JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
317
KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL TEKNIK PEMESINAN DI SMK ASSA’ADAH PONDOK PESANTREN QOMARUDDIN BUNGAH GRESIK Oleh: Misbakhul Ulum, Yoto, dan Widiyanti Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Malang Email:
[email protected]
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) kondisi ruang bengkel praktik teknik pemesinan, (2) kondisi peralatan atau mesin yang ada di bengkel praktik teknik pemesinan, (3) kondisi sarana dan prasarana penunjang praktik pada bengkel teknik pemesinan, dan (4) kondisi perlengkapan keselamatan kesehatan kerja (K3) pada bengkel praktik pemesinan. Penelitian dilaksanakan pada SMK Assa’adah Gresik. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data diperoleh dari wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana, kepala program keahlian teknik pemesinan, kepala bengkel teknik pemesinan, guru produktif teknik pemesinan, dan laboran bengkel teknik pemesinan. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi ruang bengkel praktikum teknik pemesinan SMK Assa’adah Gresik luas area masih kurang, jumlah peralatan dan mesin belum memenuhi standar minimal untuk SMK, sarana dan prasarana penunjang seperti penerangan bengkel dan ventilasi udara dalam kondisi baik, perlengkapan K3 masih kurang lengkap jika digunakan seluruh peserta praktikum. Kata kunci: bengkel pemesinan, SMK pondok pesantren, sarana dan prasarana
Sekolah Menengah Kejuruan memiliki peranan yang sangat penting dalam peningkatan SDM yang cerdas, berpengetahuan berkepri-badian, berakhlak mulia, memiliki keterampilan untuk mandiri dan mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. SMK diharapkan menghasilkan SDM yang mampu bersaing di dunia kerja sesuai kompetensinya, sehingga peran lembaga pendidikan SMK dapat membantu dalam pembangunan Indonesia. Sistem pendidikan kejuruan harus menjamin terwujudnya masyarakat yang demokratik terutama dalam kesempatan belajar dan kesempatan bekerja, agar setiap individu di dalam masyarakat memilki kehidupan yang lebih baik dan martabat yang mulia, melalui proses mental dan rasionalitas (Sonhaji, 2013: 153).
Banyak sekolah yang memiliki sarana pendidikan yang lengkap sehingga dapat membantu proses pendidikan dengan baik, tetapi tidak sedikit pula sekolah yang sarana dan prasaranannya belum lengkap. Guru dan siswa pasti merasa senang dengan adanya fasilitas sekolah yang memadahi, tetapi sayangnya kondisi seperti itu tidak berlangsung lama karena tingkat kualitas sarana dan prasaranan tidak dapat diperhatikan secara terus menerus. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan saran dan prasarana secara baik agar kualitas sarana dan prasarana dapat dipertahankan dalam waktu yang lebih lama (Arifin dan Barnawi, 2012). Kabupaten Gresik merupakan kota yang terdapat begitu banyak perusahaan suwasta dan Negeri yang pastinya membutuhkan banyak tenaga kerja baik dari lulusan
318
Misbakhul Ulum, Yoto, dan Widiyanti, Kelayakan Sarana dan Prasarana Bengkel...
sarjana maupun tingkat SLTA, terutama pada lulusan SMK. Dengan begitu banyaknya perusahaan diharapkan Sekolah Menengah Kejuruan mampu menyuplai lulusan yang siap kerja sehingga mampu mengembangkan industri yang ada. Oleh karena itu Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Gresik harus mempunyai fasilitas bengkel yang standar. Untuk dapat menghadapi era globalisasi dan persaingan pasar bebas pastinya dibutuhkan tenaga kerja yang mempunyai kemampuan produktif, efektif, disiplin tinggi, dan bertanggung jawab sehingga mampu menciptakan dan memperluas lapangan kerja. Salah satu cara untuk menghasilkan tenaga kerja profesional dan mampu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan seperti yang dijelaskan dalam Permendiknas (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia) nomor 40 tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SMK dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) pasal 4 (Peraturan Menteri, 2008:4) dijelaskan bahwa “penyelenggaraan SMK/ MAK wajib menerapkan standar sarana dan prasarana SMK/MAK sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri tersebut, selambat-lambatnya 5 (lima) tahun setelah Peraturan Menteri ini ditetapkan”. Peraturan ini menjelaskan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Sekolah Menengah Kejuruan sangat dibutuhkan bagi setiap peserta didik yang mempunyai keinginan untuk bisa bekerja setelah lulus, begitu juga para santri-santri pondok pesantren, bukan hanya mengandal-
kan ilmu-ilmu agama tetapi juga membutuhkan ilmu-ilmu umum, oleh sebab itu banyak pondok pesantren yang mengembangkan pendidikannya, salah satunya ialah pondok pesantren Qomaruddin yang mempunyai pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan yaitu SMK Assa’adah. Terlepas dari itu peserta didik SMK Assa’adah yang mengambil program keahlian pemesinan nantinya mereka akan memperhitungkan jika telah lulus nanti akan segera memasuki dunia kerja yang sesuai dengan program keahliannya, apalagi Gresik merupakan Kabupaten yang terdapat begitu banyak perusahaan-perusahaan swasta maupun negeri, sehingga diharapkan para lulusan tidak hanya membekali diri dengan keterampilan tetapi juga mempunyai bekal akhlak. SMK Assa’adah merupakan salah satu SMK yang mempunyai kerjasama dengan beberapa perusahaan sista dan negeri tidak sedikit para lulusan SMK Assa’adah yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut, tidak hanya itu SMK Assa’adah meskipun berdiri dalam naungan pondok pesantren sekolah ini mampu menjadi salah satu SMK yang ditunjuk untuk menyelenggarakan salah satu program pemerintah yaitu SMK berbasis balai latihan kerja (BLK), yang sebelumnya hanya SMK PGRI 1 Gresik saja, tetapi pada tahun 2015 SMK Assa’adah sudah siap menyelenggarakan program tersebut. Ada 13 SMK di Kabupaten Gresik yang siap menyelngga-rakan program SMK berbasis BLK salah satunya ialah SMK Assa’adah. Dengan adanya SMK yang ada di pondok pesantren yang menyelenggarakan program ini diharapkan santri maupun siswa mampu bersaing untuk menghadapi Masyakat Ekonomi Asean (MEA). METODE PENELITIAN
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian penelitian ini adalah kualitatif, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post-positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2013: 15). Langkah awal yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan yang dilakukan ke bengkel teknik pemesinan di SMK Assa’adah Bungah Gresik yang menjadi objek penelitian. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah Bungah Gresik. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi terkait standar bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah Bungah Gresik. Narasumber dalam penelitian ini, diantaranya: Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana, Kepala bengkel, Kepala Program Keahlian Teknik Pemesinan, Guru produktif, dan Laboran. Proses analisis dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari pengamatan dan wawancara yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya (Moleong. 2007: 247). Pengecekan keabsahan temuan dalam penelitian ini dilakukan dengan menguji kredibilitas yang menggunakan teknik-teknik yaitu: perpanjangan pengamatan, observasi yang mendalam, triangulasi, dan menggunakan bahan referensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ruang Bengkel Praktik Teknik Pemesinan di SMK Assa’adah
319
Temuan penelitian yang terkait dengan kondisi ruang bengkel praktik teknik pemesinan di SMK Assa’adah dijelaskan sebagai berikut. Standar Minimal untuk Ruang Bengkel SMK Temuan: ruang bengkel teknik pemesinan yang ada di SMK Assa’adah masih belum memenuhi standar minimum khusus untuk mesin perkakas karena luas ruang bengkel pemesinan di SMK Assa’adah memiliki luas 48 m2 untuk area kerja mesin bubut dengan jumlah mesin terdiri dari 12 unit dan luas 36 m2 area kerja mesin frais, dengan jumlah mesin terdiri dari mesin frais 3 unit, mesin skrap 1 unit ditambah dengan luas area ruang kerja bangku 24 m2 dengan jumlah ragum 12 unit dalam 2 meja dan area gudang bahan 12 m2, ruang bengkel masih belum mampu menampung jumlah siswa sehingga setiap kelas dibagi menjadi 4 kelompok untuk memenuhi kapasitas ruang bengkel yang ada. Ruang yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah masih terlihat sesak dengan jumlah mesin yang ada. Penataan Alat dan Mesin di Bengkel Teknik Pemesinan Temuan: penataan mesin sudah sesuai dengan kondisi ruang bengkel tetapi jarak antara mesin masih belum ideal karena menyesuaikan luas gedung bengkel teknik pemesianan, untuk penataan alat-alatnya disesuaikan dengan kebutuhan untuk masingmasing mesin, misalnya untuk alat-alat kerja bangku ada lemari alat untuk perlengkapan kerja bangku tetapi kebanyakan alat-alat ditaruh jadi satu dengan ruang guru. Alat-alat khusus yang ditaruh di panel-panel, alat-alat yang ada di bengkel pemesinan mayoritas
320
Misbakhul Ulum, Yoto, dan Widiyanti, Kelayakan Sarana dan Prasarana Bengkel...
ditaruh di ruang guru agar tetap terjaga dan menghindari resiko kehilangan yang berada di ruang guru, tetapi hanya beberapa saja sebagai sample.
Gambar 1 Ruang kerja mesin bubut
Penataan Bahan Praktikum di Bengkel Teknik Pemesinan Temuan: penataan bahan praktikum sudah tertata dengan baik sudah ada tempatnya sendiri yaitu di gudang bahan yang berada satu gedung dengan ruang mesin bubut, ruang mesin frais, dan juga kerja bangku, sedangkan tempat bahan jadi hasil dari praktikum siswa teknik pemesinan ditaruh di etalase yang berada jadi satu di ruang guru tapi hanya untuk sampel saja tidak semua bahan jadi ditaruh di etalase.
Gambar 3 Etalase produk praktikum
Berdasarkan hasil dari pengamatan dan penelitian yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap kondisi ruang bengkel teknik pemesinan di SMK Assa’adah, dapat diketahui bahwa kondisi ruang bengkel teknik pemesinan masih belum memenuhi standar minimal untuk SMK. Sesuai dengan temuan yang ada di lapangan kondisi ruang bengkel masih kurang luas sehingga jarak antara mesin berdekatan. Kondisi Peralatan/mesin yang Ada di Bengkel Praktikum Teknik Pemesinan Temuan penelitian yang terkait dengan kondisi perlatan/mesin yang ada di bengkel praktik teknik pemesinan di SMK Assa’adah dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 2 Gudang bahan
Terdapat ruang untuk penyimpanan bahan sendiri yang berada di samping area keja bangku. Untuk tempat barang jadi atau produk dhasil praktikum disimpan di etalase kaca
Ketersediaan Peralatan/mesin di Bengkel Praktikum Teknik Pemesinan Temuan: ketersediaan peralatan di bengkel pemesinan sudah memenuhi dengan jumlah mesin bubut ada 12 unit, mesin frais 3 unit, mesin skrap 1 unit, 2 mesin CNC, dan 12 unit ragum dalam 2 meja. Dalam 1 kelompok belajar terdapat 10 siswa jadi cukup
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
untuk 1 siswa 1 mesin dan ada 2 mesin sebagai cadangan, sedangkan untuk mesin CNC hanya satu unit yang bisa dipakai tetapi ada aplikasi yang ada dikomputer yang jumlahnya ada 5 komputer di ruang CNC. Kondisi Peralatan/mesin di Bengkel Praktikum Teknik Pemesinan Temuan: kondisi peralatan/mesin yang ada di bengkel pemesinan semua dalam kondisi baik, untuk mesin bubut dari 12 unit tadi semua dalam kondisi bisa dipakai, sedangkan mesin frais dengan jumlah total ada 3 unit hanya 1 unit mesin frais yang kondisinya tidak dapat dipakai karena masih dalam proses perbaikan.
321
mesin yang digunakan sebagai cadangan kalau seandainya ada yang rusak. Sarana dan Prasarana Penunjang di Bengkel Teknik Pemesinan Temuan penelitian yang terkait dengan sarana dan prasarana penunjang yang ada di bengkel praktik teknik pemesinan di SMK Assa’adah dijelaskan sebagai berikut. Penerangan yang Ada di Bengkel Teknik Pemesinan Temuan: penerangan yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah sudah mencukupi standar dengan menggunakan daya lampu sebesar 400 watt dan tidak hanya menggunakan lampu saja tetapi juga memanfaatkan cahaya alam dengan menggunakan atap kaca dan jendela yang cukup banyak sehingga penerangan dapat maksimal.
Gambar 4 Mesin saat digunakan
Kondisi mesin yang ada di bengkel teknik pemesinan semuanya masih dalam kondisi baik, dari 12 unit mesin bubut semua mesin bisa befungsi sedangkan mesin frais dari 3 unit hanya 1 mesin yang dalam kondisi masih diperbaiki. Rasio Jumlah Peserta Didik dalam 1 Kelompok Belajar Temuan: rasio jumlah peserta didik dalam 1 kelompok belajar di bengkel teknik pemesinan sudah terpenuhi, artinya setiap praktik itu maksimal ada 10 siswa dalam 1 kelompok sedangkan jumlah mesin bubut ada 12 dan ragum juga ada 12 sehingga ada 2
Gambar 5 Penerangan di bengkel
Penerangan yang ada di bengkel teknik pemesinan sesuai dengan hasil wawancara dari narasumber terdapat 16 lampu yang menerangi ruang bengkel pemesinan dari ruang kerja mesin bubut sampai ruang bahan dengan total menggunakan daya sebesar 400 watt untul luas ruang 138 m2, ditambah juga dengan beberapa atap yang terbuat dari kaca sehingga penerangan yang ada di bengkel dapat maksimal.
322
Misbakhul Ulum, Yoto, dan Widiyanti, Kelayakan Sarana dan Prasarana Bengkel...
Ventilasi Udara yang Ada di Bengkel Teknik Pemesinan Temuan: ventilasi udara yang ada dirasa sudah cukup karena di setiap blok mesin dindingya terdapat jendela sehingga sirkulasi udara yang ada di bengkel teknik mesin sudah lancar ditambah lagi dengan atap gedung bengkel yang terbuat dari genteng sehingga suhu yang ada di bengkel tidak terlalu panas.
lengkap. Menurut hasil wawancara dari narasumber ada beberapa perlengkapan yang sudah ada seperti kacamata, baju ksusus, helm, dan juga alat pemadam kebakaran tetapi jumlahnya masih kurang karena terkendala dengan jumlah siswa yang banyak dan penggunaan peralatannya juga bergantian. Untuk kesehatan sudah ada PUSKESTREN sebagai tempat penanganan kalau seandainya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, jarak antara gedung dengan PUSKESTREN juga tidak terlalu jauh sekitar 50 m.
Gambar 6 Ventilasi udara di bengkel
Ventilasi yang ada di SMK Assa’adah dapat diambil kesimpulan bahwa ventilasi yang ada di bengkel pemesinan sudah cukup untuk menunjang proses praktikum, jendela-jendela yang ada tidak dipasang kaca melainkan menggunakan jeruji besi. Kondisi Perlengkapan K3 di Bengkel Teknik Pemesinan Temuan penelitian yang terkait dengan kondisi perlengkapan K3 yang ada di bengkel praktik teknik pemesinan di SMK Assa’adah dijelaskan sebagai berikut. Kelengkapan Perlengkapan K3 di Bengkel Teknik Pemesinan Temuan: untuk kelengkapan perlengkapan K3 sudah cukup terpenuhi tetapi ada beberapa perlengkapan yang masih belum
Gambar 7 Alat pemadam kebakaran
Kelayakan Perlengkapan K3 di Bengkel Teknik Pemesinan Temuan: kelayakan perlengkapan K3 di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah kondisinya cukup layak karena masih bisa dipakai. Menurut hasil wawancara dari narasumber dari kondisi kelengkapan K3 masih layak untuk dipakai kalau dikatakan bagus ya kurang bagus tapi saat ini masih bisa dipakai yang menjadi persoaalan itu kita belum bisa memberikan satu siswa satu alat, ada yang sifatnya dipakai bersama. Kondisi Ruang Bengkel Praktik Teknik Pemesinan di SMK Assa’adah Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008, menjelaskan bahwa area kerja bengkel pemesinan
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
terdiri dari area kerja mesin bubut, mesin frais, mesin kerja bangku ruang penyimpanan dan instruktur, untuk area kerja mesin bubut 64 m2 dengan kapasitas minimum 8 peserta didik, sehingga untuk 1 peserta didik membutuhkan luas area kerja mesin bubut seluas 8 m2 (2x4). Sedangkan kondisi yang ada di SMK Assa’adah luas area kerja mesin bubut 48 m2 untuk kapasitas 10 peserta didik, sehingga untuk 1 peserta didik menggunakan luas area kerja 4,8 m2, hal itu berarti bahwa untuk luas area kerja mesin bubut yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah masih belum memenuhi standar minimum SMK yang diatur oleh Permendiknas No 40 Tahun 2008. Area kerja bangku Menurut Permendiknas luas areanya 64 m2 dengan kapasitas minimum 8 peserta didik, sehingga untuk 1 peserta didik membutuhkan luas area kerja bangku seluas 8 m2 (2x4), sedangkan kondisi yang ada di SMK Assa’adah luas area kerja bangku 24 m2 untuk kapasitas 10 peserta didik, sehingga untuk 1 peserta didik menggunakan luas area kerja 2,4 m2, hal itu berarti bahwa untuk luas area kerja bangku yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah masih belum memenuhi standar minimum SMK yang diatur oleh Permendiknas No 40 Tahun 2008. Area kerja mesin frais Menurut Permendiknas luas areanya 32 m² dengan kapasitas minimum 4 peserta didik, sehingga untuk 1 peserta didik membutuhkan luas area kerja mesin frais seluas 8 m2. Sedangkan kondisi yang ada di SMK luas area kerja mesin frais 36 m2 untuk kapasitas 10 peserta didik, sehingga untuk 1 peserta didik menggunakan luas area kerja mesin frais 3,6 m2, hal itu berarti bahwa untuk luas area kerja mesin frais yang ada di bengkel teknik peme-
323
sinan SMK Assa’adah masih belum memenuhi standar minimum SMK yang diatur oleh Permendiknas No 40 Tahun 2008. Ruang penyimpanan dan instruktur luas area minimum 48 m2 dengan kaspasitas minimum 12 instruktur, sehingga untuk 1 instruktur membutuhkan luas area kerja 4 m2. Sedangkan yang ada di SMK luas ruang penyimpanan dan instruktur 18 m2 dengan kapasitas 10 instruktur, sehingga untuk 1 instruktur menggunakan luas area 1,8 m2, hal itu berarti bahwa untuk luas ruang penyimpanan dan instruktur yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah masih belum memenuhi standar minimum SMK yang diatur oleh Permendiknas No 40 Tahun 2008, dan untuk gedung ruang bengkel CNC terpisah dengan area kerja mesin bubut, area kerja mesin frais, dan kerja bangku yang di dalamnya juga terdapat ruang teori. Menurut Strom (1979) mengatakan bahwa dalam merencanakan fasilitas untuk pendidikan kerja, pertimbangan utamanya adalah menyediakan tempat yang cukup untuk kelompok, individu, dan pengajaran bengkel. Kecukupan tempat pada tempat kerja di bengkel merupakan unsur penting untuk kondisi kerja yang diinginkan. Robert (dalam Strom, 1979) menjelaskan bahwa kondisi bengkel dalam pendidikan kejuruan harus dibandingkan dengan kondisi yang ada di dunia kerja/industri. Kondisi yang dimaksud adalah yang menyangkut penataan bengkel kerja yang dikelola oleh program keahlian/Jurusan, maka dalam ruang bengkel ideal tersebut harus tersedia ruang-ruang sebagai berikut: (1) ruang kepala bengkel (2) ruang guru instruktur (3) ruang laboran (4) ruang kerja/ proses (5) ruang perlengkapan atau penyimpanan alat (6) ruang penyimpanan bahan (7) ruang ganti pakaian (8) ruang PPPK (9) ruang
324
Misbakhul Ulum, Yoto, dan Widiyanti, Kelayakan Sarana dan Prasarana Bengkel...
administrasi (10) kantin (11) kamar mandi/WC (12) ruang istirahat (13) ruang hasil pekerjaan (14) gudang (15) ruang meeting/pertemuan (16) musholla (17) ruang pameran/show room. Kondisi Peralatan/mesin yang Ada di Bengkel Praktikum Teknik Pemesinan Peralatan/mesin yang ada di bengkel pemesinan SMK Assa’adah meliputi: 12 mesin bubut yang semuanya dalam kondisi baik, 4 mesin frais hanya 1 mesin yang dalam kondisi rusak ringan dan masih dalam proses perbaikan, ragum ada 12 unit dalam 2 meja, ada juga mesin gerinda duduk dan mesin gerinda potong. Pembagian kelompok yang ada di teknik pemesinan masing-masing kelas dibagi menjadi 4 kelompok dan penggunaan bengkel di bagi menjadi 2 waktu yaitu pagi dan siang setiap praktik 8 jam pelajaran, dengan pembagian kelompok yang merata sehingga jumlah mesin mampu menampung setiap 1 kelompok belajar yang dibatasi maksimal 10 siswa, jadi rasio penggunaan mesin, 1 siswa menggunakan 1 mesin. Meskipun rasio penggunaan mesin 1 banding 1 tetapi untuk jumlah jam pelajaran masih kurang karena setiap kelompok praktik hanya mendapatkan 4 kali pertemuan. Sedangkan menurut kurikulum setiap peserta didik minimal membutuhkan 16 kali pertemuan. Adanya keterbatasan tersebut sekolah menyiasatinya menggunakan metode rolling dan sistem blok, dengan cara seperti itu maka akan memaksimalkan penggunaan peralatan dan mesin dan juga untuk menunjang kelancaran dalam proses pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan penelitian yang dikemukakan oleh Setiawan (2007) bahwa sistem block release banyak digunakan oleh sekolah menengah kejuruan yang memiliki keterbatasan peralatan untuk praktik. Dengan
menggunakan sistem ini masalah ketidak sesuaian antara jumlah peserta didik yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah peralatan dapat diatasi. Sarana dan Prasarana Penunjang di Bengkel Teknik Pemesinan Sarana dan prasarana praktik merupakan unit yang sangat penting pada SMK kelompok teknologi dan industri, oleh karena itu perlu adanya pengawasan dan pengendalian yang baik. Sarana dan prasarana penunjang yang dimaksud adalah penerangan dan ventilasi udara yang ada dibengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah. Penerangan yang ada di bengkel pemesinan menggunakan 16 lampu masing lampu sekitar 25 watt dan juga menggunakan beberapa atap yang terbuat dari kaca sehingga penerangan yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah dirasa sudah mencukupi standar yang ada. Hasil dari pengamatan pada ruang bengkel teknikl pemesinan SMK Assa’adah udara yang ada di dalam bengkel sudah terasa sejuk, karena ventilasi udara yang ada sudah banyak hampir semua ruangan terdapat jendela dan tidak ditutup dengan kaca hanya di tutupi oleh jeruji besi supaya udara dapat bersirkulasi dengan baik, tidak hanya itu penggunaan atap yang terbuat dari genteng tanah liat dan kondisi gedung yang cukup tinggi semakin membuat suhu udara yang ada di dalam bengkel terasa sejuk. Berdasarkan temuan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi sarana penunjang seperti ventilasi udara dan penerangan yang ada sudah memenuhi standar minimum dengan adanya ventilasi udara yang sejuk dan penerangan yang memadahi hal itu akan mempermudah dan memperlancar proses pembelajaran.
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
Kondisi Perlengkapan K3 di Bengkel Teknik Pemesinan Kelengkapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang sangat penting untuk setiap bengkel, supaya dapat memberikan rasa amam bagi setiap pekerja/ siswa dalam melakukan praktik, sehingga proses belajar dan mengajar yang ada di bengkel dapat berjalan dan lancar dan hasil yang diperoleh dapat maksimal. Hasil dari pengamatan yang dilakukan di SMK Assa’adah perlengkapan K3 sudah terpenuhi tetapi masih ada beberapa perlengkapan yang masih belum lengkap. Ada beberapa kaca mata dan helem yang hanya mampu digunakan oleh 1 kelompok belajar, sehingga setiap kelompok harus bergantian dengan kelompok yang lain, ini yang membuat kondisi perlengkapan K3 cepat rusak karena masih belum bisa memberikan alat pelindung diri yang sama dengan jumlah siswa yang ada. Menurut guru bengkel teknik pemesinan dan laboran, penggunaan alat perlengkapan K3 seperti kacamata sebaiknya setiap siswa disuruh untuk mempunyai sendiri-sendiri karena akan timbul tanggung jawab untuk menjaga agar tidak cepat rusak. Disetiap bengkel juga dilengkapi alat pemadam kebakaran yang masih bisa berfungsi secara normal. Hal senada juga diungkap dalam penelitian Jayanti (2014) yang mengatakan bahwa diperlukan perlengkapan pelindung diri secara mandiri dari siswa yang bersangkutan hal itu juga dimaksudkan untuk membantu siswa dalam disiplin diri supaya ketika turun di dunia industri sudah dibekali dengan kemandirian. Tidak hanya alat pelindung diri yang masih kurang, papan-papan penanda bahaya kerja juga masih belum lengkapa terbukti hanya ada 2 poster yang menunjukkan atau
325
mengingatkan tentang penggunaan K3. Seharusnya pada setiap sisi tembok diberi papan peringatan bahaya kecelakaan kerja agar siswa selalu waspada supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Keselamatan dan kesehatan juga bagian penting, kalau seandainya terjadi kecelakaan kerja sudah ada tempat untuk menangani siswa yang mengalami kecelakaan yaitu PUSKESTREN yang jaraknya sekitar 50 m dari gedung bengkel SMK Assa’adah sehingga kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa cepat teratasi. Penelitian ini juga mendukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Surya (2013) yang menyatakan bahwa kondisi bengkel yang sesuai dengan standar minimal untuk katagori bengkel sekolah kejuruan sangat diperlukan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja, karena dengan kelengkapan tersebut secara tidak langsung akan mengurangi resiko kecelakaan kerja di dalam melaksanakan praktikum. Berdasarkan hasil temuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kelengkapan keselama-tan dan kesehatan kerja sangat dibutuhkan demi kelancaran dala proses belajar mengajar di dalam bengkel. Selain hal tersebut siswa memang dituntut dalam kepemilikan pribadi perlengkapan penunjang K3 seperti safety shoes, kacamata bening, masker, baju kerja, dll. Karena hal itu akan membantu pihak sekolah dalam upaya melengkapi perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja. PENUTUP Kesimpulan Kondisi Ruang Bengkel Praktik Teknik Pemesinan di SMK Assa’adah. Berdasarkan hasil dari pengamatan dan penelitian
326
Misbakhul Ulum, Yoto, dan Widiyanti, Kelayakan Sarana dan Prasarana Bengkel...
yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap kondisi ruang bengkel teknik pemesinan di SMK Assa’adah, dapat diketahui bahwa kondisi ruang bengkel teknik pemesinan masih belum memenuhi standar minimal untuk SMK. Sesuai dengan temuan yang ada di lapangan kondisi ruang bengkel masih kurang luas sehingga jarak antara mesin berdekatan. Hanya pada ruang bengkel CNC yang luas areanya sudah mencukupi karena gudang bengkel CNC terpisah dengan area kerja mesin bubut, mesin frais, dan juga kerja bangku, selain itu ruang CNC juga terdapat ruang teori yang disertai dengan 5 unit komputer. Hal ini cukup kondusif karena meskipun ruang teori menjadi satu di dalam ruang CNC tidak terganggu oleh suara-suara mesin yang beradi di area mesin bubut, frais. Kondisi Peralatan/mesin yang ada di Bengkel Praktikum Teknik Pemesian. Peralatan/mesin yang ada di bengkel pemesinan SMK Assa’adah meliputi: 12 mesin bubut yang semuanya dalam kondisi baik, 1 mesin skrap 3 mesin frais hanya 1 mesin yang dalam kondisi rusak ringan dan masih dalam proses perbaikan, ragum ada 12 unit dalam 2 meja, ada juga mesin gerinda duduk dan mesin gerinda potong. Kelengkapan mesin dengan perbandingan seluruh jumlah siswa jurusan teknik mesin sebenarnya masih kurang. Akan tetapi setiap kelas dibagi menjadi 4 kelompok untuk memenuhi jumlah mesin yang ada, misalnya dalam 1 kelas terdapat 40 siswa maka setiap kelompok satu kali praktik maksimal 10 siswa sehingga setiap mesin digunakan 1 siswa, sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif. Sarana dan Prasarana Penunjang di Bengkel Teknik Pemesinan. Penerangan yang ada di bengkel pemesinan menggunakan 16 lampu masing lampu sekitar 25 watt
dan juga menggunakan beberapa atap yang terbuat dari kaca sehingga penerangan yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah dirasa sudah mencukupi standar yang ada. Ventilasi yang ada di ruang bengkel teknikl pemesinan SMK Assa’adah udara yang ada di dalam bengkel sudah terasa sejuk, karena ventilasi udara yang ada sudah banyak hampir semua ruangan terdapat jendela dan tidak ditutup dengan kaca hanya di tutupi oleh jeruji besi supaya udara dapat bersirkulasi dengan baik, tidak hanya itu penggunaan atap yang terbuat dari genteng tanah liat dan kondisi gedung yang cukup tinggi semakin membuat suhu udara yang ada di dalam bengkel terasa sejuk. Kondisi Perlengkapan K3 di Bengkel Teknik Pemesinan. Kelengkapan K3 yang ada di bengkel teknik pemesinan SMK Assa’adah sudah terpenuhi tetapi masih ada beberapa perlengkapan yang masih belum lengkap. Ada beberapa kaca mata dan helem yang hanya mampu digunakan oleh 1 kelompok belajar, sehingga setiap kelompok harus bergantian dengan kelompok yang lain, ini yang membuat kondisi perlengkapan K3 cepat rusak karena masih belum bisa memberikan alat pelindung diri yang sama dengan jumlah siswa yang ada. Menurut guru bengkel teknik pemesinan dan laboran, penggunaan alat perlengkapan K3 seperti kacamata sebaiknya setiap siswa disuruh untuk mempunyai sendiri-sendiri karena akan timbul tanggung jawab untuk menjaga agar tidak cepat rusak. Di setiap bengkel juga dilengkapi alat pemadam kebakaran yang masih bisa berfungsi secara normal. Papan-papan penanda bahaya kerja juga msih belum lengkapa terbukti hanya ada 2 poster yang menunjukkan atau mengingatkan tentang penggunaan K3. Seharusnya pada setiap sisi tembok diberi papan
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
327
peringatan bahaya Kecelakaan kerja agar siswa selalu waspada supaya tidak terjadi halhal yang tidak diinginkan. Keselamatan dan kesehatan juga bagian penting, kalau seandainya terjadi kecelakaan kerja sudah ada tempat untuk menangani siswa yang mengalami kecelakaan yaitu PUSKESTREN yang jaraknya sekitar 50 m dari gedung bengkel SMK Assa’adah sehingga kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa cepat teratasi.
dapat berjalan dengan lancar dan mampu memenuhi target yang diinginkan. (2) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada program keahlian Teknik Pemesinan untuk terus mengembangkan kualitas laboraturium bengkel yang ada di masing-masing lembaga SMK sebagaimana yang tertera pada peraturan pemerintah melalaui permendiknas tentang standar sarana dan prasaran untuk SMK no 40 tahun 2008.
Implikasi Hasil penelitian kelengkapan sarana dan prasarana bengkel teknik pemesinan di SMK Assa’adah Pondok Pesantren Qomarudin Bungah Gresik diketahui bahwa kondisi sarana dan prasaran bengkel teknik pemesinan di SMK Assa’adah masih belum memenuhi standar minimal untuk SMK. Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh lembaga dan jurusan diantaranya sebagai berikut. (1) Besarnya minat siswa terhadap jurusan teknik mesin membuat sekolah harus menampung para calon siswa, namun tidak diikuti dengan pengembangan mutu sekolah, oleh sebab itu banyak sekolah menengah yang masih belum bisa memenuhi standar minimum untuk sekolah, apalagi untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang membutuhkan perhatian khusus untuk menyelenggarakan proses pembelajaran. Seperti halnya SMK Assa’adah yang mempunyai banyak peminat dan siswa tidak diimbangi oleh kondisi sarana dan prasarana yang ada di bengkel teknik pemesinan. Oleh karena itu perlu adanya kerja sama antara dinas pendidikan dan juga pengurus yayasan untuk mengembangkan kualitas bengkel. Sehingga proses pembelajaran yang ada di SMK Assa’adah khususnya di jurusan teknik mesin
Saran Adapun saran yang bisa peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Kepala sekolah hendaknya melihat adanya kekurangan dalam ruang bengkel dan perlengkapan peralatan/mesin serta perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja bengkel sebagaimana temuan dalam penelitian ini, dengan demikian maka pihak sekolah dapat mengupayakan penambahan dan pengadaan saran dan prasaran supaya proses belajar mengajar semakin meningkat dari kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan. Penambahan peralatan/mesin praktik bisa dilakukan dengan mengajukan proposal ke dinas pendidikan, dengan cara pengadaan anggaran tahunan untuk melengkapi kekurangan yang ada, serta menggunakan sistem pembelajaran yang sesuai dengan terbatasanya peralatan/mesin, perlengkapan, kondisi ruang bengkel yang sesuai dengan metode yang cocok. Seorang guru atau instruktur merupakan pengelola dan juga pengarah melakukan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, baik itu pembelajaran teori maupun praktik. Mengingat kondisi peralatan/mesin dan perlengkapan praktik pemesinan di sekolah yang masih terbatas maka dibutuhkan koordinasi
328
Misbakhul Ulum, Yoto, dan Widiyanti, Kelayakan Sarana dan Prasarana Bengkel...
yang baik untuk penggunaan peralatan/ mesin serta perlengkapannya, sehingga kegiatan belajar mengajar di bengkel tetap efektif dan lancar. Hendaknya dengan masih terbatasnya jumlah peralatan/mesin dan perlengkapan yang ada misalnya dalam ruang bengkel yang masih kurang luas dan pembagian jam praktik yang singkat, diharpkan siswa menggunakan peralatan/ mesin serta perlengkapannya secara maksimal agar terpenuhinya proses pembelajaran yang aman, nyaman, serta tertib dalam penggunaannya untuk
meningkatkan prestasi belajar dibidang praktik. Bagi jurusan diharapkan hasil dari penelitian ini dijadikan sebagai kajian untuk lebih meningkatkan fungsi bengkel teknik mesin serta lebih meningkatkan manajemen bengkel yang sudah berjalan dengan baik. Penelitian yang terkait tentang kelayakan bengkel praktikum pemesinan yang menggunakan acuan dari Permendiknas No. 40 Tahun. 2008 ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan dan tindak lanjut penelitian sejenis.
DAFTAR RUJUKAN Arifin, M & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana & Prasarana Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Moleong, L.J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Peratuan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah. Jakarta: Presiden RI. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan bandan standar nasional pendidikan (BSNP). (online), (http:// www.permendik-nas.co.id), diakses 2 januari 2015. Permendiknas No 40 tahun 2008 tentang standar sarana prasarana untuk sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah (SMK/MA). (online), (http:// www.permendiknas.c.id), diakses 2 Januari 2015. Setiawan, Arie Dwi. 2007. Kesesuaian Manajemen Laboraturium/Bengkel Ditinjau dari Perencanaan Kegiatan dan Pengorganisasian Sarana di SMK Se Malang Raya. Skripsi tidak diterbitkan: Universitas Negeri Malang.
Sonhadji, Ahmad. 2013. Manusia, Teknologi, Dan Pendidikan “Menuju Peradaban Baru”. Malang: UM press. Strom, George. 1979. Managing The Occupational Education Laboratory. Michigan: Prakken Publications, Inc. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. Surya, Tori Adi. 2013. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Kondisi Bengkel Praktik Terhadap Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Bengkel Praktik Jurusan Teknik Sepeda Motor SMK Muhammadiyah 1 Kota Malang. Skripsi tidak diterbitkan: Universitas Negeri Malang. Triyastuti, Jayanti. 2014. Analisis Kelayakan Bengkel Praktikum Pemesinan di SMKN I Singosari dan SMK PGRI 3 Malang. Skripsi tidak diterbitkan: Universitas Negeri Malang. Yoto. 2015. Manajemen Bengkel Teknik Mesin. Malang: Aditya Media Publishing.