INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RATIO (ICOR) PROVINSI BANTEN TAHUN 2014
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Provinsi Banten Tahun 2014
ISBN : 978-602-0932-42-2 No. Publikasi / No. Publication : 36000.1565 Katalog BPS / BPS Catalogue : 9201002.36
Ukuran Buku / Book Size : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman / Number of Pages : 86 + ix halaman / pages Naskah / Manuscript : BPS Provinsi Banten / BPS - Statistics of Banten Province Gambar / Figures : BPS Provinsi Banten / BPS - Statistics of Banten Province Diterbitkan oleh / Published by : BPS Provinsi Banten / BPS - Statistics of Banten Province Dicetak oleh / Printed by : CV. Dharmaputra
“Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik” “Forbidden to announce, distribute, communicate, and / or duplicate some or all of the contents of this book for commercial purposes without written permission from the BPSStatistics Of Indonesia”
iii
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Banten,
Dr. Syech Suhaimi
Banten Ratio Output Capital
Serang, Desember 2015
Incremetal
Pembangunan ekonomi memerlukan peningkatan investasi sebagai pendorong peningkatan kapasitas produksi serta memacu pertumbuhan ekonomi lebih cepat. Untuk memperkirakan besaran investasi yang diperlukan dalam mencapai suatu target pertumbuhan ekonomi tersebut diperlukan suatu indikator Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang menggambarkan besaran investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan satu unit moneter output. Dalam rangka mendukung penyediaan data dan informasi bagi perencanaan investasi di Provinsi Banten tersebut, publikasi Incremental Capital Output Ratio (ICOR) di Provinsi Banten Tahun 2014 ini disusun. Kami sadari publikasi ini masih jauh dari sempurna terutama dari ketersediaan data. Oleh karena itu, masukan dan saran yang bersifat konstruktif dari pengguna dan sumber data sangat kami harapkan bagi penyempurnaan pada penerbitan berikutnya. Kepada semua pihak yang turut berpartisipasi hingga publikasi ini terwujud, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Semoga bermanfaat.
2014
KATA PENGANTAR
Daftar Isi v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
....................................................................
vii
..............................................................
vii
..........................................................
viii
DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I
PENDAHULUAN
................................................
3
......................................................
3
..................................................
6
..........................................................
6
1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Penelitian 1.3. Sumber Data
1.4. Sistematika Penulisan
.........................................
7
.......................................
11
2.1. Pengertian Incremental Capital Output Ratio ...........
11
2.2. Pengertian Kapital dan Investasi
......................
14
................................................
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Pengertian Output
2.4. Pengertian Nilai Tambah Bruto
..........................
17
....................
18
.........................
23
.................................
23
2.5. Penelitian yang Pernah Dilakukan BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Data dan Keterbatasannya
3.2. Rumus dan Asumsi yang Digunakan 3.2.1. Rumus Standar
................
25
............................................
26
3.2.2. Rumus Akumulasi Investasi
.....................
34
Banten
v
Ratio
...........................................................................
Output
iii
Capital
DAFTAR ISI
............................................................
Incremental
KATA PENGANTAR
2014
Halaman
vi Daftar Isi
3.2.3. Asumsi Dasar
...............................................
3.3. Tahapan Penyusunan ICOR 3.3.1. Penyesuaian Output
...............................
36
....................................
36
3.3.2. Penyesuaian Data Investasi
........................
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
3.3.3. Penyesuaian Nilai Harga Konstan
Incremental
36
37
.............
38
3.3.4. Penghitungan Nilai ICOR
.........................
39
3.3.5. Penyesuaian Tahap Akhir
..........................
40
3.3.6. Pemilihan Lag Investasi
.............................
40
3.4. Perubahan Tahun Dasar 2010
..............................
41
...................................................
45
4.1. Tinjauan Ekonomi Banten Menurut Sisi Pengeluaran .........................................................
45
4.2. Koefisien ICOR Akumulasi Tahun 2010-2014 ........
47
4.3. Rata-rata Nilai ICOR Lag 0 Tahun 2010-2014 .........
52
Perbandingan ICOR Kategori Utama Menurut Lag ........................................................................
55
BAB IV
4.4.
PEMBAHASAN
4.5. Nilai Koefisien ICOR pada Sub Kategori 4.6. BAB V
...........
56
Penggunaan Indikator ICOR Provinsi Banten 2014 .........................................................................
58
KESIMPULAN DAN SARAN
..........................
63
...........................................................
63
....................................................................
65
5.1. Kesimpulan 5.2. Saran
LAMPIRAN
67
DAFTAR PUSTAKA
85
Daftar Isi vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Banten Ratio
53
2014
50
Output
Tabel 4.3
47
Capital
Tabel 4.2
Perkembangan dan Struktur PMTB Provinsi Banten, 2010-2014 ............................................ Koefisien ICOR Akumulasi Tahun 2010-2014 di Provinsi Banten Menurut Kategori .................. Nilai Koefisien ICOR Lag 0 Menurut Kategori Provinsi Banten Tahun 2010-2014 ....................
Incremental
Tabel 4.1
viii Daftar Isi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1 Gambar 4.2
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
Gambar 4.3
Nilai ICOR Akumulasi 2010-2014 Provinsi Banten ...................................................... Rata-rata Nilai ICOR Lag 0 Tahun 2010-2014 .
51 52
Perbandingan Menurut Lag
55
ICOR Kategori Utama ..............................................
Daftar Isi ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10
75 77 79 80 81 82 83
2014 Banten
Lampiran 5
73
Ratio
Lampiran 4
71
Output
Lampiran 3
69
Capital
Lampiran 2
Nilai ICOR Lag 1 Tahun Menurut Sub Kategori Industri di Provinsi Banten ........... Nilai ICOR Lag 3 Tahun Menurut Sub Kategori Industri di Provinsi Banten ........... Nilai ICOR Lag 4 Tahun Menurut Kategori Industri di Provinsi Banten ......................... Nilai ICOR Lag 0 Tahun Menurut Sub Kategori Industri di Provinsi Banten ........... Nilai ICOR Lag 5 Tahun Menurut Sub Kategori Industri di Provinsi Banten .......... Nilai ICOR Lag 0 Tahun Menurut Kategori di Provinsi Banten ....................................... Nilai ICOR Lag 1 Tahun Menurut Kategori di Provinsi Banten ....................................... Nilai ICOR Lag 3 Tahun Menurut Kategori Industri di Provinsi Banten .......................... Nilai ICOR Lag 4 Tahun Menurut Kategori Industri di Provinsi Banten .......................... Nilai ICOR Lag 5 Tahun Menurut Kategori Industri di Provinsi Banten ...........................
Incremental
Lampiran 1
1
PENDAHULUAN
Pendahuluan 3
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
pemerintah, terutama pemerintah daerah yang memiliki daya saing investasi masih rendah. Dalam lima tahun terakhir iklim investasi di Provinsi Banten dinilai masih menarik, terutama bagi investor asing. Hasil rilis BKPM 2008-2014, memperlihatkan bahwa realisasi nilai investasi PMA dan PMDN di Provinsi Banten cenderung mengalami peningkatan. Kebijakan desentralisasi pemerintahan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2001 telah mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk turut berperan besar dalam upaya penciptaan iklim investasi yang kondusif di daerahnya. Proses pengambilan kebijakan pembangunan yang sebelumnya lebih banyak dikendalikan oleh pemerintah pusat, selanjutnya menjadi lebih dekat dengan masyarakat di daerah. Kesiapan dan
Banten
investasi merupakan suatu tugas yang penting bagi setiap
Ratio
ke dalam proses produksi. Oleh karenanya memperbaiki iklim
Output
pertumbuhan ekonomi dengan mendatangkan lebih banyak input
Capital
oleh produktivitas yang tinggi. Investasi akan memperkuat
Incremental
pertumbuhan ekonomi, yakni melalui investasi yang didukung
2014
Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya
4 Pendahuluan
kemampuan daerah dalam berkreasi, merupakan salah satu penentu keberhasilan pembangunan di daerah termasuk dalam menjaga dan meningkatkan iklim investasi yang kondusif. Investasi yang akan masuk ke suatu daerah bergantung kepada daya saing investasi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Beruntung, Provinsi Banten memiliki posisi strategis
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
dalam dua koridor pengembangan ekonomi dengan potensi ekonomi yang cukup besar. Namun demikian daya saing investasi suatu daerah tidak terjadi dengan serta merta. Pembentukan daya saing investasi berlangsung secara terus menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Pelaku utama kegiatan investasi adalah kalangan dunia usaha. Dengan demikian untuk mengetahui faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi daya saing investasi suatu daerah, penelitian ini mempertimbangkan persepsi dunia usaha dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi di suatu daerah. Persepsi ini juga perlu dipahami oleh pemerintah daerah. Sama halnya ketika pemerintah daerah perlu mengetahui bagaimana kerangka berfikir investor dalam menentukan pilihan lokasi untuk investasi. Dari berbagai literatur dan pendapat para pelaku usaha, faktor ekonomi, infrastruktur, politik dan kelembagaan, sosial dan budaya diyakini merupakan beberapa faktor pembentuk daya saing investasi suatu negara atau daerah. Secara umum investasi atau penanaman modal, baik dalam bentuk penanaman modala
Pendahuluan 5 dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA) membutuhkan adanya iklim yang sehat, kemudahan serta kejelasan prosedur penanaman modal. Iklim investasi daerah juga dipengaruhi
oleh
kondisi
makro
ekonomi
daerah
yang
daya
saing
bersangkutan. Keberhasilan
daerah
untuk
meningkatkan
infrastruktur dalam arti luas. Kondisi inilah yang mampu menggerakan sektor swasta untuk ikut serta dalam menggerakkan roda ekonomi. Bagi investor, informasi mengenai potensi investasi dan iklim investasi daerah sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan lokasi untuk investasi. Tetapi hal ini tidak cukup sampai sebatas ketersediaan informasi saja. Diperlukan rangkaian upaya untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai iklim investasi di berbagai daerah, untuk membantu para investor dalam membuat keputusan investasinya. Pemerintah Provinsi Banten perlu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengetahui data dan informasi
Banten
kondusif juga adanya pengembangan sumber daya manusia dan
Ratio
dalam upaya menarik investor, selain makroekonomi yang
Output
terhadap masyarakat. Hal yang juga penting untuk diperhatikan
Capital
investasi dan dunia usaha, serta peningkatan kualitas pelayanan
Incremental
daerah dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan dengan
2014
terhadap investasi salah satunya bergantung kepada kemampuan
6 Pendahuluan
tentang potensi investasi di wilayah Banten. Hasil dari kerjasama ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pemerintah daerah maupun investor dalam kegiatan investasi.
1.2. Tujuan Penelitian Tujuan penulisan publikasi ini antara lain untuk: 2014
a. Menghitung ICOR seluruh kategori industri atau lapangan usaha menurut pengelompokan 1 digit
Banten
berdasarkan
Standard
Industrial
Classification of All Economic Activities (ISIC). b. Menggolongkan nilai ICOR menurut kategori dan sub kategori berdasarkan lag investasi.
Ratio Output Capital Incremental
International
c. Menganalisis perbandingan nilai ICOR pada periode penelitian di Provinsi Banten tahun 2014
1.3. Sumber Data Sumber data utama untuk memperoleh gambaran atau rasio invesatsi menurut lapangan usaha diperoleh melalui pendekatan survei khusus dan kompilasi data sekunder sebagai berikut: a.
Penelitian perusahaan,
mendalam lembaga,
(Indepth dan
Study)
institusi
terhadap
terpilih
yang
melakukan kegiatan usaha di Provinsi Banten. b. Kompilasi data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan terbuka yang melakukan kegiatan
Pendahuluan 7 usaha di Provinsi Banten. c.
Data dan informasi hasil survei khusus rutin BPS yang terkait dengan kegiatan investasi baik yang dilakukan badan usaha, pemerintah, maupun swasta.
1.4. Sistematika Penulisan
Banten Ratio Output Capital
Metodologi Penelitian Bab IV Pembahasan Bab V Kesimpulan.
Incremental
sebagai berikut; Bab I Pendahuluan Bab II Tinjauan Pustaka Bab III
2014
Adapun sistematika penulisan di dalam publikasi ini adalah
2
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka 11
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Incremental Capital Output Ratio
output
relatif
tidak
berbeda,
maka
untuk
memudahkan
penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal). Pengkajian mengenai ICOR menjadi sangat menarik karena ICOR dapat merefleksikan besarnya produktifitas kapital yang pada akhirnya menyangkut besarnya pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai. Secara teoritis hubungan ICOR dengan pertumbuhan ekonomi dikembangkan pertama kali oleh R. F. Harrod dan Evsey Domar (1939 dan 1947). Namun karena kedua teori tersebut memiliki banyak kesamaan, maka kemudian teori tersebut lebih dikenal sebagai teori Harrod-Domar. Pada dasarnya teori tentang ICOR dilandasi oleh dua macam konsep Rasio Modal-Output yaitu:
Banten
bentuknya berbeda-beda dan beraneka ragam sementara unit
Ratio
tambahan kapital dengan tambahan output. Karena unit kapital
Output
Besaran ICOR diperoleh dengan membandingkan besarnya
Capital
yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output.
Incremental
yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru
2014
Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran
12 Tinjauan Pustaka
(i) Rasio Modal-Output atau Capital Output Ratio (COR) atau yang sering disebut sebagai Average Capital Output Ratio (ACOR), yaitu perbandingan antara kapital yang digunakan dengan output yang dihasilkan pada suatu periode tertentu. COR atau ACOR ini bersifat
statis
karena
hanya
menunjukkan
besaran
yang
menggambarkan perbandingan modal dan output.
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
(ii) Ratio Modal Output Marginal atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yaitu suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan /menambah satu unit output baik secara fisik maupun secara nilai (uang). Konsep ICOR ini Iebih bersifat dinamis karena menunjukkan perubahan kenaikan/ penambahan output sebagai akibat langsung dari penambahan kapital. Dari
pengertian
pada
butir
(ii),
maka
ICOR
bisa
diformulasikan sebagai berikut: ICOR = K/ Y
(2.1)
dimana, K = perubahan kapital; Y = perubahan output. dari formula (2.1) didapatkan pengertian bahwa ICOR merupakan statistik yang menunjukkan kebutuhan perubahan stok kapital untuk menaikkan satu unit output.
Tinjauan Pustaka 13 Dalam perkembangannya, data yang digunakan untuk menghitung ICOR bukan lagi hanya penambahan barang modal baru atau perubahan stok kapital melainkan Investasi (I) yang ditanam balk oleh swasta maupun pemerintah sehingga rumusan ICOR dimodifikasi menjadi:
investasi yang diperlukan untuk mendapatkan 1 unit output. Sebagai contoh, misalnya besarnya investasi pada suatu tahun di provinsi A adalah sebesar Rp 300 miliar, sedangkan tambahan output dari hasil penanaman investasi tersebut adalah sebesar Rp 60 miliar, maka nilai ICOR provinsi A adalah sebesar 5, (= 300/60 miliar). Angka ini menunjukkan bahwa untuk menaikkan 1 unit output diperlukan investasi sebesar 5 unit. Pada kenyataannya pertambahan output bukan hanya disebabkan oleh investasi, tetapi juga oleh faktor-faktor lain di luar investasi seperti pemakaian tenaga kerja, penerapan teknologi, dan kemampuan kewiraswastaan. Dengan demikian untuk melihat peranan investasi terhadap output berdasarkan konsep ICOR,
Banten
rumus (2.2) dapat diartikan sebagai banyaknya kebutuhan
Ratio
Y = perubahan output.
Output
I = Investasi;
Capital
dimana,
2014
(2.2)
Incremental
ICOR = I / Y
14 Tinjauan Pustaka
maka peranan faktor-faktor selain investasi diasumsikan konstan (cateris paribus).
2.2. Pengertian Kapital dan Investasi Secara umum kapital atau yang sering disebut sebagai "Gross
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
Capital Stock” merupakan akumulasi/penumpukan pembentukan modal bruto dari tahun ke tahun yang digunakan untuk menghasilkan produk baru. Kapital secara fisik adalah seluruh barang modal yang digunakan dalam proses produksi seperti mesin,
bangunan,
kendaraan
dan
lainnya.
Dalam
sistem
pembukuan neraca perusahaan, yang dimaksud dengan kapital adalah harta tetap (fixed assests) suatu badan usaha. Sementara itu menurut konsep ekonomi nasional yang mengacu pada A System of National Account 2008 (UN, 2009) investasi adalah selisih antara stok kapital pada tahun (t) dikurangi dengan stok kapital pada tahun (t-1). Sehingga setiap terjadi penambahan atau penimbunan kapital (modal) selalu dianggap sebagai investasi. Oleh karena itu besarnya investasi secara fisik yang direalisasikan pada suatu tahun tertentu dicerminkan oleh besarnya
Pembentukan
Modal
Tetap
Bruto
(PMTB)
yang
mencakup pengadaan, pembuatan dan pembelian barang modal baru dari dalam negeri serta pembuatan dan pembelian barang modal baru maupun bekas dari luar negeri. Termasuk dalam
Tinjauan Pustaka 15 PMTB
ini
adalah
perbaikan
besar
barang
modal
yang
mengakibatkan menambah umur pemakaian atau meningkatkan kemampuan barang modal tersebut, dikurangi dengan penjualan barang modal bekas. Konsep barang modal sendiri adalah seluruh peralatan dan prasarana fisik yang digunakan di dalam proses produksi. Ciri-ciri
tahun
atau
mempunyai unsur ekonomis lebih dari satu tahun. 2) Nilai belinya relatif besar. 3) Manfaatnya akan dirasakan dalam jangka panjang atau dapat
digunakan
berulangkali
di
dalam
proses
produksi. Dalam penghitungan ICOR, konsep investasi yang digunakan mengacu pada konsep ekonomi nasional. Pengertian investasi yang dimaksud di sini adalah fixed capital formation/pembentukan barang modal tetap yang terdiri dari tanah, gedung/konstruksi, mesin dan perlengkapannya, kendaraan dan barang modal lainnya. Sementara itu nilai yang diperhitungkan mencakup: a) Pembelian barang baru/bekas. b) Pembuatan/perbaikan besar yang dilakukan pihak lain c) Pembuatan/perbaikan besar yang dilakukan sendiri.
Banten
1
Ratio
dari
Output
lebih
Capital
kegunaannya
Incremental
1) Umur
2014
barang modal adalah:
16 Tinjauan Pustaka
d) Penjualan
barang
modal
bekas
Fixed
Capital
Formation/Pembentukan Barang Modal Tetap dalam hal ini adalah Pembentukan Barang Modal Tetap Bruto (PMTB). Total nilai investasi diperoleh dari penjumlahan seluruh pembelian barang modal baru/bekas, pembuatan/perbaikan besar
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
yang dilakukan oleh pihak lain dan sendiri dikurangi oleh penjualan barang modal bekas.
2.3. Pengertian Output Output adalah hasil yang diperoleh dari pendayagunaan seluruh faktor produksi balk berbentuk barang atau jasa seperti tanah, tenaga kerja, modal dan kewiraswastaan. Dari segi ekonomi nasional, output merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor domestik dalam negeri dalam suatu periode tertentu. Dari segi perusahaan, output mencakup nilai barang (komoditi) jadi yang dihasilkan selama suatu periode tertentu ditambah nilai perubahan stok barang (komoditi) yang masih dalam proses. Output yang dimaksud adalah:
Barang-barang yang dihasilkan.
Tenagalistrikyangdijual.
Selisih nilai stok setengah jadi.
Output ini dihitung atas dasar harga produsen, yaitu harga
Tinjauan Pustaka 17 yang diterima oleh produsen pada tingkat transaksi pertama. Karena masih mengandung nilai penyusutan barang modal, output ini masih bersifat bruto. Untuk mendapatkan output neto atas harga pasar, output bruto atas harga pasar harus dikurangi dengan penyusutan barang modal. Dalam pengertian ICOR, output adalah tambahan (flow)
2.4. Pengertian Nilai Tambah Bruto Nilai tambah bruto adalah suatu tambahan nilai input antara yang
digunakan
dalam
proses
menghasilkan
barang/jasa.
Penambahan nilai input antara ini terjadi karena input antara tersebut telah mengalami proses produksi yang mengubahnya menjadi barang yang nilainya lebih tinggi. Input antara sendiri mencakup nilai seluruh komoditi yang habis atau dianggap habis dalam suatu proses produksi, seperti: bahan baku, bahan bakar, pemakaian listrik dan sebagainya. Barang yang digunakan sebagai alat dalam suatu proses produksi dan umurnya kurang dari
Banten
Value Added (nilai tambah) bukan konsep output secara umum.
Ratio
dalam penghitungan ICOR sektor industri dipakai konsep Gross
Output
produksi yang dihasilkan dari seluruh kegiatan usaha. Untuk itu
Capital
Output ini merupakan seluruh nilai tambah atas dasar biaya faktor
Incremental
nilai yang merupakan hasil pendayagunaan faktor produksi.
2014
produk dari hasil kegiatan ekonomi dalam suatu periode atau nilai-
18 Tinjauan Pustaka
setahun dan habis dipakai dimasukkan sebagai input antara bukan barang modal. Nilai tambah bisa berupa nilai tambah bruto maupun nilai tambah neto. Nilai tambah bruto dari suatu unit produksi dihitung dari output bruto atas harga produsen dikurangi input antara atas dasar harga pasar. Sedangkan nilai tambah neto atas harga pasar
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
dihitung dari nilai tambah bruto atas harga pasar dikurangi pajak tak
langsung
dan
penyusutan.
Karena
keterbatasan
data
penyusutan dan pajak tak langsung, maka konsep nilai tambah yang digunakan dalam penghitungan ICOR dalam publikasi ini adalah nilai tambah bruto atas dasar harga pasar.
2.5. Penelitian yang Pernah Dilakukan Studi empiris mengenai efisiensi dan kebutuhan investasi di daerah sudah pernah dilakukan. Lucky et.al (2011) di Provinsi Jawa Timur menggunakan pendekatan ICOR dalam menganalisis kebutuhan
investasi
meningkatkan
sektoral
pertumbuhan
Provinsi
Jawa
ekonomi.
Timur
untuk
Penelitiannya
menyimpulkan bahwa sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas, dan air menjadi sektor paling tidak efisien dengan nilai ICOR sebesar 31,18 dan 36,43. Sedangkan sektor yang paling efisien adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor angkutan dan
Tinjauan Pustaka 19 komunikasi. Badan Pusat Statistik Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur, melakukan penghitungan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang dikombinasikan dengan Incremental Labour Output Ratio (ILOR) pada periode tahun 2002-2011. Pada penghitungan ICOR, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri
Journal
terbaru
mengenai
penghitungan
dan
aplikasi
indikator ICOR disajikan oleh Janvier D. Nkurunziza yang dimuat dalam “Capital Flight & Poverty Reduction in Aprica” pada Political Economy Research Institute (PERI, 2014). Janvier meneliti dampak peningkatan investasi terhadap pengurangan kemiskinan di Aprika, dengan menghitung indikator ICOR, pertumbuhan ekonomi, dan level kemiskinan. Selama periode penelitian pada 2000-2010, dengan metode ICOR diperoleh rata-rata pengurangan kemiskinan 1,9 persen lebih tinggi, sedangkan dengan metode kapital stok diperoleh tambahan 2,5 persen per tahun di atas rasio pengurangan kemiskinan.
Banten Ratio
2012)
Output
dan komunikasi menjadi sektor yang paling tidak efisien (BPS,
Capital
2002-2011. Sedangkan sekto listrik, gas, air, serta sektor angkutan
Incremental
restoran menjadi sektor yang paling efisien selama periode tahun
2014
pengolahan, sektor konstruksi, dan sektor perdagangan, hotel,
3
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi Penelitian 23
METODOLOGI PENELITIAN
Pada Bab II telah dijelaskan beberapa konsep yang dipakai
pada kenyataannya tidak semua asumsi terpenuhi sehingga perlu dilakukan adjustment atau penyesuaian terhadap data yang digunakan. Pada bab III ini dijelaskan tentang data dan keterbatasannya, rumus-rumus yang digunakan dan metode
Sumber data utama yang digunakan dalam penyusunan angka ICOR Provinsi Banten 2014 berasal dari hasil Survei Tahunan
Industri
Besar
dan
Sedang,
Laporan
Keuangan
Pemerintah dan Badan Usaha yang diperkaya dengan Indepth Study ke beberapa lembaga dan perusahaan besar. Selain data tersebut, digunakan juga Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) sektor industri pengolahan menurut subsektor dan IHPB barang modal.
Incremental
3.1. Data dan Keterbatasannya
Capital
Output
penghitungannya.
Banten
tersedia sesuai dengan kebutuhan untuk penghitungan. Namun
Ratio
tersebut masih sangat teoritis dengan anggapan bahwa data yang
2014
dalam penyusunan ICOR sektor industri pengolahan. Penjelasan
24 Metodologi Penelitian
Dalam penghitungan ICOR terdapat keterbatasan cakupan data. Sebagian besar data yang diperoleh merupakan data sampel perusahaan besar dan sedang diluar data usaha mikro kecil dan kerajinan rumah tangga. Di samping itu beberapa penyesuaian juga dilakukan terhadap data output, nilai tambah dan investasi. Penyesuaian yang dilakukan antara lain adalah dengan men-deflate
Beberapa
karakteristik
data
yang
disertakan
dalam
a) Nilai Tambah Bruto (Value Added) merupakan selisih antara
b) Nilai Investasi yang digunakan dalam penghitungan ICOR
Incremental
Capital
Output
Banten
penghitungan ICOR ini adalah:
Ratio
2014
nilai investasi dan output/nilai tambah menjadi harga konstan.
nilai output dan nilai input antara.
ini adalah data Fixed Capital Formation/Pembentukan Modal
Tetap
Bruto
berupa:
gedung,
mesin
dan
perlengkapannya, kendaraan, dan barang modal tetap lainnya. Karakteristik data yang dikumpulkan berkaitan dengan masing-masing komponen barang modal tetap ini mencakup: 1) Pembelian/penambahan, 2) Pembuatan/perbaikan
besar
barang
modal
yang
besar
barang
modal
yang
dilakukan sendiri, 3) Pembuatan/perbaikan dilakukan pihak lain,
Metodologi Penelitian 25 4) Penjualan/pengurangan barang modal tetap. Total investasi yang dipakai dalam penghitungan ICOR ini meliputi penjumlahan butir (1), (2) dan (3) dikurangi butir (4). Konsep investasi yang dipakai di sini didasarkan pada pendekatan mikro dimana perusahaan diasumsikan tidak melakukan penimbunan atau akumulasi stok baik
yang
telah
mempertimbangkan
kondisi ekonomi makro.
3.2. Rumus dan Asumsi yang Digunakan Secara matematis rumus yang digunakan untuk menghitung ICOR adalah: ICOR = K/Y dimana: K = Penambahan barang modal baru/kapasitas terpasang Y = Perubahan/penambahan output Dalam praktek, data yang diperoleh bukan merupakan
Banten
ICOR
Ratio
penghitungan
Output
selisih stok ini akan ditambahkan pada nilai investasi pada
Capital
bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi. Nilai
Incremental
c) Nilai selisih stok yang dicakup meliputi nilai selisih stok
2014
bahan baku, barang setengah jadi maupun bahan jadi.
26 Metodologi Penelitian
penambahan barang modal baru atau kapasitas terpasang melainkan besarnya investasi yang ditanamkan. Sehingga dengan mengasumsikan
K
=
Investasi,
maka
rumus
(1)
dapat
dimodifikasi menjadi. ICOR =
I/Y
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
dimana: I = Investasi, Y = Perubahan output. Rumus ke (2) sebagai Gross ICOR yaitu suatu rasio yang menunjukkan besarnya tambahan unit kapital yang diperlukan untuk memperoleh tambahan satu unit output pada suatu periode tertentu. Karena ketersediaan data yang diperlukan untuk rumus ini lebih lengkap maka rumus ini lebih sering dipakai dalam penghitungan ICOR.
3.2.1. Rumus Standar Pada kenyatannya, investasi yang ditanamkan kadangkadang memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat menghasilkan output
yang
diinginkan. Lama waktu yang
dibutuhkan untuk memperoleh output dari investasi yang ditanamkan disebut lag. Dengan mempertimbangkan periode waktu ini dan karena data yang digunakan adalah time series data,
Metodologi Penelitian 27 maka untuk memperoleh suatu nilai ICOR yang mewakili dilakukan penghitungan simple average (rata-rata sederhana). Rumus penghitungan ICOR menurut kategori lapangan usaha dapat diperluas menjadi 15 persamaan standar yang dibuat berdasarkan prinsip rata-rata sederhana. Kelima belas rumus
Persamaan 1
∑
(3.1)
dimana: n = t2-(t1-1) Arti dari rumus ini adalah investasi yang ditanamkan pada tahun ke-t (It) akan menghasilkan output pada tahun ke-t juga. Dengan demikian tidak diperlukan waktu (time lag) sampai investasi dapat memberikan tambahan output. Persamaan 2
∑ dimana: n = t2-(t1-1)
(3.2)
Banten
tahun.
Ratio
karena adanya investasi yang ditanamkan selama satu
Output
bahwa penambahan output pada tahun tertentu terjadi
Capital
Rumus dalam persamaan 1 sampai 5 mengasumsikan
Incremental
a.
2014
standar tersebut adalah sebagai berikut:
28 Metodologi Penelitian
Rumus ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan pada tahun ke-t (It) baru akan menghasilkan tambahan output pada tahun ke-(t+1). Dengan demikian terdapat lag satu tahun sampai investasi yang ditanamkan menghasilkan tambahan output. Persamaan 3
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
∑
(3.3)
dimana: n = t2-(t1-1) Arti dari rumus ini adalah investasi yang ditanamkan pada tahun t (It) akan menghasilkan tambahan output pada tahun ke t+2. Hal ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan pada tahun ke t baru akan menghasilkan tambahan output setelah 2 tahun kemudian (t+2). Persamaan 4
∑
(3.4)
dimana: n = t2-(t1-1) Arti dari rumus ini adalah investasi yang ditanamkan pada tahun ke t (It) akan menghasilkan output pada tahun ke t+3. Dengan demikian diperlukan waktu 3 tahun sampai investasi yang ditanamkan bisa menghasilkan tambahan output.
Metodologi Penelitian 29 Persamaan 5
∑
(3.5)
dimana: n = t2-(t1-1) Arti dari rumus ini adalah investasi yang ditanamkan pada
investasi tahun ke (t-1) dan tahun ke (t). Modifikasi ini dapat dilihat dalam persamaan 6 sampai 10. Dalam hal ini diasumsikan bahwa tambahan output pada tahun tertentu merupakan hasil penanaman investasi tahun ke t dan tahun ke t-1 dengan proporsi 0,1 untuk tahun ke t-1 dan 0,9 untuk tahun ke t. Hal ini terjadi bila investasi yang ditanamkan pada tahun ke t-1 belum dimanfaatkan secara optimal, maka investasi itu bisa dimanfaatkan untuk tahun berikutnya atau bahwa investasi pada tahun ke t-1 belum full capacity
sehingga
masih
bisa
dimanfaatkan
untuk
tahun
berikutnya. Persamaan 6
∑
(3.6)
Banten Ratio
adalah dengan memodifikasi investasi (It ) menjadi bagian¬bagian
Output
b. Rumus lain yang digunakan dalam penghitungan ICOR
Capital
tambahan output pada tahun t+4.
Incremental
berarti bahwa investasi tahun ke t baru akan menghasilkan
2014
tahun t (It) akan menghasilkan output pada tahun ke t+4. Hal ini
30 Metodologi Penelitian
dimana: n = t2-(t1-1) Rumus ini berarti bahwa selain investasi yang ditanamkan pada tahun ke t, investasi yang ditanamkan pada tahun t-1 masih mempunyai kontribusi pada tambahan output tahun t. Hal ini terjadi karena investasi tahun t-1 (It-1) pada tahun t-1 tidak full capacity, sehingga ketika pada tahun t mencapai full capacity It-i 2014
tersebut masih bisa menambah output tahun t.
Banten
Persamaan 7
∑ dimana: n = t2-(t1-1)
Ratio Output Capital Incremental
(3.7)
Rumus ini berarti bahwa tambahan output pada tahun tertentu ditentukan oleh investasi yang ditanamkan dua tahun sebelumnya secara berturut-turut. Hal ini terjadi karena investasi yang ditanamkan pada tahun t-1 dan t belum mencapai kapasitas penuh sehingga masih memberikan kontribusi pada output tahun t+1. Persamaan 8
∑
(3.8)
dimana: n = t2-(t1-1) Rumus ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan pada
Metodologi Penelitian 31 tahun ke t dan tahun t-1 (It-1) masih mempunyai kontribusi pada tambahan output tahun t+2. Hal ini terjadi karena investasi tahun t1 (It-1) pada tahun t-1 tidak full capacity, sehingga ketika pada tahun t mencapai full capacity It-1 tersebut masih bisa menambah output tahun t.
tahun ke t dan tahun t-1 (It-1) masih mempunyai kontribusi pada tambahan output tahun t+3. Hal ini terjadi karena investasi tahun t1 (It-1) pada tahun t-1 tidak full capacity, sehingga ketika pada tahun t mencapai full capacity It-1 tersebut masih bisa menambah output tahun t. Persamaan 10
∑
(3.10)
dimana: n = t2-(t1-1) Rumus ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan pada tahun ke t dan tahun t1 (It-1) masih mempunyai kontribusi pada tambahan output tahun t+4. Hal ini terjadi karena investasi tahun t-
Banten Ratio
Rumus ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan pada
Output
dimana: n = t2-(t1-1)
Capital
(3.9)
Incremental
∑
2014
Persamaan 9
32 Metodologi Penelitian
1 (It-1) pada tahun t-1 tidak full capacity, sehingga ketika pada tahun t mencapai full capacity tersebut masih bisa menambah output tahun t. c. Modifikasi Rumus ICOR berikutnya adalah memodifikasi investasi menjadi bagian-bagian investasi tahun ke t-2, t-1 dan t. Rumus-rumus ini dapat dilihat dalam persamaan 11 sampai 15.
tertentu merupakan hasil dari penanaman investasi tiga tahun berturut-turut (tahun ke t-2, tahun t-1 dan tahun t). Besarnya proporsi investasi tahun t-2, t-1 dan t berturut-turut diasumsikan sebesar 0,1, 0,2 dan 0,7. Persamaan 11
Ratio
Banten
2014
Dalam rumus ini diasumsikan bahwa pertambahan output tahun
Incremental
Capital
Output
∑
(3.11)
dimana: n = t2-(t1-1) Rumus ini berarti bahwa tidak ada lag sampai suatu investasi bisa menghasilkan karena sebagian investasi yang ditanamkan pada tahun t akan menghasilkan tambahan output pada tahun t juga. Selain itu tambahan output pada tahun ke t juga dipengaruhi oleh investasi yang ditanamkan pada tahun ke t-1 (It-1) dan ke t-2 (It-2).
Metodologi Penelitian 33 Persamaan 12
∑
(3.12)
dimana: n = t2-(t1-1) Rumus ini berarti bahwa sebagian investasi yang ditanamkan
t+1. Selain itu tambahan output pada tahun t+1 juga merupakan
dimana: n = t2-(t1-1) Rumus ini berarti bahwa selain investasi yang ditanamkan pada tahun t (It), investasi yang ditanamkan pada tahun t-1 (It-1) dan t-2 (It-2) masih mempunyai kontribusi pada tambahan output tahun t+2. Dengan demikian diperlukan waktu sedikitnya dua tahun sampai suatu investasi bisa menambah output, karena tidak semua investasi yang ditanamkan dapat dimanfaatkan secara penuh pada tahun itu juga. Persamaan 14
∑
(3.14)
Output
(3.13)
Capital
∑
Incremental
Persamaan 13
Ratio
Banten
hasil dari investasi yang ditanamkan pada tahun t-1 dan t-2.
2014
tahun ke t baru bisa menghasilkan tambahan output pada tahun
34 Metodologi Penelitian
dimana: n = t2-(t1-1) Rumus ini berarti bahwa selain investasi yang ditanamkan pada tahun t, investasi yang ditanamkan pada tahun t-1 (It-1) dan t2 (It¬2) masih mempunyai kontribusi pada tambahan output tahun t+3.
2014
Persamaan 15
(3.15)
dimana: n = t2-(t1-1) Rumus ini berarti bahwa selain investasi yang ditanamkan pada tahun t, investasi yang ditanamkan pada tahun t-1 (It-1) dan t2 (It-2) masih mempunyai kontribusi pada tambahan output tahun
Capital
t+4.
3.2.2. Rumus Akumulasi Investasi
Incremental
Output
Ratio
Banten
∑
terjadinya bias yang disebabkan karena fluktuasi yang cukup
Penghitungan
dengan
kelima
belas
rumus
di
atas
menerapkan prinsip rata-rata sederhana sehingga dimungkinkan
ekstrim pada tahun tertentu. Untuk itu sebagai pembanding dilakukan
juga
penghitungan
ICOR
menggunakan
metode
akumulasi investasi yang menerapkan prinsip rata-rata tertimbang untuk periode 2009-2014 dan periode 2010-2014. Untuk periode
Metodologi Penelitian 35 digunakan Iag 1 sehingga rumus yang digunakan untuk kedua periode tersebut adalah: a. Periode 2009-2014
∑ dimana: 2014
I = investasi Y = nilai tambah
Banten
t = 2009, 2010, ..., 2014
Ratio
b. Periode 2010-2014
I = investasi Y = nilai tambah t = 2010, 2011, ..., 2014 Melalui rumus ini dapat dilihat sejauh mana investasi yang ditanamkan
sejak
tahun
2010
sampai
tahun
2013
dapat
berpengaruh terhadap penambahan output sejak tahun 2011 sampai 2014.
Incremental
dimana:
Capital
Output
∑
36 Metodologi Penelitian
3.2.3. Asumsi dasar Dalam penghitungan ICOR dengan metode standar maupun akumulasi investasi terdapat asumsi bahwa perubahan output semata-mata hanya disebabkan oleh perubahan kapital/adanya investasi. Faktor-faktor lain di luar investasi seperti pemakaian tenaga
kerja,
penerapan
teknologi
dan
kemampuan
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
kewiraswastaan diasumsikan konstan.
3.3. Tahapan Penyusunan ICOR Penyusunan nilai ICOR dilakukan dalam beberapa tahap meliputi penyesuaian output dan investasi, penyesuaian harga konstan dan penghitungan dengan komputer.
3.3.1. Penyesuaian Output Dalam kegiatan ekonomi output suatu kegiatan bisa menjadi input untuk kegiatan ekonomi lainnya (input antara). Sehingga untuk menghindari double counting, dalam penghitungan ICOR ini tidak digunakan nilai output melainkan nilai tambah. Nilai tambah yang dihitung di sini adalah nilai output dikurangi biaya antara atau sering juga disebut nilai tambah bruto. Namun karena ICOR hanya memperhitungkan komponen nilai tambah yang dihasilkan dari pendayagunaan barang modal maka dilakukan
Metodologi Penelitian 37 beberapa penyesuaian yaitu komponen nilai tambah yang bukan merupakan pendayagunaan barang modal dikeluarkan dari seluruh nilai tambah. Dalam hal ini nilai pendapatan dari jasa industri, keuntungan barang yang tidak diproses, penerimaan jasa angkutan dan jasa-jasa non industri lainnya dan penerimaan dari penjualan limbah atau sampah produksi akan dikeluarkan dari nilai tambah bruto. Dengan demikian komponen nilai tambah yang 2014
3.3.2. Penyesuaian Data Investasi.
modal/perbaikan besar dikurangi penjualan barang modal bekas. Sebenarnya nilai investasi ini masih merupakan investasi bruto karena belum dikurangi nilai penyusutan. Namun karena adanya beberapa keterbatasan mengenai data penyusutan, maka data penyusutan tidak digunakan. Keterbatasan pertama adalah pada umumnya perusahaan cenderung melebihkan nilai penyusutan dengan alasan pajak. Sementara yang perlu kita perhitungkan disini adalah nilai penyusutan riil atas barang modal. Disamping itu data penyusutan yang ada merupakan nilai akumulasi, sementara data investasi yang digunakan adalah tambahan
Output
investasi diperoleh dari penjumlahan seluruh pembelian barang
Capital
capital formation atau pembentukan barang modal tetap. Nilai total
Incremental
Dalam konsep ICOR, investasi yang dimaksud adalah fixed
Ratio
dijual dan selisih stok barang setengah jadi.
Banten
dicakup hanya meliputi barang/jasa yang dihasilkan, listrik yang
38 Metodologi Penelitian
investasi yang terjadi pada tahun yang bersangkutan. Akibatnya, apabila nilai penyusutan diperhitungkan, maka nilainya bisa jauh lebih besar dari investasi itu sendiri.
3.3.3. Penyesuaian Nilai Harga Konstan
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
Nilai output dan investasi dalam butir 3.3.1 dan 3.3.2 di atas masih merupakan nilai yang berdasarkan pada harga berlaku. Untuk mendapatkan nilai output dan nilai investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang terlepas dari pengaruh harga (menurut harga konstan), maka digunakan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) sebagai deflator. Perkembangan riil dari nilai tambah pada masing-masing kode lapangan usaha antar waktu (series data) dapat dilihat dari nilai tambah menurut harga konstan. Untuk mendapatkan nilat tambah menurut harga konstan dilakukan dengan men-deflate nilai tambah harga berlaku dengan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) masing-masing kategori. Sementara itu untuk mendapatkan nilai investasi menurut harga konstan dihitung dengan men-deflate nilai investasi menurut harga berlaku dengan menggunakan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) untuk barang modal. Berhubung data IHPB untuk barang modal tidak tersedia, maka sebagai deflator nilai investasi digunakan rata-rata tertimbang IHPB dari kode ISIC 382 (industri mesin bukan mesin listrik), 383
Metodologi Penelitian 39 (industri mesin listrik dan perlengkapannya), 384 (industri alat angkutan), dan 390 (industri lainnya) dengan penimbang output dari masing-masing kode di atas.
3.3.4. Penghitungan Nilai ICOR
mempunyai 3 angka depan yang sama untuk masing¬masing tahun. Metode ini juga dilakukan untuk data investasi untuk masing-masing tahun. Dari penjumlahan 5 digit ISIC ini didapatkan 31 jenis ISIC 3 digit. Selanjutnya penghitungan ICOR 3 digit ISIC dilakukan dengan selisih maupun tanpa selisih stok bahan baku, bahan mentah dan bahan setengah jadi.. b. Nilai ICOR 2 digit ISIC. Untuk mendapatkan nilai ICOR 2 digit ISIC digunakan cara yang sama dengan cara yang terdapat pada butir a.
Banten Ratio
menjumlahkan nilai tambah harga konstan untuk 5 digit ISIC yang
Output
Data nilai tambah untuk 3 digit ISIC diperoleh dengan cara
Capital
a. Nilai ICOR 3 digit ISIC
Incremental
kelima belas rumus standar dan rumus akumulasi investasi lag=1
2014
Penghitungan nilai ICOR ini dilakukan dengan menggunakan
40 Metodologi Penelitian
3.3.5. Penyesuaian Tahap Akhir Dalam penghitungan ICOR masih ditemukan beberapa nilai ICOR yang bernilai negatif. Hal ini terjadi karena ada series data nilai tambah untuk beberapa ISIC yang masih berfluktuasi. Oleh karena itu untuk beberapa ISIC yang memiliki nilai tambah berfluktuasi
dilakukan
perapihan
dengan
cara
menghitung
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
rata¬rata pertumbuhan nilai tambah per tahun untuk masingmasing ISIC. Selanjutnya angka pertumbuhan ini diterapkan pada perusahaan-perusahaan
yang
memiliki
kecenderungan
nilai
tambah menurun. Dengan demikian didapatkan suatu series nilai tambah yang lebih balk. Selain itu dilakukan juga perapihan nilai investasi
yang
pertumbuhannya
ekstrim atau
dengan
tidak
menghitung
mengikutsertakannya
rata-rata dalam
penghitungan. Selanjutnya nilai ICOR untuk masing-masing ISIC bersangkutan dihitung kembali.
3.3.6. Pemilihan Lag Investasi Data yang digunakan dalam penghitungan ICOR adalah data series waktu. Dalam penentuan lag investasi digunakan analisis Cross Correlation Function (CCF). Analisis CCF dapat digunakan untuk melihat hubungan antara satu observasi dengan observasi yang lain untuk variabel yang berbeda. Dengan menggunakati analisis CCF dapat dilihat hubungan antara investasi yang
Metodologi Penelitian 41 ditanamkan pada kategori lapangan usaha dengan tambahan output untuk masing¬masing tahun untuk setiap kategori. Atau dengan kata lain dengan CCF dapat diketahui kapan waktu pengembalian investasi yang tepat untuk masing-masing kategori.
yang dihasilkan. Struktur perekonomian suatu wilayah menjadi penting dalam penghitungan ICOR, hal ini terkait dengan penghitungan nilai ICOR yang dilakukan atas dasar harga konstan. Berdasarkan hal tersebut, harga satuan maupun produksi yang digunakan dalam penghitungan PDRB dan investasi akan mengalami perubahan setiap tahun. Akibatnya struktur PDRB dan investasi
juga
berubah,
jika
perubahannya
terjadi
secara
proporsional maka sumbangan terhadap PDRB atau total investasi akan relatif sama setiap tahun. Akan tetapi, perkembangan setiap kategori industri tentunya berbeda-beda, sehingga sumbangan setiap kategori industri dalam jangka panjang akan berubah secara signifikan. Untuk mengakomodasi perkembangan ekonomi tersebut,
Banten Ratio
yang disebabkan karena perubahan harga maupun jenis komoditi
Output
terjadinya perubahan struktur ekonomi di suatu wilayah, baik
Capital
baik di dunia, nasional, maupun daerah, telah mengakibatkan
Incremental
Dampak perubahan ekonomi selama sepuluh tahun terakhir
2014
3.4. Perubahan Tahun Dasar 2010.
42 Metodologi Penelitian
proses rebasing atau perubahan tahun dasar PDRB menjadi penting. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah merekomendasikan kepada seluruh negara untuk memperbaharui penghitungan PDB/PDRB dengan memakai tahun dasar yang dianggap paling up to date terhadap perkembangan yang terjadi. Bersamaan dengan hal tersebut, penghitungan investasi, PMTB, ICOR, dan lainnya juga
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
akan mengalami penyesuaian. Publikasi ICOR Provinsi Banten 2014 ini, akan menggunakan penghitungan tahun dasar yang baru yaitu tahun dasar 2010. Adapun alasan pemilihan tahun 2010 sebagai tahun dasar adalah sebagai berikut: a. Merupakan tahun dasar yang telah digunakan pada penghitungan
PDB/PDRB,
sesuai
SNA
2008
dan
rekomendasi PBB. b. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi Indonesia pada tahun 2010 dianggap yang paling stabil dibanding tahun lainnya. c. Indonesia telah lama menggunakan tahun dasar 2000, dimana situasi dan perkembangan ekonominya sudah berbeda jauh dengan kondisi tahun 2010.
4
PEMBAHASAN
Pembahasan 45
PEMBAHASAN
arah positif. Pertumbuhan ekonomi Banten selama periode tahun 2010-2014 rata-rata sebesar 6,60 persen, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 7,13 persen, sebaliknya yang terendah terjadi pada tahun 2014 sebesar 5,47 persen. Sedangkan nilai PDRB Banten (adh Berlaku) selama periode tahun 2010-2014 menunjukkan peningkatan signifikan dari 271.465,28 milyar rupiah menjadi 432.763,96 milyar rupiah. Sebagian
besar
nilai
PDRB
Banten
digunakan
untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga dengan ratarata sebesar 58,26 persen. Kenaikan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga, masa pemulihan ekonomi, serta melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik (termasuk yang berasal dari impor) turut menjadi pemicu
Banten Ratio
meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang terus menunjukan
Output
dunia sejak tahun 2008. Hal ini terlihat dari nilai PDRB yang terus
Capital
pemulihan, setelah berlalunya masa krisis yang melanda ekonomi
Incremental
Kondisi perekonomian Banten mulai menunjukkan tanda
2014
4.1. Tinjauan Ekonomi Banten Menurut Sisi Pengeluaran
46 Pembahasan
meningkatnya belanja konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2010, secara umum setiap rumah tangga di Banten menghabiskan dana sekitar 64.580,76 ribu rupiah setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam bentuk makanan maupun bukan makanan (sandang, perumahan, pendidikan, dsb). Pengeluaran ini terus meningkat menjadi 67.494,94 ribu rupiah (2011); 75.056,61 ribu rupiah (2012);
(2014).
kisaran rata-rata sebesar 4,73 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
Banten yang direpresentasikan oleh transaksi ekspor impor luar
Incremental
Capital
Output
Banten
Proporsi konsumsi akhir pemerintah relatif stagnan pada
Ratio
2014
80.016,98 ribu rupiah (2013); dan menjadi 82.429,43 ribu rupiah
peran pemerintah dalam menyerap produk domestik tidak terlalu besar. Di sisi lain, pada tahun 2010-2014 perdagangan internasional
negeri, menunjukkan bahwa nilai ekspor luar negeri cenderung lebih rendah dari nilai impor luar negeri. Kecenderungan perdagangan internasional Banten dalam periode tersebut selalu menunjukkan posisi “defisit”. Adapun pengeluaran untuk kapital (PMTB) selama periode tahun 2010-2014 memberikan kontribusi cukup besar yaitu sekitar 28-31 persen, dengan nilai rata-rata sebesar
102.643,51 milyar
rupiah. Data pada tabel 1 menjelaskan bahwa secara keseluruhan pertumbuhan PMTB dalam kurun waktu 2011-2014 cenderung melambat dari 8,93 persen (2011) menjadi 3,27 persen (2014).
Pembahasan 47 Tabel 4.1 Perkembangan dan Struktur PMTB
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
81 506,59 81 506,59
93 241,63 88 786,94
106 514,89 96 635,33
107 113,24 100 195,82
124 841,18 103 467,73
30,02
30,45
31,49
28,17
28,85
48 855,43 (59,94) 32 651,16 (40,06) 81 506,59 (100,00)
56 441,66 (60,53) 36 799,98 (39,47) 93 241,63 (100,00)
67 889,97 (63,74) 38 624,92 (36,26) 106 514,89 (100,00)
68 422,66 (63,88) 38 690,58 (36,12) 107 113,24 (100,00)
81 642,59 (65,40) 43 198,59 (34,60) 124 841,18 (100,00)
-
12,69 3,31 8,93
13,95 0,49 8,84
6,73 -1,96 3,68
4,77 0,24 3,27
Total PMTB a. ADHB (Miliar Rp) b. ADHK 2010 (Miliar Rp) Proporsi terhadap PDRB (% - ADHB) Struktur PMTB 1 a. Bangunan (Miliar Rp) (%) b. Non Bangunan (Miliar Rp) (%) Total PMTB (Miliar Rp) (%) Pertumbuhan2 (%) a. Bangunan b. Non Banguan Total PMTB
Sumber: BPS Banten
Proporsi non bangunan terhadap total PMTB relatif berfluktuasi selama periode 2010 – 2014. Perubahan yang terjadi pada proporsi tersebut tidak lepas dari pengaruh pertumbuhan yang terjadi pada masing-masing sub komponen PMTB tersebut. Pertumbuhan “riil” sub komponen bangunan pada tahun 2011 sebesar 12,69 persen. Keadaan ini melambat cukup drastis di tahun 2014 yaitu menjadi 4,77 persen, meskipun pada tahun 2012 sempat pulih hingga mencapai pertumbuhan sebesar 13,95 persen. Pada tahun 2013, bangunan kembali melambat menjadi 6,73 persen. Sub 1 2
Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga berlaku /ADHB ) Diturunkan dari perhitungan PDRB (atas dasar harga konstan/ADHK 2010)
Banten
2013
Ratio
2012
Output
2011
Capital
2010
Incremental
Uraian
2014
Provinsi Banten, 2010—2014
48 Pembahasan
komponen non bangunan menunjukkan pola yang tidak jauh berbeda dengan bangunan. Pada tahun 2011 sub komponen non bangunan tumbuh sebesar 3,31 persen. Akan tetapi pada tahuntahun berikutnya mulai melambat menjadi sebesar 0,49 persen (2012), menurun hingga 1,96 persen di tahun 2013, dan kembali tumbuh sebesar 0,24 persen tahun 2014. selama
kurun
waktu
tahun
2011-2014
pertumbuhan PMTB terus mengalami perlambatan di mana
besaran 8,93 persen dan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun
Incremental
Capital
Output
Ratio
2014
umum,
Banten
Secara
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yang mencapai
2014 yaitu hanya sebesar 3,27 persen.
4.2. Koefisien ICOR Akumulasi Tahun 2010-2014 Sebagaimana diketahui koefisien ICOR (Incremental Capital Output Ratio) adalah suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Dalam pembahasan ini tambahan kapital (investasi) baru adalaha Pembentukan Modal Tetap
Bruto
(PMTB).
Besaran
ICOR
diperoleh
dengan
membandingkan besarnya PMTB dengan tambahan output. Karena unit
PMTB
bentuknya
berbeda-beda
dan
beraneka
ragam
sementara unit output relatif tidak berbeda, maka untuk memudahkan penghitungan keduanya dinilai dalam bentuk uang (nominal).
Pembahasan 49 Koefisien ICOR secara akumulasi periode tahun 2010-2014 di Provinsi Banten secara total sebesar 4,55. hal ini menggambarkan untuk memperoleh penambahan satu unit output dalam rentang periode tersebut dibutuhkan investasi fisik (PMTB) sebanyak 4,55 unit. Besaran koefisien ICOR merefleksikan produktivitas PMTB yang pada akhirnya menyangkut pertumbuhan ekonomi yang bisa
hanya 0,87. Artinya setiap penambahan Rp.1 milyar output hanya memerlukan PMTB sebesar Rp.870 juta. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan investasi pada Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sangat efisien, karena untuk meningkatkan ouputnya memerlukan investasi fisik (PMTB) yang lebih sedikit. Berikutnya kategori dengan koefisien ICOR kurang dari 2 adalah kategori Perdagangan besar dan eceran, dan reparasi kendaraan (1.17), Jasa keuangan (1.53), dan Kategori Konstruksi (1,84). Kategori industri dengan koefisien ICOR antara 2 dan 3 berikutnya adalah kategori Real Estate (2,18), Jasa Lainnya (2.73), serta Kategori Jasa Perusahaan (2,78).
Banten
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan koefisien ICOR
Ratio
Kategori yang mempunyai koefisien ICOR paling kecil adalah
Output
periode 2010-2014 di Provinsi Banten menurut kategori industri.
Capital
Tabel 4.1 menunjukkan besaran koefisien ICOR akumulasi
Incremental
efisien pembentukan modal yang terjadi.
2014
dicapai. Semakin kecil koefisien ICOR menunjukkan semakin
50 Pembahasan
Tabel 4.2 Koefisien ICOR Akumulasi Tahun 2010-2014 di Provinsi Banten Menurut Kategori.
ICOR lag 5 tahun menurut Kategori
2010-2014
4,20
3. Industri Pengolahan
7,06
4. Pengadaan Listrik, Gas
8,74
5. Pengadaan Air
6,80
6. Konstruksi
1,84
7. Perdagangan Besar, Eceran, dan Reparasi Kendaraan
1,17
Incremental
Capital
Output
Ratio
2. Pertambangan dan Penggalian 2014
(2) 0,87
Banten
(1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
8. Transportasi dan Pergudangan
10,58
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
5,66
10. Informasi dan Komunikasi
5,01
11. Jasa Keuangan
1,53
12. Real Estate
2,18
13. Jasa Perusahaan
2,78
14. Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
13,18
15. Jasa Pendidikan
3,92
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
9,69
17. Jasa lainnya
2,73 Total
4,55
Sumber : BPS Banten
Kategori industri yang lainnya mempunyai koefisien ICOR lebih
besar
dari
3.
Dapat
dikatakan
bahwa
kegiatan
investasi/PMTB pada kategori industri tersebut kurang efisien jika dibandingkan dengan kategori industri yang tersebut di atas. Kategori industri Transportasi dan Pergudangan, serta Kategori
Pembahasan 51 Administrasi Pemerintahan Umum dan Jaminan Sosial wajib mempunyai koefisien ICOR yang besar yaitu 10,58 dan 13,18. Artinya PMTB pada kedua sektor tersebut tidak efisien. Khusus untuk Kategori Administrasi Pemerintah ketidakefisienan investasi pada kategori ini menyangkut investasi besar pada sektor layanan dan fasilitas umum dimana nilai outputnya dijual dibawah harga
konstruksi publik lainnya.
Total
Kesehatan, Sosial
Pemerintah
Jasa Perusahaan
Real estate
Infokom
Akomodasi, Resto
Transportasi
Perdagangan
Konstruksi
Air
Listrik, Gas
Industri
Pertambangan
Keuangan
Sumber: BPS Banten
Berdasarkan nilai ICOR akumulasi periode 2010-2014 tersebut juga terlihat bahwa investasi pada kategori industri berbasis padat modal cenderung tidak efisien (ICOR > 4), sebaliknya kategori industri berbasis padat karya memiliki efisiensi investasi yang
Ratio
2,78 1,532,18
1,841,17
0,87
4,55 2,73
3,92
Jasa Lain
5,665,01
4,20
Output
9,69
Pendidikan
8,74 7,06 6,80
Capital
10,58
Incremental
13,18
Pertanian
14 12 10 8 6 4 2 0
Banten
Gambar 4.1 Nilai ICOR Akumulasi 2010-2014 Provinsi Banten
2014
pasar, seperti pembangunan jalan, jembatan, gedung, serta
52 Pembahasan
lebih baik (ICOR < 4). Kondisi ini mencerminkan besarnya beban belanja modal yang diperlukan dalam membangun industri padat modal, terutama untuk belanja barang modal yang berasal dari impor.
ICOR lag 0 mengandung makna bahwa investasi yang ditanam pada tahun ke-t akan mulai meningkatkan output pada tahun yang sama (tahun ke-t). Gambar 4.2 Rata-rata Nilai ICOR lag 0 Tahun 2010-2014 6
Output
1
Incremental
4
5,69
4,87
5
Capital
Ratio
Banten
2014
4.3. Rata-rata Nilai ICOR Lag 0 Tahun 2010-2014
4,88
4,53
4,65
3 2
0 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: BPS Banten
Gambar 4.2 memperlihatkan perkembangan ICOR lag 0 dari tahun 2010 hingga tahun 2014 di Provinsi Banten. Koefisien ICOR yang terbentuk mengalami fluktuasi pada beberapa tahun, dimana penurunan ICOR terjadi pada tahun 2011 dari 4,88 menjadi 4,65,
Pembahasan 53 serta tahun 2013 dari 4,87 menjadi 4,53. Sementara kenaikan tertinggi koefisien ICOR terjadi pada tahun 2014 dari 4,53 tahun sebelumnya menjadi 5,69, Hal ini kemungkinan terjadi karena situasi ekonomi global yang mempengaruhi proses produksi domestik ditambah situasi politik dalam negeri yang sedang melaksanakan pemilu legislatif dan pemilihan presiden.
4. Pengadaan Listrik, Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Kendaraan 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya Total Sumber : BPS Banten
2012
2013
2014
Ratarata
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
0,41 7,59
1,18 0,37
1,09 (27,31)
0,80 (0,57)
1,82 0,24
1,06 2,73
9,08 1,08
6,49 43,78
8,16 8,80
3,79 (29,29)
123,72 10,57
6,88 6,82
5,92
2,90
36,64
9,33
7,39
12,44
3,61
2,42
2,06
1,71
1,29
2,22
1,34
0,83
1,07
1,78
1,72
1,35
10,91
9,37
7,72
17,70
14,41
12,02
5,72
5,60
9,63
10,25
4,45
7,13
5,07 2,54
7,45 1,22
5,24 1,29
8,91 1,52
4,20 1,52
6,17 1,62
1,78
2,55
2,69
3,10
2,13
2,45
3,27
3,11
3,40
4,13
2,04
3,19
15,82
25,33
16,59
92,11
7,10
31,39
3,43 18,39
4,71 11,07
5,21 5,52
7,53 31,02
4,72 11,25
5,12 15,45
3,22 4,88
3,80 4,65
7,13 4,87
3,91 4,53
1,59 5,69
3,93 4,92
Ratio
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan
2011
Output
(1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
2010
Capital
ICOR Lag 0 Menurut Kategori
Incremental
Provinsi Banten Tahun 2010-2014
Banten
2014
Tabel 4.3. Nilai Koefisien ICOR Lag 0 Menurut Kategori
54 Pembahasan
Berdasarkan koefisien ICOR lag 0, investasi di Banten selama 2014 cenderung tidak efisien. Para investor seperti menunggu kepastian situasi politik yang dapat mendukung iklim usaha mereka. Kondisi ini terkonfirmasi dari penurunan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) tahun 2014 yang menurun dari 38,9 trilyun (tahun 2013) menjadi sebesar 24,1 trilyun, sementara
kategori industri publik seperti proyek penyediaan listrik, gas, dan air bersih yang memiliki koefisien ICOR besar. Selain itu, secara total nilai realisasi investasi PMA/PMDN selama 2014 masih lebih besar dibanding nilai realisasi tahun 2013, sehingga koefisien ICOR pada tahun 2014 kembali naik dibanding tahun 2013. Pada ICOR log 0, kategori Pertanian, Kehutanan, dan
Output
investasi yang paling efisien dengan rata-rata koefisien ICOR
Capital
Perikanan menjadi kategori industri yang memiliki efisiensi
sebesar 1,35, serta kategori Jasa Keuangan dengan rata-rata ICOR
Incremental
Ratio
Banten
2014
realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terfokus pada
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (15,45), serta kategori
sebesar 1,06, disusul kemudian oleh kategori Perdagangan Besar dan Eceran, serta Reparasi Kendaraan dengan rata-rata ICOR
sebesar 1,62. Sementara kategori dengan rata-rata ICOR besar, terdapat pada kategori Administrasi Pemerintahan Umum (31,39),
Pengadaan Air Bersih (12,44).
Pembahasan 55 4.4. Perbandingan ICOR Kategori Utama Menurut Lag Perekonomian Banten selama periode tahun 2010-2014 didominasi
oleh
aktifitas
kategori
manufaktur,
konstruksi,
perdagangan, transportasi, dan real estate hingga sebesar 71 persen dari total PDRB Banten.
Dari kelima kategori industri utama
tersebut kategori Perdagangan Besar Eceran, dan Reparasi
PDRB Banten ternyata kurang efisien dilihat dari koefisien ICOR baik di lag 0, lag 3, maupun lag 5. Gambar 4.3. Perbandingan ICOR Kategori Utama Menurut Lag 16 14
lag 1
lag 3
lag 4
lag 5
Capital
lag 0
10 8 6 4 2 0
Industri
Sumber : BPS Banten
Konstruksi Perdagangan Transportasi Real Estate
Incremental
12
Banten
industri pengolahan sebagai kategori terbesar dalam pembentukan
Ratio
ICOR yang diamati. Sedangkan kategori industri manufaktur atau
Output
investasi dibandingkan kategori utama lainnya pada berbagai lag
2014
Kendaraan serta merupakan kategori paling efisiensi dalam
56 Pembahasan
Terdapat pola yang hampir serupa dalam ICOR menurut lag pada kelima kategori utama tersebut, dimana semua kategori mengalami penurunan efisiensi investasi pada lag ke 3 atau koefisien ICOR lag 3 terbesar dibanding ICO lag lainnya.
2014 Banten
ekonomi Banten mulai melambat dari 7,03 persen di tahun 2011
industri logam dasar, dan barang dari logam. Akibatnya nilai
yg
dilakukan
dalam
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi. Namun demikian, pada tahun 2012 pertumbuhan
menjadi 6,83 persen, padahal arus investasi masih tinggi di tahun 2012-2013 terutama investasi pada industri padat modal seperti
koefisien ICOR naik pada lag 3 dan turun kembali pada lag 4 dan
Capital
lag 5.
4.5. Nilai Koefisien ICOR pada Sub Kategori
Incremental
Output
investasi
Ratio
Kecenderungannya semakin panjang lag, semakin efisien
kerancuan dalam memahami tingkat efisiensi investasi pada setiap
Hasil penghitungan koefisien ICOR menurut kategori pada beberapa kondisi dan lag ICOR, kadangkala menimbulkan
kategori karena beragamnya sub kategori dan adanya perbedaan pada hasil investasi untuk setiap komoditi yang dihasilkan dari kategori tersebut. Kerancuan ini yang meningkatkan kebutuhan akan data ICOR menurut komoditi output barang dan jasa yang
Pembahasan 57 dihasilkan, sehingga keputusan dalam menentukan besaran investasi yang akan dilakukan lebih spesifik tertuju pada peningkatan output komoditi tersebut. Namun ketersediaan data investasi dan output untuk setiap komoditi sulit dikumpulkan, sehingga penyusunan ICOR pada kajian ini dibatasi sampai pada sub kategori.
diabaikan dalam penghitungan atau analisis, karena ICOR negatif tidak memiliki makna secara ekonomi. Walaupun demikian, penelusuran penyebab terjadinya kondisi tersebut masih dapat diidentifikasi dan disertakan dalam analisis sebagai informasi tambahan dan catatan untuk kajian selanjutnya. Berdasarkan tabel lampiran ICOR menurut sub kategori, sub kategori tanaman pangan memiliki ICOR negatif pada lag 0 dan lag 1. Meningkatnya konversi lahan pertanian, dan jumlah petani yang menurun ikut mempercepat perlambatan nilai PDRB tanaman pangan pada tahun berikutnya, begitupun dengan perlambatan PDRB pada sub kategori industri kayu, Industri Karet, dan Industri Kulit, Alas Kaki, memiliki rata-rata ICOR negatif karena nilai PDRB
Banten
tambahnya. Pada keadaan tersebut di atas, secara teoritis dapat
Ratio
perubahan PMTB yang jauh lebih besar dari perubahan nilai
Output
sebelumnya, atau juga nilai ICOR yang ekstrim tinggi karena
Capital
tambah bruto sub kategori yang lebih rendah dari tahun
Incremental
industri, ditemukan nilai ICOR negatif karena perubahan nilai
2014
Jika pengamatan ICOR dilakukan hingga sub kategori
58 Pembahasan
melambat akibat situasi ekonomi global yang mempengaruhi permintaan terhadap produk industri tersebut. ICOR negatif juga terjadi pada sub kategori pertambangan minyak dan gas bumi yang disebabkan karena pada sub kategori ini investasi yang dilakukan baru tahap eksplorasi mineral dan belum menghasilkan output atau nilai tambah yang melebihi biaya
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
eksplorasinya.
4.6. Penggunaan Indikator ICOR Provinsi Banten 2014 Sesuai makna yang terkandung dalam rumusan indikator ICOR,
penggunaan
ICOR
lebih
banyak
dalam
kegiatan
perencanaan untuk memperkirakan kebutuhan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai suatu target pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Berdasarkan
formulanya
maka
indikator
ICOR
dapat
mengestimasi beberapa hal sebagai berikut: a. Memperkirakan nilai investasi (PMTB) yg diperlukan untuk mencapai target laju pertumbuhan ekonomi kategori tertentu. Sebagai contoh, jika target LPE tanaman pangan ditetapkan sebesar 4 persen di 2015. Berapa kebutuhan investasi di tanaman tersebut?
pangan
untuk
mencapai
target
pertumbuhan
Pembahasan 59 Jika diketahui ICOR tanaman pangan 2014 sebesar 0,07; NTB (PDRB) tanaman pangan (adhk) tahun 2014 sebesar 7.335,6 milyar; tingkat inflasi 2014 sebesar 7,2 persen dan Indeks Implisit tanaman pangan 2014 sebesar 130,28. Maka dengan menggunakan rumusan I = ICOR Y, langkah untuk memperkirakan kebutuhan investasi tanaman pangan
milyar -
Estimasi I atau PMTB 2015 0,07 x 293,42 = 20,54 milyar (adhk)
-
Estimasi Indeks implisit 2015 130,28 x 107,2% = 139,66.
-
Estimasi PMTB 2015 (adhb) 139,66% x 20.54 = 28,69 milyar.
Maka besarnya kebutuhan investasi atau PMTB tanaman pangan di 2015 adalah sebesar 28,69 milyar rupiah. b. Menentukan target pertumbuhan suatu kategori. Penggunaan ICOR juga dapat digunakan untuk memperkirakan target laju pertumbuhan yang optimal dari suatu kategori, jika besaran
Banten
Estimasi PDRB atau Y 7.629,02 - 7.335,6 = 293,42
Ratio
-
Output
7.335,6 = 7.629,02 milyar.
Capital
Estimasi PDRB tanaman pangan adhk 2015 = 104% x
Incremental
-
2014
adalah sebagai berikut:
60 Pembahasan
investasi yang akan dilakukan telah diketahui. Sebagai ilustrasi, Jika ICOR tanaman pangan 2014 = 0,07; NTB (PDRB) tanaman pangan 2014 sebesar 7.335,6 milyar; dan rencana PMTB tanaman pangan 2015 sebear 16,33 milyar. Dengan menggunakan rumusan Y = I/ICOR, maka langkahlangkah
untuk
memperkirakan
pertumbuhan
ekonomi
adalah sebagai berikut: -
Estimasi Y atau PDRB tanaman pangan atas dasar harga konstan (adhk) 2015 adalah sebesar: 16,33/0,07 = 238,12
-
Maka LPE optimal untuk sub kategori tanaman pangan yang
Incremental
Capital
Ratio
milyar.
Output
Banten
2014
optimum yang dapat diraih atau dijadikan target capaian
Estimasi laju pertumbuhan ekonomi (LPE) tanaman pangan tahun 2015 238,12/7.335,6 = 3,24 %
dapat diraih tahun 2015 sebesar 3,24 persen.
5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 63
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
dalam
perekonomian. b. ICOR menjelaskan besarnya investasi (satuan unit moneter) yang dibutuhkan jika ingin meningkatkan 1 unit moneter output. Makin panjang periode waktu pengamatan yang digunakan dalam penghitungan ICOR (time lag), makin kecil ICOR yang dihasilkan. c. Perkembangan realisasi investasi di Provinsi Banten selama periode 2010-2014 terus mengalami peningkatan, dengan kategori industri terbesar dalam investasi adalah Industri Logam Dasar, Barang dari logam, Mesin dan Elektronik, Industri Kimia, Industri Makanan dan Minuman, serta Penyediaan Listrik, Gas, dan Air.
Banten
bruto
Ratio
peningkatan output atau nilai tambah
Output
untuk mengetahui sejauh mana pengaruh investasi terhadap
Capital
a. Indikator ICOR (Incremental Capital Output Ratio) digunakan
Incremental
2014, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
2014
Berdasarkan pembahasan dan analisis ICOR Provinsi Banten
64 Kesimpulan
d. Investasi terbesar diluar kategori industri manufaktur, terdapat pada kategori Konstruksi dan Real Estate. e. Perkembangan ICOR di Provinsi Banten selama tahun 20102014 berjalan fluktuatif, yang menunjukkan bahwa situasi investasi kurang stabil karena pengaruh situasi ekonomi global, fluktuasi harga energi dan BBM, serta situasi politik
produktifitas investasi yang semakin efisien dan baik,
rata-rata ICOR lag 1 sebesar 4,66, dan rata-rata ICOR lag 0
Incremental
Capital
Output
Banten
f. Secara umum nilai ICOR Banten semakin menunjukan trend
Ratio
2014
dan keamanan domestik selama Pemilu.
dengan nilai rata-rata ICOR lag 5 sebesar 4,55, rata-rata ICOR lag 4 sebesar 6,49, rata-rata ICOR lag 3 sebesar 7,12,
sebesar 4,92, dengan koefisien ICOR pada tahun 2014 sebesar
5,69.
Kategori
yang
paling
efisien
dalam
produktifitas investasi adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Kategori Perdagangan Besar Eceran dan Reparasi Kendaraan, serta Kategori Jasa Keuangan. g. Kategori Pengadaan Listrik, dan Gas menjadi kategori industri yang paling tidak efisien pada ICOR lag 4. Hal ini terjelaskan karena kategori tersebut merupakan industri padat modal yang membutuhkan investasi besar dengan time lag yang panjang.
Kesimpulan 65 5.2. Saran Untuk
meningkatkan
produktifitas
investasi
atau
menurunkan nilai ICOR di masa datang dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki, perlu sekiranya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Prioritas target dan arah pembangunan dalam rangka
dalam
struktur
perekonomian Provinsi Banten. b. Memperkuat faktor kelembagaan, terutama terkait kepastian hukum atau aturan berinvestasi di Provinsi Banten,
sistem
ketenagakerjaan,
perbaikan
infrastruktur dan pasokan energi. c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sistem
pendidikan
terpadu,
terutama
dalam
penguasaan teknologi maju, penciptaan substitusi barang modal impor, serta membangun keterkaitan industri hulu – hilir atau kawasan industri yang terintegrasi dengan UMKM, guna menimbulkan efek investasi yang lebih luas ke segala sektor ekonomi.
Banten
besar
Ratio
kontribusi
Output
memiliki
Capital
serta
Incremental
pada kategori industri yang memiliki ICOR rendah
2014
meningkatkan pertumbuhan ekonomi diutamakan
Capital
Output
Ratio
L Banten
2014
LAMPIRAN
Incremental
Lampiran 1
Lampiran 69
LAMPIRAN TABEL Lampiran 1. Nilai ICOR Lag 1 Tahun Menurut Sub Kategori
(5) 1,92 (0,36) 0,00 0,00 (0,31) 1,03 1,77 1,27 1,06 1,07 0,37 (2,62) (28,08) 0,09 3,10 138,42 14,55 2,23 0,00 3,59 4,59
(3,17)
(1,47)
3,93
(4,17)
3,93
7,56 6,38 (1,89) 6,10 3,62
9,99 5,31 (7,97) 2,41 (9,48)
4,37 12,38 10,58 6,67 3,78
2,36 7,88 (0,09) (17,53) (17,23)
6,07 7,98 10,58 5,06 3,70
(8,69) 2,63 2,79 8,30
0,90 (0,91) 5,87 (0,94)
2,16 6,41 3,82 6,00
(2,15) (4,88) 3,50 5,47
1,53 4,52 3,99 6,59
3,55
(6,71)
7,68
0,83
4,02
Banten
(4) 0,50 0,02 0,00 0,00 0,19 0,87 1,00 1,05 0,68 1,33 (0,20) (0,24) 4,38 (0,08) 1,08 4,12 36,02 3,32 0,00 3,99 4,29
2013
Ratio
(3) 1,08 (4,73) 0,00 0,00 0,10 1,67 1,69 0,33 0,69 1,78 (39,75) (0,39) 0,52 0,43 0,61 6,82 (20,03) 2,19 0,00 5,40 (1,84)
2012
Output
(2) 1,06 (0,53) 0,00 0,00 0,07 1,50 1,47 0,42 0,52 1,74 3,92 (2,74) (9,31) 3,22 1,61 5,66 53,62 2,10 0,00 3,95 2,67
2011
Capital
(1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1. Tanaman Pangan 2. Tanaman Hortikultura Semusim 3. Tanaman Perkebunan Semusim 4. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 5. Perkebunan Tahunan 6. Peternakan 7. Jasa Pertanian, dan Perburuan 8. Kehutanan dan Penebangan Kayu 9. Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2. Pertambangan Batubara dan Lignit 3. Pertambangan Bijih Logam 4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 3. Industri Pengolahan 1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 2. Industri Makanan dan Minuman 3. Pengolahan Tembakau 4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10. Industri Barang Galian bukan Logam 11. Industri Logam Dasar 12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 14 Industri Alat Angkutan 15 Industri Furnitur 16. Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan
Rata-rata tertimbang (6) 1,14 0,02 0,00 0,00 0,12 1,27 1,48 0,76 0,74 1,48 2,14 (1,50) 2,45 1,25 1,60 5,53 34,73 2,46 0,00 4,23 3,85
2010
Incremental
Kategori Industri
2014
Industri di Provinsi Banten
70 Lampiran
Lampiran 1. Lanjutan ....
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
Kategori Industri (1) 4. Pengadaan Listrik, Gas 1 Ketenagalistrikan 2. Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 1. Konstruksi Gedung 2. Konstruksi Bangunan Sipil 3. Konstruksi Khusus 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 2. Perdagangan Besar dan Eceran 8. Transportasi dan Pergudangan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Darat 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 1. Bank 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya PDRB
(2) 35,89 8,58 (2,60) 14,31 3,40 0,00 0,00 0,00
(3) 6,95 6,62 11,44 18,25 1,54 0,00 0,00 0,00
(4) (8,71) 11,98 (0,41) 5,62 2,02 0,00 0,00 0,00
(5) 15,57 102,21 3,23 4,33 1,19 0,00 0,00 0,00
Rata-rata tertimbang (6) 19,47 9,06 7,34 10,63 2,04 0,00 0,00 0,00
0,95
0,98
1,69
1,63
1,31
0,00 0,00 9,38 (47,30) 5,15 65,26 11,77 6,04
0,00 0,00 10,65 63,00 6,74 48,24 23,01 6,15
0,00 0,00 16,12 1,30 6,17 26,40 (13,13) 7,90
0,00 0,00 11,24 24,28 4,56 11,15 21,40 8,20
0,00 0,00 11,85 29,52 5,66 37,76 18,73 7,07
45,29 4,53 6,17 4,48 6,79 1,09 0,87 2,05 1,60 2,30 1,94 2,88
42,79 7,90 5,25 8,05 4,58 1,16 0,95 2,10 1,43 2,87 2,13 3,17
42,67 12,98 5,21 13,67 8,25 1,40 1,21 2,14 1,56 3,57 2,76 2,99
40,46 3,25 5,89 3,19 3,54 2,78 5,42 1,40 0,95 4,70 2,33 2,33
42,80 7,17 5,63 7,35 5,79 1,61 2,11 1,92 1,39 3,36 2,29 2,84
13,81 4,52 7,23 2,72 4,27
12,76 4,46 8,71 8,02 4,48
94,35 5,29 16,87 2,57 4,37
6,55 3,20 7,93 1,82 5,51
31,87 4,37 10,18 3,78 4,66
2010
2011
2012
2013
Lampiran 71 Lampiran 2. Nilai ICOR Lag 3 Tahun Menurut Sub Kategori
(2,18)
(1,58)
(1,31)
(1,69)
18,68 8,70 (2,43) 5,74 56,30
34,04 8,68 (0,81) 7,04 71,81
18,15 8,58 (15,16) 6,37 15,68
23,62 8,65 (6,13) 6,38 47,93
6,53 17,28 7,53 (5,10)
8,38 7,86 5,84 (9,18)
3,50 (3,05) 3,03 (9,73)
6,13 12,57 5,47 (8,00)
6,34
3,43
(28,12)
4,89
Banten
(4) 1,41 0,10 0,00 0,00 0,17 2,06 2,82 1,78 0,38 3,06 (1,13) (0,70) 2,10 (0,61) 2,02 7,51 (98,93) 3,39 0,00 6,72 (2,97)
Ratio
(3) 2,04 (0,72) 0,00 0,00 0,13 3,26 3,41 2,22 0,54 2,56 1,36 (1,12) 2,36 0,28 1,28 10,97 (78,40) 2,52 0,00 7,72 (69,63)
Output
(2) 1,64 (0,91) 0,00 0,00 0,13 2,65 2,47 1,29 0,84 2,50 4,58 (1,08) 2,51 2,76 1,29 10,21 (94,24) 2,84 0,00 7,24 (105,19)
2012-2014
Capital
(1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1. Tanaman Pangan 2. Tanaman Hortikultura Semusim 3. Tanaman Perkebunan Semusim 4. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 5. Perkebunan Tahunan 6. Peternakan 7. Jasa Pertanian, dan Perburuan 8. Kehutanan dan Penebangan Kayu 9. Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2. Pertambangan Batubara dan Lignit 3. Pertambangan Bijih Logam 4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 3. Industri Pengolahan 1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 2. Industri Makanan dan Minuman 3. Pengolahan Tembakau 4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10. Industri Barang Galian bukan Logam 11. Industri Logam Dasar 12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 14 Industri Alat Angkutan 15 Industri Furnitur 16. Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan
Rata rata Tertimbang (5) 1,70 0,10 0,00 0,00 0,14 2,65 2,90 1,76 0,59 2,71 2,97 (0,97) 2,32 1,52 1,53 9,56 (90,52) 2,91 0,00 7,23 (59,26)
2010-2012 2011-2013
Incremental
Kategori Industri
2014
Industri di Provinsi Banten
72 Lampiran
Lampiran 2. Lanjutan ....
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
Kategori Industri (1) 4. Pengadaan Listrik, Gas 1 Ketenagalistrikan 2. Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 1. Konstruksi Gedung 2. Konstruksi Bangunan Sipil 3. Konstruksi Khusus 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 2. Perdagangan Besar dan Eceran 8. Transportasi dan Pergudangan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Darat 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 1. Bank 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya PDRB
2010-2012
2011-2013
(2) 18,52 12,83 (7,88) 19,87 3,52 0,00 0,00 0,00
(3) 39,14 26,05 (21,61) 15,86 3,27 0,00 0,00 0,00
(4) (5.613,26) 29,61 (6,74) 26,77 2,83 0,00 0,00 0,00
Rata rata Tertimbang (5) 28,83 22,83 (12,08) 20,83 3,21 0,00 0,00 0,00
1,46
1,46
2,08
1,66
0,00 0,00 13,59 (57,26) 8,10 84,34 16,16 6,72
0,00 0,00 12,57 (136,88) 8,97 87,72 12,94 3,53
0,00 0,00 18,30 89,66 15,48 56,54 330,24 1,17
0,00 0,00 14,82 89,66 10,85 76,20 14,55 3,81
68,80 9,92 8,82 9,97 8,66 1,79 1,46 3,21 2,37 3,94 3,51 4,71
72,58 10,42 9,51 10,46 9,58 1,97 1,65 3,39 2,58 4,12 4,27 5,58
67,32 15,86 8,81 16,36 10,77 1,80 1,44 3,28 2,60 5,07 4,29 5,71
69,57 12,07 9,05 12,26 9,67 1,85 1,52 3,29 2,52 4,38 4,02 5,33
24,15 7,16 11,15 6,72 6,86
30,30 8,76 13,64 8,35 7,34
42,84 11,86 22,65 7,28 7,15
32,43 9,26 15,81 7,45 7,12
2012-2014
Lampiran 73 Lampiran 3. Nilai ICOR Lag 4 Tahun Menurut Kategori Industri
(2,02)
(2,11)
(45,15) 7,74 (1,89) 7,33 50,28
16,31 8,45 (1,71) 6,55 11,90
16,31 8,09 (1,80) 6,94 31,09
30,24 5,04 4,18 (25,64)
4,02 4,34 3,04 (15,16)
17,13 4,69 3,61 (20,40)
3,26
8,35
5,80
Banten
(2,19)
Ratio
(3) 1,36 0,18 0,00 0,00 0,12 2,04 2,59 1,66 0,41 2,50 (6,23) (0,79) 2,80 1,88 1,61 7,25 (739,75) 2,99 0,00 6,26 26,88
Output
(2) 1,14 0,25 0,00 0,00 0,15 1,97 1,95 1,43 0,74 2,06 3,50 (2,18) 3,22 2,33 1,37 10,52 619,35 3,08 0,00 5,84 5,96
2011-2014
Capital
(1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1. Tanaman Pangan 2. Tanaman Hortikultura Semusim 3. Tanaman Perkebunan Semusim 4. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 5. Perkebunan Tahunan 6. Peternakan 7. Jasa Pertanian, dan Perburuan 8. Kehutanan dan Penebangan Kayu 9. Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2. Pertambangan Batubara dan Lignit 3. Pertambangan Bijih Logam 4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 3. Industri Pengolahan 1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 2. Industri Makanan dan Minuman 3. Pengolahan Tembakau 4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10. Industri Barang Galian bukan Logam 11. Industri Logam Dasar 12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 14 Industri Alat Angkutan 15 Industri Furnitur 16. Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan
Rata rata Tertimbang (4) 1,25 0,21 0,00 0,00 0,14 2,01 2,27 1,54 0,57 2,28 3,50 (1,48) 3,01 2,10 1,49 8,88 (60,20) 3,04 0,00 6,05 16,42
2010-2013
Incremental
Kategori Industri
2014
di Provinsi Banten
74 Lampiran
Lampiran 3.
Lanjutan
.....
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
Kategori Industri (1) 4. Pengadaan Listrik, Gas 1 Ketenagalistrikan 2. Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 1. Konstruksi Gedung 2. Konstruksi Bangunan Sipil 3. Konstruksi Khusus 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 2. Perdagangan Besar dan Eceran 8. Transportasi dan Pergudangan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Darat 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 1. Bank 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya PDRB
2010-2013
2011-2014
(2) 7,93 26,14 1,65 9,14 3,36 0,00 0,00 0,00
(3) 440,86 24,95 (5,84) 15,89 2,73 0,00 0,00 0,00
Rata rata Tertimbang (4) 7,93 25,55 1,65 12,52 3,05 0,00 0,00 0,00
1,43
1,55
1,49
0,00 0,00 12,05 191,12 8,20 180,85 16,70 4,38
0,00 0,00 14,42 139,51 11,65 58,60 18,52 3,28
0,00 0,00 13,23 165,31 9,92 119,73 17,61 3,83
82,56 8,94 8,59 8,95 8,06 2,07 1,79 3,10 2,33 3,86 3,45 4,87
62,00 11,27 8,20 11,43 9,87 1,61 1,29 2,92 2,35 4,04 3,77 4,87
72,28 10,10 8,39 10,19 8,96 1,84 1,54 3,01 2,34 3,95 3,61 4,87
27,02 6,68
37,59 9,55
32,31 8,11
14,34 6,48 6,60
18,34 6,03 6,37
16,34 6,25 6,49
Lampiran 75 Lampiran 4. Nilai ICOR Lag 0 Tahun Menurut Sub Kategori Industri
2014
(2) 0,41 0,08 0,00 0,00 0,27 0,69 0,63 0,18 1,99 1,35 7,59 3,19 13,33 10,57 1,58 9,08 26,74 7,03 0,00 3,01 2,39
(3) 1,18 (0,29) 0,00 0,00 0,07 1,99 1,88 0,90 0,43 1,48 0,37 (1,31) (4,84) 0,10 0,81 6,49 54,13 2,40 0,00 5,23 1,93
(4) 1,09 (2,34) 0,00 0,00 0,11 1,94 1,68 1,28 0,65 1,64 (27,31) (0,20) 0,72 0,31 0,45 8,16 (19,51) 1,32 0,00 5,24 (0,88)
(5) 0,80 0,05 0,00 0,00 0,19 1,07 1,84 1,15 0,06 1,81 (0,57) (1,05) 5,31 (0,19) 2,81 3,79 18,19 3,29 0,00 3,85 3,69
(6) 1,82 (0,19) 0,00 0,00 (0,13) 1,01 1,60 1,13 0,77 1,43 0,24 (0,65) (27,42) 0,09 3,29 123,72 23,58 3,59 0,00 3,72 4,31
Rata-rata Tertimbang (7) 1,06 0,07 0,00 0,00 0,16 1,34 1,53 0,93 0,78 1,54 2,73 3,19 6,45 2,77 1,79 6,88 30,66 3,53 0,00 4,21 3,08
(6,56)
(3,63)
(0,31)
5,69
(4,27)
5,69
(2,34) 5,62 (4,98) 9,09 17,29
7,49 8,16 (0,67) 7,32 6,44
23,51 4,90 (0,92) 3,21 (11,81)
8,54 10,43 17,39 7,76 4,06
2,39 5,64 (0,67) (11,71) (12,01)
10,48 6,95 17,39 6,85 9,26
(1,91) 3,89 2,19 4,79
(6,88) 0,66 3,08 3,96
3,65 (2,01) 10,71 (0,97)
1,62 0,17 0,13 31,47
(2,36) (2,26) 3,85 2,27
2,64 2,28 3,99 10,62
3,14
1,38
(0,53)
88,09
2,68
23,82
Banten
2013
Ratio
2012
Output
2011
Capital
(1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1. Tanaman Pangan 2. Tanaman Hortikultura Semusim 3. Tanaman Perkebunan Semusim 4. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 5. Perkebunan Tahunan 6. Peternakan 7. Jasa Pertanian, dan Perburuan 8. Kehutanan dan Penebangan Kayu 9. Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2. Pertambangan Batubara dan Lignit 3. Pertambangan Bijih Logam 4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 3. Industri Pengolahan 1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 2. Industri Makanan dan Minuman 3. Pengolahan Tembakau 4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10. Industri Barang Galian bukan Logam 11. Industri Logam Dasar 12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 14 Industri Alat Angkutan 15 Industri Furnitur 16. Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan
2010
Incremental
Kategori Industri
2014
di Provinsi Banten
76 Lampiran
Lampiran 4.
Lanjutan ....
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
Kategori Industri (1) 4. Pengadaan Listrik, Gas 1 Ketenagalistrikan 2. Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 1. Konstruksi Gedung 2. Konstruksi Bangunan Sipil 3. Konstruksi Khusus 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 2. Perdagangan Besar dan Eceran 8. Transportasi dan Pergudangan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Darat 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 1. Bank 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya PDRB
2010
2011
2012
2013
2014
(2) 1,08 26,83 0,20 5,92 3,61 0,00 0,00 0,00
(3) 43,78 11,26 (2,06) 2,90 2,42 0,00 0,00 0,00
(4) 8,80 8,71 10,04 36,64 2,06 0,00 0,00 0,00
(5) (29,29) 35,81 (3,19) 9,33 1,71 0,00 0,00 0,00
(6) 10,57 64,37 2,90 7,39 1,29 0,00 0,00 0,00
Rata-rata Tertimbang (7) 6,82 29,40 4,38 12,44 2,22 0,00 0,00 0,00
1,34
0,83
1,07
1,78
1,72
1,35
0,00 0,00 10,91 25,25 6,42 (75,18) 27,71 5,95
0,00 0,00 9,37 (3,31) 5,79 66,87 5,67 5,45
0,00 0,00 7,72 69,38 4,80 49,86 10,93 1,33
0,00 0,00 17,70 43,64 10,14 28,01 (37,84) 0,16
0,00 0,00 14,41 25,82 8,61 12,76 8,67 2,71
0,00 0,00 12,02 41,02 7,15 39,37 13,25 3,12
156,93 5,72 6,42 5,70 5,07 2,54 2,66 2,41 1,74 3,20 1,78 3,27
49,21 5,60 6,60 5,57 7,45 1,22 1,00 2,17 1,74 2,43 2,55 3,11
46,46 9,63 5,68 9,86 5,24 1,29 1,08 2,22 1,57 3,00 2,69 3,40
42,67 10,25 5,64 10,66 8,91 1,52 1,33 2,26 1,69 3,71 3,10 4,13
41,55 4,45 6,31 4,40 4,20 1,52 2,04 1,26 1,08 4,83 2,13 2,04
67,36 7,13 6,13 7,24 6,17 1,62 1,62 2,06 1,56 3,43 2,45 3,19
15,82 3,43 18,39 3,22 4,88
25,33 4,71 11,07 3,80 4,65
16,59 5,21 5,52 7,13 4,87
92,11 7,53 31,02 3,91 4,53
7,10 4,72 11,25 1,59 5,69
31,39 5,12 15,45 3,93 4,92
Lampiran 77 Lampiran 5. Nilai ICOR Lag 5 Tahun Menurut Sub Kategori Industri di
(2,70) 4,50 6,90 (1,57) 7,28 13,00 13,67 6,00 3,28 13,30 2,38
Banten Ratio Output Capital
2010-2014 (2) 0,87 0,17 0,00 0,00 0,17 1,11 1,38 0,96 0,76 1,44 4,20 (1,81) 3,76 2,53 1,40 7,06 66,79 2,43 0,00 3,91 5,47
Incremental
Kategori Industri (1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1. Tanaman Pangan 2. Tanaman Hortikultura Semusim 3. Tanaman Perkebunan Semusim 4. Tanaman Hortikultura Tahunan dan Lainnya 5. Perkebunan Tahunan 6. Peternakan 7. Jasa Pertanian, dan Perburuan 8. Kehutanan dan Penebangan Kayu 9. Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 1. Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 2. Pertambangan Batubara dan Lignit 3. Pertambangan Bijih Logam 4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya 3. Industri Pengolahan 1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas 2. Industri Makanan dan Minuman 3. Pengolahan Tembakau 4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 5. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 7. Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 8. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 9. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 10. Industri Barang Galian bukan Logam 11. Industri Logam Dasar 12. Industri Barang dari Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 13. Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL 14 Industri Alat Angkutan 15 Industri Furnitur 16. Industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan
2014
Provinsi Banten
78 Lampiran
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
Lampiran 5.
Lanjutan ....
Kategori Industri (1) 4. Pengadaan Listrik, Gas 1 Ketenagalistrikan 2. Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 1. Konstruksi Gedung 2. Konstruksi Bangunan Sipil 3. Konstruksi Khusus 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1. Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya 2. Perdagangan Besar dan Eceran 8. Transportasi dan Pergudangan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Darat 3. Angkutan Laut 4. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan 5. Angkutan Udara 6. Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1. Penyediaan Akomodasi 2. Penyediaan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 1. Bank 2. Asuransi dan Dana Pensiun 3. Jasa Keuangan Lainnya 4. Jasa Penunjang Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya PDRB
2010-2014 (2) 8,74 21,40 1,93 6,80 1,84 0,00 0,00 0,00 1,17 0,00 0,00 10,58 25,68 5,18 31,38 16,28 5,54 49,45 5,66 5,66 5,66 5,01 1,53 1,41 1,91 1,34 3,15 2,18 2,78 13,18 3,92 9,69 2,73 4,55
Incremental
Capital
Output
(1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya Total
Kategori Industri
Ratio
0,41 7,59 9,08 1,08 5,92 3,61 1,34 10,91 5,72 5,07 2,54 1,78 3,27 15,82 3,43 18,39 3,22 4,88
(2)
2010
Banten
1,18 0,37 6,49 43,78 2,90 2,42 0,83 9,37 5,60 7,45 1,22 2,55 3,11 25,33 4,71 11,07 3,80 4,65
(3)
2011
2014
1,09 (27,31) 8,16 8,80 36,64 2,06 1,07 7,72 9,63 5,24 1,29 2,69 3,40 16,59 5,21 5,52 7,13 4,87
(4)
2012 0,80 (0,57) 3,79 (29,29) 9,33 1,71 1,78 17,70 10,25 8,91 1,52 3,10 4,13 92,11 7,53 31,02 3,91 4,53
(5)
2013 1,82 0,24 123,72 10,57 7,39 1,29 1,72 14,41 4,45 4,20 1,52 2,13 2,04 7,10 4,72 11,25 1,59 5,69
(6)
2014
Lampiran 6. Nilai ICOR Lag 0 Tahun Menurut Kategori di Provinsi Banten
Rata-rata Tertimbang (7) 1,06 2,73 6,88 16,06 12,44 2,22 1,35 12,02 7,13 6,17 1,62 2,45 3,19 31,39 5,12 15,45 3,93 4,92
Lampiran 79
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
(1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya Total
Kategori Industri (2) 1,06 3,92 5,66 35,89 14,31 3,40 0,95 9,38 4,53 6,79 1,09 1,94 2,88 13,81 4,52 7,23 2,72 4,27
2010 (3) 1,08 (39,75) 6,82 6,95 18,25 1,54 0,98 10,65 7,90 4,58 1,16 2,13 3,17 12,76 4,46 8,71 8,02 4,48
2011 (4) 0,50 (0,20) 4,12 (8,71) 5,62 2,02 1,69 16,12 12,98 8,25 1,40 2,76 2,99 94,35 5,29 16,87 2,57 4,37
2012
Lampiran 7. Nilai ICOR Lag 1 Tahun Menurut Kategori di Provinsi Banten
Incremental
(5) 1,92 0,37 138,42 15,57 4,33 1,19 1,63 11,24 3,25 3,54 2,78 2,33 2,33 6,55 3,20 7,93 1,82 5,51
2013
Rata-rata Tertimbang (6) 1,14 2,14 5,53 19,47 10,63 2,04 1,31 11,85 7,17 5,79 1,61 2,29 2,84 31,87 4,37 10,18 3,78 4,66
80 Lampiran
Output
Banten
Capital
Ratio
Incremental
(2) 1,64 4,58 10,21 18,52 19,87 3,52 1,46 13,59 9,92 8,66 1,79 3,51 4,71 24,15 7,16 11,15 6,72 6,86
2010-2012
(1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya Total
Kategori Industri
2014
(3) 2,04 1,36 10,97 39,14 15,86 3,27 1,46 12,57 10,42 9,58 1,97 4,27 5,58 30,30 8,76 13,64 8,35 7,34
2011-2013 (4) 1,41 (1,13) 7,51 (5.613,26) 26,77 2,83 2,08 18,30 15,86 10,77 1,80 4,29 5,71 42,84 11,86 22,65 7,28 7,15
2012-2014
Lampiran 8. Nilai ICOR Lag 3 Tahun Menurut Kategori Industri di Provinsi Banten
Rata-rata Tertimbang (5) 1,70 2,97 9,56 28,83 20,83 3,21 1,66 14,82 12,07 9,67 1,85 4,02 5,33 32,43 9,26 15,81 7,45 7,12
Lampiran 81
Output
Ratio
Banten
2014
Kategori Industri (2) 1,14 3,50 10,52 7,93 9,14 3,36 1,43 12,05 8,94 8,06 2,07 3,45 4,87 27,02 6,68 14,34 6,48 6,60
2010-2013 (3) 1,36 (6,23) 7,25 440,86 15,89 2,73 1,55 14,42 11,27 9,87 1,61 3,77 4,87 37,59 9,55 18,34 6,03 6,37
2011-2014
Lampiran 9. Nilai ICOR Lag 4 Tahun Menurut Kategori Industri di Provinsi Banten
Capital
(1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya Total
Incremental
Rata-rata Tertimbang (4) 1,25 3,50 8,88 224,39 12,52 3,05 1,49 13,23 10,10 8,96 1,84 3,61 4,87 32,31 8,11 16,34 6,25 6,49
82 Lampiran
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
Kategori Industri (1) 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Pengadaan Listrik, Gas 5. Pengadaan Air 6. Konstruksi 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8. Transportasi dan Pergudangan 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10. Informasi dan Komunikasi 11. Jasa Keuangan 12. Real Estate 13. Jasa Perusahaan 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15. Jasa Pendidikan 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17. Jasa lainnya Total
2010-2014 (2) 0,87 4,20 7,06 8,74 6,80 1,84 1,17 10,58 5,66 5,01 1,53 2,18 2,78 13,18 3,92 9,69 2,73 4,55
Lampiran 10. Nilai ICOR Lag 5 Tahun Menurut Kategori Industri di Provinsi Banten
Lampiran 83
Daftar Pustaka 85
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2012). Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Jakarta Badan Pusat Statistik. (2012). Klasifikasi Baku Komoditas Indonesia (KBKI). Jakarta Nkurunziza, Janvier. D. (2014). Political Economy Research Institute: Capital Flight and Poverty Reduction in Aprica. University of Massachusetts Amherst. Working Paper Series, Number 365. Rachmawati, L. Cahyono, H.Kurniawan, R. (2011). Analisis Kebutuhan Investasi Sektoral Jawa Timur Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi.Jurnal ISEI. Jember Volume I.
Banten Ratio Output
Badan Pusat Statistik Kabupaten Situbondo. (2012). Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dan Incremental Labour Output Ratio (ILOR) Kabupaten Situbondo Tahun 2011. BPS Kabupaten Situbondo.
Capital
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten (2015).Analisis Tabel InputOutput Provinsi Banten Tahun 2010. BPS Provinsi Banten, Serang
Incremental
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. (2015). Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Banten 2014. BPS Banten.
2014
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. (2015). Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran Provinsi Banten 2014. BPS Banten.
86 Daftar Pustaka
Sutomo, Slamet. (2015). Sistem Data dan Perangkat Analisis Ekonomi Makro. Corleone Books-Publishing House of Litera Media, Bandung. Todaro, Michael P & Smith, Stephen C, (2003). Economic Development. 8th Edition, Pearson Addision-Willey.
Incremental
Capital
Output
Ratio
Banten
2014
United Nations. (2009). System of National Accounts 2008. New York