797
Unmas Denpasar
IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI PENUNJANG HUMOR DALAM DRAMA TARI CALON ARANG Dewa Gede Bambang Erawan, I Nyoman Adi Susrawan Prodi.Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar (e-mail):
[email protected]
ABSTRACT This study aims to describe and analyze the conversational implicatures contained in the dance drama Calon Arang. The conversation implicature caused by a violation of the principle of cooperation and courtesy, which aims humor. In addition, this study also aimed to describe and analyze the function of conversational implicature as supporting the humor contained in the dance drama Calon Arang. Population and sample of this research is speech or conversation contained in the dance drama Calon Arang. The design / design used in this research is descriptive qualitative, using a pragmatic approach. The method used is seen, and recording. Sampling was conducted purposively study of speech contained in the dance drama Calon Arang. Data analysis contained in this study include: (1) the transcript of data from video recordings into text in writing, (2) identification of the data, (3) classification of data, (4) the copy into the data card, (5) analysis of the data card , (6) and the latter is concluded. The results showed that. Based on the analysis of data, obtained information that there is a conversational implicatures used by the participants said that aims of humor. In addition, the function of conversational implicature in dance drama Calon Arang more widely used by Bondres or parekan / clown king. Implicature function in the form of a macro function with some micro operationally function expressed by Bondres / parekan / punakwan hearer king against them. Implicature function Bondres / parekan to the hearer they can be classified into implicatures assertive function covering resisting and brag, implicatures directive which includes advising, commanding, asking or begging, and implicatures expressive function includes satirical and praise. Keywords: conversational implicatures, Humor, Drama Dance Calon Arang
PENDAHULUAN Perkembangan informasi teknologi komunikasi dewasa ini mampu menembus batas jarak sosiologis, dan mempercepat penyebaran informasi. Sebagai bagian evolusi peradaban manusia, perkembangan itu akan memengaruhi kondisi sosial budaya yang ada di Indonesia. Dalam perkembangannya, teknologi yang berakar pada adat dan budaya tidak bisa begitu saja ditinggalkan, dan seyogyanya bisa dimanfaatkan dengan baik. Salah satu wujud teknologi komunikasi atau media tradisional yang masih mendapatkan tempat di hati masyarakat adalah seni pertunjukan tradisional atau yang lazim disebutkan dengan istilah pertunjukkan rakyat. Hampir semua suku bangsa di Indonesia memiliki seni pertunjukkan rakyat. Kondisi tersebut dapat memberikan vibrasi saluran desiminasi informasi karena memiliki ikatan sosiokultural yang melekat di relung hati masyarakat. Di Bali, kegiatan seni pertunjukkan tradisional tidak dapat dipisahkan dari aktivitas sosioreligius masyarakatnya. Hampir setiap bentuk ritual keagamaan masyarakatberkaitan Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
798
Unmas Denpasar
erat dengan seni pertunjukkan tradisional. Tidak dapat dipungkiri, bahwa keterkaitan itulah yang menyebabkan seni pertunjukkan tradisional Bali tetap terjaga kelestariannya hingga menjadi bagian dari kehidupan sosial-ekonomi serta mendukung industri kepariwisataan. Salah satu seni pertunjukkan tradisional masyarakat Bali yang sering dipentaskan dari dulu hingga saat ini adalah dramatari Calonarang. Seni pertunjukan dramatari Calonarang lazimnya dipentaskan di halaman luar (jaba) sebuah Pura. Biasanya seni pertunjukan tersebut dipentaskan dalam sebuah ritual keagamaan. Dewasa ini, drama tari Calon Arang dapat dijumpai di ruang pribadi keluarga melalui tayangan televisi. Pementasannya dalam konteks ritual keagamaan disangga oleh suasana yang komunal religius, sedangkan ketika tersaji dalam layar profan televisi, seni pertunjukan Calonarang menyejajarkan dirinya dengan sinetron, reality show, konser musik dan program hiburan lainnya, yang disimak masyarakat dalam suasana santai dan tidak formal. Perhatian masyarakat menyaksikan dramatari Calonarang di televisi, dibandingkan dengan menonton pertunjukannya secara langsung di tengah masyarakat, berbanding sejajar. Seni pentas yang tidak begitu sering digelar ini senantiasa disaksikan masyarakat dengan penuh perhatian, dan bila perlu hingga menjelang pagi. Pertunjukan dramatari Calonarang di televisi tentu saja tidak memberi efek menyeramkan/magis bila dibandingkan dengan atmosfer pementasan dalam konteks yang sesungguhnya. Tetapi, karena muatan subjektifitas masyarakat Bali tentang nilai-nilai religius dan ketakutan pada dunia mistik begitu kental, dramatari Calon Arang ditransformasikan dalam teater yang membuat penonton televisi “terhanyut” secara emosional. Oleh karena kuatnya subjektifitas itulah menyebabkan presentasi artistik dan representasi kultural dramatari Calonarang dalam pagelarannya di tengah komunalitas masyarakat Bali, selalu mampu mempersuasi penonton. Akhir-akhir ini unsur magis bukan faktor utama yang menjadi daya tarik masyarakat dalam menyaksikan dramatari Calon Arang. Faktor lain yang mendukung pementasan ini adalah selingan humor yang “menggelitik” penonton. Hal itu sejalan dengan pernyataan Suhadi (1992:13) yang menyatakan bahwa humor dalam seni pertunjukan berfungsi sebagai sarana persuasi,dan mempermudah masuknya informasi atau pesan yang ingin disampaikan. Kemahiran bondres (pelawak) dalam mengemas lawakannya tidak bisa dipisahkan dari peranan bahasa sebagai media dalam berinteraksi dan penyampaian informasi. Dalam interaksi antara penutur dan mitra tutur, sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakan, penggunaan bahasa, dan penginterpretasiannya. Dialog atau percakapan yang dilakukan oleh para aktor guna menunjang humor tidak bisa dipisahkan dengan implikasi dari setiap ujarannya atau yang lazim disebutkan dengan istilah implikatur percakapan. Levinson (1983:97) menyatakan bahwa implikatur percakapan merupakan prinsip yang sangat penting dalam pragmatik. Konsep itu merujuk pada implikasi pragmatis tuturan akibat adanya pelanggaran prinsip percakapan. Prinsip percakapan yang dimaksud yaitu prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan dalam situasi tutur tertentu. Timbulnya implikatur percakapan dalam dramatari Calon Arang akibat pelanggaran prinsip kerja sama dan kesopanan. Prinsip-prinsip kerja sama, dan kesopanan dalam peristiwa tutur sengaja dilanggar, dengan tujuan humor. Humor dapat disampaikan pula dalam siratan menyindir, serta kritik sosial dalam suatu pementasan. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti termotivasi untuk meneliti implikatur percakapan yang terjadi akibat pelanggaran terhadap Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
799
Unmas Denpasar
prinsip-prinsip percakapan seperti, prinsip kerjasama, dan kesopanan yang mampu menimbulkan efek tawa/humor dalam seni pertunjukan tradisional khususnya dramatari Calon Arang. Penelitian sejenis yang meneliti implikatur percakapan sudah pernah dilakukan. Penelitian tersebut berjudul “Analisis Wacana Humor Gara-Gara dalam Pagelaran Wayang Kulit dengan Dalang Ki Medot Samiyono Soedarsono (Sebuah Kajian Pragmatik)” oleh Ivan Kurniawan (2011). Penelitian ini membahas tentang implikatur percakapan, implikatur tersebut meliputi penyimpangan terhadap prinsip kesopanan. Hal tersebut untuk menarik perhatian penonton,sehingga dapat memahami secara utuh setiap informasi yang disampaikan dalang. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah, peneliti berusaha mengungkap implikatur percakapan dalam dramatari Calon Arang yang terjadi akibat pelanggaran prinsip percakapan (prinsip kerjasama, kesopanan). METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan pragmatik. Untuk mendukung pendekatan pragmatik tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Menurut Sudaryanto (1993:62),metode deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan fakta kebahasaan yang ada, atau fenomena yang secara empiris hidup pada penuturnya. Tujuan metode deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran/deskripsi yang sistematis, faktual,dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antarsesamafenomena yang akan diselidiki Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh wacana humor dramatari Calon Arang yang mengandung implikatur percakapan, sebagai konsekuensi dari pelanggaran prinsip kerja sama, dan kesopanan dengan tujuan humor. Sampel data penelitian ini adalah sebagian tuturan yang terdapat dalam dramatari Calon Arang. Prosedur Penelitian Prosedur/langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Peneliti mengadakan penjajagan ke lokasi pertunjukkan dramatari Calon Arang sering digelar. b. Menyimak pertunjukkan tersebut dari awal hingga selesai. c. Merekam dalam bentuk video rekaman atau berupa rekaman percakapan pada saat pertunjukkan digelar. d. Hasil rekaman data kemudian di transkrip menjadi bentuk tulisan supaya mudah dianalisis. e. Transkrip yang berupa teks percakapan yang utuh, dipilah dan selanjutnya dikaji sesuai dengan keperluan data penelitian. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak/observasi dengan teknik catat. Teknik catat dilakukan dengan pencatatan pada kartu data yang segera Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
800
Unmas Denpasar
dilanjutkan dengan mengklasifikasi data (Sudaryanto, 1993). Teknik pengumpulan data sebagai berikut. Pertama, menyimak seluruh pementasan dramatari Calon Arang. Kedua, mencatat sebagian teks humor dramatari Calon Arang untuk memahami teks secara keseluruhan. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data penelitian, penelti menggunakan teknik: 1. Rekam Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dalam bentuk rekaman yang dilakukan dengan cara merekam penggunaan tindak tutur yang mengandung implikatur percakapan sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap prinsip kerjasama dan kesopanan dalam setiap tuturan yang terdapat dalam drama tari Calon Arang. 2. Simak Teknik simak dilakukan setelah pengumpulan data melalui perekaman. Setelah penulis merekam tuturan yang terdapat dalam drama tari Calon Arang, kemudian disimak dilanjutkan dengan menstranskripsi hasil rekaman. 3. Catat Mengklarifikasikan data dari hasil transkripsi tuturan yang terdapat dalam drama tari Calon Arang yang mengandung impikatur percakapan berdasarkan pelanggaran terhadap prinsip kerja sama dan kesopanan. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan pengolahan data kualitatif. Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan: 1. Setelah peneliti memperoleh data berupa tuturan melalui proses rekaman, maka langkah selanjutnya adalah mentranskrip atau memindahkan data tersebut dengan cara menulis kembali semua hasil tuturan yang diujarkan saat penelitian berlangsung. 2. Identifikasi Data Proses identifikasi dilakukan dengan cara memilah-milah bentuk tuturan yang berkenaan dengan implikatur percakapan yang terjadi sebagai akibat dari pelanggaran prinsip kerjasama dan kesopanan. 3. Mengklasifikasikan Data Setelah diperoleh dari hasil proses identifikasi data yang diperlukan, maka langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan data atau tuturan tersebut. 4. Penyalinan ke Dalam Kartu Data Data yang diperoleh dari hasil proses kartu data, kemudian dianalisi dan di bahas. 5. Analisis Kartu Data Data yang diperoleh dari hasil proses kartu data, kemudian dianalisi. 6. Menyimpulkan Hasil dari analisis akan menghasilkan simpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data berupa transkrip percakapan, terdapat pelanggaran pada prinsip percakapan. Pertama, prinsip kerjasama yang meliputi: pelanggaran terhadap maksim kualitas, kuantitas, relevansi, dan pelanggaran terhadap maksim cara atau Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
801
Unmas Denpasar
pelaksanaan. Kedua, prinsip kesopanan yang meliputi: pelanggaran terhadap maksim kemurahan, dan kerendahan hati. Pelanggaran terhadap kedua prinsip percakapan tersebut beserta maksim-maksimnyalah yang menyebabkan terjadinya implikatur percakapan sebagai penunjang humor dalam drama tari Calon Arang. Untuk mempermudah peneliti dalam mentranskrip dan analisis data, maka nama-nama aktor pertunjukkan bondres/parekan/punakawan raja diganti dengan “A”, dan “B”. Pelanggaran prinsip kerjasama Pelanggaran terhadap prinsip kerja sama dalam dramatari Calon Arang yang menyebabkan terjadinya implikatur percakapan sebagai penunjang humor meliputi: a) Pelanggaran terhadap maksim kuantitas Pelanggaran terhadap maksim tersebut terjadi karena peserta tutur tidak memberikan kontribusi yang sesuai dengan kebutuhan atau yang dikehendaki oleh mitra tutur. Berikut ini adalah transkrip percakapan dalam drama tari Calon Arang yang merupakan pelanggaran terhadap maksim kuantitas yang menyebabkan terjadi sebuah implikatur percakapan dengan tujuan humor. Transkrip percakapan dalam Bahasa Bali A: “Ngudiang gaen caine mara ngenah?"
Terjemahannya dalam bahasa Indonesia A: “Mengapa kamu baru kelihatan?”
B: “Mara pesu si mara ngenah.” “ Kadung B: “Tumben keluar kan baru kelihatan. luung ipiane ajak luh ayu di taman.” Sedang asik aku bermimpi dengan dik Ayu di Taman.” A: ‘Cai masi patuh kije gen ci?” A : “Kamu juga sama, kemana saja kamu?” C: “Bareng keme.” C: “Sama pergi ke sana.” Percakapan di atas merupakan bentuk tuturan yang melanggar prinsip kerjasama tepatnya maksim kuantitas. Si A bertanya kepada si B mengapa dia baru kelihatan. Respon atau jawaban yang diberikan oleh si B terlalu panjang. Seharusnya si B cukup menjawab saya baru keluar. Dengan jawaban tersebut tentu si A sudah paham dan memberikan kontribusi yang secara kuantitas cukup memadai pada tahapan komunikasi. Dengan demikian jawaban penjelas “ Kadung luung ipiane ajak luh ayu di taman” (sudah terlanjur bermimpi indah dengan Luh Ayu di taman) sifatnya berlebihan dan bertentangan dengan maksim kuantitas. Namun, jawaban yang singkat tersebut tidak dapat menimbulkan efek humor, berbeda halnya apabila dilengkapi dengan jawaban yang berupa penjelasan tersebut akan menimbulkan candaan atau humor yang menghibur penonton. Oleh karena itu, tuturan yang melanggar maksim kuantitas sengaja dilakukan agar dapat memberikan efek tawa. b) Pelanggaran terhadap maksim kualitas Pelanggaran terhadap maksim tersebut dilakukan oleh peserta tutur karena ingin menimbulkan efek humor. Pelanggran maksim ini disengaja untuk memunculkan implikatur percakapan. Bahkan ada juga untuk mengejek pemain yang lainnya. Berikut ini adalah
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
802
Unmas Denpasar
tuturan dalam dialog drama tari Calon Arang yang ditampilkan oleh peserta tutur yang melanggar maksim kualitas. Transkrip percakapan dalam Bahasa Terjemahannya dalam bahasa Indonesia Bali A: “Yan ci mule dueg, jawab petakon cange A: “Kalau kamu memang pintar, silakan jani! Nyen ane melinggih di bedelod?” jawab pertanyaan saya. Siapa yang berstana di arah selatan?” B: “Ane melinggih sing je ade len tuah sekan gonge.” B : “yang duduk di sebelah selatan adalah sekaha gong.” Tuturan di atas tidak memberikan kontribusi terhadap maksim kualitas, seharusnya setiap partisipan yang terdapat dalam percakapan di atas mengatakan hal yang sebenarnya. Artinya, jawaban atau respons yang diberikan hendaknya didasarkan pada bukti yang memadai. Buktinya, dalam percakapan di atas konteks pertanyaan yang ditujukan oleh si “A” kepada si “B” adalah berkaitan dengan Dewata Nawa Sanga atau dewa dalam kepercayaan Hindu yang mengusai sembilan arah penjuru mata angin. Dalam konsep Hindu, dewa yang berstana di sebelah selatan adalah dewa Brahma, bukan sekaha gong. Berdasarkan percakapan yang terjadi seperti di atas jelas terjadi pelanggaran terhadap maksim kualitas. Seharusnya si “B” menjawab sesuai dengan konteks pertanyaan bahwa dewa yang berstana di arah selatan sesuai dengan mitologi Hindu adalah dewa Brahma. Pelanggaran tersebut sengaja dilakukan oleh si “B” dengan maksud menimbulkan efek humor/lucu. c. Pelanggaran terhadap maksim relevansi Pelanggaran terhadap maksim relevansi yang dilakukan oleh aktor bondres/parekan/punakwan raja dalam drama tari Calon Arang terjadi dalam kutipan percakapan sebagai berikut. Transkrip percakapan dalam Bahasa Terjemahannya dalam bahasa Indonesia Bali A: “Jeg sebak sebak i dewek uli tuni dini. A: “Panjang lebar kita berbicara di sini dari Layah basang cange nok.” tadi. Lapar sekali perutku.” B: “Layah ci, kangoang cang mare suud B: “Lapar kamu, saya baru saja selesai minta nunas ring ida.” sama beliau.”
Sesuai dengan maksim relevansi mewajibkan setiap peserta tutur memberikan kontribusi relevan dengan pokok pembicaraan. Maksim relevansi menekankan keterkaitan isi tuturan antar peserta percakapan. Setiap peserta percakapan saling memberikan kontribusi yang relevan dengan topik pembicaraan sehingga tujuan percakapan dapat tercapai secara efektif. Namun,terkadang secara tersurat (eksplisit) respons yang diberikan tidak terlihat relevansinya dengan pokok pembicaraan, karena sudah ada latar belakang pengetahuan (background knowledge)yang sama antara penutur dan lawan tutur maka komunikasi masih tetap bisa berjalan. Dengan kata lain, yang tersurat (eksplisit) nampak tidak relevan namun,yang tersirat (implisit) sebenarnya relevan. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
803
Unmas Denpasar
Dalam konteks percakapan di atas, selain menyebabkan imlikatur percakapan, juga terdapat pelanggaran terhadap maksim relevansi. Apa yang dituturkan oleh oleh jawaban yang seharusnya dan diharapkan oleh si “A” dari si “B” adalah menunjukkan tempat atau posisi di mana dia mendapatkan makanan. Tetapi jawaban yang disampaikan oleh si “B” tidak relevan, dan semata-mata bertujuan humor. d)Pelanggaran terhadap maksim pelaksanaan. Pelanggran terhadap maksim ini terjadi apabila setiap peserta percakapan berbicara secara tidak langsung, bermakna ganda atau taksa (tidak satu), serta penjelasannya terlalu berlebihan. Dalam konteks percakapan yang terjadi dalam drama tari Calon Arang jelas hal itu dilakukan guna menunjang tawa dari penonton. Bukti pelanggaran terhadap maksim pelaksanaan dalam drama tari Calon Arang adalah sebagai berikut. Transkrip percakapan dalam Bahasa Terjemahannya dalam bahasa Indonesia Bali A: “Bes Akeh jero Balian nyemak gae.” A: “Terlalu banyak jero Balian mempunyai pekerjaan.” B: “Maksud cine?” B: “Maksud kamu apa?” A: “Di banjar bendesa, di tv pemain sinetron, di gaguntangane tukang atos, A: “Di Banjar jadi bendesa, Di TV pemain drama gong patih agung, di kampus sinetron, di gaguntangan jadi tukang dosen buin ye.” atos, di drama gong jadi patih agung, di kampus dosen juga.” Dalam percakapan di atas maksud si “B” adalah menyindir si “A” karena terlalu banyak mempunyai pekerjaan, dia berharap agar dirinya juga diberikan pekerjaan. Percakapan tersebut mengandung implikatur percakapan dan melanggar prinsip kerjasama maksim pelaksanaan. Jawaban si “B” terlalu panjang serta menimbulkan makna yang ganda. Pelanggaran Prinsip Kesopanan Maksim ini mewajibkan setiap peserta pertuturan untuk meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Dalam hal ini, Leech dalam Wijana (1996) mengatakan bahwa semakin panjang tuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya. Demikian pula tuturan yang diutarakan secara tidak langsung lazimnya lebih sopan dibandingkan dengan tuturan yang diutarakan secara langsung. Dalam percakapan dramatari Calon Arang, peserta tutur dengan sengaja mengabaikannya dengan tidak mempertimbangkan segala hal yang diharuskan dalam prinsip kesopanan tujuannya adalah menunjang humor. Contoh percakapannya sebagai berikut. Transkrip percakapan dalam Bahasa Terjemahannya dalam bahasa Indonesia Bali A: “cang maan gelem dugas di telun.” A: “Aku sempat sakit dua hari yang lalu.” B: “Gelem ape ci?” B: “sakit apa kamu?” A: “Sepilis.” A: “sepilis.” B : “Be ke dokter?” B: “Sudah pergi ke dokter?” A: “Suba. Neked cang di dokter kene A: “Sudah. Dokter bertanya kepadaku Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
804
Unmas Denpasar
petakon doktere. Gus sesai jajan di luar?” B: “Kengken pesaut cine?” A: “Ya Bu.” B: “Kengken Doktere?” A: “Adi demen jajan di luar? Keto batne.” B: “kengken pesaut cine?” A: “ah dokter madue manten amun jumah kengkenang tiang jajan.”
apakah aku senang jajan di luar?” B: “Trus jawabanmu gimana?” A: “Ya bu.” B: “Bagaimana tanggapan dokter?” A: “Kok suka jajan di luar?” B: “Jawabanmu?” A: “Ah dokter ada-ada saja kalau saya jajan di rumah bagaimana caranya jajan?”
a) Maksim Kemurahan Maksim kemurahan menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain, dan meminimalkan rasa tidak hormat kepada orang lain. Dalam dialog atau percakapan yang terdapat dalam drama tari Calon Arang jelas terjadi pelanggaran terhadap maksim kemurahan. Hal itu dilakukan hanya bertujuan untuk humor agar penonton tetap terjaga sampai akhir pertunjukkan. Bukti percakapan tentang pelanggaran terhadap maksim kemurahan adalah sebagi berikut. Transkrip percakapan dalam Bahasa Bali Terjemahannya dalam bahasa Indonesia : “Ri kalaning ngrangsuk raja Bondres: “Inggih....rikalaning cokor busana kaya ape” palungguh i Gusti engrangsuk busana angob titiang luir sekadi sang Hyang Kala I Ratu.” Patih: “Badah.” Patih
Makna dari percakapan antara patih dan bondres, bahwa bondres dengan sengaja tidak menghormati majikannya dalam hal ini diperakan oleh patih. Ketika sang patih meminta di junjung atau diibaratkan sebagai sang Dewa, sebaliknya bondres mengatakan bahwa sang patih mirip Dewa Kala. Dalam mitologi Hindu dikatakan bahwa dewa Kala adalah sebagai dewa yang menyeramkan seperti raksasa. Hal itu dilakukan agar memancing atau mengundang humor. b) Maksim Kerendahan Hati Maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Maksim ini menuntut setiap peserta pertuturan untuk memaksimalkan ketidakhormatan pada diri sendiri, dan meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Pelanggaran terhadap maksim ini terdapat pada kutipan dialog berikut ini. A: “Jeneng cine care ancruk.” B: “Beli Care ape?” A: Rajuna bagus mawibawa. Dalam percakapan tersebut jelas bahwa terjadi pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati. Si A merendahkan lawan mainnya dengan sebutan ancruk. Dalam bahasa Bali ancruk merupakan salah satu binatang yang menjijikkan. Di sisi yang lain dia Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
805
Unmas Denpasar
menganggap dirinya seperti arjuna salah satu tokoh dalam cerita pewayangan yang terkenal akan ketampanannya. Fungsi Implikatur Percakapan dalam Drama Tari Calon Arang Fungsi implikatur percakapan dalam drama tari Calon Arang lebih banyak dimanfaatkan oleh aktor bondres /parekan/ punakawan raja. Fungsi implikatur tersebut berupa fungsi makro dengan beberapa fungsi mikro yang secara operasional dinyatakan bondres/parekan/punakawan raja terhadap mitra tutur mereka. Fungsi implikatur bondres/parekanterhadap mitra tutur mereka dapat digolongkan ke dalam fungsi implikatur asertif yang meliputi menolak dan membual. Fungsi implikatur direktif yang meliputimenasihati, memerintah, meminta atau memohon.Fungsi implikatur ekspresif meliputi menyindir dan memuji. Kemunculan berbagai fungsi implikatur tersebut dalam tuturan dapat dilihat pada paparan di bawah ini. Implikatur asertif yang tampak pada tuturan bondres atau parekanpada drama tari Calon Arang berfungsi untuk membual. Buktinya terdapat dalam percakapan yang dilakukan oleh dua bondres atau parekan raja dalam hal ini namanya diganti dengan si “A” dan si “B” sebagi berikut. Transkrip percakapan dalam Bahasa Terjemahannya dalam bahasa Indonesia Bali A: “Kije cai dibi melali ajak i ayu?” A: “Kemana kamu pergi dengan Ayu B: “Biasa ke LA.” kemarin?” A: “Mimih johne” B: “Biasa...LA” B: “Ha2....di dauhne” A: “Kok jauh sekali?” B: “di sana sebelah barat.” Pada kutipan percakapan kedua bondres di atas yang diwakili oleh A dan B terlihat bahwa terdapat bualan yang dilontarkan oleh si B. Namun, bualan tersebut hanya bertujuan humor. Maksud yang sebenarnya dari perkataan si B yang menyatakan pergi ke LA adalah lapangan Astina, bukan Los Angeles. Implikatur direktif yang tampak pada tuturan bondres/parekan pada drama tari Calon Arang berfungsi untuk menasihati, memerintah, dan meminta atau memohon. Buktinya terdapat dalam percakapan berikut ini. A: “Jawab petakon cange ne!” A: “Tolong jawab pertanyaanku.” B: “nah...” B: “Baik.” A: “kengken ceciri gununge aktif.” A: “Bagaimanakah ciri-ciri gunung aktif?” B: “coba miss call, lamun nyambung B: “Coba miss call, kalau nyambung berarti berarti aktif.” aktif.” Si A meminta kepada lawan tuturnya dalam konteks tersebut diperankan oleh si B untuk menjawab pertanyaannya. Jadi, jelas bahwa kalau diperhatikan keseluruhan konteks percakapan di atas implikatur percakapannya berfungsi direktif dan mengutamakan humor. Implikatur ekspresif yang tampak pada tuturan bondres atau parekan pada drama tari Calon Arang berfungsi untuk menyindir dan memuji. Buktinya terdapat dalam percakapan berikut. Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
806
Unmas Denpasar
A: “Bes Akeh jero Balian nyemak gae.” B: “Maksud cine?”
A: “Terlalu banyak jero Balian mempunyai pekerjaan.”
B: “Maksud kamu apa?” A: “Di banjar bendesa, di tv pemain sinetron, di gaguntangane tukang A: “Di Banjar jadi bendesa, Di TV pemain atos, drama gong patih agung, di sinetron, di gaguntangan jadi tukang atos, di kampus dosen buin ye.” drama gong jadi patih agung, di kampus dosen juga.” Pada percakapan di atas Si A menyindir bahwa terlalu banyak si B mempunyai pekerjaan dan berharap agar dibagikan sebagian kepadanya. Selain menyindir, implikatur percakapan di atas juga digunakan untuk humor.
SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data pada bab sebelumnya diperoleh informasi sebagai berikut. 1. Terdapat implikatur percakapan yang digunakan oleh peserta tutur dalam drama tari Calon Arang akibat pelanggaran terhadap prinsip kerjasama yang meliputi pelanggaran terhadap maksim kuantitas, kualitas, dan relefansi. 2. Humor yang terjadi dalam drama tari Calon Arang disebabkan juga oleh pelanggaran terhadap prinsip kesopanan yang meliputi pelanggaran terhadap maksim kemurahan, dan kerendahan hati. 3. Fungsi implikatur percakapan dalam drama tari Calon Arang lebih banyak dimanfaatkan oleh bondres atau parekan/punakawan raja. Fungsi implikatur tersebut berupa fungsi makro dengan beberapa fungsi mikro yang secara operasional dinyatakan bondres/parekan/punakwan raja terhadap mitra tutur mereka. Fungsi implikatur bondres/parekan terhadap mitra tutur mereka dapat digolongkan ke dalam fungsi implikatur asertif yang meliputi menolak dan membual, implikatur direktif yang meliputi menasihati, memerintah, meminta atau memohon, dan fungsi implikatur ekspresif meliputi menyindir dan memuji. DAFTAR PUSTAKA Sumarsono. 2010. Sosiolinguistik, Sabda Yogyakarta. Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar PragmatikYogyakarta: Andi. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Tekhnik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik). Yogyakarta : Duta Wacana University Press. Kurniawan, Ivan. 2011. Analisis Wacana Humor Gara-Gara dalam pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Medot Samiyono Soedarsono (Sebuah kajian Pragmatik). Skripsi. http://www.distrodoc.com (diunduh, 5 april 2015).
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016