HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG AKTIVITAS SEKSUAL DENGAN SIKAP SELAMA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGANDON KECAMATAN PEGANDON KABUPATEN KENDAL
Indri Subekti ABSTRAK Melakukan hubungan seks pasca persalinan seringkali menjadi hal yang mendebarkan. Kekhawatiran terhadap rasa sakit dan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan pada saat reproduksi seringkali menurunkan gairah seks para ibu. Keadaan ini bisa saja terus berlangsung meskipun masa nifas telah berakhir. Akibatnya, terjadi penundaan yang disebabkan ibu ragu dan takut berhubungan seks kembali. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu nifas tantang aktivitas seksual dengan sikap selama masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Pegandon. Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Responden yang menjadi sampel penelitian ini adalah semua ibu nifas yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh dengan jumlah sampel sebanyak 41 responden. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 41 responden mayoritas mempunyai pengetahuan baik yaitu sebesar 82,9% dan mayoritas sikap ibu selama masa nifas tentang aktivitas seksual cukup. Yaitu sebesar 73,2% serta mayoritas responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan sikap cukup sebesar 65,9%. Dari uji Gamma dan Sommers’D menunjukkan adanya hubungan pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual dengan sikap selama masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Diharapkan pada ibu nifas yang sudah mempunyai pengetahuan baik tentang seksual mampu menerapkan pada sikapnya selama nifas. Sehingga sikap ibu nifas sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Bagi bidan diharapkan mampu memberikan konseling atau pendidikan kesehatan pada ibu nifas terutama tentang aktivitas seksual selama masa nifas. Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu nifas, Sikap Pustaka : 24 Pustaka (2001 s/d 2010)
PENDAHULUAN Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;h.1) Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu. Misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan. (Sulistyawati, 2009;h. 103) Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Aktifitas …. (Indri)
Kebanyakan pasangan suami istri tidak mampu menahan keinginannya untuk berhubungan seks setelah istri melahirkan anak. Hal ini terutama dirasakan oleh suami yang notabene telah ‘berpuasa’ selama beberapa hari atau bahkan minggu. Berhubungan seksual pada masa nifas memiliki beberapa hal yang perlu diperhatikan agar keharmonisan keluarga tetap terjaga. Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi (guntingan untuk memperlebar jalan lahir dan luka bekas sectio cesarian (operasi persalinan) biasanya telah sembuh dengan baik. (Novitasari, 2006;h. 1) Bila suatu persalinan dipastikan tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks telah bahkan boleh dilakukan 3-4 minggu setelah proses persalinan itu. Meskipun hubungan telah boleh dilakukan setelah minggu keenam, adakalanya ibu-ibu tertentu mengeluh 1
hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa bulan proses persalinan. Gangguan seperti ini disebut dyspareunia atau rasa nyeri waktu senggama. (Novitasari, 2006;h. 1) Sesuai tradisi, setelah melahirkan ibuibu sering mengkonsumsi jamu-jamu tertentu.Jamu-jamu ini mengandung zat yang memiliki sifat astringents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual, jaringan baru yang terbentuk karena proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitive. (Novitasari, 2006;h. 1) Menurut Tobing, N dalam Musbikin (2007;h.328) Sebagian besar dokter menganjurkan, agar hubungan seks tidak dilakukan antara 2 sampai 6 minggu sesudah melahirkan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah infeksi dan mempercepat kesembuhan. Dari sudut medis, bila darah sudah berhenti, sudah boleh melakukan hubungan seks. Namun dalam agama Islam hukumnya, yakni sesudah lewat masa nifas. Dalam hadist dijelaskan bahwasanya haram hukumnya bagi suami yang menyetubuhi istrinya ketika masih dalam keadaan nifas, ia boleh bercumbu pada bagian-bagian tubuh istrinya, selain daripada kemaluannya, karena disitulah tempat najis itu mengalir. Menyetubuhi istri yang masih dalam keadaan nifas sesungguhnya dapat memberikan dampak yang negatif, baik itu fisik maupun psikologis, terlebih bagi sang istri itu sendiri. Tentunya kita tahu tentunya bagaimana kondisi fisik maupun psikologis seorang wanita yang baru melahirkan anak yang selama 9 bulan lamanya hidup di dalam rahimnya. (Labib, 2007;h. 74) Dari hasil penelitian terdahulu oleh Sediyastuti, E (2007) di desa Kebumen kecamatan Tersono kabupaten Batang didapatkan bahwa ibu nifas berpengetahuan baik tentang aktivitas seksual selama masa nifas sebanyak 65,6%. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rahayu, S (2007) di desa Kalijirek kabupaten Kebumen dengan hasil yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang pola hubungan seksual masa nifas mayoritas baik yaitu sebesar 61%. Berdasarkan studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal yang terdiri dari 12 Desain melalui wawancara dari 10 orang ibu nifas, didapatkan hasil bahwa, Ibu nifas yang berpengetahuan kurang dan sudah melakukan hubungan seksual pada hari ke 34 sebanyak 6 2
(60%). Ibu nifas yang sudah melakukan hubungan seksual pada hari ke 23 dan berpengetahuan baik sebanyak 2 (20%). Sedangkan ibu nifas yang belum melakukan hubungan seksual sebanyak 2 (20%) karena ibu belum mempunyai pengetahuan tentang aktivitas seksual sehingga ibu belum melakukan hubungan seksual. METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Variabel Independent (bebas) Pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual
Variabel dependent (terikat) Sikap berhubungan seksual selama masa nifas
Gambar 1 Skema kerangka konsep penelitian hubungan pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual dengan sikap berhubungan seksual selama masa nifas . Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelatif, Pendekatan yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional Populasi, sampel dan teknik sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal bulan Mei 2011 sampai Juni 2011 dengan jumlah 41 responden. 2. Sampel Sampel penelitian ini adalah semua ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal dengan jumlah 41 responden. 3. Teknik Sampling Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling jenuh. Yaitu dengan jumlah 41 responden yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
J. Ilmu Kesh. Vol.3 No.2 Juli 2013
Data primer dalam penelitian ini dikaji dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk menggali data tentang pengetahuan dan sikap ibu nifas terhadap aktivitas seksual
HASIL DAN BAHASAN 1.
Tabel 1. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual. Frekuensi
Persentase (%)
Cukup
7
17,1
Baik
34
82,9
Total
41
100,0
Berdasarkan table 1 Menunjukkan bahwa ibu nifas mempunyai pengetahuan baik sebanyak 34 orang (82,9%) lebih besar dibandingkan ibu nifas yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 7 orang (17,1%). 2.
Sikap ibu selama masa nifas Tabel 2 Distribusi frekuensi sikap ibu selama masa nifas tentang aktivitas seksual Kriteria
Frekuensi
Persentase (%)
Kurang
8
19,5
Cukup
30
73,2
Baik
3
7,3
Total
41
100,0
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap ibu selama masa nifas tentang aktivitas seksual dalam kriteria cukup yaitu sebanyak 30 orang (73,2%), dalam kriteria baik sebanyak 3 orang (7,3%). 3.
7,3
Total
f
%
Cukup
4
9,8
3
0
0,0
7
17,1
Baik
4
9,8
27 65,9 3
7,3
34
82,9
Total
8 19,5 30 73,2 3
7,3
41
100,0
Nilai p
0,029
Pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual
Kriteria
Sikap ibu nifas Penge tahua Kurang Cukup Baik n ibu nifas F % f % f %
Hubungan antara pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual dengan sikap selama masa nifas. Tabel 3 Hubungan antara pengetahuan ibu nifas dengan sikap selama masa nifas tentang aktivitas seksual di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Aktifitas …. (Indri)
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual yang berpengetahuan cukup mempunyai sikap selama masa nifas yaitu dalam kategori kurang sebanyak 4 orang (9,8%) dan cukup sebanyak 3 orang (7,3%) serta tidak ada yang mempunyai sikap baik. Sedangkan ibu nifas yang berpengetahuan baik mempunyai sikap selama nifas yaitu dalam kategori kurang sebanyak 4 orang (9,8%), cukup sebanyak 27 orang (65,9%) dan baik sebanyak 3 orang (7,3%). Analisa bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005;h. 188). Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Gamma dan Sommers’D dengan menggunakan nilai r berdasarkan kekuatan hubungan tersebut yaitu bila : r = 0,00-0,25 = Tidak ada hubungan / hubungan lemah r = 0,26-0,50 = Hubungan sedang r = 0,51-0,75 = Hubungan kuat r = 0,76-1,00 = Hubungan sangat kuat / sempurna Dan dari analisa dengan uji Gamma dan Somers’D diperoleh hasil nilai p adalah = 0,029 (p < 0,05) yang berarti Ha diterima yaitu menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual dengan sikap selama masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Untuk mengetahui kategori seberapa besar hubungan antara pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual dengan sikap selama masa nifas dilihat dari hasil analisa untuk uji Gamma didapatkan nilai r = 0,830 yang berada diantara kategori r = 0,76-1,00 sehingga mempunyai hubungan sangat kuat / sempurna antara pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual dengan sikap selama masa nifas. Sedangkan bila dengan menggunakan uji Somers’D 3
didapatkan nilai r = 0,331 yang berada diantara kategori r = 0,26-0,50 sehingga mempunyai hubungan sedang antara pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual dengan sikap selama masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal.
mempunyai pengetahuan tentang aktivitas seksual yang baik. Pengetahuan yang baik dari responden juga dipengaruhi oleh pendidikan responden yang merupakan lulusan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena dengan pengetahuan tersebut dapat memiliki alasan dan dasar untuk menentukan suatu pilihan. Meskipun sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang aktivitas seksual namun belum tentu dalam menerapkan sikapnya dalam aktivitas seksual akan baik pula.
BAHASAN 1. Pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual Dari hasil penelitian menunjukkan paling banyak responden mempunyai pengetahuan baik tentang aktivitas seksual selama masa nifas yaitu sebanyak 34 orang (82,9 %) dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 7 orang (17,1 %) dari 41 responden. Menurut Wawan dan Dewi (2010;h.16-17) Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan umur. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan sosial budaya. Pengukuran pengetahuan Ibu nifas tentang aktivitas seksual dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang menanyakan pemahaman ibu nifas tentang aktivitas seksual yang dapat dilihat dari kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan tentang aktivitas seksual meliputi pengertian aktivitas seksual, seksualitas masa nifas, kiat hubungan intim pasca persalinan, bahaya hubungan seks, penyebab apati seks kemudian dikatagorikan dalam baik, cukup dan kurang. Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual di wilayah kerja Puskesmas Pegandon kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal adalah baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman ibu nifas tentang aktivitas seksual yang dapat dilihat dari kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan tentang aktivitas seksual meliputi pengertian aktivitas seksual,seksualitas masa nifas,kiat hubungan intim pasca persalinan, bahaya hubungan seks, penyebab apati seks sebagian besar termasuk dalam katagori baik. Pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual di wilayah kerja Puskesmas Pegandon kecamatan Pegandon kabupaten Kendal dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pendidikan dan umur. Meskipun 17 orang dari 41 responden ibu nifas berpendidikan SD dan umur ibu paling banyak 20-35 tahun 4
2.
Sikap ibu selama masa nifas tentang aktivitas seksual Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sikap ibu nifas terhadap aktivitas seksual adalah cukup yaitu sebanyak 30 orang (73,2%) dari 41 responden. Menurut Notoatmodjo (2003;h.125) yang dikemukakan oleh Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, dan kecenderungan untuk bertindak (tend behave). Ketiga komponen ini secara bersama - sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Hal ini menunjukkan bahwa sikap dapat dibentuk dan diubah oleh masing-masing ibu nifas karena walaupun pengetahuan ibu nifas itu sebagian besar baik tetapi sikap di antara ibu nifas berbeda. Karena belum tentu ibu nifas yang berpengetahuan cukup dalam melakukan sikapnya selama nifas itu bisa cukup pula. Kadang-kadang malah bisa kurang, begitu juga sebaliknya Ibu nifas yang berpengetahuan baik dalam sikapnya selama nifas dapat menjadi baik dan dapat pula menjadi cukup. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua responden dengan latar belakang pengetahuan yang baik dapat melakukan sikap secara baik pula.
3.
Hubungan pengetahun ibu nifas tentang aktivitas seksual dengan sikap ibu selama masa nifas
sebagian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar responden mempunyai J. Ilmu Kesh. Vol.3 No.2 Juli 2013
pengetahuan baik dengan sikap ibu nifas cukup sebanyak 27 orang (63,9%). Dengan nilai p value = 0,029 ( p < 0,05) berarti ada Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Aktivitas Seksual Dengan Sikap Selama Masa Nifas di Wilayah Kerja Puskesma Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dapat di simpulkan sebagai berikut : 1. Pengetahuan ibu nifas tentang aktivitas seksual di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal yaitu baik sebanyak 34 orang (82,9%) dari 41 responden. 2. Sikap ibu selama masa nifas tentang aktivitas seksual di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal yaitu cukup sebanyak 30 orang (73,2%) dari 41 responden. 3. Ada hubungan yang cukup signifikan antara tingkat pengetahuan ibu nifas dengan sikap ibu selama nifas tentang aktivitas seksual di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai p = 0,029 ( p < 0,05 ). 4. Untuk mengetahui kategori atau tingkat hubungan tersebut bisa dilihat dari hasil analisa dengan uji Gamma didapatkan nilai r = 0,830 sehingga mempunyai hubungan yang sangat kuat antara pengetahuan ibu nifas dengan sikap ibu selama nifas tentang aktivitas seksual di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. 5. Dengan analisa uji Somers’d didapatkan nilai r = 0,331 sehingga mempunyai hubungan sedang antara pengetahuan ibu nifas dengan sikap ibu selama nifas tentang aktivitas seksual di wilayah kerja Puskesmas Pegandon Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal. Saran Adapun saran peneliti sehubungan dengan hasil penelitian yang sudah didapat, sebagai berikut : 1. Bagi Ibu nifas Diharapkan pada ibu nifas yang sudah mempunyai pengetahuan baik tentang seksual mampu menerapkan pada sikapnya selama nifas, sehingga sikap ibu nifas sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. 2. Bagi Bidan
3.
Diharapkan bidan memberikan konseling atau pendidikan kesehatan pada ibu nifas terutama tentang aktivitas seksual selama nifas. Bagi penelitian selanjutnya Bagi peneliti yang tertarik untuk melanjutkan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Aktivitas Seksuasl Dengan Sikap Selama Masa Nifas untuk lebih banyak menambah reverensi dan bisa dikembangkan lagi agar mampu menarik minat pembaca.
DAFTAR PUSTAKA Akhmad, SA. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi. Jogjakarta : M.T Indiarti;2006.h.227-233 Ambarwati, ER dan Wulandari, D. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha Medika;2010.h.1,3 Anonymus. Pengertian Pengetahuan. 2011.
diakses tanggal 4 Februari 2011 Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta;2006.h.130-134 Ayurai. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Hubungan Seksual Pasca Persalinan. Wordpress.2009 diakses tanggal 12 April 2009 Bahiyatun. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Penerbit Buku Kedokteran;2009.h.83-84 Dahlan, S. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT. Arkans;2004.173 Danuatmodjo, B dan Meiliasari, M. 40 Hari Pasca Persalinan Masalah dan Solusinya. Bogor : PT. Puspa Suara;2003.h.111-156 Haditono. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press;2002.h.347 Hastono, SP. Modul Analisa Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia;2001.h.129-131 Hidayat, AA. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : PT Salemba Medika;2007.h.121-122 Labib. Permasalahan Darah Wanita. Surabaya : PT Putra Jaya;2007.h.70-74 Musbikin, L. Persiapan Menghadapi Persalinan. Madiun : Mitra Pustaka;2007.h.28
Hubungan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Aktifitas …. (Indri)
5
Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta;2003.h.115-129 Notoatmodjo,S . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta;2005. h.16,70,142,188 Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta;2010. h.10,17,84,101,130 Novitasari. Tak Mampu Menahan. Bali Post edisi Minggu.2006 diakses tanggal 15 Januari 2006 Saleha, S. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : PT Salemba Medika;2009.h.75 Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran;2004.h.204-205 Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta;2007.h.4,62,68 Sulistyawati, A. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jogjakarta : Andi;2009.h.1,87,89,97,103 Udiyono, A. Metodologi Penelitian Kesehatan. Semarang : Undip;2007.h.27-45,288 Wawan dan Dewi. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika;2010.h.1619,48,50,51,56 Zen.seks. Dhammacitta.2007diakses tanggal 11 Desember 2007
6
J. Ilmu Kesh. Vol.3 No.2 Juli 2013