89da563832be4b62d09bc99edc0cf080.pdf (Diakses pada 6 April 2014) Bloddy-Evans, Alistair, “African History : Modibo Keita”, About.com, http://africanhistory.about.com/od/mali/a/Modibo-Keita-Biograph y.htm (Diakses pada 22 Juni 2014) Bondersholt, Signe F & Gyldenholm, Kia CK, “Conflict in North Mali : Tuareg Livelihood”, International Development Studies, Roskilde University, (5th Semester, Spring 2012) : 1-67, http://rudar.ruc.dk/bitstream/1800/8067/3/zConflict%20in%20N orth%20Mali%20-%20Tuareg%20Livelihood.pdf (Diakses pada 22 Juni 2014) Briscoe, Ivan. “Crime After Jihad : Armed Groups, The State and Illicit Business in Post Confict Mali” Clingendael Netherlands Institute of International Relations (Mei 2014) : 1-65 http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web& cd=2&ved=0CCQQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.clingendael.nl %2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FCrime%2520after%2520Jihad.pdf &ei=USanU-2GDpOyuASa5YCgCg&usg=AFQjCNGfUZ27RTZNbKR pSFY_MGVMf1C2fA&sig2=9zGPmqSLdNBTx4ubxphULQ&bvm=bv .69411363,d.c2E (Diakses pada 23 Juni 2014) Collins, Randall, “C-Escalation and D-Escalation : A Theory of the Time-Dynamics of Conflict” American Sociological Review, (2011): 1 2 0 , http://www.asanet.org/images/journals/docs/pdf/asr/Feb12ASRFe ature.pdf (Diakses pada 15 April 2014) Cramer, Marissa. “From Nomads to Nationalists : Explaining Tuareg Separatism in Northern Mali” DB, Devon, “The Crisis in Mali : A Historical Perspective on the Tuareg People”, Global Research Centre for Research on Globalization, ( 2 0 1 3 ) , http://www.globalresearch.ca/the-crisis-in-mali-a-historical-perspe ctive-on-the-tuareg-people/5321407 (Diakses pada 13 April 2014) Dowd, C and Raleigh, C, “Sahel State Political Violence in Comparative Perspective”, Stability: International Journal of Security and Development 2(2), (2013):25, DOI: http://dx.doi.org/10.5334/sta.bl Federal Research Division, “Country Profile : Mali”, Library of Congress, (Januari 2005) : 1-20,
Jurnal Analisis HI, September 2014
1215
Gabriela Natalia Primi Bagas Gati
http://lcweb2.loc.gov/frd/cs/profiles/Mali.pdf (Diakses pada 6 April 2014) Gulmez, Dudem Buhari, “World Society and Conflict”, Journal of Critical Globalisation Studies, Issue 2 (2010) : 164-68, http://www.criticalglobalisation.com/Issue2/164_168_WORLD_S OCIETY_JCGS2.pdf (Diakses 24 April 2014) Hanlon, Querine, “Adapting America’s Security Paradigm and Security Agenda : State Actors in the 21st Century Security Environment,” National Strategy Information Center, (2011) : 1-17, http://www.strategycenter.org/wp-content/uploads/2011/07/StateActors-21st-Century.pdf (Diakses pada 2 Juni 2014) Hershkowitz, Ann, “The Tuareg in Mali and Niger : The Role of Disertification in Violent Conflict”, ICE Case Study Number 151, (Agustus 2005), http://www1.american.edu/ted/ice/tuareg.htm (Diakses pada 23 Juni 2014) Humphreys, Macartan & Habaye ag Mohamed. “Senegal and Mali” Columbia University (2003) : 1-80. http://www.columbia.edu/~mh2245/papers1/sen_mali.pdf (Diakses pada 6 April 2014) Keita, Kalifa. “Conflict and Conflict Resolution in The Sahel : The Tuareg Insurgency in Mali”, Strategic Studies Institute (1998) : 1-48 http://www.strategicstudiesinstitute.army.mil/pdffiles/pub200.pdf (Diakses pada 6 April 2014) Lecocq, Baz. “Northern Mali : A long and Complicated Conflict” ZiF-Mitteilungen 3, (2013): 1-6. https://www.uni-bielefeld.de/ZIF/Publikationen/Mitteilungen/Aufs aetze/2013-3-Lecocq.pdf (Diakses pada 14 April 2014) Lecocq, J.S. “That Desert is Our Country : Tuareg Rebellions and Competing Nationalisms in Contemporary Mali (1946-1996)” UvA-DARE The Institutional Repository of the University of Amsterdam (UvA) (2002) : http://dare.uva.nl/document/65901 (Diakses pada 26 Juni 2014) Lecocq, Mann, Whitehouse, Badi, Pelekmans, Belalimat, Hall, Lacher. “One Hippopotamus and Eight Blind Analysts: A Multivocal Analysis of the 2012 Political Crisis in the Divided Republic Editors Cut”, (2012): 1-16. http://media.leidenuniv.nl/legacy/lecocq-mann-et-al---one-hippo-8 -blind-analysts-editors-cut.pdf (Diakses pada 22 Juni 2014) Mariko, Moctar & Florent Geel. “War Crime in Mali”. Laporan AMDH-FIDH Perancis. (2013) : 1-28. http://www.fidh.org/IMG/pdf/mali592ang.pdf (Diakses pada 6 April 2014) Miller, Raymond. “The Role of Ideology in Negotiation and Conflict During the Tuareg Rebellions”. (2013). http://smallwarsjournal.com/jrnl/art/the-role-of-ideology-in-negoti
1216
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3
Dinamika dan Faktor Pendorong Keberlanjutan Konflik Antara Masyarakat Tuareg dengan Pemerintahan Mali (1962-2012)
ation-and-conflict-resolution-during-the-tuareg-rebellions (Diakses pada 13 April 2014) Mullner, Birgit Kirsten, “Conflict Barometer : Disputes Non-Violent Crises Violent Crises Limited Wars”, Heidelberg Institute for International Conflict Research, (2012):1-130, http://hiik.de/en/konfliktbarometer/pdf/ConflictBarometer_2012. pdf (Diakses pada 22 Juni 2014) PBB. Dewan Keamanan. Resolution 2100, 25 April 2013, http://www.un.org/en/peacekeeping/missions/minusma/document s/mali%20_2100_E_.pdf (Diakses pada 26 Juni 2014) Schultz, Jakob. “Conflict Barometer : Disputes Non-Violent Crises Violent Crises Limited Wars Wars” Heidelberg Institute for International Conflict Research (2012) : http://hiik.de/en/konfliktbarometer/pdf/ConflictBarometer_2012. pdf (Diakses pada 22 Juni 2014) Susan E. Rice dan Stewart Patrick. “Index of State Weakness In The Developing World”, The Brookings Institution (2008) : 1-47 , http://www.brookings.edu/~/media/research/files/reports/2008/2 /weak%20states%20index/02_weak_states_index.pdf (Diakses pada 2 Juni 2014) Tamboura, Abdoulaye. “Tuareg Crisis in Niger and Mali” (IFRI Sub-Saharan Africa Program Seminar, 2008) : 1-9, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&c d=8&cad=rja&uact=8&ved=0CHcQFjAH&url=http%3A%2F%2Fww w.ifri.org%2Fdownloads%2FSem_Tuaregcrises_EN.pdf&ei=jX5LU5 TqHsb_rQfd44C4Cw&usg=AFQjCNGqa_jtaHL-3VwYK6k2z-E0u03l ig&sig2=GQsaovDz-LQmBZBq6b7ffg&bvm=bv.64542518,d.bmk (Diakses pada 14 April 2014) Technology Integration Division. “Mali in Perspective : An Orientation Guide” Defeense Language Institute Foreign Language Center (2011) : 1-68. http://famdliflc.lingnet.org/products/cip/mali/mali.pdf (Diakses pada 6 April 2014) Thurston, Alex, “Towards an “Islamic Republic of Mali?” ”, The Flethcer Forum of World Affairs, Vol. 37:2, (Summer 2013) : 45-66 http://www.fletcherforum.org/wp-content/uploads/2013/05/Thurs ton-37-2.pdf (Diakses pada 26 Juni 2014) Website “Chronology of Key Events in Mali, 1891 - Present”. Stockholm International Peace Research Institute : The Independent Resource on Global Security. http://www.sipri.org/research/security/Mali/chronology (Diakses pada 21 Juni 2014)
Jurnal Analisis HI, September 2014
1217
Gabriela Natalia Primi Bagas Gati
“Mali President Seeks French Help Against Militant Advance “. VOA. http://www.voanews.com/content/un-security-council-emergency-s ession-mali/1581614.html (Diakses pada 15 Januari 2014) “Northern Mali at a glance”, OECD Sahel and West Africa Club, http://www.oecd.org/swac/northernmaliataglance.htm (Diakses pada 22 Juni 2014) “Republic of Mali : Country Programme Evaluation.” IFAD : Investing in Rural People. http://www.ifad.org/evaluation/public_html/eksyst/doc/country/p a/mali/mali-2013.htm (Diakses pada 21 Juni 2014) “Tuareg – Mali – 1962-1964.” Global Security. http://www.globalsecurity.org/military/world/war/tuareg-mali-196 2.htm (Diakses pada 13 April 2014) “Tuareg – Mali.” Global Security. http://www.globalsecurity.org/military/world/war/tuareg-mali.htm (Diakses pada 15 April 2014) BBC News, 2013, “Sri Lanka Profile” http://www.bbc.com/news/world-south-asia-11999611 (Diakses pada 29 juni 2014) BBC News, 2014, “Democratic Republic of Congo Profile”, http://www.bbc.com/news/world-africa-13283212 (Diakses pada 9 Juni 2014) Jayakumar, Kirthi. “Peace and Conflict Resolution from the Democratiic Republic of Congo,” http://www.transconflict.com/2014/02/peace-conflict-resolution-d emocratic-republic-congo-202/ (Diakses pada 6 April 2014)
1218
Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 3, No. 3