PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARTOKOH DALAM FILM MARMUT MERAH JAMBU KARYA RADITYA DIKA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Adven Desi Niatri 121224003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
IMPLIKATUR PERCAKAPAN ANTARTOKOH DALAM FILM MARMUT MERAH JAMBU KARYA RADITYA DIKA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Adven Desi Niatri 121224003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO “Ketika kamu nyaris menyerah atas segala usaha dan perjuangan yang sudah kamu lakukan, pertimbangkan bagaimana usaha dan perjuangan orang tuamu untuk mengantarkanmu sampai di posisi saat ini. Kamu belum apa-apa dibandingkan mereka, lagipula Tuhan tidak pernah mati rasa sehingga mengabaikan setiap usaha umat-Nya” (Adven Desi Niatri)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan bagi: 1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai, memberi kekuatan, perlindungan, dan segala sesuatu yang penulis butuhkan dalam kondisi apapun. 2. Kedua orang tua tersayang, Bapak Antonius Untung dan Ibu Yuliana Sutiem yang selalu memberi dukungan, kasih sayang, semangat, doa, dan perhatian dalam berbagai bentuk. Orang tua yang telah susah payah bertani untuk membiayai kuliah dan biaya hidup saya. 3. Kedua kakak saya, Daniel Eko M. dan Eni Dwi Susanti yang mengajarkan saya kedewasaan. 4. Adik keponakan saya Bima Erlangga Pratama dan Rafael Elko Seraf yang memotivasi saya untuk selalu semangat kuliah agar dapat membiayai sekolah mereka di masa mendatang.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Niatri, Adven Desi. 2016. Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan menjawab dua persoalan, yaitu 1) Jenis-jenis implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika? dan 2) Fungsi implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika?. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Jenis penelitian yang peneliti saat ini lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan peneliti dengan teknik simak dan catat. Peneliti menggunakan teori implikatur sebagai acuan utama melakukan analisis penelitian. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti adalah pertama, peneliti menemukan tiga jenis implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Implikatur percakapan tersebut, yaitu implikatur percakapan khusus (IPK), implikatur percakapan umum (IPU), dan implikatur percakapan berskala (IPB). Ketiga jenis implikatur percakapan tersebut masing-masing dibagi menjadi beberapa jenis sesuai ciri penanda dan wujud percakapannya. Kedua, fungsi implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika secara umum adalah menunjukkan realita kehidupan remaja (SMA) kepada penonton. Fungsi implikatur percakapan secara lebih spesifik, yaitu pertama membangun pencitraan setiap tokoh (pemeran) dan menciptakan kelucuan sebagai pendukung adegan. Kedua, penyalur pesan dari penulis sekaligus sutradara Raditya Dika kepada penonton berupa nasihat-nasihat dan peringatan baik terkait kehidupan sehari-hari (khususnya remaja). Ketiga, implikatur percakapan berfungsi memperhalus tuturan untuk menarik simpati dan/atau meredam amarah mitra tutur.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT Niatri, Adven Desi. 2016. Implicature of Conversation Interfigure in Raditya Dika’s Marmut Merah Jambu Movie. Yogyakarta: PBSI. JPBS. FKIP, Sanata Dharma. The research has purpose to answer two questions, they are 1) What are the types of implicature of conversation interfigure in Raditya Dika’s Marmut Merah Jambu movie? 2) What are the functions of implicature of conversation interfigure in Raditya Dika’s Marmut Merah Jambu movie? The data of the research was taken from conversation interfigure in Raditya Dika’s Marmut Merah Jambu. The types of the research was description-qualitative research since the data were collected by using note and listen technique. The researcher used implicature theory as the main reference to analyze the research. The results of the research conducted by the researcher are: First, the researcher found three types of implicature of conversation interfigure Raditya Dika’s Marmut Merah Jambu movie. They are specific implicature of conversation, general implicature of conversation, and scaled implicature of conversation. Each of these types was divided into several types based on the meaning of the utterances and specific characteristic of the implicature of conversation. The third kind of implicature conversation are each divided into several types according markers caracteristic and shape the conversation. Second, generally the function found in implicature of conversation interfigure in Raditya Dika’s Marmut Merah Jambu movie shows the real life occured adolescents in senior high school (SMA). Specifically, the function found in conversation of implicature: First, the implicature of conversation created characters image (actor) and humor to support the scene. Second, the implicature of conversation used to convey the messages which are advice and appeal for the daily life, in particular the adolescents’ life. The third function of conversational implicature refine the spceech to draw sympathy and/or quell anger hearer.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan untuk Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi saya yang berjudul Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika. Skripsi ini saya ajukan kepada Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Sebagai tulisan ilmiah, penulis tidak dapat menyusun dan menyelesaikan tulisan ini tanpa bantuan dari banyak pihak. Maka penulis sangat mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Prodi PBSI yang membantu kelancaran penyelesaian skripsi saya. 3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang membantu dan mengarahkan saya dalam menyusun dan menyelesaikan karya ilmiah/skripsi saya ini. 4. Dr. Y. Karmin, M.Pd. yang berperan sebagai penyidik yang mengevaluasi serta melakukan pengecekan terhadap kredibilitas kajian objek dalam skripsi saya. 5. Robertus Marsidiq selaku staf sekretariat Program Studi PBSI yang turut membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi saya. 6. Kedua orang tua tersayang, Bapak Antonius Untung dan Ibu Yuliana Sutiem yang selalu memberi saya dukungan, kasih sayang, semangat, doa, dan perhatian dalam berbagai bentuk. Orang tua yang telah susah payah bertani untuk membiayai kuliah dan biaya hidup saya. 7. Kedua kakak saya, Daniel Eko M. dan Eni Dwi Susanti yang mengajarkan saya kedewasaan. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii MOTO ............................................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................... vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTRACT .................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6 E. Batasan Istilah ...................................................................................... 7 F. Sistematika Penyajian .......................................................................... 8 BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 10 A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ..................................................... 10 B. Kajian Teori ......................................................................................... 12 1. Pragmatik ....................................................................................... 12 2. Implikatur....................................................................................... 14 3. Fungsi Implikatur ........................................................................... 24 4. Konteks ......................................................................................... 26 5. Film ................................................................................................ 29 6. Tokoh ............................................................................................. 30 xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 32 A. Jenis Penelitian .................................................................................... 32 B. Sumber Data dan Penelitian ................................................................. 33 C. Teknik Pengumpulan Data................................................................... 33 D. Instrumen Penelitian ............................................................................ 34 E. Teknik Analisis Data ........................................................................... 34 F. Triangulasi............................................................................................ 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 36 A. Sinopsis Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika ................ 36 B. Deskripsi Data ..................................................................................... 40 C. Hasil Analisis Data .............................................................................. 40 1. Jenis-jenis Implikatur Percakapan ................................................. 41 1.1 Implikatur Percakapan Khusus (IPK) ..................................... 41 1.2 Implikatur Percakapan Umum (IPU) ...................................... 58 1.3 Implikatur Percakapan Berskala (IPB) .................................... 71 2. Fungsi Implikatur Percakapan ....................................................... 78 2.1 Fungsi Implikatur Percakapan Khusus (IPK) ......................... 79 2.2 Fungsi Implikatur Percakapan Umum (IPU) .......................... 87 2.3 Fungsi Implikatur Percakapan Berskala (IPB) ........................ 92 D. Pembahasan ......................................................................................... 95 1. Jenis-jenis Implikatur Percakapan.................................................. 95 2. Fungsi Implikatur Percakapan ....................................................... 103 BAB V PENUTUP ......................................................................................... 106 A. Kesimpulan ......................................................................................... 106 B. Saran .................................................................................................... 107 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 109
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN ................................................................................................... 111 A. Tabel Analisis Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika .................... 112 B. Tabel Jenis Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika .................... 128 C. Tabel Transkip Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika .................... 137 BIODATA PENULIS .................................................................................... 165
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu membutuhkan manusia lainnya untuk saling bertahan hidup. Terjalin hubungan simbiosis mutualisme antarmanusia, artinya hubungan tersebut saling menguntungkan satu sama lain. Salah satu hubungan antarmanusia yang paling nyata dan tidak dapat dipungkiri keberadaanya adalah hubungan sosial. Hubungan sosial yang terjalin antarmanusia ditandai dalam bentuk interaksi satu sama lain. Interaksi antarmanusia dapat terjalin dengan baik karena adanya komunikasi yang saling dimengerti antara mereka. Salah satu alat yang digunakan dalam berkomunkasi adalah bahasa. Menurut Chaer (2011 : 1) bahasa sebagai suatu sistem berupa lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mendefinisikan diri. Oleh karena itu, bahasa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Pergantian zaman tidak pula mengubah fungsi bahasa sebagai alat komunikasi antara manusia dengan manusia lainnya. Mengingat
pentingnya
bahasa
sebagai
alat
komunikasi,
maka
pembelajaran yang berkaitan dengan bahasa tidak pernah mencapai titik akhir. Bahasa sendiri dapat dipelajari dengan berbagai hal dan cara. Salah satu
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa untuk berkomunikasi adalah pragmatik (Nadar, 2009: 2). Pragmatik termasuk ke dalam cabang ilmu linguistik yang masih baru. Kendati demikian, banyak hal-hal menarik berhubungan dengan bahasa yang dapat dipelajari melalui kajian pragmatik ini. Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi dapat dipelajari secara formal maupun informal. Secara formal penggunaan bahasa dapat dipelajari melalui dunia pendidikan. Secara informal salah satu cara yang dapat digunakan untuk mempelajari penggunaan bahasa adalah dengan memanfaatkan media audio visual. Melalui media audio visual penggunaan bahasa secara verbal maupun non verbal dapat dilihat secara langsung. Film termasuk salah satu media audio visual yang dapat digunakan untuk pembelajaran penggunaan bahasa. Film adalah lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Gambar hidup tersebut merupakan salah satu bentuk hiburan yang di dalamnya menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Terdapat ragam tuturan langsung maupun tidak langsung dari para tokohnya. Tuturan tersebut disajikan dalam suatu adegan yang disertai gerakan-gerakan setiap lakonnya. Penggunaan film sebagai salah satu media audio-visual yang dianggap tepat untuk pembelajaran penggunaan bahasa didasari beberapa fakta. Fakta bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung lebih mudah meniru dan terpengaruh akan hal yang dapat terdengar dan terlihat (audio visual). Fakta lain menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
tanyangan film dapat menyumbangkan/menciptakan “bahasa baru”. Bahasabahasa baru ini kemudian ditiru dan diteruskan antarmanusia sebagai bentuk tuturan dalam berkomunikasi. Namun, bahasa baru tersebut kebanyakan tidak sesuai dengan aturan kebahasaan yang benar. Misalkan penggunaan kata “alay, kepo, dan kamseupai” yang maknanya tidak terdapat dalam KBBI. Penggunaan kata-kata tersebut sudah lazim digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam komunikasi acap kali menganggap kata “alay” mengandung makna melebih-lebihkan atau berlebihan, kepo mengandung makna terlalu ingin tahu sedangkan kamseupai mengandung makna umpatan terhadap orang yang dianggap kampungan. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa film sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang. Bahkan, bahasa merupakan cermin kepribadian bangsa. Artinya, melalui bahasa (yang digunakan) seseorang atau suatu bangsa dapat diketahui kepribadiannya. Kita akan sulit mengukur apakah sesorang memiliki kepribadian baik atau buruk jika mereka tidak mengungkapkan pikiran atau bahasanya melalui tindak bahasa (baik verbal maupun nonverbal) (Pranowo, 2009: 3). Hal tersebut menjadi salah satu pemicu ketertarikan
peneliti
untuk
menjadikan
film
sebagai
objek
penelitiannya. Suatu film disajikan oleh seorang sutradara tentu di dalamnya terkandung sebuah pesan. Pesan tersebut tidak lantas ditunjukan secara gamblang kepada penonton, melainkan disajikan dalam bentuk makna tersirat melalui setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
percakapan antartokoh di dalamnya. Makna tersirat tersebut bertujuan memberikan pesan-pesan positif atau amanat yang baik bagi setiap penontonnya. Faktanya, tidak semua orang dapat menangkap makna-makna tersirat yang dimaksudkan oleh orang lain. Demikian halnya di dalam berkomunikasi, terdapat makna-makna tersirat berupa ujaran yang tidak sesuai dengan makna kata yang diucapkan si penutur kepada mitra tutur. Hal inilah yang
terkadang
menimbulkan
kesalahpahaman
dalam
berkomunikasi
antarmanusia. Apa yang dimaksudkan si penutur berbeda dengan apa yang ditangkap oleh mitra tuturnya. Bentuk percakapan antartokoh yang mengandung makna tersirat berarti makna percakapan itu berada di luar struktur bahasanya. Pada kondisi seperti itulah peran ilmu pragmatik yaitu implikatur percakapan dipakai untuk membuka makna tersirat. Grice melalui Nababan (1987: 28) menegaskan bahwa konsep implikatur dipakai untuk menerangkan perbedaan yang sering terdapat antara “apa yang diucapkan” dengan “apa yang diimplikasi”. Selain itu, pendapat lain datang dari Levinson (Nadar, 2009: 61) yang menyebut implikatur sebagai salah satu gagasan atau pemikiran terpenting dalam pragmatik (one of the single most important ideas in pragmatics). Berdasarkan pemamaparan tersebut, tidak salah jika analisis implikatur dapat digunakan untuk mengetahui makna-makna tersirat yang terkandung dalam suatu film. Peneliti memutuskan memilih film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika sebagai objek penelitiannya. Film ini merupakan salah satu film dengan genre komedi yang dirasa ringan untuk ditonton khalayak pada umumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
Film ini menyajikan kisah berdasarkan realitas sosial yang sering dialami anak muda. Kendati demikian, film ini tidak menyajikan ekspose seksual seperti kebanyakan film anak muda saat ini. Terdapat percakapan-percakapan antartokohnya
yang
mengandung
makna
tersirat
sehingga
mampu
mengundang gelak tawa penontonya. Penonton dapat terhibur dan tertawa bukan karena adegan fulgar atau adanya ekspose seksual melainkan sungguh karena penggunaan bahasa dalam percakapan antartokohnya. Selain itu, Film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika diperankan sendiri oleh Raditya Dika (sebagai pemeran utama) yang sekaligus merupakan sutradara dan penulis naskah film ini. Hal ini tentu menambah kematangan penyampaian maksud/makna tersirat yang hendak disampaikan Raditya Dika kepada penonton melalui filmnya. Oleh karena itu, peneliti menjadikan film ini sebagai objek penelitiannya dengan menggunakan kajian pragmatik khususnya terkait implikatur percakapan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, rumusan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Jenis-jenis implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika? 2. Fungsi implikatur percakapan apa saja yang terdapat pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan jenis-jenis implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. 2. Mendeskripsikan fungsi implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika.
D. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai analisis implikatur (makna tersirat) pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat, antara lain: 1. Menambah koleksi penelitian yang berkaitan dengan kajian pragmatik, khususnya tentang implikatur percakapan antartokoh dalam suatu film. 2. Memberikan sumbangan pengetahuan mengenai pragmatik dan implikatur melalui teori-teori yang digunakan. 3. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang jenis implikatur percakapan dan fungsinya. 4. Menjadi referensi dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya agar hasil penelitiannya lebih sempurna dan berkembang. 5. Menambah wawasan pembaca untuk lebih mudah menangkap makna atau pesan tersirat yang hendak disampaikan dalam suatu film.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
E. Batasan Istilah 1. Pragmatik Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu (Nadar, 2009: 2). 2. Implikatur Implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan. Menurut Mey (dalam Nadar, 2009: 60) implikatur “implicature” berasal dari kata kerja to imply sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari bahasa Latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk mengerti apa yang dilipat atau yang disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara membukanya. Dalam rangka memahami apa yang dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan interpretasi pada tuturan-tuturannya. 3. Fungsi Implikatur Implikatur memberikan penjelasan eksplisit tentang cara bagaimana dapat mengimplikasikan lebih banyak dari apa yang dituturkan “provides some explicit account of how it is possible to mean more than what is actually said” (Nadar, 2009: 61). 4. Konteks Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (dalam Nadar, 2009: 3-4) sebagai the surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the communication process to interact, and that make the linguistic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
expressions of the their interaction intelligible (“situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”). 5. Film Film adalah lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Film merupakan gambar hidup yang sering juga disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk popular dari hiburan, dan juga bisnis. Film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata (Danesi, 2010: 134). 6. Tokoh Tokoh adalah pelaku dalam cerita (Nurgiyanto, 2005: 165).
F. Sistematika Penyajian Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bagian utama, yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Landasan Teori, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Pembahasan, dan Bab V Penutup. Bab I Pendahuluan Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II Landasan Teori Landasan teori terdiri dari penelitian-penelitia yang relevan dan kajian teori. Bab ini akan memuat teori-teori yang digunakan dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
Bab III Metodologi Penelitian Metodologi penelitian terdiri dari jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulkan data, teknik analisis data dan triangulasi. Bab IV Pembahasan Pembahasan berisi hasil penelitian yang dibahas dengan analisis. Bab V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan diperoleh dari hasil pembahasan terhadap analisis data. Kesimpulan inilah yang akan menjadi hasil penelitian ini, sedangkan saran diperlukan untuk para peneliti lain yang ingin meneliti dengan topik yang masih erat kaitannya dengan implikatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan Peneliti menemukan tiga penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang dilakukan saat ini. Pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Mikael Jati Kurniawan (2013) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul Implikatur Dalam Iklan Operator Selular Berbahasa Indonesia Pada Media Televisi. Kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Maria Evi Marianti (2015) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul Implikatur Percakapan Orang Tua Dengan Anak Pada Peristiwa Makan Malam Bersama Dalam Keluarga Pendidik Di Yogyakarta. Ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Hery Susanto Andreas (2010) dari Universitas Sanata Dharma dengan judul Implikatur Percakapan Antartokoh Dalam Novel Projo & Brojo Karya Arswendo Atmowiloto. Penelitian pertama yang dilakukan oleh Mikael Jati Kurniawan (2013) termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilakukan dengan mengumpulkan data yang dihasilkan dari penyimakan pada media televisi. Hasil dari penelitian tersebut adalah 1) terdapat tiga jenis implikatur yang terdapat dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala; 2) fungsi implikatur percakapan yang terdapat
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11
dalam iklan operator selular berbahasa Indonesia pada media televisi adalah untuk mengajak dan menyuruh para pemirsa televisi supaya membeli dan mengkonsumsi produk operator selular. Fungsi implikatur dalam penelitian ini terdapat pada bentuk kalimat yang memiliki nilai deklaratif, nilai interogatif, dan nilai imperatif. Penelitian kedua yang dilakukan oleh Maria Evi Marianti (2015) merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini diperoleh dari dialog percakapan antara orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta. Hasil penelitian yang diperoleh, yaitu 1) terdapat tiga jenis implikatur dalam percakapan antara orang tua kepada anak pada peristiwa makan malam bersama dalam keluarga pendidik di Yogyakarta, yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala; 2) fungsi implikatur yang diperoleh yaitu representatif, misalnya pemberian pernyataan, saran, pelaporan, pengeluhan, dan sebagainya; direktif, misalnya menyuruh, meminta, menasihati; dan ekspresif, misalnya meminta maaf, berterima kasih, member ucapan selamat, memuji, dan mengkritik. Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Hery Susanto Andreas (2010) merupakan penelitian kepustakaan dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca-catat. Hasil penelitian yang diperoleh, yaitu 1) ditemukan tiga jenis implikatur percakapan yaitu implikatur percakapan umum, implikatur percakapan khusus, dan implikatur percakapan berskala, ketiganya mengandung nilai komunikatif deklaratif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
interogatif, dan imperatif; 2) fungsi implikatur yang terdapat dalam novel Projo & Brojo secara umum untuk menghaluskan proposisi sebagai penyampai pesan tak langsung dari pengarang kepada pembaca melalui dialog antartokoh. Selain itu, fungsi implikatur juga sebagai pembangun cerita. Ketiga penelitian di atas termasuk ke dalam ranah pragmatik, yakni implikatur. Sudut pandang implikatur yang digunakan dalam penelitianpenelitian tersebut beraneka ragam. Terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang. Persamaan terletak pada penggunaan pendekatan pragmatik khususnya teori implikatur dalam mengkaji objek penelitian. Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang diteliti. Peneliti mengambil fokus penelitian pada implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika yang belum pernah diteliti sebelumnya.
B. Kajian Teori 1. Pragmatik Ilmu bahasa pragmatik sebagai salah satu cabang linguistik, sesungguhnya baru mulai mencuat dan kemudian berkembang hingga benar-benar menjadi berkumandang dalam percaturan linguistik Amerika Serikat sejak tahun 1970’an. Pada tahun 1970’an, para linguistik yang bercorak pemikiran transformasi-generatif seperti misalnya Ross dan Lakoff, menyatakan bahwa kajian ikhwal sintaksis sama sekali tidak dapat dipisahkan dari konteks situasi pertuturannya. Penelanjangan atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
pemisahan terhadap konteks situasi pertuturan di dalam proses analisis sintaksis khususnya, dan di dalam keseluruhan korpus linguistik pada umumnya, tidak akan mampu membuahkan hasil yang betul-betul baik dan berkualifikasi signifikan sebagai hasil temuan riset linguistik. Maka sejak saat itu, lahirlah sosok baru di dalam linguistik yang kemudian disebut dengan ilmu bahasa pragmatik (pragmatics), khususnya untuk linguistik yang berkembang di belahan bumi Amerika Tengah (Rahardi, 2003: 3-5). Verhaar (dalam Rahardi, 2003: 9-10) mengatakan bahwa pragmatik sebagai cabang dari linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dengan sang mitra tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa. David R. dan Dowty (dalam Rahardi, 2003: 13), secara sangat singkat menjelaskan bahwa sesungguhnya ilmu bahasa pragmatik adalah telaah terhadap pertuturan langsung maupun tidak langsung, presuposisi, implikatur, entailment, dan percakapan atau kegiatan konversasional antara penutur dan mitra tutur. Yule (2006: 4) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Sedangkan, Nandar dalam bukunya Pragmatik & Penelitian Pragmatik menyatakan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu (Nadar, 2009: 2). Sejumlah definisi juga diajukan oleh Levinson (dalam Nadar, 2009: 53-54) mengenai pragmatik, yaitu Pragmatics is the study of deixis (at least in part), implicature, presupposition, speech act and aspects of discourse structure (“pragmatik adalah kajian mengenai deiksis (setidak-tidaknya sebagian dari deiksis), implikatur, presuposisi, tidak tutur dan aspek-aspek struktur wacana”). Ragam pemahaman dan pengertian mengenai pragmatik muncul dari banyak ahli bahasa. Berdasarkan pengertian-pengertian seperti yang sudah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang secara fokus mempelajari dan mengkaji suatu tuturan antara si penutur dengan mitra tutur untuk berkomunikasi yang dipengaruhi oleh konteks percakapannya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
2. Implikatur Setelah memahami berbagai uraian mengenai pengertian pragmatik, selanjutnya kita akan memasuki pembahasan terkait dengan implikatur. Sebagaimana diketahui bahwa implikatur merupakan salah satu bagian dari kajian pragmatik selain deiksis, presuposisi, praanggapan, tidak tutur dan aspek-aspek struktur wacana. Peneliti dalam penelitannya kali ini berfokus pada penelitian menggunakan analisis implikatur untuk mengetahui makna tersirat percakapan antartokoh dalam film Marmut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
Merah Jambu karya Raditya Dika. Agar pembahasan tidak menyimpang dan melebar ke hal-hal lain, maka peneliti berfokus pada implikatur khususnya implikatur percakapan. Implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan. Menurut Mey (dalam Nadar, 2009: 60) implikatur “implicature” berasal dari kata kerja to imply sedangkan kata bendanya adalah implication. Kata kerja ini berasal dari bahasa Latin plicare yang berarti to fold “melipat”, sehingga untuk mengerti apa yang dilipat atau yang disimpan tersebut haruslah dilakukan dengan cara membukanya. Dalam rangka memahami apa yang dimaksudkan oleh seorang penutur, lawan tutur harus selalu melakukan interpretasi pada tuturan-tuturannya. Dijelaskan oleh Yule (2006) dalam bukunya Pragmatik bahwa bicara mengenai implikatur, ternyata implikatur sangat erat kaitannya dengan prinsip kerja sama. Bentuk kerja sama yang dimaksudkan dalam hal ini ialah kerja sama yang sederhana di mana orang-orang yang sedang berbicara umumnya tidak diasumsikan untuk berusaha membingungkan, mempermainkan, atau menyembunyikan informasi yang relevan satu sama lain. Dalam banyak peristiwa, jenis kerja sama ini hanya merupakan titik awal untuk menjelaskan apa yang dikatakan. Pada saat makan siang bersama, seorang wanita bertanya kepada wanita lain sejauh mana ia menyukai hamburger yang sedang ia makan, dan menerima jawaban dalam (1); (1) A hamburger is a hamburger. (hamburger ya hamburger)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
Dari perspektif logika murni, jawaban dalam (1) tampak tidak memiliki nilai komunikatif karena menyatakan sesuatu yang sangat jelas. Jika ungkapan-ungkapan itu digunakan dalam percakapan, dengan jelas penutur bermaksud untuk menyampaikan informasi yang lebih banyak dari pada yang dikatakan. Jika seorang pendengar mendengar ungkapan dalam (1),
pertama-tama
dia
harus
berasumsi
bahwa
penutur
sedang
melaksanakan kerja sama dan bermaksud untuk menyampaikan informasi. Informasi itu tentunya (memiliki makna) lebih banyak dari pada sekedar kata-kata itu. Makna ini merupakan makna tambahan yang disampaikan, yang disebut dengan implikatur. Istilah implikatur berantonim dengan eksplikatur. Menurut Grice (dalam Abdul Rani, dkk, 2006: 177) implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).
Menggunakan
implikatur
dalam
percakapan
berarti
menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Grice (dalam Abdul Rani, dkk., 2006: 171) juga menjelaskan bahwa implikatur terdiri dari dua macam, yaitu implikatur konvensional (convensional implicature) dan implikatur percakapan (conversation implicature). a. Implikasi Konvensional Menurut Grice (dalam Abdul Rani, dkk., 2006: 171) implikatur konvensional yaitu implikatur yang ditentukan oleh “arti konvensional kata-kata yang dipakai”. Lain lagi menurut Yule (2006: 78), ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
menyatakan bahwa implikatur konvensional kebalikan dari implikatur percakapan yaitu implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan, dan tidak tergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikannya.
Seperti
halnya
presupposisi
leksikal,
implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata itu digunakan. Kata penghubung “tetapi” dalam bahasa Inggris adalah salah satu dari kata-kata ini. Perhatikan contoh berikut. 1) Cicik menyarankan baju warna merah muda, tetapi saya memilih warna hitam. Implikatur konvensional “tetapi” seperti pada contoh di atas menunjukkan bahwa situasi pada waktu itu diharapkan berbeda, atau mungkin sebaliknya di waktu yang akan datang. Implikatur konvensional tidak sangat tergantung pada konteks khusus untuk menginterpretasikan makna tuturan. b. Implikasi Percakapan Rahardi (2003: 85) menyatakan bahwa di dalam sebuah pertuturan yang sesungguhnya, si penutur dan sang mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Juga, diantara penutur dan sang mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan yang tidak tertulis, bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu sudah saling dimengerti dan saling dipahami. Grice (975) dalam artikelnya yang berjudul “Logic and Conversation” menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan semacam itu disebut implikatur percakapan. Perhatikan contoh berikut. 1) Bapak datang, jangan menangis! Contoh di atas tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari bepergian. Penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur, bahwa sang ayah yang biasanya bersikap keras dan berperilaku kejam itu akan melakukan sesuatu terhadapnya apabila ia masih saja menangis ketika dia datang nantinya. Dengan perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa sang ayah adalah orang yang keras dan kejam, dan sering marah-marah serta emosi besar kepada anaknya yang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud tertentu yang tidak dituturkan bersifat tidak mutlak (unnecessary consequence). Jadi, dalam sosok implikatur, hubungan proposisi dengan tuturan-tuturan yang mengimplikasikannya itu tidak bersifat mutlak harus ada. Dengan tidak adanya hubungan maknawi yang secara nyata dan bersifat mutlak antara sebuah tuturan dengan sesuatu yang diimplikasikannya itu, maka sangat dimungkinkan bahwa sebuah tuturan akan memiliki implikatur makna yang bermacam-macam dan bisa tidak terbatas jumlahnya. Maka peran konteks sangat penting untuk membatasi implikatur makna pada suatu tuturan. Grice (dalam Abdul Rani, dkk., 2006: 171) menyatakan bahwa implikatur percakapan mengutip prinsip kerja sama atau kesepakatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
bersama, yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh partisipan harus saling berkait. Yule (2006: 78) menyatakan bahwa implikatur percakapan didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. Menurut Grice (dalam Cummings, 2007: 14) kerja sama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada umumnya dan rasionalitas pada khususnya. Berikut ini merupakan maksimmaksim Grice yang dijabarkan dalam buku Pragmatik (Yule, 2006: 63-64): 1) Maksim kuantitas a) Buatlah informasi yang informatif seperti yang diminta (dengan
maksud
pergantian
percakapan
yang
sedang
berlangsung). b) Jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. 2) Maksim kualitas: cobalah untuk membuat sesuatu informasi yang benar. a) Jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah. b) Jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti yang memadai. 3) Maksim hubungan: relevanlah 4) Maksim tindakan: cerdiklah a) Hindarkan ungkapan yang tidak jelas. b) Hindarkan ketaksaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
c) Buatlah singkat (hindarkan panjang-lebar yang tidak perlu). d) Buatlah secara urut/teratur. Yule (2006: 70-74) juga menyebutkan bahwa implikatur percakapan ada tiga jenis, yaitu implikatur percakapan khusus, implikatur percakapan umum, dan implikatur percakapan berskala. Penjabaran dari masing-masing implikatur tersebut adalah sebagai berikut. 1) Implikatur percakapan khusus Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus adalah percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena itu, implikatur percakapan khusus membutuhkan konteks dan latar belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang diperlukan. Kontribusi konteks terhadap upaya untuk menghasilkan implikatur adalah sama dalam setiap kasus-konteks memungkinkan penutur untuk mengomunikasikan niat mereka untuk melanggar maksim kualitas dan dalam melakukannya, dia mengomunikasikan makna yang bersifat ironis, metaforis, dan sebagainya. Grice menyebut implikatur-implikatur semacam ini-yakni implikaturimplikatur yang tergantung pada konteks tertentu-dengan istilah implikatur percakapan khusus (Cummings, 2007: 19). Perhatikan contoh berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
1) Mahasiswa A: “Eh, berapa hutangku kemarin?” Mahasiswa B : “Halah…udah pakai aja dulu, sering-sering BC ya!” Pada contoh di atas mengimplikasikan bahwa Mahasiswa A tidak perlu membayar hutangnya pada saat percakapan itu terjadi atau pada saat itu juga kepada Mahasiswa B. Mahasiswa B memberikan kesempatan kepada Mahasiswa A untuk membayar hutangnya lain waktu lantaran Mahasiswa A telah melakukan BC (Broadcast) yang menguntungkan bagi Mahasiswa B. percakapan tersebut juga mengimplikasikan bahwa terjalin keakraban antara Mahasiswa A dan Mahasiswa B, serta adanya harapan yang disampaikan Mahasiswa B terhadap Mahasiswa A untuk seringsering melakukan BC yang berarti bahwa sebelumnya Mahasiswa A telah melakukan BC. BC (Broadcast) adalah fitur dalam BBM (Blackberry Messenger) yang dapat mengirim berita ke seluruh kontak di BBM yang kita miliki, hal ini menunjukkan bahwa kata “BC” yang terdapat dalam percakapan antara Mahasiswa A dengan Mahasiswa B secara tidak langsung merupakan konteks dan latar belakang khusus yang hanya diketahui oleh kedua penutur tersebut. Singkatnya, implikatur percakapan khusus merupakan maksud yang diturunkan dari percakapan dengan merujuk atau mengetahui konteks percakapan, hubungan antarpembicara serta kesamaan pengetahuan. Melalui pengetahuan khusus itulah maksud atau implikatur dalam suatu tuturan dapat diinterpretasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
2) Implikatur percakapan umum Implikatur percakapan umum berbeda dengan implikatur percakapan khusus. Implikatur umum tidak memerlukan konteks untuk menginterpretasikan makna implikasinya. Yule (2006: 74) mengungkapkan bahwa implikatur umum merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain, orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai. Cummings (2007: 19) juga menyatakan hal yang sama, ia menyatakan
bahwa
implikatur
percakapan
umum
tidak
memerlukan konteks untuk menghasilkan implikatur. perhatikan contoh berikut. 1) Biil is meeting a woman this evening. (Biil akan menemui seorang wanita malam ini) Implikatur yang dihasilkan oleh ujaran di atas menunjukkan bahwa wanita yang akan ditemui oleh Biil bukanlah pacarnya, isterinya, saudara perempuannya, ibunya, dan sebagainya. Implikatur ini bukanlah akibat dari sebuah konteks tertentu, tetapi berasal dari penggunaan kata sandang tak tentu “a” (seorang). Menurut Gazdar (Cummings, 2007: 20), referen kata benda yang dimodifikasi oleh kata sandang tak tentu “a” tidak berkaitan erat dengan siapa saja yang telah diidentifikasi secara kontekstual. Namun demikian, kendati implikatur ini dihasilkan oleh kata sandang tak tentu, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
sama sekali bukan bagian dari makna konvensial dari kata sandang itu. Melalui pemaparan-pemaparan seperti di atas, saya mengambil kesimpulan
bahwa
implikatur
percakapan
umum
dapat
menginterpretasikan makna implikasinya melalui struktur kalimat yang diujarkan penutur sekalipun tidak dipengaruhi oleh konteks percakapan. Implikatur
percakapan
umum
terkadang
menimbulkan
ketaksaan karena dianggap hampir sama dengan implikatur konvensional, namun keduanya adalah hal yang berbeda. Implikatur percakapan umum tidak tergantung pada konteks untuk menginterpretasikan makna tuturan, implikatur konvensional tidak sangat tergantung pada konteks. Implikatur percakapan umum hanya terdapat dalam suatu percakapan, implikatur konvensional tidak harus terjadi pada percakapan. 3) Implikatur percakapan berskala Yule (2006: 71-74) menyatakan bahwa informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas dalam istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti: Semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit Selalu, sering, kadang-kadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Istilah-istilah seperti di atas didaftar dari skala nilai tertinggi ke nilai terendah. Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih kata dari skala itu yang paling informative dan benar (kualitas dan kuantitas). Dasar implikatur berskala ialah bahwa semua bentuk negatif dari skala yang lebih tinggi dilibatkan apabila bentuk apapun dalam skala itu dinyatakan. Berbeda dengan implikatur percakapan khusus dan implikatur percakapan umum, implikatur percakapan berskala tidak selalu melanggar maksim. Perhatikan contoh berikut. 1) Saya memakan beberapa buah yang ada di meja itu. Penutur
telah
menciptakan
implikatur
berskala
dengan
menggunakan pilihan kata “beberapa”. Pilihan kata “beberapa” artinya bahwa tidak semua buah-buahan yang ada di meja itu di makan oleh penutur. “Beberapa” mengandung implikasi berskala lebih rendah dari pada “semua”.
3. Fungsi Implikatur Levinson (melalui Abdul Rani dkk, 2006: 173) menyebutkan bahwa implikatur memiliki beberapa kegunaan. Ia menyebutkan kegunaan tersebut dalam istilah faedah. Ia menjabarkan empat faedah/fungsi konsep implikatur dalam tuturan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
a. Implikatur dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori linguistik. b. Implikatur dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa. c. Implikatur dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama. d. Implikatur dapat memberikan berbagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora). Rani (2006: 178) juga menjelaskan bahwa masyarakat bahasa sering menggunakan implikatur percakapan untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya untuk memperhalus proposisi yang diujarkan dan dalam rangka menyelamatkan muka (saving face). Menurut Rahardi (2005: 74) berdasarkan nilai komunikatifnya kalimat dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat perintah (imperatif), kalimat tanya (interogatif), kalimat seruan (eksklamatif), dan kalimat penegas (empatik). Kalimat deklaratif dalam bahasa Indonesia adalah kalimat yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur. Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung maksud menanyakan sesuatu kepada mitra tutur. Kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung maksud memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan oleh penutur. Kalimat eksklamatif adalah kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
yang mengandung maksud untuk menyatakan rasa kagum. Kalimat empatik adalah kalimat yang mengandung maksud memberikan penekanan khusus. Meskipun implikatur berbeda dengan kalimat, namun peneliti menganggap bahwa fungsi implikatur dapat dilihat dengan melihat nilai komunikatifnya. Nilai komunikatif implikatur yang terkandung dalam suatu percakapan atau maksud tambahan dapat dibentuk menjadi suatu kalimat yang mudah dipahami sehingga dapat diketahui apa fungsi implikaturnya.
4. Konteks Istilah “konteks” didefinisikan oleh Mey (via Nadar, 2009: 3-4) sebagai the surroundings, in the widest sense, that enable the participants in the communication process to interact, and that make the linguistic expressions of the their interaction intelligible (“situasi lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami”). Konteks adalah satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam pragmatik. Menurut Cutting (Samarlam, 2014: 3) ada tiga jenis konteks, yaitu (1) konteks situasional adalah konteks yang memperhatikan tentang apa yang diketahui penutur tentang sekelilingnya atau kondisi di mana tuturan terjadi. (2) Konteks pengetahuan, dibagi menjadi dua yaitu konteks pengetahuan umum budaya dan pengetahuan antar-personal. Konteks pengetahuan umum budaya adalah pengetahuan umum sekitar kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
manusia. Konteks pengetahuan antar-personal adalah pengalaman personal dalam interaksi verbal sebelum bertindak tutur. (3) Konteks ko-teks adalah isi seputar teks terdiri atas gramatikal dan kohensi leksikal. Pentingnya konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijana (dalam Nadar, 2009: 3) yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks, dan oleh Searle, Kiefer dan Bierwich (1980: ix) yang menegaskan bahwa pragmatics is concerned with the way in which the interpretation of syntactically defined exspressions of depends on the particular conditions of their use in context (“pragmatik berkaitan dengan interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan cara menginterpretasi ungkapan tersebut tergantung pada kondisikondisi khusus penggunaan ungkapan tersebut dalam konteks”). Konteks situasi merujuk pada pada aneka macam kemungkinan latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang muncul dan dimiliki bersama-sama baik oleh si penutur maupun oleh mitra tutur, serta aspekaspek non-kebahasaan lainnya
yang
menyertai,
mewadahi, serta
melatarbelakangi hadirnya sebuah pertuturan tertentu. Maka dengan mendasarkan gagasan Leech tersebut, Wijana (1996) dengan tegas menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat juga disebut konteks situasi pertuturan (speech situational context). Konteks situasi pertuturan menurut Geoffrey N. Leech sebagaimana dikutip oleh Wijana (1996) seperti yang dikatakan di depan, dapat mencakup aspek-aspek kebahasaan seperti berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
a. Penutur dan lawan tutur b. Konteks tuturan c. Tujuan tuturan d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas e. Tuturan sebagai produk tindak verbal (dalam Rahardi, 2003: 18-19). Secara khusus dan singkat, konteks tuturan dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut. Konteks tuturan dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Maka berkenaan dengan hal itu, Geoffrey N. Leech (1993) telah menyatakan pandangannya sebagai berikut. “ I shall considercontext to be any background knowledge assumed to be shared by S and H and which contributes to H’s interpretation of what S mean by a given utterance.” Pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai konteks tuturan, yang dentitas atau jati dirinya adalah semua latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh para pelibar pertuturan, jelas-jelas akan dapat membantu para pelibat pertuturan itu untuk menafsirkan kandungan pesan atau maksud yang hendak disampaikan di dalam setiap pertuturan (Rahardi, 2003: 20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
5. Film Film adalah lakon (cerita) gambar hidup (KBBI, 2008: 392). Film merupakan gambar hidup yang sering juga disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam kehidupan nyata (Danesi, 2010: 134). Peneliti menganggap bahwa film merupakan salah satu bagian dari media audio visual yang baik digunakan untuk pembelajaran bahasa. Film menyajikan percakapan-percakapan antartokohnya yang menggunakan ragam bahasa. Oleh karena itu, peneliti menjadikan percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika sebagai salah satu bahan penelitiannya. Melalui film ini kita dapat mengetahui pesan, makna, dan maksud yang hendak disampaikan kepada penonton melalui percakapan antartokoh di dalamnya. Hal tersebut menjadikan film memiliki fungsi yang hampir sama dengan media massa. Seperti dijelaskan oleh Nurudin (2013: 9) bahwa media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa adalah dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Media massa mempunyai fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat. Secara umum, Sudarman (2008: 7-8) menyatakan bahwa fungsi dari media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
massa, yaitu menginformasikan, mendidik, menghibur, mempengaruhi; media massa dapat mempengaruhi, memberikan respon sosial; dengan adanya media massa dapat menanggapi tentang fenomena dan siuasi sosial atau keadaan sosial yang terjadi, penghubung; media massa dapat menghubungkan unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara perseorangan baik secara langsung maupun tak langsung.
6. Tokoh Menurut Nurgiyantoro (2005: 165) tokoh adalah pelaku dalam cerita. Tokoh sendiri tidak dapat dilepaskan dari penokohan. Penokohan adalah karakter yang diperankan oleh tokoh. Jadi, tokoh merujuk pada orangnya, sedangkan penokohan merujuk pada wataknya. Sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro, Sudjiman (Budianta, dkk., 2008: 86) menyatakan bahwa tokoh adalah individu rekaan yang megalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
C. Kerangka Berpikir PRAGMATIK
IMPLIKATUR
IMPLIKATUR PERCAKAPAN FILM
1. Jenis-jenis
implikatur
2. Fungsi implikatur percakapan apa
percakapan apa saja yang
saja yang terdapat pada percakapan
terdapat
antartokoh dalam film Marmut
antartokoh
pada
percakapan
dalam
film
Merah Jambu karya Raditya Dika?
Marmut Merah Jambu karya
SIMAK+CATAT JENIS-JENIS IMPLIKATUR KESIMPULAN FUNGSI IMPLIKATUR
INVENTARISASI IDENTIFIKASI KLASIFIKASI TAPSIR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti saat ini lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang berusaha memberikan gambaran secara sistematis dan cermat mengenai fakta-fakta aktual dan sifat-sifat populasi tertentu (Zuriah, 2005: 14). Artinya dalam penelitian ini peneliti mengamati dan melakukan analisis terhadap percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika melalui pendekatan terhadap percakapan
yang
terdapat
di
dalamnya.
Kemudian,
peneliti
mendeskripsikan jenis serta fungsi implikatur yang terkandung di dalam setiap percakapan tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan beberapa metode alamiah (Moleong, 2006: 6).
32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
Penelitian ini bersifat deskriptif karena mendeskripsikan jenis implikatur dan fungsinya yang terdapat dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika.
B. Sumber Data dan Penelitian Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Data yang dikumpulkan dari film tersebut untuk kepentingan penelitian ini berupa percakapan antartokohnya yang dicurigai mengandung implikatur percakapan.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik dapat diartikan sebagai suatu cara yang kita gunakan untuk memperoleh data. Data adalah hasil akhir yang diperoleh. Penelitian ini merupakan penelitian guna mencari jenis dan fungsi implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan teknik simak dan catat. Peneliti secara langsung menyimak setiap percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika, kemudian secara teliti peneliti mencatat percakapan-percakapan antartokohnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
D. Instrumen Penelitian Menurut pendapat Arikunto (2006: 160) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
cepat,
dan
sistematis
sehingga
mudah
diolah.
Peneliti
menggunakan kemampuannya sendiri ketika menyimak percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Peneliti menggunakan
buku
catatan
guna
mencatat
setiap
percakapan
antartokohnya yang mengandung implikatur.
E. Teknik Analisis Data Bodgan dan Biklen (Syamsuddin, 2007: 110) menyatakan bahwa analisis data adalah pelacakan dan pengaturan secara sistematik transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman kepada orang lain. Menurut Nurastuti (2007: 130) teknik analisis data dibedakan menjadi dua, yaitu analisis deskriptif dan analisis statistika. Analisis deskriptif adalah analisis penelitian dengan merinci dan menjelaskan dengan rinci dan menjelaskan dengan panjang lebar keterkaitan data penelitian dalam bentuk kalimat. Penelitian yang dilakukan peneliti kali ini menghasilkan data yang berupa kata-kata dari percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika, sehingga penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian deskriptif. Dalam teknik analisis data,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
peneliti menginventarisasi, mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan terakhir menafsirkan data yang berupa percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika ke dalam bentuk deskripsi.
F. Triangulasi Triangulasi
adalah
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2006: 330). Peneliti melibatkan bantuan dari dosen selain dosen pembimbing, yaitu Dr. Y. Karmin, M.Pd.. Beliau berperan sebagai penyidik yang mengevaluasi serta melakukan pengecekan terhadap kredibilitas kajian objek yang diteliti oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sinopsis Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika Film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah salah satu film yang disutradarai, diperankan, dan ceritanya ditulis langsung oleh Radiya Dika. Film ini ber-genre komedi. Banyak dialog antartokohnya yang mampu menghibur para penonton. Film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika menceritakan kisah kilas balik (flashback) masa remaja seorang siswa SMA bernama Dika dan temantemannya. Peran Dika sebagai tokoh utama dalam film tersebut diperankan oleh Christoffer Nelwan sebagai Dika ketika SMA dan Raditya Dika ketika dewasa. Dika (dewasa) menemui Bapak Ina (diperankan oleh Tio Pakusodewo) untuk memberikan 1000 burung bangau kertas yang dibuatnya sebagai hadiah untuk pernikahan Ina (diperankan oleh Anjani). Hadiah itu sengaja diberikan oleh Dika untuk memenuhi janjinya kepada Ina sewaktu mereka masih SMA. Ina merupakan gadis yang disukai Dika di SMA. Ketika mengunjungi rumah Ina untuk memberikan hadiah, Dika tidak mendapat sambutan hangat dari Bapak Ina. Hal ini dikarenakan Bapak Ina menyangka bahwa Dika adalah orang yang menyebabkan dirinya terluka sewaktu Ina merayakan ulang tahun di masa SMA. Dika pun mencoba meyakinkan Bapak Ina bahwa dia bukanlah orang yang melakukan tindakan
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
tersebut. Dika menyakinkan Bapak Ina dengan cara menceritakan bagaimana kejadian sebenarnya saat itu (saat Bapak Ina terluka oleh alat sengat listrik). Dika diberikan waktu terbatas oleh Bapak Ina untuk menceritakan semua kejadian yang sebenarnya terjadi. Dika menceritakan kronologis kejadian dimulai dari ia masih SMA. Dika menceritakan bagaimana ia menyukai Ina ketika masih SMA dan bagaimana perjuangannya bersama sahabatnya (Bertus) yang ingin menjadi siswa popular di SMA. Keinginan Dika menjadi popular sendiri dilatarbelakangi karena Dika menyukai Ina. Ia menganggap satu-satunya cara mendapatkan Ina adalah dengan menjadi siswa popular (terkenal) di SMA. Berbagai cara dilakukan Dika dan Bertus untuk menjadi terkenal di sekolah. Sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk membuat sebuah Grup Detektif. Grup tersebut dibuat untuk mengungkapkan kejahatankejahatan yang terjadi di sekolah. Grup Detektif awalnya hanya terdiri dari 2 orang, yaitu Bertus dan Dika. Kemudian bertambah 1 anggota lagi, yaitu Sindi (diperanan oleh Sonya Pandarmawan ketika SMA dan Frada ketika dewasa). Sindi adalah siswi perempuan yang tertarik dengan Grup Detektif karena menganggap grup tersebut berbeda dengan grup-grup atau ekskul lainnya yang ada di sekolah mereka. Grup Detektif kemudian menjadi popular di sekolah lantaran mereka berhasil memecahkan berbagai kasus kejahatan yang terjadi di sekolah. Grup Detektif mereka dikenal sebagai “Tiga Sekawan”. Salah satu kasus terbesar yang diterima oleh Grup Tiga Sekawan adalah ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Kasus tersebut justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
dimanfaatkan oleh Dika untuk menjatuhkan Michael. Michael adalah laki-laki popular di sekolah yang disukai Ina. Dika dengan sengaja menuduh Michael sebagai pelaku kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Dika melakukan hal itu supaya Ina dapat menjauh dari Michael dan ia dapat mencuri kesempatan untuk mendekati Ina. Maksud terselubung yang direncanakan Dika selama menangani kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah akhirnya diketahui para sahabatnya (Bertus dan Sindi). Mereka mengetahui bahwa Dika telah memfitnah Michael demi kepentingan pribadinya sendiri. Hal tersebut membuat mereka marah dan menjauhi Dika. Tidak hanya itu, kepala sekolah pun akhirnya memutuskan kerja sama dengan Grup Tiga Sekawan karena Dika tidak berhasil membuktikan tuduhannya terhadap Michael. Kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah pun tidak pernah terpecahkan sejak saat itu. Dika (dewasa) menceritakan semua kejadian di masa SMA-nya secara runtut kepada Bapak Ina. Termasuk kisah ketika Bertus (SMA) tidak sengaja melukai Bapak Ina dengan alat sengat listrik di pesta ulang tahun Ina. Setelah menceritakan semua, barulah Bapak Ina ingat bahwa yang menyebabkan ia terluka terkena alat sengat listrik memang bukan Dika melainkan Bertus. Usai menceritakan kisahnya, barulah Dika ingat pula tentang kasus ancaman pembunuhan kepala sekolah yang belum terpecahkan sampai ia dewasa. Ia lantas mengubungi Bertus teman SMA-nya dahulu, mereka kemudian ke sekolah untuk melihat gambar grafity iblis yang terdapat di tembok sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
Gambar tersebut merupakan jejak kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Dika mengamati gambar grafity tersebut, ia menyadari bahwa gambar tersebut bukanlah gambar iblis melainkan gambar marmut merah jambu. Gambar yang sama persis terdapat pada sapu tangan pemberian Sindi semasa mereka masih SMA. Dika menyadari bahwa kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah adalah sebuah kekeliruan. Kasus tersebut sebenarnya sengaja dibuat oleh Sindi, salah satu anggota Grup Detektif Tiga Sekawan yang ditujukan untuk Dika. Melalui kasus itu, Sindi ingin menyampaikan pesan bahwa sebenarnya ia menyukai Dika. Dika tidak pernah menyadari hal tersebut, kesalahpahaman justru muncul lantaran kepala sekolah menyangka kasus itu adalah ancaman pembunuhan terhadap dirinya. Akhirnya, Dika memutuskan untuk mencari keberadaan Sindi. Tepat di acara pernikahan Ina, Dika sengaja hadir untuk bertemu dengan Sindi. Ia tahu bahwa Sindi akan hadir dalam acara pernikahan tersebut. Setelah mereka berdua bertemu, Dika pun langsung memaparkan hipotesanya mengenai kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah kepada Sindi. Dika ingin memastikan dan memperoleh kebenaran bahwa pesan dalam kasus tersebut sengaja dibuat Sindi untuk dirinya. Sindi mengiyakan kebenaran hipotesa tersebut. Sindi juga memaparkan bagaimana ia sebenarnya sangat menyukai Dika sejak mereka masih SMA. Selama 11 tahun Sindi masih menantikan Dika sebagai cinta pertamanya. Kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah yang bertahun-tahun tidak terpecahkan akhirnya terungkap hari itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
Dika dan Sindi pun akhirnya menjalin hubungan “pacaran” setelah keduanya saling terbuka akan perasaan masing-masing.
B. Deskripsi Data Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah percakapan-percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Data diambil melalui simak catat film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang berdurasi 1 jam 26 menit 26 detik. Bahasa yang digunakan dalam film ini adalah bahasa Indonesia yang tidak baku. Data penetitian pun dalam bentuk percakapan bahasa Indonesia yang tidak baku. Peneliti menemukan 31 data percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang mengandung implikatur percakapan. Data implikatur percakapan tersebut dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang akan terjawab pada hasil analisis data.
C. Hasil Analisis Data Hasil analisis terhadap percakapan antartokoh dalam film Mamut Merah Jambu karya Raditya Dika meliputi dua bagian, yaitu pertama menemukan percakapan yang mengandung implikatur kemudian mengklasifikasi jenisjenis implikaturnya. Kedua, menemukan fungsi implikatur yang terkandung di dalamnya. Melalui analisis yang dilakukan, peneliti menemukan 31 data percakapan yang mengandung implikatur. Data tersebut diklasifikasi dan diidentifikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
berdasarkan jenis-jenis dan fungsi implikatur percakapannya. Berikut ini merupakan pemaparan jenis-jenis implikatur dan fungsi implikatur yang ditemukan oleh peneliti. 1. Jenis-jenis implikatur percakapan Implikatur percakapan yang ditemukan dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika telah diklasifikasi dan diidentifikasi oleh peneliti. Implikatur percakapan diklasifikasi berdasarkan jenis-jenisnya menggunakan landasan teori para ahli seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya. Setiap jenis implikatur percakapan yang ditemukan dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika dipaparkan sebagai berikut. 1.1 Implikatur Percakapan Khusus (IPK) Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus (IPK) adalah percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Oleh karena itu, implikatur percakapan khusus (IPK) membutuhkan konteks dan latar belakang pengetahuan khusus untuk membuat kesimpulan yang diperlukan. Implikatur percakapan khusus (IPK) muncul karena faktor khusus yang melekat di dalam konteks tuturan dan bukan dibawa oleh kalimat yang dipakai. Peneliti menemukan beberapa data percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang mengandung implikatur percakapan khusus (IPK). Data-data implikatur percakapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
khusus (IPK) tersebut diklasifikasi menjadi beberapa jenis sesuai ciri penanda dan wujud percakapannya. Perlu diketahui bahwa implikatur dalam suatu percakapan tidak terungkap atau tampak pada proposisi makna tuturan. Melalui pengklasifikasian jenis implikatur ini peneliti ingin menunjukkan bahwa implikatur yang terkandung dalam percakapan pasti berbeda dengan makna tuturannya. Hal ini karena hubungan proposisi dengan tuturan-tuturan yang mengimplikasikannya itu tidak bersifat mutlak harus ada (Rahardi, 2003: 85). Perhatikan implikatur percakapan khusus (IPK) berikut. a. Implikatur Percakapan Khusus Hiperbolis Hiperbolis artinya bersifat berlebih-lebihan (KBBI, 2005: 403). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus hiperbolis adalah suatu percakapan yang didalamnya mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan secara berlebihlebihan.
Perhatikan
contoh
implikatur
percakapan
khusus
hiperbolis berikut. 1) Bertus (SMA) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?” Siswa A : “Mendingan gue mati!!!” (Konteks percakapan melalui telepon, Bertus menembak Siswa A. Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya) Percakapan data 1) mengandung implikatur percakapan khusus hiperbolis. Implikatur pada percakapan data 1) dapat dilihat melalui
tuturan
Siswa
A
“Mendingan
gue
mati!”
yang
mengimplikasikan dia tidak ingin atau menolak menjadi pacar Bertus, menjadi pacar Bertus sangatlah buruk sehingga dia lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
“memilih mati”. Maksud sebenarnya dari tuturan “Mendingan gue mati!!!” bukanlah Siswa A akan mengakhiri hidupnya tetapi Siswa A menolak menjadi pacar Bertus. Penolakan tersebut dituturkan dalam bentuk tuturan yang melebih-lebihkan maksud sebenarnya. Bertus dapat menginterpretasikan implikatur pada tuturan Siswa A lantaran ia tahu konteks percakapan yang terjadi. Bertus sudah sering ditolak sebelumnya sehingga ia mengasumsikan informasi yang dituturkan Siswa A secara lokal. Bertus tahu bahwa tuturan “Mendingan gue mati!!!” tidak sama dengan arti sesungguhnya secara umum. Pemaparan tersebut membuktikan bahwa data 1) merupakan implikatur percakapan khusus hiperbolis. b. Implikatur Percakapan Khusus Ejekan Ejekan memiliki arti perbuatan mengejek; olok-olok; sindiran (KBBI, 2005: 286). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus ejekan adalah suatu percakapan
yang
mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan dalam bentuk percakapan ejekan antarpenutur. Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus ejekan berikut. 2) Bertus (SMA) : “Nembak cewek itu harus banyak, biar kemungkinan diterimanya itu banyak. Kalau gue nembak 100 cewek dengan probilitas 10%, gue mungkin diterima 10 kali. Lu nggak belajar Matematika apa?” Dika (SMA) : “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
Bertus (SMA)
: “Halah…lu nggak usah sok pinter deh. Liat ni…liat” (Konteks percakapan Bertus ingin meminta salah 1 siswa menjadi pacarnya. Bertus dan Dika adalah siswa aneh yang sering ditolak saat menyatakan cinta) 3) Dika (SMA) : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan cewek sekarang jadi penting banget buat elu?” Bertus (SMA) : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita nikah” Dika (SMA) : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah!” (Konteks percakapan Bertus dan Dika siswa aneh dan tidak terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah) 4) Bapak Ina : “Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok dipelihara. He…grup detektif itu kenapa dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari angkot, kepalanya duluan, kena aspal? Pernah, ya?” Dika : “Nggak pernah, Om” (Konteks percakapan Dika membuat grup detektif aneh yang sudah tidak popular di zamannya ketika SMA agar ia menjadi terkenal) Percakapan data 2) mengandung implikatur percakapan khusus ejekan. Tuturan Dika pada data 2) “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?” mengimplikasikan peringatan kepada Bertus bahwa untuk diterima (saat menembak) kedua belah pihak harus saling memiliki ketertarikan. Mereka saling mengejek dengan mengaitkan cara menyatakan cinta sesuai rumus Matematika dan Kimia. Meskipun mereka membicarakan mengenai mata pelajaran, mereka saling mengetahui bahwa percakapan yang terjadi diantara mereka memiliki hubungan yang tidak terungkap secara literal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
Implikatur percakapan pada data 3) dapat dilihat melalui tuturan Dika “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah!”, tuturan tersebut berupa ejekan Dika untuk Bertus yang belum berani sunat namun implikasinya berupa penegaskan bahwa belum sepantasnya Bertus berpikir ataupun membicarakan pernikahan. Bertus dapat menginterpretasikan maksud dalam tuturan Dika karena mengetahui konteks percakapan yang terjadi. Pemaparan tersebut membuktikan percakapan data 3) merupakan implikatur percakapan khusus ejekan. Pada
percakapan
data
4)
Bapak
Ina
menuturkan
“Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok dipelihara. He…grup detektif itu kenapa dibikin lagi?...” implikasinya kesal terhadap Dika. Ia mengungkapkan kekesalan atas tingkah Dika dengan mengejeknya menggunakan kata goblok. Pertanyaan yang diajukan Bapak Ina seputar jatuh dari angkot hanya kiasan untuk mengejek Dika.
Hubungan
“Jatuh
dari
angkot
kepalanya
duluan”
dimaksudkan untuk mengungkapkan betapa bodohnya Dika dimata Bapaj Ina. Grup detektif seharusnya tidak dibuat lagi karena itu tindakan bodoh. Konteksnya Dika (ketika SMA) selalu melakukan hal-hal keliru dan bodoh untuk menjadi terkenal. c. Implikatur Percakapan Khusus Permintaan Permintaan berasal dari kata dasar minta, artinya berkata-kata supaya diberi atau mendapat sesuatu; mohon (KBBI, 2005: 745).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus permintaan adalah suatu percakapan yang mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan dalam wujud tuturan meminta. Perhatikan contoh implikatur pecakapan khusus permintaan berikut. 5) Bertus (SMA) Dika (SMA)
: “Kenapa lu?!” : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu, tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue bayar ke elu lagi” Bertus (SMA) : “Ok…ok” Dika (SMA) : “Pak, Pak siomaynya biar saya yang bayar (makasih). Ber, lu bener. Kita emang harus jadi populer” (Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin berbaikan dengan Bertus)
6) Bertus (SMA) : “Perlu banget? (ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di kantin)” Dika (SMA) : “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama gue” (Konteks percakapan Dika pernah memecahkan kasus penting. Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah dan Bertus meragukan tuduhan tersebut) 7) Sindi
: “Elu masih simpen nggak? Handuknya? Lu pernah nggak sih, kalau elu lagi di keramaian, terus elu inget-inget cinta pertama elu waktu di SMA? Orang yang lu suka waktu itu? Lu sering nggak nanya sama diri lu sendiri, jangan-jangan gue udah ngelewatin cinta pertama gue hanya karena gue nggak berani ngomong sama dia. Kira-kira itu yang gue rasain selama 11 tahun ini. Cinta itu kayak marmut lucu warna merah jambu yang berada di sebuah roda, seakan dia udah pergi jauh padahal dia nggak pernah pergi kemana-kemana. Nggak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
tahu kapan harus berhenti. Capek tahu nggak, Dik?” Dika : “Berhenti yuk” (Konteks percakapan Sindi dan Dika yang sudah 11 tahun tidak betemu. Sindi menyukai Dika begitu pula sebaliknya) Implikatur percakapan data 5) mengandung implikatur percakapan khusus, hal tersebut dapat dilihat dari tuturan Dika “Siomay itu biar gue yang bayar”. Tuturan tersebut implikaturnya Dika ingin berbaikkan dengan Bertus. Implikatur tersebut mewakili permintaan maaf kepada Bertus sekaligus tanda bahwa ia setuju mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal. Mitra tutur dapat menginterpretasikan maksud lain atas tuturan dan sikap Dika dengan melihat konteks percakapan yang terjadi. Implikatur percakapan data 6) dapat dilihat melalui tuturan Dika “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama gue” implikasinya meyakinkan Bertus agar percaya dengan tindakannya. Bertus menuturkan “Perlu banget? (ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di kantin)” karena ia ragu apakah tindakan yang mereka lakukan memang
diperlukan
dalam
penyelidikan
kasus
ancaman
pembunuhan terhadap kepala sekolah. Dika sudah pernah berhasil memecahkan kasus sebelumnya sehingga Bertus percaya saja dengan tindakan yang dilakukan Dika. Selain itu, Bertus juga mengenal Dika sebagai sahabat yang pantas dipercayai, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48
peneliri menyimpulkan bahwa data 6) mengandung implikatur percakapan khusus permintaan. Data percakapan 7) mengandung implikatur percakapan khusus (IPK). Hal tersebut dibuktikan melalui tuturan Dika “Berhenti yuk” yang implikasinya meminta Sindi menjadi pacarnya. Implikatur tersebut mudah diinterpretasikan maksudnya dengan melihat konteks percakapan yang terjadi. d. Implikatur Percakapan Penolakan Penolakan berasal dari kata dasar tolak. Penolakan artinya proses, cara, perbuatan menolak (KBBI. 2005: 1204). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus penolakan adalah suatu percakapan yang mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan dalam tuturan penolakan. Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus penolakan berikut. 8) Dika Siswa B
: “Iya…elu mau jadi pacar gue, nggak?” : “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi” (Konteks percakapan Dika adalah siswa aneh. Siswa B dengan sadar dan sengaja berpura-pura menjadi customer service karena malas menjawab telepon Dika)
9) Bertus (SMA) Sindi (SMA)
: “Eem…sorry siapa ya?” : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?” Dika (SMA) : “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” (Konteks percakapan Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi. Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang mereka lakukan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
10) Kepsek : “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!!” Bertus (SMA) : “Ee sebentar, Bu. Saya punya teori yang lebih masuk akal Bu” Kepsek : “Cukup!” (Konteks percakapan, Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah dan tidak dapat membuktikan tuduhan tersebut) Implikatur percakapan data 8) dapat dilihat melalui tuturan Siswa B “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi” yang implikasinya menolak permintaan Dika. Siswa B berpura-pura menjadi customer service karena tidak ingin berbicara dengan Dika yang artinya sama saja dia menolak menjadi pacar Dika. Implikasi dalam tuturan Siswa B dapat dimengerti dan diinterpretasikan sebagai bentuk penolakan dengan melihat konteks percakapannya. Siswa B mengetahui latar belakang Dika yang sering melakukan hal sama kepada siswa perempuan lain di sekolahnya. Implikatur percakapan data 9) dapat dilihat melalui tuturan Dika “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” yang mengimplikasikan bahwa mereka (Bertus dan Dika) tidak ingin Sindi terlibat dalam penyelidikan kasus hilangnya bola volli. Mereka merasa terganggu dengan kehadiran Sindi. Konteks percakapan data 9) terjadi ketika Bertus dan Dika sedang melakukan penyelidikan kasus pertama yang mereka terima sebagai sebuah grup detektif. Sindi tiba-tiba berbaur saat penyelidikan
kasus
tanpa
diinginkan.
Sindi
dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
menginterpretasikan
maksud
tuturan
Dika
sebagai
bentuk
penolakan akan kehadirannya karena ia mengetahui konteks percakapan yang terjadi. Tanpa mengetahui konteks percakapan, bisa saja orang salah dalam menginterpretasikan tuturan Dika, maka peneliti menyimpulkan bahwa data 9) termasuk implikatur percakapan khusus penolakan. Implikatur percakapan data 10) dapat dilihat melalui tuturan kepala sekolah “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!” yang implikasinya berupa kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap grup detektif. Tuturan tersebut semakin dikuatkan dengan tuturan berikutnya “Cukup!” yang memberikan ketegasan bahwa kepala sekolah menolak penjelasan yang diberikan oleh gurp detektif. Ia tidak ingin memberikan kesempatan lagi kepada grup detektif untuk membuktikan tuduhan mereka terhadap Michael. Data 10) termasuk implikatur percakapan khusus penolakan. e. Implikatur Percakapan Khusus Tuduhan Tuduhan berasal dari kata dasar tuduh. Tuduhan artinya hasil menuduh; hal yang dituduhkan; dakwaan (KBBI, 2005: 1215). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus tuduhan adalah suatu percakapan yang mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan dalam tuturan menuduh pihak lain. Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus tuduhan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
11) Dika (SMA) Bertus (SMA)
: “Jadi pelakunya?” : “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng. Ibu kantin!” Sindi (SMA) : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak ginigini juga kali!” (Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS. Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar)
Implikatur percakapan data 11) dapat dilihat melalui tuturan Sindi (SMA) “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali!” yang implikasinya kesal terhadap Bertus yang menuduh Ibu Kantin. Implikatur dalam tuturan tersebut dapat diinterpretasikan maknanya dengan melihat konteks percakapan yang terjadi. Bertus menuduh Ibu Kantin sebagai pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS padahal ia tidak memiliki bukti apapun. Bertus memang ia sering bertindak sembarangan seperti itu sebelumnya. Implikatur percakapan khusus yang terkandung pada data 11) adalah tuduhan Bertus terhadap Ibu Kantin merupakan hal yang salah. f. Implikatur Percakapan Khusus Kesepakatan Kesepakatan artinya setuju; perihal sepakat (KBBI, 2005: 1042). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan khusus kesepakatan adalah suatu percakapan yang didalamnya mengandung implikatur percakapan khusus dan dituturkan sehingga terjadi suatu kesepakatan antara penutur dan mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52
Perhatikan contoh implikatur percakapan khusus kesepakatan berikut. 12) Ina : “Oops… aduh, eh ketabrak” Michael (SMA) : “Sorry Na, lu nggak papa?” Ina : “Ee nggak papa, sorry ya Mich” Michael (SMA) : “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?” Ina : “Tuh (menunjuk), mau duduk di situ” Michael (SMA) : “Oh, ya udah. Bareng yuk?” (Konteks percakapan Ina menyukai Michael tetapi Michael tidak mengetahuinya. Ina dengan sengaja menabrakkan dirinya ke Michael) Implikatur percakapan data 12) dapat dilihat melalui tuturan Ina “Oops… aduh, eh ketabrak” implikasinya agar Michael merespons tindakannya. Ina berharap Michael mengajaknya duduk bersama. Implikatur percakapan pada data 12) tersebut dapat dipahami dengan melihat konteks percakapan yang terjadi. Percakapan yang terjadi menghasilkan sebuah kesepakatan antara Ina dan Michael yang saling memaafkan dan akhirnya duduk bersama. Apa yang menjadi implikasi dalam tuturan Ina akhirnya tercapai. Implikatur percakapan data 12) termasuk implikatur percakapan khusus kesepakatan. Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat enam jenis implikatur percakapan khusus (IPK) pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Enam jenis implikatur percakapan khusus (IPK), yaitu IPK hiperbolis, IPK ejekan, IPK permintaan, IPK penolakan, IPK tuduhan, dan IPK kesepakatan. Pemaparan pada masing-masing jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
implikatur percakapan khusus (IPK) di atas memudahkan pembaca memahami implikatur percakapan khusus (IPK) secara lebih spesifik. Melalui pengklasifikasian jenis implikatur percakapan khusus (IPK) seperti di atas, diketahui bahwa implikatur percakapan khusus (IPK) selalu membutuhkan konteks untuk menginterpretasikan maksud tuturan, pendengar mengasumsikan informasi secara lokal (artinya sebatas lingkup percakapan), penutur yang terlibat dalam percakapan memiliki latar belakang pengetahuan khusus (budaya, asal, perilaku, dan/atau kebiasaan) yang sama, dan penutur yang telibat dalam percakapan harus memiliki dasar pengetahuan umum yang sama sehingga tidak menimbulkan salah paham. Peneliti juga menemukan ciri penanda lain dalam implikatur percakapan khusus (IPK) selain yang sudah dipaparkan sebelumnya. Implikatur percakapan khusus (IPK) selalu melanggar maksim, khususnya maksim hubungan. George Yule (2006: 78) menyatakan bahwa implikatur percakapan didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. Cummings (2007: 18) juga menyatakan bahwa sejumlah implikatur percakapan yang dihasilkan dengan sengaja melanggar maksim telah memperoleh nama-nama khusus dan sejauh ini telah dibahas dalam lingkaran sastra seperti yang ada dalam berbagai lingkaran linguistik. Implikatur percakapan khusus (IPK) pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika terbukti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
melanggar maksim, khususnya maksim tindakan. Perhatikan contoh berikut. a. IPK Hiperbolis 1) Bertus (SMA) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?” Siswa A : “Mendingan gue mati!!!” (Konteks percakapan melalui telepon, Bertus menembak Siswa A. Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya) b. IPK Ejekan 3) Dika (SMA) : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan cewek sekarang jadi penting banget buat elu?” Bertus (SMA) : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita nikah” Dika (SMA) : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah!” (Konteks percakapan Bertus dan Dika siswa aneh dan tidak terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah) c. IPK Permintaan 5) Bertus (SMA) Dika (SMA)
: “Kenapa lu?!” : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu, tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue bayar ke elu lagi” Bertus (SMA) : “Ok…ok” (Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin berbaikan dengan Bertus)
d. IPK Penolakan 9) Bertus (SMA) Sindi (SMA)
: “Eem…sorry siapa ya?” : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?” Dika (SMA) : “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” (Konteks percakapan Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi. Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang mereka lakukan)
e. IPK Tuduhan 11) Dika (SMA)
: “Jadi pelakunya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
Bertus (SMA)
: “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng. Ibu kantin!” Sindi (SMA) : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak ginigini juga kali!” (Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS. Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar) f. IPK Kesepakatan 12) Ina : “Oops… aduh, eh ketabrak” Michael (SMA) : “Sorry Na, lu nggak papa?” Ina : “Ee nggak papa, sorry ya Mich” Michael (SMA) : “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?” Ina : “Tuh (menunjuk), mau duduk di situ” Michael (SMA) : “Oh, ya udah. Bareng yuk?” (Konteks percakapan Ina menyukai Michael tetapi Michael tidak mengetahuinya. Ina dengan sengaja menabrakkan dirinya ke Michael) Berikut ini merupakan pemaparan yang membuktikan bahwa implikatur percakapan khusus (IPK) melanggar maksim, khususnya maksim hubungan. Implikatur percakapan khusus hiperbolis pada data percakapan 1) melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan Siswa A “Mendingan gue mati!!!” yang implikasinya menolak menjadi pacar Bertus. Siswa A menggunakan tuturan tersebut untuk menjawab pertanyaan Bertus “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?”. Bertus menanyakan apakah Siswa A mau menjadi pacaranya, namun jawaban Siswa A justru tidak ada hubungannya dengan pertanyaan yang diajukan. Selaras dengan maksim hubungan, Siswa A seharusnya menjawab “Iya, mau” untuk menerima atau “Saya tidak mau” untuk menolak. Meskipun terlihat tidak memiliki hubungan, implikatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
percakapan dalam tuturan Siswa A sesungguhnya mewakili jawaban bahwa ia menolak menjadi pacar Bertus. Implikatur percakapan khusus ejekan pada data percakapan 3) melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan Dika “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah!” saat menanggapi tuturan Bertus “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita…”. Tanggapan Dika tersebut tidak relevan untuk menanggapi tuturan Bertus. Bertus membicarakan mengenai urusan “jodoh” dan “pernikahan” tetapi Dika justru menanggapi dengan membahas masalah “sunat”. Keterkaitan percakapan keduannya terdapat pada implikatur yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa belum sepantasnya Bertus berpikir ataupun membicarakan pernikahan. Implikatur percakapan khusus permintaan pada data percakapan 5) melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan Dika “Siomay itu biar gue yang bayar…” saat menjawab pertanyaan Bertus “Kenapa lu?!”, jawaban Dika tidak relevan dengan pertanyaan yang diajukan Bertus. Selaras dengan maksim hubungan, Dika seharusnya memberikan jawaban “Nggak papa” untuk menerangkan keadaannya. Pemaparan tersebut membuktikan implikatur percakapan data 5) melanggar maksim hubungan. Implikatur percakapan khusus penolakan pada data percakapan 9) melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan Dika “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
menjawab pertanyaan Sindi “…Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?”, jawaban yang diberikan tidak relevan dengan pertanyaan yang diajukan. Tampak tidak ada hubungan antara tuturan Dika
dengan
Sindi.
Keduanya
saling
mengetahui
implikatur
percakapan yang terkandung dalam percakapan mereka sehingga mereka tidak gagal dalam berkomunikasi. Implikatur percakapan khusus tuduhan pada data percakapan 11) melanggar maksim hubungan. Hal tersebut dibuktikan dari tuturan Sindi “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali!” yang tidak relevan dalam menanggapi tuturan Bertus. Bertus memberikan tuduhan tidak masuk akal kepada Ibu Kantin yang diduganya mengirim surat kaleng untuk ketua OSIS. Selaras dengan maksim hubungan seharusnya tanggapan yang diberikan Sindi “Apa alasannya lu nuduh Ibu Kantin?” atau “Kenapa Ibu Kantin?” agar percakapan mereka terlihat relevan. Implikatur percakapan khusus kesepakatan pada data percakapan 12) melanggar maksim hubungan. Hal ini dibuktikan dari tuturan Ina “Oops…aduh eh ketabrak” yang menjadi tidak relevan jika mengetahui konteks sesungguhnya tuturan itu terjadi. Ina menabrakkan diri dengan sengaja ke Michael, tetapi Michael justru menuturkan “Sorry Na, lu nggak papa?”. Selaras dengan maksim hubungan, seharusnya yang menuturkan “sorry” atau “maaf” adalah Ina karena ia yang bertindak salah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
Pemaparan di atas membuktikan bahwa implikatur percakapan khusus (IPK) melanggar maksim hubungan. Kendati percakapan yang terjadi tampak tidak relevan, komunikasi antarpenutur tetap berjalan lancar. Hal tersebut
karena penutur dan mitra tutur dapat
menginterpretasikan implikatur yang terkandung di dalam percakapan yang terjadi. 1.2 Implikatur Percakapan Umum (IPU) Yule (2006: 74) mengungkapkan bahwa implikatur umum merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Dengan kata lain, orang yang berperan pada proses tuturan mengasumsikan makna percakapan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai. Implikatur percakapan umum (IPU) muncul karena kata-kata tertentu dalam ujaran yang membawa implikatur tertentu. Peneliti menemukan beberapa data percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang mengandung implikatur percakapan umum (IPU). Data-data percakapan tersebut diklasifikasi menjadi beberapa jenis sesuai ciri penanda dan wujud percakapannya. Perhatikan implikatur percakapan umum (IPU) berikut. a. Implikatur Percakapan Umum Permintaan Permintaan berasal dari kata dasar minta, artinya berkata-kata supaya diberi atau mendapat sesuatu; mohon (KBBI, 2005: 745). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
permintaan artinya suatu percakapan yang wujudnya berupa percakapan permintaan dan di dalamnya mengandung implikatur percakapan umum. Perhatikan contoh implikatur percakapan umum permintaan berikut. 13) Michael (SMA) : “Temen-temen sorry, ya. Kita pengen nongkrong di sini” Bertus (SMA) : “Oh…ow, iya. Nggak papa, silahkan. Tadi agak kotor sedikit. Dik bangun Dik, bangun bangun. Nggak papa, ini agak kotor (sambil mengelap bangku bekas mereka duduk)” (Konteks percakapan terjadi ketika Michael bersama temantemannya ingin duduk di bangku yang sedang diduduki oleh Dika dan Bertus. Michael adalah siswa terkenal di sekolah) 14) Dika
: “Nah setelah dari perpustakaan, kami kan per…em…gimana kalau ceritanya, saya langsung ke bagian yang penting aja? Ya, Om? Jadi sebulan kemudian…” Bapak Ina : “Bentar-bentar, tunggu, tunggu. Kamu itu bisa cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih?! Yang bener! Terus…terus!” (Konteks percakapan, Bapak Ina sangat galak. Dika diberi waktu terbatas untuk bercerita sehingga ia ingin mempersingkat ceritanya)
15) Dika
: “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” Bapak Ina : “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampek kemalaman. Siti! (memanggil pembantunya) Lampu!” (Konteks percakapan Bapak Ina tidak sadar bahwa kondisi ruang gelap karena lampu belum dinyalakan. Dika takut dengan Bapak Ina) Implikatur perckapan data 13) dapat dilihat melalui tuturan
Michael “Temen-temen sorry, ya. Kita pengen nongkrong di sini” implikasinya mengusir Dika dan Bertus. Michael dan teman-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
temannya ingin duduk di bangku yang sudah diduduki Dika dan Bertus terlebih dahulu. Secara tidak langsung Michael meminta agar Dika dan Bertus pergi dari tempat tersebut. Bertus dan Dika dapat menginterpretasikan tuturan Michael meskipun mereka mengabaikan
konteks
percakapan.
Melalui
struktur
kata
“Nongkrong di sini” mengasumsikan sebuah informasi bahwa yang dimaksud adalah di tempat duduk yang tadinya ditempati oleh Dika dan Bertus. Melalui pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa data 13) merupakan implikatur percakapan umum permintaan. Implikatur percakapan data 14) dapat dilihat melalui tuturan Bapak Ina “…Kamu itu bisa cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih?! Yang bener! Terus…terus!” implikasinya ia ingin Dika menceritakan masa SMA-nya secara runtut dan jelas. Implikatur dalam tuturan menunjukkan Bapak Ina meminta Dika melakukan yang ia inginkan. Dika diberi waktu terbatas oleh Bapak Ina untuk menjelaskan
maksud
kedatangannya
dengan
menceritakan
kronologisnya dimulai dari ia SMA. Sebagaimana diketahui bahwa implikatur percakapan umum (IPU) muncul karena kata-kata tertentu yang membawa implikatur tertentu, maka mitra tutur dalam percakapan data 14) dapat menginterpretasikan makna tuturan penutur hanya dengan melihat kata-katanya. “…Cerita kok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih?! Yang bener!” artinya hal yang benar menurut Bapak Ina adalah bahwa Dika seharusnya bercerita dengan tidak “loncat-loncat” atau “runtut”. Melalui pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa data 14) termasuk implikatur percakapan umum permintaan. Implikatur percakapan data 15) dapat dilihat melalui tuturan Dika “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” implikasinya menyampaikan informasi bahwa lampu belum dinyalakan dan situasi gelap. Secara tidak langsung Dika meminta agar lampu dinyalakan. Meskipun tidak melihat dan mengetahui konteks percakapan secara khusus, pilihan kata “lampunya” membuat mitra tutur mampu menginterpretasikan implikatur tuturan Dika. b. Implikatur Percakapan Umum Tuduhan Tuduhan berasal dari kata dasar tuduh. Tuduhan artinya hasil menuduh; hal yang dituduhkan; dakwaan (KBBI, 2005: 1215). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan umum tuduhan artinya suatu percakapan yang wujudnya tuduhan dan mengandung suatu implikatur percakapan umum. Perhatikan contoh implikatur percakapan umum tuduhan berikut. 16) Dika (SMA) : “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!” Bertus (SMA) : “Dik…apa salah sih, gue nyoba ngebuat kita popular?” (Konteks percakapan Dika dan Bertus dibawa ke UKS karena luka cubitan dari teman-temanya. Mereka dicubit setelah mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
17) Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!” Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)” (Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya kepada Ibu Kantin) Implikatur percakapan data 16) dapat dilihat melalui tuturan Dika “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!” implikasinya menyalahkan Bertus sebagai penyebab atas apa yang menimpa mereka. Mereka mencoba terkenal dengan cara yang disarankan Bertus tetapi justru membuat beberapa teman sekolahnya merasa terganggu dan akhirnya melukai mereka. Struktur kalimat “kayak gini!” memberikan petunjuk akan dampak yang diakibatkan oleh tindakan Bertus. Bertus sepenuhnya dapat menginterpretasikan maksud tuturan Dika tersebut dengan melihat struktur kata yang digunakan. Sepintas percakapan data 17) berwujud tuduhan karena Bertus menanyakan suatu hal yang indikasinya menuduh Ibu Kantin sebagai pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS. Implikatur percakapan data 17) dapat dilihat melalui tuturan Ibu Kantin “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!”. Implikatur dalam tuturan itu adalah Ibu Kantin meminta Bertus membayar hutangnya atau dengan kata lain menagih hutang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
Bertus. Bertus sebagai mitra tutur dapat menginterpretasikan implikatur tuturan tersebut dengan melihat struktur kata yang digunakan. c. Implikatur Percakapan Umum Laporan (Memberitahu) Laporan
artinya
memberitahukan;
segala
sesuatu
yang
dilaporkan (KBBI, 2005: 540). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan umum laporan adalah suatu percakapan yang wujudnya berupa pemberitahuan dan mengandung implikatur percakapan umum di dalamnya. Perhatikan contoh implikatur percakapan umum laporan (memberitahu) berikut. 18) Bapak Ina : “Ya, mungkin kalian cuma salah menerjemahkan kata-kata. Ya, namanya masih muda, masih goblok-goblok” Dika : “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus itu Om!” Bapak Ina : “Ya, baguslah kalau kamu itu sadar. Kalau kalian itu pada goblok. Ya?” (Konteks percakapan Dika tidak dapat memecahkan kasus ancaman pembunuhan kepala sekolah ketika SMA. Bapak Ina tahu penyebab tidak terpecahkannya kasus itu) 19) Dika (SMA) : “E…dinner! Oh iya gue juga nemuin kalok ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue ambil sampelnya di lapangan tadi” Ina : “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya” (Konteks percakapan terjadi ketika Dika menghasut Ina agar menjauhi Michael. Dika menyukai Ina) Implikatur percakapan data 18) dapat dilihat melalui tuturan Dika “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus itu Om!” implikasinya memberi penegasan berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
informasi bahwa kasus yang ditanganinya memang sulit sehingga orang sepintar Sindi pun tidak dapat memecahkan kasus tersebut. Secara
tidak
langsung
Dika
juga
menyampaikan
bahwa
kemampuan Sindi lebih baik dari Dika dan Bertus. Mitra tutur dapat menginterpretasikan maksud dalam tuturan Dika dengan melihat struktur kata yang digunakan. Tuturan “paling pintar” dalam tuturan Dika telah mewakili sebuah informasi bahwa kemampuan/kepintaran Dika dan Bertus masih di bawah Sindi. Implikatur percakapan data 19) dapat dilihat melalui tuturan Ina “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya”. Tuturan tersebut mengimplikasikan penegasan bahwa menurut Ina normal jika ketek seseorang terutama Michael basah sebab Dika pun demikian. Tuturan Ina tersebut sekaligus memberitahukan kepada Dika bahwa Ina tidak merasa bermasalah dengan keringat Michael. Implikatur dalam tuturan Ina dapat diinterpretasikan maknanya dengan melihat konteks percakapan yang terjadi. d. Implikatur Percakapan Umum Penyangkalan Penyangkalan berasal dari kata dasar sangkal yang artinya bantah; tidak membenarkan. Penyangkalan yaitu proses, cara, perbuatan menyangkal (KBBI, 2005: 995). Peneliti menimpulkan bahwa
implikatur
percakapan
percakapan umum
penyangkalan
yang
penyangkalan
mengandung
adalah
implikatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
percakapan umum. Perhatikan contoh implikatur percakapan umum penyangkalan berikut. 20) Sindi (SMA)
: “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita datangin aja alamatnya” Bertus (SMA) : “Sebenernya gue pengen ngomong kayak gitu dari tadi” Sindi (SMA) : “Terserah lu deh Ber!” (Konteks percakapan Bertus tidak mengindahkan saran Sindi untuk mendatangi alamat dalam surat kaleng padahal sarannya tersebut benar) Implikatur percakapan data 20) dapat dilihat dalam tuturan
Sindi “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita datangin aja alamatnya” implikasinya berupa pernyataan bahwa Sindi sebelumnya telah menyarankan hal yang benar namun Bertus tidak mempercayainya. Implikasi dalam tuturan tersebut dapat diinterpretasikan oleh Bertus meskipun tidak melihat konteks percakapan yang terjadi. Oleh karena itu Bertus menyangkal apa yang dituturkan Sindi. Bertus menyangkal bahwa tadinya ia tidak mempercayai saran Sindi. Melalui pemaparan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan data 20) merupakan implikatur percakapan umum penyangkalan. e. Implikatur Percakapan Umum Ejekan Ejekan memiliki arti perbuatan mengejek; olok-olok; sindiran (KBBI, 2005: 286). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan umum ejekan adalah suatu percakapan yang wujudnya berupa
percakapan
mengejek
dan
mengandung
implikatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
percakapan umum di dalamnya. Perhatikan contoh implikatur percakapan umum ejekan berikut. 21) Bapak Ina
: “Bentar ya. Ee…iya, saya mau pesen nasi padang. Mau? (menawarkan kepada Dika), Em 2 (Berbicara di telepon). He’eh! Pakai cabe nggak? (tanya kepada Dika)” Dika : “Enggak Om” Bapak Ina : “Cemen banget, masak nggak pakai cabe sih?” Dika : “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang banyak Om. Tapi kalau bisa nggak pedes” (Konteks percakapan Bapak Ina memesan makanan padang yang pedas, Dika tidak menyukai makanan pedas namun takut mengatakannya karena Bapak Ina galak)
Wujud percakapan data 21) adalah percakapan ejekan, Bapak Ina mengejek Dika dengan istilah “cemen”. Implikatur percakapan data 21) dapat dilihat melalui tuturan Dika “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang banyak Om. Tapi kalau bisa nggak pedes” yang implikaturnya ia tidak suka dan tidak mau makan pedas. Mitra tutur dapat menginterpretasikan maksud tuturan tersebut dengan melihat struktur kata yang dipakai dalam tuturannya. “…pakai cabe yang banyak, Om. Tapi kalau bisa nggak pedes” intinya bahwa yang diinginkan Dika adalah makanan yang tidak pedas. Melalui pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa data 21) mengandung implikatur percakapan umum ejekan. Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat lima jenis implikatur percakapan umum (IPU) pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Lima jenis implikatur percakapan umum (IPU), yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
IPU permintaan, IPU tuduhan, IPU laporan (memberitahu), IPU penyangkalan, dan IPU ejekan. Pemaparan pada masing-masing jenis implikatur percakapan umum (IPU) di atas memudahkan pembaca memahami implikatur percakapan umum (IPU) secara lebih spesifik. Melalui pengklasifikasian jenis implikatur percakapan umum (IPU) seperti di atas, diketahui bahwa implikatur percakapan umum (IPU) memiliki beberapa ciri penanda. Ciri penanda tersebut, yaitu implikatur percakapan umum (IPU) tidak memerlukan konteks tuturan untuk menginterpretasikan maksud yang terkandung di dalamnya dan penginterpretasian makna dapat dilakukan hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai penutur. Selain ciri penanda yang dipaparkan di atas, implikatur pecakapan umum (IPU) memiliki ciri melanggar maksim seperti yang telah dikemukakan dalam implikatur percakapan khusus (IPK) sebelumnya. Implikatur percakapan umum (IPU) pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika terbukti melanggar maksim, khususnya maksim tindakan dan maksim kualitas. Perhatikan contoh jenis implikatur percakapan umum (IPU) yang terbukti melanggar maksim tindakan berikut. a. Implikatur Percakapan Umum Permintaan 15) Dika Bapak Ina
: “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” : “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampek kemalaman. Siti! (memanggil pembantunya) Lampu!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
(Konteks percakapan Bapak Ina tidak sadar bahwa kondisi ruang gelap karena lampu belum dinyalakan. Dika takut dengan Bapak Ina) c. Implikatur percakapan Umum Laporan 19) Dika (SMA) : “E…dinner! Oh iya gue juga nemuin kalok ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue ambil sampelnya di lapangan tadi” Ina : “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya” (Konteks percakapan terjadi ketika Dika menghasut Ina agar menjauhi Michael. Dika menyukai Ina) e. Implikatur Percakapan Umum Ejekan 21) Bapak Ina
: “Bentar ya. Ee…iya, saya mau pesen nasi padang. Mau? (menawarkan kepada Dika), Em 2 (Berbicara di telepon). He’eh! Pake cabe nggak? (tanya kepada Dika)” Dika : “Enggak Om” Bapak Ina : “Cemen banget, masak nggak pake cabe sih?” Dika : “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang banyak, Om. Tapi kalau bisa nggak pedas” (Konteks percakapan Bapak Ina memesan makanan padang yang pedas, Dika tidak menyukai makanan pedas namun takut mengatakannya karena Bapak Ina galak)
Implikatur percakapan umum permintaan pada data percakapan 15) melanggar maksim tindakan. Hal ini dapat dibuktikan melalui tuturan “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” implikasinya menyampaikan informasi bahwa lampu belum dinyalakan dan situasi gelap. Secara tidak langsung Dika meminta agar lampu dinyalakan. Tuturan tersebut menimbulkan ketaksaan. Kalimat Dika merupakan kalimat pertanyaan tetapi maksudnya berupa pernyataan. Selaras dengan maksim tindakan, akan lebih baik jika Dika menuturkan “Om, lampunya belum dinyalakan” yang merupakan kalimat pernyataan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
Implikatur percakapan umum laporan pada data 19) melanggar maksim tindakan. Hal ini dibuktikan melalui tuturan “E…dinner! Oh iya gue juga nemuin kalok ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue ambil sampelnya di lapangan tadi”. Ditegaskan bahwa di dalam maksim
tindakan
hendaklah
cerdik
membuat
ungkapan
atau
percakapan. Sebagaimana diketahui bahwa tuturan Dika merupakan bentuk ungkapan yang tidak jelas maksudnya. Ia menemukan sampel keringat Michael di lapangan, hal itu tentu wajar karena saat sesorang beraktivitas di lapangan tentu ia akan berkeringat. Ia membuat ungkapan tidak jelas yang akhirnya melanggar maksim tindakan. Implikatur percakapan umum ejekan pada data percakapan 21) melanggar maksim tindakan. Hal ini dapat dibuktikan melalui tuturan Dika “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang banyak, Om. Tapi kalau bisa nggak pedas” yang implikasinya ia tidak ingin makan pedas. Tuturan tersebut tentu melanggar maksim tindakan karena terkesan panjang lebar yang tidak perlu. Dika menuturkan “Pakai cabe yang banyak, Om” tetapi kemudian ia menuturkan lagi “Tapi kalau bisa nggak pedas”, kedua tuturan tersebut mengandung makna berlainan sehingga jika dituturkan bersama akan menimbulkan ketidakjelasan. Pemaparan tersebut membuktikan bahwa implikatur percakapan umum ejekan pada data percakapan 21) melanggar maksim tindakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
Perhatikan contoh jenis implikatur percakapan umum (IPU) yang terbukti melanggar maksim kualitas berikut. b. Implikatur Percakapan Umum Tuduhan 17) Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!” Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)” (Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya kepada Ibu Kantin) d. Implikatur Percakapan Umum Penyangkalan 20) Sindi (SMA)
: “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita datangin aja alamatnya” Bertus (SMA) : “Sebenernya gue pengen ngomong kayak gitu dari tadi” Sindi (SMA) : “Terserah lu deh Ber!” (Konteks percakapan Bertus tidak mengindahkan saran Sindi untuk mendatangi alamat dalam surat kaleng padahal sarannya tersebut benar)
Implikatur percakapan umum tuduhan pada percakapan data 17) melanggar maksim kualitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui tuturan Bertus “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” yang implikasinya menuduh Ibu Kantin sebagai pelaku pengirim surat kaleng. Bertus menuturkan sebuah tuduhan kepada Ibu Kantin tanpa memiliki bukti. Hal tersebut jelas melanggar maksim kualitas yang mengharuskan penutur membuat informasi yang benar. Implikatur percakapan umum penyangkalan pada percakapan data 20) melanggar maksim kualitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui tuturan Sindi “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
datangin aja alamatnya” yang implikasinya menyalahkan Bertus. Artinya, sebelum Sindi menuturkan demikian tentu Bertus telah menuturkan sesuatu yang salah. Selaras dengan maksim kualitas, seharusnya penutur membuat sesuatu informasi yang benar dan tidak mengatakan sesuatu yang diyakini salah. Pemaparan tersebut membuktikan bahwa implikatur percakapan umum penyangkalan data percakapan 20) melanggar maksim kualitas. 1.3 Implikatur Percakapan Berskala Yole (2006: 71-74) menyatakan bahwa informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas dalam istilahistilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti: semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit, dan selalu, sering, kadang-kadang. Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih kata dari skala itu yang paling informatif dan benar (kualitas dan kuantitas). Peneliti mengelompokkan jenis implikatur percakapan berskala (IPB) yang ditemukan pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika sesuai ciri penanda dan wujud percakapannya. Perhatikan beberapa contoh percakapan berikut yang mengandung implikatur percakapan berskala (IPB). a. Implikatur Percakapan Berskala Laporan (memberitahu) Laporan
artinya
memberitahukan;
segala
sesuatu
yang
dilaporkan (KBBI, 2005: 540). Peneliti menyimpulkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
implikatur percakapan berskala laporan adalah suatu percakapan yang wujudnya berupa pemberitahuan dan mengandung implikatur percakapan berskala di dalamnya. Perhatikan contoh implikatur percakapan berskala laporan (memberitahu) berikut. 22) Dika (SMA) : “Kita ngapain sih di sini?” Bertus (SMA) : “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar lagi juga ada kasus” Kakek Tua : “Assalamualaikum?” Bertus (SMA) : “Wa’alaikumsalam hati-hati ya kek, awas mati! Di jalan banyak kejahatan!” (Konteks percakapan Bertus dan Dika mencari kasus untuk ditangani. Bertus yakin akan mendapatkan kasus dengan mengamati jalanan di depan sekolah) Implikatur percakapan data 22) dapat dilihat melalui tuturan Bertus “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar lagi juga ada kasus” implikasinya memberitahu Dika bahwa kejahatan akan terjadi di tempat itu (di depan sekolah). Penggunaan pilihan kata “sebagian besarnya” merupakan salah satu ciri penanda bahwa implikatur percakapan data 22) merupakan implikatur percakapan berskala (IPB). “Sebagian besarnya” menunjukkan skala nilai bahwa kejahatan “lebih besar” terjadi dijalanan daripada di tempat/lokasi lain. Implikatur percakapan data 22) merupakan implikatur percakapan berskala laporan (memberitahu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
b. Implikatur Percakapan Berskala Permintaan Permintaan berasal dari kata dasar minta, artinya berkata-kata supaya diberi atau mendapat sesuatu; mohon (KBBI, 2005: 745). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan berskala permintaan artinya suatu percakapan yang wujudnya berupa percakapan permintaan dan di dalamnya mengandung implikatur percakapan berskala. Perhatikan contoh implikatur percakapan berskala permintaan berikut. 23) Jimmy
: “Eh sorry, kayaknya kita butuh ruangan lagi deh” Vani : “Lah buat apa?” Jimmy : “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club basket kita udah keseringan menang” Vani : “Oh, ruangannya sih ada tapi kayaknya gue harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa apa enggak” (Konteks percakapan terjadi di ruang OSIS, Jimmy yang terkenal lebih mudah mendapatkan ruangan daripada grup detektif) Implikatur percakapan pada percakapan data 23) dapat dilihat
melalui tuturan Jimmy “Ya buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club
basket
kita
udah
keseringan
menang”
implikasinya
menyombongkan diri dengan memberitahukan kemenangan clubnya. Penggunaan pilihan kata “keseringan” menunjukkan skala nilai bahwa club basketnya “sering” atau “tidak hanya sekali, beberapa, atau kadang-kadang” saja mendapatkan kemenangan. Implikatur percakapan yang terbentuk dari percakapan data 23) adalah implikatur percakapan berskala laporan (memberitahu).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
c. Implikatur Percakapan Berskala Tuduhan Tuduhan berasal dari kata dasar tuduh. Tuduhan artinya hasil menuduh; hal yang dituduhkan; dakwaan (KBBI, 2005: 1215). Peneliti menyimpulkan bahwa implikatur percakapan berskala tuduhan artinya suatu percakapan yang wujudnya tuduhan dan mengandung implikatur percakapan berskala. Perhatikan contoh implikatur percakapan berskala tuduhan berikut. 24) Kepsek
: “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya wangi itu?” Dika (SMA) : “Ya, betul Bu!” Kepsek : “Nggak mungkin, masak?” Dika (SMA) : “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu” (Konteks percakapan Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan kepala sekolah. Michael siswa berprestasi dan terkenal sehingga kepala sekolah agak ragu)
Implikatur percakapan yang terkandung pada data 24) adalah implikatur percakapan berskala tuduhan. Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Kepala sekolah tidak lantas percaya begitu saja atas tuduhan tersebut mengingat bahwa Michael merupakan siswa terkenal yang baik di sekolahan. Tuturan yang membuktikan bahwa data 24) merupakan implikatur percakapan berskala terdapat pada tuturan Dika “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu”. Pilihan kata “beberapa” menunjukkan skala lebih dari satu. Implikasi dalam tuturan tersebut adalah Dika belum dapat membuktikan tuduhannya dan meminta tambahan waktu kepada kepala sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
untuk membuktikannya. Melalui pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa implikatur data 24) merupakan implikatur percakapan berskala tuduhan. Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat tiga jenis implikatur percakapan berskala (IPB) pada percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Tiga jenis implikatur percakapan berskala (IPB), yaitu IPB laporan, IPB permintaan, dan IPB tuduhan. Pemaparan pada masing-masing jenis implikatur percakapan berskala (IPB) di atas memudahkan pembaca memahami implikatur percakapan berskala (IPB) secara lebih spesifik. Melalui pengklasifikasian jenis implikatur percakapan berskala (IPB) seperti di atas, diketahui bahwa implikatur percakapan berskala (IPB) memiliki beberapa ciri penanda. Ciri penanda tersebut, yaitu implikatur
percakapan
menghiraukan/mengabaikan makna
implikaturnya
dan
berskala konteks
dalam
menggunakan
(IPB)
dapat
menginterpretasikan istilah-istilah
untuk
mengungkapkan kuantitas, seperti: semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit, dan selalu, sering, kadang-kadang. Mengenai
pelanggaran
maksim,
ciri
penanda
implikatur
percakapan berskala (IPB) berbeda dengan implikatur percakapan khusus (IPK) dan implikatur percakapan umum (IPU). Implikatur percakapan berskala (IPB) tidak selalu melanggar maksim. Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
menemukan bahwa data percakapan 22) dan 23) melanggar maksim kuantitas sedangkan data 24) tidak melanggar maksim. Perhatikan contoh jenis implikatur percakapan berskala (IPB) yang terbukti melanggar maksim kuantitas berikut. a. Implikatur Percakapan Berskala Laporan 22) Dika (SMA) : “Kita ngapain sih di sini?” Bertus (SMA) : “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar lagi juga ada kasus” Kakek Tua : “Assalamualaikum?” Bertus (SMA) : “Wa’alaikumsalam hati-hati ya kek, awas mati! Di jalan banyak kejahatan!” (Konteks percakapan Bertus dan Dika mencari kasus untuk ditangani. Bertus yakin akan mendapatkan kasus dengan mengamati jalanan di depan sekolah) b. Implikatur Percakapan Berskala Permintaan 23) Jimmy
: “Eh sorry, kayaknya kita butuh ruangan lagi deh” Vani : “Lah buat apa?” Jimmy : “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club basket kita udah keseringan menang” Vani : “Oh, ruangannya sih ada tapi kayaknya gue harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa apa enggak” (Konteks percakapan terjadi di ruang OSIS, Jimmy yang terkenal lebih mudah mendapatkan ruangan daripada grup detektif) Implikatur percakapan berskala laporan pada data percakapan
22) melanggar maksim kuantitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui tuturan Bertus “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan…” untuk menjawab pertanyaan Dika “Kita ngapain sih di sini?”. Jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
yang diberikan Bertus melanggar maksim kuantitas karena membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. Dika hanya membutuhkan informasi mengenai alasan mengapa mereka berada di jalan saat itu tetapi Bertus justru memberikan informasi lebih. Ini membuktikan bahwa data percakapan 22) melanggar maksim kuantitas. Implikatur percakapan berskala laporan pada data percakapan 23) melanggar maksim kuantitas. Hal ini dapat dibuktikan melalui tuturan Jimmy “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club basket kita udah keseringan menang” untuk menjawab pertanyaan Vani “Lah buat apa?”. Jawaban yang dituturkan Jimmy berisi lebih banyak informasi dari yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan Vani. Vani hanya menanyakan untuk apa ruangan yang diminta Jimmy tetapi ia justru menambahkan informasi lain berupa kemenangan club basketnya. Hal tersebut membuat percakapan lebih
informatif
dari
yang
diminta.
Pemaparan
tersebut
membuktikan bahwa data percakapan 23) melanggar maksim kuantitas. Perhatikan contoh jenis implikatur percakapan berskala (IPB) yang terbukti tidak melanggar maksim berikut. c. Implikatur Percakapan Berskala Tuduhan 24) Kepsek
: “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya wangi itu?” Dika (SMA) : “Ya, betul Bu!” Kepsek : “Nggak mungkin, masak?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
Dika (SMA) : “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu” (Konteks percakapan Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan kepala sekolah. Michael siswa berprestasi dan terkenal sehingga kepala sekolah agak ragu) Implikatur percakapan berskala tuduhan pada data percakapan 24) terbukti tidak melanggar maksim. Percakapan data 24) tidak melanggar maksim kuantitas karena informasi dalam percakapan tersebut tidak membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta. Selain itu, tanya jawab antara Dika dan kepala sekolah terjadi secara runtut dan relevan sesuai maksim hubungan. Dika memberikan jawaban sesuai atas pertanyaan yang diajukan kepala sekolah. Pemaparan tersebut membuktikan bahwa implikatur percakapan bersakala tuduhan tidak melanggar maksim. 2. Fungsi Implikatur Percakapan Pada dasarnya fungsi implikatur adalah untuk memperhalus proposisi yang diujarkan dan dalam rangka menyelamatkan muka (saving face) seperti yang dikemukakan oleh Rani (2006: 176). Penggunaan implikatur percakapan dianggap lebih sopan, misalnya untuk menuturkan tuturan yang mengandung maksud memerintah, menolak, menegur, dan lain-lain. Tuturan yang banyak melibatkan “emosi” atau “amarah” mitra tutur biasanya akan lebih mudah diterima jika disampaikan dengan implikatur. Semakin tidak langsung tuturan semakin tinggi implikaturnya dan semakin mudah diterima oleh mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
Berikut ini merupakan pemaparan fungsi implikatur percakapan secara lebih khusus dan spesifik. 2.1 Fungsi Implikatur Percakapan Khusus (IPK) Fungsi implikatur percakapan khusus (IPK) dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah sebagai berikut. a. Implikatur Percakapan Khusus Hiperbolis 1) Bertus (SMA) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?” Siswa A : “Mendingan gue mati!!!” (Konteks percakapan melalui telepon, Bertus menembak Siswa A. Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya) b. Implikatur Percakapan Khusus Ejekan 2) Bertus (SMA) : “Nembak cewek itu harus banyak, biar kemungkinan diterimanya itu banyak. Kalau gue nembak 100 cewek dengan probilitas 10%, gue mungkin diterima 10 kali. Lu nggak belajar Matematika apa?” Dika (SMA) : “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?” Bertus (SMA) : “Halah…lu nggak usah sok pinter deh. Liat ni…liat” (Konteks percakapan Bertus ingin meminta salah 1 siswa menjadi pacarnya. Bertus dan Dika adalah siswa aneh yang sering ditolak saat menyatakan cinta) 3) Dika (SMA) : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan cewek sekarang jadi penting banget buat elu?” Bertus (SMA) : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita nikah” Dika (SMA) : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah!” (Konteks percakapan Bertus dan Dika siswa aneh dan tidak terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah) 4) Bapak Ina : “Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok dipelihara. He…grup detektif itu kenapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari angkot, kepalanya duluan, kena aspal? Pernah, ya?” Dika : “Nggak pernah, Om” (Konteks percakapan Dika membuat grup detektif aneh yang sudah tidak popular di zamannya ketika SMA agar ia menjadi terkenal) c. Implikatur Percakapan Khusus Permintaan 5) Bertus (SMA) Dika (SMA)
: “Kenapa lu?!” : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu, tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue bayar ke elu lagi” Bertus (SMA) : “Ok…ok” (Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin berbaikan dengan Bertus)
6) Bertus (SMA) : “Perlu banget? (ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di kantin)” Dika (SMA) : “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama gue” (Konteks percakapan Dika pernah memecahkan kasus penting. Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah) 7) Sindi
Dika
: “Elu masih simpen nggak? Handuknya? Lu pernah nggak sih, kalau elu lagi di keramaian, terus elu inget-inget cinta pertama elu waktu di SMA? Orang yang lu suka waktu itu? Lu sering nggak nanya sama diri lu sendiri, jangan-jangan gue udah ngelewatin cinta pertama gue hanya karena gue nggak berani ngomong sama dia. Kira-kira itu yang gue rasain selama 11 tahun ini. Cinta itu kayak marmut lucu warna merah jambu yang berada di sebuah roda, seakan dia udah pergi jauh padahal dia nggak pernah pergi kemana-kemana. Nggak tahu kapan harus berhenti. Capek tahu nggak, Dik?” : “Berhenti yuk”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
(Konteks percakapan Sindi dan Dika yang sudah 11 tahun tidak betemu. Sindi menyukai Dika begitu pula sebaliknya) d. Implikatur Percakapan Penolakan 8) Dika Siswa B
: “Iya…elu mau jadi pacar gue, nggak?” : “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi” (Konteks percakapan Dika adalah siswa aneh. Siswa B dengan sadar dan sengaja berpura-pura menjadi customer service karena malas menjawab telepon Dika)
9) Bertus (SMA) Sindi (SMA)
: “Eem…sorry siapa ya?” : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?” Dika (SMA) : “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” (Konteks percakapan Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi. Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang mereka lakukan)
10) Kepsek : “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!!” Bertus (SMA) : “Ee sebentar, Bu. Saya punya teori yang lebih masuk akal Bu” Kepsek : “Cukup!” (Konteks percakapan, Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah dan tidak dapat membuktikan tuduhan tersebut) e. Implikatur Percakapan Khusus tuduhan 11) Dika (SMA) Bertus (SMA)
: “Jadi pelakunya?” : “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng. Ibu kantin!” Sindi (SMA) : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak ginigini juga kali!” (Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS. Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
f. Implikatur Percakapan Khusus Kesepakatan 12) Ina : “Oops… aduh, eh ketabrak” Michael (SMA) : “Sorry Na, lu nggak papa?” Ina : “Ee nggak papa, sorry ya Mich” Michael (SMA) : “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?” Ina : “Tuh (menunjuk), mau duduk di situ” Michael (SMA) : “Oh, ya udah. Bareng yuk?” (Konteks percakapan Ina menyukai Michael tetapi Michael tidak tahu. Ina dengan sengaja menabrakkan dirinya ke Michael) Implikatur percakapan khusus pada data 1) terdapat pada tuturan siswa A “Mendingan gue mati!”, implikasinya dia tidak ingin atau menolak menjadi pacar Bertus. Nilai komunikatif dari implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Maka, fungsi implikatur percakapan data 1) adalah penyampaian berita atau informasi dari Siswa A bahwa ia memilih mati daripada menjadi pacar Bertus. Melalui implikatur percakapan tersebut dapat diketahui bahwa Siswa A berkarakter tegas dan galak, ia menggunakan kalimat yang hiperbolis padahal maksud tuturannya hanya menolak. Implikatur percakapan khusus pada data 2) terdapat pada tuturan Dika “Ber tapi yang namanya dua unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?” implikasinya memberitahu Bertus bahwa untuk diterima jadi pacar, kedua pasangan harus saling memiliki kecocokan. Nilai komunikatif implikatur percakapan data 2) berupa kalimat berita (deklaratif). Penyampaian berita atau informasi mengenai bagaimana cara agar diterima ketika menyatakan cinta. Secara literal percakapan mereka berupa ejekan namun implikaturya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
saling membertitahu. Maka, fungsi implikatur percakapan data 2) memberitahukan informasi atau saran kepada penonton bagaimana cara agar diterima ketika menyatakan cinta pada lawan jenis. Implikatur percakapan khusus pada data 3) terdapat pada tuturan Dika “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah!”, implikasinya Bertus masih belum cukup umur dan belum sepantasnya untuk berpikir ataupun membicarakan pernikahan. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Maka, fungsi implikatur percakapan data 3) adalah memberitahu. Penulis ingin menyampaikan pesan kepada penonton bahwa perlu keberanian dan usia yang matang untuk memikirkan sebuah pernikahan. Sebagaimana diketahui tokoh Bertus dalam percakapan data 3) berperan sebagai anak SMA, artinya penulis mengingatkan bahwa pada rentan usia tersebut belum sepantasnya memikirkan pernikahan. Implikatur percakapan khusus data 4) terdapat pada tuturan Bapak Ina “Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok dipelihara. He…grup detektif itu…” implikasinya kesal terhadap sikap bodoh Dika dan Bertus. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat empatik yaitu kalimat yang mengandung maksud memberikan penekanan khusus. Secara tegas Bapak Ina menganggap bahwa tindakan yang dilakukan Dika adalah sebuah kebodohan yang seharusnya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
dilakukan. Penulis menunjukkan bahwa Dika berkatakter bodoh melalui implikatur dalam tuturan Bapak Ina. Implikatur percakapan data 5) terdapat pada tuturan Dika “Siomay itu biar gue yang bayar…”, implikasinya dia meminta maaf dan ingin berbaikan dengan Bertus. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Dika memberitahukan sebuah informasi bahwa dia akan membayar siomay yang dimakan Bertus dan setuju mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal. Penulis menunjukkan sebuah realita bahwa orang sering kali meminta maaf dengan cara menyuap dan bersikap manis. Implikatur percakapan tersebut menunjukkan pula bahwa tokoh Bertus adalah orang yang mudah dibujuk. Implikatur percakapan khusus pada data 6) dapat dilihat melalui tuturan Dika “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama gue” implikasinya meminta Bertus percaya dengan tindakannya. Nilai komunikatif implikatur tersebut adalah kalimat perintah (imperative). Fungsi implikatur percakapan tersebut ingin menunjukkan bahwa prestasi akan tindakan yang pernah dilakukan sebelumnya dapat dijadikan senjata membuat orang lain percaya akan tindakan yang dilakukan selanjutnya. Implikatur percakapan pada data 7) tampak pada tuturan Dika “Berhenti yuk” yang implikasinya ia meminta Sindi menjadi pacarnya. “Berhenti yuk” merupakan kalimat mengajak atau meminta Sindi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
melakukan sesuatu. Nilai komunikatif implikatur percakapan data 7) berupa kalimat imperative. Dika meminta Sindi untuk bersedia menjalin hubungan dengannya. Fungsi implikatur percakapan data 7) tersebut sekedar memberikan hiburan kepada penonton. Implikatur percakapan data 8) terdapat pada tuturan Siswa B “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi” implikasinya dia tidak ingin atau menolak menjadi pacar Dika. Implikatur tersebut dapat diketahui dengan melihat konteks percakapan bahwa Siswa B berpura-pura menjadi customer service. Nilai
komunikatif
implikatur
tersebut
berupa
kalimat
berita
(deklaratif). Fungsi implikatur percakapan data 8) adalah menolak. Melalui implikatur tersebut penulis ingin menyampaikan dan menunjukkan kepada penonton bahwa terkadang seseorang berpurapura tidak melihat atau mendengar hanya karena ia tidak perduli. Implikatur percakapan data 9) terdapat pada tuturan Dika “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting”, implikasinya bahwa mereka (Bertus dan Dika) tidak ingin Sindi terlibat dalam kasus yang mereka tangani dan merasa terganggu dengan kehadirannya. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat perintah (imperative). Fungsi implikatur percakapan data 9) adalah menolak secara halus dan meminta Sindi agar tidak terlibat. Implikatur percakapan data 10) terdapat pada tuturan kepala sekolah “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!!” dan “Cukup!”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
implikasinya ia marah dan kecewa telah mempercayakan kasus ancaman pembunuhan terhadapnya kepada grup detektif. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat perintah (imperatif). Implikatur percakapan tersebut berfungsi meyampaikan pesan kepada penonton bahwa menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang diberikan orang lain dapat menimbulkan amarah dan kekecewaan. Implikatur percakapan data 11) terdapat pada tuturan Sindi “Ber…gue tahu elu bego, tapi…”, implikasinya memberitahu bahwa dugaan yang dituduhkan Bertus kepada Ibu Kantin salah/keliru. “Nggak gini-gini juga kali” merupakan penegasan bahwa Sindi tidak sependapat sekaligus menyalahkan hipotesa Bertus. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikatur percakapan data 11) menunjukkan kepada penonton karakter Sindi yang keras, pintar, dan logis sementara Bertus berkarakter ceroboh dan bodoh. Implikatur percakapan data 12) terdapat pada tuturan Ina “Oops… aduh. Eh ketabrak” sebenarnya tidak perlu dituturkan kepada Michael. Konteksnya Ina menyukai Michael dan sengaja menabrakan diri ke Michael. Implikasi dalam tuturan tersebut agar Michael merespon tindakan yang ia lakukan dan mengajaknya makan di kursi yang sama. Nilai
komunikatif
implikatur
tersebut
berupa
kalimat
berita
(deklaratif). Tuturan Sindi memberikan informasi bahwa dia tidak sengaja menabrak Michael. Fungsi implikatur percakapan data 12)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
memberitahu muslihat atau cara yang dengan sengaja dapat dilakukan untuk mendekati seseorang. 2.1 Fungsi Implikatur Percakapan Umum (IPU) Fungsi implikatur percakapan umum (IPU) dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah sebagai berikut. a. Implikatur Percakapan Umum Permintaan 13) Michael (SMA) : “Temen-temen sorry, ya. kita pengen nongkrong di sini” Bertus (SMA) : “Oh…ow, iya. Nggak papa, silahkan. Tadi agak kotor sedikit. Dik bangun Dik, bangun bangun. Nggak papa, ini agak kotor (sambil mengelap bangku bekas mereka duduk)” (Konteks percakapan terjadi ketika Michael bersama temantemannya ingin duduk di bangku yang sedang diduduki oleh Dika dan Bertus. Michael adalah siswa terkenal di sekolah) 14) Dika
: “Nah setelah dari perpustakaan, kami kan per…em…gimana kalau ceritanya, saya langsung ke bagian yang penting aja? Ya, Om? Jadi sebulan kemudian…” Bapak Ina : “Bentar-bentar, tunggu, tunggu. Kamu itu bisa cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih?! Yang bener! Terus…terus!” (Konteks percakapan, Bapak Ina sangat galak. Dika diberi waktu terbatas untuk bercerita sehingga ia ingin mempersingkat ceritanya)
15) Dika
: “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” Bapak Ina : “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampek kemalaman. Siti! (memanggil pembantunya) Lampu!” (Konteks percakapan Bapak Ina tidak sadar bahwa kondisi ruang gelap karena lampu belum dinyalakan. Dika takut dengan Bapak Ina)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
b. Implikatur Percakapan Umum Tuduhan 16) Dika (SMA) : “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!” Bertus (SMA) : “Dik…apa salah sih, gue nyoba ngebuat kita popular?” (Konteks percakapan Dika dan Bertus dibawa ke UKS karena luka cubitan dari teman-temanya. Mereka dicubit setelah mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal) 17) Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!” Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)” (Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya kepada Ibu Kantin) c. Implikatur Percakapan Umum Laporan (Memberitahu) 18) Bapak Ina : “Ya, mungkin kalian cuma salah menerjemahkan kata-kata. Ya, namanya masih muda, masih goblok-goblok” Dika : “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus itu Om!” Bapak Ina : “Ya, baguslah kalau kamu itu sadar. Kalau kalian itu pada goblok. Ya?” (Konteks percakapan Dika tidak dapat memecahkan kasus ancaman pembunuhan kepala sekolah ketika SMA. Bapak Ina tahu penyebab tidak terpecahkannya kasus itu) 19) Dika (SMA) : “E…dinner! Oh iya gue juga nemuin kalok ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue ambil sampelnya di lapangan tadi” Ina : “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya” (Konteks percakapan terjadi ketika Dika menghasut Ina agar menjauhi Michael. Dika menyukai Ina) d. Implikatur Percakapan Umum Penyangkalan 20) Sindi (SMA)
: “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita datangin aja alamatnya”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
Bertus (SMA)
: “Sebenernya gue pengen ngomong kayak gitu dari tadi” Sindi (SMA) : “Terserah lu deh Ber!” (Konteks percakapan Bertus tidak mengindahkan saran Sindi untuk mendatangi alamat dalam surat kaleng padahal sarannya tersebut benar) e. Implikatur Percakapan Umum Ejekan 21) Bapak Ina
: “Bentar ya. Ee…iya, saya mau pesen nasi padang. Mau? (menawarkan kepada Dika), Em 2 (Berbicara di telepon). He’eh! Pake cabe nggak? (tanya kepada Dika)” Dika : “Enggak Om” Bapak Ina : “Cemen banget, masak nggak pake cabe sih?” Dika : “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang banyak Om. Tapi kalau bisa nggak pedes” (Konteks percakapan Bapak Ina memesan makanan padang yang pedas, Dika tidak menyukai makanan pedas namun takut mengatakannya karena Bapak Ina galak)
Implikatur percakapan data 13) dapat dilihat pada tuturan Michael “Temen-temen sorry, ya. kita pengen nongkrong di sini” implikasinya mengusir Dika dan Bertus secara halus. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat perintah (imperatif). Michael secara tidak langsung memerintahkan Bertus dan Dika pergi dari tempat yang mereka duduki sebelumnya karena Michael bersama teman-temannya ingin nongkrong di tempat itu. Fungsi implikatur percakapan data 13) menunjukkan karakter Michael yang berkuasa sehingga dia dapat melakukan dan mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudah. Implikatur percakapan data 14) dapat dilihat pada tuturan Bapak Ina “…Kamu itu bisa cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok loncat-loncat
kayak
begitu.
Bagaimana
sih?!
Yang
bener!
Terus…terus!” implikasinya meminta Dika menceritakan masa SMA-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
nya secara runtut dan jelas. Nilai komunikatif implikatur percakapan data 14) tersebut berupa kalimat perintah (imperative). Fungsi implikatur data 14) menunjukkan karakter Bapak Ina yang galak karena tuturannya disertai nada tinggi (dalam film). Implikatur percakapan data 15) dapat dilihat pada tuturan Dika “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” implikasinya penyampaian informasi bahwa lampu belum dinyalakan dan situasi gelap. Nilai komunikatif implikatur percakapan data 15) tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikatur data 15) adalah memberitahukan info kepada Bapak Ina mengenai lampu yang belum dinyalakan. Implikatur tersebut juga menunjukkan bahwa karakter Dika takut dengan Bapak Ina. Implikatur percakapan data 16) dapat dilihat pada tuturan Dika “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!” implikasinya menyalahkan Bertus atas apa yang menimpa mereka. Nilai komunikatif implikatur percakapan data 16) tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikatur data 16) menunjukkan karakter Bertus yang bodoh. Melalui ide tidak masuk akalnya justru menyebabkan dirinya dan Dika terluka. Melalui implikatur percakapan tersebut penulis juga menyampaikan pesan kepada penonton agar tidak melakukan tindakan ceroboh yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Implikatur percakapan data 17) dapat dilihat pada tuturan Ibu Kantin “…Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
implikaturnya Ibu Kantin meminta Bertus membayar hutangnya atau dengan kata lain menagih hutang Bertus. Nilai komunikatif percakapan data 17) berupa kalimat perintah (imperative). Fungsi implikatur data 17) sama seperti sebelumnya yaitu menunjukkan karakter Bertus yang sembarangan. Ibu Kantin menggunakan implikatur sebagai sindiran agar Bertus sadar bahwa ia harusnya membayar hutangnya. Implikatur percakapan data 18) dapat dilihat pada tuturan Dika “Ya tapi kan dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus itu,
Om!”
implikasinya
memberitahu
bahwa
alasan
tidak
terpecahkannya kasus ancaman pembunuhan kepala sekolah karena kasusnya yang sulit. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif), yaitu kalimat yang mengandung maksud memberitakan sesuatu kepada mitra tutur. Fungsi implikaturnya adalah menunjukkan karakter tokoh Sindi yang pintar dibanding temantemanya yang lain. Implikatur percakapan data 19) dapat dilihat pada tuturan Ina “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya”. Tuturan tersebut mengimplikasikan penegasan bahwa menurut Ina normal jika ketek seseorang terutama Michael basah sebab Dika pun demikian. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikaturnya memberikan nasihat kepada penonton agar melihat kekurangan pada diri sendiri terlebih dahulu sebelum melihat kekurangan orang lain. Nasihat lain adalah agar penonton tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
menjadi seperti Dika yang menghasut dan menjelek-jelekan orang lain hanya demi kepentinga pribadi. Implikatur percakapan data 20) dapat dilihat pada tuturan Sindi “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita
datangin aja
alamatnya” implikasinya bahwa sebelumnya Sindi sudah memberikan saran yang benar tetapi Bertus meragukannya. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikaturnya menunjukkan bahwa tokoh Sindi memiliki kemampuan yang baik. Sangkalan yang dituturkan Bertus juga menunjukkan bagaimana keras kepalanya ia. Implikatur percakapan data 21) dapat dilihat melalui tuturan Dika “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang banyak, Om. Tapi kalau bisa nggak pedes” implikaturnya ia tidak suka dan tidak mau makan pedas. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikaturnya data 21) sebagai bahasa halus untuk menolak. 2.3 Fungsi Implikatur Percakapan Berskala (IPB) Fungsi implikatur percakapan berskala (IPB) dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah sebagai berikut. a. Implikatur Percakapan Berskala Laporan 22) Dika (SMA) : “Kita ngapain sih di sini?” Bertus (SMA) : “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar lagi juga ada kasus” Kakek Tua : “Assalamualaikum?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
Bertus (SMA) : “Wa’alaikumsalam hati-hati ya kek, awas mati! Di jalan banyak kejahatan!” (Konteks percakapan Bertus dan Dika mencari kasus untuk ditangani. Bertus yakin akan mendapatkan kasus dengan mengamati jalanan di depan sekolah) a. Implikatur Percakapan Berskala Permintaan 23) Jimmy
: “Eh sorry, kayaknya kita butuh ruangan lagi deh” Vani : “Lah buat apa?” Jimmy : “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club basket kita udah keseringan menang” Vani : “Oh, ruangannya sih ada tapi kayaknya gue harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa apa enggak” (Konteks percakapan terjadi di ruang OSIS, Jimmy yang terkenal lebih mudah mendapatkan ruangan daripada grup detektif)
3. Implikatur Percakapan Berskala Tuduhan 24) Kepsek wangi itu?” Dika (SMA) Kepsek Dika (SMA)
: “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya
: “Ya, betul Bu!” : “Nggak mungkin, masak?” : “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu” (Konteks percakapan Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan kepala sekolah. Michael siswa berprestasi dan terkenal sehingga kepala sekolah agak ragu)
Implikatur percakapan data 22) dapat dilihat pada tuturan Bertus “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan…” implikasinya memberitahu Dika bahwa kejahatan akan terjadi di tempat itu (di depan sekolah). Nilai komunikatif tuturan tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikatur data 22) adalah memberitahukan bahwa sebagian besar kejahatan di Jakarta terjadi di jalanan sehingga penonton wajib waspada dan berhati-hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
Implikatur percakapan data 23) dapat dilihat pada tuturan Jimmy “Ya buat piala…” implikasinya menyombongkan diri dengan memberitahukan kemenangan club-nya. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Fungsi implikatur data 23) adalah menunjukkan karakter tokoh Jimmy yang sombong. Implikatur percakapan data 24) dapat dilihat pada tuturan Dika “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu” implikasinya bahwa Dika belum dapat membuktikan tuduhannya terhadap Michael kepada kepala sekolah dan meminta tambahan waktu. Nilai komunikatif tuturan tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Dika memberitahukan bahwa ia dapat membuktikan Michael adalah pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Fungsi implikatur data 24) adalah menyampaikan pesan kepada penoton agar jangan melakukan tindakan salah apalagi memfitnah orang lain demi kepentingan pribadi. Melalui pemaparan fungsi implikatur percakapan seperti di atas, peneliti menyimpulkan bahwa secara umum fungsi implikatur percakapan pada film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah menunjukkan realita kehidupan remaja (SMA). Raditya Dika sebagai penulis sekaligus sutradara juga menyampaikan pesan berupa nasihat-nasihat dan peringatan baik bagi penonton. Di luar itu, implikatur dalam percakapan antartokohnya dibuat sedemikian rupa untuk membangun pencitraan setiap tokohnya (pemeran) serta menciptakan kelucuan sebagai pendukung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
adegan para tokoh. Hal tersebut mengingat bahwa film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika merupakan film comedy yang tujuan utamanya untuk memberikan hiburan kepada penonton.
D. Pembahasan 1. Jenis-jenis Implikatur Percakapan Peneliti melakukan penelitian terhadap percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika untuk menemukan implikatur percakapan di dalamnya. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam percakapan film tersebut adalah bahasa Indonesia yang tidak baku. Film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang diteliti oleh peneliti berdurasi 1 jam 26 menit 26 detik. Selama durasi waktu tersebut, peneliti menyimak dan mencatat percakapan-percakapan antartokohnya untuk menemukan jenis-jenis dan fungsi implikatur percakapannya. Peneliti menemukan 31 data percakapan dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang mengandung implikatur percakapan. Implikatur percakapan tersebut diklasifikasi dan diidentifikasi berdasarkan jenisnya. Jenis implikatur percakapan yang ditemukan dalam film tersebut, yaitu implikatur percakapan khusus (IPK), implikatur percakapan umum (IPU), dan implikatur percakapan berskala (IPB). Masing-masing implikatur yang ditemukan oleh peneliti, yaitu 15 implikatur percakapan khusus (IPK), 13 implikatur percakapan umum (IPU), dan 3 implikatur percakapan berskala (IPB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
Menurut Yule (2006: 74) implikatur percakapan khusus adalah percakapan yang terjadi dalam konteks yang sangat khusus di mana pendengar mengasumsikan informasi secara lokal. Ciri penanda implikatur percakapan khusus (IPK) adalah sebagai berikut: (a) implikatur percakapan
khusus
(IPK)
selalu
membutuhkan
konteks
untuk
menginterpretasikan maksud tuturan, (b) pendengar mengasumsikan informasi secara lokal (artinya sebatas lingkup percakapan), (c) penutur yang terlibat dalam percakapan memiliki latar belakang pengetahuan khusus (budaya, asal, perilaku, dan/atau kebiasaan) yang sama, (d) penutur yang telibat dalam percakapan harus memiliki dasar pengetahuan umum yang sama sehingga tidak menimbulkan salah paham, dan (e) implikatur percakapan khusus (IPK) melanggar maksim hubungan. Yule (2006: 74) mengungkapkan bahwa implikatur percakapan umum merupakan implikatur yang tidak memperhitungkan makna tambahan. Ciri penanda implikatur percakapan umum (IPU), yaitu (a) implikatur percakapan umum (IPU) tidak memerlukan konteks tuturan untuk menginterpretasikan maksud yang terkandung dalam percakapan, (b) maksud yang terkandung dalam implikatur percakapan umum (IPU) dapat diinterpretasikan maksud tuturannya hanya dengan mengamati struktur kata yang dipakai penutur, dan (c) implikatur percakapan umum (IPU) melanggar maksim tindakan dan maksim kualitas. Menurut Yule (2006: 71) implikatur percakapan berskala (IPB) merupakan implikatur
yang
termasuk dalam
kategori implikatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
percakapan umum (IPU). Ciri penanda implikatur percakapan berskala (IPB),
yaitu
implikatur
percakapan
berskala
(IPB)
dapat
menghiraukan/mengabaikan konteks dalam menginterpretasikan makna implikaturnya dan menggunakan istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti: semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit, dan selalu, sering, kadang-kadang (Yole, 2006: 71-74) dan implikatur percakapan berskala (IPB) tidak selalu melanggar maksim. Jenis implikatur percakapan khusus (IPK) dibagi lagi menjadi enam jenis sesuai makna tuturan dan ciri penandanya, yaitu IPK hiperbolis, IPK ejekan, IPK permintaan, IPK penolakan, IPK tuduhan, dan IPK kesepakatan. Implikatur percakapan umum (IPU) dibagi menjadi lima, yaitu IPU permintaan, IPU tuduhan, IPU laporan (memberitahu), IPU penyangkalan, dan IPU ejekan. Implikatur percakapan berskala (IPB) dibagi menjadi tiga, yaitu IPB permintaan, IPB laporan (memberitahu), dan IPB ejekan. Perhatikan beberapa implikatur percakapan berikut sebagai contoh pembanding. 11) Dika (SMA) Bertus (SMA)
: “Jadi pelakunya?” : “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng. Ibu kantin!” Sindi (SMA) : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali!” (Konteks percakapan Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS. Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
15) Dika Bapak Ina
: “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” : “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampek kemalaman. Siti! (memanggil pembantunya) Lampu!” (Konteks percakapan Bapak Ina tidak sadar bahwa kondisi ruang gelap karena lampu belum dinyalakan. Dika takut dengan Bapak Ina)
22) Dika (SMA) Bertus (SMA)
: “Kita ngapain sih di sini?” : “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 258 kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar lagi juga ada kasus” Kakek Tua : “Asalamualaikum…” Bertus (SMA) : “Walaikmsalam…hati-hati ya kek, awas mati di jalan banyak kejahatan” (Konteks percakapan Bertus dan Dika mencari kasus untuk ditangani. Bertus yakin akan mendapatkan kasus dengan mengamati jalanan di depan sekolah)
Data percakapan 11) memperlihatkan bahwa percakapan tersebut mengandung implikatur percakapan khusus (IPK). Hal ini dapat dilihat dari tuturan Sindi “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali” implikasinya bahwa selain Bertus “bego (bodoh)” ia juga sering membuat keputusan dan dugaan yang salah/keliru. “Nggak gini-gini juga kali” merupakan
penegasan
bahwa
Sindi
tidak
sependapat
sekaligus
menyalahkan hipotesa Bertus. Bertus dan orang-orang yang terlibat dalam percakapan tersebut dapat menginterpretasikan maksud Sindi lantaran melihat konteks situasional dan latar belakang percakapan yang terjadi. Konteks percakapan tersebut terjadi dalam situasi bingung saat mereka sedang mencari pelaku penulis surat kaleng. Hal ini membuktikan pentingya konteks percakapan untuk meninterpretasikan maksud Sindi. Para penutur yang terlibat dalam percakapan saat itu jugs memiliki latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
belakang pengetahuan sama tentang Bertus yang memang sering kali melakukan kesalahan/kekeliruan dengan membuat praduga sembarangan. Data 11) melanggar maksim hubungan. Melalui pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa percakapan pada data 11) merupakan implikatur percakapan khusus (IPK). Data percakapan 15) mengandung implikatur percakapan umum (IPU). Hal ini dapat dibuktikan melalui pemaparan berikut; apa yang disampaikan Dika tidak hanya sekedar menanyakan apakah lampunya tidak ingin dinyalakan tetapi memiliki informasi lebih dari sekedar kata-kata yang disampaikannya. Tuturan Dika tersebut mengandung sebuah implikatur. Pertanyaan “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” memberikan informasi bahwa lampu belum dinyalakan, situasi gelap, dan/atau Dika menginginkan agar lampu dinyalakan. Mitra tutur yang menjadi lawan bicara Dika mengerti maksud yang diinginkan Dika tanpa melihat konteks, sehingga ia pun langsung meminta Siti (pembantunya) untuk menyalakan lampu. Kata “lampu” juga merupakan struktur kata kunci yang ditangkap oleh mitra tutur. Data 15) melanggar maksim tindakan. Pemaparan tersebut cukup membuktikan bahwa percakapan di atas merupakan implikatur percakapan umum (IPU). Data percakapan 22) di atas mengandung implikatur percakapan berskala. Pertama, Bertus menggunakan pilihan kata “sebagian besarnya” yang merupakan salah satu ciri penanda implikatur berskala. Hal itu menunjukkan bahwa skala yang dimaksudkan dalam percakapan itu “tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
semua”. “Sebagian besar” berarti masih ada “beberapa, sebagian kecil, dan tidak semua” kejahatan terjadi di jalanan tetapi tetap saja skala nilai kejahatan yang terjadi di jalanan lebih besar daripada kejahatan di tempat lain. Selain itu, pilihan kata kedua yang menunjukkan implikatur berskala adalah “banyak kejahatan” yang disampaikan oleh Bertus untuk Kakek Tua yang lewat di jalan. Tuturan itu merupakan tuturan yang mengandung maksud untuk memberikan peringatan kepada kakek tua yang lewat di jalan bahwa banyak kejahatan yang mungkin akan menimpanya. Terdapat informasi tertentu yang disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Data 22) tidak melanggar maksim, melainkan selaras dengan maksim kuantitas. Selaras dengan pendapat Yole (2006: 71-74), maka dapat disimpulkan bahwa data 22) termasuk implikatur percakapan beskala (IPB). 6)
Bertus (SMA) : “Perlu banget? (ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di kantin)” Dika (SMA) : “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama gue” (Konteks percakapan Dika dan Bertus sedang marahan. Dika merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin berbaikan dengan Bertus)
17) Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!” Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)” (Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya kepada Ibu Kantin) 23) Jimmy Anggota OSIS
: “Eh sorry kayaknya kita butuh ruangan lagi deh” : “Lah buat apa?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
Jimmy
: “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club basket kita udah keseringan menang” Anggota OSIS : “Oh ruangannya sih ada, tapi kayaknya gue harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa apa enggak” (Konteks percakapan terjadi di ruang OSIS, Jimmy yang terkenal lebih mudah mendapatkan ruangan daripada grup detektif) Data percakapan 6) mengandung implikatur yang terdapat dalam tuturan Dika. Implikatur yang terkandung adalah implikatur percakapan khusus, hal ini dapat dibuktikan melalui pemaparan ketika Bertus mengajukkan pertanyaan yang membutuhkan jawaban logis “iya” atau “enggak/tidak”, namun Dika memberikan jawaban yang tampak tidak relevan dengan pertanyaan yang diajukan. Hal yang ingin disampaikan oleh Dika terkait jawabannya ialah berusaha meyakinkan Bertus bahwa tindakan yang dilakukannya benar. Dika menggunakan tuturan “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara” untuk mengingatkan lawan tuturnya bahwa ia ahli dalam memecahkan kasus. Kemudian, “Lu percaya deh sama gue” ditambahkan agar Bertus lebih yakin akan tindakan yang dilakukan Dika. Perlu adanya pengetahuan khusus serta melihat konteks percakapan tersebut agar mengetahui maksud yang hendak disampaikan. Data (6) melanggar maksim hubungan. Melalui pemaparan tersebut, dapat disimpulakan bahwa percakapan di atas merupakan implikatur percakapan khusus (IPK). Implikatur percakapan data 17) dapat dilihat melalui tuturan Bertus “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” yang implikasinya berupa tuduhan. Meskipun tuturan Bertus berupa kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
pertanyaan namun maksud yang terkandung di dalamnya ialah sebuah tuduhan bahwa Ibu Kantin merupakan pelaku pengirim surat kaleng. Mitra tutur dapat menginterpretasikan maksud tuturan Bertus dengan melihat struktur kata dalam tuturannya saja. Implikatur percakapan yang terdapat pada percakapan antara Bertus dengan Ibu Kantin merupakan implikatur percakapan umum tuduhan. Tuduhan ditujukan kepada Ibu Kantin sebagai pelaku pengirim surat kaleng oleh Bertus. Data percakapan 23) yang terjadi di atas merupakan implikatur percakapan berskala (IPB). Implikatur percakapan pada data 23) terlihat dalam tuturan yang disampaikan Jimmy. Jimmy menggunakan pilihan kata “keseringan” yang menunjukkan skala nilai bahwa club basketnya “sering” atau “tidak hanya sekali, beberapa, atau kadang-kadang” saja club basketnya menang. Kata tersebut juga digunakan dengan maksud lain selain informasi yang diberikannya melalui makna kata-kata yang dituturkannya. Maksud tambahan yang terkandung dalam tuturan tersebut ialah
Jimmy
menyombongkan
club
basketnya,
menunjukkan
kelebihannya. Data 23) melanggar maksim kuantitas. Implikatur percakapan adalah hubungan/keterkaitan tuturan penutur dengan mitra tutur yang tidak terungkap secara literal. Implikatur percakapan dapat pula diartikan sebagai makna tersirat atau maksud tambahan yang tidak tampak secara langsung dalam tuturan yang dituturkan. Implikatur
yang terkandung dalam percakapan dapat
diinterpretasikan maksudnya sesuai jenis implikaturnya. Ciri penanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
masing-masing
jenis
implikatur
percakapan
akan
mempermudah
membedakan antara implikatur percakapan khusus (IPK), implikatur percakapan umum (IPU), dan implikatur percakapan berskala (IPB). 2. Fungsi Implikatur Percakapan Fungsi implikatur adalah untuk memperhalus proposisi yang diujarkan dan dalam rangka menyelamatkan muka (saving face) seperti yang dikemukakan oleh Rani (2006: 176). Penggunaan implikatur percakapan dianggap lebih sopan, misalnya untuk menuturkan tuturan yang mengandung maksud memerintah, menolak, menegur, dan lain-lain. Tuturan yang banyak melibatkan “emosi” atau “amarah” mitra tutur biasanya akan lebih mudah diterima jika disampaikan dengan implikatur. Semakin tidak langsung tuturan semakin tinggi implikaturnya dan semakin mudah diterima oleh mitra tutur. Berdasarkan nilai komunikatifnya, terdapat empat fungsi implikatur dalam penelitian ini, yaitu nilai berita (deklaratif), perintah (imperative), pertanyaan (interogarif), dan penegasan (empatik). Penutur menyimpulkan bahwa setiap tuturan mengandung nilai komunikatif yang membuat percakapan berjalan dengan lancar. Pembahasan fungsi implikatur percakapan dipaparkan secara ringkas sebagai berikut. 1) Bertus (SMA) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?” Siswa A : “Mendingan gue mati!!!” (Konteks percakapan melalui telepon, Bertus menembak Siswa A. Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya) 13) Michael (SMA) : “Temen-temen sorry, ya. kita pengen nongkrong di sini”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
Bertus (SMA)
: “Oh…ow, iya. Nggak papa, silahkan. Tadi agak kotor sedikit. Dik bangun Dik, bangun bangun. Nggak papa, ini agak kotor (sambil mengelap bangku bekas mereka duduk)” (Konteks percakapan terjadi ketika Michael bersama temantemannya ingin duduk di bangku yang sedang diduduki oleh Dika dan Bertus. Michael adalah siswa terkenal di sekolah) 17) Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!” Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)” (Konteks percakapan Bertus belum membayar hutangnya kepada Ibu Kantin) Implikatur percakapan khusus pada data 1) terdapat pada tuturan siswa A “Mendingan gue mati!”, implikasinya dia tidak ingin atau menolak menjadi pacar Bertus. Nilai komunikatif dari implikatur tersebut berupa kalimat berita (deklaratif). Maka, fungsi implikatur percakapan data 1) adalah penyampaian berita atau informasi dari Siswa A bahwa ia memilih mati daripada menjadi pacar Bertus. Melalui implikatur percakapan tersebut dapat diketahui bahwa Siswa A berkarakter tegas dan galak, ia menggunakan kalimat yang hiperbolis padahal maksud tuturannya hanya menolak. Implikatur percakapan data 13) dapat dilihat pada tuturan Michael “Temen-temen sorry, ya. kita pengen nongkrong di sini” implikasinya mengusir Dika dan Bertus secara halus. Nilai komunikatif implikatur tersebut berupa kalimat perintah (imperatif). Michael secara tidak langsung memerintahkan Bertus dan Dika pergi dari tempat yang mereka duduki sebelumnya karena Michael bersama teman-temannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
ingin nongkrong di tempat itu. Fungsi implikatur percakapan data 13) menunjukkan karakter Michael yang berkuasa sehingga ia dapat melakukan dan mendapatkan apa yang dia inginkan dengan mudah. Implikatur percakapan data 17) dapat dilihat pada tuturan Ibu Kantin “…Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!” implikaturnya Ibu Kantin meminta Bertus membayar hutangnya atau dengan kata lain menagih hutang Bertus. Nilai komunikatif percakapan data 17) berupa kalimat perintah (imperative). Fungsi implikatur data 17) sama seperti sebelumnya yaitu menunjukkan karakter Bertus yang sembarangan. Ibu Kantin menggunakan implikatur sebagai sindiran agar Bertus sadar bahwa ia harusnya membayar hutangnya. Melalui pemaparan fungsi implikatur percakapan seperti di atas, peneliti menyimpulkan bahwa secara umum fungsi implikatur percakapan pada film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah menunjukkan realita kehidupan remaja (SMA). Raditya Dika sebagai penulis sekaligus sutradara juga menyampaikan pesan berupa nasihat-nasihat dan peringatan baik bagi penonton. Di luar itu, implikatur dalam percakapan antartokohnya dibuat sedemikian rupa untuk membangun pencitraan setiap tokohnya (pemeran) serta menciptakan kelucuan sebagai pendukung adegan para tokoh. Hal tersebut mengingat bahwa film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika merupakan film comedy yang tujuan utamanya untuk memberikan hiburan kepada penonton.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan terhadap percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Jenis implikatur percakapan yang terdapat dalam percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika adalah implikatur percakapan khusus (IPK), implikatur percakapan umum (IPU), dan implikatur percakapan berskala (IPB). Adapun rincian masing-masing implikatur percakapan yang ditemukan dalam percakapan film tersebut, yaitu 15 implikatur percakapan khusus (IPK), 13 implikatur percakapan umum (IPU), dan 3 implikatur percakapan berskala (IPB). Masing-masing jenis implikatur tersebut diklasifikasi menjadi beberapa jenis sesuai ciri penanda dan wujud percakapannya. Pengklasifikasian jenis implikatur percakapan khusus (IPK), yaitu IPK hiperbolis, IPK ejekan, IPK permintaan, IPK penolakan, IPK tuduhan, dan IPK kesepakatan. Jenis implikatur percakapan umum (IPU), yaitu IPU permintaan, IPU tuduhan, IPU laporan (memberitahu), IPU
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
penyangkalan, dan IPU ejekan. Tiga jenis implikatur percakapan berskala (IPB), yaitu IPB laporan dan IPB tuduhan. 2. Fungsi implikatur percakapan yang terkandung dalam percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika secara umum adalah menunjukkan realita kehidupan remaja (SMA) kepada penonton. Secara lebih spesifik fungsi implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika, yaitu pertama untuk membangun pencitraan setiap tokoh (pemeran) dan menciptakan kelucuan sebagai pendukung adegan. Hal tersebut mengingat bahwa film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika merupakan film comedy yang tujuan utamanya untuk memberikan hiburan kepada penonton. Kedua, implikatur percakapan berfungsi sebagai penyalur pesan dari penulis sekaligus sutradara Raditya Dika kepada penonton berupa nasihat-nasihat dan peringatan baik terkait kehidupan sehari-hari (khususnya remaja). Ketiga, implikatur percakapan berfungsi memperhalus tuturan untuk menarik simpati dan/atau meredam amarah mitra tutur. Fungsi implikatur percakapan akan lebih mudah diketahui dengan mengetahui nilai komunikatif di dalam percakapannya terlebih dahulu.
B. Saran Peneliti menyadari bahwa penelitian mengenai implikatur percakapan dengan judul Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Oleh karena itu, peneliti mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya terutama yang melakukan penelitian sejenis agar penelitiannya menjadi lebih baik lagi. Beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yang dicurigai mengandung implikatur. Bagi peneliti yang melakukan penelitian sejenis selanjutnya, akan lebih baik jika objek penelitian berbeda. Masih banyak objek penelitian lain yang dapat diteliti dan dikembangkan oleh peneliti selanjutnya. 2. Penelitian ini hanya meneliti mengenai implikatur percakapan antartokoh dalam film Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika. Untuk peneliti selanjutnya, ada baiknya jika melakukan penelitian mengenai implikatur konvensional atau meneliti ketidaksantunan dari film atau objek penelitian yang lainnya. 3. Bagi peneliti selanjutnya akan lebih baik jika hasil penelitian yang dilakukan dapat memberikan sumbangan pengetahuan baru terkait bahasa Indonesia untuk bidang lain (misal; dunia hukum dan dunia pendidikan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Andreas, Hery Susanto. 2011. Implikatur Percakapan Antartokoh dalam Novel Projo & Brojo Karya Arswendo Atmowiloto (SKRIPSI). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Indonesia Praktis. Jakarta: Rineka Cipta. Cumming, Louise. 2007. Pragmatics, A Multidisciplinary Perspective (Pragmatik, Sebuah Perspektif Multidisipliner). Adbul Syukur Ibrahim (penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Belajar. Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jala Sutra. Halliday, M.A.K dan Ruquaiya Hasan. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks; Aspekaspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kurniawan, Mikael Jati. 2013. Implikatur dalam Iklan Operator Selular Berbahasa Indonesia Pada Media Televisi (SKRIPSI). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Kurniasari, Maria Friani. 2011. Tindak Tutur Dalam Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini) Karya Deddy Mizwar (SKRIPSI). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Lubis, A. Hamid Hasan. 2015. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Mariani, Maria Evi. 2015. Implikatur Percakapan Orang Tua dengan Anak pada Peristiwa Makan Malam Bersama dalam Keluarga Pendidik di Yogyakarta (SKRIPSI). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nababan. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapannya). Jakarta: Depdikbud. Nandar, F. X. 2009. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Ardana Media.
109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
Nurgiyanto, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurudin. 2013. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Praowo. 2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. KBBI (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka. Putrayasa, Ida Bagus. 2015. Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dan Pemakaian. Malang: Bayu Media. Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Penerbit Dioma. _______________. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Samarlam. 2014. Pragmatik: Sastra dan Linguistik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sudarman, Paryati. 2008. Menulis di Media Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syamsuddin. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zuriah, Nurul. 2005. Metode Penelitian Sosial dan Politik. Jakarta: Bumi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20.
kata-kata. Ya, namanya masih muda, masih goblokgoblok” Dika : “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus itu Om?” Bapak Ina : “Ya, baguslah kalau kamu itu sadar. Kalau kalian itu pada goblok. Ya?” Pak Yoyok : “Yang di belakang itu terus, ayok lanjut. Cantik, ya? (melihat Guru Sejarah sambil berbisik pada Dika) Dia itu gebetan saya dari dulu” Dika (SMA) :“Pak, Ina kan masih kelas 1 SMA!” Pak Yoyok : “Bukan Ina, Guru Sejarah. Bu Marsha. Tapi sayang dia udah nikah sama bassis terkenal di jaman saya kuliah dulu.
menceritakan kisah ancaman pembunuhan kepala sekolah semasa ia masih SMA kepada Bapak Ina.
Bisa…” implikasinya berupa pemberitahuan bahwa kemampuan Dika dan Bertus di anggota grup detektif di bawah Sindi. Tidak terpecahkannya kasus ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah karena kasusnya yang memang susah sehingga Sindi sekalipun tidak dapat menyelesaikannya.
Percakapan Pak Yoyok menyukai Bu Marsha. Dika menyukai Ina. Ina dan Bu Marsha berada di tempat yang sama dan sedang bersebelahan.
Tuturan Pak Yoyok “…Emang ya nak, yang bukan siapa-siapa mana bisa dapat apa-apa…” implikasinya memberitahukan informasi kepada Dika bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan ia harus menjadi seseorang yang berharga dan berkualitas.
120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21.
22.
23.
Emang ya nak, yang bukan siapa-siapa mana bisa dapat apaapa (menunjuk siswa lain yang sedang olah raga). Eh jangan tidur! Lanjut terus. Ayoook!” Bertus (SMA) : “Eem…sorry siapa ya?” Sindi (SMA) : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?” Dika (SMA) : “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” Dika : “1 jam Om…kasih saya waktu 1 jam buat cerita, Om” Bapak Ina : “Setengah jam!” Dika : “Tapi kalau setengah jam…” Bapak Ina : “Di mulai dari sekarang! Ya! (Menyalakan stopwatch) Dika : “Iya…elu mau jadi pacar
Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi. Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang mereka lakukan
Tuturan Dika “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” yang mengimplikasikan bahwa mereka (Bertus dan Dika) tidak ingin Sindi terlibat dalam penyelidikan kasus hilangnya bola volli. Mereka merasa terganggu dengan kehadiran Sindi.
Bapak Ina mengira Dika penyebab kekakacauan pesta ulang tahun Ina yang ke 17 sehingga ia marah melihat kedatangan Dika ke rumahnya.
Tuturan Bapak Ina “Setengah jam!” mengimplikasikan dia hanya memberi Dika waktu setengaj jam untuk menjelaskan maksud kedatangannya, tidak lebih dari itu.
Percakapan terjadi
Tuturan Siswa B “Nomer yang
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gue, nggak?” Siswa B : “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi”
24.
Bertus (SMA) : “Nembak cewek itu harus banyak, biar kemungkinan diterimanya itu banyak. Kalau gue nembak 100 cewek dengan probilitas 10%, gue mungkin diterima 10 kali. Lu nggak belajar Matematika apa?” Dika (SMA) : “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu harus cocokcocokan, lu nggak belajar Kimia apa?” Bertus (SMA) : “Halah…lu nggak usah sok pinter deh.
antara Dika dengan teman sekolahnya. Dika adalah siswa aneh. Siswa B dengan sadar dan sengaja berpura-pura menjadi customer service karena malas menjawab telepon Dika Percakapan terjadi di sekolah. Bertus akan menembak salah 1 siswa agar menjadi pacarnya. Bertus dan Dika adalah siswa aneh yang sering ditolak saat menyatakan cinta.
anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi” mengimplikasikan sebuah penolakan.
Tuturan Dika “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?” mengimplikasikan sebuah peringatan kepada Bertus bahwa untuk diterima (saat menembak) kedua belah pihak harus saling memiliki ketertarikan.
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25.
26.
27.
Liat ni…liat” : “Temen-temen sorry, ya. kita pengen nongkrong di sini” Bertus (SMA) : “Oh…ow, iya. Nggak papa, silahkan. Tadi agak kotor sedikit. Dik bangun Dik, bangun bangun. Nggak papa, ini agak kotor (sambil mengelap bangku bekas mereka duduk)” Dika (SMA) : “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!” Bertus (SMA) : “Dik…apa salah sih, gue nyoba ngebuat kita popular?” Michael
Bapak Ina : “Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok dipelihara. He…grup detektif itu kenapa dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari
Percakapan terjadi ketika Michael bersama temantemannya ingin duduk di bangku yang sedang diduduki oleh Dika dan Bertus. Michael adalah siswa terkenal di sekolah.
Tuturan Michael “Temen-temen sorry, ya. kita pengen nongkrong di sini” implikasinya mengusir Dika dan Bertus secara halus.
Dika dan Bertus dibawa ke UKS karena luka cubitan dari teman-temanya. Mereka dicubit setelah mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal Dika membuat grup detektif agar menjadi terkenal di sekolahnya. Bapak Ina menganggap membuat grub detektif di zaman
Tuturan Dika “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!” implikasinya menuduh Bertus sebagai penyebab atas apa yang menimpa mereka.
Tuturan Bapak Ina yang berupa pertanyaan apakah Dika pernah jatuh dari angkot atau tidak, mengimplikasikan kejengkelan Bapak Ina atas sikap bodoh Dika dan Bertus.
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28.
29.
angkot, kepalanya duluan, kena aspal? Pernah, ya?” Dika : “Nggak pernah, Om” Bertus (SMA) : “Gue sama Sindi udah make kemampuan gue, supaya kita sampai di tempat ini untuk acara ulang tahunnya Ina” Dika (SMA) : “Tapi gue kan nggak di undang?” Sindi (SMA) : “Ya elah Dik, acara ulang tahunnya anak SMA mah nggak perlu pakai undangan segala kali!” Bertus (SMA) : “Kalian kemarin masuk ke ruang olah raga? (mengintrogasi)” Siswa C : “Iya, kemarin gue yang narok bola volli baru” Bertus (SMA) : “Berarti elu pelakunya! Jangan
itu adalah tindakan bodoh. Bertus dan Sindi merencanakan agar Dika datang menyatakan cinta di hari ulang tahun Ina.
“Tapi gue kan nggak di undang?” implikaturnya berupa sebuah informasi bahwa Dika tidak berhak datang ke pesta ulang tahun Ina sebab ia bukan tamu yang diharapkan kedatangannya.
Bertus sedang menyelidiki kasus hilangnya bola volli Pak Yoyok. Bertus adalah siswa yang sangat sok tahu dan sering bertindak ceroboh
Tuturan Bertus “Berarti elu pelakunya! Jangan bohong lu! Jangan bohong!” implikasinya menuduh Siswa C sebagai pelaku pencuri bola volli.
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30.
31.
32.
33.
bohong lu! Jangan bohong!” Bapak Ina : “Owh…gitu, ya? Eh kamu mbok nambah to, kok makannya dikit banget sih? Ini, opo gulai ayam? Opo sayur? Sayur? Atau, paru? Paru, ya?” Dika : “Sa…saya mau minum aja sih om” Bertus (SMA) : “Lu yakin?” Dika (SMA) : “Ber…kita harus membela kebenaran kan?” Bertus (SMA) : “Iya, sih” Dika (SMA) : “Percaya sama gue” Kepsek : “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya wangi itu?” Dika (SMA) : “Ya, betul Bu!” Kepsek : “Nggak mungkin, masak?” Dika (SMA) : “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu” Dika (SMA) : “E…dinner! Oh iya
Percakapan terjadi di ruang makan. Dika tidak ingin menambah makanan tapi sungkan dan takut dengan Bapak Ina.
Tuturan Dika “Sa…saya mau minum aja sih, Om.” Implikasinya adalah sebuah informasi bahwa dia menolak apa yang ditawarkan Bapak Ina.
Bertus dan Dika menyelidi Michael yang dituduh sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah. Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan kepala sekolah. Michael siswa berprestasi dan terkenal sehingga kepala sekolah agak ragu
Tuturan Bertus (SMA) “Lu yakin?” mengimplikasikan sebuah keraguan terhadap penyelidikan yang dilakukan Dika.
Percakapan terjadi
Tuturan Ina “Dik…ketek lu aja
Tuturan “ Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu” implikasinya Dika belum dapat membuktikan tuduhannya dan meminta tambahan waktu kepada kepala sekolah untuk membuktikannya
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ina 34.
Sindi
gue juga nemuin kalok ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue ambil sampelnya di lapangan tadi” : “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya” : “Elu masih simpen nggak? Handuknya? Lu pernah nggak sih, kalau elu lagi di keramaian, terus elu ingetinget cinta pertama elu waktu di SMA? Orang yang lu suka waktu itu? Lu sering nggak nanya sama diri lu sendiri, janganjangan gue udah ngelewatin cinta pertama gue hanya karena gue nggak berani ngomong sama dia. Kirakira itu yang gue rasain selama 11 tahun ini. Cinta itu kayak marmut lucu warna merah jambu yang berada di sebuah roda, seakan dia udah pergi jauh
ketika Dika menghasut Ina agar menjauhi Michael. Dika menyukai Ina.
basah terus. Thanks, ya” menimplikasikan sebuah sindiran tehdap Dika sekaligus penegasan bahwa Ina tidak merasa bermasalah dengan Michael yang berkeringat.
Percakapan antara Sindi dan Dika yang sudah 11 tahun tidak betemu. Sindi menyukai Dika begitu pula sebaliknya.
Tuturan Dika “Berhenti yuk” mengandung implikasi ia ingin menjalin hubungan khusus semacam pacaran dengan Sindi.
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Jenis Implikatur Percakapan
IPK : Implikatur percakapan khusus IPU : Implikatur percakapan umum IPB : Implikatur percakapan berskala
No. 1.
2.
3.
4.
Percakapan
Konteks
: “1 jam Om…kasih saya waktu 1 jam buat cerita, Om” Bapak Ina : “Setengah jam!” Dika : “Tapi kalau setengah jam…” Bapak Ina : “Di mulai dari sekarang! Ya! (Menyalakan stopwatch) Bertus (SMA) : “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?” Siswa A : “Mendingan gue mati!!!”
Bapak Ina tidak berkenan dengan kehadiran Dika.
Dika
Dika
: “Iya…elu mau jadi pacar gue, nggak?” Siswa B : “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi” Bertus (SMA) : “Nembak cewek itu harus banyak, biar kemungkinan diterimanya itu banyak. Kalau gue nembak 100 cewek dengan probilitas 10%, gue mungkin 128
Jenis Implikatur Percakapan IPU Permintaan
Percakapan antara Bertus IPK Hiperbolis dengan Siswa A melalui telepon, Bertus menembak Siswa A. Bertus jelek dan Siswa A tidak menyukainya. Dika adalah siswa aneh. IPK Penolakan Siswa B dengan sadar dan sengaja berpura-pura menjadi customer service karena malas menjawab telepon Dika. Percakapan terjadi ketika IPK Ejekan Bertus ingin meminta salah 1 siswa menjadi pacarnya. Bertus dan Dika adalah siswa aneh yang sering ditolak saat menyatakan cinta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
5.
6.
diterima 10 kali. Lu nggak belajar Matematika apa?” Dika (SMA) : “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu harus cocokcocokan, lu nggak belajar Kimia apa?” Bertus (SMA) : “Halah…lu nggak usah sok pinter deh. Liat ni…liat” Michael (SMA) : “Temen-temen sorry, ya. kita pengen nongkrong di sini” Bertus (SMA) : “Oh…ow, iya. Nggak papa, silahkan. Tadi agak kotor sedikit. Dik bangun Dik, bangun bangun. Nggak papa, ini agak kotor (sambil mengelap bangku bekas mereka duduk)” Dika (SMA) : “Ber emangnya kenapa sih, populer dan urusan cewek sekarang jadi penting banget buat elu?” Bertus (SMA) : “Dik…gini gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita nikah” Dika (SMA) : “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin
Percakapan terjadi ketika Michael bersama temantemannya ingin duduk di bangku yang sedang diduduki oleh Dika dan Bertus. Michael adalah siswa terkenal di sekolah
IPK Permintaan
Bertus dan Dika siswa aneh dan tidak terkenal sehingga mereka sulit mendapatkan pacar di sekolah.
IPK Ejekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
nikah!” : “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!” Bertus (SMA) : “Dik…apa salah sih, gue nyoba ngebuat kita popular?”
7.
Dika (SMA)
8.
Bertus (SMA) : “Kenapa lu?!” Dika (SMA) : “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber gue lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu, tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue bayar ke elu lagi” Bertus (SMA) : “Ok…ok” Bapak Ina : “Haduuuh…haduuuh. Goblok! Goblok kok dipelihara. He…grup detektif itu kenapa dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari angkot, kepalanya duluan, kena aspal? Pernah, ya?” Dika : “Nggak pernah, Om” Bapak Ina : “Iya…lanjut lagi ceritanya” Dika : “Tapi?” Bapak Ina : “Saya masih punya waktu setengah jam lagi. Gimana? Terus terus?”
9.
10.
11.
Dika (SMA) : “Kita ngapain sih di sini?” Bertus (SMA) : “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi
Percakapan Dika dan Bertus dibawa ke UKS karena luka cubitan dari teman-temanya. Mereka dicubit setelah mengikuti ide Bertus untuk menjadi terkenal Dika dan Bertus sedang marahan. Dika merasa Bertus benar dengan idenya sehingga ia ingin berbaikan dengan Bertus.
IPU Tuduhan
Dika membuat grup detektif aneh yang sudah tidak popular di zamannya ketika SMA agar ia menjadi terkenal.
IPK Ejekan
Percakapan antara Dika dengan Bapak Ina dikediamnanya. Dika menceritakan kisah SMAnya kepada Bapak Ina dengan waktu terbatas (hanya diberi waktu 1 jam oleh Bapak Ina untuk bercerita dan tinggal tersisa waktu 30 menit). Percakapan Bertus dan Dika mencari kasus untuk ditangani. Bertus yakin akan mendapatkan kasus
IPK Permintaan
IPK Permintaan
IPB Laporan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
12.
13.
14.
258 kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar lagi juga ada kasus” Kakek Tua : “Assalamualaikum?” Bertus (SMA) : “Wa’alaikumsalam hati-hati ya kek, awas mati! Di jalan banyak kejahatan!” Bertus (SMA) : “Eem…sorry siapa ya?” Sindi (SMA) : “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?” Dika (SMA) : “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” Jimmy : “Eh sorry kayaknya kita butuh ruangan lagi deh” Vani : “Lah buat apa?” Jimmy : “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club basket kita udah keseringan menang” Vani : “Oh, ruangannya sih ada tapi kayaknya gue harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa apa enggak” Bapak Ina : “Bentar ya. Ee…iya, saya mau pesen nasi padang. Mau? (menawarkan kepada Dika), Em 2 (Berbicara di telepon). He’eh! Pake cabe nggak? (tanya kepada Dika)”
dengan mengamati jalanan di depan sekolah.
Dika dan Bertus tidak mengenal Sindi. Mereka tidak ingin Sindi ikut campur urusan penyelidikan yang mereka lakukan.
IPK Penolakan
Percakapan terjadi di ruang OSIS, Jimmy yang terkenal lebih mudah mendapatkan ruangan daripada grup detektif.
IPB Permintaan
Percakapan terjadi ketika Bapak Ina memesan makanan padang yang pedas, Dika tidak menyukai makanan pedas namun takut mengatakannya karena
IPU Ejekan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
15.
16.
17.
Dika : “Enggak Om” Bapak Ina : “Cemen banget, masak nggak pake cabe sih?” Dika : “Eh…iya Om. Maksud saya pakai cabe yang banyak Om. Tapi kalau bisa nggak pedes” Dika : “Nah setelah dari perpustakaan, kami kan per…em…gimana kalau ceritanya, saya langsung ke bagian yang penting aja? Ya, Om? Jadi sebulan kemudian…” Bapak Ina : “Bentar-bentar, tunggu, tunggu. Kamu itu bisa cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih?! Yang bener! Terus…terus!” Bapak Ina : “Owh…gitu, ya? Eh kamu mbok nambah to, kok makannya dikit banget sih? Ini, opo gulai ayam? Opo sayur? Sayur? Atau, paru? Paru, ya?” Dika : “Sa…saya mau minum aja sih om” Dika (SMA) : “Jadi pelakunya?” Bertus (SMA) : “Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng. Ibu kantin!” Sindi (SMA) : “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali!”
Bapak Ina galak.
Percakapan, Bapak Ina IPU Permintaan sangat galak. Dika diberi waktu terbatas untuk bercerita sehingga ia ingin mempersingkat ceritanya.
Percakapan terjadi di ruang makan. Dika tidak ingin menambah makanan tapi sungkan dan takut dengan Bapak Ina.
IPU Permintaan
Bertus, Dika, dan Sindi sedang mencari tahu pelaku pengiriman surat kaleng kepada ketua OSIS. Bertus siswa aneh, jelek, dan bodoh menuduh Ibu Kantin tanpa bukti. Sindi anggota grub detektif yang paling pintar.
IPK Tuduhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
18.
19.
20.
21.
22.
Bertus (SMA) : “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” Ibu kantin : “Kalau itu Ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang Ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!” Bertus (SMA) : “Maaf, ya Bu (sambil membayar hutang)” Sindi (SMA) : “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita datangin aja alamatnya” Bertus (SMA) : “Sebenernya gue pengen ngomong kayak gitu dari tadi” Sindi (SMA) : “Terserah lu deh Ber!” Bapak Ina : “ Owh…gitu, ya? Eh, mbok kamu nambah to? Kok makannya dikit banget, sih? Ini, opo gulai ayam? Opo sayur? Sayur? Atau, paru? Paru, ya? Dika : “Sa…saya mau minum aja, Om” Ina : “Ee…gue mau ngajakin elu sama grup detektif elu buat ikutan ke acara gue. Gimana, Dika?” Dika : “Gue sih mau-mau aja. Nanti gue tanya temen-temen gue dulu, ya?” Ina : “Ee gue mau ngajakin elu sama grup
Percakapan Bertus belum membayar hutangnya kepada Ibu Kantin
IPU Tuduhan
Percakapan Bertus tidak mengindahkan saran Sindi untuk mendatangi alamat dalam surat kaleng padahal sarannya tersebut benar.
IPU Penyangkalan
Dika tidak ingin menambah makanan yang ditawarkan Bapak Ina karena ia sudah kenyang dan hanya haus.
IPU Penolakan
IPU Permintaan Percakapan terjadi di depan MADING sekolah. Ina menawarkan interview untuk grub detektif. Dika menyukai Ina dan senang diuandang interview tetapi ia berpura-pura cuek. Percakapan terjadi di IPU Permintaan depan Mading sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
23.
24.
25.
26.
detektif elu buat ikutan ke acara gue. Gimana, Dik?” Dika (SMA) : “Gue sih mau-mau aja. Nanti gue tanya temen-temen gue dulu, ya?” Ina : “Oops… aduh, eh ketabrak” Michael (SMA) : “Sorry Na, lu nggak papa?” Ina : “Ee nggak papa, sorry ya Mich” Michael (SMA) : “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?” Ina : “Tuh (menunjuk), mau duduk di situ” Michael (SMA) : “Oh, ya udah. Bareng yuk?” Kepsek : “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya wangi itu?” Dika (SMA) : “Ya, betul Bu!” Kepsek : “Nggak mungkin, masak?” Dika (SMA) : “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan Bu” Bertus (SMA) : “Lu yakin?” Dika (SMA) : “Ber…kita harus membela kebenaran kan?” Bertus (SMA) : “Iya, sih” Dika (SMA) : “Percaya sama gue” Bertus (SMA) : “Perlu banget? (ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di kantin)” Dika (SMA) : “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya
Ina menawarkan interview untuk grup detektif.
Ina menyukai Michael tetapi Michael tidak tahu. Ina dengan sengaja menabrakkan dirinya ke Michael.
IPK Kesepakatan
Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan kepala sekolah. Michael siswa berprestasi dan terkenal sehingga kepala sekolah agak ragu.
IPB Tuduhan
Bertus dan Dika menyelidi Michael yang dituduh sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah.
IPK Permintaan
Dika pernah memecahkan kasus penting. Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah dan Bertus meragukan tuduhan tersebut.
IPK Permintaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
27.
28.
29.
30.
Kak Dara. Lu percaya deh sama gue” Kepsek : “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!!” Bertus (SMA) : “Ee sebentar, Bu. Saya punya teori yang lebih masuk akal Bu” Kepsek : “Cukup!” Dika (SMA) : “E…dinner! Oh iya gue juga nemuin kalok ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue ambil sampelnya di lapangan tadi” Ina : “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya” Dika : “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” Bapak Ina : “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampek kemalaman. Siti! (memanggil pembantunya) Lampu!” Bapak Ina : “Ya, mungkin kalian cuma salah menerjemahkan katakata. Ya, namanya masih muda, masih goblok-goblok” Dika : “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus itu Om?” Bapak Ina : “Ya, baguslah kalau
Dika menuduh Michael sebagai pelaku ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah dan tidak dapat membuktikan tuduhan tersebut.
IPK Penolakan
Percakapan terjadi ketika Dika menghasut Ina agar menjauhi Michael. Dika menyukai Ina.
IPU Laporan
Percakapan Bapak Ina IPU Permintaan tidak sadar bahwa kondisi ruang gelap karena lampu belum dinyalakan. Dika takut dengan Bapak Ina.
Percakapan Dika tidak dapat memecahkan kasus ancaman pembunuhan kepala sekolah ketika SMA. Bapak Ina tahu penyebab tidak terpecahkannya kasus itu.
IPU Laporan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel Percakapan Antartokoh dalam Film Marmut Merah Jambu Karya Raditya Dika Tokoh
Percakapan Dika (Dewasa mendatangi rumah Ina) Dika “Selamat siang, Inanya ada? (Ketika pintu rumah belum dibuka). Em…selamat malam, Om.” Bapak Ina “Jadi…kamu temenya Ina?” Dika “Iya, Om. Bener, Om.” Bapak Ina “Nama kamu?” Dika “Nama...em nama saya Dika, Om.” Bapak Ina “Dika? E…kamu pasti orang yang pernah datang, terus mengacaukan pesta ulang tahun Ina, kan? Dika “Oh…enggak om. Itu…itu bukan saya Om!” Bapak Ina “Ah udah…saya nggak bakalan lupa!nih nih nih!” Dika “Enggak…enggak itu bukan saya, Om!” Bapak Ina “Ah…enggak lupa saya, kamu melakukan itu. Eh, sudahlah. Eh eh sudahsudah tarok lagi tehnya (bicara dengan pembantu yang menuang teh untuk Dika). Nggak usah di tuang, bawa masuk ke dalam. Di suruh kok menclamencle. Heh bawa pergi!” Dika “Om, sabar Om” Bapak Ina “Kamu, keluar!” Dika “Om…Jadi. Jadi sebenernya gini, saya dapat ini kemarin” Bapak Ina “Oh…iya. Anak saya memang akan menikah besok. Terus?” Dika “Em…em…mau ngasih, ngasih ini, Om!” (1000 Burung Bangau Kertas). Bapak Ina “Kamu mau mencoba mengacaukan, menggagalkan pernikahan anak saya? Iya? Kayak di film-film? Iya?” Dika “Em…enggak, Om. Saya bisa jelasin…jadi kan…” Bapak Ina “Eits…kamu keluar sana! Di rumah ini tidak ada orang kecuali saya. Kamu cuma berurusan sama saya. Paham nggak? Keluar!” Dika “Om...Om…saya bisa jelasin semua, terutama soal luka itu. Tapi saya butuh waktu lama buat cerita. Bisa-bisa 3 jam, belum lagi harus ke WC” Bapak Ina “Nggak…nggak nggak…enggak!” Dika “1 jam Om…kasih saya waktu 1 jam buat cerita, Om” Bapak Ina “Setengah jam!” Dika “Tapi kalau setengah jam…” Bapak Ina “Di mulai dari sekarang! Ya!” Dika “Ceritanya dimulai dari sebuah telepon, Om. Jadi waktu itu di kamar saya…” Percakapan terjadi di kamar Dika. Adegan dalam film menceritakan Dika dan Bertus ketika SMA. 137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Dika (SMA) Bertus (SMA) Momo Bertus (SMA) Dika (SMA) Sandra (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) AQ (Tidak disebutkan namanya) Bertus (SMA) Siswa A (Tidak disebutkan namanya) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Bertus (SMA) Sintia Bertus (SMA) Sintia Bertus (SMA) Teman Sintia (Tidak disebutkan namanya) Sintia Bertus (SMA) Jimmy Dika (SMA) Teman Michael (Tidak
“Telpon sekarang?” “Hallo…Momo? Ini Bertus anak kelas 1 B. Lu mau nggak jadi pacar gue?” “Enggak!” “Hallo…hallo?” “Iya hallo Sandra…Sandra ini Dika, jadi gini…” “Dika? Dika bencong?” “Bencong? Enggak, gue nggak bencong.” “Hallo…ini Bertus anak kelas 1 B. Hallo…hallo…?” “Iya…elu mau jadi pacar gue, nggak?” “Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif, mohon hubungi beberapa saat lagi” “Hallo? Lu mau nggak jadi pacar gue?” “Mendingan gue mati!” “Udah habis?” “Tinggal 1 lagi sih Dik, tapi kayaknya yang ini nggak bisa lu telpon deh” “Ber, lu yakin? Lewat telpon aja gagal, gimana ngomong langsung?” “Nembak cewek itu harus banyak, biar kemungkinan diterimanya itu banyak. Kalau gue nembak 100 cewek dengan probilitas 10%, gue mungkin diterima 10 kali. Lu nggak belajar Matematika apa?” “Ber…tapi yang namanya dua unsur itu harus cocok-cocokan, lu nggak belajar Kimia apa?” “Halah…lu nggak usah sok pinter deh. Liat ni…liat” “Hallo Sintia?” “Iya Bertus” “Lu mau nggak?” “Tunggu dulu. Kalau lu mau nembak gue, gue nggak mau ya!” “Eem…lu mau nggak, kalau siomaynya gue makan? Soalnya dari tadi, gue liat kelihatannya enak (memakan siomay milik Sintia). Makasih ya!” “Eh tunggu, gue bunuh dulu kumannya!”
“Thanks” “Apa ya, yang kurang dari kita?” “Eh Sorry, kita pengen duduk di sini jadi lu pergi dong” “Sorry ya…kami duluan yang duduk di sini” “Kok lu nyolot?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
disebutkan namanya) Bertus (SMA) Jimmy Michael (SMA) Bertus & Dika (SMA) Michael (SMA) Bertus (SMA) Michael (SMA) Bertus (SMA) Michael (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bayu Skak (SMA) Teman Bayu Skak (Tidak disebutkan namanya) Guru Adipati Anca Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Kepsek Panji/wakil kepala sekolah Dika (SMA)
“Lha elu yang nyolot” “Lha terus kenapa?” “Ri…Jim…udahlah…nggak usah ribut-ribut” “Michael, Michael” “Temen-temen sorry ya, kita pengen nongkrong di sini” “Oh…o iya, nggak papa. Silahkan, tadi agak kotor sedikit. Dik, bangun Dik. Bangun, bangun. Nggak papa, ini agak kotor” “Sip temen-temen” “Silahkan duduk” “Yo” “Dik, rambutnya wangi banget” “Iya, ya” “Dik, gimana ya kita bisa kaya Michael?” “Ber, dia itu popular! Lu tanya aja satu sekolah, siapa sih yang nggak tau dia?” “Michael itu cowok yang beda dari yang lain. Soalnya kata orang-orang dia itu vegeratian. Keren! Nggak makan udang!” “Kayaknya vegetarian bukan itu deh?”
“Selain ganteng, anaknya juga jujur. Padahal saya udah bilangin, nyontek aja pas ulangan, nggak papa. Eh…anaknya nggak mau. Sayang saya udah tua” “Meskipun dia ketua team basket, ternyata dia juga jago main bolanya. Kemaren ya, 11 orang dari team gue ngelawan dia sendiri. Kalah! Kalah semuanya. Kalahnya 5-0 lagi” “Michael itu Shionya tikus, Bintangnya Aries, dia lahir senin Wage, terus…” “Gue paham sekarang. Itu problem kita, Dik. Kita cemen, kita harus populer supaya kita bisa bahagia” “Emangnya kita sama sekali nggak terkenal ya, Ber?” “Ni ya, Dik. Kepala sekolah aja sampai nggak tahu nama kita. E…Sore Bu?” “Sore. Itu siapa?” “Nggak tahu, Bu! Kayaknya bukan siswa murid sekolah sini deh!” “Ber, emangnya kenapa sih populer dan urusan cewek sekarang jadi penting banget buat elu?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Bertus (SMA)
“Dik…gini-gini, lu tahu kan? Di SMA itu kita bisa ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita ketemu sama jodoh kita, semakin lama kita nikah” Dika (SMA) “Ber…lu aja sunat nggak berani-berani, udah ngomongin nikah!” Di mobil Bapak Dika Bertus (SMA) “Om…dulu waktu Om muda, sekolah, Om populer nggak?” Bapak Dika “Hei!!! Banget, Om kau ini” Bertus (SMA) “Gimana sih caranya popular, Om?” Bapak Dika “Kau mesti seperti jaman aku dulu. Ha…kalau jaman aku, kau main sepatu roda, kau makan permen karet, hah…pasti kalian terkenal. Gaya itu nomer 1, percaya sama aku” Adegan kembali ke masa Dika dewasa yang sedang bercerita dengan Bapak Ina Bapak Ina “Ya, memang. Itu kan memang popular dan paling keren di zamannya, Om. Tapi kamu kan nggak mungkin melakukan itu, iyakan?” Adegan masa SMA Bertus (SMA) “Hei…elu..elu…elu…apa kabar ne?” Dika (SMA) “Lagi pada ngapain sih coy? Boleh ikutan, nggak?” Kepsek “Sudah berapa kali saya bilang, jangan main kartu di sekolah!” Wakapsek “Nah…ini bagus ni, Bu” Kepsek “Hah?” Wakapsek/panji: “Ini bagus nih! Buat saya ya, Bu?” Kepsek “Boleh, saya juga mau satu” Anak pemain “Gara-gara elu kartu gue diambil. Ah reseh lu!” kartu di sekolah Dika (SMA) “Temen-temen sorry banget ya, sorry banget. Gue nggak tahu akan jadinya kayak begini. Sorry banget, ya” Anak pemain “Kalau lu berdua nggak nyamperin kita dengan baju taman lawak elu itu, kartu di sekolah pasti nggak bakal kayak begini!” Bertus (SMA) “Sabar…sabar…!” Anak pemain “Ah diem lu!” kartu 1 Anak pemain “Ah udah…cutek aja…cubit teteknya” kartu 2 Dika (SMA) “Nggak…nggak. Jangan cutek! Tetek gue sensitive” Bertus (SMA) “Aa…iya jangan. Teteknya sensitive” Anak pemain “Elu tahu dari mana?” kartu 1 Anak pemain “Udah…cubit teteknya!!!” kartu 2 Dika (SMA) “Pelan-pelan!” Anak pemain “Cemen lu” kartu 1 Dika (SMA) “Tuh…lihatkan, kita jadi kayak gini!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah raga) Dika (SMA) Bertus (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Dika (SMA) Bertus (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Dika (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Dika (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga)
“Dik…apa salah sih, gue nyoba ngebuat kita populer?” “Populer, populer, populer! Cuma itu aja yang ada di otak elu? Lagian kenapa sih kita harus jadi populer?” “Dik, kita ini…” “Udahlah Ber! Jadi populer udah nggak penting buat gue. Sekarang, yang penting hidup gue tenang” “Hallo…Dika, ya?” “Iya bener” “Cepet sembuh, ya” “Ak…tunggu. Kok elu tahu nama gue?” “Iya, Dika 1 B kan?” “Kok elu tahu kelas gue?” “Terus yang dibelakang itu terus!” “Aduuuh…Pak Pak, saya udah nggak kuat Pak.” “Saya juga, Pak” “Kenapa kalian?” “Tetek saya sakit, Pak” “Tetek saya juga, Pak” “Kalian berdua habis ngapain? Saya nggak perduli, kalian istirahat aja. Yang lain terus. Yang lain terus!” “Males gue deket-deket elu. Pergi sana!” “Yang di belakang itu terus, ayok lanjut. Cantik ya? (melihat Guru Sejarah sambil berbisik pada Dika) Dia itu gebetan saya dari dulu” “Pak, Ina kan masih kelas 1 SMA!” “Bukan Ina, Guru Sejarah. Bu Marsha. Tapi sayang dia udah nikah sama bassis terkenal di jaman saya kuliah dulu. Emang ya nak, yang bukan siapa-siapa mana bisa dapat apa-apa (menunjuk siswa lain yang sedang olah raga). Eh jangan tidur! Lanjut terus. Ayoook!”
Bertus (SMA) Dika (SMA)
“Kenapa lu?!” “Siomay itu biar gue yang bayar. Ber, gue lupa bawa duit. E…gue bayarin siomay elu, tapi gue pinjem duit elu dulu, nanti gue bayar ke elu lagi”
Bertus (SMA) Dika (SMA)
“Ok…ok” “Pak, Pak siomaynya biar saya yang bayar (makasih). Ber, lu bener. Kita emang harus jadi populer” “Nah, gitu kek dari tadi. Gue nambah lagi boleh, ya?”
Bertus (SMA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Ibu Dika Dika (SMA) Bertus (SMA) Ibu Dika Bapak Dika Ibu Dika
“Boleh, dong. Pak, Pak (memanggil)” Di rumah Dika. “Ok…elu ikutin cara gue supaya kita jadi terkenal di sekolah” “Gimana, gimana?” “Gini, kita bikin kehebohan, kita terkenal” “Caranya gimana?” “Nggak tahu. Baru sampai sini doang rencana gue” “Nih, biar ide cemerlangnya keluar” “Makasih, Ma” “Makasih, Tante” “Pah…?” “Hem?” “Tuh anaknya lagi bingung pengen ngetop. Bantuin dong, kerja aja”
Dika (SMA)
“Oh…gimana kalau kita ikutin anak-anak yang terkenal di sekolah kita?”
Bertus (SMA) Bapak Dika Dika (SMA)
“Oh…oh iya. Gimana ya, cara kita bisa terkenal kayak mereka?” “Mereka ini siapa?” “Nama-nama ketua Ekskul di sekolah, Pa” Di Sekolah “Jadi kalian mau gabung di PMR? Kebetulan, kami lagi cari korban bencana alam, kurang 2 orang. Yuk, langsung di buka bajunya” (mengangguk) “Nggak ada lowongan”
Ketua PMR Julio/Ketua Pencak Silat Anggota Ekskul Pencak Silat (tidak disebutkan namanya) Julio Ge Pamungkas (Ketua Ekskul Bahasa) Dika (SMA) Bertus (SMA) Ge Pamungkas (Ketua Ekskul Bahasa) Bertus (SMA) Dika (SMA)
“Yah…gentengnya abis nih”
“Kebetulan kalian ada lowongan” (ciaaaat) “Anda tahu? Ini Ekskul apa?” “Ekskul Bahasa Inggris kan, Kak?” “We want to join” “Itu dulu, sekarang kami menjadi Ekskul Bahasa Hewan (Auk…auk auk…auk aukkk)” “Ekskul-ekskul itu nggak pantes buat kita, Dik!” “Apa kita bikin ekskul sendiri aja, Ber?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Para pengunjung perpus Bertus (SMA) Para pengunjung perpus Bertus (SMA) Dika Bapak Ina Dika
Ina Dika (SMA) Bapak ina Dika Bapak ina Siti (Pembantu) Bapak ina Dika Bapak ina Dika
“Iya, ya! Pasti ada ekskul, club, atau grup yang belum pernah dibuat. Dik, kita nggak usah bikin ekskul, kita bikin grup kita sendiri. Grup detektif, detektif kan disukai semua orang!” “Lu tahu apa soal detektif?” “Gue tahu banyak. Gue sering baca comic Konan, comic Dhaichi, bahkan Silermoon” “Dua cowok cemen kayak kita, bisa diketawain 1 sekolah” “Kita kan udah biasa diketawain 1 sekolah dan kedengerannya nggak secemen itu” “Ssst” “Biasa aja donk!!” “Ssst” “Biasa aja donk (nada pelan)” Adegan Dika dewasa “Nah setelah dari perpustakaan, kami kan per…em…gimana kalau ceritanya, saya langsung ke bagian yang penting aja ya, Om? Jadi sebulan kemudian” “Bentar-bentar, tunggu, tunggu. Kamu itu bisa cerita apa enggak sebenernya? Cerita kok loncat-loncat kayak begitu. Bagaimana sih! Yang bener! Terus…terus!” “Sabar, Om. Sabar, Om. Jadi gini kan…tadinya saya nggak mau ngikutin ide noraknya Si Bertus. Tapi, gara-gara anak, Om” Dika (SMA) menelpon Ina “Hallo? Hallo? Ini Michael, ya? (telpon dari Dika)” “Ber…kita harus bikin grup detektif” Adegan Dika dewasa “Haduuuh…haduuuh. Goblok, goblok kok dipelihara. He…grup detektif itu kenapa dibikin lagi? Kamu pernah, ya? Jatuh dari angkot, kepalanya duluan, kena aspal? Pernah, ya?” “Nggak pernah, Om” “Gimana? Ayo…kenapa? Haus? Siti…Siti! Bawain teh Siti, sini! Siti!” “Iya pak” “Eh…eh…sudah tarok situ. Tekonya tarok situ…kamu (meminta pergi). Hmm…tuang sendiri. Enak?” “Kayak teh pada umumnya, Om” “Iya…lanjutkan” “Lanjutkan?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Bapak ina Dika Bapak ina Dika (SMA) Bertus (SMA)
Siswa B (Di kantin, tidak disebutkan namanya) Siswa C (Di kantin, tidak disebutkan namanya) Dika (SMA) Bertus (SMA) Kakek Tua Bertus (SMA) Dika (SMA)
“Iya…lanjut lagi ceritanya” “Tapi?” “Saya masih punya waktu setengah jam lagi. Gimana? Terus terus?” Adegan Dika (SMA) “Ok. Gue cek ulang, ya? Ini pendaftaran kertas kasus-kasus yang bakalan masuk ke kita kan?” “Betul! Lalu, ini teser, hati-hati itu berbahaya. Mulai sekarang, derajat kita bakalan naik, Dik. Grup detektif ini bakal memecahkan kasus. Menjunjung tinggi keadilan. Yang paling penting, semua orang yang ada di sini, bakalan diem-diem ngomong; kok mereka jadi tambah keren, ya!” “Kok mereka jadi makin tambah aneh, ya? (siswi di kantin)”
“Iya, ya…pantes mereka nggak punya temen”
“Kita ngapain sih di sini?” “Di Jakarta, rata-rata dalam sehari terjadi 285 kejahatan dan sebagian besarnya terjadi di jalanan. Kita tungguin aja, palingan bentar lagi juga ada kasus” “Assalamualaikum…” “Waalaikumsalam…hati-hati ya kek, awas mati di jalan banyak kejahatan” “Lu liat muka anak itu. Keliatannya tampangnya suntuk ada masalah, bentar ya (Menghampiri anak yang membaca buku). Ada masalah ya? Ada masalah ya? Emang mukanya begitu. Udahlah, kita tawarin lagi aja yuk?”
Bertus (SMA)
“Dik, detektif kayak kita nawarin kasus ke orang-orang, kayak di mangga 2” Simulasi: “Boleh kakak, boleh kakak (menawarkan jasa penanganan kasus)”
Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Dika (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Dika (SMA)
“Coba kita tawarin ke Pak Yoyok” “Dia nggak mungkin punya kasus, Dik!” “Kita nggak punya pilihan lain” (menghampiri) Menghampiri Pak Yoyok “Pak!” “Hmm” “Kami baru bikin grup detektif”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Dika (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Bertus (SMA) Bertus (SMA) Siswa D (Tidak disebutkan namanya) Bertus (SMA) Siswa D Bertus (SMA) Siswa D Sindi (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Dika (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Dika (SMA)
Bertus (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Bertus (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga)
“Terus?” “Bapak ada kasus?” “Kasus? Ada. Bola basket saya hilang, padahal setelah pulang sekolah kemarin saya taruh didekat bola-bola volli itu (menunjuk). Tapi hari ini, bola basket itu hilang secara misterius” “Misteri hilangnya bola basket guru olah raga tua. Maksud saya, guru olah raga yang tidak terlalu tua” “Kalian kemarin masuk ke ruang olah raga? (mengintrogasi)” “Iya, kemarin gue yang narok bola volli baru” “Berarti elu pelakunya! Jangan bohong lu! Jangan bohong!” “Enggak!” “Lu narkoba, ya? Lu narkoba, ya!” “Enggak” “Ada berapa bola yang hilang?” “Eem…sorry. Siapa, ya?” “Sindi anak 1F. Udah dipastiin siapa yang terakhir kali liat bola itu?” “Ee…maaf Sindi, kami lagi ada di tengah kasus penting” “Ok, Pak tenang aja. Misteri hilangnya bola basket di sekolah ini sudah terpecahkan” “Secepat itu?” “Bener, Pak. Gini kejadiannya: Pak Yoyok menaruh bola basket pada siang hari? Pada saat malam tiba si pencuri masuk (lalu), sudah lama ia menginginkan bola basket itu, lalu pada saat dia berada di ruang olah raga, dia mendengar suara penjaga sekolah, dia panik, dia lari, makanya ada bekas sepatu lecet di lantai. Pencuri menyembunyikan bola basket tersebut di tempat sampah. Mungkin pelakunya nggak akan ketemu, tapi yang jelas bola basket itu ada di sini (menunjuk tong sampah).” “Hampir betul, tapi ada kesalahan sedikit pada hipotesa tersebut” “Apa itu?” “Kejadian yang sebenarnya seperti ini; pencurinya ada 2 orang. Yang 1 gempal dan yang 1 kurus” “Kamu tahu dari mana?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Bertus (SMA)
Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Bertus (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Bertus (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA) Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Sindi (SMA)
Pak Yoyok (Guru Olah Raga) Dika (SMA) Bertus (SMA)
“Feeling aja, Pak. Boleh saya lanjutkan? Si pencuri bahkan tidak tahu kalau ada bola basket. Pencuri ingin yang lebih besar lagi, yaitu AC bekas yang ada di ruang olah raga. Kalau dijual lebih mahal. Saya tahu, karena saya pernah jualan AC. Di saat mereka mau kabur, mereka mikir kenapa nggak bawa bola basket sekalian?” “Bentar, kenapa mereka harus bawa bola basket?” “Itulah Pak, jalan pikiran criminal memang susah ditebak” “Bajingan!” “Pada saat di tengah jalan, mereka mikir berat kalau bawa dua-duanya. Jadi, bola basketnya mereka buang ke tempat sampah” “Kayaknya hipotesa lu lebih masuk akal” “Udah, Pak. Sini ikut saya aja, yuk” “Eh…kalau lu nggak tahu nggak usah ikut campur. Jelas-jelas bola basketnya ada di tempat sampah…!!!” “Ayuk, Pak. Sebenernya penyelesaiannya gampang, Pak” “Gimana, gimana?” “Jadi gini, anak-anak yang nongkrong di depan kelas tadi sebagai petunjuk pentingnya. Mereka masuk ke dalam gudang untuk menaruh bola volli, tapi ternyata di belakang rak tralisnya udah rusak. Jadi sebenarnya, 3 bola volli yang Pak Yoyok lihat sebenernya adalah 3 bola volli yang baru” “Hebat anggota kalian ini”
Sindi (SMA)
“Em Pak, dia bukan anggota…” “Eeee iya Pak, anggota kami memang sangat bagus. Em…makasih ya, Sinta” “Sindi!” “Sindi” “Ok…buat kasus selanjutnya, mendingan kita…” “Eeet tunggu, jangan seneng dulu lu. Lu masih kami terima sebagai anggota magang” “Udah-udah kita mulai aja rapatnya. Kasus pertama udah selesai, sekarang kita tinggal nyari kasus ke dua. Ada saran atau ide dari anggota?” “Tunggu sebentar deh, kita rapat di sini? Kita nggak punya ruangan lain?”
Bertus (SMA)
“Nah…itu tugas pertama lu. Cariin ruangan buat grup ini”
Sindi (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Vani (Anggota OSIS 1) Sindi (SMA) Vani (Anggota OSIS 1) Anggota OSIS 2 (tidak disebutkan namanya) Bertus (SMA) Jimmy Vani (Anggota OSIS 1) Jimmy Vani (Anggota OSIS 1) Jimmy Vani (Anggota OSIS 1) Michael (SMA) Dika & Bertus (SMA) Michael (SMA) Vani (Anggota OSIS 1) Michael (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Dara Teman Dara 1 Dara Bertus (SMA) Dara Dika (SMA) Dika (SMA)
“Grup detektif? Itu ekskul resmi?” “Ee…sebenernya ini bukan Ekskul dan emang nggak resmi juga. Tapi kita tetep butuh ruangan buat kegiatan kita” “Eh ruang kosong yang di belakang itu masih kepake nggak sih?” “Kosong sih tapi kayaknya harus diberesin dulu deh”
“Ee…nggak papa. Saya bisa beresin kok. Saya biasa buang sampah. Itu hobby saya” “Hei Van?” “Iya Jim” “Eh sorry, kayaknya kita butuh ruangan lagi deh” “Lah, buat apa?” “Ya, buat piala. Elu sendiri kan tahu kalau club basket kita udah keseringan menang” “Oh…ruangannya sih ada, tapi kayaknya gua harus tanya ke kepala sekolah dulu deh bisa apa enggak” “Hei…sorry” “Michael” “Eh iya…sorry, jadi gini club basket kami butuh banget ruangan baru. Boleh, ya?” “Iya iya iya…boleh” “Thanks, ya…” “Balik lagi deh ke kantin” “Eh itu kak Dara, kenapa?” “Kak Dara? Kak Dara ketua OSIS?” “Gue bener-bener nggak tahu deh ini pelakunya siapa?” “Kurang ajar banget sih” “Makanya” “Pelaku? Ada kasus?” “Ah…ini, gue dikirimi kayak surat kaleng gitu” “Ok gini aja. Kami bakal nyari pelakunya siapa, kalau ketemu, kami dapat ruangan. Gimana?” Dika membaca surat kaleng untuk Dara “Dear Dara, elu nggak usah belagu. Gue bakal bikin hidup elu susah. Gue
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Sindi (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA) Dika & Bertus (SMA) Sindi (SMA) Bapak Ina Dika Bapak Ina Dika Bapak Ina Dika Bapak Ina Dika Bapak Ina Dika Bapak Ina Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA)
nggak suka ngliat tampang elu, kalau mau hidup elu tenang, kirim uang 500 ribu ke alamat ini. Lalu di bawahnya ada alamat” “Coba lihat” “Petunjuk pertama, ada rambut keriting coklat di bawah amplop ini” “Terus? Terus?” “Petunjuk kedua tulisannya agak miring ke kiri, berarti kemungkinan dia jalannya agak miring ke kiri juga. Ini ada bekas cairan di sini. Ingus! Ini ingus” “Ingus! Ini ingus. Berarti kita harus cari orang yang kepalanya miring ke kiri, hidungnya ingusan, rambutnya keriting, dan warna coklat” “Ber, mana ada orang yang kayak gitu?” “Ingus! Ini ingus!” “Eh…tunggu, tunggu, tunggu! Ini ada alamatnya di bawah. Kita nggak mau coba ke alamat ini aja? Ini kan petunjuk!” “Aaahh…” “Ber…Dik…” Adegan Dika sudah dewasa “Tapi kalau menurut Om sih, nggak mungkinlah. Masak ada orang kirim surat kaleng dikasih alamat yang asli…kan goblok banget itu” “Ya, bener juga sih Om. Tapi ceritanya belum sampai sana, masih panjang” “Eem…” “(Melihat jam) Eee” “Dah jam segini, ya?” “Iya, Om” “Bentar ya. E…iya, saya mau pesen nasi padang. Mau? (menawarkan pada Dika), Em 2 (Berbicara di telefon). He’eh! Pake cabe nggak? (tanya pada Dika)” “Enggak, Om” “Cemen banget, masak nggak pake cabe sih?” “Eh…iya om. Maksud saya pakai cabe yang banyak om. Tapi kalau bisa nggak pedes” “Ha…iya iya, gini aja. Paketnya kamu yang atur, ya? Iya makasih. Terus terus terus?” Adegan Dika ketika SMA. “Tulisannya beda, bukan dia orangnya” “Belajar dari semua kasus yang ada di buku-buku ini, kesimpulan yang bisa gue dapat adalah pelakunya selalu orang yang tidak pernah kita duga” “Jadi pelakunya?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Bertus (SMA)
Bertus (SMA) Sindi (SMA)
“Siapa yang tidak pernah kita duga nulis surat kaleng? Ayo kita sebutin bareng. Ibu kantin!” “Ber…gue tahu elu bego, tapi nggak gini-gini juga kali!” “Bu…apakah Ibu yang menulis surat kaleng untuk ketua OSIS?” “Kalau itu ibu nggak tahu, tapi kalau yang nulis bon makanan ini memang ibu. Eh Bertus…kamu masih banyak hutang di sini!” “Maaf ya, Bu (sambil membayar hutang)” “Iya” “Apa ini?” “Jangan-jangan dapat surat cinta, ya?” “Hah…mana mungkin ada yang suka sama dia?” “Iya, juga sih” “Itu surat kaleng, Pa. kita lagi mau nyari siapa yang nulis” “Ini ada alamatnya, kenapa nggak kau cari?” “Ber…gue kan udah bilang, seharusnya emang kita datangin aja alamatnya” “Sebenernya gue pengen ngomong kayak gitu dari tadi” “Terserah lu deh Ber!” “Eh Pa…” “Iya?” “Kok ini nomernya nggak urut, ya?” “Itu dia…nih liat! Itu nomer 1, itu nomer 165. Ini pasti alamatnya palsu, Dik” “Bener kan alamatnya palsu” “Sekali lagi elu ngomong kayak gitu, gue colok hidung lu pake pensil!”
Bapak Dika
“Ah…sudah, kalian berdua nggak usah bertengkar. Kita pulang aja dulu”
Bertus (SMA)
“Eh…tapi, Om. Jangan-jangan pelakunya sengaja nuker-nuker nomer rumah. Apa jangan-jangan ini hanya mimpi? “Kau banyak kali cakapnya! Abis udara kau bikin nih” “Pa, Pa, Pa,…berenti Pa” “Ada apa?” “Pah…” “E e Dika!” “Dika” “Om…ini mimpi bukan, Om? Om, ini mimpi bukan?” “Ah…dia Bertus” “Om!” “Rambut lu kok bisa keren banget sih?” “Oh…gue baru beli condisinioner dari Itali” “Serius?” “Serius”
Sindi (SMA) Bertus (SMA) Ibu Kantin Bertus (SMA) Ibu Kantin Bapak Dika Ibu Dika Bapak Dika Ibu Dika Dika (SMA) Bapak Dika Sindi (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Bapak Dika Dika (SMA) Bapak Dika
Bapak Dika Dika (SMA) Bapak Dika Dika (SMA) Bapak Dika Sindi Bertus (SMA) Bapak Dika Bertus (SMA) Ina Michael (SMA) Ina Michael (SMA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Ina Michael (SMA) Ina Sindi (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Bapak Dika Sindi (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA) Bapak Dika Dara Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA) Ketua OSIS/Dara Bertus (SMA) Ketua OSIS/Dara Dika (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Ketua OSIS/Dara Bertus (SMA) Dika (SMA) Michael (SMA) Bertus (SMA) Michael (SMA)
“Gue boleh pegang nggak?” “Pegang aja…pegang pegang pegang” “Oh iya…tapi kok kalau gue pakai condisioner. Rambut gue enggak sebagus elu ya?” “Dik, elu ngapain sih?” “Iya, elu ngapain sih?” “Yang tadi nggak penting, ini yang penting. Alamat suratnya di tip-X, itu berarti…sorry sorry mata gue kemasukan keringet. Bisa baca nggak Sin?” “Ok ok… ini berarti si pelaku tadinya nulis alamat yang asli, tapi dia berubah pikiran dan menghapusnya pakai tip-X” “Kita harus cari orang yang punya tip-X” “Hah kemana kita sekarang?” “Oh…bentar om. Ok, aku ngerti kita harus kemana” “Dia pelakunya!” “Gue inget muka dia” “Sasya anak kelas 1 C” “Aku tak tahu dia siapa!” “Maksud lu apaan nih, ngirimin surat kayak ginian? Elu piker elu udah keren banget, udah asyik banget? Hah? Asal lu tahu ya…” “Gue nggak enak juga sih sebenernya” “Gara-gara kita, dia dimarahin?” “Ya, semacam itulah” “Dik…penjahat harus dihukum, orang yang nggak jujur harus di hukum dengan hukuman yang setimpal. Untuk itu kan kita buat grup detektif ini?” “Gue setuju! Berkat kita, sekolah ini aman dari ancaman surat kaleng” “Eh Dika, Sindi, Bertus…thanks you ya. Em…sama ini (menyerahkan kunci) sesuai perjanjian” “Terima kasih” “Eh…Cuma gini, ada 1 kendala. Masalahnya-kan club kalian ini bukan termasuk ekskul resmi, jadi ruangan kalian terpaksa gabung sama ruangan pialanya club basket. Nggak papa kan?” “Ya, sebenernya sih kita…” “Eh, nggak papa” “Yang penting kita punya ruangan” “Ok, sip kalau gitu. Oh sekali lagi makasih, ya” “Nah…yang ini meja kerja gue” “Ini meja gue” “Sorry ini grup detektif, ya? Team basket kami pengen nitip piala, soalnya kami baru menang kemaren. Gue tarok situ, ya?” “Oh, iya nggak papa” “Thank you, ya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Bertus (SMA) Michael (SMA) Bertus (SMA) Michael (SMA) Bertus (SMA) Michael (SMA) Bertus (SMA) Dika Bapak Ina Dika Bapak Ina
Dika Onsu Bertus (SMA) Onsu Bertus (SMA) Onsu Bertus (SMA) Onsu Bertus (SMA) Onsu Pelapor mobil hilang (tidak disebutkan namanya) Dika (SMA) Pelapor mobil hilang (tidak disebutkan namanya) Dika (SMA) Sindi (SMA)
“Eh Michael…elu pakai shampo apa ya? Kok harum banget?” “Oh itu…gue beli di Itali” “Oh gitu ya? Ba…baunya enak” “Thanks, Suroso” “Bertus” “Thanks you Bertus” “Keren, ya? Dia cuma salah sekali manggil nama gue” Adegan Dika sudah dewasa “Terus, Om…hampir setiap hari kami kerja di ruangan itu” ”Owh…gitu ya…eh kamu mbok nambah to, kok makannya dikit banget sih? Ini, opo gulai ayam? opo sayur sayur? Atau paru?paru, ya?” “Sa…saya mau minum aja, Om” “Oh ya nanti kalau minum, biar kuat ceritanya. Kalau habis makan boleh minum, kalau sebentar nggak boleh. Ha…ayo makan. E e eh…jangan terlalu, semua di telen gitu. Keselek nanti kamu mati lho, saya kan penasaran ceritanya belum selesai. Ayo terus, terus gimana?” “Ok…selanjutnya kasus-kasus datang nggak berenti ke kami, Om” Adegan saat SMA “Duit gue kurang Ber…kayaknya ada yang ngambil deh” “Kurang gimana?” “Jadi gini…dari rumah, gue kan bawa uang 50 ribu, terus di kantin gue beli ayam 7 ribu 5 ratus, pas gue balik ke kelas, duit kembalian gue adanya 47.500. He…ada yang ngambil kan?” “Pasti nilai MTK lu jelek, ya?” “Iya! Eh…kok hebat lu? Tau-tauan?” “Soalnya duit kembalian lu dari kantin itu kelebihan” “Ah masak sih?” “Sebaiknya sih elu balikin” “Em…oh…(kabur)” “Jadi tu gini; pas gue mau masuk, tu mobil gue, gue parkir di sini, pas gue balik lagi tuh mobil gue ilang! Ini pasti kerjaan mantan gue…eh!” “Lu tadi pasti terburu-buru, ya?” “Yo’i, yo’i banget. Kok lu tahu?”
“Karna elu lupa pakai rem tangan. Tuh (menunjuk)” “Maka dari semua penjelasan yang gue jelasin tadi, orang yang make uang kas karate untuk keperluan pribadinya adalah Herman, elu pelakunya (menunjuk)”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Jo Herman Jo Herman Sindi (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Ina
“Balikin nggak duitnya!” “Gue nggak bakal balikin!” “Jangan sampek gue pukul elu, ya” “Pukul aja!” “Pantesan aja, Ekskul ini nggak pernah dapat piala!” Saat memandang MADING “Keren” “Yoi…eh Ina” “Dika…gue boleh minta tolong, nggak?” “Boleh” “Lu tau acara high schol di Pramos nggak? Acara anak SMA gitu, gue penyiarnya. Lu pernah denger nggak?” “Enggak, gue nggak pernah denger” “Nah kembali lagi bersama Ina Nawang Kusumo, kita akan ngobrolin seputar putih abu-abu. Udah pada kangen belum?” “Kangen banget” “Gue baru tahu, pas elu bilang ke gue barusan” “Eh gue mau ngajakin elu sama grup detektif elu buat ikutan ke acara gue. Gimana, Dik?” “Gue sih mau-mau aja. Nanti gue tanya temen-temen gue dulu ya?” “Thanks, ya Dik. Oh iya, BTW elu keren banget” “Eh Sin…” “Eh Dik…ini (sambil menyerahkan kartu). Eh gimana? Itu gue yang buat lho” “Oh iya, ini lebih bagus dari pada bikinan Bertus” “Kalau ini buat elu (shal/handuk)” “E…bentar-bentar, ini sebenernya buat apa sih?” “Ya itu…mata lu kan suka kemasukan keringet” “Ini lu yang gambar sendiri? Kok bocah banget, ya?” “Soalnya lu itu orangnya gigih, lincah, terus kecil, kayak gambar itu (gambar kelinci)” “Ada kasus?” “Kasus nggak ada, tapi kabar bagus ada. Kita bakal di interview di radio!” “Serius?” “Iya” “Gue pake baju apa, ya?” “Mana sih tu orang?” “Tahu nih” “Yo what’s up?” “Selamat datang di 102,2 prambois FM, balik lagi bersama saya Ina Nawang Kusuma yang bakal nemenin kalian di high scool in love. Ok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Dika (SMA) Bertus (SMA) Ina Bertus (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Bapak Ina Dika (SMA) Bapak Ina Dika (SMA) Bapak Ina Dika (SMA) Bapak Ina Dika (SMA) Bapak Ina Dika (SMA) Ina
Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Sindi (SMA)
kaula muda, kali ini kita udah kedatangan tamu dan kali ini bintang tamunya adalah grub detektif dari SMA gue. E…boleh tahu nggak nama grub detektifnya apa?” “E..iya sebenernya kami nggak punya nama grup karena kami bukan grup band, jadi…” “E…nama grup kita, 3 sekawan” “E…ok 3 sekawan, boleh diceritain nggak tentang grup kalian ini?” “E…jadi gini” “Ee sorry, sebenernya nama grup kami bukan…” “Eh…udah, udah Sin, biarin aja. Ber, mending elu pake kacamata item elu biar lebih keren” “Thanks, Dik” Adegan Dika sudah dewasa “Tiga sekawan? Sebenernya ada apa sih? Sama temenmu yang namanya si Bertus itu tu, sebenernya ada apa? Kok dia aneh banget mikirnya?” “Dia mah orangnya emang kayak gitu, Om” “Eh kamu apa? Es krim mu apa?” “Coklat” “Ini stroberi, kalau kata Ina waktu kecil stloberi. Nih kamu cobain siapa tahu kamu juga suka” “Enggak, Om…saya…” “Udah cobain aja! Coba a a a ak! Nah! Eits ini harus disterilisasi dulu. Ok…berarti sekarang grup cemenmu itu sudah terkenal dong?” “Ya, lumayan sih Om. Tapi yang paling penting, aku jadi tahu satu hal tentang anak Om” “Oh…apa itu?” “Lagu kesukaan dia” Adegan Dika masa kecil “Sekarang ada e-mail dari Putri Cedih Celalu, dear Ina aku sedih karena gebetanku cuek dan nggak tahu kalau aku naksir dia. Apa yang harus aku lakuin ya? Huft! Em ada saran nggak dari grup tiga sekawan? Dika mungkin?” “Oh, iya. Ya, itu gampang. Eh…mendingan pura-pura nabrak aja. Biasanya kalau di sinetron-sinetron itu kalau ketabrak pasti langsung jadian. Cobain aja” “Saran yang bagus. Ok, kaula muda sebenernya Ina juga punya problem yang sama tapi malu nglakuinnya” “Nah…kalau gitu coba lakuin aja, pura-pura aja tabrak dia di sekolah” “Bener juga, ya. Ok sekarang saatnya dengerin lagu kesukaan Ina, yaitu Sheila On 7 Anugerah Terindah Yang Pernah Ku Miliki” “Dik, gue juga suka banget sama lagu ini”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Ina Michael (SMA) Ina Michael (SMA) Ina Michael (SMA) Ina Sindi (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Kepsek Dika (SMA) Kepsek Bertus (SMA) Kepsek Kepsek Dika (SMA) Kepsek Dika (SMA) Kepsek Bertus (SMA) Kepsek Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Kepsek Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Kepsek Kepsek Pedagang Kepsek Bertus (SMA)
“Oops… aduh, eh ketabrak” “Sorry Na, lu nggak papa?” “Ee nggak papa, sorry ya Mich” “Iya ngak papa kok. Elu mau kemana?” “Tuh (menunjuk), mau duduk di situ” “Oh ya udah, bareng yuk” “Yuk” “Dik, ada kasus nih. Elu harus lihat. Yuk…” “Eh…temen-temen kita dipanggil kepala sekolah” “Hah?” “Penting!” “Ah enggak, tapi tadi Sindi…” “Penting. Ayok…ayok…” “Ibu mendengar kalian punya grup detektif?” “Iya Bu, bener!” “Kalau begitu Ibu ada kasus yang penting” “Kasus apa, Bu?” “Ancaman pembunuhan terhadap kepala sekolah” “Tadi pagi penjaga sekolah menemukan ini. Saya yakin ini dibuat tadi malam. Aku muridmu, tak bosan menyangka kamu jatuh selama cinta sekolah” “Berarti ada murid yang berharap Ibu jatuh” “Selama cinta sekolah semudah melenyapkan” “Ada yang ingin melenyapkan Ibu karena dia cinta terhadap sekolah” “Ini teruntuk kepada sekolah sahabat kepala baruku” “Ibu baru dipindahkan dari sekolah lain kan?” “He’em” “Dia ingin melenyapkan Ibu karena dia…” “Menganggap sekolah adalah sahabatnya” “Pasti yang bikin, kutu buku banget!” “Atau cinta banget sama sekolah” “Jangan-jangan, gara-gara saya membuat upacara bendera harus dilakukan setiap hari Senin. Sekarang ada yang ingin membunuh saya?” “Bisa jadi, Bu! Karena saya juga malas upacara” “Ini gambar apa, ya?” “Kayaknya gambar iblis deh” “Dia sudah bersepakat dengan iblis!” “Apa sih?” “Barang kali Ibu lapar?” “Jadi bagaimana? Apakah sudah ada gambaran?” “Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah iblis di gambar itu sangat benci
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
sama Ibu” Kepsek
“Kalau saya tahu siapa pelakunya, akan saya keluarkan dari sekolah ini!”
Dika (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Kepsek Dika (SMA) Kepsek Dika (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Kepsek
“Saya tahu siapa pelakunya, Bu” “Elu tahu siapa pelakunya, Dik? “Siapa, Dik?” “Pelakunya Michael!” “Michael?” “Kepala ekskul basket itu? Yang rambutnya wangi itu?” “Ya betul, Bu!” “Nggak mungkin, masak?” “Berikan saya beberapa hari, saya bisa buktikan, Bu” “Atas dasar apa lu nuduh Michael?” “Michael itukan anak basket, pasti dia bisa bikin grafity” “Saya tidak perduli! Kalian urus, saya beri kalian wewenang penuh, pol untuk melakukan apa saja sampai ketangkap pelakunya. You are understand? You are understand? Understand? “Siang, Bu?” “Siang” “Saya minta file data-data dari Michael Fiandi. Saya perlu tahu rumah, hobby, dan apa saja yang dia suka” “Sebentar” “Lu yakin?” “Ber…kita harus membela kebenaran kan?” “Iya, sih” “Percaya sama gue” “Perlu banget? (ketika Dika mengambil bekas makanan Michael di kantin)” “Kan waktu itu gue yang mecahin kasus surat kalengnya Kak Dara. Lu percaya deh sama gue” Mengangguk
Dika (SMA) Ibu TU Dika (SMA) Ibu TU Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus & Sindi (SMA) Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA)
“Na nanti pulang sekolah bisa ngomong, nggak?” “Bisa” “Di deket gudang, ya?” “Ok” “Terima kasih semuanya yang sudah datang, hari ini saya akan mempresentasikan temuan-temuan saya. Hipotesa saya begini: menurut data yang saya peroleh dari secretariat sekolah, Michael adalah anak tunggal, pasti dia frustrasi nggak punya adik. Dia pun menjadi kejam, suatu hari dia memutuskan untuk melampiaskan kekejamannya dan dia memutuskan untuk membenci kepala seolah. Michael adalah seorang anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Kepsek Dika (SMA) Kepsek
Dika (SMA) Kepsek Bertus (SMA) Kepsek Bertus (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Sindi (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA)
club basket, pasti dia adalah seorang yang atletis. Maka, dia bisa membuat gambar iblis yang sesuai. Seseorang yang berambut indah seperti Michael pasti gemar membaca puisi. Dengan kata-kata yang sok puitis, dia menulis kata-kata itu di atas grafity-nya. Maka saya putuskan bahwa Michael pelakunya. “Dika kamu terdengar mengada-ada, mana buktinya?” “E…belum ada sih, Bu” “Dika, Michael seorang vegetarian. Setiap pulang sekolah, dia ikut membantu membereskan mushola, dan dia telah mambangun sendiri sebuah panti jompo didekat rumahnya bata demi bata, Michael seorang anak yang baik. Jadi, kalau kamu tidak ada bukti saya tidak bisa percaya kamu!” “Ya, tapi…” “Apa saya salah meminta bantuan kalian?!!!” “Ee sebentar, Bu. Saya punya teori yang lebih masuk akal, Bu” “Cukup!” “Maksud lu apaan sih, Dik?” “Gue bener-bener nggak ngerti lu kanapa, Dik!” “Elu sih pada nggak bantuin gue!” Di belakang sekolah “Ina…lu mendingan makan es pudding dulu deh. Lu tenangin diri lu. “Ada apa ya, Dik?” “Na…lu sedeket apa sih sama Michael?” “Emang kenapa?” “Michael itu orangnya nggak baik. Mendingan lu jauhin dia!” “Jauhin?” “Iya…katanya dia vegetarian kan, tapi ternyata grup detektif gue nemuin kalok dia pernah makan kambing guling. Ini buktinya (menyodorkan sesuatu)” “Ya, nggak papa kali Dik. Gue juga suka kambing kok. Lagian kalok dia suka kambing, kan kita jadi gampang dinner barengnya” “E…dinner! Oh iya gue juga nemuin kalok ternyata dia keringetnya banyak banget. Gue ambil sampelnya di lapangan tadi” “Dik…ketek lu aja basah terus. Thanks, ya” “Seharusnya gue tahu, Dik!” “Sin!” “Lu manfaatin kita semua? Gue pikir selama ini lu belain kebenaran, Dik” “Sin, sebentar Sin” “Lu nggak ada bedannya sama orang-orang yang kasusnya kita bongkar, tahu nggak!” “Kok lu gitu sih? Sin, lu harus tau kalok gue suka sama Ina!”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Sindi (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA)
“Terus? Lu manfaatin temen lu? Dik, gue pikir grup ini tu beda dan gue pikir lu itu beda!” “Paling abis ini lu pergi! Lu cuma angin-anginan doang, kan?” “Maksud lu?” “Lu sendiri yang bilang ke gue, kalok gue itu tekun. Ya udah, gue tekun untuk suka sama Ina. Jadi sekarang mau lu gimana? Oh, lu maunya ninggalin gue? Mau ninggalin grup kita?” “Kok lu ngomongnya kayak gitu sih?” “Lu sama aja kayak Bertus, cuma mau ngelakuin apa yang lu pengen, nggak pernah ngehargain apa yang orang lain pangen juga. (Melihat Bertus) Eee…Ber” “Ber…dia itu nipu kita. Dia itu berusaha ngejebak Michael dengan bilang kalok Michael itu pelakunya, padahal dia ngelakuin ini semua cuma karena dia itu suka sama Ina!” “Gue pikir ini semua buat keadilan! Kita bikin grup ini buat apa?” “Buat apa? Lu mau yang jujur? Buat elu populer, itu kan yang lu mau?”
Guru sejarah Bapak Dika Dika (SMA) Bapak Dika Dika (SMA) Bapak Dika
Adegan saat Dika sudah dewasa “Om…ini lampunya nggak mau dinyalain aja, Om?” “Oh…iya ya, sampek lupa. Ngobrol sampak kemalaman. Siti (memanggil)! Lampu!” “Aku terusin ya, Om?” “Iya” “Jujur…waktu itu saya nggak menyangka kalau persahabatan kami bisa rusak dengan segitu mudah. Semua gara-gara saya, Om” Adegan saat masih SMA “Ada yang tahu kenapa Soekarno-Hatta bisa merebutkan kemerdekaan? (Bertus tunjuk jari) Silahkan Bertus” “Karena salah satu dari mereka tidak ada yang egois dan manfaatin pertemanan mereka untuk kepentingan mereka sendiri, karena mereka tidak makan teman, makanaya mereka berdua bisa sangat populer. Tapi kalau salah 1 dari mereka ada yang menghianati temannya sendiri, mendingan nggak usah nginep di rumahnya lagi. Anggp aja dia udah nggak ada. Merdeka!” “Bagus…kita lanjut, ya?” “Eh Dika…kau di cari Mamak kau” “Iya, Pa” “Dia mau tahu kau mau makan apa?” “Nasi goreng aja, Pa” “Eh…mana itu si Bertus? Ini malam minggu biasanya dia nginep sini?”
Dika (SMA) Bapak Dika
“Bertus udah nggak ada, Pa!” “Hah! Mati dia rupanya?”
Dika Bapak Ina Dika Bapak Dika Dika Guru sejarah Bertus (SMA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Dika (SMA) Bapak Dika Dika (SMA) Bapak Dika Dika (SMA) Bapak Dika Bapak Dika Dika (SMA) Bapak Dika Dika (SMA) Bapak Dika Ibu Dika Bertus (SMA) Ibu Albertus Bertus (SMA) Ibu Bertus Bertus (SMA) Bapak Dika Bertus (SMA) Bapak Dika Bapak Dika Dika & Bertus (SMA) Bapak Dika Dika & Bertus (SMA) Bapak Dika Mas-nya (penjual makanan) Dika & Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA)
“Ah enggak, maksudnya…dia udah nggak main ke sini lagi, Pa” “Eh kenapa kalian?” “Berantem, Pa” “Berantem? Jangan gitulah…udah lama kalian berkawan” “Abisnya dia…” “Ah…nggak ada habisnya! Udah…kau ikut sekarang!” “Jalan-jalan” “Nggak mau ah, nggak mau” “Kau mau ikut atau ku potong jajan kau 6 bulan?” “Curang” “Siapa suruh kau jadi anak?” “Eh Papa Dika, ada apakah?” “Saya mau ketemu dengan Bertus, dia ada?” “Oh…ada-ada. Sebentar e sebentar. Albertus! Albertus (memanggil) kau ada yang cari ini” “Iya, Mama” “Kau ini…telpon-telpon terus, ada yang cari tu” “Iya, Ma. Ada apa, Om?” “Ayo, ikut Om keluar” “Tapi Om, masih banyak nomer-nomer yang belum ditelpon nih” “Ayolah sudah. Kau ikut Om sekarang atau Om panggil mamak kau, Om minta mamak kau potong uang jajan kau selama 6 bulan? Mau?” “Kalian ini mengingatkan aku, waktu aku muda dulu. Bertus, dulu waktu Om muda pacaran juga seperti kalian. Sering berantem, padahal kami ini kompak. Ya seperti kalian lah” “Kami nggak pacaran!” “Nah kan kompak. Tapi kalian seharusnya tahu kalok kalian itu saling perduli satu sama lain, baikan lah” “Kita mau kamana sih Om/Pa?” “Aku pesen cumi bakar 1 sama air putih 3” “Kalian pesen apa?” “Ikan gurameh 1 (serempak)” “Elu pesennya kok samaan sih sama gue?” “Elu yang kenapa samaan sama gue?” “Elu!” “Elu!” “Elu suka kan kalok kita samaan? Itu berarti gue ngikutin mau elu”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Bertus (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Dika & Bertus (SMA) Bapak Dika Dika (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Dika (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA)
Bertus (SMA) Sindi (SMA) Bertus (SMA) Sindi (SMA) Ina
“Maksud lu apaan sih?” “Gue nggak ada mksud apa-apa sih, Ber. Elu sendiri kan yang bilang, kita butuh ini buat popularitas. Gue paham itu, tapi gue nggak butuh popularitas” “Terus lu butuh apaan?” “Sama kayak yang elu butuhin, Ber. Temen yang bisa ngertiin doang kok” “Sorry ya Ber/Dik” “Hah…sudah baikan kalian? Hah gitu doang. Nah kalok ini, kalian persis sama waktu Om pacaran. Tapi kalau kalian berdua tidak usah sampek ciuman yah, tidak baik” “Sindi…gue mau lu balik lagi ke gue dan Bertus” “Dik, lu udah keterlaluan tahu” “Sindi, kita pengen lu balik lagi karena diantara kami, cuma elu yang pinter” “Jadi, gue atau elu yang ngomong nih?” “Elu aja deh” “Ada kasus enggak?” “Enggak, sih” “Oh iya, kasus ancaman kepala sekolah itu gimana ya?” “Percuma, kepala sekolah kita udah pindah” “Kalian kenapa sih? Kok mencurigakan banget?” “Dik, lu Sabtu malam ada acara nggak?” “Enggak sih” “Kita udah siapain rencana buat lu” “Gue sama Sindi udah make kemampuan gue, supaya kita sampai di tempat ini untuk acara ulang tahunnya Ina” “Tapi gue kan nggak di undang?” “Ya elah Dik, acara ulang tahunnya anak SMA mah nggak perlu pakai undangan segala kali!” “Di situ kami udah masukin hal-hal yang jadi kesukaan Ina, jadi pas ngobrol sama dia, lu tinggal nyontek aja” “Dan satu lagi, selain suka banget sama lagunya Sheila On 7, Ina juga suka banget sama puisi buatannya Djoko Sapardi Damono. Di sini ada puisinya yang paling romantis judulnya “Aku Ingin”. Elu bacain di depan dia, sebagai kado ulang tahunnya, gue yakin dia pasti klepek-klepek” “Kayak lele yang baru keluar dari ember” “Dari air” “Nah, dari air” “Dik, elu tuh udah nggak butuh apa-apa lagi, elu tinggal ngomong jujur sama dia” “Yang ke dua buat Michael (menyerahkan potongan kue tart”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Temen Ina 1 (tidak disebutkan namanya) Temen Ina 2 (tidak disebutkan namanya) Dika (SMA) Yang hadir dalam pesta Ina Dika (SMA)
“Ina, selalu jadi yang terbaik ya dan tetep selalu ngasih kita contekkan”
“Mudah-mudahan elu tambah cantik, ya walau pun kayaknya sudah mentok sih” “Sorry, sorry gue boleh ngomong nggak? Selamat malam semuanya?” “Malam”
Bapak Ina
“Selamat ulang tahun Ina. Ina, sahabat-sahabat gue bilang, kalau hari ini gue harus ngomong jujur. Ina… Elu terlihat cocok banget sama Michael. Jujur gue udah lama suka sama elu dan jujur gue nggak suka elu sama Michael, tapi kalian berdua cocok banget. Ina elu baik dan cantik. Michael, elu wangi, tinggi, dan ganteng. Kalau gue cewek, gue juga pasti suka sama elu. Tapi gue nggak bisa bohong, gue pengen nglihat elu bahagia” “Berkasnya?” “Nanti gue kasih Michael aja, mungkin dia lebih butuh” “Dika? Dik, makasih ya udah nemenin sampai di sini” “Iya, sama-sama” “Elu beneran balik?” “Iya, kayaknya bokap gue udah di parkiran” “Yuk, gue temenin” “Ina, gue boleh ngomong sesuatu nggak?” “Iya boleh, mau tanya apa?” “Elu, kenapa sih elu dulu ngasih ini (burung kertas origami)?” “Itu kan tanda good luck dari Jepang. Gue suka kok ngasih burung bangau kayak gitu. Ya, ke orang-orang yang gue anggap kurang beruntung. Elu tahu nggak? Di Jepang itu, kalau ada yang menikah, Bapaknya akan ngasih 1000 burung bangau” “Berarti kalau entar lu nikah sama Michael, gue akan nitipin 1000 burung banggau ke bokap lu” “Makasih, tapi kayaknya lu ngayalnya kejauhan deh” “Iya juga sih” Adegan Dika sudah dewasa “Ya saya jadi ingat, yang bawa alat setrum ke rumah itu bukan kamu”
Dika Bapak Ina Dika
“Kan saya udah bilang dari awal, Om” “Si Bertus keling kampret itu kan? Eh, tapi saya jadi bersyukur” “Bersyukur gimana, Om?”
Bertus (SMA) Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina Dika (SMA) Ina
Dika (SMA) Ina Dika (SMA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Bapak Ina
Bapak Ina
“Iya. Ina nggak jadi sama kamu, karena kamu itu cemen. Kamu itu pekerjaannya sebagai apa?” “Penulis, Om” “Penulis itu bukannya miskin-miskin? Tapi ya nggak papa, orang kamu pernah jadi detektif. Kamu sukses menangani kasus-kasus beres. Iyakan? “Ya, nggak semua kasus beres sih Om” “Yang kasus kepala sekolah itu?” “Iya, Om” “Ya mungkin kalian cuma salah menerjemahkan kata-kata, ya namanya masih muda, masih goblok-goblok” “Ya tapi kan, dulu Sindi yang paling pinter aja nggak bisa mecahin kasus itu Om?” “Ya baguslah kalau kamu itu sadar kalau kalian itu pada goblok. Ya?”
Dika Dika Bertus Dika Bertus Dika
“Iya, Om” “Hallo? Bisa bicara dengan Bertus?” “Iya. Ini siapa, ya?” “Ber, ini Dika temen SMA lu dulu. Masih ingat, nggak?” “Ya ampun, Dika. Lu apa kabar, Dik?” “Baik. Ee, Ber gue butuh ketemu sama lu sekarang. Lu bisa, nggak?”
Bertus Dika Bertus Dika Bertus Dika Bertus
Michael Dika Michael
“Sekarang banget? Kenapa?” “Gue nggak bisa jelasinnya di sini, bisa ketemu aja nggak?” “Kayaknya lu gantengan dulu deh?” “Lu gimana? Masih pengen jadi populer?” “Besok Ina kawinan tu. Lu, lu diundang nggak?” “Diundanglah” “Ini misteri ancaman pembunuhan kepala sekolah, lu kenapa bawa-bawa gue ke sini?” “Gue baru ingat, Ber. Ber, dulu kita nggak pernah bisa mecahin kasus ini?” “Ini, Sindi aja nggak bisa pecahin kan?” “Gue ngomong hal yang persis sama malam ini. Ber, lu tahu nggak Sindi di mana?” “Dia e-mail berapa kali gitu pindah rumah, cuma dia bilang dia mau datang ke nikahan Ina” “Dino?” “Em, Dika” “Iya gue ingat, ini Dika. Lu yang punya grup band 3 sekawan itu kan?”
Dika Michael Dika
“Ee, detektif” “Ee…iya…iya itu maksud gue, gue Michael” “Oh Michael? Pantes rambut lu kecium bau wangi gitu dikit-dikit”
Dika Bapak Ina Dika Bapak Ina Dika Bapak Ina Dika
Michael Bertus Dika Bertus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Michael Dika Michael Dika
“Apa kabar lu?” “Baik” “Elu nggak salaman?” “Nanti aja gue salamannya. Masih ada orang yang mau gue cari di sini”
Michael Dika Michael
“Udah minumnya?” “Udah, udah (keheranan)” “Gue kerja lagi ya? (sambil mengambil gelas). Eh elu mesti cobain disertnya, enak banget. Pokoknya elu mesti coba” “Sin, masih ingat gue nggak?” “Dika? Ya, masihlah. Gue waktu itu sempet invite frenster lu” “Iya, waktu gue masih kuliah. Sekarang kan udah jamannya facebook”
Dika Sindi Dika Sindi Dika Sindi Dika Sindi Dika
Sindi Dika Sindi
Dika
“Gue nggak main gitu-gituan Dik, banyak orang narsis” “Elu masih kayak dulu, ya?” “Jadi apa kabar?” “Marmut!” “Marmut?” “Iya, lu masih inget kasus ancaman pembunuhan kepada kepala sekolah? Gambar di grafity itu, bukan gambar iblis. Petunjuk utama ada di grafitynya, dituliskan pesan untuk dibaca berdua. Kalau misalnya kita baca teka-tekinya, dibaca dua kata dua kata aja, jadinya “aku tak menyangka jatuh cinta semudah ini kepada sahabat baruku”. Petunjuk ke dua ada di sapu tangan yang pernah lu kasih ke gue. Di tengahnya ada gambar marmut, jadi grafity itu bukan gambar iblis tapi gambar marmut dan itu elu yang bikin Sin. Petunjuk ke-3, waktu itu gue ada di kantin, elu datang dan elu bilang “Dik, ada kasus nih. Lu harus lihat” waktu itu, lu pengen gue lihat grafitynya, lu pengen gue mecahin teka-teki itu, karena pesan di tekateki itu adalah pesan dari elu Sin, buat gue. Tapi karena kepala sekolah GR dan menganggap itu adalah ancaman pembunuhan buat dia…” “Padahal bukan” “Sin, kalau aja waktu itu gue tahu perasaan lu waktu itu, gue mungkin, gue nggak bakal…” “Elu masih simpen, nggak? handuknya? Lu pernah nggak sih, kalau lu lagi di keramaian, terus lu inget-inget cinta pertama elu waktu di SMA? Orang yang lu suka waktu itu? lu sering nggak, nanya sama diri lu sendiri, jangan-jangan gue udah ngelewatin cinta pertama gue hanya karena gue nggak berani ngomong sama dia. Kira-kira itu yang gue rasain selama 11 tahun ini. Cinta itu kayak marmut lucu warna merah jambu yang berada di sebuah roda, seakan dia udah pergi jauh padahal dia nggak pernah pergi kmana-kemana. Nggak tahu kapan harus berhenti. Capek tahu nggak, Dik?” “Berhenti, yuk”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
PEMERAN
Sutradara: Raditya Dika Dika: Raditya Dika Dika (SMA): Christoffer Nelwan Bertus (SMA): Julian Liberty Bertus: Mohammed Kamga Sindi (SMA): Sonya Pandarmawan Sindi: Frada Ina: Anjani Bapak Ina: Tio Pakusodewo Bapak Dika: Bucek Ibu Dika: Dewi Irawan Kepala sekolah: Jajang C Noer Pak Yoyok: Mc Danny Ibu Marsha: Feby Febiola Ketua Eskul Bola: Adipati Dolken Ketua Eskul Silat: Kevin Julio Siswa Kehilangan Mobil: Fandy Christian Michael (SMA): Axel Matthew Thomas Michael Dewasa: Boy hamzah Cynthia: Sheryl Sheinafia Ketua Eskul bahasa: Ge Pamungkas Siswa kurang kembalian: Jordi Onsu Mama Ina: Roewina Sahertian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Sasha: Zanetha Georgina Cowok SMA vox pop 1: Bayu Skak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BIODATA PENULIS Adven Desi Niatri lahir di Putra Buyut-Lampung Tengah, 10 Desember 1993. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri I Putra Buyut-Lampung Tengah pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya, penulis meneruskan di SMP Negeri II Kota Gajah-Lampung Tengah pada tahun 2005 dan lulus pada tahun 2008. Selepas SMP, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Seputih RamanLampung Tengah. Pada tahun 2011 penulis tercatat sebagai mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma, di tahun 2012 penulis memutuskan untuk pindah program studi. Akhirnya, tahun 2012 penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
165