Virgian Purjayanto, Yoto, dan Basuki, Implementasi Pelaksanaan Manajemen Bengkel ... 29
IMPLEMENTASI PELAKSANAAN MANAJEMEN BENGKEL BERBASIS 5-S DI BENGKEL PEMESINAN SMK PGRI 3 KOTA MALANG
Oleh: Virgian Purjayanto, Yoto, dan Basuki Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan manajemen bengkel pemesinan di SMK PGRI 3 Kota Malang yang berbasis Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Proses peng-umpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, dan observasi. Objek penelitian ini adalah bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Kota Malang, Kepala Bidang Pemesinan, Kepala Bengkel, Laboran, Guru Produktif dan Siswa SMK PGRI 3 Kota Malang. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Untuk mengecek keabsahan data dilakukan dengan melakukan pengamatan ulang dan melakukan triangulasi. Hasil Penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan manajemen bengkel berbasis 5-S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke) di bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang sudah berjalan dengan baik. Kata Kunci: manajemen bengkel, 5-S, bengkel pemesinan
Secara teknis SMK sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, dapat diidentikkan sama dengan sebuah industri. Keduanya mengha-silkan suatu produk tertentu yang senantiasa dijaga kualitasnya. Pengolahan bahan baku di sekolah dilakukan melalui proses belajar mengajar. Salah satu indikator mutu SMK juga ditentukan oleh kelengkapan dan kualitas laboratorium dan bengkel pendidikan yang terstandart International Organization for Standarization (ISO) 9001/ 2008. Bengkel praktek SMK unggulan di kota Malang seperti SMK PGRI 3 Malang dan SMK N 6 Malang yang telah mendapat sertifikat ISO 9001:2008 umumnya sudah memiliki fasilitas praktikum yang memadai. Fasilitas ini terus ditingkatkan dari tahun ke tahun baik dari segi jumlah maupun jenisnya untuk mendukung kegiatan praktikum siswa sesuai kebijakan pemerintah dalam perluasan akses terhadap pendidikan di SMK. Laboratorium/ bengkel yang terdapat SMK perlu dikelola dengan baik. Yoto (2014:35) menyatakan bahwa bengkel/ laboratorium pada sekolah kejuruan merupakan sarana yang sangat penting, karena bengkel
merupakan saran yang memberikan ciri khusus pada sekolah kejuruan. Pengelolaannya bengkel meliputi bagaimana sistem penataan dan perawatannya (maintenance) sehingga bengkel dapat digunakan oleh siwa secara optimal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Tujuan dari perawatan dan penataan bengkel tersebut adalah agar dapat digunakan dengan cepat, akurat, relevan, aman, dan nyaman, sehingga dapat mendukung produktivitas kerja praktik, dan pembudayaan kerja efektif, efisien dan produktif. Salah satu kelemahan SMK adalah belum adanya sistem penataan dan perawatan yang baik, di samping itu belum ada kegiatan yang secara khusus memberikan wawasan tentang bagaimana melakukan penataan dan perawatan bengkel guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Bengkel disebuah SMK memerlukan sebuah revolusi dalam manajemen bengkel yang di tinjau dari 5-S ( Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke). Menurut Huda (2007) menjelaskan dalam skripsinya mengenai manajemen bengkel atau laboratorium semalang raya menyebutkan bahwa be-
30
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
berapa sarana perlu mendapatkan perhatian dan pengaturan yang baik sehingga kegiatan perektik dapat berlangsung secara optimal. Melihat kondisi ini Manajemen bengkel berbasis (5-S) yaitu (Seiri), (Seiton), (Seiso), (Seiketsu), dan (Shitsuke) menawarkan solusi bagi permasalahan di atas. Memanajemen Suatu perusahaan atau organisasi tidak akan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila tidak memiliki suatu sistem manajemen yang baik. Walaupun manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan tetapi harus diatur sebaik mungkin. Karena jika manajemen baik maka tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindari, dan semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat. Hasibuan (2009:1) menjelaskan bahwa manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. 5-S adalah sebuah cara baru dalam manajemen sebuah bengkel khususnya bengkel sekolah kejuruan. Konsep 5-S berasal dari negara Jepang dan di Indonesia dikenal dengan 5-R. Prinsip 5-S merupakan huruf awal dari lima kata Jepang yaitu: Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke, yang dalam perkembangannya di Indonesia dikenal dengan 5-R yaiu: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Kata-kata tersebut mencerminkan urutan penerapan dari proses transformasi 5-S (Rimawan dan Sutowo, 2012). Definisi 5-S menurut Osada (1996:2329) 5-S merupakan kebulatan tekad untuk mengadakan penataan, pembersihan, memelihara kondisi yang mantap dan memelihara kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa 5-S merupakan suatu cara atau langkah dalam upaya menciptakan dan menjaga mutu lingkungan kerja agar terciptanya kondisi kerja yang aman dan nyaman. 5-S terdiri dari Seiru, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Di Indonesia 5-S diterjemahkan menjadi 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat,
Rajin. Menurut Muchtiar (2007) penjabaran dari konsep 5-S adalah: (1) Seiri (Pemilihan) Aktivitas mengatur segala sesuatu, memilah sesuai dengan aturan dan prinsip tertentu atau dapat dikatakan bahwa pemilihan adalah seni membuang barang. Dalam 5-S berarti membedakan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan, mengambil keputusan yang tegas dan menerapkan manajemen stratifikasi untuk membuang yang tidak diperlukan, (2) Seiton (penataan) menyimpan barang di tempat yang tepat atau dalam tata letak yang benar dengan memperhatikan efisiensi, kualitas dan keamanan serta mencari cara penyimpanan yang optimal sehingga dapat digunakan dalam keadaan mendadak karena dapat menghilangkan proses pencarian. Penataan juga termasuk mengambil keputusan tentang berapa banyak yang akan disimpan dan dimana menyimpannya. (3) Seiso (pembersihan) seiso berarti membuang kotoran dan benda-benda asing serta membersihkan segala sesuatu. (4) Seiketsu (Pemantapan) pemantapan berarti terusmenerus dan secara berulangulang memelihara pemilihan, penataan dan pembersihan. Ini berarti melaksanakan aktivitas 5S dengan teratur sehingga keadaan yang tidak normal tampak dan melatih keterampilan untuk menciptakan dan memelihara kontrol visual. (5) Shitsuke (pembiasaan) pembiasaan adalah melakukan pekerjaan berulang-ulang sehingga secara alami kita dapat melakukan dengan benar. Jika kita ingin melakukan pekerjaan secara efisien dan tanpa kesalahan maka kita harus melakukan setiap hari. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang di tinjau dari Seiri, Seiton, Seisi, Seiketsu, Shitsuke. METODE PENELITIAN Langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah melakukan pengamatan. Pengamatan dilakukan ke bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang yang menjadi objek penelitian. Langkah
Virgian Purjayanto, Yoto, dan Basuki, Implementasi Pelaksanaan Manajemen Bengkel ... 31
yang dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada di SMK PGRI 3 Malang. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengumpulan data dengan melakukan wawancara terkait dengan implementasi mana-jemen berbasis 5-S di bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang. Berikut ini beberapa narasumber yang memiliki kontibusi penting dalam penelitian ini, diantaranya: Bapak Avrianto Safari selaku kepala bidang pemesinan, Bapak Sigit selaku kepala bengkel pemesinan, Bapak Prijo Pamuji selaku guru produktif, Bapak Royan Wicaksono selaku guru Produktif, Bapak Yanto selaku laboran dan Wildan dan Wahyudianto selaku murid di SMK PGRI 3 Malang. Pengumpulan data yang kedua adalah studi dokumentasi. Setelah melakukan wawancara peneliti melakukan studi dokumentasi, hasil dari dokumentasi dapat memperkuat hasil temuan dari melakukan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan reduksi data, display data kemudian melakukan penarikan kesimpulan. Setelah menganalisis data kemudian pengecekan keabsahan data, peneliti melakukan pengamatan ulang dan melakukan triangulasis yaitu dengan mencocokan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi yang diperoleh oleh peneliti di lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan 5-S di Bengkel Pemesinan SMK PGRI 3 Malang Pada tahap ini akan dijelaskan mengenai pelaksanaan 5S di bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang. 1. Pelaksanaan Seiri Pelaksanaan Seiri adalah proses pemilihan dengan memilih mana barang yang di buang atau barang yang masih bisa dipergunakan lagi. Menurut Osada (1996) menjelaskan dalam me-nangani tumpukan barang di bengkel itu yaitu: (1) Melakukan pembersihan Besar dan (2) Mem-buang barang yang tidak diperlukan.
Jadi di bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang untuk barang yang tidak dapat dipergu-nakan lagi seperti gram dari hasil praktik siswa itu tidak di buang sia-sia tetapi dijual dan uang dari hasi penjualan itu dapat digunakan untuk membengun infrastuktur dari bengkel pemesinan itu sendiri. Untuk hasil benda kerja siswa yang rusak itu yang di tampung dan dipilah lagi ada yang di jual dan ada yang di buat kerajinan seperti palu sehingga SMK PGRI 3 dapat menghemat. Untuk mesin-mesin yang rusak itu dan yang tidak bisa di pergunakan lagi itu di simpan di gudang bengkel. Proses seiri dapat dilihat dari hasil dokumentasi yang berupa gambar di bawah ini:
Gambar 1 Pelaksanaan Seiri Tumpukan Gram Sisa Praktik
2. Pelaksanaan Seiton Saiton (penataan) di paparkan menjadi empat yaitu penataan alat, pengolahan Database, pengelolahan material praktik siswa, dan pengelolahan hasil peraktik siswa. a. Penataan Alat Pinsip dasar seiton adalah melakukan pengaturan lingkungan kerja dan peralatan secara rapi dengan sasaran tata letak dan penempatan yang efisien sehingga pemborosan waktu untuk mencari barang bisa dihilangkan, untuk memper-lancar pekerjaan. Semua alat di bengkel SMK PGRI 3 Malang sudah ditata rapi sesuai dengan kemiripan, ukuran, dan karakteristik pernyataan diatas didukung dengan teroi dari Hadiguna dan Setiawan (2008) memaparkan bahwa dalam menata alat agar tertata rapi harus ditata sesuai dengan kemiripan, ukuran, dan karakteristik-
32
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
nya, contohnya seperti pengelompokan pahat hss itu dengan pahat hss, kunci L dengan sejenisnya yang mirip dan diberi kode nama serta kode lokasi kalau kode lokasi untuk alat itu disesuaikan dengan jurusannya seperti kode alat dengan kode TP itu alat milik teknik pemesinan dan TL itu kode alat untuk teknik las jadi sudah sesuai dan gampang dalam mencarinya sehingga siswa bisa bekerja dengan cepat dan tepat sesuai dengan standar oprasional prosedur. Dengan diberi kode nama alat dan kode lokasi akan memudahkan dalam menemukan alat tersebut sesuai dengan konsep Saiton (Penataan) yaitu dapat menemukan alat dengan mudah dan menghilangkan proses pencarian alat yang membutuhkan waktu lama. Berikut ini hasil dokumentasi yang berupa gambar di bawah ini:
Gambar 2 Pelaksanaan Seiton Lokasi Penyimpanan Alat Sesuai dengan Nama Alat
b. Penataan Database Database di bengkel pemesinan fungsinya untuk mengarsip semua data peralatan/ mesin, benda kerjan dan mencatan peralatan yang masuk dan keluar serta yang rusak dan tidak, sehingga semua jelas tercatat dalam bentuk format tertentu. Menurut Osada (1996: 170) menyatakan bahwa dalam pengarsipan data base yang harus di perhatikan adalah: 1. Tetapkan dengan jelas tempat setiap arsip dan dokumen. Beri tanda pada setiap rak dan lemari untuk menunjukan apa yang disimpan disana. Percepat proses dengan membantu orang menemukan dengan segera informasi yang diperlukan.
2. Usahakan supaya setiap orang dapat memperoleh dan menggunakan informasi. Susunan arsip anda menurut seksi, bagian, divisi dan semacamnya. Jangan menciptakan keadaan dimana hanya seseorang saja yang mengetahui apa yang ada dan seseorang saja yang dapat menggunakan arsip. 3. Hanya simpan dokumen dan arsip yang benar-benar diperlukan. Tentukan standar dan kriteria untuk apa yang akan disimpan dan apa yang akan dibuang. Cegah sistem yang kompleks dan ruang yang tidak terpakai. Cegah pemborosan tempat dan proses yang tidak efisien. Database bengkel sudah tertata dengan rapi tetapi masih berupa hardware akan mau dibuatkan software tapi masih tahap percobaan. Semua alat dan bahan yang ada di bengkel SMK PGRI 3 Malang semua tercatat bila ada barang masuk itu langsung di catat atau pun ada peralatan yang rusak itu semua sudah tercatat di database sebagai inventaris sekolah. Semua database bengkel yang berupa hardware semua tertata rapi didalam lemari khusus data base. Serta data base itu diberi kode nama contohnya database alat sendiri, bahan sendiri dan mesin sendiri. Berikut hasil dokumentasi yang berupa gambar:
Gambar 3 Pelaksanaan Seiton Database Bengkel Pemesinan
c. Pengelolaan Material Praktik Proses pengelolahan dari penerimaan material yang dibeli kemudian di data sebagai inventtaris dan ditaruh ditempat khusus untuk material dan dikelompokan sesuai dengan jurusannya seperti material untuk mesin sendiri dan otomotif sendiri. Dan juga
Virgian Purjayanto, Yoto, dan Basuki, Implementasi Pelaksanaan Manajemen Bengkel ... 33
sesuai dengan jenisnya kalau plat sendiri dan berbentuk pipa sendiri jadi semua material sudah ada tempat khusus dan dibedakan sesuai jurusan dan jenisnya. Berikut ini hasil dokumentasi yang berupa gambar di bawah ini:
Gambar 4 Pelaksanaan Seiton Tempat Penyimpanan Material Praktik
d. Pengelolaan Hasil Praktik Siswa Hasil peraktik siswa ada dua yaitu untuk perusahaan dan untuk sekolah sendiri. Brown (1979: 17) memaparkan bahwa fasilitas bengkel untuk sekolah menengah kejuruan harus disesuaikan dengan peralatan industri, bahan, latihan kerja, dan juga standarnya. Untuk pengelolahan hasil peraktik siswa yang dari perusahaan sudah baik sekolah memp-unyai tempat khusus seperti box kayu dan diletakan di pojok bengkel dan setalah semua selesai maka langsung dikirim keperusahaan. Berikut ini hasil dokumentasi yang berupa gambar:
Gambar 5 Pelaksanaan Seiton Benda Kerja Dari Perusahaan
Untuk pengelolahan hasil kerja siswa yang bahannya dari sekolah itu tergantung
gurunya yang mengampu dalam penyimpanan setelah benda kerja itu diberi nama dan kelas agar tidak tertukar dengan kelas lain itu di taruh box tersendiri kemudia di taruh loker dari guru yang mengampuh dan ada juga yang ditaruh di lemari khusus benda kerja. Berikut ini hasil dokumentasi yang berupa gambar di bawah ini:
Gambar 6 Pelaksanaan Seiton Tempat Penyimpanan Hasil Praktik Siswa
3. Pelaksanaan Seiso Pelaksanaan Seiso di bagi menjadi dua yaitu bengkel yaitu: a. Pembersihan Bengkel Proses pembersihan di bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang itu ada yang bertanggung jawab masing-masing contohnya di dalam bengkel pemesinan itu yang bertanggungjawab atas kebersihan bengkel dan kerapian bengkel yang melibatkan siswa. Pembersihan bengkel itu melibatkan siswa jadi guru hanya membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk ditugaskan piket bengkel yang tugasnya yaitu membersihkan seluruh bengkel pemesian seperti lantainya disapu, membersihkan mesin dari gram-gram sisa praktek kemudian mengembalikan alat peraktek ke ruang laboran sehingga sehabis peraktek bengkel menjadi bersih seperti awal sebelum siswa peraktek. Untuk pembersihan di ruang laboran itu tanggung jawab dari toolman jadi pembersihannya setiap hari agar ruang laboran tertata rapi, bersih dan nyaman.
34
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
b. Perawatan Mesin Proses perawatan mesin di bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang itu pasti dilakukan secara berkala agar meminimalisasi kekurangn atau pun kerusakan yang diaki-batkan oleh kehausan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh kepala bengkel seperti perawatan mesin bubut itu dua minggu sekali dan untuk alat ukur satu bulan sekali dan yang melakukan perawan atau perbaikan itu tugas dari toolman dan jadwal perawatan itu sudah dijadwalkan jadi toolman tinggal lihat jadwal dan langsung melakukan perawatan. Sumantri (1989:22) memaparkan bahwa perawatan rutin adalah perawatan yang dilakukan dengan keadaan yang terbatas, serta sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Storm (1983:101) memaparkan teori untuk mendukung pernyataan diatas bahwa laboran harus mengawasi bahwa setiap peralatan itu dalam kondisi dan aman digunakan. Laboran harus membuat perencanaan perawatan rutin dan preventif, sehingga dapat mengukur kerusakan pada peralatan yang sering digunakan dan peralatan yang jarang digunakan. Berdasarkan hasil temuan diatas dan paparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan perawatan mesin kepala bengkel/laboran harus membuat jadwal perawatan terlebih dahulu agar dapat mengukur kerusakan pada peralatan yang ada di bengkel. 4. Pelaksanaan Seiketsu Dalam seiketsu (pemantapan) di paparkan menjadi dua yaitu pemantapan di dalam bidang kontrol visual dan pemantapan SDM guru. a. Kontrol Visual Kontrol visual adalah suatu pemantapan bagi siswa yang melakukan peraktik di bengkel agar bekerja sesuai dengan standar oprasional prosedur sehingga menghindarkan dari kecelakaan kerja. Osada (1996:133) mengatakan mengenai fungsi kontrol visual sebagai berikut:
1. Peragaan untuk membantu orang mencegah membuat kesalahan 2. Waspada terhadap bahaya 3. Indikasi di mana barang harus diletakkan 4. Penanda peralatan 5. Peringatan untuk berhati-hati dan cara operasi 6. Peragaan pemeliharaan preventif 7. Intruksi Keberadaan kontrol visual di bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang itu memiliki fungsi yang sangat penting sekali bagi menunjang peraktik siswa agar terhindar dari kecelakaan kerja. Jadi di bengkel pemesianan itu sudah tetpampang dengan jelas kontrol visual yang berupa poster-poster K3 fungsinya untuk menyadarkan siswa akan pentingnya kesela-matan kerja, memberitahu siswa mengenai menggunakan alat K3 yang baik dan benar sehingga dapat bekerja sesuai dengan standar oprasional prosedur. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada maka dalam melakukan pemantapan di bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang sudah melakukan pemantapan dengan kontrol visual seperti menempelkan poster-poster k3 yang sangat berfungsi untuk mengingatkan siswa agar bekerja dengan aman dan nyaman. b. Pemantapan SDM Guru SMK PGRI 3 Malang sangat memperhatikan kualitas guru khususnya guru produktif, jadi setiap tahunnya SMK PGRI 3 Malang selalu mengirim guru-guru produktif untuk mengikuti pelatihan-pelatiahan sesuai dengan bidangnya seperti pemesinan, las,dan otomotif di BLPT Surabaya dan di VEDC malang dan juga diperusahaan rekanan sehingga standar kom-petensi yang dapat dimiliki oleh siswa berkat transfer ilmu dari guru. Pada konsep ke empat yaitu Seiketsu (Pemantapan) itu bukan sekedar kontrol visual tetapi juga dalam mengembangakan kualitas guru agar dalam mengajar guru dapat membagi ilmu yang sangat bermanfaat dan dapat membekali siswa sebelum ke dunia industri.
Virgian Purjayanto, Yoto, dan Basuki, Implementasi Pelaksanaan Manajemen Bengkel ... 35
Storm (1983:161) memaparkan bahwa siswa mungkin kurang berminat dalam beberapa kegiatan praktik dengan alasan sebagai berikut. (1) Mereka tidak yakin kegiatan/ program yang mereka lakukan akan bermanfaat. (2) Tak menentunya kemampuan mereka untuk berhasil dalam kurikulum praktik. (3) Usaha mereka tidak dihargai dengan motivasi. (4) Mereka tidak diberlakukan dengan baik. (5) Mereka tidak menerima bantuan guru secara individu yang memadai. Oleh karena itu guru harus bisa mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa yang berkaitan dengan kurang minatnya siswa dalam melakukan kegiatan praktik. Guru harus bisa menjadi motivator dan contoh bagi siswa, maka sangat tepatlah apabila pihak sekolah melakukan tindakan pengiriman guru ke lembaga pelatihan BLPT Surabaya dan VEDC malang agar menjadi seseorang yang memahami secara kompeten suatu keahlian pemesinan. 5. Pelaksanaan Shitsuke Pembiasaan yang dilakakuan adalah jadi siswa selalu diingatkan mengenai K3 ketika sebelum dan sudah paktek di bengkel pemesianan di SMK PGRI 3 Malang, karena ketika diingatkan secara terus menurus siswa akan terbiasa dalam memperhatikan keselamatanya sendiri dengan menggunakan alat pelindung diri ketika peraktik. Kebersihan bengkel menjadi yang utama di SMK PGRI 3 malang. Kebersihan bengkel itu menjadi tanggu jawab guru dan siswa. Fungsi guru disini mengarahkan agar siswa setelah peraktik bertanggung jawab atas kebersihan bengkel serti peralatan yang ada dibengkel. Guru selalu mengarahkan dan memberi teguran jika siswa malas atau tidak mau membersihkan mesin yang habis di pergunakan. Guru selalu mengarahkan untuk membersihkan bengkel sebelum pulang sehingga proses pemberishan bengkel oleh siswa itu sudah menjadi kebiasaan dimana agar siswa bertanggung jawab atas pekerjaannya.
Muchtiar (2007) mengatakan Beberapa hal yang menjadi kebiasaan yang perlu diubah dan dibiasakan dalam praktik pemesinan kepada setiap siswa adalah adalah: (1) Tidak membiarkan scrap dari mesin bubut berserakan di lantai. (2) Meletakkan alat pendukung yang penting bercampur dengan barang-barang yang tidakberguna. Hal ini harus dihilangkan dan prinsip meletakkan barang pada tempatnya harus dibiasakan. (3) Membiarkan mesin dalam keadaan kotor. Ini perlu diubah dan kita seharusnya membiasakan kegiatan membersihkan mesin sebelum dan sesudah mempergunakan. Oleh karena itu guru harus bisa mengatasi berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa yang berkaitan kebiasaan siswa yang malas dalam membersihkan mesin setelah praktik. Guru harus bisa membiasakan siswa bekerja dengan aman dan juga menjaga kebersihan bengkel. Proses pembiasaan guru untuk siswa adalah ketika sebelum praktik selalu ada briefing mengenai K3 agar siswa bekerja dengan aman dan selalu menggunakan alat pelindung diri dan setelah praktik guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok tugasnya adalah untuk membersihkan alat/mesin, bengkel dan mengembalikan alat ke laboran. Pembiasaan itu dilakukan setiap hari agar siswa terbiasa bekerja aman dan bersih. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pelaksanaan seiri di SMK PGRI 3 Malang sudah baik karena proses pemilihan barang yang tidak terpakai seperti gram itu di kumpulkan dan cara penanggulangan barang yang tidak terpakai sudah tepat setelah dikumpulkan gram tersebut di jual sehingga menghasilkan uang dan dapat meningkatkan infastruktur sekolah. Pelaksanaan seiton sudah baik karena setiap alat/mesin di letakan dengan rapi serta diberi kode nama dan kode lokasi, begitu juga penataan data base yang di susun sedemikian rupa di dalam lemari khusus database serta material praktik yang dikelom-
36
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 2, AGUSTUS 2015
pokan sesuai dengan jenisnya dan yang terakhir pengelolaan hasil praktik siswa itu dengan menaruhnya di lemari khusus benda kerja. Pelaksanaan seiso sudah baik karena proses pembersihan bengkel menjadi tanggung jawa siswa dan guru sehingga setelah selesai melakukan praktik siswa dituntut untuk membersihkan bengkel, pearawatan mesin yang ada di bengkel pemesinan SMK PGRI 3 menjadi tanggung jawab laboran dan kepala bengkel, proses perawatan sudah ada jadwalnya yang telah dibuat oleh kepala bengkel. Pelaksanaan seiketsu sudah baik karena di bengkel pemesinan SMK PGRI 3 Malang dilengkapai dengan kontrol visual yang berupa poster-poster yang berfungsi mengingatkan siswa agar bekerja harus sesuai dengan procedural. Salah satu kegiatan seiketsu di SMK PGRI 3 Malang adalah mengirim guru untuk mengikuti pelatihan di BLPT Surabaya dan VEDC Malang sehingg guru dapat meningkatkan kompetensinya sesuai dengan jurusannya. Pelaksanaan shitsuke sudah baik karena guru selalu memberikan briefing sebelum dan sesudah praktik mengenai keselamatan kerja dan bekerja sesuai procedural sehingga siswa dapat terbiasa bekerja aman dan nyaman. Saran Bagi pihak pelayanan praktik di SMK diharapkan: (1) Manajemen stratifikasi melalui penerapan strategi Label Merah (Red Tag) dalam upaya menciptakan tempat kerja yang Ringkas. (2) Menetapkan dan memberlakukan standar yang jelas dalam penyimpanan, sehingga semua peralatan yang ada mendapatkan tempat penyimpanan yang layak, rapi, dan aman. (3) Melakukan program pembersihan menyeluruh secara bersamasama sampai ke tempat-tempat yang tersembunyi secara berkala dalam upaya menciptakan tempat kerja yang Resik. (4) Memperbarui peraga visual yang sudah usang dan membuat peraga visual yang belum ada mi-
salnya penanda peletakan peralatan, denah penempatan peralatan, penggunaan kode warna, garis penanda wilayah, spanduk, dan lain-lain, serta memberikan penghargaan melalui kegiatan lomba kebersihan, pegawai teladan atau sejenisnya untuk memotivasi semua bagian yang terkait untuk terus menjunjung tinggi aturan dan tata tertib yang telah dibuat dalam upaya pemantapan (Rawat). (5) Mengajarkan setiap orang untuk menciptakan tempat kerja dengan kebiasaan dan perilaku yang baik, mempunyai komunikasi yang baik, kesadaran lingkungan dan tanggung jawab yang tinggi melalui kegiatan workshop, seminar dan sebagainya dalam upaya membentuk tempat kerja yang berdisiplin (Rajin). Bagi guru pemesinan SMK PGRI 3 diharapkan lebih dalam peroses pengawasan siswa dalam peraktik sehingga siswa dalam peraktik tidak sembrono. Ketika peraktik guru harusnya selalu mengawasi siswa dan memberi arahan bukannya duduk di ruangan laboran. Dan juga guru harus meningkatkan kemampuan diri baik mengenai pengelolahan kelas maupun di bidang keilmuan teknik mesin, sehingga guru bisa membagi banyak ilmu pemesinan ke siswa. Bagi laboran SMK PGRI 3 Malang disarankan agar tetap melakukan kewajibannya dalam mengelolah bengkel dengan baik. Untuk pengelolaan dan pengawasan pada peralatan dan K3 diharapkan laboran melakukan kegiatan tersebut sesuai dengan stadarisai SMK agar kondisi bengkel tetap dalam keadaan normal. Bagi siswa SMK PGRI 3 Malang jurusan teknik mesin disarankan agar dalam melaksanakan peraktik tetap memperhatikan kesela-matan kerjanya dan dikurangai dalam bergurau dengan temannya, sehingga dapat tercapai kompetensi yang diharapkan oleh sekolah sebagai usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk pengembangan lebih lanjut penelitianpenelitian terkait dengan 5-S (Seiri, Seiton,
Virgian Purjayanto, Yoto, dan Basuki, Implementasi Pelaksanaan Manajemen Bengkel ... 37
Seiso, Seiketsu, shitsuke) pada bengkelbengkel sekolah menengah kejuruan khususnya dan pada pendidikan kejuruan DAFTAR RUJUKAN Brown, Robert. D (1969). Industrial Education Facilities: A Handbook For Organization and Management. London-Sydney: Allyn and Bacon, Inc Hasibuan, S.P. 2009. Manajemen Dasar, Pengertian, Dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara. Hadiguna, Rika & Setiawan, Heri. 2008. Tata Letak Pabrik.Yogyakarta: Andi Offset. Huda, Miftahul Uzik. 2007. Studi Tentang Pengelolahan Laboratorium Pemesinan SMK se-Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Muhtiar. Y. 2007. Implementasi Metode 5S Pada Lean Six Sigma Dalam Proses Pembuatan Mur Baut Versing(Studi Kasus di CV. Desra Teknik Padang).
lain, baik pada level pendidikan dasar dan menengah maupun pendidikan tinggi.
Jurnal Teknik Industri Vol. 9, No. 1, Juni 2007: 63-74. Osada, T. 1996. Sikap Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke). Jakarta: Ikrar Mandiriabadi. Rimawan, E & Sutowo, E. 2012. Analisa Penerapan 5S + Sefty Pada Area Warehouse di PT . Multifilling Mitra Indonesia. Jurnal Ilmiah Pasti Volume VI Edisi 1- ISSN 2085-5869. Storm, George. 1983. Managing the Occupational Education Laboratory. America: United State of America. Sumantri. 1989. Perawatan Mesin. Jakarta: Depdikbud Dirjen Proyek Pengembangan Lembega Kependidikan. Yoto.2014. Manajemen Bengkel Teknik Mesin. Malang. Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang.