efektif DesemberJurnal 2013Bisnis dan Ekonomi
199
Basri
Vol. 4, No. 2, Desember 2013, 199 - 206
IMPLIKASI CRITICAL MANAGEMENT STUDY DALAM MEMINIMUMKAN PROBLEM AGENCY PADA PERUSAHAAN GO PUBLIC Basri Fakultas Ekonomi Universitas Janabadra ABSTRACT Corporate objectives based on Neoclassical Investment Theory is to maximize share holder objectives. Manager as an agent of the shareholders has a full intercourse to achieve company goals, but it has a different interest in the use of the profits earned. Divergence of interests between the agent and the principal with asymmetric information is the cause of agency problems. Management of the agency problem by monitoring is done by the owner and bonding for the actions of managers. Minimizing agency problems may need the application of critical management studies using continous budget planning and setting corporate profits then followed by execution of a contrac that includes idiosyncratic uncertainty, extreme linearity and discretionary power and performing monitoring. Keywords: agency problem, agency management, minimiz eagency problems. PENDAHULUAN Landasan pembentukan Neoclassical Theory of Investment (NTI) adalah menyamakan marginal rate on investment dengan interest rate (Crotty, 1992). Sebelum terbentuk NTI, Keynes (1936) menggunakan interest rate sebagai dasar yang pasti untuk risk free rate dalam investasi. Pada pendekatan NTI dipergunakan beberapa asumsi (Gordon,1992). Asumsi tersebut, antara lain (1)tujuan perusahaan adalah memaksimumkan tujuan pemilik perusahaan. (2) Risiko yang akan terjadi mengambil pandangan Keynes (1937), yaitu dengan uncertainty dalam investasi waktu yang akan datang dibutuhkan informasi untuk membuat keputusan investasi optimal. (3) Capital phisik dan aset likuid merupakan investasi yang berbeda. Implikasi asumsi ini sebagaimana diungkap Crotty (1992) merupakan kepentingan manajemen
untuk perkiraan value dalam distribusi expected future return dari prospek investasi. Discount rate berlaku untuk expected return, ini mencerminkan risiko yang dirasakan oleh pemilik perusahaan bukan dari diri manajer. Risiko ini masuk dalam model melalui cost of capital, variabel yang terukur dalam pasar keuangan dan eksogen dalam perusahaan. Untuk capital likuid dan tidak likuid terdapat perbedaan pada kesukaan risiko pemiliknya. Proposisi NTI yang diungkapkan Gordon (1992) menyatakan bahwa (1) portofolio investor hanya tergantung aset finansial (2) layanan perusahaan untuk pemilik atau pemegang saham untuk membuat maksimisasi value current market (3) menjadikan struktur capital yang efisien dan (4) dividend policy diarahkan untuk peluang investasi perusahaan yang akan datang dan terlepas dengan investasi sebelumnya. Proposisi
200
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
NTI ini berada di bawah asumsi pada Perfectly Competitive Capital Market (PCCM). Pada NTI, tujuan yang akan dicapai suatu perusahaan dalam mencapai tujuan pemilik perusahaan adalah pemegang saham memaksimumkan value perusahaan. Ukuran value perusahaan menggunakan earning per share yang dihitung dari laba bersih setelah pajak dibagi jumlah lembar saham (Brealy dan Myers, 1988: 1-10), atau laba proporsional dari modal pemilik. Pemilik atau principal menetapkan value yang diinginkannya kemudian ditugaskan pada manajer perusahaan sebagai agent untuk mencapainya. Manajer perusahaan sebagai agent dari pemegang saham selaku pemilik perusahaan atau principal memiliki hubungan penuh untuk mencapai tujuannya, tetapi memiliki beberapa perbedaan kepentingan. Analisis terhadap perbedaan antara pemilik modal dan manajer serta pengelolaan atas perbedaan itu merupakan teori agency (Jensen dan Mechkling, 1976). Perbedaan kepentingannya adalah pada penggunaan kas yang besar atas laba yang diperoleh perusahaan, dimana bagi pemilik menghendaki menjadi dividen dan manajer memiliki kepentingan lain (Jensen, 1986). Pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi kewenangan manajer di bawah kontrolnya, dan ketika akan membutuhkan modal baru jika menerbitkan saham baru akan mendapatkan pemantauan yang lebih besar dari pasar modal (Easterbrook, 1984) dan (Rozeff, 1982). Manajer memiliki kepentingan incentive atas pertumbuhan perusahaan yang melampaui ukuran optimal, karena dengan pertumbuhan akan meningkatkan
Desember 2013
kekuasaan manajer dengan meningkatnya sumber daya di bawah kendali mereka. Peningkatan kewenangan juga dikaitkan dengan peningkatan kompensasi manajer karena perubahan kompensasi berhubungan positif dengan pertumbuhan penjualan (Murphy, 1985). Perusahaan juga menghargai manajer menengah dengan basis bonus atas pertumbuhan yang dicapai yang berupa sistem penghargaan berbasis promosi (Baker, 1986). Manajer juga memiliki kepentingan untuk memenangkan persaingan dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memenangkan persaingan itu, perusahaan harus memiliki keunggulan bersaing (Porter, 1985: 138-142) dan dapat memenuhi kepentingan dari stakeholders (Freeman,1994). Oleh karenanya manajer memiliki kepentingan yang lebih luas, yaitu memenuhi kepentingan pemilik, kepentingan stakeholders dan memiliki keunggulan bersaing . Stakeholders didefinisikan oleh Freeman (1994) sebagai kelompok atau individu yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh upaya pencapaian tujuan perusahaan. Manajer harus memenuhi kepentingan pemilik perusahaan dan harus membuat keputusan yang menguntungkan bagi stakeholders. Horison dan John (1994) mengembangkan pendekatan tradisional dan stakeholders, baik bagi stakeholder internal maupun stakeholder eksternal. Kepentingan manajer lainnya berupa ekspansi perusahaan dengan leverage buyout dengan adanya kas yang besar dengan jalan yang lebih singkat. Berbagai kepentingan pemilik dapat berbeda dengan kepentingan manajer. Dalam analisis Jensen dan Mechkling (1976) masalah agency akan muncul dalam perusahaan yang terpisah antara kepemilikan dan manajemennya.
Desember 2013
Reichelstein (1992) berpendapat bahwa masalah agency akan muncul ketika ada principal yang menguasakan pada agent untuk menjalankan usahanya, namun agent tidak ikut memperoleh bagian dari apa yang dihasilkan. Sedangkan Stiglitz (1992) mengemukakan bahwa masalah antara principal dan agent muncul ketika dalam hubungan antara principal dan agent terdapat imperfect information, yaitu kondisi yang menunjukkan bahwa informasi dimiliki sebagian dari yang bersepakat antara principal dan agent dan sebagian lainnya tidak memiliki informasi yang sama. 1. Permasalahan Agency Problem agency pada perusahaan go public timbul karena perbedaan kepentingan antara pemilik perusahaan (principle) dan manajemen selaku agent yang diberikan kewenangan mengelola perusahaan. Kepentingan itu terutama mengenai pengelolaan laba ditahan yang menjadi hak pemilik perusahaan dan solusinya dengan pengawasan serta pembatasan (bonding) atas kewenangan tertentu pada manajemen (Jensen dan Meckling 1976). Menurut Reichelstein (1992), masalah agency timbul karena manajemen telah mendapatkan balas jasa tetapi tidak mendapatkan bagian atas laba ditahan. Sementara Stiglitz (1992) mengemukakan bahwa masalah agency timbul karena perbedaan kepemilikan informasi antara pemilik dan manajemen. Hal-hal yang menimbulkan masalah agency dapat terjadi pada perusahaan go public, dan menimbulkan biaya agency. Oleh karenanya diperlukan usaha untuk meminimkan masalah agency. 2. Pengelolaan Masalah Agency Jensen dan Mechkling (1976) menawarkan dua cara bagi pemilik modal untuk mengurangi risiko atas tindakan
Basri
201 manajer yang dapat merugikan perusahaan, yaitu (1) melakukan monitoring dengan pengawasan dan bonding dengan membatasi tindakan-tindakan manajer dalam memenuhi keinginannya. (2) upaya tersebut berimplikasi pada pengurangan kesempatan penyimpangan manajer sehingga value akan meningkat, tetapi memunculkan biaya-biaya yang mengakibatkan pengurangan terhadap value perusahaan. Meskipun monitoring dan bonding telah dilakukan, kerugian dengan tidak tercapainya harapan pemilik dapat muncul yang berupa residual loss. Biaya monitoring, bonding dan residual secara total merupakan biaya agency. Upaya pembatasan pada manajer dapat dilakukan dengan pemenuhan dana dari sumber utang dengan menerbitkan obligasi. Pemenuhan ini dapat mengurangi sumber dana dari penerbitan saham baru. Kebijakan sumber dana utang ini disebut sebagai hipotesis kontrol (Jensen, 1986). Dengan menambah utang baru sampai pada batas maksimum sebesar ratio debt to equity 100% atau besarnya utang sama dengan modal sendiri dapat meningkatkan value perusahaan. Hal ini karena penambahan modal dari utang yang berupa obligasi, tidak diikuti penambahan jumlah lembar saham sebagai ukuran jumlah pemilik perusahaan. Akibatnya laba bersih setelah pajak hanya diperuntukkan untuk pemegang saham lama, sehingga hasil laba bersih setelah pajak perlembar saham atau earning per share menjadi lebih besar. Sumber dana dari utang juga memiliki keuntungan terhadap pembayaran pajak perusahaan. Dengan utang dapat menimbulkan biaya capital berupa interest atas utang yang dimaksud, sehingga interest dapat mengurangi earning before tax. Ketika earning before
202
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
tax menurun maka besar pembayaran pajak juga menurun. Fungsi kontrol dengan utang lebih penting dalam organisasi yang menghasilkan arus kas yang besar namun dengan prospek pertumbuhan yang rendah (Jensen, 1986). 3. Meminimumkan Problem Agency Problem agency muncul karena perbedaan kepentingan dalam penggunaan arus kas besar dari laba yang diperoleh (Jensen dan Mechkling, 1976). Pemilik berkepentingan atas dana miliknya untuk dijadikan dividen yang dibayarkan pada masing-masing pemilik, sementara manajer berkepentingan lain. Manajer menginginkan dana dialokasikan untuk menambah balas jasa manajemen (Murphy, 1985, Reichelstein, 1992) dan untuk menjaga keberlanjutan dalam memenuhi kepentingan stakeholders (Freeman, 1994, Donaldson & Preston, 1995), serta untuk melakukan ekspansi usaha melalui leverage buyout (Jensen,1986). Problem agency dapat juga terjadi karena adanya imperfect information antara principal (yaitu pemilik atau para pemegang saham) dengan agent (yaitu manajer) (Stiglitz, 1992). Upaya meminimumkan problem agency dapat dilakukan dengan mengubah mekanisme penetapan laba yang diinginkan oleh pemilik perusahaan melalui budgeting, yaitu dari penetapan setiap satu kali dalam satu tahun menjadi diperpendek tenggang waktunya dan dengan kesepakatan antara principal dan agent yang dituangkan dalam kontrak. Manajer sebagai agent yang ditetapkan oleh principal harus berani memiliki usulan yang realistis tentang prospek laba yang diperkirakan pemilik dengan mendasarkan pendapat Zald (2002) pada critical management studies dan dipertegas oleh Akella (2009) bahwa
Desember 2013
inti critical management studies adalah mendekonstruksikan berbagai fungsi dan teknik manajemen untuk mengekspos segala bentuk diskriminasi, eksploitasi pada organisasi terkini dan membebaskan karyawan dari penderitaan dan frustasi. Asumsinya bahwa manajer memiliki kemampuan untuk mengubah menjadi manajemen yang lebih baik dalam praktik dan kebijakan organisasi. Manajer berperan dalam mengubah pola penetapan budget dari annual budget atau periodic budget yaitu anggaran tahunan menjadi continues budget atau budget bertahap dalam waktu triwulan. Proses penetapannya menggunakan bottom up planning (Welsch ,1988: 7475). Proses penyusunan dan penetapan budget dengan bottom up planning berarti perhitungan dan usulannya dari manajer selaku agent diusulkan pada pemilik atau principal, dan dalam waktu yang pendek sekitar tiga bulanan dapat memudahkan penyesuaian dan perubahan situasi yang diproyeksikan. Budget yang diusulkan meliputi income statement budget yang mencakup revenue, cost dan profit, sementara financial budget berupa budget neraca yang menunjukkan posisi struktur modal dan struktur kekayaan. Budget yang telah ditetapkan dapat dipergunakan sebagai dasar operasional manajer untuk dituangkan dalam kontrak, sehingga budget dapat berjalan dengan baik dan tidak ada yang dirugikan. Kontrak dilakukan dalam tiga hal meliputi (1) idiosyncratic uncertainty (2) extreme linearity (3) discretionary power (Khalil, 2000 ). Idiosyncrhatic uncertainty merupakan kontrak yang memperhitungkan risiko diwaktu yang akan datang dari kegiatan bisnis, dan agent yang tidak sepenuhnya dapat diawasi dengan monitoring tidak dapat dituangkan dalam
Desember 2013
kontrak. Extreme linearity merupakan kontrak pembagian kinerja bisnis yang linear atas reward pada agent, dan diatur mulai dari nol atau di atas batas tertentu, sehingga memberikan kejelasan bagi agent. Descretionary power merupakan suatu kontrak yang menjadikan agent dapat dikarakteristikkan sebagai discretionary agent yaitu sebagai suatu keadaan bahwa principal menghentikan kewenangan kepemilikan perusahaan dan agent bertindak atas penugasan dari principal pada hal-hal yang disepakati. Untuk dapat memenuhi kontrak ini harus dipilih agent yang memiliki kualitas personal yang berkemampuan, jujur dan bertanggung jawab. Kontrak yang mencakup idiosyncrhatic uncertainty, extreme linearity, discretionary power berarti kontrak telah bersepakat dan mengikat mengenai pengelolaan risiko bisnis, pembagian proporsional hasil usaha dan pemberian kewenangan terbatas pada agent untuk menjalankan sesuatu dalam satu ikatan. Informasi asimetrik dapat terjadi dalam bentuk kegiatan maupun informasi. Harris dan Raviv (1990) menunjukkan bahwa ada hubungan antara informasi asymmetric dan agency model dengan batas probabilitas peluang investasi. Munculnya informasi asymmetric dapat mempengaruhi besar kecilnya pendapatan investasi yang diperoleh, sehingga diperlukan screening terhadap rencana investasi yang direncanakan oleh manajer tentang kelayakannya. Hal ini sebagai upaya pencegahan (adverse selection) dan menghindari penyimpangan manajer dalam mengurang tingkat monitoring yang dilakukan.
203
Basri
KESIMPULAN 1. Kesimpulan Problem agency muncul karena manajer sebagai agent berusaha untuk mencapai tujuan pemilik perusahaan dan adanya perbedaan kepentingan penggunaan laba bersih setelah pajak sebagai kas yang besar antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajer sebagai agent. Penyebab utama penggunaan laba yang diperoleh menjadi kas yang besar sebagai hasil kerja dari manajer dan perangkatnya tetapi laba tersebut merupakan milik para pemegang saham. Manajer yang berkeinginan mengambil insentif untuk memenangkan persaingan dan melakukan ekspansi serta adanya asymmetric informasi dapat menyebabkan terjadinya problem agency. Upaya dalam mengelola masalah agency dapat dilakukan dengan monitoring oleh pemilik terhadap manajer dan bonding terhadap aktivitas manajer serta rencana screening terhadap investasi. Upaya meminimumkan masalah agency juga dapat dilakukan melalui perubahan sistem dalam budget dengan menggunakan continues budget dalam waktu yang pendek sebagai bagian dari annual budget yang mencakup usulan laba oleh manajer, diikuti kontrak antara principal dan agent yang memuat idiosyncratic uncertainty, extreme linearity, discretionary power. 2. Saran Dalam mengelola masalah agency untuk perusahaan go public, disarankan untuk menggunakan continues budget sebagai bagian dari annual budget sebagai dasar kontrak dengan manajemen. Kontrak yang dilakukan mencakup idiosyncratic uncertainty, extreme linearity, discretionary power. Upaya melalui monitoring dan bonding tetap dilakukan dengan frekuensi lebih
204
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
rendah, demikian juga screening terhadap rencana investasi DAFTAR PUSTAKA Akella, Devi. 2008. A Reflection on Critical Management Studies. Journal of Management and Organization, 14: 100-110. Baker, George. 1986. Compensation and Hierarchies. Harvard Business School. Breally, R. A, Stewart, S. C. 1988. P rinciples of C orpo r a te Finance, Third Edition. New York: Mc. Graww Hill International Editions. Crotty, James E.1992. Neoclassical and Keynesian approaches to the Theory of Investment. Journal of Post Keynesian Economic,14(4): 483-496. Donaldson, T., Preston, L. 1995. The Stakeholder theory of Corporation, Concepts, Evidenceand implications. Academy of Management Review, 20: 1591. Easterbrook, Frank H. 1984. Two Agency Cost Explanations of Dividend. American Economic Review, 74: 650 -659. Freeman, R. E. 1994. The Politics of Stakeholder Theory. Business Ethical Quarterly, 4 (4). Gordon, M. J. 1992. The Neoclassical and a Post Keynesian theory of Investment. Journal of Post Keynesian Economics,14(4): 425-443.
Desember 2013
Harris, M., Raviv, A. 1990. Capital Structure and Informational Role of Debt. Journal of Finance, 45: 32-49. Horrison, J. and John, C. 1994. Strategic Management of Organization and Stakeholders. St. Paul: West Publishing. Jensen, C., Michael.1989. Agency cost of Free Cash Flow, Corporate Finance and Take Over. American Economic Review, 76(2). Jensen, C.M., Mechkling.1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. (3). Keynes, J. M. 1936. The General Theory of Employment Interest and Money. New York : Harcourt Brace. Khalil, Abdel Fattah A. A., Rickwood, C. and Muride, V. 2000. Agency Contractual in Profit Sharing Financing : Islamic Finance : Challenges and Opportunities in The Twenty-First Century, Conference Papers, Fourth International Conference on Islamic Economic and Banking Loughborough University, UK, August 13-15. Murphy, Kevin J. 1985. Corporate Performanceand Managerial Remuneration: An Empirical Analysis. Journal of Accounting and Economics, 7: 11-42. Porter,
M. E. 1985. Competitive advantage. New York : Free Press.
Desember 2013
Reichelstein, Stefan.1992. Agency in The New Palgrave Dictionaryof Money and Finance. 2: 23-26. Rozeff, Michael.1992. Growth, Beta and Agency Costs as determinants of Dividend Pay Out Ratios. Journal of Financial R e s e a rc h , 5: 249-259. Stiglitz, E. J. 1992. Principle of Agent in The New Palgrove Dictionary of Money and Finance, 2:185190.
Basri
205 Welsch, G.A.1986. Budgeting, Profit Planning and Control, Fourth Edition, New Delhi: Mohan Makhijani at Rekha Printers Private. Zald, Mayer N. 2002. Spinning Disciplines Critical Management Studies in the Context of the Transformation of Management Education. Organization. 9 (3): 365-385.
206
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Desember 2013