P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
In Vitro Antiproliferasi Senyawa Isolat Tb3 Dari Tampa Badak (Voacanga foetida (Bl.) K. Schum) Terhadap Sel Kanker Paru A549 Adriani Susanty*1,2 ; Emrizal1 ; Nofrihendri Sandi1; Nur Alimin1; Sri Esky Sofia1 1Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Riau, Pekanbaru Pascasarjana S3 Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang
2Program
*Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK
Senyawa Tb3 merupakan senyawa isolasi dari daun Voacanga foetida (Bl.)K. Schum fraksi butanol yang diketahui memiliki potensi menghambat proliferasi sel. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi senyawa Tb3 dalam menghambat proliferasi sel kanker paru A-549 dengan metoda dye exclusion. Persentase antiproliferasi kelompok kontrol negatif (DMSO) sebesar 0%, antiproliferasi pada kelompok kontrol positif doksorubisin pada konsentrasi 0,04; 0,08; 0,16; 0,32 dan 0,64 μg/mL berturut-turut adalah 34,5; 44,8; 51,7; 56,9 dan 63,8%, sedangkan kelompok yang diberikan senyawa Tb3 konsentrasi 0,5; 1; 2; 4 dan 8 μg/mL berturut-turut adalah 20,7; 34,5; 50,0; 60,3 dan 70,7%. IC50 senyawa Tb3 sebesar 2,4 μg/mL dibandingkan dengan nilai IC50 doksorubisin terhadap sel A-549 adalah 0,16 μg/mL menunjukan bahwa senyawa Tb3 memiliki efek sitotoksik aktif terhadap sel A-549. Secara umum, efek sitotoksik menunjukkan adanya fenomena concentration dependent response, yaitu efek sitotoksik meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi senyawa Tb3 yang diberikan. Kata kunci: Voacanga foetida, proliferasi, sel kanker paru A-549, IC50
PENDAHULUAN
setiap 100.000 orang terdapat kasus baru
Menurut WHO (2013) penyakit kanker
penyakit kanker sebanyak 170-190 kasus
merupakan salah satu penyebab kematian
(Tjindarbumi
terbesar di dunia. Kanker menjadi masalah
Menurut Boyle dan Ferlay (2004) di Eropa,
utama kesehatan dan penyakit pembunuh
kanker paru-paru menempati urutan pertama
terbesar kedua setelah kardiovaskuler. Kanker
penyebab kematian (13,3% dari 2.886.800
merupakan penyakit degeneratif yang ditandai
kasus).
dengan keadaan sel yang membelah secara terus menerus
(proliferasi)
memiliki
2001).
keanekaragaman
hayati yang tinggi. Penemuan tanaman obat
mempunyai kemampuan untuk menyebar ke
yang menunjukkan efek farmakologis terhadap
jaringan
patologi
kanker terutama yang telah mengalami uji
(Hawariah, 1998). Kasus penyakit kanker di
secara ilmiah memberikan alternatif dalam
Indonesia terus bertambah. Hasil penelitian,
mengatasi dan mengobati kanker. Hal ini
berlainan
kontrol
Mangunkusumo,
dan
yang
tanpa
Indonesia
&
secara
195
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
menyebabkan pengembangan penelitian untuk
berbagai
sel
menemukan obat-obat baru terus berkembang,
dilakukan.
biakan
kanker
yang
sudah
bahkan dari alam pun kini banyak diteliti untuk pengobatan kanker. Salah satunya tumbuhan
METODE PENELITIAN
dari famili Apocynaceae yaitu Voacanga foetida
Alat dan bahan
(Bl.) K. Schum.
Alat yang digunakan adalah botol kaca
Beberapa penelitian uji aktivitas antikanker daun
Voacanga
foetida
(Bl.)
K.
Schum
yang berwarna gelap, alat destilasi, lampu UV, plat KLT, chamber, vial, pipet tetes, pinset,
menggunakan metode perhitungan langsung
corong,
dengan haemocytometer terhadap leukemia sel
timbangan analitik, melting point apparatus,
L1210 dan diperoleh nilai IC50 ekstrak metanol
spektrofotometer UV, kertas saring, mikropipet,
sebesar 4,3896 µg/mL (Fernando et al., 2011),
flask tube, haemocytometer, cryogenic vial,
fraksi
µg/mL
mikroskopfluoresens, vortex, multiwell plate
dan fraksi etil asetat
tissue’s culture 24 sumuran dan 96 sumuran,
sebesar 8,425 µg/mL (Susanty et al., 2011)
laminar air flow cabinet (LAF-cabinet) dan
menunjukkan daun Voacanga foetida (Bl.) K.
inkubator CO2 5% serta APD (alat pelindung
Schum
diri).
n-heksana
(Susanty dkk.,
sebesar
2012a)
berpotensi
16,8213
sebagai
obat
kanker
leukemia.
gelas
ukur,
Bahan-bahan
beaker
yang
glass,
digunakan
spatel,
adalah
Senyawa Tb3 merupakan senyawa isolasi
senyawa Tb3, sel kanker paru A-549, metanol,
dari daun Voacanga foetida (Bl.) K. Schum fraksi
etanol, etil asetat, n-heksana, DMEM, NaHCO3,
butanol
penisilin-streptomisin,
juga
telah
dilakukan
pengujian
FBS
(Fetal
Bovine
antiproliferasi terhadap leukemia sel L1210 dan
Serum), tripsin-EDTA (0,2%), trypan blue,
diperoleh nilai IC50 sebesar 1,057 µg/mL, juga
akuades
terhadap leukemia sel K-562 dengan IC50
(dimetilsulfoksida), dan doksorubisin.
sebesar 0,537 µg/mL (Susanty et al., 2012b).
Prosedur Kerja
Menurut US NCI (United State National Cancer
Pengambilan Sampel
dan
akubides
steril,
DMSO
Institute) program skrining tanaman, ekstrak
Sampel yang digunakan dalam penelitian
tanaman umumnya dianggap memiliki efek
ini berupa Daun Voacanga foetida yang diambil
sitotoksik yang aktif jika nilai IC50 setelah
pada bulan Mei 2011, di daerah Lembah Anai,
inkubasi antara 48 sampai 72 jam adalah ≤ 20
Padang Panjang, Provinsi Sumatera Barat.
μg/mL, sementara itu ≤ 4 μg/mL untuk senyawa
Ekstraksi Sampel
murni (Lee & Houghton, 2005; Malek et al.,
a) Perajangan
2009).
Daun V. foetida yang telah diambil dicuci
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
dengan air mengalir kemudian dirajang.
menguji senyawa Tb3 dalam menghambat
Setelah dirajang daun dikeringanginkan dan
proliferasi sel kanker paru A-549 secara in vitro
ditimbang berat kering daun V. foetida.
dengan
metoda
perhitungan
langsung
b) Perendaman
menggunakan haemocytometer. Penelitian ini
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi
dilakukan untuk membandingkan potensi daya
atau
hambat proliferasi senyawa Tb3 terhadap
Sampel yang telah dirajang dimasukkan ke
perendaman
dengan
etanol
96%.
196
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
dalam
botol
yang
cm dari batas dilakukan pemisahan dengan
berkapasitas 2,5 L. Perendaman dilakukan
kromatografi kolom. Kolom diisi dengan silika
sebanyak 3 kali selama ± 5 hari dengan
gel 60. Pengisian kolom dilakukan dengan
sesekali diaduk. Hasil maserasi
membuat
disaring
bewarna
dengan
kapas
gelap
dan
kemudian filtratnya
dipindahkan ke dalam bejana tertutup. c) Pemekatan
bubur
silika
terlebih
dahulu,
kemudian bubur silika ini dimasukkan kedalam kolom kromatografi yang bagian dasarnya telah dilapisi kapas sebagai penyaring sampai bubur
Ekstrak yang diperoleh dikentalkan dengan
silika padat.
alat rotary evaporator sehingga diperoleh
Fraksi butanol yang akan dipisahkan dilakukan
ekstrak kental etanol V. foetida.
preadsorpsi dan dimasukkan dalam kolom.
Fraksinasi Sampel
Selanjutnya
Hasil ekstrak kental etanol yang diperoleh ditambahkan
aquadest
dilakukan
menggunakan metoda Step Gradient Polarity
dihomogenkan,
(SGP) dengan pelarut heksan dan etil dengan
selanjutnya difraksinasi dengan menggunakan
perbandingan meningkat. Hasil pengkoloman
corong pisah dengan pelarut n-butanol, sehingga
ditampung dalam vial yang telah diberi nomor,
diperoleh dua fraksi, yaitu fraksi n-butanol dan
kemudian dimonitor dengan KLT. Vial-vial
fraksi Air. Diambil fraksi air dan ditambah
dengan nilai Rf yang sama digabung dan
pelarut butanol, sehingga diperoleh fraksi air
dimonitor kembali dengan KLT hingga didapat
dan butanol. Fraksinasi dilakukan berulang-
satu noda pada plat KLT.
ulang sampai ekstrak terfraksinasi sempurna.
Pemurniaan Senyawa Hasil Isolasi
Hasil fraksi butanol diambil dan dipekatkan
Senyawa yang diperoleh melalui proses isolasi
dengan
terlebih dahulu dimurnikan, salah satunya
alat
rotary
dan
pengelusian
evaporator
sehingga
didapatkan fraksi butanol.
adalah dengan metoda rekristalisasi dan uji titik
Uji Kandungan Kimia
leleh.
Pemeriksaan kandungan kimia metabolit
Karakterisasi
Struktur
Senyawa
dengan
sekunder dilakukan terhadap fraksi butanol
Spektrofotometri UV dan IR
daun V. foetida yang meliputi pemeriksaan
Karakterisasi struktur senyawa yang diperoleh
alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, terpenoid
dilakukan
dan steroid.
spektrofotometri
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom
menggunakan
dengan UV
analisa dan
spektroskopi
IR. UV
secara Analisa dilakukan
Pemisahan komponen-komponen yang ada
dengan melarutkan sedikit senyawa Tb3 dalam
dalam fraksi butanol dilakukan dengan KLT dan
metanol kemudian diukur serapannya. Analisa
kromatografi
menggunakan
pemisahan
kolom. dengan
Sebelum kromatografi,
dilakukan
spektroskopi
IR
dilakukan
terlebih
dengan menggerus senyawa Tb3 dengan KBr,
dahulu ekstrak dianalisa pola pemisahannya
kemudian dikempa hingga terbentuk seperti
dengan KLT menggunakan fase gerak pelarut
sebuah pellet yang tipis lalu diukur serapannya.
organik dalam berbagai perbandingan. Fraksi
Pembuatan medium biakan sel (DMEM)
butanol diuji menggunakan kromatografi lapis
Pengerjaan dilakukan secara aseptis di
tipis dengan cara menotolkan larutan fraksi
dalam LAF-cabinet. Media DMEM (Dulbecco’s
butanol dengan bantuan pipa kapiler kira-kira 1
Modified Eagle Medium) dilarutkan dalam 50 mL 197
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
akuabidest steril dengan bantuan stirer sampai
µL, lalu dimasukan ke dalam multiwell plate
semua media terlarut. Selanjutnya ditambahkan
tissue’s culture
2,438 g NaHCO3 sambil terus diaduk dengan
akan ditambahkan dengan suspensi sel sampai
stirer. Volume media ditepatkan sampai 1000
batas volume 1000 μL (v/v 1%).
mL dan disterilkan dengan menggunakan filter
Pembiakan Sel Kanker
membran 0,22 μm. Media ini digunakan untuk
a)
pada sumuran yang nantinya
Satu tabung sel dari persediaan diambil
membuat larutan stok contoh maupun media
kemudian dicairkan pada suhu 37°C
pencuci
hingga
sedangkan
media
lengkap
untuk
medium sel mencair. Bagian luar
pertumbuhan kultur sel ditambahkan dengan
tabung dibersihkan dengan alkohol 70%
10% FBS (Fetal Bovine Serum), 100 IU/mL
untuk
antibiotika penisilin-streptomisin dan 0,01 %
kemudian isi tabung dipindahkan ke
anti jamur fungison.
dalam tabung sentrifus 15 mL secara
Pembuatan larutan trypan blue
aseptik
menghindari
di
dalam
kontaminasi
LAF-cabinet.
Pengerjaan dilakukan secara aseptis di
Ditambahkan media pencuci ke dalam
dalam LAF-cabinet. Serbuk trypan blue sebanyak
tabung untuk membilas sel yang masih
0,2 gram dilarutkan ke dalam 20 mL akuadest
tertinggal
steril sehingga diperoleh trypan blue dengan
ditepatkan sampai 10 mL. Suspensi sel
konsentrasi b/v 1%.
disentrifus dengan kecepatan 1000 rpm
Pembuatan larutan konsentrasi bertingkat
pada suhu 4oC selama 5-10 menit. Sel
senyawa Tb3
mengendap di bawah tabung. Supernatan
Pengerjaan
suspensi
sel
dibuang kemudian pada endapan sel
Senyawa Tb3 ditimbang 3,2 mg ditambah
ditambah media pencuci sampai 10 mL
pelarut
sehingga
dan ulangi sebanyak 3 kali sentrifus
diperoleh konsentrasi 640 µg/mL (sebagai
dengan kecepatan dan waktu yang sama.
larutan
Supernatan
induk).
sebanyak
secara
volume
aseptis.
DMSO
dilakukan
dan
5
Larutan
mL induk
dibuat
kembali
dibuang
dan
pengenceran 0,5; 1; 2; 4; dan 8 µg/mL.
endapan sel dilarutkan dalam 5 mL media
Pembuatan larutan konsentrasi bertingkat
lengkap dan dikocok dengan vortex
doksorubisin sebagai kontrol positif.
perlahan agar suspensi sel homogen.
Pengerjaan dilakukan secara aseptis di dalam
LAF-cabinet.
Sediaan
Suspensi sel kemudian diinkubasi pada
larutan
suhu 37°C dalam inkubator 5% CO2
doksorubisin ditimbang 2 mg ditambah pelarut DMSO sebanyak 1 mL sehingga diperoleh konsentrasi 2000 µg/mL
selama 48 jam. b)
Setelah masa inkubasi selesai maka
(sebagai larutan
keadaan dan pertumbuhan sel diperiksa
induk). Larutan induk diencerkan menjadi
di bawah mikroskop untuk melihat
konsentrasi 0,04; 0,08; 0,16; 0,32; dan 0,64
apakah
µg/mL.
mikroorganisme lain pada medium dan
Larutan DMSO (dimetilsulfoksida) sebagai
untuk menghitung jumlah sel hidup per
kontrol negatif
mL
terjadi
medium.
kontaminasi
Penghitungan
sel
Pengerjaan dilakukan secara aseptis di
menggunakan haemocytometer. Di bawah
dalam LAF-cabinet. DMSO dipipet sebanyak 10
mikroskop, sel hidup terlihat sebagai 198
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
c)
bulatan bening, inti sel di tengah bulatan.
yang ada dalam 25 kotak pada bagian tengah
Jumlah sel pada tahap ini berkisar antara
kamar hitung. Pada setiap ulangan dilakukan
10 sampai 50x104 sel/mL.
pembacaan sebanyak 3 kali. Sel hidup terlihat
Sebanyak 10 mL medium ditambahkan ke
sebagai bulatan bening dengan inti sel di tengah
dalam sel dalam botol inkubasi dan sel
bulatan, sedangkan sel mati terlihat sebagai
diinkubasi
bercak biru yang bentuknya tidak teratur.
kembali
selama
48
jam.
Setelah masa inkubasi kedua ini berakhir, sel
diperiksa
kembali
di
Jumlah sel hidup per mL, persen proliferasi
bawah
dan persen antiproliferasi dihitung dengan
mikroskop dan jumlah sel dihitung. Sel
rumus (Doyle & Griffith, 2000) yang telah
kemudian diencerkan dengan medium
dimodifikasi : Daya hambat dinyatakan dengan
sampai mencapai jumlah sel menjadi
nilai IC50, yaitu konsentrasi senyawa murni
2x105 sel/mL untuk uji aktivitas.
dalam µg/mL medium yang dapat menghambat perkembangbiakan sel sebanyak 50% setelah
Uji Daya Hambat Terhadap Pertumbuhan Sel
masa inkubasi 72 jam. Aktivitas senyawa murni
Kanker Paru A-549 secara In Vitro
dinyatakan sebagai sitotoksik aktif terhadap sel
Larutan senyawa Tb3 dalam DMSO yang
kanker dengan inkubasi 72 jam bila nilai IC 50 ≤ 4
akan diuji pada 6 seri konsentrasi yaitu 0 µg/mL
µg/mL (Lee & Houghton, 2005; Malek et al.,
(kontrol negatif); 0,5; 1; 2; 4 dan 8 µg/mL.
2009).
Pengerjaan seri kadar perlakuan dilakukan secara aseptis di dalam LAF-cabinet. Suspensi
Analisis Data
sel distribusikan ke dalam multiwell plate 24
Selanjutnya data persentase antiproliferasi
sumuran sampai mencapai batas volume 1 mL
diplotkan ke tabel probit untuk memperoleh
dalam setiap sumurannya. Perlakuan dilakukan
nilai probit. Kemudian dibuat kurva antara log
tiga kali pengulangan, selanjutnya suspensi sel
konsentrasi
yang telah diisi zat uji diinkubasi selama 72 jam
diperoleh persamaan regresi linier y = a+bx,
pada suhu 37°C dalam inkubator 5% CO2.
dengan memasukkan nilai y = 5 (probit dari
(x)
dan
probit
(y)
sehingga
Pada kultur dilakukan tripisinasi untuk
50%), maka diperoleh nilai x (log konsentrasi),
melepaskan sel yang menempel pada dasar
nilai IC50 dengan mengkonversikan nilai log
sumur. Medium penumbuh (DMEM) pada
konsentrasi ke bentuk anti log, IC50 yaitu
masing-masing sumur dibuang terlebih dahulu
konsentrasi zat uji yang dapat menghambat
kemudian ditambahkan 40 μL tripsin-EDTA 0,2
perkembangbiakan sel sebanyak 50% setelah
% dan diinkubasi selama 8 menit. Pada masing-
masa inkubasi 72 jam
masing sumur dimasukkan 960 μL medium
2008).
penumbuh
dan
dikocok
perlahan
(Katrin & Winarno,
dengan
mikropipet hingga homogen. Sebanyak 90 μL
HASIL DAN DISKUSI
kultur sel dan 10 μL biru tripan 1% dikocok
Dari hasil pemisahan fraksi butanol dengan
hingga homogen di dalam sumur microplate well
menggunakan kromatografi kolom diperoleh
96 sumuran, selanjutnya 10 μL campuran tadi,
fraksi-fraksi terpisah yang ditampung di vial
diteteskan pada celah haemocytometer Improved
yang dimonitor pada plat KLT. Pada vial 33-44
Neubauer untuk menghitung jumlah sel hidup
pada eluen heksan : etil asetat (8 : 2) yang 199
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
dimonitor pada plat KLT dengan sinar UV 254
128-1300C sehingga senyawa ini dianggap
nm didapatkan satu noda pada berbagai
murni karena telah menghasilkan satu noda
perbandingan eluen yaitu heksana : etil asetat
tunggal terhadap berbagai sistem eluen dan
(7:3) Rf = 0,25; heksana : etil asetat (6:4) Rf =
range pelelehan ≤ 2. Hasil uji KLT dari senyawa
0,5; heksana : etil asetat (5:5) Rf =0,62 serta etil
Tb3.
asetat 100% Rf = 0,67. Kemudian dilakukan
Hasil pengukuran spektrum UV senyawa Tb3
rekristalisasi sehingga didapat senyawa Tb3
menunjukkan panjang gelombang berturut-
berbentuk
turut pada 271,40 nm (0,491); 281,80 nm
kristal
jarum
berwarna
putih
kekuningan seberat 301 mg.
(0,522) dan 293,40 (0,316). Didapat λ maks
Senyawa Tb3 yang diperoleh dilakukan uji titik leleh dengan menggunakan alat Fisher John.
senyawa Tb3 yaitu 281,80 nm (Tabel 1) Hasil
Spektrofotometri
UV:
Senyawa tersebut meleleh pada temperatur
Gambar 1. Hasil Spektrofotometri UV Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Spektrofotometri UV Senyawa Tb3
Hasil
Panjang gelombang (nm)
Absorban
271,40
0,491
281,80
0,522
293,40
0,316 IR
muncul pada 2868.15 cm-1 (regang gugus CH
KBr
alifatis), sedangkan pada bilangan gelombang
memperlihatkan serapan maksimum terdapat
1600,92 cm-1 (regang gugus C=O) . Bilangan
didaerah 3419,79 cm-1 (regang OH), untuk pita
gelombang 1375,25 cm-1 adanya =CH (gugus
yang muncul pada 3024,38 cm-1 menunjukkan
alkena) sedangkan regang C-O terlihat pada
adanya =CH (gugus alkena). Untuk pita yang
bilangan gelombang 1058.92 cm-1(Tabel 2).
senyawa
Pengukuran
Tb3
spektrum
menggunakan
200
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
40
%T
2077.33
2314.58
35
30
2603.90
25
4000 temulawak
3500
3000
2000
501.49 457.13
1375.25
1460.11 2500
617.22 599.86
960.55
1058.92
0
2868.15
2956.87
3321.42
3419.79
5
833.25
1311.59
10
734.88
1600.92
3024.38
15
2652.12
2725.42
20
1500
1000
500 1/cm
Gambar 2. Hasil Spektrofotometri IR Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Spektrofotometri Inframerah Senyawa Tb3 Bilangan gelombang (cm-1)
Keterangan
3419,79
regang OH
3024,38
=CH (gugus alkena)
2868,15
regang gugus CH alifatis
1600,92
regang gugus C=O
1375,25
=CH (gugus alkena )
1058,92
Regang C-O
Salah satu obat antikanker yang banyak terdapat
di
adalah
berbagai
fungsi
seluler
dan
doksorubisin.
berinteraksi dengan DNA topoisomerase II
kemoterapi
membentuk kompleks pemotongan DNA. Dalam
golongan antrasiklin yang memiliki aktivitas
penelitian ini, doksorubisin berfungsi sebagai
antikanker spektrum luas dan telah lama
standard
digunakan pada berbagai jenis kanker. Selain
mempelajari dan menganalisis produk atau
sensitif terhadap sel kanker paru, doksorubisin
kandidat antikanker yang sedang diuji. Standard
juga sensitif dan poten terhadap kanker lain
agent yaitu dasar pengujian dan standarisasi
seperti kanker serviks. Senyawa ini mempunyai
produk, penilaian kemampuan produk dan
aktivitas antikanker dan spesifik untuk fase S
pengembangan
dalam siklus sel. Mekanisme aksi doksorubisin
kontrol produk (Teicher and Andrews, 2004).
Doksorubisin
pasaran
mengubah
merupakan
agen
agent
yang
untuk
bertujuan
memonitor
untuk
kualitas
kemungkinan melibatkan ikatan dengan DNA
Menurut US NCI (United State National
melalui interkalasi di antara pasangan basa
Cancer Institute) program skrining tanaman,
serta menghambat sintesis DNA dan RNA
senyawa murni umumnya dianggap memiliki
melalui pengacauan template. Kemungkinan
efek sitotoksik yang aktif jika nilai IC50 setelah
mekanisme yang lain adalah dengan melibatkan
inkubasi antara 48 sampai 72 jam adalah 4
ikatan dengan lipid membran sel yang akan 201
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
μg/mL atau kurang (Lee & Houghton, 2005;
pada metafase. Zat aktif yang terdapat pada
Malek et al., 2009).
tanaman obat tersebut akan terikat pada protein
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa sel
mikrotubular, tepatnya tubulin pada GTP, dan
yang diberi senyawa Tb3 daun Voacanga foetida
akan menghambat kemampuan tubulin untuk
(Bl.) K. Schum setelah diinkubasi selama 72 jam
berpolimerisasi
dapat
pada
sehingga menghambat pemisahan kromosom
konsentrasi 0,5; 1; 2; 4; dan 8 μg/mL. Secara
dan proliferasi sel (Harvey and Champe, 2001).
umum efek sitotoksik menunjukkan adanya
Efek sitotoksik senyawa Tb3 daun Voacanga
fenomena concentration dependent response,
foetida (Bl.) K. Schum terhadap sel kanker paru
yaitu efek sitotoksik meningkat seiring dengan
A-549 diduga dapat melalui jalur siklus sel
meningkatnya konsentrasi senyawa Tb3 yang
maupun apoptosis.
menghambat
proliferasi
sel
membentuk
mikrotubulus
diberikan. Semakin tinggi konsentrasi yang
Persentase antiproliferasi pada kelompok
digunakan, semakin kecil jumlah sel yang hidup
kontrol negatif (DMSO) sebesar 0%, sedangkan
dan aktifitas penghambatannya (persentase
pada kelompok yang diberikan senyawa Tb3
kematian)
persentase
pada konsentrasi 0,5; 1; 2; 4 dan 8 μg/mL
kematian sel setelah dihitung dengan statistik
berturut-turut adalah 20,7; 34,5; 50,0; 60,3 dan
regresi linier, pada konsentrasi 2,3632 μg/mL
70,7%. Hasil ini menunjukkan bahwa senyawa
senyawa Tb3 daun Voacanga foetida (Bl.) K.
Tb3 memiliki peningkatan persentase daya
Schum dapat menghambat 50% proliferasi sel
hambat pertumbuhan terhadap sel kanker paru
(IC50)
A-549.
makin
A-549,
tinggi.
dan
Data
doksorubisin
dapat
menghambat 50% proliferasi sel (IC50) A-549 pada konsentrasi 0,1548 μg/mL. Dalam
penelitian
Voacanga foetida (Bl.) K. Schum terhadap sel yang
kanker paru A-549 dengan inkubasi 72 jam
aktivitas
metode perhitungan langsung haemocytometer
antiproliferasi ini adalah golongan senyawa
memiliki nilai IC50 sebesar 2,3632 μg/mL yang
steroid. Senyawa steroid terdapat pada hewan,
menunjukkan bahwa senyawa Tb3 memiliki
tanaman tingkat tinggi bahkan terdapat pula
efek sitotoksik aktif terhadap sel A-549.
bertanggung
ini,
Aktivitas antiproliferasi senyawa Tb3 daun
jawab
senyawa
terhadap
pada beberapa tanaman tingkat rendah seperti jamur
(fungi),
steroid
untuk
kontrol positif doksorubisin pada konsentrasi
meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan
0,04; 0,08; 0,16; 0,32 dan 0,64 μg/mL berturut-
serta
pucuk
turut adalah 34,5; 44,8; 51,7; 56,9 dan 63,8 % ,
tumbuhan. Steroid banyak terdapat di alam
dibandingkan Nilai IC50 doksorubisin terhadap
tetapi
sel A-549 adalah 0,1548 μg/mL.
merangsang dalam
antara
lain
Persentase antiproliferasi pada kelompok
pertumbuhan
jumlah
yang
terbatas
dan
mempunyai aktivitas biologis. Beberapa turunan steroid yang penting ialah steroid alkohol atau sterol (Manitto, 1981). Zat
antikanker
KESIMPULAN Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
yang
dihasilkan
dari
senyawa Tb3 daun Voacanga foetida (Bl.) K.
tanaman, mempunyai mekanisme kerja yang
Schum terhadap sel kanker paru A-549 dengan
hampir sama dengan obat antikanker golongan
inkubasi selama 72 jam dapat menghambat
antimikotika yang menghambat proses mitosis
proliferasi sel pada konsentrasi 0,5; 1; 2; 4; dan 202
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
8 μg/mL dengan persen daya hambat masing-
sebesar 2,3632 μg/mL dan memliki daya
masing 20,7; 34,5; 50,0; 60,4; dan 70,7%. Secara
sitotoksik aktif terhadap sel kanker paru A-549.
umum efek sitotoksik menunjukkan adanya fenomena concentration dependent response,
UCAPAN TERIMA KASIH
yaitu efek sitotoksik meningkat seiring dengan
Terima kasih kepada Dirjen Dikti atas
meningkatnya konsentrasi senyawa Tb3 yang
Hibah Bersaing selama tiga tahun berturut-turut
diberikan. Analisis data di atas menunjukkan
dari tahun 2012 hingga tahun 2014.
bahwa senyawa Tb3 fraksi butanol daun Voacanga foetida (Bl.) K. Schum memiliki IC50 DAFTAR PUSTAKA Anonim,
2013, Cancer, World Health Organisation (WHO), http://www.who.int/mediacentre/facts heets/fs297/en/, diakses pada tanggal 25 Juli 2013 Boyle P., dan Ferlay J., 2005, Cancer Incidence and Mortality in Europe 2004, Annals of Oncology, 16: 481 – 488. Doyle A., dan Griffith, B.J.S., 2000, Cell and Tissue Culture for Medical Research, John Willey and Sons, Ltd., New York. p. 12– 6, 48–9, 409. Fernando A., Susanty A., dan Hastuti I.A., 2011, In Vitro Anticancer Test from Methanol Extract Tampa Badak (Voacanga foetida (Bl.) K. Schum) Leafs Concerning L1210 Leukemia Cells, International Seminar Natural Product for Cancer Chomoprevention, Purwokerto. Harvey A.R., and Champe C.P., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar. Ed. IV. Widya Medika, Jakarta. hal. 94–5, 398– 9. Katrin E., dan Winarno H., 2008, Aktivitas Sitotoksik Fraksi-fraksi Etil Asetat Kulit Batang Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl] Terhadap Sel Kanker Manusia dan Uji Aktivitas Sitotoksik Terhadap Sel Leukemia L1210, J. Traditional Medicines, vol.13 no.45. Hal 120-127. Lee C.C., dan Houghton, P., 2005, Cytotoxicity of Plants from Malaysia and Thailand used Traditionally to Treat Cancer, J. Ethnopharmacol; 100, 237-243. Levenson, Anait S., dan Jordan V.C., 1997, MCF-7: The First Hormone-Responsive Breast Cancer Cell Line, Cancer Research, 57, 3071-3078. Malek S.N.A., Sim K.S., Norhanom A.W., and Yaacob H., 2009, Cytotoxic Components of Pereskia bleo (Kunth) DC. (Cactaceae) Leaves. Articel Molecules Vol. 14.
Institute of Biological Sciences, Faculty of Science, University of Malaya, Kuala Lumpur. Susanty A., Dachriyanus dan Mukhtar H., 2010a, Daya Antikanker Ekstrak Etanol Daun Tampa Badak (Voacanga foetida (Bl.) K. Schum). Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang Ilmu MIPA, Riau. Susanty A., Emrizal dan Sari R.K., 2012a, Uji Antikanker Senyawa Tb3 Fraksi Heksan dari Daun Tampa Badak (Voacanga foetida (Bl.) K. Schum) terhadap Sel Leukemia L1210. Jurnal Ilmiah IlmuIlmu Kefarmasian Farmasains. Vol. 1 No. 6 : ISSN 2086-6968. Susanty A., Emrizal, Mora E., Hasti S., Misya K., Dewi C.K., dan Sofia S.E., 2012b, Antiproliferation and Antileukemia from Compound Tb3 of Tampa Badak (Voacanga foetida (Bl.) K. Schum), The 24th Federation of Asian Pharmaceutical Association (FAPA) Congress, Bali. Susanty A., Fernando A., dan Suharpa, 2012c, Uji Teratogenik Ekstrak Etanol Daun Tampak Badak (Voacanga foetida (Bl.) K. Schum) pada Mencit Putih (Mus musculus L) Betina, Jurnal Artocarpus Media Pharmaceutica Indonesia Vol. 9 No. 2 : ISSN 1411-8734. Susanty A., Fernando A., Emrizal, Mora E., dan Mukrianur, 2011, In Vitro Anticancer Activity Test from Isolation Compound of Tampa Badak (Voacanga foetida (Bl.) K. Schum) Leafs Concerning L1210 Leukemia Cells, International Seminar, Natural Product for Cancer Chomoprevention, Purwokerto. Susanty A., Nurmeilis, Sari N.P., dan Sari M.D., 2010b, Potensi Daun Tampa Badak (Voacanga foetida (Bl.) K. Schum) sebagai Obat Leukemia, Kongres Ilmiah XVII dan Rapat Kerja Nasional, Makasar.
203
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Susanty A., Sandi N.H., dan Sista W., 2013 a, Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Tampak Badak (Voacanga foetida (Bl.) K. Schum) terhadap Klirens Kreatin Mencit Putih (Mus musculus L) Jantan, Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia Vol. 1 No. 2 : ISSN 2302-187X. Susanty A., Susanti E., dan Ratnasari Y., 2013b, Efek Antipiretik Ekstrak Daun Tumbuhan Tampak Badak (Voacanga foetida (Bl.) K. Schum) terhadap Tikus
Putih (Rattus norvegicus) Jantan, Jurnal Farmasi dan Kesehatan Scientia Vol. 3 No. 1 : ISSN 2087-5045. Teicher B.A., dan Andrews P.A., 2004, Anticancer Drug Development Guide: Preclinical Screening, Clinical Trials, and Approval Second Edition, Humana Press, Totowa. Tjindarbumi, D., dan Mangunkusumo, R., 2001, Cancer in Indonesia, Present and Future, Jpn., J. Clin., Oncol,32: (Supplement 1) S17–S21
204