Innalhamda
lillahi
nahmaduhu
wa
nasta`iinuhu wa nastaghfiruuh, wa na`udzu bika min syuruuri anfusinaa wa min sayyi-ati a`maalinaa mayyahdillahu falaa mudhilla lah,
wamayyudhlil
falaa
haadiyalah.
Asyahadu anla ilaaha illahu wahdahu laa syariikalah, wasyhadu anna Muhammadan `abduhu warasuuluhu laa nabiyya ba’dah. Allahumma shallai wasallim wa baarik `ala sayyidinaa Muhammadin wa `ala alalihi wa ash-haabihi
shalaatan
bidawaamik.
amma
daa-imatan ba’d.
Yaa
ayyuhalladziina aamanuut-taqullahaa wa quulu qawlan syadiidaa. Yushlih lakum a`maalakum wa yaghfir lakum dzunuu bakum wa mayyuthi`illaaha wa rasuulahu faqad faaza fawzan `azhiimaa. Amma ba’d.
Kaum muslimin sidang jum’at yang dimuliakan Allah SWT. Dalam kesempatan yang mulia ini, dengan mengharapkan kemuliaan Allah, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, karena sesungguhnya manusia yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang paling tinggi nilai ketakwaannya. Inna
akramakum
`indallahi
atqaakum,
innallaha `aliimun khabiir “Sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang bertakwa, sesungguhnya Allah mengetahui” Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah. Allah SWT adalah pencipta alam semesta; semua yang ada dilangit dan dibumi, didarat dan dilaut besar ataupun kecil, semuanya adalah ciptaan Allah SWT. Demikian pula halnya dengan manusia, dimana Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya, dengan bentuk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk allah yang lainnya.
Dari penciptaan manusia dan seluruh alam raya ini menjadi suatu pelajaran bagi kita, bahwa dibalik penciptaan langit dan bumi beserta isinya serta dibalik penciptaan manusia, terdapat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Tetapi, seringkali manusia lupa siapa dirinya sebenarnya, serta untuk apa Allah menciptakan manusia ? dalam al-Qur’an surat alMukminun Allah SWT berfirman : Afahasibtum
annamaa
khalaqnaakum
`abatsaaw-wainnakum ilainaa laa turja`uun. “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (Al Mukminun : 115). Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah. Didalam al-Qur’an dengan sangat jelas Allah telah mengatakan bahwa penciptaan manusia bukanlah suatu hal yang main-main, semua ini merupakan rahasia Allah, tetapi yang terjadi adalah banyak manusia melupakan penciptaan dirinya, juga untuk apa ia diciptakan.
Dalam Al-nQuran banyak sekali jawabajawaban yang ditujukan untuk pertanyaan untuk apa sebenarnya Allah menciptakan manusia?
Dalam surat Al-Baqarah ayat 30 Allah SWT ketika menciptakan Adam berfirman : Wa idz qaala rabbuka lil malaa-ikati innii
jaa-ilun fil ardhi khaliifah, qaaluu ataj `alu fiihaa mayyufsidu fiihaa wa yaspikuddimaa-a wa nahnu nusabbihu bihamdika wa nuqaddisu lak, qaala a’lamu maa laa ta`lamuun. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Dapat disimpulkan dari surat al-Baqarah ayat 30 bahwa tujuan dari penciptaan manusia dimuka bumi adalah sebagai Khalifah yang diartikan oleh para Ulama sebagai wakil atau pengganti. Jadi Manusia sesungguhnya merupakan Wakil Allah dimuka bumi. Sebagai Wakil Allah dibumi maka tugas manusia adalah mengabdi kepada-Nya yang telah memberikan tugas kepada kita, dan manusia sebagai pemegang amanah harus berusaha untuk menjalankan tugas ini dengan sebaikbaiknya. Tugas yang telah dibebankan Allah itu adalah tidak lain kecuali kita mengabdi sepenuhnya kepada Allah, seluruh hidup dan kehidupan kita harapkan hanya untuk mengabdi kepada Allah wamaa
khlaqtul
jinna
wal-insa
illaa
liya`buduun. “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.” (QS. Adz-Dzariyaat : 56)
Lalu pertanyannya kemudian, untuk apa kita harus beribadah dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. 1. Karena Allah adalah Pencipta Kita dan Semesta serta Pemelihara Semuanya. Allah SWT berfirman, Allahu khaaliqu kulli syay-in wahuwa `alaa kulli syay-iw-wakill “Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (QS. Az Zumar [39]: 62) Oleh karena Allah satu-satunya dzat yang menciptakan kita dan juga menciptakan semesta tempat hidup kita, maka kita harus beribadah kepada-Nya, mengabdi sebagai hamba dan bagian dari makhluk-Nya. 2. Karena Allah menciptakan Kita dengan Bentuk yang Terbaik Allah tidak menciptakan kita dalam bentuk yang asal-asalan, tapi menciptakan kita dengan bentuk yang terbaik. Perhatikan firman Allah berikut :
Laqad
khalaqnal
insaana
fii
ahsani
taqwiim “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya.” (QS. At Tiin [95]: 4) Maksudnya adalah diciptakan dengan sempurna, anggota tubuh yang sesuai dan perawakan yang pantas, tidak kurang sesuatu apa pun yang ia butuhkan. 3. Karena Allah yang Mengarunikan kepada Kita Rizki untuk Menopang Kehidupan Kita Setelah diciptakan, diciptakan dengan bentuk terbaik dan dimuliakan dengan akal pikiran, karunia Allah selanjutnya adalah menurunkan beragam rizki yang dengannya manusia mampu bertahan hidup di bumi ini. Allah berfirman, Amman haadzal-ladzii yarzuqukum in amsaka rizqah
“Atau siapakah yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezki-Nya?” (QS. Al Mulk [67]: 21) Atas begitu banyak karunia yang Allah telah anugerahkan kepada kita, maka sudah Sudah sepantasnya kita mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah. Dialah Allah yang telah menciptakan kita dengan sebaik-0baik bentuk. Dia pula yang sewaktuwaktu dapat mengambil nyawa dari ubun-ubun kita, memisahkan kita dari keluarga kita, harta, jabatan atau apapun yang kita cintai. Dia juga yang setiap saat melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita, melindungi, merawat serta menjaga kita. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah. Manusia mengalami kehidupan didunia hanya satu kali, setelah melewati kehidupan ini, maka mau tidak mau, siap tidak siap, manusia akan dihadapkan pada pengadilan Allah, dimana manusia akan ditanyakan tentang hidup yang telah diberikan Allah untuk apa dipergunakan.
Dunia ini sesungguhnya hanyalah sebuah tempat singgah, untuk mengumpulkan bekal untuk persiapan dalam pengadilan Allah, siapa-siapa yang tidak memiliki persiapan untuk menghadapi hari itu maka dia adalah termasuk orang yang paling rugi karena tempatnya adalah dineraka, yaitu seburuk-buruk tempat yang diciptakan untuk menampung manusia yang tidak pernah tahu siapa dirinya yang telah melupakan Allah dan melupakan dirinya. Maka sebagai seorang muslim sudah sepantasnya kita mengetahui siapa diri kita dan untuk apa kita diciptakan, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam hadits qudis : Man `arafa nafsahu faqad `arafa rabbahu “Siapa yang mengetahui dirinya, maka akan mengetahui Tuhannya” Jadi sesungguhnya tujuan Allah Azza wa Jalla menciptakan kita adalah agar kita beribadah dan mengabdi hanya kepada-Nya. Bukan untuk sekedar makan dan minum, bukan untuk berfoya-foya dan bersenang-senang, tetapi sekali lagi bahwa kita hidup didunia ini untuk mengemban tugas ke-Khalifaha-an yang harus
kita pertanggung Allah SWT.
jawabkan
di
pengadilan
Amat keliru manakala kita menjadikan kesenangan dan kemewahan dunia sebagai tujuan hidup yang mesti kita buru. Jika demikian, maka kita kita telah kehilangan arah tujuan hidup kita yang sebenarnya. Karena sesungguhnya seseorang yang telah menganggap kesenangan dan kemewahan dunia ini sebagai tujuan hidupnya, sesungguhnya dia telah mengabdi (menghamba) kepada harta dan materi. Inilah manusia yang telah kehilangan kemanusiaannya. Manusia yang tidak lagi mengenal siapa dirinya dan untuk apa ia diciptakan oleh sang Maha Pencipta. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah. Marilah didalam sisa umur kita kita kembali kepada nilai-nilai kemanusiaan kita, kita luruskan niat kita hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT, kita syukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, bahwa Allah telah menjadikan kita sebagai makhluk yang paling mulia diantara makhluk-makhluk Allah yang lainnya.
kita juga harus mensyukuri bahwa Allah mengingat kita dengan mengurus dan menjaga kita setiap hari, tanpa kita sadari. Bahkan ketika kita melupakannya, Allah tak henti-hentinya menjaga kita. Atas segala pemeliharaan itu, kita belum bisa bersyukur kepada Allah. Bahkan kita jarang sekali menyebut nama-Nya. Allah selalu memelihara kita, tanpa kita minta, Allah memberika keperluan kita, tanpa kita minta. Rasa syukur hanya pantas kita sampaikan kepada Allah Rabbul ‘Alamiin. Akhirnya kita memohon kepada Allah untuk menunjukkan jalan yang lurus yang harus kita tempuh untuk bisa mencapai keridhaannya. Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin Baarakallahu lii walakum fil qur-aanil `azhiim, wa nafa`aniy wa iyyakum bimaa fihi minal ayaati wadz-dzikril hakiim. Aquulu qawli haadza wastaghfirullaha lii wa lakum wa lisaa-iril muslimiina min kulli dzanbin, fastaghfirruhu innahu huwal ghafuurur-rahiim
KHUTBAH KEDUA
Alhamdulillahi hamdan katsiiraan kamaa amar.
Asyhadu
anla
ilaaha
illallahu
wahdahu laa syariikalau irghaaman liman jahada bihi wa kafar, wa asyhadu anna sayyidanaa rasuluhu
Muhammadan sayyidul
insi
`abduhu wal
wa
basyar.
Allahumma shalli wa sallim `ala sayyidinaa Miuhammadin wa `ala aalihi wa shahbihi mat-tashalat `aynum binazhar, wa udzunum bi khabar. Amma
ba’du
:
fayaa
ayyuhannaasu,
ittaqullaha ta’ala. Wa dzarul fawahisya maa zhahara wa bathan. Wa haafizhuu `alath-tha
`ati
wa
hudhuuril
jum`ati,
wa’lamuu annallaha amarakum bi-amrin bada-a binafsi. Wa tsanna bi malaa-ikatil biqudsih. Fa qaala ta’ala walam yazal qaailan `aliimaa : innallaha wa malaa-ikatahu yushalluuna
`alan-nabiiy,
yaa
ayyuhal-
ladziina aamanuu shallu `alaihi wasallimuu
tasliimaa. Allahumma shalli wa sallim `alaa sayyidina
Muhammadin
wa
`ala
aali
sayyidinaa Muhammad, kamaa shallayta `alaa sayyidinaa ibraahima wa `alaa alii ibraahim, fil `alamiina innaka hamiidum majiid. Allahumma
wardha
`anil
khulafaa-ir-
raasyidin, sayyidinaa abii bakrin wa `umara wa utsmaana wa `alii, wa `an saa-iri ashhaabi nabiyyika ajma`iin, wa `anit-taabi`iina wa taabi`iina wan tabi`ahum bi-ihsaanin ilaa yawmid-diin. Allahummaghfir,
lilmuslimiina
muslimaat,
wal
mu’minaat,
al-ahyaa-i
amwaat.
mu’miniina
Birahmatika
minhum ya
wal wal wal-
waahibal
`athiyyaat. Allahummadfa` `annalghalaa-a wal wabaa-a, waz-zinaa waz-zalaazil wal mihan. Wa suu-alfitani maa zhahara minha wamaa bathan, `an baladinaa haadzaa
khasshaah,
wa
`an
saa-iril
bilaadil
Muslimiina `aammaah, yaa rabbal `alamiin. Rabbanaa aatinaa fid-dunya hasanah, wa fil akhirati hasanataw-wa qina `adzaban-naar. `ibaadallah, innalaha ya’murukum bil `adli wal ihsaan, wa iitaa-idzil qurbaa wa yanha `anil fahsyaa-i wal munkari wal baghii. Ya`idzukum fadzkurullahal wasykuruuhu
la`allakum
tadzakkaruun,
`azhiim
yadzkurukum
`ala
waladzikrullahi akbar.
ni`amihi
yazidkum,