IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA TANJUNGPINANG (Study Kasus Di Kelurahan Tanjung Unggat) Bayu Agung Syahida Program Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
[email protected]
Abstrak Implementasi adalah proses pelaksanaan suatu keputusan kebijakan yang telah dibuat, proses implementasi kebijakan dapat dimulai apabila tujuan-tujuan kebijakan telah dibuat. Untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan dalam proses Implementasi perlu melibatkan berbagai pihak, sehingga hasil dari sebuah kebijakan akan mewakili semua kepentingan. Implementasi kebijakan tidak selalu dapat berjalan dengan baik, karena dalam proses kebijakan selalu ada kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan apa yang ingin dicapai. Faktor komunikasi sangat penting, karena dalam mengimplementasikan setiap individu harus mengetahui informasi tentang apa yang dilakukan pemerintah, implementasi harus diinformasikan kepada semua orang yang bersangkutan sehingga harus jelas, tepat dan konsisten. Faktor sumber daya harus ada, guna menjamin kelancaran implementasi. Oleh karena itu apabila menginginkan implementasi berhasil dengan baik maka harus dituntut kualitas aparatur yang baik, apabila tidak dipenuhi akan mengakibatkan kurang efektifnya dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis pada penelitian ini antara lain yaitu Untuk mengetahui pelaksanaan Perda no 14 tahun 2009 tentang Pengelolaan Sampah di Kota Tanjungpinang Khususnya Kelurahan Tanjung Unggat. Jenis penelitian ini beirifat deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain, data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Jumlah informan/responden dalam penelitian ini adalah 21 orang, dimana 14 dari masyarakat (Rt/Rw) dan 7 orang dari pihak instansi yakni Badan Lingkungan Hidup (BLH), Dinas Tata Kota Kebersihan, pertanaman dan pemakaman Kota Tanjungpinang dan Kelurahan Tanjung Unggat. Kesimpulan dari penelitian ini ialah Perda tersebut telah terealisasikan dengan benar akan tetapi terdapat beberapa faktor penghambat dalam melaksanakan Perda tersebut salah satunya ialah minimnya sarana dan prasarana yang diberikan oleh pemerintah ( Penyediaan Tong Sampah). Saran dari peneliti ialah Pemerintah hendaknya menyediakan fasilitas yang mencukupi kebutuhan masyarakat yang ada di Kelurahan Tanjung Unggat. Kata kunci : Implementasi, Perda no 14 tahun 2009 Kota Tanjungpinang tentang Pengelolaan Sampah
Abstract Implementation is the process of implementing a policy decision has been made, the process of policy implementation can be started if the policy objectives have been made. To obtain the expected results in the implementation process needs to involve various stakeholders, so that the result of a policy would represent all interests. Policy implementation can not always go well, because the policy process there is always a possibility of a difference between what is expected by policy makers with what you want to achieve, Communication is very important factor, because in implementing each individual must know information about what government does, implementation should be informed to all concerned and should be clear, precise and consistent. Resource factors must exist, in order to ensure smooth implementation. Therefore, if wanting implementations work well it must be demanded good quality apparatus, if not met will result in less effective in implementing a policy. The goals of the authors in this study, among others, to know the implementation of Regulation No. 14 of 2009 on Waste Management in Urban Cape City Tanjungpinang particular Tanjung Unggat. This type of research is beirifat descriptive qualitative study was conducted to determine the value of an independent variable, either one or more variables (independent) without making a comparison or connection between the variable and the other variables, Qualitative data is data that is expressed in the form of words, sentences, and pictures. The number of informants / respondents in this study were 21 people, of which 14 of the community (Rt / Rw) and 7 of the agencies namely the Environment Agency (BLH), Health Department of City Planning, planting and funeral Tanjungpinang and Village Tanjungpinang Unggat. Results from this study is that the law has been correctly realized but there are several inhibiting factors in implementing The law is one of lack of facilities and infrastructure provided by the government (Provision Trash). Advice from researchers is the Government should provide facilities that meet the needs of existing communities in the village of Tanjung Unggat. Keywords: Implementation, Regulation No. 14 of 2009 on Waste Management Tanjungpinang.
I.
PENDAHULUAN
perkotaan terutama bagi daerah-daerah yang
Kota Tanjungpinang merupakan salah satu kota sekaligus merupakan Ibu kota dari Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Dengan Koordinat 0º5' Lintang Utara; 104º27' Bujur Timur, kota ini memiliki pesona menarik dengan beragam kultur budaya suku dari hampir seluruh Indonesia masuk ke kota ini, dengan bahasa Melayu yang masih tergolong klasik, dan sedikit unik terdengar di telinga orang-orang dari luar kota namun memiliki
pembangunan
pemukiman
daerah
diusahakan
perbaikan
pelayanan
umum
pembinaan
perkotaan, dan
kota,
perlu
peningkatan
seperti
fasilitas
kesehatan, penyediaan sarana komunikasi, air bersih,
penanganan
pencemaran
dan
lingkungan
pengendalian
dan
kebersihan.
Melalui usaha-usaha tersebut, daerah dan masyarakatnya akan menjadi lebih baik. Pencemaran lingkungan perkotaan terutama yang disebabkan oleh sampah, baik yang bersifat sampah organik dan sampah nonorganik
harus
lebih
ditingkatkan
penanggulangannya. Karena bilamana tidak, akan mengancam kesejahteraan hidup manusia dengan kondisi lingkungan yang cenderung menjadi kumuh dan menjadi lingkungan tidak sehat
serta
ataupun sebagai wilayah pemukiman, menjadi salah satu agenda permasalahan pemerintah setempat dan hal tersebut harus mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Mewujudkan lingkungan yang bersih setiap masyarakat haruslah ikut berpartisipasi didalamnya. Karena penelitian ini dilakukan di daerah
Tanjungpinang
maka
peneliti
mengetahui Pemerintah Kota Tanjungpinang telah mengeluarkan Peraturan Daerah No. 14
daya tarik tersendiri. Dalam
berkembang sebagai pusat kegiatan industri
keindahannya
tidak
menarik
dipandang mata. Masalah sampah sebagai salah satu bagian dari permasalahan yang terkait dengan bidang lingkungan hidup. Bagi daerah-daerah
Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah di Kota Tanjungpinang
Perda ini mengatur
tentang penanganan masalah persampahan dan segala dampaknya bagi masyarakatnya yang harus dilakukan secara terencana, terarah dan sistematis dengan pengelolaan yang baik agar terhindar dari pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan, dalam rangka usaha Pemerintah Daerah ini untuk menjamin dan meningkatkan pelayanan kebersihan kota serta peningkatan
peran
masyarakat
dan
aktif
seluruh
penyehatan
lapisan
lingkungan
pemukiman yang berkelanjutan, oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan sistem pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Banyak
keluhan
masyarakat
Tanjungpinang tentang penanganan sampah di daerahnya
yang
dianggap
masih
belum
maksimal, dan ternyata menjadi perhatian penting oleh pemerintah Kota Tanjungpinang. Untuk mewujudkan Kota bersih, rapi, indah, nyaman, dan sehat bukanlah suatu pekerjaan
yang mudah dalam pelaksanaannya. Dapat
Padahal sudah jelas Kota Tanjungpinang
dibayangkan berapa banyak sampah yang
telah mengeluarkan peraturan daerah no 14
dikeluarkan setiap harinya karena aktivitas
tahun 2009 yang berbunyi:
kehidupan di Kota. Semua sampah menumpuk setiap
harinya,
karena
masalah
sistem
pengelolaan sampah,
Dalam teknis pengelolaan sampah pasal 9 teknik pengelolaan sampah dimulai dari :
Dalam mewujudkan kebersihan pelu mendapatkan perhatian yang serius. Oleh
1.
Pengumpulan sampah a.
Pengumpulan
sampah
dari
karena itu di perkotaan pengelolaan sampah
sumber sampah oleh Petugas dan
berkembang menjadi suatu kebutuhan yang
dikumpulkan
perlu dilayani oleh pemerintah. Pemerintah
pembuangan sampah sementara
sebagai pelayan masyarakat dituntut untuk
(TPSS).
menyediakan berbagai fasilitas yang dapat
b.
pada
Pengumpulan
tempat
sampah
dari
menunjang proses pengelolaan sampah mulai
penghasil sampah oleh Petugas
dari petugas kebersihan, petugas pengangkut
menggunakan kendaraan Dinas
sampah,
Pemukiman
kendaraan
pengangkut
sampah,
Dan
Prasarana
menyediakan tempat pembuangan sementara
Wilayah atau kendaran Mitra
dan menyediakan tempat pembuangan akhir.
Kerja
Implementasi Peraturan Daerah Nomor
yang
langsung
dibawa
14 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Sampah
pembuangan
di Tanjungpiang secara implementatif belum
(TPSA).
berjalan optimal secara keseluruhan. Hingga
c.
ditunjuk
dan
Ke
tempat
sampah
akhir
Orang dan atau badan membawa
saat ini kondisi pengelolaan sampah di
sendiri
Tanjungpinang
masih belum memenuhi
dibungkus dalam kantong plastik
harapan. Timbulan sampah setiap harinya
ke tempat pembuangan sampah
meningkat,
sementara
adanya
masalah
dalam
penampungan sampah, kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah sejak
sampah
yang
(TPSS)
sudah
yang
ditentukan. d.
Sampah-sampah
yang
berasal
dari sumbernya, dan kelemahan pemerintah
dari pejalan kaki ataupun yang
dalam mengelola dan mengawasi tidak dapat
berasal dari kendaraan harus
dipungkiri telah membuat Kota Tanjungpiang
dibuang ke tempat pembuangan
dipenuhi dengan sampah.
sampah sementara (TPSS) yang ditentukan
2.
3.
Pengangkutan sampah dari tempat
dilakukan oleh Dinas Pemukiman
pembuangan
Dan Prasarana Wilayah atau Mitra
sampah
sementara
(TPSS) dilakukan oleh Kendaraan
Kerja yang ditunjuk.
Dinas Pemukiman Dan Prasarana
Dalam pasal 10 berbunyi:
Wilayah atau kendaraan Mitra Kerja
1.
Pengelolaan
menjadi
yang ditunjuk sesuai jadwal yang
tanggungjawab bersama antara
ditetapkan
pemerintah
Pengolahan
tempat
pembuangan
sampah akhir (TPSA) meliputi: a.
b.
2.
Kegiatan
daalam
lokasi
sampah sebagaimana dimaksud
TPSA
dilakukan
Lokasi
TPSA
hanya
untuk
pengelolaan
ayat (1) meliputi: a.
sampah
Pemeliharaan
kebersihan
dilingkungannya
masing-
umum, non Bahan Berbahaya
masing baik secara pribadi
Beracun (B3).
maupun gotong royong.
Pembuangan sampah dari tiap-
b.
c.
Sampah-sampah ditentukan dilapisi
yang
telah
dengan
tanah
sesuai
sistem
yang
Penyediaan tempat sampah di secara tertutup dengan
pembuangannya
dengan
Pemilahan sampah menurut jenisnya.
oleh petugas.
e.
masyarakat
melaksanakan
tiap kendaraan pengangkut diatur
d.
dengan
Setiap kendaraan yang memasuki
diperuntukkan
c.
daerah
masyaakat.
pemeriksaan oleh petugas.
jumlah menurut kebutuhan. 3.
Kegiatan
pemerintah
daerah
dalam melaksanakan pengelolaan
diberlakukan.
sampah sebagaimana dimaksud
Tidak dibenarkan para pemulung
dalam ayat (1) meliputi:
yang
a.
ada
di
mendirikan
TPSA
untuk
bangunan
atau
Pengumpulan dijalan
lokasi
sampah kota
dan
menumpuk barang-barang bekas
lapanan terbuka khusus serta
kecuali
pengangkutannya ke tempat
ada
izin
dari
dinas
terkait. 4.
sampah
pembuangan sampah akhir
Sampah-sampah yang berasal dari
(TPSA) menjadi tanggung
penyapuan
jawab
jalan,
parit,
selokan,
taman dan tempat tempat umum, pengumpulan dan pengangkutannya
instansi
mengelola kebersihan.
yang
b.
c.
d.
Pengumpulan
sampah
dipasar-pasar
serta
keramaian mengumpulkan
pengangkutannya ke tempat
banyak
pembuangan sampah akhir
kebersihannya. Dalam pasal 12 berbunyi:
tanggungjawab
instansi
Setiap
menjaga
pemilik
bangunan
disepanjang
jalan
pemerintah.
gedung
Pengangkutan sampah dari
sebagaimana dimaksud dalam pasal
tempat pembuangan sampah
11
sementara (TPSS) ke tempat
menyediakan tempat sampah yang
pembuangan sampah akhir
berjarak antara 25 sampai 100 meter
(TPSA).
bagi pejalan kaki yang pengadaanya
Penyediaan dan pengaturan
dapat
tempat pembuangan sampah
maupun gotong royong.
sementara (TPSS), tempat
Dalam pasal 13 berbunyi:
pembuangan sampah akhir
Siapapun dilarang:
ayat
a.
pengangkutan
(2),
juga
dilakukan
berkewajiban
secara
pribadi
Membuang sampah ke laut, sungai, saluran air hujan,
sampah.
saluran
Dalam Pasal 11:
air
limbah
dan
pengairan.
Sarana angkutan umum baik
b.
Membuang sampah di jalan,
penumpang maupun barang
taman kota atau tempat-
serta
tempat umum.
perorangan
yang
melakukan aktifitasnya di Daerah,
wajib
dengan
c.
Setiap
Membuang
ke
tempat pembuangan sampah
penampungan
sementara (TPSS) atau ke tempat pembuangan sampah
pemilik bangunan
akhir
(TPSA)
gedung di sepanjang jalan
semestinya
wajib
dimusnahkan.
memelihara
kebersihan. Bagi
sesuatu
dilengkapi
sampah.
c.
wajib
menjadi
prasarana
b.
orang
(TPSA)
(TPSA) serta sarana dan
a.
dengan
d. perorangan,
ditanam
yang atau
Membakar sampah ditempat yang menimbulkan bahaya
perusahaan, lembaga yang
kebakarang
atau
menyelenggarakan
mengganggu lingkungan.
e.
Membuang
sampah
a.
Barang
siapa
melanggar
yangberasal dari luar daerah
ketentuan dimaksud Pasal
lain ke wilayah daerah.
11, Pasal 13 dan Pasal 15
Dalam Pasal 15 berbunyi:
diancam
Siapapun dilarang :
kurungan selama-lamanya 5
a.
(lima) bulan atau denda
tempat penyimpanan atau
sebanyak-banyaknya
Rp.
penempatan benda sehingga
5.000.000,-
juta
mengganggu lalu lintas dan
rupiah). b.
mengotori dan atau merusak
(1),
pohon perindang, tanaman,
bersangkutan
bangunan
diwajibkan
dan
fasilitas
setiap
kepada
yang tetap memenuhi
kewajibannya sebagaimana orang
ditempat
atau
badan
diatur
yang
dalam
Peraturan
Daerah ini.
berjarak
c.
Ketentuan
sebagaimana
kurang 5 (lima) meter dari
dimaksud
bangunan dan atau ditempat
dilakukan oleh Perusahaan,
yang
Instansi atau Lembaga, maka
dapat
kegiatan
mengganggu
manusia
atau
yang
ayat
(1),
adalah
udara.
Perusahaan,
menaruh Lumpur atau bahan
Lembaga tersebut.
terutama
yang
d.
Pimpinan Instansi
dimaksud
jalan
adalah Pelanggaran.
atau
fasilitas
umum. Perda no 14 tahun 2009
atau
Tindak pidana sebagaimana
berasal dari saluran air di dan
jika
bertanggungjawab
mengakibatkan pencemaran
lainnya
Didalam
Disamping ancaman pidana sebagaimana dimaksud ayat
dilarang membakar sampah
d.
(lima
lingkungan.
umum. c.
pidana
menggunakan jalan sebagai
kebersihan serta keindahan
b.
dengan
pada
ayat
(1)
Kebijakan pemerintah daerah kota Tanjungpinang
yang telah
di buat dan
juga telah ada ketentuan pidana apabila pasal-
beberapa penjelasan di atas tentang isi
pasal yang tertuang dalam Perda tersebut
kebijakan
dilanggar yaitu:
sampah
Dalam Pasal 17 yang berbunyi:
pemerintah ternyata
dari
dalam
pengelolaan
beberapa
kondisi
dilingkungan ternyata tidak sesuai dengan
kenyataan
dilapangan
dimana
kondisi
4.
Struktur birokrasi”.
dilapangan tidak sesuai dengan prosedur yang
Menurut
Webster
Dictionary
ada dalam kebijakan pemerintah dearah Kota
dalam Tachjan (2006:23) mengenai
Tanjungpinang.
pengertian implementasi menyatakan
Berdasarkan kondisi tersebut beserta masalah yang di hadapi itu,
dalam upaya
bahwa: “Implementasi
yang
merupakan
menciptakan wilayah Kota Tanjungpinang
terjemahan
yang bersih dan nyaman dan juga untuk
“implementation”, berasal dari kata
mengetahui
kerja
kebijakan
bagaimana
implementasi
pemerintah
Tanjungpnang,
penulis
daerah
Kota
tertarik
untuk
dari
“to
kata
implement”,
kata
to
implement berasal dari bahasa latin “implementatum”
dari
asal
kata
mengangkat masalah ini dengan tema tersebut
“impere” dimaksudkan “to fill up”,
untuk mempermudah penelitian, maka wilayah
“to fill in” yang artinya mengisi
penelitian dibatasi pada Kelurahan Tanjung
penuh,
unggat
“plere” maksudnya “ to fill”, yaitu
Kecamatan
bukit
bestari
Kota
melengkapi,
Tanjungpinang, karena kurangnya kesadaran
mengisi.
masyarakat
implement”
disitu dalam
hal
membuang
Selanjutnya
sedangkan
kata
dimaksudkan
“to
sebagai:
sampah, karena masih terdapat masyarakat
“(1) to carry into effect, to fulfill,
yang membuang sampah tidak sesuai dengan
accomplish. (2) to provide with the
aturan
means for carrying out into effect or
malahan
para
masyarakatnya
fullfling, to gift pratical effect to. (3)
membuang sampah di laut.
to provide or equip with implement. Pertama, to omplement dimaksudkan II.
LANDASAN TEORI
“membawa ke suatu hasil (akibat),
A. IMPLEMENTASI
melengkapi
“Implementasi
kebijakan
dan
menyelesaikan”.
Kedua, to implement dimaksudkan
menurut Edwards dalam Winarno
“menyediakan
(2012:177)
menurutnya
dalam
melaksanakan sesuatu, memberikan
mengkaji
suatu
kebijakan
hasil yang bersifat praktis terhadap
memerlukan
empat
faktor
yang
sesuatu”.
sarana(alat)
Ketiga,
to
krusial terdiri atas :
dimaksudkan
1.
Komunikasi
melengkapi dengan alat.
2.
Sumber-sumber
3.
Kecenderungan-kecenderungan
implement
menyediakan
Sehubungan
untuk
dengan
atau
kata
implementasi diatas, Pressman dan
Wildavsky dalam Tachjan (2006:24)
governments
mengemukakan bahwa:
macbinery to problem”.
“Implementation as to carry out, acoumplish, complete”
fulfill,
administrative
Kemudian
Edwards
dalam
produce,
Tachjan (2006:25) mengemukakan
maksudnya: membawa,
bahwa: “policy implementation, is the
menyelesaikan,
mengisi,
menghasilkan,
Jadi
estabilishment of a policy and the
secara etimologis implementasi itu
consequent of the policy for the
dapat dimaksudkan sebagai suatu
people whom it affects”.
aktifitas
melengkapi.
stage oof policy making between the
yang
bertalian
dengan
Sedangkan
Grindle
dalam
penyelesaian suatu pekerjaan dengan
Tachjan (2006:25) mengemukakan
penggunaan
bahwa: “implementation a general
sarana
(alat)
untuk
memperoleh hasil”.
process of administarive action that
Apabila
pengertian
implementasi
diatas
dirangkaikan
can
be
investigated
at
specific
program level”.
dengan kebijakan publik, maka kata
Dari uraian di atas di peroleh
implementasi kebijakan publik dapat
suatu gambaran bahwa, implementasi
diartikan
aktifitas
kebijakan publik merupakan suatu
penyelesaian atau pelaksanaan suatu
proses kegiatan administrative yang
kebijakan
dilakukan
sebagai
publik
yang
telah
ditetapkan/disetujui penggunaan
sarana
dengan (alat)
untuk
mencapai tujuan kebijakan.
publik,
kebijakan
di
tetapkan/disetujui. Menurut Grindle dalam Jedawi (2006:8) Dalam hal implementasi
Dengan demikian, dalam proses kebijakan
setelah
implementasi
suatu kebijaksanaan sesungguhnya tidak hanya sekedar bersangkut paut
kebijakan merupakan tahapan yang
dengan
bersifat praktis dan dibedakan dari
keputusan-keputusan politik kedalam
formulasi
kebijakan
yang
dapat
prosedur-prosedur
dipandang
sebagai
tahapan
yang
saluran-saluran birokrasi, melainkan
bersifat teoritis. (Tachjan 2006:24) Anderson (2006:25) “policy
dalam
penjabaran
rutin
melalui
lebih dari itu, dalam implementasi
Tachjan
kebijakan kebijaksanaan menyangkut
bahwa
konflik, keputusan siapa mendapat
mengemukakan implementation
mekanisme
is
the
application of the policy by the
apa dari suatu kebijaksanaan.
Demikian
pula
ungkapkan
Jones
(2006:8),
bahwa
yang
dalam
di
Jedawi
kecenderungan atau tingkah laku, dan struktur organisasi.
implementasi
Adanya
ketidakberhasilan
kebijaksanaan itu memang mudah di
dalam implementasi kebijaksanaan
pahami secara abstrack dan seolah-
yang sering dijumpai antara lain
olah dapat dilaksanakan, padahal
karena adanya keterbatasan sumber
dalam
daya, stuktur organisasi yang kurang
praktis
senantiasa
pelaksanaannya
menuntut
adanya
memadai dan kurang efektif , dan
(sumber-sumber
komitmen yang rendah di kalangan
kebijaksanaan) sebagai kondisi yang
pelaksana (Syukur Abdullah, 1988),
di
adanya
ketersediaan
butuhkan
untuk
kelancaran
menjamin implementasi
kebijaksanaan.
ketidakmampuan
administrative (Bryant dan White, 1989), atau seperti di kemukakan
Menurut Budi Winarno 1989 dalam Jedawi (2006:8) implementasi
tahapan
W.
bahwa:
Riggs
(hossein,
“administratife
1993)
capability
setelah
refers to ability of a bureaucracy to
tujuan-tujuan dan sasaran ditetapkan
implementation with efficiercy and
atau diidentifikasi oleh keputusan-
affectifitiess.” (Jedawi 2006:9)
keputusan
dilakukan
Fred
kebijaksanaan,
tahap
Menurut
implementasi kebijaksanaan terjadi
Jedawi
hanya
pentingnya
setelah
undang-undang
ditetapkan dan dana telah disediakan. Dari uraian tersebut diatas, dapat
disimpulkan
kelancaran
bahwa
implementasi
kebijaksanaan,
selain
(2006:9)
udodji
dalam
Dalam
hal
implementasi
kebijaksanaan, bahwa implementasi kebijaksanaan
merupakan
sesuatu
untuk
yang penting bahkan mungkin jauh
suatu
lebih penting dari pada pembuatan
dibutuhkan
kebijaksanaan
itu
sendiri.
Suatu
dukungan
sumber
daya,
juga
kebijaksanaan hanya akan merupakan
diperukan
rincian
yang
lebih
rencana bagus yang hanya tersimpan
oprasional dari tujuan dan sasaran
rapi dalam arsip kalau tidak dapat
yang bersifat umum, Bahkan menurut
diimplementasikan.
Edward 1980 dalam Jedawi (2006:9) implementasi
perlu
Implementasi berarti menyediakan
memperhatikan factor komunikasi,
sarana untuk melaksanakan suatu
sumber-sumber,
kebijaksanaan
Menurut Widodo (2012:86)
kecenderungan-
kebijakan dan dapat menimbulkan
dari suatu kebijakan, yaitu cara,
dampak/akibat terhadap sesuatu.
merupakan komponen yang berfungsi
Mazmanian dalam menjelaskan
&
Sabatier
dua
(2012:88)
komponennya yang pertama, yakni
proses
implementasi
tujuan dan sasaran khusus. Cara ini
mengemukakan
biasa disebut sebagai implementasi,
dengan
bahwa
implementasi
adalah
keputusan
kebijakan
dasar,
mewujudkan
Widodo
kebijakan
pelaksanaan
untuk
biasanya
dalam
bentuk
Misalnya,
mendefinisikan
implementasi tindakan
kebijakan
yang
sebagai
dilakukan
undang-undang, namun dapat pula
pemerintah
berbentuk
secara individu maupun kelompok
perintah-perintah
atau
keputusan badan peradilan. Implementasi merupakan kebijakan harus
tahap publik,
maupun
oleh
swasta
baik
yang dimaksudkan untuk mencapai kebijakan
dalam suatu
proses program
diimplementasikan
agar
tujuan sebagaimana dirimuskan di dalam
kebijakan.
implementasi setelah
ini
baru
kebijakan
dilakukan
memperoleh
mempunyai dampak agar tujuan yang
pengesahan
diinginkan tercapai.
alokasi sumberdayanya juga disetujui.
Secara
garis
besar, implementasi merupakan setiap
dari
Kegiatan
Udoji
legislatife
dalam
dan
Wahab,
kegiatan yang dilakukan menurut
(2008:59), mengatakan bahwa : “The
rencana untuk mencapai tujuan yang
execution of policies is as important
telah
untuk
if not more important than policy
memahami adanya perbedaan antara
making. Policies will remaindreams
yang diharapkan dengan fakta yang
or blue prints file jackets unless they
telah
are
ditentukan.
yang
Upaya
telah
terjadi
telah
implemented”.(Pelaksanaan
menimbulkan kesadaran mengenai
kebijaksanaan adalah suatu yang
pentingya suatu pelaksanaan.
penting bahkan mungkin jauh lebih
Menurut Meter dan Horn
penting
dari
pada
pembuatan
dalam wibawa (1994:15) Kebijakan
kebijaksanaan. Kebijaksanaan akan
publik selalu mengandung setidaknya
sekedar berupa impian atau rencana
tiga komponen dasar, yaitu tujuan
bagus yang tersimpan rapi dalam
yang luas, sasaran yang spesifik dan
arsip kalau tidak diimplementasikan).
cara
mencapai
sasaran
tersebut.
Dengan demikian, komponen ketiga
Implementasi
kebijakan
menurut Van Metern dan Van Horn
dalam Nawawi (2009) adalah Those
atau kejelasan informasi, konsistensi
actions
informasi
by
individual
public (or
directed
at
or
group)
the
private that
are
achievement
of
(communications),
ketersediaan jumlah
sumberdaya
dan
dalam
mutu
tertentu
objectives set forth in prior policy
(resources), sikap dan komitment dari
decision”, yang artinya tindakan-
pelaksana program atau kebijakan
tindakan
baik
birokrat (disposition), dan struktur
individu-individu maupun pejabat-
birokrasi atau standar operasi yang
pejabat
mengatur tata kerja dan tata laksana
yang
atau
dilakukan
kelompok-kelompok
pemerintah
atau
swasta
yang
(bureaucratic strucuture).
diarahkan pada tercapainya tujuan-
Menurut Soenarko (2005:43)
tujuan yang telah digariskan dalam
“Kebijakan publik adalah merupakan
keputusan kebijaksanaan.
suatu keputusan yang dilakukan oleh
Meter
dan
dalam
pejabat Pemerintah yang berwenang,
Nawawi (2009:131) mendefinisikan
untuk kepentingan rakyat, dimana
implementasi kebijakan, merupakan
kepentingan rakyat ini merupakan
tindakan yang dilakukan baik oleh
keseluruhan yang utuh dari perpaduan
individu atau pejabat pejabat atau
kristalisasi
kelompok-kelompok pemerintah atau
keinginan-keinginan dan tuntutan-
swasta
tuntutan dari rakyat”.
yang
tercapainya digariskan
Horn
diarahkan
tujuan
yang
dalam
untuk telah
keputusan
pendapat-pendapat,
Menurut Winarno
(2012:17)
kebijakan. Suatu proses implementasi
kebijakan
adalah
sangat
kegiatan
yang
dipengaruhi
oleh
sifat
Rose
:
dalam Pengertian
”Serangkaian
sedikit
banyak
kebijakan yang akan dilaksanakan.
berhubungan beserta konsekuensi-
Perubahan, kontrol dan kepatuhan
konsekuensinya bagi mereka yang
bertindak merupakan konsep konsep
bersangkutan daripada sebagai suatu
penting alam proses implementasi.
keputusan tersendiri”.
Teori Implementasi menurut
Selain
itu,
menurut
Edward III 1980 dalam widodo
Anderson dalam Winarno (2012:18)
(2012:96)
kebijakan
menjelaskan
bahwa
mempunyai
terdapat empat variable kritis dalam
sebagai
implementasi kebijakan public atau
merupakan
program
mempunyai maksud yang ditetapkan
diantaranya,
komunikasi
berikut arah
:
pengertian ”Kebijakan
tindakan
yang
oleh seorang aktor atau sejumlah
3. Komunikasi antar organisasi dan
aktor dalam mengatasi suatu masalah
kegiatan-kegiatan pelaksanaan;
atau suatu persoalan”.
4.
Berdasarkan uraian di atas,
Karakteristik
badan-badan
pelaksana;
kebijakan merupakan suatu keputusan
5. Kondisi-kondisi ekonomi, sosial
yang
dan politik;
diambil
untuk
mengatasi
persoalan atau permasalahan yang
6.
ada
(implementers).
di
mana
kebijakan
setiap
kebijakan-
tersebut
memiliki
konsekuensi tersendiri. Seperti
Kecenderungan
Menurut (2012:86)
yang
dinyatakan
pelaksana
Purwanto
Beberapa
faktor
yang
menentukan berhasil atau tidaknya
Meter dan Horn dalam Winarno
suatu proses implementasi yaitu:
(2012:146)
bahwa
implementasi
1.
Kualitas kebijakan itu sendiri
kebijakan
mempunyai
pengertian
2.
Kecukupan
sebagai
berikut:
Implementasi
kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang
dilakukan
oleh
input
kebijakan
(terutama anggaran) 3.
individu
Ketepatan instrument yang di pakai untuk mencapai tujuan
individu (atau kelompok-kelompok)
kebijakan(pelayanan,
pemerintah maupun swasta yang
hibah, dan lainnya)
diarahkan untuk mencapai tujuan-
4.
subsidi,
Kapasitas implementor (struktur
tujuan yang telah ditetapkan dalam
organisasi,
dukungan
keputusan
koordinasi,
pengawasan,
keputusan
kebijakan
sebelumnya.
dan
sebagainya)
Menurut Meter dan Horn dalam
SDM,
Karakteristik
dan
dukungan
(2012:156)
kelompok
sasaran
(apakah
Implementasi kebijakan agar dapat
kelompok
sasaran
adalah
terlaksana dengan baik maka harus
individu atau kelompok, laki-laki
dilaksanakan
atau perempuan, terdidik atau
elemen ikatan
Winarno
5.
berdasarkan
pokok
yang
(lingkage).
enam
membentuk
Enam
elemen
tidak) 6.
Kondisi
lingkungan
tersebut adalah:
social,
1. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-
dimana
tujuan kebijakan;
dilakukan.
2. Sumber-sumber kebijakan;
ekonomi,
dan
geografi, politik
implementasi tersebut
Menurut
Grindle
(1980)
Menurut
Mustofa
dalam
implementasi kebijakan ditentukan
Ramdhiani (2013:561), Pengertian
oleh
konteks
sampah telah banyak dikemukakan
kebijakan
oleh para ahli. Dalam Kamus Besar
isi
kebijakan
implementasinya.
dan Isi
mencakup
Bahasa
1.
Kepentingan yang terpengaruhi
sampah sebagai benda yang dibuang
oleh kebijakan.
karena tidak terpakai dan tidak dapat
2.
Jenis
manfaat
yang
akan
dihasilkan. 3.
Indonesia
digunakan Istilah
Derajat
perubahan
yang
lagi.
mengartikan
Menurut
Lingkungan
Kamus
pengertian
sampah adalah bahan yang tidak
diinginkan.
mempunyai nilai atau tidak berharga
4.
Kedudukan pembuat kebijakan.
untuk digunakan secara biasa atau
5.
Siapa pelaksana program.
khusus
6.
Sumberdaya yang dikerahkan.
pemakaian, barang rusak atau cacat
Konteks implementasi mencakup
selama
(1) kekuasaan, kepentingan dan
berlebihan atau buangan.
strategi actor yang terlibat, (2) karakteristik
lembaga
dan
dalam
produksi
manufaktur
atau
meteri
Pengelolaan Menurut Kamus Besar
Bahasa
Indonesia
dalam
penguasa dan (3) kepatuhan serta
Ramdhiani (2013:561)“definisi kelola
daya
atau
tanggap
pelaksana.
(Wibawa 1994:22) Menurut Mazmanian
dalam
dan wibawa
mengatur,
menyelenggarakan,
mengurus
merupakan
perbuatan mengelola”.
dari
tiga
dan
menjalankan. Sedangkan pengertian pengelolaan
fungsi
adalah
mengendalikan,
Sabatier
1986
mengelola
(2012:25). implementasi kebijakan
varibel,yaitu:
adalah
proses,
cara,
Pengelolaan menurut Kamus
1.
Karakteristik masalah.
2.
Struktur
menejemen
Besar
Bahasa
Indonesia
dalam
program
Ramdhiani (2013:561), Edisi Ketiga
yang tercermin dalam berbagai
(adalah proses melakukan kegiatan
macam
tertentu dengan menggerakkan tenaga
peraturan
yang
mengoprasionalkan kebijakan. 3.
atau
orang lain.
Faktor-faktor diluar peraturan.
B. PENGELOLAAN SAMPAH
Menurut (2013:561), adalah
suatu
Ramdhiani
Pengelolaan proses
sampah
manajemen
pengelolaan sampah yang bertahap
nilai variabel mandiri, baik satu
yaitu pengumpulan, pengangkutan,
variabel atau lebih (independen)
pemrosesan,
tanpa membuat perbandingan
pendaurulangan
atau
pembuangan dari material sampah.
atau
Kalimat ini biasanya mengacu pada
variabel satu dengan variabel
materi sampah yang dihasilkan dari
yang lain, data kualitatif adalah
kegiatan
manusia,
data yang dinyatakan dalam
dikelola
untuk
dan
biasanya
mengurangi
bentuk gambar.
dampaknya
terhadap
kesehatan,
lingkungan
atau
keindahan.
2
kata,
dilakukan
untuk
Tanjungpinang
memulihkan
sumber
daya
antara
kalimat,
dan
Lokasi Penelitian: Penelitian ini
Pengelolaan sampah juga dilakukan
di
Kelurahan
Kota,
yang
dalam hal itu bisa melibatkan zat
meliputi 2 instansi yakni Dinas
padat, cair, gas atau radioaktif dengan
Tata
metoda dan keahlian khusus untuk
Pertanaman
masing-masing jenis zat.
Kota Tanjungpinang, kelurahan
Menurut Notoatmodjo dalam Ramdhiani
(2013:562),
mengemukakan bahwa pengelolaan sampah
III.
menghubungkan
dan
Kebersihan, pemakaman
Tanjung Unggat. 3
Sumber dan jenis data a.
Data Primer
meliputi
Menurut Arikunto (2010 :
pengumpulan, pengangkutan, sampai
22) data primer adalah Data
dengan pemusnahan atau pengelolaan
dalam bentuk verbal atau kata
sampah sedemikian rupa sehingga
kata yang diucapkan secara lisan,
sampah
gangguan
gerak-gerik atau perilaku yang
kesehatan masyarakat dan lingkungan
dilakukan oleh subjek yang dapat
hidup.
dipercaya, dalam hal ini adalah
METODE PENELITIAN
subjek
1
adalah
Kota
tidak
menjadi
penelitian
(informan)
Jenis Penelitian:Jenis penelitian
yang berkenaan dengan variabel
yang digunakan dalam penulisan
yang diteliti.
ini
adalah
deskriptif
jenis
penelitian
Data ini di peroleh dari
kualitatif.
Menurut
langsung ketemu (face to face)
Sugiyono (2003:15). Penelitian
dengan
deskriptif adalah penelitian yang
mempunyai informasi lengkap
dilakukan
sesuai
untuk
mengetahui
pihak-pihak
kebutuhan
yang
peneliti
diantaranya
Dinas
arikunto (2010:174) sampel atau
Kebersihan, Pihak Kelurahan,
contoh adalah sebagian atau
Pihak masyarakat (RT/RW).
wakil populasi yang diteliti.
b.
Pihak
Data Skunder
Karena penelitian ini
Menurut
bersifat deskriptif kualitatif maka
(2010:22) data sekunder adalah
sampel
Data
dari
menggunakan istilah informan,
dokumen-dokumen grafis (table,
Informan dalam penelitian bisa
catatan, notulen rapat, SMS, dan
dikatakan
lain-lain),
informan
yang
dan
diperoleh
foto-foto,
rekaman
4.
Arikunto
video,
lain-lain
film,
benda-benda yang
dapat
dalam
penelitian
sebagai
ini
responden,
adalah
orang
yang
memberikan informasi. Dengan pengertian ini maka informan
memperkaya data primer.
dapat dikatakan sama dengan
Populasi dan sampel
responden,
a)
keterangannya karena dipancing
Populasi Menurut
Arikunto
oleh
apabila
pihak
pemberian
peneliti,
Istilah
(2010:173) berpendapat bahwa
informan ini banyak digunakan
poulasi
adalah
dalam penelitian kualitatif.
subyek
penelitian,
keseluruhan sedangkan
Penentuan responden dalam
menurut Sugiyono (2011:119)
penelitian
populasi
dapat
purposive
sebagai
wilayah
didevinisikan generalisasi
ini
dilakukan
sampling,
secara menurut
Sugiono
(2011:85)
purposive
yang terdiri dari obyek atau
sampling
yaitu teknik
penentuan
subyek
yang
mempunyai
sampel dengan pertimbangan tertentu
dan
karakteristik
yang dapat memberikan data secara
tertentu yang ditetapkan oleh
maksimal. Misalnya akan melakukan
peneliti untuk dipelajari dan
penelitian tentang kualitas makanan,
kemudian ditarik kesimpulannya.
maka sampel sumber datanya adalah
b) Sampel
orang
kuantitas
Menurut
yang
ahli
makanan,
atau
Sugiyono
penelitian tentang kondisi politik
(2011:120) sampel adalah badian
disuatu daerah, maka sumber datanya
dari jumlah dan karakteristik
adalah
yang
dimiliki
tersebut,
orang
oleh
populasi
Informan
sedangkan
menurut
merupakan
yang
dari
ahli
politik.
Penelitian
pihak-pihak
ini yang
memiliki informasi lengkap sesuai
kesimpulan
kebutuhan peneliti, yaitu pihak dinas
dipahami oleh diri sendiri maupun
Kenersihan,
orang lain”
kelurahan
Tanjung
Unggat, masyarakat tanjung unggat (Rt/Rw). Dari pihak dinas kebersihan
IV.
sehingga
mudah
PEMBAHASAN A. Karakteristik responden
terdiri dari 1 orang Kepala Bidang
Didalam
bab
ini
akan
Pemeliharaan Kebersihan di Dinas
menjelaskan dan membahas terlebih
Tata Kota Kebersihan, Pertamanan
dahulu identitas atau karakteristik
dan Pemakaman Kota TPI, 1 orang
informan/responden
Pengawas Sapu Jalan Dinsos, 1 orang
mendapatkan informasi yang akurat
Staff Dinsos, dari pihak kelurahan 1
dalam menganalisa data, yang pada
orang
akhirnya
Kasi
Pembangunan
dan
akan
guna
dapat
Pemberdayaan Kelurahan Tanjung
dipertanggungjawabkan
Unggat, 1 orang Staff Kelurahan
kebenarannya dalam pembahasan dan
Tanjung Unggat dan 14 masyarakat
menganalisa tentang “Implementasi
(Rt/Rw).
Perda Nomor 14 tahun 2009 di Kota Tanjungpinang dalam pengelolaan
5.
Teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi,
wawancara dan
dokumentasi. 6.
pada
Sugiyono
teori
Menurut
(2005:89)
yang
mengatakan analisis data adalah “proses mencari dan menyusun secara
sistematis
data
yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan
cara
mengorganisasikan
data kedalam katagori, menjabarkan kedalam
Kelurahan Tanjung Uangat), Didalam penelitian ini peneliti memiliki 21 orang
Analisis data dalam penelitian ini mengacu
sampah (study kasus di wilayah
unit-unit,
melakukan
sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
informan/responden
yaitu
diantaranya: 1 orang Kepala Bidang pemeliharaan kebersihan di Dinas Tata Kota Kebersihan, Pertanaman dan pemakaman Kota Tanjungpinang, 1 orang Staff kebersihan (pengawas sapu jalanan)di Dinas Tata Kota Kebersihan,
Pertanaman
dan
pemakaman Kota Tanjungpinang, 1 orang Staff kebersihan di Dinas Tata Kota Kebersihan, Pertanaman dan pemakaman Kota Tanjungpinang, 1 orang
Kasi
pembangunan
dan
Pemberdayaan di Kelurahan Tanjung
Unggat, 1 orang Staff di kelurahan
dapat merupakan faktor yang penting
Tanung
dalam melaksanakan kebijakan.
Unggat,
masyarakat
(Rt/Rw)
14
Orang
di
wilayah
Kelurahan Tanjung Unggat.
c.
Kecenderungan-
kecenderungan (tendencies)
B. Implementasi Perda Nomor 14 Tahun
Kecenderungan
dari
2009 tentang pengelolaan sampah di
pelaksana
Kota Tanjungpinang (Study Kasus
fakror
di Kelurahan Tanjung Unggat
konsekuensi
Berdasarkan hasil penelitian yang
implementasi kebijakan yang efektif.
dilakukan, penelitian ini mengacu pada
Jika para pelaksana bersikap baik
teori dari tujuan dan sasaran yang bersifat
terhadap suatu kebijakan tertentu dan
umum, Begitu juga yang diungkapkan
hal ini berarti adanya dukungan,
oleh Edwards dalam winarno (2012:177)
kemungkinan
Implementasi kebijakan yang diajukan
melaksanakan kebijakan sebagaimana
menurutnya
yang diinginkan oleh para pembuat
dalam
mengkaji
suatu
kebijakan
para
ketiga
yang
merupakan mempunyai
penting
besar
mereka
kebijakan memerlukan empat faktor yang
keputusan
krusial terdiri atas: Komunikasi, Sumber-
sebaliknya bila tingkah laku atau
sumber,
perspektif para pelaksana berbeda
Kecenderungan-
kecenderungan,Struktur birokrasi. a.
awal.
bagi
proses pelaksanaan suatu kebijakan
(communication)
menjadi adalah
suatu
semakin
Kecenderungan
keadaan
merasa
terdorong
sesuatu
untuk
individu
pemikiran orang lain atau kelompok
melakukan
kepada individu lain agar orang lain
mendapatkan hasil.
atau kelompok lain paham dengan
d.
yang
disampaikan
dan
yang
sulit.
adalah
proses penyampaian informasi atau
apa
pula
dengan pembuat keputusan maka
Komunikasi
Komunikasi
Demikian
Struktur Birokrasi Birokrasi merupakan salah satu
diinformasikan.
badan yang paling sering bahkan
b.
secara keseluruhan menjadi pelaksana
Sumber-sumber (resousces) Sumber-sumber adalah sebuah
kebijakan. Birokrasi baik secara sadar
instrument yang digunakan untuk
maupun tidak sadar memilh bentuk
melanjutkan suatu tugas dengan jelas.
organisasi untuk kesepakatan kolektif
Dengan demikian, sumber-sumber
dalam rangka memecahkan masalah-
masalah
V.
sosial
dalam
kehidupan
masyarakat, komunikasi yang diberikan
modern
melalui sosialisasi tentang Perda No 14
KESIMPULAN DAN SARAN
Tahun2009
A.
diberikan
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
atau
penataran
Kelurahan
yang
disampaikan
analisa
masyarakat Tanjung Unggat Tanjung
terhadap indikator yang ditampilkan,
Unggat, lalu 1 orang menyatakan
berkenaan dengan judul Implementasi
bahwa tidak pernah ada sosialisasi
Perda Nomor 14 Tahun 2009 tentang
maupun
pengelolaan
antara aparatur pemerintah dengan
sampah
di
Kota
Tanjungpinang dengan study kasus di
komunikasi
yang
intensih
masyarakat.
wilayah Kelurahan Tanjung Unggat
Dari
hasil
disimpulkan
penelitian bahwa
ini
peneliti mendapatkan kesimpulan dari
dapat
apa yang telah diteliti yaitu sebagai
komunikasi dengan adanya sosialisai
berikut :
sangat
berpengaruh
berhasilnya
faktor
terhadap
pelaksanaan
kebijakan
yang telah ditetapkan, dalam penelitian ini yaitu pelaksanaan Perda Nomor 14
1. Komunikasi
Sosialisasi dari pemerintah
Tahun
terhadap
sampah,
masyarakat
2009 dari
tentang
pengelolaan
uraian
yang
sudah
Tanjung Unggat
dijelaskan di atas bahwa di daerah
Dari hasil wawancara yang
Kelurahan
Tanjung
Unggat
yang
dilakukan oleh peneliti kepada 21 orang
menjadi lokasi penelitian ini terdapat
informan/responden, dapat disimpulkan
kurang
bahwa 13 orang menyatakan jarang
komunikasi antara Pemerintah Kota
adanya sosialisasi tentang berlakunya
Tanjungpinang
Perda Nomor 14 Tahun 2009 tentang
Tanjung
Unggat,
pengelolaan sampah dari Pemerintah
menjadi
faktor
Kota
kurang
menyempurnakan Perda tersebut dan
adanya komunikasi yang insentif dari
kuranya kesadaran Msyarakat akan
pemerintah
pentingnya Perda Nomor 14 tahun 2009
Tanjungpinang
kepada
dan
masyarakat
sehingga masyarakat kurang paham akan pentingnya Prda tersebut hanya
yang
intensif
kepada
sosialisasi
dengan hal
dan
masyarakat inilah
penghambat
yang dalam
tentang pengelolaan sampah
saja 7 orang mengatakan bahwa ada komunikasi
adanya
Konsistensi Dari
dapat
hasil
disimpulkan
penelitian bahwa
ini
faktor
komunikasi dan konsistensi sangat
terdapat beberapa orang mengatakan
berpengaruh
hanya sedikit mendapat bantuan tong
terhadap
berhasilnya
pelaksanaan kebijakan yang telah
sampah
ditetapkan, dalam penelitian ini yaitu
Tanjungpinang yang tidak sesuai
pelaksanaan Perda Nomor 14 Tahun
dengan kebutuhan masyarakat dan
2009 tentang pengelolaan sampah,
kurang
dari uraian yang sudah dijelaskan di
disebutkan di dalam Perda Nomor 14
atas bahwa di daerah Kelurahan
tahun 2009 pasal 10 ayat 2 huruf c
Tanjung Unggat yang menjadi lokasi
yang menyatakan penyediaan tempat
penelitian ini terdapat kurangnya
sampah disecara
kejelasan
dan
yang
jumlah sesuai dengan kebutuhan,
tertanam
dari
pelaksana
hanya saja beberapa orang dari pihak
konsistensi para
dari
pemerintah
mencukupi
Kota
padahal
tertutup
telah
dengan
kebijakan disini
aparatur pemerintah sudah banyak
2. Sumber-sumber
memberikan bantuan tong sampah,
Fasilitas
yang
diberikan
hal
inilah
yang
menjadi
faktor
pemerintah daerah seperti
penghambat dalam menyempurnakan
tong
bak
Perda tersebut dan kuranya kesadaran
dalam
Masyarakat akan pentingnya Perda
sampah
atau
sampah mengimplementasikan
Nomor
kebijakan.
pengelolaan sampah.
Dari
hasil
penelitian
wawancara ini dapat disimpulkan
14
tahun
tentang
3. Kecenderungan-kecenderungan
Sikap
masyarakat
bahwa
indicator
sumber-sumber
aparatur
dengan
dimensi
bantuan
mengenai
yang
2009
diberikan pemerintah berupa tong
sendri.
sampah sangat berpengaruh terhadap
Dari
hasil
dan
pemerintah kebijakan
penelitian
itu
ini
berhasilnya pelaksanaan kebijakan
dapat disimpulkan bahwa indikator
yang
kecenderungan-kecenderungan
telah
ditetapkan,
dalam
penelitian ini yaitu pelaksanaan Perda
dengan dimensi Sikap masyarakat
Nomor
tentang
dan aparatur pemerintah mengenai
pengelolaan sampah, dari uraian yang
kebijakan itu sendri, dalam penelitian
sudah dijelaskan di atas bahwa di
ini yaitu pelaksanaan Perda Nomor 14
daerah Kelurahan Tanjung Unggat
Tahun 2009
yang menjadi lokasi penelitian ini
sampah, dari uraian yang sudah
14
Tahun 2009
tentang
pengelolaan
dijelaskan di atas bahwa di daerah
mendengar akan adanya keluhan
Kelurahan Tanjung Unggat yang
masyarakat apabila ada sampah
menjadi lokasi penelitian ini terdapat
kiriman yang berasal dari laut
kesimpulan yang menyatakan bahwa
apabila air laut pasang supaya
sikap
dan
pemerintah lekas mengatasi akan
masyarakat sendiri sudah baik dalam
adanya hal tersebut karena apabila
menyikapi kebijakan itu sendiri dan
tidak diatasi orang berpikir bahwa
sangat
adanya
timbulan sampah yang ada dilaut
kebijakan itu supaya sebagai aturan
dihasilkan oleh warga Kelurahan
dan
Tanjung
aparatur
pemerintah
setuju
acuan
dengan
guna
menciptakan
Unggat
lingkungan kota yang bebas dari
masyarakat
sampah.
mengikuti
Sanksi
yang
diberikan
dan
bias-bisa
Tanjung
Unggat
hal
tersebut
yaitu
membuang sampah kelaut karena
apabila melanggar peraturan
sudah ada yang seperi itu yang
Dari
dilakukan
hasil
penelitian
ini
dapat disimpulkan bahwa indikator
dimensi
diberikan
Sanksi
apabila
tanjung
unggat. 4. Struktur birokrasi
kecenderungan-kecenderungan dengan
masyarakat
yang
melanggar
Prosedur kerja dasar atau yang sering disebut SOP.
peraturan, dalam penelitian ini yaitu
Dari
hasil
penelitian
pelaksanaan Perda Nomor 14 Tahun
wawancara ini dapat disimpulkan
2009 tentang pengelolaan sampah,
bahwa
dari uraian yang sudah dijelaskan di
dengan dimensi atau pengukuran
atas bahwa di daerah Kelurahan
Prosedur kerja dasar atau yang sering
Tanjung lokasi
Unggat
yang
menjadi
disebut
penelitian
ini
terdapat
terhadap
kesimpulan
yang
menyatakan
faktor
kebijakan
SOP
struktur
birokrasi
sangat
berpengaruh
berhasilnya
pelaksanaan
yang
telah
bahwa Sangat setuju akan adanya
dalam
Perda dengan sanksi yang ada
pelaksanaan Perda Nomor 14 Tahun
dalam
2009 tentang pengelolaan sampah,
perda
masyarakat
tersebut
semakin
supaya
sadar
penelitian
ditetapkan, ini
yaitu
dan
dari uraian yang sudah dijelaskan di
memberikan efek jera untuk tidak
atas bahwa di daerah Kelurahan
membuang sampah sembarangan
Tanjung Unggat yang menjadi lokasi
akan tetapi Pemeritah juga harus
penelitian ini terdapat kesimpulan
bahwa aparatur pemerintah terkait
seharusnya
sudah
turun langsung dalam menghadapi
melakukan
prosedur
kerja
dengan tepat dan sesuai dengan SOP nya akan tetapi memang belum
pemerintah
situasi ini. B. Saran-saran
maksimal sepenuhnya.
aparatur
Adapun
saran-saran
Pengawasan langsung dari
dapat
aparatur pemerintah dalam
penelitian ini, mengenai implementasi
pelaksanaan Kebijakan.
perda nomor 14 tahun 2009 yang di
Dari
lakukan
wawancara
hasil dengan
penelitian 19
orang
responden dalam penelitian ini dapat
disampaikan
di
dari
yang
Kelurahan
hasil
Tanjung
Unggat yakni: 1.
Pemerintah
hendaknya
disimpulkan bahwa faktor struktur
selalu membuat acara guna
birokrasi
dimensi
penyampaian Perda Nomor
Pengawasan langsung dari aparatur
14 Tahun 2009 Tentang
pemerintah
dalam
pelaksanaan
pengelolaan
Kebijakan
sangat
berpengaruh
sehingga masyarakat dapat
berhasilnya
pelaksanaan
mengetahui aturan yang ada
kebijakan yang telah ditetapkan,
dalam Perda tersebut begitu
dalam
juga dengan sanksi yang ada
terhadap
dengan
penelitian
ini
yaitu
dalam Perda tersebut.
pelaksanaan Perda Nomor 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah,
sampah
2.
Pemerintah
hendaknya
dari uraian yang sudah dijelaskan di
menyediakan fasilitas yang
atas bahwa di daerah Kelurahan
mencukupi
Tanjung Unggat yang menjadi lokasi
masyarakat
penelitian ini terdapat kesimpulan
Kelurahan Tanjung Unggat.
bahwa kurang adanya pengawasan
Sehingga
langsung dari aparatur pemerintah
mendapat jatah tong sampah
bahkan jarang yang mengatakan ada
dengan
pengawasan bisa dikatakan tidak ada
komunikasi yang seharusnya
pengawasan
selalu
langsung
yang
kebutuhan yang
ada
semua
adil.
di
Rt/Rw
Kemudian
dijaga
antar
diberikan oleh pemerintah kepada
pemerintah
dengan
masyarakat
masyarakat,
sehingga
guna
membantu
mensukseskan Perda nomor 14 tahun
informasi
2009 tentang pengelolaan sampah,
masyarakat
sampai
ke secara
menyeluruh
tidak
pertemuan
dibalai
tetapi
hanya desa
berkunjung
perkampungan juga
ke
masyarakat
diharapkan
oleh
masyarakat Tanjung Unggat. 3.
Kepada
masyarakat
Kelurahan Tanjung Unggat sendiri
dihaapkan
selalu
menjaga kebersihan, jangan membuang sampah di laut meskipun sampah kiriman selalu berdatangan namun tetap saja jangan membuang sampah
ke
melihat
sampah
dirasa
tidak
laut
ketika kiriman
bisa
untuk
diatasi. 4.
Kepada
pemerintah
seharusnya
segera
menyelesaikan sampah
yang
masalah ada
dilaut
Karena ketika air pasang sampah-sampah
yang
ad
dilaut naik ke permukaan sehingga
wilayah
daratan
menjadi kumuh dan kotor.
DAFTAR PUSTAKA PT. raja grafindo prasada.
A. Buku referensi Arikunto,
Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Yogyakarta. Rineka Cipta
Jeddawi,
Murtir. 2006. Implementasi kebijakan otonomi daerah, malaka. Gramedia
Nawawi, Ismail. 2009. Public Policy Analisis, Strategi Advokasi Teori dan Praktek. Surabaya: PMN Purwanto, erwan agus. 2012. Implementasi kebijakan public. Yogyakarta :
Wahab,
Solichin Abdul. 2008. Analisis kebijaksanaan, dari formulasi ke implementasi kebijakan Negara.Jakarta:Bumi Aksara
B. Jurnal Ramadhinai, tri nanda, 2013 Implementasi Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2011 tentang pengelolaan sampah di Kota Samarinda eJournal Ilmu Administrasi, 2013, 1(2): 558-571 ISSN 0000-0000, ejournal.an.fisipunmul.org © Copyright 2013 diakses 28 Mei 2014, 14.00 Wib
gava media. Soenarko, Sd. 2005. Public Policy Pengertian Pokok Untuk Memahami Dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah.Surabaya : Airlangga Sugiyono, 2003.“Metode Penelitian Administrasi” cetakan ke-19, Bandung. Alfabeta. Tachjan, 2006. implementasi kebijakan publik. Bandung: Truen RTH Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Jakarta : Media Pressindo. Widodo, joko. 2012. Analisis kebijakan public. Jatim :bayu media publishing. Wibawa, Samoedra dkk. 1994. Evaluasi kebijakan public. Jakarta :
C. Skripsi Wardhani, Ratika Yana. 2013.”Strategi Pengembangan Pariwisata Museum Kota Tanjungpinang. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Universitas Maritim Raja Ali Haji hal 8.
D. Dokumen Undang–Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup. Undang-Unadang Dasar Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang No. 14 Tahun 2009 tentang pengelolaan sampah.