Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 3, September 2012
IMPLIKASI RPJMN 2010-2014 SEKTOR PENDIDIKAN TERHADAP MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH IMPLICATION OF RPJMN 2010-2014 IN EDUCATIONAL SECTOR TO MANAGEMENT CURRICULUM DEVELOPMENT OF PRIMARY AND SECONDARY EDUCATION Herry Widyastono Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdikbud Jl. Gunung Sahari IV - Jakarta Pusat Email:
[email protected] Diterima tanggal:19/06/2012, Dikembalikan untuk revisi tanggal:02/07/2012, Disetujui tanggal: 29/08/2012 Abstrak: Tujuan penulisan untuk menyusun rencana strategi pengembangan kurikulum nasional, daerah, dan satuan pendidikan sesuai amanah RPJMN 2010-2014 sektor pendidikan. Hasil kajian menyimpulkan: a) Secara umum dibedakan antara manajemen pengembangan kurikulum terpusat (sentralistik), tersebar (desentralistik), dan sentral-desentral; b) KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan, dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan manajemen pengembangan kurikulum sentral-desentral; c) Pada umumnya guru hanya mengadaptasi bahkan mengadopsi KTSP dari satuan pendidikan lain yang belum tentu sesuai dengan karakteristik satuan pendidikannya; d) Pemberian kewenangan lebih baik berjenjang, mulai dari kewenangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. Berdasarkan kesimpulan tersebut, direkomendasikan agar unit-unit kerja terkait, melakukan: a) penyusunan dan penetapan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Penataan Kurikulum Nasional, Daerah, dan Sekolah; b) sosialisasi kepada seluruh pemangku kepentingan pendidikan di tingkat pusat dan daerah; c) bantuan profesional pengembangan kurikulum dan pembinaan teknis kepada para penyelenggara pendidikan; d) pelatihan bagi para pendidik dan tenaga kependidikan; dan e) penyiapan dan penggandaan seluruh sarana pembelajaran yang diperlukan. Kata Kunci: strategi manajemen kurikulum nasional, kurikulum daerah, standar nasional pendidikan, dan kurikulum satuan pendidikan. Abstract: The goal of writing this article is to set a management strategy of national curriculum development, regional curriculum, and school curriculum in accordance with RPJMN 2010-2014 education sector. The results of the study are as follows: a) In general, distinguished between centralized curriculum development management (centralized), spread (decentralized), and central-decentralized; b) KTSP is the operational curriculum developed by and implemented in each school, with reference to the National Education Standards. So the KTSP is the central decentralized management of curriculum development, c) In general, teachers are adapting even adopt KTSP from other schools that do not necessarily correspond to the characteristics of their schools, d) The authorization better tiered, ranging from the authority of the central government, provincial, district/city governments, and schools. Based on these conclusions, it is recommended that the relevant work units, in accordance with the duties and functions, shall: a) preparing and determining the Regulation of Minister of Education and Culture on the National Curriculum Arrangement, District, and School, as well as all the conflicting rules regarding curriculum revoked and is no longer valid; b) socialization to all education stakeholders at national and regional levels, c) giving technical and professional training on curriculum development, d) giving training for educators and education personnel, and (e) prepare and copying all the necessary learning tool. Keywords: management strategy national curriculum, regional curriculum, national standard of education, and school curriculum
342
Herry Widyastono, Implikasi RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan terhadap Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
Pendahuluan Se jak
Hal ini dapat dimaklumi karena para guru M ente ri
ketika masih kuliah di perguruan tinggi (sebelum
Pe ndid ikan Nasiona l N omor 22 Tahun 20 06
dibe rlak ukannya
Per atur an
tahun 2006) tidak diajar tentang bagaimana
tentang Standar Isi (SI) dan Nomor 23 Tahun 2006
mengembangkan kurikulum sendiri, melainkan
tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) pada
hany a dibeka li denga n bagai mana mengim-
jenjang pendidikan dasar dan menengah, tidak
plementasikan kurikulum (Garis-garis Besar
dikenal lagi istilah kurikulum nasional, yang ada
Program Pengajaran, identik dengan silabus) yang
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
sudah disusun oleh Pemerintah Pusat. Dengan
Satuan pendidikan diberi kewenangan untuk
memberi kewenangan kepada setiap satuan
me ngem bang kan send iri KTSP, t erma suk di
pendidikan untuk menyusun KTSP memang sangat
dalamnya adalah silabus dan rencana pelak-
ideal, karena yang paling memahami kemampuan
sa naan pem bela jara n ( RPP) sesuai deng an
setiap peserta didik adalah guru sehingga yang
satuan pendidikan (visi, misi, dan tujuan satuan
paling ideal menyusun KTSP adalah guru yang
pendidikan), potensi daerah/karakteristik daerah,
bersangkutan. Tetapi, sayangnya guru-guru di
sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta
lapangan belum dipersiapkan secara matang,
didik (kemampuan dan karakteristiknya), dengan
sehingga pada umumnya belum siap menerima
mengacu pad a SI dan SKL . Se tiap sat uan
pelimpahan kewenangan yang sangat drastis,
pendidikan dapat mengembangkan sendiri KTSP,
dari Pemerintah Pusat langsung kepada satuan
mengadaptasi, maupun mengadopsi KTSP yang
pend idikan/guru, bukan kepada pemeri ntah
dikembangkan oleh satuan pendidikan lainnya.
provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
Diharapk an, semak in la ma se maki n banyak
Sebagai akibatnya pada umumnya guru hanya
satuan pendidikan yang mampu mengembangkan
mengadaptasi bahkan mengadopsi KTSP dari
sendiri KTSP.
satuan pendidikan lain, yang belum tentu sesuai
Tetapi kenyataannya, setelah berjalan selama
denga n kondisi satuan pendidi kannya. Oleh
sekitar 6 tahun, hasil studi Widyastono (2012a)
karena itu, perlu segera dilakukan penataan ulang
me nunj ukka n ti dak leb ih d ari 10% satuan
kur ikul um,
pendidikan yang
Pe mbanguna n
mengembangkan sendiri KTSP,
sedangkan sebagian besar (sekitar 90%) hanya
sesuai
a mana h
Ja ngka
da ri
R enca na
Menenga h
Na sional
(RPJMN) 2010-2014 sektor pendidikan.
mengadaptasi bahkan mengadopsi KTSP dari
Dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun
satuan pendidikan lainnya. Padahal KTSP yang
2010 tentang RPJMN 2010-2014 sektor pendidikan
diadaptasi/diadopsi belum tentu sesuai dengan
dinyatakan bahwa dalam rangka peningkatan
karakteristik satuan pendidikan (visi, misi, dan
akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau,
tujuan satuan pendidi kan), potensi daerah/
rel evan, da n ef isie n me nuju ter ang katnya
karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat
ke seja hter aan hidup ra kyat , ke mand iria n,
setempat, dan peserta didiknya (kemampuan dan
keluhuran budi pekerti, dan karakter bangsa yang
karakteristiknya).
kuat, pembangunan bidang pendidikan diarahkan
Se lain itu, ha sil penelit ian Widy astono
demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
(2012b) juga menyimpulkan bahwa kemampuan
di dukung k esel arasan a ntar a ke tersedia an
awal guru-guru IPA dan Matematika SD, SMP, dan
tenaga terdidik dengan kemampuan: 1) men-
SM A di DKI , Be kasi , d an Tange rang dal am
ciptakan lapangan kerja atau kewirausahaan; dan
menyusun silabus dan rencana pelaksanaan
2) menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja.
pembelajaran (RPP), diperoleh kesimpulan bahwa
Se hubungan dengan hal itu terd apat 6
sekitar 90% guru dalam menjabarkan kompetensi
substansi inti program aksi sektor pendidikan, 2
dasar (KD) menjadi indikator kurang tepat; dalam
di antaranya adalah Butir 3, Metodologi, yaitu
merumuskan kegiatan belajar belum mengaktifkan
penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi
peserta didik untuk
eksplorasi, elaborasi, dan
berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching
konfirmasi; serta penilaiannya semata-mata
to the test), namun pendidikan menyeluruh yang
hanya mengukur aspek kognitif
memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi
saja.
pek erti, keci ntaan terhadap buday a-bahasa
343
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 3, September 2012
Indonesia melalui penyesuaian sistem Ujian Akhir
atau desain kurikulum. Kurikulum sebagai rencana
Na sional
penyemp urna an
ada yang bersifat menyeluruh untuk semua jalur,
kurikulum sekolah dasarmenengah sebelum tahun
p ada
2011
dan
jenjang, dan jenis pendidikan dan ada pula yang
2011 yang diterapkan di 25% sekolah pada 2012
khusus untuk jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
dan 100% pada 2014; dan Butir 5, Kurikulum,
tertentu.
penataan ulang kurikulum sekolah yang dibagi
Kurikulum seba gai rencana mer upak an
menjadi kurikulum tingkat nasional, daerah, dan
dimensi kurikulum yang paling banyak dikenal dan
sekolah, sehingga dapat mendorong penciptaan
dik etahui orang , ba ik oleh para pel aksa na
hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan SDM
kurikulum (guru dan pimpinan satuan pendidikan)
untuk mendukung pertumbuhan nasional dan
maupun masy arak at
da erah
pend idik an
Kurikulum inilah yang dikembangkan oleh guru-
kewirausahaan (di antaranya dengan mengem-
guru dalam KTSP. Kurikulum sebagai rencana
bangkan model link and match).
(a plan of action) atau disebut juga kurikulum
dengan
mema suk kan
Berkenaan dengan hal-hal di atas, yang me njad i
pe rmasalahan
tuli san
ini
t erut ama orang tua.
tertulis (written curriculum) atau kurikulum sebagai
adal ah
dokumen (document curriculum) menjadi acuan,
bagaimana implikasi RPJMN 2010-2014 sektor
pedoman atau pegangan bagi guru-guru dan para
pendidikan terhadap manajemen pengembangan
pelaksana kurikulum lainnya dalam implementasi
kurikulum pendidikan dasar dan menengah?
kurikulum. Sebagai suatu acuan atau pedoman,
Se dang kan tujuan p enulisa n ad alah unt uk
kurikulum berbentuk dokumen tertulis yang sering
menyusun strategi manajemen pengembangan
juga disebut sebagai kurikulum formal (formal
kurikulum nasional, daerah, dan satuan pen-
curriculum) atau kurikulum lembaga (official
didikan sesuai amanah RPJMN 2010-2014 sektor
curriculum). Berpegang pada kurikulum tertulis
pendidikan, yang dapat digunakan sebagai bahan
tersebut, oleh karenanya dilaksanakan kurikulum
pertimbangan oleh pengambil keputusan dalam
perbuatan (curriculum in action), implementasi
rangka menetapkan
kurikulum (curriculum implementation), mencakup
kurikulum nasional, daerah,
dan satuan pendidikan.
apa yang terjadi di kelas dan di luar kelas (actual atau activity curriculum), baik yang dikerjakan oleh
Kajian Literatur dan Pembahasan
guru
Kurikulum
curriculum).
Kurikulum
m aupun
pe sert a
di dik
( ex peri enci al
merupakan seperangkat rencana dan
Sebagai dokumen tertulis kurikulum tidak
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
hanya terdiri atas mata pelajaran (course of study),
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
atau uraian isi mata pelajaran
ped oman
keg iata n pe m-
atau persiapan mengajar (teaching preparation)
belajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan
tertentu (UU Sisdiknas, 2003).
pembelajaran (sillaby and lesson unit), tetapi
penyele ngga raan
(course content)
Kurikulum dapat dilihat dalam tiga dimensi
mencakup semua dokumen tertulis yang berkaitan
(Syaodih, 2007) yaitu, sebagai ilmu (curriculum as
dengan rencana pembelajaran. Kurikulum tertulis
a body of knowledge), sebagai sistem (curriculum
selain mencakup hal-hal di atas, juga meliputi
as a system) dan sebagai rencana (curriculum as
landasan dan azas-azas pengembangan kuri-
a plan). Dalam kurikulum sebagai ilmu, dikaji
kulum, struktur dan sebaran mata pelajaran,
konsep, landasan, asumsi, teori, model, praksis,
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran,
prinsip-prinsip dasar tentang kurikulum. Dalam
pedoman-pedoman pelaksanaan seperti pedo-
kurikulum sebagai sistem, dijelaskan kedudukan
man: pembelajaran, penilaian, pengelolaan,
kurikulum dalam hubungannya dengan sistem dan
bimbingan, dan evaluasi; media dan sumber
bid ang- bida ng
pembelajaran seperti: media elektronik dan non
l ain,
kom pone n-komponen
kurikulum, kurikulum berbagai jalur, jenjang, jenis
elektronik; buku, modul dan handout;
pend idikan, manajeme n kurikulum, dan se-
program pembelajaran seperti pembelajaran
bagainya. Dalam kurikulum sebagai rencana,
melalui: komputer, film, video, dan audio.
tercakup
344
macam-macam rencana dan rancangan
program-
Herry Widyastono, Implikasi RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan terhadap Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
Implementasi kurikulum atau kurikulum se baga i ak tivi tas
atau
pengembangan kurikulum tersebar (decentralized
kur ikul um sebag ai
curriculum development management atau bottom
pengalaman, mencakup proses belajar-mengajar
upcurriculum development). Kemp dalam Brady
ya ng b erla ngsung d i ke las,
(19 90) meli hat pend ekat an p enge mbangan
lab orat orium,
workshop/bengkel, studio, perpustakaan, dan di
kurikulum tersebut dalam suatu kontinum.
lapangan (kegiatan kurikuler) maupun kegiatan
At one extreme is center-based or top down
ko- dan ekstra kurikuler yang dilaksanakan di
curriculum development in which the curriculum
sekolah dan luar sekolah. Memang beberapa
is determined by the centre, and there is little
wa ktu yang lal u ba nya k ya ng m enga rtik an
autonomy for schools. At the other extreme is
kurikulum
the bottom-up or school-based curriculum,
secara sempit, yaitu hanya mencakup
kegiatan kurikuler, atau dokumen tertulis, atau
developed entirely by individual schools.
mal ahan hanya k umpulan dari mat a-ma ta
Pendapat Kemp tersebut menegaskan bahwa
pelajaran. Dewasa ini kurikulum diartikan lebih
kurikulum (desain kurikulum) dapat bervariasi
luas, yaitu sebagai
mulai dari yang sepenuhnya standar (seluruh
ber fung si
semua rancangan yang
m engoptim alka n
pe rkem bang an
komponen dirumuskan secara tuntas oleh pusat),
peserta didik, dan semua pengalaman belajar
sebagian besar komponen (komponen dasar dan
yang diperoleh peserta didik berkat arahan,
kom pone n ut ama) , se bagi an k omponen di-
bimbingan, dan dipertanggungjawabkan oleh
rumuskan oleh tim pusat, sedang komponen
satuan pendidikan.
lainnya (penjabarannya) dikembangkan oleh
Kurikulum merupakan inti dari pendidikan,
daerah (provinsi atau kabupaten/kota) atau oleh
sebab selain berisi rumusan tentang kompetensi
satuan pendidikan, sampai dengan yang seluruh
yang menentukan ke mana peserta didik akan
komponenny a
dibawa dan diarahkan, juga beri si rumusan
pendidikan.
tentang isi dan kegiatan belajar, yang akan
di kemb angk an
Kur ikul um y ang seluruh pusat
oleh
satuan
komp onennya
membekali peserta didik dengan pengetahuan,
dikembangkan oleh
pengelolaannya se-
kecakapan, keterampilan serta nilai-nilai yang
penuhnya sentralistik, yang seluruh kompo-
mereka perlukan dalam kehidupan dan pelak-
nennya dikembangkan oleh daerah atau satuan
sanaan tugas pekerjaan di masa yang akan
pendidika n pengelola annya sepenuhnya de-
datang. Kurikulum memberikan dasar-dasar bagi
se ntra list ik, dan yang seb agia n komponen
pengembangan kepribadian dan kemampuan
dirumuskan oleh pusat, sebagian oleh daerah,
profesional, yang akan menentukan kualitas insan
dan sebagian lainnya oleh satuan pendidikan
dan sumber daya manusia suatu bangsa.
terletak di antaranya, atau sentral-desentral. Ma naje men sent ral- dese ntra l inipun masih
Manajemen Kurikulum Ma naje men
kuri kulum
bervariasi pula, lebih berat ke arah sentralisasi be rkenaan
deng an
bagaimana kurikulum dirancang, diimplemen-
ata u de sent rali sasi , at au seimb ang anta ra keduanya.
tasikan (dilaksanakan), dan dikendalikan (di-
KTSP adalah kurikulum operasional yang
evaluasi dan disempurnakan), oleh siapa, kapan,
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
dalam lingkup mana, dan seterusnya. Manajemen
satuan pendidikan, dengan mengacu Standar
kurikulum juga menyangkut kebijakan: siapa yang
Nasional Pendidikan. Dengan demikian, KTSP
diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab
pengelolaan
dalam merancang, melaksanakan dan mengen-
Sentral karena mengacu pada Standar Nasional
dalikan kurikulum. Dari sudut siapa yang diberi
Pe ndid ikan yang di kem bang kan oleh Bad an
tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam
Standar Nasional Pendidikan dan ditetapkan oleh
pe ngem bang an
um um
Menteri Pendidikan Nasional; sedangkan desentral
dibedakan antara manajemen pengembangan
karena disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
kur ikulum ter pusat ( ce ntra lized curr icul um
masing satuan pendidikan. Dokumen I KTSP
de velopment ma nage ment ata u top down
disusun ole h sa tuan pendidi kan, yang be r-
cur riculum
ta nggung j awab Kep ala satuan p endi dika n;
k urik ulum,
d evlopment)
secar a
d an
mana jem en
seb enar nya
sent ral- dese ntra l.
345
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 3, September 2012
dokumen II KTSP (Silabus) disusun oleh guru
pendidikan, 5) memungkinkan diadakan penilaian
secara perseorangan atau kelompok; Dokumen
hasil belajar yang bersifat nasional, karena desain
III KTSP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
atau rancangan kurikulum dan sasaran belajarnya
disusun oleh guru secara perseorangan. Semua
sa ma
dokume n ha rus meng acu
pendidikan.
kepa da Stand ar
Nasional Pendidikan.
untuk
sel uruh
dae rah
dan
satuan
Manajem en k urik ulum sentral isti k juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
Manajemen pengembangan kurikulum
1) wilayah yang cukup luas memiliki keragaman
sentralistik
da lam kond isi, keb utuhan d an t ingk at k e-
Pada negara yang bersifat kesatuan seperti
majuannya, sehingga kurikulum yang bersifat
Indonesia, sentralisasi ini berada pada tingkat
nasional tidak dapat mengakomodasi keragaman
pemerintah pusat, sedang pada negara federal
kondisi tersebut; 2) pemahaman dan penguasaan
sentralisasi dapat pada tingkat pemerintah federal
kurikulum nasional oleh para pelaksana di seluruh
(pusat) atau tingk at ne gara bagia n. Da lam
wilayah tanah air membutuhkan waktu yang relatif
manajem en p enge mbangan kuri kulum ya ng
lebih lama; 3)
ter pusa t
at au
sentr alistik,
sel ain
penerapan satu jenis kurikulum
tuga s,
untuk wilayah yang cukup luas dapat menghadapi
wewenang, dan tanggung jawab pengembangan
banyak hambatan dan kemungkinan penyim-
kurikulum dipegang oleh pejabat pusat, juga
pangan.
inisiatif, gagasan, bahkan model kurikulum yang akan dikembangkan dapat berasal dari pemegang
Manajemen pengembangan kurikulum
ke kuasaan di p usat . M anaj emen kur ikul um
desentralistik
sentralistik menghasilkan kurikulum nasional, satu
Dalam manajemen kurikulum desentralistik,
kurikulum yang berlaku di seluruh wilayah negara.
penyusunan desain, pelaksanaan, dan pengen-
Dalam manajemen kurikulum sentralistik, mungkin
dalian kurikulum (evaluasi dan penyempurnaan),
seluruh perangkat kurikulum, mulai dari landasan
dilakukan secara lokal oleh satuan pendidikan.
atau kerangka dasar kurikulum, struktur dan
Penyusunan desain kurikulum dilakukan oleh
sebaran mata pelajaran, silabus, dan rencana
guru-guru, melibatkan ahli, komite sekolah/
pelaksanaan pembelajaran beserta pedoman-
madrasah dan pihak-pihak lain di masyarakat,
pedoman pelaksanaannya disusun oleh pusat.
yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap
Dalam manajemen sentralistik, mungkin juga yang
kurikulum. Pengembangan kurikulum demikian
disusun oleh pusat hanya landasan atau kerangka
di sebut pe ngem bang an kuri kulum be rbasis
dasar kurikulum, struktur dan sebaran mata
sekolah (School based curriculum developement
pelajaran, sedangkan penjabarannya lebih lanjut
atau SBCD), yang dalam Pe raturan Me nteri
dal am
pe lak sana an
Pe ndid ikan Nasiona l N omor 22 Tahun 20 06
pembelajaran dikembangkan oleh daerah atau
silab us
d an
re ncana
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
satuan pendidikan.
Dasar dan Manengah disebut Kurikulum Tingkat
Manajemen kurikulum sentralistik memiliki
Satuan Pendidikan atau KTSP. Dalam SBCD atau
beb erapa kele bihan di sampi ng ke lemahan.
KTSP pengembangan kurikulum dapat mencakup
Kelebihannya yaitu: 1) kurikulum seragam untuk
sel uruh
seluruh daerah dan sekolah, dapat dikembangkan
sebagian komponen saja. Penyusunannya dapat
standar kemampuan dan tingkat pencapaian yang
dilakukan hanya oleh seorang,
ber sifa t na sional; 2) k arena kurikulumnya
seluruh guru dan ditujukan untuk memenuhi
seragam, maka lebih mudah dalam pengendalian
ke butuhan/ prog ram sat uan pend idik an d an
atau pengawasan dan evaluasinya; 3) pembinaan
sesuai dengan kondisi satuan pendidikan dan
para pelaksana kurikulum lebih mudah karena
masyarakat sekitarnya.
kom pone n
kurikulum
atau
hanya
sekelompok atau
pengetahuan dan keterampilan yang dituntut
Dalam pengembangan KTSP, desain kurikulum
untuk melaksanakan hampir sama, 4) penyediaan
yang meliputi sasaran atau tujuan kurikulum,
media dan sumber belajar lebih mudah karena
materi atau isi kurikulum, model pembelajaran dan
jenisnya sama untuk setiap daerah dan satuan
penilai an hasil bel ajar disesua ikan dengan
346
Herry Widyastono, Implikasi RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan terhadap Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
kebutuhan, tantangan, karakteristik, dan tahap
Pengemb anga n
kurikulum
oleh
sat uan
perkembangan sekolah dan masyarakat dimana
pendidikan memiliki beberapa variasi, Patrick.
sekolah berada. Kurikulum dapat lebih bermakna,
(1995) menggambarkan variasi tersebut dalam
karena bertolak dari situasi dan kondisi setempat
sebuah diagram yang menggambarkan keter-
dan diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan,
libatan guru-guru dalam kegiatan pengembangan
tuntutan dan perkembangan setempat. Pengem-
kurikulum.
bangan kurikulum oleh satuan pendidikan akan
Kr easi , kurikulum yang di kemb angk an
menghasilkan desain kurikulum yang beragam,
merupakan desain kurikulum baru yang berbeda
tet api lebi h mudah difa hami , di kuasai d an
dari kurikulum yang ada. Adaptasi, kurikulum baru
dilaksanakan oleh guru, sebab mereka sendiri
merupakan adaptasi atau modifikasi dari kurikulum
yang mengembangkannya, minimal ikut serta
yang ada. Seleksi atau pemilihan, kurikulum baru
dalam pengembangannya.
mer upak an hasil pem ilihan d ari kuri kulum-
Pengemb anga n
kurikulum
oleh
pendidikan memiliki kelebihan dan juga
sat uan
kurikulum yang ada di daerah atau sekolah lain,
kele-
di ambi l ta npa perubaha n at au p enye suai an
mahan. Kelebihannya, yaitu: 1) kurikulumnya
dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Pada
sesuai dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik,
sisi keterlibatan staf
dan per kemb anga n sa tuan pendidi kan dan
penyusunan kurikulum bervariasi mulai dari
masyarakat setempat, sehingga satuan pen-
melibatkan seluruh staf atau pelaksana kurikulum
didikan
secara langsung atau tidak langsung
di sekolah, oleh kelompok atau tim khusus, oleh
dapat membantu perkembangan masyarakat;
individu (perseoranga n) dengan acuan atau
2) lebih mudah dilaksanakan karena desain
kriteria tertentu, sampai pada pilihan oleh individu
kurikulum disusun oleh guru-guru sendiri dengan
tanpa
mempertimbangkan faktor-faktor pendukung
Penyusunan kurikulum satuan pendidikan yang
pel aksa naannya yang ada di sekolah dan
paling baik adalah yang bersifat kreasi dan
masyarakat sekitar.
melibatkan seluruh staf (pada diagram terletak
Pengemb anga n
kurikulum
oleh
a cuan
ata u
atau pelaksana kurikulum,
kr iter ia
sama
seka li.
sat uan
pada kotak sudut kanan-atas), dan yang paling
pendidikan juga memiliki kelemahan, di antara
kurang baik adalah pemilihan hanya oleh individu,
nya: 1) tidak semua guru memiliki keahlian atau
kepala sekolah, atau seorang guru
kecakapan dalam pengembangan kurikulum, atau
kiri bawah).
(kotak sudut
tidak semua satuan pendidikan/daerah memiliki guru atau orang yang ahli atau cakap dalam
Strategi Manajemen Pengembangan
pengembangan
Kurikulum Nasional, Daerah, dan Satuan
kurikulum; 2) kurikulum bersifat
lokal, lulusannya kurang memiliki kemampuan atau
Pendidikan
daya saing secara nasional; 3) desain kurikulum
Memberi kewenangan langsung kepada setiap
sangat beragam, dapat menimbulkan kesulitan
sat uan pend idik an untuk
dalam pengawasan dan evaluasi kurikulum serta
memang sangat ideal, karena yang memahami
evaluasi hasil belajar secara nasional; 4) ke-
kemampuan setiap peserta didik adalah guru
pindahan peserta didik dari satu sekolah atau
sehingga yang paling ideal menyusun KTSP adalah
da erah ke sekolah atau dae rah lain dap at
guru yang bersangkutan. Tetapi, sayangnya guru-
menimbulkan kesulitan.
guru di lapangan belum dipersiapkan secara
menyusun KT SP
PELAKSANA CARA
Perseorangan
Kreasi
Perseorangan dengan acuan
Kelompok
Seluruh Staf +
Adaptasi Seleksi
-
Bagan 1. Kemungkinan Variasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
347
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 3, September 2012
matang, sehingga pada umumnya belum siap
pengembangan kurikulum pada tingkat nasional
menerima pelimpahan kewenangan yang sangat
mencakup:
drastis, dari Pemerintah Pusat langsung kepada
kurikulum; pengembangan silabus dan buku teks
satuan pendidikan/guru, bukan kepada peme-
pel ajar an untuk mat a pe laja ran Pend idik an
rintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/
Aga ma,
kota (lihat Bagan 2). Sebagai akibatnya pada
ganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Matematika,
umumnya guru hanya mengadaptasi bahkan
dengan mengacu pada tingkat kompetensi yang
k erangka
Pend idik an
dasa r
da n
Panca sila
dan
st rukt ur
Kew ar-
Bagan 2. Konstelasi kurikulum sejak tahun 2006 (Sumantrie, 2012)
mengadopsi KTSP dari satuan pendidikan lain yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat; b) Manajemen
belum tentu benar. Selain itu, dapat pula berakibat
pengembangan kurikulum pada tingkat provinsi
keutuhan NKRI dapat terganggu, dan kurikulum
mencakup: pengembangan silabus untuk mata
disisipi dengan ajaran-ajaran sesat apabila tidak
pe laja ran
ada tim yang melakukan verivikasi.
Pengetahuan Alam, Bahasa Inggris, dan bahasa
Ilmu
Penget ahua n
Sosial ,
Il mu
Meny adari hal ini, mak a pemb erian ke-
asing lainnya dengan mengacu pada tingkat
wenangan lebih baik secara berjenjang, mulai dari
kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah
ke wena ngan Pem erintah
Pusat ( nasi onal ),
pusat; dan pengembangan silabus untuk mata
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota,
pelajaran Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani
dan sat uan pend idik an. Dala m ma naje men
dan Olahraga, dan Keterampilan/Kejuruan dengan
pengembangan kurikulum nasional, daerah, dan
me ngacu
sekolah terdapat pembagian kewenangan mulai
ditetapkan oleh pemerintah provinsi; c) Mana-
dari Pemerintah Pusat (nasional), pemerintah
jemen pengembangan kurikulum pada tingkat
provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan satuan
kab upat en/k ota mencakup : pe ngem bang an
pendidikan, sehingga sebenarnya dapat disebut
silabus Muatan Lokal dengan mengacu pada
dengan istilah kurikulum sentral-desentral. Ada
kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah
komponen-komponen yang disentralistikkan di
kabupaten/kota; serta melakukan koordinasi dan
tingkat nasional, ada pula komponen-komponen
sup ervi si p enge mbangan dan pela ksanaan
yang didesentralistikkan di tingkat provinsi,
kurikulum
kabupaten/kota, dan satuan pendidikan (lihat
Pengembangan Muatan Lokal mengacu pada
Ba gan 3), seba gai beri kut: a) Ma naj em en
ped oman
348
pa da
t ingk at
oper asional yang di susun
k ompe tensi
satuan
ya ng
p endi dika n.
ol eh K ementeri an
Herry Widyastono, Implikasi RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan terhadap Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
Pendidikan dan Kebudayaan; dan d) Manajemen
kurikulum. Secara umum di beda kan anta ra
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum pada
manajemen pengembangan kurikulum terpusat
ti ngka t se kola h di wuj udka n da lam bent uk
(se ntra list ik),
kurikulum operasional sekolah yang dilengkapi
kurikulum
dengan: silabus yang disusun oleh pemerintah
manajemen pengembangan kurikulum sentral-
pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
desentral; b) KTSP adalah kurikulum operasional
kabupaten/kota; rencana pelaksanaan pem-
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-
belajaran yang disusun oleh guru; program
masing satuan pendidikan, dengan mengacu
pengembangan diri; dan kalender akademik
Standar Nasional Pendidikan, sehingga KTSP
manajem en
tersebar
p enge mbangan
(de sent rali stik ),
d an
Bagan 3. Manajemen pengembangan kurikulum nasional, daerah, dan satuan pendidikan
sebagai bag ian yang tidak terpi sahkan dari
merupakan manajemen pengembangan kurikulum
kurikulum operasional sekolah.
sentral-desentral. Sentral karena mengacu pada
Strategi manajemen pengembangan kuri-
Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan oleh
kulum nasional, daerah, dan satuan pendidikan
Menteri Pendidikan Nasional; desentral karena
(sentral-desentral) seperti Bagan 4.
disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan; c) Memberi kewenangan
Simpulan dan Saran
langsung kepada setiap satuan pendidikan untuk
Simpulan
menyusun KTSP memang ideal, karena yang
Berdasar pembahasan di atas, dapat disimpulkan
memahami kemampuan setiap peserta didik
ha l-ha l be rikut. a )
M anaj emen
kur ikul um
adalah guru, sehingga yang paling ideal menyusun
ber kena an
b agai mana
kur ikul um
KTSP adalah guru yang bersangkutan. Tetapi,
dirancang, diimplementasikan, dievaluasi, dan
guru-guru di lapangan belum dipersiapkan secara
disempurnakan: oleh siapa, kapan, dalam lingkup
matang, sehingga pada umumnya belum siap
mana, dan seterusnya. Manajemen kurikulum juga
menerima pelimpahan kewenangan langsung dari
menyangkut kebijakan: siapa yang diberi tugas,
pemerintah pusat, akibatnya pada umumnya guru
wew enang,
da lam
hanya mengadaptasi bahkan mengadopsi KTSP
merancang, melaksanakan, dan mengendalikan
dari satuan pendidikan lain yang belum tentu
d enga n:
d an
t angg ung
jawa b
349
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 3, September 2012
KURIKULUM TINGKAT NASIONAL
KURIKULUM TINGKAT DAERAH
KURIKULUM TINGKAT SEKOLAH
Koordinasi dan Supervisi
1. Visi
Pendidikan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia
2. Misi 3. Strategi
Matematika
Beban Belajar
4. Tujuan Pendidikan
Bahasa Inggris Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Alam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Seni dan Budaya
PEDOMAN PENGEMBANGAN
D a s a r
Pendidikan Agama
KOMPETENSI
K e r a n g k a
Struktur Kurikulum [distribusi jam min/maks]
I. Mata Pelajaran
Pendidikan Jasmani/Olahraga Keterampilan/Kejuruan
RPP dan 5. Struktur Kegiatan & Muatan Kurikulum: Pembelajaran [Intra dan [Jam Ekstra pelajaran Kurikuler] “real”]
II. Muatan Lokal
6. Waktu & Beban Belajar
III. Pengembangan Diri
Kalender Akademik
7. Kalender Akademik
Penyesuaian Event Daerah
Bagan 4. Strategi Manajemen Pengembangan Kurikulum Nasional, Daerah, dan Satuan Pendidikan (Sumantrie, 2012) sesuai dengan kondisi satuan pendidikannya.
Saran
Selain itu, dapat pula berakibat keutuhan Negara
Sebelum strategi manajemen pengembangan
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
kur ikul um
terganggu,
nasional,
dae rah,
dan
sat uan
dan kurikulum disisipi dengan ajaran-ajaran sesat
pendidikan dasar dan menengah diberlakukan
apabila tidak ada tim yang melakukan verivikasi;
secara nasional, unit-unit kerja terkait, perlu
d) Pemberian kewenangan lebih baik berjenjang,
mel akuk an
mul ai d ari kewe nang an Pemer inta h Pusat
penetapan Peraturan Menteri Pendidikan dan
(nasional), pemerintah provinsi, pemerintah
Keb uday aan
kabupaten/kota, dan satuan pendidikan. Ada
Nasional, Daerah, dan Sekolah, serta segala
komponen-komponen pendidikan yang disen-
peraturan mengenai kurikulum yang bertentangan
tra list ikka n di tingkat
dicabut dan dinyata kan tida k be rlak u la gi;
nasiona l, a da p ula
k egia tan: tent ang
sosi alisasi
peny usunan
Pena taan
Kur ikul um
b)
tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan satuan
kepentingan di lingkungan kementerian yang
pendidi kan. Dengan demi kian, ma naje men
mempunyai tanggung jawab di bidang pendidikan,
pengembangan kurikulumnya sentral-desentral
dinas pendidikan provinsi dan kantor wilayah
berjenjang, mulai dari kewenangan Pemerintah
kementerian agama, serta dinas pendidikan dan
Pusat (nasional), pemerintah provinsi, pemerintah
kantor kementerian agama kabupaten/kota;
kabupaten/kota, dan satuan pendidikan.
c) bantuan profesional pengembangan kurikulum para
selur uh
d an
komponen-komponen yang didesentralistikkan di
kep ada
kepa da
a)
penyele ngga ra
p emangku
p endi dika n;
d) pembinaan teknis pelaksanaan kurikulum kep ada
para
penyele ngga ra
p endi dika n;
e) pelatihan bagi para pendidik dan tenaga
350
Herry Widyastono, Implikasi RPJMN 2010-2014 Sektor Pendidikan terhadap Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
kependidikan; f) penyusunan pedoman-pedoman;
ter bata s
g)
pa da
satua n
pe ndid ikan
dengan
penyiapan dan penggandaan seluruh sarana
memberdayakan seluruh sumber daya pendidikan
pembelajaran yang diperlukan seperti buku teks
yang sudah tersedia di satuan pendidikan yang
pelajaran dan alat-alat bantu pembelajaran; dan
bersangkutan.
h) perintisan pelaksanaan kurikulum secara
Pustaka Acuan Brady, Laurie. 1990. Curriculum Development. New York: Prentice Hall. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Slattery, Patrick. 1995. Curriculum Development in the Postmodern Era. New York: Garland Publishing, Inc. Sukmadinataa, Nana Syaodih. 2007. Landasan Teori dan Inovasi dalam KTSP: Teori, Inovasi, dan Operasionalisasi. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Sumantrie, Hermana. 2012. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud. Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Widyastono, Herry. 2012a. Studi kasus penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SD, SMP, dan SMA
DKI, Bekasi, dan Tangerang. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indraprasta.
Widyastono, Herry. 2012b. Kemampuan awal guru-guru IPA dan Matematika SD, SMP, dan SMA di DKI, Bekasi, dan Tangerang dalam menyusun Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indraprasta.
351