Indonesia Chimica Acta, , Vol. 3. No. 2, December 2010
ISSN 2085-014X
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DENGAN MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA BERSTRUKTUR DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X3 SMAN 6 MAKASSAR PADA POKOK BAHASAN KIMIA KARBON Muliati Yonto1, Mutahharah1, Rahmah2* 1
2
SMA Negeri 6 Makassar Akademi Kebidanan Pelamonia Makassar
Abstrak. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan menggunakan lembar kerja berstruktur terhadap hasil belajar siswa kelas X3 SMA Negeri 6 Makassar. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X3 tahun pelajaran 2009/2010. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive yaitu pengambilan dua kelas sampel. Pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar dilengkapi dengan lembar observasi siswa. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar setelah diadakannya pembelajaran kooperatif tipe TAI selama dua siklus yaitu siklus I berada pada kategori rendah dengan nilai rata-rata 50,24 dari nilai tertinggi 70,00 dan nilai terendah 40,00 dengan standar deviasi 13,69, sedangkan pada siklus II berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 81,46 dari nilai tertinggi 100,00 dan nilai terendah 50,00 dengan standar deviasi 13,33. Kata kunci: tipe pembelajaran kooperatif tipe TAI, aktivitas belajar
Abstract. This research is the classroom action research, which purposed to know the influence of cooperative studied of TAI type by using sheet of structured exercise to the studied result of the first grade students of SMA Negeri 6 Makassar. The population of this research are all of the students in 2010/2011. Sampling was done by purposive. The data collecting was using the result of study test by complementing of students observation sheet. The result of this research was discovered that there was the increasing of study result of the first grade students of SMAN 6 Makassar after holding the cooperative studied of TAI type for two circle, The first circle was in the low category with the rate scor 50,24 from the highest scor 70,00 and the lowest scor 40,00 with 13,69 as deviation standard, and in the second circle was in high catogery tinggi with the rate scor 81,46 from the highest scor 100,00 and the lowest scor 50,00 and 13,33 as deviation standard. Kata kunci: Team Assissted Individualization (TAI) type, studying activity
*
Alamat korespondensi:
[email protected]
Muliati etal.
PENDAHULUAN Guru memegang peranan penting dalam menentukan prestasi belajar yang dicapai siswanya. Salah satu kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh guru adalah kemampuan dalam memilih dan sekaligus menggunakan metode mengajar yang tepat, karena dengan metode yang tepat cenderung menciptakan suasana atau iklim belajar mengajar yang dapat memberikan motifasi kepada siswa untuk senantiasa belajar dengan bersemangat. Salah satu alternatif yang harus ditempuh adalah guru hendaknya mengkaji ulang beberapa metode mengajar dan implikasinya dengan strategi belajar yang saat ini sedang digalakkan penggunaannya disetiap jenjang sekolah. Hal ini dimaksudkan agar para guru memiliki wawasan yang luas tentang karakteristik beberapa metode mengajar yang memiliki kadar yang tinggi sehingga memudahkan dalam memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat. Untuk mencapai proses belajar mengajar yang tepat, efektif dan efisien, tidak mungkin dicapai dengan metode yang bersifat “teacher centred” atau komunikasi satu arah, akan tetapi harus dengan metode multi arah. Salah satu metode multi arah yang cocok diterapkan adalah pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama dalam kelompok kecil saling membantu untuk mempelajari suatu materi. Menurut Suarjana [1] bahwa siswa yang belajar dalam kelompok ternyata memiliki perolehan pengetahuan yang lebih baik daripada siswa yang belajar secara tradisional. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mahdaniah [2], menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran kimia. Selain itu, bahwa
ISSN 2085-014X
peningkatan aktifitas, motivasi, dan kerja sama siswa sejalan dengan respon siswa yang menyambut positif model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tidak terbatas pada suatu bentuk atau model saja, tetapi terdiri dari beberapa model yang bervariasi. Salah satu diantaranya adalah model Team Assisted Individualization (TAI). Tipe TAI menggunakan kelompok heterogen yang terdiri dari empat sampai lima siswa yang saling bekerja sama dalam kelompok-kelompok mereka untuk memecahkan masalah. Bagi siswa, bertanya pada teman sebaya untuk mendapatkan kejelasan terhadap apa yang dijelaskan oleh guru akan lebih mudah dipahami karena mereka biasanya menggunakan bahasa dan ungkapan-ungkapan yang sama. Seperti yang diungkapkan oleh Slavin yang dikutip oleh Suarjana [1], bahwa sering terjadi siswa ternyata mampu melakukan tugas untuk menjelaskan dengan baik ide-ide yang sulit kepada siswa lainnya, dengan mengubah penyampaiannya dari bahasa guru kepada bahasa yang dipahami oleh siswa sebaya. Khusus mengenai pembelajaran kooperatif tipe TAI, sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Jumardi [3] mengatakan bahwa hasil belajar matematika siswa setelah pembelajaran kooperatif tipe TAI berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 74,8462 dari nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 50 dan nilai maksimal yang mungkin dicapai yaitu 100 dengan standar deviasi 11,7194. Selain itu, juga terungkap bahwa keberanian dan rasa percaya diri siswa mengalami peningkatan selama proses pembelajaran berlangsung setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI. Untuk menunjang proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe
Indonesia Chimica Acta, , Vol. 3. No. 2, December 2010
TAI ini, maka digunakanlah media berupa Lembar Kerja Berstruktur (LKB). LKB ini berupa soal-soal yang disusun atau dirancang oleh guru berdasarkan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Selanjutnya diberikan kepada siswa untuk dikerjakan secara bersama-sama dalam kelompok mereka. Metode pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan menggunakan LKB ini, penulis terapkan di kelas X3 SMAN 6 Makassar dengan materi kimia karbon. Siswa kelas X3 SMA 6 Makassar dipilih dengan pertimbangan bahwa sebagian materi kimia karbon khususnya pemberian nama dan struktur merupakan dasar dari pelajaran materi kimia karbon di kelas XI dan XII. Selain itu, berdasarkan hasil perbincangan peneliti dengan guru yang mengajar di kelas XI pada konsep kimia karbon di SMA 6 Makassar, kebanyakan siswa masih kesulitan dalam pemberian nama senyawa hidrokarbon dan isomer. Kurangnya pemahaman konsep kimia karbon juga ditemukan oleh Irmawati [4] pada siswa kelas X SMAN 2 Bulukumba dan Aicah [5] pada siswa kelas X SMAN 1 Bulukumba. Selain itu, berdasarkan dokumentasi wakasek kurikulum di SMA 6 Makassar bahwa prestasi belajar kimia siswa kelas X masih tergolong rendah, yang diperoleh dari hasil ujian final semester ganjil pada tahun pelajaran 2008/2009 dengan nilai rata-rata 54,8 Akhirnya, peneliti berkeyakinan bahwa setiap guru segera akan mengetahui dan memahami berbagai macam metode mengajar setelah ia mencobanya di lapangan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk mengaplikasikannya, khususnya pada mata pelajaran kimia agar metode yang selama ini diterapkan dapat disempurnakan melalui metode
ISSN 2085-014X
pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan menggunakan lembar kerja berstruktur. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan tahapan-tahapan meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Subjek Penelitian Subjek penelitian siswa kelas X3, semester genap tahun pelajaran 2009/2011 di SMA Negeri 6 Makassar. Prosedur Gambaran Umum Siklus I Tahap Perencanaan Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan materi pelajaran. b. Menyiapkan skenario pembelajaran. c. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi belajar mengajar di kelas antara lain: daftar absensi dan keaktifan/kesungguhan siswa didalam proses belajar mengajar. d. Menyiapkan lembar kerja berstruktur. e. Mendesain alat evaluasi untuk melihat kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal berdasarkan materi yang diberikan. Tahap Tindakan a. Melaksanakan pre test yang berkenaan dengan materi yang akan diajarkan. b. Memperkenalkan kepada siswa tentang pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan menggunakan LKB melalui angket yang diberikan pada akhir siklus. c. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang heterogen yang
Muliati etal.
d. e.
f.
g.
pembagiannya sebanyak 8 kelompok dengan banyaknya anggota tiap kelompok lima orang. Mengajarkan materi sesuai dengan skenario pembelajaran Siswa mengerjakan lembar kerja berstruktur yang telah dibagikan dengan waktu tertentu. Setelah itu LKB dibahas bersama dalam kelompok. Selanjutnya, soal-soal yang tidak dapat diselesaikan dengan baik akan dibahas oleh guru. Setelah itu, diberikan soal yang identik untuk diselesaikan secara perorangan Selama proses kerja kelompok berlangsung, setiap kelompok tetap diawasi dan diberi bimbingan secara langsung pada kelompok yang mengalami kesulitan atau yang bertanya ketika menyelesaikan soal yang diberikan. Lembar jawaban tiap-tiap kelompok dan lembar jawaban dari individu siswa dikembalikan untuk selanjutnya menjadi bahan diskusi masing-masing kelompok dan masing-masing individu. Hasil ini merupakan pedoman bagi guru dalam menyusun rencana siklus selanjutnya.
Tahap Observasi dan Evaluasi Pada tahap ini, dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan soalsoal yang telah dibuat untuk mengetahui hasil belajar pada siklus I dan mengobservasi jalannya kegiatan proses belajar mengajar Tahap Refleksi Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. Dari hasil tersebut direfleksi terhadap tindakan yang dilakukan. Selain itu, memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat refleksi atau tanggapan tertulis ataupun saransaran perbaikan atas metode
ISSN 2085-014X
pembelajaran kerja kelompok yang mereka terima dan kegiatan belajar mengajar yang mereka alami. Selanjutnya, dibuat rencana perbaikan dan penyempurnaan siklus pada siklus berikutnya. Gambaran Umum Siklus II Langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini relatif sama dengan perencanaan dan pelaksanaan dalam siklus I dengan mengadakan perbaikan. Secara terperinci kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Tahap Perencanaan Dari hasil refleksi serta tanggapan yang diberikan siswa, maka pada tahap ini diambil langkahlangkah sebagai berikut: a. Melanjutkan tahap-tahap perencanaan yang telah dilakukan pada siklus I yang dianggap perlu untuk memecahkan persoalan pada siklus I. b. Jumlah anggota tiap kelompok, yang mulanya lima orang dikurangi menjadi tiga orang. Adapun kriteria yang digunakan, yaitu guru mengelompokkan siswa berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I. Siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai dijadikan dalam satu kelompok. Begitu pula dengan siswa yang tinggi minat belajarnya dengan yang kurang, dalam hal ini siswa yang sering bermain-main selama proses belajar mengajar belangsung. c. Guru menyusun rencana baru dan dibuatkan tindakannya, diantaranya mengawasi siswa dengan lebih tegas atau memberi teguran bagi siswa yang tidak disiplin, baik disaat guru menjelaskan begitu pula pada saat kerja kelompok berlangsung.
Indonesia Chimica Acta, , Vol. 3. No. 2, December 2010
Tahap Tindakan Tindakan pada siklus II ini adalah melanjutkan langkah-langkah yang telah dilakukan pada siklus I yang dianggap perlu dalam memecahkan persoalan yang muncul pada siklus I. Adapun tindakan yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Melanjutkan tindakan metode pembelajaran kerja kelompok dengan materi yang diajarkan. b. Kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas atau soal, diberikan arahan atau bimbingan secara langsung dan sesekali diarahkan secara klasikal, demikian pula halnya dengan tugas yang dikerjakan secara perorangan. c. Lembar jawaban dari masingmasing kelompok dan individu diperiksa dan dikembalikan untuk menjadi bahan diskusi bagi siswa atau masing-masing kelompok. Jawaban yang salah dibetulkan oleh guru. Dan jika ada soal yang dianggap perlu penjelasan lebih lanjut, maka pada awal pertemuan berikutnya, sebelum memulai materi baru, guru memberikan penjelasan singkat secara klasikal mengenai penyelesaian soal tersebut, agar siswa dapat mengetahui dan memahami letak kesalahannya dalam mengerjakan soal. d. Sesekali guru memuji hasil kerja siswa baik yang diselesaikan secara berkelompok maupun yang dikerjakan secara individu, serta memberi semangat kepada kelompok atau siswa mana yang masih perlu banyak latihan dan lebih meningkatkan kekompakan dalam kelompoknya. Tahap Observasi dan Evaluasi Secara umum tahap observasi siklus II adalah melanjutkan kembali kegiatan pada siklus I, yang
ISSN 2085-014X
dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar. Observasi dilakukan lebih cermat agar siswa lebih berpartisipasi secara aktif dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar. Dalam kerja kelompok, sesekali siswa diberikan pujian dan motivasi untuk menyelesaikan soal bersama dengan teman kelompoknya, sehingga siswa tertentu tidak lagi hanya mengandalkan teman kelompoknya yang lebih pintar, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam mencari solusi soal yang diberikan. Tahap Refleksi Pada tahap ini, umumnya tetap mengikuti kegiatan seperti yang dilakukan pada siklus I, yakni: a. Menilai dan mengamati perkembangan hasil belajar siswa tiap kelompok dan hasil belajar individu serta nilai tes akhir siklus II. b. Mengamati dan mencatat perkembangan-perkembangan atau hal-hal yang dialami siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar serta pada saat belajar kelompok. Dengan menganalisis refleksi tersebut dan keseluruhan data yang telah diperoleh selama 2 siklus, dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui metode kerja kelompok dengan menggunakan Lembar Kerja Berstruktur (LKB) hasil belajar Kimia siswa dapat mengalami peningkatan atau tidak. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah: 1. Tes dibuat oleh peneliti bekerjasama dengan guru kimia yang mengajar di kelas tersebut yang jumlahnya 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda yang disertai dengan empat kemungkinan pilihan dan hanya ada satu jawaban yang tepat. Siswa yang menjawab dengan
Muliati etal.
ISSN 2085-014X
tepat diberi nilai 1 dan siswa yang menjawab salah diberi nilai 0 2. Soal terlebih dahulu diujicobakan pada kelas lain yang tidak termasuk sampel penelitian, yaitu di kelas X2. Uji coba tersebut dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas tes. Pengujian validitas item tes dilakukan menggunakan korelasi biserial dengan rumus sebagai berikut: γpbi
=
Mp − Mt St
p q
Keterangan : γpbi = koefisien korelasi biserial Mp = rerata Nilai dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya Mt = rerata Nilai total St = standar deviasi dari Nilai total p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah (q =1-p)
(p =
banyaknyasiswayangbenar ) jumlahseluruhsiswa
Validitas item ditunjukkan dengan membandingkan γpbi dengan γtabel pada taraf signifikan α = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut: Jika nilai γpbi ≥ γtabel, soal dinyatakan valid, dan Jika nilai γpbi < γtabel, soal dinyatakan tidak valid (drop). Untuk jumlah item tes (n) = 30 dengan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh nilai tabel sebesar 0,312. Dari hasil perhitungan validitas tersebut, ternyata dari 30 item tes yang diujicobakan, 7 soal diantaranya tidak valid (drop) dan 23 soal yang dinyatakan valid. Selanjutnya, dilakukan pengujian reliabilitas item soal menggunakan rumus KR-20 dengan rumus sebagai berikut:
r11 = 2 n S − ∑ pq S2 n − 1 dengan: r11 = reabilitas tes secara keseluruhan p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q n = banyaknya item S = standar deviasi dari tes Dari hasil perhitungan diperoleh tingkat nilai reliabilitas tes secara keseluruhan sebesar 0,904 pada taraf signifikansi α = 0,05 dari 23 item tes yang dinyatakan valid. Tetapi selanjutnya atas persetujuam pembimbing, dalam penelitian ini diambil masing-masing 10 soal untuk tes siklus I dan tes siklus II. Selanjutnya, dilakukan analisis taraf kesukaran soal. Rumus mencari indeks kesukaran adalah sebagai berikut: P=
B JS
dengan: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes. Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebaga berikut: - Soal dengan P: 0,00 sampai 0,40 adalah soal sukar. - Soal dengan P: 0,40 sampai 0,70 adalah soal sedang. - Soal dengan P: 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah. 3. Observasi dan tanggapan siswa digunakan untuk memperoleh data tentang situasi belajar mengajar pada saat dilakukannya tindakan.
Indonesia Chimica Acta, , Vol. 3. No. 2, December 2010
Teknik Analisis Data Pengolahan data pada penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis kualitatif dilakukan dengan melihat hasil observasi selama melakukan penelitian baik dari segi kerjasama kelompok, sikap siswa, maupun kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa. Untuk analisis secara kuantitatif digunakan analisis Tabel 1. Skala kategorisasi standar No Nilai 1. 0 – 34 2. 35 – 54 3. 55 - 64 4. 65 - 84 5. 85 – 100
ISSN 2085-014X
deskriptif, yaitu Nilai rata-rata dan persentase. Selain itu, ditentukan pula standar deviasi, tabel frekuensi, nilai minimum dan maksimum yang siswa peroleh pada pokok bahasan yang diajarkan. Selanjutnya nilai tersebut dikategorisasikan dengan menggunakan kategorisasi skala lima berdasarkan teknik standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan seperti yang terlihat pada tabel 1.
Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian ini adalah apabila telah A. Analisis Kuantitatif terbentuk keterampilan sosial dalam 1. Sebelum Pembelajaran diri siswa baik kerjasama dalam Kooperatif Tipe TAI. kelompok maupun dalam memberikan Berdasarkan hasil dari tanggapan. Selain itu, terjadi Nilai pelaksanaan penelitian tindakan ini, peningkatan dan Nilai rata-rata hasil diperoleh kemampuan awal siswa belajar kimia yang diperoleh siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar setelah setelah dilaksanakan proses belajar diberi tes awal, dapat dilihat pada tabel mengajar melalui pembelajaran 2. kooperatif tipe TAI. Tabel 2. Statistik Nilai kemampuan awal siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar Statistik Nilai Statistik Subyek 41 Nilai Ideal 100,00 Nilai Tertinggi 40,00 Nilai Terendah 20,00 Rentang Nilai 20,00 Nilai Rata-rata 31,22 Standar Deviasi 7,14 siswa Kelas X3 SMAN 6 Makassar Dari data tabel 2, jika nilai kemampuan sebelum dilakukan tindakan berupa awal dimodifikasi dan dikelompokkan pembelajaran kooperatif tipe TAI ke dalam lima kategori, maka berada pada kategori “sangat rendah”. diperoleh distribusi frekuensi nilai yang dapat disajikan pada tabel 3. Berdasarkan tabel 2 dan 3, maka diketahui bahwa hasil belajar kimia
Muliati etal.
ISSN 2085-014X
Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase nilai kemampuan awal siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar. Nilai No Kategori Frekuensi Persentase 68,3 28 Sangat Rendah 0 – 34 1. 31,7 13 Rendah 35 – 54 2. 0 Sedang 55 – 64 3. 0 Tinggi 65 – 84 4. 0 Sangat Tinggi 85 – 100 5. Jumlah 41 100,00 materi pelajaran. Dari analisis nilai tes siklus I siswa kelas X3 SMAN 6 2. Siklus I. Pada siklus ini dilaksanakan Makassar diperoleh hasil sebagai evaluasi setelah selesai penyajian berikut yang disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Statistik nilai hasil belajar siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar Pada tes akhir siklus I. Statistik Nilai Statistik 41 Subyek 100,00 Nilai Ideal 70,00 Nilai Tertinggi 40,00 Nilai Terendah 70,00 Rentang Nilai 50,24 Nilai Rata-rata 13,69 Standar Deviasi
Apabila nilai hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi
frekuensi nilai yang ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar pada tes akhir siklus I Nilai No Kategori Frekuensi Persentase 1. 0 – 34 Sangat Rendah 2 4,9 2. 35 – 54 Rendah 27 65,8 3. 55 – 64 Sedang 9 22,0 4. 65 – 84 Tinggi 3 7,3 5. 85 – 100 Sangat Tinggi 0 Jumlah 41 100,00
Berdasarkan tabel 4 dan 5, diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar setelah dilakukan tindakan pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siklus I berada pada kategori “rendah”.
3. Siklus II. Dari analisis terhadap nilai hasil belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe TAI selama berlangsungnya siklus II dapat dilihat pada tabel 6.
Indonesia Chimica Acta, , Vol. 3. No. 2, December 2010
ISSN 2085-014X
Tabel 6. Statistik nilai hasil belajar siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar pada Tes Akhir Siklus II Statistik Nilai Statistik 41 Subyek 100,00 Nilai Ideal 100,00 Nilai Tertinggi 50,00 Nilai Terendah 50,00 Rentang Nilai 81,46 Nilai Rata-rata 13,33 Standar Deviasi dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi nilai seperti pada Dari nilai hasil belajar siswa tabel 7. tersebut di atas, jika dikelompokkan ke Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase nilai hasil belajar siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar pada tes akhir siklus II No 1. 2. 3. 4. 5.
Nilai Kategori 0 – 34 Sangat Rendah 35 – 54 Rendah 55 – 64 Sedang 65 – 84 Tinggi 85 – 100 Sangat Tinggi Jumlah
Berdasarkan tabel 6 dan 7, maka dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siklus II ini hasil belajar siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar berada pada kategori “tinggi”.
Frekuensi Persentase 0 1 2,4 5 12,2 18 43,9 17 41,5 41 100,00 Selanjutnya, tabel 8 memperlihatkan peningkatan hasil belajar siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar setelah dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam proses belajar mengajar pada siklus I dan siklus II.
Tabel 8. No
1. 2. 3. 4. 5.
Distribusi frekuensi dan persentase nilai setelah pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Nilai Kategori Frekuensi Persentase Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II 0 – 34 Sangat Rendah 2 4,9 0 35 – 54 Rendah 27 1 65,8 2,4 55 – 64 Sedang 9 5 22,0 12,2 65 – 84 Tinggi 3 18 7,3 43,9 85 – 100 Sangat Tinggi 17 0 41,5
Dari hasil analisis di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa SMAN 6 Makassar pada siklus I sebesar 50,24 setelah dikategorisasikan berada dalam kategori rendah dan pada siklus II
terlihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 81,46 yang berada pada kategori tinggi. B. Analisis Kualitatif. 1. Refleksi Pelaksanaan Siklus I.
Muliati etal.
Pada siklus I, khususnya pada awal pertemuan, kegiatan berlangsung seperti biasanya, tidak ada perubahanperubahan yang berarti dari sebelumnya. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang pada umumnya masih kurang memberikan tanggapan atau respon positif terhadap metode yang digunakan dan berdasarkan hasil observasi, yakni kurangnya perhatian serius dari siswa sehingga dalam menanggapi materi atau mengerjakan soal-soal latihan atau tugas juga seadanya. Di samping hal tersebut di atas, kendala lain yang dihadapi peneliti adalah dalam teknik pemberian kuis di akhir pelajaran, dan setiap siswa diharapkan bekerja sendiri-sendiri tanpa ada kerjasama dengan temannya, tetapi oleh siswa sendiri masih tetap ada yang mengharapkan bantuan dari temannya. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan peneliti pada saat kuis berlangsung. Akibat dari hal tersebut, proses belajar mengajar dan pemberian tugas belum mencapai peningkatan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi, untuk pertemuan selanjutnya, tindakan yang diberikan sudah mulai mendekati apa yang diharapkan dalam penelitian ini. Dalam tindakan ini tidak lain bertujuan untuk mencari suatu cara yang lebih “efektif dan efisien” dalam mengatasi masalahmasalah yang ditemukan dalam proses belajar mengajar. Selama kegiatan ini berlangsung hingga akhir penelitian siklus I dapat dikemukakan bahwa kegiatan penelitian sudah menemukan bentuk tersendiri sesuai dengan apa yang diinginkan. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama dalam tiap kelompok sudah ada, misalnya membahas materi, siswa yang belum mengerti sudah mulai bertanya kepada teman sekelompoknya atau pada guru. Meskipun apa yang
ISSN 2085-014X
ingin dicapai pada siklus I ini masih jauh dari harapan. Meskipun soal-soal yang diberikan sebagai latihan maupun kuis dibuat semirip mungkin dengan soal yang dicontohkan sebelumnya, yang terlihat dari hasilnya masih banyak yang mendapat kesulitan. Selain itu, terlihat juga bahwa dari hasil kuis yang diberikan tiap akhir pertemuan, ada beberapa siswa yang masih mengerjakan soal dengan mencontoh kepada siswa yang lain, tanpa ada usaha sendiri untuk mengetahui penyelesaian dari soal tersebut. Siswa hanya ingin supaya nilai kuis mereka tinggi meskipun tidak memahami betul materi yang diberikan. Hal ini diakibatkan karena siswa beranggapan bahwa soal-soal yang diberikan tersebut tidak diberi nilai dan tidak mempengaruhi nilai mereka nantinya. Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa perlu adanya tindakan baru yang dilakukan untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Pada akhir pertemuan siklus I, siswa diberi tes untuk menguji kemampuan mereka atas materi yang telah dibahas pada pertemuan siklus I sebelumnya. Dalam pelaksanannya berlangsung tertib dan lancar, walaupun masih ada siswa yang berusaha untuk mencontoh jawaban temannya. Hal ini disebabkan dari kebiasaan sebelumnya. 2. Refleksi Pelaksanaan Siklus II. Setelah merefleksi hasil pelaksanaan siklus I, diperoleh suatu gambaran tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II sebagai perbaikan dari tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I. Hal ini dapat terlihat bahwa tindakan yang dilaksanakan secara umum hasilnya semakin sesuai dengan yang diharapkan. Minggu pertama pelaksanaan tindakan siklus II, seperti biasanya
Indonesia Chimica Acta, , Vol. 3. No. 2, December 2010
ISSN 2085-014X
ini dapat dikatakan mengalami kegiatan belajar mengajar berlangsung, peningkatan daripada siklus I. Hal ini memberi pelajaran dan tugas kepada dapat terlihat pada keaktifan siswa siswa pada umumnya tampak masih untuk bertanya tentang materi yang sama dengan kegiatan sebelumnya. dibahas, keseriusan siswa untuk Namun demikian, sudah ada kelompok mengikuti proses belajar mengajar, yang mulai bersaing dan kelihatan kehadiran siswa dan keaktifan siswa bahwa sudah mulai muncul rasa ingin yang telah berani mengajukan diri tahu siswa mengenai materi yang untuk menyelesaikan soal di papan dibahas. Siswa yang dulunya hanya tulis. mencontoh pada temannya pada saat Setelah siswa diberi tes untuk mengerjakan LKB sudah mulai ingin menguji kemampuan mereka atas tahu bagaimana menyelesaikan soalmateri yang telah dibahas pada siklus soal yang diberikan. II dapat dikatakan bahwa hasil yang Pada saat kegiatan belajar diperoleh siswa mengalami mengajar berlangsung, keaktifan siswa peningkatan daripada tes yang memberikan respon belum mengalami dilaksanakan di akhir siklus I, peningkatan yang berarti, namun sudah walaupun tidak berbeda jauh. ada sebagian siswa yang berani Selain itu, dalam upaya memberi respon jika guru meningkatkan hasil belajar siswa tidak melemparkan pertanyaan. terlepas dari faktor perhatian dan Melihat dari hasil kuis yang motivasi siswa. Namun demikian, yang diberikan pada siklus II dapat menjadi masalah adalah apakah dikatakan bahwa hasilnya sudah mulai melalui metode pelmbelajaran mengalami peningkatan dan siswa kooperatif dengan menggunakan yang tadinya suka mencontoh pada lembar kerja berstruktur pun dapat siswa yang lain sudah mulai menarik perhatian serta motivasi dan menyelesaikan soal dengan sendirinya. kesungguhan siswa untuk lebih Memasuki pertemuan berusaha dalam meningkatkan hasil selanjutnya hingga pertemuan terakhir belajarnya. Oleh karena itu, dalam penelitian, terlihat bahwa proses membahas mengenai perubahan sikap belajar mengajar telah menemukan siswa dalam mengikuti pelajaran metode yang tepat sesuai dengan yang dengan metode pembelajaran diharapkan. Setiap siswa mulai terbiasa kooperatif tidak terlepas dari perhatian dengan kegiatan yang dilakukan, yaitu serta motivasi dan kesungguhan siswa. setelah guru memberikan informasi Perubahan tersebut merupakan tentang materi secara garis besar, siswa data kualitatif yang diperoleh dari mulai membahas materi, kemudian lembar observasi pada setiap mengerjakan LKB dan menanyakan pertemuan yang dicatat oleh guru pada hal-hal yang kurang jelas dari materi setiap siklus. Perubahan –perubahan yang dibahas baik pada teman ini dapat dilihat pada tabel . kelompok atau guru. Secara umum, dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan pada siklus II Tabel 9. Observasi pada kegiatan pembelajaran kooperatif tiap siklus No
1. 2.
Komponen yang diamati
Siswa yang hadir Siswa yang menjawab pertanyaan lisan guru
1 31
Siklus I 2 3 X% 29 26 69,92
1 33
Siklus II 2 3 X% 37 38 87,80
3
3
3
4
4
8,13
7
11,38
Muliati etal.
3. 4. 5 6 7
Siswa yang mengerjakan soal di papan tulis Siswa yang bertanya pada teman saat kerja kelompok Siswa yang membantu temannya menyelesaikan masalah Siswa yang bertanya pada guru Kelompok yang mampu menyelesaikan masalah kelompok lain
Dari hasil tabel 9 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Meningkatnya persentase kehadiran siswa dari siklus I sebanyak 69,92 % selama 3 kali pertemuan menjadi 87,80 % dengan 3 kali pertemuan pada siklus II, dengan jumlah siswa 40 orang. Hal ini berarti bahwa semakin meningkatnya motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran yang dilaksanakan secara kooperatif. 2. Perhatian siswa pada proses belajar mengajar dengan metode pembelajaran kooperatif juga mengalami peningkatan, dari siklus I ke siklus II. Ini ditunjukkan dengan semakin bertambahnya siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi pelajaran atau soal-soal yang tidak dapat diselesaikan. Dari siklus I sebanyak menjadi siswa pada siklus II. Ini berarti bahwa siswa menyadari pentingnya mengikuti pelajaran dalam hal ini belajar bersama dalam kelompok agar dapat lebih mengerti pelajaran dan tidak ketinggalan dari teman-teman yang lain, serta tidak hanya bergantung pada teman kelompoknya yang lebih pandai. 3. Keberanian dan semangat siswa menjawab pertanyaan atau masalah yang diajukan oleh guru juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari sejumlah siswa yang turut terlibat dalam menjawab
ISSN 2085-014X
3
5
6
11,38
4
5
7
13,01
12
10
15
30,08
15
11
16
34,15
12
10
15
30,08
15
11
16
34,15
1
2
1
3,25
3
5
4
9,75
1
1
3
4,06
2
2
3
5,69
pertanyaan atau memecahkan masalah selama proses pembelajaran di kelas. Terlihat dari siklus I sebanyak 8,13 % meningkat menjadi 11,38 % pada siklus II 4. Rasa percaya diri siswa juga mengalami peningkatan dengan semakin bertambahnya jumlah siswa yang berani tampil untuk menyelesaikan soal di papan tulis. Meskipun terkadang ada siswa yang masih ragu-ragu untuk menyelesaikan soal di papan tulis, namun karena dorongan serta dukungan teman-teman kelompoknya sehingga memacu keberanian untuk tampil dengan penuh percaya diri. Terbukti pada siklus I sebanyak 11,38 % menjadi 13,01 % siswa pada siklus II. C. Pembahasan Dari hasil analisis kualitatif dan kuantitatif, terlihat bahwa pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat memberikan perubahan kepada siswa. Adanya perubahan tersebut terutama pada kebiasaan siswa yang dilakukannya sebelum dilaksanakannya pembelajaran kooperatif tipe TAI ketika mereka diberi suatu masalah, mereka tidak mampu memecahkan masalah tersebut dengan usaha sendiri, tetapi kebanyakan dari mereka mengharapkan bantuan dari temannya. Hal ini dapat kita lihat pada siklus yang sebelumnya diadakan pre
Indonesia Chimica Acta, , Vol. 3. No. 2, December 2010
tes mengenai materi yang akan diajarkan. Ternyata nilainya berada pada kategori sangat rendah, tetapi pada saat tindakan siklus I berlangsung terlihat bahwa siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran disebabkan adanya kuis yang diberikan pada tiap akhir pertemuan. Setelah diadakannya tes akhir siklus I terlihat terjadi peningkatan hasil belajar dan motivasi untuk belajar dengan nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 50,24 dari nilai tertinggi 70,00 dan nilai terendah 0,00 dengan standar deviasi 13,69 sudah berada pada kategori rendah daripada hasil belajar mereka sebelumnya yang berada pada kategori sangat rendah. Setelah diadakan refleksi kegiatan pada siklus I, maka dilakukan beberapa perbaikan kegiatan yang dianggap perlu demi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II. Salah satu diantaranya yaitu mengurangi jumlah siswa dalam satu kelompok. Dengan demikian, jumlah kelompoknya bertambah sehingga pada siklus I jumlah siswa dalam kelompok empat sampai lima orang sebanyak 8 kelompok, sedangkan pada siklus II jumlah siswa dalam satu kelompok tiga sehingga menjadi 13. Akhirnya, pada siklus II ini terlihat bahwa motivasi siswa untuk belajar mengalami peningkatan, yaitu siswa yang dulunya masih mengharapkan bantuan dari temannya sudah mulai berusaha sendiri, sudah mulai aktif bertanya pada waktu pembelajaran berlangsung, berani mengajukan diri mengerjakan soal-soal di papan tulis. Hasil kuis setelah kerja kelompok pun meningkat dengan rata-rata 52,28 pada siklus I menjadi 77,28 pada siklus II. Setelah diberikan tes akhir siklus II, nilai ratarata yang dicapai adalah 81,46 dari nilai tertinggi 100,00 dan nilai terendah 50,00 dengan standar deviasi 13,33 berada pada kategori tinggi. Dan jika dibandingkan dengan tes akhir
ISSN 2085-014X
siklus I, maka dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar. D. Analisis Refleksi Siswa Dari hasil analisis terhadap refleksi atau tanggapan siswa, dapat disimpulkan ke dalam kategori sebagai berikut: 1. Pendapat siswa terhadap pelajaran kimia Sebagian besar siswa merasa senang dengan pelajaran kimia dengan alasan bahwa menantang siswa untuk berfikir melalui perhitunganperhitungannya. Disamping itu, alasan lain yang muncul ialah bahwa siswa merasa senang dengan cara mengajar gurunya sehingga mereka dapat lebih mudah dan termotivasi untuk mempelajarinya, kendatipun demikian masih ada juga siswa kadang senang, kadang tidak senang. Dengan alasan apabila mereka tahu cara mengerjakannya, maka timbul rasa senang dan rasa tidak senangnya apabila mereka tidak dapat atau sulit dalam menyelesaikannya, maka kimia dirasa membosankan, apalagi siswa yang memang daya tangkap dan nalarnya agak rendah. 2. Tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif Secara umum tanggapan yang diberikan siswa dengan metode kerja kelompok sangat bagus. Alasannya mereka dapat bekerja sama dan bertukar pendapat dengan teman kelompoknya sehingga apabila ada soal yang sulit diselesaikan atau kurang dimengerti oleh siswa yang satu, maka siswa yang lain dapat memberi tahu atau menjelaskan. Bahkan siswa menginginkan agar metode ini dapat terus dilanjutkan. 3. Cara-cara perbaikan proses belajar mengajar dengan metode belajar kooperatif
Muliati etal.
Saran-saran yang diajukan oleh siswa terhadap proses belajar mengajar dengan metode kooperatif adalah, pada umumnya siswa menyarankan agar guru lebih tegas dalam mengawasi setiap kelompok, agar tidak ada siswa yang merasa terganggu dalam bekerja kelompok pada saat mengerjakan tugas. Selain itu, agar pemberian tugas atau pekerjaan rumah diperbanyak dan harus diselingi dengan bercanda artinya tidak terlalu serius.
ISSN 2085-014X
lainnya telah memberikan masukan yang tak ternilai untuk penyelesaian penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA 1.
KESIMPULAN 2.
Dari hasil pengolahan data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar kimia siswa kelas X3 SMAN 6 Makassar setelah diadakannya pembelajaran kooperatif tipe TAI selama dua siklus yaitu siklus I berada pada kategori rendah dengan nilai rata-rata 50,24 dari nilai tertinggi 70,00 dan nilai terendah 40,00 dengan standar deviasi 13,69, sedangkan pada siklus II berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 81,46 dari nilai tertinggi 100,00 dan nilai terendah 50,00 dengan standar deviasi 13,33. UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak sekolah dan siswa yang bekerja sama dalam penelitian ini, teman-teman peneliti
3.
4.
5.
Suarjana, I. Made, 2000, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Dalam Pembelajaran Matematika Di Kelas V Catur Wulan I SD Pada Gugus XVII Kecamatan Buleleng. STKIP Singaraja: Jurnal Aneka Widya. Mahdaniah, 2003, Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif untuk meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas I SMAN Campalagian. Skripsi. Kimia FMIPA UNM. Jumardi, 2002, Meningkatkan Hasil Belajar Matematikan Siswa Kelas I SLTP Makassar Melalui Metode Pembelajaran Kerja Kelompok dengan Menggunakan Lembar Kerja Berstruktur. Skripsi. Makassar Irmawati, 2000, Studi tentang Pemahaman Konsep Hidrokarbon Siswa Kelas I SMAN 2 Bulukumba. Skripsi. Kimia FMIPA UNM. Aicah, 2003, Identifikasi Kesulitan Siswa Kelas I SMAN 1 Bulukumba dalam Mempelajari Senyawa Hidrokarbon. Skripsi. Kimia FMIPA UNM.