INDUSTRIAL INSPIRING COMPETITION CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY ”MEMBANGUN DESA WISATA BERSAMA HOLCIM”
TIM UAJY: Yunda Bella Paramitha
(08 06 05678)
Laurent Sanjaya
(08 06 05743)
Edo Kurniawan
(08 06 05494)
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
2012
KATA PENGANTAR Puji syukur tim penulis Karya Tulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena begitu besar rahmat dan kesempatan yang diberikan kepada tim dalam mengikuti Industrial Inspiring Competition. Penulisan Karya Tulis yang berjudul Corporate Social Responsibilty : “Membangun Desa Wisata Bersama Holcim” ini merupakan suatu bentuk apresiasi mahasiswa dalam peningkatan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Selain itu, dengan penulisan ini tim dapat menuangkan ide-ide dan teori-teori yang telah diterima dan diserap selama proses perkuliahan. Dalam kesempatan ini, secara khusus tim mengucapakan terima kasih kepada penyelenggara perlombaan Industrial Inspiring Competition. Selain itu, tim juga sangat berterima kasih kepada: 1.
Bapak The Jin Ai, S.T., M.T., D.Eng selaku Kepala Program Studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
2.
PT Holcim Indonesia Tbk, Cilacap Plant selaku sumber pengamatan dalam Karya Tulis.
3.
Seluruh dosen pengajar Program Studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta atas pengajaran yang telah diberikan.
4.
Teman-teman kuliah yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi tim dalam proses penyelesaian Karya Tulis.
5.
Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kewirausahaan Gilangharjo 3 yang sangat mendukung tim dengan memberikan semangat selama proses penyelesaian Karya Tulis.
6.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan dan semangat yang diberikan demi kelancaran penulisan. Akhir kata, tim menyadari bahwa penulisan Karya Tulis ini belum sempurna karena
ada faktor-faktor yang kurang mendukung kesempurnaan Karya Tulis ini. Oleh sebab itu, tim penulis memohon maaf dan menerima saran kritik dari pihak penilai perlombaan Industrial Inspiring Competition. Saran dan kritikan dari tim penilaian akan sangat berguna bagi tim penulis untuk mengembangkan diri khusunya dalam hal pembuatan Karya Tulis. Atas perhatian yang diberikan dengan membaca Karya Tulis ini, tim penulis sangat mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 26 Mei 2012
Tim Penulis ii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….. i KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… iii DAFTAR TABEL………………………………………………………………………… iv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….. v DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………... vi ABSTRACT………………………………………………………………………………. vii ABSTRAK………………………………………………………………………………... viii BAB I PENDAHULUAN I.1
Latar Belakang Masalah ……………...…………………………….………. 1
I.2
Rumusan Masalah………………………………………………….……….. 2
I.3
Tujuan Penulisan………………………………………………….………… 2
I.4
Batasan Masalah………………………………………………….………… 2
BAB II DASAR TEORI II.1 Definisi Corporate Social Responsibility……………...………..………….. 3 II.2 Manfaat Program Corporate Social Responsibility ……………….………. 3 II.3 Analisis SWOT…………………………………………………….………. 3 II.4 Model Pendekatan CSR : Result Based Management……………..………. 4 II.5 Desa Wisata…………………………………………..………………….… 4 II.6 Prinsip dasar dari pengembangan desa wisata……………………….…….. 5 BAB III PEMBAHASAN III.1 Gambaran Umum Perusahaan………………………………………….…… 6 III.2 Evaluasi Program CSR yang Telah Dilakukan oleh Perusahaan…………… 9 III.3 Konsep CSR “Membangun Desa Wisata Bersama Holcim”…………..…… 12 III.4 Metode Implementasi……………………………………………….…..…. 21 III.5 Dampak Positif yang Dihasilkan…………………………………………... 33 BAB IV KESIMPULAN………………………………………………………………..
35
REFERENSI……………………………………………………………………………..
36
LAMPIRAN….…………………………………………………………………………..
x
iii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel III.1
Penghargaan yang Diraih………………………………………………….... 6
Tabel III.2
Potensi Desa Wisata………………………………………………………... 13
Tabel III.3
Jenis-jenis Kegiatan Desa Wisata………………………………………….. 13
Tabel III.4
Deskripsi Pekerjaan……………………………………………………….... 17
Tabel III.5
Penyuluhan dan Pendampingan Pengelola……………………………….... 18
Tabel III.6
Pembangunan Sarana Desa Wisata……………………………………….... 19
Tabel III.7
Rincian Anggaran Pelaksanaan…………………………………………….. 19
Tabel III.8
Analisis SWOT Program CSR……………………………………………... 21
Tabel III.9
The Result Chain Metode Result Based Management……………………... 24
Tabel III.10 Jadwal Pelaksanaan Program CSR……………………………………….... 29
iv
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar III.1 Triple Bottom Line PT. Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant……………. 9 Gambar III.2 Struktur Organisasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)……………….. 17
v
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Klasifikasi industri menurut ISIC Revisi 4………………………………… x Lampiran 2. PT Holcim Indonesia………………………………………………………. x Lampiran 3. Program CSR PT Holcim Indonesia Tbk………………………………….. xi Lampiran 4. Bentuk Desa Wisata………………………………………………………..
xi
vi
ABSTRACT
Corporate social responsibility (CSR) has become a compulsory program for the company as a form of social responsibility for the society. Since negative issues such as pollution, the exploitation of manpower, the environmental damage, and the use of energy became the spotlight, CSR useful for the company to more ethical in running their activities. CSR is used to build relationship between company and society. As a form of business strategies, CSR can be developed into a sustainable investment and give positive impacts on the company. “Membangun Desa Wisata Bersama Holcim” is a form of innovation of CSR program and become the focus of this paper. This paper also defines impacts for the company and society through “Membangun Desa Wisata Bersama Holcim”.
Keywords: CSR, membangun desa wisata bersama holcim
vii
ABSTRAK Program corporate social responsibility (CSR) telah menjadi kegiatan wajib bagi para pelaku bisnis sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial kepada masyarakat. Di tengah berbagai isu miring seperti polusi, eksploitasi tenaga kerja, kerusakan lingkungan dan penggunaan energi yang tidak bertanggung jawab, program CSR bermanfaat bagi perusahaan untuk lebih etis dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bagi perusahaan manufaktur di bidang bahan kimia yaitu Holcim, program CSR memiliki posisi strategis guna membangun relasi antara pemangku usaha dengan stakeholder-nya. Sebagai bentuk strategi bisnis, program CSR dapat dikembangkan menjadi suatu investasi yang berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi perusahaan. Evaluasi program CSR yang sudah ada serta pemberian inovasi menjadi salah satu cara pengembangan strategi bisnis perusahaan. Bentuk inovasi program CSR dengan tema “Membangun Desa Wisata Bersama Holcim” menjadi fokus bahasan dalam penulisan ini. Berbagai uraian serta manfaat ke depan bagi perusahaan terpapar dengan jelas sebagai bentuk implementasi program CSR.
Kata kunci : program CSR, membangun desa wisata bersama holcim
viii
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang sehat merupakan bentuk pembangunan suatu usaha negara ditengah menurunnya tingkat kesadaran berbagai sektor usaha akan lingkungan hidup. Kesadaran akan pengembangan berkelanjutan (sustainable development) kini menjadi pemikiran untuk menjaga eksistensi dan persaingan bisnis di tengah berbagai isu miring seperti polusi, eksploitasi tenaga kerja, kerusakan lingkungan dan penggunaan energi yang tidak bertanggung jawab. Konsep single bottom line kini dirasa tidak mampu mendukung pertumbuhan ekonomi yang sehat dimana aspek keuangan menjadi prioritas utama. Perlunya aspek sosial dan lingkungan yang bersinergi dengan aspek keuangan menjadi perwujudan guna mendukung pertumbuhan ekonomi sehat atau yang dikenal dengan triple bottom line. Salah satu upaya yang dilakukan guna menjaga kemitraan dalam bidang hubungan sosial perusahaan dan lingkungan hidup yaitu tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Program CSR bermanfaat untuk mengubah pola pikir masyarakat agar suatu usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya. PT Holcim Indonesia Tbk sebagai salah satu sektor usaha yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sudah seharusnya mengungkapkan pertanggungjawaban sosialnya sehingga sustainable perusahaan dapat terlaksana. Penjagaan dan peningkatan perihal reputasi, loyalitas, serta citra perusahaan pun dapat terbangun dengan adanya program CSR. Masyarakat pun dapat memperoleh berbagai kemajuan baik di bidang kesehatan, pendidikan, sampai perekonomian sehingga membantu program pemerintah dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat. Berbagai bentuk program CSR kini telah bermunculan, mulai dari pengembangan suatu komunitas, bakti sosial dan pemberian dana hibah, hingga perbaikan infrastruktur lingkungan. Saat ini penerapan CSR khususnya di Indonesia masih dianggap sebagai kegiatan yang mengurangi keuntungan perusahaan sehingga kebanyakan perusahaan enggan untuk menerapkannya. Pemanfaatan program CSR kini mulai menjadi perkembangan strategi bisnis berbagai sektor usaha. Pengembangan konsep yang tidak hanya mencakup pencitraan baik terhadap perusahaan kini mulai berkembang menjadi pemanfaatan investasi di sektor ekonomi. Perebutan pangsa pasar sebagai bentuk dampak program CSR juga dirasa hadir dengan adanya program CSR. PT Holcim Indonesia Tbk dengan program Posdaya menjadi suatu pemanfaatan program CSR di bidang pemberdayaan masyarakat. Jangka 1
pelaksanaan program yang berkelanjutan diharapkan dapat membantu masyarakat sekitar perusahaan dan meningkatkan citra positif perusahaan. Melatarbelakangi berbagai hal tersebut, dirasa perlu suatu inovasi program CSR dari PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant. Sesuai dengan sepenggal misi “tanpa melupakan pelestarian lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat”, program CSR mengenai “Membangun Desa Wisata Bersama Holcim” diharap dapat menunjang strategi bisnis PT Holcim Indonesia Tbk. Pembangunan desa wisata mulai dari infrastruktur hingga pengajaran masyarakat perihal kewirausahaan serta menggali kebudayaan dan melestarikan lingkungan, diharap menjadi paket lengkap sebagai inovasi dari program CSR bagi PT Holcim Indonesia Tbk nantinya.
I.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penulisan ini adalah: a. Bagaimana program CSR yang dilakukan pada PT Holcim Indonesia Tbk saat ini? b. Bagaimana inovasi program CSR yang dapat dilakukan guna mengembangkan program CSR yang sudah ada di PT Holcim Indonesia Tbk? c. Bagaimana metode pengimplementasian inovasi program CSR dan dampak positifnya terhadap PT Holcim Indonesia Tbk?
I.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan ini adalah: a. Mengetahui penerapan program CSR pada PT Holcim Indonesia Tbk sehingga diperoleh suatu evaluasi terhadap program CSR yang dilakukan. b. Melakukan inovasi terhadap program CSR yang telah ada serta menganalisis dampak positif yang terbentuk dengan adanya inovasi program CSR yang dilakukan. c. Melakukan tahapan pengimplementasian dan monitoring beserta rincian perkiraan anggaran biaya yang diperlukan.
I.4 Batasan Masalah Batasan masalah dari penulisan ini adalah: a. Evaluasi CSR dilakukan pada PT Holcim Indonesia Tbk khususnya Cilacap Plant. b. Program CSR difokuskan lebih pada program Posdaya. c. Lokasi pelaksanaan program desa wisata berada di area distribusi PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant, yaitu Yogyakarta. d. Rencana anggaran biaya digunakan harga periode Mei 2012. 2
BAB II DASAR TEORI II.1 Definisi Corporate Social Responsibility Berbagai definisi mengenai Corporate Social Responsibility banyak dikemukakan oleh berbagai para ahli. Menurut The World Business Council for Sustainable Development yaitu bahwa CSR merupakan suatu komitmen terus-menerus dari pelaku bisnis untuk berlaku etis dan untuk memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi sambil meningkatkan kualitas hidup para pekerja dan keluarganya, juga bagi komunitas lokal dan masyarakat pada umumnya (Kalangit, 2009). Ensiklopedia online Wikipedia juga mendefinisikan corporate social responsibility (CSR) sebagai suatu konsep bahwa suatu organisasi (khususnya, tapi tidak terbatas pada, perusahaan) memiliki kewajiban untuk memperhatikan kepentingan pelanggan, karyawan, pemegang saham, komunitas dan pertimbangan – pertimbangan ekologis dalam segala aspek usahanya.
II.2 Manfaat Program Corporate Social Responsibility Menurut Wibisono (2007), keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan yang melakukan program CSR antara lain : a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image perusahaan b. Layak mendapatkan social license to operate c. Mereduksi risiko bisnis perusahaan d. Melebarkan akses sumber daya dan akses menuju market e. Mereduksi biaya f. Memperbaiki hubungan dengan stakeholder maupun regulator g. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
II.3 Analisis SWOT Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) 3
mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (http://id.wikipedia.org/ wiki/Analisis_SWOT).
II.4 Model Pendekatan CSR : Result Based Management Result based management (RBM) adalah pendekatan siklus hidup terhadap manajemen yang mengintegrasikan strategi, pelaku, sumber daya, proses, dan pengukuran untuk meningkatkan pengambilan keputusan, transparansi, dan akuntabilitas. Pendekatan ini berfokus pada pencapaian hasil, pelaksanaan pengukuran kinerja, belajar, dan beradaptasi, serta pelaporan kinerja. RBM dapat diartikan sebagai (http://www.acdicida.gc.ca/acdi-cida/ ACDI-CIDA.nsf/eng/NAT-92213444-N2H) yaitu: a. Mendefinisikan hasil yang diharapkan realistis berdasarkan analisis yang sesuai. b. Mengidentifikasi penerima manfaat program dengan jelas dan merancang program untuk memenuhi kebutuhan penerima manfaat program tersebut. c. Pemantauan kemajuan menuju hasil dan sumber daya yang digunakan dengan menggunakan indikator yang sesuai. d. Mengidentifikasi dan mengelola risiko mengacu hasil yang diharapkan dan sumber daya yang diperlukan. e. Meningkatkan pengetahuan dengan berbagai pembelajaran dan mengintegrasikan ke dalam pengambilan keputusan. f. Melaporkan hasil yang dicapai dan sumber daya yang terlibat.
II.5 Desa Wisata Menurut situs online Wilipedia, desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Dalam pemilihan suatu desa wisata, perlu dilakukan beberapa kriteria yang dirasa cukup diperlukan (http://id.wikipedia.org/wiki/Desa_wisata), yaitu: a. Atraksi wisata: yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan atraktif di desa.
4
b. Jarak tempuh: adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten. c. Besaran desa: menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisataan pada suatu desa. d. Sistem kepercayaan dan kemasyarakatan: merupakan aspek penting mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas dan sistem kemasyarakatan yang ada. e. Ketersediaan infrastruktur: meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan sebagainya.
II.6 Prinsip dasar dari pengembangan desa wisata Prinsip dasar dalam pengembangan desa wisata harus mencakup beberapa aspek (http://id.wikipedia.org/wiki/Desa_wisata), yaitu: a. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa. b. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa bekerja sama atau individu yang memiliki. c. Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat” atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut.
5
BAB III PEMBAHASAN
III.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Holcim Indonesia Tbk merupakan perusahaan manufaktur di bidang bahan kimia atau sesuai dengan klasifikasi industri menurut ISIC (International Standard Industrial Classification of All Economics Activities) division 10 sebagai manufature of chemicals and chemical products. PT Holcim Indonesia Tbk mengoperasikan pabrik semen di Narogong, Jawa Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah, serta fasilitas penggilingan semen di Ciwandan, Banten, dan di Johor Baru, Malaysia dengan kapasitas produksi semen dari seluruhnya mencapai 9,5 juta ton semen. Kantor pusat PT Holcim Indonesia Tbk berada di Menara Jamsostek lantai 15, Jakarta. PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant berlokasi di Jalan Ir. Juanda Kelurahan Karang Talun Cilacap Tengah 53234. III.1.1 Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan Visi perusahaan yaitu “Menyediakan lingkungan yang sehat demi generasi mendatang” serta misi “Holcim akan tumbuh dengan menyediakan solusi bangunan berkelanjutan untuk segmen pelanggan tertentu, dan dengan mengembangkan potensi personil dan masyarakat, berkat manajemen yang inovatif dan jaringan yang terpadu, untuk memberikan keuntungan sebesar mungkin bagi para pemangku kepentingan tanpa melupakan pelestarian lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat” menjadi dasar perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Holcim memiliki tiga nilai utama yang ditunjukkan pada slogan berikut: “Partnership” is our Strength, “Delivering our Promise” is our Performance, “Care” is our Passion”. Perihal logo perusahaan, makna Holcim adalah perpaduan antara huruf H dan C yang bersatu. Arti dari logo ini adalah H merupakan perlambangan dari Holcim dan C merupakan lambang bahwa Holcim terbuka untuk semua orang di berbagai dunia.
III.1.2 Penghargaan PT Holcim Indonesia Tbk Pabrik Cilacap telah memperoleh beberapa penghargaan seperti pada tabel III.1. Tabel III.1 Penghargaan yang Diraih Tahun Nama Penghargaan 2009 Adiupaya Puritama Green Proper
Keterangan Penghargaan Pemberi Penghargaan dalam rangka Pemerintah Pusat Hari Perumahan Nasional 2009 Penghargaan CSR lingkungan Kementrian 6
2010
hidup diatas standar yang ditentukan oleh pemerintah Gold Proper Penghargaan 5 kali berturutturut memperoleh green proper Penghargaan Ka0b Penghargaan dalam program Cilacap CSR Posdaya Perusahaan Paling Penghargaan atas kepedulian Peduli Lingkungan perusahaan terhadap Hidup lingkungan hidup: kebun dan penghijauan dalam area pabrik Superbrand Merek yang disukai konsumen
Lingkungan Hidup Kementrian Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Cilacap Kementrian Perindustrian
Pemerintah
III.1.3 Produk yang Dihasilkan Produk primer yang dihasilkan adalah tipe I Ordinary Portland Cement (CPO), Special Portland Cement (SPC), dan Pozzolan Portland Cement (PPC). Produk sekunder yang dihasilkan adalah clinker yang sebagian diekspor dan sebagian lagi diolah menjadi produk primer. Kualitas semen yang diproduksi dijaga melalui penetapan sasaran mutu yang harus dicapai.
III.1.4 Limbah yang Dihasilkan dan Penanganan Limbah 1. Limbah yang dihasilkan Limbah buangan/sampah yang dihasilkan dikelompokkan menjadi empat yaitu limbah domestik (sisa makanan, daun, sampah potong rumput, pelepah pohon, ranting pohon), limbah non-logam (kertas, plastic, potongan newlite/kayu, karet), limbah logam (besi, kaleng, kawat, drum bekas, potongan plate), dan limbah B3 (majun bekas terkena oli, toner bekas, kemasan bahan kimia/peledak, limbah padat klinik, filter oli bekas, lampu TL/Merkuri bekas, baterai, accu). 2. Penanganan limbah a. Limbah cair Limbah cair berasal dari air sisa pencucian bengkel mesin atau kendaraan berat dan limbah yang berasal dari laboraturium. Limbah cair tidak melalui treatment karena berada dalam batas yang diijinkan. b. Limbah gas/udara Limbah gas yang keluar ke udara terkadang berupa asap hitam. Hal ini disebabkan pembakaran tidak sempurna sehingga batu bara yang tidak terbakar ikut keluar melalui stack. Upaya perusahaan yaitu dengan pemasangan cerobong pembuangan asap yang menyaring partikel-partikel padat ditunjang dengan tindakan preventif pengoperasian pembakaran berdasarkan kondisi operasi yang telah ditetukan.
7
c. Limbah padat (debu) Proses pembuatan semen menghasilkan beberapa partikel yang bertebaran dengan stubtansi yang berbeda. Pencemaran udara ditimbulkan oleh debu, SO2, dan NO2. Untuk mengatasi pencemaran tersebut limbah debu harus dilewatkan ke dalam cyclone dan electrostatic precipitator terlebih dahulu sebelum dibuang ke udara bebas dan dipasang pula bag filter. Konsentrasi debu rata-rata berada di bawah ambang batas yaitu 10mg/m3 (Kep.Men.LH Nomor : Kep13/MENLH/3/1995). d. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Limbah B3 yang dihasilkan di PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant mencakup grease/oli bekas, tinta bekas, filter bekas, material terkontaminasi, lem bekas, botol kimia bebas, limbah laboratorium, dan WWT sludge. Sistem penanganan limbah B3 lebih spesifik dan menjadi titik berat perhatian PT Holcim Indonesia, Tbk. Pabrik Cilacap. Untuk oli bekas, secara khusus PT Holcim Indonesia, Tbk. Pabrik Cilacap telah memiliki sistem recovery oli bekas dengan sistem seal trap, sehingga nantinya oli bersih dan telah aman untuk dibuang ke saluran pembuangan khusus. 3. Pengesahan penanganan dan penggunaan limbah B3 a. Kepmen LH No.697 Tahun 2008: Izin Pengoperasian Alat Pengolah Limbah B3 Sesuai Kepmen LH di atas, PT Holcim Indonesia, Tbk. Pabrik Cilacap telah mendapatkan izin untuk melakukan pembakaran limbah B3. Fasilitas pembakaran berupa incinerator yang berhubungan dengan kiln. b. Kepmen LH No.393 Tahun 2007: Izin Pemanfaatan Limbah B3 Sesuai Kepmen ini, Holcim Cilacap telah memiliki izin untuk memanfaatkan limbah B3, terutama oli bekas, dalam proses recovery, sehingga dapat digunakan kembali atau segera dibuang melalui saluran pembuangan khusus. c. Kepmen LH No.506 Tahun 2007: Izin Pemanfaatan Limbah B3 (Bottom, Fly Ash) Holcim Cilacap telah diberikan otoritas untuk menggunakan limbah tertentu (debu pembakaran batu bara dan limbah dari industry lain) sebagai bahan tambahan dalam proses produksinya. Limbah yang telah diberi izin untuk dimanfaatkan oleh Holcim Cilacap adalah fly ash, wet fly, ash valley, bottom ash, debu EAF (Electrical Arc Furnae), iron scale, iron concentrate, iron slag, steel slag, copper slag, oil slop, sludge IPAL (industri kertas dan kawasan industri terpadu).
III.1.5 Pencemaran Udara Pencemaran utama dari PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant yang menjadi pusat perhatian untuk dicegah dan ditanggulangi adalah pencemaran udara. Pabrik semen 8
identik dengan kotornya udara di sekeliling pabrik akibat debu yang dibuang oleh cerobong stack. Parameter yang bisa diamati dengan mata telanjang hanyalah opasitas (kepekatan debu) dari gas buang. Makin pekat atau gelap gas buang, berarti opasitas gas makin tinggi. Untuk mengetahui parameter-parameter gas buang secara kuantitatif, gas buang yang melalui cerobong stack EP kiln Raw Mill dipantau secara kontinyu dengan menggunakan CEM (Continuous Emission Monitoring). CEM ini adalah software computer pada ruangan departemen EQS (Environment Quality Service) yang dengan kontinyu dapat memantau komposisi gas buang yang keluar dari cerobong stack. CEM mampu melihat hasil pengukuran dari lima alat ukur utama yang masing-masing mengukur komposisi gas buang yang berbeda.
III.2 Evaluasi Program CSR yang Telah Dilakukan oleh Perusahaan Program CSR pada PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant dilaksanakan oleh Community Relations (Comrel) Department. Aktivitas community relations Holcim fokus pada upaya pemberdayaan masyarakat (community development). Hal ini merupakan implementasi dari visi dan misi Departemen Comrel yaitu dengan visi “Mewujudkan masyarakat sejahtera mandiri melalui kemitraan yang harmonis antara perusahaan, PEMDA, dan lembaga swadaya masyarakat” serta misi meliputi: a. mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan aset ekonomi b. mengembangkan sumber daya alam dan lingkungannya c. meningkatkan kualitas sumber daya manusia Dalam menjalankan aktivitas community relations, CRO selalu mengacu pada Segitiga Sustainable Development atau dapat disebut juga Triple Bottom Line sebagai wujud dari tanggung jawab sosial kepada masyarakat.
Gambar III.1 Triple Bottom Line PT. Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant
9
Berdasarkan Bagan III.1, dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan salah satu nilai utama perusahaan. Sasaran PT Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant adalah kegiatan CSR yang menimbulkan dampak yang besar meliputi: a. Luasnya dampak CSR hingga menyentuh penerima manfaat b. Keterlibatan yang tinggi dari masyarakat c. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat (ekonomi / kemiskinan, pengangguran, kesehatan, pendidikan, serta angka harapan hidup)
III.2.1 Program CSR pada PT Holcim Indonesia Cilacap Plant Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan Holcim merupakan program kemitraan yang dijalankan oleh Community Relations Officer (CRO). Holcim telah melakukan pemberdayaan masyarakat yang mencakup tiga bidang utama sebagai berikut: 1. Bidang infrastruktur dan pelestarian lingkungan hidup Holcim berpartisipasi dalam kegiatan renovasi infrastruktur seperti pembuatan jalan setapak, perbaikan drainage, poskamling, dan pembangunan kantor desa. Holcim juga bekerjasama dengan program KKN Universitas Jenderal Soedirman mengadakan latihan pengelolaan limbah domestik untuk warga. Kegiatan ini membantu menyelamatkan lingkungan dari limbah sekaligus dapat menjadi tambahan penghasilan bagi masyarakat. 2. Pendidikan, pelatihan, sosial kemasyarakatan Holcim berpartisipasi aktif dalam gerakan orang tua asuh (GOTA) bekerjasama dengan GNOTA Kabupaten dan Depdiknas dengan kebijakan “satu karyawan satu anak asuh”. Holcim juga menyediakan program PKL (Praktek Kerja Lapangan) bagi pelajar, mengadakan pengobatan massal, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan olahraga, serta menyelenggarakan kerja bakti sosial dalam rangka hari besar. 3. Ekonomi dan livelihood Holcim menyediakan dana bergulir bagi UKM dan kegiatan masyarakat, membuat koperasi untuk mengatur dana bergulir bagi masyarakat, menyediakan life skill training untuk masyarakat, mengadakan program kerjasama dengan lembaga pemerintah, LSM, dan universitas dalam bidang pemberdayaan. Selain itu, sejak tahun 2009 PT. Holcim Indonesia Tbk Cilacap Plant melaksanakan program Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga). Program ini bertema “Bangga Mbangun Desa Melalui Posdaya”. Posdaya merupakan forum kebersamaan yang anggotanya diharapkan mengambil prakarsa dan melakukan kegiatan nyata memberdayakan dan membangun SDM dalam lingkungannya. Posdaya dibentuk dengan 10
tujuan agar masyarakat Cilacap memiliki semangat kemandirian yang tinggi untuk meningkatkan taraf hidup dalam berbagai bidang. Program ini merupakan kerja sama Holcim dengan kegiatan KKN Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Mahasiswa membantu Holcim dalam melakukan social mapping. Hasil dari social mapping ini menjadi dasar Holcim dalam memetakan kebutuhan dan kondisi komunitasnya untuk menentukan program pemberdayaan yang akan dilakukan perusahaan. Sampai saat ini, Holcim telah memiliki 36 posdaya binaan. Posdaya mempunyai empat pilar yaitu kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan. Di bidang kesehatan, berdiri beberapa posyandu balita dan lansia. Bidang pendidikan digerakkan dengan membangun taman bacaan dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Di bidang ekonomi, didirikan Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan usaha yang beragam seperti kuliner dan kerajinan tangan. Khusus di bidang ini, Holcim menargetkan adanya dua produk makanan khas Cilacap yang menembus pasar nasional. Untuk itu, Holcim mendorong para pengusaha makanan untuk memperoleh Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Pada bidang lingkungan, Holcim membangun infrastruktur seperti plesterisasi, renovasi rumah, dan pembangunan jalan setapak.
III.2.2 Evaluasi Program CSR Perusahaan Program CSR yang dilaksanakan melalui Posdaya telah memenuhi dampak yang menjadi sasaran perusahaan. Program ini bekerja sama dengan KKN Universitas Jendral Soedirman Purwokerto yang dilaksanakan di Cilacap. Masyarakat yang menerima manfaat dari program ini adalah warga Cilacap yang merupakan wilayah operasional pabrik. Dengan demikian, kegiatan proses produksi di pabrik mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Hal ini merupakan salah satu manfaat dari pelaksanaan CSR. Manfaat lain yang dapat dinikmati perusahaan adalah loyalitas pelanggan. Untuk mendapatkan hal ini, Holcim perlu melakukan pendekatan dengan pasar konsumen, terutama di wilayah dengan kompetisi tinggi dengan perusahaan lain. Hingga saat ini program CSR hanya fokus pada masyarakat di daerah operasi pabrik saja. Holcim perlu mengimplementasikan CSR di wilayah distribusinya. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah distribusi regional IV yang memiliki kompetisi tinggi dengan PT Semen Gresik. Untuk memenangkan kompetisi, Holcim perlu melakukan pendekatan kepada masyarakat. Program CSR merupakan cara efektif untuk meningkatkan citra perusahaan di daerah sasaran. Yogyakarta yang merupakan kota pelajar, kota budaya, sekaligus salah satu pusat pariwisata memiliki potensi yang dapat dikembangkan oleh Holcim. 11
Program CSR yang dapat dilakukan adalah pembentukan desa wisata. Program ini merupakan program yang berkelanjutan sehingga memiliki nilai yang tinggi di mata masyarakat. Melalui program ini, Holcim dapat sekaligus memperkenalkan produknya kepada masyarakat. Hal ini dapat menjadi investasi bagi Holcim karena masyarakat setempat maupun wisatawan yang berkunjung akan mengenal produk Holcim yang berkualitas sehingga meningkatkan loyalitas pelanggan. Program CSR dalam bentuk desa wisata akan melengkapi program-program CSR yang telah dilakukan Holcim. Pembangunan masyarakat sebagai pertanggungjawaban daerah operasi pabrik bersinergi dengan pembangungan masyarakat di daerah distribusi produk. Hal ini sesuai dengan tagline perusahaan yakni “Membangun Bersama”. III.3 Konsep CSR “Membangun Desa Wisata Bersama Holcim” Program CSR dirancang agar memiliki keuntungan tidak hanya bagi masyarakat penerima program namun juga bagi Holcim. Program tidak hanya terhenti pada satu kegiatan saja namun bersifat kontinyu sehingga masyarakat dapat berjalan mandiri setelah program dilaksanakan. Program CSR akan dijalankan dalam bentuk pembangunan desa wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bagi perusahaan, pembangunan desa wisata akan meningkatkan citra Holcim sekaligus mengenalkan produk Holcim kepada masyarakat setempat maupun wisatawan yang berkunjung. Hal ini memiliki nilai investasi bagi perusahaan yaitu meningkatkan loyalitas masyarakat sehingga Holcim dapat unggul dari perusahaan kompetitor, mengingat DIY merupakan daerah distribusi dengan kompetisi yang tinggi. Wisatawan domestik dapat merasakan secara nyata peran Holcim dalam membangun suatu wilayah serta melihat langsung kualitas produk Holcim melalui infrastruktur di lokasi. Holcim juga dapat meningkatkan citra sebagai world class company kepada wisatawan asing yang berkunjung. Sama halnya dengan program Posdaya, Holcim dapat bekerja sama dengan universitas di Yogyakarta dalam bentuk program KKN. Program KKN Universitas Atma Jaya Yogyakarta telah berhasil membentuk desa wisata, misalnya Desa Wisata Tembi, Desa Wisata Kebonagung, serta Desa Gilangharjo. Program ini dapat melibatkan institusi pendidikan melalui mahasiswa sebagai SDM pelaksana program CSR. Selain melibatkan institusi pendidikan, pembangunan desa wisata juga melibatkan Pemda, khusunya Dinas Pariwisata. Berdasarka paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa CSR ini sesuai dengan visi, misi, serta sasaran CSR Holcim. Pemilihan tema “Membangun Desa Wisata Bersama Holcim” juga bersinergi dengan citra perusahaan yang tertuang dalam tagline “Membangun Bersama”. 12
III.3.1 Potensi Desa Wisata Dalam pembangunan suatu desa wisata, diperlukan beberapa potensi untuk dijual kepada pengunjung. Berbagai potensi digambarkan pada tabel III.2. Tabel III.2 Potensi Desa Wisata No 1
Jenis Potensi Desa Wisata Adat istiadat
2 3
Kehidupan sehari-hari Budaya dan kesenian
4
Kuliner
5
Kerajinan dan souvenir
6 7 8
Perindustrian Sejarah Kekayaan alam
Contoh kegiatan Upacara adat : gunungan, hajatan, mitoni Upacara tradisional desa : merti desa, wiwitan Rumah adat : pendopo, joglo Bertani, beternak, penjernihan ikan Tari-tarian : tari serimpi Kesenian : reog, karawitan, gamelan Budaya : batik Kuliner khas : kembul bujono Makanan khas : gudeg, gudangan Camilan khas : gethuk, tiwul, lemper Minuman khas : dawet, secang, wedang uwuh Anyaman bambu, kerajinan janur kelapa, pembuatan topeng Pandai besi, pembuatan abon dan srundeng Makam, petilasan Panorama, perbukitan, sawah, sungai, kunangkunang
III.3.2 Jenis-jenis Kegiatan Desa Wisata Potensi desa wisata yang beragam dapat dikelompokkan menjadi variasi kegiatan desa wisata yang disuguhkan kepada wisatawan. Contoh kegiatan desa wisata tertera pada tabel III.3. Tabel III.3 Jenis-jenis Kegiatan Desa Wisata No 1
Jenis Kegiatan Desa Wisata Membatik, menganyam bambu, belajar janur kelapa, dan melukis topeng
2
Membajak sawah, membuat orang-orangan sawah, dan penjernihan ikan
3
Dolanan anak, layangan, egrang, dan permainan batok kelapa
4
Belajar nari, karawitan, dan nabuh gamelan
Keterangan Penampilan budaya dan kerajinan yang dimiliki masyarakat desa sembari sebagai media pembelajaran. Wisatawan dapat melakukan aktivitas dan hasil karyanya dijadikan sebagai souvenir yang memberi kenangan tersendiri. Aktivitas masyarakat desa yang jarang dijumpai wilayah kota menjadi daya tarik yang berbeda. Wisatawan dapat ikut dan terjun langsung bersama warga desa melakukan aktivitas desa. Kegiatan mengangkat aktivitas masyarakat, yaitu anak-anak dalam rangka mempopulerkan kembali aktivitas dolanan tradisional kepada wisatawan. Seni budaya suatu desa merupakan kekhasan yang ditonjolkan dari desa wisata. Kegiatan pembelajaran seni budaya desa setempat menjadi hal yang berharga bagi wisatawan. 13
5
Tracking
6
Napak tilas sejarah
7
Kuliner bersama, belajar memasak
8
Belajar proses perindustrian, proses menempa besi, pembuatan gerabah, proses pembuatan temped an tahu
9
Homestay
Panorama desa yang indah dan sejuk memiliki daya tarik tersendiri. Wisatawan dapat melakukan tracking atau berkeliling menyusuri alam dan mengunjungi tempat-tempat peninggalan sejarah dengan sepeda. Agar memiliki nilai tambah, sepeda onthel dapat digunakan agar wisatawan dapat bernostalgia. Pembelajaran kehidupan di masa lampau dan menyusuri berbagai situs serta peninggalan sejarah menjadi suatu wisata pembelajaran. Belajar mengenal sejarah suatu tempat menjadi bekal ilmu yang berharga. Selain menikmati kuliner khas yang disajikan, belajar memasak dan menyaksikan pembuatan kuliner tradisional menjadi pembelajaran yang menarik. Proses memasak secara tradisional yaitu penggunaan tungku dan kayu bakar menjadi keunggulan yang disajikan. Merupakan aktivitas yang menampilkan berbagai proses industri dari pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi. Selain itu, dilakukan pula penjelasan berbagai proses produksi yang berlangsung. Kegiatan menginap dengan suasana pedesaan yang tradisional namun dengan kualitas internasional, dengan sarana yang dibangun oleh Holcim.
III.3.3 Pengemasan Paket Wisata Dalam pelaksanaan wisata desa, berbagai kegiatan yang berlangsung di suatu desa harus dikemas dalam suatu paket wisata. Paket wisata bervariasi sesuai dengan budget dan durasi kunjungan wisatawan. Pengemasan yang menarik tentunya akan mengundang wisatawan dan menjadi keuntungan tersediri bagi masyarakat desa. Berikut ini adalah contoh pengemasan sebuah kegiatan wisata : a. Wisata edukasi Kegiatan yang dapat dilakukan dalam paket wisata misalnya kegiatan sawah. Wisatawan diajak untuk ikut serta membajak sawah, menanam atau memanen padi, memandikan kerbau, dan membuat orang-orangan sawah. Wisatawan juga diberi penjelasan mengenai masa tanam padi dan perawatan yang perlu dilakukan. Kegiatan menggiring angsa dan menggembalakan domba juga memiliki sensasi tersendiri. Wisatawan juga diajak belajar menangkap lele sambil diberikan penjelasan mengenai proses pembenihan lele. Kegiatan ini menjadi rekreasi yang memiliki nilai edukasi. Desa wisata kental dengan nuansa seni dan budaya. Di desa wisata, wisatawan diajak untuk turut melestarikannya melalui aktivitas belajar tari tradisional, karawitan, dan 14
membatik. Nilai seni dapat ditambahkan dengan adanya aktivitas melukis topeng di pinggir sawah. Hasil karya batik dan topeng yang dibuat wisatawan dapat dibawa pulang sebagai souvenir sehingga memberikan kenangan tersendiri. b. Tracking Panorama desa yang indah dan sejuk memiliki daya tarik tersendiri. Wisatawan dapat melakukan tracking atau berkeliling menyusuri alam dan mengunjungi tempat-tempat peninggalan sejarah dengan sepeda. Agar memiliki nilai tambah, sepeda onthel dapat digunakan agar wisatawan dapat bernostalgia. Kegiatan sehari-hari di desa yang merupakan mata pencaharian penduduk juga dapat diangkat ke dalam paket wisata. Jika di suatu desa terdapat kegiatan pandai besi, wisatawan dapat melihat proses produksi dan turut serta membuatnya. c. Kuliner Dari sisi kuliner, selain menikmati kuliner khas yang disajikan, wisatawan diajak untuk melihat proses pembuatan. Jika wisatawan melakukan live-in selama beberapa hari, wisatawan dapat ikut memasak menggunakan tungku dan kayu bakar. Kegiatan ini dapat diberi nama “Masak Bareng Budhe”. Homestay diperlukan bagi wisatawan, khususnya yang memesan paket live-in. Sarana homestay dibangun oleh Ciputra Group. Desain disesuaikan dengan karakteristik desa wisata tanpa meninggalkan ciri khas Ciputra. Hal ini membangun citra bahwa Ciputra membangun negeri melalui modernitas sebuah kota yang bersinergi dengan nilai budaya sebuah desa. d. Wisata desa Seluruh potensi wisata yang ada akan dikemas dengan menarik menjadi sebuah paket wisata. Kedatangan wisatawan disambut dengan tari-tarian tradisional dan welcome drink. Makan siang dilakukan dengan sistem “kembul bujono” mengikuti tradisi desa setempat. Di desa juga akan disiapkan stand souvenir yang menjual souvenir dan oleh-oleh khas yang dibuat oleh warga desa. Hal ini akan menjadi sumber pendapatan tambahan bagi pelaku usaha.
III.3.4 Pengelola Desa Wisata Desa wisata yang akan dibentuk memiliki tiga pilar utama yaitu paket wisata, profilisasi dan pemasaran, dan infrastruktur. Ketiga pilar ini dinaungi oleh manajemen sumber daya manusia (pengelola). Penjabaran masing-masing pilar sebagai berikut:
15
a.
Paket wisata Paket wisata akan mengemas seluruh potensi yang ada di desa ke dalam paketpaket wisata sesuai dengan segmen pasar yang ada. Selain perancangan paket wisata yang bersifat konsisten, bagian ini juga bertugas mengadakan event insidental khas desa seperti merti desa dan wiwitan.
b.
Profilisasi dan Pemasaran Bagian profilisasi fokus pada pembuatan profil desa wisata. Potensi, aktivitas, serta karakteristik desa tersebut dituangkan ke dalam sebuah profil desa. Output yang dihasilkan berupa katalog paket wisata, brosur, website, media sosial, serta blog. Bagian pemasaran akan menjalin kerja sama dengan biro perjalanan dan transportasi untuk mendatangkan wisatawan ke desa. Katalog yang dihasilkan oleh bagian profilisasi akan didistribusikan oleh bagian pemasaran.
c.
Infrastruktur Bagian infrastruktur bertanggung jawab pada pembangunan sarana desa wisata misalnya homestay, spot to stop, toilet, dan sarana outbond. Pembangunan infrastruktur akan disponsori oleh Holcim baik dari segi perancangan bangunan maupun material. Hal ini sekaligus menjadi produk nyata Holcim yang mewakili program “Solusi Rumah” milik Holcim.
d.
Sumber Daya Manusia (Pengelola) Kepengurusan pengelola diwujudkan ke dalam sebuah wadah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Seluruh pilar pada desa wisata akan dikelola oleh Pokdarwis. Pengurus Pokdarwis terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, bagian paket wisata, bagian lingkungan (Paguyuban Kuliner, Paguyuban Souvenir, Paguyuban homestay, dan Paguyuban transportasi), serta bagian profilisasi dan pemasran. Bagian paket wisata bekerjasama dengan Paguyuban Kuliner, Paguyuban Souvenir, Paguyuban homestay, dan Paguyuban transportasi dalam membuat dan mengelola suatu paket wisata. Pengelola desa wisata selanjutnya diatur melalui struktur organisasi, job
description, serta pemberian program pelatihan. 1. Struktur Organisasi Struktur Organisasi yang terbentuk oleh tim CSR perusahaan sebagai berikut.
16
KETUA
WAKIL KETUA
SEKRETARIS
PROFILISASI DAN PEMASARAN
BENDAHARA
PAKET WISATA
INFRASTRUKTUR
PAGUYUBAN HOMESTAY PAGUYUBAN KULINER PAGUYUBAN SOUVENIR PAGUYUBAN TRANPORTASI
Gambar III.2 Struktur Organisasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) 2. Job Description Pengelola Deskripsi pekerjaan dari Pokdarwis dapat dijelaskan pada Tabel III.4. Tabel III.4 Deskripsi Pekerjaan Fungsi Ketua
Wakil Ketua
1. 2. 3. 4. 5. 6. 1. 2. 3. 4.
Sekretaris
Bendahara
Pemasaran
5. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. 1. 2. 3.
Deskripsi Pekerjaan Memimpin Pokdarwis. Pengambil keputusan. Koordinator kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pokdarwis. Memberikan pengarahan pada anggota Pokdarwis. Bertanggung jawab kepada Aparat Desa. Bertanggung jawab kepada pihak-pihak lain yang bersangkutan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Pokdarwis. Mewakili ketua dalam mengkoordinir kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pokdarwis jika ketua berhalangan. Mewakili ketua dalam pengambilan keputusan dalam setiap hal jika ketua berhalangan. Mewakili ketua dalam memberikan pengarahan pada anggota Pokdarwis jika ketua berhalangan. Wakil ketua sebagai pengganti ketua sementara jika terjadi penurunan ketua. Bertanggung jawab terhadap ketua Pokdarwis. Bertanggung jawab atas kegiatan administrasi. Pengadaan keperluan yang diperlukan oleh Pokdarwis. Bertanggung jawab atas aliran surat dan informasi terkait Pokdarwis. Bertanggung jawab kepada ketua Pokdarwis. Bertanggung jawab atas aliran uang pada Pokdarwis. Bertanggung jawab atas laporan keuangan Pokdarwis. Mengusahakan dana dari pihak luar. Bertanggung jawab kepada ketua Pokdarwis. Bertanggung jawab atas pemasaran desa wisata. Mengusahakan promosi desa wisata. Pembuatan segala bentuk media promosi untuk memasarkan 17
4. 5. 6. 1. 2. 3.
Paket Wisata
4. 5. 1.
Paguyuban Kuliner
2. 3. 4. 5. 1.
Paguyuban Souvenir
2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5. 1. 2.
Paguyuban Homestay
Paguyuban Transportasi
3. 4. Infrastruktur 1. 2. 3.
desa wisata. Bertanggung jawab atas pembuatan katalog paket wisata. Bertanggung jawab atas konsumen desa wisata. Bertanggung jawab kepada ketua Pokdarwis. Pembuatan paket wisata yang akan ditawarkan. Melakukan inovasi paket wisata. Membina hubungan baik dengan seluruh pelaku wisatan yang ada pada desa. Menggali potensi-potensi wisata yang ada pada desa. Bertanggung jawab kepada ketua Pokdarwis. Pembuatan paket kuliner yang akan ditawarkan sebagai sajian makan dan oleh-oleh. Pendukung pembuatan paket wisata yang akan ditawarkan. Koordinator pengusaha kuliner yang ada di desa. Bertanggung jawab atas pengembangan usaha kuliner. Bertanggung jawab kepada ketua Pokdarwis. Pembuatan paket souvenir yang akan ditawarkan sebagai souvenir. Pendukung pembuatan paket wisata yang akan ditawarkan. Koordinator pengusaha kerajinan yang ada di desa. Bertanggung jawab atas pengembangan usaha kerajinan. Bertanggung jawab kepada ketua Pokdarwis. Bertanggung jawab atas pengadaan homestay di desa. Pendukung pembuatan paket wisata yang akan ditawarkan. Koordinator pemilik homestay yang ada di desa. Bertanggung jawab atas pengembangan homestay. Bertanggung jawab kepada ketua Pokdarwis. Pendukung pembuatan paket wisata yang akan ditawarkan. Koordinator pemilik kendaraan yang tergabung dalam paguyuban transportasi. Bertanggung jawab atas pengadaan transportasi di saat konsumen berada di desa. Bertanggung jawab kepada ketua Pokdarwis. Bertanggung jawab atas infrastruktur desa yang menyangkut paket wisata. Bertanggung jawab atas pengembangan infrastruktur desa yang menyangkut paket wisata. Bertanggung jawab kepada ketua Pokdarwis.
3. Penyuluhan dan Pendampingan Pengelola Konsep yang telah direncanakan perlu ditunjang dengan kesiapan pengelola sebagai eksekutor program. Untuk itu, pengelola desa wisata dan pelaku usaha perlu diberi penyuluhan serta pembekalan yang sesuai. Hal ini digambarkan pada tabel III.5. Tabel III.5 Penyuluhan dan Pendampingan Pengelola Sasaran Pengelola desa wisata (Pokdarwis)
Pembekalan Penyuluhan penetapan harga jual Penyuluhan fee management Pelatihan pembuatan proposal Simulasi pemesanan paket wisata 18
Pelatihan pemandu wisata Pelatihan pengelolaan website, blog, dan media social Pelatihan jurnalistik Penyuluhan higienitas masakan Penyuluhan tata cara penyajian yang menarik Paguyuban kuliner Pendampingan pendaftaran Penomoran Industri Rumah Tangga (PIRT) Penyuluhan hospitality Paguyuban Homestay Penyuluhan sanitasi Pelatihan packaging Souvenir Pendampingan online shopping III.3.5 Infrastruktur Desa Wisata Dalam rangka program CSR membangun desa wisata, perbaikan infrastruktur desa wisata menjadi hal yang patut diperhatikan. Penggunaan bahan pembangunan dari produk Holcim menjadi suatu keuntungan bagi pihak perusahaan. Penciptaan citra infrastruktur produk Holcim menjadi salah satu bentuk media dengan adanya pembangunan berbagai infrastruktur. Berikut rencana pembangunan sarana yang diperlukan dalam menunjang kegiatan Membangun Desa Wisata pada tabel III.6. III.6 Pembangunan Sarana Desa Wisata Bidang Pokdarwis Homestay Souvenir Paket wisata Profilisasi
Pembangunan Sarana Sekretariat Pengadaan homestay Pengadaan stand souvenir dan oleh-oleh Pengadaan sarana outbound Perancangan spot to stop Pengadaan katalog dan brosur
III.3.6 Rincian Anggaran Pelaksanaan Perencanaan program CSR membutuhkan suatu rancangan biaya guna melihat biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam melaksanakan program CSR “Membangun Desa Wisata Bersama Holcim”. Pada tabel III.7 akan dijelaskan rincian biaya yang diperlukan. III.7 Rincian Anggaran Pelaksanaan (dalam Rp) No
1
2
Kegiatan
Kuantitas
Survey Biaya Transportasi 40 Kesekretariatan 20 Perijinan Pembentukan Pokdarwis Konsumsi 50 Surat Undangan 50
Satuan
Biaya Satuan
Sub Total Biaya
Total Biaya 380,000
liter eksemplar
4,500
180,000
10,000
200,000 1,025,000
orang undangan
20,000 500
1,000,000 25,000 19
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Pembentukan Paguyuban Kuliner Konsumsi 50 orang Surat Undangan 50 undangan Pembentukan Paguyuban Homestay Konsumsi 50 orang Surat Undangan 50 undangan Pembentukan Paguyuban Souvenir Konsumsi 50 orang Surat Undangan 50 undangan Pembentukan Paguyuban Transportasi Konsumsi 50 orang Surat Undangan 50 undangan Pembekalan Pokdarwis Konsumsi 50 orang Surat Undangan 50 undangan Pembicara 1 orang Pembekalan Paguyuban Kuliner Konsumsi 50 orang Surat Undangan 50 undangan Pembicara 1 orang Pembekalan Paguyuban Homestay Konsumsi 50 orang Surat Undangan 50 undangan Pembicara 1 orang Pembekalan Paguyuban Souvenir Konsumsi 50 orang Surat Undangan 50 undangan Pembicara 1 orang Pembekalan Paguyuban Transportasi Konsumsi 50 orang Surat Undangan 50 undangan Pembicara 1 orang Estimasi Biaya Pembangunan 5 bangunan Infrastruktur Promosi Pembuatan Katalog Paket 30 katalog Wisata Pembelian domain 1 website Website Pembuatan Social 2 media Media Pembuatan Buku 500 eksemplar Profil Desa Wisata Registrasi ISBN 1 kali
1,025,000 20,000 500
1,000,000 25,000 1,025,000
20,000 500
1,000,000 25,000 1,025,000
20,000 500
1,000,000 25,000 1,025,000
20,000 500
1,000,000 25,000 1,375,000
20,000 500 350,000
1,000,000 25,000 350,000 1,375,000
20,000 500 350,000
1,000,000 25,000 350,000 1,375,000
20,000 500 350,000
1,000,000 25,000 350,000 1,375,000
20,000 500 350,000
1,000,000 25,000 350,000 1,375,000
20,000 500 350,000 30,000,000
1,000,000 25,000 350,000 150,000,000 150,000,000 27,270,000
25,000
750,000
300,000
300,000
-
0
30,000
15,000,000
20,000
20,000 20
14
15
16
Pembuatan CD Profile Penyebaran Buku Profil Desa Wisata Pembuatan Flyer Desa Wisata Launching buku Pengisi acara Souvenir wartawan Snack / drink Sound system Dekorasi Doorprize Spanduk 1,5 x 4 X-Banner Buku Tamu Pembuatan Tas Souvenir Tahap Implementasi Konsumsi Pembelian Digital Camera Pembelian HT Tahap Evaluasi Konsumsi Kesekretariatan
150
keping
5,000
750,000
500
tempat
20,000
10,000,000
300
lembar
1,500
450,000 6,890,000
3
acara
500,000
1,500,000
30
paket
50,000
1,500,000
50 1 1 5 1 2 2
orang buah
5,000 500,000 1,000,000 200,000 150,000 80,000 40,000
250,000 500,000 1,000,000 1,000,000 150,000 160,000 80,000
150
tas
5,000
750,000
paket buah buah buku
11,000,000 75
orang
20,000
1,500,000
1
buah
2,000,000
2,000,000
5
buah
1,500,000
7,500,000 1,550,000
75 50
orang eksemplar TOTAL
20,000 1,000
1,500,000 50,000 209,090,000
III.4 Metode Implementasi III.4.1 Analisis SWOT Dalam pencapaian implementasi program CSR, perlu dilakukan analisis SWOT guna mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam pencapaian program CSR. Berikut analisis SWOT dari program CSR yang direncanakan pada tabel III.8. Tabel III.8 Analisis SWOT Program XXXX Faktor Internal
Strenght / Kekuatan (S) 1. Program CSR dapat dilakukan secara abadi dan berlanjut 2. Adanya pembelajaran masyarakat desa mengenai konsep dan pengelolaan desa wisata (pendidikan kewirausahaan)
Weakness / Kelemahan (W) 1. Kesadaran / pola pikir penduduk (SDM) akan potensi desa wisata masih rendah 2. Sulitnya pemilihan lokasi desa wisata yang layak dan diminati wisatawan 3. Alternatif pemiliha 21
Faktor Eksternal
3. Media berwirausaha (adanya income) bagi masyarakat desa 4. Pembelajaran penggalian dan pengemasan potensi wisata ke dalam bentuk paket wisata yang menampilkan berbagai kekhasan desa (sejarah, kuliner, seni, dan budaya) 5. Konsep suasana desa yang asri sehingga dilakukan perbaikan infrastruktur dan menjaga kelestarian lingkungan desa Strategi S-O 1. Memanfaatkan paket wisata untuk dijual kepada wisatawan sehingga memberi income kepada masyarakat desa 2. Mengadakan kerjasama berkelanjutan dengan berbagai pihak 3. Mengadakan pembangunan infrastruktur dengan produk Holcim sebagai bentuk media promosi
4. n lokasi yang jauh dari perkotaan 5. Jangka waktu pengimplementasian yang cukup lama
Opportunity / Peluang (O) Strategi W-O 1. Kerjasama dengan dinas 1. Meningkatkan kesadaran kebudayaan dan masyarakat desa akan desa pariwisata, tour dan travel wisata dengan melakukan agent, serta berbagai hotel penyuluhan dan setempat sebagai media pembelajaran promosi untuk 2. Bekerjasama dengan dinas mendatangkan wisatawan kebudayaan dan pariwisata 2. Berlokasi di kota budaya dalam pemilihan lokasi Yogyakarta / berdekatan desa wisata dengan objek wisata lainnya, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta 3. Mengenalkan produk Holcim ke masyarakat Threats / Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T 1. Persaingan dengan desa 1. Menonjolkan ciri khas desa 1. Menjaga seni dan budaya wisata lainnya yang ada di wisata dengan berbagai masyarakat desa dengan Yogyakarta potensi dan pengemasan melakukan latihan dan 2. Persaingan dengan objek paket wisata yang menarik pentas dalam periode waktu wisata lainnya yang tertentu menarik di Yogyakarta 3. Daerah rawan bencana (letusan gunung merapi, tsunami dan daerah rawan gempa) III.4.2 Pendekatan Result Based Management Dalam analisis metode pendekatan selanjutnya, digunakan metode Result Based Management (RBM). Pendekatan ini berfokus pada pencapaian hasil, pelaksanaan pengukuran kinerja, belajar, dan beradaptasi, serta pelaporan kinerja. Penerapan program CSR “Membangun Desa Wisata Bersama Holcim”, menggunakan pendekatan Result-Based Management sebagai bentuk perkembangan berbagai metode sebelumnya 22
Activity Based Management. RBM adalah sebuah pendekatan yang bertujuan mencapai perubahan-perubahan penting dalam operasional organisasi, dengan meningkatkan kinerja dengan hasil sebagai pusat orientasi. Pada pendekatan tradisional, pendekatan hanya mencakup input dan aktivitas suatu proyek. Namun, pendekatan RBM memunculkan berbagai penilaian outputs, outcomes, impacts serta di dalamnya terdapat langkah monitoring dan evaluasi (M&E). Konsep penerapan CSR berupa desa wisata oleh perusahaan melalui lima langkah kegiatan utama, yaitu: 1.
Survey Pada tahap ini perusahaan melakukan pencarian lokasi yang berpotensi untuk dijadikan desa wisata. Setelah mendapatkan lokasi yang tepat untuk dijadikan desa wisata, perusahaan dapat melanjutkan ke tahap pencarian informasi yang mendukung terwujudnya desa wisata.
2.
Perijinan Tahap perijinan merupakan langkah yang dilaksanakan untuk mendapatkan perijinan dari pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab atas kemajuan desa. Pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kemajuan desa adalah pihak-pihak pada tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga negara.
3.
Pelaksanaan Pada tahap ini perusahaan melaksanakan CSR dengan membentuk desa wisata. Tahap pelaksanaan terdiri dari tiga kegiatan pelaksanaan, yaitu tahap perencanaan pelaksanaan, tahap persiapan pelaksanaan, dan tahap implementasi.
4.
Evaluasi Tahap evaluasi merupakan langkah yang dilaksanakan oleh perusahaan setelah tahap pelaksanaan terlaksana. Tahap evaluasi bertujuan untuk memberikan input perbaikan untuk
pengembangan berkelanjutan (sustainable development) desa
wisata. 5.
Sustainable monitoring Tahap ini perusahaan melakukan pengawasan yang berkelanjutan (sustainable monitoring) sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan untuk terwujudnya pengembangan desa wisata yang berkelanjutan. Perencanaan RBM dapat dilihat dari the result chain yang terbentuk dari 5
faktor, yaitu inputs, activities, outputs, outcomes, serta impact. Penjelasan RBM dapat dilihat pada tabel III.9. Kemudian perencanaan langkah pelaksanaan program CSR dapat dilihat pada tabel III.10.
23
Tabel III.9 The Result Chain Metode Result Based Management Implementation
No
Inputs Tahap Survey 1 Sumber internet Pengamatan visual
Result Activity
Pencarian informasi mengenai desa yang berpotensi
Data Kelurahan 2
Wawancara dengan perangkat desa dan warga
Identifikasi potensi di bidang seni, budaya, sejarah, kerajinan, dan kuliner
Pengamatan visual pada lokasi yang berpotensi
3
4
Pengamatan visual
Data perangkat desa
Identifikasi struktur fisik yang mendukung terwujudnya desa wisata Identifikasi pelaku
Outputs Lokasi desa tujuan Kondisi umum desa tujuan Batas administratif desa tujuan Kondisi fisik desa tujuan Data kependudukan Pemetaan lokasi potensi wisata Data pelaku potensi wisata, seperti pengrajin kerajinan, budayawan desa, kelompok seni desa, dan juru kunci situs sejarah Pemetaan potensi wisata yang dapat dikembangkan Pemetaan potensi wisata kerajinan yang dapat dijadikan souvenir Pemetaan lokasi potensi kuliner khas desa Data pelaku usaha kuliner khas Pemetaan potensi kuliner khas yang dapat dikembangkan Pemetaan potensi kuliner khas yang dapat dijadikan oleh-oleh Data struktur fisik yang layak Data struktur fisik yang dapat dikembangkan Data struktur fisik yang perlu dibangun Data kepemilikan struktur fisik Data kepemilikan usaha
Outcome
Impact
Mendapatkan informasi mengenai desa yang berpotensi
Mendapatkan informasi mengenai potensi-potensi wisata yang ada di desa di bidang seni, budaya, sejarah dan kerajinan
Melatih kepekaan mahasiswa dalam melihat potensi suatu daerah Meningkatkan kreativitas mahasiswa untuk mengembangkan suatu potensi
Mendapatkan informasi mengenai kelayakan struktur fisik yang layak untuk mendukung terwujudnya desa wisata Mendapatkan informasi
Melatih mahasiswa untuk menerapkan ilmu komunikasi secara fomal maupun non formal Mahasiswa mampu menerapkan ilmu 24
(kelurahan/pedukuhan) usaha yang ada di desa Wawancara Identifikasi mata pencaharian masyarakat desa Identifikasi kehidupan perekonomian masyarakat desa Tahap Perijinan 5 Data potensi wisata Perijinan pelaksanaan ke Lurah (Kepala Perwakilan perusahaan Desa). + institusi pendidikan Perijinan pelaksanaan ke Kepala Dusun yang akan dijadikan titik wisata
Data mata pencaharian
sumber pendapatan, kehidupan perekonomian, dan kehidupan sosial masyarakat desa
teori saat kuliah di tengah masyarakat
Mendapatkan dukungan dan ijin dari pihak Aparat Desa dalam hal pelaksanaan
Membuka wawasan perangkat desa mengenai desa wisata, Pengelola dan masyarakat termotivasi Pelaku wisata lebih termotivasi dalam berkarya Menjadi motivasi bagi perangkat desa dan pengelola untuk berkarya
Data kemiskinan
Surat pernyataan kesediaan pelaksanaan oleh pihak Aparat Desa Dukungan moral dari Aparat Desa Kesediaan Aparat Desa dalam peran serta pelaksanaan
Perijinan pelaksanaan ke pelaku wisata
Surat pernyataan kesediaan pelaksanaan oleh pihak pelaku wisata
Perijinan pelaksanaan ke Pemda
Surat kesediaan Pemda sebagai Badan pelindung pelaksanaan
Mendapatkan dukungan dari pihak pelaku wisata dalam hal pelaksanaan Mendapatkan dukungan dan ijin dari pihak Pemda dalam hal pelaksanaan
Promosi menjadi lebih luas melalui media pemerintah Mahasiswa dan institusi pendidikan 25
mampu menjalin komunikasi dengan pemerintah Tahap Pelaksanaan : Persiapan 6 Survey biaya Penganggaran biaya
Konsep rancangan desa wisata
Pematangan konsep desa wisata
Tahap Pelaksanaan : Pelaksanaan 7 SDM Pembentukan pengelola desa wisata Modal awal Pembentukan Identifikasi kebutuhan kelompok pendukung SDM (jenis pelatihan) pengelola desa wisata Pembekalan dan Benchmarking desa simulasi bagi anggota wisata sejenis Pokdarwis Pembekalan dan simulasi bagi kelompok pendukung Pokdarwis
Estimasi total pengeluaran pelaksanaan
Mengetahui biaya yang akan dikeluarkan untuk pelaksanaan desa wisata Konsep desa wisata dapat dilaksanakan di desa dengan baik dengan mempertimbangkan kondisis riil desa tersebut
Melatih kemampuan mahasiswa dalam bidang accounting
Memiliki suatu kelompok yang dapat mengelola desa wisata Paguyuban Homestay, Paguyuban Kuliner, Kelompok Pendukung Paguyuban Transportasi, dan Paguyuban dapat mendukung Souvenir berjalannya desa wisata Pokdarwis dan kelompok pendukung Anggota Pokdarwis dan seperti Paguyuban Homestay, Paguyuban kelompok pendukung Kuliner, Paguyuban Transportasi, dan memiliki bekal untuk Paguyuban Souvenir dianggap terampil mengelola desa wisata dalam pelaksanaan hingga dapat secara mandiri untuk berinovasi dalam segala hal mengenai desa wisata
Meningkatkan kemampuan warga dalam team work untuk memajukan desa
Konsep wisata dianggap matang dan dapat dilaksanakan pada desa
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis)
Meningkatkan kreatifitas dan kemampuan mahasiswa dalam organizing
Warga mampu mengelola desa wisata secara mandiri Meningkatkan kemampuan wira usaha dan
26
Sharing konsep desa wisata ke Pokdarwis dan kelompok pendukung
Tahap Pelaksanaan : Implementasi 8 SDM : pengelola Promosi desa wisata website, blog, social media Konten potensi wisata
Pokdarwis dan kelompok pendukung seperti Paguyuban Homestay, Paguyuban Kuliner, Paguyuban Transportasi, dan Paguyuban Souvenir dianggap siap dalam pelaksanaan
Pokdarwis dan kelompok pendukung mengetahui secara detail konsep pelaksanaan desa wisata
memuncukan ideide baru
Distribusi buku profilisasi desa wisata, flyer, Website/blog, social media, katalog paket wisata yang dikelola dengan baik (update) Contact person yang mampu melayani calon wisatawan
Sebagai media untuk mengenalkan potensi wisata Sebagai media untuk memasarkan desa wisata Sebagai media untuk menarik wisatawan
Laporan jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa wisata Laporan kepuasan wisatawan
Mengetahui tingkat keberhasilan konsep desa wisata yang telah dibuat.
Desa dikenal masyarakat luas, termasuk warga asing dan agen wisata. Tingkat kunjungan yang tinggi meningkatkan pemmasukan. Pendapatan masyarakat desa meningkat Mengenalkan pengelola mengenai desa wisata yang sesungguhnya
SDM : contact person
9
SDM : Pokdarwis, pelaku usaha di desa wisata Perlengkapan : sarana dan prasarana, transportasi, spot to stop
Implementasi paket wisata
Melatih warga untuk menjadi professional
Warga terlatih menjadi professional Menjadi sumber pemasukan 27
pengelola dan warga desa
10
CRO Holcim dan Mahasiswa+dosen pendamping KKN
Monitoring implementasi
Tahap Pelaksanaan : Evaluasi 11 CRO Holcim dan Evaluasi kinerja Mahasiswa+dosen Kelompok Sadar pendamping KKN Wisata Evaluasi kinerja Testimoni wisatawan kelompok pendukung Tahap Pelaksanaan : Sustainable Monitoring 12 Perangkat Desa, Mengawasi pergerakan Pemda, CRO Holcim desa wisata dan Mahasiswa+dosen pendamping KKN Mengawasi pergerakan Pokdarwis dan kelompok pendukung
Meningkatkan citra perusahaan di mata wisatawan Melatih mahasiswa untuk professional
Laporan performansi Pokdarwis dan kelompok pendukung saat implementasi Dokumentasi implementasi
Mengawasi dan mengetahui kinerja Pokdarwis dan kelompok pendukung pada tahap implementasi
Laporan evaluasi performansi Pokdarwis dan kelompok pendukung
Mengevaluasi kinerja Pokdarwis dan kelompok pendukung pada tahap implementasi sehingga dapat sebagai input perbaikan kinerjanya
Melatih mahasiwa untuk menemukan solusi dari suatu situasi
Laporan jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa wisata setelah tahap implementasi Laporan kepuasan wisatawan setelah tahap implementasi (testimoni) Dokumentasi implementasi Dukungan perusahaan terhadap desa wisata dalam bentuk moral dan material
Sebagai bentuk pertanggungjawaban moral perusahaan terhadap keberlangsungan desa wisata yang telah dibentuk
Menjaga citra perusahaan di mata masyarakat sekaligus wisatawan
28
Tabel III.10 Jadwal Pelaksanaan Program CSR Rincian Mekanisme Kegiatan Tahap Survey Pencarian lokasi yang akan dijadikan desa wisata Identifikasi potensi wisata yang ada di desa Identifikasi infrastruktur yang mendukung desa wisata Identifikasi SDM yang dapat mendukung desa wisata
Tahap Perijinan Perijinan konsep desa wisata ke Aparat Desa
Perijinan konsep desa wisata ke pelaku wisata Perijinan konsep ke Pemerintah Daerah (Pemda)
Aktivitas Mekanisme Kegiatan
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5 Bulan ke-6 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pencarian informasi mengenai desa yang berpotensi Identifikasi potensi di bidang seni, budaya, sejarah, kerajinan, dan kuliner Identifikasi struktur fisik yang mendukung terwujudnya desa wisata Identifikasi pelaku usaha yang ada di desa Identifikasi mata pencaharian masyarakat desa Identifikasi kehidupan perekonomian masyarakat desa Perijinan pelaksanaan ke Lurah (Kepala Desa) Perijinan pelaksanaan ke Kepala Dusun yang akan dijadikan titik wisata Perijinan pelaksanaan ke pelaku wisata Perijinan pelaksanaan ke Pemda
29
Tahap Pelaksanaan Tahap perencanaan Tahap persiapan
Tahap implementasi
Penganggaran biaya Pematangan konsep desa wisata Pembentukan pengelola desa wisata Pembentukan kelompok pendukung pengelola desa wisata Pembekalan dan simulasi bagi anggota Pokdarwis Pembekalan dan simulasi bagi kelompok pendukung Pokdarwis Sharing konsep desa wisata ke Pokdarwis dan kelompok pendukung Promosi desa wisata Implementasi paket wisata Monitoring implementasi
Tahap Evaluasi Evaluasi implementasi desa wisata
Evaluasi kinerja Kelompok Sadar Wisata Evaluasi kinerja kelompok pendukung Tahap Sustainable Monitoring Monitoring Mengawasi pergerakan desa wisata. keberlanjutan desa wisata Mengawasi pergerakan Pokdarwis dan kelompok pendukung
30
III.5 Dampak Positif yang Dihasilkan CSR hendaknya bukan dipandang sebagai suatu kewajiban bagi perusahaan namun suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas masyakarat secara kontinyu. CSR yang baik tidak hanya berhenti pada sebuah kegiatan, namun diharapkan dapat menjadi umpan bagi masyarakat untuk kemudian berjalan dengan mandiri. CSR dalam bentuk pembentukan desa wisata memenuhi kedua hal tersebut.
III.5.1 Dampak Positif Bagi Masyarakat Pembentukan desa wisata sebagai bentuk CSR akan memberikan dampak positif bagi masyarakat desa, yaitu: 1.
Menjadi sumber tambahan pendapatan Masyarakat akan mendapatkan dampak yang cukup signifikan dari sisi pendapatan (income) karena terbentuknya desa wisata ini memberikan sumber pendapatan baru. Sumber pendapatan baru didapatkan dari berbagai bidang, yaitu: a.
Kuliner Kuliner pada desa dikelola oleh masyarakat desa itu sendiri. Transaksi pembelian berlangsung antara pembeli dengan masyarakat desa yang mejual kuliner tersebut. Kuliner menjadi salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat desa. Sumber pendapatan dari sisi kuliner akan mengalami peningkatan jika jumlah wisatawan meningkat.
b.
Pertanian Bidang pertanian menjadi salah satu sumber pendapatan masyarakat desa. Peningkatan pendapatan dari bidang pertanian disebabkan oleh adanya peningkatan permintaan hasil pertanian dari desa tersebut. Peningkatan permintaan dikarenakan wisatawan dapat membeli hasil pertanian secara langsung. Selain hasil pertanian, wisata pertanian merupakan alternatif sumber pendapatan bidang pertanian. Petani atau pemilik sawah dapat menyewakan lahan pertanian sebagai tempat wisata pertanian.
c.
Kerajinan Wisatawan memiliki kebiasaan membeli kerajinan yang khas dari tempat kunjungan sebagai souvenir. Jika jumlah wisatawan meningkat tentu akan dikuti oleh peningkatan pembelian kerajinan khas yang ada pada desa tersebut. Peningkatan pembelian akan meningkatkan jumlah pendapatan masyarakat desa yang berprofesi sebagai produsen kerajinan. Selain pembelian souvenir,
31
pengrajin juga dapat memperoleh pemasukan dari kegiatan paket wisata seperti melukis topeng atau merangkai janur. 2.
Meningkatkan taraf hidup masyarakat Peningkatan taraf hidup masyarakat akan tercipta dengan adanya peningkatan sumber pendapatan masyarakat desa. Jika sumber pendapatan masyarakat meningkat maka masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pokoknya.
3.
Melatih jiwa kewirausahaan masyarakat Daya wira usaha masyarakat desa akan meningkat dengan adanya peningkatan transaksi pembelian pada usahanya. Peningkatan daya wira usaha akan meningkatkan jiwa kewirausahaan masyarakat sehingga dapat meningkatkan usahanya. Jika usaha masyarakat semakin meningkat akan menyebabkan sumber pendapatan dan taraf kehidupan masyarakat meningkat.
4.
Meningkatkan mutu pendidikan dan keterampilan masyarakat Dalam terwujudnya desa wisata diperlukan sumber daya manusia yang memadai. Sumber daya manusia yang baik dapat dibentuk dengan dibekali pendidikan dan keterampilan yang baik pula. Dengan dijalankan program CSR ini, perusahaan dapat memberikan bekal pendidikan berupa pendidikan sistem pengelolaan kelompok yang tepat, pengelolaan keuangan yang tepat, pendidikan kesehatan (sanitasi), dan pendidikan lingkungan. Selain pendidikan, perusahaan juga dapat memberikan keterampilan kepada masyarakat berupa keterampilan berbahasa asing dan keterampilan customer service.
5.
Melestarikan budaya Desa wisata merupakan bentuk wisata yang mengenalkan seluruh kebudayaan, kesenian daerah, kuliner, kerajinan, hingga kehidupan bermasyarakat desa. Eksistensi suatu desa wisata dapat terjaga apabila kebudayaan, kesenian daerah, kerajinan, dan kehidupan masyarakat dijaga atau dilestarikan dengan baik. Pelestarian dapat dibantu oleh perusahaan dengan memberikan program perbaikan infrastruktur
daerah
wisata,
pembekalan-pembekalan
yang relevan
utnuk
pelestarian kebudayaan, hingga dukungan materi (money support) dalam keberlanjutan pelestarian kebudayaan. 6.
Mempromosikan daerah setempat di mata dunia Kemajuan desa wisata dapat dibantu dengan intensistas promosi program ke seluruh segmentasi pasar. Dengan adanya intensitas promosi yang berkelanjutan dan baik, maka desa wisata dapat dikenal oleh masyarakat Indonesia hingga dunia.
32
Semakin banyak pihak yang mengenal desa wisata maka pengunjung ke desa wisata juga akan meningkat.
III.5.2 Dampak Positif Bagi Perusahaan Dampak positif yang dapat diterima oleh perusahaan adalah sebagai berikut: 1.
Membentuk citra positif perusahaan Citra postif perusahaan akan semakin baik apabila ada bentuk kepedulian perusahaan terhadap masyarakat. Citra positif sangat diperlukan perusahaan untuk mempertahankan kesetiaan konsumen, menambah konsumen baru, hingga dapat memperluas pasar (ekspansi pasar). Salah satu bentuk pencitraan yang baik dari perusahaan adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan terwujudnya desa wisata maka taraf hidup masyarakat desa akan semakin baik dan meningkat sehingga akan berdampak citra perusahaan yang semakin baik pula.
2.
Meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap produk perusahaan Loyalitas konsumen sangat diutamakan oleh perusahaan sehingga banyak perusahaan yang berupaya untuk menjaganya atau meningkatkannya. Salah satu upaya perusahaan dalam menjaga hingga meningkatkan loyalitas masyarakat adalah melaksanakan program-program yang dapat berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Program-program yang berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat adalah program-program yang dapat memberi bekal keterampilan hingga bekal peningkatan kualitas perekonomian masyarakat. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan membentuk desa wisata. Pembetukan desa wisata akan memberikan efek loyalitas terhadap produk perusahaan karena masyarakat desa dapat merasakan upaya perusahaan dalam memberikan penghargaan kepada masyarakat desa dalam bentuk pembangunan infrastruktur, pemberian bekal keterampilan dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
3.
Memperluas pasar Dampak positif dalam bidang perluasan pasar adalah adanya wadah bagi perusahaan untuk mempromosikan perusahaan melalui CSR yang dilaksanakannya. Langkah promosi perusahaan adalah menunjukkan kualitas infrastruktur yang dibangun oleh perusahaan dan dampak positif bagi masyarakat karena dilaksanakannya program ini. Kepuasan akan kualitas infrastruktur yang telah dibuat oleh perusahaan akan mempengaruhi tingkat penjualan produk. Semakin tinggi tingkat kepuasan akan semakin tinggi pula tingkat penjualannya. Dampak
33
positif yang telah diterima oleh masyarakat akan menimbulkan rasa empati bagi masyarakat untuk menggunakan produk perusahaan. 4.
Membantu dalam eksistensi perusahaan di pasar domestik dan mancanegara (internasional) Eksistensi perusahaan di pasar domestik timbul karena adanya kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat. Eksistensi suatu perusahaan dipengaruhi oleh citra perusahaan. Dengan terlaksananya program CSR ini, citra perusahaan akan semakin baik di mata domesttik sehingga keberadaan perusahaan di pasar domestik semakin terasa, di mana akan meningkatkan tingkat penjualan. Selain di pasar domestik, citra perusahaan akan semakin baik di mancanegara apabila program CSR terlaksana. Eksistensi perusahaan di mancanegara dapat memudahkan perusahaan dalam mencari partner usaha mancanegara dalam mengembangkan perusahaan, memudahkan perusahaan dalam mengenalkan perusahaan ke pasar mancanegara, hingga memudahkan bagi perusahaan untuk mendapatkan investorinvestor asing. Terwujudnya eksistensi perusahaan di mancanegara tersebut akan membantu perusahaan dalam langkah-langkah menuju perusahaan yang kelas dunia (World Class).
III.5.3 Dampak Positif Bagi Pemerintah Pemerintah memiliki tanggung jawab moral untuk meingkatkan kesejahterahan warga negaranya. Selain warga Negara, pemerintah juga bertanggung jawab untuk pemerataaan kesejahterahan setiap daerah yang ada di Indonesia. Dengan terlaksananya program ini akan sangat membantu pemerintah dalam mewujudkan tanggung jawab tersebut. Selain tanggung jawab moral kepemerintahan, pemerintah daerah khususnya juga akan mendapatkan citra yang baik di domestic maupun mancanegara. Citra yang baik ini akan mengakibatkan bertambahnya pengunjung yang mengunjungi desa wisata. Semakin bertambahnya pengunjung akan menambah sumber devisa pemerintah dalam bidang pariwista.
34
BAB IV KESIMPULAN PT Holcim Indonesia Tbk sebagai salah satu sektor usaha yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan sudah seharusnya mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaannya atau Corporate Social Responsibility sehingga sustainable perusahaan dapat terlaksana. Program CSR PT Holcim Indonesia Tbk saat ini meliputi berbagai bidang kegiatan, mulai dari bidang infrastruktur dan pelestarian lingkungan hidup, bidang pendidikan, pelatihan, dan sosial kemasyarakatan, hingga bidang ekonomi dan livelihood. Selain itu, PT Holcim Indonesia Tbk khususnya Cilacap Plant sedang melaksanakan program Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) yang bersifat sustainable. Posdaya merupakan forum silahturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, dan edukasi sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Berbagai manfaat mulai dirasakan dengan adanya program CSR perusahaan. Dukungan dari masyarakat sekitar Holcim, loyalitas customer terhadap perusahaan, hingga menuju persaingan bisnis perusahaan menjadi dampak program CSR. Inovasi program “Membangun Desa Wisata bersama Holcim” merupakan bentuk program CSR yang bermanfaat bagi masyarakat dan tentunya perusahaan. Pembangunan infrastruktur menggunakan produk Holcim dapat dijadikan media dalam mengenalkan produk Holcim yang berkualitas sehingga meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan. Pembangunan di area Yogyakarta sebagai salah satu daerah pendistribusian produk, juga dapat dijadikan media dalam memenangkan persaingan bisnis bagi Holcim sendiri. Program CSR “Membangun Desa Wisata bersama Holcim” juga dirasa sesuai dengan tagline dari perusahaan Holcim yaitu “Membangun Bersama” sehingga pantas dan bermanfaat apabila diaplikasikan sebagai salah satu program CSR bagi PT Holcim Indonesia Tbk.
35
REFERENSI CIDA, 2009. Results-Based Management Tools at CIDA: A How-to Guide. http://www.acdicida.gc.ca/acdi-cida/ACDI-CIDA.nsf/eng/NAT-92213444-N2H (diakses 18 Mei 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT (diakses 18 Mei 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Desa_wisata (diakses 18 Mei 2012)
Kalangit, Holy K. M., 2009. Konsep Corporate Social Responsibility, Pengaturan dan Pelaksanaannya di Indonesia. http://www.csrindonesia.com/data/articlesother/2009 0202132726-a.pdf (diakses 18 Mei 2012)
Lesmana, Timoteus. 2007. Program Corporate Social Responsibility yang Berkelanjutan. http://www.csrindonesia.com/data/articlesother/20080211100639-a.pdf (diakses 18 Mei 2012)
Masminto, 2012. Agenda Kegiatan di Desa Wisata di Jogjakarta. http://sewasepedajogja. com/agenda-kegiatan-di-desa-wisata-di-jogjakarta/ (diakses 18 Mei 2012)
Paramitha, Yunda B., 2011. Laporan Kerja Praktek di PT Holcim Indonesia Cilacap Plant. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Prasetyoningrum, Christina H., 2011. Laporan Kuliah Kerja Lapangan di PT Holcim Indonesia Cilacap Plant. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Wibisono, Y., 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing, Gresik
36
LAMPIRAN Lampiran 1. Klasifikasi industri menurut ISIC Revisi 4
Lampiran 2. PT Holcim Indonesia
x
Lampiran 3. Program CSR PT Holcim Indonesia Tbk
Lampiran 4. Bentuk Desa Wisata
xi
Lampiran 4. Lanjutan
xii