INFORMATION TECHNOLOGY PRODUCTIVITY PARADOX : ANALISA EKSISTENSI MOBILE MOBILE BRANCH PADA BANK SYARIAH XYZ SURABAYA. Farah Dita Rosendy, Dr. Apol Pribadi, S.T, M.T Jurusan Sistem Informasi, Fakultas TeknologiInformasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak Investasi Teknologi Informasi (TI) merupakan sebuah kebutuhan utama bank. Perlunya sikap kehatihatian dalam berinvestasi TI untuk menghindari situasi Information Technology Productivity Paradox, yaitu suatu keadaan ketika pemanfaatan TI tidak selalu sesuai dengan harapan. Penelitian ini dilakukan analisis dan kajian investasi pada mobile branch untuk menilai kelayakannya dan eksistensi mobile branch dalam memenuhi tujuan tersebut. Mobile branch adalah layanan kantor cabang bergerak berbasis TI yang bertujuan untuk memudahkan nasabah bertransaksi tanpa harus datang ke kantor dan meningkatkan penghimpunan dana pihak ke tiga bank. Analisis yang dilakukan yaitu nilai investasi dan nilai manfaat mobile branch dengan menggunakan metode Information Economic (IE) kemudian dilengkapi dengan competitive analysist yang didasarkan kepada perbandingan biaya investasi, hasil perhitungan CBA (NPV, Payback peroid, dan IRR), nilai manfaat, serta persepsi Nasabah terhadap aspek kenyamanan, keamanan, kebutuhan, kondisi dan kepuasan layanan. Keywords : Information Economic, Cost Benefit Analysisit, IT Produvtivity Paradox, Competitive Analysist 1. Introduction Perusahaan melakukan investasi besar-besaran di bidang IT, karena sangat mempercayai dan menganggapnya sebagai suatu keharusan untuk melakukan investasi teknologi informasi. Mereka berharap akan meningkatkan produktivitas, penghematan biaya, peningkatan kinerja atau keuntungan bisnis lainnya (Strassman,2005). Namun, tidak selamanya investasi teknologi informasi memberikan dampak positif, di beberapa negara berbanding terbalik antara pengguna investasi SI/TI dengan tingkat produktivitas pekerja. Beberapa penelitian menunjukkan tidak terdapat dampak positif SI/TI terhadap kinerja perusahaan. Hal ini membuktikan terjadinya investasi IT productivity paradox (Brynjolfsson, 1995). The Standish Group mengungkapkan hanya sebagian kecil dari proyek berbasis IT yang
mencapai harapan dan berhasil menaikkan kinerja perusahaan. Berkembang SI/TI termasuk pada perbankkan di indonesia, SI/TI dalam perbankkan berfungsi untuk membantu serta mendukung perbankan menjalankan proses bisnis dan untuk mendapatkan nilai tambah berupa competitive advantage. Bank memerlukan standart mengenai perkembangn teknologi yang harus diterapkan, supaya memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan perusahaan lain dalam mengembangkan usahanya dan untuk mencapai visi dan misi dengan lebih baik. Oleh sebab itu bank dituntut untuk peka terhadap situasi atau lingkungan yang ada disekitarnya. Investasi SI / TI harus berhati-hati, karena TI tidak selalu selaras dengan tujuan. Sebagai studi kasus yaitu bank syariah XYZ yang berada di kota Surabaya yang telah menerapkan
SI/TI dalam perusahaan serta terus mengembangkannya sesuai dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan. Teknologi informasi terbaru yang dimiliki oleh perbankkan syariah pada awal tahun 2011 adalah mobile branch, fungsi utamanya sama dengan kantor kas yaitu sebagai penghimpun dana pihak ke 3 nasabah. Manfaat yang dimiliki dengan investasi mobile branch adalah meningkatkan penghimpunan DP3 bank, dapat menjaring nasabah sebanyakbanyak, dan diharapkan investasi mobile branch dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membangun sebuah kantor kas baru namun tetap mendatangkan keuntungan yang sama. Permasalahan yang dihadapi yaitu apakah mobile branch adalah pilihan yang tepat bagi perbankkan syariah sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan keuntungan perusahaan? Karena mobile branch merupakan salah satu teknologi perbankan yang baru diluncurkan awal tahun 2011, sehingga diperlukkan kajian terhadap mobile branch. Pengkajian teknologi informasi dilakukan supaya investasi SI/TI yang diterapkan dalam perusahaan tidak sia-sia, selaras dengan tujuan diterapkannya SI/TI serta tidak terjadi produktifitas paradoks (Subriadi, 2013). Maka dilakukan penelitian mengenai eksistensi mobile branch pada perbankkan syariah dengan metode Information Economic dan competitive analysist, hasilnya berupa seberapa besar keuntungan berupa manfaat yang diperoleh instansi, baik keuntungan tangible (nyata) maupun intangible (tidak nyata), perhitungan nilai investasi yang dikeluarkan serta keuntungannya dari mobile branch dan kantor kas. Kemudian, hasilnya diperkuat dengan competitive analysis. Competitive analysis menganalisis kelebihan, kekurangan serta mengetahui persepsi nasabah terhadap mobile branch dan kantor kas. 2. LITERATURE REVIEW 2.1 IT Productivity Paradox IT productivity paradox merupakan kodisi ketika investasi teknologi informasi tidak memberikan dampak positif pada kinerja
perusahaan. Beberapa penelitian menunjukkan tidak terdapat dampak positif SI/TI terhadap kinerja perusahaan. Hal ini membuktikan terjadinya investasi IT productivity paradox (Brynjolfsson, 1995). The Standish Group mengungkapkan hanya sebagian kecil dari proyek berbasis IT yang mencapai harapan dan berhasil menaikkan kinerja perusahaan 2.2 Information Economic Pengertian Information Economics merupakan sekumpulan metode untuk menghitung keuntungan dan biaya dari proyek teknologi informasi. Information Economic (IE) merupakan dasar dari Cost Benefit Analisis (CBA) yang dapat membantu mengatasi masalah pada strategi bisnis perusahaan Kelebihan dari information economic yaitu dapat menghitung investasi teknologi informasi dalam perusahaan guna sebagai bahan pengambilan keputusan, karena nilai biaya serta resiko yang dimiliki perusahaan dalam melakukan investasi teknologi informasi yang berpotensial berbeda-beda (Parker et al, 1998). Dalam information economic juga memperhitungkan aspek non finansial berupa intangible benefit, sehingga dalam perhitungannya dapat diperoleh hasil penggabungan antara keduanya (Ranti, 2005). 2.2.1
Evaluasi Financial Domain dengan Information Economic
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan biaya serta keuntungan investasi teknologi informasi, dan pendekatan tersebut digunakan sebagai proses pembuatan keputusan, berikut merupakan beberapa metode yang digunakan dalam analisis: 1.
Simple ROI
ROI merupakan rasio dari pendapatan bersih rata-rata proyek terhadap investasi yang telah dilakukan. Hasil ROI memberikan gambaran tentang profitabilitas atau keuntungan yang disesuaikan dengan ukuran aset investasi terikat dalam perusahaan dan ROI sering dibandingkan dengan tingkat pengembaliannya atas uang yang diinvestasikan. Dalam perhitungan
return on investmet dari investasi teknologi informasi digunakan 3 lebar kerja (Parker et al, 1988), yaitu :
Development Cost Worksheet
Lembar biaya pengembangan memperhitungkan keseluruhan biaya yang dibutuhkan serta dikeluarkan untuk membangun sebuah investasi teknologi informasi (Parker, 1988). On going Expense Worksheet (Lembar biaya berjalan) Lembar biaya berjalan merupakan daftar dari seluruh komponen biaya berjalan yang digunakan sebagai biaya perawatan yang dimulai dari tahun awal berjalannya investasi teknologi informasi. (Parker et al, 1988) Economic Impact Worksheet (Lembar Dampak Ekonomis) Lembar dampak ekonomis merupakan perhitungan biaya dan manfaat ekonomis yang telah dikuantifikasikan (value linking, value acceleration, dan Innoveation Valuation) yang nantinya menunjukkn arus kas tahunan untuk menghasilkan ROI (Parker et al, 1988). 2. NPV NPV adalah Net Present Value merupakan metode yang membandingkan keseluruhan pengeluaran dengan keseluruhan penerimaan pada tingkat bunga tertentu Apabila NPV > 0 maka proyek dikatakan layak, sedangkan bila NPV < 0 maka proyek dikatakan tidak layak. Adapun perhitungannya menggunakan rumus, sebagai berikut: NPV= 3. Internal Rate of Return (IRR) Pada metode ini memperhitungkan tingkat bunga. Tingkat bunga yang dihitung merupakan tingkat bunga yang sesuai dengan nilai investasi, sehingga nantinya hasilnya sama rata yaitu tidak menguntungkan dan tidak merugikan. Dengan mengetahui tingkat bunga
tersebut, maka dapat dibandingkan dengan tingkat bunga pengembalian atau rate of return yang diinginkan. Apabila hasilnya tinggi berarti investasi menguntungkan dan sebalikanya maka investasi tidak menguntungkan. (Prabantoro, 2003).
4. Payback Period Payback Period adalah pengukuran jumlah investasi yang dikeluarkan, mulai dari awal investasi TI dijalankan hingga tercapainya kondisi break even point atau menunjukkan waktu pengembalian biaya investasi yang telah dikeluarkan untuk membangun proyek teknologi informasi tersebut (Yulian, Achmad). Hasil dari perhitungan payback period dinyatakan dalam satuan waktu yaitu tahun dan berikut merupakan rumus dari payback period : PP = 2.2.2
Evaluasi Quasi Benefit.
Quasi benefit merupakan suatu manfaat yang sangat berpengaruh bagi investasi teknologi informasi namun manfaat-manfaat tersebut sulit untuk diperhitungkan. Analisis quasi benefit menggunakan memperhitungan sebagai berikut (Andhi Djaja; Goeroeh, 1999) : Value linking (VL) Mengevaluasi secara finansial dampak penggabungan dari peningkatan kinerja dari suatu fungsi terhadap fungsi lain yang terpisah dan berpengaruh pada meningkatnya penghasilan akibat penerapan dari teknologi informasi, namun tidak adanya ketergantungan terhadap waktu. Value acceleration (VA) Mengevaluasi secara finansial setiap percepatan waktu dari manfaat dan biaya karena hubungan sebab akibat yang terjadi pada 2 departemen yang terkait Value Restructuring (VR)
Mengukur peningkatan yang dihasilkan dari perubahan organisasi yang berkaitan dengan dampak teknologi informasi. Guna untuk mengukur nilai kenaikan produktivitas akibat perubahan sistem menjadi lebih tinggi tingkatannya yang terjadi dalam perusahaann (Parker et al, 2000).
Competitive response: Menghitung tingkat kegagalan yang akan terjadi ketika implementasi teknologi informasi yang disebabkan oleh persaingan, sehingga perusahaan mengukur kerugian yang terjadi apabila terjadi penundaan implementasi.
Innovation Value
Strategic IS architecture : Menilai manfaat proyek TI yang diukur melalui tingkat kesesuaian proyek tersebut terhadap tujuan dari dibangunnya SI/TI secara keseluruhan.
Pada innovation value akan berfokus kepad biaya dan resiko organisasional daripada biaya dan resiko dari penerapan teknologi. Karena adanya teknologi informasi akan menghasilkan strategi bisnis , produk dan jasa yang baru bagi perusahaan (Parker et al, 2000). 2.2.3
IE Scorecard
Dalam metode information economic terdapat IE scorecard guna mengukur nilai proyek yang telah diterapkan oleh perusahaan. Sebelum dilakukan perhitungan dalam scorecard, staff yang berperan dalam mobile branch diberikan suatu angket untuk memperhitungkan domain bisnis yang merupakan manfaat yang tidak nyata namun berdampak positif bagi perusahaan dan teknologi domain yang membahas mengenai resiko serta keuntungan ketika pengimplementasian teknologi informasi tersebut. Berikut merupakan aspek aspek yang terkait dalam bisnis domain dan teknologi domain: Stategic Match : Evaluasi penilaian terhadap hubungan antara investasi dengan teknologi informasi dengan mengukur seberapa besar dukungan dari pihak terkait dengan pencapaian tujuan bisnis. Competitive advantage : Menilai manfaat dari penggunaan teknologi informasi yang dinilai melalui strategi bisnis yang dijalankan. Management Information Support : Menilai kontribusi dari proyek investasi teknologi informasi untuk memenuhi kebutuhan manajemen terhadap informasi yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan.
Definitional uncertainity : Menghitung resiko yang mungkin akan terjadi pada implementasi teknologi informasi akibat ketidak sesuaian dengan tujuan dan kebutuhan sistem. Technical Uncertainty : Menghitung tingkat ketergantungan proyek terhadap keahlian, perangkat keras, perangkat lunak dan sistem. Ketika permasalah muncul ketika implementasi SI/TI. IS Infrastructure Risk : Menghitung seberapa besar tingkat investasi non-TI guna untuk membiyai proyek teknologi informasi tersebut. 2.3 Competitive Analysist Competitive analysis yaitu penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan dari 2 aspek yang dibandingkan, studi kasus yang diambil yaitu kantor kas dan mobile branch. Data yang digunakan untuk identifikasi berasal dari sumber yang relevan, kemudian dianalisis menjadi satu tujuan yang efisien dan efektif dalam implementasi, monitoring dan penyesuaian dengan tujuan. Analisis pesaing membantu para pengambil keputusan memahami siapa pesaing, bagaimana struktur pemasarannya dan memungkinkan manajemen mengidentifikasi pesaingnya, sehingga manajer dapat mengatasi masalah persaingan yang terjadi dan dapat berakibat merugikan keadaan internal perusahaan. (Cheong. 2009).
3. Research Method Dalam penelitian dilakukan beberapa metode penelitian yaitu analisis nilai investasi dengan IE, CBA serta survey persepsi nasabah dan staff dengan menggunakan kuisoner. 3.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui 3 metode yaitu wawancara, pengambilan data keuangan dan survey dengan menggunakan kuisoner. Masing-masing metode tersebut memiliki tujuan dan hasil yang berbeda guna mendukung penelitian. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi awal mengenai mobile branch dan kantor kas melalui operation manager dan area manager Bank syariah XYZ Surabaya. Kemudian dilakukan pengisian angket kepada para staff yang berfungsi untuk mengukur nilai proyek SI/TI yang telah diterapkan oleh perusahaan serta terdapat kuisoner persepsi nasabah menegani kepuasan terhadap layanan yang dimiliki. Penyebaran kuisoner tersebut disebarkan kepada 30 nasabah di mobile branch maupun kantor kas. Selanjutnya, sebagai pendukung penelitian dari nilai investasi mobile branch dan kantor kas, tentunya dibutuhkkan suatu data yang valid dari perusahaan. Maka dilakukan pengumpulan data keuangan mengenai kelayakan investasi pada ke dua kantor tersebut. 3.2 Pengolahan Data Keuangan Data keuangan yang berupa analisis kelayakan invetasi dari kantor kas dan mobile branch diolah dengan menggunakan metode CBA dan information economic. Metode CBA berfungsi untuk menghitung nilai balik dari biaya investasi serta menghingtung kelayakan investasi dari mobile branch dan kantor kas. Metode CBA yang digunakan meliputi net present value, payback peroid, dan internal rate of return. Semakin tinggi NPV dan prosentase IRR yang didapat semakin baik investasi yang dilakukan serta semakin cepat atau pendek nilai balik dari investasi maka semakin baik juga investasi tersebut dilakukan (Subriadi, 2014).
3.3 Uji Reabilitas Kuisoner Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data kuisoner yang diperoleh reliable atau tidak. Data dikatakan reliable, jika jawaban atau pernyataannya konsisten atau stabil dari waktu ke waktu, data yang dimaksud yaitu kuesioner persepsi kepuasan nasabah. Pengujian dilakakukan dengan menggunakan software SPSS, terdapat parameter yang digunakan yaitu Cronbach’s Alpha. Berikut aturan dari reliabilitas data dengan standar Alpha Cronbach pada Tabek 3.3-1. Tabel 2.2.3-1 Alpha Cronbach
Konsisiten Internal
α ≥ 0,9
Data dianggap sangat sempurna (Alpha Cronbach, 2013)
0,7 ≤ α < 0,9
Data dianggap baik
0,6 ≤ α < 0,7
Data dapat diterima
0,5 ≤ α < 0,6
Data dianggap layak
α < 0,5
Data tidak dapat diterima
Data kuisoner yang telah dilakukan pengujian, maka akan muncul nilai cronbach dan nilai alpha cronbach tersebut dicocokkkan dengan tabel 3.3-1, apabila hasil diatas 0,5 maka dianggap dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. 3.4 Analisis Angket Penyebaran angket disebar kepada karyawan atau staf yang berperan dalam mobile branch, guna untuk mendapatkan masukan dan penilaian dari karyawan yang terlibat langsung di dalam mobile branch. Tidak ada uji reabilitas pada data angket yang diisikan oleh staff, karena tidak menggunakan sample responden melainkan keseluruhan staff yang berjumlah 8. Masing-masing pertanyaan yang ada pada angket memiliki skor masing-masing mulai 1-5 kemudian diambil rata-rata, dan dilakukan analisis dari hasil rata-rata tersebut berdasarkan Parker. 3.5 IE Scorecard Hasil dari angket yang berupa nilai rata-rata dari setiap pertanyaa dimasukkan dalam
scorecard, sebelumnya telah dilakukan wawancara guna untuk memberikan bobot pada masing-masing pertanyaan. Bobot yang diberikan oleh manajamen bank syariah XYZ dan hasil rata-rata dikalikan, sehingga pada hasil akhir akan diketahui hasil penilaian dari investasi yang dilakukan termasuk dalam kategori baik atau tidak. 4. Result and Analysist Guna memenuhi komitmen dan memajukan bisnis dalam perusahaan. Bank Syariah XYZ terus mengembangkan teknologi perbankkan yang dimiliki. Pada awal tahun 2012 Mobile Branch telah mulai beroperasi. Fungsi yang dimiliki sama dengan kantor kas yaitu untuk menghimpun dana pihak ke 3 nasabah meliputi tabungan, giro dan deposito. Sifatnya mobile atau dapat berpindah-pindah lokasi, sehingga dapat menjaring banyak nasabah. Biaya investasi mobile branch lebih sedikit jika dibandingkan dengan kantor kas, untuk sebuah mobile branch dibutuhkan biaya Rp 435.851.400,00 sedangkan untuk kantor kas Rp1.806.301.960,00. Biaya investasi yang jauh berbeda. Harapannya dengan adanya mobile branch dapat lebih mengenalkan perbankkan syariah pada masyarakat luas dan dapat menjaring nasabah lebih banyak (Gondura, 2013). Pada penelitian ini dilakukan analisis tangible benefit dan intangible benefit.
resiko (risk). Resikonya diasumsikan memiliki nilai sama dengan rata-rata prosentase bagi hasil dari Bank Muamalat yaitu 5%-6%, dAN diambil pertengahan nilainya yaitu 5.5%. Investasi mobile branch dan kantor kas dikatakan layak apabila nilai dari NPV > 0. NPV yang diperoleh untuk kantor kas yaitu Rp2.256.652.342 dan mobile branch yaitu Rp2.202.807.208. Sehingga investasi keduanya dikatakan layak, karena NPV >0. 4.1.2
IRR
Perhitungan IRR dilakukan dengan perhitungan NPV dengan menggunakan tingkat bunga (i) yang berbeda-beda secara mencoba. Hasil perhitungan NPV tersebut akan dicari suatu tingkat bunga yang menyebabkan NPV bernilai nol atau impas. Tingkat bunga tersebut yang menunjukkan besarnya IRR. Apabila nilai IRR/MARR = 11%, maka investasi dinilai layak.
Gambar 4.1.2-1 Grafik Interpolasi Kantor Kas
4.1 Cost Benefit Analysist Pada cost beenefit analysist dilakukan penelitian terhadap nilai baik dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan atau diinvestasikan oleh perusahaan untuk penerapan SI/TI. Motode yang digunakan meliputi NPV, Payback Peroid, IRR dan simple ROI. 4.1.1
NPV
Perhitungan aliran kas masuk dan aliran kas keluar digunakan untuk membuat cashflow dari kantor kas dan mobile branch. Perhitungan tersebut menggunakan besaran minimum attractive Rate of Renturn (MARR) sebesar 11%. Besaran MARR tersebut diperoleh dari bagi hasil bank (safe rate) ditambahkan dengan
Gambar 4.1.2-2 Grafik Interpolasi mobile branch
Gambar 4.1.2-1 dan Gambar 4.1.2-2 yang menggambarkan grafik interpolasi yang dimiliki oleh kantor kas dan mobile branch,
hasilnya yaitu untuk Kantor Kas titik i berada diantara 40% dan 41% dan mobile branch titik i berada diantara 97% dan 98%. Semakin tinggi nilai IRR yang didapat maka semakin baik nilai investasi yang dilakukan. 4.1.3
Payback Peroid
Payback Peroid adalah jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan biaya investasi yang telah dikeluarkan, digunakan MARR sebesar 11% dalam penyelesaian dengan metode ini. Apabila payback period terjadi dalam masa investasi maka investasi dinilai layak, sebaliknya jika payback peroid terjadi di luar masa investasi maka investasi dinilai tidak layak. Hasilnya diketahui payback peroid terjadi pada tahun ke 4 untuk kantor kas dan pada tahun ke 3 untuk mobile branch. Nilai investasi terhadap mobile branch dan kantor kas dikatakan layak. 4.1.4 Value Linking Analisis value linking menghitung nilai manfaat ketika implementasi SI/TI dan berkaitan dengan fungsi lain yang didukung oleh SI/TI yang diimplementasi. Pengaruh yang terjadi yang berasal dari implementasi mobile branch yaitu penurunan biaya dan peningkatan kinerja oleh karyawan Bank Muamalat. Berdasarkan pengamatan dari Branches Financial Performance, jumlah akun nasabah pada mobile branch setiap bulannya bertambah ±20 akun nasabah baru yang melakukan pembukaan rekening baru. Mobile branch yang berfungsi menjaring nasabah menyebabkan peningkatan nasabah tersebut dan tidak dibutuhkan marketing staff untuk menjalankannya. Table 4.1.4-1 Value Linking Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Gaji marketing kantor kas
30.000.000
34.500.000
39.675.000
45.626.250
52.470.188
Operasional Marketing kantor kas
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
9.600.000
Kendaraan kantor kas
48.000.000
55.200.000
63.480.000
73.002.000
83.952.300
Total
87.600.000
99.300.000
112.755.000
128.228.250
146.022.488
4.1.5 Innovation Valuation Innovation valuation merupakan nilai yang terkait dengan adanya fungsi-fungsi baru ketika implementasi SI/TI , faktor ini digunakan untuk mengukur perubahan startegi bisnis yang terjadi ketika implementasi mobile branch.. Informasi yang didapat berasal dari pihak Bank Syariah XYZ, terdapat beberapa manfaat dari implementasi mobile branch, akan tetapi manfaat tersebut tidak dapat diuangkan. Berikut penjabaran dari innovation valuation : 1. Menjalin kerja sama dengan menjadi media transaksi pembayaran uang SPP sekolah, rumah sakit, dll. Sehingga dapat mempererat hubungan dengan relasi. 2. Menjaring nasabah baru ketika terdapat sebuah event perbankkan disuatu tempat (mall, toko buku, dll). 3. Nilai prestise yang dimiliki oleh Bank Syariah XYZ meningkat, karena semakin meningkatnya fasilitas yang dimiliki oleh Bank Syariah XYZ untuk para nasabah. 4.1.6 Score Simple ROI Hasil analisis dari masing-masing value telah didapatkan, nilai manfaat yang didapat yaitu value linking. Kemudian untuk mengetahui skor simple ROI, dilakukan perhitungan seperti pada Tabel 4.1.6-1. Persentase dari hasi simple ROI adalah 133%, yang artinya bahwa skor yang dimiliki yaitu 1 yang nantinya akan dihitung dalam scorecard.
Tabel 4.1.6-1 Score Simple ROI
Technology domain
A. Biaya Awal :
435.851.400
B. Yearly Cash Flow tahun 1
tahun 2
tahun 3
tahun 4
tahun 5
Nett Economic Benefit VA
-
-
-
-
-
Nett Economic Benefit VL
87.600.000
99.300.000
112.755.000
128.228.250
146.022.488
Nett Economic Benefit VR
-
-
-
-
-
Nett Economic Benefit IV
-
-
-
-
-
Pengurangan biaya langsung
525.500.000
604.325.000
694.973.750
799.219.813
919.102.784
Biaya Berjalan
613.100.000
703.625.000
807.728.750
927.448.063
1.065.125.272
nett cash flow :
180.780.000
207.897.000
239.081.550
273.753.533
313.507.287
Total
432.320.000
495.728.000
568.647.200
653.694.530
751.617.985
C. Simple ROI :
2.902.007.715
5
435.851.400
(B/tahun/A)x100% D. Scoring :
2.902.007.715
133,17%
133,17%
1%
to
299%
2
300%
to
499%
3
500%
to
699%
4
700%
to
899%
5
900%
over
Score : 1
IS
-1
-5
Total value
18
90
Total risk
-7
-35
Setelah didapatkan bobot nilai dari faktor domain bisnis dan domain teknologi yang berasal dari manajemen perusahaan untuk menilai kuisioner serta perhitungan ROI, langkah selanjutnya yaitu information economic scorecard. Information economic scorecard yaitu memasukkan bobot-bobot nilai yang telah ditentukan, sebelumnya telah didapat nilai maximum 90 dan -35 nilai minimal untuk menilai proyek yang telah diterapkan oleh perusahaan. Nilai tersebut digunakan untuk menetukan interval identifikasi kelayakan investasi.
Tabel 4.1.7-1 IE Scorecard
4.1.7 Perhitungan Scorecard Diperlukan hasil angket staff dan skor simple ROI untuk diolah dalam scorecard, sebelumnya telah dilakukan pembobotan pada masing masing pertanyaan di dalam angket staff yang berperan dalam mobile branch. Berikut Tabel 4.1.7-1 merupakan hasil pembobotan.
The Information Economics Scorecard Evaluator
Weight
Business Domain RoI
SM
CA
MI
CR
OR
+
+
+
+
+
-
4
4
3
4
2
0
4,38
4,25
4,06
4,25
3,94
17,50
12,75
16,25
8,50
0
Assesment Score
1
Project Score
4
Table 4.1.7-1 Pembobotan Business domain values
Weight
Maks Score
Technology Domain
ROI
4
20
SM
4
20
CA
3
15
MI
4
20
CR
2
10
OR
0
0
Assesment Score
Total score business domain
Technology domain
Maks Score
Cara mengitung scorecard yaitu dengan memasukkan nilai-nilai yang telah dihitung dalam lembar kerja serta bobotnya, kemudian kalikan kedua nilai tersebut. Setelah itu bandingkan range nilai total dengan nilai total bobot maksimum dan bobot nilai.
Score 1
Weight
Weight
Evaluator
Weight
SA
DU
TU
IS
+
-
-
-
1
-3
-3
-1
3,94
2,13
3,94
4,25
3,94
-6,38
11,81
-4,25
Maks Score
SA
1
5
DU
-3
-15
TU
-3
-15
Total score technology domain
55
-18,50
Total
40,50
Hasil scorecard mobile branch menunjukkan bahwa nilai akir yang diperoleh untuk information economic scorecard yaitu 40,50, dengan score maksimum yaitu 90 dan score minimumnya adalah -35. Kedua score tersebut (score maksimum dan minimum) akan digunakan sebagai acuan interval dalam penilaian akhir. Caranya yaitu selisih antara nilai maksimum dan minimum dibagi dengan 5, karena nilai 5 merupakan tingkatan interval dalam pemberian kategori nilai nantinya. Tingkatannya dimulai dengan sangat kurang, kurang, cukup, baik dan sangat baik. Berikut merupakan langkahlangkah menentukan posisi. Nilai maks = 90 Nilai min = -35 90
-35 Menetukan nilai interval Interval = (90-(-35))/5 =26 Maka
-35 + 26 = -14
-14 + 26 = 12
12 + 26 = 38
38 + 26 = 64
59 +26 = 90
4.1.8 Competive Analysis Awalnya Bank Syariah XYZ membangun sebuah kantor kas untuk menghimpun dana pihak ke 3. Semakin majunya teknologi informasi di Indonesia, tentunya Bank Syariah XYZ tidak ingin tertinggal. Maka dibangunlah sebuah mobile branch yang memiliki fungsi sama dengan kantor kas. Hal tersebut dilakukan karena Bank Muamalat berharap dapat mengenalkan perbankkan syariah kepada kelayak luas dan menjaring nasabah lebih banyak dengan modal yang sedikit. Namun, permasalahannya apakah mobile branch merupakan pilihan yang tepat bagi Bank Syariah XYZ, karena kantor kas lebih dahulu dikenal oleh masyarakat dan tentunya lebih mudah dipercaya oleh masyarakat. Maka dilakukanlah analisis perbandingan dengan cara membandingkan aspek keuangan atau biaya investasi dan respon nasabah terhadap kantor kas dengan mobile branch : Aspek Keuangan Perbadingan dari segi keuangan yaitu dengan membandingkan biaya investasi yang dikeluarkan serta nilai balik yang didapat dari kantor kas dan mobile branch berdasarkan cost benefit analysist. Berikut merupakan perbandingan dari segi keungan : Perbandingan Biaya Investasi Perbandingan dari segi biaya investasi dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan ketika awal mulai dibangun serta total biaya operasional yang dikeluarkan selama 5 tahun untuk mobil branch dan kantor kas. Tabel 4.1.8-1 adalah hasil perbandingan dari segi biaya investasi yang dikeluarkan:
Tabel 4.1.7-2 Interval Skala likert Skala
Keterangan
-40 s/d -14
Sangat kurang
-14 s/d 12
Kurang
12 s/d 38
Cukup
38 s/d 64
Baik
64 s/d 90
Sangat Baik
Berdasarkan pada Tabel Tabel 4.1.7-2, nilai 40,50 masuk dalam kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa investasi mobile branch layak untuk diimplementasikan oleh Bank Syariah XYZ.
Tabel 4.1.8-1 Perbandingan Biaya Investasi Biaya
Kantor Kas
Mobile Branch
Selisih
Biaya investasi
Rp 1.806.301.960
Rp 435.851.400
Rp 1.370.450.560
Total Biaya operasional
Rp 2.081.373.092
Rp 1.215.019.370
Rp 866.353.722
Pada Tabel 4.1.8-1 menunjukkan selisih biaya diantara keduannya, dengan mobile branch Bank Syariah XYZ dapat menghemat biaya investasi dan dapat mendatangkan keuntungan lebih.
Perbandingan cost benefit analysis Perbandingan dari segi cost benefit analysis yaitu membandingkan hasil dari NPV, Payback Period dan IRR. Sehingga terlihat lebih menguntungkan mana di antara mobile branch dan kantor kas. Tabel 4.1.8-2 akan menunjukkan perbandingan cost benefit analysist. Tabel 4.1.8-2 Perbandingan CBA Cost Benefit Analysis
Kantor kas
Mobile Branch
NPV
2.256.652.342
2.202.807.208
Payback periode
4 Tahun
3 Tahun
IRR
40%-41%
97%-98%
Payback periode dan IRR dari mobile branch lebih tinggi jika dibandingkan dengan kantor kas, sehingga investasi terhadap mobile branch lebih baik dilakukan karena lebih cepat mendatangkan keuntungan. Semakin tinggi IRR maka ruang untuk harapan terhadap tingkat pengembalian investasinya cukup lebar sebaliknya jika IRR rendah maka rentangnya sempit. Berbeda dengan NPV yang didapatkan kantor kas nilainya lebih tinggi daripada mobile branch. Perbedaan hasil NPV yang diraih, dikarekan perbedaan pada target kantor yang berbeda sehingga berpengaruh pada margin atau keuntungan yang didapat. Kesimpulan perbandingan CBA yaitu mobile branch dinyatakan lebih unggul daripada dari kantor kas, karena prosetase IRR yang dimiliki mobile branch jauh lebih banyak dan juga payback periode dari mobile branch lebih cepat. Hal tersebut di dasari dengan jangka waktu perhitungan investasi, apabila jangka waktu investasi 10 tahun maka dapat dinyatakan kantor kas lebih unggul karena NPV lebih tinggi dari mobile branch. Sedangkan pada jangka waktu penelitian investasi yang diperhitungkan adalah 5 tahun maka nilai IRR yang lebih diperhitungkan. (Subriadi, 2014) 4.1.8.1 Persepsi Nasabah Hasil persepsi nasabah berasal dari kuisoner yang diisikan oleh nasabah dan sebelum dilakukan anilisis lanjutan telah dilakukan uji reablitas data untuk mengetahui kelayakan data
yang akan diolah dan dianalisis. Berikut merupakan analisis dari kuisoner kepuasan nasabah Bank Muamalat di kantor kas dan mobile branch. Kenyamanan Aspek kenyaman digunakan untuk menilai kenyamanan pelanggan, lebih nyaman dalam kantor kas atau mobile branch. Maka dilakukan analisis terhadap data menggunakan Hasil mean SPSS menunjukkan nasabah Bank Syariah XYZ merasakan kenyamanan lebih ketika melakukan transaksi dalam kantor kas jika dibandingkan dengan mobile branch. karena nilai rata-rata dari mean kantor kas 3,87 dan mobile branch 3,62. Mobile branch memiliki nilai kenyamanan lebih rendah daripada kantor kas. Keandalan Perangat dan Karyawan Guna mengetahui nilai keadalan dari perangkat dan karyawan, maka dilakukannya proses perhitungan dengan menggunakan SPSS yang akan memunculkan nilai Mean yang digunakan sebagai bahan perbandingan. Hasil mean kehandalan yang dimiliki baik kantor kas 3,68 yaitu 3,7 dan mobile branch. Sehingga dapat dikatakan bahwa mobile branch lebih unggu dari segi kehandalannya. Meskipun beberapa nasabah berpendapat bahwa koneksi jaringan yang terdapat dalam kantor kas maupun mobile branch sering terjadi gangguan sehingga pelayanannya kurang cepat. Jaminan Keamanan Guna untuk mengetahui nilai keamaan yang dimiliki nasabah terhadap Bank Syariah XYZ dalam kantor kas dan mobile branch. Maka dilakukannya analisis kuisoner nasabah. Hasil rata-rata mean yang dimiliki kantor kas yaitu 4,09 dan mobile branch 3,97. Tergambarkan bahwa banyak nasabah yang merasakan lebih aman ketika bertransaksi perbankkan di dalam suatu ruangan kantor, meskipun nilai rata-rata dari ke duanya hampir mendekati. Namun pada jaminan yang ke 4, nasabah mengalami kebingungan dengan jadwal yang dimiliki oleh mobile branch.
Kebutuhan
Kebutuhan yang dimaksudkan adalah segala kebutuhan perbankkan yang tidak nyata tetapi berhubungan dengan perasaan untuk dipenuhi oleh nasabahnya seperti lokasi serta kualitas pelayanan. Rata-rata dari lima pertanyaan mengenai kebutuhan, kantor kas memiliki rata-rata yaitu 3,93 dan mobile branch 4,12. Sehingga dapat disimpulkan nasabah merasa kebutuhannya terpenuhi ketika berada di mobile branch. Sifat dari mobile branch yang berpindah-pindah dan mendekati lokasi nasabahnya, memudahkan para nasabah untuk berkonsultasi dan bertransaksi. Kondisi Rata-rata dari kantor kas 4,03 dan mobile branch 4,05. Berdasarkan skor tersebut dari mobile branch lebih unggul dibandingkan kantor kas, meskipun selisih 0,02 pada rata. Hal itu terjadi karena Bank Muamalat menjaga kualitas pelayanan perbankkan kepada pelanggan, sehingga dimanapun lokasi Bank Muamalat beroperasi secara maksimalkepuasan para nasabahnya dan keunggunlan juga terjadi karena posisi lokasi yang dimiliki oleh mobile branch yang mendekati nasabahnya. Sehingga memudahkan para nasabahnya bertansaksi tanpa harus ke kantor.
Kepuasan
kantor kas dapat disimpulkan beberapa hal sebagi berikut: 1. Berdasarkan hasil information economic, investasi mobile branch dikatakan baik. Maka dapat dikatakan bahwa mobile branch merupakan pilihan yang tepat bagi bank mualat untuk membantu proses bisnisnya. 2. Berdasarkan dari analisis biaya investasi yang dikeluarkan biaya yang dikeluarkan untuk mobile branch jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan kantor kas dan dengan adanya mobile branch jumlah nasabah dapat bertambah ±20. 3.
Hasil dari Cost Benefit Analysis menyatakan bahwa dengan melakukan investasi mobile branch pada tahun ke 3, biaya investasi yang dikeluarkan sudah terjadi payback periode. Nilai IRR yang didapat jauh lebih tinggi dari kantor kas hingga mencapai diantara 97% - 98%. Sedangkan nilai NPV nya kantor kas lebih unggul Rp 53.845.134 dari mobile branch, perbedaan dikarenakan target pencapaian mobile branch. Sehingga mobile branch dapat dikatakan lebih cepat mendatangkan keuntungkan dibandingkan kantor kas.
Analisis kepuasan yaitu menggambarkan kepuasan yang dimiliki oleh nasabah terhadap Bank Muamalat atas fasilitas yang dimilikinya. Berdasarkan dari hasil SPSS didapati nilai skor yang menggambarkan ke kondisi ke duanya, yaitu nilai mean yang didapat yaitu 3,65 kantor kas dan 3,56 mobile branch Dari hasil tersebut disimpulkan nasabah yang telah lama melakukan transaksi di Bank Muamalat merasakan kepuasan dengan layanan yang dimilikinya sehingga terus menjalankan transaksi di Bank Muamalat.
4. Nilai manfaat dengan adanya mobile branch yaitu bertambahnya jumlah nasabah ±20, tanpa memerlukan marketing dalam kantor tersebut. Nilai manfaat tersebut adalah value linking.
5. Conclusion Seluruh tahapan penelitian telah dijalankann untuk mengetahui kelayakan inevestasi dan eksistensi mobile branch dalam memenuhi tujuan tersebut investasi dari mobile branch dan
6. Berdasarkan hasil kuisoner dengan skala mulai dari 1 yang artinya sangat tidak setuju dan 5 yang merupakan sangat setuju, nasabah merasakan kenyamanan dan keaman ketika berada di kantor kas dengan rata-rata 3,87
5. Terjadi penghematan biaya secara langsung ketika implementasi dari mobile branch yaitu berupa penghematan biaya listrik dan air sebesar Rp 242.725.725 serta renovasi gedung sebesar Rp 495.500.000.
untuk kenyamanan dan 4,09 untuk keamaanan yang dimiliki kantor kas. Sedangkan nasabah merasa kehandalan, kebutuhan, dan kepuasan dengan kondisi lokasi maupun karyawan ketika berada di mobile branch. Dengan nilai rata-rata 3,7 untuk keandalan, 4,12 untuk kebutuhan nasabah, dan 4,05 untuk kondisi dari mobile branch. Namun, masih didapat permasalahan jaringan yang terjadi baik dalam kantor kas maupun mobile branch, menyebabkan nasabah kurang puas pada keandalan di dua kantor tersebut. 7. Hasil dari competitive analysist menyatakan bahwa dalam segi financial bank untuk berinvestasi mobile branch lebih mendatangkan keuntungan lebih cepat jika dibandingkan kantor kas. Sedangkan berdasarkan persepsi nasabah, nasabah merasa nyaman dan aman ketika melakukan traksi di kantor kas, namun mereka merasa kebutuhannya dapat terpenuhi ketika berada di mobile branch, karena lokasi yang dimiliki mobile branch lebih mudah dijangkau. 6. Daftar Pustaka Djaja, A; Goeroeh. 1999. Penerapan Metodologi Information Economics Untuk Mengukur Nilai Ekonomis Implementasi Proyek Centralized Operation Perbankan, Fasilkom Universitas Indonesia. Gondura, D. 2013. Mobile Branch System, Muamalat Bank Efrain, T; Rainer, R K; Potter, R E. 2005. Introduction to Information Technology 2nd, USA. Ho,S J; Mallick, S K. 2006. The Impact of Information Technology on the Banking Industry: Theory and Empirics.
Indrajit, E R. 2004. Kajian Strategis Analisa Cost-Benefit Investasi Teknologi Informasi, STMIK MDP. Lesmana, A. 2009. Analisis Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan Bank Mandiri (Persero) Tbk Di Bagian Group Retail & Consumer Group. Gunadhrama Library. Parker, M M; Benson R J. 1988. Prentice-Hall : Information Economics, Englewood Cliffs, New Jersey. Prahalad,
C K; Hamel, G. 1991. The Core Competence of the Corporation, Harvard Business Review Article.
Puspanendra, B. 2011. Feasibility Analysis of Information System Financial Application Investment Using Information Economics Method (IE) in CV. Rinjani Agro Sentosa, Thesis, Information System, Institute Technolgy Sepuluh Nopember Surabaya. Ranti, B. 2005. A Review Of Information Technology Investment Evaluation Methodologies: The Need For Appropriate Evaluation Methods, Batan. Shu, W; Strassmann P A. 2005. Does Information Technology Provide Banks with Profit?, Elsevier.
Subriadi, A P; Hadiwidjojo, D ; Djumahir; Rahayu, M; Sarno, R. 2013. Information Technology Productivity Paradox: A Resource-Based View and Information Technology Strategic Alignment Perspective for Measuring Information Technology Contribution on Performance, Journal of Theoretical and Applied Information Technology. Subriadi, A P. 2014. Cose Benefit Analysis, Information System -ITS
Thompson, R L; Cats-Baril W L. 2003. Information Technology and Management McGraw-Hill, New York.