GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI RA AR-RAHMAN KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program S1 Keperawatan
Oleh : INAYATUL FITRIYAH NIM : 12SP277021
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa . sebagai suatu aktivitas yang memberikan suatu stimulasi dalam kemampuan, keterampilan, kognitif dan afektif maka sepatutnya diperlukan suatu bimbingan, mengingat bermain bagi anak merupakan suatu kebutuhan bagi dirinya sebagaimana kebutuhan lainnya. (Alimul A, 2012) Bermain tidak hanya sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak diantaranya adalah makan, perawatan, cinta kasih. Anak memerlukan berbagai variasi bermain untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya. (Soetjiningsih, 2012) Teori perkembangan anak menurut Freud et all dalam Hurlock (2010), mengatakan bahwa perkembangan berlangsung melalui sejumlah tahapan dan dapat diramalkan. Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian. Masa balita merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak, karena pada masa ini pertumbuhan
dasar
yang
akan
mempengaruhi
dan
menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan
berbahasa,
kreativitas,
kesadaran
sosial,
ekonomi
dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
1
2
berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi
kualitas
sumber
daya
manusia
kelak
kemudian
tahun
dimana
anak
sudah
hari.
(Soetjiningsih, 2012) Untuk
anak
usia
4-6
mampu
mengembangkan kreativitas dan sosialisasinya sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan
pengertian
yang
bersifat
ilmu
pengetahuan
dan
memperkenalkan suasana kompetisi serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang cocok pada anak usia ini adalah benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat dan menggunting. (Alimul A, 2012) Perkembangan motorik anak sangat tergantung dari stimulasi yang diberikan ibu sebagai orang yang terdekat dengan anak. Dan karena itu ibu perlu mempunyai pengetahuan yang cukup dan keterampilan dalam memberikan rangsangan pada balitanya, sehingga perkembangan motorik anak akan lebih optimal. Motorik penting dalam perkembangan anak karena bisa dilatih, misalnya anak-anak yang perkembangan motorik kurang, biasanya disebabkan stimulasi dari lingkungan juga kurang. Latihan menulis, menggambar misalnya bisa dilakukan melatih motorik. (Soetjiningsih, 2012) Perkembangan motorik merupakan hal yang sangat penting bagi anak usia dini khususnya anak kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Sebenarnya anggapan bahwa perkembangan motorik akan berkembang
3
dengan secara otomatis dengan bertambahnya usia anak, merupakan anggapan yang keliru. Perkembangan motorik pada anak perlu adanya bantuan dari para pendidik di lembaga pendidikan dan orang tua. Oleh karena
itu perkembangan
motorik sama
pentingnya dengan aspek
perkembangan yang lain untuk anak usia prasekolah. (Muhibbin Syah, 2013) Alat Permainan Edukatif merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal dan perkembangan anak, di mana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan motorik. Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan tanpa memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek motorik, sehingga terkadang harganya mahal, tidak sesuai dengan umur anak dan tipe permainan sama. Salah satu Alat Permainan Edukatif yang dapat menstimulasi adalah perkembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan ukuran, bentuk dan warna. Sebelum memberikan permainan pada anak, orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan yang akan diberikan, untuk mengetahui perkembangan anak lebih lanjut. (Hidayat, 2008) Perkembangan anak harus dibentuk hal ini menjadi kewajiban orang tua, kewajiban orang tua dalam mendidik anak Allah SWT. telah mengisyaratkan hal itu dalam firmannya Al-Quran surat Luqman ayat 17 yang berbunyi
Artinya : “Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
4
Al-Quran surat Luqman ayat 17 tersebut, Allah SWT melalui kisah Luqman al Hakim menggambarkan perintah yang seharusnya dilakukan oleh para orangtua dalam mendidik anaknya agar mendapat keselamatan di dunia dan di akhirat. Didukung pula dengan hadis abu dawud yang berbunyi :
Artinya “ Menceritakan kepada kami Al-Qa’nabi dari Malik dari Abi Zinad dari Al–A’raj dari Abu Hurairah berkata Rasulullah saw bersabda : “Setiap bayi itu dilahirkan atas fitroh maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasroni sebagaimana unta yang melahirkan dari unta yang sempurna, apakah kamu melihat dari yang cacat?”. Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah bagaimana pendapat tuan mengenai orang yang mati masih kecil?” Nabi menjawab: “Allah lah yang lebih tahu tentang apa yang ia kerjakan”. (H.R. Abu Dawud) Kandungan hadist tersebut menerangkan bahwa setiap anak dilahirkan atas fitrohnya yaitu suci tanpa dosa, tergantung orangtuanya dalam mendidik anak, ia akan dibuat menjadi manusia yang baik atau yang jahat. Orang tua harus mengenalkan anaknya tentang sesuatu hal yang baik yang harus dikerjakan dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan. Sehingga anak itu bisa tumbuh berkembang dalam pendidikan yang baik dan benar. Ibu sebagai orang tua sebaiknya memiliki pengetahuan tentang bagaimana memberikan stimulus yang tepat kepada balitanya terutama mengenai jenis alat permainan dan kegunaannya, sehingga fungsi dari alat pemainan akan lebih sempurna dan dengan mengetahui karakter khas pola bermain anak, terutama akan mempengaruhi orang tua dalam mengerti,
5
memahami dan selanjutnya mengenai kebutuhan putra putrinya terhadap alat-alat permainan. Sebagian besar anak yang diduga mengalami kegagalan perkembangan pada sektor personal sosial dan motorik disebabkan orang tua jarang bahkan tidak pernah mengajari anaknya. Mereka cenderung membiarkan anaknya berkembang apa adanya, bahkan jarang berinteraksi dan memberikan stimulasi kepada anaknya dikarenakan kesibukan orang tua. (Soetjiningsih, 2012) Pengetahuan,
merupakan
domain
yang
sangat
penting
untuk
terbentuknya tindakan sehingga dengan adanya pengetahuan yang baik akan fungsi dan jenis mainan akan mempengaruhi cara pemberiannya terhadap anak. Teori perilaku Green dalam Notoatmodjo (2012) bahwa pengetahuan
merupakan
domain/faktor
yang
sangat
penting
untuk
terbentuknya suatu sikap dan tindakan seseorang karena dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasarkan dengan pengetahuan akan
lebih
berpengaruh
dan
menimbulkan
kesadaran
dalam
diri
dibandingkan dengan tidak didasarkan oleh pengetahuan. Stimulasi perkembangan anak sedini mungkin, dengan menggunakan alat permainan edukatif. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibanding dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. Pemberian stimulasi pada perkembangan anak lebih efektif bila disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan sesuai tahap-tahap perkembangan anak. Oleh karena itu orang tua perlu mengetahui pentingnya stimulasi dan cara memberikan stimulasi yang efektif pada anak, karena saat ini banyak keluarga yang memberikan alat permaianan tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak. (Soetjiningsih, 2012)
6
Dampak yang mungkin terjadi jika pemberian Alat Permainan Edukatif tidak terpenuhi, proses tumbuh kembang anak tidak optimal sehingga bakat dan potensi yang ada pada diri anak tidak tergali atau jika anak mengalami gangguan perkembangan seperti keterlambatan tidak dapat segera diketahui. Oleh karena itu ibu perlu diberikan informasi mengenai Alat Permainan Edukatif. Informasi ini bisa didapat dari membaca buku, menonton TV, maupun mengikuti seminar atau penyuluhan tentang pemberian alat permainan edukatif, sehingga ibu diharapkan mendapat pengetahuan yang cukup. (Mulyawan A, 2013) Fenomena yang ada sekarang ini tidak banyak orang yang mempunyai kreativitas, hal ini dapat diketahui dari banyaknya orang-orang yang suka meniru karya milik orang lain, tidak menghasilkan karya sendiri yang original. Keadaan tersebut dikarenakan kurangnya stimulasi sejak usia dini. Anakanak usia dini di RA Arrohman Kecamatan Baregbeg pada khususnya juga kurang mempunyai kreativitas. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya minat anak untuk mencipta sendiri saat bermain, anak-anak suka meniru milik teman yang lain, anak-anak juga sangat tergantung dengan contoh yang diberikan oleh guru selain itu ada orang tua yang memberikan gadget pada anaknya, penggunaan gadget yang berlebihan pada anak akan berdampak negatif karena dapat menurunkan daya konsentrasi dan meningkatkan ketergantungan
anak
untuk
dapat
mengerjakan
berbagai
hal
yang
semestinya dapat mereka lakukan sendiri serta banyak anak yang mulai kecanduan
gadget dan lupa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya
yang berdampak psikologis terutama krisis percaya diri, juga pada perkembangan fisik anak.
7
Rendahnya kreativitas anak di RA Arrohman Kecamatan Baregbeg disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain masih ditemukan sejumlah
besar orang tua masih memberikan alat permainan pada anak yang kurang sesuai dengan usia dan perkembangannya yaitu berdasarkan survey pendahuluan tanggal 02 Maret 2016 yang dilakukan di RA Ar-Rahman Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis dari 10 orang ibu didapatkan 7 orang ibu (70%) tidak mengetahui tentang alat permainan edukatif dan 3 orang ibu (30%) mengetahui alat permainan edukatif. Dari 7 orang ibu yang tidak mengetahui tentang alat permainan edukatif para ibu mengatakan bahwa permainan yang diberikan kepada anak-anaknya berupa mobilmobilan, crayon, boneka, bola dan buku gambar, tetapi ibu tidak mengerti tentang tujuan, manfaat, syarat dan alat permainan yang sesuai usia anak pada alat permainan yang ibu berikan tersebut. Para ibu mengatakan ibu membelikan alat permainan tersebut karena anak ingin mempunyai permainan yang dimiliki oleh temannya. Berdasarkan dari hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif Pada Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di RA ArRahman Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis Tahun 2016”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Alat Permainan Edukatif Pada Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di RA ArRahman Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis Tahun 2016”.
8
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui
gambaran
pengetahuan
ibu
tentang
alat
permainan edukatif pada anak usia prasekolah (4-6 Tahun) di RA ArRahman Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis Tahun 2016. 2. Tujuan khusus a.
Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian alat permainan edukatif
di RA
Ar-Rahman Kecamatan Baregbeg
Kabupaten Ciamis Tahun 2016 b.
Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang manfaat alat permainan edukatif
di RA
Ar-Rahman Kecamatan Baregbeg
Kabupaten Ciamis Tahun 2016 c.
Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang jenis-jenis alat permainan edukatif
di RA
Ar-Rahman Kecamatan Baregbeg
Kabupaten Ciamis Tahun 2016
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan tambahan khasanah pengetahuan khususnya dalam mendukung pengembangan ilmu pendidikan kesehatan serta dapat dimanfaatkan sebagai acuan ilmiah untuk pengembangan ilmu kesehatan khususnya tentang ilmu kesehatan anak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menjadi bahan acuan untuk peningkatan mutu pendidikan yang lebih baik sehingga menghasilkan alumni keperawatan yang
9
berkualitas.
Penelitian
ini
juga
bermanfaat
untuk
memberikan
pemahaman bagi peserta didik mengenai pengetahuan ibu tentang pemberian alat permainan edukatif dan tingkat perkembangan motorik pada anak usia prasekolah (4-6 Tahun) b. Bagi Tempat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan intervensi stimulasi yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak pada anak khususnya motorik dan dapat menjadi pertimbangan bagi sekolah dalam menyusun program dan jadwal harian di sekolah, sehingga bisa meningkatkan fungsi sekolah sebagai salah satu lembaga yang dapat membantu dalam melaksanakan fungsi pengasuhan sementara orang tua bekerja. c. Bagi Peneliti Lain Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
referensi
dalam
melakukan penelitian selanjutnya mengenai pengaruh alat permainan edukatif terhadap perkembangan mtorik anak usia prasekolah.
E. Keaslian Penelitian Penelitian
tentang
alat permainan
edukatif
dilakukan oleh Nike Fita Rahmadani (2013),
sebelumnya
telah
dengan judul “Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Bermain dengan Sikap Dalam Pemilihan Alat Permainan Edukatif Pada Anak Prasekolah di RA Muslimat Al Hikmah Bangunsari Dolopo Madiun”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui antar 2 variabel apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang bermain dengan sikap dalam pemilihan alat permainan edukatif pada anak prasekolah di RA Muslimat Al Hikmah Bangunsari Dolopo Madiun. Penelitian ini menggunakan
10
metode korelasi. Populasi sejumlah 30 orang dengan pengambilan sampel menggunakan total sampling. Cara pengambilan data dengan memberikan kuesioner kepada responden. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar (66,7%) responden memiliki pengetahuan yang baik, yang dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, pendidikan, sumber informasi. Dan hampir setengahnya (33,3%) responden memiliki pengetahuan kurang baik, yang dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, dan serta didapatkan sebagian besar (56,7%) responden memiliki sikap negatif yang dipengaruhi oleh pendidikkan, pekerjaan dan sumber informasi dan hampir setengahnya (43,3%) responden memiliki sikap positif yang dipengaruhi oleh umur, pekerjaan, dan sumber informasi. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang alat permainan edukatif. Pada penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti saat ini mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu judul, lokasi, waktu dan jenis penelitian pada penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi suatu objek yaitu pengetahuan ibu tentang alat permainan edukatif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan (knowledge) diartikan sebagai hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “What”, pengetahuan hanya dapat menjawab apa sesuatu itu, penginderaan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2012) Pengetahuan
juga
dapat
dijelaskan
sebagai
hasil
dari
mengetahui obyek-obyek di alam nyata menurut akal dengan jalan pengamatan. Setiap kali objek yang diamati menjadi milik kesadaran, maka ia diketahui, dan dalam arti wujudnya yang ada dalam jiwa kita dinamakan pengertian. (Sadulloh dkk, 2007) Menurut
Benyamin
Bloom
dalam
Notoatmodjo
(2012),
pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi, ide yang sudah diperoleh sebelumnya.
11
12
b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan : 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan
dan
menyebutkan.
Contohnya
adalah
mengumpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain.
13
4) Analisis (Analisys) Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau kriteria-kriteria yang ada. (Notoatmodjo, 2012) c. Cara Memperoleh Pengetahuan Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa untuk memperoleh pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni : 1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah Cara tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis.
14
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi : a) Cara Coba-Salah (Trial and Error) Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and Cara
error”.
ini
telah
dipakai
orang
sebelum
adanya
kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, coba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali
dengan
kemungkinan
ketiga,
dan
apabila
kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/coba-coba. b) Cara Kekuasaan atau Otoritas Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui harus
15
minum jamu, mengapa anak tidak boleh makan telor, dan sebagainya. c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman ini merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu
cara
untuk
memperoleh
kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulang cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya. d) Melalui Jalan Pikiran Sejalan
dengan
perkembangan
kebudayaan
umat
manusia cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh
kebenaran
pengetahuan
manusia
telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
16
2) Cara Modern dalam memperoleh pengetahuan a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. c) Gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu. d. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan meliputi : 1) Tingkat pendidikan Pendidikan
adalah
upaya
untuk
memberikan
pengetahuan
sehingga terjadi perilaku positif yang meningkat. 2) Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan lebih luas. 3) Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan budaya. 4) Pengalaman Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami oleh seseorang tentang sesuatu hal dari perjalanan hidupnya. (Notoatmodjo, 2012) e. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. (Notoatmodjo, 2012)
17
Hasil pengukuran pengetahuan mengacu pada teori Arikunto (2006) sebagai berikut : 1) Baik, apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden 76% 100%. 2) Cukup, apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden 60% 75%. 3) Kurang, apabila pertanyaan dijawab benar oleh responden < 60%. Pengukuran
pengetahuan
dapat
dilakukan
dengan
wawancara/angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari
subjek
penelitian
atau
responden.
Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita selesaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
2. Alat Permainan Edukatif a. Pengertian Alat Permainan Edukatif adalah suatu alat permainan yang khusus digunakan dalam pendidikan anak antara lain untuk merangsang berbagai kemampuan anak balita dalam hal gerakan kasar, gerakan halus, isyarat dan pembicaraan, isyarat dan kata-kata, kecerdasan, menolong diri sendiri dan bergaul.
Kriteria Alat
Permainan Edukatif adalah sebagai berikut: Mengandung nilai pendidikan, aman atau tidak berbahaya bagi anak, menarik dilihat dari warna dan bentuknya, sesuai dengan minat dan taraf perkembangan anak, sederhana, murah dan mudah diperoleh, awet tidak mudah rusak dan mudah pemeliharaannya, ukuran dan bentuknya sesuai dengan usia anak, berfungsi mengembangkan kreatifitas dan kecerdasan anak. (Kurnia, 2011)
18
Menurut Soetjiningsih (2012) Alat Permainan Edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk : 1) Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik anak. 2) Pengembangan
bahasa,
yaitu
dengan
melatih
bicara,
menggunakan kalimat yang benar. 3) Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk, warna. 4) Pengembangan
aspek
sosial,
yaitu
khususnya
dalam
hubungannya dengan interaksi antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Alat Permainan Edukatif diperkenalkan pertama kali oleh Dr. Maria Montessori (1870), tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa sangat penting, baik secara fisik maupun mental, dan materi-materi pengajarannya harus dicocokkan dengan kebutuhannya untuk belajar melalui gerakan, karena gerakan akan mengawali kerja kognitif. Permainan teka-teki sangat baik untuk anak khususnya untuk kerja sama dan kecekatan mata-tangan anak, seperti permainan teka-teki yang memakai tombol pada kepingankepingannya sangat baik bagi anak, karena melatih mereka bagaimana memegang benda-benda. Latihan menjahit dengan menggunakan
alat
permainan
edukatif
sangat
bagus
untuk
mengendalikan jari-jari dan mata-tangan, anak dapat menjahit kerangka gambar sepanjang garis sketsa yang akan dijahit pada kartu-kartu jahit.
19
b. Prinsip-Prinsip Alat Permainan Edukatif Dalam penggunanan alat permainan edukatif perlu adanya pemilihan, agar aspek-aspek yang ada dalam diri anak dapat berkembang secara maksimal. Eliyawati (2011) menjelaskan bahwa keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada sumber belajar yang digunakan. Dalam memilih sumber belajar atau media yang akan digunakan haruslah memiliki kriteria yang ada, jika sumber belajar atau media yang ada belum memiliki kriteria maka guru perlu mengembangkan sendiri media yang akan digunakannya. Mayke S. Tedjasaputra (2010) berpendapat bahwa alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan dan mempunyai beberapa ciri yaitu : a) Dapat digunakan dalam berbagai cara, maksudnya dapat dimainkan dengan bermacam-macam tujuan, manfaat dan menjadi bermacam-macam bentuk. b) Ditujukan untuk pendidikan terutama untuk anak-anak usia prasekolah dan berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan dalam diri anak. c) Memperhatikan keamanan bagi pengguna baik dari bentuk maupun cat. d) Dapat melibatkan anak secara aktif. e) Sifatnya konstruktif. Eliyawati
(2011)
menyebutkan
beberapa
syarat
dalam
pembuatan alat permainan edukatif ada tiga yaitu: syarat edukatif, syarat teknis, dan syarat estetika. Syarat edukatif yaitu dengan membuat alat permainan edukatif sesuai dengan program kegiatan
20
yang ada dan dapat mendorong aktivitas serta kreativitas anak sehingga membantu keberhasilan dalam kegiatan pendidikan. Syarat teknis yaitu alat permainan edukatif dirancang sesuai tujuan, multiguna, aman, dan dapat didapatkan dengan mudah, awet, mudah dalam menggunakannya, serta dapat digunakan secara individu, kelompok, maupun klasikal. Syarat estetika yaitu alat permainan edukatif memiliki warna yang menarik, ukuran yang serasi, dan bentuk yang elastis. Yuliana, dkk (2013), menyebutkan beberapa syarat sekaligus ciri media yang baik yaitu: menarik dan menyenangkan baik dari segi warna juga bentuk, tidak tajam (tumpul), ukuran sesuai dengan anak, tidak membahayakan bagi anak, dan dapat dimanipulasi. Pembuatan alat bermain perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Multiguna 2) Dapat menumbuhkan kretivitas, daya imajinasi serta dapat digunakan untuk bereksperimen juga eksplorasi 3) Mudah dibuat secara massal serta sesuai dengan tingkat perkembangan anak 4) Nyaman dan aman dalam penggunaan 5) Bahan baku mudah didapat juga murah 6) Bahan baku kuat dan tahan lama. Berdasarkan pendapat mengenai prinsip alat permainan edukatif di atas dapat disimpulkan prinsip alat permainan edukatif terdapat beberapa prinsip yaitu: prinsip edukatif, prinsip teknis, dan prinsip estetika. Prinsip eduktif yaitu sesuai dengan perkembangan anak, prinsip teknis yaitu ketahanan bahan yang digunakan, sedangkan prinsip estetika yaitu keserasian warna,dan ukuran media.
21
c. Manfaat alat permainan edukatif untuk anak TK menurut Mustofa (2014) adalah sebagai berikut : 1) Melatih kemampuan motorik Stimulasi untuk motorik halus diperoleh saat anak menjumput mainannya, meraba, memegang dengan kelima jarinya, dan sebagainya. Sedangkan rangsangan motorik kasar didapat anak saat menggerak-gerakkan mainannya, melempar, mengangkat, dan sebagainya. 2) Melatih konsentrasi Alat Permainan Edukatif dirancang untuk menggali kemampuan anak, termasuk kemampuannya dalam berkonsentrasi. Saat menyusun pasel, katakanlah, anak dituntut untuk fokus pada gambar atau bentuk yang ada di depannya, ia tidak berlari-larian atau melakukan aktivitas fisik lain sehingga konsentrasinya bisa lebih tergali. Tanpa konsentrasi, bisa jadi hasilnya tidak memuaskan. 3) Mengenalkan konsep sebab akibat Contohnya, dengan memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar anak akan memahami bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat dalam benda yang lebih besar. Sedangkan benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam benda yang lebih kecil. Ini adalah pemahaman konsep sebab akibat yang sangat mendasar.
22
4) Melatih bahasa dan wawasan Alat Permainan edukatif sangat baik bila dibarengi dengan penuturan cerita. Hal ini akan memberikan manfaat tambahan buat anak, yakni meningkatkan kemampuan berbahasa juga keluasan wawasannya. 5) Mengenalkan warna dan bentuk Dari Permainan Edukatif, anak dapat mengenal ragam atau variasi bentuk dan warna. Ada benda berbentuk kotak, segiempat, bulat dengan berbagai warna; biru, merah, hijau, dan lainnya. d. Jenis-jenis alat permainan edukatif untuk anak TK menurut Mustofa (2014) adalah sebagai berikut : 1) Alat Permainan Edukatif ciptaan Montessori Dr. Maria Montessori menciptakan alat permainan edukatif yang memudahkan
anak
mengingat
konsep-konsep
yang
akan
dipelajari tanpa perlu bimbingan sehingga memungkinkan anak bekerja secara mandiri. Beberapa contoh alat permainan edukatif ciptaan Montessori adalah Puzzle berbentuk geometri. Jenis alat permainan edukatif yang telah dikembangkan di Indonesia yang berakar dari konsep Montessori. Di antaranya adalah papan bentuk bidang I dan papan bentuk bidang II serta kantong keterampilan tangan untuk melatih kemandirian. 2) Balok Cruissenaire George Cruissenaire menciptakan balok Cruissenaire untuk mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, pengenalan bilangan, dan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam bernalar.
23
3) Alat Permainan Edukatif Ciptaan Froebel Froebel memiliki alat khusus yang dikenal dengan balok blockdoss. Balok Blockdoss dikenal dengan istilah kotak kubus dalam program pendidikan TK di Indonesia kotak kubus ini pun banyak digunakan sebagai salah satu jenis alat permainan edukatif untuk melatih motorik dan daya nalar anak. 4) Boneka Jari Boneka jari ini terbuat dari kain yang tidak mudah bertiras. Kain dibentuk sesuai dengan figur cerita. Satu narasi cerita dapat memerlukan hingga 10 boneka. Sebagai langkah penyelesaian, boneka dijahit dengan tusuk feston. Tujuan permainan boneka jari untuk mengembangkan bahasa anak, mempertinggi keterampilan dan kreativitas anak, mengajak anak belajar bersosialisasi, dan bergotong-royong di samping melatih keterampilan jari jemari tangan. 5) Puzzle Besar Legpuzzle atau teka-teki ini untuk dimainkan anak usia 5 tahun. Permainan ini dari tripleks yang terdiri dari dua bagian dengan ukuran yang sama. Satu bagian dibuat lukisan sederhana, misalnya seekor bebek sedang berenang atau gambar lainnya. Tripleks yang dilukis dipotong menjadi 10-12 keping. Tujuan permainan ini adalah agar anak mengenal bentuk melatih daya pengamatan
dan
daya
keterampilan jari-jari anak.
konsentrasi
anak,
serta
melatih
24
6) Kotak Alfabet Kotak ini berisi huruf-huruf alfabet yang dibuat di atas potongan karton dupleks berukuran 5 x 5 cm. Permainan ini dibuat untuk anak yang berumur 5 tahun yang sedang belajar membaca. Tujuan permainan ini adalah agar anak mengenal huruf, menumbuhkan gairah atau semangat belajar ketika membentuk kata-kata dan belajar membaca. Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Ambillah keping huruf dan cobalah mengucapkannya. Kemudian, cobalah membentuk kata dengan jalan menjajarkan huruf-huruf yang dikehendaki, yang selanjutnya dapat membentuk kalimat pendek. 7) Kartu Lambang Bilangan Kartu ini berisikan tulisan angka dari 1 sampai dengan 50, 1 sampai dengan 100, dan sebagainya. Kartu ini terbuat dari bahan kertas dupleks berukuran 5 x 5 cm. Biasanya permainan ini dimanfaatkan oleh anak berumur 5 sampai dengan 6 tahun. tujuan permainan ini adalah agar anak mengenal lambang bilangan, dan belajar menghitung. 8) Kartu Pasangan Permainan ini terbuat dari bahan kertas dupleks berukuran 108 cm. Setiap kartu diberi gambar secara berpasangan, misalnya berikut ini.ayah-ibu, meja-kursi, sendok-garpu, daun-bunga, bukupensil. Tujuan permainan ini adalah untuk melatih anak belajar mengelompokkan dengan cara sederhana, dan anak sekaligus mengenal lambang-lambang benda. Cara kerjanya, semua kartu disebarkan di hadapan anak, lalu anak diminta untuk mengambil satu kartu dan diminta mencari pasangannya.
25
9) Puzzle jam Puzzle ini terbuat dari tripleks ukuran 30 x 20 cm, sesuai untuk anak usia 5-6 tahun. Papan terbuat dari bahan yang sama, diberi gambar sebuah jam lengkap dengan jarum penunjuk. Potongan yang diberi angka dapat dilepas pasang. Tujuan permainan ini adalah agar anak dapat mengenal waktu dan mengenal lambang bilangan, mengatur angka-angka membentuk deretan yang sesuai dengan arah jarum jam. Cara kerjanya adalah dengan cara mengambil
keeping-keping,
kemudian
anak
diminta
untuk
menyusun kembali angka-angka sesuai.
3. Anak Usia Prasekolah a. Pengertian Anak diartikan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psokologis, sosial, dan spiritual. (Hidayat, 2009) Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Pada masa ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan (Wong, 2008). Masa balita, terutama pada masa prasekolah merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulangi lagi, maka masa prasekolah disebut masa keemasan (golden period), jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa kritis (critical period). (Depkes RI, 2012)
26
Masa prasekolah merupakan masa-masa untuk bermain dan mulai memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal ataupun informal. (Gunarsa, 2010) b. Ciri-ciri Anak Prasekolah Menurut Moersintowarti ( 2008 ), ciri-ciri anak prasekolah atau anak TK yaitu: 1) Ciri Fisik a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. b)
Setelah
anak
melakukan
berbagai
kegiatan,
anak
membutuhkan istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan anak. c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak 10 belum terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit seperti mengikat tali sepatu. d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna. e) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak ( soft ). Hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya, sebaiknya dilerai, dijelaskan kepada anak-anak mengenai bahayanya.
27
f) Walaupun anak lelaki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi sebaiknya jangan mengkritik anak lelaki
apabila
ia
tidak
terampil,
jauhkan
dari
sikap
membandingkan anak lelaki-perempuan, juga dalam kompetisi ketrampilan seperti apa yang disebut diatas. 2) Ciri Sosial a) Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi shabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman, sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang shabat dari jenis kelamin yang berbeda. b)
Kelompok bermain cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena kelompok tersebut cepat bergantiganti.
c)
Anak lebih mudah bergaul dan bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
3) Ciri Emosional a) Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan pada anak usia tersebut. b) Iri hati pada anak usia pra sekolah sering terjadi, mereka sering sekali memperebutkan perhatian orang disekitarnya.
28
4) Ciri Kognitif a) Anak pra sekolah pada umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara, khusunya dalam kelompoknya sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. b) Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang. c. Perkembangan Anak Usia Prasekolah Perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi organ atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini terjadi diferensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan fungsinya. Proses tersebut dapat diamati dengan bertambahnya
kepandaian
keterampilan
dan perilaku
(afektif).
(Sahman. 2012) Perkembangan anak menurut Sahman (2012) mempunyai ciriciri sebagai berikut : 1) Perkembangan dimulai pada masa pranatal dan proses belajar dimulai setelah lahir. 2) Perkembangan
mempunyai
berbagai
dimensi
yang
saling
berhubungan. 3) Perkembangan berlangsung pada tahap yang dapat diramalkan dan proses belajar terjadi pada tahap yang dapat dimengerti; tetapi terdapat variasi yang besar dari individu dalam kecepatan perkembangan dan cara belajarnya.
29
4) Perkembangan dan belajar berlangsung berkelanjutan sebagai hasil dari interaksi dengan orang, benda dan lingkungan di sekitarnya. 5) Anak sebagai peserta yang aktif dalam proses perkembangan dan belajarnya. 6) Bayi yang lahir prematur karena belum cukup umur dapat mempengaruhi penyesuaian diri tidak saja selama masa bayi tetapi juga pada tahun-tahun selanjutnya. Sampai usia 2 tahun atau 3 tahun bayi prematur sering mengalami keterlambatan dalam perkembangan dibandingkan dengan bayi yang cukup umur, misalnya mereka sering terlambat duduk, berdiri dan berbicara. Parameter perkembangan adalah tingkat perkembangan yang harus dicapai anak pada umur tertentu. Frankenburg dkk (1981) dalam Sugiyanto (2012), melalui skrining perkembangan Denver-II (Denver
Development
Screening
Test-II),
mengemukakan
4
parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu : 1) Motorik kasar (Gross motor) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh, yaitu duduk, jalan, melompat dan gerakan umum otot besar. 2) Motorik halus dan penglihatan (Fine motor adaptive) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagianbagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, yaitu koordinasi mata
30
tangan,
memainkan-menggunakan
benda-benda
kecil,
menggambar. 3) Bahasa (Language) Kemampuan
untuk
memberikan
respons
terhadap
suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan, yaitu mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa. 4) Sosial-kemandirian (Personal social) Aspek
yang
berhubungan
dengan
kemampuan
mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut diatas dapat mempengaruhi aspek yang lain. Kurangnya stimulasi mungkin berkaitan dengan keterlambatan perkembangan terutama pada kemampuan berbicara, bahasa dan social. (Sahman. 2012) d. Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Tumbuh
Kembang
Anak
Prasekolah Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. 1) Faktor Herediter Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
31
2) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan obat-obatan, alkohol atau kebiasaan merokok. Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan. Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam
mempengaruhi
pertumbuhan
tinggi
badan,
dengan
menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen
selanjutnya
hormon
tersebut
menstimulasi
perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya. e. Pemantauan Perkembangan Anak Untuk
memantau
perkembangan
anak
menggunakan
Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) anak yaitu suatu pertanyaan singkat yang ditujukan kepada para orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak. Kegunaan KPSP untuk mengetahui ada atau
32
tidak hambatan dalam perkembangan anak. KPSP meliputi 10 pertanyaan singkat kepada orang tua / pengasuh, berisi tentang kemampuan yang telah dicapai oleh anak. Cara menggunakan KPSP yaitu petugas kesehatan di lapangan membaca KPSP terlebih dahulu dan kemudian memberikan kesempatan kepada orang tua untuk menjawab kelompok pertanyaan yang sesuai dengan usia anak. Usia ditetapkan menurut bulan, kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Gunakan kuesioner sesuai umur / lebih muda. Tanyakan isi KPSP sesuai urutan. Cara mencatat hasil KPSP yaitu : bagi tiap golongan umur terdapat 10 pertanyaan untuk orang tua atau pengasuh anak. Hasil dicatat di dalam kartu data tumbuh kembang anak. Tuliskan jawaban ya atau tidak pada kotak yang disediakan untuk tiap pertanyaan menurut golongan umur anak kemudian hitunglah jawaban ya. (Depkes 2010)
B. Landasan Teori Menurut Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah pemberian bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi, ide yang sudah diperoleh sebelumnya. Alat Permainan Edukatif adalah suatu alat permainan yang khusus digunakan dalam pendidikan anak antara lain untuk merangsang berbagai kemampuan anak balita dalam hal gerakan kasar, gerakan halus, isyarat dan pembicaraan, isyarat dan kata-kata, kecerdasan, menolong diri sendiri dan bergaul. (Kurnia, 2011) Menurut Soetjiningsih (2012) Alat Permainan Edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya.
33
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Pada masa ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan. (Wong, 2008) Masa prasekolah merupakan masa-masa untuk bermain dan
mulai memasuki taman
kanak-kanak. Waktu
bermain
merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal ataupun informal. (Gunarsa, 2010)
C. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. (Hidayat, 2009) Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan diatas maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ibu dari Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun)
Pengetahuan tentang Alat Permain Edukatif tentang : Pengertian Alat Permainan Edukatif Manfaat Alat Permainan Edukatif Jenis-Jenis Alat Permainan Edukatif
Baik
Cukup
Kurang
Gambar 2.1 Kerangka Konsep (Arikunto, 2006) Kerangka konsep diatas menjelaskan bahwa ibu sebagai orang tua sebaiknya memiliki pengetahuan tentang bagaimana memberikan stimulus yang tepat kepada anak usia prasekolah terutama mengenai jenis alat permainan dan kegunaannya, sehingga fungsi dari alat pemainan akan lebih sempurna dan dengan mengetahui karakter khas pola bermain anak,
34
terutama akan mempengaruhi orang tua dalam mengerti, memahami dan selanjutnya mengenai kebutuhan putra putrinya terhadap alat-alat permainan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran surat Luqman ayat 17 Al-Hadist .Riwayat. Abu Dawud tentang pendidikan anak Alimul, A. (2012). Ilmu Kesehatan Anak. Salemba Medika : Jakarta. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta. __________. (2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta Depkes RI. (2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta : Gramedia __________.(2012) Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta : Kemenkes RI Dr. Maria Montessori (1870) The Montessori Method, New York: Schocken Books. Eliyawati. (2011). Pemeliharaan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini.Jakarta : Depdiknas. Gunarsa, (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Hidayat. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. ______. (2009). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. ______. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock, E. B. (2010). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayanti, dkk). Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga Kurnia.(2011). Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Pekanbaru: Cendikia Insani Mayke S. Tedjasaputra, (2010). Bermain, Mainan dan Permainan. Jakarta: Grasindo. Moersintowarti, dkk. (2008). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. IDAI, Sagung Seto. Jakarta.
Muhibbin Syah. (2013). Psikologi Pendidikan,Dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mulyawan, Agung. (2013). Membaca dan Berhitung untuk Bayi. Jakarta : Erlangga. Mustofa. (2014). Alat Permainan Edukatif untuk Anak Tk dan Jenis Jenis Alat Permainan Edukatif untuk Anak Tk. [Online], Tersedia dalam http://www.gudangmakalah.com/ [Diakses tanggal 14 Maret 2016]. Nike Fita Rahmadani (2013), “Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Bermain dengan Sikap Dalam Pemilihan Alat Permainan Edukatif Pada Anak Prasekolah di RA Muslimat Al Hikmah Bangunsari Dolopo Madiun. KTI Program Studi D III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Tersedia dalam http://eprints.umpo.ac.id/ [Diakses tanggal 14 Maret 2016]. Notoatmodjo,S, (2010). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi, Rineka Cipta Jakarta. _____________,(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Edisi Revisi. Rineka Cipta Jakarta. Nursalam. (2013) Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan. Penerbit Salemba Medika Jakarta.
Penelitian
Ilmu
Sadulloh.(2007). Tahu dan Pengetahuan, PT Rineka Cipta,. Jakarta Sahman, (2012), Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta : EGC. Soetjiningsih. (2012). Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta : Sagungseto Sugiyanto. (2012). Karakteristik Anak Usia SD. Yogyakarta : Gadjah Mada University Wong D. L., & Huckenberry M.J. (2008). Wong’s Nursing care of infants and children. America. Yuliana Nuraini Sujiono, dkk. (2013). Konsep Dasar Anak Usia Dini. Jakrta : PT Indeks